BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN · PDF filetanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi...
Transcript of BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN · PDF filetanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi...
Nomor : PED - /2014
Tanggal : Mei 2014
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
DEPUTI PENGAWASAN INSTANSI PEMERINTAH BIDANG PEREKONOMIAN DIREKTORAT FISKAL DAN INVESTASI
Jl. Pramuka No.33, Jakarta Timur 13120
Telp.021-85910031 (hunting), fax 021-85903713 situs: www.bpkp.go.id
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 49 ayat (2) butir a, Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) berwenang untuk melakukan
pengawasan terhadap kegiatan yang bersifat lintas sektoral. Dalam tahun 2014 ini,
Deputi Pengawasan instansi Pemerintah Bidang Perekonomian melaksanakan beberapa
kegiatan pengawasan lintas sektoral, diantaranya berupa kajian atas Ease of Doing
Business (Kemudahan Berusaha) di Indonesia Tahun 2014.
World Bank melalui International Finance Corporation (IFC) setiap tahun
melakukan survei mengenai kemudahan berusaha pada beberapa negara, dan
menerbitkan laporan tahunan Doing Business yang berisi pemeringkatan kemudahan
berusaha pada negara-negara yang disurvei tersebut. Peringkat Indonesia sejak tahun
2004 berada di atas 100 dari sekitar 180 negara yang disurvei. Dari data tiga tahun
terakhir (2011-2013), peringkat Indonesia berada di posisi 122, 126, dan 128. Posisi ini
merupakan posisi yang lebih buruk dibandingkan Rwanda, Namibia, Serbia, Zambia,
Kenya, dan Uganda yang masing-masing menempati peringkat 66, 67, 88, 90, 95, dan
112.
Penilaian IFC menggunakan 10 (sepuluh) indikator, dan setiap indikator
melibatkan tanggung jawab dari kementerian/lembaga terkait, antara lain Kementerian
Perdagangan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian PU, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), unit Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) dan beberapa dinas tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah.
Kajian Ease of Doing Business Tahun 2014 yang dilakukan oleh Deputi
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian ini ditujukan untuk
menghasilkan bahan strategic recommendations yang ditujukan kepada Pemerintah,
dalam upaya untuk meningkatkan peringkat Indonesia dalam kemudahan berusaha.
Untuk perolehan data di pemerintah pusat akan dilakukan oleh Tim Kajian Ease of Doing
Business BPKP Pusat, sedangkan perolehan data di tingkat pemerintah daerah akan
melibatkan seluruh Perwakilan BPKP, melalui wawancara dan pengisian kuesioner
kepada para stakeholders di daerah untuk lima indikator sebagaimana terlampir dalam
Pedoman Pelaksanaan Kajian Ease of Doing Business Bagi Perwakilan BPKP
Tahun 2014 ini.
Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan demi kesamaan persepsi dan
keseragaman langkah bagi Perwakilan BPKP dalam mendukung hasil kajian yang
komprehensif di tingkat Nasional, yang akan dituangkan dalam Laporan Hasil Kajian
Ease of Doing Business Tahun 2014.
Jakarta, Mei 2014
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian
Ardan Adiperdana NIP 19590616 197911 1 001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Bagian I Gambaran Umum Ease of Doing Business (EoDB)
1. Profil EoDB di Indonesia ....................................................................
2. Kajian EoDB 2014 .............................................................................
3. Mekanisme Kajian EoDB 2014 ..........................................................
i
1
1
2
3
Bagian II Profil Indikator dan Peraturan Terkait
1. Memulai Usaha (Starting a Business)................................................
2. Ijin Mendirikan Bangunan (Dealing With Construction Permits)........
3. Mendapatkan Sambungan Listrik (Getting Electricity).......................
4. Pengurusan Sertifikat Tanah (Registering Property).........................
5. Perlindungan Investor (Protecting Investor)......................................
5
5
10
14
15
17
Bagian III Petunjuk Pengisian Kuesioner
20
1. Lokus .......................................................................................... 2. Responden ................................................................................ 3. Pengiriman Hasil Pengisian Kuesioner ke BPKP Pusat ............ 4. Metode Pengumpulan Data .......................................................
20
20
21
21
LAMPIRAN
1. Starting a Business
- SIUP / TDP ............................................................... ........ Lampiran 1/1-2
- Pendaftaran Tenaga Kerja ............................................... Lampiran 1/2-2
2. Dealing With Construction Permits .......................................... Lampiran 2
3. Registerig Property .................................................................. Lampiran 3
4. Protecting Investors .............................................................. .. Lampiran 4
5. Getting Electricity .................................................................. .. Lampiran 5
1
BAGIAN I
GAMBARAN UMUM EASE OF DOING BUSINESS
1. Profil Ease of Doing Business di Indonesia
Salah satu potret pelayanan masyarakat di bidang pelayanan kepada
pengusaha dapat dilihat dari hasil survei International Finance Corporation (IFC)
terhadap kemudahan berusaha di suatu negara. Berdasarkan survei tersebut, IFC
menerbitkan laporan tahunan Doing Business, yang berisi pemeringkatan
kemudahan berusaha di berbagai negara dengan menggunakan 10 (sepuluh)
indikator penilaian, yaitu sebagai berikut:
Di dalam laporan Doing Business yang diterbitkan oleh IFC tersebut, peringkat
Indonesia sejak tahun 2004 tidak mengalami perubahan yang signifikan, yaitu masih
berada di atas peringkat 100 dari antara 133 sampai dengan 183 negara yang
disurvei sejak tahun 2004 sampai dengan 2013.
1. Memulai usaha (starting a business)
2. Pengurusan ijin bangunan (dealing with construction
permits)
3. Mendapatakan sambungan listrik
(Getting Electricity)
4. Pendaftaran properti
(registering property)
5. Memperoleh pinjaman (getting
credits)
6. Perlindungan bagi para investor
(protecting investors)
7. Pembayaran pajak (paying
taxes)
8. Perdagangan lintas batas
(trading across borders)
9. Penegakan kontrak melalui
pengadilan (enforcing contract)
10. Penutupan usaha (closing
business)
2
Sebagai respon terhadap hasil survei ini, Pemerintah telah berupaya
mempermudah iklim berusaha di Indonesia. Sejak tahun 2006 peningkatan iklim
kemudahan berusaha menjadi salah satu kebijakan strategis Pemerintah Indonesia.
Sebagian usaha perbaikan yang telah dilakukan oleh Pemerintah terkait ke 10
indikator tersebut antara lain dengan diterbitkannya beberapa ketentuan/peraturan
oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Hukum dan HAM, PT. Jamsostek,
BPN, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, serta Peraturan Daerah/Gubernur/
Bupati/Walikota. Selain itu, telah dilakukan juga rapat-rapat koordinasi yang
difasilitasi oleh Kantor Setwapres, Menko Perekonomian, dan BKPM.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai laporan Doing Business
dari IFC, termasuk metodologi surveinya, dapat dilihat dari alamat website IFC:
http://www.doingbusiness.org
2. KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
Kajian Ease of Doing Business (EoDB) tahun 2014 akan dilakukan oleh Tim
Kajian Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi Deputi PIP Bidang
Perekonomian (selanjutnya disebut Tim Kajian BPKP Pusat) untuk tingkat Pusat,
3
dan oleh seluruh Perwakilan BPKP untuk tingkat daerah. Tim Kajian akan
mengambil seluruh indiikator (10 indikator) yang digunakan oleh IFC untuk menilai
Ease of Doing Business, yaitu:
1) Memulai usaha (starting a business)
2) Pengurusan ijin bangunan (dealing with construction permits)
3) Mendapatkan sambungan listrik (Getting Electricity)
4) Pendaftaran properti (registering property)
5) Memperoleh pinjaman (getting credits)
6) Perlindungan bagi para investor (protecting investors)
7) Pembayaran pajak (paying taxes)
8) Perdagangan lintas batas (trading across borders)
9) Penegakan kontrak (enforcing contracts)
10) Penutupan usaha (closing business)
3. MEKANISME KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS (EoDB) Tahun 2014
Untuk kajian EoDB tahun 2014 yang akan dilakukan oleh Tim Kajian EoDB BPKP
Pusat, diperlukan peran aktif dari seluruh Perwakilan BPKP. Peran aktif Perwakilan
BPKP tersebut terlihat pada gambar berikut:
17
PERAN AKTIF PERWAKILAN BPKPDALAM KAJIAN
EASE OF DOING BUSINESS 2014
Perwakilan BPKP Mendampingi Tim Kajian EoDB BPKP Pusat dalam hal
Validasi Data Di Lapangan (DKI Jakarta, Mataram, Banjarmasin, Bandung)
Perwakilan BPKP Mengirimkan Hasil Pengumpulan Data Dan Pengisian Kuesioner
Ke Tim Kajian EoDB BPKP Pusat
Perwakilan BPKP Melakukan Pengumpulan Data Kajian Di Ibukota Propinsi Melalui Pengisian Kuesioner Yang Didistribusikan oleh Tim Kajian EoDB BPKP Pusat
Kepala Perwakilan BPKP Seluruh Indonesia Mengikuti Pengarahan Kajian EoDB
Yang Disampaikan Oleh Bapak Deputi PIP Bidang Perekonomian
4
Dari 10 indikator yang akan dikaji oleh Tim Pengkaji Direktorat Pengawasan Fiskal
dan Investasi Deputi PIP Bidang Perekonomian, 5 (lima) indikator diantaranya
dilakukan melalui peran aktif Perwakilan BPKP pada 33 Provinsi di Indonesia. Peran
aktif Perwakilan BPKP akan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Kepala Perwakilan BPKP menghadiri pemaparan Tim Kajian BPKP Pusat
mengenai Rencana Kajian EoDB 2014.
2. Perwakilan BPKP menerima lembar pengisian kuesioner yang berisikan 5
indikator EoDB.
3. Kepala Perwakilan BPKP menunjuk Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP
sebagai koordinator pengumpulan data/pengisian lembar kuesioner.
4. Perwakilan BPKP mengunjungi beberapa satuan kerja pemerintah
daerah/instansi/BUMN yang menjadi responden untuk melakukan wawancara
dalam rangka pengisian kuesioner EoDB.
5. Perwakilan BPKP menyerahkan hasil pengisian kuesioner kepada Tim Kajian
BPKP Pusat
Berikut adalah lima (5) indikator EoDB yang akan melibatkan peran aktif
Perwakilan BPKP.
LIMA Indikator
EoDB Yang Akan Melibatkan Perwakilan
BPKP
Memulai usaha (starting a business)
Pengurusan ijin bangunan
(dealing with construction
permits)
Mendapatakan sambungan
listrik (Getting Electricity)
Pendaftaran properti
(registering property)
Perlindungan bagi para investor
(protecting investors)
5
BAGIAN II
PROFIL INDIKATOR DAN PERATURAN TERKAIT
1. MEMULAI USAHA (STARTING A BUSINESS)
A. Gambaran Umum
Menurut IFC, tahapan Starting a Business (memulai usaha) dimulai dari beberapa
tahapan, yaitu:
- Tahapan persyaratan awal untuk mendapatkan nama perusahaan (hanya akan
dikaji di tingkat Pusat)
- Tahapan mendapatkan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP)
- Tahapan Mendaftarkan Pegawai di Dinas Tenaga Kerja
Beberapa hal yang harus dilengkapi oleh pengusaha dalam mendapatkan SIUP dan
TDP bervariasi antar kota. Namun secara umum persyaratan tersebut adalah:
Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan
Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri
Ijin Bebas Gangguan
Copy Surat Izin Tempat Usaha
Neraca Awal Perusahaan
Berita Acara Pemeriksaan Perusahaan
Surat Ijin Amdal / Ijin Lingkungan
Surat Keterangan Domisili
Copy NPWP
Copy Bukti Setor TDP
B. Peraturan Yang Dijadikan Acuan Dalam Menilai Indikator Starting a
Business
Dalam memulai usahanya di Indonesia, pengusaha diharuskan untuk mematuhi
beberapa peraturan perundang-undangan / Peraturan Pemerintah yang mengatur
6
proses mendapatkan ijin dalam memulai usaha. Peraturan perundang-undangan
tersebut diantaranya adalah:
a) Peraturan Mengenai Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
- Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu mewajibkan kepada Bupati/Walikota untuk
melakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu.
Penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu yang dimaksud tersebut
mencakup diantaranya:
o Pelayanan atas permohonan perijinan dan non perijinan dilakukan oleh
PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu);
o Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar
waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah;
o Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah;
o Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap
tahapan proses pemberian perijinan dan non perijinan sesuai dengan
urutan prosedurnya;
o Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perijinan yang sama untuk
dua atau lebih permohonan perijinan;
o Pembebasan biaya perijinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku;
dan
o Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam
kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.
b) Peraturan mengenai Pendaftaran Perusahaan:
- Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang menyebutkan diantaranya:
o Untuk memperoleh Keputusan Menteri Hukum dan Ham mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan, pendiri bersama-sama
mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem
administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan
mengisi format isian.
7
o Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri harus diajukan
kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai
dokumen pendukung informasi sistem administrasi badan hukum secara
elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian.
o Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham paling
sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dimana 25% (dua puluh
lima persen) dari modal dasar tersebut harus ditempatkan dan disetor
penuh.
c) Peraturan mengenai SIUP/TDP
- Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tanggal 1 Februari 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan yang menyatakan bahwa setiap perusahaan
wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
- Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, menyatakan bahwa SIUP dan TDP tidak dipungut
retribusi.
- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tanggal
4 September 2007 tentang penyelenggaraan pendaftaran perusahaan
sebagai berikut:
o Setiap perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan, dan
Bentuk Usaha Lainnya (BUL), termasuk Perusahaan Asing dengan
status Kantor Pusat, Kantor Tunggal, Kantor Cabang, Kantor
Pembantu, Anak Perusahaan, Agen Perusahaan, dan Perwakilan
Perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib didaftarkan dalam
daftar perusahaan;
o Kepala Kantor Pendaftaran Perusahaan (KPP)
Kabupaten/Kota/Kotamadya mensahkan pendaftaran perusahaan dan
menerbitkan TDP paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
formulir pendaftaran, dan dokumen persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-
8
DAG/PER/9/2007 tanggal 4 September 2007 diterima secara benar
dan lengkap.
o Perusahaan wajib melakukan pendaftaran dalam Daftar
Perusahaan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak
perusahaan mulai menjalankan kegiatan usahanya.
o Bupati/Walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta melimpahkan
wewenang penerbitan TDP kepada Kepala Dinas yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan atau pejabat
yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu setempat;
o Pendaftaran dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 0,- (nol
rupiah).
o Dokumen persyaratan pendaftaran perusahaan baru yang
berbentuk Perseroan Terbatas adalah:
1) Fotokopi Akta Pendirian Perseroan;
2) Fotokopi Akta Perubahan Pendirian Perseroan (apabila
ada);
3) Asli dan fotokopi Keputusan Pengesahan sebagai Badan
Hukum dan persetujuan perubahan bagi PT yang telah
berbadan hukum sebelum diberlakukannya Undang-Undang
Perseroan Terbatas;
4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pemilik,
pengurus, atau penanggung jawab perusahaan;
5) Fotokopi Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang
dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh Instansi yang
berwenang;dan
6) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
- Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Menteri Perdagangan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 69 Tahun 2009,
Nomor M.HH-08.AH.01.01.2009, Nomor 60.M-DAG/PER/12/2009, Nomor
Per.30/MEN/XII/2009 dan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Percepatan
Pelayanan Perijinan dan Non Perijinan Untuk Memulai Usaha menetapkan
9 prosedur dengan standar waktu penyelesaian pelayanan perijinan selama
9
17 hari. Prosedur pelayanan perijinan dan non perijinan untuk memulai usaha
meliputi:
o Pendaftaran nama perusahaan dan pembuatan akta pendirian
perusahaan;
o Pengesahan status badan hukum;
o Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP);
o Pendaftaran dan pengumuman perseroan terbatas dalam Berita
Negara;
o Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
o Pengurusan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
o Pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
o Pendaftaran Wajib Lapor ketenagakerjaan di perusahaan;
o Pendaftaran untuk program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
Prosedur dan Standar Waktu Pelayanan:
NO PROSEDUR Waktu
1 Pendaftaran nama perusahaan dan pembuatan akta
pendirian perusahaan
8 Hari
Kerja
2 Pengesahan status badan hukum
3 Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak( PNBP)
4 Pendaftaran dan pengumuman perseroan terbatas
dalam Berita Negara.
5 Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
1 Hari
Kerja
6 Pengurusan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 3 hari
kerja 7 Pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
8 Pendaftaran Wajib Lapor ketenagakerjaan di
perusahaan 5 hari
kerja 9 Pendaftaran untuk program jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek)
10
d) Peraturan mengenai Pendaftaran Pekerja pada Dinas Tenaga Kerja:
- Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan di Perusahaan, mengatur bahwa:
o Perusahaan yang memiliki lebih dari 10 orang pekerja atau yang setiap
bulannya membayar upah sebesar Rp. 1 juta wajib melakukan
pendaftaran pada Kementerian Tenaga Kerja.
o Pengusaha atau pengurus wajib melaporkan secara tertulis setiap
mendirikan perusahaan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
mendirikan perusahaan;
o Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi kewajiban pelaporan
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
2. IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (DEALING WITH CONSTRUCTION
PERMITS)
A. Gambaran Umum
Indikator Dealing With Construction Permits terkait dengan pengukuran kinerja
untuk proses mendirikan bangunan, yang menyangkut prosedur, waktu dan
biayanya. Tujuan yang ingin dicapai dari indikator ini adalah untuk keamanan
bangunan, efisiensi pembangunan, dan perolehan penerimaan negara.
Menurut Laporan Doing Business Tahun 2013 dari International Finance
Corporation (IFC), terdapat 3 tahap yang terkait dengan perijinan konstruksi,
yaitu :
1. Tahap before constructions (sebelum konstruksi)
2. Tahap during constructions (pelaksanaan konstruksi)
3. Tahap after constructions and utilities (setelah konstruksi dan
pemanfaatannya).
Prosedur yang perlu dilakukan untuk setiap tahap antara lain:
1. Tahap before constructions (sebelum konstruksi):
a. Obtaining location clearences/ keterangan perolehan lokasi
11
b. On-site inspections/inspeksi di lapangan
c. Environmental clearances
d. Land ownership verifications/verifikasi kepemilikan lahan (dapat
berupa sertifikat yang disahkan notaris, atau surat keterangan dari
kepala desa/camat
2. Tahap during constructions (pelaksanaan konstruksi): Inspeksi lapangan
3. Tahap setelah konstruksi dan pemanfaatannya (after constructions and
utilities):
a. Pendaftaran di Kantor Pajak setempat dan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
b. Nuisance permit (ijin gangguan)
c. Pernyataan konstruksi selesai
d. Pernyataan kesesuaian dengan IMB
Berdasarkan survey IFC di Indonesia, untuk tahap-tahap di atas, para
pemohon IMB rata-rata harus melalui 10 prosedur dengan waktu selama 45 hari.
Beberapa persyaratan dokumen yang diperlukan dalam pengurusan IMB antara lain:
I. Persyaratan administrasi :
1) Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.
2) Fotocopy sertifikat hak atas tanah atau surat bukti kepemilikan
tanah lainnya yang sah;
3) Surat persetujuan/kerelaan pemanfaatan hak atas tanah dalam
bentuk perjanjian tertulis, apabila tanah yang digunakan bukan hak
milik sendiri.
4) Surat pernyataan yang menyatakan tanah tidak dalam sengketa,
yang ditandatangani oleh pemohon, pemilik tanah dan calon
pemilik bangunan (bermaterai Rp. 6000,-).
II. Persyaratan teknis :
1) Advice planning;
2) Gambar rencana arsitektur atau teknis meliputi :
a. Gambar Tapak Bangunan (site plan) yang meliputi: letak
bangunan, akses jalan, parkir, penghijauan/RTH dan lain-lain;
12
b. Denah, Tampak Depan dan Tampak Samping;
c. Rencana Pondasi;
d. Rencana Atap;
e. Gambar Potongan;
f. Gambar Instalasi dan sanitasi;
g. Gambar Struktur meliputi gambar pondasi, kolom, balok, tangga,
Plat lantai, rangka atap baja;
h. Tanda tangan penanggung jawab gambar;
i. Gambar letak sistem deteksi dan proteksi kebakaran yang
disahkan oleh instansi teknis, kecuali rumah tinggal tunggal dan
rumah deret sederhana.
3) Kajian Lingkungan Hidup sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4) Bangunan gedung lebih dari 2 (dua) lantai, bangunan 2 (dua) lantai
yang menggunakan bentang struktur lebih dari 6 (enam) meter,
bangunan basement, selain syarat teknis di atas, perlu dilengkapi
dengan :
a. Perhitungan struktur meliputi : perhitungan pondasi, kolom,
balok, tangga, plat lantai, rangka baja, dan rangka atap baja
kecuali baja ringan;
b. Hasil penyelidikan tanah,
c. Tanda tangan penanggung jawab penghitungan struktur.
5) Rekomendasi kebakaran dari Kantor LINMAS dan Penanggulangan
Kebakaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6) Penyediaan ruang terbuka hijau privat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Peraturan Yang Dijadikan Acuan Dalam Menilai Indikator Dealing
With Construction Permits
Peraturan di tingkat pusat yang terkait dengan perijinan dalam mendirikan
bangunan antara lain:
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
13
a. Bangunan gedung diselenggarakan berlandaskan asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian
bangunan gedung dengan lingkungannya.
b. Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk:
- mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai
dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya
- mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang
menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
- mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan
gedung
2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
a. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan
b. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan
kawasan strategis kabupaten/kota
pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota.
c. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi:
1) perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
2) pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
3) pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
14
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, yang mengatur biaya
IMB.
Biaya Pelayanan : (Indeks fungsi x Indeks Klasifikasi x Indeks Waktu
Penggunaan x Indeks Pembangunan Baru x Harga Satuan Bangunan
Gedung x Luas Lantai Bangunan Gedung) + Retribusi Prasarana
Bangunan Gedung.
3. MENDAPATKAN SAMBUNGAN LISTRIK (GETTING ELECTRICITY)
A. Gambaran Umum
Mendapatkan sambungan listrik bagi pengusaha adalah hal yang penting bagi
kelangsungan usaha mereka. Asumsi ukuran bangunan yang digunakan oleh IFC
dalam mengukur indikator Getting Electricity adalah:
1) Hanya untuk sambungan listrik bangunan gudang berukuran minimal 929 m2
(luas tanah minimal 1.300,6 m2)
2) Hanya untuk sambungan listrik gudang yang baru pertama kali tersambung
listrik.
3) Listrik yang tersambung adalah berdaya minimal 140 KVA.
4) Pemakaian minimal listrik sebulannya minimal 0,07 Gigawatt-hour (GWH).
Sedangkan indkator yang digunakan oleh IFC untuk menilai Getting Electricity
adalah sebagai berikut:
1) Jumlah prosedur yang dperlukan untuk mendapatkan sambungan listrik
2) Waktu yang diperlukan untuk melengkapi tiap-tiap prosedur
3) Biaya yang dibutuhkan hanya biaya resmi (tidak ada biaya/uang suap) dan diluar
PPN
Secara umum tahapan penyambungan listrik di Indonesia yang dijadikan dasar
penilaian IFC adalah sebagai berikut:
15
1) Pemohon memasukkan aplikasi pendaftaran penyambungan listrik dan
menunggu persetujuan termasuk di dalamnya estimasi biaya dari PT PLN.
2) Pemohon mendapatkan inspeksi sambungan eksternal dari PT PLN
3) Pemohon mendapatkan pekerjaan sambungan eksternal dari Kontraktor
PT PLN
4) Pemohon mendapatkan sambungan final dari PT PLN.
B. Peraturan Yang Dijadikan Dasar Dalam Menilai Indikator Getting Electricity
1) Keputusan Menteri ESDM Nomor 45 Tahun 2005 tentang Laporan Uji
Kebenaran Pengoperasian Voltase Rendah, Instalasi Listrik, Lampiran VII,
yang menyatakan bahwa pemohon penyambungan listrik wajib mendapatkan
sertifikat Jaminan Instalasi Listrik dari Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia.
(AKLI)
2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 ayat 21 paragraf 7 dan ayat 22
paragraph 2 yang menggantikan PP Nomor 10 tahun 1989 tentang
Penyambungan dan Penyaluran Listrik, yang menyatakan bahwa pemohon
mendapatkan inspeksi dan mendapatkan Certificate of Operation Worthiness
of the Internal Installation dari Komite Nasional Instalasi Listrik (KONSUIL)
3) Keputusan Dewan Direksi PLN No 617.K/DIR/2010 tentang Memo Kerja yang
berisikan instruksi pengurangan security deposit kepada seluruh cabang PLN
4. PENGURUSAN SERTIFIKAT TANAH (REGISTERING PROPERTY)
A. Gambaran Umum
Memastikan secara formal kepemilikan hak atas properti tanah adalah hal yang
paling mendasar yang harus dipenuhi oleh pengusaha dalam menjalankan
usahanya. Hal inilah yang menjadi dasar IFC dalam memasukan pendaftaran
properti tanah sebagai salah satu indikator yang dinilai dalam EoDB.
Asumsi yang digunakan IFC untuk para pihak (penjual dan pembeli) dalam
penilaian indikator pendaftaran properti adalah sebagai berikut:
- Salah satu pihak (penjual atau pembeli) berbadan hukum PT, 100% dalam
negeri dan milik pribadi.
16
- PT tersebut memiliki minimal 50 pegawai yang semuanya adalah Warga Negara
Indonesia.
- Para pihak melakukan kegiatan komersial umum.
- Properti (dimiliki sepenuhnya oleh penjual):
- Properti tanah seluas minimal 557,4 meter persegi
Yang diukur oleh IFC dalam indikator registering property:
- Pra-pendaftaran registrasi property (misalnya, memeriksa hak gadai, biaya notaris
perjanjian penjualan, membayar pajak properti)
- Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap prosedur (hari kalender)
- Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap prosedur (% dari nilai properti)
- Hanya biaya resmi.
Menurut Survey IFC World Bank, prosedur yang dtempuh oleh pelaku usaha untuk
indikator registering property dimulai dari:
1) Pengecekan keaslian dan keabsahan sertifikat tanah di kantor BPN
2) Penjual membayar pajak penghasilan
3) Pembeli membayar BPHTB
4) Penandatanganan akta jual beli tanah dihadapan PPAT yang ditunjuk oleh
Kepala BPN atau Kecamatan setempat
5) Pendaftaran akta tanah pada Kantor BPN setempat atas nama pembeli
6) Pendaftaran akta tanah pada Kantor Pelayanan PBB atas nama pembeli.
B. Peraturan Yang Dijadikan Acuan Dalam Menilai Indikator Registering
Property
1) Pasal 7 UU Nomor 20/2000 tentang perubahan UU Nomor 21/1997
tentang Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), yang
menyatakan nilai BPHTB adalah 5% dari harga jual rumah dikurangi
NPOPTKP. Di Jakarta, NPOPTKP adalah Rp. 80.000.000 (menurut Pasal
5 ayat 7 Keputusan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 18/2010 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
proses pendaftaran tanah harus diselesaikan dalan waktu 5 hari. Kantor
17
BPN mencoret nama pemilik tanah sebelumnya, dan memasukan nama
pembeli, menyetempel dan menandatangani sertifikat yang baru.
5. PERLINDUNGAN INVESTOR (PROTECTING INVESTORS)
A. Gambaran Umum
Indikator Protecting Investors mengukur seberapa jauh kepentingan investor
minoritas mendapat perlindungan hukum dari penyalahgunaan kewenangan
manajemen perusahaan (misuse of corporate assets) terkait dengan transaksi-
transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related party
transaction). Atas transaksi yang demikian, ada tiga dimensi yang diukur, pertama
indeks kedalaman pengungkapan, kedua indeks kewajiban direksi dan indeks
keleluasaan pemegang saham.
Indikator pertama sangat terkait dengan kecukupan persyaratan dalam
persetujuan dan pengungkapan transaksi hubungan istimewa. Indikator kedua terkait
dengan kewajiban CEO dan dewan direksi dalam transaksi hubungan istimewa.
Sedangkan indikator ketiga sangat terkait dengan kemudahan para pemegang
saham dalam memperoleh bukti-bukti sebelum dan selama proses pengadilan.
Lebih spesifik indikator pertama adalah:
1) Proses persetujuan atas transaksi hubungan istimewa; dan
2) Pengungkapan pemenuhan persyaratan-persyaratan transaksi hubungan
istimewa.
Sedangkan indikator kedua adalah;
1) Kemampuan pemegang saham minoritas untuk mendaftarkan perkara ke
pengadilan;
2) Kemampuan pemegang saham minoritas dalam menahan pihak-pihak terkait
yang bertanggung jawab dalam transaksi hubungan istimewa yang merugikan
perusahaan;
3) ketersediaan ganti rugi secara hukum atas kerusakan/kerugian yang disebabkan
oleh transaksi hubungan istimewa.
18
Pada indikator ketiga, beberapa hal yang diukur adalah:
1) Kemudahan akses kepada dokumen perusahaan, secara langsung maupun
melalui bantuan pemerintah;
2) Ketersediaan dokumen sebelum dan selama proses pengadilan.
Dalam mengimplementasikan pengukuran indikator di atas, IFC berasumsi
bahwa perusahaan dimana investor minoritas itu menanamkan investasinya adalah
perusahaan publik yang terdaftar di bursa utama negara terkait, atau paling tidak
perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar yang memiliki banyak pemegang
saham.
Transaksi yang berpotensi merugikan investor minoritas adalah transaksi yang
diusulkan oleh direksi yang merupakan pemegang saham mayoritas untuk membeli
aset dari perusahaan lain dimana direksi tersebut juga pemegang saham. Harga
yang dibayarkan lebih tinggi dari harga yang normal, segala persetujuan dan
persyaratan untuk transaksi tersebut telah dipenuhi, namun kesemuanya merugikan
perusahaan. Atas hal-hal di atas kemudian para pemegang saham minoritas
menggugat pihak-pihak yang terkait dengan transaksi hubungan istimewa tersebut.
B. Usaha Pemerintah Indonesia dalam Perlindungan Investor
Berbeda dengan indikator-indikator yang digunakan oleh IFC, Pemerintah
Indonesia melakukan perlindungan investasi yang lebih umum dan lebih luas.
Perlindungan yang diberikan tidak terbatas pada perlindungan investor minoritas dari
investor mayoritas dalam sebuah perusahaan, tetapi perlindungan investor dari
peraturan peraturan pemerintah yang merugikan investor.
Melalui Persetujuan Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M),
atau Bilateral Investment Treaties (BIT), yang dimotori oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Pemerintah melakukan reviu atas perjanjian investasi
bilateral untuk lebih melindungi investor asing di dalam negeri dan investor indonesia
di luar negeri.
Berdasarkan perjanjian-perjanjian yang akan direviu tersebut, dua negara
sepakat untuk saling melindungi setiap bentuk kegiatan penanaman modal yang
dilakukan oleh investor antar-kedua negara. BIT menjadi pendorong dua negara
untuk saling menyajikan kebijakan yang dapat mendukung dan mempromosikan
19
penanaman modal di masing-masing negara. Komitmen tersebut mereka tuangkan
dengan cara saling melindungi setiap bentuk kegiatan penanaman modal dari aksi
nasionalisasi, atau pengambilalihan perusahaan oleh negara. Mereka juga menjamin
kebebasan investor ketika melakukan transfer dana.
20
BAGIAN III
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. TUJUAN KUESIONER
1) Mengetahui prosedur-prosedur dan persyaratan yang diperlukan dalam
mendirikan dan menjalankan usaha di Indonesia
2) Mengetahui waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam proses mendirikan
dan menjalankan usaha di Indonesia.
3) Menilai keselarasan implementasi regulasi pusat dan daerah terkait dengan
proses mendirikan dan menjalankan usaha di Indonesia.
4) Mengidentifikasi permasalahan yang ditemui dalam proses mendirikan dan
menjalankan usaha di Indonesia.
5) Mengusulkan penyederhanaan prosedur dan persyaratan, percepatan
waktu dan penurunan biaya dalam mendirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia.
2. LOKUS
Lokus merupakan lokasi satuan kerja para responden yang akan diwawancarai dari
masing-masing indikator. Lokus yang dikunjungi adalah Kantor yang berkedudukan
di Ibukota Provinsi (Contoh: Kota Samarinda, Kota Makassar, dll) yaitu antara lain:
a. Starting a business :Kantor PTSP/BPPT/Dinas Perijinan Kota, BKPMD
Kota, Dinas Tenaga Kerja
b. Dealing With Construction Permits: Kantor PTSP Kota/BPPT/Dinas
Perijinan, Dinas PU Kota, PDAM, Telkom
c. Registering Property: Kantor BPN Kota
d. Getting electricity: Kantor PLN
e. Protecting Investors: Kantor BKPMD Kota
3. RESPONDEN
Responden yang diwawancarai di setiap daerah bisa berbeda-beda minimal adalah
pejabat Eselon III di masing-masing kantor tersebut di atas. Para responden
21
diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang menyeluruh mengenai
peraturan dan kebijakan terkait dengan usaha-usaha peningkatan peringkat
kemudahan berusaha di Indonesia (Ease of Doing Business)
4. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang dilakukan Perwakilan BPKP dalam mengumpulkan data adalah
dengan melakukan metode wawancara. Pihak Perwakilan BPKP mempelajari
pedoman pengisian kuesioner EoDB yang telah disediakan oleh Tim Kajian BPKP
Pusat. Tim Perwakilan BPKP kemudian melakukan wawancara kepada responden
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Hasil wawancara
tersebut kemudian dituangkan Tim Perwakilan BPKP ke dalam kolom Jawaban
kuesioner. Penanggungjawab Perwakilan BPKP beserta Tim Perwakilan BPKP
kemudian menandatangani kuesioner yang telah diisi lengkap.
5. PENGIRIMAN HASIL PENGISIAN KUESIONER
Hasil pengisian kuesioner berupa hardcopy maupun softcopy dikirimkan dengan
disertai Surat Pengantar dari Kepala Perwakilan BPKP. Hasil pengisian kuesioner
ini diharapkan sudah diterima selambat-lambatnya tanggal 16 Juni 2014.
Pengiriman jawaban kuesioner dapat dialamatkan ke: Tim Kajian Ease of Doing Business
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian BPKP Jl. Pramuka No. 33 lantai 6 Jakarta Timur 13120,
telp. (021) 85910031 ext. 0617, fax. (021) 85912566
email: [email protected]
ATAU
Lampiran 1/ 1-2
: Perwakilan BPKP Provinsi ........................
: Starting a Business (Memulai Usaha) - SIUP / TDP
: PTSP / BPPT/ Dinas Perijinan Kotamadya ..........................
: ...........
(Minimal Pejabat Eselon III PTSP/BPPT/Dinas Perijinan)
No PERTANYAAN PENJELASAN
I1 Peraturan Daerah setempat apa saja yang menjadi dasar
hukum pelaksanaan perijinan untuk starting a business di
Kota anda? (SIUP, TDP)
Di tanyakan kepada responden,
seluruh Perda yang menjadi dasar
hukum starting a business
II1 Apakah PTSP/BPPT/Dinas Perijinan telah berfungsi sebagaimana
mestinya sesuai dengan Permendagri Nomor 24 Tahun 2006?Lihat Profil Indikator dan Peraturan
Terkait (Bagian II Pedoman
Pelaksanaan Kajian)
2 Apakah terdapat kelemahan yang bersifat struktural terkait dengan
organisasi PTSP/BPPT/Dinas Perijinan?Di beberapa daerah telah
terbentuk PTSP, namun prakteknya
persetujuan pemberian ijin harus
kembali ke Dinas terkait
3 Apakah terdapat saran perbaikan terhadap dengan kelembagaan organisasi
PTSP/BPPT/Dinas Perijinan?
Sampaikan saran dari Responden atas
permasalahan terhadap kelembagaan
PTSP
III
1 Dokumen apa saja yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha untuk
mendapatkan ijin SIUP?CUKUP JELAS
2 Dokumen apa saja yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha untuk
mendapatkan ijin TDP?CUKUP JELAS
3 Apakah dokumen yang diserahkan oleh pelaku usaha untuk pengurusan
SIUP atau TDP di simpan dengan baik sebagai bank data oleh PTSP,
sehingga apabila pelaku usaha ingin mengajukan pengurusan ijin
lainnya, tidak perlu memberikan dokumen data lagi?
CUKUP JELAS
4 Apakah proses pendaftaran SIUP dan TDP sudah dapat dilakukan secara
online, dalam artian pemohon tidak perlu datang ke PTSP, tetapi cukup
mengisi formulir dan menyerahkan persyaratan (scan dokumen) melalui
internet?
CUKUP JELAS
5 Langkah-langkah apa yang dilakukan PTSP dalam menerbitkan ijin
mendapatkan SIUP?CUKUP JELAS
6 Langkah-langkah apa yang dilakukan PTSP dalam menerbitkan ijin
mendapatkan TDP?CUKUP JELAS
7 Apakah terdapat fasilitas tracking process (progress) pemohonan SIUP
dan TDP?CUKUP JELAS
8 Apakah terdapat usulan perbaikan pelaksanaan prosedur mendapatkan
ijin SIUP dan TDP?CUKUP JELAS
IV1 Berapa hari yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan ijin
SIUP?CUKUP JELAS
2 Berapa hari yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan ijin
TDP?CUKUP JELAS
3 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap praktek waktu yang
dibutuhkan dalam mendapatkan SIUP dan TDP?CUKUP JELAS
V
1 Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan
ijin SIUP?CUKUP JELAS
2 Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan
ijin TDP?CUKUP JELAS
3 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh
pelaku usaha dalam mendapatkan SIUP dan TDP? CUKUP JELAS
......, 2014
Mengetahui, Tim Perwakilan BPKP
Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP Provinsi.............
1
2
Nama
NIP........ 3
KUESIONER KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
Perwakilan BPKP
Indikator
Unit Responden
Nama dan Jabatan Responden
JAWABAN
PERATURAN
KELEMBAGAAN
PROSEDUR
WAKTU
BIAYA
Lampiran 1/ 2-2: Perwakilan BPKP Provinsi ........................
: Memulai Usaha (Starting a Busineess) - Pendaftaran Tenaga Kerja
: Dinas Tenaga Kerja Kota...
: ...........
(Minimal Pejabat Eselon III Dinas Tenaga Kerja)
No PERTANYAAN PENJELASAN
I1 Peraturan Daerah setempat apa saja yang menjadi dasar hukum pelaksanaan
perijinan untuk starting a business (pendaftaran tenaga kerja) di Kota anda
Di tanyakan kepada responden, seluruh Perda
yang menjadi dasar hukum starting a business
(pendaftaran tenaga kerja)
II
1 Apa fungsi Disnaker Kota dalam hal Kemudahan Berusaha telah sesuai dengan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
perusahaan?
CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat saran perbaikan terhadap fungsi Disnaker terhadap
kemudahan berusaha?CUKUP JELAS
III
1 Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dalam
mengeluarkan ijin pendaftaran tenaga kerjanya di Disnaker?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat fasilitas online yang disediakan untuk pelaku usaha dalam
mendaftarkan tenaga kerjanya di Disnaker?CUKUP JELAS
3 Usulan apa yang diperlukan dalam rangka perbaikan pelaksanaan prosedur
mendaftarkan tenaga kerjanya di Disnaker? CUKUP JELAS
IV1 Berapa hari yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk mendaftarkan tenaga
kerjanya di Disnaker?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap waktu yang ditetapkan untuk
mendaftarkan tenaga kerjanya di Disnaker?CUKUP JELAS
V1 Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk mendaftarkan tenaga
kerjanya di Disnaker?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap biaya yang ditetapkan bagi pelaku
usaha untuk mendaftarkan tenaga kerjanya di Disnaker? CUKUP JELAS
......, 2014
Mengetahui, Tim Perwakilan BPKP
Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP Provinsi.............
1
2
Nama
NIP........ 3
KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
PANDUAN WAWANCARA BAGI PERWAKILAN BPKP
Perwakilan BPKP
Indikator
Unit Responden
Nama Responden
JAWABAN
KELEMBAGAAN
PERATURAN
WAKTU
BIAYA
PROSEDUR
: Perwakilan BPKP Provinsi ........................
: Dealing With Construction Permits
: PTSP / DINAS PU
: ...........
Jabatan Responden : (Minimal Pejabat Eselon III PTSP / DINAS PU )
No
I
1
II KELEMBAGAAN1
2
3
III PROSEDUR1
2
3
4
IV WAKTU1
2 Berapa waktu yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan IMB?
Berapa waktu yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan IMB?
Dokumen apa saja yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha untuk mendapatkan IMB?
Apakah dokumen yang diserahkan oleh pelaku usaha untuk pengurusan perijinan lainnya di
simpan dengan baik sebagai bank data oleh PTSP, sehingga apabila pelaku usaha ingin
mengajukan pengurusan IMB), tidak perlu memberikan dokumen data lagi?
Hambatan apa yang dihadapi oleh unit responden terhadap Prosedur Pengurusan IMB?
Masukan perbaikan apa yang dapat diperoleh dari unit responden terkait prosedur pengurusan
IMB?
Unit apakah yang memverifikasi dan menetapkan disetujui tidaknya IMB?
Hambatan apa yang dihadapi oleh unit responden terkait dengan kelembagaan dalam
pengurusan IMB?
Masukan perbaikan apa yang dapat diperoleh dari unit responden terkait dengan kelembagaan
yang menerbitkan IMB?
Nama Responden
PERATURAN
Peraturan Daerah setempat apa saja yang menjadi dasar hukum pelaksanaan perijinan untuk
mendapatkan IMB di Kota anda?
KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
PANDUAN WAWANCARA BAGI PERWAKILAN BPKP
Perwakilan BPKP
Indikator
Unit Responden
Pertanyaan
3
4
5
V BIAYA1
2
3
Mengetahui,
Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP Provinsi.............
Nama
NIP........
Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan IMB?
Hambatan apa yang dihadapi oleh unit responden terhadap Biaya Pengurusan IMB?
Masukan perbaikan apa yang dapat diperoleh dari unit responden terkait Biaya pengurusan
IMB?
Berapa waktu yang dibutuhkan dan Biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk
mendapatkan ijin SIUP?
Hambatan apa yang dihadapi oleh unit responden terhadap Waktu Pengurusan IMB?
Masukan perbaikan apa yang dapat diperoleh dari unit responden terkait Waktu pengurusan
IMB?
Lampiran 2
Jawaban Penjelasan
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
PERATURAN
KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
PANDUAN WAWANCARA BAGI PERWAKILAN BPKP
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
CUKUP JELAS
......, 2014
Tim Perwakilan BPKP
1
2
3
Lampiran 3: Perwakilan BPKP Provinsi ........................
: Mendapatkan Sambungan Listrik (Getting Electricity)
: PT PLN
: ...........
(Minimal SETARA dengan Pejabat Eselon III PT PLN)
No PERTANYAAN PENJELASAN
I
1 Langkah-langkah apa yang harus ditempuh pengusaha untuk mendapatkan
sambungan listrik dari PT PLNCUKUP JELAS
2 Dokumen apa saja yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha untuk
mendapatkan sambungan listrik PT PLN?CUKUP JELAS
II
1 Berapa hari yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk masing-masing langkah
untuk mendapatkan sambungan listrik PT PLN?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap praktek waktu yang dibutuhkan
dalam mendapatkan SIUP dan TDP?CUKUP JELAS
III
1 Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk masing-masing
tahapan untuk mendapatkan sambungan listrik? CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh
pelaku usaha dalam mendapatkan sambungan listrik?CUKUP JELAS
......, 2014
Mengetahui, Tim Perwakilan BPKP
Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP Provinsi.............
1
2
Nama
NIP........ 3
JAWABAN
KUESIONER KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
Perwakilan BPKP
Indikator
Unit Responden
Nama dan Jabatan Responden
Sambungan listrik yang dimaksudkan di indikator ini HANYA untuk Bangunan Gedung ukuran tertentu (lihat profil indikator)
BIAYA
WAKTU
PROSEDUR
Lampiran 4: Perwakilan BPKP Provinsi ....
: REGISTERING PROPERTY
: KANTOR BPN KOTA....
: ..............
Minimal Pejabat Eselon III BPN Kota
No PERTANYAAN PENJELASAN
I1 Apakah ada peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang saling
bertentangan dalam hal pelaku usaha mendaftarkan tanah-nya? CUKUP JELAS
2 Apakah ada peraturan Pemerintah Pusat yang tidak mendukung kemudahan
pelaku usaha dalam medaftarkan tanah-nya ? CUKUP JELAS
3 Apakah ada peraturan Pemerintah Daerah yang tidak mendukung kemudahan
pelaku usaha dalam mendaftarkan tanah-nya?
Contoh Pemda X menambahkan prosedur,
contohnya meminta Pemohon menyertakan
bukti pembayaran PBB 5 tahun terakhir,
sehungga membebani pelaku usaha.
4 Dokumen apa yang harus dilengkapi oleh pelaku usaha dalam mendaftarkan
tanahnya di BPN? CUKUP JELAS
5 Langkah-langkah apa yang dilakukan BPN Kota untuk menguji keaslian dan
keabsahan sertifikat tanah di Kantor BPN?CUKUP JELAS
6 Apakah proses pendaftaran tanah oleh pelaku usaha di Kantor BPN sudah
dapat dilakukan secara online, dalam artian pemohon tidak perlu datang ke
Kantor BPN , tetapi cukup mengisi dan menyerahkan formulir secara online,
dan menyerahkan persyaratan (scan document) melalui internet?
Yang dimaksud disini dengan sistem online
adalah proses pendaftaran registering
property dilakukan dengan sistem
komputerisasi
7 Apakah terdapat usulan perbaikan prosedur dalam hal pelaku usaha
mendafarkan tanahnya di Kantor BPN? CUKUP JELAS
II1 Berapa hari yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk mendaftarkan
tanahnya (sampai dengan terbit sertifikat tanah)?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap waktu yang diperlukan pelaku
usaha untuk mendaftarkan tanahnya di Kantor BPN?CUKUP JELAS
III BIAYA1 Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk mendaftarkan
tanahnya di Kantor BPN (sampai terbit sertifikat)?CUKUP JELAS
2 Bagaimana formula perhitungan tarif BPHTB ? CUKUP JELAS
3 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap biaya yang ditetapkan oleh BPN
dalam hal pelaku usaha mendaftarkan tanahnya di Kantor BPN? CUKUP JELAS
......, 2014
Mengetahui, Tim Perwakilan BPKP
Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP Provinsi.............
1
2
Nama
NIP........ 3
JAWABAN
PROSEDUR
Nama Responden
KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
PANDUAN WAWANCARA BAGI PERWAKILAN BPKP
Perwakilan BPKP
Indikator
Unit Responden
Pendaftaran Property Tanah pada Kantor BPN yang dimaksudkan di indikator ini HANYA untuk Property ukuran tertentu (lihat profil indikator)
WAKTU
Lampiran 5
: Perwakilan BPKP .....................
: PROTECTING INVESTORS
: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH
: Minimal Pejabat Eselon III Kantor BKPMD
No PERTANYAAN PENJELASAN
I1 Apa fungsi BKPMD dalam hal melindungi investor (Protecting Investor )?
CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat saran perbaikan terhadap fungsi BKPMD terhadap
perlindungan investor (protecting investor )?CUKUP JELAS
IIPROSEDUR
1 Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh BKPMD dalam meningkatkan
perlindungan terhadap investor?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat fasilitas online yang disediakan untuk pelaku usaha untuk
mengadukan/melaporkan lemahnya perlindungan terhadap investor ? CUKUP JELAS
3 Usulan apa yang diperlukan dalam rangka peningkatan perlindungan kepada
investor? CUKUP JELAS
III WAKTU1 Berapa hari yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk
mengadukan/melaporkan perlindungan investasinya?CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap waktu yang ditetapkan untuk
melaporkan kelemahan perlindungan investasinya ?CUKUP JELAS
IV1 Berapa biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk
melaporkan/mengadukan lemahnya perlindungan investasinya.CUKUP JELAS
2 Apakah terdapat usulan perbaikan terhadap biaya yang ditetapkan bagi pelaku
usaha untuk melaporkan/mengadukan lemahnya perlindungan investasinya? CUKUP JELAS
.............................., 2014
Mengetahui, Pewawancara
Kepala Bidang IPP Perwakilan BPKP ............
1
2
Nama
NIP........ 3
BIAYA
KELEMBAGAAN
JAWABAN
KAJIAN EASE OF DOING BUSINESS 2014
PANDUAN WAWANCARA BAGI PERWAKILAN BPKP
Perwakilan BPKP
Indikator
Unit Responden
Nama Responden