Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

45
BAGAIMANA KONSELOR SEKOLAH BERSIKAP ?? Penulis Ending Artiati Subesti , SP.d

Transcript of Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

Page 1: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

BAGAIMANA KONSELOR SEKOLAH BERSIKAP ??

PenulisEnding Artiati Subesti , SP.d

Page 2: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

B. Bimbingan Dan Konseling Pola 17 Plus

Bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari pola layanan 17 menjadi

layanan 17 plus yang lebih luas. Butir-butir dalam pola 17 plus seperti dijelaskan oleh

Sukiman (2011:95) adalah sebagai berikut :

1. Keterpaduan mantap wawasan bimbingan dan konseling meliputi :

a. Definisi bimbingan dan konseling

b. Paradigma bimbingan dan konseling

c. Visi misi bimbingan dan konseling

d. Tujuan bimbingan dan konseling

e. Fungsi bimbingan dan konseling

f. Asas-asas bimbingan dan konseling

g. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

2. Bidan layanan bimbingan dan konseling meliputi :

a. Bidang pengembangan pribadi

b. Bidang pengembangan social

c. Bidang pengembangan kegiatan belajar

d. Bidang pengembangan karir

e. Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga

f. Bidang pengembangan kehidupan keberagaman

3. Jenis layanan bimbingan dan konseling meliputi :

a. Layanan orientasi

b. Layanan informasi

c. Layanan penempatan dan penyaluran

d. Layanan Penguasaan konten

Page 3: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

e. Layanan Konseling perorangan

f. Layanan Bimbingan dan kelompok

g. Layanan Konseling kelompok

h. Layanan Konsultasi

i. Layanan Mediasi

4. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi :

a. Aplikasi intrumentasi

b. Himpunan data

c. Konferensi kasus

d. Kunjungan rumah

e. Alih tangan kasus

5. Format pelayanan bimbingan dan konseling meliputi :

a. Format individual

b. Format kelompok

c. Format klasikal

d. Format lapangan

e. Format “ politik”

6. Penilaian hasil dan proses layanan bimbingan dan konseling meliputi :

a. Laiseg ( penilaian segera )

b. Laijapen ( penilaian jangka pendek )

c. Lajipan ( penilaian jangka panjang )

C. Pengetian Bimbingan

Ada banyak rumusan pengertian tentang bimbingan, salah satunya menurut

Sukiman (2011:41) bimbingan adalah proses bimbingan yang dilakukan pembimbing

Page 4: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

sebagai orang yang membantu dalam pemecahan masalah dengan mengacu pada peran

aktif seorang yang dibimbing (konseli) untuk dapat menentukan langkah apa yang harus

diambil dalam masalah yang sedang dihadapinya.

Crow dan crow dalam Priyanto dan Erman Ati (1999:94) menjelaskan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang

memiliki kepribadian memadai dan terlatih dengan baik kepada individu –individu

setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidu[nya sendiri, mengembangkan

pandangan hidupnya sendiri, membaut keputusan sendiri dan menanggung beban7ya

sendiri.

Disamping itu bimo Walgito dalam Sukuman (2011:45) memaparkan bahwa definisi

bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang akan diberikan kepada individu atau

sekumpulan individu dalam menghindari atau mengetasi kesulitan-kesulitan hidupnya

agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.

Sedangkan menurut Priyanto dan Erman Ati (1999:99) pengertian bimbingan adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan olah seorang ahli kepada seorang atau

beberapa individu baik, anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing

dapat mengembnagkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan memanfaatkan

kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-

norma berlaku.

Dari paparan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kata kunci bahwa bimbingan

dalah proses pemberian bantuan dalm pemecahan masalah kepoada seseorang dengan

cara memberi ruang keaktifan seseorang tersebut agar dapat mengembangkan

kemampuannya dan mandiri.

Page 5: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

D. Pengertian Konseling

Priyanto dan Erman Ati (1999:105) menjelaskan bahwa konseling dan proses

pemberian bantuan yang dilakukan memlalui wawancar konseling oleh seorang ahli

(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi individu tersebut.

Lebih lanjut sukiman menjelaskan bahwa konseling merupakan salah satu teknik

Bimbingan yang dilakukan secara professional oleh konselor melalui bantuan dalam

bentuk wawancara face to face relationship sebagai suatu usaha untuk membantu

memecahkan masalah konseling.

Menurut Stefflre dan Grant dalam Sukiman (2011:53-62) terdapat empat hal yang

ditekankan dalam definisi konseling.

Pertama konseling sebagai proses; membutuhkan waktu lebih dari sekali untuk

mencapai tujuan. Jadi konseling merupakan pertemuan lanjutan. Kedua konseling

sebagai hubungan yang spesifik. Di dalam hubungan konseling perlu adanya

keterbuakaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat dan empati. Ketiga

konseling sebagai upaya membantu konseli. Keempat konseling sebagai proses

mencapai tujuan hidup. Konseling dilakukan untuk mencapai pemahaman dna

penerimaan dir, proses belajar untuk memahami diri lebih luas.

Dengan demikian pengertian dan kionseling adalah sebuah teknik untuk

memberikan bantuan kepada seseorang atau beberapa orang yang dilakukan secara

langsung (bertatap muka ) dengan tujuan untuk mencapai penerimaan, pemahaman dan

pengentasan diri atas masalah yang sedang dihadapi.

Page 6: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

E. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Dari pengertian bimbingan dan konseling yang telah dipaparkan muka dapat

dirangkum bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh orang yang ahli untuk mencari penyelesaian masalah. Proses ini

dilakukan secara langsung dan berkelanjutan sampai individu mencapai penerimaan,

pemahaman dan pengentasan pada masalah yang dicapainya. Disekolah, bimibingan

dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendididkan dengan menangani

masalah dan memberikan layanan secaera khusus pada peserta didik agar dapat

mengembangkan dirinya secara penuh.

Nadya Damayanti (2012:9) menegaskan pula bahwa bimbingan dan konseling

merupakan proses interaksi antar kolektor dengan konseling seara langsung dan tidak

lansung dalam rangka membantu konseli agar dapat mengenmbangkan dirinya atau

memecahkan masalah yang dialaminya.

F. Tujuan bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki

kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin dan menguasai nilai-

nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangannya. Pengembangan potensi

meliputi tiga tahapan, yaitu : Pertama, pemahaman dan kesadaran, kedua sikpa dan

penerimaan. Ketiga , keterampilan atau tindakan melaksanakan tugas-tugas

perkembangan (Sukiman, 2011:67)

Disamping itu Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005:9) menambahkan

bahwa tujuan bimbingan dan konseling membantu individu dalam mencapai

kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, kehidupan yang produktif dan

Page 7: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

efektif dalam masyarakat hidup bersama-sama dengan individu lain dan harmoni antara

ciat-cita mereka dengan kemampuan yang dimiliki.

Sedangkan priyanto dan erman ati (1999:114) menjabarkan tujuan bimbingan dan

konseling dalam dua kelompok yaitu, pertama, tujuan umum bimbingan dan konseling

adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secar opotimal sesuai dengan

tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya ( seperti kemampuan dasar dan

bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti, latar belakang, keluarrga,

pendidikan, status social ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Kedua, tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum

yng dikaitkan oleh individub yang bersangkutan, sesuai kompleksitas permasalahan itu,.

Masalah-masalah individu bermacam-macam ragam jenis, intentitas dan sangkut

pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan

dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula.

Jadi secara terperinci tujuan bimbingan konseling di sekolah membantu peeserta

didik dalam :

1. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang

dilakukan dengan konseling seperti, kesulitan belajar, kesulitan mengatasi

kebiasaaan tidak baik saat kegitan belajar maupun dalam berhubungan social.

2. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan pemulihan dan

penyaluran minat dalam pendidikan dan pekerjaan. Misalnya membvantu konseli

untuk memilih jurusan sekolah dan jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang

sesuai dengan minat dan bakat.

3. Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan emosi dan pemahaman diri.

Page 8: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

4. Mengatasi kesulitan dalm memahami lingkungannya, yaitu : keluarga, sekolah, dan

masyarakat

5. Mengembangkan seluruh potensi yang ada dengan optimal

6. Mengatasi kesulitan masalah dari lingkungan yang lebih luas.

7. Menyesuaikan diri terhadap keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya dengan

mengikuti norma-norma yang berlaku.

8. Memahami kebutuhan-kebutuhan secara realistis

9. Menggunakan kemamuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan

umu dalam kehidupan besama

10. Melaksanakan tugas-tugas perkembangan

G. Fungsi Bimbiungan Dan Konseling

Ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dijelaskan oleh Sukiman (2011:67-

68) yaitu:

1. Fungsi Pemahaman

Ada dua macam pemahaman yaitu, selain konseli perlu memahami tentang

dirinya sendiri, pihak-pihak lain seperti orangtua,guru-guru, dan konselor yang

poerlu terlebihdahulu memahami didi konseli yang akan dibantu. Pemahaman

tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri konseli melainkan mengnyangkut

pemahaman tentang latar belakang pribadi konseli, kekuatan dan

kelemahannya serta kondisi lingkungannya pemahaman kedua berkaitan

dengan pemahaman masalah yang sedang dihadapi konseli. Pertama-tama

konseli perlu memahami maslaah yang sedang dihadapinya. Berikutnya adalah

pihak pihakyng terkait (orang tua, guru, dan konselor). Fungsi pemahaman ini

sebagai titik tolak pemberian bantuan terhadap konseli.

Page 9: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

2. Fungsi pencegahan

Fungsi pencvcegahan mengupayakan terhindarnya individu atau konseli

dari akibat yang tidak menguntungkan, yaitu berasal dari hal-hal yang

berpotensi sebagai sumber permasalahan

3. Fungsi pengentasan

Fungsi pengentasan sebagai upaya teratasinya berbagai permasaahan

konseli sehingga masalah terseby=ut tidak menjadi hambatan bagi

perkembangan konseli.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Yaitu untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu dalam

dimensi keindividuan, kesosialan, kesusialaan dan keberagaman.

5. Fungsi advokasi

Yaitu fungsi untuk membantu konseli memperoleh pembelaan atas hak

yang kurang diperhatikan

H. Sifat Bimbingan dan Konseling

Achmad JUntika dan Akur Sudianto (2005:14) menjalankan bahwa bimbingan dan

konseliing memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Pencegahan

Sifat bimbingan dan konseling menghasilkan pencegahan pada diri individu agar

terhindar dari hal-hal yang menimbulkna kesulitan dalam proses perkembangannya.

2. Penyembuhan

Sifat bimbingan dan konseling menghasilkan penyelesaian masalah sehingga

individu merasa sembuh dari permasalahan yang menghimpitnya

Page 10: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

3. Perbaikan

Sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari

permasalahannya sehingga ia dapat melanjutkan tugas perkembangan berikutnya tanpa

terbebani dengan masalah

4. Pemelihataan

Sifat bimbingan dan konseling untuk menjaga terpeliharanya individu yang sudah

baik agar tetap baik.

5. Pengembangan

Sifat bimbingan dan konseling untuk mengembangkan berbagai potensi positif

dalam pengembngan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

I. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling merupakan paduan hasil kajian teiritik

tealaah lapangan yang digunalkan sebagai pedoman pelaksanaan bimbingan konseling

tersebut :

1. Setiap individu mempunyai hak sama dalam memoperolah layanan bimbingan dan

koseling tanpa memandang umu, jenis kelamin, suku, bangsa, agama dan status

ekonomi.

2. Bimbingan dan konseling berkaitan erat dengan sikap dan perilaku individu yang

unik dan beragam. Oleh karena itu pelaksanaan fleksibel.

3. Bimbingan dan konseling membantu mengembangkan penyesuaian dari individu

terhadap tercapaianya segenap tugas-tugas perkembangan.

4. Perlunya pemahaman tentang diri individu esecar penuh sehingga pelayanan

bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan yang

dibutuhkan

Page 11: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

5. Bimbingan dan konseling membantu individu untuk dapat memecahkan masalah

yang dihadapi individu dengan mengidentifikasi emosi dan kebuthan yang

dirasakannya.

6. Bimbingan dan konseling hendaknya bertitik tolak pada individu dinbimbing

sehingga keputusan yang diambil hendaknya atas kemauan individu tersebut bukan

karena kemauan atau desakan dari konselor

7. Bimbingan dan konseling membantu pengembangan diri individu untuk mandiri

dalam mengambil kepurusan

8. Program bimbingan dan konseling perlu didsesuaikan dengan kebutuhan dan

perkembangan peserta didik.

9. Perlu adanya penilaian dan evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling

dengan masud untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai untuk

mengetahui apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana semula dan untuk

mengetahui kekurangan dari program sehingga bisa diadakan perbaikan yang lebih

baik untuk program selanjutnya.

10. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional yang bekerjasama dengan

orang tua dan guru untuk mencapai pelayanan maksimal.

Dengan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tersebut diharapkan,

pelayanan dapat berjalan sesuai harapan, tumbuh dan berkembang dengan baik. Para

peserta didik yang sedang dalam tahap perkembangan sangat membutuhkan segala jenis

layanan bimbingan dan konseling dalam sehgenap fungsinya. Untuk itulah Belkin

dalam Priyatno dan ERman Ati (1999:223-224) menegaskan eman prinsip yang perlu

diterapkan dalam memaksimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di seklah, yaitu :

Page 12: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

1. Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas,

dan memiliki kesiapan tinggi untuk melaksanakan program tersebut.

2. konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu

keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan

siswa.

3. konselor bertanggung jawab atas perannya sebagai konselor dan mampu

menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia bekerja sama tentang tujuan

yang hendak dicapai.

4. konselor bertanggung jawab kepada semua peserta didik, baik peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar, mengalami permasalahan emosional maupun yang

memiliki bakat istimewa.

5. konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu

peserta didik yang mengalami masalah dengan kadar cukup parah.

6. konselor harus mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah untuk

menegakkan citra bimbingan dan konseling.

J. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling ada yang dikenal

dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang perlu

diperhatikan dan diterapkan dalam melaksanakan pelayanan bimbngan dan konseling.

Asas-asas ini merupakan nafas dari layanan bimbingan dan konseling. Sehingga apabila

asas-asas bimbingan dan konseling diterapkan secara optimal dapat mempermudah dan

lebih menjamin keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Sebaliknya jika asas-

asas ini di abaikan, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling akan berjalan

Page 13: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

tersendat-sendat dan di khawatirkan kegiatannya justru akan berlawanan dengan tujuan

bimbingan dan konseling.

Asas-asas tersebut dibagi menjadi 12 seperti yang disebutkan Achmad Juntika dan

Akur Sudianto (2005:16-17), yait : asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,

kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,

alih tangan kasus, tut wuri handayani.

1. Asas Kerahasiaan

Asas kerahasiaan ini merupakan kunci dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

Apabila asas ini diterapkan maka akan mendapat kepercayaan dari konseli ataupun

individu yang memanfaatkan fungsi konselor sekolah.

Seringkali konseli yang menceritakan permasalahannya meminta konselor untuk

menjaga kerahasiaan agar tidak memberitahukan kepada guru lain atau kepada orang

tua. Hal ini karena konseli merasa takut dimarahi oleh orang tua atau khawatir jika

permasalahannya diketahui orang banyak akan menjadi bahan guncingan. Sehingga

seorang konselor harus bias menjaga asas kerahasiaan kecuali data-data yang memang

diperlukan sebagai bahan untuk berdiskusi dengan wali kelas, bidang kesiswaan

ataupun dengan kepala sekolah, itupun sebaiknya dengan memilih kata-kata yang

sifatnya tidak menjusment konseli.

Dalam memberi layanan, konselor perlu meyakinkan pada diri konseli bahwa

dirinya dapat dipercaya dan bias menjaga rahasia. Adapun rahasia yang diketahui

semata-mata sifatnya hanya untuk membantu konseli, sehingga diharapkan muncul

kepercayaan pada diri konseli untuk mengungkapkan segala permasalahannya.

Sebaliknya jika asas kerahasiaan ini tidak diterapkan dengan baik, maka akan

memberi dampak yang tidak di inginkan, misalnya konseli menjadi enggan untuk

Page 14: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

berkomunikasi dengan konselor. Lambat laun justru citra negatiflah yang terbangun

karena konselor tidak dapat dipercaya dalam menjaga rahasia.

2. Asas Kesukarelaan

Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan atas dasar kesukaan dan kerelaan,

baik dari konselor sekolah maupun konseli. Hal ini mengandung pengertian bahwa

konseli menyampaikan masalahnya tidak dengan terpaksa ataupun ragu-ragu. Begitupun

dengan konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling tidak sedikitpun

terpaksa dan merasa terbebani.

3. Asas Keterbukaan

Keterbukaan diperlukan agar proses pelayanan bimbingan dan konseling dapat

mencapai tujuannya. Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak konseli ada

kemauan untuk membuka diri dalam mengungkapkan permasalahannya dan menerima

masukan dari pihak luar. Selain dari konseli, konselor pun perlu terbuka menjawab

pertanyaan konseli dan mengungkapkan diri jika dikehendaki konseli.

4. Asas Kekinian

Asas kekinian yang dimaksud, bahwa pelayanan bimbingan dan konseling untuk

membantu masalah individu yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau.

Kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor perlu bersegera dalam

memberikan bantuan, tidak boleh menunda nya. Apabila diminta bantuan oleh konseli,

konselor harus siap dan mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan yang

lain.

Page 15: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

5. Asas Kemandirian

Bimbingan dan konseling membantu individu agar mandiri dalam mengambil

keputusan untuk dan oleh diri sendiri. Oleh karena itu dalam proses bimbingan dan

konseling perlu ditumbuhkan semangat pada diri konseli agar tidak bergantung pada

konselor.

6. Asas Kegiatan

Hasil bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya jika konseli

tidak melakukan kegiatan terkait dengan tujuan yang hendak dicapainya. Oleh karena

itu, konselor perlu membangkitkan semangat konseli agar mau melaksanakan kegiatan

yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi hasil-hasil konseling.

7. Asas Kedinamisan

Asas kedinamisan mengacu pada adanya perubahan tingkah laku konseli yang lebih

baik. Konselor perlu mengupayakan agar mempunyai kemauan untuk melakukan

perubahab kea rah pembaharuan yang lebih maju dan positif.

8. Asas Keterpaduan

Setiap individu pada dasarnya adalah unik, memiliki berbagai apek kepribadian

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu asas keterpaduan

mempunyai maksud bahwa konselor perlu memadukan berbagai aspek kepribadian

yang ada dalam diri konseli juga memadukan isi dan proses layanan. Semua itu

dilakukan agar tercipta keserasian demi keberhasilan proses layanan bimbingan dan

konseling.

Page 16: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

9. Asas Kenormatifan

Seluruh isi layanan dari prosedur dan tehnik dalam bimbingan dan konseling harus

sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma agama, adapt, hukum, Negara, maupun

kebiasaan sehari-hari.

10. Asas Keahlian

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan professional sehingga

dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli menguasai teori dan praktik konseling

secara baik. Keahlian itu didukung pada pendidikan yang sesuai, yaitu telah menempuh

pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, serta didukung oleh pengalaman yang

mumpuni.

11. Asas alih tangan khusus

Bila pemberian layanan bimbingan dan konseling telah dilakukan dengan optimal

tetapi belum berhasil, maka konselor melakukan alih tangan kasus dengan mengirimkan

konseli kepada badan atau petugas yang lebih ahli. Sama halnya jika masalah yang

dihadapi konseli berada di luar wewenang konselor, maka penanganannya dapat di alih

tangankan kepada pihak lain yang lebih berwenang.

12. Asas tut Wuri Handayani

Hubungan yang tercipta antara konselor dan konseli adalah hubungan yang terjalin

secara keseluruhan, tidak hanya terjalin saat berlangsungnya konseling saja. Dengan

demikian diluar proses pemberian layanan bimbingan dan konseling, konseli merasakan

aman dan selalu mendapatkan dorongan positif dari konselornya.

K. Bidang Bimbingan dan Konseling

Bidang bimbingan konseling, yaitu :

Page 17: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

1. Bimbingan Pengembangan Pribadi

Bimbingan pengembangan pribadi ditujuakn untuk membantu individu mengatasi

kesulitan pemahaman terhadap dirinya sendiri, dan membantu mengatasi kesulitan

dalam menggali potensi-potensi diri yang dimiliki, juga membantu individu dalam

mengembangkan dirinya dalam lingkungan di sekitarnya.

Pencapaian dari bimbingan pribadi adalah individu yang lebih mengenal tentang

siapa dirinya, dan memahami apa yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri, sehingga pada

akhirnya individu tersebut mampu untuk menentukan tugas-tugas perkembangan

selanjutnya dengan lebih mantap.

2. Bidang Pengembangan Sosial

Bidang Pengembangan sosial berkaitan erat dengan bagaimana individu

berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya, melalui bimbingan sosial membantu

mengatasi permasalahan sosial yang diahadapi individu, misalnya masalah pergaulan

dengan teman sejenis maupun lawan jenis, pergaulan dengan orang lain yang lebih

muda maupun yang lebih tua, masalah tentang bagaimana menjaga keharmonisan

individu dengan alam sekitarnya, dan sebagainya yang berkaitan dengan penyesuaian

diri terhadap hubungan dengan orang lain ataupun dengan lingkungan sekitar.

Diharapkan dengan upaya bimbingan sosial, individu bias lebih memahami bahwa

pada dasarnya dalam hidup, setiap individu membutuhkan bantuan orang lain sehingga

perlu diciptakan interaksi yang harmonis diantara sesama makhluk hidup dan alam

sekitarnya.

Page 18: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

3. Bidang Pengembangan Kegiatan Belajar

Dalam bidang bimbingan pengembangan kegiatan belajar, mencakup permasalahan

yang berkaitan dengan kesulitan belajar seseorang, misalnya tidak bias konsentrasi saat

belajar, tidak bisa mengatur waktu belajar, tidak tahu bagaimana belajar yang efektif,

dan sebagainya.

Melalui bimbingan belajar, konselor memberikan bantuan mengatasi permasalahan-

permasalahan kesulitan belajar yang dihadapi oleh konseli. Konselor berupaya agar

konseli dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

4. Bidang Pengembangan Karir

Bimbingan pengembangan karir berkaitan dengan pemahaman individu terhadap

dunia kerja, pengembangan karir yang sesuai dengan kemampuan dirinya dan

penyesuaian pekerjaan dengan keadaan dirinya. Oleh karena itu dengan upaya

bimbingan karir diharapkan individu dapat menentukan keputusan yang bertanggung

jawab atas masa depan yang diinginkannya serta dapat mengembangkan dirinya secara

optimal.

5. Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga

Sukiman (2011:96) menjelaskan bahwa bimbingan berkeluarga dimaksudkan untuk

membantu individu dalam mencari, menetapkan serta mengambil keputusan berkenaan

denga rencana perkawinan atau kehidupan keluarga yang sedang dijalaninya.

6. Bidang Pengembangan Kehidupan Keberagaman

Bidang keberagaman dimaksudkan untuk membantu individu dalam memantapkan

diri berkaitan dengan perilaku keberagaman menurut agama dan keyakinan yang di

anutnya.

Page 19: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

L. Layanan Bimbingan dan Konseling

Ada sembilan jenis layanan bimbingan dalam BK pola 17 plus. Sukiman (2011:96)

menyebutkan, yaitu : layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,

penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok,

konsultasi dan mediasi.

1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada seseorang dalam mengenal

lingkungan baru. Kadang kala seseorang terlalu sulit untuk beradaptasi dengan

lingkungan yang baru sehingga membutuhkan informasi tentang lingkungan tersebut.

Dengan demikian layanan orientasi bertujuan agar individu dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan baru.

Bagi peserta didik, layanan orientasi bertujuan agar peserta didik mendapatkan

informasi tentang lingkungan pendidikan sekolah yang baru dimasukinya, sehingga

peserta didik tersebut bias segera menyesuaikan diri. Informasi-informasi yang

diperlukan, misalnya tentang fasilitas sumber belajar yang ada, ketentuan hak dan

kewajiban yang ada di sekolah tersebut, kegiatan penunjang yang diselenggarakan

sekolah, tenaga pendidikan dan kurikulum yang ada.

2. Layanan Informasi

Pemberian layanan informasi bertujuan untuk membantu individu dalam

memperoleh pengetahuan yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya, agar individu tersebut dapat menentukan keputusan secara tepat. Selain

itu, layanan informasi membantu individu dalam menguasai berbagai informasi yang

berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan

sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Page 20: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

Prayitno dan Erman Anti (1999:261) membatasi jenis-jenis informasi yang

diberikan di lingkungan sekolah, yaitu :

a. Informasi pendidikan, yaitu informasi yang berkaitan dengan pendidikan

b. Informasi Jabatan, yaitu informasi-informasi tentang pengetahuan jenis-jenis

pekerjaan dan seputarnya, juga pengetahuan tentang kesempatan untuk

mengembangkan karir.

c. Informasi social – budaya, yaitu informasi yang berkaitan dengan pengetahuan

tentang sosial dan budaya, seperti macam suku bangsa, budaya, adapt istiadat,

agama, kepercayaan, dan potensi daerah. Hidup di Indonesia dengan berbagai suku

bangsa dan adat istiadat ini, perlu sekali untuk memperoleh informasi tentang social

– budaya. dengan mendapatkan bekal informasi ini dapat menumbuhkan perasaan

saling menghargai pada individu.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran di sekolah dapat berupa layanan dalam

menempatkan peserta didik di kelas, kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, setelah

lulus atau penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan.

4. Layanan Penguasaan Konten

Menurut Sukiman (2011:98) layanan penguasaan konten merupakan layanan

bantuan kepada individu untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui

kegiatan belajar.

Page 21: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

5. Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling Perorangan di sekolah bertujuan untuk membantu mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu. Dengan layanan ini, membantu

menumbuhkan pemahaman pada diri individu atas permasalahannya, sehingga individu

tersebut dapat mengembangkan persepsinya kea rah positif.

6. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan ini diselenggarakan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi

pengembangan pribadi. Pembahasan dilakukan dengan melibatkan peserta didik dan

diharapkan dapat terwujud pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan wawasan

pembaharuan menuju kea rah yang lebih baik.

Unsur-unsur yang menandai bimbingan kelompok adalah : dilakukan kelompok

yang homogen (misalnya, peserta didik satu kelas), masalah yang dibahas sama dan

anggota kelompok memerlukan informasi untuk tujuan kegunaan tertentu, sifat dari

pembahasan umum.

7. Layanan Konseling Kelompok

Tujuan dari layanan konseling kelompok adalah terselesainya masalah yang di alami

individu. Dalam layanan konseling kelompok membahas masalah-masalah yang

sifatnya homogen maupun heterogen dengan anggota kelompok yang berbatas, 5-10

orang. Masing-masing anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengutarakan

permasalahannya dan memberikan umpan balik. Keterlibatan dan dinamika interaksi

social diperlukan dalam berlangsungnya konseling kelompok dengan menerapkan asas

rahasia.

Page 22: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

8. Layanan Konsultasi

Layanan konsultasi membantu individu dalam memperoleh wawasan, dan

pemahaman dan cara yang diperlukan untuk menangani masalah pihak ketiga. Bantuan

yang di berikan untuk mendirikan konseli agar dapat menghadapi pihak konseli ketiga

yang dipermasalahkannya.

9. Layanan Mediasi

Layanan mediasi merupakan layanan yang dilaksanakan konselor terhadap dua

pihak atau lebih yang sedang dalam ketidakcocokan.

M. Kegiatan Layanan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Kegiatan layanan pendukung berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan

kegiatan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut :

1. Aplikasi Intrumentasi

Dalam layanan bimbingan dan konseling, aplikasi instrument digunakan untuk

membantu memperoleh pemahaman tentang diri dan masalah konseli. Aplikasi

instrument dibagi menjadi dua : pertama, instrumen test, seperti tes intelegensi, tes

bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, dan tes diagnostik. Kedua, instrument non tes,

berupa wawancara, catatan anekdot (hasil pengamatan tentang tingkah laku yang tidak

biasa sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus), angket, dan sosiometri yang bias

digunakan untuk melihat pola hubungan sosial di antara individu.

2. Himpunan Data

Seorang konselor perlu mempunyai data-data pribadi dan umum setiap konselinya.

Data-data tersebut perlu dikumpulkan, disusun rapid an dipelihara, sehingga ketika

membutuhkannya dapat dengan mudah mencarinya. Prayitno dan Erman Anti

(1999:319) menjelaskan data-data tersebut meliputi :

Page 23: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

a. Identitas Pribadi

b. Latar belakang rumah dan keluarga

c. Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian

d. Sejarah Pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran

e. Hasil tes diagnostic

f. Sejarah Kesehatan

g. Pengalaman Ekstra kurikuler dan kegiatan luar sekolah

h. Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan

i. Prestasi khusus yang pernah di peroleh.

3. Konferensi kasus

Konferensi kasus diselenggarakan dengan mengundang atau meminta partisipasi

pihak-pihak yang berperan dan menentukan bagi konseli yang bersangkutan, misalnya

orang tua dan guru. Tujuan pertemuan beberapa pihak yang bersangkutan ini untuk

mengkoordinir dan mengkomunikasi kan permasalahan yang sedang dihadapi konseli

sehingga diperoleh gambaran menyeluruh dan penanganan yang tepat.

4. Kunjungan Rumah

Kegiatan kunjungan rumah dilakukan untuk memperoleh data tambahan

permasalahan konseli. Seringkali orang tua peserta didik kurang tahu tentang

perkembangan anaknya di sekolah, oleh karena itu kunjungan rumah juga dilakukan

untuk menyampaikan kepada orang tua mengenai permasalahan yang sedang dihadapi

anaknya. Ketika orang tua sudah mengetahui informasi , diharapkan terbangun

komitmen yang sama antara pihak sekolah dengan orang tua uantuk menangani masalah

anaknya.

Page 24: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

5. Alih Tangan Kasus

Prayitno dan Erman Anti (1999:325) menjelaskan bahwa ada dua jalur dalam

kegiatan alih tangan kasus, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur

kepada konselor mempunyai arti, konselor menerima “kiriman” konseli dari pihak lain

(guru atau orang tua). Sedangkan jalur dari konselor mempunyai maksud, konselor

“mengirimkan” konseli yang belum tuntas untuk ditangani kepada pihak lain yang lebih

ahli (psikologi, psikiater atau dokter).

N. Administrasi Kegiatan Bimbingan dan konseling

Administrasi Bimbingan dan konseling perlu dilakukan dengan baik, teratur dan

mantap, agar pelaksanaan layanan mencapai tujuannya. Administrasi yang dilakukan

dengan baik dapat menciptakan mekanisme kerja professional karena apa yang menjadi

tugas dan tanggung jawabnya dapat diketahui dengan baik.

Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2004:37) menjabarkan mekanisme

bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut :

a. Awal tahun pelajaran baru di sekolah konselor melakukan pencatatan data pribadi

peserta didik dengan menyebarkan angket. Data yang sudah masuk dihimpun dalam

satu file buku pribadi untuk masing-masing konseli secara teratur.

b. Catatan anekdot selama proses belajar mengajar dibuat oleh guru bidang studi untuk

disampaikan kepada wali kelas. Kemudian wali kelas menghimpun catatan tersebut

dalam bentuk laporan observasi mingguan.

c. Laporan observasi diteruskan kepada konselor sekolah untuk dipelajari lebih lanjut.

Bila ada yang dipandang cukup serius, maka diselenggarakan konseling dengan

individu tersebut. Bila belum memadai, dapat di adakan konferensi kasus.

Page 25: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

d. Hasil sosiometri perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang

menonjol atau tidak sehingga bias segera di tangani dan di tindak lanjuti dengan

proses konseling.

e. Hasil wawancara, kunjungan rumah perlu disatukan dalam satu file buku pribadi

masing-masing konseli.

f. Konselor sekolah melengkapi administrasi laporan harian, mingguan, semester,

tahunan kegiatan bimbingan dan konseling dan dilaporkan kepada kepala sekolah

untuk diperiksa.

O. 7 kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling

Dalam realita di lapangan, belum semua pihak mengetahui aturan yang jelas tentang

tugas seorang konselor sekolah. Disamping itu, masih banyak pula personil sekolah

yang mempunyai anggapan keliru terhadap fungsi seorang konselor sekolah. Hal ini

mengakibatkan pelaksanaan layanan bimbingan konseling belum maksimal, diantaranya

adalah :

1. Konselor sekolah (masih) dianggap polisi sekolah

Tidak jarang seorang konselor sekolah diberi tugas untuk mengurusi dan

menghakimi para peserta didik yang tidak mematuhi peraturan. Konselor sekolah di

tugaskan untuk mencari para peserta didik yang bersalah dan diberi wewenang

mengambil tindakan bagi peserta didik yang bersalah tersebut.konselor sekolah

didorong untuk mencari bukti-bukti bahwa peserta didik tersebut bersalah.

Dengan tugas semacam itu akan membentuk stigma diantara para peserta didik

bahwa konselor bertugas untuk mengurusi para peserta didik yang menjadi “biang

kerok” keributan atau yang menyalahi peraturan. Sehingga jika ada peserta didik yang

Page 26: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

dipanggil atau berurusan dengan konselor termasuk dalam kelompok peserta didik

bermasalah.

Padahal pandangan tersebut keliru, konselor sekolah bukan polisi yang selalu

mencurigai dan akan menangkap siapa saja yang bersalah. Konselor sekolah adalah

kawan dan kepercayaan peserta didik, menjadi tempat berbagi tentang apa yang

dirasakan dan dipikirkan mereka. Konselor sekolah harus berupaya untuk menjadi

seorang yang bias menunjukkan jalan, membangun kekuatan dan kemauan individu

menuju ke arah yang lebih baik.

2. Konselor Sekolah Dianggap Dewa Nasehat

Adanya Perbedaan usia yang lebih tua dengan peserta didik mendorong konselor

untuk memberi nasihat. Padahal bimbingan dan konseling dilakukan bukan hanya

semata-mata untuk memberikan nasehat. Priyatno dan Erman Anti (1999:123)

menegaskan bahwa pemberian nasihat hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-

upaya bimbingan dan konseling. Lebih dari itu konseli membutuhkan pelayanan lain,

seperti mendapatkan layanan informasi, bimbingan belajar, penempatan dan penyaluran.

Oleh sebab itu, pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut keseluruhan

kepentingan konseli untuk mengembangkan pribadinya secara maksimal.

3. Bimbingan dan konseling hanya untuk konseli-konseli tertentu saja

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya terbatas pada beberapa

individu saj. Seluruh peserta didik mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh

layanan bimbingan dan konseling, kapanpun juga. Bimbingan dan konseling tidak

mengenal penggolongan peserta didik berdasarkan kondisinya (misalnya jenis kelamin,

kelas social/ekonomi, agama, suku, dan lain sebagainya). Penggolongan yang

dilakukan, hanya didasarkan klasifikasi masalah (Priyatno dan Erman Anti 1999:124).

Page 27: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

4. Dalam Proses Konseling Konselor Sekolah Harus aktif

Saat Proses konseling berlangsung, seringkali konselor yang lebih aktif dalam

berbicara dan memegang kendali dengan kalimat-kalimat yang Sarat nasehat atau

dengan memperbanyak bicara tentang dirinya. Hal ini perlu diminimalisir. Konselor

sebaiknya memahami kapan perlu bicara dan kapan perlu berhenti bicara dihadapan

konseli saat konseling berlangsung. Upayakan untuk memberi ruang dan kesempatan

konseling berbicara seppenuhnya untuk menceritakan tentang apa yang dirasakamn dan

difikirkannya. Lebih jauh konselor berupaya untuk menggali lebih dalam akar penyebab

masalah yang sedang dihadapi.

5. Tugas dan fungsi konselor dapat dilakukan siapa saja.

Pada realitasnya anggapan bahwa tugas konselor sekolah bias dilakukan siapa saja

masih banyak ditemukan. Diantaranya merekan mempunyai pandangan bahwa

konseling sama halnya dengan pembicaraan biasa, sehingga siapapun bias

melakukannya.

Stigma yang masih muncul tersebut perlu di luruskan. Bimbingan dan konseling

adalah kegiatan layanan untuk membantu individu yang dilakukan oleh orang yang

menguasai dan membantu ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahglian

tersebut dioperoleh melalui pendidikan di perguruan tinggi, juga pengalaman-

pengalaman yang diperoleh sepanjang mempelajari pendidikan dalam bidang bimbingan

dan konseling.

6. Hasil pekerjaan konselor sekolah harus segera dilihat.

Tak bias dipungkiri bahwa yang diinginkan dalam dunia pendidikan adalah peserta

didik yang mempunyai perilaku dan kepribadian baik serta dapat mengembangjkan diri

Page 28: Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap

dengan optimal. Oleh karenanya banyak pihak yang menghendaki hasil pekerjaan

bimbingan konseling segera dilihat agar tidak menghambat kemajuan pendidikan.

Padahal mengubah pandangan atau perilaku konseli menuju kea rah yang lebih baik

dapat dilakukan dalam hitungan jam, buruh proses dan waktu relative lama, mungkin

bebrapa hari, mingguan bahkan samapai berbulan-bulan. Priyatno dan ERman Anti

(1999:128) menegaskan bahwa upaya-upaya bimbingan dan konseling bukanlah lampu

aladin yang dalam sekejap mata sudah dapat terwujudkan apa yang dimintanya. Upaya

menyangkut aspek-aspek psikologis dan tingkah laku tidaklah dapat didesak-desakan.

Pendekatan ingin mencapai hasil segera justru mungkin dapat melemahkan upaya itu

sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa upaya bimbingan dan konseling dilakukan dengan

santai membutuhkan upaya yang serius dan sungguh-sungguh.

7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua konseli.

Seringkali upaya penanganan dalam menghadapi masalah konseli disamaratakan

karenba masalah yang ditangani juga sama. Perlu diingat bahwa setiap individu adalah

unik memiliki perbedaan masing-masing sehingga walaupun dengan masalah yang

sama belum tentu cara penanganannya sama .

Cara apapun yang akan dipakai dalam membantu mengetasi masalah sebaiknya

perlu disesuaikan dengan kondisi pribadi konseli dan berbagai hal yang terkait

dengannya. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai

perlu dibedakan. Masalah tampaknya “sama” setelah dikaji mendalam dapat memiliki

hakikat berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasinya.