Bagian Inti transgenik
description
Transcript of Bagian Inti transgenik
BAB I
PENDAHULUAN
Tempe dan tahu bisa dibilang makanan sehari-hari sebagian penduduk Indonesia.
Kedua lauk ini hampir setiap hari menghiasi meja makan. Namun, ketika
mengonsumsi kedua makanan itu, pernahkah Anda berpikir kedelai yang dipakai
sebagai bahan baku berasal dari tanaman transgenikyang merupakan hasil dari
rekayasa genetika?
Saat ini produk transgenik yang sudah menyebar di pasar internasional adalah
kedelai (60 persen), jagung (23 persen), kapas (11 persen), dan kanola (6 persen).
Artinya 60 persen kedelai yang ada di pasar internasional adalah produk rekayasa
genetika.
Di Indonesia kebutuhan kedelai nasional 3 juta ton setahun. Dari jumlah itu, 70-80
persen konsumsi kedelai dipasok oleh kedelai impor. Bisa jadi, kedelai yang
dikonsumsi penduduk Indonesia dalam bentuk tempe dan tahu merupakan hasil
rekayasa genetika.
Yang menjadi persoalan yaitu kurangnya hak konsumen dalam mendapatkan
informasi yang benar mengenai makanan transgenik ini. Informasi ini penting
karena konsumen berhak mendapatkan keamanan pangan, mendapat informasi
tentang makanan yang dipilihnya. Mereka juga berhak untuk memilih makanan
yang akan dimakannya.
Sampai sekarang Pemerintah Indonesia belum melakukan penelitian mendalam
mengenai dampak tanaman transgenik terhadap kesehatan manusia. Pemerintah
memang sudah meratifikasi Protokol Cartagena yang memuat prinsip kehati-
hatian dalam menerapkan teknologi rekayasa genetika.
Pemerintah juga telah membuat sebuah peraturan setingkat peraturan pemerintah,
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 mengenai Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik. Namun, hingga kini penunjuk pelaksanaan di lapangan
belum ada sehingga semua produk transgenik impor masuk ke Indonesia praktis
tanpa pengamanan.
Oleh karena penunjuk lapangan belum ada, hak konsumen untuk mendapatkan
informasi mengenai makanan yang dipilih melalui label juga belum terlaksana.
Setidaknya makanan-makanan yang dijual di ritel modern harus memakai label.
Sementara perajin tempe atau tahu cukup dibina agar mereka bisa memberikan
informasi kepada konsumen tentang bahan baku.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Transgenik
2.1.1.Mengenal Teknologi Rekayasa Genetika
Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau
pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen
dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai
perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke
bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah
yang besar. Sebaliknya gen bakteri yang menghasilkan toksin pembunuh
hama ditransplantasikan ke tanaman jagung maka akan diperoleh jagung
transgenik yang tahan hama tanaman. Gen dari sel ambing susu domba
ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri yang kemudian
ditumbuhkembangkan di dalam kandungan induknya sehingga lahirlah
domba Dolly yang merupakan hewan kloning (cangkokan) pertama di
dunia. Demikian pula gen tomat ditransplantasikan ke ikan transgenik
sehingga ikan menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam
penyimpanan.
Rekayasa genetika dalam bibit pangan nabati telah berkembang dengan
luas begitu pula produk rekayasa genetika pada hewan misalnya
produksi hormon untuk peningkatan kuantitas maupun kualitas dari
pangan hewani. Dengan adanya produk-produk rekayasa genetika
tersebut dapat dikatakan bahwa produk rekayasa genetika khususnya
bahan pangan mengintroduksi unsur toksis, bahan-bahan asing dan
berbagai sifat yang belum dapat dipastikan dan berbagai karakteristik
lainnya. Oleh karena itu muncullah berbagai kekhawatiran dalam
menggunakan dan mengkonsumsi bahan pangan transgenik.
Kekhawatiran dapat bersifat ilmiah yang dibuktikan dengan berbagai
hasil percobaan, tetapi ada pula kekhawatiran yang disebut kekhawtiran
logika (public anxiety). Misalnya di Indonesia benalu kopi adalah obat
untuk kanker sebab tanaman tersebut menjadi kanker pada tanaman
kopi.
2.1.2.Prinsip Dasar Pembuatan Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik dibuat dengan menggunakan tehnik biologi
molekuler yang memungkinkan peneliti untuk mengindentifikasi gen-
gen tertentu, membuat duplikatnya, kemudian menyisipkan duplikat gen
tersebut ke tanaman penerima dengan menggunakan alat (yang paling
umum dipakai adalah bakteri tanah, disebut Agrobacterium). Ketika sel
tanaman penerima membelah diri, DNA baru dari tanaman asal (yang
dibawa oleh Agrobacterium) tergandakan dan terpindahkan ke dalam sel
baru tersebut. Keberadaan gen baru ini akan mempengaruhi keturunan
dari tanaman tersebut, baik dari segi sifatnya bahkan penampilannya.
Ada pula metode lain yang digunakan, seperti ‘Pistol Gen’, atau metode
Bombardir.
Secara sederhana perakitan tanaman transgenik dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. isolasi gen atau DNA target yang membawa sifat tertentu dari bakteri
tertentu atau tanaman lain yang mempunyai sifat yang diinginkan
2. ligasi DNA target ke dalam vektor sehingga terbentuk DNA
rekombinan
3. transformasi vektor (DNA rekombinan) pada bakteri tertentu dengan
tujuan untuk memperbanyak kopi DNA rekombinan
4. penyisipan vektor dan DNA target ke dalam sel tanaman yang
dikehendaki yang tidak mempunyai sifat tersebut
2.2. Transgenik di Indonesia
2.1.3.Penelitian Transgenik di Indonesia
Di Indonesia sebenarnya telah banyak tanaman transgenik yang sedang
diteliti maupun diuji di lapangan. Namun kebanyakan penelitian dan uji
lapangan ini terjadi tanpa sepengetahuan masyarakat luas, bahkan oleh
mereka yang tinggal di dekat lokasi percobaan itu sendiri yang dapat
terkena dampaknya tidak sadar akan hal ini. Alasan percobaan tersebut
perlu mendapatkan perhatian adalah karena adanya kemungkinan
pencemaran genetik dari tanaman transgenik ke tanaman petani, oleh
gen transgenik modifikasi dari bakteri atau virus (tergantung jenis
tanaman transgenik yang diuji).
2.1.4.Tanaman Transgenik yang Sedang Diuji di Lapangan
a. Jagung tahan hama serangga dan herbisida
b. Kapas tahan hama serangga dan herbisida
c. Kacang tanah tahan virus
d. Kedelai tahan herbisida
e. Kentang tahan hama serangga dan herbisida
f. Padi tahan hama serangga
2.1.5.Tanaman yang Sedang Diteliti
a. Kakao tahan hama serangga
b. Kedelai tahan hama serangga
c. Pepaya tahan virus
d. Tebu tahan hama serangga
e. Tenbakau tahan virus
f. Ketela rambat tahan hama serangga dan virus
g. Cabe tahan virus
h. Kopi tahan penyakit
i. Kayu lapis tahan hama serangga
2.3. Transgenik dan Isu Konsumen
Di AS, terindikasi bahwa 60-75% dari seluruh makanan non-organik yang
dijual di supermarket, positif mengandung bahan transgenik. Secara umum,
makanan segar maupun hasil olahan yang mengandung kedelai, jagung dan
kanola merupakan produk yang berkemungkinan mengandung bahan
transgenik. Produk lain yang juga mungkin mengandung bahan transgenik
adalah: pepaya, tomat, kentang, labu dan bit gula (sugar beet).
Di Indonesia, produk-produk dibawah ini telah teruji dan terbukti mengandung
bahan transgenik, yaitu: susu formula bayi kedelai Isomil, kecap Indofood,
kecap ABC, kecap Bango, kripik kentang Pringles, dan Simba corn flakes.
2.1.6.Kemungkinan Resiko Mengkonsumsi Produk Transgenik
a. Keracunan
Produk transgenik nyata-nyata berpotensi mengandung racun dan
adalah sebuah ancaman kesehatan manusia. Di tahun 1989, salah
satu merek makanan suplemen yang mengandung bahan transgenik
telah mengakibatkan kematian 37 warga Amerika dan memperparah
penyakit 5.000 orang lainnya yang sebelumnya telah menderita sakit
sebelum mengkonsumsi makanan suplemen tersebut. Di tahun 1999,
penelitian oleh Dr. Arpad Pusztai menunjukkan kentang transgenik
yang tersisipi DNA suatu tanaman dan virus “Cauliflower Mosaic
Virus” (penunjang virus yang biasa digunakan dalam pembuatan
tanaman transgenik), adalah beracun bagi mamalia.
b. Resiko Kanker
Di AS, Monsanto menjual recombinant Bovine Growth Hormone
(rBGH) transgenik, yang disuntikkan ke sapi perah agar dapat
memproduksi lebih banyak susu. Susu serta produk-produk
olahannya dapat menyebabkan gangguan pada jaringan payudara dan
prostat manusia serta kanker usus besar. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa adanya kandungan yang tinggi dari produk
samping hormon tersebut dalam tubuh manusia cenderung
menyebabkan resiko kanker.
c. Alergi Makanan
Memakan protein asing yang terkandung dalam produk makanan
transgenik dapat membahayakan manusia. Pengujian keamanan pra-
pemasaran yang ketat sangatlah penting untuk melindungi kesehatan
masyarakat umum. Hukum pelabelan atas produk makanan
transgenik juga penting agar konsumen yang alergi makanan dapat
menghindarinya dan juga agar petugas kesehatan dapat melacak
balik sumber bahan penyebab alergi tersebut jika terjadi kasus alergi
makanan transgenik.
2.1.7.Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Mengkonsumsi
Produk Trangenik
a. Kualitas Pangan
Kandungan zat-zat yang berguna untuk mencegah penyakit jantung
dan kanker pada kedelai transgenik malahan lebih rendah dibanding
kedelai tradisional. Hasil penelitian ini dan yang lainnya, termasuk
penelitian Dr. Pusztai, menunjukkan bahwa makanan transgenik
cenderung lebih rendah kualitas dan kandungan nutrisinya.
b. Residu Pestisida
Perusahaan-perusahaan raksasa yang bergerak di bidang
bioteknologi ini adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan
kimia yang memproduksi dan menjual racun kimia pestisida.
Perusahaan-perusahaan ini merekayasa gen tanaman sehingga
menjadi tahan terhadap herbisida yang mereka buat sehingga mereka
dapat menjual lebih banyak herbisida lagi kepada petani yang
akhirnya memaksa petani harus menggunakan lebih banyak
herbisida lagi untuk mengendalikan gulma.
c. Kebal Antibiotik
Proses pembuatan produk transgenik seringkali dilakukan dengan
menggunakan gen penanda yang bersifat antibiotik. Gen penanda ini
berfungsi sebagai tanda untuk menunjukkan apakah gen yang
ditransfer atau dipindahkan sudah berhasil menyatu dengan inangnya
atau tidak. Beberapa peneliti mengkhawatirkan bahwa gen penanda
yang tahan antibiotik ini tanpa diduga dapat menyatu dengan kuman
penyebab penyakit, baik di alam bebas maupun di dalam perut
hewan ataupun manusia yang mengkonsumsi makanan trasgenik.
Jika ini terjadi, akan menyebabkan bencana kesehatan bagi manusia
dimana penyakit menjadi tahan antibiotik sehingga tak dapat diobati
lagi dengan antibiotik biasa dan menyebabkan pembuatan obat yang
lebih keras lagi.
2.4. Transgenik dan Pengaruhnya bagi Kesehatan
2.1.8.Jagung
2.1.8.1.Jagung Transgenik
Jagung transgenik adalah tanaman jagung yang dihasilkan dari
teknologi rekayasa genetika. Spesies jagung “angan-angan“ ini
telah direkayasa secara genetika untuk memunculkan sifat/
karakter khusus yang diinginkan oleh pembuatnya. Rekayasa
genetika membuat para ilmuwan dapat merubah karakteristik
organisme (jagung) dengan:
a. Mentransfer gen atau bagian dari gen yang menunjukkan
karakter khusus dari spesies/ organisme lain (bakteria,
tanaman, binatang) kedalam tanaman jagung, sehingga sifat
tanaman jagung yang baru akan juga menunjukkan karakter
tersebut. Misalnya: Jagung Bt.
b. Memodifikasi gen-gen dalam suatu spesies (gen-gen yang
terdapat pada tanaman jagung itu sendiri) untuk membuat sifat
jagung “angan-angan” tersebut menunjukkkan atau
“mematikan” karakteristik tertentu.
2.1.8.2.Jenis-Jenis Jagung Transgenik
Sifat-sifat jagung transgenik yang telah dikomersialkan adalah:
(dengan beberapa contoh)
a. Sifat Jagung Toleran Herbisida (Jagung RR)
Sifat kapas transgenik ini diproduksi oleh Monsanto dan telah
direkayasa secara genetika untuk membuatnya tahan terhadap
herbisida glyphosate (Roundup), yang diproduksi oleh
perusahaan yang sama, Monsanto. Para ilmuwan,
menggunakan teknik-teknik rekombinasi DNA, telah
menyisipkan sebuah gen yang menunjukkan suatu karakter
alami toleran glyphosate, yang diisolasikan dari sebuah
bakterium Agrobacterium tumefaciens strain CP4, kedalam
gengen tanaman jagung tersebut.
b. Sifat Jagung Tahan Serangga (Jagung Bt)
Tanaman jagung transgenik ini telah dimodifikasi secara
genetika (dengan menyisipkan gen yang menunjukkan
produksi racun dari bakteri tanah, Bacillus thuringiensis,
kedalam gen tanaman jagung tersebut) untuk menunjukkan
racun-racun insektisida (disebut racun Bt) yang disarikan dari
bakterium tersebut untuk membunuh hama-hama lepidopteron
yang memakan tanaman-tanaman ini.
c. Kombinasi sifat Jagung Toleran Herbisida dan TahanSerangga.
Sifat-sifat lain yang sedang dikembangkan:
a. Kemandulan pejantan untuk memfasilitasi hibridisasi
(teknologi terminator)
Benih mandul dihasilkan oleh tanaman rekayasa genetika
untuk mencegah petani menggunakan ulang benih tersebut
untuk penanaman berikutnya. Teknologi terminator mencegah
tanaman menghasilkan benih yang subur, memaksa petani
untuk membeli lebih banyak benih dari korporasi
multinasional daripada menggunakan benih dari tanaman
tahun sebelumnya.
b. Jagung Kontraseptif
Para peneliti dari Epicyte, sebuah perusahaan bioteknologi
San Diego sedang mengembangkan suatu sifat tanaman
jagung yang dapat menghasilkan kandungan/ antibodi kimia
tertentu yang dapat menyerang sperma. Ini akan dipergunakan
sebagai alat pencegah kehamilan (dalam bentuk gel
kontraseptif) dari manusia.
2.1.8.3.Masalah-masalah kesehatan yang potensial
Jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak juga konsumsi
manusia. Banyak produk makanan, seperti sereal, taco shells,
jagung manis, dsb mengandung jagung. Di beberapa negara
jagung merupakan makanan utama bagi rakyatnya. Masalah
utama pada makanan RG atau makanan yang mengandung hasil-
hasil transgenik adalah protein yang dikodekan oleh gen yang
diintroduksikan dapat menyebabkan alergi dan menyebabkan
reaksi-reaksi alergi di populasi yang terpapar. Telah ada beberapa
kasus yang dilaporkan tentang reaksi alergi yang terjadi pada
beberapa orang yang mengkonsumsi makanan- makanan
transgenik tertentu. Kasus jagung StarLink adalah satu contoh
utama:
StarLink adalah sebuah merek dagang untuk beberapa turunan
jagung rekayasa genetika yang diproduksi oleh Aventis Crop
Science of Research Triangle Park, N.C. AS (sebuah konsorsium
ilmu pengetahuan hidup Jerman-Prancis) dan didistribusikan
melalui beberapa perusahaan-perusahaan benih. Turunan-turunan
StarLink mengandung suatu protein insektisida (Cry9C) yang
disarikan dari sebuah mikroba tanah umum (Bacillus
thuringiensis, atau Bt) yang membunuh hama-hama perusak
jagung tertentu seperti penggerek batang Eropa. Agen
Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency,
EPA) telah mengijinkan jagung kuning jenis pisah-gen pada tahun
1998 untuk digunakan hanya sebagai pakan ternak dan
menetapkan tingkat toleransi sebesar nol untuk penggunaannya di
makanan manusia berdasarkan pada fakta bahwa protein Bt ini
tidak terurai dengan mudah pada sistem pencernaan manusia,
tahan panas, dan terbukti dapat menyebabkan alergi. Beberapa
orang telah melaporkan bahwa mereka mengalami beberapa
reaksi alergi setelah mengkonsumsi produk-produk makanan yang
tercemari jagung StarLink.
Terungkapnya Kasus Jagung Starlink
Pada tanggal 18 September 2000, koran Washington Post
melaporkan bahwa pengujian-pengujian yang diminta oleh sebuah
koalisi grup-grup yang menentang bioteknologi telah
menemukan jejak-jejak bahan genetika dari StarLink pada Kraft
taco shells di toko- toko serba ada di Washington, D.C.
Efek-efeknya.
Aventis (perusahaan bioteknologi yang memproduksi jagung
StarLink) dan Kraft (perusahaan makanan yang produknya telah
tercemari dengan jagung StarLink) harus menarik kembali
produk-produk mereka dari pasaran dan petani. Kasus ini telah
menyebabkan jutaan dolar kerugian finansial.
2.1.9.Kedelai
2.1.9.1.Kedelai Transgenik
Kedelai transgenik adalah tanaman kedelai yang diproduksi
dengan teknologi rekayasa genetika. Sifat kedelai “anganangan”
ini telah direkayasa secara genetika untuk menunjukkan sifat/
karakter tertentu yang diinginkan. Rekayasa Genetika membuat
ilmuwan dapat merubah karakter-karakter suatu organisme (dalam
hal ini: tanaman kedelai) dengan:
a. Memindahkan gen atau bagian dari gen yang menunjukkan
karakter khusus dari spesies/ organisme lain (bakteria,
tanaman, binatang) kedalam tanaman kedelai, sehingga sifat
tanaman kedelai yang baru akan juga menunjukkan karakter
tersebut. Misalnya: Kedelai RR.
b. Merekayasa gen-gen dalam suatu spesies (gen-gen dalam
tanaman kedelai itu sendiri) untuk membuat sifat kedelai yang
“angan-angan” tersebut memunculkan atau “mematikan”
karakter tertentu. Misalnya: Minyak kedelai tinggi asam oleic.
2.1.9.2.Sifat-sifat Kedelai Transgenik.
Saat ini, sifat-sifat kedelai transgenik yang telah dikomersialkan
secara luas adalah Sifat Kedelai Toleran Herbisida.
a. Kedelai Round Up Ready (RR); Perusahaan: Monsanto. Sifat
kedelai transgenik ini telah direkayasa genetika untuk
membuatnya toleran terhadap herbisida glyphosate
(Roundup), yang diproduksi oleh perusahaan yang sama,
Monsanto.
b. Kedelai GU 262; Perusahaan: Aventis Crop Science (dulunya
AgrEvo). Jenis kedelai GU262 direkayasa genetika untuk
memunculkan ketoleransian terhadap glufosinate ammonium,
bahan aktif dalam herbisida phosphinothricin (Basta®, Rely®,
Finale®, dan Liberty®).
Sifat-sifat lain yang sedang dikembangkan adalah:
a. Kedelai Bt.
Sifat kedelai transgenik yang mengandung gen yang
menunjukkan racun Bt dari bakteria tanah Bacillus
thuringiensis, untuk membuatnya tahan terhadap beberapa
lama seranggalepidopteran.
b. Minyak kedelai tinggi asam oleic (minyak yang dirubah).
Untuk memproduksi minyak kedelai dengan kestabilan yang
ditingkatkan dan asam lemak polyunsaturated yang dikurangi.
2.1.9.3.Resiko-resiko Kesehatan
a. Makanan Rekayasa Genetika Dapat Mengandung Bahan
Penyebab Alergi.
Kedelai digunakan sebagai bahan utama banyak jenis
makanan, seperti: tahu, tempe, kecap, susu tiruan dan
produkproduk daging. Produk-produk makanan lain yang
mengandung kedelai adalah minyak yang dimurnikan,
margarin, shortenings, minyak goreng dan minyak salad, dan
banyak lagi makananmakanan terproses lainnya. Suatu
masalah utama dalam makanan RG atau makanan yang
mengandung produk transgenik adalah bahwa suatu protein
yang dikodekan oleh suatu gen yang dimasukkan dapat
menjadi alergi dan menyebabkan reaksi-reaksi alergi pada
populasi yang terpapar. Telah ada beberapa kasus dilaporkan
tentang reaksi alergi yang terjadi pada beberapa orang yang
mengkonsumsi makanan transgenik jenis tertentu, atau
makanan yang mengandung bahan-bahan transgenik.
b. Kedelai Rekayasa Genetika Monsanto Telah Mengangkat
Tingkat Hormon.
Bukti ilmiah dramatis telah mengungkapkan bahwa
penggunaan glyphosate (seperti herbisida Roundup)
meningkatkan tingkat estrogen tanaman kacang-kacangan.
Estrogen tanaman dikenal memberi dampak terhadap mamalia
terma suk manusia. Penandatangan permohonan tersebut,
termasuk Dr Ricarda Steinbrecher, ahli genetika Inggris,
menyatakan: "Anak-anak kecil khususnya dapat terkena
peningkatan estrogen. Sehingga terdapat masalah kesehatan
serius dan jelas di tangan. "
c. Kandungan Lemak yang Lebih Tinggi di Susu Sapi yang
Diberi Pakan Kedelai Transgenik..
Bukti lebih jauh yang meresahkan telah kini diterbitkan
mengenai kedelai RG, hukum yang sejak dulu sampai kini
yang menyatakan sama pada dasarnya dengan kedelai biasa
dan aman untuk diperkenalkan ke supli makanan kita: Sapi
yang diberi makan dengan kedelai-RR ditemukan
menghasilkan susu dengan kandungan lemak yang signifikan
lebih tinggi daripada yang mereka yang diberi makan dengan
kedelai biasa. Para ilmuwan menyimpulkan ini sebagai bukti
langsung atas perbedaan mendasar antara kedelai-RG dan
biasa.
d. Kandungan Nutrisi yang Lebih Rendah.
Sebuah artikel di Jurnal Makanan Obat menyarankan bahwa
terdapat kandungan nutrisi yang lebih rendah pada kedelai
transgenik. Pengurangan keseluruhan pada bahan-bahan aktif
biologi kunci pada kedelai menyebabkan antara 12-14%
pengurangan pada komponen nutrisi tertentu di varietas
kedelai transgenik yang diuji.
2.1.10. Ikan
2.1.10.1. Ikan Transgenik
Ilmu pengetahuan dibelakang apa yang disebut salmonsuper
ditemukan secara tak sengaja 20 tahun lalu saat Choy Hew, Ph.D.,
kemudian seorang peneliti di Universitas Memorial
Newfoundland di Kanada, secara tak disengaja membekukan
sebuah tangki yang berisi spesies ikan flounder tertentu. Saat
tangki tersebut diencerkan habis, ikan flounder tersebut masih
hidup. Awalnya, tak seorangpun tahu bagaimana mereka bertahan
hidup. Spesies ini, kejadiannya, mempunyai suatu gen yang
memproduksi suatu protein yang bekerja seperti anti-beku pada
radiator mobil. Protein anti-beku ini ditemukan pada banyak jenis
ikan-ikan kutub yang harus bertahan hidup pada kondisi dingin
yang ekstrim. Para peneliti mengisolir dan mengkopi bagian DNA
flounder yang bekerja seperti suatu saklar genetika untuk
menghidupkan produksi protein anti-beku tersebut. Normalnya,
saklar genetika ini hanya dihidupkan saat ikan tersebut terpapar
dingin.
Hew dan kolega-koleganya kemudian menyisipkan saklar-hidup
genetika flounder tersebut pada suatu gen ikan salmon Chinook,
yang sebelumnya telah diisolir, yang memproduksi suatu hormon
perangsang-pertumbuhan. Menggunakan tehniktehnik transgenik,
mereka memasukkan kombinasi baru tersebut--saklar-hidup
flounder dengan gen hormon pertumbuhan salmon—kedalam
telur-telur salmon yang telah disuburkan. Pada salmon hasilnya,
saklar genetika flounder tampak tetap hidup, memproduksi suplai
hormon pertumbuhan salmon secara terus-menerus yang
kemudian mempercepat perkembangan ikan tersebut. Sementara
ikan hasilnya tampak tidak mencapai ukuran dewasa yang lebih
besar dari salmon konvensional, mereka tumbuh jauh lebih cepat.
2.1.10.2. Masalah-masalah kesehatan.
a. Kurangnya penelitian.
Tak ada penelitian yang telah dilakukan terkait resiko-resiko
kesehatan yang potensial atas ikan RG. Perubahan-perubahan
pada bentukan kimia ikan dapat menyebabkan keracunan
tingkat tinggi dan alergi. Rekayasa genetika atas organisme
apa pun tetaplah eksperimen, sehingga semua resiko-resiko
yang mungkin tetap tak diketahui.
b. Penyakit.
Penyakit bakteria dan perikanan meningkatkan ketahanan
mereka terhadap antibiotik sebagai suatu akibat dari rekayasa
genetika. Karena salmon RG akan dibiakkan di peternakan
ikan, dimana kepadatan yang tinggi akan ikan dijejalkan
dalam ruang kecil, mereka dapat dengan mudah menyebarkan
penyakit ke ikan lain dan ekosistem.
c. Nilai nutrisi.
Ikan yang dibesarkan di keramba jala terbuka mempunyai
kandungan lemak yang lebih tinggi dan Omega 3 yang lebih
rendah. Sebagai hasil dari berenang di lingkaran keramba
yang tak ada putusnya daripada berenang dengan bebas di
aliran air dan lautan, ikan RG mempunyai 30-70% lebih
banyak lemak dibandingkan salmon liar. Mereka juga
mengandung hampir 15% lebih sedikit lemak Omega 3 (lemak
yang sehat) dibanding salmon liar.
2.5. Pentingnya Pelabelan pada Produk Transgenik
Membedakan pangan transgenik dan pangan alami dengan mata telanjang
jelas sulit. Kecuali jika pangan transgenik tersebut memiliki ciri khas.
Sayangnya ciri itu pun belum tentu dapat dikenali seketika, contohnya kita
perlu menunggu beberapa hari untuk melihat apakah sebutir tomat tahan
busuk atau tidak untuk membuktikan bahwa asalnya adalah bibit transgenik.
Hingga saat ini belum ada cara cepat mendeteksi dan membedakan pangan
transgenik dan bukan. Pendeteksian hanya mungkin dilakukan di laboratorium
menggunakan metode yang agak rumit yakni dengan teknik analisis PCR
(polymerase chain reaction). Dengan begitu, satu-satunya cara bagi awam
untuk mengenali produk transgenik ini ya dari label pada kemasan produk.
Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah jenis makanan rekayasa genetika
(RG), termasuk jagung, kacang kedelai, dan tomat, telah diperkenalkan ke
supermarket-supermarket di Amerika Serikat. Dengan sejumlah alasan,
banyak konsumen di AS lebih suka tidak memakan makanan RG. Para
konsumen khawatir akan dampak makanan RG terhadap agama, etika,
lingkungan, ekonomi, dan kesehatan. Survei-survei menunjukkan dukungan
meluas atas pelabelan wajib. Di bulan Febuari tahun ini, majalah Time
melaporkan bahwa 81% masyarakat Amerika yang disurvei menginginkan
agar makanan RG dilabeli seperti nyatanya. Tuntutan untuk melabeli makanan
RG konsisten dengan kesadaran masyarakat Amerika yang meningkat akan
keamanan makanan. Kekhawatiran-kekhawatiran seperti itu telah ditekankan
oleh melonjaknya penjualan makanan organik dan oleh komentar-komentar
275.000 orang masyarakat yang dikirim ke USDA sehubungan standar
organik yang direncanakan lembaga tersebut. Dukungan besar atas pelabelan
makanan-makanan RG timbul diantara para rekan dagang utama AS, termasuk
Uni Eropa dan Jepang. Uni Eropa saat ini menuntut semua jagung dan kedelai
RG dilabeli dan Jepang merencanakan untuk melakukan hal serupa sebelum
musim semi depan. Baik Australia dan Selandia Baru juga menyusun
kebijaksanaan pelabelan.
a. Kekhawatiran Agama dan Etika
Banyak konsumen percaya bahwa tanaman-tanaman pangan RG tidak etis
dan melawan hukum-hukum cara makan agama, termasuk aturan-aturan
halal atas hibridisasi. Sebuah gabungan kelompok termasuk perwakilan-
perwakilan dari kelompokkelompok agama Yahudi, Budha, Muslim, dan
Kristen saat ini memperkarakan US FDA atas kegagalannya melabeli
makanan-makanan RG. Mirip halnya, para kaum vegetarian khawatir
tentang mencernakan DNA hewan dengan cara memakan; misalnya gen
ikan yang telah disisipi kedalam tomat.
b. Kekhawatiran Lingkungan
Beberapa konsumen lebih suka tidak membeli makanan-makananRG,
karena mereka khawatir akan dampak-dampak buruk lingkungan yang
berpotensi diakibatkan dari tanaman-tanaman pangan rekayasa genetika.
c. Kekhawatiran Ekonomi
Beberapa konsumen lebih suka tidak membeli makanan-makanan RG
karena mereka khawatir akan potensi dampak rekayasa genetika terhadap
ekonomi pertanian di AS dan di luar negeri. Kritik-kritik penggunaan
rekayasa genetika dalam produksi makanan bersikeras bahwa biaya-biaya
benih RG yang tinggi akan memaksa pertanian-pertanian keluarga di AS
kehilangan pekerjaan dan membahayakan ekonomi negaranegara
berkembang.
d. Kekhawatiran Kesehatan dan Keamanan
Konsumen juga khawatir akan resiko-resiko kesehatan yang berpotensi
sehubungan dengan makanan RG. Masalah-masalah kesehatan yang
potensial dapat diakibatkan dari pencernaan makanan-makanan RG
termasuk reaksi-reaksi alergi dan daya tahan terhadap antibiotika. Pada
tahun 1996, Pioneer Hi-Bred International Inc. mengembangkan sebuah
kedelai RG menggunakan sebuah gen dari kacang Brazil untuk
meningkatkan kandungan protein dari pakan ternaknya. Pengujian-
pengujian independen atas kedelai rekayasa kedelai tersebut
mengungkapkan bahwa orang-orang yang alergi terhadap kacang Brazil
bereaksi atas kedelai rekayasa tersebut.
BAB III
PENUTUP
Teknologi rekayasa genetika adalah suatu proses bioteknologi modern dimana
sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen
dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-
gen dalam satu spesies. Teknologi ini juga dikenal dengan sebutan transgenik
(Genetically Modified Organism = GMO).
Makanan transgenik sudah merambah ke pasar-pasar modern bahkan trandisional
di Indonesia. Pemerintah pun melakukan penelitian dan pengujian terhadap bahan
makanan yang beredar itu.
Kemungkinan-kemungkinan risiko mengkonsumsi transgenik yang ditakutkan
konsumen adalah keracunan, resiko kanker, dan alergi makanan. Dimana dalam
pemilihan makanan transgenik setiap konsumen perlu untuk mempertimbangkan
beberapa aspek seperti: kualitas pangan, residu pestisida, dan kebal anti biotik.
Dalam peredarannya di pasaran, makanan transgenik perlu diberikan label yang
menunjukkan bahwa makanan itu adalah makanan transgenik. Hal ini diperlukan
untuk menghormati hak-hak konsumen dalam memilih antara makanan transgenik
dan makanan organik, yang disebabkan oleh adanya kekhawatiran konsumen akan
dampak makanan transgenik terhadap agama, etika, lingkungan, ekonomi dan
kesehatan.