EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA ...eprints.ums.ac.id/55873/11/NASKAH PUBLIKASI...

19
EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh: ALIFTA NINDA SAFITRI K100120170 PROGAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2017

Transcript of EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA ...eprints.ums.ac.id/55873/11/NASKAH PUBLIKASI...

  • EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL

    GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr.

    SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

    TAHUN 2015

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi

    Fakultas Farmasi

    Oleh:

    ALIFTA NINDA SAFITRI

    K100120170

    PROGAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    SURAKARTA

    2017

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL

    GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr.

    SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015

    PUBLIKASI ILMIAH

    Oleh:

    ALIFTA NINDA SAFITRI

    K100120170

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

    Dosen Pembimbing

    Zakky Cholisoh,M.Clin.Pharm,Ph.D.,Apt

    NIK.

    i i

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL

    KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN

    SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015

    OLEH

    ALIFTA NINDA SAFITRI

    K100120170

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    Fakultas Farmasi

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Pada hari ……., ………. 2017

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Dewan Penguji:

    1. Hidayah Karuniawati, M. Sc., Apt (……..……..)

    (Ketua Dewan Penguji)

    2. Dra. Nurul Mutmainah, M. Si., Apt. (……………)

    (Anggota I Dewan Penguji)

    3. Zakky Cholisoh, M. Clin. Pharm. Ph.D., Apt. (…………….)

    (Anggota II Dewan Penguji)

    Dekan,

    Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

    NIK. 956

    ii

    ii

  • iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untu k memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

    pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

    lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

    pertanggungjawabkan sepenuhnya.

    Surakarta, 01 Agustus 2017

    Penulis

    ALIFTA NINDA SAFITRI

    K100120170

    iii

  • 1

    EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL

    KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN

    SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015

    Abstrak

    Hipertensi bisa menjadi penyebab atau konsekuensi gagal ginjal kronik dan merupakan

    faktor risiko untuk perkembangan kerusakan ginjal yang lebih cepat. Penurunan tekanan

    darah adalah cara yang efisien untuk mencegah atau memperlambat perkembangan

    kerusakan ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kejadian ketepatan

    pemilihan obat anti hipertensi meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat

    dosis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Soediran

    Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Pengambilan data menggunakan metode

    retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien. Sampel pasien diambil dengan

    metode purposive sampling. Data dianalisis secara deskriptif non-eksperimental dengan

    mengevaluasi ketepatan pengobatan anti hipertensi meliputi tepat indikasi, tepat pasien,

    tepat obat dan tepat dosis yang kemudian disesuaikan dengan referensi yang diacu

    guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National Formulary (BNF),

    Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The Journal Drug Dosing

    and Renal Failure 2000 dan disajikan dengan persentase. Dari 50 subjek penelitian

    diperoleh hasil penggunaan obat anti hipertensi yaitu obat tunggal yang digunakan

    adalah furosemid 14%, amlodipin 2%, serta obat kombinasi yang paling banyak

    digunakan adalah furosemid + amlodipin 20% dan furosemid + amlodipin + irbesartan

    14%. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal

    kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat,

    58% tepat dosis dan 54% tepat dosis saat hemodialisa.

    Kata kunci : Anti hipertensi, Gagal Ginjal Kronik, RSUD Dr.Soediran Mangun

    Sumarso Wonogiri

    Abstrak

    Hypertension can be the cause or consequence of chronic renal failure and is a risk

    factor for the development of faster renal impairment. A drop in blood pressure is an

    efficient way to prevent or slow the progression of this damage. The purpose of this

    study to evaluate the accuracy of selection of anti-hypertensive drugs include precise,

    precise, precise and appropriate doses of patients with chronic renal failure who

    underwent treatment at Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri in 2015. Retrieval of

    data using retrospective method by looking at patient medical record data. The patient

    sample was taken by purposive sampling method. The data were analyzed descriptively

    non-experimental by evaluating the accuracy of anti hypertension treatment including

    precise, precise patient, precise and exact dosage which was then adjusted with

    reference to guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National

    Formulary (BNF), Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The

    Journal of Drug Dosing and Renal Failure 2000 and presented with a percentage. Of

    the 50 research subjects obtained the results of the use of anti-hypertensive drugs ie single drug used is furosemide 14%, amlodipin 2%, and the most widely used

    combination drug is furosemid + amlodipin 20% and furosemid + amlodipin +

    irbesartan 14%. The results of the evaluation of the accuracy of the use of anti-

    hypertensive drugs in patients chronic renal failure with hypertensive are 100% precise

    indication, 100% precise patient, 86% precise medication, 58% precise dose and 54%

    precise dose at hemodialysis.

    Key Words: Anti hypertension, Chronic Kidney Failure, RSUD Dr.Soediran Mangun

    Sumarso Wonogiri

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    National Kidney Foundation menyebutkan tekanan darah tinggi adalah penyebab utama

    gagal ginjal kronik. Seiring waktu tekanan darah tinggi bisa merusak unit penyaringan kecil di

    ginjal akibatnya ginjal bisa berhenti mengeluarkan limbah dan cairan ekstra dari darah. Cairan

    tambahan di pembuluh darah dapat terbentuk dan menaikkan tekanan darah lebih tinggi lagi. Di

    sisi lain hipertensi bisa menjadi komplikasi gagal ginjal kronik. Ginjal yang telah terganggu

    fungsinya kurang mampu membantu mengatur tekanan darah akibatnya tekanan darah meningkat

    (NKF, 2010). Pengurangan tekanan darah adalah cara yang efisien untuk memperbaiki atau

    memperlambat perkembangan kerusakan ginjal (Depkes RI, 2006). Joint National Committee

    VIII (2014) merekomendasikan menurunkan tekanan darah sampai 140/90 mmHg atau kurang

    pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal kronik. Pencapaian tujuan ini perlu dilakukan

    secara agresif dengan rejimen anti hipertensi multidrug, jika diperlukan. Selain melindungi ginjal

    dengan mengurangi tekanan darah, obat anti hipertensi juga dapat memiliki efek langsung pada

    mekanisme kerusakan intrarenal, seperti peningkatan tekanan glomerulus dan proteinuria. Obat

    anti hipertensi yang memiliki efek langsung pada mekanisme intrarenal dapat menyebabkan efek

    nefroprotektif tambahan akibat pengurangan tekanan darah arterial. Sedangkan efek penurunan

    tekanan darah umum terjadi pada semua obat anti hipertensi, efek intrarenal berbeda antara kelas

    dan antara obat individual dalam kelas tertentu (Wenzel, 2005).

    Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa dokter di Indonesia sebesar 0,2%.

    Gagal ginjal kronik juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada

    kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), umur 45-55 tahun (0,4%), umur 55-75 tahun (0,5%) dan

    umur > 75 tahun (0,6%). Dari hasil wawancara dengan bagian rekam medik RSUD Dr. Soediran

    Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015, jumlah penderita hipertensi yang tercatat pada periode

    tahun 2014 di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 2046 kasus. Tingginya

    kasus tersebut, penulis memandang perlu untuk dilakukan penelitian mengenai evaluasi

    ketepatan terapi hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD

    Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Dalam penelitian ini peran seorang

    farmasis adalah dapat menilai dan mengevaluasi ketepatan terapi hipertensi khususnya dalam

    menilai rasionalitas penggunaan obat hipertensi guna mencegah terjadinya medication error pada

    pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD Dr.Soediran

    Mangun Sumarso Wonogiri.

  • 3

    2. METODE

    2.1Jenis penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode deskripstif non-eksperimental, dengan pengumpulan data

    yang bersumber dari rekam medik di rumah sakit, dengan populasi pasien gagal ginjal kronik

    hipertensi selama tahun 2015 secara retrospektif.

    2.2 Definisi Operasional Penelitian

    Penelitian ini menggunakan variabel operasional, sebagai berikut :

    1) Tepat indikasi yaitu penilaian obat yang didasarkan pada indikasi adanya suatu gejala

    atau diagnosa penyakit yang akurat.

    2) Tepat pasien yaitu pemilihan obat yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan

    patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi.

    3) Tepat obat yaitu drug of choise atau obat pilihan utama yang sesuai dengan guideline.

    4) Tepat dosis yaitu dosis (besaran dosis, frekuensi dan rute pemberian obat).

    2.3 Alat dan Bahan

    Alat: guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National Formulary (BNF 57),

    Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The Journal Drug Dosing and

    Renal Failure 2000.

    Bahan: data rekam medik pasien lengkap yang menderita gagal ginjal kronik dengan hipertensi

    di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

    2.4 Populasi dan Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi di RSUD

    Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2015 yang diambil dengan metode

    purposive sampling yaitu menentukan sampel berdasarkan:

    2.4.1 Kriteria inklusi

    1) Pasien terdiagnosa gagal ginjal kronik dengan hipertensi.

    2) Menjalani rawat inap di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama

    tahun 2015.

    3) Pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 1 kali dalam setahun, dipilih data rekam

    medik pasien satu waktu saja yang terbaru dan memiliki catatan rekam medik

    terlengkap.

    4) Data rekam medik pasien lengkap:

    (1) Identitas: nama, umur, jenis kelamin, Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),

    diagnosis akhir dengan komplikasi penyakit lain (jika ada).

  • 4

    (2) Data penggunaan obat anti hipertensi: nama obat serta kekuatan obat, tanggal

    penggunaan obat, dosis, rute pemberian, frekuensi.

    (3) Data obat lain yang diterima pasien, tanggal hemodialisa.

    (4) Pemeriksaan Tekanan Darah (TD) dan tanggal pemeriksaan.

    (5) Data laboratorium: Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, SGOT, SGPT dan

    tanggal analisis.

    2.4.2 Kriteria eksklusi

    1) Pasien meninggal dunia

    2.5 Jalannya Penelitian

    2.5.1 Perizinan Penelitian

    Penelitian dimulai dengan pengajuan surat izin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS

    yang ditujukan kepada pimpinan RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan

    menyertakan proposal penelitian.

    2.5.2 Observasi

    Setelah mendapat izin penelitian di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri,

    dilakukan observasi ke bagian rekam medis untuk mengetahui jumlah pasien yang didiagnosa

    penyakit gagal ginjal kronik dengan hipertensi dan menjalani perawatan tahun 2015.

    2.5.3 Pengambilan data

    Pengambilan data dilakukan dengan melihat catatan rekam medis pasien selama tahun

    2015 terhadap semua kasus hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik, dengan atau tanpa

    penyakit penyerta. Data yang diambil dari catatan rekam medis adalah karakteristik pasien

    dan tata laksana pengobatan hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik yang diterima

    pasien selama dirawat. Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, umur, berat badan pasien,

    tinggi badan pasien. Tata laksana pengobatan pasien meliputi gejala yang dialami, diagnosis,

    data laboratorium (serum kreatinin, BUN, SGOT, SGPT), data penggunaan obat yang

    diberikan selama proses perawatan.

    2.6 Analisis Data

    Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengevaluasi

    kejadian ketepatan pemilihan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr.

    Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Evaluasi ketepatan pemilihan obat dari data

    yang didapat dibandingkan dengan standar yang digunakan, yaitu:

    a. Tepat indikasi dan tepat obat berdasarkan guideline Joint National Comittee (JNC) VIII

    2014.

  • 5

    b. Tepat pasien berdasarkan guideline British National Formulary (BNF 57) dan Kidney

    Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013.

    c. Tepat dosis berdasarkan guideline The Journal Drug Dosing and Renal Failure 2000.

    Kemudian dihitung persentase.

    1. Persen tepat indikasi diperoleh dari:

    % tepat indikasi =

    × 100%, tepat indikasi dilihat dari data

    diagnosis pasien.

    2. Persen tepat pasien diperoleh dari:

    % tepat pasien =

    × 100%, tepat pasien dilihat dari kondisi

    klinis pasien dan obat tidak kontraindikasi.

    3. Persen tepat obat diperoleh dari:

    % tepat obat =

    × 100%, tepat obat dilihat dari obat pilihan

    utama (drug of choice).

    4. Persen tepat dosis diperoleh dari:

    % tepat dosis =

    × 100%, tepat dosis dilihat dari besarnya

    takaran dosis, frekuensi, dan rute pemberian.

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Evaluasi Tepat Indikasi

    Pada penelitian ini evaluasi ketepatan indikasi dilihat dari pemberian obat anti hipertensi yang

    sesuai pada indikasi adanya suatu gejala atau diagnosis penyakit yaitu diagnosis gagal ginjal

    kronik dengan hipertensi. Berdasarkan pengamatan, sebesar 100% penggunaan anti hipertensi

    yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi yang dirawat di RSUD Dr.

    Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2015 dikatakan tepat indikasi.

    4.2 Evaluasi Tepat Pasien

    Obat dikatakan tepat pasien apabila obat yang digunakan sesuai dengan kondisi fisiologi dan

    patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi (Depkes RI, 2006). Pada

    penelitian ini evaluasi tepat pasien dinilai dari pemilihan anti hipertensi yang diberikan sesuai

    dengan kondisi pasien. Berdasarkan data yang diperoleh, ketepatan pasien terhadap obat anti

    hipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Soediran Mangun

    Sumarso tahun 2015 yaitu 100 %.

  • 6

    4.3 Evaluasi Tepat Obat

    Tepat obat merupakan pemilihan obat yang sesuai dengan drug of choice nya atau obat pilihan

    utama yang sesuai dengan guideline.

    Tabel 1. Distribusi Tidak Tepat Obat pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi di RSUD Dr.

    Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015

    No

    Kasus

    Tekanan

    Darah

    (mmHg)

    Obat Anti hipertensi

    Persentase (%) N= 50

    Tepat Obat Tidak Tepat

    Obat

    1 127/86 Amlodipin (CCB) √

    2 172/106 Furosemid (Loop Diuretic) √

    3 142/69 Furosemid (Loop Diuretic) + Clonidin

    (Centrally- acting Agents) + Nifedipin (CCB)

    4 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan (ARB)

    + Amlodipin (CCB)

    5 178/105 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril (ACEI)

    + Amlodipin (CCB)

    6 180/100 Furosemid (Loop Diuretic) √

    7 164/108 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

    8 190/133 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI) + Amlodipin (CCB)

    9 176/104 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Nifedipin (CCB)

    10 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    11 140/70 Furosemid (Loop Diuretic) √

    12 177/111 Furosemid (Loop Diuretic) +

    Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB

    Imidapril (ACEI) + Clonidin (Centrally-

    acting Agents)

    13 170/116 Furosemid (Loop Diuretic) √

    14 174/96 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Amlodipin (CCB)

    15 160/100 Captopril (ACEI) + Amlodipin (CCB) √

    16 143/92 Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB) √

    17 165/101 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    18 140/96 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

    19 160/100 Amlodipin (CCB) + Clonidin (Centrally-

    acting Agents)

    20 151/81 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

    21 150/80 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Amlodipin (CCB)

    22 154/114 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    23 174/80 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI) + Amlodipin (CCB)

    24 230/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI) Valsartan (ARB)

    25 150/100 Furosemid (Loop Diuretic) √

    26 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Amlodipin (CCB)

    27 160/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

  • 7

    28 165/99 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    29 166/73 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

    30 170/85 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB)

    31 160/83 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI) Irbesartan (ARB)

    32 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) √

    33 170/105 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √

    34 174/112 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI) Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB)

    35 170/99 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Amlodipin (CCB)

    36 140/70 Furosemid (Loop Diuretic) √

    37 151/108 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    38 177/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    39 170/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Amlodipin (CCB)

    40 166/89 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √

    41 140/74 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    42 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI)

    Spironolactone (Diuretic)

    43 130/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √

    44 150/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB)

    45 160/110 Furosemid (Loop Diuretic) + Captopril

    (ACEI) Amlodipin (CCB)

    46 210/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin

    (CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)

    47 164/110 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB) + Amlodipin (CCB)

    48 163/84 Furosemid (Loop Diuretic) + Captopril

    (ACEI) Amlodipin (CCB)

    49 170/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril

    (ACEI) Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB)

    50 180/170 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan

    (ARB)

    Total 43 (86%) 7 (14%)

    Berdasarkan JNC VIII target tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik adalah < 140/90

    mmHg. Pasien gagal ginjal kronik dengan atau tanpa komplikasi dapat diberikan obat

    golongan ACEI atau ARB pada lini pertama atau sebagai kombinasi dengan anti hipertensi

    kelas lain. Pemberian terapi farmakologi dengan obat tunggal ataupun kombinasi dapat

    diberikan pada pasien hipertensi stage 1 (SBP 140-159 atau DBP 90-99 mmHg). Sebagian

    besar digunakan obat golongan thiazide jenis diuretik, CCB, ACEI, atau ARB atau dapat

    kombinasikan. Pasien dengan hipertensi stage 2 (SBP > 160 atau DBP > 100 mmHg)

    dianjurkan menggunakan 2 bahkan 3 kombinasi obat dari golongan thiazide jenis diuretik dan

    ACEI, atau ARB, atau CCB. Apabila 2 kombinasi belum bisa mencapai tekanan darah yang

    diinginkan maka disarankan titrasi 3 kombinasi hingga dosis maksimum (James et al., 2014).

  • 8

    Berdasarkan tabel 12, tepat obat yang diperoleh sebesar 86% dan tidak tepat obat sebesar

    14%. Pada kasus 2, 6, 13, 32 menunjukkan tekanan darah pasien > 160/100 mmHg dan hanya

    diberikan obat tunggal yaitu furosemid. Pasien seharusnya memerlukan 2 sampai 3 kombinasi

    anti hipertensi untuk mencapai tekanan darah yaitu

  • 9

    No.

    kasus

    Pengobatan yang

    diterima

    CrCl

    (mL/mnt)

    Dosis yang

    diterima

    Dosis dan aturan pakai

    (Drug Dossing and Renal

    Failure)

    Dosis

    Persentase %

    N = 50

    1 x 1

    hari 1 x 1 hari

    Besar

    an

    Frek Rute Tepat

    Dosis

    Tidak

    Tepat

    Dosis

    Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

    150101010 mg

    150 mg 10 mg

    150-300mg -

    150-300 mg -

    13 Furosemid (IV) 6,33 20 mg 60 mg 40-80 mg 80-160 mg × × √ √

    14 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

    2,03 40 mg 10 mg 150 mg

    80 mg 10 mg 150 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg

    √ √ √ √

    15 Kaptopril (PO) Amlodipin (PO)

    13,18 25 mg 10 mg

    50 mg 10 mg

    25-100 mg 2,5-10 mg

    75-300 mg 2,5-10 mg

    √ √ √ √

    16 Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

    12,16 10 mg 150 mg

    10 mg 150 mg

    2,5-10 mg 150-300mg

    2,5-10 mg 150-300 mg

    √ √ √ √

    17 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    8,01 20 mg 10 mg

    40 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    × √ √ √

    18 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

    9,20 20 mg 10 mg

    0,075mg

    40 mg 10 mg

    0,15 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

    × √ √ √

    19 Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

    9,20 10 mg 0,15mg

    10 mg 0,45 mg

    2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

    2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

    √ √ √ √

    20 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

    3,20 40 mg 10 mg 0,15mg

    120 mg 10 mg 0,3 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

    √ √ √ √

    21 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

    3,87 20 mg 10 mg 150 mg

    40 mg 10 mg 150 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg

    × √ √ √

    22 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    9,09 60 mg 10 mg

    120 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    √ √ √ √

    23 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Imidapril (PO)

    8,07 40 mg 10 mg 10 mg

    120 mg 10 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    -

    80-160 mg 2,5-10 mg

    -

    √ √ √ √

    24 Furosemid (IV) Valsartan (PO) Imidapril (PO)

    5,02 40 mg 80 mg 10 mg

    120 mg 80 mg 10 mg

    40-80 mg 80-320 mg

    -

    80-160 mg 80-320 mg

    -

    √ √ √ √

    25 Furosemid (IV) 14,00 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

    26 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

    7,18 20 mg 10 mg 150 mg

    40 mg 10 mg 150 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg

    × √ √ √

    27 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    5,30 20 mg 10 mg

    20 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    × × √ √

    28 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    11,58 20 mg 10 mg

    40 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    × √ √ √

    29 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

    8,89 20 mg 10 mg

    0,15 mg

    40 mg 10 mg 0,3 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

    × √ √ √

    30 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)

    10,79 40 mg 150mg

    80 mg 150 mg

    40-80 mg 150-300mg

    80-160 mg 150-300 mg

    √ √ √ √

    31 Furosemid (IV) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

    13,48 40 mg 150 mg 10 mg

    120 mg 150 mg 10 mg

    40-80 mg 150-300 mg

    -

    80-160 mg 150-300 mg

    -

    √ √ √ √

    32 Furosemid (IV) 4,86 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

    33 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)

    4,54 40 mg 30 mg

    120 mg 30 mg

    40-80 mg 10-30 mg

    80-160 mg 10-30 mg

    √ √ √ √

    34 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

    4,47 40 mg 10 mg 150 mg 10 mg

    120 mg 10 mg 150 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg -

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg -

    √ √ √ √

    35 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

    4,72 20 mg 10 mg 150 mg

    40 mg 10 mg 150 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg

    × √ √ √

    36 Furosemid (IV) 10,12 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

    37 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    20,6 40 mg 5 mg

    120 mg 5 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    √ √ √ √

    38 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    10,06 40 mg 5 mg

    120 mg 5 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    √ √ √ √

    39 Furosemid (IV) 14,6 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √

  • 10

    No.

    kasus

    Pengobatan yang

    diterima

    CrCl

    (mL/mnt)

    Dosis yang

    diterima

    Dosis dan aturan pakai

    (Drug Dossing and Renal

    Failure)

    Dosis

    Persentase %

    N = 50

    1 x 1

    hari 1 x 1 hari

    Besar

    an

    Frek Rute Tepat

    Dosis

    Tidak

    Tepat

    Dosis

    Amlodipin (PO) 5 mg 5 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg

    40 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)

    3,39 40 mg 30 mg

    80 mg 30 mg

    40-80 mg 10-30 mg

    80-160 mg 10-30 mg

    √ √ √ √

    41 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    5,45 20 mg 5 mg

    40 mg 5 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    × √ √ √

    42 Furosemid (IV) Imidapril (PO) Spironolactone(PO)

    4,18 20 mg 10 mg 100 mg

    60 mg 10 mg 100 mg

    40-80 mg -

    50-100 mg

    80-160 mg -

    50-100 mg

    √ √ √ √

    43 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)

    5,04 20 mg 30 mg

    60 mg 30 mg

    40-80 mg 10-30 mg

    80-160 mg 10-30 mg

    × × √ √

    44 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)

    7,36 40 mg 5 mg

    80 mg 5 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    √ √ √ √

    45 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Kaptopril (PO)

    16,9 20 mg 10 mg 25 mg

    60 mg 10 mg 75 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 25-100 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg 75-300 mg

    × × √ √

    46 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)

    24,8 40 mg 10 mg

    0,15 mg

    120 mg 10 mg 0,3 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg

    80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg

    √ √ √ √

    47 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)

    4,68 20 mg 10 mg 150 mg

    60 mg 10 mg 150 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg

    × × √ √

    48 Furosemid (IV) Kaptopril (PO) Amlodipin (PO)

    10,46 20 mg 25 mg 10 mg

    20 mg 50 mg 10 mg

    40-80 mg 25-100 mg 2,5-10 mg

    80-160 mg 75-300 mg 2,5-10 mg

    × × √ √

    49 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)

    8,81 40 mg 10 mg 150 mg 10 mg

    80 mg 10 mg 150 mg 10 mg

    40-80 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg -

    80-160 mg 2,5-10 mg

    150-300 mg -

    √ √ √ √

    50 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)

    9,23 20 mg 150mg

    60 mg 150 mg

    40-80 mg 150-300mg

    80-160 mg 150-300 mg

    × × √ √

    Total 29 (58%)

    21 (42%)

    Tabel 3. Distribusi Tepat Dosis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi Saat Menjalani

    Hemodialisa di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015

    No.

    kasus

    Pengobatan yang

    diterima

    CrCl

    (mL/mnt)

    Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug

    Dossing and Renal Failure)

    Jam pemberiaan obat

    Persentase (%)

    N = 50

    Tepat

    Dosis

    Tidak

    Tepat Dosis

    1 x 1 hari 1 x 1 hari

    1 Amlodipin (PO) 4,39 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    2 Furosemid (IV) 6,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

    3 Nifedipin (PO) 6,39 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

    4 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    2,92 20 mg

    150 mg

    40 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    09.00 WIB √

    5 Amlodipin (PO) 17,8 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    6 Furosemid (IV) 6,02 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

    7 Amlodipin (PO) 4,63 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    8 Amlodipin (PO)

    2,43 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    9 Irbesartan (PO) 8,22 150 mg 150 mg 150-300 mg 150-300 mg Pukul 06.00 WIB √

  • 11

    No.

    kasus

    Pengobatan yang

    diterima

    CrCl

    (mL/mnt)

    Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug

    Dossing and Renal Failure)

    Jam pemberiaan obat

    Persentase (%)

    N = 50

    Tepat

    Dosis

    Tidak

    Tepat

    Dosis 1 x 1 hari 1 x 1 hari

    10 Amlodipin (PO)

    3,77 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    11 Furosemid (IV) 7,45 20 mg 20 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 12.00 WIB √

    12 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    9,23 40 mg

    150 mg

    120 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB √

    13 Furosemid (IV) 6, 33 20 mg 60 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

    14 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    9,23 40 mg

    150 mg

    80 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    09.00 WIB √

    15 Kaptopril (PO)

    Amlodipin (PO

    13,18 25 mg

    10 mg

    50 mg

    10 mg

    25–30%

    setelah

    Hemodialisa

    2,5-10 mg

    25–30%

    setelah

    Hemodialisa

    2,5-10 mg

    Pukul 06.00 WIB √

    16 Amlodipin (PO)

    Irbesartan (PO)

    12,1 10 mg

    150 mg

    10 mg

    150 mg

    2,5-10 mg

    150-300mg

    2,5-10 mg

    150-300 mg

    Pukul 12.00 WIB √

    17 Amlodipin (PO)

    8,01 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    18 Amlodipin (PO)

    9,20 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    19 Amlodipin (PO)

    3,75 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √

    20 Amlodipin (PO)

    3,20 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    21 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    3,87 20 mg

    150 mg

    40 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    22 Amlodipin (PO)

    9,09 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    23 Amlodipin (PO)

    8,07 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    24 Furosemid (IV)

    Valsartan (PO)

    3,87 20 mg

    80 mg

    40 mg

    80 mg

    40-80 mg

    80-320 mg

    80-160 mg

    80-320 mg

    Pukul 09.00 WIB

    25 Furosemid (IV) 14,0 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

    26 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    7,18 40 mg

    150 mg

    80 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    27 Amlodipin (PO)

    75 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    28 Amlodipin (PO)

    11,58 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √

    29 Amlodipin (PO)

    8,89 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    30 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    10,7 40 mg

    150 mg

    80 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    31 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    13,48 20 mg

    150 mg

    40 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 17.00 WIB √

    32 Furosemid (IV) 4,68 40 mg 120 mg 40-80 mg 800-160 mg Pukul 09.00 WIB √

    33 Nifedipin (PO) 4,54 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

    34 Amlodipin (PO)

    Irbesartan (PO)

    4,47 10 mg

    150 mg

    10 mg

    150 mg

    2,5-10 mg

    150-300mg

    2,5-10 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB √

    35 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    4,72 20 mg

    150 mg

    40 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 12.00 WIB

  • 12

    No.

    kasus

    Pengobatan yang

    diterima

    CrCl

    (mL/mnt)

    Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug

    Dossing and Renal Failure)

    Jam pemberiaan obat

    Persentase (%)

    N = 50

    Tepat

    Dosis

    Tidak

    Tepat

    Dosis 1 x 1 hari 1 x 1 hari

    36 Furosemid (IV) 10,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg

    Pukul 09.00 WIB √

    37 Amlodipin (PO)

    20,62 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √

    38 Amlodipin (PO)

    10,06 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    39 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    14,6 40 mg

    150 mg

    80 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    40 Nifedipin (PO) 3,39 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

    41 Amlodipin (PO)

    5,45 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    42 Furosemid (IV) 4,18 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √

    43 Nifedipin (PO) 5,04 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √

    44 Amlodipin (PO)

    7,36 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 12.00 WIB √

    45 Kaptopril (PO)

    Amlodipin (PO

    16,9 25 mg

    10 mg

    75 mg

    10 mg

    25–30% setelah

    Hemodialisa

    2,5-10 mg

    25–30% setelah

    Hemodialisa

    2,5-10 mg

    Pukul 06.00 WIB √

    46 Amlodipin (PO)

    24,8 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √

    47 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)

    4,68 20 mg 150 mg

    60 mg 150 mg

    40-80 mg 150-300mg

    80-160 mg 150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    48 Kaptopril (PO)

    Amlodipin (PO

    16,9 25 mg

    10 mg

    50 mg

    10 mg

    25–30% setelah

    Hemodialisa

    2,5-10 mg

    25–30% setelah

    Hemodialisa

    2,5-10 mg

    Pukul 06.00 WIB √

    49 Amlodipin (PO)

    Irbesartan (PO)

    8,81 10 mg

    150 mg

    10 mg

    150 mg

    2,5-10 mg

    150-300mg

    2,5-10 mg

    150-300 mg

    Pukul 06.00 WIB √ √

    50 Furosemid (IV)

    Irbesartan (PO)

    9,23 20 mg

    150mg

    60 mg

    150 mg

    40-80 mg

    150-300mg

    80-160 mg

    150-300 mg

    Pukul 09.00 WIB

    Total 27

    (54%)

    23

    (46%)

    Berdasarkan tabel 13 dan 14, diperoleh hasil 58% ketepatan dosis pada pasien gagal ginjal

    kronik hipertensi saat tidak menjalani hemodialisa dan pasien yang menjalani hemodialisa

    diperoleh tepat dosis yaitu sebesar 54%. Pada tabel 13 menunjukkan kasus yang didapat

    sebanyak 21 kasus menerima terapi furosemid dengan besaran dosis yang kurang dari dosis

    yang tercantum dalam drug dosing renal failure. Dosis yang kurang menyebabkan obat berada

    dalam rentang subterapetik sehingga obat tidak mampu menghasilkan efek terapi yang

    diinginkan (DeBellis et al., 2000). Pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis memerlukan

    perhatian pada manajemen status cairan/volume ekstra vaskuler dan penyesuaian terapi anti

    hipertensi (National Kidney Foundation, 2015). Penyesuaian terapi diperlukan karena adanya

    jenis obat anti hipertensi yang terdialisis serta adanya abnormalitas respon tubuh terhadap

  • 13

    hemodialisis (Chazot and Jean, 2010). Kadar obat yang terdialisis mengakibatkan penurunan

    efektifitas obat atau under dose sehingga pasien membutuhkan adanya supplemental dose dari

    obat yang digunakan setelah dialisis untuk mempertahankan konsentrasi obat di dalam darah

    (Quan and Aweeka, 2009). Pada tabel 14 ketidaktepatan dosis yang didapat dikarenakan pada

    obat furosemid tidak adanya dosis yang efektif yang dapat digunakan saat pasien sedang

    menjalani hemodialisa. Pada pasien gagal ginjal yang telah menjalani hemodialisa secara rutin

    dosis captopril yang semestinya adalah 20-30% dari dosis normal dan obat diberikan setelah

    hemodialisa, namun pada kasus captopril diberikan 2 kali sehari 25 mg (DeBellis et al., 2000).

    Selain masalah efektifitas obat saat hemodialisis, efek samping dari hemodialisis yang umum

    dialami pasien antara lain hipotensi (Daugirdas et al., 2007). Keadaan tersebut perlu

    diantisipasi, dikendalikan serta diatasi agar kualitas hidup pasien tetap optimal dan kondisi

    yang lebih buruk tidak terjadi. Sebagai seorang farmasis mengidentifikasi, mencegah dan

    menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan adalah peran

    penting guna mencegah terjadinya medication error masalah terkait obat dari setiap terapi

    yang dipertimbangkan serta diberikan kepada pasien (Depkes RI, 2006). Farmasis dapat

    memberikan saran tentang pemilihan obat yang sesuai, penggantian atau obat alternatif,

    perubahan dosis, regimen obat yang sesuai. Farmasis juga dapat berinteraksi dengan profesi

    kesehatan lainnya terutama dokter. Farmasis juga dapat membantu pasien bagaimana

    melakukan perubahan atau modifikasi gaya hidupnya dengan mendiskusikan mengenai

    olahraga, menurunkan berat badan, dan berhenti merokok agar pasien mencapai tujuan

    terapinya (Depkes RI, 2006).

    4. PENUTUP

    Evaluasi ketepatan terapi anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Soediran

    Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015, menarik kesimpulan sebagai berikut:

    Dari 50 subjek penelitian diperoleh hasil penggunaan obat anti hipertensi yaitu obat tunggal yang

    digunakan adalah furosemid 14%, amlodipin 2%, serta obat kombinasi yang paling banyak

    digunakan adalah furosemid + amlodipin 20% dan furosemid + amlodipin + irbesartan 14%.

    Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal

    ginjal kronik yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan

    54% tepat dosis saat hemodialisa

    .

  • 14

    DAFTAR PUSTAKA

    BNF, 2007. British National Formulary 57th ed., Lamberth High Street, London: BMJ Group

    and RPS Publishing.

    DeBellis, R.J., Brian S. Smith.,Pauline A. Cawley.,Gail M. Burniske, 2000. Drug dosing in

    critically ill patients with renal failure: A pharmacokinetic approach. Journal of Intensive

    Care Medicine, 15(6), pp.273–313.

    Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat Bina

    Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

    Kesehatan.

    Dipiro, J.T., Robert L. Talbert., Gary C. Yee., Gary R.Matzke.,Barbara G. Wellz.,L. Michael

    Possey, 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed., United States of

    America: The McGraw-Hill Companies, Inc.pp.765

    Ghods, A.A., Mohammad R.A., Fatemeh Asghari.,Raheb Ghorbani., Nahid H.M, 2016. Journal

    of Renal Injury Prevention Incidence and severity of nausea and vomiting in a group of

    maintenance hemodialysis patients. J Renal Inj Prev. J Renal Inj Prev, 66(11), pp.49–5549.

    James, P.A., Suzzane O., Barry L.C., William C.C., Cheryl D.H., Joel Handler., Daniel T.L,

    2014. JNC 8 Hypertension Guideline Algorithm. evidence-based guidline for the

    management of high blood pressure in adults, 311(5), pp.507–20.

    Koda-Kimble, M.A., Lloyd Y.Y., Brian K.A., Robin L.C., B.Joseph G.,Wayne A.K., Bradley

    R.W, 2009. Chronic Kidney Disease. In M. A. Koda-Kimble et al., eds. Applied

    Therapeutics. USA: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 33–1.

    NKF, 2010. High Blood Pressure and Chronic Kidney Disease. , pp.1–24.

    Oh, S.W. & Han, S.Y., 2015. Loop Diuretics in Clinical Practice. Electrolyte & blood pressure :

    E & BP, 13(1), pp.17–21. Perry, A.G., Potter, P.A. & Ostendorf, W., 2006. Clinical Nursing

    Skills and Techniques. In St.Louis Missouri: Mosby Inc.

    Riskesdas, 2013. Penyakit Tidak Menular ( PTM ). Available at: www.litbang.depkes.go.id

    [Accessed June 4, 2016].

    Rosei, E.A. & Salvetti, M., 2007. European Society of Hypertension Scientific Newsletter :

    Update on Hypertension Management. Treatment Of Hypertensive Urgencies And

    Emergencies Enrico, (3), pp.16–17.

    Tessy, A., 2009. Hipertensi pada Penyakit Ginjal. In A. W. Sudoyo et al., eds. Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, p. 1086.

    Vasavada, N., Saha, C. & Agarwal, R., 2003. A double-blind randomized crossover trial of two

    loop diuretics in chronic kidney disease. Kidney International, 64(2), pp.632–640.

  • 15

    Wenzel, R.R., 2005. Renal protection in hypertensive patients: selection of antihypertensive

    therapy. Drugs, 65 Suppl 2(February 2005), pp.29–39.