BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran...

108
BAGIAN I PENDAHULUAN LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011 1.1. DASAR HUKUM 1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan Pertama Pasal 20, Perubahan Kedua Pasal 20 A, perubahan Ketiga Pasal 23; 2. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 3. Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR RI/I/2009-2014 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 4. Surat Pimpinan Komisi V DPR RI kepada pimpinan DPR RI nomor PW/02/8638/DPR-RI/XI/2010 tanggal 24 November 2010 tentang Daerah Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI pada reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011. 5. Surat Pimpinan Komisi V DPR RI kepada pimpinan DPR RI nomor PW/02/8870/DPR-RI/XII/2010 tanggal 1 Desember 2010 tentang Perubahan Daerah Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI pada reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011. 6. Surat Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 16/PIMP/II/2010-2011 tanggal 13 Desember 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI, Badan Legislasi, Badan Anggaran, dan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan Kunjungan Kerja Kelompok pada Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011.

Transcript of BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran...

Page 1: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

BAGIAN I PENDAHULUAN

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN

RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011

1.1. DASAR HUKUM

1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan

Pertama Pasal 20, Perubahan Kedua Pasal 20 A, perubahan Ketiga

Pasal 23;

2. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

3. Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR RI/I/2009-2014 tentang Peraturan

Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

4. Surat Pimpinan Komisi V DPR RI kepada pimpinan DPR RI nomor

PW/02/8638/DPR-RI/XI/2010 tanggal 24 November 2010 tentang

Daerah Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI pada reses Masa

Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011.

5. Surat Pimpinan Komisi V DPR RI kepada pimpinan DPR RI nomor

PW/02/8870/DPR-RI/XII/2010 tanggal 1 Desember 2010 tentang

Perubahan Daerah Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI pada reses

Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011.

6. Surat Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 16/PIMP/II/2010-2011

tanggal 13 Desember 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi I

sampai dengan Komisi XI, Badan Legislasi, Badan Anggaran, dan

Badan Akuntabilitas Keuangan Negara Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia untuk melakukan Kunjungan Kerja Kelompok

pada Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011.

Page 2: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

1.2. TUJUAN DAN MAKSUD

Kunjungan Kerja Komisi V DPR-RI dilakukan dalam rangka pelaksanaan

Fungsi dan Tugas Dewan sesuai peraturan perundangan. Berdasarkan

Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR-RI/I/2009-2014 tentang Peraturan Tata

Tertib DPR RI, pada Pasal 53 tentang Tugas Komisi, disebutkan bahwa:

1. Tugas Komisi dalam pembentukan undang-undang

(legislasi)

2. Tugas Komisi di Bidang Anggaran (Budgeting)

3. Tugas Komisi di bidang Pengawasan

Kemudian terkait dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 53 ayat (3) tentang

Tugas Komisi, terdiri atas beberapa hal berikut ini:

butir a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

undang-undang, termasuk anggaran pendapatan dan

belanja negara serta peraturan pelaksanaannya yang

termasuk dalam ruang lingkup tugasnya;

butir c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan

pemerintah.

Dalam rangka melakukan pengawasan tersebut, maka Komisi V DPR-

RI dapat mengadakan kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan

dimana pelaksanaan kunjungan kerja tersebut sesuai dengan Tata

Tertib DPR RI Pasal 54 ayat (3) huruf f yang berbunyi:

”Komisi dalam menjalankan tugas sebagaimana dalam pasal 53

ayat (3), dan tindak lanjut pengaduan masyarakat, dapat:

mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses, atau apabila

dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan

pimpinan DPR yang hasilnya dilaporkan dalam rapat komisi untuk

ditentukan tindak lanjutnya”.

Ada beberapa maksud Kunjungan Kerja Komisi V DPR R ke Provinsi

Sulawesi Selatan, diantaranya adalah:

Page 3: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

a. Untuk melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan di

daerah, dengan melihat secara langsung hasil-hasil

pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya terkait

dengan lingkup bidang Komisi V DPR-RI yang terdiri atas: Bidang

Pekerjaan Umum, Bidang Perhubungan, Bidang Perumahan

Rakyat, Bidang Pembangunan Daerah Tertinggal, Bidang

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, serta Bidang SAR

Nasional.

b. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan di Provinsi

Sulawesi Selatan, utamanya bagi pembangunan Infrastruktur

yang pembiayaannya berasal dari dana APBN 2009, maupun

bagi pembangunan Infrastruktur tahun anggaran berjalan, yaitu

sesuai APBN 2010.

c. Untuk menyerap aspirasi di masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan

terkait pembangunan infrastruktur dan pembiayaannya melalui

APBN 2011.

1.3. LOKASI DAN WAKTU

Dalam Reses Masa Sidang II Tahun Sidang 2010 - 2011, Komisi V DPR RI

melakukan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal

21-23 Desember 2010. Dalam masa kunjungan yang dilakukan selama

3 hari tersebut, Komisi V DPR RI melakukan peninjauan, pertemuan,

penyerapan aspirasi, dialog, dan melakukan komunikasi intensif

dengan pemerintah daerah, serta masyarakat.

Adapun pelaksanaan kunjungan kerja Komisi V DPR RI di Provinsi

Sulawesi Selatan terdiri dari 13 Agenda, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Pemaparan PDAM Maros

2. Peninjauan Proyek Jalan Maros - Pare-pare

3. Pemaparan dan Peninjauan Rencana Pengembangan

Pelabuhan Laut Garongkong

Page 4: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

4. Pemaparan dan Peninjauan Rencana Pengembangan

Pelabuhan Penyeberangan Andi Matalatta Garongkong

5. Pemaparan dan Peninjauan Stamet Maros

6. Pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

didampingi Pimpinan DPRD, Muspida, dan dinas-dinas terkait.

7. Pemaparan dan Peninjauan Bandar Udara Hasanuddin

8. Pemaparan Kantor SAR Makasar

9. Pemaparan dan Peninjauan Hasil Bantuan Pengembangan

Rumah Swadaya Makasar

10. Pemaparan dan peninjauan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)

Makasar

11. Pemaparan dan Peninjauan Rusunawa UNHAS

12. Pemaparan dan Peninjauan Rencana Pengembangan

Revitalisasi Pantai Losari dan Centre Of Indonesia

13. Pemaparan Rencana Pembangunan Bandar Udara Tana

Toraja

Tim Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja ke Provinsi

Sulawesi Selatan yang dilakukan pada Hari Selasa sampai dengan

Kamis, 21-23 Desember 2010 adalah sebagai berikut:

1. H. Muhidin M Said, Mba Ketua Tim/ F-P.Golkar

2. Dra. Yasti Soepredjo Mokoagow Pimpinan/ F-PAN

3. Drs. Riswan Tony DK. Anggota/ F-PG

4. Drs. Eldie Suwandie Anggota/ F-PG

5. Drs. H. Roem Kono Anggota/ F-PG

6. H.M. Malkan Amin Anggota/ F-PG

7. Irvansyah, S.IP Anggota/ F-PDIP

8. Hj. Hanna Gayatri, SH. Anggota/ F-PAN

9. A. Taufan Tiro, ST. Anggota/ F-PAN

10. Capt. H.M. Epyardi Asda, M.Mar Anggota/ F-PPP

11. Dra. Hj. Norhasanah, M.Si Anggota/ F-PPP

12. H. Marwan Ja’far, SE, SH Anggota/ F-PKB

13. Fary Djemi Francis, M.MA. Anggota/ F-Gerindra

Page 5: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

14. Haryanti, S.AB Sekretariat Komisi V DPR RI

15. Aris Munandar Sekretariat Komisi V DPR RI

16. Rudy Haryanta Sekretariat Komisi V DPR RI

17. Luki Kusumawardhani, ST. MT. Staf Ahli Komisi V

Sedangkan mitra kerja Komisi V DPR-RI yang ikut serta dalam kegiatan

Kunjungan Kerja Ke Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Tim Pendamping,

adalah sebagai berikut:

A. Kementerian Pekerjaan Umum:

1. Ir. Chaerul Taher, M.Sc Direktur Bina Pelaksana Wilayah I, Ditjen Bina

Marga

2. Ir. Nurdin Samaila Kepala Balai Jalan Nasional VI, Makasar

3. Ir. Prasetyo, M.Sc Kepala Balai Sda Pompengan Jeneberang

4. Ir. N. Sardjiono Kasubdit Wilayah II, Ditjen Cipta Karya

5. Ir. Suprapto, M.Eng Kasubdit Pantai Ditjen SDA

6. Ir. Syamsul Hadi Kasubdit Peningkatan Permukiman Wilayah II

7. Shafiq Ananta Inum, St. Kasie Pembinaan Perenc Tata Ruang

Kabuaten

8. Warjono, S. Sos, Mm Kasubdit Hubungan Antar Lembaga, Puskom

B. Kementerian Perhubungan :

1. Wahyu Satrio Utomo Sekretaris Badan Pengembangan SDM

2. Ir. M Tohir Kasubdit Perancangan Fasilitas Pelabuhan Ditjen

Hubla

3. Hadi Sukarlianto Kasubdit Tehnik Pelabuhan Penyeberangan Ditjen

Hubdat

4. Nur Isnin Istiartono Kasubdit Personil Dan Operasi Bandara Ditjen

Hubud

5. Rukmalan Sumantri Kabag TU Departemen Setjen Perhubungan

6. Hardjana Kasubag AE Transportasi Laut Setjen Perhubungan

Page 6: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

7. Erwin Nurhasan Staf Bagian Ditjen Hubud, Staf Bag Ren

8. Marganda Staf Bagian Ditjen Hublu

C. Kementerian Perumahan Rakyat:

1. Ismail Datau Asdep Pengindaan Perumahan Swadaya

2. Ir. Rinza Ekoyanto, MT Kabid Tata Rumah Dan Lingkungan Perumahan

D. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (Pdt):

1. Ir. Fatimah Dahlan, MM Asdep Urusan Infrastruktur Infotel

2. Nanang Soemantri, S Sos,

M.Si

Kasubag Penyusunan Anggaran

3. Franky Eka Paendong, ST Staf Biro Perencanaan Anggaran

E. Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika:

1. Drs. Untung Merdjianto,

M.Si

Kepala Biro Perencanaan

2. Ili Djuheri M, Ba Kepala Sub Bagian Program dan

Penyusunan Anggaran III

3. Eka Edi Susanta, Se Staf Sub Bagian Program dan

Penyusunan Anggaran III

F. Badan Sar Nasional:

1. Supena Sekretarsi Korpri Basarnas

Page 7: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

BAGIAN II

GAMBARAN UMUM

PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN

RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011

2.1. SEJARAH PEMBENTUKAN

Lima (5) tahun setelah kemerdekaan,

pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21

Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum

berdirinya Propinsi Administratif Sulawesi.

10 tahun kemudian, pemerintah

mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960

yang mengesahkan terbentuknya

Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4 tahun

kemudian, melalui UU Nomor 13 Tahun

1964 pemerintah memisahkan Sulawesi

Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir,

pemerintah memecah Sulawesi Selatan

menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26

Tahun 2004. Sulawesi Selatan adalah

sebuah provinsi di Indonesia yang terletak

di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibu

kotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujungpandang.

2.2. KONDISI FISIK DAN GEOGRAFIS

Provinsi Sulawesi Selatan berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI),

terletak pada 0o12’ sampai 8o Lintang Selatan dan 116o48’ sampai

122o36’ Bujur memiliki wilayah seluas tercatat 45.574,48 km2. Provinsi

Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar memiliki lokasi yang

Page 8: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

strategis karena dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang

merupakan jalur lalu lintas kapal-kapal nasional maupun internasional

Dari sisi geografis, Provinsi Sulawesi Selatan terletak di Provinsi Sulawesi

Selatan terletak dengan batasan wilayah sebagai berikut:

- Sisi Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi

Tenggara,

- sisi Barat berbatasan dengan Selat Makassar,

- sisi Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan

Sulawesi Barat,

- sisi Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

Wilayah Sulawesi Selatan terdiri dari 24 Kabupaten/Kota yaitu 21

kabupaten dan 3 kota, yaitu:

TABEL

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRATIF

PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2011

NAMA KABUPATEN/KOTA IBUKOTA LUAS

JARAK KE

IBUKOTA

PROVINSI

(KM²) (KM)

Kabupaten Bantaeng Bantaeng 396 123

Kabupaten Barru Barru 1.175 102

Kabupaten Bone Watampoe 4.559 174

Kabupaten Bulukumba Bulukumba 1.155 153

Kabupaten Enrekang Enrekang 1.786 236

Kabupaten Gowa Sungguminasa 1.883 11

Kabupaten Jeneponto Bontosunggu 903 91

Kabupaten Luwu Belopa 3.000 326

Kabupaten Luwu Timur Malili 6.945 565

Kabupaten Luwu Utara Masamba 7.503 440

Kota Makassar Makassar 142 -

Kabupaten Maros Maros 1.619 30

Kota Palopo Palopo 142 376

Kabupaten Pangkajene

Kepulauan

Pangkajene 1.112 51

Kota Pare-Pare Pare-Pare 142 155

Kabupaten Pinrang Pinrang 1.961 182

Page 9: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

NAMA KABUPATEN/KOTA IBUKOTA LUAS

JARAK KE

IBUKOTA

PROVINSI

(KM²) (KM)

Kabupaten Selayar Benteng 904 263

Kabupaten

Sidenrengrappang

Rappang 1.883 188

Kabupaten Sinjai Sinjai 820 220

Kabupaten Soppeng Watansoppeng 1.359 192

Pada tahun 2008 Kabupaten Toraja Utara dijadwalkan terbentuk,

menyusul terbitnya Amanat Presiden, bernomor R.68/Pres/12/2007 pada

tanggal 10 Desember 2007, mengenai pemekaran 12 kabupaten/kota.

Kondisi topografi Provinsi Sulawesi Selatan ditandai dengan bentuk

wilayah yang datar sampai bergunung dengan rentang yang cukup

lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan

laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas

permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada ketinggian 1000 m di

atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga

utara Provinsi Sulawesi Selatan.

Kawasan ketinggian di Sulawesi Selatan terbentuk melalui keberadaan

sejumlah gunung. Pada perbatasan kabupaten Gowa, Bantaeng, Sinjai

dan Bulukumba membentang gunung Lompobattang dengan

ketinggian 2.871 meter, juga terdapat gunung Bawakaraeng dengan

ketinggian 2.830 meter di perbatasan Kabupaten Gowa dan Sinjai. Di

wilayah Luwu terdapat gunung Bukit Rantai Kombala dengan

ketinggian 3.103 meter, gunung Kambuno (2.900 meter) dan gunung

Balease (3.016 meter). Pada wilayah perbatasan Kabupaten Luwu dan

nrekang terdapat gunung Rante Mario dengan ketinggian 3.470 meter

dan gunung Latimojong dengan ketinggian 3.305 meter. Sulawesi

Selatan juga ditandai oleh keberadaan bukit Kars di sekitar Kabupaten

Pangkep dan Maros.

Page 10: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Kondisi temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari

dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada

periode yang sama. Temperatur maksimum di sekitar Makassar adalah

34,5 derajat dan temperatur minimum 22,3 derajat, kelembaban nisbi

66-87 persen, rata-rata penyinaran matahari antara 41-98 persen, serta

kecepatan angin rata-rata 3,6 - 7,2 km/jam.

2.3. KONDISI SOSIAL BUDAYA

A. Suku dan Bahasa

Sulawesi Selatan memiliki beberapa potensi untuk berkembangnya

keragaman pada tatanan internalnya. Tatanan internal dimaksud

dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) jenis. Pertama, adalah

tatanan wilayah atau komunitas, yaitu tatanan yang mewujud

sebagai hasil interaksi antara masyarakat dengan sumberdaya dan

kondisi lingkungan geografis setempat. Interaksi yang bersifat unik itu

berkembang sedemikian rupa membentuk kelembagaan masyarakat

(tata organisasi kemasyarakatan dan nilai-nilainya serta pengetahuan

lokal) yang merupakan soft-structure dari komunitas bersangkutan

dalam memelihara keberlangsungan keberadaannya.

Kedua, adalah tatanan fungsional, yaitu tatanan yang tidak berbasis

kepada wilayah tetapi memiliki identitas yang spesifik. Dalam

kehidupan sehari-hari, tatanan ini mewujud sebagai organisasi

kemayarakatan lintas wilayah yang berperan (misi) untuk

menghasilkan berbagai pilihan (choice) bagi masyarakat serta

meningkatkan kemampuan memilih dan menyalurkan aspirasi (voice)

dari masyarakat pada bidang kehidupan tertentu. Umumnya, tatanan

jenis ini mengacu kepada seperangkat nilai yang bersifat spesifik, yang

membuatnya berbeda dengan tatanan lain, walaupun mungkin

memiliki visi dan misi yang sama.

Keragaman sosial budaya dalam tatanan Sulawesi Selatan sangat

tinggi. Sulawesi Selatan pada awalnya mencakup empat etnis besar

yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar serta berbagai sub-etnis

Page 11: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

seperti Duri, Konjo, Bajo dan sebagainya. Dalam perkembangannya,

Sulawesi Selatan mengalami pemekaran wilayah, Kabupaten, Polewali

Mamasa, Mamuju dan Majene yang dominan etnis Mandar

tergabung dalam propinsi baru yakni Sulawesi Barat. Etnis Bugis

dominan berada di Kabupaten pada wilayah Utara Sulawesi Selatan,

sementara etnis Makassar dominan berada di Kabupaten pada

wilayah Selatan Sulawesi Selatan. Etnis Toraja tersebar di Kabupaten

Tana Toraja dan Luwu, etnis Duri di Kabupaten Enrekang.

Gambaran ini menunjukkan keragaman etnis yang tersebar secara

relatif pada keragaman wilayah pula. Di balik keragaman etnis

tersebut, terdapat pula keragaman dalam sistem nilai dan norma

serta adat-istiadat yang spesifik. Masing-masing etnis memiliki bahasa

daerah dan mengembangkan pengetahuan asli sesuai setting

ekologinya. Variasi-variasi ini terkait pula dengan potensi kearifan lokal

yang bisa berkembang dalam tatanan. Selain itu, terkandung pula

potensi berkembangnya interaksi sosial dan komunikasi lintas budaya,

yang dapat mendorong dinamika perubahan secara lebih kreatif

dalam menanggapi spirit zaman.

Bahasa yang umum digunakan adalah Makassar, Bugis, Luwu, Toraja,

Mandar, Duri, Konjo dan Pattae. Sedangkan Agama: Mayoritas

beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja dan sebagian

wilayah lainnya beragama Kristen.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Selatan tahun 2008

mencapai 70,22; Angka Harapan Hidup tahun 2008 sebesar 69,60;

Penduduk miskin 12,31 persen pada tahun 2009 atau berjumlah 963,6

ribu; Tingkat Pengangguran 8,90 persen pada tahun 2009 atau

berjumlah berjumlah 296.559 orang.

B. Kependudukan

Page 12: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Jumlah Penduduk Sampai dengan Juni 2006, jumlah penduduk di

Sulawesi Selatan terdaftar sebanyak 7.520.204 jiwa dengan

pembagian 3.602.000 orang laki-laki dan 3.918.204 orang perempuan.

Pada Tahun 2009, Jumlah Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan

berjumlah berkisar 8 Juta Jiwa.

TABEL

JUMLAH PENDUDUK PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERDASARKAN JENIS KELAMIN

TAHUN 2008-2009

TAHUN 2009 2008

Jumlah Pria (jiwa) 3.836.971 3.763.085

Jumlah Wanita (jiwa) 4.071.548 4.041.939

Total (jiwa) 7.908.519 7.805.024

Pertumbuhan Penduduk (%) 1 1

Kepadatan Penduduk

(jiwa/Km²) 173 171 Sumber Data: Sulawesi Selatan Dalam Angka 2010

2.4. KONDISI PEREKONOMIAN

Dalam upaya mengakomodasi dinamika pembangunan ekonomi

wilayah dalam dua dasawarsa terakhir, Pemerintah Propinsi Sulawesi

Selalan telah menerapkan beberapa program pembangunan strategis,

khususrnya berorientasi kepada pengembangan komoditi unggulan.

Mulai dari Program Perwilayahan Komoditas yang menitik beratkan pada

alokasi ruang pertanian dan Gerakan Ekspor Dua Kali Lipat yang

menitikberatkan pada peningkatan produksi. Kedua program ini telah

memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta

mewujudkan ketahanan ekonomi wilayah yang cukup tangguh.

Hal ini terbukti pada saat perekonomian Indonesia menghadapi

keterpurukan yang berkepanjangan akibat krisis ekonomi, sementara

perekonomian wilayah Sulawesi Selatan dapat pulih dalam waktu yang

tidak terlalu lama.

Menghadapi fenomena pembangunan saat ini, dimana peranan

pemerintah tidak lagi sebagai penggerak pembangunan, telapi hanya

Page 13: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

sebagai fasilitator pembangunan yang diikuti oleh keterbatasan sumber-

sumber dana pemerintah, maka dirasakan program-program

pembangunan terdahulu perlu mendapat penyempurnaan melalui

pendekatan baru. Di samping itu fokus pembangunan saat ini lebih

berorienlasi kepada ekonomi kerakyatan dengan memberdayakan

usaha kecil, mikro dan koperasi,

Menjawab keterbatasan dana pembangunan pemerintah menjadikan

peranan perbankan sebagai sumber dana pembangunan yang utama.

Tetapi disisi lain penyaluran dana kredit yang ditujukan kepada

pengusaha kecil. mikro dan koperasi (UKMK) masih terbatas. Selama ini

Lembaga-lembaga terkait meliputi lembaga produksi, distribusi, industri,

dan perbankan masih berjalan sendiri-sendiri.

Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan 7,78 persen pada tahun 2008 dan

tumbuh sebesar 6,20 persen tahun 2009 atau 7,34 persen (tanpa

nikel);Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I tahun 2010 mencapai 7,77 persen

dan diperkirakan pada Triwulan II mencapai 8,02 persen; PDRB tahun 2009

(ADHK) sebesar Rp 47,31 Triliun dan 99,90 Triliun (ADHB);

Pendapatan Perkapita Rp 12,63 Juta pada tahun 2009.

Pada sektor perekonomian wilayah, lembaga-lembaga yang

mengkhususkan diri di bidang ini menunjukkan kecenderungan

bertumbuh dengan laju yang cukup tinggi. Walaupun, dari sisi identitas

umumnya mirip satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kebanyakan

lembaga dimaksud menyandang identitas sebagai lembaga ekonomi

modern yang memposisikan keuntungan sebagai orientasi utama

dengan seperangkat aturan dan nilai yang cenderung serupa pula.

Keberadaan lembaga ini bukannya, menambah kualitas keragaman,

tetapi justru sebaliknya, karena memarginalkan lembaga tradisional.

Kehadiran lembaga ekonomi modern dalam bentuk Bank dan Koperasi

telah menggeser lembaga tradisional. Demikian pula kehadiran lembaga

pasar modern cenderung meminggirkan eksistensi pasar tradisional.

Kehadiran pasar modern yang mestinya menambah keragaman, justru

Page 14: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

melemahkan entitas yang sudah ada. Kehadiran perusahaan besar

sebagai lembaga ekonomi yang lebih terkonsentrasi pada bidang

otomotif dan konstruksi, kurang mendorong produksi manufaktur dan

agroindustri, juga menjadi fenomena di balik rendahnya keragaman

dalam kelembagaan ekonomi. Lembaga ekonomi dalam perdagangan

komoditas utama seperti Kakao, Beras dan Rumput Laut, belum bergeser

dari sekedar pedagang pengumpul kearah pencipta nilai tambah

melalui industri pengolahan.

Gerbang Emas adalah singkatan dan Gerakan Pembangunan Ekonomi

Masyarakat, yaitu suatu program pembangunan Pemerinlah Propinsi

Sulawesi Selatan dalam bidang ekonomi kerakyatan, khususnya bagi

masyarakat pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara

optimal. Program ini merupakan kelanjutan sekaligus melengkapi

program-program pembangunan terdahulu, dengan tltik berat pada

aspek produksi, pengolahan dan pemasaran dalam satu sistem yang

terintegrasi.

Tujuan yang ingin dicapai melalui gerakan ini adalah

1. Meningkatkan produktifitas, kualitas serta nilai tambah

komoditi melalui pemberdayaan kelembagaan masyarakat lokal.

2. Meningkatkan aksesibilitas petani dan pengusaha kecil dan

menengah ke perbankan dan lembaga keuangan

3. Merangsang tumbuhnya aktifitas agroindustri

4. Meningkatkan peranan pemerintah sebagai fasilitator

pembangunan

Page 15: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Beberapa sektor unggulan Provinsi Sulawesi Selatan

1. Pertanian

Sulawesi selatan merupakan penghasil tanaman panan dikawasan

timur Indonesia. Predikat sebagai lumbun padi nasional mengukuhkan

posisi sulawesi selatan sebagai produsen tanaman pangan yang

cukup potensial. Selain ini padi sebagi komoditasi tanaman pangan

andalan, tanaman pangan lainnya yang dihasilkan sulawesi selatan

adalah jagun, ubi kayu, ubi jalar dan kacang – kacangan.

Produksi padi sul-sel tahun 2004 sebesar 3.229.912 ton yang dipanen

dari area seluas 704.775 ha atau rata-rata 4,58 ton perhektar yang

berarti turun sekitar 1,24 persen dibandingkan dengan tahun 2003,

yang menghasilkan 4.003.078 ton padi dengan luas panen 847.305 ha

dengan rata-rata produksi 4,72 ton per hektar.

Sebagian besar produksi padi di sul-sel dihasilkan oleh jenis padi

sawah. Jenis padi ini menyumbang 99,65 persen dari seluruh produksi

padi atau sebesar 3.218.651 ton sedangkan sisanya dihasilkan oleh

padi lading. Produksi jagung sul-sel pada tahun 2004 sebesar 661.249

ton dengan luas panen 192.456 ha atau menghasilkan rata-rata 3,44

ton / ha. Produktivitas tanaman ini relative naik jika dibangdingkan

dengan tahun 2003 yang berproduksi rata-rata 2,86 ton/ha. Produksi

ubi jalar, ubi kayu dan kacang – kacangan

2. Kehutanan

Hutan di sulawesi selatan pada tahun 2004 seluas 3.264.713 ha yang

antara lain terdiri dari 1.207.301,90 ha hutan lindung, 488.551,00 ha

hutan produksi terbatas, dan 131.041,10 ha hutan produksi biasa.

Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotan dan

dammar). Produksi hutan Sul-Sel pada tahun 2004 yang berupa kayu

sebesar 147.739,24 kubik. Hasil lainnya yakni rotan 6.478,67 pon dan

getah pinus 180.126,000.

Page 16: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

3. Perindustrian

Sektor industri dapat dibedakan atas industri besar, sedang, kecil dan

rumah tangga. Data mengenai industri esar dan besar tersedia setiap

tahun yang di kumpulkan dengan cara sensus lengkap, sedangkan

data industri kecil dan rumah tangga tidak tersedia setiap tahun.

Perusahaan Sulawesi Selatan tahun 2004 tercatat sebanyak 65.906

buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 210.689 orang jumlah

perusahaan ini mengalami penurunan diandingkan dengan tahun

sebelumnya, dimana tercatata 74.212 buah dengan tenaga kerja

209.319.

4. Pertambangan

Jenis bahan tambang atau galian yang banyak terdapat di Sulawesi

Selatan adalah batu gamping sebanyak 3.443.640,95 ton. Jenis

tambang lainnya berupa tanah liat, nikel, pasir, dan marmer.

5. Perikanan

Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 1994 terhadap PDRB

sebesar 7,67 persen, meningkat menjadi 9,20 persen pada tahun 1999.

Sedangkan kontribusi sub sektor perikanan terhadap sektor pertanian

pada tahun 1994 sebesar 19,98 persen dan meningkat menjadi 21,94

persen pada tahun 1999.

Produksi perikanan laut pada tahun 1994 sebesar 394,4 ribu ton dan

pada tahun 1999 meningkat menjadi 429,9 ribu ton dengan rata?rata

perturnbuhan sebesar 4,23 persen. Produksi perikanan mengalami

peningkatan sekitar 4,43 % pertahun yang berhasil dari penangkapan

di laut, dan perairan umum, budidaya tambak, kolam dan mina padi.

Sedangkan perdagangan hasil perikanan ke luar negeri adalah

udang beku, teripang, rumput laut dan telur-telur ikan terbang.

Page 17: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2010,

lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun

triwulan IV-2009 (sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan).

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 8,93%

(yoy), sementara pada triwulan III-2010 sebesar 7,48%, dan pada

triwulan triwulan IV-2009 sebesar 6,53%. Secara tahunan hampir semua

sektor mengalami peningkatan pertumbuhan, sementara

perlambatan pertumbuhan hanya dialami oleh sektor pertanian dan

sektor pertambangan.

Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan IV-2010, masih sejalan dengan

proyeksi inflasi di kisaran 6,39 ± 0,5%, menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi pada triwulan IV-2010 sebesar 6,56% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 sebesar 3,39% (yoy) namun

menurun dibandingkan triwulan III-2010 sebesar 6,58% (yoy).

Sementara itu, dibandingkan inflasi Nasional sebesar 6,96% (yoy)[1],

Inflasi tahunan Sulsel masih tercatat lebih rendah.

Kinerja perbankan Sulsel pada triwulan IV-2010 secara umum

mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan

triwulan III-2010. Hal ini tercermin dari penurunan beberapa indikator

perbankan seperti penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga) dan

penyaluran kredit. Penyebab melambatnya kinerja perbankan

tersebut terutama karena perlambatan pertumbuhan di sisi kredit dan

DPK pada Bank Umum konvensional, sebaliknya kinerja Bank Syariah

dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih menunjukan peningkatan

pertumbuhan pada penghimpunan DPK maupun penyaluran kredit.

Sejalan dengan itu, kinerja intermediasi perbankan yang dicerminkan

oleh nilai LDR (Loan to Deposit Ratio) secara keseluruhan mengalami

perlambatan pertumbuhan, terutama karena pertumbuhan DPK

melebihi pertumbuhan kredit. Sedangkan NPLs (Non Performing Loans)

pada triwulan laporan secara gross adalah sebesar 2,94%, masih

berada dibawah batas aman 5,00%.

Page 18: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2.5. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Di wilayah Sulawesi Selatan terdapat 65 sungai yang mengalir dari

dataran tinggi. Di wilayah Luwu terdapat 25 aliran sungai. Kabupaten

Tana Toraja, Enrekang, dan Pinrang dialiri oleh sungai terpanjang yakni

sungai Saddang (150 km). Sungai WalanaE- CendranaE mengalir di

kawasan Bone, Soppeng dan Wajo, di Kawasan Gowa dan Makassar

mengalir sungai Jeneberang. Sedangkan untuk danau, yakni danau

Tempe dan Sidenreng terdapat di Kabupaten Wajo dan sekitarnya,

sementara di wilayah Luwu terdapat danau Matana dan Towuti.

Secara alamiah, wilayah Sulawesi Selatan terdiri atas beberapa Daerah

Aliran Sungai (DAS), tepatnya 53 DAS yang pengelolaannya

dikelompokkan ke dalam 4 (empat) Wilayah Pengelolaan DAS, yaitu WP-

DAS Jeneberang, Bila-WalannaE, Saddang, dan Rongkong. Wilayah

Sulawesi Selatan dibagi habis oleh WP-DAS tersebut. Pada kawasan

pesisir, termasuk perairan yang ada dihadapannya, masih

mendapatkan pengaruh dari DAS yang berada di hilirnya. Dengan kata

lain, keberadaan DASDAS ini membuat adanya keterkaitan ekologis

yang sangat erat di antara kawasan dan daerah Kabupaten/Kota yang

ada di Sulawesi Selatan.

WP DAS Jeneberang meliputi wilayah 8 (delapan) kabupaten di bagian

selatan Sulawesi Selatan, termasuk kota Makassar, mencakup wilayah

seluas 825.607 Ha dan kawasan hutan seluas 204.427 Ha. Sekitar 38

persen kawasan hutan di wilayah ini (77.092 ha) merupakan lahan kritis.

Dampaknya terlihat pada meningkatnya kerentanan wilayah terhadap

banjir dan longsor. Dampak ini mengakibatkan longsor dalam skala besar

yang terjadi di hulu DAS Jenebereng pada tahun 2006. Kejadian ini

memengaruhi kualitas air baku bendungan Bili-Bili yang memasok

kebutuhan air baku bagi penduduk kota Makassar dan sekitarnya.

WP DAS Bila-WalannaE mencakup empat kabupaten di bagian tengah

Sulawesi Selatan, yaitu kabupaten Sidrap, Wajo, Soppeng dan Bone. Luas

lahan kritis di wilayah ini pada tahun 2007 adalah 115.696 ha. Penurunan

Page 19: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

fungsi lindung kawasan ini telah berlangsung lama dan intensitasnya

semakin tinggi dengan dampak langsung yang terjadi adalah semakin

mendangkalnya danau Tempe. Akibat pendangkalan tersebut danau

Tempe tidak mampu lagi menampung air dari sungai CenranaE

sehingga diteruskan ke sungai Walannae yang mengakibatkan banjir

setiap tahun di sepanjang sungai di Wajo dan Bone. Selain itu, terjadi

juga banjir setiap tahun di sekeliling danau Tempe yang

menenggelamkan sejumlah kecamatan di kabupaten Soppeng, Sidrap

dan Wajo.

WP DAS Saddang terletak di sebelah Utara DAS BilaWalannaE mencakup

5 (lima) kabupaten yaitu Tanatoraja, Enrekang, Sidrap, Pinrang, dan kota

Parepare. Sekitar 47,6% lahan kritis Sulawesi Selatan (176.084 ha) terdapat

di kawasan hutan wilayah ini. Padahal, dua bendungan besar yang

memasok sebahagian besar kebutuhan listrik dan mengairi sawah sentra

produksi Sulawesi Selatan, yaitu bendungan Benteng dan bendungan

Bakaru, bergantung pada DAS ini. Dampak dari kondisi DAS yang

memburuk itu menimbulkan gangguan serius terhadap kinerja PLTA

Bakaru yang pada beberapa tahun yang lalu sempat mengganggu

pasokan listrik bagi seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

WP DAS Rongkong meliputi wilayah di 4 (empat) kabupaten di wilayah

Utara Sulawesi Selatan, yaitu Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu dan kota

Palopo. Tekanan terhadap DAS ini semakin besar dalam dua dekade

terakhir ini setelah pembukaan lahan untuk perkebunan Kakao dan

Cengkeh dilakukan secara besar-besaran dan setelah pembangunan

infrastruktur transpotasi dilakukan secara intensif. Akibatnya, terjadi banjir

setiap tahun yang sebelumnya tidak ada.

2.6. STRUKTUR TATA RUANG DAN WILAYAH

Struktur tata ruang Propinsi Sulawesi Selatan menentukan kualitas

interkoneksi antar daerah dan antarkawasan, sekaligus merupakan suatu

komunitas yang utuh yang memungkinkan Sulsel berartikulasi secara

Page 20: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

optimal terhadap dinamika lingkungan eksternalnya. Struktur dimaksud

terdiri atas jaringan transportasi, jaringan irigasi dan air baku, jaringan

energi (listrik), serta jaringan telekomunikasi.

Sulawesi Selatan sangat diharapkan akan menjadi acuan dalam

pembangunan di Wilayah Timur Indonesia, yang membuka jalan baik

untuk pembangunan wilayah maupun ruang. Pengembangan

sumberdaya di Propinsi Sulawesi Selatan didasarkan pada berbagai isu

yang perlu ditangani secara terpadu berdasarkan potensi dan kondisi

wilayah yang didasarkan pada sumberdaya alam perlu lebih

dipromosikan demi perluasan ekonomi, peningkatan pendapatan

penduduk, dan pengentasan kemiskinan.

Potensi wilayah Sulawesi Selatan yang terletak di Jalur Pembangunan

Sumberdaya di Kawasan Timur Indonesia, antara Kalimantan dan Papua

membuka peluang Sulawesi Selatan agar dapat memainkan perannya

secara maksimal sebagai pusat pemasok sumberdaya dan berfungsi

sebagai pusat pengolahan dan perdagangan untuk industri-industri

berbasis sumberdaya.

Tata Ruang Wilayah Sulawesi Selatan mengharuskan terciptanya

pengelolaan kawasan lindung yang mantap sehingga fungsi lindungnya

dapat optimal. Adanya arahan pengelolaan dan pengembangan

kawasan budi daya yang dapat mengakomodasi kebutuhan

pengembangan seluruh sektor pembangunan yang potensial secara

optimal dalam beberapa kawasan andalan.

Terciptanya sistem pusat pemukiman di setiap kawasan andalan yang

berfungsi sebagai pusat pelayanan daerah hinterlandnya. Terciptanya

sistem prasarana wilayah terpadu yang dapat mendukung

pengembangan sektor ekonomi dan sosial masyarakat. Tersedianya

kebijaksanaan pembangunan yang menyangkut tata guna tanah,tata

guna air,dan tata guna sumber daya alam serta kebijaksanaan

penunjang pemanfaatan ruang lainnya.

Page 21: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2.7. KONDISI INFRASTRUKTUR

Senyatanya, tatanan merupakan perwujudan dari interkoneksitas.

Dengan demikian, Sulawesi Selatan semestinya dilihat sebagai

perwujudan dari berbagai ragam interkoneksitas, mulai dari yang berupa

fisik ekologis yang umumnya bersifat terberi (given), interkoneksitas

buatan (interkoneksitas teknologis), berupa jaringan prasarana wilayah

seperti jalan, irigasi, energi dan telekomunikasi, yang kemudian memicu

atau mendukung mewujudnya interkoneksitas sosial, baik yang berbasis

ekonomi maupun yang berbasis budaya.

1. Jaringan Transportasi

Pada saat ini, seluruh ibu kota kabupaten telah saling terhubung

melalui jalan raya yang pada umumnya memiliki kualitas yang cukup

baik, walaupun kapasitasnya mulai di rasakan tidak mencukupi untuk

mendukung pertumbuhan arus barang dan penumpang, khususnya

poros MakassarParepare. Ini membuat waktu jelajah (traveling time)

dan fluktuasinya meningkat, khususnya pada musim hujan di mana

banyak ruas jalan yang mengalami kerusakan atau tergenang banjir,

pada musim liburan dan panen akibat meningkatkan arus

penumpang dan barang.

2. Jaringan Energi

Jaringan interkoneksitas energi di Sulawesi Selatan telah dapat dilihat

sebagai suatu entitas yang utuh, karena telah memiliki jaringan listrik,

grid PLN 20 KV, yang mencakup hampir seluruh wilayahnya,

termasuk daerah-daerah terpencil dan pulau Selayar. Sebagian

wilayah Luwu Timur memang belum termasuk ke dalam jaringan itu,

tetapi kebutuhan listriknya dapat terpenuhi oleh pasokan dari PT.

INCO.

Page 22: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

3. Jaringan Irigasi dan Air BAku

Jaringan Irigasi Sulawesi Selatan yang mencakup 4 (empat) Satuan

Wilayah Sungai (SWS) dengan panjang sungai 1922,70 km dan

mengairi 207.928 Ha sawah dengan jaringan primer sepanjang 521,86

km dan sekunder 1.823,97 km.

Sebagian besar jaringan ini berada di bawah pengelolaan

pemerintah pusat, yaitu sepanjang 371,34 km dan 1.617,16 km

masing-masing unntuk jaringan primer dan jaringan sekunder yang

mampu mengairi areal sawah seluas 171,74 Ha. Sisanya, yaitu 124,56

km untuk jaringan primer dan 184,52 km untuk jaringan sekunder,

dikelola oleh pemerintah provinsi, dengan luas cakupan area 31.168

Ha.

Di antara jaringan irigasi yang disebutkan di atas terdapat jaringan

primer sepanjang 25,96 km dan jaringan sekunder sepanjang 21,61

km yang bersifat lintas Kabupaten/Kota yang berada di bawah

kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi, dengan kapasitas

5.016 Ha.

Page 23: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

BAGIAN III

HASIL PENINJAUAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN

RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011

TANGGAL 21-23 DESEMBER 2010

3.1. SEKTOR PEKERJAAN UMUM

Pada Tahun Anggaran 2009 Provinsi Sulawesi Selatan mendapatkan

alokasi dana ABPN untuk bidang Ke-PU-an sebesar Rp 2,053.33 Milyar

termasuk dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 395.87 Milyar.

Besaran alokasi dana pelaksanaan kegiatan Kementerian Pekerjaan

Umum untuk Provinsi Sulawesi Selatan TA 2009 bersumber dari APBN

adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Air Sebesar Rp 218.36 Milyar

2. Bina Marga sebesar Rp 710.00 Milyar

3. Cipta Karya sebesar Rp 300.56 Milyar

4. Penataan Ruang sebesar Rp 2.85 Milyar

Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum di Provinsi Sulawesi Selatan

pada Tahun Anggaran 2010 adalah sebesar Rp 1,754.01 Milyar yang

terdiri dari dana yang bersumber dari APBN Rp 1,535.65 Milyar dan

Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 218.36 Milyar.

Besaran alokasi dana pelaksanaan kegiatan Kementerian Pekerjaan

Umum untuk Provinsi Kalimatan Tengah TA 2010 bersumber dari APBN

adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Air Sebesar Rp 486.15 Milyar

2. Bina Marga sebesar Rp 755.53 Milyar

3. Cipta Karya sebesar Rp 288.83 Milyar

4. Penataan Ruang sebesar Rp 5.15 Milyar

Page 24: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Pada APBN Tahun 2010 tingkat daya serap fisik kegiatan di Provinsi

Sulawesi Selatan sangat beragam, dengan daya serap tertinggi

dilakukan dalam bidang keciptakaryaan yaitu sebesar 100%. Namun

demikian sangat disayangkan dalam bidang bina marga dan sumber

daya air, tingkat daya serap fisik tergolong rendah, yaitu sebesar 63,24

% untuk sektor Bina Marga dan 85,14% untuk Sumber Daya Air.

Rendahnya daya serap fisik tersebut diakibatkan oleh adanya revisi

desain dan realokasi anggaran yang tidak mencukupi sesuai

kebutuhan pendanaan.

Untuk sektor Bina Marga secara umum besaran dan alokasi pada

APBN TA. 2010 Provinsi Sulawesi Selatan yang share dengan APBD

khususnya pembangunan jalan & jembatan terkait masalah

pembebasan lahan sebesar Rp. 378,18 Milyar diantaranya adalah

untuk Program Lintas Barat sumber dana APBN Murni sepanjang 118

KM untuk pembangunan jalan dan 742 Meter untuk Pembangunan

Jembatan.

TABEL

ALOKASI DANA APBN UNTUK SEKTOR PEKERJAAN UMUM

TAHUN ANGGARAN 2005-2010

PROGRAM TA 2005 TA 2006 TA 2007 TA 2008 TA 2009 TA 2010

APBN 476.53 893.87 1,081.90 1,514.19 1,657.46 1,535.65

DAK 133.62 275.79 321.73 413.45 395.87 218.36

TOTAL 610.15 1,169.66 1,403.63 1,927.64 2,053.33 1,754.01

Ket: Dalam Milyar Rupiah

3.1.1. SUBSEKTOR SUMBER DAYA AIR

A. Umum

Sumber daya air meliputi air permukaan dan air bawah tanah.

Oleh karena itu sumber daya air yang terdapat dalam suatu

wilayah adalah pada setiap wilayah sungai dan cekungan air

tanah. Wilayah Sungai (WS) telah ditetapkan secara nasional

Page 25: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

berdasarkan Peraturan Menteri PU No.11A/PRT/M/2006, sementara

cekungan air tanah masih perlu diidentifikasi melalui kajian yang

seksama.

Konservasi sumber daya air menyangkut upaya untuk menjaga

kuantitas dan kualitas air, yang sangat terkait dengan upaya

pelestarian lingkungan berupa menjaga dan/atau meningkatkan

kualitas kawasan lindung dan mengendalikan/membatasi

kegiatan di kawasan budidaya yang dapat menurunkan kuantitas

dan kualitas air.

Pendayagunaan sumber daya air meliputi: irigasi/pengairan untuk

kepentingan kegiatan pertanian, penyediaan air untuk kebutuhan

air bersih yang mendukung permukiman penduduk dan berbagai

kegiatan lainnya seperti industri dalam wilayah, kebutuhan khusus

lainnya seperti pembangkit tenaga listrik, penggelontoran saluran

pada kawasan perkotaan, air tawar untuk tambak, dan

sebagainya. Sementara pengendalian daya rusak air terkait

dengan upaya mengantisipasi bencana yang disebabkan oleh air,

terutama berbentuk banjir.

Dengan demikian pengembangan prasarana sumber daya air

dalam rangka pengembangan praasrana sumber daya air di

wilayah Republik Indonesia, maka program utama Direktorat

Sumber Daya Air terdiri dari 4 (empat), yaitu:

1. Program pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai,

danau dan sumber air

2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,

Rawa, dan Jaringan pengairan Lainnya.

3. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.

4. Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai.

Adapun kondisi prasarana sumber daya air di Provinsi Sulewesi Selatan

adalah sebagai berikut:

Page 26: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

TABEL

KONDISI PRASARANA SUMBER DAYA AIR

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

NO Kab/Kota Luas

(Ha)

Kondisi

Baik Rusak

Ringan

Rusak

Berat

1 Daerah Irigasi Nasional 374.464 338.820 20.640 15.004

2 Daerah Irigasi Rawa Nas. 1.800 - - -

3 Daerah Irigasi Provinsi 61.504 31.963 17.846 11.695

4 Daerah Rawa Provinsi 24.152 13.283 3.623 7.246

5 Daerah Irigasi Kab/Kota 859.220 182.197

24.42

6 36.639

6 Daerah Rawa Kab/Kota 15,501 7,750 3,099 4,652

B. Anggaran

Pada sub sektor Sumber Daya Air, besaran anggaran yang diterima

untuk provinsi Sulawesi Selatan mengalami fluktuatif setiap tahunnya

dan cenderung menurun. Pada tahun 2007 besaran anggaran

yang diterima oleh provinsi ini adalah sebesar Rp 513.62 Milyar,

sedangkan pada Tahun berikutnya mengalami peningkatan

sebesar 17,65% atau mengalami penambahan sebesar Rp 90,66

Milyar.

Peningkatan anggaran pada Tahun 2008 yang dialokasikan untuk

Subsektor Sumber Daya Air mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya, yaitu hanya sebesar 6,58% atau sebesar Rp 39,77

Milyar. Pada Tahun 2010 dan Tahun 2011, alokasi anggaran

mengalami penurunan, pada Tahun 2010 anggaran yang diterima

adalah sebesar Rp 486.15 Milyar dan direncanakan pada Tahun

2011 (Sesuai dengan Renja-KL), alokasi anggaran di provinsi

Sulawesi Selatan pada Sub Bidang Sumber Daya Air akan

mengalami penurunan kembali sebesar 1,6 % dibanding dengan

Tahun 2010, atau hanya memperoleh anggaran sebesar Rp 478.31

Page 27: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Milyar. Untuk lebih jelasnya besaran anggaran yang diterima Provinsi

Sulawesi Selatan mulai dari Tahun 2007 hingga Tahun 2011

berdasarkan sumber anggarannya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL

BESARAN ANGGARAN SUBSEKTOR SUMBER DAYA AIR

TAHUN 2007-2011

TAHUN RP-MURNI PLN TOTAL

2007 177.22 336.40 513.62

2008 315.01 289.27 604.28

2009 279.40 364.65 644.05

2010 282.69 203.46 486.15

2011 (sesuai Renja-KL) 478.31 - 478.31 Keterangan: Dalam Miliyar Rupiah

Alokasi anggaran sub sektor sumber daya air di Provins Sulewesi

Selatan yang bersumber dari PHLN terbagi atas beberapa kegiatan.

Kegiatan yang memperoleh anggaran dari PHLN diantaranya

adalah Program Pengembangan, Pengelolaan, Dan Konservasi

Sungai, Danau Dan Sumber Air Lainnya dan Program

Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irgasi, Rawa, Dan

Jaringan Pengairan Lainnya.

Biaya yang dialokasikan pada APBN tahun 2010 sebanyak Rp 450,87

milyar, dikelola oleh Balai Besar WS Pompengan Jeneberang dan

SNVT WS Pompengan Jeneberang. Sedang yang dikelolah oleh

Dinas PSDA Provins di Sulawesi Selatan sebanyak Rp. 64,92 milyar.

Alokasi terbesar didominasi pembiayaan pada program

pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan

sumber air lainnya dengan kegiatan terutama adalah

pengendalian sedimen Gunung Bawakaraeng dan pembiayaan

pada program pengembangan, pengelolaan jaringan irigasi, rawa

dan jaringan pengairan lannya. Sumber pembiayaan pada

program konservasi adalah pinjaman luar negeri sebanyak Rp. 147,

10 milyar dan APBD provinsi sebanyak Rp. 13,02 milyar. Dan pada

program pengembangan jaringan irigasi dengan dana sebanyak

Page 28: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Rp. 116,66 sebagian dibiaya dengan pinjaman luar negeri dan

sebagian dari rupiah murni sedangkan APBD provinsi sebanyak Rp.

33,73 milyar.

TABEL

ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR SUMBER DAYA AIR

PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN ANGGARAN 2010 SUMBER PHLN

NO PROGRAM / KEGIATAN / SUB

KEGIATAN

BELANJA

BARANG

BELANJA

MODAL JUMLAH

04.04.01 Program Pengembangan,

Pengelolaan, Dan Konservasi

Sungai, Danau Dan Sumber Air

Lainnya

2.635.207 240.000 2.875.207

04.04.03 Program Pengembangan Dan

Pengelolaan Jaringan Irgasi,

Rawa, Dan Jaringan Pengairan

Lainnya

1.186.062 19.402.043 20.588.105

4464 Peningkatan Pengelolaan Irigasi

Partisipatif (Wismp)

150.000 600.000 750.000

4465 Peningkatan Pengelolaan Irigasi

Partisipatif (Pisp)

1.036.062 18.802.043 19.838.105

Total Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Provinsi Sulawesi Selatan

3.821.269 19.642.043 23.463.312

Keterangan: Dalam ribuan rupiah

Tujuan pembangunan pengendali sedimen Gunung Bawakaraeng

adalah untuk meminimalisir kekeruhan air sungai Jeneberang

sebagai sumber air baku untuk air domestik, industri dan perkotaan

dan sumber air baku untuk irigasi. Target pembangunan sebanyak

8 unit sabo dam dan 4 unit bangunan penahan sedimen yang

berfungsi sebagai bangunan pelintasan di sungai, dan 1 unit giant

sabo dam, pengerukan sedimen di dalam waduk, yang

seluruhnya berada di sepanjang aliran sungai Jeneberang.

Realisasi sampai dengan tahun anggaran 2010 sudah mencapai

dalah sabo dam 8 unit dan 4 unit bangunan pengendali sedimen.

Kemudian program prioritas yang telah dilaksanakan dengan

pembiayaan APBN/PHLN tahun anggaran 2010 dan yang akan

dilaksanakan pada tahun anggaran 2011 diantaranya adalah:

Page 29: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

a. Program Pengembangan, pengelolaan dan konservasi

sungai, danau, dan sumber air lainnya adalah sebagai

berikut :

1). Pembangunan sabo dam di sungai Jeneberang untuk

melindungi waduk Bili-bili dan sabo dam sungai Tinco

untuk melindungi waduk Ponre-ponre

2) Pembangunan bendung gerak di Sungai Cenranae yaitu

bendung gerak Danau Tempe.untuk mempertahankan

muka air di Danau Tempe

3). Pembangunan bendungan di sungai Gilireng, yaitu

pembangunan bendungan Paselloreng di Kabupaten

Wajo.

4). Pembangunan bendungan di sungai Kelara-Karalloe,

yaitu pembangunan bendungan Kelara-Karalloe di

Kabupaten Jeneponto, dan Gowa.

5). Pembangunan tampungan air di wilayah Mamminasata,

yaitu pembangunan bendungan Pamukulu di

Kabupaten Takalar dan pembangunan bendungan

Bontosunggu di Kabupaten Maros.

6). Pembangunan tampungan air di sungai Walanae, yaitu

pembangunan bendungan Walimpong di Kabupaten

Soppeng, dan Bone.

7). Pembangunan bendungan di Sungai Saddang, yaitu

pembangunan bendungan Buntu batu di Kabupaten

Enrekang.

8). Pembangunan waduk tunggu di sungai Tallo, yaitu

pembangunan waduk tunggu Nipa-nipa di Kotamadya

Makassar dan Kabupaten Gowa

9). Pembangunan dan normalisasi di sungai Tallo, yaitu

pembangunan dan pengembangan sungai Tallo di

Kotamadya Makassar.

Page 30: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

10).Pembangunan embung 10 unit per tahun di setiap

kabupaten

b. Program pengembangan, pengelolaan jaringan irigasi, rawa

dan jaringan pengairan lainnya.

1). Rehabilitasi Daerah Irigasi (DI) Sadang, DI Kalaena, DI

Balease, DI Langkeme, DI Bila Kalola, DI Bila.

2). Pembangunan DI Gilireng, DI Matajang, DI Bayang-

bayang, DI Bajo Makawa, DI Malangke

3). Pembangunan bendungan Torere dan DI Torere

4). Pembangunan bendungan rongkonb dan DI Rongkong

5). Pembangunan Daerah Irigasi bantaran Danau Tempe di

Kabupaten Wajo, Soppeng, Sidrap dan Kabupaten Bone

c. Program pengembangan dan pengelolaan air baku

1) Pembangunan air baku Kota Enrekang dan sekitarnya

2) Pembangunan air baku kota Makale dan sekitarnya

3) Pembangunan air baku kota Rantepao dan sekitarnya

C. Objek Yang Dikunjungi

C.1. Revitalisasi Pantai Losari

Sulawesi selatan memiliki panjang pantai berkisar 79.000 km

terbentang dari Kabupaten Pinrang sebelah barat sampai dengan

Kabupaten Luwu Timur di Bagian Timur, itu belum termasuk panjang

pantau pulau-pulau terkecil seperti Pulau Selayar, Pulau Baranglompo,

pulau Jampea dan lain-lain.

Kementerian Pekerjaan Umum telah melakukan SID/DD Pantai dan

melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pantai di

Sulawesi Selatan sejak Tahun 2002 sampai dengan 2008, tersebar pada

7 (Tujuh) Kabupaten, dengan Kegiatan meliputi:

- SID sepanjang 90 Km

Page 31: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Pembangunan fisik (Tembok Laut/ Revetmen) sepanjang 7,072 Km;

dan

- OP Bangunan Pantai dengan panjang 1,00 Km

Pantai Losari yang terletak di Kota Makasar dengan panjang 950m

menghadap Barat, merupakan ikon pemeritah Kota Makassar dan

merupakan tempat rekreasi. Pengembangan pantai Losari dengan

melakukan Revitalisasi ini dilakukan untuk mengamankan Pantai Losari

sebagai ruang publik dari abrasi yang disebabkan oleh kekuatan

gelombang laut dengan perkuatan dinding sheet Pile dan Balok yang

dihubungkan ke tiang pancang sebagai konstruksi pelindung/ angker.

Konsep pengembangan Pantai Losari Kota Makasar berawal dari

desin ide yang dimunculkan pada tahun 1982, kemudian dilakukan

desian awal oleh Tim Jurusan Arsitektur UNHAS pada Tahun 1994, lalu

Tahun 2000 dibentuk tim 17 untuk mengaplikasikan rencana Revitalisasi

Pantai Losari yang terletak di Kota Makasar.

Penentuan desain dilakukan melalui sayembara Nasional desain

Revitalisasi Pantai Losari Kota Makasar dan Tahun 2001 Detail

Engineering (DED) selesai dilaksanakan oleh pemenang sayembara.

Pemancangan pertama dimulai pada tanggal 9 November 2004,

pada pekerjaan Struktur Pelataran Bahari (Section B) dan Tahap I

Struktur Pelataran Bugis Makassar (Section C) telah selesai dibangun

oleh kementerian Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2007.

Keberlanjutan pembangunan tahap II section C (Pelataran Bugis

Makassar) dan pekerjaan pembuatan struktur Pelataran Mandar

Toraja (Section A) dan Pelataran Metro Tanjung Bunga (Section D),

yang meliputi; Pengadaan Sheet Pile Cap, Pembuatan Balok Beton

Pengikat dan Plat Cantilever, Pekerjaan tersebut telah mencapai

progress 46,73% per 31 Maret 2009.

Page 32: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

MANFAAT PEKERJAAN

Pembangunan Revitalisasi Pantai Losari

Kota Makassar akan mengamankan

400 Ha permukiman dan menciptakan

ruang baru seluas 11 Ha, dengan

eperuntukan ruang 30% sebagai Parkir

dan pelebaran jalan, 30% sebagai

taman kota dan 40% sebagai

pedestiran, Pelataran serta fasilitas penunjang.

SUMBER DANA

1. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebesar Rp 24,287 Milyar

(DIPA 2005-2007)

2. Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp 40,00 Milyar (DIPA BBWS

Pompengan Jeneberang TA 2008-2009)

C.2. Pembangunan Center Point Of Indonesia Di LOSARI

Center Point of Indonesia (CPI), yang terletak di sekitar pantai losari dan

Tanjung Bunga telah diawali dengan reklamasi total Pantai Losari, yang

sudah dimulai sejak Maret lalu. Nantinya, di kawasan dengan luas total

600 hektar itu akan terdapat bangunan bangunan menjulang tinggi,

pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan hiburan, hotel hotel kelas

dunia yang dilengkapi dengan lapangan golf dengan view ke laut

lepas dan pemandangan menakjubkan ke pulau pulau di Teluk

Makassar.

Center point diperlukan, dalam rangka pengembangan Indonesia

bagian Timur dengan tujuan utama:

1. Ikut membangun peradaban Indonesia

2. Mewujudkan Makassar sebagai pusat peradaban nusantara

3. Menjadi pemicu kebangkitan “indonesia Baru”

Page 33: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

4. Mewujudkan pusat edukasi sejarah nusantara bagi generasi

sekarang dan yang akan datang

5. Mengembalikan Makassar sebagai “kota dunia”

6. Mengembangkan kawasan “kota baru” berstandar global

7. Mewujudkan kota hijau terbaik di Indonesia

8. ICON baru Indonesia

9. Mewujudkan YY No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, UU

no 27 Tahun 2007 tentang tata ruang pesisir dan perda no 6

Tahun 2006 tentang rencana tata ruang wilayah makassar.

Di kawasan ini direncanakan akan dibangun Istana Presiden, yang

berdiri di atas laut. Di kawasan CPI juga akan dibangun Masjid

Termegah di Asia, sekelas Taj Mahal di India. Ada juga The Makassar

Notradamus, yaitu taman 1000 patung Pahlawan Indonesia. Masih di

lokasi yang sama, Makassar juga akan membangun Public Space atau

area publik terluas di Dunia. Di lapangan nan luas ini, akan terdapat

banyak kawasan hijau, tempat bermain, taman bunga, tempat

beristrahat, dan tentunya pantai buatan. Di sekitar kawasan ini juga

akan terdapat Waterfront dan Marinas.

Center Point Of Indonesia akan dilengkapi dengan dua jalan layang

selebar masing masing 40 meter, waterway, monorail dan busway.

Monorail di CPI akan menghubungkan kawasan megah ini ke Pusat

Kota Makassar, hingga ke Bandara International Sultan Hasanuddin.

Di lokasi ini direncanakan akan dilengkapi dengan sebuah menara

yang menyerupai Oriental Pearl Tower di Shanghai. Menara setinggi

300 meter itu akan difasilitasi dengan dek anjungan berputar. Menara

itu akan dibangun tepat di tengah tengah proyek CPI. Selain itu,

Center Point of Indonesia akan memanjakan pengunjung karena

sudah terintegrasi dengan Trans Studio Indoor Theme Park, karena akan

dilewati oleh jalur Monorail. Nantinya beberapa pantai dan pulau

pulau buatan di CPI juga akan dihubungkan dengan kereta gantung

(Gondola) terpanjang di Asia.

Page 34: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Dinamakan Center Point of Indonesia karena letak Makassar secara

geografis terletak tepat di tengah tengah Indonesia. Jika di ukur dari

Ujung Sumatera yang jaraknya 2500 Kilometer dan dari Ujung Papua

sepanjang 2300 Kilometer, maka Makassar adalah daratan terdekat

dari titik pusat Indonesia, yang terletak di antara Laut Jawa dan Selat

Makassar.

Rencananya tahap awal pembangunan CPI, akan selesai pada tahun

2012. Jika proyek ini selesai, maka Makassar akan melesat menjadi kota

metropolitan modern dan terbesar kedua di Indonesia, melampaui

Surabaya. Obsesi itu jugalah yang membuat Makassar bertekat untuk

menjadi kota dunia di tahun 2030.

Tahapan pembangunan Center Point Of Indonesia dari Tahun 2008

sampai Tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. Ide Dasar dan visi perencanaan (Tahun 2008)

2. Pekerjaan Perencanaan: Feasibility study, Master Plan dan DED.

(Tahun 2008-2011)

3. Pekerjaan Amdal dan Sosialisasi (Tahun 2008-2009)

4. Pekerjaan Marketing Investasi (Tahun 2008-2012)

5. Pekerjaan Perijinan dan Regulasi (Tahun 2008-2010)

6. Pekerjaan Infrastruktur Dasar dan Konstruksi dasar (oleh

Pemerintah) yang dilaksanakan mulai Tahun 2008 sampai Tahun

2012.

7. Pekerjaan Infrastruktur lanjutan dan konstruksi lanjutan (Investasi)

yang dilaksanakan mulai Tahun 2009 sampai Tahun 2012.

Total Anggaran yang dibutuhkan dalam membangun center point

of indonesia adalah sebesar RP 907 Milyar yang sumber dananya

dapat dilihat pada Tabel berikut:

Page 35: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

TABEL

RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN

CENTER POINT OF INDONESIA

TAHUN 2008-2012

URAIAN PEKERJAAN BIAYA SUMBER DANA

1. Struktur Pemprov

1.1 Sheet Pile 134.062.500.000,-

1.2 Tiang Pancang 4.500.000.000,-

1.3 Inland Cost 200.000.000,-

1.4 Balok Beton 7.171.875.000,-

1.5 Plat Beton 4.250.000,-

1.6 Talud 827.577.000,-

2. Penimbunan Darat 21.230.953.229,- Tarkim

3. Penimbunan di Laut 291.192.719.778,- PSDA

4. Street 57.062.520.000,- Praswil

5. Jembatan 30.000.000.000,- Praswil

6. Drainase 3.600.000.000,- Pemkot Makasar

7. STP 3.000.000.000,- Pemkot Makasar

8. Landscape 2.300.000.000,- Pemkot Makasar

9. Land Accuisition 30.000.000.000,- Pemkot Makasar

10. Museum 1000 Indonesia Heros 21.553.650.000,- Swasta

11. Masjid Indonesia

Rohimakumullah

14.112.000.000,- Swasta

12. Menara dari Timur Indonesia

Bangkit 183 m

221.697.000.000,- Swasta

TOTAL Rp 907 Milyar

D. Permasalahan

Dalam kunjungan kerja komisi V DPR RI ke Provinsi Sulawesi Selatan,

ditemukan beberapa permasalahan terkait dengan sub sektor Sumber

Daya Air, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Kinerja pelayanan jaringan irigasi yang belum optimal, dimana dari

7,2 juta ha luas daerah irigasi yang telah dibangun diperkirakan

masih sekitar 1,34 juta ha daerah irigasi yang belum dapat

berfungsi secara optimal karena adanya kerusakan jaringan irigasi

yang antara lain diakibatkan oleh umur konstruksi, bencana alam,

kurangnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dan masih

rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam

pengelolaan jaringan irigasi

Page 36: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Kinerja pelayanan jaringan reklamasi rawa belum optimal, dimana

dari 33,4 juta ha lahan rawa yang merupakan lahan rawa pasang

surut dan rawa lebak termasuk lahan rawa bergambut, sampai

saat ini hanya sekitar 1,8 juta ha jaringan reklamasi rawa yang telah

dikembangkan Pemerintah. Perubahan garis pantai akan

menimbulkan masalah dalam kaitannya dengan perlindungan

sarana dan prasarana sepanjang pantai dan batas wilayah

Negara

- Pengendalian Banjir Kota Makassar, Sungai Saddang, Sungai Maos

& Sungai Rongkong dan Pengendalian Sedimen Bawakaraeng:

Mengembalikan fungsi seluruh infrastruktur SDA yang mengalami

kerusakan karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor,

tsunami, dan gempa bumi

- Prasarana Konservasi Sumber Daya Air: Kondisi air di musim

kemarau semakin kecil, sementara terjadi bencana banjir di musim

hujan; dan Diperlukan pembangunan tampungan air untuk

penyediaan air di musim kemarau dalam rangka menyediakan air

baku untuk perkotaan, perdesaan, dan industri serta pengendalian

banjir di musim hujan

- Prasarana Pengendalian Banjir: Sungai di Sulsel saat ini masih 70%

yang belum dilengkapi dengan prasarana pengendalian banjir

dan saat ini mengalami kerusakan.

- Pengembangan Daerah Rawa dan Pantai: Pengembangan

daerah rawa masih diperlukan untuk peningkatan produksi

perikanan maupun pertanian. Kemudian pengendalian dan

penanganan erosi pantai yang menimbulkan kerusakan pada

prasarana wilayah maupun perkotaan.

- Jaringan Irigasi: Luas Jaringan Irigasi : 647.894 Ha terdiri atas Irigasi

Teknis : 374.464 Ha, Semi Teknis : 61.504 Ha, Sederhana : 211.626 Ha,.

(sumber data Kepmen Pu No. 390/2007) Tingkat pelayanan irigasi

teknis dan semi teknis tinggal 60% sehingga diperlukan adanya

Page 37: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

rehabilitas; Masih banyak areal persawahan yg belum terlayani

jaringan irigasi.

- Penyediaan Jaringan Air Baku: Diperlukan adanya rehabilitasi dan

pemeliharaan jaringan air baku yang sudah ada, Pengembangan

jaringan air baku diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan air

minum sesuai target MDGs 2015.

- Terjadi alih fungsi lahan beririgasi teknis: Hanya ada sekitar 30.000

ha yang penyediaan airnya dijamin melalui waduk, selebihnya

sangat rentan terhadap kekeringan, Luas lahan pertanian yang

gagal panen akibat banjir mencapai sekitar 25.000 Ha per tahun

(Sul – Sel )

- Kinerja jaringan irigasi senantiasa mengalami penurunan akibat

kebutuhan dana OP jaringan irigasi hanya dapat terpenuhi sekitar

50% - 60% dari AKNOP.

- Rata-rata ketersediaan air permukaan (utamanya dari sungai) di

Sulawesi Selatan 10.000 m3/ kapita/ Th, tetapi tidak merata di

setiap wilayah dan setiap waktu.

- Tingkat kebutuhan air baku per tahun semakin meningkat sejalan

dengan pertambahan jumlah penduduk, industri, dan perluasan

lahan pertanian.

- Indeks Penggunaan Air (IPA) atau Rasio Kebutuhan/Ketersediaan

masih rendah

CENTER POINT OF INDONESIA DI LOSARI

- Membutuhkan anggaran sebesar Rp 60 Milyar untuk memasang

site pile di area seluas 16 Ha.

- Masyarakat mengklaim akan tanah-tanah sekitar CPI

- Proses perijinan yang berbelit

- Terjadi akselerasi pendanaan

- Belum memanfaatkan sumber-sumber dana lain secara maksimal

- Terdapat komunitas nelayan kerang yang belum terencana

Page 38: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Kepemilikan jalan metro oleh pihak swasta, sedangkan jalan

tersebut merupakan jalan yang memiliki koneksi dengan CPI

- Prediksi dapat terjadi pencemaran lingkungan

GAMBAR

PENINJAUAN CENTER POINT OF INDONESIA LOSARI

3.1.2. SUBSEKTOR BINA MARGA

A. Umum

Total panjang jalan Nasional di Provinsi Sulawesi Selatan adalah

115.106 Km, dengan panjang jalan nasional, provinsi serta jalan

kabupaten kota sebagai berikut:

Page 39: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

1. Jalan Nasional : 34.628 Km

2. Jembatan Pada jalan nasional : 14.265 Km

3. Jalan Provinsi : 48.680 Km

4. Jalan Kab/Kota : 17.533 Km

Saat ini Kondisi Jalan di Provinsi Sulawesi Selatan dalam kondisi baik

sebanyak 58,4 %, sedang 32,3 %,rusak ringan 7,1 %, rusak berat 2,2 %.

Untuk panjang jalan provinsi 30,2% dengan kondisi baik, sedang 34,5%,

rusak ringan 24,4 %, rusak berat 9,1 %, dan belum tembus 1,8 %.

B. Anggaran

Pada sub sektor Bina Marga, besaran anggaran yang diterima

untuk provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2007-2011 mengalami

peningkatan. Pada Tahun 2007 besaran anggaran yang diterima

oleh provinsi ini adalah sebesar Rp 340.77 Milyar, sedangkan pada

tahun berikutnya, yaitu Tahun 2008, mengalami peningkatan sang

sangat besar hingga mencapai 102,32 % dari tahun sebelumnya

atau mengalami penambahan anggaran sebesar Rp 348,68 Milyar.

TABEL

BESARAN ANGGARAN SUBSEKTOR BINA MARGA

TAHUN 2007-2011

TAHUN RP-MURNI PLN TOTAL

2007 294.48 46.29 340.77

2008 689.45 - 689.45

2009 534.89 175.12 710.00

2010 520.81 234.71 755.53

2011 (sesuai Renja-KL) 1,003.16 - 1,003.16 Keterangan: Dalam Miliyar Rupiah

Pada Tahun 2009 dan Tahun 2010, anggaran yang dialokasikan

untuk Subsektor Bina Marga mengalami peningkatan, secara

berturut-turut dari satu tahun sebelumnya dengan peningkatan

sebesar 2,98% dan 6,4%. Direncanakan pada Tahun 2011 (Sesuai

dengan Renja-KL), alokasi anggaran di provinsi Sulawesi Selatan

mengalami penambahan anggaran sebesar Rp 247,63 Milyar atau

Page 40: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

peningkatan anggaran sebesar 32,77%. Untuk lebih jelasnya

besaran anggaran yang diterima Provinsi Sulawesi Selatan untuk

Sub sektor Bina Marga mulai dari Tahun 2007 hingga Tahun 2011

berdasarkan sumber anggarannya dapat dilihat pada tabel

berikut.

PROGRAM PRIORITAS 2011

Usulan program/kegiatan PRIORITAS yang menjadi usulan pada R-

APBN 2011 antara lain :

Lanjutan pembangunan jalan Lintas Barat

Lanjutan Program EINRIP

Penanganan standarisasi lebar jalan minimal 6 m pada ruas

jalan strategis

Penanganan Metro MAMMINASATA

C. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang terkait dengan sub sektor Bina

Marga di Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut:

- Beberapa kabupaten mengalami kesulitan dalam memenuhi

dana pembebasan lahan, sehingga membutuhkan bantuan

pemerintah provinsi dan pusat diantaranya yaitu daerah

kabupaten Maros, kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru.

- Kontraktor yang on going sampai sekarang masih terkendala

oleh lahan, sehingga masih diperlukan perpanjangan waktu

sampai akhir T.A 2010 dan dimungkinkan sampai akhir 2011 jika

lahan belum tuntas secepatnya.

- Beberapa kontraktor mengajukan optimasi kontrak jika

pembebasan lahan masih terkendala, sehingga jika hal itu

terjadi kemungkinan akan dilakukan pelelangan ulang setelah

lahan bebas.

Page 41: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Alokasi anggaran untuk kontrak original, maupun kontrak

amandemen, serta eskalasi belum terpenuhi secara

keseluruhan T.A 2010, sementara kontrak berakhir 2010

- Beberapa paket pekerjaan harga satuan rendah, sehingga

menyulitkan mencari material dan tenaga.

- Belum tuntasnya pembangunan lintas utama (lintas barat)

dan jalan lintas timur sulawesi selatan untuk pemenuhan

standar lebar menuju standar minimal. (Makassar -Maros -

Pare-Pare - Bts. Sulbar; Makassar - Takalar - Jeneponto -

Bantaeng -; Bulukumba - Sinjai - Sengkang - Tarumpakkae;

Sidrap - Enrekang - Tator – Palopo); ruas jalan Maros – Bone.

- Rendahnya pelayanan infrastruktur jalan dan jembatan

pada kawasan metropolitan mamminasata (Maros,

Sungguminasa, Makassar, Takalar).

3.1.3. SUBSEKTOR CIPTA KARYA

A. Umum

Bertambahnya jumlah penduduk berdampak pada peningkatan

jumlah kebutuhan akan papan (rumah) yang sehat dengan

lingkungan yang baik dan didukung oleh infrastruktur yang layak.

Program prioritas pemerintah adalam pemenuhan rumah bagi

masyarakat Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan

di Provinsi Sulawesi Selatan, maka dibangunlah Rumah Susun

Sederhana Sewa (Rusunawa) menggunakan dana APBN yang

diharapkan dapat menyediakan rumah yang layak bagi masyarakat

khusunya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Page 42: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

B. Anggaran

Pada sub sektor Cipta Karya, besaran anggaran yang diterima untuk

provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2007-2011 sangat fluktuatif. Pada

Tahun 2008 mengalami penupenurunan, Tahun 2009 mengalami

Peningkatan, pada Tahun 2010 alokasi anggaran bagi pembangunan

di bidang Cipta Karya mengalami penurunan dan kemudian

meningkat lagi pada Tahun 2011.

Pada Tahun 2007 besaran anggaran yang diterima oleh provinsi ini

adalah sebesar Rp 227.51 Milyar, sedangkan pada tahun berikutnya,

yaitu Tahun 2008, mengalami penurunan sebesar 4,11% atau sebesar

Rp 9,37 Milyar.

Pada Tahun 2009, anggaran yang dialokasikan untuk Subsektor Cipta

Karya mengalami peningkatan sebesar 37,78 %, namun demikian

pada Tahun 2010 anggaran yang diterima berkurang sebesar Rp 11,73

Milyar atau sebesar 3,9%. Direncanakan pada Tahun 2011 (Sesuai

dengan Renja-KL), alokasi anggaran di provinsi Sulawesi Selatan

mengalami penambahan anggaran sebesar Rp 146,12 Milyar

(peningkatan sebesar 50,59%). Untuk lebih jelasnya besaran anggaran

yang diterima Provinsi Sulawesi Selatan untuk Sub sektor Cipta Karya

mulai dari Tahun 2007 hingga Tahun 2011 berdasarkan sumber

anggarannya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL

BESARAN ANGGARAN SUBSEKTOR CIPTA KARYA

TAHUN 2007-2011

TAHUN RP-MURNI PLN TOTAL

2007 143.84 83.67 227.51

2008 183.59 34.55 218.14

2009 169.18 131.38 300.56

2010 190.42 98.41 288.83

2011 (sesuai Renja-KL) 434.95 - 434.95 Keterangan: Dalam Miliyar Rupiah

Page 43: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

C. Objek Yang Dikunjungi

C.1 Rusunawa Mariso - Makassar

Rusunawa Mariso-Makasar dibangun dalam rangka peremajaan

kota, serta dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan rumah

bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rusunawa Mariso

dibangun dengan menggunakan anggaran Tahun 2008-2009

sebesar Rp Rp. 28.307.653.000,- Jumlah total unit sarusun yang

dibangun adalah sebanyak 198 unit, dengan infrastruktur

pelengkap berupa listrik dari PLN dan air minum dari PDAM.

DATA PEKERJAAN

Lokasi : Kawasan Mariso

Jumlah Bangunan : 2 Twin Blok, 5 Lantai

Type Unit Hunian : 24 M2

Jumlah Unit Hunian : 198 Unit

Struktur Bawah : Pondasi Tiang Pancang

Struktur Atas : Priska System

Kontraktor : PT. Putra Jaya

SPESIFIKASI MATERIAL BANGUNAN

Dinding Luar : Batako + Plester + Aci + Cat

Dinding Dalam : Batako + Plester + Aci + Cat

Lantai Hunian : Keramik 30 X 30 Cm

Kamar Mandi : Lantai : Keramik 20 X 20 Cm

Dinding : Keramik 20 X 25 Cm

Dapur : Kitchen Zink + Keramik

Kusen : Alumunium

Pintu : Alumunium + Calsiboard

Plafond : Beton Ekspose S/D Lantai 4

Hollow + Grc Pada Lantai 5

Page 44: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

C.2 PDAM Kabupaten Maros

Sumber air baku yang dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan

air bersih di kabupaten Maros adalah berasal dari IPA Bantimurung

dan Bendungan Carangki. IPA Bantimurung memiloiki kapasitas

debit air 500 liter/detik, namun yang dapat diusahakan baru

mencapai 70 liter/detik. Sedangkan Bendungan Carangki hanya

dimanfaatkan 50 liter/detik, meskipun kapasitas IPA Carangki

tersebut dapat mencapai lebih 1000 liter/detik.

Potensi air baku pada Bendungan Carangki sudah tidak dapat

dikembangkan lagi karena sebagian besar potensinya

diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar

dengan kapasitas terpasang 1.000 liter/detik. Oleh karena itu,

PDAM Kabupaten Maros hanya dapat mengembangkan

kapasitas IPA Bantimurung, mengingat pertumbuhan penggunaan

air bersih yang semekin meningkat. Kawasan Bandar Udara Sultan

Hasanuddin yang baru membutuhkan suplai air sebanyak 80

liter/detik, sehingga dalam pengembangannya, PDAM Kabupaten

Maros terus melakukan peningkatan kapasitas.

Kendala yang dihadapi pada pemanfaatan air baku di

Kabupaten Maros sebagai air bersih adalah investasi yang tinggi,

sementara potensi sumber air baku di wilayah ini cukup banyak

PAPARAN PDAM MAROS

Page 45: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

dan belum dimanfaatkan, sebagaimana pada sumber air

Panttontongan yang juga berlokasi di Kecamatan Bantimurung.

Pada Tahun 2010, PDAM Kabupaten Maros hanya mampu

melayani 18% penduduk yang ada. Sedangkan di prediksi pada

Tahun 2030 jumlah penduduk akan meningkat sekitar 5 (lima) kali

dari penduduk saat ini. Ini berarti PDAM Kabupaten Marus harus

mampu meningkatkan kinerjanya dalam menyediakan air bersih,

agar tingkat pelayanan tidak menurun, bahkan dapat memenuhi

target, yaitu melayani penduduk sebesar 76%.

TABEL

KEBUTUHAN PELAYANAN

AIR BERSIH TAHUN 2009-2030

U R A I A N SAT 2009 2010 2011 2016 2020 2025 2030

Penduduk Terlayani Jiwa 56.544 56.718 58.370 190.722 225.081 251.541 270.356

Tingkat Pelayanan % 18 18 19 56 69 73 76

Jumlah Sambungan SR Unit 8.874 8.903 9.145 30.287 38.301 54.119 58.213

Jumlah Sambungan HU Unit 33 33 35 90 111 126 135

Kebutuhan Air Rata-

rata L/dt 114 115 127 373 482 542 589

Kap. IPA yg dibutuhkan L/dt 137 138 153 448 579 651 708

Kap. Distribusi L/dt 171 172 191 559 724 813 884

NRW % 27 23 20 20 20 20 20

SPESIFIKASI

Luas wilayah pelayanan : 259 km2

Area pelayanan : 9 kec. & 23 kel/desa

Penduduk terlayani : 68.096 jiwa

Cakupan daerah pelayanan : 49,33 %

Cakupan pelayanan kabupaten : 22,20 %

Kapasitas produksi : 130 l/s

Air produksi : 3.012.494 m3

Air distribusi : 2.823.432 m3

Air terjual : 2.036.276 m3

Kehilangan air : 27, 87 % ( 787.156 m3 )

Page 46: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Tarif dasar : Rp. 2.300

Jumlah pelanggan : 9. 375 sl

Rasio karyawan : 9,88 karyawan /1000 plgn

Harga pokok produksi : Rp. 4.371 /m3

Tarif rata-rata : Rp. 3.554 /m3

Full cost recovery ( fcr) : 81 %

Efesiensi penagihan : 87,41 %

Panjang jaringan : 260.021 m

Pipa transmisi : 2.410 m

Pipa distribusi : 257.611 m

Waiting list ( daftar tunggu) : 17. 244 sl , bandara

hasanuddin 20 l/dt, auri 10 l/dt

Untuk meningkatkan pelayanan akan air bersih, maka PDAM harus

melakukan pengembangan yang tentunya membutuhkan biaya yang

tidak sedikit, Total anggaran yang diperlukan untuk mengembangkan

SPAM adalah sekitar Rp 114 Milyar.

TABEL

RENCANA ANGGARAN PENGEMBANGAN SPAM

PROVINSI SULAWESI SELATAN

URAIAN PEKERJAAN JUMLAH BIAYA

(RP.000.000)

A. Transmisi Air Baku ke IPA Baru: Dari Intake S.

Bantimurung – Lokasi IPA Baru

41.185

B. Transmisi Air Minum: dari Reservoir ke B-Pump

Mandai

19.864

Pelayanan SPAM Bantimurung

JDU Lau; Bontoa; dan Turikale 12.168

JDU Maros Baru; Lau; dan Turikale 5.167

JDU Marusu dan Mandai/Bandara Hasanuddin 12.532

JDU Marusu; Maros Baru; Turikale; Simbang; dan

Mandai

14.875

Page 47: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

URAIAN PEKERJAAN JUMLAH BIAYA

(RP.000.000)

Pelayanan SPAM Pattontongan

JDU Moncongloe; dan Tanralili 8.785

Jumlah (belum termasuk pajak berlaku dan

Reservoir/IPA/Bangunan Pendukung)

114.576

D. Permasalahan

Beberapa Permasalahan yang ditemukan di Provinsi Sulawesi Selatan

terkait dengan sub sektor Cipta Karya adalah sebagai berikut:

- Masih terdapat 1.838 Ha Luas genangan lingkungan

permukiman yang belum tertangani secara optimal.

- Cakupan pelayanan persampahan saat ini sudah mencapai 72

% (6.151.250 jiwa)

- Cakupan pelayanan air limbah saat ini baru mencapai 29,16 %

(1.971.554 Jiwa)

- Luasan kawasan kumuh saat ini mencapai 6.134,22 Ha (15%)

yang belum tertangani secara optimal.

- Kesenjangan pemenuhan kebutuhan rumah (Backlog) cukup

besar yaitu 340.975 unit rumah.

- Kondisi PDAM saat ini didominasi oleh kategori kurang sehat 16

Kab./Kota, Kategori sehat 5 Kab./Kota dan sakit 3 Kab./Kota .

- Rendahnya cakupan pelayanan air limbah, rendahnya perilaku

masyarakat dalam penanganan air limbah, menurunnya kualitas

pengelolaan persampahan, pencemaran udara dan air yang

diantaranya disebabkan oleh menurunnya kualitas pengelolaan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

- Masih rendahnya cakupan pelayanan air bersih perkotaan yaitu

38 %, dimana cakupan pelayanan air bersih oleh PDAM baru

mencapai 20,23% sedangkan pemenuhan kebutuhan air bersih

Page 48: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

masyarakat yang bersumber dari sumber air terlindungi maupun

tidak terlindungi adalah 56%.

Permasalahan PDAM Kabupaten Maros

- Kapasitas sangat terbatas

- tarif belum full cost recovery (fcr)

- rasio karyawan belum ideal/ sumber daya manusia masih rendah

- tingginya biaya produksi

- klasifikasi pelanggan belum sesuai

- tingkat kehilangan air masih tinggi

- besarnya beban hutang jangka panjang

3.1.4. SUBSEKTOR TATA RUANG

A. Umum

Propinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Departemen

Pekerjaan Umum (Ditjen Cipta Karya). Penataan ruang kota

dankabupaten secara formal dipelopori dengan penyusunan RIK Kota

Ujungpandang (Makassar) pada tahun 1984 oleh konsultan PT. BIEC,

Bandung. Setelah itu, diikuti oleh 22 daerah lainnya sertaibukota

kecamatan di tiap kota/kabupaten sekitar dekade 1980-1990an.

Berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029,

disebutkan bahwa Tujuan umum penataan ruang wilayah Provinsi ini

adalah untuk menata ruang wilayah Sulawesi Selatan termasuk pesisir

dan pulau-pulau kecilnya menjadi simpul transportasi, industri,

perdagangan, pariwisata, permukiman, pertanian, lahan pangan

berkelanjutan, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan daerah

aliran sungai, secara sinergis antar sektor maupun antar wilayah,

partisipatif, demokratis, adil dan seimbang, dalam sistem tata ruang

wilayah nasional, yang bermuara pada proses peningkatan

kesejahteraan rakyat, khususnya warga Sulawesi Selatan secara

berkelanjutan.

Page 49: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Sedangkan tujuan khusus dari disusunnya RTRW Provinsi Sulawesi

Selatan adalah:

mengembangkan fungsi Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi,

industri, perdagangan dan konvensi;

mengarahkan peran Sulawesi Selatan sebagai lahan pangan

berkelanjutan dengan mengarahkan pengembangan agrobisnis dan

agroindustri khususnya komoditi-komoditi unggulan Sulawesi Selatan,

yang sekaligus sebagai penggerak ekonomi rakyat;

mengarahkan pengembangan kawasan serta prasarana wisata

budaya, wisata alam, wisata bahari, wisata agro, maupun wisata

belanja;

memulihkan daya dukung lingkungan, terutama DAS kritis sebagai

dukungan proaktif terhadap fenomena perubahan iklim dunia,

dengan menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara

kawasan lindung dengan kawasan budidaya dalam satu ekosistem

darat, laut dan udara, serta terpadu antara wilayah Kabupaten/kota;

meningkatkan sinergitas, efektifitas dan efisiensi penataan ruang lintas

sektor dan lintas wilayah Kabupaten/kota yang konsisten dengan

kebijakan Nasional dan daerah, termasuk pengembangan prasarana

wilayah sesuai daya dukung wilayahnya;

secara khusus mengarahkan penataan ruang wilayah pesisir dan

kepulauan menjadi lebih produktif, lebih terpenuhi pelayanan sosial,

ekonomi dan budaya, serta lebih terlayani sistem transportasi, informasi

dan komunikasi agar terbangun ekonomi wilayah kelautan secara

terpadu dan berkelanjutan

Saat ini 24 kab/kota di Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan revisi

RTRW, dan kondisi akhir RTRW kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi

Selatan adalah sebagai berikut:

2 Kab/kota tahap persetujuan substansi di BKPRN

12 Kab/kota dalam pembahasan BKPRD Provinsi

10 Kab/kota tahap penyelesaian Revisi RTRW

Page 50: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

B. Anggaran

Untuk sub sektor Tata Ruang anggaran yang diterima oleh Provinsi

Sulawesi Selatan, bersumber dari rupiah murni, tidak ada yang

bersumber dari PLN. Besaran anggaran yang diterima untuk sub

sektor tata ruang tidak sebesar sub sektor lainnya, namun tetap

mengalami perubahan bersaran anggaran yang fluktuatif dari tahun

ke tahun.

Anggaran yang diterima pada Tahun 2007 adalah sebesar Rp 5,89

Milyar dan pada Tahun 2008 mengalami penurunan anggaran

sehingga anggaran yang diterima adalah sebesar Rp 2,32 Milyar.

Namun demikian mulai Tahun 2009 hingga Tahun 2011, anggaran sub

sektor tat riuang mengalami peningkatan, dengan besaran

peningkatan untuk setiap tahunnya secara berturut-turut adalah

sebesar 22,84%, 80,70% dan 11,61%.

TABEL

BESARAN ANGGARAN SUB SEKTOR TATA RUANG

TAHUN 2007-2011

TAHUN RP-MURNI PLN TOTAL

2007 5.89 - 5.89

2008 2.32 - 2.32

2009 2.85 - 2.85

2010 5.15 - 5.15

2011 (sesuai Renja-KL) 6.16 - 6.16 Keterangan: Dalam Miliyar Rupiah

C. Permasalahan

- RTRW Provinsi Sulawesi Selatan merupakan RTRW Provinsi

Pertama yang selesai di PERDA kan di Indonesia, namun pada

akhir tahun 2010 belum satupun dari Kabupaten/Kota di

Sulawesi Selatan yang menyelesaikan PERDA RTRW nya.

Sehingga perlu segera dilakukan dorongan kepada setiap

Pemerintah Kabupaten/ Kota agar segera direalisasikan agar

Page 51: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

kondisi Penataan ruang di Sulawesi Selatan menjadi lebih

terarah dan terpadu dalam pelaksanakan pembangunan.

- Masih perlunya dukungan perencanaan tata ruang dan

pengembangan infrastruktur di Kawasan Strategis Nasional

(Mamminasata, Kapet Pare-pare, Kawasan Sorowako dsk, dan

Kawasan Toraja dsk)

- Masih terkendalanya target penyusunan revisi RTRW

kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan sampai batas

waktu yang ditetapkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang yakni 3 (tiga) tahun setelah UU tsb ditetapkan,

disebabkan keterbatasan kemampuan pemerintah daerah

baik di bidang pendanaan, informasi, maupun kapasitas SDM.

- Kawasan strategis provinsi: Belum ditindaklanjutinya Peraturan

Daerah No. 9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulawesi

Selatan dalam bentuk rencana rinci kawasan strategis provinsi

disebabkan keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah

daerah.

3.2. SEKTOR PERHUBUNGAN

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran

perhubungan sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial

budaya, dan pertahanan keamanan. Keberhasilan Sistem

perhubungan dapat dilihat dari segi efektivitas, dalam arti selamat,

aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan

cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib,

aman, rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban publik

rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan sistem. Oleh karena itu,

pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam

menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan, karena

transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.

Page 52: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Sektor perhubungan merupakan salah satu sektor pilar dalam

mendukung percepatan pembangunan Indonesia karena berbagai

alasan. Pertama pembangunan sektor perhubungan meningkatkan

interaksi dan membuka terjadinya pemahaman antar masyarakat.

Kedua, dari segi ekonomi, pembangunan perhubungan membuka

peluang terjadinya perdagangan antar wilayah sehingga dapat

mengurangi perbedaan harga antar wilayah. Ketiga, pembangunan

perhubungan meningkatkan mobilitas tenaga kerja sehingga

mengurangi konsentrasi keahlian dan ketrampilan pada beberapa

wilayah. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Perhubungan

telah dan akan terus melaksanakan berbagai program pembangunan

perhubungan untuk mendukung program pembangunan di berbagai

wilayah Indonesia.

Dalam rangka mengembangkan sektor perhubungan di Provinsi

Sulawesi Selatan, maka pada Tahun Anggaran 2009, Provinsi Sulawesi

Selatan mendapatkan anggaran Untuk sebesar Rp 580,697 Milyar,

dengan rincian:

a) Perhubungan Darat : Rp 36,483 Milyar

b) Perhubungan Laut : Rp 165,877 Milyar

c) Perhubungan Udara : Rp 378,337 Milyar

Besaran Alokasi Dana APBN bidang perhubungan tahun 2010 tersebut

terdiri atas 4 bidang dan 28 satuan kerja. Besaran dan alokasi untuk

Bidang Darat dialokasikan pada pengadaan/pemasangan rambu-

rambu jalan, marka dan traffic light.

Adapun untuk sharing dengan APBD pada bidang udara yaitu :

Master Plan Bandara Baru Tana Toraja (Buntu Kunik) dan

pembangunan pagar di Bandara Bua

Sedangkan pada Tahun 2010, penerimaan anggaran untuk sektor

perhubungan mengalami adalah sebesar Rp 304,744 Milyar, dengan

rincian:

a) Perhubungan Darat : Rp 36,705 Milyar

Page 53: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

b) Perhubungan Laut : Rp 131,786 Milyar

c) Perhubungan Udara : Rp 136,253 Milyar

3.2.1. SUBSEKTOR PERHUBUNGAN UDARA

A. Umum

Perhubungan udara memegang peranan penting dalam

menghubungkan antar daerah di Wilayah Indonesia Bagian Timur,

mengingat lokasi Sulawesi Selatan yang strategis serta dapat menjadi

pusat pelayanan bagi provinsi-provinsi sekitarnya, sehingga angkutan

penerbangan menjadi alat transportasi yang sangat penting terutama

untuk mendorong pergerakan jasa, barang dan manusia terutama

dalam kegiatan perekonomian.

B. Objek yang Ditinjau

B.1. Bandar Udara Hasanuddin- Makasar

Bandar Udara Hasanuddin pada tahun 1935 dibangun oleh

Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Lapangan Terbang

Kadieng, yang terletak sekitar 22 kilometer disebelah utara kota

Makassar dengan konstruksi lapangan terbang rumput. Diresmikan

pada tanggal 27 September 1937. Saat ini Bandar Udara Hasanuddin

dengan kelas IA ini, dikelola oleh PT.Angkasa Pura I.

Anggaran pembangunan Bandar Udara pada TA 2010 adalah

sebesar Rp 34,68 Milyar dengan program berupa:

- Pembangunan Transportasi Udara, yang terdiri atas:

Pembangunan gedung kantor tahap II, pembangunan jalan

arteri akses Bandara Internasional Hasanuddin Makassar dengan

semen beton (5000 m x 5 m), pembuatan talud penahan tanah

dengan batu kali 1713 m3, pembangunan gedung operasional

TYPE 45 (36 UNIT, LANJUTAN);

- Restrukturisasi kelembagaan dan peraturan transportasi udara;

serta

Page 54: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Penerapan kepemerintahan yang baik

SPESIFIKASI

Data-data Bandara Hasanuddin sebagai berikut :

Jarak dari kota : 22 km (Kota Makassar)

Kemampuan : B-7379 / B-734

Koordinat / elevasi : 050 03’39” LS – 1190 33’16” BT/47

FEET

Pelayanan LLU : ADC, APP, ACC, RDARA

Panjang Landasan / Arah / PCN : 3.100 m x 45 m/13-31/63 FCXU

Taxiway : 346.846 m²

~ T/W E&F (Exit T/W) : 135 m x 28 m

~ T/W J (Exit T/W) : 250 m x 45 m

~ T/W (Paralel) : 181 m x 23 m

Apron : Flexible : 37.765 m² Rigid :

228.392 m²

Terminal (dom) : 53.045 m²

Terminal (int) : 8.770 m²

Terminal (kargo) : 1.728 m²

Tahapan pembangunan Bandar Udara Sultan Hasanuddin adalah sebagai

berikut:

1) Tahun 2007 Pembangunan Transportasi Udara dengan melakukan

Pekerjaan Konstruksi dan supervisi, Pengembangan/

Pembangunan Bandara Hasanuddin-Makassar

2) Tahun 2008 Pembangunan Transportasi Udara dengan kegiatan

berupa Pekerjaan Konstruksi Sisi Udara Tahap II (Multi

Years: 2 PKT), Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan

Peralatan Navigasi Udara (Multi Years)

3) Tahun 2009 Pembangunan Transportasi Udara dengan kegiatan

berupa Lanjutan Pekerjaan Konstruksi Tahap II (Multy

Years)

Page 55: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

4) Tahun 2010 Pembangunan Transportasi Udara dengan melakukan

Pembayaran Sisa Konstruksi Sisi Udara Tahap II

TABEL

REKAPITULASI ANGGARAN PEMBANGUNAN BANDAR UDARA

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

No Tahun Anggaran

/ Program 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pembangunan

Transportasi

Udara

0

151.199.930 283.038.380 307.863.811 28.894.990

2 Rehabilitasi Dan

Pembangunan

Transportasi

Udara

0

0

3 Restrukturisasi

Kelembagaan

Dan Peraturan

Transportasi

Udara

0

1.073.656

4 Penerapan

Kepemerintahan

Yang Baik

0

4.711.647

Total 0 151.199.930 283.038.380 307.863.811 34.680.293

Adapun Program kegiatan dan kebutuhan anggaran pada Tanun 2011

adalah sebagai berikut:

1) Program Dukungan manajemen & dukungan teknis lainnya ditjen

perhubungan udara berupa belanja pegawai, belanja barang, dan

PNBP dengan kubutuhan anggaran sebesar Rp19.236.643.000

2) Program Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana

bandar udara berupa: pembuatan pelataran parkir kendaraan,

pemasangan paving block garasi kendaraan operasional,

pembuatan pagar brc tinggi 1,75 meter, lanjutan pembangunan

Page 56: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

gedung kantor termasuk pengawasan

(selesai 100%), lanjutan pembangunan

rumah operasional (type 45, 10 unit).

Anggaran yang dibutuhkan adalah

Rp14.361.206.000

3) Program Pembangunan, rehabilitasi dan

pemeliharaan prasarana keamanan

penerbangan, dengan kegiatan berupa

pengadaan perlengkapan personil security,

pengadaan alat monitoring pengawasan

dengan cctv bandara, pengadaan tabung

pemadam kebakaran 5 kg, dan pengadaan

mobil patroli. Anggaran yang dibutuhkan

untuk kegiatan tersebut adalah sepesar Rp

20.094.000.000.

B.2. Bandar Udara Tana Toraja

LATAR BELAKANG

Sampai tahun 1996, toraja sudah menjadi

second destination tourism secara nasional.

Akibat permintaan pasar yang tinggi, terbangun pula hotel-hotel

mulai kelas melati hingga bintang lima dengan manajemen

international dan tingkat hunian di atas 90 persen.

Sebagai bahan perbandingan, pada saat krisis moneter yang

dibarengi dengan bom Bali I dan II, berdampak signifikan terhadap

kepariwisataan tanah air. Di masa recovery pariwisata bali dan

tempat lain secara nasional dapat dipulihkan dengan baik. Namun

kondisi ini tidak sama terjadi di tana toraja, 10 tahun pasca krisis

moneter dan 5 tahun pasca bom bali II, tingkat hunian hotel

PAPARAN DAN PENINJAUAN BANDAR UDARA

HASANUDDIN

Page 57: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

bertahan pada occupancy rate tidak mencapai 10 persen, bahkan

beberapa hotel bintang lima sudah merumahkan karyawannya.

Lambatnya perkembangan Kabupaten Tana Toraja yang memiliki

potensi wisata yang tinggi adalah karena adanya kendala

transportasi. Sejak tahun 2008 dicanangkan gerakan lovely

december untuk mengangkat

kepariwisataan toraja, hasilnya ternyata

kurang signifikan. Kendala utama yang

dihadapi ternyata tidak pada promosi

dan pengembangan jaringan, tapi pada

sektor transportasi. Waktu tempuh lewat

darat dari makassar ke toraja adalah 9

jam pada kondisi normal dan akibat

dimulainya pengerjaan jalan sektor barat

jarak tempuh menjadi 11 jam.

Untuk meningkatkan kembali permintaan

pasar yang tinggi maka perlu adanya

dukungan sarana dan prasarana,

terutama akses penghubung Kabupaten

Tana Toraja ke wilayah lain salah satunya

dengan mengembangkan sarana

perhubungan udara.

Sarana perhubungan udara yang telah

ada di Kabupaten Tana Toraja yaitu

Bandara Pongtiku saat ini memiliki

berbagai macam kegiatan, yaitu kegiatan pengangkutan

penumpang, barang dan kegiatan lain yang berkaitan dengan

penerbangan milik nasional. Saat ini pesawat yang digunakan

adalah pesawat-pesawat yang berbadan kecil dan cassa 212

yang 25 seat dengan Frekuensi penerbangan 2 kali seminggu.

Page 58: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Tuntutan dunia mengharuskan pelayanan transportasi yang lebih

nyaman, lebih efisien dan lebih cepat, dengan pengembangan

interkoneksitas antar dtw nasional. Kondisi Bandara Pongtiku yang

berbatasan langsung dengan jurang di ujung landasan tidak

memungkinkan lagi penambahan runway. Selain itu terdapat 4 – 5

bulan yg berkabut dalam setahun, dan pada waktu tertentu dapat

bertahan hingga pukul 12.00 siang hari. Solusi yang paling

diandalkan adalah relokasi bandara, untuk memenuhi kebutuhan

penambahan kapasitas.

RENCANA RELOKASI BANDARA

• Lokasi yang direncakan di buntu-kunik desa tampo kecamatan

mengkendek kabupaten tana toraja, yaitu arah landasan th-04

dan titik koordinat 03 11’ 51.347” ls dan 119 54’ 29,275” bt serta

arah landasan th-22 dan titik koordinat 03 10’ 57,495” ls dan 119

55’ 13,663” bt

• Luas lahan yang dibutuhkan utk pengembangan hingga 2.500

m runway adalah 225 ha dan diselesaikan pembayaran pada

bln januari 2011 serta penyelesaian sertifikat paling lambat april

2011

• Pembangunan Bandar Udara pariwisata nasional di Tana Toraja

ini memerlukan biaya sekitar Rp 310,131,249,000.

RENCANA TATA LETAK BANDARA

- Posisi landasan: azimuth 39°48’16.806” / 04-22, dimensi 1700m x

30m (Tahap I) dan 1.900m x 45m (Tahap II)

- Taxiway: tahap I 145,5m x 18m, tahap II 139,5m x 18m

- Apron: tahap I 92m x 67m, tahap II 142m x 73m

- Jalan akses ke arah tenggara

- Fasilitas sisi darat sebelah tenggara sisi udara

Page 59: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

C. Permasalahan

- Dari 7 (tujuh bandara perintis yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan

dilaporkan bahwa panjang landasan pacu tidak merata antara

900 m, 1.200 m dan 1.400 m. Pada kondisi ini hanya mampu

didarati pesawat jenis Casa 212 dengan seat terbatas (20 seat).

Page 60: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Panjang landasan minimum diharapkan dapat mencapai 1.650 m

untuk dapat didarati pesawat jenis ATR 42 sehingga tidak lagi

terikat pada subsidi penerbangan, sekaligus menjadi solusi atas

berkembangnya minat maskapai swasta untuk melakukan

penerbangan komersial.

- Pengembangan Pembangunan Bandara Bua-Luwu dan Seko dan

Rampi dalam rangka membuka daerah-daerah terpencil dan

terisolasi

- Diperlukannya subsidi bagi angkutan udara perintis

BANDAR-UDARA SULTAN HASANUDDIN:

Rencana pemisahan ATS single provider dari pt. Angkasa pura I

yang belum jelas pengelolaannya membawa dampak psikologis

bagi SDM lalu lintas penerbangan

BANDAR UDARA TANA TORAJA:

- Bandar Udara Pongtiku yang hanya dapat melayani jenis pesawat

tipe C-212, tentunya memberikan batasan pelayanan untuk

menunjang pelaksanaan kegiatan kepariwisataan.

- Khusus untuk Bandara Pongtiku di Tana Toraja dengan panjang

landasan 1.270 m, kondisinya sudah sulit dikembangkan karena

terlepas diantara 2 (dua) bibir ngarai dengan kondisi berkabut

pada 4 sampai 5 bulan dalam setahun dan bahkan biasa mencai

jam 12 siang pada waktu tertentu. Kondisi ini sulit diharapkan untuk

mendukung pengembangan wisata nasional di Tana Toraja.

- Pengembangan Bandar Udara Pongtiku sulit dilakukan juga

karena faktor topografi bandar udara berada daerah

pegunungan sehingga berpengaruh terhadap perpanjangan

landasan karena areal tanah yang terbatas dan ini terkait dengan

Page 61: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) sesuai

dengan Undang-undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

3.2.2. SUBSEKTOR PERHUBUNGAN DARAT

A. Umum

Perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang

penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan

makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut

peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke

daerah lain. Di samping itu perhubungan darat merupakan salah

satu sektor yang cukup besar peranannya karena kontribusinya untuk

menembus isolasi suatu daerah untuk pemerataan pembangunan

seluruh daerah.

Angkutan Penyeberangan merupakan jembatan bergerak yang

menghubungkan kedua sisi angkutan darat (terdapat lintas

penyeberangan) point to point. Selain melayani angkutan orang dan

barang, pada lintas tertentu terdapat lintas penyeberangan khusus

untuk penumpang saja. Sebagai jembatan bergerak, maka

angkutan penyeberangan umumnya menggunakan kapal jenis Roll

On Roll Off atau Ro-Ro yang memuat kendaraan dari salah satu sisi

daratan.

Page 62: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Kondisi Lalu lintas dan Angkutan Jalan di

Provinsi Sulsel adalah sebagai berikut:

- Panjang Jalan di Sulsel sebesar 32.432

Km

- Jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi

Selatan sebesar 1.792.361 unit dengan

tingkat pertumbuhan rata-rata

mencapai 16,9%, sedangkan untuk

kawasan MAMMINASATA jumlah

kendaraan bermotor sebesar 645249

kendaraan, dengan tingkat

pertumbuhan kendaraan bermotor

untuk roda empat mencapai 8% roda

dua mencapai 20%.

- Jumlah Kecelakaan lalu lintas tahun

2009, 1.709 kejadian, meninggal dunia

1031 jiwa, Luka berat 463, luka ringan

931 orang, kerugian Materi

3.956.670.000,- (Korban MD 3 orang/hari)

- Rendahnya kesadaran masyarakat

pengguna jalan dalam berlalu lintas di

jalan;

- kemacetan dan kesemrautan lalu lintas

khususnya pada wilayah perkotaan

(data menunjukkan: Kerugian materi

akibat kemacetan lalu lintas di kota

Makassar berdasarkan hasil penelitian

oleh MTI adalah sebesar 1 Milyar rupah

per hari);

- Masih minimnya infrastruktur keselamatan lalu lintas dan

angkutan jalan (rambu, marka, guardrail, deliniator, safety

PENINJAUAN PEMBANGUNAN PELABUHAN

PENYEBERANGAN ANDI MATALATTA

GARONGKONG

Page 63: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

mirror, paku jalan, RPPJ, Traffic Light, Lampu penerangan jalan

(LPJU) dan lain sebagainya)

B. Objek yang Ditinjau (Pelabuhan Penyeberangan Andi Mattalatta

Garongkong)

NILAI HISTORIS LOKASI PELABUHAN PENYEBERANGAN GARONGKONG

Pembangunan Dermaga Penyeberangan sangat penting untuk

dilakukan agar memudahkan mobilitas pergerakan penumpang dan

barang antar pulau, serta meningkatkan percepatan hasil-hasil

pembangunan di wilayah Sulawesi Selatan.

Lokasi Pembangunan pelabuhan Ferry Andi Mattalata dan

Pelabuhan Laut Garongkong ini berada sekitar tugu Monumen Andi

Mattalata. Tempat ini memberi makna sejarah dalam goresan

perjuangan merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI pada

masa revolusi dan tempat ini juga menjadi pendaratan Komando I

Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi (TRIPS) pada tanggal

27 Desember 1946 dari pulau Jawa,yang dipimpin oleh Andi

Mattalata, misinya :

1. Membawa mandat dari Panglima Jenderal Soedirman

2. Menggalang kekuatan bersama laskar pejuang dan potensi

masyarakat waktu itu untuk melawan penjajah.

3. Membentuk satu Resimen Tentara Repulik Indonesia di

Sulawesi melalui konferensi Paccekke Kab Barru 20 Januari

s/d 22 Januari 1947.

LOKASI PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

GARONGKONG

1. Keputusan Bupati Barru No.284 Tahun 2005 Tentang Pemberian

Izin Lokasi untuk keperluan Pembangunan Penyeberangan

Garongkong seluas 4 Ha

Page 64: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2. Keputusan Bupati Barru Nomor 357 Tahun 2005 Tentang

Penetapan Lokasi Pembangunan Dermaga Ferry Garongkong

seluas 32.000 m²

3. Rekomendasi Gubernur Sulawesi Selatan Tentang Penetapan

Lokasi Pelabuhan Penyeberangan Garongkong Kabupaten

Barru Tanggal 07 Oktober 2005

4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP.8 Tahun 2006

Tentang Penetapan Lokasi Pelabuhan Penyeberangan

Garongkong di Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru

Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan.

Sesuai Perencanaan Detail (DED) Pelabuhan Penyeberangan Andi

Mattalatta Garongkong Tahun 2004, bahwa pelabuhan

penyeberangan ini akan dilayari kapal berukuran maks. 1000 GRT

dengan lintasan Barru (Sulsel) – Batulicin (Kalsel).

Direncanakan Pelabuhan Penyeberangan ini dapat melayani lebih

dari 1 (satu) lintas penyeberangan, dengan lintasan yang

direncanakan :

1. Garongkong – Balikpapan (Kaltim)

2. Garongkong – Paciran (Jatim)

3. Garongkong – Sumbawa (NTB)

Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Barru didukung Direktorat

LLASDP Ditjen Perhubungan Darat berinisiatif merubah kapasitas

dermaga menjadi 3.000 GRT untuk dapat melayari lintas

penyeberangan Garongkong Kab. Barru (Sulsel) – Paciran Kab.

Lamongan (Jatim).

Peningkatan kapasitas dermaga ini didukung pula oleh Pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan, dimana sesuai perencanaan daerah

bahwa Pelabuhan Laut Makassar kedepannya akan diperuntukkan

bagi kegiatan penumpang, peti kemas dan general cargo,

sedangkan untuk penyeberangan antar pulau antar provinsi akan

Page 65: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

dialihkan ke Pelabuhan Penyeberangan Andi Mattalatta

Garongkong di Kab. Barru.

Kondisi saat ini kapal-kapal penyeberangan (fery) dengan bobot

diatas 3.000 GRT dengan ramp door samping sandar di Pelabuhan

Laut Makassar. Hal yang sama terjadi pula di Pelabuhan Tanjung

Perak Surabaya.

Pelabuhan Fery Andi Mattalatta di Garongkong, yang terletak di

Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru yang nantinya akan

menghubungkan Pelabuhan Batu Licin Kalimantan Selatan dan

Pelabuhan - pelabuhan lainnya, menjadikan Kabupaten Barru

sebagai sasaran berinvestasi. Adapun Potensi investasi yang dapat

dikembangkan meliputi pengembangan fasilitas pelabuhan

dengan mengupayakan pengadaan Kapal, Pergudangan, Bongkar

muat dan alat teransportasi darat.

TAHAPAN PEMBANGUNAN

1. “Pembangunan Pelabuhan Ferry Andi Mattalatta Garongkong

ini di mulai pembangunan fisiknya tahap pertama pada tahun

2005 sampai dengan Tahap VI pada tahun 2010 (Anggaran

APBN).

2. Pengadaan Kapal Motor Penyeberangan. AWU-AWU dengan

tonase 600 GRT tahun 2009 (Anggaran APBN) telah beroperasi

dengan lintasan Garongkong – Batu licin Kabupaten Tanah

Bumbu Kalimantan Selatan Sejak 1 Maret 2010

3. Pelabuhan Ferry ini dapat melayani kapal Ferry sampai 12000

GRT dengan Sistem Sandar Samping dan Pelencengan.

DANA SHARING PEMERINTAH PUSAT

1. Pembiayaan pra Kontruksi Pembangunan Pelabuhan Ferry

Garongkong berupa : Survey Investigasi dan Design tahun 2003

, Amdal, tahun 2005 , Review Investigasi Design serta

Penyusunan Master Plan Kawasan Pelabuhan.

Page 66: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2. Pemerintah Kabupaten Barru telah menyiapkan lokasi Kawasan

Pelabuhan Ferry juga akan menyiapkan sarana air bersih, listrik

dan telekomunikasi serta pembangunan fasilitas jalan.

SARANA DAN PRASARANA PELABUHAN FERRY GARONGKONG

Causeway : 100 m x 80 m

Trestel : 65,5 m

Dermaga : 139,50 m x 31,30 m

System Dermaga : Platform dan Pelencengan

Dapat disandari Kapal Motor Penyeberangan (Ro-ro) sampai

dengan 12.000 Gross Tonase (GRT)

Gedung Operasional : 420 m²

Pintu Gerbang : 1 unit

Pos Jaga : 2 unit

Rumah Tipe 45 : 2 unit

Reserpoir : 1 unit

Menara Air : 1 unit

Rumah Genset + Genset : 60 KVA

Lapangan Parkir Penumpang

Lapangan Parkir Truk

Tangki BBM

Rumah Ibadah

Koperasi

Lampu Menara Mercusuar

Parkir Pegawai

Trotoar

PEMBUKAAN LINTASAN PENYEBERANGAN PELABUHAN FERRY

GARONGKONG

1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 69 Tahun 2005

Tentang Penetapan Garongkong di Sulawesi Selatan – Batu

Licin di Kalimantan Selatan sebagai Lintas Penyeberangan.

Page 67: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP.436 Tahun 2009

Tentang Penetapan Garongkong di Propinsi Sulawesi Selatan-

Paciran Jawa Timur Sebagai Lintas Penyeberangan.

3. Garongkong Barru – Balikpapan Kalimantan Timur (Study

Kelayakan) Tahun 2010

4. Garongkong Barru – Bontang Kalimantan Timur (Study

Kelayakan ) Tahun 2010

5. Garongkong Barru – Bima NTB (Study Kelayakan) Tahun 2011

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN

DERMAGA PENYEBERANGAN

Penyediaan sarana bongkar muat,

Penyediaan sarana ekspedisi muatan kapal laut

Pembangunan sarana

akomodasi/penginapan/hotel

Pembangunan sarana pergudangan

Kawasan Ekonomi Khusus

RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN FERRY GARONGKONG

1. Pengadaan jembatan bergerak (mobile bridge)

2. Pembangunan Jembatan Timbang

3. Pembangunan Fasilitas Air Bersih

4. Pembangunan Rambu Suar Laut dan Rambu Suar Darat, 8 unit.

5. Study Kelayakan (feasibility study) lintas Garongkong – Bima

6. Pengadaan Kapal Ferry 2000 GRT

7. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe C.

C. Anggaran

Untuk membangun pelabuhan penyeberangan hingga Tahun 2010,

Total Anggaran yang telah digunakan adalah sebesar Rp 54,43

Milyar, dengan Rincian pekerjaan Sebagai berikut:

Page 68: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

TAHAP I (2005): Rp 3,894 Milyar untuk kegiatan Penimbunan areal

darat dan tanggul/causeway

TAHAP II (2006): Rp 5,413 Milyar untuk kegiatan Pemancangan

tiang pipa baja sampai daerah pelencengan (45

titik).

TAHAP III (2007): Rp 8,095 Milyar untuk kegiatan Lanjutan

pemancangan tiang pipa baja dengan lantai plat

beton trestle dan pemancangan tiang beton (95

titik) untuk platform.

TAHAP IV (2008): Rp 6,474 Milyar untuk kegiatan Pemancangan

tiang pipa baja untuk pelencengan, mooring

dolphin, lantai beton untuk trestle dan

pemancangan tiang beton (8 titik) untuk platform.

TAHAP V (2009): Rp 14,588 untuk kegiatan Lanjutan pemancangan

tiang beton (138 titik) untuk platform dan

perkerasan jalan masuk, lapangan dan causeway.

TAHAP VI (2010): Rp 15,968 untuk kegiatan Lanjutan pekerjaan

platform (pengecoran plat) dan pekerjaan fasilitas

darat.

D. Permasalahan

Ada dua kelompok permasalahan, yaitu permasalahan umum dan

permasalahan terkait dengan objek yang dikunjung yaitu

pelabuhan Penyeberaan Garongkong. Permasalahan umum

perhubungan darat di provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai

berikut:

- Kemacetan terjadi hampir di semua jalan utama dan

manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sudah tidak lagi

memadai untuk memecahkan masalah kemacetan di kota.

- Tidak seimbangnya kapasitas akses jalan dengan jumlah

kendaraan yang berada di jalan per satuan waktu.

Page 69: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Telah dilakukan pembentukan kawasan keselamatan jalan

pada kab/kota di Sulsel sebagai Zona Pendidikan, Zona Tertib

Lalu Lintas Zona Keselamatan dan Zona Kenyamanan

berkendara dan hasilnya tidak maksimal karena kendala daya

dukung jalan dan ketidakmampuan rekayasa menyelesaikan

masalah serta belum sepenuhnya didukung oleh prilaku

pemakai jalan.

- Kendala lain adalah lingkungan transportasi yang belum

sepenuhnya kondusif untuk menciptakan kelancaran arus lalu

lintas (Mis. dengan terus berkembangnya pedagang K5, serta

prilaku Angkot yang kurang disiplin. Diperlukan langkah

promote dengan mempertimbangkan solusi lintas moda dan

angkutan missal (Mis. BRT, MRT atau Kereta Api Perkotaan).

- Pertimbangan ini menjadi makin penting untuk menciptakan

solusi alternatif dengan kota Makassar dan kota lain di

kawasan Mamminasata yang merupakan kota tua dengan

kendala keterbatasan lahan.

Adapun permasalahan pelabuhan penyeberangan Garongkong

diantaranya adalah:

- Pengembangan Pelabuhan Makassar dibutuhkan untuk

memperkuat peran Pelabuhan Makassar sebagai Hub

International di Kawasan Timur Indonesia, karena kondisi

pelabuhan saat ini terkendala oleh keterbatasan lahan untuk

pengembangan

- Fasilitas dermaga pada penyeberangan kurang refresentatif

lagi, kondisinya mengalami pendangkalan kolam pelabuhan

di Penyeberangan Bira yang mengakibatkan perjalanan

tertunda sampai mencapai 8 jam sehingga menimbulkan

dampak gejolak dari masyarakat pengguna jasa

penyeberangan di Bira.

Page 70: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Sarana dan prasarana penyeberangan yang ada saat ini,

sesuai dengan perencanaan awal hanya diperhitungkan

hingga kapasitas kapal ferry 600 GRT. Sedangkan saat ini

sudah harus melayani kapal ferry dengan kapasitas 1000 GRT.

- Pada masa awal pengoperasian dermaga Bira hanya

melayani 1 kapal ferry dengan penyeberangan 2 x seminggu

yang kemudian terus mengalami peningkatan frekuensi

menjadi setiap hari dalam seminggu kemudian pada Tahun

2010 2 x sehari, 7 hari dalam seminggu dan melayani 3 (tiga)

kapal ferry.

- Pada Tahun 2011 direncanakan pengoperasian tambahan

kapal ferry dengan kapasitas lebih dari 1000 GRT untuk

melayani permintaan penumpang yang terus meningkat serta

kemungkinan terjadinya tambahan rute baru.

- Pada kondisi seperti ini dirasakan sangat mendesak untuk

segera dilakukan revitalisasi kolam pelabuhan melalui

pengerukan, penggantian mobile bridge yang sudah rusak

serta perluasan kolam pelabuhan hingga bisa dimasuki 2 (dua)

kapal ferry pada waktu bersamaan.

3.2.3. SUBSEKTOR PERHUBUNGAN LAUT (Pelabuhan Laut Garongkong)

A. Umum

Perhubungan Laut juga memiliki arti penting dan strategis bagi Provinsi

Sulawesi Selatan karena angkutan laut menjadi alternatif angkutan

yang banyak diminati untuk antar Pulau antar wilayah. Untuk itu

pembangunan pelayanan terus ditingkatkan dan diperluas termasuk

penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan.

Berdasarkan Keputusan Bupati Barru No.315 Tahun 2008 Tentang

Penetapan I Lokasi Pembangunan Pelabuhan Laut/Curah

Garongkong Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan dan Surat

Dirjen Perhubungan Laut Nomor: PC. 03/1/08/-08, Tanggal 28 Juli 2008

Page 71: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Perihal Percepatan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut/Curah

Garongkong Provinsi Sulawesi Selatan, maka dikembangkanlah

Pelabuhan Laut Garongkong.

Pemilihan Garongkong Kabupaten Barru sebagai pelabuhan,

dikarenakan kondisi strategis dan keunggulan yang dimiliki pelabuhan

laut/curah garongkong

Areal darat yang masih kosong untuk pengembangan pelabuhan

Diusulkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seluas 500 Ha.

Berada tidak jauh dari jalan lintas Makassar – Parepare, sekitar 2

km.

Areal laut yang terlindungi dari laut lepas dengan adanya Pulau

Panikiang sebagai pelindung alami dan kondisi air laut yang

tenang dengan kedalaman 15 m.

Berada di posisi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 2

Page 72: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

GAMBAR

LOKASI PELABUHAN LAUT GARONGKONG

Pelabuhan Garongkong ini telah dilaksanakan sejak Tahun 2008

hingga Tahun 2010, dan rencana akan dilanjutkan pada Tahun 2011.

Beberapa tahapan pembangunan yang dilakukan, yaitu:

Pembangunan Tahap I (Tahun 2008) meliputi: Pekerjaan Trestel II

129 m X 8 m

Pembangunan Tahap II (Tahun 2009) meliputi: Pekerjaan Dermaga

50 m, Trestel I 135 m X 8 m dan Reklamasi 61 m

Pembangunan Tahap III (Tahun 2010): Pembangunan Dermaga 50

m X 20 m

Rencana Pembangunan Tahap IV (Tahun 2011) Pembangunan

Dermaga 50 m dan reklamasi antara Trestel I dan Trestel II

Page 73: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Pembangunan pelabuhan laut ini tidak lepas dari sharing pemerintah

kabupaten Barru, diantaranya:

Survey, Investigasi dan Design (SID) Pembangunan Pelabuhan

Laut/Curah Garongkong, Tahun 2007.

Study Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Pelabuhan Laut Garongkong Tahun 2008,

Pembangunan Causeway Tahap I Tahun 2008.

Pembangunan Causeway Tahap II Tahun 2009

Pembangunan Causeway Tahap III Tahun 2010

Rencana induk Pelabuhan Garongkong Tahun 2009

Penyediaan Lokasi Kawasan Pelabuhan Garongkong

Penyediaan air bersih, listrik dan telekomunikasi

Pembangunan Fasilitas Jalan

SPESIFIKASI

Sarana Dan Prasarana Pelabuhan Laut/Curah Garongkong

Causeway : 1.125 m X 15 m

Trestel I : 135 m X 8 m

Trestel II : 129 m X 8 m

Dermaga : 250 m X 20 m

System Dermaga : Multi Purpose

Dapat disandari Kapal Barang (General Cargo) sampai dengan

35.000 DWT dan Kapal Curah (Bulk Carries) sampai dengan 60.000

DWT.

RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN LAUT GARONGKONG

1. Pembangunan Dermaga Segmen 3 (50 m X 20 m)

2. Plat sambungan antara Cause way dan Trestel II

3. Kajian penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah

Lingkungan Kepentingan (DLKp)

4. Pembangunan Dermaga Segmen 4 dan Segmen 5 (100m X 20 m)

5. Reklamasi Kawasan Pelabuhan Garongkong (1.222.827 m)

6. Pembangunan Tanggul Reklamasi Kawasan Pelabuhan

Page 74: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

7. Pembangunan Fasilitas Darat (perkantoran, pergudangan, fasilitas

air bersih, listrik dan sarana pengolahan limbah).

B. Anggaran

Pembangunan Pelabuhan laut Garongkong, ditetapkan akan

dibangun berdasarkan 3 (tiga) Tahapan rencana pengembangan.

Setiap tahapan rencana membutuhkan besaran anggaran yang

berbeda-beda yaitu:

1. RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PENDEK

Dilaksanakan mulai Tahun 2010 sampai dengan 2014, dan

diperkirakan membutuhkan biaya pembangunan sekitar Rp.

220.000.000.000,-, yang diperuntukan bagi pembangunan:

- Sarana bantu navigasi berupa rambu suar, Leading Light dan

Rambu suar penuntun

- Fasilitas Darat: Lapangan Penumpukan 10 Ha, Gudang CFS 2,2

Ha, Bangunan Perkantoran 5000 m2 Fasilitas Penerimaan dan

Pelayanan 5000 m2, Fasilitas Umum 20.000 m2 dan Lapangan

Parkir 250.000 m2.

- Panjang dermaga 250 m

- Fasilitas bongkar muat, dan lain-lain sesuai kebutuhan .

2. RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA MENENGAH

Pengembangan sejak Tahun 2010 sampai dengan 2019,

diperkirakan membutuhkan biaya pembangunan fasilitas sekitar

Rp. 224.000.000.000,- yang diperuntukan bagi pembangunan:

- Fasilitas Darat: Lapangan Penumpukan 20 Ha, Gudang CFS 4,5

Ha, Bangunan Perkantoran 10.000 m2 Fasilitas Umum 40.000 m2

dan Lapangan Parkir 375.000 m2.

- Panjang dermaga 300 m

- Pembangunan Breasting dolphin dan Mooring Dolphin serta

areal tangki penampungan seluas 1 Ha.

Page 75: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

3. RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG

Tahun rencana adalah Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2029,

diperkirakan membutuhkan biaya pembangunan fasilitas sebesar

Rp. 856.000.000.000,- yang diperuntukan bagi pembangunan:

- Fasilitas Darat: Lapangan Penumpukan 50 Ha, Gudang CFS 12,8

Ha, Bangunan Perkantoran 25.000 m2 Fasilitas Umum 100.000 m2

dan Lapangan Parkir 500.000 m2.

- Panjang dermaga 775 m

- Penambahan areal tangki penampungan seluas 2 H

TABEL

ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR PERHUBUNGAN LAUT

PELABUHAN LAUT GARONGKONG

TAHUN ANGGARAN 2009-2010

TAHUN KEGIATAN LOKASI ANGGARAN

(Rp)

2009 Lanjutan Pembangunan Faspel Garongkong Tahap II

Satker Sementara Faspel Garongkong

50.000.000.000,-

2010 Lanjutan Pembangunan Faspel Garongkong Tahap III

Satker Faspel Laut Garongkong

24.323.150.000,-

Pembangunan Faspel Laut Marabombang

Satker Faspel Laut Garongkong

9.763.000.000,-

Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Garongkong Tahap III (APBN-P)

Satker Faspel Laut Garongkong

7.224.000.000,-

PENINJAUAN PELABUHAN LAUT

GARONGKONG

Page 76: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Anggaran untuk pembangunan perhubungan laut Garongkong pada

Tahun 2009 adalah sebesar Rp 50 Milyar, sedangkan pada Tahun 2010

adalah sebesar Rp41,31 Milyar yang dipergunakan untuk:

1) Lanjutan Pembangunan Faspel Garongkong Tahap III

2) Pembangunan Faspel Laut Marabombang

3) Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut

Garongkong Tahap III ( APBNP)

TABEL

RENCANA KERJA SATKER SEMENTARA FASPEL GARONGKONG

TAHUN 2011

KEGIATAN ANGGARAN (Rp.)

Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut

Garongkong Tahap IV termasuk supervisi

40.000.000.000,-

Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut

Muara Bombang Tahap II

6.001.043.000,-

Pembangunan Faspel Laut Liukang 10.000.000.000,-

Pembangunan Faspel Laut Sapuka 15.000.000.000.-

C. Permasalahan

Beberapa permasalahan terkait dengan pengembangan pelabuhan

laut Garongkong adalah sebagai berikut:

- Pemenuhan Pembangunan Dermaga pada Pulau-Pulau

terpencil belum terakomodir.

- Kondisi Pelabuhan yang sudah ada sekarang sudah banyak

yang mengalami kerusakan dan penurunan utamanya pada

Causeway dan lapangan penumpukan yang diabatkan karena

distribusi anggaran yang dilakukan secara bertahap dan

terbatas.

- Kuantitas kapal yang sandar pada pelabuhan di pare-pare

cukup signifikan sedangkan sarana bongkar muat pada

pelabuhan terbatas sehingga menimbulkan antrian kapal dan

memakan waktu yang relatif lama.

Page 77: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

3.2.4. SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN

Master Plan Pembangunan Kereta Api Perkotaan dalam Kawasan

Mamminasata sepanjang 200 Km akan dilaksanakan Tahun Anggaran

2011. Dalam rencana induk perkeretaapian nasional, terdapat 2 (dua)

rencana prioritas di Sulsel yaitu Pembangunan Perkeretaapian dalam

kawasan mamminasata dan Pembangunan Perkeretaapian Pulau

Sulsel pada lintas Makassar-Parepare dan linta Manado – Bitung.

Pemerintah Prov. Sulsel dan Pemerintah Kab/Kota terkait pada

prinsipnya siap memberikan dukungan yang diperlukan khususnya

untuk penyiapan lahan maupun dukungan lain yang dibutuhkan.

Pada Tahap I Pembangunan Perkeretaapian dalam kawasan

Mamminasata dalam rangka memperlancar arus barang dan orang

sudah sangat mendesak sehingga dibutuhkan dukungan untuk

perampungan seluruh studi yang dibutuhkan serta percepatan

pembangunan jaringan, stasiun maupun pengoperasian kereta api

perkotaan, diharapkan fase ini juga menjadi titik tumpu

pembangunan kereta api pulau Sulawesi khususnya pada lintas

Makassar – Parepare.

3.2.5. SUBSEKTOR BADAN DIKLAT

(Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar)

A. Umum

Pemerintah (Dephub) bertanggungjawab terhadap penyediaan dan

pengembangan sumber daya manusia sesuai amanat Undang-

undang No.27 Tahun 2008 tentang pelayaran. Sumber Daya Manusia

yang berkualitas yang diamanatkan undang-undang tersebut adalah

dibidang angkutan perairan, kepelabuhan, keselamatan dan

keamanan pelayaran, perlindungan lingkungan maritim.

Page 78: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Selain hal tersebut, saat ini terjadi Seafarer Shortage di dunia,

kebutuhan pasar akan pelaut sangat tinggi dan dilain pihak produksi

pelaut belum mencukupi, dalam lima tahun mendatang kekurangan

perwira pelaut 83.900 orang. PIP Makassar mempunyai potensi untuk

dikembangkan sebagai lembaga diklat kepelautan.

Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar dalam merespon kondisi

strategis internal dan eksternal sejak berdirinya telah mengalami

banyak perubahan nama dan bentuk lembaga. Perubahan tersebut

adalah sebagai berikut :

1921 - 1946 : Sekolah Pelayaran Dasar

1946 - 1950 : Opleiding Scheepvaart School Celebes

(OSC)

1947 - 1950 : Midlebare Zeepvaart School (MZS)

1950 - 1964 : Sekolah Penyeberangan Laut Sulawesi

(SPLS)

1964 - 1972 : Sekolah Pelayaran Makasar (SPM)

1972 - 1979 : Sekolah Pelayaran Menengah Ujung

Pandang (SPMUP)

1979 - 1999 : Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran

Ujung Pandang :

1979 - 1982 : MPI/AMK-PI

1982 - 1984 : Crash Program

1983 - 1994 : Program Strata

A/Diploma III

1995 - 1999 : Program Diploma IV

Pelayaran

1999 -

Sekarang

: Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makasar,

Diploma IV Pelayaran.

PIP ini berdasar Keputusan Menteri

Perhubungan No. KM. 81 Tahun 1999

Tanggal 13 Oktober 1999 dan KM. No.

Page 79: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan

Tata Kerja PIP.

Kampus PIP Makassar terletak di Centre Point of Indonesia (CPI) dengan

Luas kampus saat ini 2,8428 Ha, daya tampung 570 Taruna di asrama,

jumlah kelas 33 ruang dan daya tampung total peserta didik 1.140 orang.

Program/ Jenis Diklat yang dikembangkan di PIP Makassar adalah

sebagai berikut:

a. PROGRAM DIKLAT DIPLOMA IV

1) Program Studi Nautika

2) Program Studi Tehnika

3) Program Studi Ketatalaksanaan Angkutan Laut Dan

Kepelabuhanan (KALK).

b. PROGRAM DIKLAT TEKNIS KEPELAUTAN

1) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-II Nautika (TPK-II Nautika)

2) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-III Nautika (TPK-III

Nautika)

3) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-II Tehnika (TPK-II Tehnika)

4) Diklat Teknis Profesi Kepelautan Tingkat-III Tehnika (TPK-III

Tehnika).

c. PROGRAM DIKLAT KETRAMPILAN KHUSUS PELAUT (DKKP)

1) Pelatihan Dasar Keselamatan (Basic Safety Training)

2) Keterampilan Menangani Sekoci/Rakit dan Perahu Penolong

(Proficiency In Survival Craft And Rescue Boats)

3) Pelatihan Pemadam Kebakaran Tingkat Lanjut (Advanced

Fire Fighting)

4) Pelatihan Pertolongan Pertama Medis dalam Keadaan

Darurat (Medical Emergency First Aid)

5) Perawatan Medis (Medical Care)

6) Simulasi Radar (Radar Simulator)

7) Simulasi Arpa (Arpa Simulator)

Page 80: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

8) Operator Radio Umum untuk GMDSS (General Radio

Operator’s For GMDSS/Global Maritime Distrees and Safety

System)

9) Operator Radio Restriksi Untuk GMDSS (Restricted Radio

Operator’s (Roc) for The GMDSS)

10) Pelatihan Familiarisasi Kapal Tangki (Minyak, Kimia Dan

Gas)/Tanker Familiarization (Oil, Chemical And Gas Tanker)

11) Ship Security Officer (SSO)

12) International Safety Management Code (ISM Code).

B. Anggaran

Besaran alokasi anggaran untuk mengembangkan PIP pada Tahun

Anggaran 2009 adalah sebesar Rp 28,05 Milyar, pada Tahun Anggaran

2010 sesuai APBN-P adalah sebesar Rp 235,76 Milyar, sedangkan

rencana alokasi anggaran pada Tahun 2011 sesuai pagu definitif

adalah sebesar Rp254,22 Milyar. Adapun lingkup kegiatan PIP

Makassar adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2008 : Study Kelayakan dan SID;

2. Tahun 2009: Pengadaan Lahan 74 Ha dan DED;

3. Tahun 2010: AMDAL, DED lanjutan dan Pematangan sebagian

Lahan;

Page 81: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

4. Tahun 2011-2014: Lanjutan Pematangan Lahan,Pembangunan

Gedung Utama/Kantor, Kelas dan Fasilitas Belajar Mengajar,

Gedung Laboratorium, Asrama, Gedung Praktek, serta Prasarana

Olahraga, Pengadaan Peralatan Laboratorium, dan Peralatan

Simulator

Kebutuhan pengembangan kampus untuk 1.250 Taruna di asrama, 113

ruang kelas, laboratorium, simulator, fasilitas olah raga dan latihan

penyelamatan di pesisir pantai dengan kapasitas peserta didik 5.000

orang. Adapun anggarannya adalah sebagai berikut:

PENINJAUAN PIP MAKASAR

Page 82: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

TABEL

ANGGARAN SUB SEKTOR BADAN DIKLAT

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN (PIP) MAKASSAR

TAHUN 2010

NO. KEGIATAN PAGU ANGGARAN

TA. 2010

1. Pembangunan Saran dan

Prasarana Lingkungan

Rp. 942,775 Juta

2. Pembangunan Gedung

Pendidikan

Rp. 5,034 Milyar

3. Pengadaan Peralatan dan

Perlengkapan Gedung

Rp.881,975 Juta

4. Perawatan dan

Pemeliharaan sarana dan

Prasarana

Rp.7,199 Milyar

Pada tahun 2011, direncanakan PIP Makassar akan memperoleh

anggaran sebesar Rp 254.221.905. 000 yang dipergunakan untuk

pengembangan kampus baru yang berada di kawasan center point

of indonesia.

C. Permasalahan

- Pekerjaan baru dapat dilaksanakan pada tanggal 14 september

2010, karena akses untuk masuk ke lokasi membutuhkan waktu 33

hari untuk negosiasi dengan warga sepanjang kalan salodong dan

jalan Dg. Tawaia

- Dari anggaran Rp 200 Milyar untuk pekerjaan pengembangan

kampus baru, yang digunakan baru sebesar Rp 50 Milyar mengingat

alokasi waktu tidak mencukupi dan RP 150 Milyar di dealokasi ke

STTD Bekasi dan BP2IP Surabaya

- Sehingga realisasi akhir kontrak per tanggal 13 desember 2010

hanya sebesar 49,764% atau sisa anggaran yang terealisasi sebesar

50,236% (Rp 20,232 Milyar)

- Untuk pembangunan Tahap IV yang dilaksanakan pada Tahun 2011

dibutuhkan anggaran sebesar Rp 157 Milyar

Page 83: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

3.3. SEKTOR PERUMAHAN RAKYAT

A. Umum

Pemanfaatan ruang terbesar dari kawasan perkotaan maupun

perdesaan adalah perumahan dan permukiman, maka

pembangunan perumahan dan permukima dilaksanakan dalam

rangka pembangunan perkotaan ataupun perdesaan.

Pembangunan perkotaan dilaksanakan seiring dengan

pembangunan perdesaan dimaksudkan agar terjadi keseimbangan

antara pembangunan yang terjadi di perkotaan dan perdesaan,

sehingga diharapkan dapat tumbuh secara bersamaan dan saling

mendukung, sekaligus dapat ikut mengendalikan terjadinya migrasi

penduduk yang senantiasa dapat memenuhi mutu dan daya dukung

kawasan/ lingkungan.

Perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman, serasi dan

tentram merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat

mutu kehidupan serta kesejahteraan rakyat dalam masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kebutuhan akan rumah tinggal bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (MBR) masih belum memenuhi kriteria layak huni. Sepanjang

periode 2005-2009, terdapat peningkatan jumlah rumah tangga baru

menjadi 3,6 juta rumah tangga, namun hanya 2,5 juta unit rumah

untuk menampung rumah tangga baru tersebut. Kurangnya

pemenuhan kebutuhan rumah ini juga didukung dengan fakta bahwa

terdapat 4,8 juta unit rumah dalam kondisi rusak berat dan sekitar 6,7

juta unit rumah tidak layak huni serta meningkatnya luasan kawasan

kumuh menjadi 5,7 Ha (BPS 2008)

Page 84: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

B. Objek yang di Kunjungi:

B.1 Rusunawa Mahasiswa UNHAS

Bertambahnya jumlah penduduk berdampak pada tuntutan

kebutuhan papan (rumah) yang sehat dengan lingkungan yang baik.

Salah satu fungsi kawasan di Provinsi Sulawesi Selatan,khususnya Kota

Makasar, adalah sebagau pelayanan pendidikan dengan adanya

kawasan pendidikan tinggi. Untuk menunjang perikehidupan

mahasiswa tentunya membutuhkan fasilitas berupa temat tinggal bagi

mahasiswa, untuk itu dibangunlah Rusunawa Mahasiswa di

Lingkungan Universitas Hasanuddin.

DATA PEKERJAAN

Progres Fisik Bangunan : 100%

Konsultan Perencana : PT. Cakra Manggilingan Jaya

Konsultan Supervisi : PT. Wahanacipta Bangunwisma

Kontraktor Pelaksana : PT. Bumi Rama Nusantara

Nomor/tanggal kontrak : KU.08.08/PK-PP/P2P/RUSUN08-43/641

12 Desember 2008

Nilai Kontrak : Rp. 10.879.714.000,-

Nomor/tanggal PHO : KU.09.04/BA-PHO/PK-PP/P2P/ RUSUN08-

43/04 14 Agustus 2009

Jumlah Lantai Bangunan : 4 Lantai

Jumlah Twin Block (TB) : 1 TB

Jumlah Hunian (Unit) : 98 Unit

Jumlah Unit Terhuni : -

Tahun Pembangunan : 2008

Jenis Konstruksi Bangunan : Beton Bertulang

Ukuran Luas Rata-rata Unit: 24 m2

Luas Tanah : 3.000 m2

Luas Bangunan : 3.600 m2

Fasilitas Umum / fasilitas Sosial -

Page 85: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

GAMBAR

PENINJAUAN RUSUNAWA MAHASISWA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

B.2 Perumahan Swadaya

Dengan bertambahnya penduduk miskin

maka penanganan rumah dan lingkungan

yang tidak layak huni harus dilakukan secara konseptual sejalan

dengan upaya penanganan program kemiskinan melalui program

pemberdayaan.

Bantuan stimulan Perumahan Swadaya (BSP2S) dan Peningkatan

Kualitas Perumahan (PKP) Kementerian Perumahan Rakyat di Provinsi

Sulawesi Selatan telah dilaksanakan sejak Tahun 2006. Besarnya

PENINJAUAN

PROGRAM PERUMAHAN SWADAYA

Page 86: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

bantuan tersebut dari Tahun 2006 hingga Tahun 2010 senilai berkisar Rp

24,8 Milyar.

Program BSP2S dan PKP ini merupakan bantuan yang memiliki tujuan

untuk merumahkan MBR agar dapat menempati rumah yang layak

huni dalam lingkungan yang sehat, nyaman dan serasi. MBR yang

mendapatkan bantuan adalah keluarga atau rumah tangga yang

berpenghasilan tetap maupun tidak tetap sampai dengan Rp 2,5 Juta

per bulan.

Program BSP2S dan PKP ini terbagi atas 2 kelompok bantuan, yaitu:

1. Pembangunan Baru (PB) dengan bantuan sebesar Rp. 10 juta per

unit rumah

2. Peningkatan Kualitas (PK) dengan bantuan sebesar Rp. 5 juta per

unit rumah

3. Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) dengan

bantuan sebesar Rp. 4 juta per unit rumah

Besaran anggaran yang diterima di Provinsi Sulawesi Selatan untuk

setiap kegiatan sejak Tahun 2006 hingga 2010 adalah sebagai berikut:

TABEL

BESARAN ANGGARAN UNTUK SETIAP KEGIATAN

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2006- 2010

PROGRAM TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010

BSP2S

PB 2.500 250 - 2.000 500

PK 750 2.000 1.000 4.000 2.500

PSU 550 300 96 700 715

PKP

PK - - 990 770 2.000

PSU - - 900 700 1.600

TOTAL 24.821

Keterangan: Dalam Juta Rupiah

Page 87: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Kota Makasar adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang

mendapatkan program BSP2S dan PKP sejak Tahun 2006 s/d 2010.

Besarnya nilai bantuan dari Tahun 2006 sampai dengan 2010 tersebut

adalah sebesar Rp 3,834 Milyar.

Penyaluran Dana Kegiatan BSP2S dan PKP dilakukan oleh LKM/LKnB

setempat. Proses penyaluran dilakukan dalam bentuk transfer

langsung dari kantor pelayanan perbendaharaan negara (KPPN)

kepadan LKM. LKnB. Secara detail jumlah bantuan yang diterima

dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL

JUMLAH BANTUAN PERUMAHAN SWADAYA

DI KOTA MAKASAR TAHUN 2006- 2010

TAHUN JUMLAH BANTUAN LOKASI

2006 150 unit, 300 Juta (PSU)

2007 - 50 unit (BSP2P-PK), 50 Juta (PSU)

- Pembuatan Jalan Paving 94,3 m1

Kel. Tamamaung

- 50 unit (BSP2P-PK), 50 Juta (PSU)

- Pembuatan Jalan Paving 99,3 m1

Kel. Rappo Kaling

2008 - 50 unit (BSP2P-PK), 150 Juta (PSU)

- Pembuatan Jalan Paving 175 m1

- Pembuatan Jalan Paving 77 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 58,5 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 50 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 60 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 54,9 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 24,7 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 14 m1

- Perbaikan Saluran Drainase

Kel. Bunga Ejaya

- 50 unit (BSP2P-PK), 150 Juta (PSU)

- Perbaikan Saluran Drainase

Kel. Tanjung

Merdeka

2009 - 75 unit (BSP2P-PK), 300 Juta (PSU)

- Perbaikan Saluran Drainase 378,5 m1

- Pembuatan Jalan Paving 352,6 m1

- Pembuatan Jalan Rabat Beton 60 m1

Kel. Tamalabba

Page 88: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

TAHUN JUMLAH BANTUAN LOKASI

2010 - 50 unit (BSP2P-PK), 87 Juta (PSU)

- Perbaikan Saluran Drainase 350 m1

- Pembuatan Jalan Paving 450 m1

Kel. Tammua

- 50 unit (BSP2P-PK), 87 Juta (PSU)

- Pembuatan Jalan Paving dan pondasi jalan

450 m1

Kel. Batua

C. Permasalahan

- Sulitnya Infrastruktur perumahan (listrik dan air bersih) sehingga

memperlambat proses penghunian rusunawa, termasuk rusunawa

UNHAS

- Agar Rusunawa UNHAS dapat segera di fungsikan sebagaimana

mestinya, maka dibutuhkan dana sebesar Rp 1,125 Milyar untuk

penyediaan air bersih

- Banyaknya kawasan perumahan yang dibangun tidak sesuai dengan

perencanaan akibatnya menimbulkan masalah seperti banjir.

- Program pembangunan perumahan swadaya belum merata ke

semua kabupaten/ Kota.

- Proses perizinan yang berbelit

3.4. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

A. Umum

Pembangunan daerah tertinggal di Indonesia diprioritaskan pada tiga

aspek, yaitu pembangunan infrastruktur pedesaan, pengembangan

ekonomi lokal, serta pemberdayaan masyarakat.

RPJM Nasional 2010-1014 telah menetapkan daerah tertinggal yang

akan diberikan penanganan prioritas di dalam pembangunan,

termasuk didalamnya adalah desa-desa di Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun kegiatan prioritas yang dilakukan Kementerian Pembangunan

Daerah Tertinggal di Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut:

Page 89: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

1. Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah

Tertinggal (P2KPDT)

2. Percepatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Daerah

Tertinggal (P2IPDT)

3. Percepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah Tertinggal

(P2SEDT)

4. Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan Daerah

Tertinggal (P4DT)

5. DAK Sarana dan Prasarana Pedesaan

B. Anggaran

Besaran anggaran untuk melakukan pembangunan di daerah

tertinggal di Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun Anggaran 2010

adalah sebesar Rp 50.877,57 Milyar. Besaran anggaran untuk tiap

kabupaten berdasarkan program pembangunan daerah tertinggal di

Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut:

TABEL

BESARAN ANGGARAN UNTUK SETIAP KABUPATEN

BERDASARKAN KEGIATAN

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010

Provinsi/Kabupaten

DAK

Sarana

Prasarana

Perdesaan

P4-DT P2IPDT

(APBN)

P2IPDT

(APBNP) P2KPDT P2SEDT TOTAL

Sulawesi Selatan 500,00 500,00

Selayar 1.199,80 1.400,00 100,00 2.699,80

Jeneponto 987,20 813,60 100,00 1.900,80

Pangkajene

Kepulauan

1.233,50 700,00 100,00

2.033,50

Toraja Utara (Dob) 826,20 2.686,80 885,00 100,00 4.498,00

Sinjai 1.066,90 300,00 930,00 152,60 2.449,50

Bulukumba 983,30 510,00 930,00 152,60 2.575,90

Bantaeng 940,30 550,00 930,00 152,60 2.572,90

Luwu 1.009,10 1.360,00 1.300,00 152,60 3.821,70

Luwu Timur 1.013,40 1.857,080 350,00 960,00 152,60 4.333,08

Luwu Utara 300,00 1.300,00 1.600,00

Takalar 1.041,30 300,00 152,60 1.493,90

Barru 1.052,90 1.000,00 152,60 2.205,50

Maros 500,00 500,00

Enrekang 1.039,60 152,60 1.192,20

Page 90: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

Provinsi/Kabupaten

DAK

Sarana

Prasarana

Perdesaan

P4-DT P2IPDT

(APBN)

P2IPDT

(APBNP) P2KPDT P2SEDT TOTAL

Tana Toraja 1.041,70 2.686,797 152,60 3.881,10

Pinrang 981,10 4.500,00 152,60 5.633,70

TOTAL 43.891,61

Keterangan: Dalam Juta Rupiah

C. Permasalahan

Permasalahan yang dialami oleh daerah tertinggal di Provinsi Sulawesi

Selatan adalah rendahnya aksesibilitas dan keterbatasan Infrastruktur

terutama bagi Kabupaten Selayar, Jeneponto dan Pangkep.

Memerlukan program prioritas seperti: pembangunan infrastruktur

jaringan air bersih, pembangunan embung, peningkatan dan

oembangunan jaringan jalanm pengadaan prasarana transportasi

serta pengadaan prasarana penyulingan air laut.

3.5. SEKTOR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

A. Umum

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) adalah

Lembaga Pemerintahan Non Departemen yang bertugas

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi,

Klimatologi, Kualitas Udara, dan Geofísika. Balai Besar MKG (BBMKG)

Wilayah IV Makasar Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai tugas

melaksanakan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data,

pengolahan, analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama, kalibrasi

dan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

BBMKG ini melakukan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran

data, pengolahan, analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama di

bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang

bertanggungjawab atas:

Page 91: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

1. 39 Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, Stasiun Geofisika,

dan Sensor Seiscom

2. Stasiun/Poskerja Sama

3. Stasiun Geofisika Internasional

Adapun jenis pelayanan yang dilakukan oleh Balai Besar Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika Makasar adalah:

1. Pusat Cuaca dan Iklim regional, yang terdiri atas: Informasi Dini

cuaca, Keselamatan penerbangan, Informasi kelautan, Prediksi

awal musim dan Kekeringan.

2. Pusat Gempa regional, yang terdiri atas: Infromasi gempa,

Peringatan dini tsunami, Tanda waktu.

Beberapa produk dari BBMKG ini dipergunakan oleh: Dishub, Mabes

Polri/Polda/Polres, Kodam, SAR Mks & Selayar, ASDP, Satkorlak/BNPB,

Stamet Majene, Stamet Masamba, Stamet Tator, Pemda Sinjai, Tribun

Timur, Fajar TV, Makassar TV, RRI Pro1 & Pro 2, Barata FM, Fajar FM,

Delta FM, Celebes, dan Teropong Kota.

TABEL

LAYANAN BBMKG SULAWESI SELATAN

LAYANAN PRODUK

Prakiraan Cuaca dan Regional - Informasi dini cuaca

- Keselamatan penerbangan

- Informasi kelautan

Pusat Iklim Regional - Informasi iklim wilayah

- Prediksi awal musim

- Kualitas udara

- Perubahan iklim

Pusat Kalibrasi Regional - Melakukan kalibrasi peralatan MKG milik

BMKG dan instansi lain

Pusat Gempa Regional - Informasi gempa

- Peringatan dini tsunami

- Tanda waktu

Page 92: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

B. Anggaran

Besaran anggaran untuk BMKG di Provinsi Sulawesi Selatan pada

Tahun 2010 adalah sebesar Rp 17.125.447.000,- anggaran ini menurun

cukup banyak jika dibanding dengan anggaran tahun 2009, yaitu

sebesar Rp 35.802.904.000,- Namun demikian direncanakan pada

tahun Anggaran 2011 BMKG Sulawesi Selatan memperoleh

anggaran sebesar Rp 41.507.853.000,-. Ini berarti Provinsi Sulawesi

Selatan medapatkan peningkatan anggaran berkisar 142%

dibanding dengan Tahun 2009. Adapun penggunaan anggaran

dibagi kedalam beberapa kelompok penganggaran, yaitu belanja

pegawai, belanja barang, dan belanja modal.

TABEL

PERKEMBANGAN ANGGARAN BELANJA

BMKG PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN TOTAL ANGGARAN

2007 Rp 13,040 Milyar

2008 Rp 15,044 Milyar

2009 Rp 35,802 Milyar

2010 Rp 17,125 Milyar

2011 (Renja-KL) Rp 41,507 Milyar

C. Permasalahan

- Untuk memperkuat jaringan data iklim hendaknya dipasang AWS

disetiap kabupaten yang saat ini masih belum terpasang (19

kabupaten)

- Data yang diperoleh dari pengamatan ini diharapkan dapat

membantu setiap kabupaten dalam hal kesiapan informasi iklim

yang akan berguna menunjang pembangunan di masing masing

daerah

- Idealnya untuk daerah rawan tsunami tiap jarak 100 km di

sepanjang pantai diletakkan satu alat pemantau gempa &

gelombang

Page 93: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- System komunikasi yang belum memadai.

- Radar Cuaca sudah tidak berfungsi dengan baik.

- Automatic Weather Stastion (AWS) jumlahnya masih sangat minim

(hanya 4 titik), belum menjangkau wilayah rawan bencana

- Automatic Rain Gauge (ARG) belum ada

- Ground sattellite receiver belum terpasang

PENINJAUAN

BBMKG SULAWESI SELATAN

3.6. BADAN SAR NASIONAL

A. Umum

Basarnas berpartisipasi untuk melaksanakan operasi SAR pada saat

kejadian dari suatu bencana dlm pencarian, pertolongan dan evakuasi

korban. Kantor SAR merupakan unit pelaksana teknis di bidang

Page 94: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

pencarian dan pertolongan (SAR) yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada kepala badan SAR nasional.

Beberapa Tugas Pokok dari Basarnas adalah melaksanakan siaga SAR,

pelatihan SAR, pembinaan potensi SAR, tindak awal dan Operasi SAR,

serta pengerahan dan pengendalian potensi SAR ar dalam rangka

operasi SAR yang meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan

menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang

atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau

penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya.

Pos SAR, adalah unit kerja satuan SAR di daerah wilayah kabupaten/

kota yang rawan bencana dan situasinya sulit dijangkau dari kantor

SAR. Fungsi pos SAR adalah merupakan perwakilan kantor SAR pada

lokasi wilayah kabupaten/ kota yang bersangkutan. Untuk wilayah

kerja kansar makassar telah ditetapkan 3 pos SAR dengan luas wilayah

kerja kansar makassar : 91.400,73 km², meliputi : Provinsi Sulawesi Selatan,

Provinsi Sulawesi Barat, dan Provinsi Sulawesi Tengah (sebagian hingga

palu).

Saat ini sumber daya manusia di Kantor SAR Makasar ada sebanyak 129

orang dengan adalah sebagai berikut:

o kakansar es. Iii : 1

o kasi ops. Es. Iv : 1

o kasubag. Tu. Es. Iv : 1

o rescuer : 63 termasuk pos dan rangkap jabat

o petugas adm : 23

o cpns 2010 : 40

Pos sar merupakan unit kerja satuan sar non struktural di daerah wilayah

kabupaten/ kota yang rawan musibah/bencana dan situasinya sulit

dijangkau dari kantor sar,

Page 95: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

• pos SAR di bentuk dalam rangka mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas unit pelaksana teknis diwilayah secara cepat,

tepat dan handal.

• telah ditetapkan 3 pos SAR untuk wilayah kerja kansar makassar.

TABEL

SARANA DAN PRASARANA KANTOR SAR MAKASAR

ROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010

Fasilitas Type Jumlah Lokasi

Rescue boat fiber 22 m 1 unit Pel. Soekarno – hatta, makassar

Sea rider Fiber-rubber 1 unit Pel. Soekarno – hatta, makassar

Rubber boat Lcr 7 unit 4 – makassar

3 – pos sar (bone, palu, selayar)

Rescue car Double cabin 5 unit 2 – makassar

3 – pos sar (bone, palu, selayar)

Rescue truck 1 unit Makassar

Truck personil Angkut 1 unit Makassar

B. Permasalahan

- Sumber daya manusia jumlah SDM yg dimiliki Kansar Makassar

masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan luas wilayah

kerja (Masing-2 pos SAR baru diisi 9 personil dan masih menjabat

rangkap)

- status kelembagaan belum sinkron antara struktur organisasi kantor

pusat basarnas dgn kantor SAR sebagai UPT Basarnas, sehingga

diharapkan adanya peningkatan esselonering bagi kantor SAR.

- Pos sar masih terbatas. Keberadaan pos SAR adalah untuk

mendukung pelaksanaan tugas kansar sbg upt Basarnas. Baru

terdapat 3 pos SAR di wilayah kerja Kansar Makassar. Idealnya

setiap kabupaten/kota terdapat pos SAR, atau minimal 3 kab/kota

1 pos SAR.

Page 96: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Sarana dan prasarana yang dimiliki belum memadai secara

kualitas maupun kuantitas untuk mencakup wilayah Indonesia

yang sangat luas dan medan yang beraneka ragam kondisinya.

- Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

mendukung operasi sar, diantaranya :

a. Rescue boat 20 m sangat tidak layak utk menjangkau

daerah perairan yg pd saat-saat tertentu dgn cuaca yg

sangat ekstrim (idealnya min. 40 m terbuat dari logam),

b. Belum tersedia hellycopter

c. Belum tersedia shelter utk rescue boat dan perahu karet

d. Belum adanya gedung khusus tempat siaga rescuer

Page 97: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

BAGIAN IV

KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN

RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011

TANGGAL 21-23 DESEMBER 2010

Setelah disampaikan secara singkat mengenai gambaran umum serta

hasil peninjauan Kunjungan kerja Komisi V DPR-RI ke Provinsi Sulawesi

Selatan, maka dapat disampaikan beberapa catatan Kesimpulan

sebagai berikut:

1. Komisi V DPR RI memberikan apresiasi atas prestasi yang telah dan

keberhasilan pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan di

Provinsi Sulawesi selatan, terutama terhadap penghargaan nasional

yang telah diperolah Dinas Tata Ruang dan Permukiman Sulawesi

Selatan serta Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sulsel

sebagai dinas terbaik pada bidang penataan ruang, sub bidang

penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan, serta bidang

pekerjaan umum, sub bidang sumber daya air.

2. Komisi V DPR RI mendukung seluruh mitra Komisi V DPR-RI, untuk

memperjuangkan alokasi anggaran pada APBN 2011 dalam

memenuhi kebutuhan anggaran bagi Provinsi Sulawesi Selatan di

seluruh bidang yang terkait dengan mitra kerja Komisi V DPR RI.

3. Dalam rangka peningkatan pelayanan bagi wilayah Indonesia Bagian

Timur, Komisi V DPR RI mendesak mitra kerja Komisi V DPR RI untuk

memprioritaskan program-program yang dapat memberikan effect

multiplier diantaranya adalah pembangunan Bandar Udara Toraja,

revitalisasi pantai Losari, serta pengembangan pelabuhan

Garongkong dengan kepastian sharing pendanaan antara

Pemerintah pusat dan daerah.

Page 98: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

4. Komisi V DPR RI mendorong seluruh mitra kerja Komisi V DPR-RI untuk

selalu menyusun program-program yang berbasis kinerja, dengan

skala prioritas agar hasil program secara jelas dapat dirasakan oleh

masyarakat.

5. Dalam hal penyusunan rencana program/ kegiatan setiap sektor,

Komisi V DPR RI mendesak seluruh mitra kerja Komisi V DPR-RI, untuk

melakukan sinkronisasi program lintas sektor lintas kementerian terkait,

agar seluruh program dapat berjalan secara sinergis dan

berkelanjutan.

Secara detail, rekomendasi/ saran bagi masing-masing sektor dapat

disampaikan sebagai berikut:

A. SEKTOR PEKERJAAN UMUM

1. SUBSEKTOR SUMBER DAYA AIR

Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan

di sub sektor sumber daya air adalah;

1. Harus adanya terobosan solusi yang inovatif mengenai sistem

penyediaan air bersih di Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka

memenuhi kebutuhan air baku untuk perkotaan, perdesaan,

dan industri serta pengendalian banjir di musim hujan

2. Meningkatkan pelayanan jaringan irigasi dengan

mengoptimalkan fungsi jaringan irigasi yang sudah ada dengan

melakukan rehabilitasi, pemeliharaan jaringan irigasi secara

berkala, dan masih meningkatkan keterlibatan petani dan

stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.

3. Mengembalikan fungsi seluruh infrastruktur SDA yang

mengalami kerusakan karena bencana alam seperti banjir,

tanah longsor, tsunami, atau gempa bumi.

4. Mengembalikan fungsi lahan beririgasi teknis, agar luas lahan

pertanian yang gagal panen akibat banjir dapat berkurang.

Page 99: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

5. Penetapan prioritas bagi program-program pembangunan dan

pengembangan Daerah Irigasi di Provinsi Sulawesi Selatan

menjadi sangat penting, mengingat begitu banyaknya

program pengembangan daerah irigasi Di Provinsi Sulawesi

Selatan yang membutuhkan biaya besar.

6. Memperjuangkan anggaran sebesar Rp 60 Milyar untuk

memasang site pile di area seluas 16 Ha di Center Point of

Indonesia Losari.

2. SUBSEKTOR BINA MARGA

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di

sektor ini adalah;

1. Sebelum proyek pembangunan jalan dilakukan, diperlukan

suatu kajian kelayakan terhadap lokasi jalan yang dipilih, baik

layak secara fisik, ekonomi dan lingkungan, terutama terkait

dengan lokasi yang rentan terhadap bencana alam, serta

melakukan perhitungan anggaran secara rasional agar

aproyek pembangunan jalan dapat dikerjakan secara optimal

dan sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan.

2. Dalam menyusun rencana program/ kegiatan, harus

melakukan sinkronisasi lintas sektor lintas wilayah, agar seluruh

program dapat berjalan secara sinergis dan berkelanjutan.

3. Mencari terobosan solusi untuk menyelesaikan masalah

pembebasan lahan dan membuka kesempatan untuk

memperoleh perpanjangan waktu pekerjaan sampai akhir T.A

2010 dan jika dimungkinkan sampai akhir 2011 bagi Kontraktor

yang memiliki kendala dalam pembebasan lahan,

4. Perlunya dukungan dana dari Pemerintah yang lebih maksimal

untuk mempercepat pembangunan jalan di Provinsi Sulawesi

Selatan dalam rangka mempercepat pertumbuhan wilayah

dan meningkatkan mobilitas masyarakat terutama bagi

Page 100: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

penuntasan lintas utama (lintas barat) dan jalan lintas

timur sulawesi selatan, serta implementasi infrastruktur jalan

dan jembatan pada kawasan metropolitan mamminasata

(Maros, Sungguminasa, Makassar, Takalar).

3. SUBSEKTOR CIPTA KARYA

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di

sektor ini adalah;

1. Perlu adanya pengembangan TPA Regional, Sistem

Pengelolaan Air Limbah Terpadu dan drainase dalam rangka

mendukung gerakan percepatan sanitasi nasional

2. Perlu adanya solusi yang invatif dalam meningkatkan

pelayanan dan kapasitas air minum baik di pedesaan maupun

di perkotaan.

3. Segera melakukan penanganan bagi permukiman kumuh

perkotaan serta infrastruktur pada kawasan potensial pedesaan

dan desa tertinggal dengan Penyelenggaraan hunian vertikal

dan dukungan aksesibilitas.

4. SUB SEKTOR TATA RUANG

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor

ini adalah;

1. Segera menyelesaikan amanat UU No 26 Tahun 2007 Tentang

penataan Ruang, yaitu dengan menyelesaikan RTRW

Kabupaten/ Kota di Provinsi Sulawesi Selatan menjadi sebuah

Perda beserta turunananya, sehingga ada kepastian hukum

bagi investor yang ingin datang berinvestasi.

2. Mencari alternatif solusi dalam mengatasi keterbatasan

kemampuan pemerintah daerah baik di bidang pendanaan,

informasi, maupun kapasitas SDM untuk menyelesaikan RTRW

Kabupaten/Kota.

Page 101: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

3. Segera menyelesaikan perencanaan tata ruang dan

pengembangan infrastruktur di Kawasan Strategis Nasional

(Mamminasata, Kapet Pare-pare, Kawasan Sorowako dsk, dan

Kawasan Toraja dsk) yang mengacu pada PP 26 Tahun 2008

tentang RTRWN dan Perda No 9 Tahun 2009 tentang RTRW

Provinsi Sulawesi Selatan.

4. Perlunya dukungan pendanaan dari pemerintah untuk

mempercepat penyusunan rencana rinci kawasan strategis

provinsi subsektor Kawasan strategis provinsi.

B. SEKTOR PERHUBUNGAN

1. SUBSEKTOR PERHUBUNGAN UDARA

Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan

di subsektor perhubungan udara antara lain sebagai berikut;

1. Terkait dengan Bandar Udara di Kabupaten Tana Toraja, Komisi

V DPR RI mendorong Kementerian Perhubungan untuk

menindaklanjuti kebijakan pengembangan pembangunan

transportasi udara di Toraja Utara sesuai dengan Tatanan

Kebandarudaraan Nasional guna menunjang pengembangan

perekonomian dan pembangunan wilayah menuju

kesejahteraan masyarakat.

2. Pembangunan Transportasi Udara khususnya bandara-bandara

perintis harus dimaksimalkan karena memiliki peran vital untuk

menghubungkan beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan.

3. Segera melaksanakan Rencana pemisahan ATS single

provider dari PT. Angkasa pura I untuk meningkatkan kinerja

SDM lalu lintas penerbangan di Bandar Udara Hasanuddin.

Page 102: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2. SUBSEKTOR PERHUBUNGAN DARAT

Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan

di subsektor perhubungan darat adalah sebagai berikut;

1. Memperkuat peran Pelabuhan di Provinsi Sulawesi Selatan

sebagai hubungan International di Kawasan Timur Indonesia

dengan mengembangkan Pelabuhan Garongkong.

2. Segera melakukan revitalisasi kolam pelabuhan melalui

pengerukan, penggantian mobile bridge yang sudah rusak

serta perluasan kolam pelabuhan hingga bisa dimasuki 2 (dua)

kapal ferry pada waktu bersamaan.

3. Mengupayakan percepatan penggunaan System ATCS (Area

Traffic Control System) di 4 simpul wilayah di kawasan Kota

Makassar (Barat, Timur, Utara dan selatan)

4. Mendorong terselenggaranya Angkutan umum berbasis

angkutan massal pada lintas kawasan MAMMINASATA, baik

berupa BUS, Kereta api dan atau mono rail.

5. Mempercepat pembangunan Fasilitas keselamatan lalu lintas

dan angkutan jalan pada wilayah perkotaan;

6. Melaksanakan amanata undang-undang No 22 Tahun 2009

tentang lalu lintas dan angkutan jalan dengan pemasangan

fasilitas keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan pada ruas

jalan lintas Kabupaten/Kota

7. Penanganan daerah rawan kecelakann (DRK) dan daerah

rawan kemacetan akibat penggunaan jalan diluar

kepentingan jalan (parkir,pasar tumpah dan keramaian)

3. SUB SEKTOR PERHUBUNGAN LAUT

Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan

di subsektor perhubungan laut adalah sebagai berikut:

Page 103: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

- Untuk membuka akses bagi pulau-pulau terpencil, maka

diperlukan pembangunan Dermaga pada Pulau-Pulau

terpencil tersebut.

- Mencari alternatif pendanaan bagi pembangunan pelabuhan,

agar kerusakan pendanaan Kondisi Pelabuhan tidak

mengalami kerusakan dan penurunan kualitas akibat distribusi

anggaran pusat yang bertahap dan terbatas.

- Memprioritaskan pengembangan pelabuhan Garongkong

untuk mengatasi ketidakmampuan pelabuhan lainnya dalam

melayani angkutan kapal.

4. BADAN DIKLAT PIP MAKASAR

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di

sektor ini adalah;

1. Komisi V DPR RI mendesak Badan Diklat Perhubungan untuk

melakukan terobosan dalam hal penguatan pembiayaan

diklat diantaranya menjalin kerjasama dengan swasta

penyelenggara transportasi sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

2. Meminta Badan Diklat Kementerian Perhubungan untuk

berupaya meningkatkan daya serapnya, dan melakukan

perencanaan/ pelaksanaan anggaran secara cermat dan

tepat, agar penyerapan anggaran yang rendah serta alokasi

waktu pembangunan kurang mencukupi, tidak terjadi kembali

di masa yang akan datang.

3. Mengupayakan anggaran pembangunan sebesasr Rp 157

Milyar untuk pembangunan kampus PIP Tahap IV yang

dilaksanakan pada Tahun 2011.

Page 104: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

C. SEKTOR PERUMAHAN RAKYAT

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor

ini adalah;

1. Segera melakukan evaluasi terhadap program-program

pembangunan Rusunawa yang tidak berjalan sesuai rencana,

dan kemudian melakukan pembenahan/ perbaikan atas

kejadian tersebut.

2. Dalam menyusun rencana program/ kegiatan, kementerian

perumahan rakyat harus melakukan sinkronisasi lintas sektor

lintas kementerian terkait, agar seluruh program dapat berjalan

secara sinergis dan berkelanjutan, terutama terkait dengan

peyediaan infrastruktur bagi setiap sarusun.

3. Mengupayakan anggaran sebesar Rp 1,125 Milyar untuk

membangun prasarana air bersih, agar Rusunawa UNHAS

dapat segera di fungsikan sebagaimana mestinya.

4. Kementerian perumahan rakyat diminta untuk menyusun

rencana program pembangunan perumahan swadaya yang

lebih merata di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

D. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor

ini adalah;

1. Mengoptimalkan peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam

melaksanakan program-program Kementerian Pembangunan

Daerah Tertinggal untuk mendorong kegiatan ekonomi

masyarakat sehingga manfaat dapat langsung dinikmati oleh

masyarakat. Untuk itu Kementerian Pembangunan Daerah

Tertinggal harus memiliki terobosan solusi dalam melibatkan

masyarakat.

Page 105: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

2. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan potensi

daerah dalam menyerap program-program pembangunan

daerah tertinggal

3. Melakukan restrukturisasi kegiatan utama, agar tidak terkesan

tumpang tindih, lebih sederhana, mudah dimengerti oleh

semua stakeholders, serta menentukan skala prioritas

berdasarkan kriteria yang jelas, agar program yang

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan mendesak masyarakat.

E. SEKTOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor

ini adalah;

1. Menjadikan program Balai Besar Meteorologi Klimatiologi dan

Geofisika (BBMKG) wilayah IV Makasar ini sebagai prioritas skala

nasional, mengingat cakupan wilayah dan fungsi pelayanan

yang sangat luas, membawahi 39 stasion BMG dan melayani

wilayah Indonesia bagian Timur.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

Stasiun BBMKG dalam rangka peningkatan pelayanan bagi

sektor penerbangan, pelayaran, harian dan informasi cuaca

lainnya.

3. Memperkuat jaringan data iklim dengan dipasangnya AWS

(Automatic Weather Stastion) di 19 (sembilan belas) kabupaten

yang saat ini masih belum terpasang, agar dapat menjangkau

wilayah rawan bencana

4. Dalam rangka meningkatkan kualitas wilayah pelayanan,

maka harus segera memasang satu alat pemantau gempa &

gelombang di tiap jarak 100 km di sepanjang pantai rawan

Page 106: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

tsunami, serta melakukan pengadaan alat Automatic Rain

Gauge (ARG) dan Ground sattellite receiver.

5. Segera mengalokasikan anggaran bagi perbaikan Radar

Cuaca yang saat ini sudah tidak berfungsi dengan baik.

6. Meningkatkan System komunikasi agar produk yang dihasilkan

BBMKG dapat dirasakan oleh seluruh sektor, wilayah serta

lapisan masyarakat yang membutuhkan.

F. SEKTOR BADAN SAR NASIONAL

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor

ini adalah:

1. Mengadakan program peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia dengan adanya berbagaimacam pelatihan; serta

Mengupayakan penambahan personil khususnya sebagai TIM

RESCUE, sebagai tindakan prefentif bagi wilayah Provinsi

Sulawesi Selatan yang luas dan rawan gempa bumi.

2. Memperkuat kondisi kelembagaan dengan melakukan

peningkatan esselonering bagi kantor SAR

3. Menambah jumlah pos SAR untuk mendukung pelaksanaan

tugas kansar sebagai upt Basarnas dimana setiap

kabupaten/kota seharusnya memiliki satu pos SAR, atau minimal

3 kabupaten/kota 1 pos SAR.

4. Meningkatkan pelayanan dengan menambah sarana dan

prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung operasi sar,

diantaranya dengan mengadakan Rescue boat 40 m,

Helikopter, shelter untuk rescue boat dan perahu karet, serta

gedung khusus tempat siaga rescuer.

Page 107: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107

BAGIAN V PENUTUP

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011 TANGGAL 21-23 DESEMBER 2010

Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR-RI ke Provinsi Sulawesi

Selatan pada Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010 - 2011 yang

dilaksanakan dari tanggal 21-23 Desember 2010.

Semoga berbagai temuan yang telah dituangkan didalam laporan ini

dapat menjadi masukan bagi peningkatan kualitas kerja komisi V DPR-RI

terutama dalam bidang pengawasan, dan semoga temuan-temuan

tersebut dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah dengan melakukan

perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana bagi

kesejahteraaan rakyat khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan dan

Indonesia pada umumnya.

Jakarta, Maret 2011

KETUA TIM KUNKER KOMISI V DPR-RI

KE SULAWESI SELATAN

H. Muhidin Mohamad Said, SE.,MBA

Page 108: BAGIAN I PENDAHULUAN - Dewan Perwakilan Rakyat temperatur, kelembaban, curah hujan, penyinaran matahari dan kecepatan angin antara dua wilayah tersebut berbeda pada periode yang sama.

Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI 1

PROVINSI SULAWESI SELATAN -107