BAHAN ANALISIS x

27
A. Struktur molekul dan dasar analisis zat aktif Struktur molekul C20H21ClO4 Berat molekul 360.8 B. METODE PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU YANG DISARANKAN High Performance Liquid Chromatography (Hplc) / Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt) Kromatografi adalah suatu proses pemisahan komponen sample yang didasarkan pada perbedaan distribusi komponen diantara fasa gerak dan fasa diam. Fase diam adalah suatu fasa yang tetap terpasang didalam sistem tersebut, sedangkan fase yang lain yang secara terus menerus bergerak melewati fasa diam disebut fase gerak. Berdasarkan bentuk fase gerak yang digunakan maka dikenal kromatografi cair dan kromatografi gas. Pada kromatografi cair yang bertindak sebagai fase diam dapat berupa fase padat ataupun fase cair. Ditinjau dari sistem peralatannya maka Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) termasuk kromatografi kolom karena menggunakan fase diam yang diisikan atau

description

aaa

Transcript of BAHAN ANALISIS x

A. Struktur molekul dan dasar analisis zat aktif

Struktur molekul

C20H21ClO4Berat molekul 360.8

B. METODE PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU YANG DISARANKAN

High Performance Liquid Chromatography (Hplc) / Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)Kromatografi adalah suatu proses pemisahan komponen sample yang didasarkan pada perbedaan distribusi komponen diantara fasa gerak dan fasa diam. Fase diam adalah suatu fasa yang tetap terpasang didalam sistem tersebut, sedangkan fase yang lain yang secara terus menerus bergerak melewati fasa diam disebut fase gerak. Berdasarkan bentuk fase gerak yang digunakan maka dikenal kromatografi cair dan kromatografi gas. Pada kromatografi cair yang bertindak sebagai fase diam dapat berupa fase padat ataupun fase cair.Ditinjau dari sistem peralatannya maka Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) termasuk kromatografi kolom karena menggunakan fase diam yang diisikan atau ter-packing didalam kolom. Tetapi bila ditinjau dari proses pemisahannya maka KCKT digolongkan sebagai kromatografi adsorpsi atau kromatografi partisi. Selanjutnya KCKT berkembang dari asas proses pemisahan adsorpsi dan partisi ke arah yang lebih luas yaitu prose pemisahan berasaskan filtrasi gel dan pertukaran ion. Kromatografi Partisi terdiri dari kromatografi fase normal dan kromatografi fase terbalik . Pada kromatografi fase normal, sebagai fase diam polar dan fase gerak non polar.Pada kromatografi adsorpsi , distribusi solut berdasarkan proses adsorpsi dimana pemisahan terjadi berdasarkan antaraksi khas solut terhadap permukaan fase diam. Biasanya digunakan fase diam polar misalnya silica gel atau alumina dan fase mobil non-polar seperti heptan atau kloroform. Pada kromatografi pertukaran ion dapat terjadi pertukaran kation atau anion antara solut dan fase diam . Pemisahan dapat terjadi karena adanya perbedaan kekuatan interaksi elektrostatik antara solut dan fase diam. Pada kromatografi filtrasi gel pemisahan terjadi karena perbedaan ukuran molekul. Kromatografi ini memakai fase diam padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen yang mempunyai bobot molekul yang tinggi, fase diam padat yang demikian ini biasanya dimiliki oleh gel dan semacamnya. Sedangkan sebagai fase gerak adalah cairan.Dari beberapa macam pemisahan diatas, pemisahan yang umum dikumpai pada KCKT adalah berdasarkan proses partisi. Maksud dan tujuan analisis dengan KCKT hanya ada 2 hal yaitu didapatnya pemisahan yang baik dan waktu proses yang relatif singkat . Untuk mencapai maksud dan tujuan analisis tersebut diperlukan pelaksanaan yang sudah dipersiapkan dan diperhitungkan antara lain : pemilihan pelarut pengembang yang sesuai untuk komponen yang dipisahkan, pemilihan kolom yang dipakai, penggunaan detector yang memadai, dan pengetahuan dasar KCKT yang baik serta pengalaman dan keterampilan kerja yang baik.

Parameter KCKTa. Keseimbangan DistribusiJika suatu solut dielusikan pada suatu sistem kromatografi , maka solut ini akan mengalami partisi / distribusi dalam kedua fase (fase gerak dan fase diam) , yang besarnya bergantung kepada kelarutan solut pada masing-masing fase.Sebagai ukuran besarnya distribusi masing-masing solut kedalam fase gerak dan fase diam adalah koefisien distribusi / koefisien partisi (K) .Hal ini dinyatakan kedalam persamaan sebagai berikut :

Dengan ketentuan :Cs= konsentrasi solut dalam fase diam (stasioner)CM= konsentrasi solut dalam fase gerak (mobil)b. Waktu Retensi (tR)Waktu retensi untuk solut (tr) adalah waktu yang diperlukan solut untuk bergerak sepanjang kolom. Disamping waktu retensi untuk solut , dikenal pula waktu retensi untuk pelarut / udara / komponen yang tidak ditahan oleh kolom (unretained peak) yang dinyatakan sebagai tM . Harga tM akan lebih kecil dari harga tR karena yang akan lebih dulu mencapai ujung kolom adalah unretained peak. Harga tR tiap analit dipengaruhi oleh harga koefisien distribusi yang spesifik untuk setiap analit. Jadi bila suatu campuran zat (dengan harga koefisien distribusi yang berbeda) dielusi pada suatu system kromatografi, maka akan memberikan waktu retensi yang berbeda. Makin besar harga koefisien distribusi maka makin besar harga tR-nya karena analit banyak yang ditahan oleh fase diam.c. Faktor KapasitasMerupakan perbandingan jumlah molekul solut dalam fase diam dan fase gerak. Faktor kapasitas dapat didefinisikan melalui persamaan sebagai berikut :

Keterangan :tR : Waktu retensi komponen yang ditahan oleh kolomtM : Waktu retensi komponen yang tidak ditahan oleh kolom (unretained peak )Faktor kapasitas yang besar memberikan indikasi adanya interaksi yang relatif kuat antara analit dengan fase diam dan sebagai akibatnya komponen tertahan kuat dalam kolom. Sebaliknya faktor kapasitas kecil menunjukkan interaksi yang relatif lemah atau analit hanya sedikit saja tertahan didalam kolom.

d. Faktor selektifitas ( )Kemampuan kolom untuk memisahkan 2 komponen disebut faktor selektifitas. Untuk suatu sistem kromatografi, pada kondisi yang sama, harga tM adalah konstan sehingga :

Keterangan :kA dan kB : Faktor kapasitas komponen A dan B( tR ) A dan ( tR ) B: Waktu retensi kompenen A dan komponen BtM: Waktu retensi fase gerakHarga merupakan harga retensi relatif . Agar terjadi pemisahan , hendaknya lebih besar dari 1, karena pada = 1 berarti kA = kB sehingga komponen A tidak terpisahkan dari komponen B. Tetapi harga lebih besar dari 1 tidak dapat menggambarkan pemisahan yang sempurna, karena harga menunjukkan pemisahan pada puncak kromatogram tanpa memperhitungkan tumpang tidih yang mungkin terjadi pada bagian bawah kromatogram.e. Resolusi (Rs)Resolusi merupakan ukuran efesiensi kolom dan efiensi fasa gerak dan dinyatakan sebagai derajat pemisahan 2 puncak kromatogram yang berurutan.Resolusi antara 2 puncak dapat dihitung secara kuantitatif sebagai perbandingan dari jarak antara puncak maksimum kedua komponen dan lebar rata-rata kedua puncak pada alasnya dan dinyatakan dalam persamaan sebgai berikut : Keterangan( tR ) A dan ( tR ) B= Waktu retensi kompenen A dan komponen BWa dan Wb = Lebar puncak komponen A dan komponen Bf. Jumlah Lempeng Teori ( N)Efisiensi suatu kolom dapat dinyatakan secara kuantitatif sebagai jumlah lempeng teori (N) dari kolom tersebut. Jumlah lempeng teori dapat dihitung berdasarkan pendekatan teoritis dari kromatogram yang diperoleh.

Keterangan :tR= waktu retensiW= lebar puncakEfisiensi suatu kolom akan semakin tinggi , jika jumlah pelat teori (N) yang dikandungnya semakin banyak.

g. Jarak Setara Pelat Teoritis (JSPT)JSPT adalah panjang kolom yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan linarut diantara fase gerak dan fase diam, yang disebabkan oleh pergerakan fasa gerak. JSPT dapat dihitung dengan persamaan :

Dimana : H = JSPT L = Panjang kolomBila H menurun, maka N makin besar berarti kolom makin efisien. Berdasarkan teori plate, keadaan ideal dapat didekati dengan cara meningkatkan jumlah pelat teori dengan membuat harga H mendekati nol. Spektrofotometri UV VisSpektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan Sinar Visible berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).Universitas Sumatera Utara2.5.2. InstrumenMenurut Khopkar (1990), suatu spektrofotometer tersusun dari :- Sumber RadiasiSumber yang biasa digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran cahaya tampak.- MonokromatorDigunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma ataupun grating. untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah.- Sel / KuvetPada pengukuran di daerah sinar tampak kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 1cm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Universitas Sumatera Utara- DetektorPeranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.2.5.3. PenggunaanMenurut Rohman (2007), metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan banyak jenis bahan obat. Cara untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan membandingkan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi baku dengan absorbansinya dan selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel. Analisis kualitatifPenggunaan spektrofotometri UV-Vis dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit (500 nm) hanya sedikit sekali puncak absorbsi maksimum dan minimum, sehingga tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat. Analisa kuantitatifAnalisis kuantitatif dengan metode spektofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu: a. analisis zat tunggal.b. analisi campuran dua macam zat atau analisis dua komponen.c. analisis campuran tiga macam zat atau lebih / analisis multi komponen.

Penggunan utama untuk analisa kuantatif, menentukan kadar senyawa yang mengabsorpsi radiasi UV-Vis dengan membandingkan absorban sampel terhadap absorban senyawa standar yang konsentrasinya diketahui (satiadarma, 2004).

Spektrofotometeri Infra RedSpektrofotometri infra red (spektrofotometri IR) adalah suatu metoda analisa yang didasarkan pada interaksi antara sinar Infra Red dengan materi. Hasil yang diperoleh pada pengukuran dengan Spektrofotometri IR adalah suatu spektrum IR, yang menyatakan hubungan antara intensitas serapan IR terhadap frekuensi/bilangan gelombang. Spektrofotometri IR dapat di gunakan untuk analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif.1. Analisis KualitatifUntuk keperluan analisis kualitatif difokuskan pada indentifikasi gugus fungsi. Spektrum IR senyawa oraganik ( dan juga senyawa-senyawa anorganik) merupakan sifat fisik yang khas bagi senyawa-senyawa tersebut. Hal ini merupakan alasan mengapa spektrum IR dapat di gunakan untuk penentuan struktur. Kecuali senyawa-senyawa isomer optik. Karena tidak ada senyawa yang mempunyai serapan IR yang identik.2. Analisis KuantiatifWalaupun dapat digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif, tetapi penggunaanya sangat jarang digunakan. Karena spektrum IR yang dihasilkan untuk satu sampel sangat rumit, mengandung banyak sekali puncak-puncak serapan.Susunan instrumentasi spektrofotometri IR hampir sama dengan spektrofotometri UV-Visible. Perbedaanya adalah sampel berhadapan langsung dengan sumber radiasi. Perbedaanya adalah sampel berhadapan langsung dengan sumber radiasi. Susunan alat spektrofotometri IR secara blok diagram adalah sebagai berikut :Sumber radiasiSampelMonokromatromDetektorRecorderAmplifier

Gambar 7 Susunan Alat Spektrofotometer infra Red

Keterangan masing-masing bagian yaitu : a. Sumber radiasi Sumber radiasi IR dipancarkan oleh padatan lembar yang dipanaskan sampai pijar dengan aliran listrik.b. SampelSampel yang digunakan untuk analisis spektrofotometri IR dapat berupa padat cair maupun gas.c. MonokromatorAda dua jenis monokromator dengan fungsi yang berbeda, yaitu:1) Monokromator celah yang berfungsi untuk memurnikan radiasi IR dari sampel sehingga masuk dalam rentang bilangan gelombang yang dikehendaki.2) Monokromator prisma yang terbuat dari garam anorganik yang berfungsi sebagai pengurai dan pengarah radiasi IR menuju detektor.Monokromator yang umum digunakan saat ini adalah gabungan kisi difraksi (grating) dan monokromator prisma, kisi ini terbuat dari kacia/bahan plastik yang permukaannya tertoreh dengan halus dan terlapisi oleh kondensat aluminium.d. DetektorBerfungsi mengubah sinyal radiasi IR menjadi sinyal listrik. Detektor yang paling banyak digunakan pada IR adalah tipe hantar bahang/panas yang bekerja atas dasar efek panas dari radiasi IR.

Keseragaman Bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.

Waktu hancurUji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Menurut FI IV., untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal dengan namaDesintegration Tester. Alat terdiri dari : Rangkaian keranjang yang terdiri dari 6 tabung transparan yang panjang masing masingnya 77,5 mm+2,5 mm dengan diameter dalam 21,5 mm dan tebal dinding lebih kurang 2 mm, kedua ujungnya terbuka. Ujung bawah tabung dilengkapi dengan suatu kasa baja tahan karat dengan diameter lubang 0,025 inchi (ukuran 10 mesh nomor 23). Gelas piala berukuran 1000 ml yang berisi media cair. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang 2,5 cm dari dasar wadah. Thermostat yang berguna untuk memanaskan dan menjaga suhu media cair antara 35o 39oC. Alat untuk menaikturunkan keranjang dalam media cair dengan frekuensi 29 kali hingga 32 kali per menit.

Dalam FI IV waktu hancur kapsul tidak dinyatakan dengan jelas, namunmenurut FI. III,kecuali dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih dari 15 menit. DisolusiUji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket.

C. PROSEDUR PENGUJIAN BAHAN BAKU, BAHAN RUAHAN DAN PRODUK JADI

Bahan Baku

1 Melting point: 79 C - 82 C.2 Spektrum serapan Inframerah zat zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Fenofibrat BPFI.3 Penetapan kadara. Fasa gerak Acetonitrile : air pH 2,5 (atur pH dengan H3PO4 0,01 M ) = 70 : 30b. Larutan H3PO4 0,01 M Larutkan 1,3799 g H3PO4 (p) dalam 1000 ml air murni.c. Larutan standar Timbang 25 mg Fenofibrate standar, masukkan kedalam labu ukur coklat 50 ml. Larutkan dengan 25 ml Acetonitrile, sonikasi 5 -10 menit. Encerkan dengan Acetonitrile hingga tanda batas. Homogenkan. Pipet 1 ml larutan masukkan kedalam labu ukur coklat 10 ml. Encerkan dengan fsa gerak hingga tanda batas. Homogenkan. Saring dengan saringan membran porositas 0, 45 m.d. Larutan sampel Timbang 100 mg Zak aktif Fenofibrate masukkan kedalam labu ukur coklat 100 ml. Larutkan dengan 25 ml Acetonitrile, sonikasi 5-10 menit. Encerkan dengan Acetonitrile hingga tanda batas. Homogenkan. Saring dengan kertas saring whatman no. 40, buang 5 ml filtrate pertama, tamping filtrate dalam Erlenmeyer 50 ml. Pipet 1 ml larutan masukkan kedalam labu ukur coklat 10 ml. Encerkan dengan fsa gerak hingga tanda batas. Homogenkan.Saring dengan saringan membran porositas 0,45m.e. Perhitungan

Keterangan :As: Luas area puncak Fenofibrate dalam larutan sampel.Ar: Luas area puncak Fenofibrate dalam larutan standar.P: Potensi Fenofibrate standar (%).

D. Pengujian Mutu Produk Ruahan

Keseragaman Bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.

Waktu HancurProsedur :1 Masukkan 1 kapsul pada masing-masing tabung di keranjang.2 Masukkan kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang, gunakan air bersuhu 37o+ 2osebagai media kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan lain dalam masing masing monografi.3 Naik turunkan keranjang didalam media cair lebih kurang 29 32 kali per menit.4 Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.5 Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.

Uji Disolusia) Kondisi Disolusi Media: Sodium Lauryl Sulphate 0,1 M ; 1000 mlb) Media disolusi Timbang 288,4 g Sodium Lauryl Sulphate, larutkan dengan 3 L air murni panas, stirrer hingga larut. Encerkan dengan air murni hingga 10 L. Aduk hingga homogen.

c) Larutan standar Timbang 10 mg Fenofibrate standar masukkan kedalam labu ukur coklat 100 ml. larutkan denga 10 ml Acetonitrile. Encerkan dengan media disolusi hingga tanda batas. Homogenkan. Pipet 5 ml larutan masukkan kedalam labu ukur coklat 50 ml. Encerkan dengan media disolusi hingga tanda batas. Homogenkan.d) Larutan sampel Pipet 50 ml larutan hasil disolusi, saring dengan kertas saring whatman no. 40, buang 10 ml filtrate pertama, tampung filtrate dalam Erlenmeyer 50 ml. Pipet 5 ml filtrate, masukkan kedalam labu ukur coklat 50 ml, encerkan dengan media disolusi hingga tanda batas. Homogenkan.e) Prosedur Ukur absorban larutan standar 6 dan larutan sampel masing masing 1 dengan Spektrofotometer UV-Vis pada 286 nm terhadap blanko (media disolusi).f) Perhitungan

Keterangan :As : Absorban Fenofibrate dalam larutan sampel disolusi.Ar : Absorban Fenofibrate dalam larutan standar disolusi.Wr : bobot Fenofibrate standar yang ditimbang (mg)P : potensi Fenofibrate standar (%)

Kadar Fenofibrate (HPLC) a. Fasa gerak Acetonitrile : air pH 2,5 (atur pH dengan H3PO4 0,01 M ) = 70 : 30b. Larutan H3PO4 0,01 M Larutkan 1,3799 g H3PO4 (p) dalam 1000 ml air murni.c. Larutan standar Timbang 25 mg Fenofibrate standar, masukkan kedalam labu ukur coklat 50 ml. Larutkan dengan 25 ml Acetonitrile, sonikasi 5 -10 menit. Encerkan dengan Acetonitrile hingga tanda batas. Homogenkan. Pipet 1 ml larutan masukkan kedalam labu ukur coklat 10 ml. Encerkan dengan fsa gerak hingga tanda batas. Homogenkan. Saring dengan saringan membran porositas 0, 45 m.d. Larutan sampel Timbang bobot isi dari 20 kapsul (hitung bobot rata-rata isi dari 20 kapsul), masukkan isi kapsul tersebut kedalam mortar, gerus hingga homogen. Timbang serbuk sebanyak 0,25 nbobot rata-rata isi kapsul (setara dengan 25 mg Fenofibrate) masukkan kedalam labu ukur coklat 50 ml. Larutkan dengan 25 ml Acetonitrile, sonikasi 5-10 menit. Encerkan dengan Acetonitrile hingga tanda batas. Homogenkan. Saring dengan kertas saring whatman no. 40, buang 5 ml filtrate pertama, tamping filtrate dalam Erlenmeyer 50 ml. Pipet 1 ml larutan masukkan kedalam labu ukur coklat 10 ml. Encerkan dengan fsa gerak hingga tanda batas. Homogenkan. Saring dengan saringan membran porositas 0,45m.e. Perhitungan

Keterangan :As: Luas area puncak Fenofibrate dalam larutan sampel.Ar: Luas area puncak Fenofibrate dalam larutan standar.Wr: Bobot Fenofibrate standar yang ditimbang (mg).Wt: Bobot isi rata-rata kapsul (mg).Ws: Bobot nyata sampel yang ditimbang (mg).P: Potensi Fenofibrate standar (%).

DAFTAR PUSTAKAAnonim. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 The National Formulary 25. United States Pharmacopoeia Convention, Inc. Electronic version.

Anonim. (2010). Satuan Acara Penyuluhan Penyakit Cacing.Diambil dari : URL HYPERLINKhttp://rastirainiawordpress.com/SATUAN-ACARA-PENYULUHAN-PENYAKIT-CACINGAN.html

Bassett, J., dkk. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerjemah Pujaatmaka,A.H. Edisi ke IV. Jakarta: EGC: hal 809

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press: hal. 1

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah: Pujaatmaka, A.H. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga: hal. 393, 396-403

Depkes RI. (1989). Informasi Tentang Obat Generik. Jakarta. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. hal. 3-4

Depkes RI. (2009). Undang-undang RI No. 36 Tentang Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 40

Dibbern, H.W., dkk. (2002). UV and IR Spectra : Pharmaceutical Substances (UV and IR) and Pharmaceutical and Cosmetic Excipients (IR). Jerman: Editio Cantor Aulendorf

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 748

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 719, s1061, 1066

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: hal. 220-255

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitunganya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 1(3). hal. 117-135Holme, D.J. dan Peck, H. (1983). Analytical Biochemistry. London: Longman: hal. 40

ISO. (2009). Combantrin. Volume 44. Jakarta. PT. ISFI Penerbitan. hal. 80

Katzung, B.G. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah: Agoes, H.A. Edisi ke VI. Jakarta: Buku Kedokteran EG: hal. 286