bahan c2

17
Landasan Teore Diantara berbagai jenis metode pemisahan,ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat khusus ataucanggih kecuali pemisahan. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertuntu antara dua pelarut yang saling bercampur, Seperti benzen,karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat diteransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini digunakan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis,kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 2007: 100). Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaksi berakhir dengan suatu campuran yang mengandung baik zat pereaksi maupun hasil reaksi. Hukum kesetimbangan adalah kali konsentrasi setimbang zat yang berada di ruas kiri, Masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Anomin, 2010). Suatu reaksi dikatakan setimbang apabila reaksi pembentukan dan reaksi penguraian padareaksi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga tidak ada lagi perubahan ”bersih pada sistem tersebut (Bird, 1987) Sebagian besar reaksi kimia bersifat reversibel artinya hanya reaktan-reaktan yang bereaksi membentuk produk, tetapi produkpun saling bereaksi untuk memnetuk reaktan kembali. Hal di atas dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut : aA + bB cC + dD A dan B = Reaktan C dan D = Produk a, b, c, d = Koofisien rekasi (Bird, 1987) Jika laju reaksi pembentukan yaitu reaksi dari kiri ke kanan sama dengan laju rekasi kebalikan (penguraian) yaitu reaksi dari kanan kek kiri, maka reaksi dikatakan berada dalam keadaan seimbang. Sepeerti halanya dalam keseimbangan fisik, bila suatu reaksi mencapai keadaan seimbang bukan berarti reaksi rekasi pembentukan dan reaksi kebalikan berhenti sama sekali, tetapi hal ini

Transcript of bahan c2

Page 1: bahan c2

Landasan TeoreDiantara berbagai jenis metode pemisahan,ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat khusus ataucanggih kecuali pemisahan. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertuntu antara dua pelarut yang saling bercampur, Seperti benzen,karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat diteransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini digunakan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis,kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 2007: 100).Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaksi berakhir dengan suatu campuran yang mengandung baik zat pereaksi maupun hasil reaksi. Hukum kesetimbangan adalah kali konsentrasi setimbang zat yang berada di ruas kiri, Masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Anomin, 2010).Suatu reaksi dikatakan setimbang apabila reaksi pembentukan dan reaksi penguraian padareaksi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga tidak ada lagi perubahan ”bersih pada sistem tersebut (Bird, 1987)Sebagian besar reaksi kimia bersifat reversibel artinya hanya reaktan-reaktan yang bereaksi membentuk produk, tetapi produkpun saling bereaksi untuk memnetuk reaktan kembali. Hal di atas dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut :aA + bB cC + dDA dan B = ReaktanC dan D = Produka, b, c, d = Koofisien rekasi(Bird, 1987)Jika laju reaksi pembentukan yaitu reaksi dari kiri ke kanan sama dengan laju rekasi kebalikan (penguraian) yaitu reaksi dari kanan kek kiri, maka reaksi dikatakan berada dalam keadaan seimbang. Sepeerti halanya dalam keseimbangan fisik, bila suatu reaksi mencapai keadaan seimbang bukan berarti reaksi rekasi pembentukan dan reaksi kebalikan berhenti sama sekali, tetapi hal ini menunjukkan bahwa laju kedua reaksi yang berlawanan tersebut telah sama (Bird, 1987).Salah satu fakta yang penting tetntang reaksi kimia reversibel (dapat-balik). Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun, dan seterusnya akan bereaksi satu sama lain memualai suatu reaksi yang kebalikannya. Setelah beberapa lama, terjadilah kesetimbangan dinamis, yaitu jumlah molekul (atau ion) dan setiap zat terurai, sama banyaknya dengan jumlah molekul yang terbentuk dalam suatu satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini terletak sama sekali berada di pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka reaksi itu tampak seakan-akan berlangsung sampai selesai (Svehla, 1990 ; 21).Iod jauh lebih dapat larut dalam larutan kalium iodida dalam air daripada dalam air; ini disebabkan oleh terbentuknya ion triiodida, I3-. Kesetimbangan berikut berlangsung dalam suatu larutan seperti ini :I2 + I- I3-Jika larutan itu dititrasidengan larutan natrium tiosulfat, konsentrasi iod total, sebagai I2 bebas dan I3- tak bebas, diperoleh, karena segera sesudah iod dihilangkan akibat interaksi dengan triosulfat, sejumlah iod baru dibebaskan dari tri-iodida agar kesetimbangan tidak terganggu. Namun jika

Page 2: bahan c2

larutan dikocok dengan karbon tetra klorida, dalam mana iod saja yang dapat larut cukup banyak, maka iod bebas dalam larutan air. Dengan menentukan konsentrasi iod dalam larutan karbon tetraklorida, konsentrasi ion iod bebas dalam larutan air dapat dihitung dengan menggunakan koefisien distribusi yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan harga ini dari konsentrasi awal kalium iodida, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas.Tetapan Kesetimbangan :K= ([I-] x [I2])/([I3-])Kemudian dapat dihitung (Svehla, 1990; 142)Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi maka :I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-Selama zat antara S2O3I- yang tidak berwarna adalh terbentuk sebagai :S2O32- + I3- S2O3I- + 2I-Yang mana berjalan terus menjadi :2S2O3I- + I- S4O62- + I3-Warna indikator muncul kembali padaS2O3I- + S2O32- S4O62- + I-Reaksi berlangsung baik di bawah PH = 5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan asam hypoiodos (HOI) terbentuk (Khopkar, 2007; 54).Iodium, I2, sedikit larut di dalam air namun larut dalam air yang mengandung ion I-, misalnya dalam larutan KI. I2 dan I- dalam larutan air akan membentuk ion tri-iodida, I3- dan reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk reaksi :I2(g) + I-(aq) I3-(aq)(Tim Dosen Kimia Fisik, 2010; 21).Kesetimbangan ini berlangsung dalam larutan air, untuk itu perlu menghitung konsentrasi-konsentrasi yang bersangkutan dalam air. Dari percobaan penentuan tetapan distribusi di atas dapat dihitung nilai Kd kemudian dengan rumus :Kd=[I2]H2O/[I2]ccl4Dapat dihitung konsentrasi (I2)H2O dengan persamaan [I2]H2O = Kd [I2]ccl4 dan selanjutnya dapat dihitung [I3-]H2O dan [I-]H2O (Tim Dosen Kimia Fisik, 2010; 21).

Alat dan BahanAlatErlenmeyer bertutup asah 250 mL 1 buahCorong Pisah 1 buahStatif dan Klem 3 buahBuret 50 mL 2 buahPipet Volume 25 mL 1 buahPipet Volume 5 mL 1 buahKaret Penghisap 1 buahBatang Pengaduk 1 buahCorong biasa 1 buahGelas Ukur 250 mL 1 buahGelas Kimia 100 mL 1 buahPipiet Tetes

Page 3: bahan c2

Botol Semprot 1 buah

BahanLarutan jenuh I2 dalam CHCl3KI 0,1 NAquadestNa2S2O3 0,1 M

Prosedur KerjaMengambil 25 mL larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dan memasukkannya ke dalam corong pisah.Menambahkan 200 mL larutan KI 0,1 N ke dalam larutan kemudian mengocok larutan tersebut kuat-kuat.Membiarkan larutan sampai terbentuk 2 lapisan kemudian memisahkan kedua lapisan tersebut.Memipet masing-masing 5 mL dari setiap larutan dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer.Mernitrasi masing-masing lapisan dengan larutan natrium trisulfat (Na2S2O3) 0,1 M.Mencatat volume natrium triosulfat yang diperlukan pada proses titrasi.Menghitung nilai K.

Hasil Pengamatan25 mL I2 dalam CHCl3 (ungu) + 200 mL KI 0,1 N (bening) dikocok 2 lapisan (bawah ungu, atas coklat) dipisahkan lapiusan atas (coklat), lapisan bawah (ungu).5 mL lapisan atas (coklat) dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 M larutan bening5 mL lapisan bawah (ungu) dititrasi dengan Na2S2o3 0,1 M larutan beningTabelTitrasi Volume Na2S2O3 0,1 M yang diperlukanTitrasi I Titrasi II Titrasi III5 mL lapisan atas 1,80 mL 1,60 mL 1,60 mL5 mL lapisan bawah 7,10 mL 6,70 mL 6,70 mL

Analisis Data2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-2 mmol S2O32- 0,1 M ~ 1 mmol I21 mmol S2O32- 0,1 M ~ ½ mmol I2Dalam kasus ini :1 mL Na2S2O3 0,1 M = ½ x 0,1 mmol I21 mL Na2S2O3 0,1 M = 0,05 mmol I2 = 5 x 10-2 mmol I2= 5 x10-5 mol I2Lapisan bawah ([I2] CHCl3)V t10 = 7,10 mL + 6,70 mL + 6,70 mL3= 20,5 mL3= 6,83 mL[I2]CHCl3 = 6,83 mL x 5 x 10-2 mmol I25 mL

Page 4: bahan c2

= 6,83 x 10-2 MKd = [I2] CHCL3 dimana, Kd = 18,9[I2] H2OMaka,[I2]H2O = [I2]CHCl3Kd= 6,83 x 10-2 M18,9= 0,36 x 10-2 M= 3,6 x 10-3 MSehingga,[I2]H2O + [I2-]H2O = b, dimana b = Vt10 x 5 x 10-2 mmol5 mLVt10 = 1,80 mL +1,60 mL + 1,60 mL3= 5 mL = 1,67 mL3maka,b = 1,67 mL x 5 x 10-2 mmol I2 = 1,67 x 10-2 M5 mLsehingga,[I3-]H2O = b – [I2]H2O= 1,67 x 10-2 M – 3,6 x 10-3 M= 1,67 x 10-2 M – 0,36 x 10-2 M= 1,31 x 10-2 MMaka,[I-]H2O = [I-]mula-mula – [I3]H2O= 0,1 M – 1,31 x 10-2 M= 10 X 10-2 M – 1,31 X 10-2 M= 8,69 X 10-2 MReaksi :I2 + I- I3-Maka,K = [I3-]H2O[I2]H2O x [I-]H2O= 1,31 x 10-2 M(3,6 x 10-3 M)(8,69 x 10-2 M)= 1,31 x 10-2 M31,28 x 10-5 M2= 0,04 x 103 M-1= 40 M-1

PembahasanPercobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapin kesetimbangan reaksi pembentukan ion tri-iodida. Pada percobaan ini larutan jenuh I2 dalam CHCl3 direaksikan dengan larutan KI. Penambahan

Page 5: bahan c2

KI berfungsi sebagai penyedia ion iodida. I- yang kemudian akan bereaksi dengan I2 membentuk ion tri-iodida. Campuran ini kemudian dikocok yang berfungsi untuk mempercepat proses distribusi I2 dalam kloroform dan air. Saat pengocokan dilakukan sekali-kali mulut corong dibuka dengan tujuan untuk mengurangi tekanan dalam corong pisah selama proses pengocokan berlangsung.Setelah dikocok, larutan didiamkan sehingga terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas adalah larutan I2 dalam air sedang lapisan bawah adalah larutan I2 dalam CHCl3 bersifat non polar. Lapisan air berada di atas disebabkan oleh massa jenis air lebih ringan dibandingkan dengan CHCl3 (ρ air = 0,996 g/mL dan ρ CHCl3 = 1,48 g/mL).Adapun reaksi yang terjadi :KI(aq) K+(aq) + I-(aq)I-(aq) + I2(aq) I3-(aq)Selanjutnya, lapisan lapisan yang terbentuk dipisahkan kemudian masing-masing lapisan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat hingga larutan menjadi bening. Reaksi yang terjadi, yaitu :Pada lapisan atas (air)I3-(aq) + 2S2O32-(aq) 3I-(aq) + S4O62-(aq)Pada lapisan bawah (CHCl3)I2(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)Pada titrasi ini tidak digunakan indicator amilum. Hal ini karena larutan I2 bersifat autoindikator yang artinya larutan I2 dapat menjadi indicator untuk dirinya sendiri. Dari proses titrasi ini diperoleh volume rata-rata natrium tiosulfat yang digunakan yaitu untuk lapisan atas (I2 dalam air) sebesar 1,67 mL dan lapisan bawah (I2 dalam CHCl3) sebesar 6,83 mL. dari hasil ini, dapat diketahui bahwa I2 terdistribusi lebih banyak ke dalam lapisan kloroform dibandingkan lapisan air. Dari hasil analisis data diperoleh nilai tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan ion triiodida (K) sebesar 40 M-1

Kesimpulan dan SaranKesimpulanDari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan ion triiodida sebesar 40 M-1

SaranDiharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dan hati-hati baik dalam proses pengocokan maupun titrasi agar diperoleh hasil yang maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Tetapan Kesetimbangan Ion Triiodida. http://www.ilkom.unsr.ac.id/Prinsip-prinsip-kesetimbangan-kimia/ diakses pada 8 April 2010.Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penunt

Page 6: bahan c2

ernst pertama kalinya memberi pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi

ketika tahun 1891, ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua

cairan yang tidak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada

kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu. Menurut hukum distribusi

Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat

larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan (Soebagio. 2002).

Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan bila suatu zat terlarut terdistribusi

antara dua pelarut yang tak-dapat-campur, maka pada suatu temperature yang konstan untuk

setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu,

dan angka banding distribusi ini tidak bergantungpada spesi molekul lain apapun yang

mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat

terlarut, dan temperatur (Svehla. 1990).

Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut

tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam

kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut

disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan

berbagai rumus sebagai berikut: Kd= C2/C1 atau Kd= Co/Ca dengan Kd = Koefisien

distribusi, dan C1, C2, Co, dan Ca adalah konsentrasi solut pada pelarut 1,2 organik dan air

(Soebagio. 2002).

Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solute dalam pelarut organik dituliskan di

atas dan konsentrasi solut dalam pelarut di tuliskan di bawah. Dari rumus tersebut jika harga

Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut

organik begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila;

1. solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut,2. solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut,3. zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-

reaksi lain (Soebagio. 2002)

Dalam penentuan harga tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi haruslah

mengetahui hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi

kesetimbangan (Nasrudin. 2010).

Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi, perbedaan

kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan iod

Page 7: bahan c2

dalam air ke dalam kloroform, menghitung konsentrasi awal dari iod dalam air dengan cara

titrasi, maka dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien

distribusi iod dalam sistem kloroform air dapat ditentukan (Anonim. 2011).

Apabila kedua pelarut yang berbeda kepolaran dalam kelarutan dicampurkan maka

mereka tidak akan bisa bercampur. Diperlukannya suatu zat perantara untuk dapat membuat

pelarut berbeda kepolaran tersebut bercampur. Dalam hal ini zat antara merupakan suatu zat

yang dapat bercampur dalam keadaan polar apabila dilarutkan dalam suatu pelarut polar dan

juga dapat bercampur apabila dilarutkan dalam pelarut nonpolar (Syabatini. 2009).

Suatu dasar agar solut dapat terekstrak dari fasa air ke fasa organik adalah suatu solut tersebut harus menjadi tidak bermuatan (Soebagio. 2002). Iod jauh lebih dapat larut dalam larutan kalium iodida dalam air daripada dalam air, ini disebabkan oleh terbentuknya ion triiodida, I3

-. Kesetimbangan berikut berlangsung dalam suatu larutan seperti ini:

 I2 + I- ___> I3

           Jika larutan itu dititrasidengan larutan natrium tiosulfat, konsentrasi iod total, sebagai I2 bebas dan I3

- tak bebas, diperoleh, karena segera sesudah iod dihilangkan akibat interaksi dengan triosulfat, sejumlah iod baru dibebaskan dari tri-iodida agar kesetimbangan tidak terganggu. Namun jika larutan dikocok dengan karbon tetra klorida, dalam mana iod saja yang dapat larut cukup banyak, maka iod bebas dalam larutan air. Dengan menentukan konsentrasi iod dalam larutan karbon tetraklorida, konsentrasi ion iod bebas dalam larutan air dapat dihitung dengan menggunakan koefisien distribusi yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan harga ini dari konsentrasi awal kalium iodida, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. Tetapan Kesetimbangan:

 K= ([I-] x [I2])/([I3-]) (Svehla. 1990).

            Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi maka:

I3- + 2S2O3

2- --->3I- + S4O62-

            Selama zat antara S2O3I- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai:

S2O32- + I3

-  ---> S2O3I- + 2I-

              Yang mana berjalan terus menjadi:

2S2O3I- + I- ---> S4O62- + I3

-

              Warna indikator muncul kembali pada 

S2O3I- + S2O32-  --->  S4O6

2- + I-

Reaksi berlangsung baik di bawah PH = 5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan asam

hypoiodos (HOI) terbentuk (Khopkar. 2007).

            Iodium, I2, sedikit larut di dalam air namun larut dalam air yang mengandung ion I -,

misalnya dalam larutan KI. I2 dan I- dalam larutan air akan membentuk ion tri-iodida, I3- dan

reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk reaksi :

I2(g) + I-(aq)   --->  I3

-(aq)

Page 8: bahan c2

            Kesetimbangan ini berlangsung dalam larutan air, untuk itu perlu menghitung

konsentrasi-konsentrasi yang bersangkutan dalam air. Dari percobaan penentuan tetapan

distribusi di atas dapat dihitung nilai Kd kemudian dengan rumus:

Kd = [I2]H2O/[I2]HCl3

Dapat dihitung konsentrasi (I2) H2O dengan persamaan [I2] H2O = Kd [I2]HCl3 dan selanjutnya dapat dihitung [I3

-] H2O dan [I-] H2O

odin hanya larut sedikit dalam air ( 0,00134 mol / liter pada suhu 25 C ). Namun larut cukup banyak dalam larutan – larutan yang mengandung ion iodide. IOdin membentuk kompleks triodida, dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25 C. Suatu kelebihan kalium iodide ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan kestabilan iodine. Biasanya sekitar 3 sampai 4 % berat KI ditambahkan kedalam larutan 0,1 N, dan botol yang mengandung larutan ini adalah larutan ini di sumbat dengan baik ( Underwood, 1999 : 298 ) .Ion triodida adalah salah satu spesies yang tergolong dalam ion polihalida, dihasilkan melalui reaksi ion halide dengan halogen atau molekul antar halogen. Dalam reaksi ini, ion halide bertindak sebagai basa lewis ( pemberi pasangan electron ) dan molekul sebai asam lewis ( penerima pasangan electron ). Larutan ion dalam KI, yaitu ion triodida, banyak digunakan dalam kimia analitik. Dapat diambil sebuah contoh adalah struktur dari Ion triodida dimana pasangan electron ikatan digambarkan sebagai garis hitam. Pasangan electron bebas dari atom I pusat digambarkan dengan titik- titik ( Petrussi,1985 : 60 ).Larutan – larutan iodine standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodine murni dan mengencerkan dalam sebuah labu volumetryk. Iodiun yang akan dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan kedalam sebuah larutan KI yang konsentrasinya ditimbang secara akurat sebelum dan sesudah penambahan iod. Namun demikian, biasanya larutan tersebut distandarisasi terhadap sebuah standar primer yang paling sedikit digunakan.Dan kekuatan reduksinya tergantung pada PH yang digunakan ( Underwood, 1999: 296 – 297 ).Nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah 0,17, karena itu reaksi ini tidak berjalan sampai titik ekivalen. Namun jika konsentrasi ion hydrogen diturunkan, reaksi dipaksa bergeser kekanan dan dapat dibuat cukup lengkap sehingga dapat digunakan untuk titrasi. Biasanya larutannya disangga pada PH sedikit diaras 8, menggunakan natrium bikarbonat dan titrasi akan memberikan hasil – hasil yang lebih sempurna ( Underwood, 1999: 296 – 297 ).Untuk menyatakan berlangsung atau tidaknya reaksi dalam arah yang dituliskan maka harus ditinjau apakah energy gibbs dan campuran akan naik atau turun. Jika energy gibbs turun dengan berlangsungnya reaksi, maka reaksi berjalan spontan dalam arti yang dituliskan. Reaksi akan terus berlangsung disertai dengan penurunan energy gibbs sampai energy gibbs mencapai nilai minimum, yakni tercapainya keadaan kesetimbangan ( Mulyani, 2000; 123 – 124 ).Menurut Anonim ( 2010 ) kesetimbangan suatu reaksi dipengaruhi oleh 4 faktor :Perubahan KonsentrasiMenurut hukum massa, laju kecepatan reaksi antara A dan B juga bertambah jika konsentrasi A bertambah, perubahan konsentrasi dari zat yang terlibat dari suatu reaksi sistem dalam kesetimbangan, namun tidak mempengaruhi harga tetapan kesetimbanganPerubahan suhuBila suhu dinaikkan kecepatan reaksi akan naik pula. Dan sebaliknya bila suhu diturunkan kecepatan

Page 9: bahan c2

reaksi akan berkurang pula. Suhu berpengaruh pada pergeseran kesetimbangan dengan bergantung pada nilai perubahan entalpi. Hal ini senada dengan hukum vant hoff yang berbunyi “ jika sistem berada dalam kesetimbangan bergeser kearah reaksi endoterm dan penurunan suhu menimbulkan pergeseran kearah reaksi eksoterm.Pengaruh tekanan dan volumeBila tekanan kesetimbangan gas diperbesar, kesetimbangan bergeser kearah molekul yang terkecil dan sebaliknya bila tekanan diperkecil arah kesetimbangan bergeser kearah molekul yang besar. Penambahan dan pengurangan bersifat antagonis dengan volum sesuai hukum boyle “ Apabila tekanan gas diperbesar maka volumenya akan mengecil dan sebaliknya bila tekanan diperkecil maka volume akan membesar “ Namun hal ini akan hanya terjadi dengan suhu tetap.Pengaruh katalisKatalis bila dipergunakan untuk memperluas sesuatu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan kmia suatu reaksi. Akan tetapi katalis tidak mempengaruhi jumlah total energy yang diserap untuk dilepaskan dalam suatu sistem, sehingga secara teoritis katalis tidak dapat mengubah posisi kesetimbangan, tetapi mempercepat kedua arah reaksi secara sebanding.Dalam larutan terdapat dua macam kesetimbangan kemungkinan terjadinya kesetimbangan. Kesetimbangan yang terbentuk adalah dapat berupa kesetimbanga heterogen ataupun homogeny adalah kesetimbangan yang terjadi pada campuran larutan dalam fase yang sama, sedangkan kesetimbangan heterogen merupakan kesetimbangan yang terjadi antara dua fase yang berbeda. Senyawa – senyawanya tertentu biasanya ada yang terurai sempurna ataupun sebagian. Penguraian ini dikenal sebagai disosiasi . Apabila terjadi reaksi sebaliknya bagian senyawa yang terdisosiasi disebut derajat disosiasi ( Tim Dosen kimia, 2010 : 21 ).Iodiun iodide sedikit larut dalam air mirni namun larut dlam air yang mengandung Ion iodide misalnya dalam larutan kalium iodide, iodium dan iod dalam larutan air akan membentuk ion triodida dan reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan ( Tim Dosen Kimia , 2010 ; 21 ).

ALAT DAN BAHANAlat :Labu Erlenmeyer 250 ml ( bertutup asah ) 6 buahCorong pisah 250 ml 1 buahStatif dan klem 1 buahBuret 50 ml 1 buahPengaduk 1 buahCorong biasa 1 buahBotol semprot 1 buahPipet ukur 20 & 250 mlPipet tetesBahan :Larutan natriun tiosulfat 0,1 MLarutan jenuh Iodium dalam klorofrmLarutan KI 0,1 MAquadesTissue

Page 10: bahan c2

PROSEDUR KERJAMemipet 25 ml larutan jenuh iodium dalam klorofrm dan memasukan kedalam corong pisah, menambahkan 200 ml larutan KI 0,1 M dan mengocok selam 60 menitMendiamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan, memisahkan kedua lapisan dan mengambil 5 ml dari masing – masing lapisan, kemudian memasukkan dalam labu ErlenmeyerMenitrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 M. dan mencatat volume pada kedua titrasiMengulangi titrasi sebanyak 3 kali.

HASIL PENGAMATAN20 ml larutan jenuh I2 dalam CHCl3 (ungu) + 200 ml larutan KI 0,1 M 2 lapisan; lapisan atasdikocok 1 jam larutan coklat (tidak berwarna) mengambil 5 ml dari dipisahkan iodine dan air, bawah: iod dalam CHCl3 ditirasi natrium tiosulfatmasing-masing lapisan atas sebanyak 3 kali lapisan atas; larutan tak berwarna dan lapisan bawah; larutan0,1 M tak berwarna dan berminyak.Lapisan atas , dititrasi dengan Natrium tiosulfat 0,1 M :Volume titrasi I = 1,60 mlVolume titrasi II = 1,50 mlVolume titrasi III = 1,50 ml

Lapisan bawah, dititrasi dengan Natrium tiosulfat 0,1 M :Volume titrasi I =7,50 mlVolume titrasi II = 4,70 ml

ANALISIS DATADik : KD = 50,69V tio pada iod dalam AirV1 = 1,60 mlV2 =1,50 mlV3 = 1,50 mlVtio pada iod dalam CHCl3V1 = 7,50 mlV2 = 4,70 ml[ I ] mula – mula = 0,1 M[ tio ] = 0,1 MDit : Kc……..?Peny :Volume rata-rata Natrium tiosulfat pada titrasi iod dalam airV tio = (V1+V2+V3)/3= (1,60 ml+1,50 ml+1,50 ml)/3= 1,53 mlVolume rata – rata Natrium tiosulfat pada iod dalam CHCl3 adalahV tio =(V1+V2)/3=(7,50ml+4,70 ml)/3= 6,10 ml

Page 11: bahan c2

Reaksi yang terjadi pada titrasi S4O6 2- + 2I-2S2O3 2- + I2 1 mmol I22 mmol S2O32- ½ mmol I21 mmol S2O32- Dalam percobaan ini 1 mmol Na2S2O3 0,1 M = 0,1 mmol S2O32-Jadi, 1 mmol Na2S2O3 0,1 M = ½ x 0,1 mmol I2= 5,0 x 10-2 mmol I2= 5,0 x 10-5 mol I2Oleh karena itu, 1 ml larutan standar Na2S2O3 ekivalen dengan 5,0 x 10-5 mol I2 maka :[I2]CHCl3 = Mtio x Vtio= 5,0 x 10-5mol x 6,10 ml= 1,41 x 10-6 M

KD = [I2]H2O/[I2]CHCl3[I2]H2O = KD . [I2]CHCL3=50,69 x 1,41 x 10-6 M=0,12 x 10 M.

[I3] H2O= 1,53 x 10-6 M - 0,12 x 10-6 M.= 1,41 x 10-6 M

[I-] = [I-]o – [I3] = [I-]o = 0,1[I-] = [I-] - [I3] = (0,1 - 1,41 x 10-6 M)= 0,0999986 M

K = I3H2O/([I2]H2O.[I-]H2O])= (1,41 x 10-6 M)/(0,12 x 10 M-6 M x 0,0999986 M)= 117,516 M.

PEMBAHASANPercobaan pada penentuan tetapan kesetimbangan ion triodida yang dilakukan untuk menentukan tetapan kesetimbangan ion triodida. Percobaan ini dikatakan dengan mencampurkan larutan jenuh iod dalam CHCl3 dengan larutan KI 0,1 M. Digunakan larutan KI karena I2 akan larut dan terdistribusi dengan baik dalam air yang mengandung I sedangkan dalam air biasanya iod sangat sulit larut ( terdistribusi ). Pada campuran kedua larutan tersebut dilakukan dalam corong pisah yang akan mempermudah dalam melakukan pencampuran. Selanjutnya, dilakukan pengocokan dengan kuat – kuat selama 60 menit yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya proses distribusi dalam lapisan kloroform dan air.Selanjutnya dilakukan pengocokan, corong pisah kemudian didiamkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas berupa iod dalam air dan lapisan bawah adalah lapisan iod dalam kloroform.Terbentuknya dua lapian ini disebabkan karena adanya perbedaan sifat kepolaran antara kedua pelarut, dimana air bersifat polar dan klorofrm bersifat nonpolar. Air berada dibagian atas disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih kecil yaitu 1 g/ ml dibandingkan dengan

Page 12: bahan c2

klorofrm yang memilki masa jenis 1,49 g/ ml. Lapisan atas iod dalam klorofrm yang berwarna ungu kemudian dipisahkan. Lapisan atas yang berwarna merah bata menandakan bahwa iod telah terdistribusi kedalam pelarut air dan dapat terdistribusi kedalam pelarut air disebabkan karena iod tersebut akan membentuk reasksi kesetimbangan .Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada lapisan atas mengandung iod dalam air yang tidak bereaksi. Kedua lapisan tersebut dipisahkan, masing – masing diambil 5 ml untuk dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 M. Fungi dari titrasi ini adalah sebagai analisis volumetric untuk menentukan konsentarsi iod dalam kolrofrm. Adapun volume Natrium tiosulfat yang digunakan adalah untuk menitrasi laapisan atas adalah sbanyak 3 kali berturut – turut adalah 1,60 ml, 1,50 ml, dan 1,50 ml dengan volume rata – rata adalah 1,53 ml. Sedangakan volume natrium tiosulfat yang digunakan pada lapisan bawah adalah sebanyak 2 kali titrasi berturut –turut adalah 7,50 ml, dan 4,70 ml dengan volume rata – rata adalah 6,10 ml.Adapun reaksinya adalah ;I2 + 2 Na2 S2O3 2 NaI + Na2S4O6Dari analisis data diperoleh konsentrasi iod dalam air sebesar 0,12 x 10-6 M. sedangkan konsentrasi iod dalam kloroform adalah 1,41 x 10-6 M dan konsentrasi I- dalam H2O sebesar 0,0999986 M, sehingga nilai kesetimbangannya adalah 117,516 M. Hal ini tidaksesuai dengan teori yang menyatakan tetapan kesetimbangan sebesar 710 M , adanya perbedaan teori dengan praktek ini karena perbedaan suhu kmar yang digunakan dan distribusi iod tidak merata.