Bahan Ajar Kewirausahaan
Transcript of Bahan Ajar Kewirausahaan
BAHAN AJAR
OLEH
LA HATANI, SE,.M.M
J U R U S A N M A N A J E M E N
F A K U L T A S E K O N O M I UNIVERSITAS HALUOLEO
K E N D A R I 2 0 0 8
1
DAFTAR ISI
Hal :
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
i
iDAFTAR ISI ...............................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
i
ii
I. PEMBENTUKAN SIKAP MENTAL WIRAUSAHA .................. 1
II. KEPEMIMPINAN DALAM WIRAUSAHA…………………….. 11
III. MENGAMBIL RESIKO (RISK TAKING) ................................... 20
IV. PENGAMBILAN KEPUTUSAN…………………………………. 26
V. PEMBELAJARAN MENUMBUHKAN SIKAP WIRAUSAHA.. 31
VI. MEMBANGKITKAN MOTIVASI &INOVASI WIRAUSAHA.. 51
VII. MENILAI PELUANG USAHA/BISNIS ........................................ 67
VIII. CONTOH KASUS, REVIEW ARTIKEL & JURNAL…………. 76
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 98
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas
limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya telah memberikan petunjuk,
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang terdiri atas
sep
Ucapan terimah kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak
mem
Kendari, Agustus 2008
La Hatani, S.E., M.M.
kesehatan, kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyajikan
tulisan Bahan Ajar mata kuliah Kewirausahaan.
uluh 8 Pokok Bahasan yang disusun sebagai bahan penuntun atau pegangan
mahasiswa di lingkup Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas
Haluoleo dengan materi yang telah disesuaikan khususnya mata kuliah
Kewirausahaan. Sebagai materi dalam Bahan Ajar ini merupakan hasil
penyempurnaan dari materi yang dilakukan dalam perkuliahan yang telah
disusun sebelum ditambah dengan beberapa contoh kasus dan trend baru
keilmuan Kewirausahaan. Harapan penyusun bahwa Bahan Ajar ini dapat
membantu para mahasiswa dan tim pengajar dalam kegiatan perkuliahan.
bantu dan mengarahkan dalam penyusunan Bahan Ajar ini. Disadari bahwa
dengan kekurangan dan keterbatan yang dimiliki penulis, walaupun telah
dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak
kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis,
NIP. 132 308 766
3
1. TUJUAN UMUM
wa dapat memiliki pengetahuan dan mengubah perilaku
2. TUJUAN KHUSUS
an dapat menjelaskan falsafah wirausaha
an profesi.
3. KATA KUNCI: Hakekat Wirausaha, Sikap &Profesi
4. RANGKUMAN
merupakan individu yang sangat spesifik dalam
pe
khas dari kalangan
wi
ketidakpastian dan persaingan.
Diharapkan mahasis
untuk bersikap mental wirausaha.
a. Mahasiswa diharapk
b. Mahasiswa diharapkan dapat membedakan antara wirausaha d
c. Mahasiswa diharapkan mengubah perilaku bersikap mental wirausaha.
Wirausahawan
rilakunya. Ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan,
yakni; pertama, wirausahawan sebagai innovator, di mana seorang
wirausahawan selalu mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan
usahanya, kedua, wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang
menguntungkan, ketiga, wirausahawan menyukai risiko. Dalam hal ini, jika
seorang wirausahawan memulai usaha baru dengan produk baru, maka ia
dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai
inovator, sebagai pencari peluang, dan suka akan risiko.
Berkaitan dengan bakat dan karakteristik yang
rausahawan, proses menjadi wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor manusia dan intuisinya, masyarakat, dan budaya di mana
wirausahawan tersebut berasal. Semangat wirausaha berasal dari semangat
individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi
4
5.
ari kelompok usaha kecil, terutama yang
kat (personality traits), bagaimana seorang wirausahawan
me
2.
bul untuk maju besar
kepada orang lain.
hankan usaha, seorang
nsisten
da
B.
ang usaha dengan mengelola sumber-
sumber daya yang ada. Oleh karena itu kewirausahaan melekat pada diri
URAIAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Karakteristik yang khas d
menyangkut ba
mulai usaha dan bagaimana mereka bertahan dalam kondisi lingkungan
yang berubah terus menerus (open-ended changes). Keberhasilan usaha
kecil, sering kali dikaitkan dengan bakat yang dimiliki oleh pengusaha
(pemilik usaha), bukan oleh faktor-faktor lain. Hal ini kiranya tidak
berlebihan karena kenyataan menunjukkan bahwa mayoritas wirausahawan
tidak berpendidikan tinggi, sehingga faktor pendidikan bukan merupakan
hal penting bagi studi wirausaha (entrepreneurship).
Beberapa keuntungan yang akan diperoleh dengan berwirausaha yaitu:
1. Meningkatnya harga diri
Memperoleh penghasilan untuk diri sendiri
3. Ide dan motivasi yang tim
4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung
Dalam kaitannya dengan upaya untuk memperta
wirausaha memerlukan suatu strategi positioning yang kuat serta ko
lam suatu lingkungan persaingan yang dinamis. Hal ini memerlukan
suatu perbaikan yang berkelanjutan. Di sisi lain perubahan yang terjadi
merupakan perubahan paradigma persaingan yang bersifat tidak terus-
menerus (discontinuous). Pokok bahasan ini menjelaskan tentang falsafah/
hakekat wirausaha, wirausaha dan profesi, serta sikap mental wirausaha.
Falsafah/Hakekat Wirausaha
Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan
dan mengevaluasi peluang-pelu
5
ma
akna, dengan demikian bekerja adalah indikator
akna atau berperadaban, karena manusia bekerja
maupun kualitatif.
ia mengalami proses
nusia, sementara keberadaan manusia di dunia ini merupakan mahluk
utama dan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat. Sehubungan
dengan hal tersebut, ada 4 elemen pokok yang perlu disadari akan
eksistensi keberadaan manusia dalam memahami falsafah/hekekat
wiarausaha yaitu :
1) Hakekat Keberadaan Manusia, adalah pekerja dan tanpa bekerja
fungsi diri sebagai manusia mahluk utama di muka bumi akan
kehilangan m
eksistensi manusia.
2) Kewajiban Manusia Dalam Hidupnya, Manusia dalam hidupnya
wajib bekerja, artinya bekerja disini adalah berbuat sesuatu agar
kehidupan lebih berm
untuk mempertahankan hidup dan kelansungan hidup. Dengan bekerja
kehidupan lebih bergairah, dinamis dan menyenangkan sehingga
keberadaan diri manusia menjadi nyata dan bernilai.
3) Etos Kerja, merupakan salah satu unsur inner dynamic factor (faktor
dinamika yang berada dalam diri manusia). Dengan etos kerja, bekerja
berarti menghasilkan sesuatu baik secara kuantitatif
Dalam hubungan tersebut ada 2 (dua) variabel pengukur hasil kerja
yaitu : (1) Manfaat/Kegunaan; (2) Produktivitas.
4) Kebutuhan Hidup, Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dalam rangka mempertahankan kelansungan hidup. Dari
perjalanan peradaban manusia, kebutuhan manus
perkembangan dan sangat beragam. Maslow mempertimbangkan
kebutuhan manusia sebagai motivasi dan perilaku manusia dalam
sebuah model hierarki kebutuhan berdasarkan urutan kadar pentingnya
sebagai berikut :
6
Gambar 1.1. Model Hierarki Kebutuhan Maslow
C. Pengertian Wirausaha Dan Profesi
Wiraswata terdiri atas 3 kata yaitu Wira adalah manusia unggul, teladan,
berbudi luhur, berjiwa besar, berani, paklawan/pendekar kemajuan dan
a sendiri; dan Sta artinya berdiri.
(S
u
ba
organisasi, untuk
merasakan dan menciptakan peluang ekonomi baru (produk baru, metode
memiliki keagungan watak; Swa artiny
oemanto, 1984). Dengan demikian secara etimologis wiraswasta berarti
keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta
memecahkan masalah hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
Wirausaha (Entrepreneur) adalah orang yang mendobrak sistem
ekomomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru,
dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan bak
ru. (Joseph, 1994). Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah kegiatan
individu atau kelompok yang membuka usaha baru dengan maksud
memperoleh keuntungan (Profit), memelihara usaha dan membesarkannya,
dalam bidang produksi atau distribusi barang dan jasa.
Wirausaha adalah sebagai manifestasi dari kemampuan dan kehendak
dari individu-individu, terhadap organisasinya baik secara sendiri-sendiri
maupun dalam bentuk tim, di dalam dan di luar
7
ba
1)
u dengan
arakteristik yang khas dari kalangan
wirausahawan, Morrison (2000) mengemukakan bahwa proses menjadi
l.
Ki
dan hasil yang lebih besar (Drucker, 1985). Definisi tersebut terus
ru, skema organisasi baru dan kombinasi produk-pasar yang baru), dan
memperkenalkan gagasan-gagasan mereka di pasar dalam menghadapi
kendala dan ketidakpastian pasar, dengan cara membuat keputusan
terhadap lokasi, bentuk dan penggunaan sumberdaya dan institusi
(Wenneker dan Thurik dalam Carree dan Thurik, 2002).
Wirausahawan merupakan individu yang sangat spesifik dalam
perilakunya. Schumpeter, Kirzner dan Knight dalam Carree dan Thurik
(2002) mengemukakan bahwa ada tiga peranan yang menonjol dari
seorang wirausahawan, yakni :
Wirausahawan sebagai innovator, di mana seorang wirausahawan selalu
mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan usahanya.
2) Wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang
menguntungkan.
3) Wirausahawan menyukai risiko.
Dalam hal ini, jika seorang wirausahawan memulai usaha bar
produk baru, maka ia dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut,
yaitu peranan sebagai inovator, sebagai pencari peluang, dan suka risiko.
Berkaitan dengan bakat dan k
wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia dan
intuisinya, masyarakat, dan budaya di mana wirausahawan tersebut berasa
rzner (dalam, Morrison 2000) meyakini bahwa sumber wirausaha
berasal dari semangat individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas
dalam menghadapi ketidakpastian dan persaingan.
Wirausaha adalah kegiatan memindahkan sumberdaya ekonomi dari
kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang lebih tinggi
8
berkembang sampai sekarang, sehingga Drucker menyimpulkan bahwa
wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu produk
ya
nciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuannya adalah
ngan
termasuk masyarakat, bangsa dan negara. Adapun ciri-ciri pokok yang
ng tadinya biasa-biasa saja tetapi dengan penerapan konsep manajemen
dan teknik manajemen (yaitu dengan bertanya nilai apa yang berharga bagi
pelanggan), standarisasi produk, perancangan proses dan peralatan, dan
dengan mendasarkan pelatihan pada analisis pekerjaan yang akan
dilakukan serta menetapkan standar yang diinginkan sehingga
meningkatkan hasil sumberdaya yang ada dan menciptakan pasar serta
pelanggan baru.
Berdasarkan pendapat Drucker tersebut dapat dikemukakan bahwa tidak
semua usaha baru, kecil dan milik sendiri sebagai wirausaha, akan tetapi
kemampuan untuk meningkatkan produktivitaslah yang disebut sebagai
wirausaha. Kao (1995) juga menyebut wirausaha sebagai suatu proses,
yakni proses pe
tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Siagian et al. (1999) mengemukakan bahwa wirausaha adalah kesatuan
terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip serta sikap, kiat, seni dan
tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan
mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada
pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak lain yang berkepenti
sangat menentukan keberhasilan seorang wirausahawan adalah:
1. Memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal)
atau visi dalam usaha
2. Kemampuan untuk mengambil resiko keuangan dan waktu.
9
3. Memiliki kemampuan di bidang perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaannya.
4. Bekerja keras dan melakukan sesuatu yang diperlukan dan mampu
mencapai keberhasilan.
yawan,
amso (1989), menyatakan ada 5 ciri-ciri wirausahawan
si untuk maju), yaitu orang yang memiliki sifat
puan mental) meliputi: IQ, berpikir kreatif dan
ility (kemampuan menjalin hubungan antar manusia)
dge (pengetahuan teknis).
k maju,
i dan memiliki
iptakan nilai tambah dari
pe
D.
dilakukan oleh seorang wirausaha adalah sebagai berikut:
5. Mampu menjalin hubungan baik dengan para pelanggan, kar
pemasok, banker, dll.
Sedangkan Abrah
yang berhasil yaitu :
1. Drive yang kuat (motiva
bertanggung jawab, giat, inisiatif, tekun dan ambisi untuk maju.
2. Mental Ability (kemam
berpikir analitis.
3. Human Relation Ab
meliputi: pengendalian diri, kemampuan menjalin hubungan dan
kemampuan bergaul.
4. Communication Ability (kemampuan berkomunikasi).
5. Technical Knowle
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa seorang wirausahawan yang berhasil memiliki motivasi untu
mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin hubungan
antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikas
pengetahuan teknis yang baik dalam menc
luang usaha yang ada.
Sifat Wirausaha Dan Kebiasaan
Sikap dan perilaku pengusaha dan karyawannya merupakan bagian
penting dalam etika wirausaha. Adapun sikap dan perilaku yang harus
10
1. Jujur dalam bertindak dan bersikap
2. Rajin, tepat waktu dan tidak pemalas
4.
gan
wab
ang tinggi
rang yang mempunyai kemampuan
mpatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
uhkan guna mendapatkan keuntungan
ang tepat guna memastikan
ut sebagai individu-individu
an, bermotivasi tinggi dan berani
me
3. Selalu murah senyum
Lemah lembut dan ramah tamah
5. Sopan santun dan hormat
6. Selalu ceria dan pandai bergaul
7. Fleksibel dan suka menolong pelang
8. Serius dan memiliki rasah tanggung ja
9. Rasa memiliki usaha y
Wirausahawan adalah orang-o
melihat dan menilai kese
sumber-sumber daya yang dibut
daripadanya dan mengambil tindakan y
kesuksesan. Para wirausahawan juga diseb
yang berorientasi kepada tindak
ngambil risiko dalam mengejar tujuannya. Meredith (1988) merinci ciri
dan watak seorang wirausahawan sebagai berikut :
Tabel 1.1. Daftar Ciri dan Watak Wirausaha Ciri -Ciri Watak
Percaya Diri Keyakinan, tidaktergantungan, individualitas, optimisme
Berorientasi Tugas & Hasil
Kebutuhan persepsi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan (motivasi) kuat, energitik, dan inisiatif
Pengambil Risiko Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan
Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimporang lain, menanggapi saran dan
in, dapat bergaul dengan kritik
Keorisinilan Inovatif dan kreatif, punya banyak sumber, serba bisa, dan mengetahui banyak hal
Berorientasi ke Masa Depan
Pandangan ke depan, dan perspektif
S humber : Meredith ; T e Practice of Entrepreneurship (1998).
11
Dilihat dari aspek yang
mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai peluang bisnis;
mengumpulkan sumberdaya yang diperlukan untuk memperoleh manfaat
dari peluang dan memulai kegiatan yang sesuai untuk meraih keberhasilan.
yang memiliki jiwa wirausaha adalah seseorang yang
yang tidak nampak
me
andangan luas, waktu adalah
be
k
k
kejiwaan, wirausaha adalah jiwa seseorang
Seseorang
memiliki tindakan kreatif membangun nilai dari suatu
njadi sesuatu yang nampak. Hal tersebut merupakan upaya untuk
mengejar kesempatan tanpa peduli terhadap ketersediaan sumberdaya atau
ketiadaan sumberdaya di tangannya. Hal ini membutuhkan visi, kegemaran
dan komitmen untuk mencapai visi tersebut.
Seorang wirausahawan terlepas apakah dia bawaan sejak lahir atau dari
proses pengembangan, pada umumnya memiliki ciri-ciri: gemar berusaha,
tegar walaupun gagal, percaya diri, memiliki self determination atau locus
of control, mengelola risiko, perubahan dipandang sebagai kesempatan,
toleran terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki need for
achievement, kreatif, perfeksionis, memiliki p
rharga, dan memiliki motivasi yang kuat (Lambing dan Kuehl, 2000).
Gede Prama (Swa 09/XI/1996), merinci beberapa jiwa dan kemampuan
yang biasanya ada pada diri seorang wirausahawan, di antaranya adalah :
a. Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator).
b. Wirausaha selalu melihat perbedaan, baik antar orang maupun antar
fenomena kehidupan, sebagai peluang dibanding sebagai kesulitan.
c. Wirausaha cenderung jenuh terhadap segala kemampuan hidup, untu
kemudian bereksperimen dengan pembaruan-pembaruan.
d. Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untu
memacu kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi.
e. Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya sendiri.
12
Banyak contoh yang menunjukkan bahwa keberhasilan wirausaha sering
dikaitkan dengan kemampuan wirausahawan dalam menghadapi
permasalahan lingkungan usahanya (Birley dan Westhead, 1993), sifat
kepribadian atau bakat (Naffziger, 1995; Littunen, 2000; Baron dan
Markman, 2003), peluang usaha (Eckhardt dan Shane, 2002; Ardichvili et
al.
maupun dari pengalaman (Henderson, 1993;
Ra
6. EV
1)
2)
g baik tersebut?
rausaha yang berhasil dalam usaha memiliki ciri-ciri tertentu.
n apa saja yang harus dimiliki oleh seorang
rhadapkan kepada
kukan wirausaha atau
memilih menjadi pegawai?
, 2003) dan motivasi dalam memulai usaha (Gray, 1990; Collins et al.,
2000; Shane et al., 2003).
Kemampuan mengatasi permasalahan juga dikaitkan dengan
kemampuan wirausahawan untuk belajar (Deakin, dan Freel, 1998; Rae,
2000; Minniti, dan Bygrave, 2001) baik melalui proses pendidikan dan
pelatihan (Ulrich dan Cole, 1987; Robinson dan Sexton, 1994; Gibb, 1997;
Leitch dan Horrison, 1999)
e, 1999; Cope dan Watts, 2003) dan bimbingan pihak lain (Brown,
1990; Mumford, 1995; Sulivan, 2000).
ALUASI
Uraikan pengertian wirausaha dan kemampuan apa saja yang diperoleh
dari hasil wirausaha?
Untuk menjadi seorang wirausaha diperlukan watak dan sikap yang baik.
Uraikan sikap dan watak wirausaha yan
3) Seorang wi
Jelaskan ciri-ciri wirausaha yang berhasil tersebut?
4) Jelaskan keterampila
wirausaha?
5) Setelah menyelesaikan pendidikan, biasanya kita dipe
dua pilihan yaitu menjadi pegawai atau berwirausaha. Uraikan latar
belakang mengapa seseorang perlu untuk mela
13
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep kepemimpinan dalam
wirausaha serta penerapanya dalam dunia empiris.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan memberi contoh sikap
kepemimpinan yang positif.
arapakan dapat menjelaskan faktor-faktor yang
alam meningkatkan moral
an pada bagian-bagian alur
emimpin meskipun secara
ungkin tidak disenangi. Ada tiga hal yang paling utama
da
“organisasi-organisasi”
b. Mahasiswa dih
dipertimbangkan dalam memimpin orang lain.
c. Mahasiswa dapat merumuskan suatu strategi d
kerja karyawan
3. KATA KUNCI: Entrepreneurship, Leadership
4. RANGKUMAN
Kepempinan (Leadership) mempunyai arti yang luas, sehingga dalam
proses penetapan definisi kepemimpinan didasark
pikir para teoritukus. Kepeminan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahan sedemikian rupa
sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak p
pribadi hal ini m
lam penerapan kepemimpinan yaitu :
1. Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dituntut kemampuan
tertentu yang tidak dimiliki oleh SDM lainnya dalam organisasi.
2. Kepengikutan sebagai elemen penting menjalankan kepemimpinan.
3. Kemampuan mengubah “Egosentrisme” para bawahan menjadi
14
5.
an dalam
sahaan
dengan mengelola sumber daya yang tersedia.
impinan melekat pada diri manusia yang
lifah yang diutus oleh yang Maha Kuasa untuk menjalankan
M
B.
nginginkan perubahan
kan tujuan besarnya (J.C. Rost., 1993). Senada
de
t ini telah membawa banyak kemajuan
se
URAIAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas
wirausaha yang tidak terlepas dari sikap kepemimpinan bahk
kehidupan keluarga dan masyarakat. Kepemimpinan dan kewirau
adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi
peluang-peluang yang ada
Kewirausahaan dan kepem
merupakan kha
isi (Amanah) yaitu jujur, adil, dan bertanggung jawab. Pokok bahasan ini
akan diuraikan sikap kepemimpinan yang positif; faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam memimpin orang lain; dan merumuskan suatu
strategi dalam meningkatkan moral kerja karyawan.
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk
penetapan tujuan atau sasaran dengan penuh semangat Kepemimpinan
adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok ke arah
tercapainya tujuan (Robbins 1996).
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang me
yang nyatayang mencemin
ngan yang dikemukakan oleh Richard L. Daft, (1999) bahwa
kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah
diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami.
Akan tetapi perkembangan ilmu saa
hingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan
obyektif.
15
Kepemimpinan merupakan proses untuk mendorong dan membantu
orang lain untuk bekerja secara antusias dalam pencapaian tujuan.
Kepemimpinan yang berhasil bergantung pada perilaku, ketrampilan,
tindakan yang tepat, bukan pada ciri pribadi. Berdasarkan definisi
Kepemimpinan di atas ada 3 variabel utama yang tercakup di dalam
kepemimpinan yaitu :
1. Kepemimpinan yang melibatkan orang lain. Seorang wirausaha akan
nyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
dan bertindak untuk
ubungan yang luas.
berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya atau mau
bekerjasama untuk memajukan perusahaannya.
2. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha
mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada
bawahannya dan diangkat menjadi pemimpin pada bagian tertentu.
3. Kepemimpinan me
mengarahkan para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan
apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi harus mampu
mempengaruhi karyawannya untuk berprilaku
memajukan perusahaan.
Mengacu pada definisi kepemimpinan di atas, maka seorang pemimpin
diharapkan mempunyai keterampilan yaitu:
1. Ketrampilan teknis ; mengacu pada pengetahuan dan ketrampilan
2. Ketrampilan manusiawi ; kemampuan bekerja secara efektif dengan
orang-orang dan membina kerja tim
3. Ketrampilan konseptual ; kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya
dengan model, kerangka, h
16
C. Sikap Kepemimpinan Wirausaha
Peranan pemimpin amat penting dalam mencapai tugas organisasi,
kemampuan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan dalam mengajak dan
meyakinkan mereka, sehingga para bawahan ikut berpartisipasi terhadap
apa yang telah dianjurkan dengan penuh semangat. Pemimpin adalah
kan organisasi lain agar organisasi-
organisasi tersebut dengan penuh semangat dan bergairah dapat
an
se
. Tidak
sa
namun demikian eksistensi bawahan tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sukses tidaknya dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada
mempunyai pengertian menggerak
menyelesaikan pekerjaan sesuai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Seorang pemimpin adalah motor penggerak dalam pencapaian tujuan
suatu organisasi. Dengan kemampuannya seorang pemimpin harus mampu
memotivasi dan menyelaraskan tujuan organisasi ke dalam program-
programnya. Pendapat Fred Luthans, orang yang satu berbeda dengan yang
lainnya selain terletak pada kemampuannya untuk bekerja juga tergantung
pada keinginan mereka yang bekerja atau tergantung motivasinya.
Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalank
suai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung
dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasi/kelompok masing-
masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap kepemimpinan berada di dalam
situasi sosial kelompok atau orgnisasinya. Oleh karena itu situasi sosial itu
selalu berubah dan berkembang, maka proses kepemimpinan tidak
mungkin dilakukan sebagai kegiatan rutin yang diulang-ulang
tupun cara bertindak/berbuat yang dapat digunakan secara persis sama
dalam menghadapi dua situasi yang terlihat sama, apabila berbeda
dilingkungan suatu organisasi oleh seorang pimpinan. Sehingga satu cara
bertindak yang efektif dari seorang pimpinan tidak dapat ditiru secara
17
tepat dengan mengharapkan hasil yang sama efektifnya oleh pimpinan
lain. Pada prinsipnya sikap kepemimpinan dalam wirausaha dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan positif ; menekankan imbalan-ekonomik, pendidikan
pegawai yang lebih baik, dituntut mandiri dan faktor lain yang membuat
motivasi tinggi
2. Kepemimpinan negatif ; penekanan pada hukuman, kerugian manusiawi,
pemimpin mendominasi dan merasa unggul.
Kemudian Ordway Tead mengemukakan ada 10 sikap kepemimpinan
dalam wirausaha yaitu:
1. Energi Jasmani dan Mental
2. Kesadaran akan Tujuan dan Arah
3. Antusiasme
4. Keramahan dan Kecintaan
5. Integritas
6.
Mengambil Keputusan
emimpinan secara umum diartikan sebagai
kan khusus dimana seorang pemimpin para anggota
ka melakukan serta mengkoordinasikan pekerjaan
iputi: menjalin hubungan-
memberi pujian atau hiburan terhadap anggota kelompok
unjukkan perhatian terhadap kesejahteraan
Penguasaan Teknis
7. Ketergegasan Dalam
8. Kecerdasan
9. Keterampilan Menganjar
10. Kepercayaan
Fiedler, (1976) perilaku kep
tindakan-tinda
kelompok supaya mere
di dalam kelompok mereka. Dalam hal ini mel
hubungan kerja,
atau bawahannya atau men
karyawan.
18
D. M
refernt power (kekuasaan referent).
aksudnya kekuasaan yang dimiliki oleh seorang
pe
ferent adalah seseorang
ka
rtama, mempelopori,
mengarahkan pikiran, membimbing, menuntun dan menggerakkan
emimpin Orang Lain
Proses mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin tidak dapat
melepaskan diri dari kekuasaan yang dimilikinya. French dan Raven dalam
Gibson dkk (1995) mendentifikasikan bentuk kekuasaan yaitu reward
power (kekuasaan ganjaran), coercive power (kekuasaan paksaan),
legitimate power (kekuasaan legitimasi), expert power (kekuasaan
keahlian) dan
Kekuasaan ganjaran m
mimpin dalam menyediakan ganjaran/hadiah bagi orang lain. Kekuasaan
paksaan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk
menghukum atau memberi sangsi kepada orang lain dan kekuasaan
legitimasi yaitu, kekuasaan karena jabatan atau hierarki dalam organisasi.
Sedangkan kekuasaan keahlian adalah kekuasaan khusus yang tidak
dimiliki orang lain (bawahan), serta kekuasaan re
rena kepribadian atau kharisma yang dimilikinya.
Seorang pemimpin adalah panutan bagi yang dipimpin. Jadi keberadaan
seorang pemimpin dalam organisasi adalah penting, karena fungsi
pemimpin sebagai motor penggerak dalam proses-proses organisasi,
sebagai perumus kegiatan agar proses-proses dalam organisasi berjalan dan
terlaksana. Pemimpin disebut juga kader, dalam kata tersebut terkandung
beberapa pengertian yang saling berhubungan erat, yakni: bergerak lebih
awal, berjalan didepan, mengambil langkah pe
organisasi lain melalui pengaruhnya. Dalam kehidupan berorganisasi
tidaklah bisa dihindari dua peran, si satu pihak sebagai pimpinan di lain
pihak sebagai bawahan.
19
Davis (1972) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan
meyakinkan orang-orang lain untuk penetapan tujuan atau sasaran dengan
penuh semangat. Peranan perilaku pemimpin yang mendorong menyatukan
pengikut/bawahan ke arah tujuan-tujuan tertentu dalam tingkungan
tertentu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Robbins, (1996),
bahwa kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
ke
ang meliputi:
selain sistem atau
pi faktor
tukan keberhasilan
pa
lompok ke arah tercapainya tujuan.
Pendapat yang dikemukakan oleh Kastz dan Rosesenzwig,
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan dengan bersemangat. Ini adalah suatu faktor manusiawi
yang mengikat kelompok secara bersama-sama dan memberikan dorongan
(motivasi untuk mencapai tujuan). Kepemimpinan tercipta karena adanya
dinamika antar pribadi dan kelompok y
Proses interaksi oang-orang secara langsung dalam kelompok
Memiliki kandungan yang berbeda dari anggotanya
Rapat adalah bentuk aktivitas kelompok dan digunakan untuk
mendukung suatu keputusan
Keberhasilan kepemimpinan seseorang tidak lepas dari peranan
pimpinan secara langsung. Hal ini disebabkan
manajemen yang mendukung keberhasilan kepemimpinan teta
sifat-sifat pribadi seorang pemimpin juga menen
kepemimpinan. Keberhasilan seorang pemimpin pada umumnya diukur
dari produktivitas dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan
da dirinya. Apabila produktivitas naik dan semua tugas dapat
dilaksanakan dengan efektif maka dapat disebut sebagai pemimpin yang
berhasil.
20
E. St
ko
his
pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika
profesi kepemimpinan. Jadi teori kepemimpinan ada dua pengertian yaitu
k dapat meningkatkan moral kerja
karyawan dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
al dan emosional
rategi Meningkatkan Moral Kerja Karyawan
Teori kepemimpinan adalah generalisasi satu seri perilaku pemimpin dan
nsep-konsep kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang
toris, sebab musabab timbulnya kepemimpinannya, persyaratan menjadi
pemimpin dan kepemimpinan itu sendiri.
Pemimpin adalah orang yang memimpin umumnya pada kelompok yang
lebih dari dua orang (organisasi) dan kepemimpinan yang diartikan sebagai
kemampuan dan aktivitas seseorang dalam mengendalikan, memimpin,
mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk suatu
tujuan bersama. Untuk pencapain tujuan bersama tersebut maka seorang
pemimpin harus merumuskan strategi untu
berpartisipasi dalam penyelenggaran organisasi atau bisnis.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam
situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi
kepada tujuan kelompok, sarana membina nilai-nilai manusiawi tertentu serta
menghendaki adanya upaya jangka panjang para pemimpin organisasi. Pada
prinsipnya tiga gagasan penting dalam partisipasi karyawan yaitu:
Keterlibatan mental; partisipasi berarti keterlibatan ment
Motivasi; memotivasi orang untuk memberikan kontribusi, kesempatan
untuk menyalurkan inisiatif dan kreatifitas guna mencapai tujuan
organisasi (teori y).
Menerima tanggungjawab; partisipasi mendorong orang untuk menerima
tanggungjawab
21
6. EVALUASI
1) Jelaskan pengertian kepemimpinan dalam wirausaha? Berikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari!
2) Pada prinsipnya sikap kepemimpinan terdiri atas dua jenis yaitu
kepemimpinan positif dan negatif. Uraikan pengertian kepemimpinan yang
positif dan negatif serta berikan contoh?
a sebagai salah seorang pimpinan pada sebuah perusahaan, kiat-
? Berikan contoh rill dengan
3) Jika saudar
kiat apa yang anda lakukan agar meningkatkan semangat kerja
karyawannya?
4) Starategi meningkatkan moral kerja karyawan sangat menentukan
keberhasilan seorang wirausaha. Uraikan rumusan strategi dalam
meningkatkan moral kerja karyawan
mengambil kasus wirausaha yang sukses di kota saudara!
22
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko
bisnis suatu perusahaan atau organisasi.
. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi resiko bisnis
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tipologi pengambilan resiko bisnis
pkan dapat mengevaluasi resiko bisnis
3. 4.
ang paling utama harus dilakukan dan dimiliki oleh
timbul
nian mengambil
berjalan maka timbul proses pembelajaran berdasarkan
p
atu motivasi untuk mengembangkan usaha.
kai mengambil risiko realistik karena mereka
i
asan ini tidak mungkin terdapat pada masing-
2
c. Mahasiswa dihara
KATA KUNCI: Identifikasi, Tipologi & Evaluasi Resiko Bisnis
RANGKUMAN
Pada prinsipnya y
seorang wirausahawan adalah:
1. Kesenangan untuk berusaha, dari kesenangan berusaha ini akan
kreatifitas untuk menciptakan suatu usaha serta kebera
keputusan yang berisiko.
2. Setelah usaha
engalaman yang pernah dijumpai atau dirasakan, dari pengalaman-
pengalaman tersebut timbul su
5. URAIAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Para wirausaha menyu
ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan
tugas-tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-
keterampilan mereka. Jadi, situasi risiko kecil dan situasi risiko tingg
dihindari karena sumber kepu
23
masing situasi itu. Ringkasnya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar
na
snis, dan mengevaluasi resiko bisnis.
B. Pe
t pada masing-
menyukai tantangan yang sukar
na
keuntungan, dan hal ini
me
mun dapat dicapai.
Resiko lahir sebagai akibat kelalaian orang (SDM), proses yang tidak
sesuai dengan sistem, prosedur atau penggunaan teknologi baru. Selain itu
resiko juga disebabkan oleh fakor eksternal misalnya pesaing baru mampu
mengubah paradigma bisnis atau bencana alam. Pada pokok bahasan ini
akan menyajikan tentang pengertian dan identifikasi resiko bisnis, tipologi
pengambilan resiko bi
ngertian & Identifikasi Resiko Bisnis
Para wirausaha menyukai mengambil risiko realistik karena mereka
ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan
tugas-tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-
keterampilan mereka. Jadi, situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi
dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapa
masing situasi itu. Ringkasnya, wirausaha
mun dapat dicapai (Meredith et al., 1988).
Hisrich & Peters (1992), menyatakan bahwa jiwa wirausaha ditimbulkan
dari berbagai latar belakang pendidikan, lingkungan keluarga dan
pengalaman kerja. Wirausaha adalah proses dinamik dalam tahapan
pencapaian kesejahteraan dengan risiko waktu dan risiko lainnya.
Wirausahawan dikenal sebagai pengambil risiko (risk taker) sejati,
hasilnya adalah kemampuan mendapatkan
miliki peranan penting dalam penciptaan lapangan kerja.
Glancey, dan Pattigrew (1998) mengemukakan bahwa terdapat dua
kelompok wirausahawan yang satu sama lain berlawanan, yaitu kelompok
“opportunist” dan “craft” entrepreneur.
24
1. Kelompok wirausahawan opportunist dicirikan oleh rendahnya tingkat
pendidikan (terutama pendidikan teknis) dan kurangnya pengalaman
usaha baru.
o (kerugian yang potensial) yang
me
C.
u
serta
alam mengubah ide menjadi realitas.
manajerial, mereka enggan untuk menggunakan bantuan dari luar, dan
melakuan reaksi terhadap perubahan berdasarkan kebutuhan pasar
ketimbang proaktif dalam menciptakan
2. Kelompok ‘craft entrepreneur’ adalah kelompok wirausaha yang
memiliki latar belakang pendidikan tinggi, pengalaman manajerial yang
baik dan proaktif menciptakan usaha baru.
Penilaian situasi seorang wirausaha berlainan sekali dari dua tipe orang
di atas. Perbedaan hakiki terletak pada kenyataan bahwa seorang wirausaha
akan menilai kemungkinan sukses perusahaan itu, secara sistimatik dan
menyeluruh serta sampai keberanian mengambil resiko yang dapat
mempengaruhi kemungkinan tersebut.
Resiko bisnis adalah tingkat resiko yang terkandung dalam operasi
perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang. Makin besar resiko bisnis
perusahaan, makin rendah rasio utang yang optimal. Pengidentifikasian
resiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara
sistematis dan berkesinambungan resik
nantang perusahaan. Langkah-langkah mengidentifikasi resiko yaitu :
a. Menjelaskan jenis-jenis kerugiaan yang dihadapi, meliputi : Kerugian
hak milik, Kerugian personal dan kewajiban mengganti kerugian.
b. Menggunakan Checklist.
Tipologi Pengambilan Resiko
Pada umum ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilak
pengambil risiko. Ada tiga Tipologi pengambilan resiko antara lain:
a. Pengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi
merupakan bagian penting d
25
b. Pengambil risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
annya
miliki
da
D.
rsifikasi. Ada dua demensi baru
n dalam evaluasi resiko yaitu :
Semakin besar keyakinan seorang pada kemampuan diri sendiri,
semakin besar pula keyakinannya terhadap kesanggup
mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusannya dan semakin besar
kesediaannya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain berisiko.
c. Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan wirausaha
juga sangat penting. Realisme demikian akan membatasi kegiatan-
kegiatan wirausaha pada situasi-situasi yang dapat mempengaruhi
hasilnya. Hisrich & Peters (1992),
Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha sudah pasti akan me
kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada
atau sesuatu yang baru. Untuk itu dibutuhkan kemauan dan keberanian
untuk menghitung dan mengambil risiko yang moderat, dalam arti
mengambil risiko yang sesuai (tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan).
Pendidikan dan pengetahuan juga turut mempengaruhi rasionalisasi
seseorang dalam menerima risiko kegagalan yang mungkin terjadi.
Sebaliknya dengan umur dan jumlah keluarga, makin tua umur seseorang
yang tidak diikuti dengan tambahan pengetahuan dan pengalaman
menjadikan kemunduran pada diri seseorang dan berperilaku negatif yang
pat menurunkan jiwa wirausahanya.
Evaluasi Resiko
Ketika kita menguji resiko dari titik pandang individual investor, kita
membedakan diantara resiko pasar yang diukur dengan koefisien beta,
dengan standar resiko berdiri sendiri (risk on a standalone basis) yang
mana dapat dihilangkan dengan dive
tentang pengukura
26
1.
artinya semakin stabil
angat
angan produk, tidak pasti dalam menghadapi
on stockholders sebagai suatu hasil dari
g pasti melekat dalam
Resiko Bisnis, yaitu tingkat resiko dari aktivitas perusahaan jika tidak
menggunakan utang atau resiko yang berkaitan dengan proyeksi tingkat
pengembalian aktiva (ROA) dari suatu perusahaan dimasa mendatang.
Lebih lanjut resiko bisnis tergantung beberapa faktor antara lain :
a. Variabilitas permintaan (unit yang terjual)
penjualan unit produk perusahaan, semakin kecil resiko bisnis, dengan
asumsi faktor lain tetap.
b. Variabelitas harga jual, artinya produk atau servis dimana dijual pada
pasar yang mempunyai tingkat perubahan yang tinggi s
mendorong suatu resiko bisnis dibanding yang stabil.
c. Variabel harga masukan, perusahaan yang biasa masukannya,
termasuk biaya pengemb
resiko bisnis yang tinggi.
d. Kemampuan menyesuaikan harga terhadap perubahan harga masukan.
e. Sejumlah mana biaya-biaya bersifat tetap.
2. Resiko Keuangan, adalah resiko tambahan yang ditanggung pemegang
saham akibat dari leverage keuangan. Resiko finansial merupakan resiko
yang berada dalam comm
keputusan pendanaan dengan hutang atau saham prioritas. “Secara
konsepsi fase stockholders suatu resiko yan
operasional, hal ini merupakan resiko bisnis yang mana didefinisikan
sebagai suatu ketidakpastian yang melekat pada proyeksi dari ROE
yang akan datang dengan asumsi perusahaan didanai semata-mata
dengan cammon stock. Jika perusahaan menggunakan hutang dan saham
preferen maka pemusatan resiko bisnisnya pada pemegang saham”.
27
6.
puan
untuk mengetahui tipologi resiko. Uraiakan dan berikan contoh jenis
tipologi resiko bisnis yang dihadapi seorang wirausaha?
mensi-dimensi pengukuran dalam mengevaluasi resiko bisnis
EVALUASI
1) Jelaskan pengertian resiko dan cara mengidentifikasi resiko bisnis?
2) Seorang wirausaha dalam mengelola usahanya harus memiliki kemam
3) Jelaskan di
bagi seorang wirausaha?
28
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi kedudukan wirausaha dalam
proses pengambilan keputusan serta membedakan keputusan yang
sistemmatis dan yang tidak sistem matis.
2. TUJUAN KHUSUS
apkan dapat menjelaskan kedudukan wirausaha dalam
i keputusan yang sistematis dan tak
a
utusan bagi seorang wirausaha dapat dipandang dari
be
kan suatu proses rangkaian kegiatan yang dipilih
se
a. Mahasiswa dihar
pengambilan keputusan
b. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui proses pengambilan keputusan
c. Mahasiswa dapat membedakan evaluas
menentu
3. KATA KUNCI: Proses Keputusan, Evaluasi Keputusan
4. RANGKUMAN
Pembuatan keputusan merupakan elemen penting bagi seorang wirausah
dalam pengelolaan bisnisnya. Karena semua wirausaha harus membuat
keputusan-keputusan agar dapat menentukan efektivitas dan efisiensi
operasional usahanya.
Pembuatan kep
rbagai prespektif yang berbeda. Dari sudut pandang sempit pembuatan
keputusan adalah kegiatan pemilihan atas berbagai alternatif yang berbeda
(Choice making). Sedangkan dari sudut pandang lebih luas pembuatan
keputusan menggabar
bagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
29
5.
mendengar adanya pernyataan
mungkin dan atau tidak mungkin”, secara spesifik pernyataan tersebut
apat diartikan sebagai gambaran sebuah pernyataan” kepastian dan atau
na itu sangat dibutuhkan kejelian seorang
pengambilan keputusan. Kaitan dengan kehidupan sehari-
ha
eputusan bisnis
B. K
pinya,
URAIAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Kenyataan sehari-hari sering kali kita
”
d
ketidak pastian”. Oleh kare
wirausaha dalam
ri sering kali dihadapkan dengan asumsi-asumsi probabilitas, seperti
kemungkinan terjadi lonjakan harga, kemungkinan terjadinya gejolak
dimasyarakat akibat kenaikan harga kesemunya ini sangat mempengaruhi
proses pengambilan keputusan seorang wirausaha.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang wirausaha
berhubungan erat dengan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya,
seperti masalah pribadi, pekerjaan, maupun sosial. Pada pokok bahasan ini
menguraikan kedudukan seorang wirausaha dalam pengambilan keputusan,
proses keputusan dan metode dalam mengevaluasi k
edudukan Wirausaha Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Koonyz dan Weihrich, (2005) mendefinisikan pengambilan keputusan
adalah penataan pilihan langkah atau tindakan dari sejumlah alternatif.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang wirausaha
berhubungan erat dengan pemecahan masalah-masalah yang dihada
seperti masalah pribadi, pekerjaan, maupun sosial.
Kadudukan wirausaha dalam proses pengambilan keputusan/pemecahan
masalah, dapat dikemukakan beberapa pokok pikiran penting, yaitu:
1. Pemecahan masalah oleh wirausaha berkenaan dengan penggunaan
strategi-strategi (rencana atau pola) pencarian alternatif yang relevan.
2. Perilaku pemecahan masalah bersifat adaptif.
30
3.
bilan
sar
i yang lebih sederhana,
pe
C.
Kompleksnya situasi pemecahan masalah, faktor kepribadian, pilihan
strategi, penggunaan informasi, sangat menentukan pengam
keputusan akhir seorang wirausaha.
Nimran (2004), menyatakan bahwa para wirausaha sebagaian be
cenderung untuk menggunakan strategi-strateg
walau dalam menghadapi masalah yang kompleks, dan usaha mendapatkan
solusi yang diinginkan. Para peneliti percaya bahwa sebagian besar
wirausaha ingin memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
ngambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang efektif merupakan
suatu proses yang kompleks, tergantung pada keterampilan dan pelatihan
yang dimiliki para wirausa (Gibson, et al., 1997).
Proses Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan dapat digambarkan sebagai suatu urutan langkah-
langkah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Proses Pemgambilan Keputusan
Perumusan Masalah
Pengembangan Alternatif
Evaluasi Alternatif
Pemilihan Alternatif Terbaik
Evaluasi Hasil-hasil
Implementasi Keputusan
31
D. Evaluasi Kep
Walaupun para wirausaha di berbagai sektor usaha berbeda-beda
berdasarkan latar belakang, gaya hidup, jarak tetapi akhirnya mereka
semuanya sama, yaitu harus mengambil keputusan. Robbins (1996),
megembangkan 2 model pengambilan keputusan yaitu model pengambilan
model pengambilan keputusan alternatif.
ikannya.
etidak pastian dan tidak
ur yang ada untuk menangani masalahnya,
asalahnya
)
utusan
keputusan optimasi dan
Para ahli mengembangkan beberapa metode mengklasifikasi keputusan
dalam rangka melakukan evaluasi yang intinya dapat dibedakan 2 tipe
keputusan yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.
1. Keputusan terprogram terjadi jika suatu situasi sering muncul, prosedur
rutin dan dapat disusun untuk melakukan evaluasi menyelesa
Beberapa langkah yang hendaknya diketahui oleh seorang wirausaha,
baik secara eksplisit atau implisit dalam mengevaluasi keputusan, yaitu:
a. Pastikan kebutuhan akan suatu keputusan.
b. Kenali kriteria keputusan.
c. Alokasikan bobot (Skor tertinggi pada keputusan prioritas).
d. Kembangkan alternatif-alternatif.
e. Pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang telah di evaluasi.
2. Keputusan tidak terprogram yaitu baru, k
terstruktur. Tidak ada prosed
tidak ada cara yang sama dengan sebelumnya juga karena m
kompleks atau sangat penting.
Tabel 4.1. Perbandingan Tipe Evaluasi Keputusan (Gibson, et al., 1997Tipe Kep. Kep. Terprogram Kep. Tidak Terprogram
Masalah Sering, berulang, rutin. Hubungan sebab dan akibat.
Baru, tidak berstruktur. ketidakpastian dalam hubungan.
Prosedur
Ketergantungan pada kebijakan, aturan, dan prosedur pasti
Perlunya kreativitas, intuisi, toleransi pada hal yang membingungkan, pemecahan masalah kreatif
32
6. Evaluasi
1) Jelaskan peran seorang wirausaha dalam kedudukannya sebagai pengambil
keputusan?
2) Uraikan beberapa kendala yang dihadapi seorang wirausaha dalam
mengambil k
wirausaha dalam pengambilan keputusan yang baik, harus
am proses pengambilan keputusan bisnis?
an keputusan tidak terprogram. Uraikan kedua tipe
eputusan?
3) Seorang
memahami berbagai prosedur dalam pengambilan keputusan. Uraikan
prosedur dal
4) Dalam evaluasi keputusan dapat dibedakan 2 tipe keputusan yaitu
keputusan terprogram d
keputusan tersebut?
33
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan pembelajaran dalam
menumbuhkan sikap wirausaha.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami makna pembelajaran wirausaha
apkan dapat membedakan antara pembelajaran kognitif,
menjelaskan pembelajaran organisasi dalam
ahan nilai, sikap, kecakapan, dan
(proses
esan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk
me
ang wirausahawan
b. Mahasiswa dihar
prilaku dan pengalaman wirausaha.
c. Mahasiswa diharapkan dapat
pendidikan bisnis.
3. KATA KUNCI: Wirausaha, Pendidikan Bisnis & Pembelajaran
4. RANGKUMAN
Belajar merupakan proses perub
perilaku. Salah satu cara untuk merubah sikap dan perilaku tersebut adalah
melalui pendekatan persuasif, yaitu dengan memasukkan ide, pikiran,
pendapat, dan bahkan fakta baru melalui pesan-pesan komunikatif
pembelajaran). P
nimbulkan kontradiksi dan inkonsistensi di antara komponen sikap
individu dan perilakunya sehingga mengganggu kestabilan sikap dan
membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan.
Proses pembelajaran dalam pendidikan bisnis harus diarahkan kepada
pemanfaatan pengetahuan dan kemampuan untuk bekal hidup sasaran didik
ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, sehingga belajar sambil bekerja
sangatlah penting. Ketika pembelajaran dipandang sebagai konsep
wirausaha, maka hal ini berkaitan dengan bagaimana seor
34
me
hal ini belajar tidak hanya bertujuan untuk
me
5. UE
sebut
ai akses terhadap sumber pengetahuan.
mbelajaran sangat tergantung pada effektifitas dalam
mengakses terhadap sumber pengetahuan ataupun pengalaman serta
iklus pembelajaran yang baik dan benar
ak
ngenali dan bertindak terhadap peluang yang ada, serta mengelola dan
mengorganisasikan perusahaan.
Pembelajaran wirausaha dilakukan dengan maksud belajar bekerja dengan
cara berwirausaha. Akan tetapi hal tersebut tidak hanya cukup memahami
cara-cara wirausaha saja, tetapi harus terjun secara aktif dan melakukan
untuk memahami 'what is it that work' dan menyadari bahwa ia dapat
melakukan hal tersebut. Dalam
mperoleh pengalaman semata, tetapi proses berpikir yang berorientasi ke
masa yang akan datang dalam menciptakan suatu realitas masa depan.
RAIAN PEMBELAJARAN
. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu proses mengolah informasi menjadi
kompetensi, perilaku, dan kinerja. Pengetahuan ditransfer oleh seseorang
dari sumbernya sehingga untuk bisa mendapatkan pengetahuan ter
seseorang harus mempuny
Efektivitas pe
effektivitas dalam mentransformasi pengetahuan dan pengalamannya
menjadi kompetensi dan prestasi.
Proses pembelajaran merupakan siklus dari aktivitas sehari-hari yang
memberikan pengalaman pada seseorang. Pengalaman yang dikaji
maknanya akan memberikan pemahaman dan kesimpulan atas sesuatu
kejadian, yang mana hal tersebut akan memperkaya stock of knowledge,
kapasitas, sikap dan perilakunya. S
an terus meningkatkan kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan
lingkungannya yang terus berubah sehingga ia dapat unjuk kinerja dengan
optimal pada apa yang dikerjakannya.
35
Pembelajaran wirausaha dipengaruhi oleh karakteristik internal dan
lingkungan eksternal. Karakteristik internal meliputi sifat, sistim nilai,
keyakinan, kapabilitas pribadi, motivasi, dan prestasi. Sedangkan
pengaruh eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari pola
hubungan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan
us
F.
es yang kompleks dan
i fenomena yang terjadi di sekitar
ind
akan dikaji,
dipahami, dan disimpulkan sehingga ia mengetahui apa yang harus
aha dalam aktivitas wirausahanya. Dengan demikian pada Pokok
bahasan ini akan diuraikan makna pembelajaran wirausaha; membedakan
antara pembelajaran kognitif, prilaku dan pengalaman wirausaha; serta
pembelajaran organisasi dalam pendidikan bisnis.
Teori Pembelajaran Bagi Wirausaha
Belajar adalah istilah umum yang sudah tidak asing lagi bagi setiap
orang. Namun pembelajaran dalam usaha kecil, topik ini menjadi penting
karena pembelajaran wirausaha merupakan faktor yang menentukan bagi
pertumbuhan usahanya. Belajar merupakan pros
dapat bersifat informal dalam memaham
ividu Dengan belajar, seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang terus berubah (Cope and Watts, 2000).
Berdasarkan konsep pembelajaran sepanjang hayat (long life learning)
setiap orang mendapatkan dan mengakumulasikan pengetahuan,
ketermpilan, sikap dari aktivitas sosial dan pengalamannya sehari-hari. Jadi
pembelajaran merupakan proses sosial dan organisasional. Dari
aktivitasnya, seseorang mendapatkan pengalaman, yang
dilakukan dikemudian hari untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu
dan membuat sesuatu yang lebih baik. Demikian seterusnya, proses siklus
tersebut akan memperkaya stock of knowledge, kapasitas dan kapabilitas
36
seseorang sehingga ia menjadi lebih mampu beradaptasi dan survive dalam
lingkungannya.
Proses pembelajaran tersebut digambarkan oleh Mumford (1996)
sebagai berikut berikut :
Gambar 5.1. Siklus Balajar Progresif
Argyris dan Schon (1978) mengidentifikasi 2 jenis pembelajaran, yaitu
single loop learning dan doule loop learning. Single loop learning terjadi
manakala suatu organisasi melakukan usahanya tetapi tanpa perubahan,
sedangkan pembelajaran secara double loop learning terjadi manakala ada
suatu perubahan dominan yang sejalan dengan cara pembelajaran.
i g
apat mengimplementasikan, memperbaiki, ataupun
mengintegrasikan suatu ide, konsep, keterampilan, maupun teknologi. Hall
Selanjutnya, Pedler et al. (1997 dalam Claston et al., 1999)
membandingkan tiga cara pembelajaran, yaitu "mengimplementasikan"
(implementing) dan "memperbaiki“ (improving) serta "mengintegrasikan"
(integrating). Implementing dan improving merupakan dua tahap yang
sama dengan single loop learning sedangkan ntegratin setara dengan
double loop learning.
Pembelajaran akan meningkatkan kemampuan kognisi, afeksi, dan
perilaku. Proses pembelajaran tersebut bisa didapat dari pengalaman
kognitif, respon atau perilaku, maupun pengalaman melakukan sesuatu,
sehingga seseorang d
37
(1996) menyatakan bahwa dalam jangka pendek pembelajaran akan
merubah sikap dan kinerja seseorang, sedangkan dalam jangka panjang
mampu menumbuhkan identitas dan daya adaptabilitas seseorang yang
sangat penting bagi keberhasilannya.
Rae dan Carswell (2000) lebih rinci menggambarkan tentang
perkembangan wirausaha, seperti pada Gambar tentang model konseptual
pembelajaran kewirausahaan sebagai berikut:
Gambar 5.2. A Conceptual model of entrepreneurial learning
Pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa proses pembelajaran wirausaha
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti motivasi, sistim nilai, lingkungan
usaha, kompetensi, serta prestasi dari usahanya. Faktor-faktor tersebut
kemudian membentuk sebuah karakteristik internal yang
mempengaruhinya dalam menggerakkan usahanya.
G. M
erubahan kandungan
pengetahuan disebarkan dan
etode-Metode Pembelajaran Wirausaha
Proses pembelajaran juga dapat dibedakan atas proses serta pengaruh yang
diakibatkannya, diantaranya adalah :
1. Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif memfokuskan pada p
kognitif dari proses pembelajaran, di mana
38
ditransfer sehingga dapat merubah peta kognitif seseorang (Brown and
Dugvid, 1991; Nanoka, 1994 dalam Lichtenstein et al., 2003).
f terjadi karena adanya hubungan antara
ind
endekatan
ko
2.
pembelajaran harus merubah perilaku seseorang.
es belajar bisa saja hanya merubah pola pikir
se
ut seseorang dapat mengetahui mana yang baik dan benar
ata
Pembelajaran kogniti
ikator lingkungan kognitif dan harapan-harapan. Indikator kognitif
berkaitan dengan pilihan harapan terhadap penghargaan (rewards). Saat
ini, ilmu pengetahuan kognitif berfokus lebih banyak pada struktur dan
proses kompetensi manusia. Dalam perilaku organisasi, p
gnitif telah banyak diterapkan terutama dalam teori motivasi, seperti
halnya ekpektansi, pemberian atribut dan locus of control, serta
penetapan tujuan (yang merupakan garis depan dari penelitian motivasi
moderen). Semuanya adalah konsep kognitif yang mewakili perilaku
organisasi dalam hal pencapaian tujuan atau maksud tertentu
(purposefullness).
Pembelajaran perilaku
Hubber (1999) memberi ilustrasi tentang pembelajaran sebagai
berikut. Seseorang dapat belajar melalui proses informasi yang
mengakibatkan beberapa potensi perilakunya berubah. Hubber tidak
menekankan bahwa
Hal ini dikarenakan pros
seorang.
Pembelajaran perilaku (behavioral learning) merupakan proses
adaptasi yang dihasilkan dari coba-coba dan mengarah pada proses yang
memberikan keuntungan selektif bagi yang bersangkutan (Levintal,
1991; Lunberg, 1995 dalam Lichtenstein, 2003). Dari perilaku coba-
coba terseb
u sebaliknya.
39
Burgoyne dan Hodgson (1983) mengemukakan bahwa terdapat tiga
tingkat pembelajaran perilaku yang dapat dialami oleh seseorang, yakni:
1) Pembelajaran tingkat pertama, menunjukkan adanya asimilasi
informasi faktual yang mempunyai manfaat segera tetapi tidak ada
um hal ini
implikasi pengembangan dalam jangka panjang. Hal ini digambarkan
sebagai pembelajaran pada kulitnya, pengulangan yang terus menerus
atau dihafalkan tanpa dipikir lebih lanjut. Pola ini oleh Argyris dan
Schon (1978) disebut sebagai single loop learning yang bersifat rutin.
Single loop learning meliputi pembelajaran dari konsekuensi perilaku
sebelumnya. Di dalam model pembelajaran ini hasil-hasil umpan balik
ditimbulkan oleh suatu proses pengamatan konsekuensi dari suatu
tindakan dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyesuaikan
tindakan selanjutnya dalam rangka menghindari kesalahan yang sama
di masa depan dan mengembangkan pola perilaku keberhasilan.
Argyris (1994) mengemukakan bahwa pola pembelajaran single loop
berlangsung selama proses pemecahan persoalan dimana yang
bersangkutan mengabaikan isu-isu mengapa permasalahan tersebut
muncul. Walaupun bentuk dari pembelajaran ini dapat menghasilkan
inteligensi dalam sistem pembelajaran single loop, tetapi sistem ini
tidak dapat menentukan standarnya sendiri yang sesuai.
2) Pembelajaran tingkat kedua menggambarkan pengasimilasian sesuatu
yang dapat dialihkan dari situasi satu ke situasi yang lain dimana
orang tersebut telah memiliki cara pandang yang berbeda tentang
konsepsinya pada suatu aspek tertentu. Secara um
merupakan pembelajaran yang lebih mendasar tetapi masih masuk
dalam kategori single loop learning.
40
tanyakan tidak hanya pada cara-
rtanyakan dan merefleksikan strategi,
sa
adual pada orientasi atau sikap
seseorang dari arus informasi yang diterimanya secara berkelanjutan.
cara yang telah mapan, tetapi juga nilai yang mendasarinya serta
persepsi perilakunya. Hal ini akan berpengaruh pada visi, kesadaran
dan pemahaman diri pada tingkatan yang lebih mendalam, yang
sejalan dengan pengertian double loop learning. Pemahaman tersebut
juga akan memunculkan pertanyaan apakah seorang wirausahawan
memiliki kemampuan untuk belajar bagaimana cara belajar. Pola
pembelajaran double loop terdiri dari sistem monitoring dan koreksi
perilaku serta menentukan perilaku yang tepat. Double loop learning
memerlukan asumsi yang mendasari terjadinya nilai-nilai serta risiko
yang secara fundamental berubah. Pembelajaran double loop
berhubungan dengan ide-ide dari sistem yang terkoordinir. Dalam
pembelajaran double loop. sistem akan belajar untuk belajar sehingga
menjadi lebih cerdas dalam menentukan kriteria operasional yang
mendasari perilaku.
3. Pembelajaran dari pengalaman
Pembelajaran dari pengalaman lebih menekankan pada proses yang
sedang berjalan daripada belajar bagaimana melakukan sesuatu, yakni
dengan cara terus menerus mempe
saran dan nilai-nilai yang mendasarinya (Argyris dan Schon, 1978;
Senge, 1990 dalam Lichtenstein, 2003).
Burgoyne dan Hodgson (1993) mengidentifikasi bahwa proses
pembelajaran dialami oleh seseorang dalam kehidupannya sehari-hari
yang menciptakan perubahan secara gr
41
Cope dan Watts (2000) menegaskan bahwa pembelajaran berdasarkan
pengalaman dapat direncanakan dan dimunculkan.
Mumford (1996) mengemukakan suatu model pembelajaran dari
pengalaman yang terdiri dari empat langkah dimana satu sama lain
saling berhubungan atau saling menunjang, sebagai berikut:
Gambar 5.3 : Konsep Pembelajaran dari Kolb
Gambar 5.3. menunjukan bahwa concrete experience merupakan
suatu aktifitas atau pengalaman seseorang secara langsung, sedangkan
reflective observation merupakan langkah dimana seseorang berusaha
meninjau atau menggali arti pengalaman yang diperolehnya yang
selanjutnya dilakukan pemahaman tentang konsep atau hubungan yang
mendasari pertimbangan seseorang terhadap suatu tindakan yang akan
dilakukan (abstract conceptualisation). Langkah ini merupakan langkah
paling penting guna menghindari kesalahan yang sama atau
meningkatkan hasil yang lebih baik. Langkah selanjutnya yang tidak
kalah penting adalah active experimentation yaitu langkah seseorang
untuk selalu mencoba hal-hal baru berdasarkan pengalaman yang pernah
didapatkannya.
42
Kolb (1984) dalam Ulrich dan Cole (1989) mengemukakan bahwa
concrete experience sama dengan feeling atau sensing, dimensi ini
menghadirkan suatu penerimaan berdasarkan pengalaman dan
pe
ya secara terus menerus dan proaktif merefleksikan
ke
rtimbangan yang matang. Reflective observation menurut Kolb sama
dengan watching, dimensi ini mengkaji pengaruh pengalaman yang
didapatnya terhadap dirinya. Abstract generalization atau
conceptualisation memiliki kesamaan dengan thinking, dimensi ini
mengharuskan seseorang untuk berfikir atau membandingkan bagaimana
suatu hal berkaitan dengan pengalamannya sendiri. Di sini individu
lebih cenderung menggunakan pengalamannya sendiri dalam
memecahkan permasalahan yang ada dibandingkan dengan
menggunakan pengalaman orang lain, selain itu individu dituntut untuk
belajar bagaimana menerapkan teori yang ada melalui analisa sistematis.
Active experimentation menurut Kolb sama dengan doing, dimana
seseorang berfikir bagaimana memperoleh informasi terbaru sebagai
jalan atau pertimbangan untuk bertindak, salah satu langkah yang dapat
digunakan adalah dengan cara problem solving, small group discussions
atau games.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa
untuk meningkatkan pembelajaran, seseorang perlu menggunakan
kemampuann
jadian masa lalu sebagai media belajar, sehingga proses belajar
menjadi lebih efektif. Burgoyne dan Hodgson (1983) juga menekankan
pentingnya 'specific critical incident' dalam menstimulasi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses belajar seseorang terhadap suatu
kejadian yang dialaminya sendiri maupun dari pengalaman orang lain
yang diketahuinya, sehingga akan meminimalkan kesalahan yang sama
43
pada suatu proses yang sama atau meniadakan kesalahan yang sama
serta melakukan upaya perbaikan yang berkelanjutan.
Dengan proses pembelajaran seorang wirausahawan dapat
mengembangkan usahanya lebih maju sehingga produk yang dihasilkan
akan jauh lebih baik dan sulit ditiru oleh perusahaan lain atau pesaing.
Se
H. Pe
1.
anisasi baik secara langsung maupun tidak langsung
contoh, kemampuan pekerja,
i yang semuanya merupakan hasil dari
pe
organization) adalah organisasi yang terus belajar sungguh-sungguh dan
lain itu proses pembelajaran dapat menciptakan perubahan secara
gradual pada orientasi atau sikap seseorang dengan arus informasi yang
berkelanjutan, sehingga seorang wirausahawan akan mampu
mengantisipasi adanya perubahan dan siap dengan adanya perubahan
yang terjadi.
mbelajaran Organisasi & Wirausaha
Pembelajaran Organisasi
Perilaku org
merupakan proses pembelajaran. Sebagai
sikap manajer, dan motivas
mbelajaran. Berdasarkan prinsip pembelajaran, perilaku pekerja dapat
dianalisis dan dikelola untuk memperbaiki kinerjanya maupun kinerja
organisasi. Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan usaha, organisasi
harus mampu membangkitkan komitmen anggotanya dan membangun
kapasitas belajar pada semua level organisasi secara berkelanjutan. Hatch
(1997) mengemukakan bahwa kurva pembelajaran memberikan bukti
bahwa suatu organisasi mengalami proses belajar, dimana ditunjukkan
dengan adanya peningkatan output melalui perbaikan cara-cara produksi.
Kurva pembelajaran menunjukkan hubungan negatif antara biaya produksi
dan kuantitas barang-barang yang dihasilkan.
Menurut Marquardt (1996) organisasi pembelajaran (learning
44
secara bersama-sama, dan tak henti-henti mentransformasi diri agar dapat
memperoleh, mengelola, dan menggunakan pengetahuan dengan lebih baik
de
Choueke dan Armstrong (1998) mengemukakan bahwa pembelajaran
esalahan error) dapat menjadi sifat yang dapat menghambat
proses pembelajaran. Jika dalam proses pembelajaran sebuah organisasi
da
dan
efe
mi keberhasilan. Marquardt berpendapat bahwa organisasi pembelajaran
terdiri dari lima sub sistim, yaitu belajar, organisasi, manusia, pengetahuan,
dan teknologi yang saling berhubungan dan saling menunjang sebagai
sistim. Lima sub sistim tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 5.4. Subsistim Dalam Organisasi Pembelajaran
Organization Learning People
organisasi adalah suatu proses pendeteksian dan pengoreksian kesalahan-
k
Technology Knowledge
. Kesalahan (
pat menjalankan kebijakannya dan mencapai tujuannya, maka proses
pembelajaran itu dapat dikategorikan sebagai "double loop learning".
Mintzberg dalam Kirk (1999) mengemukakan bahwa pembelajaran
organisasi sebagai suatu proses berkelanjutan. Hendry et al. (1995) dalam
Kirk (1999) mengemukakan bahwa kandungan dari pembelajaran
organisasi harus dipertimbangkan serta prosesnya harus bersifat efisien
ktif. Dua hal yang biasanya terjadi dalam proses pembelajaran
organisasi adalah sifat yang mengarah kepada satu tujuan (convergent) atau
mengarah kepada banyak tujuan (divergent). Convergent learning
menekankan pada spesialisasi dan standarisasi dari kemampuan, sistem
45
pengendalian, dan operasi utama dari organisasi dalam bidang tertentu
yang memfokukan pada efisiensi.
Matlay (2000) mengemukakan bahwa organisasi pada dasarnya belajar
dari proses pengorganisasian pihak lain. Sebagai contoh, mereka belajar
melalui pengalaman langsung ketika mereka dihadapkan pada pengambilan
ke
ter
k menciptakan produk yang tidak dapat ditiru
(in
putusan secara coba-coba (trial and error), dan secara tidak langsung
dari pengalaman organisasi lain seperti melalui proses peniruan
(benchmarking). Selanjutnya, organisasi mengkomunikasikannya melalui
cerita-cerita dan simbol-simbol serta norma perilaku dan harapan-harapan.
Pembelajaran dalam organisasi juga menyangkut proses budaya. Matlay
menyatakan bahwa terdapat banyak kesulitan dalam proses pembelajaran
yang mereka gambarkan sebagai "supertitious learning", keragu-raguan
hadap kompetensi, dan jebakan keberhasilan. Supertitious learning
terjadi ketika hubungan antara tindakan dan hasil yang diperoleh tidak
dapat ditentukan secara tepat. Kegagalan pembelajaran terjadi karena
keragu-raguan dalam meraih keberhasilan. Hal ini seringkali sulit untuk
diketahui karena indikator dari keberhasilan secara konstan dimodifikasi
setiap waktu. Ketika keberhasilan sulit untuk ditunjukkan, maka sulit pula
keberhasilan tersebut dipelajari berdasarkan pada hal-hal yang telah
dilakukan di masa lampau.
Wright (1997) memasukkan istilah “akumulasi pembelajaran” sebagai
salah satu aset tak berwujud yang memberikan kontribusi terhadap
kemampuan perusahaan untu
imitability). Pada dasarnya ia menggambarkan bahwa kapabilitas
organisasi sebagai “dinamika rutinitas perusahaan yang memungkinkan
perusahaan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam
efisiensi atau efektivitas” dan “kumpulan dari tacit knowledge yang
46
dibangun dalam proses organisasi, prosedur dan sistem organisasi yang
tertanam dalam cara berperilaku”. Ia menyarankan dua faktor penting
dalam membangun kapabilitas organisasi, yaitu: kemampuan inovasi, dan
kemampuan belajar.
Konsep pembelajaran organisasi juga dapat didekati dari ilmu
pengetahuan alam yang mengembangkan pendapat tentang sistem
cybernetics dengan menambahkan "reflexive loop” yang memungkinkan
sis
secara bersama-sama (share) dan
me
aya tanggap terhadap perubahan lingkungan,
tem memiliki kesadaran dengan sendirinya, sistem tersebut dapat belajar
untuk belajar. Argyris dan Schon (1978) kemudian mengembangkan teori
pembelajaran organisasi ini dengan pendapatnya tentang "double loop
learning" yang menantang pendapat terdahulu tentang "single loop
learning". Gibb (1997) mengemukakan dua tipe pembelajaran; a) adaptive
learning, yaitu pembelajaran dalam rangka mengatasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan, dan b) generative learning yaitu kapasitas untuk
menciptakan dan berpikir proyektif.
Sejumlah penulis menjelaskan metode yang berbeda-beda dari perilaku
pembelajaran dalam perusahaan yang mempengaruhi mereka untuk
menciptakan (create), menggunakan
nyimpan pengetahuan dalam perusahaan. Sementara itu Pedler (1997)
dalam Chaston et al. (1999) mengemukakan tiga tahapan pembelajaran
sebagai berkut:
(1) Mengimplementasikan (implementing): melakukan sesuatu dengan
benar, dicirikan oleh reliabilitas yang konstan tetapi terbatas karena
kurangnya d
(2) Memperbaiki (improving) dicirikan dengan memberikan gagasan
(initiative-taking), melakukan eksperimen secara sistematis dan
47
melakukan segala sesuatu dengan lebih baik tetapi masih terkendala
oleh masih kecilnya skala peningkatan di dalam batas-batas yang ada,
(3) Mengintegrasikan (integrating) dicirikan dengan “melakukan hal-hal
dengan lebih baik” secara kreatif melalui pemecahan masalah secara
pe
ajaran organisasi
ya
sistematis dan holistik (menyeluruh).
Cara-cara tersebut diturunkan dari suatu model “tahapan” dari
perkembangan pembelajaran. Dengan demikian, jelas bahwa sejumlah
nulis mengenali dan berupaya untuk mendefinisikan tipe perilaku
pembelajaran yang berbeda pada tataran organisasi. Hal ini menimbulkan
pertanyaan tentang bagaimana cara-cara yang berbeda ini berhubungan dan
berdampak pada kapabilitas organisasi? Dari beberapa literatur yang
berhubungan dengan pembelajaran organisasi, tetapi hanya sedikit yang
mengoperasionalkan konstruk pembelajaran melalui aplikasi teknik
kuantitatif pada usaha kecil. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan untuk
mengekplorasi konstruk pembelajaran organisasi pada umumnya dilakukan
untuk studi skala besar. Namun demikian, Hill dan McGowan (1999) telah
dapat mengukur persepsi individu manajer tentang kecenderungan tenaga
kerja yang tergabung dalam masing-masing cara belajar.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa
sekurang-kurangnya terdapat dua arah konsep pembel
kni, dari kalangan modernis yang mengikuti arus ilmu pengetahuan alam
yang mengembangkan sistem cybernetics dengan menambahkan "reflexive
loop” yang memungkinkan sistem untuk memiliki kesadaran belajar
dengan sendirinya dan dari kalangan ahli psikologi Amerika, yang
memuluskan jalan ke arah pembentukan teori tentang pembelajaran
organisasi dengan "double loop learning" yang menantang pendapat
terdahulu tentang "single loop learning".
48
Selain itu organisasi pada dasarnya dapat belajar dengan cara yang
dijelaskan oleh proses pengorganisasian pihak lain, sebagai contoh, mereka
be
awan dalam pemecahan masalah
k diragukan lagi. Mereka
be
tu (jangka
pa
lajar melalui pengalaman langsung ketika mereka dihadapkan pada
pengambilan keputusan secara coba-coba (trial and error), dan secara tidak
langsung dari pengalaman organisasi lain seperti melalui proses peniruan
ataupun pembandingan (Benchmarking).
2. Pembelajaran dan Pendidikan Wirausaha
Kemampuan belajar seorang wirausah
yang tidak terstruktur dan berisiko sudah tida
lajar dari pengalaman mendirikan dan mengelola usaha, yang meliputi
proses pembelajaran, kemampuan untuk mengenali mengapa suatu masalah
terjadi dan kemampuan mengatasinya. Perolehan kemampuan tersebut
merupakan hasil dari proses belajar, sehingga wirausahawan yang belajar
dengan sungguh-sungguh akan lebih berhasil dalam usahanya
dibandingkan dengan wirausahawan yang tidak pernah belajar.
Hall (1996) mengemukakan bahwa proses pembelajaran pengusaha
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi rentang wak
njang dan jangka pendek) dan dimensi target (tugas atau orang) sebagai
mana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Empat Tipe Pembelajaran
Fokus pembelajaran Tugas (Task) Pribadi (self) Rentang Waktu Jangka Pendek Performance Sikap Jangka Panjang Adaptabilitas Identitas
S (1996)
menunjukkan bah ngka pe ifitas
an pada peningkatan performance skill, dimana
dalam proses tersebut banyak mempelajari berbagai konsep, dan
umber : Hall,
Tabel di atas wa dalam ja ndek akt
pengembangan difokusk
49
me
rning dan merupakan
ke
an peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
(S
2) Latihan keterampilan teknis (technical know how) atau profesionalisme
untuk bidang tertentu baik tingkat rendah, menengah, atau tinggi.
masukkan komponen sosialisasi serta sikap yang membentuk identitas
perusahaan ke dalam program pengembangan. Adapun program
pembelajaran jangka panjang diorientasikan pada tingkat adaptabilitas
terhadap tugas dan pembentukan identitas pribadi. Termasuk di dalam
adaptabilitas adalah belajar bersikap terbuka terhadap perubahan serta
melakukan beberapa perubahan. Sedangkan yang termasuk di dalam
identitas adalah keterbukaan untuk menerima masukan, dan memasukkan
cara-cara baru dalam menginstropeksi diri sendiri.
Adaptabilitas dan identitas biasa disebut sebagai metaskill, karena
keduanya memberi kemampuan untuk belajar bagaimana agar bisa belajar.
Metaskill ini identik dengan double loop lea
mampuan yang sangat penting di masa sekarang dan yang akan datang.
Oleh karena itu perlu diidentifikasi isu-isu kunci dalam proses
pembelajaran dan pengembangan wirausaha. Dalam penelitian ini isu-isu
kunci yang akan diangkat adalah isu yang berkenaan dengan pembelajaran
melalui pendidikan dan pelatihan, pembimbingan (mentoring), dan
pengalaman. Adapun pengertian dari masing-masing isu tersebut adalah
sebagai berikut:
Sagir (1986) mengemukakan bahwa program Pendidikan dan Pelatihan
pada hakikatnya merupakan jalur dan jenjang yang berkesinambungan
yang menunjukk
DM) yang meliputi:
1) Pendidikan umum atau pendidikan dasar yang merupakan bekal agar
SDM mempunyai pengetahuan dasar yang memadai dan siap untuk
dilatih.
50
Jenjang latihan untuk pengembangan diri, mempersiapkan SDM agar
lebih kreatif, bukan hanya memiliki kemampuan teknis, tetapi juga
memiliki kemampuan manajerial, mengembangkan diri untuk menjadi
pelatihan sesungguhnya adalah upaya untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan karyawan (teknis maupun manajerial),
ter
de
an (2002) juga mengemukakan bahwa :
1)
kerja
juannya.
pelatihan wirausaha dalam membangun kompetensi wirausaha sebagai
be
unsur pimpinan dalam bidangnya yang mampu dikembangkan.
Dari pendapat Sagir di atas tampak bahwa fungsi pendidikan dan
utama aspek profesionalisme kerja. Jadi, program Diklat berhubungan
ngan peningkatan kinerja.
Ranupandojo dan Husnan (2002) mengemukakan bahwa istilah
pendidikan dan pelatihan (Education and training) sering dipertukarkan
dengan istilah pengembangan (development) seperti yang dipakai oleh
Flippo. Dalam prakteknya kedua istilah tersebut mempunyai maksud yang
sama. Ranupandojo dan Husn
Pendidikan ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum
seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan
keterampilan mengambil keputusan terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kegiatan mencapai tujuan.
2) Latihan ialah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan
seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Latihan membantu
karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya
guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan
oleh organisasi dalam usaha mencapai tu
Choueke dan Amstrong (1998) mengusulkan materi pendidikan atau
rikut:
51
Tabel 5.2. Materi Pendidikan atau Pelatihan Wirausaha
Sumber : Choueke dan Amstrong (1998).
Cope and Watts (2000) melakukan penelitian tentang proses
pembelajaran dari wirausahawan dalam hubungannya dengan proses
personal dan siklus pengembangan usahanya. Mereka menemukan konsep
'critical incident' yang menunjukkan bahwa wirausahawan sering
traumatik dan berkepanjangan
da
tama dari pembelajaran, sehingga sangat diperlukan
bimbingan terhadap pengalaman tersebut. Mentoring atau bimbingan
menghadapi masa atau episode kritis yang
n menggambarkan kejadian-kejadian bermuatan emosional. ‘Critical
incident’ yang dialami dapat menghasilkan tingkat pembelajaran yang
lebih tinggi serta mendasar. Program mentoring menekankan pada upaya
untuk membantu wirausahawan dalam menafsirkan 'critical incident'
sebagai pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa 'critical
incident' sangat penting diterapkan untuk memahami proses pembelajaran
wirausaha. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Armstrong (dalam,
Choueke and Armstrong, 1998) yang menunjukkan bahwa "pengalaman"
merupakan sumber u
sangat dibutuhkan oleh seorang wirausahawan guna membantu
52
menafsirkan kejadian-kejadian yang dialami selama proses pembelajaran
yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha.
Robinson dan Sexton (1994) mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan proses yang terintegrasi dengan pekerjaan, dalam praktek usaha
yang sesungguhnya. Hal ini biasa disebut dengan pembelajaran dari
pengalaman (learning from experience). Pendekatan pembelajaran dari
pengalaman ini memberikan kemampuan bagi individu dan organisasi
un
6. EV
1)
2)
3) an empat tipe dalam pembelajaran wirausaha?
ntoh pendidikan kewirausahaan yang ada di Indonesia?
tuk melakukan self renewal dengan melakukan pendekatan yang
proaktif, self-development pada pembelajaran karir jangka panjang.
Pendekatan pembelajaran dari pengalaman sangat bermanfaat digunakan
untuk pengembangan seorang wirausahawan, karena pembelajaran ini
dapat memberikan kesempatan pada wirausahawan untuk memanfaatkan
on-the job experience dan memberikan meta skill untuk learning how to
learn.
ALUASI
Jelaskan makna pembelanjaran bagi seorang wirausaha?
Uraikan perbedaan antara pembelanjaran kognitif, perilaku dan
pembelajaran pengalaman wirausaha?
Jelask
4) Berikan co
53
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa mampu membangkitkan semangat/motivasi; daya
inovasi dan kompentesi wirausaha serta penerapanya dalam kehidupan nyata.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian motivasi, daya
entensi wirausaha.
enggali daya inovasi seorang wirausaha
si & Kompentesi Wirausaha
RANGKUMAN
Para wirausahawan efektif harus punya keinginan untuk memimpin.
Motivasi wirausaha membutuhkan keinginan untuk mempengaruhi orang
lain. Hal ini seringkali disamakan dengan kebutuhan akan kekuasaan.
erpikir
mpengaruhi orang banyak, memenangkan suatu perdebatan
atau meraih posisi dengan kewenangan yang lebih besar. Seorang
inovasi dan komp
b. Mahasiswa diharapakan dapat menjelaskan kiat-kiat membangkitkan
motivasi wirausaha
c. Mahasiswa dapat m
d. Mahasiswa diharapakan dapat menjelaskan kompentesi wirausaha
3. KATA KUNCI: Motivasi, Daya Inova
4.
Seseorang dengan motivasi kepemimpinan yang tinggi banyak b
mengenai cara me
wirausahawan yang mempunyai motivasi yang kuat juga menunjukan
keteguhan yang kuat. Keteguhan atau biasa disebut tekad adalah suatu motif
yang melibatkan suatu ketahanan untuk terus fokus pada sasaran ketika
sedang dihadang berbagai rintangan.
Daya inovasi merupakan salah satu ciri khas utama dari seorang
wirausahawan, karena dengan inovasi seorang wirausahawan akan mampu
54
meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menciptakan produk-
produk baru yang inovatif maupun mengembangkan cara-cara pemasaran
yang inovatif sehingga akan memiliki daya saing yang kuat dibandingkan
de
ditambah kemampuan
membaca peluang dan manajemen diri. Hal ini dikarenakan seorang
5.
tasikan sebuah visi. Wirausahawan
latif tinggi untuk meraih prestasi. Keinginan
si merupakan faktor motivasi yang penting di antara para
wi
ngan produk maupun cara pemasaran dari pesaing.
Kompetensi adalah suatu kemampuan lebih dari seorang individu jika
dibandingkan dengan individu yang lain, selain itu kompetensi dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dapat
memenuhi kebutuhan hasil kerja yang lebih efektif. Secara umum kompetensi
wirausahawan sama dengan kompetensi manajer
wirausahawan selain sebagai pemilik usaha (manajer) juga sebagai pelaksana
usaha sehingga sangat dibutuhkan kemampuan untuk melihat dan
memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, sedangkan untuk
dapat memanfaatkan peluang yang ada, seorang wirausahawan harus
memiliki manajemen diri yang baik, dalam arti seorang wirausahawan harus
mampu mengelola kemampuan dirinya dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat meningkatkan kemampuan usaha.
URAIAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Seorang individu yang ingin menjadi wirausahawan tapi tidak punya
kegairahan dalam meraihnya, tidak mungkin sukses baik dalam
menciptakan maupun mengimplemen
mempunyai keinginan yang re
untuk berpresta
rausahawan handal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seorang
wirausahawan harus bekerja keras, para usahawan dan manajer harus tekun
di sejumlah pekerjaan.
55
Daya inovasi dan kompentensi yang dimiliki seorang wirausaha
merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaran usaha. Pokok
bahasan ini akan diuraikan pengertian motivasi, daya inovasi dan
kompentensi wirausaha; kiat-kiat membangkitkan motivasi wirausaha;
daya inovasi seorang wirausaha; dan kompentesi wirausaha
B. M
n perilakunya
ya tujuan. Dengan demikian motivasi terjadi melalui
su
engemukakan
bahwa keinginan untuk berprestasi merupakan faktor motivasi yang
andang sebagai mata uang
seorang wirausahawan, sarana utama yang digunakan seorang
otivasi Usaha
Motivasi berasal dari kata latin "movere" = to move = memindahkan,
artinya pindah dan suatu kondisi tertentu ke kondisi yang lain. Motif
sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia yang membangkitkan,
mengaktifkan, memindahkan, mengarahkan dan menyalurka
menuju tercapain
atu proses yang berhubungan dengan kebutuhan manusia.
Seorang individu yang ingin menjadi wirausahawan tapi tidak punya
kegairahan dalam meraihnya, tidak mungkin sukses baik dalam
menciptakan maupun mengimplementasikan sebuah visi. Hampir semua
tulisan sepakat bahwa para wirausahawan mempunyai keinginan yang
relatif tinggi untuk meraih prestasi. Shane et al. (2003) m
penting di antara para wirausahawan handal. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, seorang wirausahawan harus bekerja keras, para usahawan
dan manajer harus tekun di sejumlah pekerjaan.
Para wirausahawan sukses harus mau menggunakan kekuasaan terhadap
para bawahan, memerintahkan pada mereka apa yang mesti dilakukan, dan
menerapkan sanksi positif dan negatif secara cepat. Seseorang yang tidak
sanggup menggunakan kekuasaan akan mendapatkan kesulitan dalam
menjalankan peran wirausaha. Kekuasan bisa dip
56
wirausahawan untuk membereskan banyak hal dalam suatu wadah
ahanya. Tentu saja, ketegaran mesti dilakukan
de
menjelaskan
ba
usahanya. Seorang wirausahawan harus mempunyai keinginan untuk
mendapatkan kekuasaan dengan maksud untuk melancarkan pengaruh
terhadap orang-orang lain.
Para wirausahawan harus dan tak boleh letih, atau tidak mempunyai
semangat yang menggebu-gebu dalam segala aktivitasnya, terutama dalam
mengkomunikasikan visi mereka kepada para pegawai. Wirausahawan
harus memiliki tekad untuk menindaklanjuti, dan mesti memiliki
keteguhan untuk memastikan bahwa perubahan-perubahan telah
melembaga dalam wadah us
ngan berlandaskan pada sikap rasional. Sangat teguh mengejar suatu
strategi yang tidak tepat bisa membawa organisasi ke jurang kehancuran.
Oleh karena itu, sikap tegar harus ditujukan pada segala hal yang benar.
Dalam kebanyakan wadah usaha yang beroperasi dalam iklim bisnis
dewasa ini, mereka mempunyai hal yang diperlukan untuk kelancaran
usahanya, hal itu adalah : 1) memuaskan pelanggan, 2) pertumbuhan, 3)
penekanan biaya, 4) inovasi dan feature terbaru dari sebuah merek, 5)
mengamati kejadian dengan cepat untuk mengambil tindakan-tindakan
yang efektif, dan 6) kualitas dari barang yang diproduksinya.
Collins et al. (2000) mengemukakan bahwa keberhasilan wirausaha
sangat tergantung pada kemauannya untuk menjadi wirausahawan, hal ini
karena peluang usaha didapat dalam proses evaluasi, sementara keputusan
dibuat setelah ditemukannya peluang usaha. Seluruh proses tersebut sangat
tergantung pada kemauan seorang wirausahawan untuk bermain dalam
pertandingan tersebut. Selanjutnya Collins et al. (2000)
gaimana motivasi berpengaruh pada berbagai aspek perilaku manusia.
Wirausaha merupakan proses yang dimulai dari pengenalan peluang usaha
57
dan ditindaklanjuti dengan pengembangan produk. Keberhasilan dari
seluruh proses tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi serta faktor
kognitif seperti pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dari seorang
wirausahawan. Kemampuan kognitif memungkinkan seorang
wirausahawan mengembangkan visi yang hidup termasuk strategi untuk
berhasil. Motivasi membantu seorang wirausahawan memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pada kesempatan pertama dan
memberikan dorongan serta energi untuk menetapkan tindakan yang
diperlukan.
Kondisi lingkungan seperti sistem hukum, industri, pasar modal dan
kondisi ekonomi nasional mempengaruhi wirausaha, tetapi motivasi
wirausahawan akan mengarahkan tindakan wirausaha pada kondisi
lingkungan yang berbeda. Pattigrew (1996) dalam Walton (1999)
mengemukakan bahwa motivasi wirausaha (entrepreneurial motivations)
dapat merupakan faktor penting untuk kinerja perusahaan. Motivasi awal
untuk menjalankan aktivitas wirausaha umumnya dikategorikan dalam
bentuk faktor-faktor yang "menarik" (pull) seperti menentukan peluang
usaha, keinginan untuk mengumpulkan kekayaan, atau keinginan untuk
"menjadi bos bagi diri sendiri" dan faktor-faktor yang "mendorong" (push)
seperti ketidakamanan pekerjaan (insecurity) dan kejenuhan bekerja akibat
pekerjaan yang berulang-ulang (redundancy).
Studi yang dilakukan oleh Knight, 1983 (dalam Rambat, L. dan Jero W;
1998) menyatakan bahwa wirausaha utamanya tidak termotivasi oleh
financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari
lingkungan yang tidak sesuai/diinginkan, di samping guna menemukan arti
baru bagi kehidupannya. Faktor motivasi yang dimaksud dapat diringkas
sebagai berikut :
58
1)
rusahaannya merasa bahwa kepuasan kerjanya akan
anak-anak mereka biasanya kemudian akan berusaha
endapatkan
refuge. Para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk
mencoba menjalankan usaha yang
rausaha.
The foreign refuge, dimana peluang-peluang ekonomi di negara lain
yang lebih menguntungkan sering kali mendorong orang untuk
meninggalkan negaranya yang tidak stabil secara politis untuk
berwirausaha.
2) The corporate refuge, pekerja-pekerja yang tidak puas dengan
lingkungan pe
meningkat dengan memulai dan menjalankan bisnis sendiri.
3) The parental (paternal) refuge. Banyak individu yang memperoleh
pendidikan dan pengalaman dari bisnis yang dibangun oleh keluarganya
sejak ia masih
untuk mencoba bisnis lain daripada yang selama ini dikerjakan oleh
keluarganya.
4) The feminist refuge. Para wanita yang merasa telah m
perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum laki-laki baik dalam sistim
pendidikan, lingkungan kantor/perusahaan maupun dalam masyarakat,
akan berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu, caranya yaitu
dengan mendirikan usahanya sendiri.
5) The housewife
mengurus anak dan rumah tangganya akan mencoba membantu
suaminya dalam hal keuangan karena kebutuhan-kebutuhan anak-anak
yang makin tinggi.
6) The society refuge. Anggota masyarakat yang tidak setuju dengan
kondisi lingkungannya biasanya akan
tidak terkait dengan lingkungan yang ada.
7) The educational refuge. Banyak orang yang gagal dalam studinya atau
mereka yang tidak cocok dengan sistim pendidikan yang ada, menjadi
terpacu untuk berwi
59
Mitchell (1999), seorang peneliti Perilaku Organsiasi yang terkenal,
mengusulkan suatu model konsep yang menjelaskan bagaimana motivasi
mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja. Model tersebut, seperti
diperlihatkan pada Gambar berikut.
Gambar 6.1. Model Motivasi Prestasi Kerja
Sumber : Kreitner and Kinicki, Organizational Behavior, 2000
Pada gambar di atas, mengintegrasikan berbagai elemen yang pada
intinya model itu mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari
motivasi. Input individu dan konteks pekerjaan adalah dua kategori kunci
dari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Konteks pekerjaan
mencakup lingkungan hati, tugas yang diselesaikan oleh seseorang,
cukupnya
sup
pendekatan organisasi terhadap pengakuan dan penghargaan,
ervisor pengawasan dan pembimbing, dan budaya organsiasi. Kedua
kategori yang menjadi faktor yang mempengaruhi satu sama lain
60
sebagaimana proses yang berkaitan dengan motivasi, yaitu meminta,
mengarahkan, dan menetapkan. Lebih lanjut gambar tersebut
memperlihatkan bahwa karyawan lebih cenderung termotivasi pada saat
mereka yakin bahwa prestasi kerja mereka akan diakui dan diberi
penghargaan yang setimpal.
Perilaku, secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan dan
pengetahuan (keterampilan) individu, motivasi, dan suatu kombinasi dari
faktor yang memungkinkan dan membatasi konteks pekerjaan. Sebagai
contoh, akan sulit untuk bertahan pada suatu proyek jika seseorang bekerja
dengan bahan baku yang cacat atau perlengkapan yang rusak. Sebaliknya
perilaku yang termotivasi cenderung meningkat pada saat para manajer
me
s
untuk mencapai puncak keinginan dan maksud seorang individu untuk
mberi para karyawan bahan-bahan dan pelengkapan yang mencukupi
untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan bimbingan yang efektif.
Pemberian bimbingan ini mungkin berlanjut pada penyempurnaan model
peran karyawan yang berhasil, dan membantu mereka mempertahankan
self-afficay dan self-esteem yang tinggi. Selanjutnya, prestasi dipengaruhi
oleh motivasi perilaku. Dengan demikian, terdapat empat kesimpulan
penting untuk diperhatikan dalam model tesebut: Pertama, motivasi
berbeda dengan perilaku. Motivasi melibatkan suatu proses psikologi
berperilaku dengan cara tertentu. Perilaku mencerminkan sesuatu yang
dapat kita lihat atau dengar. Hasil dari motivasi secara umum dinilai
dengan perilaku yang ditunjukkan, jumlah usaha yang dikeluarkan, atau
strategi pilihan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan
atau tugas. Usaha yang sesungguhnya atau prestasi adalah hasil motivasi
yang berkaitan dengan perilaku langsung.
61
Kedua, perilaku dipengaruhi oleh lebih dari sekedar motivasi. Perilaku
dipengaruhi oleh input dari individu, faktor konteks pekerjaan, dan
motivasi. Sebagai contoh, jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar
dalam menghadapi ujian dipengaruhi oleh motivasi individu, kemampuan
dan tujuan pribadi, serta kualitas catatan kuliah. Ketiga, perilaku berbeda
de
C.
erdaya sampai orang menemukan manfaat
ng terdapat di alam, sehingga memberinya nilai ekonomi.
Da
ubahan yang luar biasa.
ngan prestasi. Prestasi mencerminkan suatu akumulasi perilaku yang
muncul dari waktu ke waktu dalam seluruh konteks dan orang. Prestasi
juga mencerminkan suatu standar eksternal yang biasanya ditetapkan oleh
organisasi dan dinilai oleh manajer. Keempat, motivasi diperlukan tetapi
bukan merupakan satu-satunya kontributor yang mencukupi prestasi kerja.
Kesimpulan ini mengungkapkan bahwa persoalan prestasi disebabkan oleh
suatu kombinasi input individu, faktor konteks pekerjaan, motivasi, dan
perilaku motivasi yang sesuai.
Daya Inovasi
Drucker (1985) mengemukakan bahwa inovasi adalah tindakan yang
memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan
kesejahteraan. Inovasi menciptakan sumberdaya, karena tidak ada
sesuatupun yang menjadi sumb
dari sesuatu ya
lam bidang sosial dan ekonomi tidak ada sumberdaya yang lebih besar
dalam perekonomian daripada daya beli, tetapi daya beli adalah hasil
ciptaan dari wirausaha yang melakukan inovasi.
Hirsch dan Peters, (1992) berpendapat bahwa wirausahawan adalah
seorang yang inovatif. Mereka membuat perubahan melalui introduksi
teknologi, proses atau produk. Menurut Schumpeter hanya orang-orang
yang luar biasa saja yang mempunyai kemampuan menjadi wirausahawan
dan mereka mampu melakukan perubahan-per
62
De
(invention), pengembangan (extention),
pe
ngan demikian seorang wirausahawan juga merupakan orang yang
mampu mengembangkan teknologi baru, dimana dengan perubahan
tersebut akan membangkitkan peluang dan mengkonversi peluang tersebut
ke dalam aktivitas-aktivitas produksi. Pengertian seperti ini akan lebih
relevan untuk menggambarkan perusahaan besar. Dalam hal ini seorang
wirausahawan lebih dikenal sebagai orang yang menginisiasi perubahan-
perubahan besar. Kontribusi Joseph Schumpeter terhadap pemahaman dari
mekanisme perkembangan teknologi dan pembangunan ekonomi telah
dikenal secara luas. Di dalam tulisannya The Theory of Economc
Development. Ia menekankan peranan dari wirausahawan sebagai
penyebab utama dari pembangunan ekonomi. Ia juga menjelaskan
bagaimana wirausahawan yang inovatif menantang perusahaan-perusahaan
yang sedang jaya dengan cara memperkenalkan penemuan baru yang
membuat teknologi dan produk yang ada waktu itu menjadi ketinggalan
jaman. Pengertian wirausahawan sebagai inovator membedakannya dengan
pemilik usaha kecil yang tidak punya ambisi mengembangkan usahanya
tetapi tetap sebagai self employed.
Inovasi yang sukses adalah yang sederhana dan terfokus. Ia harus terarah
secara spesifik, jelas dan memiliki desain yang dapat diterapkan. Dalam
prosesnya, ia menciptakan pelanggan dan pasar yang baru. Kuratko dan
Hodges (1995) mengelompokkan empat jenis inovasi yang bisa
dikembangkan, yaitu ; penemuan
nggandaan (duplication), dan sintesis. Inovasi merupakan sarana seorang
wirausaha untuk mengeksploitasi perubahan ketimbang membuat
perubahan-perubahan. Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi
sumber inovasi (Howel dan Higgins, 1990) :
63
a. Kejadian yang tidak terduga.
b. Ketidakharmonisan.
c. Proses sesuai kebutuhan.
d. Perubahan pada industri dan pasar.
e. erubahan demografi.
dasar (belajar).
an kompetensi sebagai karakteristik
ubungan dengan sebab seseorang menjadi efektif
kerjaannya. Kompetensi akan membedakan orang
iasa-biasa saja. Kompetensi dapat
sifat, konsep diri, sikap atau nilai maupun
pe
bawaan atau bakat): kecenderungan atau watak umum dalam
an
P
f. Perubahan persepsi.
g. Konsep pengetahuan
D. Kompetensi Wirausaha
Hooghiemstra (1992) mendefinisik
dasar individu yang berh
dan superior dalam pe
yang berprestasi baik dengan yang b
berupa motif, bakat atau
ndirian, pengetahuan diri, atau keterampilan kognitif dalam perilaku.
Kompetensi merupakan karakteristik individu yang dapat diukur dengan
cara membedakan secara signifikan antara orang-orang yang berprestasi
baik dan yang biasa saja atau antara orang yang berkinerja efektif dan yang
tidak efektif.
Secara umum kompetensi terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:
a. Motif: kebutuhan yang mendasari atau pola pikir yang mengarahkan,
menggerakkan dan memilih perilaku individu misalkan kebutuhan untuk
berhasil.
b. Sifat dasar (
berperilaku atau cara merespon. Misalkan berkaitan dengan kepercaya
diri, pengendalian diri, daya tahan stres, atau ketahanan.
64
c. Konsep diri, sikap atau nilai yang diukur oleh uji responden yang
menanyakan apa yang mereka hargai, apa yang mereka pikirkan atau
tertarik dalam melakukan sesuatu.
d. Kekuatan pengetahuan tentang fakta-fakta atau prosedur, apakah teknis
atau interpersonal, yang diukur dengan uji responden. Kebanyakan
temuan menunjukkan bahwa pengetahuan jarang dapat membedakan
ktif).
antara kinerja yang rata-rata dan superior.
e. Kemampuan atau keterampilan kognitif dan perilaku: apakah
tersembunyi (misal alasan yang induktif atau deduktif) atau yang terlihat
(misal, kemampuan mendengarkan secara a
Kompetensi juga dapat dihubungkan dengan kinerja dalam model alur
sebab yang sederhana sebagai berikut:
Gambar 6.2. Hubungan Kompetensi Dengan Kinerja Individu
Sumber : Hooghiemstra, (1992)
Kompetensi secara umum memiliki perbedaan berdasarkan proses
pengajarannya. Personal charakteristics disini terdiri dari: Motive, Trait,
Skills. Pengetahuan dan keterampilan
me
Self concept, Knowledge dan
rupakan salah satu dari indikator kompetensi yang paling mudah
diajarkan, sedangkan sikap dan nilai-nilai merupakan indikator-indikator
yang lebih sulit untuk diajarkan. Merubah motif dan sifat mungkin dapat
dilakukan tetapi harus melalui proses yang sangat panjang, sulit dan
membutuhkan biaya yang sangat mahal. Dari sudut pandang efisiensi,
dalam proses rekruasi aturannya adalah merekrut berdasarkan karakteristik
motivasi inti dan sifat bawaan yang selanjutnya perlu dilakukan
65
pegembangan pengetahuan dan keterampilan. Namun kebanyakan
perusahaan melakukan sebaliknya, mereka merekrut berdasarkan gelar
pendidikannya dan berasumsi bahwa kandidat tersebut memiliki atau dapat
diindoktrinasi dengan motif dan sifat yang diperlukan. Kenyataan
menunjukkan bahwa merekrut orang yang memiliki sifat dan motif yang
sesuai dengan kebutuhan dan melatih mereka dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu lebih effisien jika
dibandingkan dengan merekrut orang yang berpendidikan tinggi namun
tidak memiliki sifat dan motif yang sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Sandberg (2000) mengemukakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan
dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pendekatan definisi
kompetensi dapat dilakukan melalui 3 hal yaitu orientasi pekerja, orientasi
pe
Misalkan menetapkan proses serta
pekerjaan yang diperlukan, selanjutnya menetapkan kompetensi yang
kerjaan dan orientasi multimethode. Dalam pendekatan orientasi pekerja,
kompetensi didefinisikan sebagai atribut yang dimiliki oleh seseorang atau
pekerja, yang ditunjukkan oleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
(KSAs) dan sifat bawaan individu yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam pendekatan orientasi kerja,
kompetensi juga disebutkan sebagai atribut kemampuan spesifik yang
dibutuhkan seseorang dan dijabarkan dalam langkah-langkah pekerjaan
untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Pendekatan multimethode lebih bersifat komprehensif karena berusaha
menghindari kritikan yang muncul dari dua pendekatan lain, yakni dengan
memadukan kedua metode tersebut.
dibutuhkan untuk masing-masing langkah tersebut. Jadi dapat
dikemukakan bahwa kompetensi adalah kumpulan atribut-atribut spesifik
yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan
66
tugas. Mereka yang dapat menyelesaikan tugas lebih baik daripada yang
lain berarti orang tersebut lebih kompeten daripada lainnya.
Baum et al. (2001) mengemukakan bahwa kompetensi wirausaha hampir
sama dengan kompetensi seorang manajer tetapi ditambahkan 2
keterampilan yaitu peluang dan manajemen diri. Menurut Baum paling
tid
kompetensi yang
pok, misalnya dalam konteks kerjasama dan
m
ak terdapat beberapa kompetensi wirausaha yang sangat diperlukan yaitu
pengetahuan, kemampuan kognitif, self management, administrasi,
sumberdaya manusia, keterampilan, pengambilan keputusan,
kepemimpinan, pengenalan peluang dan pengembangan peluang;
sedangkan human relation dan administrasi dapat digabungkan dalam
kepemimpinan, sementara kemampuan peluang dapat dimasukkan dalam
keterampilan memanfaatkan peluang (opportunity skills).
Man et al. (2000) mengemukakan bahwa secara umum terdapat enam
area kompetensi wirausaha yang dapat dikenali yakni:
1. Opportunity competencies (Kemampuan peluang) yaitu
berhubungan dengan mengenali dan mengembangkan peluang pasar
melalui berbagai cara.
2. Relationship competencies (Kemampuan hubungan) yaitu kompetensi
yang berhubungan dengan kemampuan interaksi orang per orang atau
individu dengan kelom
kepercayaan, penggunaan hubungan dan koneksi, kemampuan
bernegosiasi, keterampilan berkomunikasi dan hubungan antar pribadi
3. Conceptual competencies (Kemampuan konseptual) yaitu kompetensi
yang berhubungan dengan kemampuan konseptual yang mana
dicerminkan di dalam perilaku usahawan, misalkan keterampilan dala
mengambil keputusan, pemahaman dan penyerapan informasi yang
kompleks, serta daya inovasi yang tinggi.
67
4. Organizing competencies (Kemampuan pengorganisasian) yaitu
kompensasi yang berhubungan dengan pengorganisasian sumberdaya
internal dan eksternal seperti SDM, keuangan, teknologi termasuk di
egi perusahaan
kembang.
wi
terdahulu), proses (perilaku atau tugas yang
me
dalamnya membangun tim kerja, memimpin pekerja, pelatihan dan
pengendalian.
5. Strategic competencies (Kemampuan stratejik) yaitu kompetensi atau
kemampuan yang berhubungan dengan penetapan, evaluasi dan
penerapan strat
6. Commitment competencies (Kemampuan komitmen) yaitu kompetensi
atau kemampuan yang menggerakkan seorang wirausahawan untuk
menjadikan usahanya lebih ber
Lebih lanjut Man et al., (1999) mengemukakan bahwa kompetensi juga
dapat di ukur berdasarkan seberapa besar individu tersebut mampu dalam
pencapaian tujuan. Boyatzis (1982) mengemukakan bahwa kemampuan
rausaha berhubungan erat dengan managerial competencies. Kompetensi
wirausaha sangat diperlukan oleh seorang wirausahawan dalam berupaya
pengembangan usahanya.
Pendekatan kompetensi menjadi suatu alat yang populer untuk
mempelajari krakteristik wirausahawan. Kemampuan dapat dipelajari dari
masukannya (kemampuan
ndorong ke arah kemampuan), atau hasil (menuju keberhasilan standar
kemampuan atau wewenang dalam area fungsional). Penekanan proses
atau pendekatan perilaku mempelajari sifat wirausaha dengan dimensi
proses dari kondisi daya saing. Pendekatan ini semata-mata berasumsi
bahwa kemampuan belum tentu membuat seorang wirausahawan
berkompeten, melainkan kemampuan hanya dapat dipertunjukkan oleh
tindakan dan perilaku orang tersebut (Gartner dan Starr, 1995).
68
6. EV
1)
2) l motivasi
apai kinerja yang tinggi?
tesi yang harus dikenali oleh setiap
ALUASI
Jelaskan pengertian motivasi, daya inovasi dan kompentensi wirausaha?
Jelaskan beberapa factor motivasi dalam wirausaha dan mode
untuk menc
3) Uraikan beberapa kiat yang dapat menumbuhkan daya inovasi wirausaha?
4) Jelaskan hubungan kompetensi dengan kinerja individu?
5) Uraikan atas enam demensi kompen
wirausaha?
69
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa dapat menilai peluang usaha/bisnis serta
mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
pkan dapat mengidentifikasi, bidang dan macam
iharapkan dapat menyusun kelayakan usaha
idak sesulit yang
menilai peluang dan
uang tersebut merupakan modal dasar untuk melaksanakan
aktivitas wirausaha. Peluang usaha diartikan sebagai kesempatan usaha.
5.
paknya sudah
at luas. Namun karena kurangnya informasi,
erasa masih belum jelas tentang aspek-aspek apa saja yang
melingkupi dunia wiraswasta. Sebagian orang beranggapan bahwa
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian dan lingkup peluang
bisnis/usaha
b. Mahasiswa dihara
peluang usaha
c. Mahasiswa d
3. KATA KUNCI: Menilai Peluang, Kelayakan Usaha
4. RANGKUMAN
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah muda, namum t
dibayakan banyak orang. Kemampuan seseorang untuk
memanfaatkan pel
Kesadaran akan suatu kesempatan adalah titik awal yang sebenarnya untuk
melihat peluang usaha. Hal ini meliputi suatu pandangan pendahuluan
terhadap kemungkinan adanya peluang-peluang di hari depan.
URAIAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Dewasa ini, dunia kewirausahaan (kewiraswastaan) tam
mulai diminati oleh masyarak
banyak orang m
70
ke
rta menyusun kelayakan usaha
B. Pe
seorang yang
gang, penemu yang kreatif,
se
evaluasi peluang-peluang usaha dengan mengelola
su
wiraswastaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan. Oleh
karena itu kewiraswastaan sering dianggap sebagai wacana tentang
bagaimana menjadi kaya.
Semakin sering seseorang berusaha berwiraswasta maka intuisi dalam
membaca peluang semakin tajam. Pokok bahasan ini di uraikan tentang
pengertian dan lingkup peluang bisnis/usaha; identifikasi, bidang dan
macam peluang usaha; se
ngertian Dan Lingkup Peluang Usaha
Kirzner (1999) menyatakan bahwa wirausahawan adalah sebagai orang
yang 'waspada' pada peluang yang menguntungkan dalam mekanisme
pasar. Dengan demikian, seorang wirausahawan adalah
mengambil keuntungan dari peluang da
seorang yang melakukan transaksi pada peluang yang muncul dari suatu
teknologi baru. Dengan mengetahui peluang dagang, seorang
wirausahawan akan dapat memetik keuntungan dengan bertindak sebagai
pemula yang memfasilitasi perdagangan. Hal ini bisa terjadi karena adanya
ketidaksempurnaan pengetahuan ataupun informasi dari mereka yang
melakukan transaksi.
Berdasarkan pendapat Kirzner tersebut di atas dapat dikemukakan
bahwa peranan informasi di pasar merupakan faktor yang sangat penting
dalam wirausaha. Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam
menentukan dan meng
mber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu kewirausahaan melekat
pada diri manusia, sementara keberadaan manusia di dunia ini merupakan
mahluk utama dan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat.
71
1. Pengertian Peluang Usaha
Eckhardt dan Shane (2002) mendefinisikan peluang sebagai situasi
imana barang, jasa, bahan baku, pasar dan metode organisasi baru
pat diperkenalkan melalui pembentukan cara (means) baru, pelanggan
means dan ends. Dalam hal ini keputusan
wi
si secara maksimal juga
ak
rubahan yang berasal dari penemuan
oduksi baru, dan berasal dari cara mengorganisasi.
d
da
(ends), atau hubungan antara
rausaha meliputi kreasi atau identifikasi daripada means dan ends baru
yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh pelaku pasar. Dalam proses
eksploitasi peluang, seseorang mencari sumberdaya dan melibatkannya
dalam aktivitas yang dapat memberikan informasi guna meningkatkan
kepedulian bersama di antara pelaku pasar tentang karakteristik
informasi peluang yang dapat mendorong ataupun menekan seseorang
dalam menindaklanjuti peluang usaha yang ada.
Peluang usaha mempunyai siklus karena dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternalnya. Dalam lingkungan kondisi yang tidak
seimbang sering muncul peluang baru yang menenggelamkan peluang
yang lama. Peluang usaha yang telah dieksploita
an menenggelamkan peluang tersebut. Waktu siklus peluang usaha
tersebut tergantung pada pembatasan mekanisme peniruan, serta
mekanisme penyebaran informasi.
Eckhardt dan Shane (2002) juga mengidentifikasi tipe-tipe peluang, di
antaranya yaitu:
1. Berdasarkan asal perubahannya, seperti perubahan yang berasal dari
kreasi produk atau jasa baru, pe
daerah pasar baru, berasal dari penemuan bahan baku baru, berasal
dari metode pr
2. Berdasarkan sumber peluang seperti: peluang yang berasal dari
informasi yang asimetrik, peluang yang berasal dari gap antara
72
pasokan dan permintaan, peluang yang berasal dari perbedaan tingkat
produktivitas, dan peluang yang berasal dari identifikasi katalisator
tentang dimana kita berdiri maka perlu menyadari adanya suatu
ahan-kelemahan kita
nya peluang usaha mencakup aspek-aspek yang sangat
ena itu tidak ada alasan tertutupnya
aja mampu mencermati perubahan-perubahan
ang terjadi pada masyarakat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) faktor utama yang
2. sifat luas namun dapat disederhanakan
andang sebagai berikut:
perubahan yang menghasilkan peluang usaha.
Peluang usaha diartikan sebagai kesempatan usaha. Kesadaran akan
suatu kesempatan adalah titik awal yang sebenarnya untuk melihat
peluang usaha. Hal ini meliputi suatu pandangan pendahuluan terhadap
kemungkinan adanya peluang-peluang di hari depan. Suatu pengetahuan
peluang usaha yang dapat ditinjau dari berbagai aspek yang terdiri dari :
Pasar
Persaingan
Keinginan konsumen/pelanggan
Kekuatan-kekuatan kita
Kelem
Dengan ada
luas dan bersifat selalu terbuka kar
kesempatan berusaha asal s
atau pergeseran peradaban y
merupakan variabel dasar dalam upaya identifikasi peluang usaha yaitu:
a. Faktor kebutuhan masyarakat
b. Faktor dinamika perkembangan masyarakat
c. Faktor keberadaan dunia usaha dalam memenuhi kebutuhan.
Lingkup Peluang Usaha
Kendatipun peluang usaha ber
dengan mengklasifikasikan dari berbagai sudut p
73
a. Berdasarkan lama-barunya peluang usaha.
. Peluang usaha akan terbuka dan menjadi peluang usaha baru
ru.
2.
an.
n awal, peluang usaha timbul karena
1.
klasifikasi di atas, kemudian
ditentukan oleh
.
an penggunaan
pengkoordinasian
Dari segi lama barunya peluang usaha dapat dijumpai 3 (tiga)
kemungkinan peluang usaha yang terbuka, yaitu :
1
khususnya dilakukan pada daerah-daerah ba
Peluang usaha baru yang disempurnakan/dikembangkan dari
usaha yang sudah ada/lama.
3. Peluang usaha baru sama sekali, dimana peluang usaha ini
sebelumnya belum ada tetapi kemudian diciptak
b. Berdasarkan Hiraki Kebutuhan Manusia
Seperti disajikan pada bagia
adanya kebutuhan manusia. Dalam kaitan itu peluang usaha
berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow dapat dikelompokan ke
dalam pembagian sebagai berikut :
Peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan primer
2. Peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan sekunder
3. Peluang usaha untuk pemenuhan kebutuhan tertier.
Lingkup peluang usaha dengan
mempunyai demensi kuantitatif dan kualitatif yang
faktor pendidikan, pendapatan, dan status sosial masyarakat
Karena dalam bahasa sehari-hari sering terjadi kerancu
istilah wirausahawan (entrepreneur), pemilik usaha mandiri (self-
employed) dan pelaku usaha (businessman). Oleh karena itu perlu
dibedakan konseptualisasi wirausaha sebagai berikut:
(1) Antara konsep wirausaha (entrepreneurial) dan manajerial
(managerial) di dalam pengertian pengorganisasian dan
74
(2) Antara pemilik usaha (business-owner) atau usaha mandiri (self-
employed), dan pekerja (employee).
Berdasarkan dikotomi ganda dari self-employed lawan employee dan
entrepreneurial lawan managerial; akan dihasilkan tiga tipe yang dapat
membedakan dengan wirausaha. Ketiga tipe ini tergolong ke dalam
Schumpeterian entrepreneurs, yaitu wirausahawan dan pelaku usaha
manajerial yang merupakan wirausaha di dalam pengertian formal semata.
Hal ini diilustrasikan di dalam Tabel berikut ini.
Tabel 7.1. Tipologi Wirausaha
Tipologi Self-employed Employees Entrepreneurial Schumpeterian entrepreneurs Intrapreneurs Managerial Managerial business owners Executive
Sumber : Carree and Thurik (2002),
C. Identifikasi, Bidang Dan Macam Peluang Usaha
Ard t al. (2003) mengemukakan bahwa identifikasi dan
pemilihan peluang yang tepat untuk usaha baru merupakan kemampuan
yang sangat penting bagi keberhasilan wirausahawan. Wirausahawan
iptakan dan menyajikan nilai tambah
an ditemukan begitu
sa
ichvili e
mengidentifikasi peluang usaha, menc
bagi stakeholders. Peluang tersebut harus dibuat buk
ja, dan pengembangan peluang usaha memerlukan kerja kreatif dari
seorang wirausahawan. Peluang usaha tidak akan menjadi usaha yang
berhasil apabila tidak dikembangkan lebih lanjut.
Proses identifikasi dan pengembangan peluang itu sendiri merupakan
siklus yang terus berkembang. Ardichvili et al. (2000) lebih lanjut
menyatakan bahwa proses identifikasi dan pengembangan peluang usaha
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kewaspadaan yang dimiliki
75
se
Subyek Pemakai
orang wirausahawan, informasi dan pengetahuan yang dimiliki, jaringan
sosial, sifat individu dan tipe-tipe peluang itu sendiri.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami identifikasi peluang usaha
maka dengan pendekatan subyek/pelaku bisnis di masyarakat. Skema
berikut ini dapat dipakai sebagai acuan, yaitu :
Gambar 7.1. Identifikasi Peluang Usaha Pendekatan
Prespektif peluang usaha yang sangat terbuka dan sangat luas, begitu
banyak ragam peluang usaha, juga memudahkn identifikasi peluang
usaha tersebut yang pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sektor-
sektor jenis kegiatan usaha yaitu :
76
1.
perusahaan yang kegiatan utamanya
abrikasi) yaitu perusahaan yang mengolah
layakan usaha adalah untuk menghindari ketelanjuran
ata
layakan Usaha :
Perusahaan Jasa yaitu perusahaan yang kegiatan utamanya memberikan
jasa pelayanan kepada pihak lain, sebagai imbalannya perusahaan
memperoleh penghasilan.
2. perusahaan Perdagangan yaitu
jual-beli barang dagang. Keuntungan yang diperoleh merupakan
kelebihan harga jual di atas harga beli
3. Perusahaan Manufaktur (P
bahan mentah menjadi produk setengan jadi atau barang jadi,
kelebihan harg jual barang produksi di atas harga pokok produksinya
merupakan keuntungan perusahaan.
D. Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha adalah sebagai suatu hasil analisis yang dilakukan
secara cermat tentang dapat tidaknya (layak, tidak layaknya) suatu usaha
dilakukan yang berdaya guna dan berhasil guna dimasa yang akan datang.
Tujuan dilakukan ke
u terjadinya penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak memberikan keuntungan.
1. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam desain kelayakan usaha :
Identifikasi kesempatan usaha dan tujuan usaha
Aspek-aspek kelayakan usaha
Alat dan kerangka analisis
Data dan sumber data
Kriteria penilaian
2. Aspek-aspek Penilaian Dalam Ke
a. Aspek Pasar, meliputi: Permintaan Pemasaran Harga
77
Analisis aspek pasar yaitu: peramalan permintaan, SWOT, Market
meliputi: roduksi yang optimal
Perlengkapan lokasi
teknis dapat dilakukan dengan analisis
rnatif, metode transportasi (pemilihan
e skoring/pemberian bobot.
ri dari:
BEP, dll
: al pelaksanaannya
Analisa jabatan & analisa TK
e. Aspek Ekonomi, Amndal, Budaya dan Sosial
ulkan oleh proyek tersebut. Contoh : kan lingkungan (polusi), dan adat istiadat.
6. E
pelua
2) Dalam menilai peluang usaha dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.
ng lingkup dalam menilai peluang usaha?
Share, dll
b. Aspek Teknik, Skala p Proses produksi
Pemilikan Alat analisis aspek
perbandingan biaya setiap alte
lokasi) dan metod
c. Aspek Finasial, terdi ROI Alat analisis yang digunakan dalam aspek finansial adalah kriteria
investasi seperti : PP, NPV, ARR, IRR, BCR,
d. Aspek Manajemen, meliputi Jadw Bentuk organisasinya
Dampak-dampak yang dina sa
timbiknya pendapatan, keru
VALUASI
1) Jelaskan pengertian peluang usaha? Berikan contoh rill dalam menilai
ng usaha!
Uraikan rua
3) Uraikan dengan jelas identifikasi menilai peluang usaha dari sudut pandang
pemakai?
4) Berikan salah satu contoh dalam membuat studi kelayakan dalam menilai
peluang usaha?
78
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa dapat menyusun kasus studi kelayakan usaha,
mereview artikel dan jurnal.
2. TUJUAN KHUSUS
pkan dapat menyusun studi kelakan usaha
at mereview jurnal nasional dan internasional
toh Kasus, Rewiew Artikel & Jurnal
a. Mahasiswa dihara
b. Mahasiswa diharapkan dapat mereview artikel nasional dan internasional
c. Mahasiswa diharapkan dap
3. KATA KUNCI: Con
4. MATERI PEMBELAJARAN
Contoh Kasus: STUDI KELAYAKAN USAHA POTENSI BUDIDAYA
TERNAK ITIK DI KECAMATAN KONDA
A. Ringkasan Hasil Survei Tahun 2007
tujuan untuk mengetahui potensi budidaya ternak yang digunakan dalam
mengembangkan hasil produksi telur. Hasil survei menunjukkan bahwa
peternak di Kecamatan Konda relatif
kecil karena pengelolaannya masih bersifat tradisional dengan skala usaha
Survei yang dilaksanakan di Kecamatan Konda Kabupaten Kendari dengan
potensi ternak itik yang dikembangkan
kecil dimana populasi ternak yang dikembangkan oleh 20 orang responden
adalah 285 ekor yang terdiri dari itik bali, itik khaki, itik albio dan itik lokal.
Hasil produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh peternak itik di
Kecamatan Konda belum optimal yaitu 43 butir telur per tahun dibanding
produktivitas itik yang diusahakan dengan teknik budidaya berkisar antara
150–250 butir telur per tahun sehingga pendapatan yang diperoleh per bulan
79
rat
n masalah yang dihadapi adalah :
”B
B.
t pada tabel berikut : ak di Kecamatan Konda
Awal Tahun Akhir Tahun
a-rata sebesar Rp 156.500,-. Faktor penyebabnya adalah penguasaan
teknik budidaya ternak itik yang minim dan kekurangan modal. Oleh karena
itu strategi dan program yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas ternak itik adalah pelatihan
tentang ternak itik dan bantuan modal.
Sistim usahatani ternak dengan mengoptimalkan teknik budidaya ternak
itik dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak tetapi apabila
dikelola secara tradisional dan dalam skala usaha kecil maka pengelolaan
usaha kurang efisien. Dengan demikia
agaimana potensi dan teknik budidaya yang digunakan oleh peternak itik
serta kendala-kendala apa yang dihadapi”.
Populasi, Produksi dan Produktivitas
Ternak itik yang dikembangkan di Kecamatan Konda adalah itik tipe
pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Kondisi populasi produksi dan
produktivitas ternak tahun 2007 dapat dilihaTabel 7.2. Produksi dan Produktivitas Tern
K Produksi elurahan/ Desa Jantan
(ekor) Betina (ekor)
Jumlah (ekor)
Jantan (ekor)
Betina (ekor)
Jumlah (ekor)
Telur (butir)
Produktivitas(butir)
Konda
Pouso Jaya
4
2
14
14
18
19
6
9
44
69
50
78
2.071
2.813
47 Masagena
Moreme
4
4
17
13
21
17
10
11
66
39
76
50
2.790
1.673
42 42 43 42 Cialam Jaya 3 13 16 7 24 31 1.006
Jumlah 20 91 43 85 71 242 2 1 0.353 43 Sum Hasi ei 2
abel 1 i ata enu kka ahw erna ang hakan oleh
petani pada akhir tahun 2007 mengalami peningkatan dibanding populasi
pada awal tahun 2007. Populasi ternak itik pada awal tahun 91 ekor terdiri
%) dan 71 ekor betina (78%). Sedangkan
pa
ber : l Surv Tahun 007
Pada T d s m nju n b a t k y diusa
dari 20 ekor itik jantan atau (22
da akhir tahun populasi ternak meningkat menjadi 285 ekor (214%) terdiri
dari 43 ekor jantan (15%) dan 242 ekor betina (85%). Secara rata-rata rasio
80
ternak itik jantan dan betina 1 : 6 dan jangka waktu bertelur rata-rata
diantara 2,5 – 3,5 bulan dalam setahun.
Jumlah produksi yang dihasilkan lebih rendah dibanding hasil produksi
ternak itik yang dibudidayakan yaitu produksi daging 146 ekor dan telur
10.353 butir dan produktivitas telur rata-rata perekor 43 butir dalam
setahun. Produktivitas ternak itik dikelola dengan teknik budidaya itik Bali
15
C.
20 responden menunjukkan 20% memperoleh
ind
0 butir dan itik Khaki 250 butir pertahun. Faktor penyebab rendahnya
produktivitas ternak itik yang dihasilkan oleh peternak di Kecamatan Konda
adalah penguasaan teknologi budidaya ternak masih minim terutama cara
memilih induk, pemeliharaan, pemberian pakan, pemberantasan hama dan
penyakit serta kekurangan modal kerja untuk membiyayi kegiatan usahanya.
Teknologi Budidaya Itik
Produksi telur maupun daging yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
kualitas induk dan bibit ternak yang diusahakan. Induk/bibit ternak yang
dikembangkan adalah 285 ekor terdiri dari itik Bali, itik Khaki, itik Alabio
dan binit itik lokal. Dari
uk/bibit dengan cara tetas telur, 10% dari bantuan pemerintah dan 70% di
beli. Kemudian pakan merupakan kebutuhan penting yang menentukan hasil
produksi. Pemberian pakan yang dilakukan peternak belum optimal yaitu
2x sehari dengan komposisi tidak teratur. Menurut petunjuk komposisi pakan
ternak 40% jagung, 40% dedak halus dan 20% kosentrat. Jenis pakan yang
diberikan adalah dedak padi, umbi cincang, ampas kelapa, nasi dan jagung
sedangkan kosentrat tidak diberikan akibatnya produksi telur belum optimal.
Sistim pemeliharaan ternak yang dilakukan di Kecamatan Konda adalah
sistem gembala dan perkandangan. Artinya pada siang hari itik dilepas untuk
mengembala mencari makanan. Dan pada malam hari dimasukan ke dalam
kadang untuk menghindari dan melindungi ternak dari gangguan binatang,
81
pe
nya tidak melakukan dan 10% melakukan
pe
D.
karena itu bantuan
kredit lunak dengan tingkat bunga rendah diharapkan para
pe
E.
si yaitu 2,5 bulan 45%, 3,0 bulan 40%
15% sedangkan menurut teknik budidaya lama bertelur
be
mangsa, pencuri, tempat ternak beristrahat/tidur, tempat berkembang biak
dan memudahkan kontrol.
Kelemahan sistim gembala adalah produksi telur rendah dibanding sistim
lanting dan sistim terkurung. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh
peternak itik di Kecamatan Konda adalah penyakit itik. Dari 20 orang
responden 90% diantara
ngendalian penyakit. Jenis penyakit yang menyerang ternak adalah
penyakit lumpuh. Cara pengobatan yang dilakukan adalah 20% menggunakan
minyak gosok pada kaki dan 80% menyatakan tidak tahu.
Modal Usaha
Modal yang digunakan oleh peternak dalam mengembangkan usahanya
adalah modal sendiri. Dari 20 responden yang diteliti 90% menyatakan
bahwa kekurangan modal dan 10% modalnya cukup. Oleh
modal berupa
ternak itik di Kececamatan Konda.
Hasil Panen
Produsi telur itik yang dipanen di Kecamatan Konda tahun 2004 sebanyak
10.353 butir. Dari 20 responden yang diteliti menyatakan bahwa lama
bertelur dalam 1 (satu) tahun bervaria
dan 3,5 bulan
rkisar antara 3,5 bulan sampai 4 bulan. Hal ini merupakan salah satu
faktor penyebab rendahnya produktivitas ternak di Kecamatan Konda. Cara
memanen setiap pagi para peternak mengambil telur itik dikandang dan di
bawah kolom rumah atau di halaman dengan mengunakan keranjang atau
sejenisnya untuk menyimpan telur itik. Hal ini menunjukkan pemeliharaan
ternak itik yang dilakukan oleh peternak belum optimal.
82
F.
:
a pemasaran hasil produksi ternak itik.
adalah peternak menjual telur dan daging itik langsung
men. H elu antara Rp 750-Rp 950 per
kan daging berkisar Rp 15.000 – Rp 25.000 per ekor.
ar antara
l kerja, penguasaan teknik budidaya
pemilihan induk/bibit, pemberian
pakan, pemeliharaan dan perkandangan, pengendalian hama dan penyakit,
Pemasaran Hasil Produksi
Pemasaran hasil produksi ternak itik baik telur maupun daging di
Kecamatan Konda melalui 2 jalur seperti gambar berikut
Gambar 7.2. Jalur tata niag
(1)
(2)
PETERNAK KONSUMEN
Keterangan :
1. Jalur pertama
kepada konsu arga yang t r berkisar
butir sedang
2. Jalur kedua adalah peternak menjual telur dan daging kepada pedagang
pengecer dan pedangan pengecer menjual kepada konsumen. Harga telur
berkisar antara Rp 500-Rp 750 per biji sedangkan daging berkis
Rp10.000-Rp 20.000 per ekor.
G. Kendala-Kendala dan Penyelesaiannya
Kendala-kendala yang dihadapi oleh peternak itik dalam mengembangkan
usahanya adalah kekurangan moda
ternak itik yang minim yaitu mulai dari
pemanenan, harga berfluktuasi. Dengan demikian pelatihan teknik budidaya
ternak itik menjadi prioritas utama disamping pemberdayaan PPL dan
bantuan modal kerja berupa kredit lunak dengan tingkat bunga yang rendah.
RPENGECE
83
H. Analisa Usaha Ternak Itik
Tabel 7.3. Analisis Usaha Ternak Itik PEMASUKAN :
n
…………
Jumlah Hasil
PENGELURAN :
• Penjulan telur selama 2 tahu
(2 x 35 x 26 x 3,5 x 950) ……………………
• Penjulan itik 50 x Rp 20.000 …………………………
Penjulan ……………………………………
x 720 x 0,15 x 300…Rp 1.296.000
+
• Pembelian itik induk 40 x 20.000 …..Rp 800.000
• Biaya pakan 40
• Penyusutan Kandang ……………..…..Rp 200.000
• Biaya Pemeliharaan ………………... Rp 1.000.000
Jumlah
Rp 6.051.500
Rp 1.000.000 +
Rp 7.051.500
(Rp3.296.000) -Jumlah Pengeluran ………………………………………
Pendapatan ………………………………………………..
Rp 3.755.500
S
apatan h
peternak itik setip bulan rata-rata Rp 3.755.500 : 24 = Rp 156.500.
I. Ke
isional
cil. Populasi ternak yang dikembangkan oleh 20
elum optimal yaitu 10.353 butir telur pertahun
umber : Hasil Proyeksi Dari tabel tersebut di atas, menunjukkan pend yang diperole
simpulan Dari Kasus
1. Usahatani ternak itik di Kecamatan Konda masih bersifat trad
dengan skala usaha ke
orang responden yang diteliti adalah 285 ekor terdiri dari jantan 43 ekor
dan betina 242 ekor. Jenis itik tersebut adalah itik Bali, itik Khaki, itik
Alabio dan itik lokal.
2. Produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh ternak itik di
Kecamatan Konda b
dengan produktivitas rata-rata 43 butir per ekor pertahun dibanding
produktivitas itik yang diusahakan dengan teknik budidaya berkisar
antara 150 – 250 butir pertahun per ekor.
84
3. Faktor yang menyebabkan produktivitas ternak itik rendah adalah
kekurangan modal, penguasaan teknik budidaya ternak itik minim
usahawan dan kepemimpinan dimasa datang, sehingga perlu
dil
terutama pemilihan induk/bibit, pemberian pakan, pemeliharan dan
perkandangan, pengendalian hama dan penyakit dan teknologi pemanenan.
J. Rekomendasi
Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ternak itik,
diperlukan wira
akukan langkah-langkah strategis dan program sebagai berikut :
1. Pelatihan tentang teknik budidaya ternak itik dan kewirausahaan.
2. PPL peternakan diberdayakan.
85
Contoh Review Artikel :
MANAJER-MANAJER INTEGRASI : PEMIMPIN KHUSUS PADA WAKTU-WAKTU KHUSUS
By.Ronald N. Ashkenas dan Suzanne C. Francis, Des 2006
A. Abstract Tidaklah mudah untuk melintasi wilayah berbatu yang harus diseberangi dua organisasi yang harus bersatu. Inilah mengapa perusahaan-perusahaan yang cerdik akan menunjuk seorang manajer yang baru dan berjenis unik.
B. Pendahuluan ⌦ Pertimbangan Irony : Kurang dari separuh keseluruhan Merjer dan
Akuisisi (M&A) telah mencapai tujuan-tujuan strategik dan finansial yang diinginkan, namun perusahaan mengeluarkan lebih banyak untuk M&A selama tahun lalu dari yang sebelumnya. Menurut para bankir investasi J.P. Morgan, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mengeluarkan 3,3 trilyun dolar untuk M&A di tahun 1999, tepatnya 32% lebih banyak dibanding tahun 1998. Pada dasarnya, bahwa rata-rata perusahaan yang gagal mendapatkan nilai yang mereka harapkan dari investasi yang bernilai 1,6 trilyun dolar. Tentu saja merupakan suatu irony yang mahal.
⌦ Lebih ironis lagi : meskipun integrasi diantara perusahaan yang dibeli dengan organisasi induk adalah suatu proses yang sulit dan rumit, secara tradisional tidak pernah ada seorang pun yang bertanggungjawab untuk proses tersebut.
⌦ Untuk mengatasi kesenjangan dalam akuntabilitas tersebut, beberapa perusahaan yang telah memahami dapat menunjuk seorang pemandu yaitu manajer integrasi untuk membimbing semua orang melintasi wilayah berbatu dan seringkali tidak terpetakan yang harus diseberangi kedua organisasi tersebut sebelum mereka dapat berfungsi sebagai satu kesatuan.
⌦ Ditemukan bahwa manajer-manajer integrasi membantu proses M&A dalam empat cara pokok :
Melakukkan upaya percepatan, Membuat sebuah struktur, Membentuk hubungan-hubungan sosial diantara kedua organisasi, Membantu merancang kesuksesan-kesuksesan jangka-pendek yang memproduksi hasil-hasil bisnis.
⌦ Untuk menunjukkan bagaimana mereka bekerja, kami akan menyampaikan kira-kira lima cara akuisisi dan peranan yang dimainkan manajer-manajer integrasi dalam masing-masing akuisisi. Selanjutnya kami akan melihat siapa yang tepat seharusnya melakukan pekerjaan tersebut :
86
C. Suatu Pekerjaan Yang Menunggu Untuk Dijelaskan Sebagaimana kepala J&J’s Quality Institute & veteran 18 tahun dari perusahaan itu, Quinn memiliki pemahaman kuat atas proses-proses bisnis J&J’s dan bagaimana meningkat kan proses-proses tersebut. Tetapi apa yang diperlukan dalam kasus yang sekarang? Siapa yang akan membelinya ? Apa arti sebenarnya dari integrasi dalam kasus ini? Bagaimana Quinn dapat masuk ke dalamnya ? Dalam banyak hal, peranan dari manajer integrasi adalah lebih mirip dengan pekerjaan kewirausahaan di suatu perusahaan pemula dibanding suatu posisi dalam suatu organi sasi yang sudah mapan. Seperti perusahaan pemula, suatu akuisisi dimulai dengan suatu strategi dan rencana finansial yang mengandung gagasan cemerlang atas bagaimana jadinya suatu organisasi baru di masa mendatang. Ketika integrasi berlangsung, pemikiran awal dari Quinn ini pun terkonfirmasikan. Tetapi timbul dua peranan lain yang tidak diantisipasikannya. Kejutan pertama adalah bahwa Quinn ternyata menjadi pemicu emosi bagi banyak orang. Kejutan kedua bahwa mendapat akses kepada ketua operasi grup J&J’s merupakan jalan dua arah. Semua manajer integrasi yang kami wawancarai mendapat pengalaman-pengalaman yang mirip dengan Bill Quinn yaitu mereka memulai penugasan-penugasan mereka dengan suatu deskripsi pekerjaan yang kasar dan tidak jelas, yang mereka isi sendiri dengan berlalunya waktu.
D. Hidup di Jalur Cepat Ada dua periode kritis dalam masa berlangsungnya dari sebagian besar
akuisisi yaitu : Pertama adalah waktu diantara pengumuman transaksi dan penutupannya. Kedua adalah 100 hari pertama setelah penutupan. Salah satu peranan terpenting manajer integrasi adalah menggerakkan orang secepat mungkin melalui dua batas waktu ini.
E. Membuat Kekacauan Menjadi Teratur Menempatkan bersama dua perusahaan membutuhkan pemutusan dan penyambungan hubungan untuk ratusan proses dan prosedur secepat mungkin.
Jadi salah satu cara paling efektif dimana seorang manajer integrasi menuntun proses adalah dengan menciptakan struktur di dalam mana tim itu dapat beroperasi secara efektif.
87
F. Membangun Hubungan-Hubungan Sosial Orang yang terlibat dalam merjer dan akuisisi seringkali merupakan orang lain, yang dijerumuskan bersama dalam suatu perusahaan gabungan, terkadang di luar kehendak mereka.
Di samping mempertahankan jalannya bisnis harian, para pekerja di kedua perusahaan perlu membangun hubungan-hubungan baru, yang seringkali melibatkan perbedaan-perbedaan bahasa dan budaya.
Sang manajer integrasi dapat menyelesaiakan diantara dua budaya dengan memudahkan hubungan-hubungan sosial diantara orang di kedua sisi.
Namun hubungan-hubungan tersebut adalah esensial untuk membawa bersama dua bisnis sangat berbeda yang keberhasilannya tergantung pada fungsi-fungsi mereka yang terjalin erat selagi mempertahankan budaya-budaya unik di lokasi-lokasi yang terpisah.
G. Mendapatkan Hasil-Hasil Awal Mempercepat berbagai hal, membangun struktur-struktur, dan menempatkan hubungan-hubungan sosial adalah hal kritis tetapi mereka sendiri adalah sama dengan punya peta tetapi tidak pernah digunakan untuk pergi.
Pada perjalanan sampai membawa pada hasil-hasil bisnis, transaksi belumlah impas. Karena tugas bagi manajer integrasi adalah mengarahkan kesuksesan-kesuksesan tangibel secara cepat yang tidak pernah dapat dicapai sebelum perusahaan-perusahaan itu bersatu.
Keberhasilan semacam ini yang biasanya dicapai dalam 100 hari pertama tidak hanya memberikan impas dari transaksi tetapi juga membangun keyakinan pada pikiran para manajer dan staf bahwa akuisisi ini adalah masuk akal. Keyakinan ini seringkali merupakan suatu prasyarat yang diperlukan bagi integrasi sejati.
H. Apa yang Dilakukan Manajer-manajer Integrasi ⌦ Dalam akuisisi terdapat perbedaan, yang menuntut suatu keseimbangan
dalam upaya-upaya yang berbeda dari sang manajer integrasi. ⌦ Namun dalam suatu proyek integrasi tunggal, sang manajer mungkin
menggunakan salah satu atau semua dari empat strategi berikut ini:
88
I. Seorang Pemimpin Baru untuk Ekonomi Internet
Pemimpin yang telah berfokus pada dikelolanya integrasi atas perusahaan-perusahaan yang diakuisisi. Tetapi jenis kepemimpinan yang telah kami jabarkan memiliki implikasi-implikasi lebih luas.
Organisasi-organisasi dalam era Internet terus-menerus menemukan kembali diri mereka, menciptakan struktur-struktur yang fleksibel dan tanpa batas, membangun dan mengerjakan kembali mitra dan persekutuan.
Di era Internet, dimana organisasi-organisasi berubah dengan kecepatan cahaya, kemampuan untuk terus-menerus belajar dan menyesuaikan diri mungkin merupakan perbedaan diantara organisasi yang sukses dan organisasi yang tidak.
89
Contoh Review Jurnal :
STRATEGI PEMBELAJARAN LINTAS BUDAYA PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN : PELAJARAN DAN KONSEP KUNCI
DIPELAJARI DARI STUDI SISWA KEWIRAUSAHAAN (Elias G. Carayannis & Evans, Mike Hanson; 2002)
A. Pendahuluan ⌦ Wirausahawan merupakan individu yang spesifik, mereka berperan
sebagai inovator, pencari peluang usaha yang menguntungkan, serta berani mengambil resiko. Disamping itu mereka mempunyai kemampuan yang menonjol dalam menetapkan sasaran dan strategi usahanya, mengorganisasikan kegiatan dan sumberdaya, serta memimpin dan mensinergikan anak buah serta mitra usahanya untuk keberhasilan usahanya.
⌦ Kompetensi tersebut diperoleh dari kekuatan lainnya yaitu kemampuan dan kemauannya untuk terus belajar baik melalui pendidikan, pelatihan, pembimbingan, dan terutama dari pengalaman usahanya.
⌦ Kemampuan untuk terus belajar dibutuhkan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan usahanya karena mereka memerlukan strategi positioning yang tepat dalam suatu lingkungan persaingan yang dinamis.
B. Permasalahan Dan Motivasi Riset 1. Bagaimana pengaruh perilaku kewiraswastaan pada masyarakat dan
individu agar merubah nilai entrepreneurial pada orang-orang mudah dan masyarakat secara kolektif di Prancis ?
2. Mengapa diperlukan strategi pembelajaran baru dalam membentuk sifat wirausaha di Perancis ?
C. Tujuan Riset 1. Untuk memberikan pemahaman yang baik tentang perilaku
kewiraswastaan pada masyarakat dan individu agar merubah nilai entrepreneurial pada orang-orang mudah dan masyarakat secara kolektif di Prancis.
2. Untuk menentukan program dan strategi pembelajaran yang efektif dalam membentuk sifat wirausaha di Perancis
90
D. Kajian Riset Dan Konsep Pengembangan Riset
1. Rewiew Riset Berdasarkan analisis temuan-temuan terdahulu dari penelitian tentang
entrepreneurship di tingkat mahasiswa, master dan tingkat pendidikan lanjutan (profesional) di Prancis dan Amerika Serikat, menunjukan bahwa :
Arthur Andersen-Apce, (1998) menyatakan bahwa “Orang Perancis tidak suka entrepreneur, kecuali mereka telah menganggur lama, tapi patut mendapatkan…..…” Ahar Rahmani, (2001) mengemukakan “Entreprenneurship adalah sebuah kemerdekaan dalam fondasi kontruksi di Perancis. Kita semua memiliki kemerdekaan untuk menjadi entrepreneur, kami juga berharap jika kita semua mempunyai hak untuk berhasil”. Menurut Timmons (1994), Entrepreneurship adalah pembuatan dan pembentukan nilai dari nol. Entrepreneurship berkaitan dengan definisi pembuatan dan distribusi nilai dan manfat pada individu, kelompok, organisasi dan masyarakat. Branger dkk (1998), Para pemuda di Perancis pada saat ini beranggapan bahwa yang merupakan kewajiban pemerintah dan system untuk memberi keamanan kerja dan pekerjaan. Jika hal ini benar maka pengembangan jiwa entrepreneurial menghadapi tantangan besar. Giget, (1998). Menyatakan bahwa pengambilan resiko oleh enterpreneurship, secara definisi optimis, dilemahkan oleh keluarganya dan lingkungan sosialnya. Artikel yang berjudul “ Dari menciptkan bisnis ke menciptakan pekerjaan” yang ditulis Anhur Andersen dan APCE (Agency For Business Creation) menyatakan bahwa terdapat aspek-aspek budaya tertentu yang membuat enterpreneursip sulit dilakukan di Prancis (Anderson, 1998). Beranger dkk (1998) menyimpukan bahwa lingkungan di Perancis membuat proses penciptaan sulit dilakukan oleh entrepreneur. Masyarakat mengiginkan anak-anaknya untuk profesi lebih terhormat seperti pegawai negeri, insinyiur, professor, pengacara atau dokter. Evans dan Hanson, (1999) menyatakan bahwa salah satu tujuan utama strategi ini adalah untuk membawa siswa ketingkatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran bersama dengan para instruktur. Schindler dan Thomas (1993) ditemukan lima dimensi kepercayan yaitu integritas, kompentesi, kosistensi, loyalitas, dan keterbukaan.
91
Berdasarkan kajian hasil penelitian terdahulu, menunjukan adanya “Research Gap” dari penelitian yang dilakukan oleh Arthur Andersen-Apce, (1998) dan Ahar Rahmani, (2001).
2. Kerengka Konsep Pengembangan Riset
Sebagaimana model dalam Fig. 1 di atas, maka jalur karir entrepreneurship
untuk setiap individu dapat dibagi atas lima tahapan unik yaitu : 1. Fondasi : Penciptaan dan penguatan nilai-nilai entrepreneurial baik untuk
individu dan masyarakat secara keseluruhan. 2. Kesadaran : Individu dihadapkan dengan enterperneurship sebagai
alternatif yang memungkinkan sebagaimana jalur-jalur karir yang lain. 3. Spesialisasi : Kemampuan awal yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu
bisnis diperoleh individu mengidentifikasikan dirinya sendiri sebagai enterperneurial.
4. Penciptaan : Individu berpindah dari pengetahuan dan pembelajaran kepelaksanaan pembentukan sebuah perusahaan atau bentuk yang lainnya (contoh enterperneurship) dari kemampuan-kemampuan enterperneurship yang dikuasainnya.
5. Kedewasaan : Individu membangun berdasarkan pengalaman dan meningkatkan karirnya melalui pengembangan berdasarkan pengetahuan dan networking, juga melalui validasi dan pengutan eksternal dari karir yang telah dipilihnya.
92
E. Metodologi
1. Populasi & Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah para manajer di prancis, alumni
sekolah bisnis, murit SMP dan SMA di Prancis. Teknik pengambilan sampling menggunakan non proposional quota sample untuk siswa dan mahasiswa serta proposional sampling untuk manajer bisnis.
Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan desain experimental (Pre-tes/Post-test), guna mengetahui perubahan nilai entrepreneurial yang diketahui siswa sebelum dan sesudah menerima pengetahuan serta intruksi yang berhubungan dengan entrepreneurship dalam hubungannya dengan ekonomi dan manfaat kolektif pada masyarakat secara keseluruhan.
2. Metode Survey a. Pengukuran rasio akan digunakan dalam riset kuantitatif b. Teori skor sebenarnya digunakan untuk menguji reabiliti, dalam rangka
menjamin realibilitas dan validitas maksimal. Para responden tidak akan diberi informasi tambahan melebihi yang diterima disurat. Kuisioner pre-test akan diberikan kepada sejumlah orang untuk menjamin bahwa pertanyaan didalamnya dapat dimengerti dengan baik. Hal ini agar memperkecil error yang disebabkan oleh misunderstanding pertanyaan. Selanjutnya untuk mengevaluasi riset kuantitatif digunakan metode interval sama Thurstone.
3. Rancangan Penelitian Observasi dan pengukuran akan terdiri atas complex multi-part sample,
perlakuan khusus hanya dilakukan pada siswa yang bersifat quasi-experimental karena berhubungan dengan perasaan mereka tengang nilai-nilai entrepreneurship. Adapun kelompok-kelompok siswa yang dimaksud adalah siswa SMP, SMA, lulusan sekolah bisnis di Perancis, lulusan sekolah bisnis Internasional, dan professional (manajer).
4. Perluasan Riset Kenegara Lain Kesulitan lain yang dihadapi adalah ketersediaan riset yang dilakukan di
negara lain yang berhubungan dengan topik ini. Bisa saja hal ini bukan merupakan masalah, tapi bisa juga menjadi masalah karena jarak sehingga akses untuk riset tertentu terbukti sulit.
93
F. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan survei berkelanjutan yang terdiri atas survei
yang dilakukan pada siswa entrepreneurship di Perancis dan Amerika Serikat di tingkat pendidikan S1, S2, dan pendidikan lanjutan. Hingga saat ini, penulis telah mengumpulkan informasi dari siswa entrepreneurship di Perancis secara spesifik yang dibagi menjadi 4 kelompok sample yaitu : Kelompok siswa S2 yang telah mengambil kursus entrepreneurship (series 1) Kelompok siswa yang terus mendidik siswa entrepreneur (series 2) dan (d) kelompok siswa S1 yang telah mengikuti entrepreneurship (series 3 & 4)
Peneliti menfokuskan pada beberapa pertanyaan yang ditanyakan dan dibandingkan hasilnya untuk keempat grup untuk menggabrkan teman-teman tahap awal dari riset empiris kami. Kuisioner menyedikan jawaban yang mungkin menjadi pilihan responden yaitu : (1) Sangat setuju sekali; (2) Sangat Setuju; (3) Setuju; (4) Tidak Setuju; (5) Sangat Tidak setuju; (6) Sangat tidak setuju sekali
Daftar pertayaan & histrogram jawaban responden dari masing-masing kelompok sampel dengan menggunakan program Excel :
Dalam bisnis lebih disukai untuk menjadi entrepreneur, dibanding dengan perusahaan besar
Lebih menguntungkan bagi masyarakat untuk memilih perusahaan besar dibanding dengan banyak perusahaan kecil.
Sukses entrepreneursihp sebagaian besar ditentukan oleh kesempatan
Entrepreneur itu egois
Kompotisi tidak disukai karena menghancurkan ekonomi
Entrepreneurship adalah kebanyakan tempat bagi orang-orang yang gagal dibidang lainnya
94
Entrepreneurship merugikan kehidupan keluarga
Data series 1 tidak tersedia untuk tiga pertanyaan berikut :
2. Rencana bisnis merupakan alat paling penting untuk menciptakan bisnis baru.
1. Training lebih penting dibanding kepribadian (personality) sebagai faktor sukses di entrepreneurship
3. Satu-satunya tujuan rencana bisnis adalah untuk mendapatkan pendanaan usaha baru.
G. Kesimpulan Berdasarkan pertimbangan bahwa tujuan pendidikan entrepreneurship dan
realita lingkungan yang dihadapi pendidikan dan siswa adalah sama. Hasil penelitian kami memberikan pandangan bagi pengajar entrepreneurship dan pembuat keputusan pengembangan ekonomi dalam mengidentifikasi daya dorong maksimal serta faktor keberhasilan dan kegagalan yang dapat mempengaruhi program-program pendidikan dan isentif ekonomi yang ditargetkan pada pengembangan sifat dan budaya usahawan yang berkesinambungan di Prancis dan dinegara lainnya
H. Saran Untuk Pendidikan Tinggi Beberapa rekomendasi untuk pengajaran entrepreneurship dipendidikan
tinggi dapat diajukan saran yang berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari riset empiris dan literature sebagai berikut : 1. Dibutuhkan tahap awal pendidikan ulang dimana siswa harus dihadapkan
ulang dengan pendapat yang terbentuk sebelumnya mengenai entrepreneur dan entrepreneurship. Sebagai tambahan, siswa harus didorong untuk menjadi berbeda, kerataif dan mengespresikan individualitasnya.
2. Siswa harus disadarkan tentang realita-realitas-realitas pasar dan mengerti bahwa penciptaan bisnis adalah alternatif yang mungkin.
3. Ketika diperlukan untuk melibatkan entrepreneur muda dalam proses pendidikan, maka pendidikan dibuat semirip mungkin dengan keyataan.
95
4. Mendorong integrasi fertikal dan horizontal, turut sertakan mahasiswa dalam program pendikan SMP dan SMA.
5. Program-program teknik dan bisnis harus bekerja bersama, ada semacam usaha nasional untuk mendorong kalaborasi dua bidang ini.
6. Menciptakan lingkungan yang dinamis untuk eksperimen penyelenggaraan bisnis, seharusnya program membuat siswa untuk menciptakan sebuah perusahaan setelah mereka keluar dari sekolah.
7. Memperkenalkan siswa pada lingkungan entrepreneurial yang kaya dimana kretivitas, motivasi, kemandirian, dan individualitas dapat secara mudah dieksperisikan.
8. Harus ada hubungan yang lebih dekat antara kelompok-kelompok konsultan dengan penelitian-penelitian entrepreneurial. Riset telah membuktikan bahwa entrepreneur yang mencari nasehat konsultan professional memiliki rasio keberhasilan lebih tinggi.
9. Siswa harus memiliki hubungan yang erat dengan professor dan yang lain agar dapat menyedikan informasi dan bantuan bagi siswa dan juga memberikan semacam jaminan proyek-proyek yang berhubungan dengan penciptaan bisnis.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa pendidikan entrepreneurship memberi pengetahuan dan keahlian serta memberikan kecendrungan keberhasilan entrepreneurial karena sukses ini tergantung pada lingkungan, begitu pula pengetahuan dan keahlian yang diajarkan. Proses pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dapat diterapkan dilingkungan yang luas akan tidak efisien bila dengan peningkatan sukses dilingkungan manapun.
Dalam artikel ini, penulis menunjukan model lingkungan entrepreneurship dalam rangka memperoleh pengertian yang lebih baik atas kekuatan dan hambatan yang memberi kontribusi pada keberhasilan dan kegagalan aktivitas penciptaan dan penerapan entrepreneurship. Tujuan melakukan ini dalah untuk mencoba dan membuat pengertian lebih baik atas kontek entrepreneurial di Perancis yang unik. Secara jelas kita dapat melihat bahwa hal yang dapat dialakukan di Amerika Utara selalu bisa diterapkan di negara lain. Pada saat yang sama kita bisa mengabaikan keberhasilan program pendidikan di Amerika Serikat atau Kanada. Kita harus mencoba dan menciptakan model pembeljaran yang dibutuhkan untuk menjamin sukses ekonomi perusahaan-perusahaan sejenis di Perancis.
Selanjutnya beberapa reviuew jurnal lainnya yang berhubungan dengan kewirausahaan sebagai berikut:
96
1. David Rae (2000): Understanding Entrepreneurial Learning: A Question of How?
Penelitian ini menggambarkan bagaimana memahami proses intrinsik manusia dalam mengembangkan praktek dan kemampuan wirausaha. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penetapan kebijakan publik, pendidikan, dan pilihan hidup seseorang dalam wirausaha. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain adalah: a) Bagaimana pengertian identitas personal berubah seiring dengan perubahan
seseorang menjadi wirausahawan dengan fokus pada pembentukan dan proses menjadi pribadi wirausahawan.
b) Bagaimana orang belajar bekerja dengan cara wirausahawan, proses dan pengetahuan apa yang sangat signifikan dalam pembelajaran mereka dan bagaimana hubungannya dengan teori pembelajaran.
c) Teori wirausaha apa yang dapat dibentuk dari pengalaman wirausahawan. d) Mengembangkan model konseptual tentang pembelajaran wirausaha yang
akan bermanfaat bagi wirausaha dan pendidikan. Pembahasan perspektif ciri-ciri dan bakat wirausaha telah mengubah
penelitian dari penelitian wirausahawan sebagai entitas menuju pemahaman tentang proses pembentukan wirausahawan. Hal ini disarikan oleh Rae (2000) sebagai berikut: a) Pribadi wirausaha untuk menentukan sifat psikologis dan kepribadiannya, b) Perkembangan karir wirausaha, yaitu pola-pola karir sebagai faktor yang
signifikan , misalnya "self efficacy" (keberuntungan). c) Pendidikan wirausaha : berfokus pada bentuk, proses, dan efektivitas
program pendidikan terutama dari perspektif pendidikan. d) Pendekatan kognitif pada pembelajaran wirausaha mengkonsentrasikan
pada arti pengetahuan dan penggunaan ingatan. Rae (2000) melakukan penelitian dengan pendekatan naratif yang
mengakui bahwa wirausaha dan pembelajarannya merupakan proses kreatif dan melihat bahwa wirausahawan dan perusahaannya sebagai unit analisis.
Model-model yang menekankan pada karakteristik telah mengesampingkan eksplorasi tentang proses bagaimana manusia belajar dan bekerja dengan cara wirausahanya. Sangatlah penting untuk 'dekat' dan membangun pengertian yang dalam melalui kesertaan dalam penelitian ini. Pendekatan secara 'constructionism' (Burr, 1995) ini bertujuan memahami cara-cara wirausaha dalam konteks budaya melalui bahasa, penuturan dan 'discourse' (percakapan). Dengan cara ini sejarah yang meliputi kejadian,
97
budaya, proses dan pengertian yang membentuk kehidupan seorang wirausahawan dapat ditangkap dan dieskplorasi.
Lebih lanjut Rae (2000) berpendapat bahwa apabila kita dapat memahami dua nilai nyata dari masyarakat wirausaha, maka hal ini akan mengungkap 'the mind and the working of the mind' dari aktor wirausaha. Cara ini juga dapat mengungkapkan kejadian-kejadian dalam kurun waktu tertentu. Menyadari bahwa pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan maka kita haruslah mengikuti proses tersebut dalam periode waktu tertentu. Perubahan-perubahan dalam persepsi, dan identitas diri, sasaran, inovasi, pengalaman belajar dan teori-teori pribadi yang diamati seharusnya dapat digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, dari mana mereka mendapat peluang dan prosesnya, dimana mereka mendapatkan keterampilan dan prosesnya.
2. Kathryn Watson, Sandra Hogarth-Scott and Nicholas Wilson (1999): Small business start-ups: success factors and support implications
Hasil penelitian ini memperkuat beberapa temuan empiris dari penelitian sebelumnya pada bidang yang sama, terutama yang berhubungan dengan heterogenitas dari usaha kecil dan pendirinya serta pengaruh dari faktor-faktor pendorong dan daya tarik di dalam keputusan untuk memulai usaha. Walaupun demikian, penelitian ini menyangkut hanya pada pembentukan usaha kecil dan tahapan awal dari perkembangan usaha kecil. Penelitian ini memperkuat proposisi yang diajukan, bahkan untuk badan usaha yang sangat kecil sekalipun, dimana terdapat perbedaan yang berhubungan dengan : a) Latar belakang dan pengalaman dari pemilik usaha dan persoalan yang
dihadapi dalam menjalankan usahanya, b) Motivasi untuk memulai usaha dan tujuan di dalam menjalankan usahanya, c) Orientasi pertumbuhan dan tujuan untuk mengembangkan usaha, d) Tingkat pelatihan dan bimbingan yang diterima dari lembaga pendukung, e) Alasan menghentikan usaha.
3. Robert Sullivan (2000): Entrpreneurial Learning and Mentoring Penelitian ini, menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan
tentang isu-isu pembelajaran, pengembangan wirausaha, mentoring dan mempertemukan antara mentor dan kliennya dari kalangan wirausahawan. Penelitian ini membantu pemahaman tentang apa yang perlu diketahui wirausahawan, bagaimana mereka belajar, apakah hal itu berhubungan dengan siklus perkembangan perusahaannya dan bagaimana bimbingan (mentoring) yang terbaik diberikan.
98
Sullivan (2000) menetapkan tujuan penelitiannya pada tiga hal, yakni : a) Identifikasi proses pembelajaran dan implikasinya, b) Identifikasi kebutuhan khusus dan tahapan perkembangan wirausaha saat
dimana kebutuhan tersebut perlu diberikan, c) Identifikasi cara dan waktu yang tepat bagi pembelajaran dan pemberian
dukungan yang efektif, d) Mengembangkan model pembelajaran berbasis studi kasus.
Hasil temuan Sullivan (2000) mengindikasikan bahwa pertimbangan bimbingan tidak hanya pada isi dari bimbingan yang diberikan tetapi juga kemampuan interpersonal dan sikap dari mentor akan berpengaruh terhadap efektivitas kegiatan bimbingan. Kemampuan memberikan bantuan secara tepat waktu merupakan faktor kunci dalam memberikan nilai tambah terbesar. Sulivan (2000) meyakini bahwa pembelajaran wirausaha merupakan faktor kritis yang menentukan keberlangsungan hidup pertumbuhan usaha kecil dan menengah di berbagai pasar. Penelitiannya menunjukkan bahwa adanya mentoring akan memberikan nilai tambah kepada manfaat jangka panjang terhadap klien dan masyarakat. Sedangkan pendekatan siklus hidup perusahaan perencanaan kapan pelatihan dan bantuan lainnya perlu diberikan, akan tetapi pada akhirnya, dukungan yang diberikan haruslah bersifat responsif (menjawab apa yang dibutuhkan) dan fleksibel terhadap kebutuhan individu pada waktu tertentu.
4. J. Robert Baum, Edwin A. Locke, dan Ken G. Smith (2001) : A Multidimensional Model of Venture Growth
Penelitian yang dilakukan oleh Baum (2001) menggambarkan model secara multidimensi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, yaitu dari sudut pandang teori manajemen, teori perilaku organisasi, teori organisasi, dan wirausaha. Penelitian ini melibatkan 307 perusahaan dari bidang pengolahan kayu. Sebagai indikator langsung bagi pertumbuhan perusahaan digunakan kompetensi spesifik dari CEO, motivasi dan strategi perusahaan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa sifat dari CEO dan kompetensi umum serta lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan sebagai pengaruh tidak langsung.
Penelitian Baum ini menggunakan pendekatan model struktural dan pengolahan data yang digunakan adalah program LISREL. Sebagai variabel endogen adalah pertumbuhan usaha (venture growth), sedangkan variabel eksogen terdiri dari traits, general competencies, specific competencies, motivation, competitive strategies, environment, dan size. Sebanyak 18 indikator digunakan untuk mengukur variabel eksogen tersebut.
99
Hasil penelitian Baum mengindikasikan bahwa specific competencies, motivation dan competitive strategies memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap pertumbuhan usaha (venture growth). Sementara itu, traits memiliki pengaruh tidak langsung yang signifikan terhadap venture growth melalui general competencies, specific competencies, motivation dan competitive strategies. General copetencies memiliki pengaruh tidak langsung yang signifikan terhadap venture growth melalui specific competencies, motivation dan competitive strategies.
5. Don Y. Lee dan Eric W. K. Tsang (2001) : The Effects of Entrepreneurial Personality Background and Network Activities on Venture Growth.
Penelitian ini mengungkap tentang pengaruh dari sifat kepribadian seorang wirausahawan, latar belakangnya dan aktivitas pengembangan jaringan kerja (networking) terhadap pertumbuhan usaha. Sebanyak 168 perusahaan yang tergolong usaha kecil dan menengah dari kalangan etnis China di Singapura disurvei dalam penelitian ini. Kelompok variabel kepribadian (personality traits) terdiri dari need for achievement, internal locus of control, self reliance dan extroversion. Kemudian kelompok variabel background terdiri dari education dan experience; dan kelompok variabel networking activities terdiri dari besarnya dan frekuensi jaringan komunikasi yang dimiliki.
Dengan menggunakan metode analisis data LISREL diperoleh kesimpulan bahwa pengalaman, aktivitas pengembangan jaringan kerja, dan jumlah mitra usaha serta locus of control dan need for achievement memiliki dampak positif terhadap perkembangan usaha. Dua jenis kepribadian wirausaha lainnya, yaitu self reliance dan extroversion memiliki dampak negatif terhadap jumlah mitra dan berdampak positif terhadap aktivitas pengembangan jaringan kerja. Sedangkan pendidikan memiliki dampak positif terhadap perkembangan usaha melalui ukuran perusahaan.
Melalui hasil yang dicapai, penelitian ini dinyatakan telah memberikan kontribusi terhadap literatur wirausaha dalam tiga bentuk, yaitu: (a) Sifat kepribadian (personality traits) wirausahawan secara umum bukan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, sehingga perhatian penelitian harus digeser, yang semula pada penelitian tentang sifat keperibadian wirausahawan (entrepreneurial traits), selanjutnya adalah kemampuan wirausahawan (entrepreneurial skills).
(b) Dalam penelitian ini berhasil dibuktikan bahwa ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel moderator.
(c) Tehnik analisis dengan menggunakan LISREL dengan pendekatan PLS (partial least square) terbukti memberikan hasil analisis yang lebih baik.
100
DAFTAR PUSTAKA
Adu, Kwaku Appiah. 1997. Market Orientation and Performance: Do the Findings Established in Large Firm Hold in the Small Business Sector?. Journal of Euro-Marketing; 6, 3; ABI/INFORM Global.
Carree, M.A. and Thurik, A.R. 2002. The Impact of Entrepreneurship on Economic Growth. International Handbook of Entrepreneurship Research. Internet: [email protected].
Joseph C. Rost, 1993. Defining & Researching Leadership as a Behavioral Construt : An Idiopathic Approach. Journal of Applied Behavior Science.
Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Rajawali Pers. Jakarta Kotler P., 2000. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan Implementasi
dan Pengendalian, Penerbit Erlangga, Jakarta. Kumar, Kamalesh. 2002. Market Orientation, Organizational Competencies
and Performance: An Empirical Investigation of a Path-Analytical Model, Journal of American Academy of Business, Cambridge.
Lado A.A, Wilson M, (1994). Human Resource Systems and Sustained Competitive Advantage a Competence-based Perspective. Acad Managet.
Lau, Theresa et.al. 2004. Organizational Capabilities and Performance of SMEs in Dynamic and Stable Environments. Entrepreneurship and Innovation journal.
Neufeldt Victoria dan Guralnik David, 1988, Kamus Webster’s, Dictonary of American English, Thiad College Edition
Purnomo, 2003. Pencapaian Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Melalui Fungsi dan Peran Sumber Daya Manusia. STIE Stikubank, Semarang
Richard Daft. 1999. Tranformational Leadership : A Pescription for Contemporary Organizations. Copyright 1999.
Riyanti B. P. D. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Grasindo, Jakarta
Raju, P.S et.al. 2000. The Relationship between Market Orientation and Performance in the Hospital Industry: A Structural Equation Modeling Approach. Health Care Management Science.
Tambunan, 2004. The Performance of Small Enterprises During Economic Crisis: Evidence from Indonesia. Journal of Small Business Management.
Tambunan, T. 2002. Usaha Kecil dan Menegah di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Salemba Empat. Jakarta.
Zukkieflimansyah dan Banu Muhamad H, 2003. Refleksi Dinamika Inovasi Teknologi UKM di Indonesia: Studi Kasus Industri Logam dan Permesinan. Usahawan Indonesia No. 08/TH. XXXII.
101