Bahan 1

download Bahan 1

of 11

Transcript of Bahan 1

http://gerry-tk.blogspot.com/2011/10/cara-merawat-kulit-wajah-berjerawat.html

Cara Merawat Kulit Wajah BerjerawatMerawat kulit wajah berjerawat berbeda dengan tipe kulit yang lain. Penderita jerawat umumnya memiliki kulit yang sensitif dan berminyak. Sehingga perawatannyapun harus lebih exstra. Untuk merawat jerawat diwajah anda, simak tips berikut: Cuci Wajah Teratur Hal yang paling penting dalam merawat jerawat adalah mencuci wajah. Cuci muka anda anda minimal 2 kali sehari (pagi dan malam) dan setelah terkena debu. Pilih Sabun PH Balance Pencuci wajah dengan Ph seimbang (ph balance) merupakan pilihan terbaik untuk kulit berjerawat dan berminyak. Pilih pula sabun yang memiliki sedikit bahan kimia. Salahsatu yang saya rekomendasikan adalah facial wash dari Ward*h Kosmetik (sensor). Pakai Sunblock Matahari merupakan musuh penderita jerawat. Sebisa mungkin anda harus menghindari sengatan matahari langsung. Jika terpaska, gunakan tabir surya (sunblock) minimal SFP 15. Pilihan terbaik adalah merek PARASOL SFP 33 (bisa dibeli diapotek). Pakai Obat Jerawat Langkah ini paling penting untuk menghilangkan jerawat dari wajah anda. Pilihlah obat jerawat sesuai dengan tingkat keparahannya, seperti yang telah dijelasakan pada artikel "0bat Ampuh Untuk Jerawat". Stop Pemakaian Kosmetik Selama pengobatan jerawat, penggunaan kosmetik lebih baik dihentikan. Karena dapat menyumbat pori-pori kulit, sehingga menimbulkan komedo dan jerawat. Jangan Pencet Jerawat Menyentuh dan memencet jerawat sangat tidak disarankan, karena dapat menimbulkan infeksi dan membuat parut luka bekas jerawat. Selain tips diatas, olahraga dan istirahat yang cukup sangat penting untuk penderita jerawat. Semoga bermanfaat!! Dengan perawatan kulit yang benar, diharapkan jerawat diwajah anda bisa berkurang.

http://www.beautydaylily.com/a/tips-perawatan-kulit-secara-alami/

Tips Perawatan Kulit Secara AlamiBanyak dari kita tidak peduli dengan perawatan kulit. Akibatnya adalah merasa tidak percaya diri karena kulit kusam, kasar, dan mungkin tidak kenyal, atau bahkan warna kulit yang tidak sehat (pucat). Hal semacam ini tentu berkaitan erat dengan kesehatan kulit. Simak artikel berikut untuk lebih memahami bagaimana cara perawatan kulit yang lebih sehat dan dampak-dampaknya. Organ terluas pada tubuh kita, yaitu kulit tentu memerlukan perawatan. Bagaimana tidak, kulit melindungi seluruh tubuh dari udara luar yang terkadang terasa panas dan dingin. Dengan aktivitas kulit yang sedemikian rupa, banyak sel-sel kulit yang mati. Kulit pun akan mengalami penuaan. Ciri-cirinya seperti timbulnya kerutan, terasa kasar/tidak halus, dan masih banyak lagi yang menyebabkan kulit kita tidak lagi indah. Perawatan yang tepat akan membuahkan hasil yaitu kulit menjadi sehat dan tampak tetap muda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kulit pun bermacam-macam, misalnya saja: faktor makanan, aktivitas tubuh, dan juga pemenuhan kebutuhan nutrisi kulit, serta pemikiran positif dan rileks.Beberapa vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk perawatan kulit antara lain: 1. Vitamin A. Vitamin A sangat baik untuk kesehatan kulit. Vitamin tersebut berperan dalam memperkuat jaringan kulit dan juga dibutuhkan dalam regenerasi. 2. Vitamin C. Vitamin C membantu penyembuhan luka dan juga dibutuhkan dalam proses regenerasi sel kulit mati. Tidak hanya itu, vitamin C juga memperkuat sistem kekebalan tubuh. 3. Vitamin E. Vitamin E merupakan zat antioksidan. Fungsinya mencegah penuaan dini yang disebabkan oleh kerusakan radikal bebas pada kulit. 4. Vitamin D. Vitamin D juga merupakan antioksidan yang memainkan peran dalam pigmentasi kulit. 5. Vitamin B. Vitamin B membantu menjaga warna kulit Anda sehat.

6. Vitamin B6. Vitamin B6 membantu menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat. 7. Zinc (Zn). Mineral Zinc juga berperan membantu proses penyembuhan alami kulit dan mencegah produksi sebum yang berlebihan. Hal ini berarti membantu mengurangi jerawat. 8. Protein. Protein menghasilkan asam amino penting untuk menjaga kesegaran kulit. 9. Yodium. Mineral ini sangat penting bagi kesehatan kulit, rambut, dan kuku. Kelenjar tiroid merupakan salah satu regulator yang paling penting bagaimana kita melihat, berpikir, dan merasa, dan yodium tiroid adalah nutrisi yang paling penting untuk membantu memastikan metabolisme yang tepat. Yodium hadir dalam beberapa makanan, terutama garam ber-yodium. 10. Omega-3s. Komponen aktif EPA dan DHA adalah agen anti-peradangan yang kuat untuk kulit yang rentan terhadap jerawat. Omega-3s juga menghasilkan minyak esensial untuk membuat kulit bersinar. Gejala kekurangan asam lemak Omega-3 dapat menyebabkan eksim, ketombe, kulit kering dan terkelupas, dan penyembuhan luka yang lambat.

Vitamin dan mineral tersebut diatas saat ini sangat mudah didapat dan dikonsumsi dari makanan kecuali vitamin D yang dapat kita peroleh dengan sinar matahari pagi. Selain Vitamin, kebutuhan nutrisi kulit juga dapat dicukupi dengan makan makanan sehat (diet sehat), olah raga teratur, dan mengkonsumsi cukup air. Sebaiknya anda mulai memikirkan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran disamping pemenuhan gizi yang lain. Hal ini baik, karena selain tubuh kita akan cukup serat, kulit kita juga akan mengalami peremajaan. Meminum air dalam jumlah yang cukup akan membantu proses penyembuhan alami. Minum 8 gelas air setiap hari ternyata juga berdampak pada kulit, kulit kita akan terasa lebih kenyal dan lebih halus. Semenatara mengkonsumsi teh herbal juga dapat membantu melembabkan kulit dan secara bersamaan, kita juga mencukupi kebutuhan harian vitamin dan mineral. Anda suka berolah raga? Itu baik untuk metabolisme tubuh. Dengan berolahraga, sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga penyerapan nutrisi untuk kulit pun akan lebih baik. Perawatan kulit sebaiknya alami saja. Hindari penggunaan kosmetik yang mengandung bahan kimia atau bahkan zat aktif yang berlebihan. Beberapa fakta telah mebuktikan konsumsi zat aktif berlebihan akan menyebabkan ketergantungan pada kulit. Yang mana bila dihentikan pemakaiannya, kulit akan semakin rusak, namun juka diteruskan penggunaanya, tentu dapat menyebabkan kelainan / gangguan pada sistem kerja kulit alami. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080821143020KESEHATAN

Segala Sesuatu tentang JerawatOleh : Dr. Dito Anurogo | 21-Aug-2008, 17:41:30 WIB Artikel ini akan membahas segala sesuatu tentang jerawat yang meliputi delapan belas hal, yaitu: 1. Pendahuluan 2. Sinonim 3. Definisi 4. Patogenesis (Mengapa Timbul Jerawat?) 5. Epidemiologi (meliputi: Frekuensi, Mortalitas/Morbiditas, Ras, Jenis Kelamin, dan Usia) 6. Manifestasi Klinis (meliputi: Kronologis dan Pemeriksaan Fisik) 7. Penyebab (Etiologi) 8. Predileksi (Lokasi) 9. Diagnosis Banding 10. Pemeriksaan Laboratorium 11. Pemeriksaan Histopatologis 12. Penatalaksanaan dan Farmakoterapi 13. Komplikasi 14. Prognosis 15. Pencegahan 16. Kesimpulan 17. Tahukah Anda? 18. Bacaan Lebih Lanjut Pendahuluan Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi (a common skin disease) dan memengaruhi 85-100% orang pada suatu saat selama hidupnya. Dicirikan dengan adanya papula folikuler noninflamasi (noninflammatory follicular papules) atau komedo (comedones) dan nodul, pustula, dan papula radang dalam bentuk yang lebih berat. Acne vulgaris memengaruhi daerah kulit yang memiliki banyak folikel sebaceous (kelenjar minyak), seperti wajah, dada bagian atas, dan

punggung. Sebenarnya ada beberapa bentuk acne (jerawat), misalnya: 1. Acne Conglobata 2. Acne Fulminans 3. Acne Keloidalis Nuchae 4. Acneiform Eruptions Sinonim Di dalam tulisan ini, istilah jerawat disebut sebagai akne, acne, acne vulgaris. Definisi 1. Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. 2. Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut, yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. 3. Acne is an inflammatory disease involving the sebaceous glands of the skin; characterized by papules or pustules or comedones. 4. Acne vulgaris is the most common form of acne; usually affects people from puberty to young adulthood. 5. A comedone is a whitehead (closed comedone) or a blackhead (open comedone) without any clinical signs of inflammation. Patogenesis (Mengapa Timbul Jerawat?) Patogenesis acne vulgaris multifaktorial. Ada empat faktor utama yang bertanggung jawab pada perkembangan lesi akne: 1. Hiperproliferasi epidermis folikuler dengan subsequent plugging of the follicle. 2. Kelebihan sebum (sekresi minyak dari kelenjar sebaceous; dengan keringat / perspiration, sebum membasahi atau melembabkan dan melindungi kulit). 3. Keberadaan dan aktivitas dari Propionibacterium acnes. 4. Proses radang (inflammation). Follicular epidermal hyperproliferation adalah peristiwa yang pertama kali dikenal di dalam perkembangan akne. Penyebab yang mendasari (underlying cause) terjadinya hiperproliferasi ini belum diketahui. Sampai sekarang, ada tiga hipotesis yang dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa epitel folikuler menjadi hyperproliferative pada orang yang berjerawat. Pertama, hormon androgen terkait sebagai pemicu awal (initial trigger). Komedo, lesi klinis sebagai hasil dari follicular plugging, mulai muncul sekitar adrenarche pada orang yang berjerawat. Derajat akne komedo pada wanita sebelum masa pubertas (prepubertal) berhubungan dengan kadar adrenal androgen dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S) yang bersikulasi. Tambahan pula, reseptor hormon androgen ada di bagian atau komponen folikel dimana komedo terbentuk; seseorang dengan reseptor androgen yang tidak berfungsi (malfunctioning) tidak akan muncul jerawatnya. Kedua, perubahan komposisi lemak juga berperan dalam perkembangan jerawat. Orang yang berjerawat seringkali memiliki produksi sebum yang berlebihan dan kulit yang berminyak. Sebum yang berlebihan ini dapat mendilusi (mengencerkan) lemak epidermis yang normal sehingga dapat mengubah konsentrasi relatif dari berbagai lemak. Kadar asam linoleat (linoleic acid) terbukti rendah pada orang yang berjerawat, dan, menariknya, kadar ini menjadi normal setelah pemberian isotretinoin yang sukses. Penurunan relatif asam linoleat ini dapat menginisiasi (memicu) pembentukan komedo. Ketiga, proses radang (inflammation) merupakan salah satu faktor yang dipercaya terlibat di dalam pembentukan komedo. Interleukin (IL)1alpha merupakan proinflammatory cytokine, yang digunakan pada contoh jaringan (tissue model) untuk menginduksi (memicu) follicular epidermal hyperproliferation dan pembentukan komedo. Meskipun proses radang tidak nyata secara mikroskopis atau klinis pada lesi awal jerawat, namun tetap memegang peranan yang sangat penting di dalam perkembangan acne vulgaris dan komedo (comedones). Kelebihan sebum merupakan faktor penting lainnya di dalam perkembangan acne vulgaris. Ekskresi (pengeluaran) dan produksi sebum diatur oleh sejumlah hormon dan mediator yang berbeda. Hormon androgen, dalam keadaan tertentu, menaikkan produksi dan pengeluaran/pelepasan sebum. Sebagian besar pria dan wanita dengan jerawat memiliki hormon androgen yang bersirkulasi dalam tubuh dengan kadar normal. Suatu end-organ hyperresponsiveness terhadap hormon androgen telah dipercaya sebagai hipotesis (hypothesized). Hormon androgen bukanlah satu-satunya regulator dari kelenjar sebaceous manusia. Banyak agen-agen lainnya, termasuk hormon pertumbuhan dan insulinlike growth factor, juga mengatur (regulate) kelenjar sebaceous dan juga berkontribusi pada perkembangan jerawat. P. acnes merupakan suatu organisme microaerophilic yang terdapat di banyak lesi jerawat. Meskipun, belum terbukti keberadaannya di lesi jerawat yang paling awal terjadi, microcomedo, keberadaannya pada lesi-lesi kemudian hampir dapat dipastikan. Keberadaan P. acnes menaikkan (promote) proses radang melalui berbagai mekanisme. P.acnes menstimulasi (merangsang) terjadinya radang dengan memproduksi mediator-mediator proinflammatory yang menyebar melalui dinding folikel. Riset terbaru menunjukkan bahwa P.acnes mengaktifkan toll-like receptor 2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi toll-like

receptor 2 kemudian memacu produksi multiple proinflammatory cytokines, termasuk IL-12, IL-8, dan tumor necrosis factor. Hipersensitivitas terhadap P acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa orang mengalami jerawat disertai peradangan (inflammatory acne vulgaris) sementara yang lainnya tidak. Peradangan dapat merupakan suatu fenomena primer atau sekunder. Sebagian besar bukti hingga kini menyarankan suatu respon peradangan sekunder terhadap P.acnes sebagaimana telah disebutkan di atas. Bagaimanapun juga, ekspresi IL-1alpha telah teridentifikasi pada microcomedone, dan dapat berperan pada perkembangan jerawat. Epidemiologi Frekuensi di Amerika Serikat Acne vulgaris memengaruhi 85-100% orang pada suatu saat dalam hidupnya. Mortalitas/Morbiditas * Acne dapat menyebabkan nyeri fisik dan penderitaan psikososial. * Jerawat (acne) dapat menimbulkan bekas luka/parut pada kulit (scarring). * Varian inflammatory acne yang berat, acne fulminans, dapat berhubungan dengan demam, arthritis, dan gejala-gejala sistemik lainnya. Ras * Prevalensi jerawat pada penduduk Amerika Utara keturunan Afrika dan kulit putih adalah sama. Jenis Kelamin * Acne vulgaris lebih sering terjadi pada pria daripada wanita di masa remaja (adolescence), namun lebih sering pada wanita daripada pria di masa dewasa (adulthood). Usia * Acne vulgaris dapat muncul pada minggu-minggu dan bulan-bulan pertama kehidupan saat bayi baru lahir (newborn) masih dipengaruhi oleh hormon ibunya dan saat androgen-producing portion dari kelenjar adrenal tak sebanding kadarnya. Jerawat di masa bayi ini (neonatal acne) dapat menghilang secara spontan. * Jerawat di masa remaja biasanya muncul di masa pubertas, saat kelenjar adrenal mulai memproduksi dan melepaskan lebih banyak hormon androgen. * Jerawat tidak terbatas hanya pada usia remaja. Dua belas persen wanita dan lima persen pria pada usia 25 tahun memiliki problem jerawat. Setelah usia 45 tahun, sejumlah 5% baik pria maupun wanita masih memiliki problem jerawat. * Menurut Wolff K., dkk (2007), akne umumnya terjadi pada usia pubertas 10 hingga 17 tahun pada wanita, 14 hingga 19 tahun pada pria. Dapat juga muncul pertama kali pada usia > 25 tahun. Manifestasi Klinis Kronologis (History) * Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness). * Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris. * Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans. * Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya. Pemeriksaan Fisik Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun. Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata. Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat. * Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo (comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan komedo tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions) * Akne peradangan yang ringan (mild inflammatory acne) bercirikan adanya komedo dan papula peradangan. * Akne peradangan yang sedang (moderate inflammatory acne) memiliki komedo, papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang lebih ringan. * Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang berdiameter lenih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring).

Penyebab (Etiologi) Penyebab eksternal acne vulgaris jarang teridentifikasi. * Beberapa kosmetik dan minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne. * Obat-obatan pemicu timbulnya akne antara lain: steroid, lithium, beberapa antiepilepsi, dan iodides. * Congenital adrenal hyperplasia, polycystic ovary syndrome, dan kelainan endokrin lainnya (dengan kadar androgen yang berlebihan) dapat memicu perkembangan acne vulgaris. * Acne vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik. Predileksi (Lokasi) Jerawat biasa timbul di wajah/muka, leher, bahu, lengan atas, tubuh (trunk), dada, punggung, pantat/bokong. Diagnosis Banding Beberapa penyakit yang menyerupai jerawat (acne vulgaris) antara lain: 1. Acne conglobata 2. Acne fulminans 3. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisik 4. Acne Keloidalis Nuchae 5. Acneiform Eruptions (erupsi yang mirip akne) 6. Folliculitis 7. Perioral Dermatitis 8. Rosacea (dulu: akne rosasea) 9. Sebaceous Hyperplasia 10. Milia 11. Syringoma 12. Tuberous Sclerosis 13. Demodex folliculitis 14. Bacterial folliculitis 15. Papular sarcoidosis Pemeriksaan Laboratorium Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis. * Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH). * Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai. Pemeriksaan Histopatologis Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring). Penatalaksanaan Saat digunakan antibiotik sistemik atau topikal, sebaiknya digunakan bersama dengan benzoyl peroxide untuk mengurangi risiko terjadinya resistance. 1. Topical treatments Topical retinoids bersifat comedolytic dan anti-inflammatory. Topical retinoids yang paling banyak diresepkan termasuk adapalene, tazarotene, dan tretinoin. Topical retinoids menipiskan stratum corneum, dan berkaitan erat dengan sun sensitivity. Nasihatilah pasien untuk berlindung dari sinar matahari (sun protection), misalnya dengan memakai topi, tabir surya, dll. Antibiotik topikal yang yang umum diresepkan termasuk erythromycin dan clindamycin dosis tunggal atau dikombinasikan dengan benzoyl peroxide. 2. Systemic treatments Antibiotik sistemik merupakan terapi mainstay untuk jerawat. Antibiotik kelompok tetracycline umumnya diresepkan untuk akne. Semakin antibiotik bersifat lebih lipofilik, seperti doxycycline dan minocycline, biasanya lebih efektif daripada tetracycline.

Antibiotik lainnya, seperti: trimethoprim, dosis tunggal atau dikombinasi dengan sulfamethoxazole, dan azithromycin, dilaporkan bermanfaat. Farmakoterapi Jerawat Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi. Secara umum ada dua golongan: 1. Retinoid, misalnya: 1.1. isotretinoin, 1.2. tretinoin, 1.3. adapalene, 1.4. tazarotene. 2. Antibiotik, misalnya: 2.1. minocycline, 2.2. doxycycline, 2.3. tetracycline, 2.4. trimethoprim/sulfamethoxazole. Berikut ini sedikit uraian tentang farmakoterapi jerawat beserta nama dagangnya di Amerika: 1. Retinoid 1.1. Isotretinoin (Accutane) Mekanisme Kerja Pengobatan (medication) secara oral yang paling efektif mengobati berbagai kondisi dermatologis yang serius. Isotretinoin merupakan bentuk isomer 13-cis sintetis dari tretinoin yang terjadi secara alami (trans-retinoic acid). Struktur kedua agen tersebut berhubungan dengan vitamin A. Menurunkan ukuran kelenjar sebaseus dan produksi sebum. Juga menghambat diferensiasi kelenjar sebaseus dan keratinisasi abnormal. Pasien wanita haruslah memberikan informed consent secara tertulis (dan menandatanganinya), yang menyatakan bahwa mereka akan menggunakan kontrasepsi selama menjalani terapi dan untuk 30 hari paskaterapi. Dosis Total dosis kumulatif yang direkomendasikan sebesar 120-150 mg/kg berat badan, dosis awal (starting dose) sebaiknya