Bagaimanakah terapi hipertensi

6
Bagaimanakah terapi hipertensi? Terapi hipertensi tujuannya adalah: Menurunkan tekanan darah. Mengobati penyakit primernya (bila ada). Mengendalikan faktor risiko lainnya, misalnya kegemukan dan kebiasaan merokok. sehingga akan: Menurunkan risiko serangan stroke . Menurunkan risiko serangan jantung . Menurunkan risiko gagal ginjal. Menurunkan risiko buta mata. Menurunkan risiko kerusakan berbagai organ target lainnya. Terapi hipertensi meliputi: Terapi non farmakologik, yaitu memperbaiki pola hidup. Harus dilakukan oleh semua pengidap hipertensi baik ada penyakit penyerta maupun tidak. Upaya perbaikan pola hidup antara lain perbaikan pola makan, perbaikan pola aktifitas dan olah raga serta upaya menurunkan berat badan yang berlebih. Walau sudah makan obat, upaya ini tetap harus dilakukan. Dengan makan obat tidak berarti bahwa pengidap hipertensi tidak perlu lagi melakukan diet hipertensi, berolah raga dan menurunkan berat badannya.

description

bagaimana terapi hipertensi

Transcript of Bagaimanakah terapi hipertensi

Page 1: Bagaimanakah terapi hipertensi

Bagaimanakah terapi hipertensi?

Terapi hipertensi tujuannya adalah:

Menurunkan tekanan darah. Mengobati penyakit primernya (bila ada). Mengendalikan faktor risiko lainnya, misalnya kegemukan dan kebiasaan merokok.

sehingga akan:

Menurunkan risiko serangan stroke. Menurunkan risiko serangan jantung. Menurunkan risiko gagal ginjal. Menurunkan risiko buta mata. Menurunkan risiko kerusakan berbagai organ target lainnya.

Terapi hipertensi meliputi:

Terapi non farmakologik, yaitu memperbaiki pola hidup. Harus dilakukan oleh semua pengidap hipertensi baik ada penyakit penyerta maupun tidak. Upaya perbaikan pola hidup antara lain perbaikan pola makan, perbaikan pola aktifitas dan olah raga serta upaya menurunkan berat badan yang berlebih. Walau sudah makan obat, upaya ini tetap harus dilakukan. Dengan makan obat tidak berarti bahwa pengidap hipertensi tidak perlu lagi melakukan diet hipertensi, berolah raga dan menurunkan berat badannya.

Terapi farmakologik, yaitu dengan meminum obat antihipertensi.

Page 2: Bagaimanakah terapi hipertensi

Sampai angka berapakah target penurunan tekanan darah?

kurang dari 140 / 90 mmHg atau lebih rendah bila dapat ditoleransi dengan baik, dimana upaya tersebut dapat diterima oleh pengidap hipertensi tanpa menimbulkan keluhan/efek samping yang mengganggu.

kurang dari 130 / 80 mmHg pada pengidap hipertensi yang juga mengidap 'diabetes melitus'/kencing manis atau 'penyakit ginjal' dan jantung.

Mereka yang mengidap diabetes harus mengendalikan tekanan darahnya kurang dari 130/80 mmHg. Akibat diabetes menahun, terjadi kerusakan di berbagai pembuluh darah, baik pembuluh darah besar maupun pembuluh darah kecil. Oleh karena itu pengidap diabetes berisiko untuk mengalami  terjadinya kerusakan organ akibat hipertensi.

Mereka yang sudah mengalami penyakit ginjal perlu mempertahankan fungsi ginjal yang ada. Hipertensi yang tidak terkendali dapat memperberat kerusakan organ ginjal yang telah terjadi, sehingga kendali tekanan darah pada penderita penyakit ginjal juga harus kurang dari 130/85 mmHg.

Sampai kapan minum obat antihipertensi?

Pada umumnya obat hipertensi harus diminum sepanjang usia, apa lagi bila memiliki faktor risiko lain atau bila sudah disertai dengan adanya kerusakan pada organ target (jantung, ginjal, otak dan pembuluh darah). Terapi dengan obat antihipertensi bertujuan untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut.

Ketika seseorang minum obat antihipertensi, maka pemeriksaan tekanan darah akan memperlihatkan hasil yang normal, namun hal ini bukan berarti bahwa ia sudah ‘sembuh’ dari hipertensi. Hipertensi primer dapat dikendalikan. Bila konsumsi obat antihipertensi dihentikan maka tekanan darah akan meningkat lagi. Bila tekanan darah kembali tinggi, maka risiko pengidap hipertensi untuk terjadinya kerusakan organ target hipertensi akan kembali menjadi tinggi.

Bila seorang pengidap hipertensi berhenti mengkonsumsi obat antihipertensi maka tekanan darahnya akan meningkat tak terkontrol. Kondisi ini sangat berbahaya, yaitu menimbulkan stroke (pada organ target otak), serangan jantung dan gagal jantung, penyakit ginjal dan gagal ginjal, serta kerusakan retina mata yang dapat menimbulkan kebutaan.

Jadi, yang terpenting dalam mengkonsumi obat antihipertensi adalah dapat mengkonsumsi secara lestari (terus-menerus). Upaya ini dapat dilakukan bila pengidap hipertensi bekerja sama dan melakukan kontrol berkala kepada dokternya.

Karena obat antihipertensi banyak jenisnya dari harga yang murah hingga termahal, maka diskusikanlah perihal ini kepada dokter/dokter keluarga anda.

Page 3: Bagaimanakah terapi hipertensi

Bagaimanakah upaya non-obat untuk menurunkan tekanan darah?

Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup merupakan upaya non farmakologis (bukan obat) untuk menurunkan tekanan darah. Upaya ini meliputi:

Menurunkan berat badan Diet pola sehat Diet rendah garam Olah raga Stop alkohol

Upaya ini dapat  memberikan keberhasilan penurunan tekanan darah.

1. Bila berat badan berlebih, turunkan!

Penurunan berat badan sangat menunjang terhadap turunnya tekanan darah, sebab kegemukan sangat erat dengan kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Upaya minum obat antihipertensi tidak akan efektif bila hipertensi pada pengidap obesitas tanpa disertai dengan upaya penurunan berat badan. Perihal obesitas baca di topik obesitas .

2. Diet hipertensi

Batasilah asupan garam kurang dari 2400 mg/hari (1¼ sendok teh). 

Kurangi konsumsi kecap, saus, margarin, mentega, keju, terasi, petis. Hindari ikan asin dan cumi asin. Pilih ‘ikan segar’ saja yang tidak diawetkan. Hindari sarden, kornet dan sosis. Pilih  ‘daging segar’ saja yang dimasak segera di

dapur. Hindari camilan seperti kue-kue, biskuit dan krakers. Camilan yang baik adalah jenis

buah-buahan segar. Makan buah-buahan yang ‘segar’ saja, bukan yang diawetkan seperti ‘asinan’ buah-

buahan. Hindari makanan atau minuman yang mengandung: natrium benzoat. Biasanya

terdapat pada berbagai makanan kalengan dan minuman ‘soft drink’. Hindari camilan yang mengandung MSG yaitu mono ‘sodium’ glumate, cirinya terasa

gurih. Perhatikan informasi kandungan Natrium ('Sodium') pada label informasi makanan

('Nutrition Facts') pada berbagai makanan kemasan.

Pada umumnya makanan rumah lebih sehat daripada makanan jajanan  seperti mie bakso, siomay, gule, empal, rendang, nasi campur dsb. Makanan yang dibeli di luar rumah sering mempunyai cita rasa yang lebih kuat karena mengandung bumbu yang kental dan mengandung lebih banyak garam.

Selain itu, pengidap hipertensi juga perlu mengatur pola makannya:

Lebih banyak makan buah dan sayuran segar.

Page 4: Bagaimanakah terapi hipertensi

Memilih jenis makanan yang rendah lemak, hindari (batasi) lemak jenuh dan kolesterol (dari lemak hewani). Ciri lemak jenuh adalah memadat pada suhu kamar.

Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran. Stop minuman beralkohol, rokok, juga marijuana (ganja) dan ekstasi (amfetamin).

Informasi tentang kandungan garam terdapat di dalam label informasi gizi atau ‘nutrition facts’.

3. Beraktifitas fisik & olah raga

Berolahraga secara teratur sekitar 30 menit sehari akan membantu menurunkan berat badan, juga menurunkan risiko terkena berbagai penyakit 'kardiovaskuler'. Jadi, pengidap hipertensi harus merubah kebiasaan tidak aktif menjadi kebiasaan aktif.

Olah raga pada pengidap hipertensi dengan 'risiko tinggi' harus dibimbing oleh supervisi / ahli medis untuk memilih jenis aktifitas fisik / olah raga yang tepat.

Olah raga yang baik adalah olah raga intensitas ringan sedang yang bersifat aerobik, seperti ‘brisk walk’ (jalan cepat), ‘jogging’, berenang dan bersepeda. Hindari olah raga dengan beban berlebihan seperti panjat tebing dan angkat besi. Hindari pula jenis oleh raga yang intensitasnya terlalu tinggi, seperti lari cepat.

Lakukan olah raga secara rutin sehari 30-60 menit, seminggu 3-5 kali.

Aktivitas fisik lain selain olah raga, seperti melakukan berbagai pekerjaan rumah juga merupakan hal yang baik untuk kesehatan. Jadi untuk sehat, pengidap hipertensi juga harus meninggalkan berbagai perilaku tidak aktif.

Modifikasi gaya hidup:

Buat rencana pekerjaan rumah, seperti berkebun, membersihkan lantai, dan lainnya. Buat rencana olah raga seperti jalan cepat, berenang atau bersepeda. Buatlah target yang realistik, misalnya seminggu 3 kali 45 menit, berupa ‘brisk

walking’. Intensitas olah raga tingkatkan secara bertahap, mulai dari brisk walking selama 15

menit hingga 45-60 menit. Lebih banyak berjalan kaki atau bersepeda, kurangi penggunaan kendaraan (motor /

mobil).