Bagaimana Cara Menghayati Dan Mengamalkan Ajaran Agama Yang Dianut
-
Upload
lia-hanisa-rahmawati -
Category
Documents
-
view
1.054 -
download
6
description
Transcript of Bagaimana Cara Menghayati Dan Mengamalkan Ajaran Agama Yang Dianut
Bagaimana Cara Menghayati dan Mengamalkan
Ajaran Agama yang Dianut? 05 Juni 2013
Ajaran agama merupakan pandangan hidup bagi pemeluknya. Maksudnya, manakala
seseorang memeluk agama tertentu, maka dia akan menjadikan ajaran agama tersebut sebagai
panduan dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Jika dia menyatakan dirinya sebagai
Muslim, maka ajaran Islam-lah yang dijadikan panduan/patokan/ukuran baik-buruk
kehidupannya.
Kita mungkin mengenal panduan berperilaku, misalnya mencela Tuhan agama lain adalah
perbuatan buruk menurut ajaran Islam, karenanya Muslim dilarang melakukannya dan
kitapun tidak melakukannya. Berarti kita berbuat sesuai dengan panduan, sesuai dengan
ajaran agama Islam. Kalau ada seorang Muslim yang mencela Tuhan agama lain maka dia
berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya.
Antara Sadar dengan Tidak
Bila hal ini dilakukan dengan kesadaran, artinya dia sudah tahu tapi tetap saja mencela, maka
Muslim tersebut tidak menjadikan ajaran Islam sebagai pandangan hidupnya. Dan ini
merupakan dosa yang paling besar dalam Islam. Sebab seorang yang tidak menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup maka dirinya termasuk kategori kafir (artinya: menolak). Demikian
pula dalam ajaran agama manapun, kalau ada pemeluk agama yang tidak menggunakan
agamanya sebagai pandangan hidup, maka dapat dikatakan mereka itu telah “kafir” dari
agamanya masing-masing. Tentu saja, istilah kafir itu hanya digunakan oleh Muslim untuk
menyebut selainnya. Sedangkan agama selain Islam memiliki istilah tersendiri sebagai
padanan kata “kafir”. Namun bila dilakukan dengan tanpa kesadaran, misalnya karena dirinya
tidak tahu bahwa hal yang tersebut dilarang dalam Islam, maka perbuatan mencelanya tadi
termasuk perbuatan pelanggaran. Pelanggaran tersebut akan mendapatkan dosa, namun tidak
sebesar dosa kafir.
Panduan Berpikir dan Berperasaan
Akan halnya dengan panduan berpikir dan berperasaan? Sama halnya dengan penjelasan
sebelumnya, seorang Muslim hendaknya berperasaan sesuai dengan ajaran agamanya, yakni
yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apabila Islam menilai berjilbab itu baik,
bahkan merupakan suatu kewajiban, maka setiap Muslim harus belajar menyukainya. Kita
harus belajar menundukkan perasaan, yang tadinya mungkin tidak suka, merasa gerah, malu
saat wanitanya mengenakan jilbab, semua itu dirubah sedikit demi sedikit menjadi mencintai
jilbab sampai-sampai malu kalau wanitanya tidak mengenakan jilbab. Apabila ada wanita
tidak berjilbab atau bahkan buka-bukaan, maka kita harus merasa risih dan berusaha
mengingatkannya agar segera menutup aurot (bagian tubuh yang harus ditutupi)nya. Inilah
yang disebut penghayatan. Seseorang yang merasa senang ketika sesuatu telah sesuai dengan
ajaran agamanya disebut telah menghayati agamanya. Demikian pula sebaliknya, bila orang
tersebut merasa sedih atau risih atau takut apabila sesuatu tidak sesuai dengan ajaran
agamanya, maka itu juga disebut telah menghayati ajaran agamanya.
Sumber :http://www.smkalfurqan.com/2013/06/bagaimana-cara-menghayati-dan.html
Menghayati isi dan Makna Pasal 28e dan pasal 29 ayat 2
UUD 1945 Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Untuk mewujudkan msyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, perlu
dilaksanakan pembangunan dalam segala bidang yang pada hakikatnya merupakan
pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia.
Dengan hakikat pembangunan sebagaimana tersebut diatas, maka pembangunan merupakan
pengamalan pancsila.
Dengan pengertian mengenai hakikat pembangunan tersebut, maka terdapat dua
masalah pokok yang perlu diperhatikan. Pertama, pembangunan nasional menuntut
keikutsertaan secara aktif seluruh laisan masyarakat warga negara Republik Indonesia.
Kedua, karena pembangunan nasional merupakan pengamalan pancasila, maka
keberhasilannya akan sangat dipengaruhi oleh sikap dan kesetiaan bangsa indonesia terhadap
pancasila.
Masalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan nasional adalah wajar.
Kesadaran serta kesempatan untuk itu sepatunya ditumbuhkan, mengingat pembangunan
adalah untuk manusia dan seluruh masyarakat indonesia. Dengan pendekatan ini, usaha untuk
menumbuhkan kesadaran tersebutsekaligus juga merupakan upaya untuk memantapkan
kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berorientasi pada
pembangunan nasional.
Dalam rangka inilah letak pentingnya peranan Organisasi Kemasyarakatan, sehingga
pengaturan serta pembinaannya perlu diarahkan kepada pencapaian dua sasaran pokok, yaitu:
1. terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mampu memberikan pendidikan kepada
masyarakat warga Negara Republik Indonesia ke arah:
a. makin mantapnya kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. tumbuhnya gairah dan dorongan yang kuat pada manusia dan masyarakat indonesia untuk
ikut serta secara aktif dalam pembangunan nasional;
2. terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mandiridan mampu berperan secara bedaya
guna sebagai sarana untuk berserikat dan berorganisasi bagi masyarakat Warga Negara
Republik Indonesiaguna menyalurkan aspirasinya dalam pembangunan nasional, yang
sekaligus merupakan penjabaran pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945;
Oleh karena pembangunan merupakan pengamalan pancasila, dan tujuan serta
subjeknya adalah manusia dan seluruh masyarakat warga negara Republik Indonesia yang
ber-Pancasila, maka adalah wajar bilamana Organisasi Kemasyarakatan juga menjadikan
pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dalam rangka pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat Pancasila.
Dalam Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila, maka agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber inspirasi dan motivasi bagi
para pemeluknya, dan mendapat tempat yang sangat terhormat.
Penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Organisasi Kemasyarakatan
tidaklah beratri Pancasila akan menggantikan agama, dan agama tidak mungkin
dipancasilakan; antara keduanya tidak ada pertantangan nilai. Organisasi Kemasyarakatan
yang dibentuk atas dasar kesamaan agama menetapkan tujuannya dan menjabarkan program
masing-masing sesuai dengan sifat kekhususannya, dan dengan semakin meningkat dan
meluasnya pembangunan maka kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa harus semakin diamalkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
kemasyarakatan.
Undang-undang ini tidak mengatur peribadatan,yang merupakan perwujudan
kegiatan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya. Dengan Organisasi Kemasyarakatan
yang berasaskan Pancasila, yang mampu meningkatkan keikutsertaan secara aktif manusia
dan seluruh masyarakat indosesia dalam pembangunan indonesia dalam pembangunan
nasional, maka perwujudan tujuan nasional dapat dipercepat.
UUD 1945 Pasal 28 E
Mengatur tentang kebebasan atau hak untuk memeluk agama (kepercayaan ).Ini isi dari pasal 29 ayat 2 tentang hak dan kewajiban bagi warga Negara Indonesia,menurut saya bagi masyarakat di indonesia bebas untuk memeluk agama yang mereka yakinin dan juga mereka harus beribadah sesuai agama yang mereka miliki secara teratur dan displin.Pasal dari 29 ayat 2 ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia supaya tidak di paksa untuk memiliki agama yang mereka anut dan mereka percayai,dan juga masyarakat di Indonesia tidak boleh memiliki agama 2 atau lebih dari satu mereka hanya bisa 1 saja tidak boleh lebih.Pasal dari 29 ini menjelaskan tentang haknya adalah bebas untuk memiliki atau memeluk agama yang mereka anut atau percayai sedangkan kewajiban adalah memiliki agama yang di anut dan juga beribadah sesuai agama yang mereka percayai.dan sebagai pemerintah juga harus peran penting karena supaya tidak agama yang menyimpang dari agama-agama yang ada di Indonesia.Lembaga-lembaga yang ada di Indonesia juga harus peran penting untuk membangun Indonesia sebagai Negara yang menaati peraturan-peraturan yang sudah ada pada tahun 1945 ini,dan juga sebagai Negara berpilaku dan beradab bagus.http://grabag-grubug.blogspot.com/2010/03/uud-1945-pasal-28-e.html