EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat...

19
EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh: ALIFTA NINDA SAFITRI K100120170 PROGAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2017

Transcript of EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat...

Page 1: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr.

SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

TAHUN 2015

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi

Fakultas Farmasi

Oleh:

ALIFTA NINDA SAFITRI

K100120170

PROGAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2017

Page 2: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr.

SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ALIFTA NINDA SAFITRI

K100120170

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Zakky Cholisoh,M.Clin.Pharm,Ph.D.,Apt

NIK.

i i

Page 3: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

iii

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015

OLEH

ALIFTA NINDA SAFITRI

K100120170

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari ……., ………. 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Hidayah Karuniawati, M. Sc., Apt (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dra. Nurul Mutmainah, M. Si., Apt. (……………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Zakky Cholisoh, M. Clin. Pharm. Ph.D., Apt. (…………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

NIK. 956

ii

ii

Page 4: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untu k memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 01 Agustus 2017

Penulis

ALIFTA NINDA SAFITRI

K100120170

iii

Page 5: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

1

EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015

Abstrak

Hipertensi bisa menjadi penyebab atau konsekuensi gagal ginjal kronik dan merupakan

faktor risiko untuk perkembangan kerusakan ginjal yang lebih cepat. Penurunan tekanan

darah adalah cara yang efisien untuk mencegah atau memperlambat perkembangan

kerusakan ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kejadian ketepatan

pemilihan obat anti hipertensi meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat

dosis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Pengambilan data menggunakan metode

retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien. Sampel pasien diambil dengan

metode purposive sampling. Data dianalisis secara deskriptif non-eksperimental dengan

mengevaluasi ketepatan pengobatan anti hipertensi meliputi tepat indikasi, tepat pasien,

tepat obat dan tepat dosis yang kemudian disesuaikan dengan referensi yang diacu

guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National Formulary (BNF),

Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The Journal Drug Dosing

and Renal Failure 2000 dan disajikan dengan persentase. Dari 50 subjek penelitian

diperoleh hasil penggunaan obat anti hipertensi yaitu obat tunggal yang digunakan

adalah furosemid 14%, amlodipin 2%, serta obat kombinasi yang paling banyak

digunakan adalah furosemid + amlodipin 20% dan furosemid + amlodipin + irbesartan

14%. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal

kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat,

58% tepat dosis dan 54% tepat dosis saat hemodialisa.

Kata kunci : Anti hipertensi, Gagal Ginjal Kronik, RSUD Dr.Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri

Abstrak

Hypertension can be the cause or consequence of chronic renal failure and is a risk

factor for the development of faster renal impairment. A drop in blood pressure is an

efficient way to prevent or slow the progression of this damage. The purpose of this

study to evaluate the accuracy of selection of anti-hypertensive drugs include precise,

precise, precise and appropriate doses of patients with chronic renal failure who

underwent treatment at Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri in 2015. Retrieval of

data using retrospective method by looking at patient medical record data. The patient

sample was taken by purposive sampling method. The data were analyzed descriptively

non-experimental by evaluating the accuracy of anti hypertension treatment including

precise, precise patient, precise and exact dosage which was then adjusted with

reference to guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National

Formulary (BNF), Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The

Journal of Drug Dosing and Renal Failure 2000 and presented with a percentage. Of

the 50 research subjects obtained the results of the use of anti-hypertensive drugs ie single drug used is furosemide 14%, amlodipin 2%, and the most widely used

combination drug is furosemid + amlodipin 20% and furosemid + amlodipin +

irbesartan 14%. The results of the evaluation of the accuracy of the use of anti-

hypertensive drugs in patients chronic renal failure with hypertensive are 100% precise

indication, 100% precise patient, 86% precise medication, 58% precise dose and 54%

precise dose at hemodialysis.

Key Words: Anti hypertension, Chronic Kidney Failure, RSUD Dr.Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri

Page 6: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

2

1. PENDAHULUAN

National Kidney Foundation menyebutkan tekanan darah tinggi adalah penyebab utama

gagal ginjal kronik. Seiring waktu tekanan darah tinggi bisa merusak unit penyaringan kecil di

ginjal akibatnya ginjal bisa berhenti mengeluarkan limbah dan cairan ekstra dari darah. Cairan

tambahan di pembuluh darah dapat terbentuk dan menaikkan tekanan darah lebih tinggi lagi. Di

sisi lain hipertensi bisa menjadi komplikasi gagal ginjal kronik. Ginjal yang telah terganggu

fungsinya kurang mampu membantu mengatur tekanan darah akibatnya tekanan darah meningkat

(NKF, 2010). Pengurangan tekanan darah adalah cara yang efisien untuk memperbaiki atau

memperlambat perkembangan kerusakan ginjal (Depkes RI, 2006). Joint National Committee

VIII (2014) merekomendasikan menurunkan tekanan darah sampai 140/90 mmHg atau kurang

pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal kronik. Pencapaian tujuan ini perlu dilakukan

secara agresif dengan rejimen anti hipertensi multidrug, jika diperlukan. Selain melindungi ginjal

dengan mengurangi tekanan darah, obat anti hipertensi juga dapat memiliki efek langsung pada

mekanisme kerusakan intrarenal, seperti peningkatan tekanan glomerulus dan proteinuria. Obat

anti hipertensi yang memiliki efek langsung pada mekanisme intrarenal dapat menyebabkan efek

nefroprotektif tambahan akibat pengurangan tekanan darah arterial. Sedangkan efek penurunan

tekanan darah umum terjadi pada semua obat anti hipertensi, efek intrarenal berbeda antara kelas

dan antara obat individual dalam kelas tertentu (Wenzel, 2005).

Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa dokter di Indonesia sebesar 0,2%.

Gagal ginjal kronik juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada

kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), umur 45-55 tahun (0,4%), umur 55-75 tahun (0,5%) dan

umur > 75 tahun (0,6%). Dari hasil wawancara dengan bagian rekam medik RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015, jumlah penderita hipertensi yang tercatat pada periode

tahun 2014 di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 2046 kasus. Tingginya

kasus tersebut, penulis memandang perlu untuk dilakukan penelitian mengenai evaluasi

ketepatan terapi hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD

Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Dalam penelitian ini peran seorang

farmasis adalah dapat menilai dan mengevaluasi ketepatan terapi hipertensi khususnya dalam

menilai rasionalitas penggunaan obat hipertensi guna mencegah terjadinya medication error pada

pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD Dr.Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

Page 7: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

3

2. METODE

2.1Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripstif non-eksperimental, dengan pengumpulan data

yang bersumber dari rekam medik di rumah sakit, dengan populasi pasien gagal ginjal kronik

hipertensi selama tahun 2015 secara retrospektif.

2.2 Definisi Operasional Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel operasional, sebagai berikut :

1) Tepat indikasi yaitu penilaian obat yang didasarkan pada indikasi adanya suatu gejala

atau diagnosa penyakit yang akurat.

2) Tepat pasien yaitu pemilihan obat yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan

patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi.

3) Tepat obat yaitu drug of choise atau obat pilihan utama yang sesuai dengan guideline.

4) Tepat dosis yaitu dosis (besaran dosis, frekuensi dan rute pemberian obat).

2.3 Alat dan Bahan

Alat: guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National Formulary (BNF 57),

Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The Journal Drug Dosing and

Renal Failure 2000.

Bahan: data rekam medik pasien lengkap yang menderita gagal ginjal kronik dengan hipertensi

di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

2.4 Populasi dan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi di RSUD

Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2015 yang diambil dengan metode

purposive sampling yaitu menentukan sampel berdasarkan:

2.4.1 Kriteria inklusi

1) Pasien terdiagnosa gagal ginjal kronik dengan hipertensi.

2) Menjalani rawat inap di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama

tahun 2015.

3) Pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 1 kali dalam setahun, dipilih data rekam

medik pasien satu waktu saja yang terbaru dan memiliki catatan rekam medik

terlengkap.

4) Data rekam medik pasien lengkap:

(1) Identitas: nama, umur, jenis kelamin, Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),

diagnosis akhir dengan komplikasi penyakit lain (jika ada).

Page 8: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

4

(2) Data penggunaan obat anti hipertensi: nama obat serta kekuatan obat, tanggal

penggunaan obat, dosis, rute pemberian, frekuensi.

(3) Data obat lain yang diterima pasien, tanggal hemodialisa.

(4) Pemeriksaan Tekanan Darah (TD) dan tanggal pemeriksaan.

(5) Data laboratorium: Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, SGOT, SGPT dan

tanggal analisis.

2.4.2 Kriteria eksklusi

1) Pasien meninggal dunia

2.5 Jalannya Penelitian

2.5.1 Perizinan Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengajuan surat izin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS

yang ditujukan kepada pimpinan RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan

menyertakan proposal penelitian.

2.5.2 Observasi

Setelah mendapat izin penelitian di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri,

dilakukan observasi ke bagian rekam medis untuk mengetahui jumlah pasien yang didiagnosa

penyakit gagal ginjal kronik dengan hipertensi dan menjalani perawatan tahun 2015.

2.5.3 Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan dengan melihat catatan rekam medis pasien selama tahun

2015 terhadap semua kasus hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik, dengan atau tanpa

penyakit penyerta. Data yang diambil dari catatan rekam medis adalah karakteristik pasien

dan tata laksana pengobatan hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik yang diterima

pasien selama dirawat. Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, umur, berat badan pasien,

tinggi badan pasien. Tata laksana pengobatan pasien meliputi gejala yang dialami, diagnosis,

data laboratorium (serum kreatinin, BUN, SGOT, SGPT), data penggunaan obat yang

diberikan selama proses perawatan.

2.6 Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengevaluasi

kejadian ketepatan pemilihan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Evaluasi ketepatan pemilihan obat dari data

yang didapat dibandingkan dengan standar yang digunakan, yaitu:

a. Tepat indikasi dan tepat obat berdasarkan guideline Joint National Comittee (JNC) VIII

2014.

Page 9: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

5

b. Tepat pasien berdasarkan guideline British National Formulary (BNF 57) dan Kidney

Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013.

c. Tepat dosis berdasarkan guideline The Journal Drug Dosing and Renal Failure 2000.

Kemudian dihitung persentase.

1. Persen tepat indikasi diperoleh dari:

% tepat indikasi =

× 100%, tepat indikasi dilihat dari data

diagnosis pasien.

2. Persen tepat pasien diperoleh dari:

% tepat pasien =

× 100%, tepat pasien dilihat dari kondisi

klinis pasien dan obat tidak kontraindikasi.

3. Persen tepat obat diperoleh dari:

% tepat obat =

× 100%, tepat obat dilihat dari obat pilihan

utama (drug of choice).

4. Persen tepat dosis diperoleh dari:

% tepat dosis =

× 100%, tepat dosis dilihat dari besarnya

takaran dosis, frekuensi, dan rute pemberian.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Evaluasi Tepat Indikasi

Pada penelitian ini evaluasi ketepatan indikasi dilihat dari pemberian obat anti hipertensi yang

sesuai pada indikasi adanya suatu gejala atau diagnosis penyakit yaitu diagnosis gagal ginjal

kronik dengan hipertensi. Berdasarkan pengamatan, sebesar 100% penggunaan anti hipertensi

yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi yang dirawat di RSUD Dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2015 dikatakan tepat indikasi.

4.2 Evaluasi Tepat Pasien

Obat dikatakan tepat pasien apabila obat yang digunakan sesuai dengan kondisi fisiologi dan

patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi (Depkes RI, 2006). Pada

penelitian ini evaluasi tepat pasien dinilai dari pemilihan anti hipertensi yang diberikan sesuai

dengan kondisi pasien. Berdasarkan data yang diperoleh, ketepatan pasien terhadap obat anti

hipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Soediran Mangun

Sumarso tahun 2015 yaitu 100 %.

Page 10: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

6

4.3 Evaluasi Tepat Obat

Tepat obat merupakan pemilihan obat yang sesuai dengan drug of choice nya atau obat pilihan

utama yang sesuai dengan guideline.

Tabel 1. Distribusi Tidak Tepat Obat pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi di RSUD Dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015

No

Kasus

Tekanan

Darah

(mmHg)

Obat Anti hipertensi

Persentase (%) N= 50

Tepat Obat Tidak Tepat

Obat

1 127/86 Amlodipin (CCB) √

2 172/106 Furosemid (Loop Diuretic) √

3 142/69 Furosemid (Loop Diuretic) + Clonidin

(Centrally- acting Agents) + Nifedipin (CCB)

4 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan (ARB)

+ Amlodipin (CCB)

5 178/105 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril (ACEI)

+ Amlodipin (CCB)

6 180/100 Furosemid (Loop Diuretic) √

7 164/108 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

8 190/133 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI) + Amlodipin (CCB)

9 176/104 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Nifedipin (CCB)

10 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

11 140/70 Furosemid (Loop Diuretic) √

12 177/111 Furosemid (Loop Diuretic) +

Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB

Imidapril (ACEI) + Clonidin (Centrally-

acting Agents)

13 170/116 Furosemid (Loop Diuretic) √

14 174/96 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Amlodipin (CCB)

15 160/100 Captopril (ACEI) + Amlodipin (CCB) √

16 143/92 Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB) √

17 165/101 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

18 140/96 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

19 160/100 Amlodipin (CCB) + Clonidin (Centrally-

acting Agents)

20 151/81 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

21 150/80 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Amlodipin (CCB)

22 154/114 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

23 174/80 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI) + Amlodipin (CCB)

24 230/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI) Valsartan (ARB)

25 150/100 Furosemid (Loop Diuretic) √

26 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Amlodipin (CCB)

27 160/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

Page 11: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

7

28 165/99 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

29 166/73 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

30 170/85 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB)

31 160/83 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI) Irbesartan (ARB)

32 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) √

33 170/105 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √

34 174/112 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI) Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB)

35 170/99 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Amlodipin (CCB)

36 140/70 Furosemid (Loop Diuretic) √

37 151/108 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

38 177/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

39 170/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Amlodipin (CCB)

40 166/89 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √

41 140/74 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

42 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI)

Spironolactone (Diuretic)

43 130/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √

44 150/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB)

45 160/110 Furosemid (Loop Diuretic) + Captopril

(ACEI) Amlodipin (CCB)

46 210/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

47 164/110 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB) + Amlodipin (CCB)

48 163/84 Furosemid (Loop Diuretic) + Captopril

(ACEI) Amlodipin (CCB)

49 170/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

(ACEI) Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB)

50 180/170 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

(ARB)

Total 43 (86%) 7 (14%)

Berdasarkan JNC VIII target tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik adalah < 140/90

mmHg. Pasien gagal ginjal kronik dengan atau tanpa komplikasi dapat diberikan obat

golongan ACEI atau ARB pada lini pertama atau sebagai kombinasi dengan anti hipertensi

kelas lain. Pemberian terapi farmakologi dengan obat tunggal ataupun kombinasi dapat

diberikan pada pasien hipertensi stage 1 (SBP 140-159 atau DBP 90-99 mmHg). Sebagian

besar digunakan obat golongan thiazide jenis diuretik, CCB, ACEI, atau ARB atau dapat

kombinasikan. Pasien dengan hipertensi stage 2 (SBP > 160 atau DBP > 100 mmHg)

dianjurkan menggunakan 2 bahkan 3 kombinasi obat dari golongan thiazide jenis diuretik dan

ACEI, atau ARB, atau CCB. Apabila 2 kombinasi belum bisa mencapai tekanan darah yang

diinginkan maka disarankan titrasi 3 kombinasi hingga dosis maksimum (James et al., 2014).

Page 12: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

8

Berdasarkan tabel 12, tepat obat yang diperoleh sebesar 86% dan tidak tepat obat sebesar

14%. Pada kasus 2, 6, 13, 32 menunjukkan tekanan darah pasien > 160/100 mmHg dan hanya

diberikan obat tunggal yaitu furosemid. Pasien seharusnya memerlukan 2 sampai 3 kombinasi

anti hipertensi untuk mencapai tekanan darah yaitu <140/90 mmHg (James et al., 2014). Pada

kasus 8, 24, 46, keadaan pasien selama dirawat menunjukkan krisis hipertensi. Krisis

hipertensi adalah situasi klinis di mana nilai tekanan darah sangat tinggi, biasanya lebih besar

dari 180/120 mmHg. Mereka dikategorikan sebagai keadaan hipertensi emergensi atau

hipertensi urgensi (Dipiro et al., 2008). Pada hipertensi emergensi harus ditanggulangi

sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi intravena.

Pemilihan obat bergantung pada situasi klinis serta obat yang dipakai dalam penanganan

hipertensi emergensi harus memiliki onset kerja cepat, mudah dititrasi, aman. Obat yang

direkomendasikan untuk terapi hipertensi krisis seperti enalaprilat, esmolol, labetalol,

nikardipin dan fenoldopam (Rosei and Salvetti, 2007).

4.4 Evaluasi Tepat Dosis

Evaluasi tepat dosis yang dilakukan meliputi dosis yang diberikan, frekuensi dan rute

pemberian obat (Depkes RI, 2006).

Tabel 2. Distribusi Tepat Dosis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi di RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri Tahun 2015

No.

kasus

Pengobatan yang

diterima

CrCl

(mL/mnt)

Dosis yang

diterima

Dosis dan aturan pakai

(Drug Dossing and Renal

Failure)

Dosis

Persentase %

N = 50

1 x 1

hari 1 x 1 hari

Besar

an

Frek Rute Tepat

Dosis

Tidak

Tepat

Dosis

1 Amlodipin (PO) 4,39 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg √ √ √ √ 2 Furosemid (IV) 6,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg × √ √ √

3 Furosemid (IV) Clonidin (PO) Nifedipin (PO)

6,39 40 mg 0,075mg 30 mg

80 mg 0,15 mg 30 mg

40-80 mg 0,1-0,6 mg 10-30 mg

80-160 mg 0,2-1,2 mg 10-30 mg

√ √ √ √

4 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

2,92 20 mg 10 mg 150mg

40 mg 10 mg 150 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

80-160mg 2,5-10 mg

150-300 mg

× √ √ √

5 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Imidapril (PO)

17,83 20 mg 10 mg 10 mg

60 mg 10 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

-

80-160 mg 2,5-10 mg

-

× × √ √

6 Furosemid (IV) 6,02 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

7 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

4,63 40 mg 10 mg

0,15 mg

80 mg 10 mg 0,3 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

√ √ √ √

8 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Imidapril (PO)

2,43 20 mg 10 mg 10 mg

60 mg 10 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

-

80-160 mg 2,5-10 mg

-

× × √ √

9 Furosemid (IV) Nifedipin (PO) Irbesartan (PO)

8,22 40 mg 30 mg 150 mg

80 mg 30 mg 150 mg

40-80 mg 10-30 mg

150-300 mg

80-160 mg 10-30 mg

150-300 mg

√ √ √ √

10 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

3,77 20 mg 10 mg

60 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

× × √ √

11 Furosemid (IV) 7,45 20 mg 20 mg 40-80 mg 80-160 mg × × √ √

12 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

9,23 40 mg 10 mg

0,15 mg

120 mg 10 mg 0,3mg

40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6mg

80-160mg 2,5-10 mg 0,1-1,2mg

√ √ √ √

Page 13: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

9

No.

kasus

Pengobatan yang

diterima

CrCl

(mL/mnt)

Dosis yang

diterima

Dosis dan aturan pakai

(Drug Dossing and Renal

Failure)

Dosis

Persentase %

N = 50

1 x 1

hari 1 x 1 hari

Besar

an

Frek Rute Tepat

Dosis

Tidak

Tepat

Dosis

Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

150101010 mg

150 mg 10 mg

150-300mg -

150-300 mg -

13 Furosemid (IV) 6,33 20 mg 60 mg 40-80 mg 80-160 mg × × √ √

14 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

2,03 40 mg 10 mg 150 mg

80 mg 10 mg 150 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg

√ √ √ √

15 Kaptopril (PO) Amlodipin (PO)

13,18 25 mg 10 mg

50 mg 10 mg

25-100 mg 2,5-10 mg

75-300 mg 2,5-10 mg

√ √ √ √

16 Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

12,16 10 mg 150 mg

10 mg 150 mg

2,5-10 mg 150-300mg

2,5-10 mg 150-300 mg

√ √ √ √

17 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

8,01 20 mg 10 mg

40 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

× √ √ √

18 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

9,20 20 mg 10 mg

0,075mg

40 mg 10 mg

0,15 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

× √ √ √

19 Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

9,20 10 mg 0,15mg

10 mg 0,45 mg

2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

√ √ √ √

20 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

3,20 40 mg 10 mg 0,15mg

120 mg 10 mg 0,3 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

√ √ √ √

21 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

3,87 20 mg 10 mg 150 mg

40 mg 10 mg 150 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg

× √ √ √

22 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

9,09 60 mg 10 mg

120 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

√ √ √ √

23 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Imidapril (PO)

8,07 40 mg 10 mg 10 mg

120 mg 10 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

-

80-160 mg 2,5-10 mg

-

√ √ √ √

24 Furosemid (IV) Valsartan (PO) Imidapril (PO)

5,02 40 mg 80 mg 10 mg

120 mg 80 mg 10 mg

40-80 mg 80-320 mg

-

80-160 mg 80-320 mg

-

√ √ √ √

25 Furosemid (IV) 14,00 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

26 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

7,18 20 mg 10 mg 150 mg

40 mg 10 mg 150 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg

× √ √ √

27 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

5,30 20 mg 10 mg

20 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

× × √ √

28 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

11,58 20 mg 10 mg

40 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

× √ √ √

29 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

8,89 20 mg 10 mg

0,15 mg

40 mg 10 mg 0,3 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

× √ √ √

30 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)

10,79 40 mg 150mg

80 mg 150 mg

40-80 mg 150-300mg

80-160 mg 150-300 mg

√ √ √ √

31 Furosemid (IV) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

13,48 40 mg 150 mg 10 mg

120 mg 150 mg 10 mg

40-80 mg 150-300 mg

-

80-160 mg 150-300 mg

-

√ √ √ √

32 Furosemid (IV) 4,86 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

33 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)

4,54 40 mg 30 mg

120 mg 30 mg

40-80 mg 10-30 mg

80-160 mg 10-30 mg

√ √ √ √

34 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

4,47 40 mg 10 mg 150 mg 10 mg

120 mg 10 mg 150 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

150-300 mg -

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg -

√ √ √ √

35 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

4,72 20 mg 10 mg 150 mg

40 mg 10 mg 150 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg

× √ √ √

36 Furosemid (IV) 10,12 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

37 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

20,6 40 mg 5 mg

120 mg 5 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

√ √ √ √

38 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

10,06 40 mg 5 mg

120 mg 5 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

√ √ √ √

39 Furosemid (IV) 14,6 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

Page 14: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

10

No.

kasus

Pengobatan yang

diterima

CrCl

(mL/mnt)

Dosis yang

diterima

Dosis dan aturan pakai

(Drug Dossing and Renal

Failure)

Dosis

Persentase %

N = 50

1 x 1

hari 1 x 1 hari

Besar

an

Frek Rute Tepat

Dosis

Tidak

Tepat

Dosis

Amlodipin (PO) 5 mg 5 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg

40 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)

3,39 40 mg 30 mg

80 mg 30 mg

40-80 mg 10-30 mg

80-160 mg 10-30 mg

√ √ √ √

41 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

5,45 20 mg 5 mg

40 mg 5 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

× √ √ √

42 Furosemid (IV) Imidapril (PO) Spironolactone(PO)

4,18 20 mg 10 mg 100 mg

60 mg 10 mg 100 mg

40-80 mg -

50-100 mg

80-160 mg -

50-100 mg

√ √ √ √

43 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)

5,04 20 mg 30 mg

60 mg 30 mg

40-80 mg 10-30 mg

80-160 mg 10-30 mg

× × √ √

44 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

7,36 40 mg 5 mg

80 mg 5 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 2,5-10 mg

√ √ √ √

45 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Kaptopril (PO)

16,9 20 mg 10 mg 25 mg

60 mg 10 mg 75 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 25-100 mg

80-160 mg 2,5-10 mg 75-300 mg

× × √ √

46 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

24,8 40 mg 10 mg

0,15 mg

120 mg 10 mg 0,3 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

√ √ √ √

47 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

4,68 20 mg 10 mg 150 mg

60 mg 10 mg 150 mg

40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg

× × √ √

48 Furosemid (IV) Kaptopril (PO) Amlodipin (PO)

10,46 20 mg 25 mg 10 mg

20 mg 50 mg 10 mg

40-80 mg 25-100 mg 2,5-10 mg

80-160 mg 75-300 mg 2,5-10 mg

× × √ √

49 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

8,81 40 mg 10 mg 150 mg 10 mg

80 mg 10 mg 150 mg 10 mg

40-80 mg 2,5-10 mg

150-300 mg -

80-160 mg 2,5-10 mg

150-300 mg -

√ √ √ √

50 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)

9,23 20 mg 150mg

60 mg 150 mg

40-80 mg 150-300mg

80-160 mg 150-300 mg

× × √ √

Total 29 (58%)

21 (42%)

Tabel 3. Distribusi Tepat Dosis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi Saat Menjalani

Hemodialisa di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015

No.

kasus

Pengobatan yang

diterima

CrCl

(mL/mnt)

Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug

Dossing and Renal Failure)

Jam pemberiaan obat

Persentase (%)

N = 50

Tepat

Dosis

Tidak

Tepat Dosis

1 x 1 hari 1 x 1 hari

1 Amlodipin (PO) 4,39 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

2 Furosemid (IV) 6,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

3 Nifedipin (PO) 6,39 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

4 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

2,92 20 mg

150 mg

40 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

09.00 WIB √

5 Amlodipin (PO) 17,8 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

6 Furosemid (IV) 6,02 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

7 Amlodipin (PO) 4,63 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

8 Amlodipin (PO)

2,43 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

9 Irbesartan (PO) 8,22 150 mg 150 mg 150-300 mg 150-300 mg Pukul 06.00 WIB √

Page 15: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

11

No.

kasus

Pengobatan yang

diterima

CrCl

(mL/mnt)

Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug

Dossing and Renal Failure)

Jam pemberiaan obat

Persentase (%)

N = 50

Tepat

Dosis

Tidak

Tepat

Dosis 1 x 1 hari 1 x 1 hari

10 Amlodipin (PO)

3,77 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

11 Furosemid (IV) 7,45 20 mg 20 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 12.00 WIB √

12 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

9,23 40 mg

150 mg

120 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB √

13 Furosemid (IV) 6, 33 20 mg 60 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

14 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

9,23 40 mg

150 mg

80 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

09.00 WIB √

15 Kaptopril (PO)

Amlodipin (PO

13,18 25 mg

10 mg

50 mg

10 mg

25–30%

setelah

Hemodialisa

2,5-10 mg

25–30%

setelah

Hemodialisa

2,5-10 mg

Pukul 06.00 WIB √

16 Amlodipin (PO)

Irbesartan (PO)

12,1 10 mg

150 mg

10 mg

150 mg

2,5-10 mg

150-300mg

2,5-10 mg

150-300 mg

Pukul 12.00 WIB √

17 Amlodipin (PO)

8,01 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

18 Amlodipin (PO)

9,20 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

19 Amlodipin (PO)

3,75 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √

20 Amlodipin (PO)

3,20 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

21 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

3,87 20 mg

150 mg

40 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

22 Amlodipin (PO)

9,09 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

23 Amlodipin (PO)

8,07 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

24 Furosemid (IV)

Valsartan (PO)

3,87 20 mg

80 mg

40 mg

80 mg

40-80 mg

80-320 mg

80-160 mg

80-320 mg

Pukul 09.00 WIB

25 Furosemid (IV) 14,0 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

26 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

7,18 40 mg

150 mg

80 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

27 Amlodipin (PO)

75 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

28 Amlodipin (PO)

11,58 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √

29 Amlodipin (PO)

8,89 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

30 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

10,7 40 mg

150 mg

80 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

31 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

13,48 20 mg

150 mg

40 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 17.00 WIB √

32 Furosemid (IV) 4,68 40 mg 120 mg 40-80 mg 800-160 mg Pukul 09.00 WIB √

33 Nifedipin (PO) 4,54 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

34 Amlodipin (PO)

Irbesartan (PO)

4,47 10 mg

150 mg

10 mg

150 mg

2,5-10 mg

150-300mg

2,5-10 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB √

35 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

4,72 20 mg

150 mg

40 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 12.00 WIB

Page 16: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

12

No.

kasus

Pengobatan yang

diterima

CrCl

(mL/mnt)

Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug

Dossing and Renal Failure)

Jam pemberiaan obat

Persentase (%)

N = 50

Tepat

Dosis

Tidak

Tepat

Dosis 1 x 1 hari 1 x 1 hari

36 Furosemid (IV) 10,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg

Pukul 09.00 WIB √

37 Amlodipin (PO)

20,62 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √

38 Amlodipin (PO)

10,06 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

39 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

14,6 40 mg

150 mg

80 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

40 Nifedipin (PO) 3,39 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

41 Amlodipin (PO)

5,45 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

42 Furosemid (IV) 4,18 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

43 Nifedipin (PO) 5,04 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

44 Amlodipin (PO)

7,36 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 12.00 WIB √

45 Kaptopril (PO)

Amlodipin (PO

16,9 25 mg

10 mg

75 mg

10 mg

25–30% setelah

Hemodialisa

2,5-10 mg

25–30% setelah

Hemodialisa

2,5-10 mg

Pukul 06.00 WIB √

46 Amlodipin (PO)

24,8 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

47 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)

4,68 20 mg 150 mg

60 mg 150 mg

40-80 mg 150-300mg

80-160 mg 150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

48 Kaptopril (PO)

Amlodipin (PO

16,9 25 mg

10 mg

50 mg

10 mg

25–30% setelah

Hemodialisa

2,5-10 mg

25–30% setelah

Hemodialisa

2,5-10 mg

Pukul 06.00 WIB √

49 Amlodipin (PO)

Irbesartan (PO)

8,81 10 mg

150 mg

10 mg

150 mg

2,5-10 mg

150-300mg

2,5-10 mg

150-300 mg

Pukul 06.00 WIB √ √

50 Furosemid (IV)

Irbesartan (PO)

9,23 20 mg

150mg

60 mg

150 mg

40-80 mg

150-300mg

80-160 mg

150-300 mg

Pukul 09.00 WIB

Total 27

(54%)

23

(46%)

Berdasarkan tabel 13 dan 14, diperoleh hasil 58% ketepatan dosis pada pasien gagal ginjal

kronik hipertensi saat tidak menjalani hemodialisa dan pasien yang menjalani hemodialisa

diperoleh tepat dosis yaitu sebesar 54%. Pada tabel 13 menunjukkan kasus yang didapat

sebanyak 21 kasus menerima terapi furosemid dengan besaran dosis yang kurang dari dosis

yang tercantum dalam drug dosing renal failure. Dosis yang kurang menyebabkan obat berada

dalam rentang subterapetik sehingga obat tidak mampu menghasilkan efek terapi yang

diinginkan (DeBellis et al., 2000). Pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis memerlukan

perhatian pada manajemen status cairan/volume ekstra vaskuler dan penyesuaian terapi anti

hipertensi (National Kidney Foundation, 2015). Penyesuaian terapi diperlukan karena adanya

jenis obat anti hipertensi yang terdialisis serta adanya abnormalitas respon tubuh terhadap

Page 17: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

13

hemodialisis (Chazot and Jean, 2010). Kadar obat yang terdialisis mengakibatkan penurunan

efektifitas obat atau under dose sehingga pasien membutuhkan adanya supplemental dose dari

obat yang digunakan setelah dialisis untuk mempertahankan konsentrasi obat di dalam darah

(Quan and Aweeka, 2009). Pada tabel 14 ketidaktepatan dosis yang didapat dikarenakan pada

obat furosemid tidak adanya dosis yang efektif yang dapat digunakan saat pasien sedang

menjalani hemodialisa. Pada pasien gagal ginjal yang telah menjalani hemodialisa secara rutin

dosis captopril yang semestinya adalah 20-30% dari dosis normal dan obat diberikan setelah

hemodialisa, namun pada kasus captopril diberikan 2 kali sehari 25 mg (DeBellis et al., 2000).

Selain masalah efektifitas obat saat hemodialisis, efek samping dari hemodialisis yang umum

dialami pasien antara lain hipotensi (Daugirdas et al., 2007). Keadaan tersebut perlu

diantisipasi, dikendalikan serta diatasi agar kualitas hidup pasien tetap optimal dan kondisi

yang lebih buruk tidak terjadi. Sebagai seorang farmasis mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan adalah peran

penting guna mencegah terjadinya medication error masalah terkait obat dari setiap terapi

yang dipertimbangkan serta diberikan kepada pasien (Depkes RI, 2006). Farmasis dapat

memberikan saran tentang pemilihan obat yang sesuai, penggantian atau obat alternatif,

perubahan dosis, regimen obat yang sesuai. Farmasis juga dapat berinteraksi dengan profesi

kesehatan lainnya terutama dokter. Farmasis juga dapat membantu pasien bagaimana

melakukan perubahan atau modifikasi gaya hidupnya dengan mendiskusikan mengenai

olahraga, menurunkan berat badan, dan berhenti merokok agar pasien mencapai tujuan

terapinya (Depkes RI, 2006).

4. PENUTUP

Evaluasi ketepatan terapi anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015, menarik kesimpulan sebagai berikut:

Dari 50 subjek penelitian diperoleh hasil penggunaan obat anti hipertensi yaitu obat tunggal yang

digunakan adalah furosemid 14%, amlodipin 2%, serta obat kombinasi yang paling banyak

digunakan adalah furosemid + amlodipin 20% dan furosemid + amlodipin + irbesartan 14%.

Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal

ginjal kronik yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan

54% tepat dosis saat hemodialisa

.

Page 18: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

14

DAFTAR PUSTAKA

BNF, 2007. British National Formulary 57th ed., Lamberth High Street, London: BMJ Group

and RPS Publishing.

DeBellis, R.J., Brian S. Smith.,Pauline A. Cawley.,Gail M. Burniske, 2000. Drug dosing in

critically ill patients with renal failure: A pharmacokinetic approach. Journal of Intensive

Care Medicine, 15(6), pp.273–313.

Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan.

Dipiro, J.T., Robert L. Talbert., Gary C. Yee., Gary R.Matzke.,Barbara G. Wellz.,L. Michael

Possey, 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed., United States of

America: The McGraw-Hill Companies, Inc.pp.765

Ghods, A.A., Mohammad R.A., Fatemeh Asghari.,Raheb Ghorbani., Nahid H.M, 2016. Journal

of Renal Injury Prevention Incidence and severity of nausea and vomiting in a group of

maintenance hemodialysis patients. J Renal Inj Prev. J Renal Inj Prev, 66(11), pp.49–5549.

James, P.A., Suzzane O., Barry L.C., William C.C., Cheryl D.H., Joel Handler., Daniel T.L,

2014. JNC 8 Hypertension Guideline Algorithm. evidence-based guidline for the

management of high blood pressure in adults, 311(5), pp.507–20.

Koda-Kimble, M.A., Lloyd Y.Y., Brian K.A., Robin L.C., B.Joseph G.,Wayne A.K., Bradley

R.W, 2009. Chronic Kidney Disease. In M. A. Koda-Kimble et al., eds. Applied

Therapeutics. USA: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 33–1.

NKF, 2010. High Blood Pressure and Chronic Kidney Disease. , pp.1–24.

Oh, S.W. & Han, S.Y., 2015. Loop Diuretics in Clinical Practice. Electrolyte & blood pressure :

E & BP, 13(1), pp.17–21. Perry, A.G., Potter, P.A. & Ostendorf, W., 2006. Clinical Nursing

Skills and Techniques. In St.Louis Missouri: Mosby Inc.

Riskesdas, 2013. Penyakit Tidak Menular ( PTM ). Available at: www.litbang.depkes.go.id

[Accessed June 4, 2016].

Rosei, E.A. & Salvetti, M., 2007. European Society of Hypertension Scientific Newsletter :

Update on Hypertension Management. Treatment Of Hypertensive Urgencies And

Emergencies Enrico, (3), pp.16–17.

Tessy, A., 2009. Hipertensi pada Penyakit Ginjal. In A. W. Sudoyo et al., eds. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, p. 1086.

Vasavada, N., Saha, C. & Agarwal, R., 2003. A double-blind randomized crossover trial of two

loop diuretics in chronic kidney disease. Kidney International, 64(2), pp.632–640.

Page 19: EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN … · kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan 54% tepat dosis

15

Wenzel, R.R., 2005. Renal protection in hypertensive patients: selection of antihypertensive

therapy. Drugs, 65 Suppl 2(February 2005), pp.29–39.