BAB.IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data...
Transcript of BAB.IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data...
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
136
BAB.IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Lapangan
1. Temuan Penelitian
Penilaian kinerja dosen merupakan faktor penting yang memiliki konntribusi
terhadap perwujudan kinerja PTI/AIS. Oleh karenanya, penting bagi PTI/AIS
untuk senantiasa memperhatikan persiapan dan pelaksanaan maupun tindak lanjut
atas penilaian kinerja dosen di lingkungannya. Ketiga PTI/AIS yang menjadi unit
analisis penelitian ini adalah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP),
Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap dan Sekolah Tinggi Agama
Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Kebumen.
Data temuan penelitian atas praktik penilaian kinerja dosen yang selama ini
sudah dijalankan di ketiga PTI/AIS tersebut dapat dipaparkan dalam tiga paparan,
yaitu: a). Kebijakan Penilaian Kinerja dosen, b). Pelaksanaan Penilaian Kinerja
dosen, c). Hasil Penilaian Kinerja dosen dan d). Pengembangan Kinerja dosen.
Berikut adalah paparannya.
a. Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen Di UMP
Sesuai dengan Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada Bab II,
Pasal 2 tahun 2008, maka Universitas Muhammadiyah Purwokerto sebagai
Perguruan Tinggi Muhammadiyah didirikan berdasarkan asas Islam yang
bersumber pada Al Qur’an dan Assunah. Jadi UMP merupakan PT Islam swasta
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
137
yang saat ini relatif cukup matang dan besar di lingkungannya. Untuk
mempertahankan kondisi tersebut, UMP melakukan beberapa upaya agar
eksistensinya semakin lebih baik. Salah satu upaya itu adalah dengan
dikeluarkannya kebijakan dari pimpinan universitas tentang penilaian kinerja
dosen yang diserahkan teknisnya kepada Lembaga Jaminan Mutu (LJM) UMP,
sebagaimana hasil wawancara dengan IR.1 yang diperkuat oleh IR.2 maupun
hasil studi dokumentasi. IR.1 menyatakan “Penilaian kinerja dosen dilakukan
oleh universitas. Dalam hal ini yang melaksanakan adalah Lembaga Jaminan
Mutu atau LJM” dan pernyataan “ Penilaian kinerja dosen (PKD) dilakukan
oleh LJM dan sudah berjalan dua periode“ dari IR.2. Demikian juga halnya
dengan hasil penelusuran studi dokumen tentang “Kinerja dosen harus
dievaluasi secara periodik” yang tertera dalam Bab.V. A.93 Standar Mutu
Akademik N0.002-SMA/LJM-UMP/2009 (SD.8).
Berdasarkan perolehan data tersebut maka dapat diketahui bahwa kebijakan
tentang penilaian kinerja dosen merupakan kebijakan formal universitas yang
diserahkan pengelolaannya kepada unit khusus yaitu Lembaga Jaminan Mutu
UMP. Artinya kewenangan untuk melakukan penilaian kinerja dosen UMP secara
periodik ada di tangan LJM UMP.
2). Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen Di IAIIG Cilacap
Kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di suatu PT, idealnya ditetapkan
secara resmi oleh pimpinan tertinggi PT tersebut. Artinya kebijakan tersebut tidak
hanya berjalan saja tanpa ada dasar hukum tertulis atas berjalannya kebijakan
tersebut. Terkait dengan kebijakan penilain kinerja dosen di IAIIG Cilacap justru
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
138
menunjukkan hal sebaliknya. Berikut adalah perolehan data tentang kebijakan
penilaian kinerja dosen di lingkungan IAIIG Cilacap.
“ Kalau penilaian kinerja dosen memang sudah melaksanakan, baik secara
langsung maupun tidak”. Demikian perolehan data hasil wawancara dengan IR.9.
yang diperkuat oleh IR.10: “Pada prinsipnya penilaian dosen di lingkungan IAIIG
sudah setiap semester dilakukan. Hanya secara formal masih perlu dibenahi. Tapi
bukan berarti penilaian secara formal belum dilakukan”, maupun pernyataan dari
IR.11 “ Untuk penilaian kita mengacu kepada pegawai negeri, DP3!”. Demikian
halnya juga dengan IR.12 “ penilaian yang digunakan kepangkatan dosen,
walaupun belum rapih dan belum dilakukan secara administratif” dan IR.18
“Sementara ini belum ada yang digunakan secara kontinyu dan formal untuk tiap
semesternya. Untuk DPK misalnya kita gunakan DP3, untuk mengurus
kepangkatan kita gunakan PAK, untuk keperluan sertifikasi kita gunakan Evaluasi
Dosen”
Dari perolehan data tersebut, jelas bisa diketahui bahwa kebijakan tentang
penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap lebih banyak merupakan penyesuaian
IAIIG terhadap tuntutan dari luar baik itu yang berkaitan dengan kewajiban untuk
melakukan penilaian terhadap dosen DPK yang hanya berjumlah 1 orang maupun
kepentingan bagi individu-individu dosen yang sedang mengurusi kepangkatan
akademik dan sertifikasi dosen. Dengan demikian menunjukkan bahwa kebijakan
tentang penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap adalah kebijakan “konvensional”
guna mengikuti keperluan individu –individu tertentu dosen, bukan semua dosen,
dan belum menjadi kebijakan formal institut secara tertulis.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
139
3). Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen Di STAINU Kebumen
Sebagaimana kebijakan tentang peningkatan kualitas dosen di beberapa
tempat yang salah satunya ditempuh melalui praktik penilaian kinerja dosen, maka
STAINU Kebumen dalam hal ini juga melakukan hal yang sama. Praktik
penilaian kinerja dosen dilakukan secara alamiah yang dilakukan karena tuntutan
sertifikasi dosen dan keperluan akreditasi, sebagaimana pernyataan IR.21 “ kita
melaksanakan penilaian kinerja dengan menggunakan instrumen yang menunjuk
kepada instrumen sertifikasi dosen. Ya instrumen itu terutama ketika lebih banyak
kalau mau akreditasi. Menjelang akhir biasanya dilakukan evaluasi dosen”. Hal
senada juga dikatakan oleh IR.22 “ Kebetulan untuk penilaian kinerja dosen,kami
baru saja memproses dengan lembar angket kepada mahasiswa yang mengacu
kepada instrumen Evaluasi Dosen”, serta dari dokumen berupa Instrumen
Evaluasi Dosen yang di dalamnya mengukur 4 kompetensi dosen (SD.17).
Dari beberapa sumber data tersebut, maka diperoleh informasi bahwa
penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen dilakukan dengan mengacu kepada
penggunaan instrumen Evaluasi Dosen sebagai instrumen sertifikasi dosen.
Artinya kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen mengacu
kepada pemberlakuan kebijakan dari luar tentang sertifikasi dosen, yang sekaligus
digunakan oleh STAINU Kebumen untuk keperluan penilaian kinerja dosen
menjelang akreditasi program studi dan sertifikasi dosen. Artinya kebijakan
tentang penilaian kinerja dosen STAINU Kebumen merupakan kebijakan
konvensional, bukan kebijakan formal-tertulis.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
140
b. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen UMP
Cara mudah untuk melakukan identifikasi atas praktik penilaian kinerja
(performance appraisal) dosen suatu perguruan tinggi adalah dengan melihat ada
atau tidaknya instrumen yang sudah digunakan untuk kepentingan tersebut.
Demikian juga halnya dengan penggalian data terkait praktik penilaian kinerja
dosen yang sudah dilakukan di UMP.
Berdasarkan proses penggalian data lewat interview dan studi dokumentasi
diperoleh data bahwa UMP sudah dua periode ini melaksanakan penilaian kinerja
dosennya yang berjumlah 234 orang (di luar dosen Luar Biasa/LB). Penilaian
kinerja dosen UMP ditangani oleh unit khusus yang ditunjuk oleh Rektor yaitu
Lembaga Jaminan Mutu (LJM) UMP, sebagaimana yang dinyatakan oleh IR.1
“Instrumen yang digunakan juga dari LJM. Khusus dosen dengan status DPK
menggunakan dua instrumen, yaitu instrumen dari LJM dan DP3”. Apa yang
dikemukakan oleh IR.1 juga diperkuat oleh IR.2, IR.3. IR.6 dan IR 7 maupun
studi dokumen dari SD.2 dan SD.3 sebagai berikut:
IR.2.1.a.1
Penilaian kinerja dosen (PKD) dilakukan oleh LJM dengan cara LJM
meminta Rektor mengundang dosen pada hari yang ditentukan untuk
dilakukannya pengukuran kinerja dosen. Dosen mengisi questionere.
Penilaian kinerja dosen hanya untuk dosen tetap dan DP3. Dosen luar biasa
tidak dinilai karena kita memang tidak bisa memaksa mereka dengan status
LB nya.
Pernyataan tadi diperkuat oleh IR.3.1.a.2 yang menyatakan “Kita membuat
patokan (instrumen penilaian kinerja dosen) dari teman-teman LJM. Kita
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
141
memperhatikan Tri Dharma PT”. Demikian juga halnya dengan IR.6 berikut ini.
IR.6.1.a.2
Penilaian kinerja dosen sudah dilakukan dua periode ketika UAS.
Instrumennya namanya Tes Kinerja Dosen dari LJM, juga DP3 karena saya
DPK. Jadi, pengukuran kinerja dari sini baru diserahkan ke fakultas syariah
Walisongo.
Apa yang dinyatakan oleh IR. 2, 3 dan 6, diamini oleh IR.7 yang
merupakan pelanggan : “ Ya, saya sudah pernah mengisi angket dua kali, pada
waktu ujian”. Demikian tadi adalah penilaian kinerja dosen UMP yang dilakukan
terhadap 243 dosen UMP dengan status Dosen Tetap, DPK dan Pensiunan
(SD.3.1.a.2).
Dari perolehan data tersebut menunjukkan bahwa praktik penilaian kinerja
dosen di UMP secara formal merupakan kebijakan Universitas. Kebijakan ini
dijalankan dengan menggunakan instrumen Penilaian Kinerja Dosen (PKD) yang
dikeluarkan oleh LJM UMP dan diberlakukan untuk seluruh dosen UMP yang
berjumlah 243 orang dengan tatus dosen Tetap Yayasan, DPK dan Pensiunan
(tidak termasuk dosen LB). Di dalam praktiknya, selain menggunakan instrumen
dari dalam, UMP juga menggunakan instrumen yang berasal dari luar UMP, yaitu
instrumen DP3 yang diperuntukkan khusus bagi dosen UMP dengan status Dosen
yang Diperbantukan (DPK). Jadi dosen dengan status DPK dinilai dengan
instrumen PKD dan DP3.
Adapun kriteria kinerja dosen yang tercantum dalam instrumen penilaian
kinerja dosen yang digunakan secara formal dan menyeluruh di UMP meliputi
tiga kriteria utama, yaitu. 1) Tri dharma PT, 2) Penilaian Umum dan 3) penilaian
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
142
aspek Keislaman dan Keorganisasian yang masing-masing diperinci lagi
sebagaimana perolehan data lewat wawancara dengan IR.1, IR. 2, IR.3, dan
SD.3. 1.b.1), sebagai berikut:
IR.1.3.b.1
Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja dosen antara lain: 1) aktivitas
pengajaran, 2) aktivitas penelitian, 3) aktivitas pengabdian masyarakat, 4)
publikasi dan 5) keIslaman.
IR.2.3.b.1
Kriteria yang dinilai dalam penilaian kinerja dosen UMP, yaitu: 1) Penilaian
Tri Dharma PT, 2) Penilaian Umum, serta 3) penilaian aspek Keislaman.
Penilaian tri dharma PT dipecah lagi menjadi, a) penilaian pendidikan dan
pengajaran, b) penilaian penelitian, c) penilaian pengabdian masyarakat dan
publikasi. Untuk pendidikan dan pengajaran ada tiga yang dinilai. Pertama
pada Proses Belajar mengajar, kemudian jumlah kehadiran di kelas dan
ketepatan penyerahan nilai. Jumlah kehadiran di kelas dihitung melalui daftar
hadir/ jurnal perkuliahan. Dalam hal ini, ada staf dari LJM yang langsung
datang ke Prodi berbarengan dengan waktu audit mutu kinerja akademik
setiap semester. Sedangkan untuk ketepatan penyerahan nilai, diperoleh dari
bagian akademik di fakultas, maksimal 2 minggu setelah ujian. Maksudnya
ujian dilaksanakan selama 2 minggu, maka 1 minggu setelah ujian nilai
harus masuk, jika lewat maka dosen tidak akan mendapat reward.
Kemudian untuk kriteria penelitian dan pengabdian masyarakat yang
dimaksud adalah jumlah penelitian yang dihasilkan dalam 1 tahun terakhir,
minimal 1 tahun 1.
Sedangkan untuk penilaian umum indikatornya meliputi a) menilai perilaku
kerja, b) tanggungjawab,c) kreativitas, d) kerjasama, e) kedisiplinan, f)
kohesivitas, g) akhlak, h) kepemimpinan dan i) orientasi pelanggan misalnya
mahasiswa. Selanjutnya penilaian Keislaman dan keorganisasian menyangkut
aspek a) aqidah, b) ibadah, c) akhlak dan d) aktivitas organisasi perserikatan
muhammadiyah.
IR.3.1.b.1
Kita memperhatikan Tri Dharma PT. Dari mengajar sudah ada penilaiannya,
mulai dari SAP, Sylabi. Setiap saat kita lihat SAP walaupun belum semua...
Apalagi kita semua kan sudah terakreditasi, maka jelas sudah dilakukan itu.
Setiap Prodi itu diberi dana 150 ribu per .. Kemudian jam mengajar.
Pertemuan tatap muka minimal 12. itu kan dosen mengajar ada jurnalnya dan
ringkasannya. Dari situ. Selanjutnya penelitian. Dosen itu harus meneliti
minimal 1 tahun sekali dan 2 pengabdian. Per 1 penelitian itu ada dana 3 juta
untuk 2 dosen. Ini per Prodi diberi jatah 50% dari total dosen Prodi. Artinya
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
143
kalau 10 dosen berarti yang diberi 5 dosen dan ini baru dimulai 1 tahun.
Sekarang itu ada hibah dari universitas. Tapi itu tergantung proposalnya, ada
kompetisi, itu 5 juta. Ini ada di LPM. Untuk Pengabdian 2 artinya 1 tahun 2
pengabdian. Itu untuk menghadapi BKD, Beban Kredit Dosen. Sedangkan
untuk Keislaman Itu LPPI. Itu dari lulusan Mesir. Karena kita
Muhammadiyah. Terakhir, pengukuran umum.
Berdasarkan perolehan data tersebut maka bisa diketahui bahwa instrumen
yang digunakan oleh UMP untuk melakukan penilaian kinerja dosen ada dua yaitu
PKD dan DP3. Instrumen PKD memiliki kriteria penilaian kinerja yang meliputi:
Pertama, Tri Dharma PT. Kriteria ini dipecah lagi menjadi 3 sub kriteria yang
masing-masing kemudian dipecah menjadi beberapa indkator kinerja dosen.
ketiga sub kriteria yang dimaksud adalah: a) penilaian pendidikan dan
pengajaran, berupa proses belajar mengajar, kedisiplinan dosen dalam memenuhi
tatap muka dan ketepatan penyerahan nilai ujian, b) penilaian penelitian dan c)
penilaian pengabdian masyarakat. Kedua,Penilaian Umum adalah menilai perilaku
kerja yang memiliki indikator berupa tanggungjawab, kreativitas, kerjasama,
kedisiplinan, kohesivitas, akhlak, kepemimpinan dan orientasi pelanggan
misalnya mahasiswa. Ketiga, Keislaman dan Keorganisasian menyangkut aspek
aqidah, ibadah, akhlak dan aktivitas organisasi perserikatan muhammadiyah.
Adapun kriteria kinerja yang ada dalam kedua (DP3) yang diperuntukan
bagi para dosen dengan status DPK meliputi: (1). Kesetiaan, 2). Prestasi kerja, 3).
Tanggungjawab, 4). Ketaatan, 5). Kejujuran, 6). Kerjasama, 7). Prakarsa dan 8).
Kepemimpinan).
Selain diperoleh informasi tentang instrumen, kriteria dan indikator kinerja
dosen yang ada dalam instrumen yang digunakan di UMP, juga bisa diketahui
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
144
pihak yang menjadi pembuat atau penyusun instrumen penilaian kinerja dosen itu
sendiri. Untuk instrumen DP3 yang khusus diperuntukkan bagi dosen UMP
dengan status DPK merupakan instrumen yang disusun oleh pihak luar UMP.
Dalam hal ini, penyusunnya adalah pemerintah. Sedangkan untuk instrumen
Penilaian Kinerja Dosen yang diperuntukkan bagi seluruh dosen UMP selain DPK
dan LB merupakan instrumen yang disusun oleh pihak internal UMP. Dalam hal
ini yang menyusun adalah LJM UMP (IR.1 dan 2. 3.c.1). Dengan kata lain,
pihak yang menjadi penyusun instrumen penilaian kinerja dosen di UMP ada dua
yaitu pihak internal dan eksternal UMP.
Selain wujud instrumen, kriteria dan indikator kinerja maupun penyusun
instrumen yang bisa diketahui dari praktek penilaian kinerja dosen di UMP, dapat
diperoleh informasi juga tentang dokumen hasil penilaian kinerja dosen itu
sendiri. Dalam hal ini, hasil atas penilaian kinerja dosen direkap dan
didokumentasikan oleh LJM untuk kemudian dilaporkan kepada pimpinan
rektorat (IR.2.3.d.1).
Berdasarkan pemaparan data tentang penggunaan instrumen penilaian
kinerja dosen di UMP, maka dapat diperoleh informasi hal-hal yang menyangkut
bentuk/wujud dokumen instrumen, kriteria dan indikator kinerja, penyusun
instrumen dan dokumentasi atas hasil penilaian kinerja dosen sebagai berikut:
(1). Wujud/bentuk instrumen
Ada dua instrumen yang digunakan UMP dalam melaksanakan penilaian
kinerja dosennya, yaitu PKD dan DP3. Kedua Instrumen ini digunakan dalam
konteks kerja yaitu instrumen PKD yang diperuntukkan untuk dosen UMP di luar
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
145
dosen LB, serta instrumen DP3 yang diperuntukkan khusus bagi dosen UMP
dengan status DPK.
(2). Kriteria dan Indikator Kinerja
Ada beberapa kriteria dan indikator kinerja dosen yang ada dalam
instrumen penilaian kinerja di UMP. Untuk instrumen PKD memiliki tiga
kriteria utama yaitu Tri dharma PT, Penilaian Umum serta Keislaman dan
Keorganisasi (Kemuhammadiyahan). Untuk kriteria Pertama, yaitu Penilaian
Tri Dharma PT dipecah lagi menjadi 3 sub kriteria, yaitu; a) penilaian
pendidikan dan pengajaran, dengan indikator kinerja berupa; Proses Belajar
mengajar, kemudian jumlah kehadiran di kelas dan ketepatan penyerahan nilai,
b) penilaian penelitian, dan c) penilaian pengabdian masyarakat dan publikasi.
Kriteria ini menunjukkan bahwa kriteria kinerja didasarkan pada hasil analisis
kerja dosen yaitu melaksanakanTri Dharma PT. Kedua, Penilaian Umum yang
digunakan untuk menilai perilaku kerja dosen memiliki indikator kerja berupa:
tanggungjawab, kreativitas, kerjasama, kedisiplinan, kohesivitas, akhlak,
kepemimpinan dan orientasi pelanggan misalnya mahasiswa. Ketiga, Penilaian
Keislaman dan Keorganisasian, yang menyangkut aspek aqidah, ibadah, akhlak
dan aktivitas organisasi perserikatan muhammadiyah.
Sedangkan kriteria kinerja untuk instrumen kedua yaitu DP3 adalah (: 1).
Kesetiaan, 2). Prestasi kerja, 3). Tanggungjawab, 4). Ketaatan, 5). Kejujuran, 6).
Kerjasama, 7). Prakarsa dan 8). Kepemimpinan).
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
146
(3). Penyusun Instrumen
Melihat kepada dua instrumen yang digunakan secara formal di UMP, maka
bisa diidentifikasi penyusun instrumen tersebut adalah penyusun dari dalam dan
dari luar UMP. Penyusun dari dalam UMP yang dimaksud adalah tim yang ada
di LJM UMP. Sedangkan penyusun untuk instrumen DP3 adalah penyusun dari
luar dalam hal ini adalah pemerintah, mengingat DP3 adalah instrumen penilaian
kinerja PNS, di mana dosen DPK di UMP juga merupakan PNS.
(4). Dokumen Hasil Penilaian Kinerja
UMP sebagai universitas yang keberadaannya semakin diperhitungkan
masyarakat, dalam melaksanakan penilaian kinerja dosennya memahami betul
akan pentingnya hasil penilaian kinerja dosen sebagai bahan melakukan
pembinaan maupun bahan membuat keputusan, sehingga hasil penilaian
kinerjanya didokumentasikan dengan baik. Dalam hal ini pihak utama yang
menyimpannya adalah LJM UMP.
b). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Secara umum, penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap sudah dilaksanakan,
khususnya yang berkaitan dengan keperluan akreditasi, sertifikasi dosen, PAK dan
kepentingan dosen yang diperbantukan (DPK). Adapun yang rutin tiap semester
dilakukan adalah penilaian dengan menggunakan instrumen absensi dosen
mengajar, yang dilakukan dalam rangka melihat standar pertemuan/perkuliahan.
Ini merupakan penilaian dari internal IAIIG Cilacap dalam konteks penilaian kerja
(on the job). Apalagi untuk penilaian dari pihak luar/masyarakat di luar konteks
kerja(off the job) itu biasanya sekedar jika ada penyampaian dari masyarakat , jadi
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
147
sangat insidental sekali. Hal ini bisa dilihat dalam pernyataan IR.9, IR.10, IR.11,
IR.12 dan IR.18 sebagai berikut:
IR.9.2.a.1, 2.b.1, 2.c.1.
Kalau penilaian kinerja dosen memang sudah melaksanakan, baik secara
langsung maupun tidak. Kriterianya yang pertama kompetensi, yang kedua
penguasaan kelas. Jadi kita memantau para dosen di kelas apakah bisa
menyajikan dengan baik atau tidak. Ketiga adalah keaktifan. Dalam hal ini
program 14 kali pertemuan kita lihat dari situ bagaimana dosen bisa
memenuhi hal tersebut. Yang keempat adalah kedisiplinan waktu. Itu
memang ada instrumennya.
IR.10.2.a.1, 2.b.1, 2.c.1
Pada prinsipnya penilaian dosen di lingkungan IAIIG sudah setiap semester
dilakukan. Hanya secara formal masih perlu dibenahi. Tapi bukan berarti
penilaian secara formal belum dilakukan. Misal untuk pemasangan dosen
dalam semester yang akan datang, sudah dilakukan penilaian dosen, untuk
dosen mengajar di semester belakang. Dalam hal ini, institut atau fakultas
atau prodi-nya menanyakan kepada mahasiswa bagaimana dosen ketika
mengajar di kelas. Kemudian baru institut… Ini digunakan oleh institut
dalam menentukan dosen itu akan dipasang lagi untuk semester berikutnya.
Itu untuk dosen bukan tetap. Kalau dosen tetap malah tidak, karena sudah
kualified. Kalau untuk dosen tetap dan tidak tetap tidak semuanya sama.
Tapi DPK memang masuk ke dosen tetap. Kalau dosen tidak tetap tidak,
selanjutnya menilai seperti dosen tetap. Karena asumsi kita barangkali suatu
saat kita akan membutuhkan tambahan dosen tetap...
IR.11.2.a.1, 2.b.1, 2.c.1
Untuk penilaian kita mengacu kepada pegawai negeri. Ada formnya, seperti
kejujuran, tanggungjawab. Jadi pakai DP3!. Kriterianya yang pertama
adalah kesetiaan. Loyalitaslah. Loyalitas dari apa termasuk saat dinilai atau
bahkan itu kurang baik. Kebanyakan loyalitas dan ada kemauan dan
kemampuan, ada yang mau tapi tidak mampu, tapi ada yang mampu tapi
tidak mau..kita rapatkan. Jadi, secara internal, saya kira mengacu kepada
aturan Kopertais.
IR.12.2.a.1
Yang digunakan kepangkatan dosen, walaupun belum rapih dan belum
dilakukan secara administratif
IR. 18.2.a.1, 2.b.1, 2.c.1
Sementara ini belum ada yang digunakan secara kontinyu dan formal untuk
tiap semesternya. Untuk DPK misalnya kita gunakan DP3, untuk mengurus
kepangkatan kita gunakan PAK, untuk keperluan sertifikasi kita gunakan
Evaluasi Dosen, dan baru akhir tahun ini kita mencoba menggunakan
instrumen baru, tapi itu baru untuk fakultas kami untuk keperluan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
148
akreditasi. Mengapa demikian karena kita baru ke arah usaha membuat
instrumen resmi untuk internal IAIIG. Tapi kalau yang dari dulu ada adalah
keaktifan dosen dilihat lewat absen mengajarnya. Kalau yang lain-lain
menurut saya masih subyektif.
Demikian tadi adalah gambaran akan instrumen penilaian kinerja dosen
yang sudah digunakan oleh IAIIG Cilacap. Untuk penilaian kinerja dosen yang
dilakukan secara formal dari pihak internal IAIIG Cilacap, sudah menggunakan
instrumen DP3, PAK dan Evaluasi Dosen. Sedangkan penilaian kinerja dosen
yang dilakukan pihak eksternal dilakukan oleh masyarakat dan tidak
menggunakan instrumen khusus, tetapi lebih kepada catatan lisan dari masyarakat,
sebagaimana pernyataan IR.10.1.a.1 berikut.
IR.10.2.a.1
Kita upayakan penilaian dosen berdasarkan dari usaha masing-masing. Tadi
di awal, dosen IAIIG luar biasa melakukan pengabdian pada masyarakat.
Jadi masyarakat juga memberikan catatan yang langsung maupun tidak.
Ternyata rata-rata catatannya bagus. Namun ada juga beberapa dosen yang
perlu pembinaan lebih lanjut agar punya pengabdian lebih bagus ke
masyarakat.
Dalam konteks penilaian on the job, penggunaan instrumen penilaian
kinerja dosen dilakukan dalam dua kategori, yaitu 1) kategori rutin per semester,
dengan menggunakan instrumen berupa absen dosen mengajar dan 2) kategori
insidental, instrumennya berupa DP3, PAK, Evaluasi Dosen. Kategori insidental
di sini artinya lebih banyak digunakan jika akan menjelang akreditasi, sertifikasi
dosen, pengurusan kepangkatan dosen dan waktunya penilaian DP3 untuk dosen
DPK. Demikian juga halnya dengan pengukuran dan penilaian kinerja dosen
dalam konteks di luar pekerjaan (off the job) dilakukan secara insidental berupa
catatan-catatan dari masyarakat akan perilaku/akhlak dosen IAIIG Cilacap ketika
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
149
melaksanakan dharma ketiga; pengabdian pada masyarakat (IR.9, 10,11,12,18
dan SD.8,9.13,14 dan 15.1.a.1, dan 1.c.1).
Dari beberapa instrumen tersebut, maka yang menjadi kriteria dalam
pengukuran dan penilaian kinerja dosen adalah Pertama, instrumen dari internal
IAIIG Cilacap, yaitu kedisiplinan/keaktifan melaksanakan tugas (dharma
pendidikan dan pengajaran). Sedangkan Kedua, untuk instrumen yang disusun
pihak luar seperti DP3 , Evaluasi Dosen, Penilaian Dosen, dan PAK, masing-
masing memiliki kriteria yang berbeda (IR.9, 11 dan SD.8,9.13,14 , 15.1.b.1)
sebagai berikut:
Untuk Instrumen DP3 memiliki kriteria : 1). Kesetiaan, 2). Prestasi kerja, 3).
Tanggungjawab, 4). Ketaatan, 5). Kejujuran, 6). Kerjasama, 7). Prakarsa dan 8).
Kepemimpian. kemudian Instrumen Evaluasi Dosen memiliki 4 kriteria
kompetensi dosen ; pedagogik, profesional, peribadi dan sosial. Instrumen
Penilaian Dosen dengan kriteria Sebelum, Proses dan Evaluasi pembelajaran.
Sedangkan PAK mengacu kepada kriteria Komponen A, B, C dan D.
Dari beberapa instrumen tersebut belum ada dokumen hasil rekaman
penilaian kinerja dosen IAIIG Cilacap, kecuali untuk dokumen absensi dosen
mengajar (SD.13 dan 14.1.d.1).
Berdasarkan paparan data tersebut, maka bisa diketahui ada empat hal
terkait dengan praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap, khususnya yang
berhubungan dengan komponen pertama dari penilaian kinerja dosen, yaitu
instrumen penilaian kinerja dosen. Keempat hal yang dimaksud adalah
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
150
wujud/bentuk instrumen, kriteria, penyusun instrumen, dan dokumen hasil
penilaian kinerja.
(1). Wujud/Bentuk Instrumen
Wujud dari instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja dosen IAIIG
Cilacap dalam konteks on the job, ada 5 yaitu lembar DP3, Evaluasi Dosen,
Penilaian Dosen, PAK dan absensi dosen mengajar, serta daftar Absensi Mengajar
dosen, sedangkan untuk instrumen off the job belum ada instrumennya. Melihat
kepada wujud instrumen yang digunakan menunjukkan kalau praktek penilaian
kinerja dosen di IAIIG Cilacap sudah memenuhi unsur pertama berupa adanya
instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja dosen.
(2). Kriteria dan Indikator Kinerja
Ada 20 kriteria penilaian kinerja dosen yang ada dalam instrumen on the
job, yang tersebar dalam berbagai instrumen, yaitu Pertama, 8 anchor di DP3
berupa: (1) kesetiaan, 2) prestasi kerja, 3) tanggungjawab, 4) ketaatan, 5)
kejujuran, 6) kerjasama, 7) prakarsa dan 8) kepemimpian). Kedua, empat
kompetensi dosen: ( 9) kompetensi pedagogik, 10) profesional, 11) kepribadian
dan 12) sosial), Ketiga Penilaian Dosen dengan tiga kriteria, yaitu; 13) sebelum
pembelajaran, 14) proses pembelajaran dan 15) evaluasi pembelajaran serta
Keempat, ada 4 kriteria dalam PAK mengacu kepada kriteria Komponen 16) A,
17) B, 18) C dan 19) D, dan Kelima berupa 20) kehadiran/keaktifan dalam absensi
dosen.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
151
(3). Penyusun Instrumen
Melihat kepada banyaknya instrumen yang digunakan secara formal di
IAIIG Cilacap, maka bisa diidentifikasi yang menjadi penyusun instrumen
tersebut. Secara garis besar penyusun instrumen penilaian kinerja dosen di IAIIG
Cilacap ada dua kelompok, yaitu (1) kelompok pihak luar IAIIG Cilacap dan (2)
kelompok pihak dalam. Pihak luar yang dimaksud adalah pemerintah (instrumen
Evaluasi Dosen sertifikasi, PAK dan DP3), dan PT lain (Penilaian Dosen).
sedangkan penyusun instrumen yang berasal dari pihak dalam adalah Prodi dan
institut (instrumen Absen Mengajar Dosen).
(4). Dokumen Hasil Penilaian Kinerja
IAIIG Cilacap dalam praktek penilaian kinerja dosennya, walaupun
menggunakan banyak instrumen dan banyak kriteria yang digunakan, namun rata-
rata hasil penilaian kinerja dosen tidak didokumentasikan dengan baik, kecuali
untuk dokumen absen mengajar dosen. Artinya pihak ternilai akan sulit untuk
mendapatkan umpan balik dari manajemen IAIIG dalam melakukan perbaikan
kinerja terutama secara individu, karena jejak rekam kinerja mereka tidak tersedia
dengan baik.
c). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Penilaian kinerja dosen yang dilakukan oleh STAINU Kebumen, dilakukan
terhadap 52 dosennya (SD.19) dalam dua konteks, yaitu pertama, konteks kerja
(on the job) dan kedua, di luar kerja (off the job). Untuk konteks on the job
dilakukan secara formal dari pihak internal STAINU Kebumen, sedangkan yang
konteks off the job dilakukan pihak eksternal yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Dari
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
152
dua konteks tersebut ada yang sudah menggunakan instrumen khusus ada yang
belum. Penilaian kinerja dosen dalam konteks kerja (on the job) dilakukan untuk
melihat pelaksanaan dharma pendidikan. Sedangkan penilaian dalam konteks di
luar kerja (off the job) dilakukan untuk melihat idiologi agama dosen,
sebagaimana perolehan data dari IR.19, 20,21 dan SD.17,18 sebagai berikut.
IR.19.2.a.1,2.b.1, 2.c.1
Kita menggunakan instrumen sertifikasi. Kita menyebar angket ke
mahasiswa. disamping itu secara resmi penilaian kinerja dosen yang
dilakukan adalah dengan melihat kesiapan dosen. Seperti kesiapan SAP,
jika belum siap maka dosen dipanggil untuk mempersiapkan, tetapi sambil
tetap kuliah jalan, dan paling akhir diserahkan di akhir semester.
IR.20.2.a.1, 2.b.1, 2.c.1
Pengukuran kinerja dosen itu yang pertama dari segi keaktifan. Keaktifan
itu yang dimaksud adalah keaktifan mengajar, yang kedua, keaktifan untuk
memberikan penilaian kepada mahasiswa. Artinya setiap kali kegiatan
evaluasi itu dosen harus menyetorkan nilai. Nilai itu tidak nilai akhir tapi
akumulasi dari nilai absen, tugas terstruktur, UTS dan UAS. Jadi kalau
dosen menyerahkan nilai akhir berarti dosen yang aktif. Kemudian yang
ketiga, keaktifan dosen mengiuti rapat dinas, yang keempat, keaktifan
dosen mengikuti rapat pembinaan dan tentu saja penilaian ideologi dosen
berupa amaliyah dan sikapnya. Bahwa bapak ibu dosen bekerja di
lingkungan seperti ini ada tradisi jam’iyah dan harus menyesuaikan
dengan jam’iyah kita. Kemudian kalau amaliyah sikap, bukan perilaku tapi
lebih ke budaya. Jadi yang dimaksud sikap, seperti dosen itu kan sering
diskusi. Arah pemikirannya seperti apa. Apakah front-,memberontak?,
mengikuti tanpa alasan? atau mengikuti dengan alasan?. Paling banyak
dosen mengikuti dengan alasan. kalau biasanya memberontak kemudian
dibina, ya akhirnya sadar sendiri.
Instrumen penilaian kinerja dosen ya ada, Cuma ini karena kontinyue
yang formal sekedar melayani yang PNS (; DPK) kita menggunakan DP3,
kita juga menyediakan absen mengajar. Kita tugaskan seseorang yang
memantau absen dosen melihat keaktifan dosen mengajar.
IR.21.2.a.1, 2.b.1, 2.c.1
Ada instrumen. Itu menunjuk kepada instrumen sertifikasi dosen. Ya
instrumen itu terutama ketika lebih banyak kalau mau akreditasi.
Menjelang akhir biasanya dilakukan evaluasi.Untuk mahasiswa
instrumennya lebih fokus ke kehadiran dan kesesuaian keilmuan. Evaluasi
dari luar melalui NU. Jadi biasanya NU melakukan penilaian ideologi
dosen. Jadi dosen si A ke-NU-annya seperti apa? Ini juga penilaian resmi
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
153
yang disalurkan lewat yayasan dan ini sifatnya insidental. Itu kepedulian
NU kepada STAINU dalam rangka untuk mengawal ideoligi. STAINU itu
kan jadi basis pengkaderan NU yang kongkrit. Jadi dari dosen juga
didesain bagaimana sejalan dengan NU. Terus kontribusi kita ke NU juga
sudah jelas.
IR.22.2.a.1,2.b.1
Kebetulan untuk penilaian kinerja dosen, kami baru saja memproses
dengan lembar angket kepada mahasiswa (Evaluasi Dosen). Dosen bisa
terukur sampe angka 2 sampe 3 kali siklus. Umpamanya dosen A
memberikan kuliah di semester 1, 2 kelas, mahasiswa akan disuruh
menilai. Begitu juga dengan semester lainnya. Tapi untuk sementara baru
dengan mahasiswa. Dengan teman lain, Insya Allah….Kami sendiri
dengan staf.
SD.17.2.a.1,2.b.3
Instrumen Evaluasi Dosen merupakan instrumen untuk sertifikasi dosen
yang mengukur 4 kompetensi dosen, yaitu; 1) kompetensi pedagogik, 2)
kompetensi profesional, 3) kompetensi kepribadian, 4) kompetensi sosial .
SD.18.2.a.1, 2.b.3
absen mengajar/jurnal perkuliahan untuk mengukur kehadiran dosen atau
jumlah tatap muka dosen dengan mahasiswa.
Berdasarkan perolehan data tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa ada
empat hal terkait dengan instrumen penilaian kinerja dosen yang sudah digunakan
di STAINU Kebumen. Keempat hal yang dimaksud adalah bentuk instrumen,
kriteria dan indikator kinerja, pihak penyusun instrumen dan dokumen hasil atas
penilaian kinerja dosen.
Pertama. Wujud/bentuk instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja
dosen dalam konteks on the job, ada dua yaitu lembar Evaluasi Dosen yang
mengambil instrumen sertifikasi dosen dan daftar Absensi Mengajar dosen.
Sedangkan penilaian off the job berupa human instrumen.
Kedua. Ada empat kriteria kinerja yang ada dalam instrumen on the job,
yaitu empat kompetensi dosen, berupa kompetensi pedagogik, profesional,
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
154
kepribadian dan sosial yang berada dalam instrumen pertama, serta
keaktifan/kehadiran dosen mengajar dalam instrumen kedua, serta idiologi NU
dosen untuk instrumen (human instrumen) off the job.
Ketiga. Penyusun instrumen. Dengan melihat kepada instrumen yang
digunakan oleh STAINU Kebumen maka bisa diketahui bahwa ada dua kelompok
penyusun instrumen penilaian kinerja dosen, yaitu pihak luar dan dalam. Untuk
pihak luar adalah pemerintah (instrumen Evaluasi Dosen sertifikasi), dan NU.
sedangkan dari pihak dalam adalah Prodi.
Keempat. Dokumen hasil penilaian kinerja dosen untuk instrumen pertama
(Evaluasi Dosen) belum terdokumentasikan, sedangkan untuk instrumen kedua
(Absen mengajar) terdokumentasikan.
2). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen UMP
Pelaksanaan penilaian kinerja dosen UMP dilakukan oleh unit khusus yang
mengurusi persoalan tersebut. Unit khusus yang dimaksud adalah Lembaga
Jaminan Mutu (LJM) UMP. Dalam prakteknya kemudian LJM UMP melibatkan
beberapa pihak yang dijadikan sebagai penilai kinerja dosen. Penilai yang
dimaksud adalah penilai dari unsur atasan dosen seperti Kaprodi, Sekretaris
Prodi/Bagian, Dekan serta sejawat. Kemudian untuk Keislaman, penilainya adalah
diri sendiri yang diverifikasi oleh Lembaga Pengembangan Pengamalan Al Islam
dan Kemuhammadiyahan (LPPI). Sedangkan untuk mahasiswa menilai di proses
belajar mengajar, staf LJM membantu mengambil data tentang kedisiplinan
mengajar dan berdasarkan jurnal perkuliahan serta ketepatan penyerahan nilai dari
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
155
bagian akademik. Sedangkan untuk penelitian dan pengabdian masyarakat
langsung diambil oleh LJM lewat LPPM. Hal ini sesuai dengan perolehan data
dari IR. 1,2,3,6 dan SD.2,4.3.a.1, 3.a.3.
IR.1.3.a.1
Untuk penilaian kinerja dosen dari universitas. Dalam hal ini yang
melaksanakan Lambaga Jaminan Mutu... Mahasiswa hanya menilai dosen
dalam pengajarannya saja. Misal kedisiplinan dosen mengajar dan biasanya
itu dibarengkan dengan penilaian kinerja akademik dari Prodi.
IR.2.3.a.1
Penilai dosen adalah ketua jurusan atau KaProdi, sek Prodi/ bagian sebagai
atasan langsung dan teman sejawat.
Penilaian Keislaman dan kemuhamamadiyahan, adalah questionere tentang
jati diri pegawai UMP. Penilainya adalah diri sendiri kemudian hasilnya
diserahkan ke LPPI (Lembaga Pengembangan Pengamalan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan) untuk diverifikasi. Ini yang sudah berjalan. Untuk
besok akan diwawancarai oleh PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah)
dan BPH UMP. Karena kemarin ada komplain. Nilainya tinggi sekali tapi
tidak sesuai kenyataan.
Untuk penilaian yang dilakukan mahasiswa, dalam hal ini kan mahasiswa
menilai dosen yang pernah mengajar mereka. Biasanya mahasiswa kita
ambil maksimal 40 mahasiswa. Kalau kurang ya diambil semua. Itu
teknisnya disebarkan oleh Kaprodi yang dilimpahkan ke pengawas ujian. Ini
biasanya dilakukan pada akhir perkuliahan dan ujian.
Untuk kehadiran dosen, dihitung melalui daftar hadir lewat jurnal
perkuliahan. Itu ada staf dari LJM yang langsung datang dan itu bareng
dangan audit mutu kinerja akademik setiap semester.
Adapun untuk ketepatan penyerahan nilai, diperoleh dari bagian akademik
di fakultas, maksimal 2 minggu setelah ujian. Maksudnya ujiannya kan 2
minggu, jadi 1 minggu setelah ujian nilai harus masuk, jika lewat, tidak
dapat reward.
Data tentang penelitian dan pengabdian diperoleh dari LPPM. Itu yang
sudah berjalan. Nantinya akan ambil ke dosen langsung. Karena tidak setiap
penelitian yang dilakukan dosen itu dilaporkan ke LPPM terutama
penelitian yang dibiayai dari luar. Karena memang tidak ada kewajiban
lapor. Untuk penilaian publikasi adalah jumlah penelitian dan pengabdian
masyarakat yang hasilnya dipublikasikan. Itu langsung minta ke dosen,
dosen ngisi blangko sambil menyerahkan foto copi covernya.
Kemudian penilaian umum dilakukan oleh sejawat, dan penilaian keislaman
oleh diri sendiri. Nanti hasilnya dikumpulkan di akhir semester setelah
ujian.
Jadi pelaksanaan penilaian umum dan keislaman dilakukan serentak di
ruangan yang sudah ditentukan secara bergelombang karena banyaknya
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
156
dosen. dalam hal ini LJM merekomendasikan ke dosen lewat pimpinan, jadi
tidak langsung ke dosen. Ini yang akan digunakan oleh PR1 dan 2 untuk
pembinaan.
IR.3.3.a.1
Kalau sementara ini yang menjadi penilai untuk kinerja dosen dari LJM
sedangkan untuk kinerja karyawan, adalah atasan langsung;
IR.6.3.a.1
Penilaian kinerja dosen itu sudah dilakukan 2 periode pada saat UAS. Jadi
mahasiswa diberi angket. Misalnya, saat ujian mata kuliah saya, maka
mahasiswa sekalian dibagikan angket dengan soal mata kuliah saya.
Pengerjaanya dengan menambah waktu ujian. Ini sudah dua kali dilakukan.
Selain mahasiswa, dosen juga dites oleh dosen senior yang
direkomendasikan oleh universitas. Kalau dari atasan mungkin dekan atau
ketua lembaga. Kalau yang wawancara dari LPPI tentang keislaman dan
kemuhammadiyahan saya belum, itu baru untuk karyawan.
Berdasarkan paparan data tersebut bisa diketahui kalau pelaksanaan
penilaian kinerja dosen UMP dilakukan oleh unit khusus yang mengurusi
persoalan tersebut. Unit khusus yang dimaksud adalah LJM UMP. Dalam
prakteknya kemudian LJM UMP melibatkan beberapa pihak yang dijadikan
sebagai pihak penilai kinerja dosen. Penilai yang dimaksud adalah penilai dari
unsur atasan dosen seperti Kaprodi, Sek Prodi/Bagian, Dekan dan sejawat.
Kemudian untuk Keislaman penilainya adalah diri sendiri yang diverifikasi oleh
LPPI. Sedangkan untuk mahasiswa menilai di proses belajar mengajar, staf LJM
membantu mengambil data tentang kedisiplinan mengajar dan berdasarkan jurnal
perkuliahan serta ketepatan penyerahan nilai dari bagian akademik. Sedangkan
untuk penelitian dan pengabdian masyarakat langsung diambil oleh LJM lewat
LPPM.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
157
b). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Praktik penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap sebagaimana di tempat lain
juga melibatkan beberapa penilai. Adapun yang menjadi pihak penilai dalam
praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap adalah atasan dosen seperti
KaProdi, Dekan dan Purek II dan I, mahasiswa, dosen sendiri dan masyarakat,
baik yang terjadi dalam konteks kampus (seperti instrumen Evaluasi Dosen,
Lembar Penilaian dan absensi) maupun di luar kampus sebagaimana perolehan
data dari IR.9,10,11,12,14,dan SD.5,6,11,12.2.b.1, 2.b.3 berikut:
IR.9.3.a.1, 3.b.1
Kalau penilaian kinerja dosen memang sudah melaksanakan, baik secara
langsung maupun tidak. kriteria pertaman dilihat dari kompetensinya. Dosen
itu sesuai atau tidak. Yang kedua penguasaan kelas. Jadi kita memantau para
dosen di kelas apakah bisa menyajikan dengan baik atau tidak. Ketiga
adalah keaktifan. Dalam hal ini program 14 kali pertemuan kita lihat dari
itu bagaimana dosen bisa memenuhi hal tersebut. Yang keempat adalah
kedisiplinan waktu dan ini dilakukan oleh Kaprodi. Tapi biasanya saya yang
pro aktif, tanya ke mahasiswa. Dan dosen, supaya balance.
IR.10.3.b.1, 3.b.3
Setelah tahun-tahun IAIIG ada Kaprodi, yang melaksanakan penilaian
kinerja dosen adalah Kaprodi, karena Kaprodi yang paling tahu...Dalam hal
ini, isntitut atau fakultas atau prodi-nya menanyakan kepada mahasiswa
bagaimana dosen ketika mengajar di kelas, baru kemudian institute. Dosen
IAIIG luar biasa melakukan pengabdian pada masyarakat. Jadi masyarakat
juga memberikan catatan yang langsung maupun tidak. Ternyata rata-rata
catatannya bagus. Namun ada juga beberapa dosen yang perlu pembinaan
lebih lanjut agar punya pengabdian lebih bagus ke masyarakat.
Pernyataan IR.9 dan IR.10 diperkuat lagi oleh IR.11, 12, 14 serta beberapa
hasil studi dokumen. IR.11 menyatakan “Jadi yang menilai dosen adalah atasan
langsung, baru yang memberikan tanda tangan atau memberikan kepastian adalah
Rektor”. Demikian halnya dengan IR.12 “ Forum musyawarah di fakultas dan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
158
institut. Dari fakultas dibawa ke institut. Usulan dipakai atau tidak ditingkat Biro
Akademik dibawa ke rapat institut. Justru yang memiliki kewenangan adalah PR.1
tapi tetap di forum musyawarah” maupun IR.14: “Ia penilaian langsung di
forum perkuliahan”. Kemudian dokumen atas instrumen Evaluasi Dosen (SD.5)
menunjukkan bahwa penilaian terhadap empat kompetensi dosen dilakukan oleh
mahasiswa, sejawat, atasan langsung dan diri sendiri. Sedangkan untuk instrumen
Penilaian Dosen (SD.6) yang hanya diperuntukkan penilaiannya pada saat akan
akreditasi program studi menempatkan mahasiswa sebagai penilainya, khususnya
penilaian mahasiswa atas kinerja dosen sebelum, selama proses dan evaluasi
pembelajaran. Dokumen institut berupa absen mengajar dosen (SD.11) dan
dokumen program studi tentang jurnal perkuliahan (SD.12) merupakan instrumen
yang menilai kinerja dosen dalam hal keaktifan dan atau kedisiplinan dosen dalam
memenuhi standar minimal perkuliahan yang diatur langsung oleh staf
kepegawaian dan akademik..
Dari data tersebut diketahui ada beberapa pihak yang menjadi penilai dalam
praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap yaitu atasan dosen, sejawat, diri
sendiri, mahasiswa serta staf kepegawaian dan akademik.
c). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Salah satu unsur penting dalam praktek penilaian kinerja dosen adalah
komponen penilai kinerja itu sendiri. Demikian juga halnya dengan praktek
penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen. Perolehan data menunjukkan
bahwa yang menjadi pihak penilai dalam praktek penilaian kinerja dosen di
STAINU Kebumen bukan unit khusus yang ditunjuk langsung oleh pimpinan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
159
sekolah tinggi, melainkan beberapa pihak yang terlibat secara langsung. Beberapa
pihak yang dimaksud adalah mahasiswa, staf, Kaprodi dan pimpinan sebagai
pembuat keputusan seperti Puket II, Puket III (yang lewat mahasiswa), dan Ketua
untuk penilai internal. Sedangkan penilai eksternal adalah NU. Berikut adalah
perolehan data mentah dari beberapa sumber.
IR.19.3.a.1, 3.b.1
Penilai adalah mahasiswa dengan cara kita menyebar angket kepada
mahasiswa. Disampaing mahasiswa penilaian juga dilakukan oleh
Kaprodi, dibantu 2 staf khusus akademik untuk melakukan monitorring.
Kemudian hasilnya dilaporkan oleh Kaprodi ke pimpinan, bahwa hasil
kinerja dosen ini seperti ini.
IR.20.3.a.1, 3.b.1
Kalau unit-unit khusus yang mengurusi penilaian tersebut belum
dibentuk. Jadi apa ya... namanya penilaian langsung. Dalam hal ini ya
Pembantu Bidang 2, ya saya... Ke Puket III, tapi kemudian Puket 3
kolektif dalam menghadapinya. Kolektif ada sedangkan untuk keputusan
dari Ketua, Ketua menyerap dari kita. Hasil penilaian disampaikan ke
Ketua dan Puket 2. tapi sekarang disampaikan juga dalam flasdish.
Adapun keputusan tentang kinerja itu Ketua, tapi kalau keputusan dosen
akan digunakan atau tidak, ya Yayasan. Tapi kadang kalau menurut kita
mestinya tidak digunakan, tapi ada yang tetap digunakan menurut
Yayasan, makanya lebih subyektif. Tapi prinsipnya Yayasan croscek ke
kita berkaitan dengan penilaian dosen –dosen kita, atau kita yang melapor
ke Yayasan.
IR.21.3.a.1, 3.b.1
Secara struktural evaluasi dosen dilakukan oleh masing-masing Kepala
Program Studi. Biasanya tiap satu semester sekali ada evaluasi dosen.
Sekaligus juga untuk pembagian tugas selalu terjadi evaluasi. Evaluasi itu
artinya, bagi mereka yang berprestasi dipercaya untuk tetap mengampu
mata kuliah. Tapi bagi yang tidak, kadang dikurangi atau tidak dikasih
jam. Untuk evaluasi yang umum, mahasiswa memberi evaluasi, terkait
kehadiran. Jadi mahasiswa memberi penilaian kepada dosen, kemudian
kita lanjutkan dan juga dengan melihat aspirasi yang muncul. Hasilnya
kita sampaikan ke struktural, ke pimpinan. Keputusan dikurangi atau
dilepas, itu di tangan pimpinan. Jadi Ketua utamanya yang memberi policy
tapi data-data dari bawah kemudian diakumulasi menjadi sebuah penilaian.
Jadi ada tahapannya. Kita misalnya, sudah melakukan pembinaan berkali-
kali di forum tidak ada perubahan, ya kita terapkan sangsi. Jadi kita
memang menjadikan mahasiswa customer. Mahasiswa sering mengeluh
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
160
kita sampaikan, kemudian diadakan pembinaan umum berkali-kali dan
tidak ada perubahan juga, ya kita lepas. Disamping itu juga ada evaluasi
dari luar melalui NU. Jadi biasanya NU melakukan penilaian secara
ideologisasi dosen. Jadi dosen si A ke-NU-annya seperti apa? Ini juga
penilaian resmi yang disalurkan lewat yayasan dan ini sifatnya insidental.
IR.22.3.a.1,3.b.1
Kebetulan untuk penilaian kinerja dosen,kami baru saja memproses
dengan lembar angket kepada mahasiswa. Dosen bisa terukur sampe angka
2 sampe 3 kali siklus. Umpamanya dosen A memberikan kuliah di
semester 1, 2 kelas, mahasiswa akan disuruh menilai. Begitu juga dengan
semester lainnya. Tapi untuk sementara baru dengan mahasiswa. Dengan
teman lain, Insya Allah dan untuk kehadiran kami sendiri dengan staf.
Dari paparan data tersebut bisa diketahui bahwa yang menjadi pihak penilai
dalam praktek penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen, bukanlah unit
khusus melainkan beberapa pihak yang terdiri dari unsur mahasiswa, staf,
Kaprodi dan pimpinan sebagai pembuat keputusan seperti Puket II, Puket III
(yang lewat mahasiswa), dan Ketua untuk penilai internal. Sedangkan penilai
eksternal adalah NU .
3). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen UMP
Aktivitas yang baik adalah aktivitas yang direncanakan dengan matang.
Dalam hal ini sebuah aktivitas penilaian kinerja dosen dikatakan matang jika
memiliki tujuan yang jelas yang sudah ditentukan bersama antara pihak-pihak
yang memiliki kepentingan. Semakin baik lagi jika tujuan tersebut mengacu
kepada tujuan organisasi PT-nya. UMP sendiri memiliki visi “Menjadi
Universitas Unggulan, Modern, dan Islami” serta misi berupa“ 1)
Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat
secara profesional serta menjalankan manajemen universitas sesuai dengan prinsip
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
161
Good University Governance, 2) Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni sesuai dengan tuntutan zaman dan 3) Mengaktualisasikan prinsip-prinsip
dan nilai-nilai Islam dalam penyelenggaraan Universitas (SD.1). Sedangkan salah
satu upaya untuk mewujudkan visi,misi dan tujuan universitas adalah melakukan
penilaian kinerja sumber daya manusianya, khususnya dosen. oleh karena itu
penilaian kinerja dosen juga harus memiliki tujuan yang jelas dan ada
dokumentasi formal. UMP dalam hal ini menetapkan tujuan secara spesifik atas
penilaian kinerja dosennya.
Tujuan penilaian kinerja dosen di UMP secara umum adalah untuk
mengetahui kinerja dosen baik itu yang berhubungan dengan kinerja dalam
melaksanakan Tri dharma PT, perilaku umum maupun Keislaman dan
Keorganisasian, untuk kemudian diharapakan akan terjadi perubahan/perbaikan
kinerja dosen di masa-masa yang akan datang sebagaimana perolehan data dari
IR.1 yang menyatakan “Tujuan penilaian kinerja dosen tentu sebagai sistem
kontrol aktivitas dosen”. yang diperkuat dengan pernyataan IR.2,IR.3 dan IR.6.
IR.2.4.a.1
Tujuan dari penilaian kinerja dosen adalah untuk mengadakan evaluasi
terhadap kinerja dosen, yaitu: 1.Penilaian Tri Dharma PT, 2.Penilaian
Umum kinerja serta3.penilaian aspek Keislaman
IR.3.4.a.1
Agar bisa melihat kinerja dosen, itu ada ”perubahan” apa tidak. Kita
gunakan standar-standar.
IR.6.4.a.1
ya mungkin untuk mengetahui kinerja mungkin. Dan tentunya untuk
perbaikan kinerja dosen.
Dari data tersebut, maka bisa diketahui kalau tujuan penilaian kinerja dosen
di UMP secara umum adalah untuk mengetahui kinerja dosen baik itu yang
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
162
berhubungan dengan kinerja dalam melaksanakan Tri dharma PT, perilaku umum
maupun Keislaman dan Keorganisasian, untuk kemudian diharapkan terjadi
perubahan/perbaikan kinerja dosen di masa-masa yang akan datang.
b). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Sebagaimana praktek penilaian kinerja dosen di PT lain yang memiliki
tujuan, maka praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap juga memiliki
tujuan, walaupun tujuannya belum secara resmi terumuskan dalam dokumen-
dokumen resmi. Untuk mendapatkan gambaran atas tujuan penilaian kinerja dosen
di IAIIG Cilacap, bisa disimak dari perolehan data berikut.
IR.9.4.a.1
Kalau tujuan secara umum di IAIIG adalah...saya tidak tahu. Ya itu tadi
saya tidak pro aktif bertanya. Kalau di Prodi KPI, saya ingin mahasiswa
mendapatkan haknya yang sesuai. Saya ingin di Institut Dakwah, prodi KPI
betul-betul kuliah dilakukan serius dengan standar nasional dengan
memiliki kualitas yang bagus.
IR.10.4.a.1
Memang betul sekali untuk tujuan penilaian kinerja dosen kita seperti
menginginkan IAIIG ke depan lebih punya daya saing , punya kualitas yang
lebih baik. Beberapa tujuan dari data penilaian kinerja, pertama,
meningkatkan kualitas IAIIG secara makro, kemudian yang secara mikro
untuk fakultas/prodi bisa berkembang., jadi dosen-dosen yang
mengembangkan di Prodi adalah orang-orang kualified, maka harapan kita
Prodi bisa berkembang lebih baik.
IR.11.4.a.1
Tujuan ke arah pembinaan prestasi, agar prestasi sesuai dengan apa yang
kita harapkan. ..di sini masih banyak yang menganggap bahwa dosen hanya
mengajar saja.
Dari data tersebut bisa diketahui kalau yang menjadi tujuan dari penilaian
kinerja dosen di IAIIG Cilacap adalah 1) perbaikan kualitas pembelajaran, 2)
berkembangnya prodi-prodi, dan 3) pembinaan prestasi.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
163
c). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari praktek penilaian kinerja dosen
di STAINU Kebumen. Tujuan penilaian kinerja dosen yang sudah dipraktekkan di
STAINU Kebumen, teridiri dari 1) untuk pembinaan/peningkatan/perbaikan
kualitas dosen utamanya dalam pembelajaran, 2) pembagian tugas sampai
kepada pemutusan hubungan kerja. Jika masih dirasakan layak mengajar otomatis
akan mendapat tugas mengajar (mendapat bagian tugas) tetapi jika dipandang
sudah tidak layak mengajar, maka secara otomatis terjadi pemutusan hubungan
kerja. Ini adalah tujuan penilaian yang berasal dari internal STAINU Kebumen.
Sedangkan untuk penilaian yang berasal dari luar dilakukan oleh NU dengan
tujuan untuk melakukan pengawalan terhadap idiologi NU para dosen STAINU
sebagai basik pengkaderan NU yang real. Berikut adalah perolehan data dari
IR.19,20,21 dan 22.
IR.19.4.a.1
Tujuan penilaian yang pertama untuk perbaikan kualifikasi proses, kedua
studi lanjut dan ketiga untuk penentuan surat terimakasih, yaitu bahwa
dosen diberhentikan, bahwa saat ini anda tidak mengajar, tapi sebenarnya
diberitahukan secara lisan dulu.
IR.20.4.a.1
Tujuannya, (1) untuk peningkatan kualitas dosen itu sendiri. Ke(2). Untuk
akreditasi. Sedangkan kalau untuk karir itu yang pertama adalah profesi,
artinya dosen-dosen memiliki profesi tertentu yang memungkinkan untuk
menduduki jabatan tertentu. Misal kaprodi PAI, karena profesinya sesuai
maka ia menjadi Kajur PAI, tapi pertimbangan itu harus diikuti lama kerja,
kemudian keaktifan kerja, jadi kalau lama kerja tapi tidak aktif ya nda.
Demikian juga tentang tunjangan. Jadi kalau tunjangan bersifat kolektif.
Jadi kalau ada aturan bahwa setiap 3 tahun dosen harus mendapat kenaikan
gaji.
IR.21.4.a.1
Tujuannya lebih kepada untuk pembinaan sebetulnya, pembinaan internal
langsung ke dosen menjelang pembagian tugas, kita sampaikan evaluasi-
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
164
evaluasi dari mahasiswa dan Kaprodi. Misal sorotan dari mahasiswa
kurang aktif kita harapkan ada perbaikan, sehingga ada perbaikan secara
langsung. Kalau yang masih sifatnya umum, jadi kita tidak mengundang,
tapi yang kasus tertentu kita panggil. Biasanya tiap satu semester sekali
ada evaluasi dosen. Sekaligus juga untuk pembagian tugas selalu terjadi
evaluasi. Adapun evaluasi dari luar melalui NU. Jadi biasanya NU
melakukan penilaian secara ideologisasi dosen. Jadi dosen si A ke-NU-
annya seperti apa? Ini juga penilaian resmi yang disalurkan lewat Yayasan
dan ini sifatnya insidental. Itu kepedulian NU kepada STAINU dalam
rangka untuk mengawal ideoligisasi. STAINU itu kan jadi basis
pengkaderan NU yang kongkrit. Jadi dari dosen juga didesain bagaimana
sejalan dengan NU. Tidak hanya sekedar pengawalan idiologisasi, tapi
untuk pengembangan STAINU juga. Terus kontribusi kita ke NU juga
sudah jelas.
IR.22.4.a.1
Tujuannya untuk feedback bagi perkuliahan. Juga agar mahasiswa merasa
enjoy setelah diberi kesempatan untuk berbicara
Dari data tersebut bisa diketahui tentang tujuan penilaian kinerja dosen
yang sudah dipraktekkan di STAINU Kebumen. Tujuan yang dimaksud seperti
untuk 1) pembinaan/peningkatan/perbaikan kualitas dosen utamanya dalam
pembelajaran, 2) pembagian tugas sampai kepada pemutusan hubungan kerja.
Jika masih dirasakan layak mengajar otomatis akan mendapat tugas mengajar
(mendapat bagian tugas) tetapi jika dipandang sudah tidak layak mengajar, maka
secara otomatis terjadi pemutusan hubungan kerja. Ini adalah tujuan penilaian
yang berasal dari internal STAINU Kebumen. Sedangkan untuk tujuan penilaian
kinerja yang berasal dari luar (NU) adalah untuk melakukan pengawalan terhadap
idiologi NU para dosen STAINU yangmerupakan basis pengkaderan NU yang
real.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
165
4). Metode Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Metode Penilaian Kinerja Dosen UMP
Agar bisa memperoleh informasi yang tepat dan akurat, maka dalam praktik
penilaian kinerja dosen membutuhkan metode khusus. Variasi metode penilaian
kinerja dosen sangat bergantung kepada jenis pekerjaan apa yang akan digunakan,
orientasi dan kebijakan lembaga yang menyelenggarakan praktek penilaian
kinerja itu sendiri. Berdasarkan perolehan data diketahui metode yang digunakan
oleh UMP dalam menjalankan aktivitas penilaian kinerja bagi dosennya adalah
sebagaimana deskripsi data berikut.
IR.1.5.a.1
Metode penilaian kinerja dosen adalah Angket. Untuk mahasiswa hanya
menilai dalam pengajarannya saja. Misal kedisiplinan dosen mengajar dan
biasanya itu dibarengkan dengan penilaian kinerja akademik dari Prodi.
IR.2.5.a.1
Metode penilaiannya Questionere. Pada questioner/ angket untuk
mahasiswa ada kolom masukan mahasiswa kepada dosen. kemudian
penilaian umum, dilakukan oleh sejawat, dan penilaian keislaman oleh
diri sendiri, nanti hasilnya dikumpulkan di akhir semester setelah ujian.
Sedangkan untuk penilaian periode kedua, sementara ini masih
menunggu program aplikasi on line. Yang pertama sudah dan dilakukan
secara manual.
Untuk menilai kehadiran dosen dihitung melalui daftar hadir lewat
jurnal perkuliahan. Adapun yang melakukan adalah staf dari LJM yang
langsung datang ke Prodi dan itu bareng dangan audit mutu kinerja
akademik setiap semester. Adapun data penelitian dan pengabdian dari
LPPM. Itu yang sudah berjalan. Nantinya data penelitian dan
pengabdian akan diambil langsung ke dosen. Karena tidak setiap
penelitian yang dilakukan dosen itu dilaporkan ke LPPM terutama
penelitian yang dibiayai dari luar, karena memang tidak ada kewajiban
lapor.
IR.6.5.a.1
Metodenya Angket terbuka dan itu suduah dilakukan 2 periode ketika UAS.
Jadi mahasiswa diberi angket. Misal saat ujian mata kuliah saya, sekalian
dibagikan angket dengan soal dan itu ada tambahan waktu itu.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
166
Dari lapangan diperoleh informasi kalau cara yang digunakan UMP untuk
melakukan penilaian kinerja dosennya adalah dengan metode questionere untuk
proses belajar mengajar yang diisi oleh mahasiswa, keislaman dan Keorganisasian
dengan angket yang diisi sendiri oleh dosen serta penilaian umum yang
menggunakan angket yang diisi oleh sejawat, absen/presensi untuk kehadiran
dosen yang dilakukan oleh staf akademik, dan laporan dokumen penelitian atau
pengabdian yang dilakukan oleh staf LPPM.
b). Metode Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Kedudukan metode dalam praktek penilaian kinerja dosen sangat penting.
Karena dengan metode inilah maka data tentang kinerja dosen bisa tergali. IAIIG
Cilacap sebagai PTI/AIS yang sudah mempraktekkan penilaian kinerja dosen,
juga tidak terlepas dari penggunaan beberapa metode. Hal ini bisa dilihat dalam
temuan penelitian sebagai berikut. Ada beberapa cara yang digunakan 1) cara
langsung dengan observasi ke kelas, dan 2) tidak langsung seperti angket dari
instrumen Evaluasi Dosen yang diambilkan dari instrumen sertifikasi dosen,
Penilaian Dosen sebagai instrumen yang diadaptasi dari PT lain, absen mengajar
dan jurnal, instrumen DP3 maupun PAK sebagaimana perolehan data dari IR.
9,10,11,12 dan SD.5,6,10,12,13.
IR.9.5a.1
Kalau penilaian kinerja dosen memang sudah melaksanakan, baik secara
langsung maupun tidak. Saya selaku Kaprodi, walaupun tanpa
sepengetahuan dosen saya lihat pada saat di kelas. Kalau yang tidak
langsung, tanya ke mahasiswa. Yang ketiga pada saat mau menjadwal, ada
interview. Walaupun dosen tidak sadar.Kalau selama ini lebih ke
sebagaimana jawaban saya yang pertama. Caranya langsung dan tidak
langsung. Kalau ke mahasiswa ada instrumennya, kalau yang langsung tidak
ada.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
167
IR.10.5.a.1
Pada prinsipnya penilaian dosen di lingkungan IAIIG barangkali sudah
setiap semester dilakukan. Hanya secara formal masih perlu dibenahi. Tapi
bukan berati penilaian secara formal belum dilakukan. Misal untuk
pemasangan dosen dalam semester yang akan datang, sudah dilakukan
penilaian dosen, untuk dosen mengajar di semester belakang. Dalam hal ini,
institut atau fakultas atau prodi-nya menanyakan kepada mahasiswa
bagaimana dosen ketika mengajar di kelas. Kemudian institut. Ini
digunakan untuk institute dalam menentukan dosen itu akan dipasang lagi
untuk semester berikutnya.Penelitian IAIIG sudah memberikan penilaian
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, kita bisa lihat berkas-
berkas untuk mengurus kepangkatan. Tapi juga yang secara tidak langsung,
dari institut memantau, mengupayakan dana suntikan untuk memberikan
motivasi dosen untuk melakukan penelitian. Sebab pada saat memberikan
pembinaan kita tidak secara langsung tunjuk nama. Tapi kita tetap kita
pantau. Tapi pembinaan berikutnya sudah mulai dispesifikkan. Sehingga
jika belum kelihatan perubahan, tapi sebelum tunjuk nama di pembinaan
berikutnya sudah ada perubahan. Tapi kita rencanakan ke depan jika sudah
tiga kali pembinaan tidak ada perubahan ya kita akan langsung. Jadi ada
tahapannya. Cara ini memang efektif. Jadi pembinaan secara umum,
kemudian agak sepesifik baru tunjuk nama. Karena pengalaman di beberapa
PT, dengan langsung tunjuk nama langsng tidak baik.
IR.11.5.a.1
DP3! Namun kita dalam proses, proses ke arah kepangkatan. Tapi insya
Allah kita akan menata. Dan saya kira tidak jauh dengan swasta yang lain.
Sebetulnya kalau itu dipraktekkan sangat-sangat baik. Artinya penilaian itu
tidak dilakukan ada saat menilai, tapi tiap awal tahun, tiap minggunya,
malah ada catatan-catatan tiap minggu. Hanya saja waktu. Ya.. kebanyakan
itu yang menilai pada saat akan dilakukan DP3. pada saat itu kita membuat
nilai dari nilai minimum yang diharapkan. Jangan sampai kurang dari 76.
kayaknya belum ada keberanian untuk menilai C, minimal B. Malah untuk
yang kesetiaan itu, amat baik.
SD.5.5.a.1
Instrumen Evaluasi Dosen yang disebar diisi oleh atasan, sejawat, diri dosen
yang bersangkutan serta mahasiswa
SD.6.5.a.1
Instrumen dan hasil pengisian instrumen Penilaian Dosen dilakukan oleh
mahasiswa menjelang akreditasi prodi.
SD.10.5.a.1
Absen mengajar dosen di institut dan jurnal beserta absen dosen mengajar di
Prodi.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
168
SD.12.5.a.1
Instrumen DP3 untuk menilai kinerja dosen dengan status DPK dan dosen
yang mengajukan kepangkatan
SD.13.5.a.1
Instrumen PAK yang digunakan untuk mengajukan kepangkatan.
Berdasarkan perolehan data tersebut, maka bisa diketahui kalau ada
beberapa cara yang digunakan 1) cara langsung dengan observasi ke kelas, dan 2)
cara tidak langsung seperti penggunaan angket dari instrumen Evaluasi Dosen
yang diambilkan dari instrumen sertifikasi dosen, Penilaian Dosen sebagai
instrumen yang diadaptasi dari PT lain, absen mengajar dan jurnal, instrumen DP3
maupun PAK.
c). Metode Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Aspek lain yang harus ada dalam pengukuran dan penilaian kinerja dosen
adalah berkaitan dengan metode atau cara melakukan pengukuran dan penilaian
itu sendiri. Berikut gambaran data tentang cara-cara yang dilakukan baik oleh
pihak internal STAINU Kebumen maupun pihak luar (NU) dalam melakukan
pengukuran dan penilaian kinerja dosen STAINU Kebumen.
STAINU Kebumen dalam melakukan pengukuran dan penilaian kinerja
dosen menggunakan dua cara, yaitu cara langsung dan tidak langsung. Cara
langsung dilakukan oleh prodi dengan bantuan monitoring staf khusus, sedangkan
secara tidak langsung dengan menyebar angket kepada mahasiswa. Untuk cara
langsung dan tidak langsung yang dilakukan Prodi lebih dalam kerangka penilaian
kinerja on the job. Sedangkan cara langsung untuk menilai idiologi dosen
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
169
dilakukan dalam kerangka off the job. Berikut adalah perolehan data dari
IR.19,21,22 dan SD.14.
IR.19.5.a.1
Caranya dengan kita nyebar angket ke mahasiswa dan dengan cara melihat
kinerja dan melihat hasil. Cara ini cukup efektif... monitoring staf khusus
IR.20.5.a.1
Untuk setiap saat yang secara langsung, dan yang formal setiap
semester.Ya, penilaian secara langsung. Penilaian kita efektif, karena
secara langsung bisa melihat mampu atau tidak.
IR.21.5.a.1
mahasiswa yang mengisi instrumen dari Kaprodi. Kemudian evaluasi dari
luar melalui NU. Jadi biasanya NU melakukan penilaian secara
ideologisasi dosen. Jadi dosen si A ke-NU-annya seperti apa? Ini juga
penilaian resmi yang disalurkan lewat yayasan dan ini sifatnya insidental.
Secara kelembagaan. Masuk untuk STAINU..Instrumennya, lebih fokus ke
kehadiran dan kesesuaian keilmuan. Artinya penguasaan keilmuan.
Misalnya si A telah layak. Dan ini memang penilaian secara insidental.
Tapi ini kita respon sekali. Biasanya tiap satu semester sekali kita adakan,
sengaja kita undang dari mahasiswa untukk memberikan penilaian melalui
akademik. Untuk evaluasi yang umum, mahasiswa yang juga memberi
evaluasi, terkait kehadiran. Jadi mahasiswa memberi penilaian kepada
dosen, kemudian kita lanjutkan dan juga dengan aspirasi yang muncul.
IR.22.5.a.1
Kebetulan untuk penilaian kinerja dosen,kami baru saja memproses
dengan lembar angket kepada mahasiswa. Dosen bisa terukur sampe angka
2 sampe 3 kali siklus. Umpamanya dosen A memberikan kuliah di
semester 1, 2 kelas, mahasiswa akan disuruh menilai. Begitu juga dengan
semester lainnya. Tapi untuk sementara baru dengan mahasiswa. Dengan
teman lain, Insya Allah
Dari dokumen SD.14.5.a.1 tentang instrumen Evaluasi Dosen yang
digunakan menjelang sertifikasi dosen dan akareditasi program studi, ada lembar
penilaian untuk mahasiswa, atasan dosen, diri sendiri dan sejawat.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
170
Kemudian perspektif cara pengukuran dan penilaian kinerja dosen juga bisa
dilihat berdasarkan formal tidaknya cara itu dilakukan. Dalam hal ini berarti cara
yang langsung sudah dilakukan STAINU Kebumen, bisa masuk kategori
pengukuran dan penilaian secara formal, mengingat hal itu sudah menjadi
ketetapan dan dilakukan secara rutin. Cara formal ini tampak dilakukan ketika
sedang monitoring setiap semester terhadap keaktifan dosen maupun insidental
untuk idiologisasi dosen. Demikian juga halnya dengan cara tidak langsung
dilakukan dengan menyebar angket setiap kali ada keperluan akreditasi maupun
sertifikasi dosen ke mahasiswa, sesungguhnya juga merupakan cara formal
sebagaiaman perolehan data dari IR.19 dan IR.21.5.a.1 tersebut di atas.
Dari gambaran tentang cara penilaian kinerja dosen yang sudah dilakukan
oleh STAINU Kebumen, sesungguhnya bisa kita kelompokkan menjadi dua cara.
Yang pertama, cara langsung dan tidak langsung, sedangkan yang kedua cara
formal dan tidak formal (yang tidak formal tidak ada). Dua cara pertama
(langsung dan tidak langsung) sendiri masuk ke dalam kategori cara yang formal
dilakukan.
5). Waktu Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Waktu Penilaian Kinerja Dosen UMP
Dalam hal penentuan waktu penilaian kinerja dosen, UMP memiliki
kebijakan sendiri. Dalam hal ini UMP menetapkan penilaian kinerja dosen sebagai
kebijakan baru yang resmi dilakukan setiap semester, dan sudah dilakukan dua
kali. Di mana untuk yang kedua kali merupakan hal baru dalam teknis
pelaksanaannya, karena ada perubahan teknis dari manual menjadi on line.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
171
Sambil menunggu penyelesaian program baru, maka untuk periode keduanya baru
melaksanakan penilaian kinerja dosen secara manual, khususnya yang dilakukan
oleh mahasiswa berupa penilaian kinerja dosen saat proses belajar mengajar.
Dari data tersebut jelas diketahui kalau waktu penilaian kinerja dosen UMP
adalah setiap semester dengan penilainya adalah mahasiswa serta yang dilakukan
oleh LJM, sebagaimana yang dinyatakan oleh IR.2 dan 6 berikut.
IR.2.6.a.1
Penilaian kinerja dilakukan tiap semester oleh unit LJM. Mestinya semester
ini 2 kali tapi sementara ini menunggu program aplikasi on line. Yang
pertama sudah dan dilakukan secara manual.
IR.6.6.a.1
ya pengukuran dalam rangka “Tes Kinerja Dosen”. Itu sudah dilakukan 2
periode ketika UAS.
Dari data tersebut bisa diketahui waktu pelaksanaan nilaian kinerja dosen
UMP, yaitu setiap semester.
b). Waktu Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Praktik penilaian kinerja dilakukan dengan ketentuan waktu-waktu yang
sudah ditetapkan di masing-masing lembaga. Penetapan itu ada yang ditetapkan
secara sistematis; artinya ditetapkan betul secara terencana di awal-awal tahun
penetapan program kerja unit khusus yang menangani fungsi ini . Ada juga yang
ditetapkan secara insidental berdasarkan keperluan yang sifatnya insidental juga.
Demikian juga dengan praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap.
Berdasarkan temuan data dapat diketahui bahwa waktu yang digunakan
untuk melakukan penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap adalah 1) setiap hari
dalam setiap semesternya khususnya untuk absen mengajar yang dikeluarkan oleh
institut, 2) setiap tahun untuk keperluan pengajuan sertifikasi dosen dan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
172
kepangkatan akademik dosen, dan 3) setiap kali akan dilakukannya akreditasi
Prodi (IR.9,10,11,12,SD 8, 9,12.5.a.1).
IR.9.6.a.1
Tiap semester selalu ada, di akhir, namanya juga evaluasi, penentuan waktu
di luar semester akhir. Di luar itu, ini sebenarnya penilaian terus menerus
tapi kesimpulannya di akhir semester. Dan kita terus lakukan guna
menentukan penjadwalan. Termasuk saya juga merevisi jadwal, diajukan ke
institut.
IR.10.6.a.1
Pada prinsipnya penilaian dosen di lingkungan IAIIG sudah setiap semester
dilakukan. Misal untuk pemasangan dosen dalam semester yang akan
datang, sudah dilakukan penilaian dosen untuk dosen mengajar di semester
belakang.
IR.11.6.a.1
Penilaian itu tidak dilakukan ada saat menilai, tapi tiap awal tahun, tiap
minggunya, malah ada catatan-catatan tiap minggu. Hanya saja waktu
pelaksanaannya kebanyakan pada saat akan dilakukan DP3. pada saat itu
kita membuat nilai dari nilai minimum yang diharapkan.
SD.8.6.a.1
Penggunaan Instrumen Evaluasi Dosen yang disebar dan diisi oleh atasan,
sejawat, diri dosen yang bersangkutan serta mahasiswa pada saat menjelang
sertifikasi dosen.
SD.9.6.a.1
Penggunaan Instrumen dan hasil pengisian instrumen Penilaian Dosen
dilakukan oleh mahasiswa dan dosen menjelang akreditasi prodi.
SD.12.6.a.1
Penggunaan Absen mengajar dosen di institut dan jurnal beserta absen
mengajar dosen di Prodi, dilakukan setiap hari setiap semester.
SD.13.6.a.1
Instrumen DP3 merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja
dosen dengan status DPK dan dosen yang sedang mengajukan kepangkatan
akademik yang dilakukan tiap tahun secara bergantian.
Dari paparan data di atas maka bisa diketahui kalau waktu-waktu yang
digunakan untuk melakukan penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap adalah: 1)
setiap hari dalam setiap semesternya khususnya untuk absen mengajar, 2) setiap
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
173
tahun untuk keperluan pengajuan sertifikasi dosen dan kepangkatan akademik
dosen, dan 3) setiap kali akan dilakukannya akreditasi Prodi.
c). Waktu Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Salah satu unsur yang masuk kategori dalam pelaksanaan penilaian kinerja
dosen adalah aspek waktu pelaksanaan. Sebagaimana praktek penilaian kinerja
dosen di tempat lain, praktek penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen juga
mengambil waktu khusus. Hal ini bisa kita lihat dalam perolehan data berikut.
Pelaksanaan penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen mengambil
waktu setiap semester untuk penilaian on the job performance, khususnya untuk
penilaian dharma pendidikan dan pengajaran yang menggunakan instrumen
Evaluasi Dosen dan Absensi Mengajar. Waktu penilaian jenis pertama ini baru
dilaksanakan dua tahun terakhir ini dengan menggunakan instrumen Evaluasi
Dosen dan setiap semester juga untuk instrumen Absensi Dosen mengajar sudah
dilakukan setiap semester. Sedangkan waktu penilaian dalam konteks off the job
yang dilakukan oleh NU dalam hal penilaian idioligi ke- NU-an dosen, biasa
dilakukan pada saat menyeleksi dosen baru dan atau saat mereka sudah bekerja di
STAINU Kebumen, sebagaimana perolehan data dari IR.19 dan 21 yang
diperkuat dengan SD.8,9.6.a.1).
IR.19.6.a.1
Penilaian kinerja dosen dilakukan tiap semester dengan menggunakan
instrumen Evaluasi Dosen dan ini sudah dilakukan 2 tahun yang lalu,
tepatnya tahun 2008/2009.
IR.20.6.a.1
Penilaian dilakukan setiap saat yang secara langsung, sedangkan yang
formal setiap semester. Kemudian penilaian ideologi, dilakukan pada saat
seleks dengan menanyakan langsung. Demikian juga kita melakukan
penilaian yang formal sekedar melayani yang PNS atau DPK dengan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
174
menggunakan DP3. Disamping itu kita juga menyediakan absen mengajar,
kita tugaskan seseorang yang memantau absen dosen ini aktif mengajar
atau tidak.
IR.21.6.a.1
Secara struktural evaluasi dosen dilakukan oleh masing-masing Kepala
Program Studi. Biasanya tiap satu semester sekali ada evaluasi dosen...
Evaluasi dari luar melalui NU. Jadi biasanya NU melakukan penilaian
secara ideologisasi dosen. Jadi dosen si A ke-NU-annya seperti apa? Ini
juga penilaian resmi yang disalurkan lewat yayasan dan ini sifatnya
insidental. Itu kepedulian NU kepada STAINU dalam rangka untuk
mengawal ideoligisasi. STAINU itu kan jadi basis pengkaderan NU yang
kongkrit. Jadi dari dosen juga ddesain bagaimana sejalan dengan NU.
Terus kontribusi kita ke NU juga sudah jelas
SD.17.6.a.1
Instrumen Evaluasi Dosen digunakan untuk menilai kinerja dosen pada
saat sertifikasi dosen dan akreditasi Prodi.
SD.18.6.a.1
Instrumen Absen Mengajar dosen digunakan untuk menilai keaktifan
dosen mengajar yang dilakukan setiap hari sepanjang semester
Dari deskripsi data atas waktu pelaksanaan penilaian kinerja dosen di
STAINU Kebumen dapat diketahui bahwa waktu penilaian kinerja dosen
STAINU Kebumen setiap semester untuk penilaian on the job performance dan
setiap kali seleksi dosen maupun setiap saat ketika dosen sudah bekerja untuk
penilaian off the job performance..
6). Tempat Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Tempat Penilaian Kinerja Dosen UMP
Pelaksanaan penilaian kinerja dosen tidak terlepas dari tempat atau lokasi
dilakukannya penilaian itu sendiri. Sebagaimana praktek penilaian kinerja dosen
pada umumnya, maka UMP juga memilih tempat penilaian kinerja dosennya juga
di dalam kampus UMP sendiri, bukan mengambil tempat di luar kampus. Hal ini
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
175
bisa dilihat berdasarkan perolehan data dari IR.1 dan 2 yang diperkuat oleh IR. 6
sebagai berikut.
IR.1.7.a.1
Untuk penilaian kinerja dosen dari universitas. Dalam hal ini yang
melaksanakan Lembaga Jaminan Mutu.
IR.2.7.a.1
Prosedur penilaian kinerja dosen dilakukan dengan cara LJM meminta
Rektor untuk mengundang dosen pada hari yang ditentukan untuk
dilakukannya pengukuran kinerja dosen. Jadi Rektor yang mengundang
bukan kita (LJM). Demikian juga untuk penilaian dari mahasiswa yang
dilakukan pada saat ujian. Jadi itu kan mahasiswa menilai dosen yang
pernah mengajar mereka. Biasanya mahasiswa kita ambil maksimal 40
mahasiswa. Kalau kurang ya diambil semua. Itu teknisnya disebarkan oleh
Kaprodi yang dilimpahkan ke pengawas ujian. Jadi biasanya dilakukan pada
akhir perkuliahan dan ujian.
IR.6.7.a.1
Jadi mahasiswa diberi angket. Misal saat ujian mata kuliah saya sekalian
dibagikan angket dengan soal itu.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui kalau tempat penilaian kinerja
dosen UMP adalah di kampus UMP sendiri.
b). Tempat Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Terkait dengan tempat dilakukannya kegiatan penilaian kinerja dosen, maka
IAIIG Cilacap menggunakan tempat dalam dua kategori, yaitu di dalam kampus
dan di luar kampus. Hal ini bisa disimak dalam perolehan data penelitian dari
beberapa responden dan dokumen berikut.
IR.9.7.a.1, 7.b.1
Seperti yang saya katakan tadi bahwa penilaian kinerja dosen memang
sudah dilaksanakan, baik secara langsung maupun tidak. Jadi kita
memantau para dosen di kelas apakah bisa menyajikan dengan baik atau
tidak.
IR.10.7.a.1, 7.b.1
Dalam hal ini, Institut atau Fakultas atau Prodi-nya menanyakan kepada
mahasiswa bagaimana dosen ketika mengajar di kelas baru kemudian
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
176
Institute. Kemudian karena dosen IAIIG luar biasa dalam melakukan
pengabdian pada masyarakatnya, maka masyarakat juga memberikan
catatan yang langsung maupun tidak langsung terhadap dosen. Ternyata
rata-rata catatannya bagus..
IR.11.7.a.1, 7.b.1
IAIIG ini kan baru menata. Menata administrasinya, baik bagian keuangan
termasuk adalah bagian kepegawaiannya. Untuk penilaian kita mengacu
kepada pegawai negeri. Ada formnya, seperti kejujuran, tanggungjawab...
DP3! Namun kita dalam proses, proses ke arah kepangkatan. Tapi insya
Allah kita akan menata. Dan saya kira tidak jauh dengan swasta yang lain.
Sebetulkan kalau itu dipraktekkan sangat-sangat baik. Artinya penilaian itu
tidak dilakukan ada saat menilai, tapi tiap awal tahun, tiap minggunya,
malah ada catatan-catatan tiap minggu. Hanya saja waktu pelaksanaannya
kebanyakan itu yang menilai pada saat akan dilakukan DP3.
SD.8.6.a.1, 6..b.1
Instrumen Evaluasi Dosen untuk sertifikasi dosen disebarkan di kampus.
SD.9.6.a.1, 6.b.1
Instrumen Penilaian Dosen yang digunakan menjelang akreditasi dilakukan
di kampus
Berdasarkan perolehan data tersebut dapat diketahui bahwa tempat
dilakukannya penilaian kinerja dosen IAIIG Cilacap adalah di kampus sendiri dan
di masyarakat. Penilaian kinerja dosen di kampus dilakukan untuk penilaian on
the job performance dan di luar kampus, tepatnya di masyarakat untuk off the job
performance namun masih ada hubungannya dengan tugas utama dosen
khususnya tugas pengabdian pada masyarakat.
c). Tempat Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Sebagaimana lazimnya aktivitas itu dilakukan, maka aktivitas penilaian
kinerja dosen di STAINU Kebumen juga memiliki tempat penyelenggaraannya.
Lokasi penilaian kinerja bisa di tempat kerja atau di luar tempat kerja. Adapun
gambaran akan lokasi praktek penilaian kinerja di STAINU Kebumen bisa
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
177
disimak dalam perolehan data dari beberapa nara sumber yaitu IR.20, 21 dan
diperkuat dengan studi dokumen SD.9.
IR.20.7.a.1, 7.b.1
Penilaian dilakukan setiap saat yang secara langsung, sedangkan yang
formal setiap semester. Kemudian penilaian ideologi, dilakukan pada saat
seleksi dengan menanyakan langsung. Demikian juga kita melakukan
penilaian yang formal sekedar melayani yang PNS atau DPK dengan
menggunakan DP3. Disamping itu kita juga menyediakan absen mengajar,
kita tugaskan seseorang yang memantau absen dosen ini aktif mengajar
atau tidak.
IR.21.7.a.1, 7.b.1
Secara structural evaluasi dosen dilakukan oleh masing-masing Kepala
Program Studi. Biasanya tiap satu semester sekali ada evaluasi dosen...
Evaluasi dari luar melalui NU. Jadi biasanya NU melakukan penilaian
secara ideologisasi dosen. Jadi dosen si A ke-NU-annya seperti apa? Ini
juga penilaian resmi yang disalurkan lewat yayasan dan ini sifatnya
insidental. Itu kepedulian NU kepada STAINU dalam rangka untuk
mengawal ideoligisasi. STAINU itu kan jadi basis pengkaderan NU yang
kongkrit. Jadi dari dosen juga desain bagaimana sejalan dengan NU. Terus
kontribusi kita ke NU juga sudah jelas.
SD.17.7.a.1, 7.b.1
Penggunaan Instrumen Evaluasi Dosen untuk sertifikasi dosen dan
akreditasi Prodi dilakukan di dalam kampus.
Dari data tersebut terlihat bahwa tempat penilaian kinerja dosen yang sudah
dilakukan untuk dosen-dosen di STAINU Kebumen adalah di kampus dan di luar
kampus STAINU Kebumen. Penilaian kinerja yang dilakukan di internal STAINU
Kebumen menyangkut penilaian kinerja yang berhubungan langsung dengan tugas
dosen, utamanya dalam melaksanakan dharma pendidikan dan pengajaran,
maupun kinerja dosen dari aspek amaliyah dan sikap dosen yang berbasis NU.
Sedangkan penilaian ke-NU-an sebagai idiologi dosen UMP juga dilakukan di
luar STAINU Kebumen, dalam hal ini dilakukan oleh NU melalui yayasan yang
bertempat di luar kampus STAINU Kebumen.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
178
Berdasar atas temuan data penelitian tersebut, maka tempat penilaian kinerja
dosen yang sudah dilakukan di STAINU Kebumen, juga bisa dibedakan menjadi
dua, yaitu 1) penilaian di dalam pekerjaan (on the job performance), dan 2)
penilaian yang dilakukan di luar pekerjaan (off the job performance).
c. Hasil Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Kinerja Dosen UMP
Untuk mengetahui dosen telah melaksanakan tugasnya atau tidak bisa
diketahui melalui kinerja yang sudah dilakukannya. Secara umum kinerja dosen
bisa dilihat melalui indikator kinerja berupa pelaksanaan tugas pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Dalam kasus tertentu
ada beberapa perguruan tinggi yang menambahkan indikator tertentu,
sebagaimana yang ada di UMP. UMP menambahkan unsur Keislaman dan
Keorganisasian (Kemuhammadiyahan) sebagai salah satu indikator kinerja
dosennya.
Berikut adalah perolehan data tentang gambaran kinerja real dosen-dosen
UMP Purwokerto yang diperoleh dari beberapa subyek penelitian melalui
wawancara, dokumentasi dan observasi.
IR.1.8.a.1
Rata-rata kinerja dosen biasa-biasa saja... Ya mungkin karena tidak ditekan.
Untuk kinerja penelitian ya itu yang belum, sedangkan untuk kinerja di
pengabdian, tinggi. Itu untungnya dosen agama. Pengajian-pengajian kan itu
pengabdian, kalau dosen umum kan nda bisa itu. Di samping itu ada
penyuluhan dan pelatihan.
IR.2.8.a.1
Indeks kinerja dosen masih dibawah 4, antara 2 sampai 4.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
179
IR.6.8.a.1
Dosen di sini kan datang kalau ada jam mengjar. Kalau yang pejabat loh itu
setiap hari. Kemarin penilaian saya juga terlambat. Kan harusnya 1 minggu
setelah diteskan.
SD.7.8.a.3
37 judul penelitian dan 35 pengabdian masyarakat di tahun 2008/2009
50 judul penelitian dan 27 pengabdian masyarakat di tahun 2009/2010
O.4.8.a.3
Dosen datang mengajar ke kelas sudah menunjukkan jam 15.30 terlambat
setengah jam dan seharusnya keluar jam 18.00 tapi keluar jam 17.00
O.4.8.b.1
Dosen mengajar dengan menggunakan media LCD, laptop, qur’an digital,
strategi aktif, partisipasi mahasiswa ditumbuhkan.
Berdasarkan temuan tersebut, maka rata-rata kinerja dosen UMP biasa-biasa
saja untuk kinerja di dharma pendidikannya (IR.1.2.6.8.a.1) tetapi sudah
menunjukkan adanya kreativitas dosen untuk menvariasi metode dan media
demikian juga dengan upaya melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran
(O.4.8.b.1), dan kurang di dharma penelitiannya (SD.7.8.a.3), serta lumayan
untuk dharma pengabdiannya (IR.8.a.1). Sedangkan secara umum (akumulasi dari
Tri Dharma PT, penilaian umum dan Keislaman dan Keorganisasian) kinerja
dosen UMP adalah di bawah 4 (baik) yaitu rata-rata dosen kinerjanya antara 2
(kurang) sampai dengan 4(baik). Hal ini secara parsial sebagai contohnya bisa
diketahui ada beberapa dosen yang datang mengajar agak telat sekitar 15 menit
baru datang dan masuk kelas, sementara kelas yang lain sudah dimulai, dan ada
beberapa dosen yang mengalami keterlambatan dalam hal penyerahan nilai.
Realitas atas kinerja dosen UMP yang demikian ini bisa terjadi antara lain
karena pertama, kurang tersosialisasinya rencana penilaian kinerja dosen
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
180
utamanya aspek-aspek yang tidak secara langsung ada di dalam instrumen/angket
sebagaimana pernyataan berikut
IR.6.8.a.1
Kemarin penilaian saya juga terlambat. Kan harusnya 1 minggu setelah
diteskan, itu saya sampai setengah bulan sampai saya dimarahi kaprodi. Itu
karena saya kurang tahu. Karena kurang komunikasi karena seharusnya 1
minggu setelah diujikan. Saya nda tahu kalau ada peraturan seperti itu...
Yang kedua adalah tidak mungkinnya standar penilaian tersebut dipenuhi,
seperti dalam hal ketepatan penyerahan nilai, karena beratnya beban yang harus
dilaksanakan. Dalam kasus ini adalah dosen-dosen matematika dan bahasa
Indonesia, di mana beban sks mereka lebih banyak dibandingkan dengan dosen
lain, sementara mereka juga terlibat dalam kesibukan sebagai pengawas ujian
hingga pelaksanaan ujian selesai, sehingga praktis mereka tidak memiliki cukup
waktu untuk mengoreksi dan menyerahkan nilai tepat waktu, seperti pernyataan
berikut.
IR.3.8.a.1
Misal dalam penyerahan nilai seperti tadi di awal. Kemarin kalau mengajar
kan banyak seperti matematika dan bahasa Indonesia, kapan mengoreksinya
sementara mereka juga jadi pengawas. Kita usul penyerahan nilai 1 minggu
setelah semua selesai (diteskan). Bukan 1 minggu mata kuliah itu diteskan .
b). Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Melihat kinerja dosen bisa dilihat dari indikator kinerja yang ditampakkan.
Sedangkan indikator kinerja dosen bisa dilihat dari tugas atau tanggungjawab
dosen. Dosen bertugas untuk melaksanakan Tri dharma PT berupa pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Oleh karena itu, untuk
mengetahui kinerja dosen IAIIG Cilacap bisa dilihat dari pelaksanaan Tri dharma
PT oleh dosen IAIIG Cilacap.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
181
IR.11.8.a.1
Sekarang kita sedang dalam perbaikan. Kalau dari tatap muka sudah
memenuhi standar tatap muka bahkan ada yang melebihi. Kalau penelitian
memang masih kurang, dan kita motivasi lewat bantuan dari institut.
IR.12.8.a.1
Mungkin karena belum rapihnya sistem, mulai dari kepegawaian termasuk
dari dosen, maka banyak hal yang tidak tergali pada dosen. Artinya banyak
dosen yang hanya terpaku pada mengajar, hanya beberapa dosen yang
memanfaatkan penelitian-penelitian, dan itu masih barang langka di IAIIG.
Kalau di rata-rata lebih kepada tugas pembelajaran bukan pada penelitian
dan pengabdian melalui kerjasama-kerjasama. Beberapa kali dari fakultas
melakukan inisiasi untuk melakukan diskusi dosen. Tapi beberapa kali
dilakukan beberapa kali tidak, jadi tidak kontinyu jalannya.
IR.15.8.a.1
Kinerjanya kurang, kadang-kadang kalau masuk telat, keluar tepat waktu
jadi korupsi. Dalam hal kerjasama dosen secara teorinya mengatur ada
waktu untuk konsultasi. Tapi kenyataannya tidak bahkan agak terbengkelai,
terutama kalau kebetulan dosen dari luar institut. Kalau kemandirian itu
kurang.
IR.14.8.a.1
Untuk jadwal mengajar baik. Tapi kenyataannya, walaupun ada
kesepakatan masuk jam 08.30 dosen jam 10. paling hanya 2 yang disiplin.
Ini hampir tiap semester. Kalau dalam hal kerjasama terutama dalam hal ini
pembagian jam mengajar. Awalnya janji-janjinya bagus, tapi kenyataannya
yang direncanakan belum tercapai. Misal sepakat 12 pertemuan, tapi banyak
dosen yang tidak sampai 12 pertemuan. Belum dilihat dari kualitas mengajar
dosen. Kenyataannya masih ada dosen yang mencatat, tapi ada juga yang
menguasai kelas. Kira-kira 25% yang menguasai kelas, 75% tidak
menguasai kelas.
IR.16.8.a.1
Dalam hal kerjasama, dosen melakukannya paling kalau di kelas, misal, jika
ada yang belum mengetahui atau belum paham, silahkan tanya...paling
seperti itu. Dan itu kurang masksimal karena waktu kan terbatas.
O.5.8.a.2
Dosen datang ke kelas, telat hampir 40 menit dari waktu yang sesungguhnya
O.6.8.a.2
Dosen mangajar dengan menggunakan metode ceramah saja dan mahasiswa
hanya diam mendengarkan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
182
O.7.8.a.2
Dosen mengajar dengan menggunakan strategi baru, anak dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya untuk ditanggapi dengan audiens
O.8.8.a.2
Dosen mengajar menggunakan media LCD, yang digunakan sendiri oleh
dosen dan atau digunakan oleh mahasiswa yang sudah ditugaskan
menyampaikan pokok bahasan dengan menggunakan power point.
Dari paparan tersebut juga menunjukkan kalau kinerja dosen IAIIG belum
seperti yang diharapkan. Seperti kinerja dosen dalam melaksanakan Pendidikan
dan pengajaran, menunjukkan kinerja yang kurang. Dalam hal sekedar memenuhi
unsur jumlah minimal pertemuan saja sebagian besar (sekitar 50%) tidak
memenuhi, walaupun ada kasus dosen yang justru melebihi dari standar yang
ditetapkan. Dalam hal kerjasama dosen dengan dosen atau dosen dengan
mahasiswa cukup bagus. Kemudian untuk kemandirian dosen secara umum
bagus, namun dalam konteks pendidikan kurang. Demikian juga kreativitas
ataupun inovasi dalam rangka memperbaiki kualitas perkuliahan masih kurang,
tepatnya rata-rata kurang karena baru beberapa orang dosen yang sudah
melakukan itu seperti kreativ untuk menvariasi penggunaan metode/strategi
pembelajaran maupun penggunaan media.
Kemudian kinerja dosen IAIIG Cilacap pada dharma Penelitian,
menunjukkan kinerja yang masih sangat kurang, walaupun saat ini sudah ada
upaya dari institut untuk mendongkrak kinerja penelitian ini dengan menggulirkan
kebijakan berupa pemberian dana penelitian dari dalam, walaupun jumlahnya
masih terbatas. Sedangkan untuk kinerja dosen dalam melaksanakan dharma c)
Pengabdian pada Masyarakat, juga belum baik dan merata. Maksudnya tidak
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
183
setiap dosen melakukannya, seperti bagi dosen yang kebetulan menjadi
mubaligh/at, kinerja mereka sangat bagus, tapi karena tidak semua dosen IAIIG
Cilacap menjadi mubaligh/ghat maka aspek ini juga belum merata, demikian juga
dalam hal pengabdian kepada masyarakat di bidang pendidikan juga masih
terbatas jumlah dosen.
Realitas atas kinerja dosen IAIIG Cilacap yang demikian karena beberapa
faktor yang antara lain adalah
IR.12.8.a.1
Mungkin karena belum rapihnya sistem, mulai dari kepegawaian termasuk
dari dosen, maka banyak hal yang tidak tergali pada dosen.
SD.12.8.a.3
Instrumen DP3, baru digunakan untuk dosen mengukur kinerja DPK dan
dosen yang melakukan pengurusan PAK
SD.5.8.a.3
Instrumen Evaluasi Dosen, digunakan untuk mengukur kinerja dosen pada
saat pengajuan sertifikasi dosen.
SD.6.8.a.3
Instrumen Penilaian Dosen. Yang diadaptasikan dari PTU ternama di
Indonesia. Baru digunakan tahun ini untuk keperluan akreditasi Prodi.
IR.18.8.a.1
Saya nda tahu kalau saya dinilai. Yang saya tahu pokoknya kalau saya
datang mengajar ya saya mendapat honor dan tranport, kalau nda ya nda.
IR.10.8.a.1
Kita selama ini tidak terlalu vulgar ke dosen, karena untuk penilaian masih
perlu diperbaiki, karena itu masih menjadi hal yang sensitif. Tapi kita beri
masukan dari masyarakat ke dosen tidak secara langsung tunjuk nama. Tapi
kita minta untuk meningkatkan dalam pembinaan atau diskusi dosen
O.9.8.b.1
Rapat persiapan UTS, ada himbauan agar dosen memenuhi standar minimal
tatap muka sebelum UTS, ada pembicaraan tentang idealnya ketepatan
penyerahan nilai ujian.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
184
Dari paparan data tersebut bisa diketahui adanya faktor-faktor yang
menyebabkan kinerja real dosen masih kurang walaupun sudah dilakukan
penilaian kinerja. Faktor-faktor yang dimaksud adalah 1) belum tertatanya sistem,
utamanya yang menyangkut kebijakan formal institut terkait dengan persoalan
SDM seperti penilaian kinerja dosen, 2) banyaknya penggunaan instrumen
penilaian kinerja dosen, yang hanya digunakan kalau ada keperluan-keperluan
tertentu saja bukan semata-mata digunakan untuk menilai seberapa baik atau
buruknya kinerja dosen IAIIG Cilacap sesungguhnya. Instrumen yang dimaksud
adalah instrumen-instrumen yang digunakan hanya kalau akan ada sertifikasi
dosen, kepangkatan dosen ataupun akreditasi prodi. Kemudian faktor ke 3) belum
ada sosialisasi yang efektif terbukti dengan masih adanya dosen yang tidak tahu
kalau kinerja dirinya dinilai, 4) adanya pembinaan yang masih umum terhadap
kinerja dosen sehingga tidak tepat sasaran.
c). Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Kinerja dosen yang akan dinilai sangat berkaitan erat dengan pelaksanaaan
Tri dharma PT sebagai tugas utama dosen. Berikut adalah gambaran real atas
kinerja dosen STAINU Kebumen dalam melaksanakan unsur pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian pada masyarakat.
IR.20.8.a.1
Keaktifan mengajar dosen mencapai 90%an. Untuk penelitian sudah
digiatkan dan mengirimkan penelitian kompetitif walaupun belum berhasil
semua. Yang penting bahwa dosen membuat proposal penelitian.
IR. 23, dan 24. 8.a.1
Ya dosennya baik-baik, Bu. Kalau ngajar ya ada yang pakai LCD ada yang
ceramah, tergantung dosennya. Kalau komplain sih nda ada.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
185
O10, 11 dan12. 8.a.3.
Pertama datang, mahasiswa banyak berkerumun tapi staf dan dosen baru
datang dua. Hari kedua dan ketiga juga demikian. Berdasarkan informasi
dari mahasiswa dan staf, ternyata kampus baru saja selesai melaksanakan
ujian, sehingga jarang dosen yang datang, atau datang tidak tentu
waktunya.
Berdasarkan perolehan data tersebut, maka dapat diketahui kalau kinerja
dosen yang relatif terukur dan sudah berjalan relatif baik adalah kinerja dosen
dalam melaksanakan dharma pendidikan dan pengajaran. Untuk dharma yang lain
belum menunjukkan kinerja yang optimal.
2). Pemanfaatan Hasil Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Pemanfaatan Hasil Penilaian Kinerja Dosen UMP
Idealnya setiap kegiatan penilaian kinerja dosen hasilnya dimanfaatkan
untuk melakukan hal-hal yang berorientasi kepada perbaikan lebih lanjut, baik itu
yang berhubungan dengan kepentingan manajemen PT-nya maupun individu
dosen itu sendiri. Pemanfaatan atas hasil penilaian kinerja dosen di UMP
digunakan oleh manajemen universitas untuk menentukan reward dan
punishment, melakukan himbauan/pembinaan secara umum, dan tentu saja adalah
untuk dokumentasi. Dalam hal ini yang mendokumentasikan adalah pihak LJM
UMP yang memang bertanggungjawab untuk mengurusi penilaian kinerja dosen.
Sedangkan pemanfaatan untuk feed back langsung kepada dosen yang
bersangkutan secara individual belum dilakukan (IR.1,2 dan 6.)
IR.1.9.a.1
Mestinya hasil penilaian dikomunikasikan ke dosen. Tapi karena hasilnya
tidak diserahkan ke fakultas ya jadi tidak dikomunikasikan atau
belum..hehe... Kita gunakan untuk sistem kepangkatan, kedua juga untuk
reward, kaya misalnya reward haji untuk dosen yaang kinerjanya baik.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
186
IR.2.9.a.1
Hasil penilaian digunakan oleh Rektor untuk menentuka reward dan
punishment. Jadi hasil sudah dipergunakan sebagai pertimbangan untuk
menentukan seleksi haji. Jatahnya per tahun 2 dosen 2 karyawan. Tapi di
luar ini ya ada pertimbangan lain... LJM merekomendasikan ke dosen lewat
pimpinan, jadi tidak langsung ke dosen. Ini yang akan digunakan oleh PR1
dan 2 untuk pembinaan.
IR.3.9.a.1
Hasilnya digunakan untuk penghimbauan lisan ke dosen. Kalau dulu ada
morning tea. Itu dulu jalurnya pakai morning tea. Tahun 1986 waktu masih
IKIP. Itu berkaitan dengan style. Itu yang jadi MA di jakarta tahun 2007-
2011. hasil tadi untuk melighat Prodi mana yang masih lemah atau baik....
Dilakukan secara lisan, tapi mba biasanya penerapannya lewat prodi-prodi
yang pakai surat... Ke depan untuk yang lebih baik. Karena yang ini kan ada
kelemahan. Misal dalam penyerahan nilai seperti tadi di awal . kemarin
kalau mengajar kan banyak seperti matematika dan bahasa Indonesia kapan
mengoreksinya sementara mereka juga jadi pengawas. Kita usul penyerahan
nilai 1 minggu setelah semua selesai (;diteskan). Bukan 1 minggu mata
kuliah itu diteskan.
IR.6.9.a.1
Hasil belum dikomunikasika ke dosen. kalau saya sendiri untuk yang
semester ini, saya minta mahasiswa uuntuk memberi masukan secara tertulis
tapi tidak diberi nama, ya terserahlah mau dikasih nama atau tidak. Jadi itu
tertulis.
Dari temuan tersebut jelas bahwa pemanfaatan atas hasil penilaian kinerja
dosen di UMP digunakan oleh manajemen universitas untuk menentukan reward
dan punishment, melakukan himbauan/pembinaan secara umum, dan tentu saja
adalah untuk dokumentasi. Dalam hal ini yang mendokumentasikan adalah pihak
LJM UMP yang memang bertanggungjawab untuk mengurusi penilaian kinerja
dosen. Sedangkan pemanfaatan untuk feed back langsung kepada dosen yang
bersangkutan secara individual belum dilakukan.
Dari data tersebut bisa diketahui bahwa pemanfaatan atas hasil penilaian
kinerja dosen penting dilakukan, agar kegiatan tersebut tidak mubadzir. Melihat
beberapa pemanfaatan hasil penilaian kinerja dosen yang dilakukan oleh UMP,
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
187
maka bisa dikategorikan sebagai berikut.Pertama,pemanfaatan oleh pimpinan atau
manajemen PTI/AIS sebagai dasar untuk menentukan reward dan punishment
kepada dosen. Kedua, Dokumentasi oleh LJM UMP. Ketiga, pembinaan berupa
pembinaan secara umum bukan perindividu dosen, mengingat feed back langsung
yang diberikan kepada individu-individu dosen yang yang dinilai kinerjanya.
b). Pemanfaatan Hasil Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Terlepas praktik penilaian kinerja dosen itu ditetapkan sebagai kebijakan
manajemen yang tidak bersifat sesaat ataupun tidak, semestinya hasil penilaian
kinerja tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan perbaikan
kinerja pihak ternilai maupun kinerja organisasi. Apa yang terjadi di IAIIG
Cilacap juga menunjukkan hal tersebut. Dalam hal ini, pemanfaatan hasil
penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap lebih banyak digunakan untuk
menentukan apakah dosen tersebut masih akan diberi sks atau tidak, melakukan
pengarahan/pembinaan, menentukan pemberian penghargaan dan pemberian
kompensasi. Sedangkan pemanfaatan sebagai umpan balik langsung kepada
individu dosen belum dilakukan sebagaimana perolehan data dari wawancara
dengan beberapa nara sumber yaitu IR.9,10,12 maupun studi dokumen dengan
SD.12 dan 13.
IR.9.9.a.1
Pemanfaatannya ya seperti itu, paling-paling kalau dosen itu dipakai atau
tidak untuk mengajar di semester depannya.
IR.10.9.a.1
Hasil penilaian dosen digunakan untuk memberikan pertimbangan baik
untuk memberikan penghargaan, baik materi maupun non materi, atau
mempertimbangkan dosen itu layak atau tidak, juga pertimbangan
kebutuhan kita untuk memusyawarahkan penjadwalan mata kuliah. Jadi ada
beberapa yang menjadi pertimbangan. Kalau yang non material, karena di
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
188
IAIIG adalah PT swasta dibawah BAKII, sehingga setiap semester bahkan
bisa saja sampai periode habis akan jadi bahan pertimbangan dari penilaian
tadi untuk dipertimbangkan untuk menduduki jabatan-jabatan bagi dosen
yang bersangkutan. Jadi lebih ke kontribusi pengembangan IAIIG ke depan.
Selain itu juga untuk pembinaan. Tapi, kita selama ini tidak terlalu vulgar ke
dosen, karena untuk penilaian masih perlu diperbaiki, karena itu masih
menjadi hal yang sensitif.
IR.12.9.a.1
Pemanfaatan hasil penilaian biasanya dilakukan untuk penentuan jam
mengajar, sks mengajar, perlu tidaknya dosen tersebut diusulkan sebagai
dosen tetap. Dan sepanjang yang saya tahu kayaknya tidak ada komunikasi
antara manajemen dengan dosen. Termasuk juga hasil penilaian juga tidak
diberitahukan kepada dosen atau sementara ini belum, tapi wacana ada.
SD.12.9.a.1
Jurnal dan absen dosen dari Prodi digunakan sebagai bahan pertimbangan
dosen akan diberi kesempatan mengajar di semester berikutnya atau tidak.
SD.13.9.a.1
Absen mengajar dosen di institut (Kepegawaian) digunakan untuk
menentukan besarnya honor mengajar dan transport dosen
Pemanfaatan hasil penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap lebih banyak
digunakan untuk: a) untuk menentukan apakah dosen tersebut masih akan diberi
sks atau tidak (tetap mengajar), b) melakukan pengarahan/pembinaan, c)
pemberian kompensasi.
c). Pemanfaatan Hasil Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Praktek penilaian kinerja dosen menjadi tidak bermakna atau tidak memiliki
nilai urgen, manakala hasil penilaian tersebut tidak digunakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, seperti untuk kepentingan individu ternilai maupun lembaga
yang tempat ternilai bekerja. Untuk memperoleh gambaran akan pemanfaatan
hasil penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen, maka berikut kami sajikan
datanya dari IR.19,20,21 dan 22.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
189
IR.19.9.a.1
Pemanfaatan hasil penilaian kinerja dosen, pertama untuk perbaikan
kualitas proses perkuliahan, kedua, studi lanjut dan ketiga untuk penentuan
surat terimakasih, yaitu bahwa dosen diberhentikan, bahwa saat ini anda
tidak mengajar, tapi sebenarnya diberitahukan secara lisan dulu. Kemudian
untuk karir fungsional dosen ditentukan oleh pengabdian, dedikasi dan
motivasi dosen. Untuk karir struktural ada persyaratan yaitu kualifikasi S2,
pengabdian dan PAK. Tapi yang bisa mengurus PAK minimal mengabdi 5
tahun. Sedangkan yang menentukan adalah senat PT termasuk juga
yayasan.
IR.20.9.a.1
Pemanfaatannya ada. Contohnya kemudian semester depan tidak diberi
mata kuliah tersebut atau tidak diberi tugas. Proses ini tidak langsung, ada
toleransi dulu dan ada prosentase. Jadi kita hitung berapa persen
mahasiswa yang komplain, kita perhitungkan kemudian kita crosscekkan,
karena takut itu sekedar like and dislike saja dari mahasiswa. Biasanya kita
beri waktu 1 semester lagi. Ya karena memang secara terus terang, hasil
kadang belum tertulis secara rapi, hanya kegiatan saja, tapi sebenarnya
ada di komputer. Artinya hanya sebagai evaluasi saja bagi pimpinan, biar
mereka tahu.
IR.21.9.a.1
Untuk pembagian tugas selalu terjadi evaluasi. Evaluasi itu artinya, bagi
mereka yang berprestasi dipercaya untuk tetap mengampu mata kuliah.
Tapi bagi yang tidak, kadang dikurangi atau tidak dikasih jam. Beberapa
waktu yang lalu tepatnya semester kemarin baru saja kita lepas, kalau
tidak salah kita melepas ada 3 dosen, kemudian juga ada 2 dosen yang
bebas, yang tidak dikasih jam. Pertimbangannya, kalau menurut saya yang
pertama karena kita rata-rata swasta jadi kita fokus keaktifan. Bagaimana
keaktifan dosen, kemudian kita dorong dalam penggunaan media terutama
IT (2) dan ke 3 pengembangan keahlianyya. Biasanya itu kalau secara
mutu tidak masuk, biasanya dalam pembagian jam ada catatan sendiri,
sehingga akan kurang maksimal atau maksimal dalam pembagian jam.
Untuk norma penggajian , kita sudah standar , menggunakan norma yang
ada. Tapi bagi yang jamnya sedikit ya otomatis pendapatanya sedikit. Jadi
kita tidak memberikan dosen jaminan gaji. Tapi jaminannya adalah
pekerjaan. Misal dosen tetap seperti saya, dosen tetap mendapat 16 sks.
Otomatis pendapatannya lumayan, tapi kalau dosen tidak tetap kan paling
8 atau 6 sks. karena tidak serta merta dosen pedapatannya besar tapi
berbasis kerja, sehingga mereka yang punya tanggung jawab besar
pendapatanya juga lumayan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
190
IR.22.9.a.1
Sementara ini kan baru jalan.. masalah gaji belum. Inilah tonggak awal
untuk memberikan solusi, motivasi kepada dosen untuk ditingkatkan
kinerjanya.
Dari paparan data tersebut bisa diketahui bahwa sudah ada pemanfaatan
hasil penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen. Pemanfaatan atas hasil
penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen selama ini lebih banyak kepada
pemanfaatan untuk menentukan: 1) pembagian tugas (mengampu mata kuliah di
semester berikutnya). Dalam pembagian tugas ini ada yang tetap mengampu
karena dipandang mampu (sebelumnya dianggap telah menunjukkan prestasi/
kinerja yang baik) dan kualified, dan ada yang tidak diberi tugas mengampu mata
kuliah lagi karena dianggap tidak mampu atau karena sudah tidak memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan saat ini (minimal S2). Bagi yang tidak
mendapatkan tugas mengampu mata kuliah ini, artinya mereka 2) diputuskan
hubungan kerjanya (pemutusan hubungan kerja) dan 3) studi lanjut.
3). Dampak Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Dampak Penilaian Kinerja Dosen UMP
Dampak dari dilaksanakannya penilaian kinerja dosen bisa diketahui, jika
kita mengetahui kinerja real dari dosen tersebut, baik sebelum maupun sesudah
dilakukannya penilaian tersebut. Berikut adalah perolehan data dari beberapa
wawancara dengan nara sumber, studi dokumentasi serta observasi.
IR.1.10.a.1
Rata-rata kinerja dosen biasa-biasa saja. Ya, mungkin karena tidak ditekan.
Kalau untuk yang penelitian itu yang belum tapi untuk pengabdiannya
tinggi. Itulah untungnya dosen agama. Pengajian-pengajian kan itu
pengabdian, kalau dosen umum kan nda bisa itu. Di samping itu masih ada
penyuluhan dan pelatihan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
191
IR.2.10.a.1
Indeks kinerja dosen masih dibawah 4, ya antara 2 sampai 4. Jadi, secara
umum ya sudah kelihatan ada peningkatan terutama di dharma pendidikan.
IR.3.10.a.1
Saya nda tahu apa ini ada pengaruh sertifikasi saya nda tahu. Tapi hasilnya
nampaknya ada perubahan kinerja dosen.
IR.6.10.a.1
Ada sedikit perubahan. Ya walaupun hasilnya tidak diberitahukan ke dosen.
Tapi kalau saya perbadi karena tahu mahasiswa menilai dosen, jadi saya
berusaha memperbaiki.Wah aduuuh. Ya kalau yang 14 pertemuan jarang
sekali, paling rata-rata 13 sampai 12. ada juga yang 9. ini kalau di FAI. Saya
tahunya di FAI. Dosen di sini kan datang kalau ada jam mengajar. Kalau
yang pejabat loh itu setiap hari. Kemarin penilaian saya juga terlambat. Kan
harusnya 1 minggu setelah diteskan, itu saya sampai setengah bulan sampai
saya dimarahi kaprodi. Itu karena saya kurang tahu. Karena kurang
komunikasi karena seharusnya 1 minggu setelah diujikan. Saya nda tahu
kalau ada peraturan seperti itu... Ya ada, tapi mestinya saya yang aktif
bertanya, itu ya lisan biasanya.... Dosen meneliti kan mestinya 1 semester 1.
tapi itu 1 tahun 1 itu sduah produktif...(;pengabdian masyarakat) Produktif...
Rata-rata dosen memiliki desa binaan. Tapi kalau yang dikoordinir itu yang
Limfakuluh di batiraden. Tapi itu institut. Yang mengkoordinir institut...
SD.7.10.c.1
37 judul penelitian dan 35 pengabdian masyarakat di tahun 2008/2009
50 judul penelitian dan 27 pengabdian masyarakat di tahun 2009/2010
O.4.10.b.1
Dosen datang mengajar ke kelas sudah menunjukkan jam 15.30 terlambat
setengah jam dan seharusnya keluar jam 18.00 tapi keluar jam 17.00
Berdasarkan temuan tersebut, maka rata-rata kinerja dosen UMP biasa-biasa
saja untuk kinerja di dharma pendidikannya, dan kurang di dharma penelitiannya
serta lumayan untuk dharma pengabdiannya. Sedangkan secara umum (akumulasi
dari Tri Dharma PT, penilaian umum dan Keislaman dan Keorganisasian) kinerja
dosen UMP adalah di bawah 4(baik) yaitu rata-rata dosennya kinerja antara 2
(kurang) sampai dengan 4(baik). Hal ini secara parsial bisa diketahui ada beberapa
dosen yang datang mengajar agak telat sekitar 15 menit baru datang dan masuk
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
192
kelas, sementara kelas yang lain sudah dimulai, ada beberapa dosen yang
mengalami keterlambatan dalam hal penyerahan nilai.
Realitas atas kinerja dosen UMP yang demikian ini bisa terjadi antara lain
karena pertama, kurang tersosialisasinya-komunikasi rencana penilaian kinerja
dosen utamanya aspek-aspek yang tidak secara langsung ada di dalam
instrumen/angket, Yang kedua adalah tidak mungkinnya standar penilaian tersebut
dipenuhi, seperti dalam hal ketepatan penyerahan nilai, karena beratnya beban
yang harus dilaksanakan. Dalam kasus ini adalah dosen-dosen matematika dan
bahasa Indonesia, di mana beban sks mereka lebih banyak dibandingkan dengan
dosen lain, sementara mereka juga terlibat dalam kesibukan sebagai pengawas
ujian hingga pelaksanaan ujian selesai, sehingga praktis mereka tidak memiliki
cukup waktu untuk mengoreksi dan menyerahkan nilai tepat waktu
((IR.3.6.10.a.1) tersebut.
Realitas atas kinerja dosen UMP yang demikian ini bisa terjadi antara lain
karena pertama, kurang tersosialisasinya rencana penilaian kinerja dosen
utamanya aspek-aspek yang tidak secara langsung ada di dalam instrumen/angket.
IR.6.10.b.1
Kemarin penilaian saya juga terlambat. Kan harusnya 1 minggu setelah
diteskan, itu saya sampai setengah bulan sampai saya dimarahi kaprodi. Itu
karena saya kurang tahu. Karena kurang komunikasi karena seharusnya 1
minggu setelah diujikan. Saya nda tahu kalau ada peraturan seperti itu...
Yang kedua adalah tidak mungkinnya standar ataupun indikator kerja dalam
penilaian tersebut dipenuhi, seperti dalam hal ketepatan penyerahan nilai, karena
beratnya beban yang harus dilaksanakan. Dalam kasus ini adalah dosen-dosen
Matematika dan bahasa Indonesia, di mana beban sks mereka lebih banyak
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
193
dibandingkan dengan dosen lain, sementara mereka juga terlibat dalam kesibukan
sebagai pengawas ujian hingga pelaksanaan ujian selesai, sehingga praktis mereka
tidak memiliki cukup waktu untuk mengoreksi dan menyerahkan nilai tepat
waktu.
IR.3.10.b.1
Misal dalam penyerahan nilai seperti tadi di awal. Kemarin kalau mengajar
kan banyak, seperti Matematika dan Bahasa Indonesia.kapan
mengoreksinya sementara mereka juga jadi pengawas. Kita usul penyerahan
nilai 1 minggu setelah semua selesai (diteskan). Bukan 1 minggu mata
kuliah itu diteskan .
Dari realitas atas dampak dilakukannya penilaian kinerja dosen
menunjukkan bahwa: Pertama, realitas kinerja dosen UMP rata-rata biasa-biasa
saja (antara kurang dan baik), bisa saja terjadi mengingat praktek penilaian kinerja
dosen UMP secara formal yang disusun dan dilaksanakan oleh intern UMP baru
dilaksanakan, tepatnya baru 1 kali periode dan masuk ke periode ke 2 yang baru
melakukan penilaiannya hanya di aspek dharma pendidikan dan pengajaran
karena menunggu selesainya program aplikasi on line, sehingga; (1) ada beberapa
pihak yang belum paham (;kurang efektifnya sosialisasi). Sekaligus juga diketahui
(2) masih adanya beberapa kriteria yang ada di instrumen penilaian yang masih
mendapatkan komplain; akibat tidak mungkinnya kriteria itu dipenuhi dosen, dari
pihak-pihak tertentu utamanya dosen Matematika dan Bahasa Indonesia. Artinya
dampak belum bisa dirasakan betul bedanya, mengingat kebijakan tentang
penilaian kinerja baru saja dijalankan.
Dalam kasus tadi, adanya pihak yang tidak menerima kalau kriteria
penyerahan nilai 1 minggu setelah mata kuliah diujikan bukan 1 minggu setelah
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
194
seluruh mata kuliah diujikan, menunjukkan kalau ada sistem khususnya
komponen sistem berupa instrumen penilaian kinerja dosen yang belum diterima
oleh beberapa pihak dosen, karena bertentangan dengan realitas. Padahal sukses
tidaknya kegiatan penilaian kinerja antara lain bergantung kepada diterima
tidaknya sistem tersebut. Bahkan penerimaan sistem penilaian kinerja oleh ternilai
akan berdampak pada kepuasan kerja maupun motivasi kerja.
b). Dampak Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Hal utamanya yang paling diharapkan dari adanya praktek penilaian kinerja,
termasuk juga penilaian kinerja dosen adalah terjadinya perubahan kinerja atau
berkembangnya kinerja menjadi lebih baik dari dosen ternilai. IAIIG Cilacap
sudah melaksanakan praktek penilaian kinerja atas dosen-dosennya, maka
diharapkan juga memberikan dampak bagi perbaikan atau pengembangan kinerja
dosennya.
IR.9.10.a.1
Alhamdulillah ada. Karena biasanya yang saya rubah yang sudah. Kalau
untuk penentuan dosen baru, saya biasanya ke dosen yang menggantikan.
Karena dosen pertama sudah paten, sudah saya beri masukan tapi tetap saja,
maka biasanya dikurangi mata kuliahnya, sampai diberikan ke dosen baru.
Saya kira kalau dosen diberitahu bahwa mereka dinilai maka akan terjadi
perubahan. Tapi selama ini tidak. Saya hanya menyampaikan ke dekan dan
ke institut. Ya saya orang timur, mau menyampaikan takut jadi dilema.
Paing saya interview.kalau ada kekeliruan ini baru saya memberi saran.
IR.10.10.a.1
Itu memang satu kendala sendiri, dalam kita menjaga nama. Sebab pada saat
memberikan pembinaan kita tidak secara langsung tunjuk nama. Tapi kita
tetap pantau, dan pada pembinaan berikutnya sudah mulai dispesifikkan.
Sehingga sebelum tunjuk nama di pembinaan berikutnya sudah ada
perubahan. Tapi kita rencanakan ke depan jika sudah tiga kali pembinaan
tidak ada perubahan ya kita akan langsung memberi putusan. Jadi ada
tahapannya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
195
IR.12.10.a.1
Efeknya nggih juga belum terukur. Karena tidak terukur kinerja dosen kita
tidak bisa menggali kualitas dosen. Tidak bisa menggali kualitas ini yang
akhirnya treatment atau kebijakan tidak mampu menggali dalam rangka
perbaikan kualitas pembelajaran.
IR.16.10.a.1
Kebanyakan nda berubah. Biasanya dosen minta kalau ada kekurangan
minta disampaikan. Tapi ternyata tetap tidak berubah.
Berdasarkan data tersebut bisa dipahami bahwa walaupun ada praktek
penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap namun tidak memberikan dampak yang
cukup berarti. Ada beberapa dosen yang memang menunjukkan kinerja kurang;
utamanya di dharma pendidikan, walaupun diberi pembinaan umum dan ada juga
yang diberi masukan secara pribadi, namun hasilnya tidak menunjukkan
perubahan berarti. Ini menunjukkan bahwa ada individu dosen yang berubah ada
juga yang tidak berubah kinerjanya.
Hal ini tampak terlihat sekali ketika kinerja real saat ini sebagai bentuk
kinerja pasca dilaksanakannya kegiatan penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap,
baik yang menyangkut pada penggunaan instrumen internal IAIIG Cilacap (absen
mengajar dan jurnal perkuliahan) maupun penggunaan instrumen-intrumen dari
luar, sebagaimana bisa diperoleh dalam data berikut.
IR.9.10.b.1
Kalau di dharma penelitian, ya kendalanya itu tadi, kalau di KPI kurang
berminat untuk penelitian. Hanya ada 2 yang punya kecenderungan untuk
penelitian tapi kesibukannya banyak. Kurang minat dari dosen untuk
melakukan penelitian terjadi, yang pertama karena faktor usia, kedua ya
faktor pribadi. Tapi untuk pengabdian pada masyarakat,dDosen di KPI rata-
rata pengabdiannya sangat bagus. Artinya karena 80% adalah pengurus
LSM, 90% yang mengabdi langsung seperti sebagai mubaligh/mubaligah.
Kalau tentang kreativitas menurut saya tergantung pada individu. Kalau
dosen yang kreatif, selalu melakukan pengembangan. Tetapi kalau yang
tidak, ya tidak. Kalau kreativitas dilihat dari ide sendiri tidak ada 50%, tapi
kalau kreativitas karena permintaan masyaraat ada 75%. Misalnya dalam hal
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
196
pengabdian masyarakat, dimintai oleh masyarakat untuk menjadi kepala
apa, itu kan otomatis kreatif. Kemudian dalam hal kerjasama kalau di Prodi
KPI juga sangat bagus. Jadi kalau ada permasalahan sedikit saja kita bahas
bersama, jadi yaa seolah-olah tidak ada kompetisi. Dasarnya hanya
kebersamaan. Kalaupun ada tapi kompetisi sehat. Artinya tidak sampai
melemahkan yang lain. Kemudian dalam hal kemandirian, ya belum oleh
karena itu Kaprodi selama ini memberikan, membina atau memerintah.
IR.10.10.b.1
Disamping IAIIG itu pesantren, meaningfullness pengabdiannya sangat
baik. Sekitar 70 sampai 85% dosen IAIIG rutin melakukan pengabdian.
Artinya memang sudah menjadi rutinitas melakukan pengabdiam dari yang
kecil melakukan pengajian di masjid, mushola sampai yang luas seperti
level kecamatan atau kabupaten bahkan luar Jawa. Berbicara disiplin
memang untuk dosen IAIIG jika kita bedakan B, C, IAIIG untuk sementara
ini sudah baik tapi di level interval bawah. Tapi ini pun sudah ada upaya
peningkatan kedisiplinan. Di fakultas, misal datang mengajar sebelum jam
mengajar sehingga mahasiswa tidak terlalu lama menunggu. Kemudian
untuk konteks kerjasama di IAIIG sudah sangat bagus. Itu bisa dilihat setiap
ada moment, baik itu akademik maupun non akademik. Mereka sudah
saling membantu, tanpa melihat itu apakah job des-nya atau bukan. Itu
lumayan bagus kerjasama dosen di lingkungan IAIIG. Kelihatannya karena
IAIIG basicnya pesantren, maka kemandiriannya agak berbeda dengan PT
lain. Dalam arti bahwa mengetahui arti sebuah kedisiplinan sepanjang saya
jadi Kabiro, kemandirian mereka baik, mereka amanah.... Nah, ini.
Barangkali dari sisi ini, untuk kreativitas mamang masih agak kurang. Misal
dalam pembelajaran. Ya mereka semangat memberikan materi tapi
pemanfaatan multi media yang dibuat sendiri belum. Tapi kalau membuat
power point, menggunakan media IAIIG ya sudah semua, kecuali dosen tua.
Tapi mestinya dosen memberikan kepuasan dengan membuat media.
IR.11.10.b.1
Pada tahun-tahun ini nampaknya lebih tertata. Saya melihat dari presentasi
yang hadir, dosen itu lebih dari 50% bahkan ada yang melebihi ketentuan,
ada yang 14 kali... Kalau penelitian nampaknya atmosfir belum mencapai
atmosfir yang diharapkan. Kita menentukan biaya, kita memberikan bantuan
semacam kertas sehingga agak meningkatkan. Jadi sebetulnya itu
kewajiban, pengabdian masyarakat juga kewajiban dosen.
IR.12.10.b.1
Mungkin karena belum rapihnya sistem, mulai dari kepegawaian termasuk
dari dosen, maka banyak hal yang tidak tergali pada dosen. Artinya banyak
dosen yang hanya terpaku pada mengajar, hanya beberapa dosen yang
memanfaatkan penelitian-penelitian, itu masih barang langka di IAIIG.
Kalau di rata-rata lebih kepada tugas pembelajaran bukan pada penelitian
dan pengabdian. Dalam hal kerjasama, beberapa kali dari fakultas
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
197
melakukan inisiasi untuk melakukan diskusi dosen. Tapi beberapa kali
dilakukan beberapa kali tidak, jadi tidak kontinyu jalannya.
IR.15.10.b.1
Kurang, kadang-kadang kalau masuk telat, keluar tepat waktu jadi korupsi.
Kalau kerjasama dalam teorinya itu dosen-dosen mengatur ada konsultasi.
Itu baik dalam teori. Tapi kalau kebetuluan dosen dari luar institut agak
terbengkelai.
IR.14.10.b.1
Untuk jadwal baik. Tapi kenyataannya, walaupun ada kesepakatan masuk
jam 08.30 dosen jam 10. paling hanya 2 yang disiplin. Ini hampir tiap
semester. Kerjasama dosen kalau dalam hal ini pembagian jam mengajar.
Awalnya janji-janjinya bagus, tapi kenyataannya yang direncanakan belum
tercapai. Misal sepakat 12 pertemuan, tapi banyak tidak sampai 12
pertemuan. Untuk kualitas mengajar kenyataannya masih ada dosen yang
mencatat, tapi ada juga yang menguasai kelas. Kira-kira 25% yang
menguasai kelas, 75% tidak menguasai kelas.
IR.16.10.b.1
Kerjasama, paling kalau di kelas, misal, jika ada yang belum mengetahui,
silahkan tanya. Paling seperti itu. Dan itu kurang maksimal karena waktu
kan terbatas.
O.5.10.b.3
Dosen datang ke kelas, telat hampir 40 menit dari waktu yang sesungguhnya
O.6.10.b.3
Dosen mangajar dengan menggunakan metode ceramah saja
O.7.10.b.3
Dosen mengajar dengan menggunakan strategi baru, mahasiswa
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya untuk ditanggapi audiens.
O.8.10.b.3
Dosen mengajar menggunakan media LCD, yang digunakan sendiri oleh
dosen atau digunakan oleh mahasiswa yang sudah ditugaskan
menyampaikan pokok bahasan dengan menggunakan power point.
Dari paparan tersebut juga menunjukkan kalau kinerja dosen IAIIG belum
seperti yang diharapkan. Seperti kinerja dosen dalam melaksanakan Tri Dharma
PT; a) pendidikan dan pengajaran, menunjukkan kinerja yang kurang. Dalam hal
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
198
ini sekedar memenuhi unsur jumlah minimal pertemuan saja dan sebagian besar
(sekitar 50%) tidak memenuhi, walaupun ada kasus dosen yang justru melebihi
dari standar yang ditetapkan. Dalam hal kerjasama dosen dengan dosen atau dosen
dengan mahasiswa cukup bagus. Kemudian untuk kemandirian dosen secara
umum bagus, namun dalam konteks pendidikan kurang. Demikian juga kreativitas
ataupun inovasi dalam rangka memperbaiki kualitas perkuliahan masih kurang,
tepatnya rata-rata kurang karena baru beberapa orang dosen yang sudah
melakukan itu seperti kreativ untuk menvariasi penggunaan metode/strategi
pembelajaran maupun penggunaan media. Kemudian pada b) dharma penelitian,
dosen IAIIG Cilacap kinerja masih sangat kurang, walaupun saat ini sudah ada
upaya dari institut untuk mendongkrak kinerja penelitian ini dengan menggulirkan
kebijakan berupa pemberian dana penelitian dari dalam yang walaupun jumlahnya
masih terbatas. Sedangkan untuk kinerja dosen dalam melaksanakan dharma c)
pengabdian masyarakat, juga belum baik dan merata. Maksudnya tidak setiap
dosen melakukannya, seperti bagi dosen yang kebetulan menjadi mubaligh/at,
kinerja mereka sangat bagus, tapi karena tidak semua dosen IAIIG Cilacap
menjadi mubaligh/ghat maka aspek ini juga belum merata, demikian juga dalam
hal pengabdian kepada masyarakat di bidang pendidikan juga masih terbatas
jumlah dosen.
Realitas atas kinerja dosen IAIIG Cilacap yang demikian karena beberapa
faktor yang antara lain adalah.
IR.12.10.c.1
karena belum rapihnya sistem, mulai dari kepegawaian termasuk dari dosen.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
199
SD.12.10.c.1
Instrumen DP3, baru digunakan untuk dosen DPK dan pengurusan PAK
SD.5.10.c.1
Instrumen Evaluasi Dosen, digunakan pada saat pengajuan sertifikasi dosen.
SD.6.10.c.1
Instrumen Penilaian Dosen. Yang diadaptasikan dari PTU ternama di
Indonesia. Baru digunakan tahun ini untuk keperluan akreditasi.
IR.18.10.c.1
Saya nda tahu kalau saya dinilai. Yang saya tahu pokoknya kalau saya
datang mengajar ya saya mendapat honor dan tranport, kalau nda ya nda.
IR.10.10.c.1
Kita selama ini tidak terlalu vulgar ke dosen, karena untuk penilaian masih
perlu diperbaiki, karena itu masih menjadi hal yang sensitif. Tapi kita beri
masukan dari masyarakat ke dosen tidak secara langsung tunjuk nama. Tapi
kita minta untuk meningkatkan dalam pembinaan atau diskusi dosen
O.9.10.c..3
Rapat persiapan UTS, ada himbauan agar dosen memenuhi standar minimal
tatap muka sebelum UTS, ada pembicaraan tentang idealnya ketepatan
penyerahan nilai ujian.
Dari paparan data tersebut bisa diketahui adanya faktor-faktor yang
menyebabkan kinerja real dosen masih kurang walaupun sudah dilakukan
penilaian kinerja. Faktor yang dimaksud adalah 1) belum tertatanya sistem,
utamanya yang menyangkut kebijakan formal institut terkait dengan persoalan
SDM seperti penilaian kinerja dosen, 2) banyaknya penggunaan instrumen
penilaian kinerja yang hanya digunakan kalau ada keperluan-keperluan tertentu,
bukan semata-mata digunakan untuk mengukur seberapa baik atau buruknya
kinerja dosen IAIIG Cilacap sesungguhnya. Instrumen yang dimaksud adalah
instrumen-instrumen yang digunakan hanya kalau akan ada sertifikasi dosen,
kepangkatan dosen ataupun akreditasi prodi, dan 3) belum ada sosialisasi yang
efektif terbukti dengan masih adanya dosen yang tidak tahu kalau kinerja dirinya
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
200
dinilai, 4) adanya pembinaan yang masih umum terhadap kinerja dosen sehingga
tidak tepat sasaran.
c). Dampak Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Dampak dari penilaian kinerja dosen akan muncul manakala hasil penilaian
kinerja tersebut betul-betul dimanfaatkan, baik untuk kepentingan pihak ternilai
maupun pihak penilai atau lembaga di mana ternilai bekerja. Di STAINU
Kebumen, walaupun pemanfaatan hasil penilaian kinerja dosennya masih
sederhana, tetapi justru mampu memberikan dampak positif bagi perubahan
kinerja dosen di semester-semester berikutnya. Dosen merubah kinerjanya agar
dipandang mampu/kualified sehingga kemudian akan tetap dipercaya untuk bisa
mengampu mata kuliah lagi di semester-semester berikutnya. Pemanfaatan yang
seperti ini efektif karena kemudian secara real dosen berusaha untuk menunjukkan
kinerja yang baik agar tetap diberi tugas mengampu mata kuliah lagi (tidak
diputuskan hubungan kerjanya) sebagaimana perolehan data berikut.
IR.20.10.a.1
Ya menjadi ada perubahan. Ada perubahan, bahwa kalau mengajar di
STAINU tidak semaunya. Ya tentu saja dampaknya adalah dampak
kepada keaktifan, lebih aktif lebih loyal karena memang dosen itu 90% itu
melamar, jadi itu efek juga sih. Kalau penilaian ideologi, kalau biasanya
yang tadinya pemikirannya memberontak kemudian dibina, ya akhirnya
sadar sendiri.
IR.21.10.a.1
Ya itu ada perubahan kinerja. Saya melihat justru malah lebih jelas karena
perubahan itu kita wujudkan secara langsung. Misal si A setelah
dievaluasi ternyata nda rajin, kita langsung jamnya kita kurangi.
Dari data tersebut bisa diketahui bahwa walaupun pemanfaatan hasil
penilaian kinerja dosen baru digunakan sebatas pada penentuan dosen pengampu
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
201
untuk semester berikutnya dan atau pemutusan hubungan kerja, namun justru
dampaknya cukup signifikan. Dosen akan merubah kinerjanya agar dipandang
mampu/kualified sehingga kemudian akan tetap dipercaya untuk bisa mengampu
mata kuliah lagi di semester-semester berikutnya. Pemanfaatan yang seperti ini
efektif karena kemudian secara real dosen berusaha untuk menunjukkan kinerja
yang baik agar tetap diberi tugas mengampu mata kuliah lagi (tidak diputuskan
hubungan kerjanya). Sedangkan untuk pemanfaatan penilaian dari luar -
insidental lebih digunakan untuk melakukan pembinaan kepada dosen yang
berakhir pada timbulnya kesadaran dosen untuk mengikuti idiologi NU secara
mandiri juga menunjukkan ada perubahan.
Dari paparan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian kinerja dosen
khususnya di dharma pendidikan dan pengajaran dan penyelarasan idiologi NU
dosen, ternyata mampu memberikan dampak. Artinya praktek penilaian kinerja
dosen khususnya terkait dengan kehadiran dosen dan kualified tidaknya dosen,
cukup berdampak atau cukup efektif . Hal ini terjadi karena ada usaha dari dosen
untuk memperbaiki kinerjanya agar mereka tidak kehilangan kepercayaan dari
lembaga untuk mengampu mata kuliah lagi. Hal ini berarti juga bahwa salah satu
tujuan dari dilaksanakannya penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen
tercapai, yaitu di tujuan perbaikan kualitas dosen dalam mengajar dan pembagian
tugas atau pemutusan kerja. Perbaikan kualitas dosen mengajar terjadi yang
artinya terjadi perbaikan kinerja dosen, karena dosen menginginkan dirinya diberi
kepercayaan lagi untuk bisa mengampu mata kuliah di semester berikutnya.
Sekaligus juga berarti dosen tidak akan diputuskan hubungan kerja. Berbeda jika
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
202
tidak ada upaya perbaikan kualitas kinerja, kemudian berimplikasi pada dosen
tidak akan mendapatkan mata kuliah lagi (diputuskan hubungan kerjanya).
Demikian juga pada kinerja dosen terkait dengan jatidiri dosen STAINU
Kebumen. Jika mereka tidak sejalan dengan idiologi NU, mereka akan mundur
sendiri, jika belum sejalan, akan dibina sehingga kemudian secara sadar menjadi
sejalan dengan idiologi NU.
d. Pengembangan Kinerja Dosen PTI/AIS.
1). Pengembangan Kinerja Dosen UMP
Ada beberapa upaya yang dilakukan UMP untuk mengembangkan atau
memperbaiki kinerja dosennya. Upaya yang dimaksud adalah upaya yang
dilakukan oleh pihak manajemen UMP (fakultas/prodi dan universitas) maupun
oleh dosen yang bersangkutan secara mandiri. Berikut adalah perolehan data dari
narasumber dan hasil observasi (IR.1,3,6,9. Dan O8.9.a.1).
IR.1.11.a.1
Kedepan, kita gunakan penilaian kinerja ini untuk sistem kepangkatan,
kedua juga untuk reward, kaya misalnya reward haji untuk dosen yang
kinerjanya baik.
IR.3.11.a.1
Ke depan untuk yang lebih baik. Karena yang ini kan ada kelemahan. Misal
dalam penyerahan nilai seperti tadi saya kemukakan di awal. Kemarin kalau
mengajar kan banyak seperti Matematika dan Bahasa Indonesia. Jadi, kapan
mengoreksinya sementara mereka juga jadi pengawas. Kita usul penyerahan
nilai 1 minggu setelah semua selesai (diteskan). Bukan 1 minggu mata
kuliah itu diteskan dan permintaan dosen lebih ke LB. Seperti dosen yang
PNS sudah pensiun di mana kemudian kita angkat jadi dosen.
IR.6.11.a.1
Selalu berusaha meningkatkan sesuai yang diangket. Kalau di angket kan
ada pertanyaan apakah dosen komunikatif dengan mahasiswa? Maka saya
berusaha meningkatkan komunikasi saya dengan mahasiswa. Apakah dosen
tahu keadaan mahasiswa, maka saya berusaha nanya keadaan mahasiswa
apakah sehat atau tidak, apakah dosen memakai teknologi dalam
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
203
pembelajaran. Maka saya juga berusaha. Pas di awal saya nda pakai lapto.
Nah karena saya tahu dinilai mahasiswa maka saya menjadi pakai power
point.... Penekanan dari atasan nda kalau secara formal mengajar pakai
teknoligi tidak ada. Tapi ada secara sindiran-sindiran. Itu sering. Misal
dekan menyindir ke dosen yang sepuh yang belum pakai laptop, wis ndang
diajari putrane. Maksudnya karena saya yang muda.
O.4.11.a.3
Dosen mengajar dengan menggunakan media LCD, laptop, qur’an digital,
strategi aktif, partisipasi mahasiswa ditumbuhkan.
Dari perolehan data tersebut maka dapat diketahui beberapa upaya yang
dilakukan UMP dalam hal pengembangan atau perbaikan kinerja dosennya di
masa-masa kerja berikutnya adalah upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen
UMP (fakultas/prodi dan universitas) maupun oleh dosen yang bersangkutan
secara mandiri. Pertama, upaya yang dilakukan manajemen UMP berupa; a) ke
depan penilaian kinerja dosen UMP akan dijadikan sebagai dasar kepangkatan
dosen dan pemberian reward dosen, b) perbaikan atas sistem penilaian kinerja
dosen itu sendiri, utamanya pada aspek kebijakan terkait dengan; (1) penetapan
waktu yang dijadikan standar penilaian dharma pendidikan berupa ketepatan
penyerahan nilai mata kuliah pasca UAS, (2) mengurangi beban kerja dosen
khususnya dosen FKIP dengan cara menambah dosen LB khususnya yang berasal
dari kalangan pensiunan PNS (profesor). Kemudian yang Kedua adalah upaya dari
dosen berupa usaha kreatif dosen yang mencoba meningkatkan kinerjanya sesuai
butir-butir di angket tanpa harus menunggu hasil umpan balik hasil penilaian
kinerja dirinya dari pihak manajemen PT yang memang belum dikomunikasikan
kepada dirinya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
204
2). Pengembangan Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
IAIIG Cilacap mencoba melakukan beberapa upaya untuk mengembangkan
atau memperbaiki kinerja dosennya, melalui : 1) pembinaan dosen secara bertahap
dan 2) menyusun instrumen yang lebih baik sebagaimana yang dikemukakan oleh
IR.10.berikut.
IR.10.11.a.1
Kita rencanakan ke depan jika sudah tiga kali pembinaan tidak ada
perubahan ya kita akan langsung. Jadi ada tahapannya... Ya memang akhir-
akhir ini kita sedang mengupayakan instrumen yang lebih mengena
langsung kepada personel. Kebetulan di IAIIG ada beberapa sarjana
psikologi, bahkan ada psikolognya juga. Mereka cukup paham untuk
membuat instrumen seperti tadi. Kita akan merintis melakukan lagi.
Kebetulan saya sendiri yang belajar pengembangan instrumen. Ini akan saya
kolaborasikan.
O.16.11. 16 dan 17. a.3
Evaluasi pelaksanaan perkuliahan semester yang tekah berjalan, sekaligus
dan pengarahan kepada dosen tentang tuntutan ideal tugas dosen dalam
melaksanakan dharma pendidikan dan pengajran yang dilakukan di semester
awal menjelang perkuliahan.
Dari paparan tersebut jelas terlihat bahwa ada beberapa upaya yang
dilakukan oleh dosen dalam rangka perbaikan kinerja dosen, baik yang sudah
dilakukan maupun yang direncanakan ke depan. Upaya yang sudah dilakukan oleh
IAIIG adalah evaluasi dan pengarahan secara umum kepada dosen mengenai
tugas yang harus dilakukan dosen di awal semester sebelum perkuliahan dimulai.
Sedangkan upaya yang dilakukan ke depan oleh IAIIG Cilacap agar kinerja
dosennya benar-benar terukur dan selalu meningkat adalah dengan; 1) pembinaan
dosen secara bertahap dan 2) menyusun instrumen yang lebih baik.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
205
3). Pengembangan Kinerja Dosen Di STAINU Kebumen
Dalam rangka mengembangkan kinerja dosen, maka STAINU Kebumen
telah melakukan hal-hal sebagai berikut (IR.21 dan ,22.) sebagai berikut.
IR.21.11.a.1
Usaha lain untuk pengembangan SDM dosen adalah mendorong kuliah S2
terutama program-program beasiswa baik dari Depag maupn yang lain. Jadi
S2 semua. Termasuk saya juga S3 di UNINUS. Kebetulan besok tanggal 19,
20 kita rapat pembagian tugas atau jam. Kita undang dosen. Di situ juga
akan ada evaluasi seimbang. Tidak hanya lembaga kepada dosen, juga dosen
ke lembaga, termasuk kekurangan-kekurangan untuk perbaikan-perbaikan
apa ke depan. Kita lihat setiap semester ada peningkatan. Misal tahun ini
peningkatan penggunaan IT kita dorong, penggunaan internet dan
penggunaan laboratorium. Ini yang mungkin ke depan kita akan rencanakan
fokus ke situ. Selain itu kita juga gunakan a) standarisasi kualifikasi dosen
S2, 2) sertifikasi, 3) pengiriman pelatihan, 4) diskusi dosen, 5) penelitian
dosen dan 6) penulisan jurnal.
IR.22.11.a.1
Sementara ini kan baru jalan.. masalah gaji belum. Inilah tonggak awal
untuk memberikan solusi, motivasi kepada dosen untuk ditingkatkan
kinerjanya
Melihat data tersebut maka upaya yang dilakukan STAINU Kebumen dalam
rangka peningkatan atau pengembangan kinerja dosennya adalah: a) standarisasi
kualifikasi dosen S2 maupun studi lanjut, 2) sertifikasi, 3) pengiriman pelatihan,
4) diskusi dosen, 5) penelitian dosen dan 6) penulisan jurnal, serta melakukan
upaya ke depan berupa; 1) mendorong penggunaan media terutama IT , 2)
perbaikan imbalan atas perbaikan kinerja dosen berupa kesejahteraan dosen.
***
Dari paparan temuan penelitian di atas, maka bisa diringkaskan gambaran
praktek penilaian kinerja dosen di PTI/AIS, khususnya di UMP, IAIIG Cilacap
dan STAINU Kebumen.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
206
Penilaian Kinerja Dosen di Universitas Muhammadiyah Purwokerto
(UMP). Perolehan data menunjukkan bahwa UMP dalam melaksanakan sistem
penilaian kinerja dosennya di dalamnya sudah menyangkut komponen: 1)
kebijakan, 2) pelaksanaan, 3) hasil dan 4) pengembangan kinerja pasca
dilakukannya penilaian kinerja.
Pertama tentang Kebijakan. Kebijakan tentang penilaian kinerja dosen
merupakan kebijakan universitas yang diserahkan pengelolaannya kepada unit
khusus yaitu Lembaga Jaminan Mutu (LJM) UMP. LJM memiliki kewenangan
untuk melakukan penilaian kinerja dosen UMP secara periodik setiap semester.
Kedua tentang Pelaksanaan Penilaian Kinerja Dosen. Unsur-unsur sistem
dalam pelaksanaan penilaian kinerja dosen di UMP meliputi unsur instrumen,
tujuan, penilai, metode, waktu dan tempat penilaian kinerja.
Alat ukur/instrumen yang digunakan UMP berupan instrumen 1) Penilaian
Kinerja Dosen untuk seluruh dosen dan 2) DP3 khusus untuk dosen DPK. Di
dalam instrumen tersebut ada Kriteria Kinerja yang harus dipenuhi dosen ternilai.
Untuk instrumen pertama ada tiga kriteria utama, yaitu:Pertama, Tri dharma PT
yang diperinci lagi; a) penilaian pendidikan dan pengajaran, juga diperinci lagi
menjadi; (1) proses belajar mengajar, kedisiplinan dosen, dan ketepatan
penyerahan nilai hasil ujian, b) penilaian penelitian dan c) penilaian pengabdian
masyarakat . Kedua, Penilaian Umum kinerja yang diperinci: a) tanggungjawab,
b) kreativitas, c) kerjasama, d) kedisiplinan, e) kohesivitas, f) akhlak, g)
kepemimpinan dan h) orientasi pelanggan dan ketiga, Keislaman dn
Keorganisasian yang diperinci lagi; a) aqidah, b) ibadah, c) akhlak dan d) aktivitas
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
207
organisasi perserikatan Muhammadiyah. Adapun kriteria untuk instrumen kedua
yaitu a) Kesetiaan, b) Prestasi kerja, c) Tanggungjawab, d) Ketaatan, e) Kejujuran,
f) Kerjasama, g) Prakarsa dan h) Kepemimpian.
Kedua instrumen yang digunakan di UMP tersebut, disusun oleh pihak yang
berbeda. Dalam hal ini, penyusun instrument penilaian kinerja dosen di UMP,
untuk instrumen pertama adalah pihak internal UMP yaitu LJM UMP sedangkan
intrumen kedua penyusunnya adalah pihak luar (pemerintah). Hasil penggunaan
instrumen ini didokumentasikan. Dalam hal ini Dokumen Hasil yang ada dan
disimpan di UMP adalah dokumen hasil penilaian kinerja yang dari internal UMP.
Sedangkan pihak yang bertanggungab jawab untuk menyimpan dokumen hasil
penilaian kinerja dosen adalah LJM UMP.
Penilai. Dalam praktek penilaian kinerja dosen di UMP melibatkan beberapa
pihak yang menjadi penilai, yang bisa dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu;
1) Penilai formal, terdiri dari: a) KaProdi dan b) Dekan, c) Purek I dan II, 2)
Penilai kelompok lini, terdiri dari; a) atasan dosen : Kaprodi) dan b) atasannya lagi
yaitu Dekan, Purek I dan II, 3) Penilai informal berupa mahasiswa, 4) Penilai
diri sendiri; yaitu dosen yang bersangkutan, 5) Penilai sejawat; teman dosen dan
ke 6) Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan; LJM.
Tujuan. Ada dua kelompok besar tujuan penilaian kinerja dosen di UMP,
yaitu 1) Tujuan Umum yaitu untuk terjadinya perbaikan kinerja dosen di masa –
masa yang akan datang dan 2) Tujuan Khusus; berupa; a) mengetahui kinerja
dosen dalam tiga aspek; (1) kinerja Tri Dharma PT, (2) perilaku umum dan (3)
Ke-Islaman dan Keorganisasian.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
208
Adapun metode yang digunakan dalam praktek penilaian kinerja dosen di
UMP ada 4, yaitu 1) Behavior Observation Scale (BOS), 2) Self Appraisal, 3)
Graphic Rating Scales dan 4) 360 Degree.
Waktu dan Tempat. Waktu yang digunakan UMP untuk melaksanakan
penilaian kinerja dosennya ada 2, yaitu; 1) Waktu formal, yaitu setiap semester ,
untuk penggunaan instrumen dari LJM, dan 2) Waktu informal; setiap hari
sepanjang semester, khususnya absen mengajar yang ada di bagian akademik yang
sebenarnya juga digunakan juga dalam penggunaan instrumen LJM. Sedangkan
tempat pelaksanaannya hanya satu yaitu on the job performance; di kampus UMP.
Hasil Penilaian Kinerja. Gambaran atas hasil penilaian kinerja bisa dilihat
dari aspek kinerja, pemanfaatan dan dampak penilaian kinerja itu sendiri. Untuk
kinerja dosen UMP, secara real rata-rata masih diantara interval nilai kurang
sampai baik. Faktor penyebabnya antara lain: a) kurang sosialisasi dan b)
kemustahilan memenuhi salah satu kriteria yang ada dalam instrumen
penilaian.Sedangkan untuk pemanfaatan atas hasil penilaian kinerja dosen di
UMP yang akan diusahakan ke depan antara lain untuk: a) Penentuan reward and
punishment, b) Pembinaan dosen dan c) Dokumentasi, d) upaya perbaikan sistem
penilaian kinerja dosen khususnya perbaikan salah satu kriteria yang adil yang ada
dalam instrument (khususnya kriteria ketepatan penyerahan nilai ujian oleh dosen
pengampu).
Dampak. Setelah penilaian kinerja dosen yang sudah dua periode ini
dilaksanakan di UMP maka bisa diketahui dampaknya sebagai berikut. Dampak
berupa peningkatan atau perbaikan kinerja dosen secara umum belum
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
209
kelihatan/belum ada perubahan berarti, kecuali untuk dharma pendidikan. Hal ini
bisa diketahui berdasarkan realitas kinerja dosen UMP masih biasa-biasa bahkan
antara berada pada level kurang sampai baik, kinerja dosen yang menunjukkan
yang lebih baik ada pada dharma pendidikan dan pengajaran. Realitas yang
demikian disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a) kurang sosialisasi, b)
ada standar/kriteria kerja yang tidak mungkin dipenuhi oleh sebagian dosen.
Pengembangan Kinerja, yang akan dilakukan UMP antara lain: a) penilaian
kinerja dosen UMP dijadikan sebagai dasar kepangkatan dosen dan pemberian
reward dosen, b) perbaikan atas sistem penilaian kinerja dosen, utamanya pada
aspek kebijakan terkait dengan; (1) penetapan waktu yang dijadikan standar
penilaian dharma pendidikan berupa ketepatan penyerahan nilai mata kuliah pasca
UAS, (2) mengurangi beban kerja dosen khususnya dosen FKIP (Matematika dan
Bahasa Indonesia) dengan cara menambah dosen LB khususnya yang berasal dari
kalangan pensiunan PNS (profesor), c) berupa usaha kreatif dosen yang mencoba
meningkatkan kinerjanya sesuai butir-butir di angket tanpa harus menunggu
umpan balik atas hasil penilaian kinerja dirinya dari pihak manajemen yang
memang belum dikomunikasikan.
Penilaian kinerja dosen Institut Agama Islam Imam Ghozali Cilacap.
Pada praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap dijumpai hal-hal yang
terkait dengan kebijakan, pelaksanaan, hasil serta pengembangan kinerja dosen itu
sendiri. Pertama tentang kebijakan penilaian kinerja dosen IAIIG Cilacap.
kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap lebih banyak
merupakan penyesuaian IAIIG terhadap tuntutan dari luar baik itu yang berkaitan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
210
dengan kewajiban untuk melakukan penilaian terhadap dosen DPK yang hanya
berjumlah 1 orang maupun kepentingan bagi individu-individu dosen yang sedang
mengurusi kepangkatan akademik dan sertifikasi dosen. Dengan demikian
menunjukkan bahwa kebijakan tetang penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap
adalah kebijakan “konvensional” guna mengikuti keperluan individu –individu
tertentu dosen, bukan semua dosen dan memang belum menjadi kebijakan formal
institut secara tertulis.
Kedua tentang Pelaksanaan Penilaian Kinerja Dosen. IAIIG Cilacap dalam
melaksanakan penilaian kinerja bagi dosennya menunjukkan sudah ada beberapa
aspek yang semestinya ada dalam sistem penilaian kinerja itu sendiri. Aspek-
aspek yang dimaksud adalah instrumen, penilai, tujuan, metode, waktu dan
tempat.
Alat ukur/instrument yang digunakan di IAIIG Cilacap untuk melakukan
penilaian kinerja dosen berupa: a) DP3, b) Evaluasi Dosen, c) Penilaian Dosen, d)
PAK dan e) absensi dosen mengajar. Bermacam-macamnya instrumen yang
digunakan berakibat banyak kriteria kinerja, yang harus dipenuhi dosen, yaitu
Pertama, 9 anchor di DP3 berupa (: 1). Kesetiaan, 2). Prestasi kerja, 3).
Tanggungjawab, 4). Ketaatan, 5). Kejujuran, 6). Kerjasama, 7). Prakarsa dan 8).
Kepemimpian). Kedua, empat kompetensi dosen (kompetensi pedagogik,
profesional, kepribadian dan sosial), Ketiga Penilaian Dosen dengan tiga kriteria,
yaitu; Sebelum, Proses dan Evaluasi pembelajaran serta Keempat ada 4 kriteria
dalam PAK mengacu kepada kriteria Komponen A, B, C dan D, dan Kelima
berupa kehadiran/keaktifan dalam absensi dosen.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
211
Dari instrumen-instrumen yang digunakan di IAIIG Cilacap maka bisa
diidentifikasi Penyusun instrumennya bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1)
kelompok dari luar IAIIG Cilacap, yaitu; (a) pemerintah (instrumen Evaluasi
Dosen sertifikasi, PAK dan DP3), dan (b) PT lain (Penilaian Dosen, dan (2)
kelompok dari dalam, yaitu Prodi dan institut (instrumen Absen Mengajar
Dosen).
Terlepas dari siapa yang menjadi penyusun instrumen penilaian kinerja dosen
di IAIIG Cilacap, semestinya setelah dilaksanakan penilaian kinerja akan
diperoleh hasil. Namun dokumen hasil penilaian kinerja dosen di IAIIG tidak ada,
kecuali untuk dokumen absen mengajar dosen.
Penilai. Yang menjadi penilai atas praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG
Cilacap ada 5, yaitu: 1) Penilai formal; a) KaProdi, b) Dekan, c) Purek I dan II, 2)
Penilai kelompok lini;a) atasan dosen : Kaprodi) dan b) atasannya lagi yaitu
Dekan, Purek I dan II, 3) Penilai informal; mahasiswa dan masyarakat, 4) Penilai
diri sendiri; dosen yang bersangkutan dan 5) Penilai sejawat; teman dosen.
Tujuan. Tujuan penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap antara lain; 1)
perbaikan kualitas pembelajaran, 2) berkembangnya prodi-prodi, dan 3)
pembinaan prestasi.
Metode. Metode yang digunakan ada; 1) Behavior Observation Scale (BOS),
2) Self Appraisal, 3) 360 Degree dan 4) Behaviors Anchor Rating Scale (BARS).
Adapun waktu yang digunakan ada: 1) Waktu formal: setiap tahun; saat akreditasi
prodi, sertifikasi dosen dan kepangkatan dosen dan 2) Waktu informal; setiap hari
lewat absen mengajar dosen. Kemudian tempat pengukurannya di 1) IAIIG
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
212
Cilacap atau On the job performance dan di masyarakat atau 2) Off the job
performance.
Ketiga. Hasil penilaian kinerja dosen. terkait dengan hasil, maka diperoleh
informasi tentang a) kinerja real dosen, b) pemanfaatan hasil dan c) dampak
pasca dilakukannya penilaian kinerja dosen. Untuk kinerja dosen IAIIG Cilacap
secara umum belum seperti yang diharapkan. Secara khusus, kinerja dosen dalam
melaksanakan a) Pendidikan dan pengajaran, menunjukkan kinerja yang kurang.
Dalam hal sekedar memenuhi unsur jumlah minimal pertemuan saja sebagian
besar (sekitar 50%) tidak memenuhi, walaupun ada kasus dosen yang justru
melebihi dari standar yang ditetapkan. Dalam hal kerjasama dosen dengan dosen
atau dosen dengan mahasiswa cukup bagus. Kemudian untuk kemandirian dosen
secara umum bagus, namun dalam konteks pendidikan kurang. Demikian juga
kreativitas ataupun inovasi dalam rangka memperbaiki kualitas perkuliahan masih
kurang, tepatnya rata-rata kurang karena baru beberapa orang dosen yang sudah
melakukan itu seperti kreativ untuk menvariasi penggunaan metode/strategi
pembelajaran maupun penggunaan media.
Kemudian kinerja dosen IAIIG Cilacap pada dharma b) Penelitian,
menunjukkan kinerja yang masih sangat kurang, walaupun saat ini sudah ada
upaya dari institut untuk mendongkrak kinerja penelitian ini dengan menggulirkan
kebijakan berupa pemberian dana penelitian dari dalam, walaupun jumlahnya
masih terbatas. Sedangkan untuk kinerja dosen dalam melaksanakan dharma c)
Pengabdian pada Masyarakat, juga belum baik dan merata. Maksudnya tidak
setiap dosen melakukannya, seperti bagi dosen yang kebetulan menjadi
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
213
mubaligh/at, kinerja mereka sangat bagus, tapi karena tidak semua dosen IAIIG
Cilacap menjadi mubaligh/ghat maka aspek ini juga belum merata, demikian juga
dalam hal pengabdian kepada masyarakat di bidang pendidikan juga masih
terbatas jumlah dosen.
Adapun pemanfaatan hasil penilaian kinerja dosennya yang sudah dilakukan
adalah untuk hal-hal: 1) penentuan pembagian tugas dan pemutusan hubungan
kerja, 2) pengarahan/pembinaan dan 3) pemberian kompensasi. Lewat
pemanfaatan hasil penilaian kinerja kemudian akan memberikan dampak bagi
perubahan kinerja dosen ternilai. Dalam hal ini dampak atas penilaian kinerja
dosen IAIIG Cilacap belum menunjukkan kinerja seperti yang diharapkan, dan
belum terjadi perubahan kinerja yang lebih baik. Hal ini terbukti mengingat
realitas kinerja dosen IAIIG Cilacap rata-rata masih kurang. Hal ini disebabkan
oleh: a) belum tertatanya sistem, b) banyaknya penggunaan instrumen untuk
keperluan-keperluan tertentu yang sifatnya temporal dan tidak menyentuh seluruh
dosen, c) belum ada sosialiasai yang efektif, dan d) pembinaan dosen tidak tepat
sasaran.
Keempat tentang pengembangan kinerja dosen. IAIIG Cilacap melakukan
pengembangan kinerja dosennya melalui: 1) pembinaan dosen secara bertahap
serta umum, dan 2) merencanakan penyusunan instrumen yang lebih baik.
Penilaian Kinerja Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul
Ulama Kebumen. Informasi terkait praktek penilaian kinerja dosen STAINU
Kebumen sebagaimana dua PTI/AIS terdahulu, diperoleh informasi tentang
kebijakan, pelaksanaan penilaian kinerja (meliputi instrumen, penilai, tujuan,
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
214
metode, waktu dan tempat penilaian kinerja), hasil penilaian kinerja (meliputi:
kinerja real dosen, pemanfaatan hasil penilaian dan dampak yang terwujud pasca
dilakukannya penilaian kinerja) dan pengembangan kinerja dosen.
Pertama tentang kebijakan penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen.
Kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen mengacu kepada
pemberlakuan kebijakan dari luar tentang sertifikasi dosen, yang sekaligus
digunakan oleh STAINU Kebumen untuk keperluan penilaian kinerja dosen
menjelang akreditasi program studi dan sertifikasi dosen.
Kedua tentang pelaksanaan penilaian kinerja dosen. Dalam melaksanakan
penilaian kinerja dosen, STAINU Kebumen menggunakan dua Alat
ukur/instrumen yaitu a) Evaluasi Dosen, serta b) Absensi Mengajar dosen,
sedangkan untuk pengukuran idiologi NU dosen tanpa menggunakan instrument
khusus tetapi langsung ke human instrument. Dari instrumen tersebut maka
Kriteria Kinerja, yang hendak dipenuhi dosen adalah a) kompetensi pedagogik, b)
profesional, c) kepribadian dan d) sosial (Evaluasi Dosen), serta f)
keaktifan/kehadiran dosen mengajar dalam instrumen kedua (absen Mengajar
dosen) dan g) idiologi NU.
Instrumen-instrumen yang digunakan STAINU Kebumen disusun oleh 2
pihak, yaitu; 1) pihak luar yaitu pemerintah (Evaluasi Dosen) dan 2) pihak dalam
yaitu Prodi (Absen Mengajar Dosen.) Namun dokumen hasil penilaian kinerja
belum semunya didokumentasikan. 1) Hasil dari penggunaan instrumen pertama
belum terdokumentasikan dan belum direkap, sedangkan untuk 2) instrumen
kedua sudah terdokumentasikan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
215
Penilai. Ada beberapa kelompok penilai dalam praktek penilaian kinerja
dosen di STAINU Kebumen, yaitu 1)Penilai formal; a) KaProdi, b) Puket II, c)
Ketua, 2) Penilai kelompok lini;a) atasan dosen : Kaprodi) dan b) atasannya lagi
yaitu Puket II dan Ketua, 3) Penilai informal; mahasiswa dan organisasi NU.
Adapun Tujuan dari penilaian kinerja dosennya adalah untuk: 1)
pembinaan/peningkatan/perbaikan kualitas dosen utamanya dalam pembelajaran,
2) pembagian tugas sampai kepada pemutusan hubungan kerja. Kemudian
Metode yang digunakan ada; 1) BOS, 2) 360 degree dan 3) Self appraisal.
Sedangkan waktu penilaian ada dua, yaitu; 1) Waktu formal: setiap semester,
untuk instrumen Evaluasi Dosen dan 2) Waktu informal: setiap hari sepanjang
semester (Absen Mengajar) dan penilaian sikap dan amaliyah NU dosen.
Demikian juga halnya dengan tempat penilaian kinerja dosen yaitu: 1) On the job
performance; di STAINU Kebumen dan 2) Off the job performance; di
NU/yayasan.
Ketiga tentang hasil penilaian kinerja dosen. terkait dengan hasil penilaian
kinerja dosen diperoleh informasi berupa kinerja dosen, pemanfaatan hasil serta
dampak atas penilaian kinerja itu sendiri. Kinerja real dosen STAINU sebagai
hasil proses penilaian kinerja menunjukkan kalau kinerja dosen STAINU yang
relatif terukur dan sudah berjalan relatif baik adalah kinerja dosen dalam
melaksanakan dharma pendidikan dan pengajaran. Sedangkan untuk dharma yang
lain belum menunjukkan kinerja yang optimal. Artinya secara umum kinerja
dosen STAINU Kebumen belum optimal. Hal ini terjadi karena baru di dharma
pendidikan dan pengajaranlah tindakan tegas berupa pemutusan hubungan kerja
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
216
dilakukan pihak manajemen STAINU jika dosen tidak mampu menunjukkan
kinerja yang bagus. Sedangkan di dharma yang lain tidak demikian. Kemudian
dalam hal pemanfaatan hasil penilaian kinerja dosen, STAINU Kebumen sudah
menggunakannya untuk keperluan: 1) penentuan pembagian tugas (mengampu
mata kuliah di semester berikutnya) karena dianggap mampu/berprestasi, 2)
pemutusan hubungan kerjanya dan 3) studi lanjut.
Berdasarkan pemanfaatan tersebut maka dampak berupa perubahan atau
perbaikan ataupun pengembangan kinerja dosen di masa berikutnya bisa
diwujudkan. Adapun Dampak atas praktek penilaian kinerja dosen di STAINU
Kebumen sudah relatif kelihatan walaupun baru terbatas pada dharma pendidikan
dan penguatan idiologi NU sebagai jati diri dosen.
Pengembangan Kinerja dosen STAINU Kebumen dilakukan dengan; a)
standarisasi kualifikasi dosen S2 maupun studi lanjut, 2) sertifikasi, 3)
pengiriman pelatihan, 4) diskusi dosen, 5) penelitian dosen dan 6) penulisan
jurnal, serta melakukan upaya pengembangan ke depan berupa; 1) mendorong
penggunaan media terutama IT , 2) perbaikan imbalan atas perbaikan kinerja
dosen berupa kesejahteraan dosen.
Sesuai dengan tujuan khusus penelitian ini, yaitu untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran atas praktek penilaian kinerja dosen PTI/AIS yang
meliputi komponen: kebijakan, pelaksanaan yang berkaitan dengan ada tidaknya
unsur-unsur: a) instrumen, b) tujuan, c) penilai, d) metode, e) waktu, dan f)
tempat, juga hasil penilaian berupa informasi tentang: a) kinerja dosen, b)
pemanfaatan dan c) dampak penilaian bagi kinerja dosen di masa datang dan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
217
terakhir tentang pengembangan kinerja dosen PTI/AIS yang sudah terjadi, maka
secara keseluruhan temuan penelitian ini bisa diringkaskan sebagai berikut.
PTI/AIS sudah melaksanakan atau mempraktekkan penilaian kinerja dosen
di masing-masing lembaganya dengan kekhasan yang dimilikinya. Hal ini bisa
dibuktikan dengan perolehan data yang relatif lengkap tentang komponen-
komponen yang ada dalam sistem penilaian kinerja itu sendiri, yaitu:
Pertama tentang Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS. Kebijakan
PTI/AIS dalam melaksanakan kegiatan penilaian kinerja dosen bisa dikelompokka
menjadi dua, yaitu 1) kebijakan yang berangkat dari kesadaran intern pihak
manajemen PTI/AIS, dan 2) kebijakan yang berangkat karena desakan/tuntutan
dari luar. Kebijakan jenis pertama memberikan konsekuensi munculnya kebijakan
formal-tertulis di tingkat pimpinan tertinggi PTI/AIS yang kemudian
didelegasikan kepada unit khusus untuk melakukannya yaitu LJM. Sedangkan
kebijakan jenis kedua merupakan kebijakan konvensional yang tidak tertulis serta
lebih sekedar untuk memenuhi kepentingan sekelompok dosen (tidak merata
keseluruh dosen) seperti untuk kepentingan pengurusan sertifikasi dosen,
kepangkatan akademik dosen maupun kepentingan Prodi menjelang proses
perpanjangan akreditasi Prodi.
Kedua tentang Pelaksanaan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS. Secara
umum pelaksanaan penilaian kinerja dosen PTI/AIS sudah memenuhi unsur-unsur
yang semestinya ada, seperti instrumen, tujuan, penilai, metode, waktu dan tempat
dilakukannya penilaian itu sendiri. Gambaran dari masing-masing unsur tersebut
adalah sebagai berikut.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
218
Instrumen penilaian kinerja dosen PTI/AIS yang digunakan cukup beragam,
diantaranya adalah 1) Penilaian Kinerja Dosen, 2) DP3, 3) Evaluasi Dosen, 4)
Penilaian Dosen, 5) PAK dan 6) Absensi Dosen. Adapun kriteria kinerja yang ada
dalam instrumen tersebut, meliputi 1)Tri Dharma PT (;a) pendidikan dan
pengajaran, b) penelitian dan c) pengabdian pada masyarakat)), 2) Perilaku Umum
(;a) tanggungjawab, b) kreativitas, c) kerjasama, d) kedisiplinan, e) kohesivitas, f)
akhlak, g) kepemimpinan dan h) orientasi pelanggan), 3) Keislaman
Keorganisasian (;a) aqidah, b) ibadah, c) akhlak dan d) aktivitas organisasi
perserikatan muhammadiyah.), 4) idiologi agama (NU), 5) Kesetiaan, 6). Prestasi
kerja, 7). Tanggungjawab, 8). Ketaatan, 9). Kejujuran, 11). Kerjasama, 12).
Prakarsa dan 13). Kepemimpian). 14) kompetensi pedagogik, 15) kompetensi
profesional, 16) kompetensi kepribadian, 17) kompetensi sosial, 18) sebelum
pembelajaran, 19) proses pembelajaran, 20) evaluasi pembelajaran, 21) komponen
A, 22) komponen B, 23) komponen C, 24) komponen D dan 25) kedisiplinan
mengajar. Kemudian yang menjadi penyusun instrumen tersebut adalah; 1) pihak
luar PTI/AIS, dalam hal ini adalah; a) pemerintah dan b) PT lain, dan 2) pihak
dalam PTI/AIS seperti; a) LJM dan b) Prodi, c) institute. Kemudian terkait dengan
dokumen hasil atas penggunaan instrumen penilaian kinerja dosen PTI/AIS; 1)
ada yang terdokumentasikan; seperti untuk instrumen a) Penilaian Kinerja Dosen,
b) Absen mengajar, dan 2) ada yang tidak terdokumentasikan seperti untuk
instrumen; a) Evaluasi Dosen, b) Penilaian Dosen, c) DP3, dan d) PAK.
Penilai. Ada beberapa pihak yang dilibatkan sebagai penilai dalam praktek
penilaian kinerja dosen di PTI/AIS. Penilai – penilai yang dimaksud adalah: a)
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
219
Penilai formal; terdiri dari (1) KaProdi, (2) Dekan, (3) Purek/Puket I, Purek/Puket
II dan 4) Ketua, b) Penilai kelompok lini; berupa 1) atasan dosen seperti : (a)
Kaprodi) dan 2) atasannya lagi yaitu (a) Dekan, (b) Purek/Puket I, (c) Purek/Puket
II dan (d) Ketua, c) Penilai informal; berupa 1) mahasiswa, 2) masyarakat dan 3)
organisasi NU, d) Penilai diri sendiri; dosen yang bersangkutan, e) Penilai
sejawat; teman dosen, e) Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan; LJM.
Tujuan. Tujuan penilaian kinerja dosen PTI/AIS ada dua kategori tujuan,
yaitu: 1) tujuan kelembagaan,seperti; a) lembaga mengetahui kinerja real dosen,
b) pembinaan-perbaikan kualitas prestasi khususnya kualitas pembelajaran, c)
pembagian tugas mengajar, d) pemutusan hubungan kerja, dan 2)tujuan individu
dosen; perbaikan kinerja dosen di masa datang.
Metode. Ada beberapa metode yang digunakan oleh PTI/AIS dalam
melaksanakan penilaian kinerja dosennya, yaitu; a) BOS, b) BARS, c) Self
appraisal, d) 360 degree dan e) Graphic rating scales.
Waktu. Dalam hal penggunaan waktu penilaian kinerja dosennya, PTI/AIS
menggunakan dua waktu sekaligus, yaitu a) Waktu formal: setiap semester dan
atau setiap tahun, serta b) Waktu informal, yaitu setiap hari (terus –menerus)
sepanjang semester/tahun.
Tempat. Tempat dilaksanakannya penilaian kinerja di PTI/AIS ada dua
tempat, yaitu; a) On the job performance;yaitu di masing-masing kampus
PTI/AIS dan b) Off the job performance; yang dilaksanakan di luar kampus
PTI/AIS tetapi langsung di masyarakat dan atau di Yayasan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
220
Ketiga tentang Hasil Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS. Berbicara tentang
hasil penilaian kinerja dosen berarti berbicara tentang kinerja real dosen,
pemanfaatan hasil penilaian untuk memperbaiki/mengembangkan kinerja dosen di
masa yang akan datang dan dampak yang diperoleh pasca dilakukannya penilaian
kinerja dosen.
Kinerja dosen PTI/AIS. Secara umum kinerja dosen belum menunjukkan
kinerja seperti yang diharapkan, terlepas penilaian itu dilakukan sebagai sebuah
kebutuhan atau sekedar memenuhi tuntutan. Secara spesifik kinerja dosen relatif
cukup baik terutama dalam melaksanakan dharma pendidikan.
Pemanfaatan. PTI/AIS memanfaatkan hasil penilaian kinerja dosennya
untuk hal-hal; a) pembagian tugas mengajar, b) pemutusan hubungan kerja, c)
studi lanjut, d) pengarahan/pembinaan dosen, e) penentuan reward/kompensasi
and punishment, dan f) Dokumentasi.
Dampak. Dampak penilaian kinerja dosen yang muncul pasca dilakukannya
penilaian kinerja dosen di PTI/AIS adalah: a) secara umum belum ada perubahan
yang signifikan, sedangkan b) secara khusus ada perubahan kinerja terutama di
dharma pendidikan dan pengajaran. Hal ini bisa dilihat berdasarkan realitas
kinerja dosen: a) secara umum masih biasa (rata-rata diantara kurang dan baik), b)
secara khusus (kinerja di dharma pendidikan dan pengajaran) relatif lebih baik.
Realitas yang demikian juga menunjukkan bahwa praktek penilaian kinerja dosen
PTI/AIS belum efektif. Realitas kinerja dosen PTI/AIS yang menunjukkan belum
adanya perbaikan kinerja yang lebih baik (berkembang); terutama kinerja secara
umum /komprehensif, antara lain disebabkan: a) kurangnya sosialisasi, b)
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
221
kemustahilan memenuhi salah satu kriteria yang ada dalam instrumen penilaian, c)
belum tertatanya sistem penilaian kinerja dosen, d) banyaknya penggunaan
instrumen penilaian kinerja, e) adanya pembinaan yang masih umum dan tidak
tepat sasaran dan f) Ketegasan pemutusan hubungan kerja. Faktor terakhir inilah
yang justru menyebabkan kinerja dosen yang lebih baik dalam melaksanakan
dharma pendidikan dan pengajaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya kreativitas
dosen untuk membuat perkuliahan lebih bermutu agar mahasiswa sebagai
pelanggan utama merasa nyaman dan tidak komplain kepada manajemen
PTI/AIS. Tidak adanya komplain inilah yang kemudian akan menghindarkan
dosen dari pemutusan hubungan kerja oleh PTI/AIS.
Keempat tentang Pengembangan Kinerja Dosen PTI/AIS. Beberapa agenda
pengembangan kinerja dosen yang sudah maupun yang akan dilakukan PTI/AIS
berdasarkan temuan penelitian adalah: 1) standarisasi kualifikasi dosen S2
maupun studi lanjut, 2) sertifikasi, 3) pengiriman pelatihan, 4) diskusi dosen, 5)
penelitian dosen dan 6) penulisan jurnal, 7) mendorong penggunaan media
terutama IT , 8) perbaikan imbalan atas perbaikan kinerja dosen berupa
kesejahteraan dosen, 9) pembinaan dosen secara bertahap serta umum, dan 10)
merencanakan penyusunan instrumen yang lebih baik, 11) landasan kepangkatan
dosen dan pemberian reward dosen, 12) perbaikan atas sistem penilaian kinerja
dosen, 13) usaha kreatif dosen yang mencoba meningkatkan kinerjanya sesuai
butir-butir di angket tanpa harus menunggu umpan balik atas hasil penilaian
terhadap dirinya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
222
***
Dari keseluruhan temuan penelitian tentang praktek penilaian kinerja dosen
dalam pengembangan kinerja dosen di UMP, IAIIG Cilacap dan STAINU
Kebumen dapat diringkaskan sekaligus diambil preposisi temuan penelitian
sebagaimana dituangkan dalam tabel berikut.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
223
Tabel.4.1
Temuan Dan Proposisi Temuan Penelitian
Rumusan
Masalah
UM Purwokerto IAIIG
Cilacap
STAINU
Kebumen
Proposisi
Temuan
Penelitian
1. Kebijakan
penilaian
kinerja dosen
Kebijakan tentang
penilaian kinerja
dosen merupakan kebijakan formal
universitas yang
diserahkan pengelolaannya
kepada unit khusus
yaitu Lembaga Jaminan Mutu
(LJM) UMP.
Artinya
kewenangan untuk melakukan
penilaian kinerja
dosen UMP secara periodik ada di
tangan LJM UMP.
Kebijakan
tentang
penilaian kinerja dosen di IAIIG
Cilacap adalah
kebijakan “konvensional”
yang lebih
berorientasi pada layanan
kepada
sekelompok
dosen karena tuntutan luar,
seperti
sertifikasi dosen dan kepangkatan
akademik..
.
Kebijakan
tentang
penilaian kinerja dosen di
STAINU
Kebumen mengacu kepada
pemberlakuan
kebijakan dari luar tentang
sertifikasi
dosen, yang
sekaligus digunakan oleh
STAINU
Kebumen untuk keperluan
penilaian kinerja
dosen menjelang
akreditasi program studi
dan sertifikasi
dosen yang berjalan secara
konvesional
bukan menjadi kebijakan
formal tertulis.
Kebijakan
tentang
penilaian
kinerja dosen
merupakan
kebijakan:
a) formal
(tertulis)
b) konvensional (tidak
tertulis
tetapi
dilakukan).
2. Pelaksanaan
Penilaian
Kinerja:
a. Alat Ukur/
Instrumen
Alat ukur/ instrumen yang
digunakan UMP
berupa instrumen :
1) Penilaian
Kinerja Dosen
(PKD) untuk
seluruh dosen
dan
2) DP3 khusus
untuk dosen
DPK.
Alat ukur/ instrumen. Yang
digunakan di
IAIIG Cilacap
berupa:
1) DP3,
2) Evaluasi
Dosen,
3) Penilaian
Dosen,
4) PAK dan
5) Absensi dosen
mengajar.
Alat ukur/ instrumen,ada
dua instrumen
yang digunakan di STAINU
yaitu:
1) Evaluasi
Dosen serta
2) Absensi
Mengajar
dosen.
sedangkan
untuk
Alat ukur/ instrumen:
1) Penilaian
Kinerja
Dosen,
2) DP3,
3) Evaluasi
Dosen,
4) Penilaian
Dosen,
5) PAK dan
6) Absensi Dosen.
Kriteria
kinerja
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
224
Kriteria
Kinerja. Untuk
Instrumen
Pertama ada tiga
kriteria utama (= kriteria perilaku
dan hasil), yaitu: Pertama, Tri
dharma PT yang diperinci lagi;
a) penilaian
pendidikan
dan
pengajaran,
juga diperinci
lagi menjadi;
(1) proses
belajar
mengajar,
kedisiplinan
dosen, dan
ketepatan
penyerahan
nilai hasil
ujian,
b) penilaian
penelitian dan
c) penilaian
pengabdian
masyarakat.
Kedua,
Penilaian Umum
(= kriteria
perilaku) kinerja
yang diperinci:
a) tanggungjawa
b,
b) kreativitas,
c) kerjasama,
d) kedisiplinan,
e) kohesivitas,
f) akhlak,
g) kepemimpina
n dan
h) orientasi
pelanggan.
Ketiga,
Kriteria
kinerja, yaitu: Pertama, 9
anchor di DP3
(=kriteria
perilaku) berupa:
1) kesetiaan,
2) prestasi kerja,
3) tanggungjawa
b,
4) ketaatan,
5) kejujuran,
6) kerjasama,
7) prakarsa dan
8) kepemimpian.
Kedua, empat
kompetensi
dosen (= kriteria,
), yaitu:
1) kompetensi
pedagogik,
2) kompetensi
profesional,
3) kompetensi
kepribadian
dan
4) kompetensi
sosial.
Ketiga
Penilaian Dosen
(=kriteria
perilaku) dengan
tiga kriteria,
yaitu;
1) sebelum
pembelajaran
2) selama proses
pembelajaran
dan
3) evaluasi
pembelajaran.
Keempat. ada
4 kriteria dalam
PAK (=kriteria
hasil) mengacu
kepada kriteria:
idiologi NU
tanpa
instrumen Kriteria
Kinerja, empat kompetensi
dosen (=kriteria
perilaku),
berupa:
1) kompetensi
pedagogik,
2) kompetensi
profesional,
3) kompetensi
kepribadian
dan
4) kompetensi
sosial
(Evaluasi
Dosen), serta
5) keaktifan/
kehadiran
dosen
mengajar
dalam
instrumen
kedua (absen
Mengajar
dosen)
(=kriteria
perilaku) dan
6) idiologi
NU(=kriteria
sifat) Penyusun
Instrumen, ada
2, yaitu:
1) pihak luar
yaitu
pemerintah
(Evaluasi
Dosen) dan
2) pihak dalam
yaitu Prodi
(Absen
Mengajar
Dosen)
(=kriteria perilaku, sifat
dan hasil),
meliputi:
Pertama,
1) Tri Dharma
PT: a)
pendidikan
dan
pengajaran,
b) penelitian
dan c)
pengabdian pada
masyarakat)
2) Perilaku
Umum : a)
tanggungja
wab, b)
kreativitas,
c)
kerjasama,
d)
kedisiplinan, e)
kohesivitas,
f) akhlak, g)
kepemimpin
an dan h)
orientasi
pelanggan),
3) Keislaman
Keorganisas
ian: a)
aqidah, b)
ibadah, c) akhlak dan
d) aktivitas
organisasi
perserikatan
muhammadi
yah.),
4) Idiologi
agama
(NU),
5) Kesetiaan,
6) Prestasi kerja,
7) Tanggungja
wab,
8) Ketaatan,
9) Kejujuran,
10) Kerjasama,
11) Prakarsa
dan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
225
Keislaman dan
Keorganisasian (=
kriteria sifat dan
perilaku) yang
diperinci lagi;
a) aqidah,
b) ibadah,
c) akhlak dan
d) aktivitas
organisasi
perserikatan
muhammadiyah
.
Adapun kriteria
untuk instrumen
kedua (= kriteria
perilaku) yaitu:
a) kesetiaan,
b) prestasi kerja,
c) tanggungjawab,
d) ketaatan,
e) kejujuran,
f) kerjasama,
g) prakarsa dan
h) kepemimpian.
Penyusun
Instrumen.
Instrumen pertama
disusun oleh pihak
internal UMP yaitu
LJM UMP
sedangkan intrumen kedua disusun oleh
pihak luar
(pemerintah). Dokumen
Hasil: ada dan
disimpan di LJM UMP.
1) komponen A,
2) komponen B,
3) komponen C
dan
4) komponen D.
Kelima
berupa
kehadiran/keakt
ifan dalam
absensi dosen
(=kriteria
perilaku). Penyusun
instrumen di
IAIIG ada dua kelompok yaitu:
1) pihak luar
IAIIG Cilacap, yaitu; (a)
pemerintah
(instrumen Evaluasi Dosen
sertifikasi, PAK
dan DP3), dan
(b) PT lain
(Penilaian
Dosen, dan 2) pihak dalam
adalah Prodi
dan institut
(instrumen Absen
Mengajar
Dosen). Dokumen
hasil, hasil
pengukuran dan
penilaian kinerja dosen tidak
didokumentasika
n dengan baik, kecuali untuk
dokumen absen
mengajar dosen.
Dokumen
Hasil:
1) hasil dari
penggunaan
instrumen
pertama
belum
terdokumentas
ikan,
sedangkan
untuk
2) instrumen
kedua
terdokumentas
ikan.
12) Kepemimpian).
13) kompetensi
pedagogik,
14) kompetensi
profesional,
15) kompetensi
kepribadian,
16) kompetensi
sosial,
17) sebelum
pembelajaran,
18) proses pembelajaran,
19) evaluasi
pembelajaran,
20) komponen A,
21) komponen B,
22) komponen C,
23) komponen
D dan
24) kedisiplinan
mengajar.
Penyusun instrumen;
1) pihak luar; a)
pemerintah
dan b) PT
lain,
2) pihak dalam;
a) LJM dan
b) Prodi, c)
institut
Dokumen
hasil;
1) terdokumentasikan;
2) a) Penilaian
Kinerja
Dosen, b)
Absen
mengajar, dan 3) tidak
terdokumenta
sikan; a)
Evaluasi
Dosen, b) Penilaian
Dosen, c)
DP3, dan d)
PAK.
b). Penilai 1) Penilai formal; a)
KaProdi dan b)
Dekan, c) Purek I
dan II.
1) Penilai
formal; a)
KaProdi, b) Dekan, c)
1) Penilai
formal; a)
KaProdi, b) Puket II, c)
Penilai:
1). Penilai
formal; a) KaProdi,
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
226
2) Penilai kelompok lini;a) atasan dosen
: Kaprodi) dan b)
atasannya lagi yaitu Dekan, Purek
I dan II
3) Penilai informal; mahasiswa
4) Penilai diri sendiri;
dosen yang bersangkutan
5) Penilai sejawat;
teman dosen 6) Penilaian
berdasarkan
peninjauan lapangan; LJM
Purek I dan II 2) Penilai
kelompok lini;
a) atasan dosen :
Kaprodi) dan
b) atasannya lagi yaitu
Dekan, Purek
I dan II
3) Penilai informal;
mahasiswa
dan masyarakat
4) Penilai diri
sendiri; dosen yang
bersangkutan 5) Penilai
sejawat;
teman dosen
Ketua 2) Penilai
kelompok
lini;a) atasan dosen :
Kaprodi) dan
b) atasannya lagi yaitu
Puket II dan
Ketua 3) Penilai
informal;
mahasiswa
dan organisasi NU.
b) Dekan, c) Purek/
Puket I,
Purek/
Puket II
dan Ketua.
2) Penilai
kelompok
lini;a)
atasan
dosen : Kaprodi)
dan b)
atasannya lagi yaitu
Dekan,
Purek/ Puket I, Purek/ Puket II
dan Ketua 3) Penilai
informal;
mahasiswa, masyarakat
dan
organisasi NU.
4).Penilai diri
sendiri; dosen yang
bersangkut
an
5).Penilai sejawat;
teman
dosen 6).Penilaian
berdasarkan
peninjauan
lapangan; LJM UMP
c) Tujuan
/Kepentingan
1). Tujuan Umum;
untuk terjadinya
perbaikan
kinerja dosen
di masa-masa
yang akan
datang. 2).Tujuan Khusus;
Tujuan adalah:
1) perbaikan
kualitas
pembelajaran
,
2) berkembangnya prodi-prodi,
Tujuan:
1) pembinaan/
peningkatan/
perbaikan
kualitas
dosen
utamanya
Tujuan: 1) Kelembagaan
seperti; a) lembaga mengetahui kinerja real dosen, b) pembinaan-perbaikan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
227
mengetahui kinerja dosen
dalam tiga
aspek; a) kinerja Tri
Dharma PT, b)
perilaku umum
dan c) Ke-Islaman dan
Keorganisasian.
dan
3) pembinaan
prestasi
dalam
pembelajaran
,
2) pembagian
tugas sampai
kepada
pemutusan
hubungan
kerja.
kualitas prestasi khususnya kualitas pembelajaran, c) pembagian tugas mengajar, d)
pemutusan hubungan kerja, dan
a) Individu
dosen;
perbaikan
kinerja
dosen di
masa
datang.
d) Cara/Metode 1).Behavior
Observation
Scale (BOS). 2). Self Appraisal
3).Graphic Rating Scales
4). 360 Degree.
1).Behavior
Observation
Scale (BOS).
2). Self Appraisal 3). 360 Degree.
4).Behaviors
Anchor Rating Scale (BARS)
1). BOS
2). 360 degree
3). Self appraisal
Metode:
1). BOS
2). BARS
3).Self
appraisal
4). 360 degree
5).Graphic
rating
scales
e). Waktu 1).Waktu formal:
setiap semester ,
untuk instrumen
dari LJM
2).Waktu informal;
setiap hari sepanjang
semester,
khususnya absen
mengajar.
1). Waktu formal:
setiap tahun;
saat akreditasi
prodi, sertifikasi
dosen dan
kepangkatan dosen.
2).Waktu
informal;
setiap hari lewat absen
mengajar
dosen
1). Waktu formal:
setiap
semester,
untuk instrumen
Evaluasi
Dosen 2).Waktu
informal:
setiap hari
sepanjang semester
(Absen
Mengajar) dan penilaian
sikap dan
amaliyah NU dosen.
Waktu:
1).Waktu
formal:
setiap semester
dan tahun
2).Waktu
informal:
setiap hari
f). Tempat on the job
performance; di
UMP
1).On the job
performance; di IAIIG
Cilacap
2).Off the job
performance;
1).On the job
performance; di STAINU
Kebumen
2).Off the job
performance;
Tempat:
1).On the job
performance
; di UMP,
IAIIG dan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
228
di masyarakat di NU/yayasan
STAINU
2).Off the job
performance
;
masyarakat
dan NU/
Yayasan
3. Hasil
Penilaian
Kinerja:
a. Kinerja Dosen Kinerja dosen UMP, secara umum
belum optimal
karena rata-rata masih diantara
interval nilai
kurang sampai
baik.
Kinerja dosen IAIIG Cilacap
secara umum
belum optimal, dan secara
khusus masih
sangat kurang
untuk kinerja di dharma
penelitian.
Kinerja dosen secara umum
belum optimal.
Secara khusus di dharma
pendidikan dan
pengajaran
relatif lebih baik.
Secara umum
kinerja dosen PTI/AIS
belum
optimal, dan
secara khusus
menunjukkan
kinerja yang
lebih baik
untuk dharma
pendidikan
dan
pengajaran.
b. Pemanfaatan Pemanfaatan untuk:
1). Penentuan reward and punishment
2). Pembinaan dosen
3). Dokumentasi
Pemanfaatan
untuk: 1).Penentuan
pembagian
tugas dan pemutusan
hubungan
kerja 2).Pengarahan/
pembinaan
3).Pemberian
kompensasi
Pemanfaatan
untuk:
1).Penentuan
pembagian tugas
mengajar/
prestasi
2).Pemutusan hubungan
kerja
3). Studi lanjut
Pemanfaatan
untuk: 1) Pembagian
tugas
mengajar
2) Pemutusan
hubungan
kerja
3) Studi lanjut
4) Pengarahan/
pembinaan Dosen
5) Penentuan
reward/
(kompensasi
dan
punishment 6) Dokumentasi
c. Dampak 1). Dampak secara
umum belum kelihatan/belum
ada perubahan
berarti. Kecuali untuk dharma
pendidikan.
2). Realitas kinerja
1) Dampak
belum ada
perubahan
signifikan 2) Realitas
kinerja dosen IAIIG Cilacap
rata-rata masih
1) Dampak
sudah
kelihatan
walaupun
baru terbatas
pada dharma
pendidikan
1).Dampak :
a) secara umum
belum ada
perubahan signifikan,
b) secara
khusus ada
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
229
dosen UMP masih biasa-
biasa bahkan
antara berada pada level
kurang sampai
baik, ada yang
lebih baik di pendidikan dan
pengajaran
3).Faktor penyebab: a)
kurang
sosialisasi, b) ada
standar/kriteria
kerja yang tidak
mungkin dipenuhi oleh
sebagian dosen.
kurang. 3). Faktor
penyebab:
a) belum tertatanya
sistem, b)
banyaknya
penggunaan
instrumen
untuk keperluan-
keperluan
tertentu yang
sifatnya
temporal
dan tidak menyentuh
seluruh
dosen, c) belum ada
sosialiasai
yang efektif, d)
pembinaan
dosen tidak
tepat sasaran
dan idiologi
NU sebagai
jati diri.
2) Realitas
kinerja dosen realtif baik
khusus di
dharma pendidikan
dan
pengajaran
serta idiologi NU dosen.
3) Faktor
penyebab: a) tindakan tegas
dalam
pembuatan
keputusan pembagian
tugas
mengajar ataupun
pemberhentian
kerja, b) desain
STAINU
sebagai
lembaga pengkaderan.
perubahan kinerja
terutama di
dharma pendidikan
dan
pengajaran.
2).Realitas kinerja
dosen: a)
secara umum
masih
biasa (rata-rata
diantara
kurang dan
baik), b) secara
khusus
(kinerja di dharma
pendidikan
dan pengajaran
) relatif
lebih baik.
3).Faktor penyebab
tidak
efektif: a) belum
tertatanya
sistem, b)
kurang sosialisasi,
c)
banyaknya instrumen
yang
digunakan, d)
pembinaan
dosen tidak
tepat sasaran.
Sedangkan
faktor penyebab
efektif
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
230
dalam melaksana
kan
dharma pendidikan
dan
pengajaran
: a) tindakan
tegas
dalam pembuatan
keputusan
manajemen berupa
pembagian
tugas dan
pemutusan hubungan
kerja, b)
desain PT sebagai
lembaga pengkaderan idiologi agama .
d. Pengembangan
Kinerja
Pengembangan
kinerja dosen UMP dilakukan dengan:
1).Sebagai dasar
kepangkatan dosen dan
pemberian
reward dosen
2). Perbaikan atas sistem penilaian
kinerja dosen,
utamanya pada aspek kebijakan
terkait dengan;
(1) penetapan waktu yang
dijadikan
standar
penilaian dharma
pendidikan
berupa ketepatan
Pengembangan
kinerja dosen IAIIG Cilacap
dilakukan
dengan: 1).Pembinaan
dosen secara
bertahap serta
umum 2).Merencanakan
penyusunan
instrumen yang lebih
baik.
Pengembangan
kinerja dosen di STAINU
Kebumen
dilakukan melalui:
1) Standarisasi
kualifikasi
dosen S2
maupun studi
lanjut
2) Sertifikasi 3) Pengiriman
pelatihan 4) Diskusi dosen
5) Penelitian
dosen 6) Penulisan
jurnal
7) Mendorong penggunaan
media
Pengembang
an kinerja dosen di
PTI/AIS:
1) Standarisasi
kualifikasi
dosen S2
maupun
studi
lanjut
2) Sertifikasi 3) Pengiriman
pelatihan
4) Diskusi dosen
5) Penelitian
dosen 6) Penulisan
jurnal
7) Mendorong penggunaan
media
terutama IT
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
231
penyerahan nilai mata
kuliah pasca
UAS, (2) mengurangi
beban kerja
dosen
khususnya dosen FKIP
(Matematika
dan Bahasa Indonesia)
dengan cara
menambah dosen LB
khususnya yang
berasal dari
kalangan pensiunan PNS
(profesor),
3).Usaha kreatif dosen yang
mencoba
meningkatkan kinerjanya
sesuai butir-
butir di angket
tanpa harus menunggu
umpan balik
atas hasil penilaian
kinerja dirinya
dari pihak
manajemen yang memang
belum dikomunikasikan.
terutama IT 8) Perbaikan
imbalan atas
perbaikan kinerja dosen
berupa
kesejahteraan
dosen.
8) Perbaikan imbalan
atas
perbaikan kinerja
dosen
berupa kesejahtera
an dosen
9) Pembinaan dosen
secara
bertahap
serta umum
10).Merencan
akan penyusunan
instrumen
yang lebih
baik 11).Menjadikan
nya sebagai
landasan
kepangkatan
dosen dan
pemberian
reward
dosen 12).Perbaikan
atas sistem
penilaian
kinerja
dosen
13).Usaha
kreatif
dosen yang
mencoba meningkatk
an
kinerjanya
sesuai butir-
butir di
angket tanpa
harus
menunggu
umpan balik
atas hasil
penilaian terhadap dirinya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
232
2. Preposisi Penelitian
Berdasarkan temuan penelitian yang sudah dipaparkan pada sub bab
sebelumnya, maka dapat dikemukakan preposisi temuan penelitian yang memiliki
peluang untuk dijadikan sebagai model konseptual sistem penilaian kinerja dosen
dalam pengembangan kinerja dosen utamanya di PTI/AIS yang notabene-nya
masih banyak dijumpai kinerja dosennya belum banyak berkembang secara
maksimal.
PTI/AIS yang melaksanakan praktik penilaian kinerja dosen sesungguhnya
menangkap sekaligus memahami betul akan urgensi praktik manajemen SDM
pada umumnya dan khususnya fungsi penilaian kinerja (performance appraisal)
(Lunenburg dan Ornstein, 2006: 573). Praktik manajemen SDM khususnya
performance appraisal di PT menjadi sangat penting, karena PT sebagai
organisasi menghadapi berbagai macam tantangan-tantangan perubahan yang
sangat cepat. Tantangan-tantangan tersebut tidak mungkin bisa ditangkap sebagai
peluang oleh PTI/AIS untuk kemajuan lembaganya, jika PTI/AIS tidak
menggunakannya sebagai faktor peluang menjadi PT yang diburu oleh
masyarakat. Sedangkan tantangan tidak akan mungkin menjadi peluang jika
PTI/AIS tidak memiliki kemampuan untuk memenej SDM dosennya utamanya
memenej kinerja dosennya agar menjadi human capital-intelectual capital yang
paling ampuh untuk menjadikan PTI/AIS sebagai PT yang benar-benar
dibutuhkan dan diburu oleh masyarakat-pasar. Sedangkan salah satu cara ampuh
untuk memenej kinerja dosen PTI/AIS adalah dengan melaksanakan praktek
penilaian kinerja dosen yang efektif yang mampu mengembangkan kinerja dosen
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
233
di masa-masa yang akan datang. Artinya melalui penilaian kinerja dosen, dosen
ternilai akan mempeoleh masukan dan arahan agar kinerja di masa yang akan
datang semakin meningkat kualitasnya.
Berdasarkan temuan tersebut, maka preposisi temuan penelitian ini sebagai
berikut.
a. Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
Kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di lingkungan PTI/AIS memiliki
ragam yang berbeda. Setidaknya ada dua macam kebijakan, yaitu: a) formal –
tertulis dan b) kebijakan konvensional. Yang dimaksud dengan kebijakan formal
adalah kebijakan yang secara tertulis ada dan menjadi kebijakan resmi yang
dikeluarkan oleh manajemen PT. Sedangkan kebijakan informal adalah kebijakan
yang secara real ada pelaksanaannya namun secara resmi bukan kebijakan yang
terdokumentasikan dalam lembaran-lembaran resmi manajemen PT.
b. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Alat/Instrumen Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
Salah satu unsur atau komponen yang paling pertama harus ada di PTI/AIS
ketika akan melaksanakan fungsi penilaian kinerja dosennya adalah komponen
alat atau instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja real dosen. Tanpa
instrumen, tidak mungkin kinerja real dosen akan terambil untuk kemudian
dianalisis dan dicarikan alternatif solusi yang diperlukan.
Dalam hal penggunaan instrumen penilaian kinerja dosennya, PTI/AIS
menggunakan instrumen dengan karakteristik sebagai berikut.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
234
a). Wujud/Nama Instrumen.
Ada beberapa instrumen penilaian kinerja dosen yang digunakan PTI/AIS
dalam hal ini UMP, IAIIG Cilacap dan STAINU Kebumen. Instrumen-instrumen
yang dimaksud adalah 1) Penilaian Kinerja Dosen (PKD), 2) DP3, 3) Evaluasi
Dosen, 4) Penilaian Dosen, 5) PAK dan 6) Absensi Dosen.
b). Kriteria Kinerja.
Kriteria kinerja yang ada dalam instrumen penilaian kinerja dosen PTI/AIS,
meliputi : a) Tri Dharma PT yang terdiri dari: (1) pendidikan dan pengajaran, (2)
penelitian dan (3) pengabdian pada masyarakat)), b) perilaku Umum, meliputi: (1)
tanggungjawab, (2) kreativitas, (3) kerjasama, (4) kedisiplinan, (5) kohesivitas, (6)
akhlak, (7) kepemimpinan dan (8) orientasi pelanggan), c) keislaman dan
keorganisasian, berupa: (1) aqidah, (2) ibadah, (3) akhlak dan (4) aktivitas
organisasi perserikatan muhammadiyah.), d) idiologi agama (NU), e) kesetiaan, f)
prestasi kerja, g) tanggungjawab, h) ketaatan, i) kejujuran, j) kerjasama, k)
prakarsa dan l) kepemimpian), m) kompetensi pedagogik, n) kompetensi
profesional, o) kompetensi kepribadian, p) kompetensi sosial, q) sebelum
pembelajaran, r) proses pembelajaran, s) evaluasi pembelajaran, t) komponen A,
u) komponen B, v) komponen C, w) komponen D dan q) kedisiplinan mengajar.
c). Penyusun Instrumen.
Dari beberapa instrumen penilaian kinerja dosen yang digunakan di
lingkungan PTI/AIS, maka dapat diketahui siapa yang menjadi penyusun
instrumen tersebut. Yang menjadi penyusun instrumen penilaian kinerja dosen
PTI/AIS adalah: Pertama, Pihak luar PTI/AIS, dalam hal ini adalah; (1)
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
235
pemerintah dan (2) PT lain, dan Kedua pihak dalam PTI/AIS seperti; a) LJM, b)
Prodi, c) Institut.
d). Dokumen Hasil.
Terkait dengan penggunaan instrumen dalam praktik penilaian kinerja dosen
di PTI/AIS, semestinya hasilnya didokumentasikan. Artinya keseriusan praktik
penilaian kinerja dosen bisa dilihat dari terdokumentasikan tidaknya hasil
penilaian tersebut. Dalam hal ini terkait dengan dokumen hasil atas penilaian
kinerja dosen PTI/AIS maka bisa diperoleh informasi: a) ada yang
terdokumentasikan; seperti untuk instrumen (1) Penilaian Kinerja Dosen, (2)
Absen mengajar, dan b) ada yang tidak terdokumentasikan seperti untuk
instrumen; (1) Evaluasi Dosen, (2) Penilaian Dosen, (3) DP3, dan (4) PAK.
2). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Ada beberapa pihak yang dilibatkan sebagai penilai dalam praktik penilaian
kinerja dosen di PTI/AIS. Penilai –penilai yang dimaksud adalah:
a). Penilai formal; terdiri dari a) KaProdi, b) Dekan, c) Purek/Puket I,
Purek/Puket II dan d) Ketua.
b). Penilai kelompok lini; berupa a) Atasan dosen seperti : (1) Kaprodi) dan b)
Atasannya lagi yaitu (1) Dekan, (2) Purek/Puket I, (3) Purek/Puket II dan (4)
Ketua.
c). Penilai informal; berupa a) mahasiswa, b) masyarakat dan c) organisasi NU.
d). Penilai diri sendiri; dosen yang bersangkutan
e). Penilai sejawat; teman dosen
f). Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan; LJM UMP
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
236
3). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Tujuan yang ada dalam sistem penilaian kinerja dosen kedudukannya
sebagai dasar atau alasan kenapa praktik penilaian kinerja itu penting dilakukan.
Berdasarkan temuan penelitian maka yang menjadi tujuan penilaian kinerja dosen
PTI/AIS adalah: 1).Tujuan Kelembagaan, seperti; a) lembaga mengetahui kinerja
real dosen, b) pembinaan-perbaikan kualitas prestasi khususnya kualitas
pembelajaran, c) pembagian tugas mengajar, d) pemutusan hubungan kerja, dan
2). Tujuan Individu dosen seperti perbaikan kinerja dosen di masa datang.
4). Metode/Cara Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Ada beberapa metode yang digunakan oleh PTI/AIS dalam melakukan
penilaian kinerja dosennya, yaitu; 1) BOS, 2) BARS, 3) Self Appraisal, 4) 360
Degree dan 5) Graphic Rating Scales.
5). Waktu Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Dalam hal penggunaan waktu penilaian kinerja dosennya, PTI/AIS
menggunakan dua waktu sekaligus, yaitu 1) waktu formal: setiap semester dan
atau setiap tahun (periodik), serta 2) waktu informal, yaitu setiap hari (terus –
menerus) sepanjang semester/tahun.
6). Tempat Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Selain waktu, praktek penilaian kinerja dosen juga berhubungan dengan
tempat dilakukannya penilaian kinerja itu sendiri. Dalam hal ini PTI/AIS
khususnya UMP, IAIIG Cilacap dan STAINU Kebumen melaksanakan penilaian
kinerja dosen di dua tempat, yaitu; a) On the job performance; yaitu di masing-
masing kampus UMP, IAIIG Cilacap dan STAINU Kebumen, dan b) Off the job
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
237
performance; yaitu di luar kampus PTI/AIS yang langsung di masyarakat dan
atau di NU/Yayasan.
c. Hasil Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Kinerja Dosen PTI/AIS
Hasil penilaian kinerja dosen adalah informasi tentang kinerja real dosen
ternilai. Adapun kinerja real dosen PTI/AIS secara umum belum optimal masih
diantara rentang kurang baik dan baik, namun secara spesifik relatif lebih baik di
dharma pendidikan dan pengajaran. Kondisi real kinerja yang demikian
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: a) kurangnya sosialisasi, b)
kemustahilan memenuhi salah satu kriteria yang ada dalam instrumen penilaian, c)
belum tertatanya sistem penilaian kinerja dosen, d) banyaknya penggunaan
instrumen penilaian kinerja, e) adanya pembinaan yang masih umum dan tidak
tepat sasaran, dan f) ketegasan pemutusan hubungan kerja.
2). Pemanfaatan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Sebagaimana idealnya sebuah kegiatan penilaian kinerja dosen yang
memanfaatkan hasil penilaian kinerja dosennya, baik untuk kepentingan lembaga
(manajemen) dalam hal sebagai dasar untuk membuat keputusan ataupun
kebijakan manajemen terkait SDM dosennya, maupun untuk kepentingan
langsung dosennya, maka diketahui bahwa PTI/AIS memanfaatkan hasil penilaian
kinerja dosennya untuk hal-hal; a) pembagian tugas mengajar, b) pemutusan
hubungan kerja, c) studi lanjut, d) pengarahan/pembinaan dosen, e) penentuan
reward and punishment dan f) dokumentasi.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
238
3). Dampak Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS.
Perubahan kinerja menjadi lebih baik atau terjadinya pengembangan kinerja
dosen pasca dilakukannya penilaian kinerja dosen merupakan hal yang sangat
diharapkan dari praktik penilaian kinerja dosen di manapun itu, termasuk juga di
PTI/AIS. Adapun dampak yang terjadi di PTI/AIS adalah: 1) secara umum belum
ada perubahan signifikan atas kinerja dosen, sedangkan 2) secara khusus ada
perubahan kinerja dosen terutama kinerja dalam melaksanakan dharma
pendidikan dan pengajaran. Hal ini bisa dilihat berdasarkan realitas kinerja dosen:
1) secara umum masih biasa (rata-rata indeks kinerja diantara kurang dan baik), 2)
secara khusus (kinerja di dharma pendidikan dan pengajaran) relatif lebih baik.
Realitas yang demikian juga menunjukkan bahwa praktik penilaian kinerja dosen
PTI/AIS belum efektif.
Perubahan kinerja dosen yang belum signifikan terjadi di PTI/AIS walaupun
sudah dilakukan penilaian kinerja dikarenakan oleh faktor-faktor yang
dikelompokkkan ke dalam faktor penyebab tidak efektif dan faktor penyebab
efektif. 1) Faktor penyebab tidak efektif antara lain: a) belum tertatanya sistem, b)
kurang sosialisasi, c) banyaknya instrumen yang digunakan, d) pembinaan dosen
tidak tepat sasaran. Sedangkan 2) faktor penyebab efektif, khususnya dalam
melaksanakan dharma pendidikan dan pengajaran adalah: a) tindakan tegas oleh
manajemen dalam pembuatan keputusan berupa pembagian tugas mengajar dan
pemutusan hubungan kerja, b) desain PT sebagai lembaga pengkaderan idiologi
agama.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
239
d. Pengembangan Kinerja Dosen PTI/AIS
Pengembangan kinerja dosen sebagai tindak lanjut atas praktik penilaian
kinerja dosen di PTI/AIS dilakukan melalui: 1) standarisasi kualifikasi dosen S2
maupun studi lanjut, 2) sertifikasi, 3) pengiriman pelatihan, 4) diskusi dosen, 5)
penelitian dosen, 6) penulisan jurnal, 7) mendorong penggunaan media terutama
IT, 8) perbaikan imbalan atas perbaikan kinerja dosen berupa kesejahteraan
dosen, 9) pembinaan dosen secara bertahap serta umum, 10) merencanakan
penyusunan instrumen yang lebih baik, 11) menjadikannya sebagai landasan
kepangkatan dosen dan pemberian reward dosen, 12) perbaikan atas sistem
penilaian kinerja dosen, 13) usaha kreatif dosen yang mencoba meningkatkan
kinerjanya sesuai butir-butir di angket tanpa harus menunggu umpan balik atas
hasil penilaian terhadap dirinya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
240
B. Pembahasan
Berdasarkan temuan penelitian dan proposisi temuan penelitian
sebagaimana sudah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pembahasan atas proposisi temuan penelitian
tersebut dengan menggunakan teori atau konsep yang relevan sebagai berikut.
Untuk memudahkan melakukan pembahasan, maka pembahasan ini dipelah
menjadi tiga, yaitu 1) pembahasan khusus yaitu pembahasan secara khusus
tentang praktik penilaian kinerja dosen pada masing-masing PTI/AIS, 2)
pembahasan menengah yaitu pembahasan khusus perkomponen penilaian kinerja
di seluruh PTI/AIS dan 3) pembahasan umum yaitu pembahasan dalam perspektif
sistem untuk seluruh PTI/AIS.
1. Pembahasan Khusus
Untuk mengetahui praktik penilaian kinerja dosen secara real di masing-
masing PTI/AIS maka dilakukan pembahasan khusus sebagai berikut.
a. Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen UMP
Berdasarkan temuan penelitian dapat diketahui bahwa kebijakan tentang
penilaian kinerja dosen di UMP merupakan kebijakan formal universitas yang
diserahkan pengelolaannya kepada unit khusus yaitu Lembaga Jaminan Mutu
(LJM) UMP. Artinya kewenangan untuk menyiapkan dan melaksanakan penilaian
kinerja dosen UMP ada di tangan LJM UMP. Oleh karena itu unit ini
bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan penilaian kinerja dosen yang
menjadi bagian dari upaya penjaminn mutu akademik UMP. Otomatis segala hal
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
241
yang terkait dengan penilaian kinerja dosen mulai dari penentuan tujuan,
instrumen, penilai, waktu, tempat dan metode penilaian kinerja yang menentukan
adalah LJM.
Jika dilihat dalam kekuatan aspek formal tidaknya kebijakan tentang
penilaian kinerja dosen di UMP, maka kebijakan penilaian kinerja dosen di UMP
merupakan kebijakan formal yang relatif mampu memberikan dampak, karena
kebijakan formal mampu mengikat pihak-pihak yang ada di lingkup organisasi
yang mengeluarkan kebijakan tersebut dalam hal ini adalah dosen sebagai target
group kebijakan. Artinya formalitas kebijakan ini mampu menjamin keberhasilan
implementasinya.
UMP mengeluarkan kebijakan formal tentang penilaian kinerja dosennya,
menunjukkan bahwa UMP memahami betul urgensi penilaian kinerja dosen. UMP
menyadari bahwa kontribusi real dari dosen atas UMP akan terwujud jika UMP
mengetahui secara pasti kinerja dosennya. Sekaligus dengan mengetahui kinerja
dosen, maka UMP akan mampu menentukan kebijakan lanjut yang terkait dengan
pengembangan kinerja dosen, sehingga kontribusi mereka kepada UMP akan
semakin baik. Inilah keberhasilan UMP dalam menterjemahkan urgensi
dikeluarkannya kebijakan tentang penilaian kinerja dosen yang berorientasi tidak
hanya untuk evaluasi tetapi juga untuk pengembangan kinerja dosen (Schuller dan
Youngblood, 1996:235).
Jika dalam perjalanan implementasi kebijakan penilaian kinerja dosen, UMP
menghadapi sekelompok dosen (target groups) yang merasa tidak puas dengan
kebijakan penilaian kinerja dosen, utamanya dalam aspek penggunaan instrumen
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
242
yang memuat kriteria kinerja yang tidak rasional bagi mereka. Ini menunjukkan
bahwa ada kepentingan kelompok sasaran yang kurang teradopsi oleh kebijakan
universitas, sebagaimana pendapat Merilee S Grindle (Subarsono, 2008: 93)
berikut:
Keberhasilan implementasi... dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi
kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of
implementation)...variabel isi kebijakan ini mencakup: (1) sejauhmana
kepentingan kelompok sasaran arau target groups termuat dalam isi
kebijakan; (2) jenis manfaat yang diterima oleh target groups ...(3)
sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan...
Jika hal ini dibiarkan terus, maka bukan tidak mungkin kebijakan formal
tentang penilaian kinerja dosen tidak cukup mampu mengikat/mempengaruhi
dosen ternilai agar mereka memenuhi tujuan dikeluarkannya kebijakan tersebut.
Inilah yang harus direspon dengan baik oleh manajemen universitas.
2). Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Dari perolehan data sebagaimana dikemukakan pada sub bab sebelumnya,
maka jelas bisa diketahui bahwa kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di
IAIIG Cilacap lebih banyak merupakan penyesuaian IAIIG terhadap tuntutan dari
luar yang tidak merata diberlakukan untuk seluruh dosennya, seperti penilaian
untuk dosen DPK, penilaian untuk dosen yang akan disertifikasi, maupun dosen
yang mengurus kepangkatan akademik. Artinya kebijakan tentang penilaian
kinerja dosen di IAIIG Cilacap adalah kebijakan “konvensional” atau tidak
formal, yang lebih berorientasi pada layanan kepada sekelompok dosen karena
tuntutan luar, bukan untuk seluruh dosen di IAIIG Cilacap.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
243
Apa yang terjadi menunjukkan bahwa manajemen IAIIG tidak cukup
mampu menangkap peluang kebijakan penilaian kinerja dosen sebagai media
untuk mempertinggi kinerja institut sendiri. Sebagaimana pendapat
Mangkunegara (2008:10) bahwa peningkatan kinerja organisasi bisa dilakukan
melalui peningkatan kinerja SDM-nya. Sedangkan peningkatan kinerja SDM
organisasi dalam hal ini dosen akan bisa diwujudkan jika PT melakukan kegiatan
penilaian kinerja dosen. Karena melalui penilaian kinerja dosen, manajemen
perguruan tinggi akan memperoleh informasi tentang kinerja real dosen sekaligus
informasi ini digunakan untuk mengembangkan; meningkatkan kinerja dosen di
masa-masa selanjutnya. Demikianlah yang dikehendaki dari penilaian kinerja
dosen, yaitu untuk evaluasi (mengetahui kinerja real) dan pengembangan
(pengembangan kinerja) sebagaimana pendapat Schuller dan Youngblood, 1996:
235).
Di sisi lain, praktik penilaian kinerja dosen di IAIIG yang dari awal
berangkat dari kebijakan konvensional menunjukkan juga kalau penilaian kinerja
dosen dilakukan secara terpaksa bukan karena kesadaran akan pentingnya
penilaian kinerja itu sendiri. Padahal dalam teori penilaian kinerja yang baik salah
satu hal yang harus dipedomani adalah penilaian harus dilakukan karena
kesadaran sehingga dari awal harus masuk menjadi bagian dari perencanaan PT.
Dalam hal ini Mangkunegara (2009: 13) mengemukakannya sebagai prinsip
penilaian kinerja, yaitu: “... suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa
dan menimbulkan kesan terpaksa, namun dimasukkan secara sadar ke dalam
corporate planning...”.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
244
3). Kebijakan Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Kebijakan tentang penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen mengacu
kepada pemberlakuan kebijakan dari luar tentang sertifikasi dosen, yang sekaligus
digunakan oleh STAINU Kebumen untuk keperluan penilaian kinerja dosen
menjelang akreditasi program studi dan sertifikasi dosen yang berjalan secara
konvesional bukan menjadi kebijakan formal tertulis.
Realitas yang terjadi di STAINU Kebumen sebagaimana yang terjadi di
IAIIG Cilacap juga menunjukkan kalau manajemen STAINU belum menangkap
pentingnya penilaian kinerja dosen sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan
kinerja STAINU sebagai perguruan tinggi yang semakin baik. Karena
peningkatan kinerja organisasi PT bisa diwujudkan melalui peningkatan kinerja
SDM-dosen (Mangkunegara, 2008:10) melalui kebijakan penilaian kinerja dosen.
b. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
1). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen UMP
Berdasarkan temuan dan preposisi penelitian maka hal-hal yang terkait
dengan penggunaan instrumen penilaian kinerja dosen di UMP selanjutnya bisa
dibahas secara khusus sebagai berikut.
Berdasarkan temuan data diketahui ada dua instrumen yang digunakan
UMP dalam praktek penilaian kinerja dosen. Kedua instrumen ini digunakan
dalam konteks on the job (Hasibuan, 2007: 89), yaitu instrumen Penilaian Kinerja
Dosen (PKD) yang diperuntukkan untuk dosen UMP di luar dosen luar biasa (
LB), serta instrumen DP3 yang diperuntukkan khusus dosen dengan status DPK.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
245
Mencermati kriteria yang ada dalam instrumen yang digunakan dalam
instrumen penilaian kinerja dosen UMP, maka dapat disimpulkan kalau praktek
penilaian kinerja dosennya menggunakan Pendekatan Campuran. Sebagaimana
pendapat Wirawan (2009:11) pendekatan campuran adalah pendekatan sistem
penilaian kinerja yang menggabungkan dimensi-indikator kerja berupa sifat,
perilaku dan hasil kerja. Hal ini bisa kita identifikasi berdasarkan kenyataan atas
kriteria yang ada dalam instrumen yang digunakan di UMP, yaitu:
Pertama, kriteria pertama dari kriteria utama Tri dharma PT adalah
pendidikan dan pengajaran. Untuk kriteria dharma pendidikan dan pengajaran ini
diturunkan dalam indikator kerja (Key Performance Indicator/ KPI) berupa proses
pembelajaran, jumlah kehadiran dosen dan ketepatan penyerahan nilai. Dilihat
dari masing-masing KPI ini menunjukkan bahwa KPI disusun dengan merujuk
kepada pendekatan perilaku. Dalam hal ini Wirawan (2009: 11) menyatakan
bahwa penilaian kinerja yang menggunakan pendekatan perilaku kerja adalah
perilaku dosen untuk memenuhi prosedur tertentu yang sudah ditetapkan pihak
UMP dalam menjalankan tugas dharma pendidikan dan pengajaran. Kedua dan
ketiga berupa penelitian dan pengabdian masyarakat. Untuk kriteria penilaian di
dharma penelitian dan pengabdian masyarakat lebih dekat kepada pendekatan
hasil penilaian kinerja dosen. Mengingat bahwa yang diukur adalah
jumlah/kuantitas yang telah dilakukan/dihasilkan atas pelaksanaan dharma
penelitian dan pengabdian dosen. Kembali kepada pendapat Wirawan (2009: 11)
yang menyatakan bahwa pendekatan hasil kerja adalah suatu pendekatan yang
menilai kinerja seseorang berdasarkan pada seberapa besar ia mencapai tujuan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
246
kerjanya. Dalam hal ini dosen dianggap memenuhi unsur kinerja penelitian dan
pengabdian masyarakat jika dosen minimal telah menghasilkan 1 penelitian dan
atau melaksanakan minimal 1 pengabdian masyarakat.
Kriteria utama kedua dari instrumen pertama yang digunakan di UMP
adalah kriteria Perilaku Umum. Kriteria ini sesuai dengan namanya adalah kriteria
kerja dosen dilihat dari perilaku umum (bukan perilaku yang berhubungan
langsung dengan perilaku kerja sebagai dosen) yang berupa; 1) tanggungjawab, 2)
kreativitas, 3) kerjasama, 4) kedisiplinan, 5) kohesivitas, 6) akhlak, 7)
kepemimpinan dan 8) orientasi pelanggan. Dengan melihat indikator-indikator
kerja ini jelas bahwa instrumen ini juga sekaligus menggunakan pendekatan
perilaku kerja sebagai kriteria kerja dosennya, walaupun bukan kriteria yang
berhubungan langsung dengan tugas dosen.
Selanjutnya kriteria terakhir dari kriteria utama instrumen UMP adalah
penilaian Keislaman dan Keorganisasian/ Kemuhammadiyahan yang di dalamnya
menyangkut aspek aqidah, ibadah, akhlak dan aktivitas organisasi perserikatan
Muhammadiyah. Kriteria ini sesungguhnya disusun sebagai kinerja khusus dosen
UMP yang notabene-nya adalah PT yang berada dibawah organisasi
Muhammadiyah. Jadi kriteria ini lebih menjadi kriteria sifat yang harus melekat
pada setiap dosen yang memiliki idiologi Muhammadiyah. Dalam hal ini adalah
sifat pribadi dosen yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dosen tetapi
berhubungan dengan status dosen UMP yang notabene-nya adalah warga
Muhammadiyah yang harus menampilkan ciri khasnya sebagai warga
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
247
Muhammadiyah (Wirawan, 2009:11). Tetapi dalam kriteria tertentu seperti
amaliyah dan keorganisasian bisa masuk kriteria perilaku kerja.
Akan halnya dengan instrumen DP3 sebagai instrumen kedua yang
digunakan di UMP untuk menilai kinerja dosen yang berstatus DPK juga
memiliki sembilan angkor atau dimensi-kriteria kerja yang didasarkan pada
perilaku kerja dosen. Di mana DP3 sendiri sesungguhnya adalah model penilaian
kinerja BARS (Behaviors Anchor Rating Scale). BARS adalah instrumen yang
menggunakan pendekatan perilaku kerja (Wirawan, 2009: 90).
Dari hasil analisis atas kriteria-kriteria kinerja yang ada dalam instrumen on
the job yang digunakan dalam kegiatan penilaian kinerja dosen di UMP
menunjukkan kalau UMP secara praktis menggunakan analisis pekerjaan sebelum
menentukan pendekatan apa yang akan digunakan. Dalam hal ini adalah Model
Pendekatan Campuran yaitu Sistem Penilaian Kinerja Dosen yang mencampurkan
antara perilaku kerja, hasil kerja dan sifat pribadi individu anggota organisasi
sekaligus (Wirawan, 2009:11).
Terlepas dari siapa yang menjadi penyusun instrumen penilaian kinerja
dosen di UMP, khususnya instrumen PKD, ternyata hasil penilaiannya
didokumentasikan oleh LJM yang memperoleh kewenangan tersebut. Dengan
terdokumentasikannya hasil penilaian kinerja dosen, maka dampak akan terbentuk
asalkan hasil penilaian kinerja tidak hanya tersimpan sebagai arsip-arsip pasif,
yang tidak digunakan untuk membuat keputusan manajemen yang berkaitan
dengan dosen ternilai. Sebaliknya, dampak tidak akan terwujud jika dokumen
hasil penilaian sebagai dokumen real kinerja ternilai tidak digunakan untuk
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
248
melakukan diskusi dengan ternilai, yaitu mendiskusikan hasil penilaian bersama
dosen. Dalam istilahnya Schuler dan Youngblood (1996:268) disebut dengan
Interview Performance Appraisal (IPA) atau wawancara evaluasi. Di mana
ternilai akan memperoleh umpan balik atas kinerja realnya sekaligus mendapatkan
arahan atas kinerja yang belum sesuai dengan standar, sehingga di masa yang
akan datang dosen mampu mengembangkan atau memperbaiki kinerja.
Dari paparan ini bisa disimpulkan bahwa praktek penilaian kinerja dosen di
UMP dilihat dari aspek instrumennya, menunjukkan UMP sudah memiliki
kesiapan untuk melakukan penilaian kinerja dosen. Karena instrumen
dipersiapkan secara sistematis oleh pihak yang diberi kewenangan khusus untuk
menjalankan kewajiban tersebut yaitu LJM.
b). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap menggunakan instrumen
yang relatif lebih banyak daripada di UMP, yaitu 5 instrumen. Kelima instrumen
yang digunakan di IAIIG Cilacap digunakan untuk menilai kinerja dosen dalam
konteks on the job performance adalah DP3, Evaluasi Dosen, Penilaian Dosen,
PAK dan Absensi Mengajar dosen. Sedangkan untuk penilaian kinerja dalam
konteks off the job performance belum ada instrumennya. Melihat kepada wujud
instrumen yang digunakan menunjukkan kalau praktek penilaian kinerja dosen di
IAIIG Cilacap sudah memenuhi unsur pertama berupa adanya instrumen yang
digunakan untuk menilai kinerja dosen walaupun instrumen tersebut tidak disusun
sendiri yang didasarkan pada hasil analisis pekerjaan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
249
Dari kelima instrumen tersebut, maka berarti ada 20 kriteria kinerja yang
dinilai. Ke 20 kriteria kinerja tersebar dalam berbagai instrumen, yaitu Pertama,
9 anchor di DP3 berupa : 1). Kesetiaan, 2) Prestasi kerja, 3) Tanggungjawab, 4)
Ketaatan, 5) Kejujuran, 6) Kerjasama, 7) Prakarsa dan 8) Kepemimpian. Kedua,
empat kompetensi dosen: 9) kompetensi pedagogik, 10) profesional, 11)
kepribadian dan 12) sosial). Ketiga Penilaian Dosen dengan tiga kriteria, yaitu;
13) Sebelum, 14) Proses dan 15) Evaluasi pembelajaran serta Keempat ada 4
kriteria dalam PAK mengacu kepada kriteria Komponen 16) A, 17) B, 18) C dan
19) D, dan Kelima berupa kehadiran/keaktifan dalam absensi dosen sebagai
kriteria ke 20.
Jika melihat kepada kriteria yang ada dalam instrumen yang digunakan
dalam penilaian kinerja dosen IAIIG Cilacap, maka dapat disimpulkan kalau
praktek penilaian kinerja dosen di PTI/AIS ini juga menggunakan Pendekatan
Campuran. Kembali kepada pendapat Wirawan (2009: 11) yang menyatakan
bahwa pendekatan campuran adalah pendekatan sistem penilaian kinerja yang
menggabungkan dimensi-indikator kerja berupa sifat, perilaku dan hasil kerja. Hal
ini bisa kita identifikasi berdasarkan kenyataan atas kriteria yang digunakan pada
5 instrumen yang digunakan di IAIIG Cilacap, yaitu:
Pertama. Instrumen DP3 dengan sembilan angkor atau dimensi-kriteria
kerjanya adalah didasarkan pada perilaku kerja dosen. Di mana DP3 sendiri
sesungguhnya adalah model penilaian kinerja BARS (Behaviors Anchor Rating
Scale). BARS adalah instrumen yang menggunakan pendekatan perilaku kerja.
(Wirawan, 2009: 90). Kedua. Untuk instrumen Evaluasi Dosen yang memiliki 4
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
250
dimensi kerja berupa 4 kompetensi adalah sesuatu yang harus ada pada diri dosen
sebelum dosen melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini berarti menggunakan
indikator perilaku kerja berupa kompetensi profesional, pribadi, sosial dan
pedagogik sebagaimana yang dipersyaratkan oleh UU Guru dan Dosen. 4
kompetensi ini sesungguhnya adalah penilaian kinerja dosen yang mengacu
kepada competencies atau kinerja sebagai perilaku sebagaimana pendapat Murphy
(Sudarmanto, 2009: 8), di mana kompetensi ini juga sesungguhnya merupakan
kompetensi dalam dan tak tampak (Spencer and Spencer, 1993: 9-11) berupa
motives, traits and self concepts yang menjadi karateristik peribadi dosen untuk
bisa menghasilkan perilaku kerja . Kinerja yang mengacu kepada competencies
sebagai perilaku kerja, mengacu kepada pendapat Murphy dalam Sudarmanto
(2009: 8) yang menyatakan bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku yang
relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat bekerja. Ketiga.
Instrumen Penilaian Dosen yang menggunakan 3 indikator berupa perilaku yang
harus dinampakkan dosen sebelum, selama proses dan setelah melaksanakan
proses pembelajaran. Artinya dalam pendekatan perilaku, dosen harus
melaksanakan tugasnya dengan mengacu kepada etika profesi (Wirawan, 2009:
11) selama akan melaksanakan tugas khususnya dharma pendidikan dan
pengajaran. Keempat. Instrumen PAK yang memuat 4 kriteria berupa komponen
A,B, C dan D yang harus dipenuhi oleh dosen. Keempat komponen ini
sesungguhnya mengacu kepada kriteria hasil kerja. Artinya berapa hasil penelitian
yang sudah dilaksanakan, berapa sks yang sudah dijalankan dan sebagainya.
Kelima. Kriteria kehadiran dalam instrumen Absen Mengajar Dosen, yang
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
251
notabene-nya menggunakan kriteria kedisiplinan kerja, sesungguhnya adalah
kriteria yang mengacu kepada pendekatan perilaku kerja.
Dari hasil analisis atas kriteria-kriteria kinerja yang ada dalam instrumen on
the job performance yang digunakan dalam kegiatan penilaian kinerja dosen di
IAIIG Cilacap menunjukkan kalau PTI/AIS ini secara praktis menggunakan
Model Pendekatan Campuran Sistem Penilaian Kinerja Dosen-nya.
Selanjutnya, jika dicermati lebih jauh maka banyaknya instrumen yang
digunakan secara formal di IAIIG Cilacap, hampir sebagian besar yang menjadi
penyusunnya adalah pihak luar. Pihak yang dimaksud adalah pemerintah
(instrumen Evaluasi Dosen sertifikasi, PAK dan DP3), dan PT lain (Penilaian
Dosen). Sedangkan sebagian kecilnya adalah penyusun yang berasal dari pihak
dalam, yaitu Prodi dan institut untuk instrumen Absen Mengajar Dosen.
Banyaknya instrumen yang digunakan dalam praktek penilaian kinerja
dosen ini tidak serta merta membuat IAIIG Cilacap memiliki cukup dokumen
hasil penilaian kinerja dosennya, karena justru rata-rata hasil penilaian kinerja
dosen tidak didokumentasikan dengan baik, kecuali untuk dokumen absen
mengajar dosen. Ini berarti bahwa pihak ternilai (dosen) akan sulit untuk
mendapatkan umpan balik dari manajemen IAIIG dalam melakukan perbaikan
kinerja di masa kerja berikutnya, utamanya secara individu.
Secara parsial berdasarkan paparan ini bisa disimpulkan bahwa praktek
penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap dilihat dari aspek instrumennya,
menunjukkan belum dipersiapkan secara sistematis, karena belum bisa
menentukan instrumen mana yang paling tepat untuk bisa menilai kinerja
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
252
dosennya. Apalagi ditambah dengan hasil penilaian tersebut belum
didokumentasikan, sehingga pembuatan keputusan apakah dosen tetap diberi jam
lagi (=mengampu lagi) atau tidak, hanya bersumber dari keaktifan dosen
mengajar yang dilihat dari instrumen absen dosen. Sekaligus hal ini menimbulkan
peluang bagi praktek-praktek penilaian secara subyektif untuk mengambil
keputusan tentang keberadaan dosen di semester berikutnya.
Pendokumentasian merupakan hal penting, karena hasil penilaian kinerja
dosen yang terdokumentasikan bisa dimanfaatkan agar dampak yang diharapkan
atas praktek penilaian kinerja bisa terwujud. Sebaliknya dampak akan sulit
terwujud jika hasil penilaian kinerja hanya tersimpan sebagai arsip-arsip pasif
yang tidak digunakan untuk membuat keputusan manajemen yang berkaitan
dengan dosen ternilai. Demikian pula halnya dampak tidak akan terwujud jika
dokumen hasil penilaian sebagai dokumen real kinerja ternilai tidak digunakan
untuk melakukan diskusi dengan ternilai, yaitu mendiskusikan hasil penilaian
bersama dosen. Dalam istilahnya Schuler dan Youngblood (1996:268) manajemen
IAIIG Cilacap semestinya melakukan kegiatan Interview Performance Appraisal
(IPA) atau wawancara evaluasi, sehingga dosen ternilai akan memperoleh umpan
balik atas kinerja realnya sekaligus mendapatkan arahan atas kinerja yang belum
sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditetapkan (ada dalam instrumen).
Dengan demikian maka perbaikan kinerja dosen di masa berikutnya relatif akan
mudah diwujudkan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
253
c). Instrumen Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Berdasarkan perolehan data dari lapangan, maka bisa diketahui ada empat
hal terkait dengan praktek penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen,
khususnya yang terkait dengan komponen pertama, yaitu instrumen penilaian
kinerja dosen. Keempat hal yang dimaksud adalah bentuk instrumen, kriteria
penilaian kinerja, pihak penyusun instrumen dan dokumen hasil penilaian kinerja
dosen.
Pertama. Wujud/bentuk instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja
dosen dalam konteks on the job performance, ada dua yaitu lembar Evaluasi
Dosen yang mengambil instrumen sertifikasi dosen, serta Absensi Mengajar
dosen. Sedangkan penilaian kinerja dalam konteks off the job performance belum
ada dokumen instrumennya, tetapi langsung merujuk pada human instrument.
Kedua. Kriteria penilaian. Ada lima kriteria penilaian kinerja yang ada
dalam instrumen on the job, yaitu empat kompetensi dosen, berupa; 1) kompetensi
pedagogik, 2) profesional, 3) kepribadian dan 4) sosial yang berada dalam
instrumen pertama, serta 5) keaktifan/kehadiran dosen mengajar dalam instrumen
kedua. Sedangkan kriteria idiologi NU dosen masuk dalam kriteria penilaian
kinerja konteks off the job performance yang langsung menggunakan instrumen
manusia (human instrument).
Jika melihat kepada kriteria kerja yang digunakan oleh STAINU Kebumen
dalam melaksanakan penilaian kinerja dosennya, tampak jelas kalau STAINU
Kebumen sebagaimana dua PTI/AIS sebelumnya juga menggunakan pendekatan
campuran. Pendekatan campuran adalah pendekatan penilaian kinerja yang
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
254
menggabungkan antara tiga dimensi sifat, perilaku dan hasil, atau ada beberapa
yang menggabungkan antara sifat dan perilaku kerja dan ada yang hanya
menggabungkan antara hasil kerja dan perilaku kerja (Wirawan, 2009: 11).
Dalam hal ini STAINU Kebumen menggabungkan antara sifat dan perilaku kerja
dosen. Hal ini bisa dilihat sebagai berikut.
Untuk kriteria empat kompetensi yang ada dalam instrumen Evaluasi
Dosen, berarti kinerja dosen dilihat dari dimiliki tidaknya kompetensi dosen yang
dipersyaratkan oleh UU Guru Dan Dosen. Sedangkan kompetensi sendiri adalah
sesuatu yang harus ada pada diri dosen sebelum dosen melaksanakan tugasnya.
Dalam hal ini, berarti instrumen Evaluasi Dosen menggunakan indikator perilaku
pribadi dosen. Dalam hal ini adalah sifat pribadi dosen yang ada hubungannya
dengan pekerjaan dosen (Wirawan, 2009: 11) berupa kompetensi profesional,
pribadi, sosial dan pedagogik, yang harus dimiliki oleh dosen terutama ketika
dosen sedang menjalankan tugas dharma pendidikan dan pengajaran.
Kemudian kriteria kerja yang ada dalam instrumen Absen Mengajar Dosen
adalah kriteria kedisiplinan kerja dosen dalam memenuhi standar waktu minimal
yang harus digunakan untuk melaksanakan kewajiban dharma pendidikan dan
pengajaran. Kedisiplinan kerja ini sesungguhnya adalah kriteria yang mengacu
kepada pendekatan perilaku kerja. Sedangkan kriteria idiologi NU sebagai kriteria
lain yang langsung menggunakan human instrument masuk ke kriteria sifat.
Sehingga dari sini jelas bahwa STAINU Kebumen menggunakan Pendekatan
Campuran dalam melaksanakan penilaian kinerja dosennya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
255
Ketiga. Penyusun instrumen. Dengan melihat kepada instrumen yang
digunakan oleh STAINU Kebumen maka bisa diketahui bahwa ada dua kelompok
penyusun instrumen penilaian kinerja dosen, yaitu penyusun dari luar dan dalam.
Untuk penyusun dari luar yang dimaksud adalah pemerintah (instrumen Evaluasi
Dosen sertifikasi), dan NU, sedangkan dari pihak dalam adalah instrumen yang
dari Prodi berupa Absen Mengajar Dosen.
Keempat. Dokumen hasil. Dokumen hasil penilaian kinerja dosen untuk
instrumen pertama belum ada, sedangkan untuk instrumen kedua
terdokumentasikan.
Melihat pada realitas terkait dengan pendokumentasian hasil penilaian
kinerja dosen STAINU Kebumen, maka dampak yang diharapkan berupa
perubahan dan atau perbaikan kinerja dosen akan sulit terwujud jika hasil
penilaian kinerja tidak terdokumentasikan. Sedangkan jika ada dokumen tetapi
dokumen tersebut hanya tersimpan sebagai arsip-arsip pasif dan tidak digunakan
untuk membuat keputusan manajemen yang berkaitan dengan ternilai juga tidak
akan berguna untuk menunjang perbaikan kinerja dosen. Idealnya dokumen real
kinerja ternilai digunakan oleh manajemen STAINU Kebumen untuk memberikan
masukan dan arahan terhadap dosen ternilai pasca dilakukannya penilaian kinerja
dosen dalam kegiatan lanjut yang berupa wawancara evaluasi. Dalam hal ini
merujuk pada pendapatnya Schuler dan Youngblood (1996:268) pasca penilaian
kinerja dilakukan kegiatan Interview Performance Appraisal ( IPA). IPA
dilakukan agar dosen ternilai memperoleh umpan balik atas kinerja realnya
sekaligus mendapatkan arahan atas kinerja yang belum sesuai dengan standar.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
256
Dari paparan ini bisa disimpulkan bahwa praktik penilaian kinerja dosen di
STAINU Kebumen kesiapannya sudah relatif baik karena sudah ada instrumen,
ada kriteria kinerja yang jelas, walaupun belum dilakukan secara optimal dan
belum didasarkan atas kebutuhan informasi yang detail tentang bagaimana kinerja
dosen yang sesungguhnya. Hal ini terbukti dari ketiadaan dokumen hasil (rekaman
hasil) dari Evaluasi Dosen sebagai alat untuk memberikan feedback bagi dosen
untuk melakukan perbaikan atau bahkan peningkatan kinerja dosen di masa-masa
yang akan datang.
2). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen UMP
Berdasarkan perolehan data dari lapangan, diketahui bahwa praktik
penilaian kinerja dosen di UMP yang menangani adalah tim khusus yang ditunjuk
oleh pimpinan universitas. Tim khusus yang dimaksud adalah LJM UMP. Dalam
melaksanakan tugasnya, tim ini tidak bekerja sendiri melainkan melibatkan
beberapa pihak yang ditempatkan sebagai penilai kinerja dosen. Pihak - pihak
yang menjadi penilai adalah atasan dosen, sejawat, diri sendiri, mahasiswa serta
staf. Ragam penilai ini bisa dikategorikan ke dalam beberapa jenis penilai sebagai
berikut.
Pertama. Penilai Formal. Hasibuan (2007: 91) menyatakan bahwa “ penilai
formal adalah seseorang atau komite yang memiliki wewenang formal menilai
bawahannya di dalam maupun di luar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijakan
selanjutnya terhadap setiap individu karyawan”. Dalam konteks ini jelas bahwa
penilai kinerja dosen UMP adalah penilai formal, karena mereka merupakan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
257
atasan dosen seperti KaProdi dan Dekan yang memiliki kewenangan formal untuk
melakukan penilaian atas kinerja dosen. Dalam hal ini ternyata tidak hanya
Kaprodi sebagai atasan langsung dosen, tetapi ada juga Dekan, maka penilai
formal ini masuk kategori penilai formal kolektif bukan individual.
Kedua. Penilai Kelompok Lini. Penilai jenis kedua yang ada di UMP
adalah penilai kelompok lini. Penilaian oleh kelompok lini adalah penilaian
kinerja yang dilakukan oleh atasan dan atasannya lagi, kemudian bersama-sama
membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai (Rivai dan Sagala, 2009: 562).
Dalam konteks penelitian ini juga jelas terlihat bahwa penilai kinerja dosen di
UMP adalah penilai kelompok lini, karena yang menjadi penilai terdiri dari atasan
(Kaprodi) dan atasannya lagi yaitu Dekan ditambah dengan Purek I dan II yang
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
Ketiga. Penilai Informal.Selanjutnya dari perolehan data juga diketahui
bahwa selain ada penilai formal dalam wujud penilai lini, apa yang terjadi di
UMP juga menunjukkan bahwa penilai informal ikut terlibat dalam proses
penilaian kinerja dosen. Penilai informal yang dimaksud dalam hal ini adalah
mahasiswa sebagai pelanggan UMP. Mahasiswa masuk kategori sebagai penilai
informal, jika mengacu kepada pendapatnya Hasibuan (2007: 92) karena
mahasiswa adalah penilai (tanpa wewenang) yang melakukan penilaian mengenai
kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-masing dosen, baik atau
buruk terutama dalam hal kinerja dosen ketika melaksanakan proses belajar
mengajar. Tetapi hasil penilaian mereka bermanfaat untuk dipertimbangkan oleh
penilai formal (penilai lini tadi) dalam menentukan kebijaksanaan selanjutnya.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
258
Keempat. Penilai Diri Sendiri. Dalam hal melakukan penilaian jati diri
dosen UMP berupa penilaian Keislaman dan
Keorganisasian/Kemuhammadiyahan, UMP menetapkan dosen yang
bersangkutan sebagai penilainya. Ini artinya praktek penilaian kinerja dosen UMP
juga menggunakan penilai diri sendiri. Yang dimaksud dengan penilaian diri
sendiri (self appraisal) adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri
dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatannya
dan kelemahan-kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang (Rivai dan
Sagala, 2009: 574). Salah satu kelebihan dari penggunaan penilai jenis ini adalah
dapat dicegahnya perilaku pembenaran diri (Defensive behavior).
Pada kasus yang terjadi di UMP, penilaian oleh diri dosen sendiri atas
kriteria Keislaman dan Keorganisasian ternyata memiliki kelemahan, yaitu antara
kinerja dalam penilaian dengan kinerja real memiliki perbedaan. Kinerja real tidak
lebih baik dari kinerja yang tertera dalam lembar penilaian. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, maka UMP ke depan menentukan kebijakan untuk menggantinya
dengan wawancara oleh pihak PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) dan
BPH (Badan Pengurus Harian) UMP. Pada kasus ini bisa saja terjadi karena
instrumen penilaian diri yang cenderung memberikan peluang bagi dosen ternilai
untuk menilai diirinya lebih baik daripada kenyataannya. Artinya reliabilitas
instrumen penilaian keislaman dan keorganisasian Muhammadiyah masih perlu
ditingkatkan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
259
Kelima. Penilai Sejawat. Selain ada penilai formal (lini) dan informal yang
merupakan penilai internal, maka ada satu lagi pihak penilai di UMP yaitu penilai
sejawat. Penilaian oleh sejawat adalah penilaian kinerja yang dilakukan oleh
teman sejawatnya (Hasibuan, 2007: 92). Dalam konteks ini kinerja dosen UMP
dinilai oleh sesama dosen UMP.
Keenam. Penilai Berdasarkan Peninjaun Lapangan. Karena praktek
penilaian kinerja dosen di UMP ditangani oleh unit khusus yaitu LJM UMP maka
tipe penilai terakhir di sini adalah penilai berdasarkan peninjauan lapangan. Yang
dimaksud dengan penilaian berdasarkan peninjauan lapangan adalah penilai yang
sama seperti pada kelompok staf, namun melibatkan dari wakil pimpinan
pengembangan atau departemen SDM atau unit lain yang bertindak sebagai
penilai yang independen (Rivai dan Sagala, 2009:574).
b). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Ada beberapa pihak yang menjadi penilai dalam praktek penilaian kinerja
dosen di IAIIG Cilacap, baik dari unsur atasan dosen, atasan atasannya dosen,
sejawat, diri sendiri, mahasiswa serta staf kepegawaian dan akademik di Prodi.
Berdasarkan perolehan data tersebut, maka jenis penilai di IAIIG Cilacap adalah
sebagai berikut.
Pertama. Penilai Formal. Jenis penilai pertama di IAIIG Cilacap adalah
penilai formal. Hasibuan (2007: 92) menyatakan bahwa penilai formal adalah
seseorang atau komite yang memiliki wewenang formal menilai bawahannya di
dalam maupun di luar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijakan selanjutnya
terhadap setiap individu karyawan. Dalam konteks ini jelas bahwa penilai kinerja
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
260
dosen IAIIG Cilacap adalah penilai formal, yang terdiri dari Kaprodi, Dekan, PR.I
dan II. Mereka disebut sebagai penilai formal, karena mereka merupakan atasan
dosen yang memiliki kewenangan formal untuk melakukan penilaian atas kinerja
dosen sebagai bawahan mereka. Dalam hal ini karena tidak hanya Kaprodi
sebagai atasan langsung dosen, tetapi ada juga Dekan hingga diteruskan sampai
PR.I dan II, maka penilai formal ini masuk kategori penilai formal kolektif bukan
individual. Yang dimaksud dengan penilai formal kolektif adalah suatu tim yang
secara bersama-sama melakukan penilaian prestasi karyawan dan menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya terhadap karyawan tersebut (Hasibuan, 2007: 93).
Kedua. Penilai Kelompok Lini. Sejenis dengan penilai formal kolektif,
penilai kedua yang ada dalam praktek penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap
adalah penilai kelompok lini. Penilaian oleh kelompok lini adalah penilaian
kinerja yang dilakukan oleh atasan dan atasannya lagi, kemudian bersama-sama
membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai (Rivai dan Sagala, 2009: 574).
Dalam konteks penelitian ini juga jelas terlihat bahwa penilai kinerja dosen di
IAIIG Cilacap adalah penilai kelompok lini, karena yang menjadi penilai terdiri
dari atasan dosen (Kaprodi) dan atasannya lagi yaitu Dekan di mana kemudian
hasilnya disampaikan kepda PR.I dan II untuk mengambil keputusan.
Ketiga. Penilai Informal. Selanjutnya dari perolehan data juga ditemukan
bahwa selain ada penilai formal dalam wujud penilai lini, apa yang terjadi IAIIG
Cilacap, juga menunjukkan bahwa penilai informal ikut terlibat dalam proses
penilaian kinerja dosen. Penilai informal yang dimaksud dalam hal ini adalah
mahasiswa sebagai pelanggan IAIIG Cilacap. Mahasiswa masuk kategori sebagai
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
261
penilai informal, jika mengacu kepada pendapatnya Hasibuan (2007:92) karena
mahasiswa adalah penilai (tanpa wewenang) yang melakukan penilaian mengenai
kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-masing dosen, baik atau
buruk terutama dalam hal kinerja dosen ketika melaksanakan proses belajar
mengajar. Tetapi hasil penilaian mereka bisa jadi sangat obyektif dan bermanfaat
untuk dipertimbangkan oleh penilai formal (penilai lini tadi) dalam menentukan
kebijaksanaan selanjutnya. Disamping penilai informal berupa mahasiswa,
masyarakat juga memberikan penilaian utamanya dalam memberikan penilaian di
aspek pengabdian masyarakat.
Keempat. Penilai Diri Sendiri. Dalam penilaian Evaluasi Dosen untuk
sertifikasi maupun Penilaian dosen untuk akreditasi, terlihat bahwa dosen juga
melakukan penilaian terhadap diri sendiri. Ini artinya penilaian kinerja dosen
IAIIG Cilacap juga menggunakan penilai diri sendiri. Yang dimaksud dengan
penilaian diri sendiri (self appraisal) adalah penilaian yang dilakukan oleh
karyawan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal
kekuatan-kekuatannya dan kelemahan-kelemahannya sehingga mampu
mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang
akan datang (Rivai dan Sagala, 2009: 574). Salah satu kelebihan dari metode ini
adalah karyawan dapat mencegah terjadinya perilaku membenaran diri (Defensive
behavior).
Kelima. Penilai Sejawat. Di luar penilai yang berasal dari internal baik
yang berupa penilai formal (lini) dan informal, maka ada satu lagi pihak penilai di
IAIIG Cilacap yaitu penilai sejawat. Penilaian oleh sejawat adalah penilaian
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
262
kinerja yang dilakukan oleh teman sejawatnya (Hasibuan, 2007). Dalam konteks
ini kinerja dosen IAIIG Cilacap dinilai oleh sesama dosen IAIIG Cilacap terutama
ketika dilakukannya penilaian untuk keperluan akreditasi maupun sertifikasi
dosen.
c). Penilai Dalam Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Pihak yang menjadi penilai dalam praktek penilaian kinerja dosen di
STAINU Kebumen adalah kelompok atasan, mahasiswa dan organisasi NU. Oleh
karena itu bisa disimpulkan kalau yang menjadi penilai dalam penilaian kinerja
dosen di STAINU Kebumen adalah penilai formal sekaligus penilai lini (Rivai
dan Sagala, 2009: 574). Disebut penilai lini karena penilai kinerja dosen terdiri
dari unsur atasan dosen (;Kaprodi) dan atasannya lagi (Puket II dan Ketua), yang
notabene-nya adalah penilai formal yang memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan.
Selain ada penilai formal dalam wujud penilai lini, apa yang terjadi di
STAINU Kebumen juga menunjukkan bahwa penilai informal ikut terlibat dalam
proses penilaian kinerja dosen. Penilai informal yang dimaksud dalam hal ini
adalah mahasiswa sebagai pelanggan STAINU Kebumen. Mahasiswa masuk
kategori sebagai penilai informal, jika mengacu kepada pendapatnya Hasibuan
(2007: 92) karena mahasiswa adalah penilai tanpa wewenang yang melakukan
penilaian mengenai kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-
masing dosen mereka. Hasil penilaian mereka bisa juga dimanfaatkan untuk bahan
pertimbangan oleh penilai formal (penilai lini tadi) dalam menentukan
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
263
kebijaksanaan selanjutnya, khususnya yang terkait dengan layak tidaknya dosen
untuk tetap dipertahankan guna mengampu mata kuliah di semester berikutnya.
Di luar penilai yang berasal dari internal baik yang berupa penilai formal
(lini) dan informal, maka ada satu lagi pihak penilai dosen STAINU Kebumen,
yaitu NU yang berperan sebagai penilai dari luar STAINU Kebumen. Penilai luar
ini lebih banyak melakukan penilaian untuk idiologi NU dosen, dengan tujuan
melakukan pengawalan terhadap idiologi NU para dosen STAINU Kebumen.
Oleh karena itu jika dilihat dari kewenangannya maka NU masuk kategori penilai
informal.
3). Tujuan
a). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen UMP
Tujuan umum dan utama dilakukannya penilaian kinerja dosen di UMP
adalah untuk perbaikan kinerja dosen di masa –masa yang akan datang. Jika hal
ini terjadi maka lama kelamaan akan semakin memberikan kontribusi bagi
perbaikan kinerja organisasi UMP, di mana UMP semakin diperhitungkan
keberadaannya oleh masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Mangkunegara
(2009:10) yang menyatakan bahwa secara umum tujuan penilaian kinerja adalah
untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM
organisasi, dan perencanaan.
Tujuan umum tersebut kemudian diturunkan dalam tujuan praktis penilaian
kinerja dosen. Di mana tujuan praktis penilaian kinerja dosen di UMP adalah
untuk mengetahui kinerja (prestasi kerja) itu sendiri yang menyangkut tiga hal; 1)
kinerja Tri Dharma PT, 2) perilaku umum dan 3) Ke-Islaman dan Keorganisasian.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
264
Dalam hal ini sebagaimana pendapat Rivai dan Sagala (2009: 551), yang
menyatakan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat
prestasi karyawan selama ini.
b). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Salah satu tujuan dari dilaksanakannya penilaian kinerja dosen adalah
sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan
(Hasibuan, 2007). Dalam konteks IAIIG Cilacap, perbaikan kualitas pembelajaran
yang dilakukan oleh dosen sebagai tujuan pertama akan terwujud manakala dosen
mampu memperbaiki kinerjanya di proses pembelajarannya. Inilah yang menjadi
salah satu tujuan penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap, terlepas tujuan itu
ditetapkan secara formal-tertulis dalam dokumen IAIIG atau tidak.
Perbaikan kualitas dosen-kualitas pembelajaran sebagai tujuan penilaian
kinerja dosen IAIIG Cilacap yang pertama jika terwujud, maka akan berkontribusi
bagi pengembangan prodi-prodi di IAIIG Cilacap. Sehingga pengembangan prodi-
prodi di IAIIG Cilacap (tujuan kedua) menjadi tujuan tidak langsung dari praktek
penilaian kinerja dosen. Di mana untuk mencapai itu perlu pembinaan prestasi
terlebih dahulu kepada dosen. Sehingga tujuan selanjutnya dari penilaian kinerja
dosen di IAIIG Cilacap adalah untuk pembinaan prestasi (tujuan ketiga). Artinya,
tujuan dari penilaian kinerja adalah sebagai media evaluasi terhadap kerja yang
telah dilakukan dosen selama ini untuk kemudian bisa menentukan langkah
perbaikan dan atau peningkatan kinerja.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
265
Jika melihat kepada tiga tujuan penilaian kinerja di IAIIG Cilacap, maka
terlihat kalau keseluruhan tujuan tersebut berorientasi kepada kepentingan
lembaga, bukan kepentingan dosen secara pribadi. Hal ini juga berarti bahwa
tujuan penilaian kinerja dosen baru sepanjang kebutuhan lembaga belum
mensinergikan dengan kebutuhan individu dosen dan lembaga. Padahal idealnya
tujuan penilaian kinerja dosen mensinergikan antara tujuan-tujuan atau
kepentingan-kepentingan individu ternilai dan organisasi di mana ternilai bekerja.
c). Tujuan Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Ada beberapa tujuan penilaian kinerja dosen yang ditetapkan pihak
STAINU Kebumen. Tujuan yang dimaksud adalah: a)
pembinaan/peningkatan/perbaikan kualitas dosen utamanya dalam pembelajaran,
b) pembagian tugas sampai kepada pemutusan hubungan kerja. Jika masih
dirasakan layak mengajar otomatis akan mendapat tugas mengajar (mendapat
bagian tugas) tetapi jika dipandang sudah tidak layak mengajar, maka secara
otomatis terjadi pemutusan hubungan kerja. Ini adalah tujuan penilaian yang
berasal dari internal STAINU Kebumen. Sedangkan untuk penilaian yang berasal
dari luar dilakukan oleh NU dengan tujuan c) untuk melakukan pengawalan
terhadap idiologi NU para dosen STAINU sebagai basik pengkaderan NU yang
real.
Jika dicermati maka tujuan penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen
berupa a) pembinaan/peningkatan/perbaikan kualitas dosen utamanya dalam
pembelajaran, dan b) pembagian tugas dan atau pemutusan hubungan kerja,
menunjukkan bahwa STAINU Kebumen sudah memiliki komponen sistem
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
266
penilaian kinerja berupa tujuan, walaupun tujuannya masih sangat sederhana,
karena keberadaan tujuan penilaian kinerja, hanya terbatas pada upaya pembinaan
perbaikan kualitas pembelajaran dan pembagian tugas dan atau pemutusan
hubungan kerja. Tujuan-tujuan ini dalam bahasanya Schuler and Youngblood (
1996: 233) serta Lunenburg dan Ornstein (2000: 539) adalah tujuan evaluasi dan
pengembangan. Yang dimaksud dengan tujuan evaluasi dalam hal ini adalah
keperluan-keperluan yang berhubungan dengan pembayaran, promosi, demosi,
layoff dan terminasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan adalah
untuk riset, feedback, perencaanaan karir, manajemen karir/pengembangan,
perbaikan kinerja (performance improvement), dan komunikasi. Dalam konteks
ini berarti bahwa tujuan ketiga dan keempat sesugguhnya sama dengan tujuan
evaluasi berupa promosi dan layoff serta performance improvement. Tujuan
berupa pembagian tugas sesungguhnya adalah promosi dosen untuk tetap diberi
kepercayaan mengampu mata kuliah di semester selanjutnya, dan tujuan layoff
jika dosen tidak dipromosikan akibat dipandang tidak mampu dan layak untuk
mengampu kembali mata kuliah di semester berikutnya. Sedangkan tujuan
performance improvement merupakan tujuan PTI/AIS untuk menjaga agar kinerja
–kinerja dosennya di masa-masa kerja berikutnya selalu meningkat sesuai dengan
apa yang menjadi bidikan penelitian ini.
Kemudian jika dicermati lebih jauh, maka tujuan yang demikian
menunjukkan keberadaan tujuan penilaian kinerja dosen baru sepanjang
kebutuhan lembaga yang belum mensinergikan dengan kebutuhan individu dosen
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
267
dan lembaga. Padahal idealnya tujuan penilaian kinerja dosen harus
mensinergikan antara tujuan individu ternilai dengan tujuan lembaga.
4). Metode Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Metode Penilaian Kinerja Dosen UMP
Metode penilaian kinerja dosen berupa penyebaran angket yang diisi oleh
beberapa penilai menunjukkan bahwa apa yang sudah dilakukan UMP dengan
menggunakan instrumen angket sebagai alat untuk menilai kinerja dosen baik
dari aspek a) Tri dharma PT yang notabene-nya tugas pokok dosen, b) perilaku
umum sebagai kriteria perilaku yang harus dinampakkan dosen pada saat
menjalankan tugasnya dan kriteria c) Keislaman dan Keorganisasian sebagai jati
diri dosen UMP yang notabene-nya organisasi beridiologi agama
Muhammadiyah, setelah diidentifikasi sesungguhnya adalah praktek-praktek
penilaian kinerja dosen yang menggunakan beberapa metode. Lebih jelasnya bisa
disimak dalam paparan berikut.
Pertama. Metode Behavior Observation Scale (BOS). Apa yang terjadi di
UMP memang mendekati metode BOS. BOS sendiri sebagai sebuah metode
sebenarnya penilaian di mana penilai diminta untuk mengobservasi perilaku
ternilai berdasarkan anchor perilaku yang tersedia, kemudian memberikan cek
pada skala deskripsi level kinerja yang tersedia. Selanjutnya, angka pada skala
yang dicek dijumlahkan (Schuler dan Youngblood, serta Wirawan). Demikianlah
yang terjadi dengan penilaian dari mahasiswa yang menggunakan instrumen
angket untuk menilai kinerja dosen dalam melaksanakan proses
pembelajaran/perkuliahan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
268
Kedua. Metode Self Appraisal. Secara real selain kinerja dosen dinilai oleh
atasan dan atasannya langsung, mahasiswa dan sejawat, ternyata dosen UMP juga
dinilai oleh dirinya sendiri. Penilaian yang dilakukan oleh dirinya sendiri inilah
yang disebut dengan penilaian Self Appraisal. Yang dimaksud dengan penilaian
diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri dengan
harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatannya dan
kelemahan-kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang (Wirawan,
2009). Salah satu kelebihan dari metode ini adalah karyawan dapat mencegah
terjadinya perilaku pembenaran diri (Defensive behavior).
Ketiga. Graphic Rating Scales. Metode ini sebenarnya metode checklist
yang menggunakan skala. Ciri dari metode ini adalah indikator kinerja karyawan
dikemukakan beserta definisi singkat. Selain itu, deskriptor level kinerja
dikemukakan dalam bentuk skala yang masing-masing memiliki nilai angka.
Dalam metode ini, penilai mengonservasi indikator kinerja karyawan ternilai dan
memberi tanda centang atau silang pada skala. Angka-angka tersebut kemudian
dijumlahkan dan hasilnya dijumlahkan kembali ke dalam skala sifat (Byars and
Rue, 1991 dan Lunenburg and Orsntein, 2004). Apa yang terjadi di UMP juga
demikian, mengingat kinerja dosen ditentukan dalam skala-skala tertentu yang
masing-masing sudah ditentukan skornya. Sebagai contoh penilian kinerja dosen
dalam dharma pendidikan dan pengajaran berupa indikator kehadiran dosen. jika
kehadirannya lebih besar atau sama dengan 13 maka scorenya 5 ( sangat baik), 10
sampai 12 = 4 (baik), 7 – 9 = 3 (Cukup), 5-7 = 2 (Kurang), kurang dari 5 = 1
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
269
(Sangat Kurang). Dengan melihat ini maka bisa dikatakan kalau UMP
sesungguhnya menggunakan metode graphic rating scale.
Keempat. Metode 360 Degree. Jika dilihat secara keseluruhan praktek
penilaian kinerja dosen yang melibatkan banyak penilai berupa atasan dosen,
atasan atasannya dosen, dosen sendiri, sejawat dosen, dan mahasiswa, maka bisa
diketahui juga bahwa praktek penilaian kinerja dosen di UMP sesungguhnya
menggunakan metode 360 degree. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa yang
menjadi penilainya itu lebih dari satu, yaitu terdiri dari atasan langsung (dalam
hal ini adalah Kaprodi, Dekan), atasan tidak langsung (PR I, II dan LPPI),
kemudian dari pelanggan dalam hal ini adalah mahasiswa, diri sendiri dosen dan
sejawat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Wirawan yang menyatakan bahwa
Metode 360 Degree adalah metode yang penilainya lebih dari satu, yang
bisa terdiri atas atasan langsung, bawahan, teman sekerja, pelanggan, nasabah,
klien dan diri sendiri. Hasil penilaian dari beberapa penilai tersebut kemudian
dianalisis untuk mendapatkan nilai rata-rata yang kemudian diberikan kepada
ternilai sebagai balikan (Wirawan, 2009).
b). Metode Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Berdasarkan atas temuan data penelitian secara teknis memang penilaian
kinerja dosen di IAIIG Cilacap menggunakan dua cara yaitu cara langsung dan
cara tidak langsung yang menggunakan beberapa instrumen yang disediakan
untuk diisi oleh beberapa pihak sebagai penilaianya. Namun secara konsep, cara
atau metode penilaian kinerja dosen yang digunakan bisa dikategorikan ke dalam
beberapa metode sebagai berikut.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
270
Pertama. Metode Behavior Observation Scale (BOS). Apa yang terjadi di
IAIIG Cilacap memang mendekati metode BOS untuk penilaian tidak
langsungnya yang dilakukan oleh mahasiswa. BOS sendiri sebagai sebuah cara
sebenarnya merupakan penilaian di mana penilai diminta untuk mengobservasi
perilaku ternilai berdasarkan anchor perilaku yang tersedia, kemudian
memberikan cek pada skala deskripsi level kinerja yang tersedia. Selanjutnya,
angka pada skala yang dicek dijumlahkan ( Schuler dan Youngblood, 1996 dan
Wirawan, 2009). Metode ini dilakukan dengan melibatkan mahasiswa sebagai
penilainya. Mahasiswa melakukan penilaian atas kinerja dosennya dengan
menggunakan instrumen Evaluasi Dosen yang dilakukan pada saat dosen
mengajukan sertifikasi dosen maupun instrumen Penilaian Dosen dengan
menggunakan instrumen angket untuk menilai kinerja dosen dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Kedua. Metode Self Appraisal. Sebagaimana yang terjadi di UMP, secara
real apa yang terjadi di IAIIG Cilacap juga menunjukkan bahwa selain kinerja
dosen dinilai oleh atasan dan atasannya langsung, mahasiswa dan sejawat,
ternyata dosen IAIIG Cilacap juga dinilai oleh dirinya sendiri terutama untuk
instrumen Evaluasi Dosen dan PAK. Penilaian yang dilakukan oleh dirinya
sendiri inilah yang disebut dengan penilaian Self Appraisal. Yang dimaksud
dengan penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan
sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-
kekuatannya dan kelemahan-kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi
aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
271
(Wirawan, 2009). Salah satu kelebihan dari metode ini adalah karyawan dapat
mencegah terjadinya perilaku membenaran diri (Defensive behavior).
Ketiga. Metode 360 Degree. Jika dilihat secara keseluruhan praktek
penilaian kinerja dosen yang melibatkan banyak penilai (atasan dosen, dosen
sendiri, sejawat dosen, dan mahasiswa) menunjukkan bahwa penilaian kinerja
dosen di IAIIG Cilacap sesungguhnya menggunakan metode 360 degree. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa yang menjadi penilainya itu lebih dari satu,
yaitu terdiri dari atasan langsung (dalam hal ini adalah Kaprodi, Dekan), atasan
tidak langsung (PK I, II dan LPPI), kemudian dari pelanggan dalam hal ini adalah
mahasiswa, diri sendiri dosen dan sejawat dan staf kepegawaian. Metode ini
sesungguhnya adalah metode yang di dalamnya terdapat metode penilaian kinerja
esai, MBO, BARS, checklist dan sebagainya. Bedanya adalah penilainya lebih
dari satu, yang bisa terdiri atas atasan langsung, bawahan, teman sekerja,
pelanggan, nasabah,/klien dan diri sendiri. Hasil penilaian dari beberapa penilai
tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilai rata-rata yang kemudian
diberikan kepada ternilai sebagai balikan (Wirawan, 2009).
Keempat. Metode BARS. IAIIG Cilacap ketika menilai kinerja dosen DPK
pada khususnya dan dosen yang mau mengajukan kepangkatan akademik
menggunakan instrumen DP3. DP3 adalah instrumen yang disusun menggunakan
metode BARS (Wirawan, 2009). Sedangkan BARS yang merupakan singakatan
dari Behaviorally Anchor Rating Scale, merupakan sistem evaluasi yang
menggunakan pendekatan perilaku kerja yang sering digabungkan dengan sifat
pribadi. BARS terdiri atas suatu seri 5 – 10 skala perilaku vertikal untuk setiap
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
272
indikator kinerja. Untuk setiap dimensi, disusun 5-10 anchor, yaitu berupa
perilaku yang menunjukkan kinerja untuk setiap dimensi. Anchor-anchor tersebut
disusun dari yang nilainya tinggi sampai yang nilainya rendah. Anchor tersebut
dapat berupa critical incident yang diperoleh melalui job analysis (Schuler dan
Youngblood, 1996, Byars dan Rue, 1991, Decenzo dan Robbins, 1999,
Lunnenburg dan Orsntein, 2004 dan Wirawan, 2009).
c). Metode Penilaian Kinerja Dosen STAINU Kebumen
Dari gambaran tentang cara penilaian kinerja dosen yang sudah dilakukan
oleh STAINU Kebumen, bisa kita kelompokkan menjadi dua cara sekaligus. Yang
pertama, cara langsung dan tidak langsung, sedangkan yang kedua cara formal
dan tidak formal (yang tidak formal tidak ada). Dua cara pertama (langsung dan
tidak langsung) sendiri masuk ke dalam kategori cara yang formal. Sebagai
contoh cara langsung yang pertama dilakukan dengan cara monitoring staff lewat
absen (on the job) dan idiologi dosen (off the job). Cara ini jelas dilakukan secara
formal karena sudah menjadi keputusan STAINU Kebumen walaupun yang
menjadi penilai tidak mutlak dari internal STAINU. Sedangkan cara yang
langsung yang dilakukan oleh mahasiswa untuk melihat kinerja dosen dalam
konteks on the job juga dilakukan secara formal mengingat ketentuan waktunya
yang pasti seperti untuk kepentingan akreditasi maupun sertifikasi dosen.
Dengan melihat dua cara penilaian kinerja dosen yang dilakukan di
STAINU Kebumen, maka sesungguhnya yang sudah dilakukan adalah praktek
penilaian kinerja dosen yang menggunakan metode-metode sebagai berikut.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
273
Pertama. Metode BOS. Metode BOS digunakan di STAINU Kebumen
untuk penilaian dengan cara tidak langsung. BOS sendiri sebagai sebuah cara
sebenarnya penilaian di mana penilai diminta untuk mengobservasi perilaku
ternilai berdasarkan anchor perilaku yang tersedia, kemudian memberikan cek
pada skala deskripsi level kinerja yang tersedia. Selanjutnya, angka pada skala
yang dicek dijumlahkan (Schuler dan Youngblood, 1996 dan Wirawan, 2009).
Demikianlah yang terjadi dengan penilaian dari mahasiswa STAINU Kebumen
yang menggunakan instrumen Evaluasi Dosen.
Kedua. Metode 360 Degree. Kemudian jika dilihat secara keseluruhan
bahwa penilaian dengan dua cara, langsung dan tidak langsung, maka bisa
diketahui juga, bahwa penilaian kinerja dosen di STAINU Kebumen
sesungguhnya menggunakan metode 360 degree. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa yang menjadi penilainya itu lebih dari satu, yaitu terdiri dari
atasan langsung (dalam hal ini adalah Kaprodi PAI dan PGMI), atasan tidak
langsung (PK II, Ketua dan Yayasan), kemudian dari pelanggan dalam hal ini
adalah mahasiswa. Hasil penilaian dari beberapa penilai tersebut kemudian
dianalisis untuk mendapatkan nilai rata-rata yang kemudian diberikan kepada
ternilai sebagai balikan. Hal ini sama dengan pernyataan dari Wirawan (2009)
bahwa pengukuran dan penilaian kinerja dosen yang penilainya lebih dari satu
adalah metode 360 derajat, dengan penilainya bisa terdiri atas atasan langsung,
bawahan, teman sekerja, pelanggan, nasabah, klien dan diri sendiri. Hasil
penilaian dari beberapa penilai tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan
nilai rata-rata yang kemudian diberikan kepada ternilai sebagai balikan.
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
274
Ketiga. Metode Self Appraisal. Ketika STAINU Kebumen menggunakan
instrumen Evaluasi Dosen menjelang sertifikasi dosen dan akreditasi, di dalamnya
ada penilain yang dilakukan oleh dosen sendiri. Artinya bahwa apa yang terjadi di
STAINU Kebumen juga menunjukkan bahwa selain kinerja dosen dinilai oleh
atasan dan atasannya langsung, mahasiswa dan sejawat, ternyata dosen STAINU
Kebumen juga dinilai oleh dirinya sendiri terutama untuk instrumen Evaluasi
Dosen. Penilaian yang dilakukan oleh dirinya sendiri inilah yang disebut dengan
penilaian Self Appraisal. Yang dimaksud dengan penilaian diri sendiri adalah
penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri dengan harapan karyawan
tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatannya dan kelemahan-
kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang
perlu diperbaiki pada masa yang akan datang (Wirawan, 2009).
5). Waktu Penilaian Kinerja Dosen PTI/AIS
a). Waktu Penilaian Kinerja Dosen UMP
Mencermati bahwa secara real waktu yang digunakan UMP untuk menilai
kinerja dosennya adalah setiap semester, maka ini berarti waktu penilian adalah
waktu periodik. Pelaksanaan penilaian kinerja yang dilakukan secara periodik
setiap semester adalah penilaian waktu formal. Yang dimaksud dengan waktu
formal dalam konteks ini adalah waktu penilaian kinerja yang dilakukan secara
periodik (Hasibuan, 2007).
Kemudian pada saat melakukan penilaian khususnya kedisiplinan dosen
dalam mengajar yang diukur dengan absen dosen, ini berarti diukur setiap waktu
sepanjang semester tersebut. Untuk kategori ini, berarti masuk ke dalam waktu
Umi Zulfa, 2012 Penilaian Untuk Pengembangan Kinerja Dosen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
275
informal. Yang dimaksud dengan waktu penilaian informal adalah penilaian yang
dilakukan secara terus menerus (Hasibuan, 2007). Maksudnya adalah penilaian
yang dilakukan secara terus menerus dari awal waktu penilaian sampai akhir
penilaian itu dilaksanakan, bukan hanya di akhir waktu penilaian saja. Demikian
halnya dengan praktek di UMP, pengukurannya dilakukan setiap hari sepanjang
semester, khususnya untuk kriteria kerja berupa kedisiplinan dosen mengajar yang
diukur lewat jurnal perkuliahan.
b). Waktu Penilaian Kinerja Dosen IAIIG Cilacap
Berdasarkan temuan data diketahui bahwa ada dua waktu yang digunakan
oleh IAIIG Cilacap untuk melakukan penilaian kinerja dosen, yaitu setiap hari
dalam setiap semester, dan setiap tahun pada saat setiap kali akan proses
akreditasi Prodi. Jika dianalisis dengan menggunakan teori maka ditemukan
waktu-waktu penilaian kinerja sebagai berikut.
Pertama. Waktu Formal. Pada praktek penilaian kinerja dosen IAIIG
Cilacap yang mengambil waktu setiap tahunnya merupakan praktek penilaian
kinerja waktu formal. Artinya waktu penilaian kinerja dosen di IAIIG Cilacap
masuk kategori waktu penilaian formal karena penilaian yang dilakukan secara
periodik (Hasibuan, 2007) yaitu mengambil waktu setiap tahun pada saat setiap
akan dilaksanakannya akareditasi maupun sertifikasi dosen. Ssecara periodik
dalam konteks IAIIG Cilacap adalah setiap tahun selalu terulang dilakukan
penilaian kinerja dosen. Ini berlaku untuk penilaian kinerja dosen dalam menilai
kinerja dosen khusus yang sedang mengajukan kepangkatan maupun sertifikasi
dosen.