Baba I-4 Okkkee
-
Upload
mintho-ena-aulu -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
Transcript of Baba I-4 Okkkee
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelangsungan Pembangunan Nasional merupakan salah satu wujud dari proses untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.
Tidak terlepas dari itupun, berbagai program dijalankan dalam berbagai segi dan aspek
pembangunan untuk mewujudkan pembangunan.
Dalam membangun suatu gedung baru dalam bentuk konstruksi harus mempunyai
pondasi yang dapat menahan beban konstruksi diatasnya, oleh sebab itu dalam perencanaan
pembangunan khususnya pondasi foot plat dibutuhkan perhitungan dan ketelitian yang tepat
sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban sendiri bangunan dan beban-
beban luar. Untuk mendapatkan kestabilan suatu bangunan dibutuhkan ketelitian dalam
pengerjaan dan pengawasan sehingga dapat menghasilkan suatu konstruksi terutama pondasi
foot plat yang kuat, dan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dalam hal
mengembangkan ilmu dan pengetahuannya, selain mengikuti berbagai pelajaran di ruang
kelas, dalam bangku kuliah pun harus memiliki kemampuan secara praktis di lapangan. Oleh
karena itu, sesuai dengan konsentrasi/program studi yang digeluti oleh penulis yaitu Bangunan
Gedung, penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini ingin mengambil
suatu tinjauan terhadap pekerjaan salah satu struktur gedung yakni pekerjaan pondasi foot plat
pada proyek pembangunan Gedung Departemen Kehutanan Dirjen Planalogi Kehutanan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kupang-NTT seluas 800 m2 dengan judul :
“Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Foot Plat Pada Proyek Pembangunan
Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-
Propinsi NTT”.
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka penulis merumuskan masalah yang di bahas yaitu :
a. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan pondasi foot plat
b. Bagaimana menentukan jumlah besi yang digunakan dalam penulangan dan teknik
pengecoran.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan antara lain :
1. Mahasiswa dapat secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan
pondasi foot plat dilapangan
2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung permasalahan-permasalahan yang
dijumpai dilapangan dan membandingkan dengan konsep dasar teori yang diperoleh
pada saat kuliah
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana metode Penanganan pengendalian suatu
pekerjaan foot plat
1.3.2. Tujuan Proyek
Adapun tujuan proyek antara lain :
1. Mendirikan suatu bangunan yang kuat dan kokoh sehingga dapat memberikan rasa
aman kepada penghuni gedung itu sendiri.
2. Menambah wawasan tentang organisasi proyek serta tugas dari masing- masing
peserta proyek
1.4. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Merupakan salah satu sarana bagi mahasiwa untuk mengetahui langkah – langkah
kerja secara teknis di lapangan
2. Dapat secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
khususnya pelaksanaan pekerjaan pondasi foot plat.
3. Dapat mengetahui dengan jelas tentang permasalahan yang ditemui di setiap
pelaksanaan pekerjaan pada proyek atau lapangan.
2
1.5. Batasan Masalah
Dari rumusan masalah di atas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu
pekerjaan persiapan, galian foot plat, pekerjaan pembesian foot plat dan pengecoran foot plat
serta menentukan jumlah besi yang digunakan dalam penulangan foot plat.
1.6. Metode Pembahasan
Adapun metode yang di gunakan dalam penulisan laporan ini yaitu :
a. Metode Observasi
Yaitu dengan cara turun langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung paroses
pelaksanaan pekerjaan.
b. Metode Wawancara
Yaitu dengan cara melakukan Tanya jawab dengan orang – orang yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c. Metode Pustaka
Yaitu menggunakan literature atau buku - buku penunjang dalam penulisan laporan
ini.
1.7. Ruang Lingkup Pekerjaan
Dalam proyek pembangunan Gedung Kantor Departemen Kehutanan Dirjen Planalogi
Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT
seluas 800 m2 Kupang memiliki tahapan – tahapan pekerjaan yaitu : pekerjaan persiapan,
galian, pondasi, kolom, slof, ring balk dan pekerjaan plat lantai.
1.7.1. Lokasi Proyek
Lokasi proyek gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV
Kehutanan Kupang-Propinsi NTT berada di Jl.Perintis Kemerdekaan I Kayu Putih-
Kota Kupang.
1.7.2. Jangka Waktu Pelaksanaa Proyek
Jangka waktu pelaksanaan proyek ini yaitu di mulai pada akhir juli dengan jangka
waktu kerja 120 hari kalender.
3
1.8. Jadwal Praktek Kerja Lapangan dan Penulisan Laporan
1.8.1. Jadwal Praktek kerja Lapangan
Jadwal yang dikeluarkan oleh bagian akademik untuk penulis melakukan Praktek
Kerja Lapangan terhitung dari tanggal 25 Agustus 2009 sampai dengan 29
September 2009 (34 hari).
1.8.2. Jadwal penulisan laporan
Jadwal yang dikeluarkan oleh bagian akademik untuk penulis melakukan
penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan terhitung dari tanggal 30 September
2009 sampai dengan 21 Oktober 2009.
4
BAB II
MANAJEMEN PROYEK
2.1. Pengertian Manajemen Proyek
Taylor (1988) menjelaskan asal kata manajemen yaitu dari kata dasar to manage yang
berasal dari bahasa latin maniqare dan agare yang artinya tangan dan melaksanakan,
sedangkan proyek adalah rangkaian kegiatan yang mempunyai dimensi waktu, fisik dan biaya
guna untuk mewujudkan gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu. Dengan demikian lingkup
manajemen proyek mencakup kegitan-kegiatan yang menimbulkan ide dan gagasan yang di
atur secara terencana dan terorganisir dengan melibatkan sumber daya yang ada untuk
keberhasilan suatu pekerjaan yang telah di tentukan.
John F. Mee (2005) manajemen konstruksi, membuat definisi yang lebih luas mengenai
manajemen sebagai berikut:
“ Manajemen ialah suatu seni keahlian untuk memperoleh hasil maksimal dengan usaha
minimal dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagian baik pimpinan maupun
para pekerja serta memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat”.
Beberapa pandangan menurut para ahli tentang pengertian manajemen seperti:
a. Geoerge Terry yang dikutip dari Bambang M (1987) berpendapat bahwa manajemen
adalah proses membeda-bedakan perencana, pengorganisasian, penggerak, pelaksana dan
pengendalian dengan memanfaatkan ilmu dan seni agar tujuan yang di tetapkan tercapai.
b. H. Koontz dan O. Daniel yang dikutip dari Bambang M (1987) menyatakan bahwa
manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan oleh orang lain.
c. Menurut Marry Parket Pollet dalam buku pengelolaan proyek karangan Bambang
Mulyanto (1995) bahwa manajemen sebagai seni atau melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain.
Jadi manajemen proyek adalah kegiatan yang mengatur atau memimpin berbagai ragam
kegiatan orang atau kelompok yang terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan bersama yang
merupakan gabungan ide manusia dan benda, dimana kegiatan-kegiatan tersebut dibatasi
waktu.
5
2.2. Pihak-pihak Yang Terlibat
Dalam kegiatan pelaksanaan suatu proyek dibutuhkan suatu manajemen guna
mencapai hasil yang optimal. Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek menurut
Mulyanto, 1995 adalah:
A. Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah pihak yang menginginkan atau memerlukan fasilitas,
kemudian menyampaikan keinginanya kepada ahli bangunan sekaligus menanggung
biaya proyek yang akan dikeluarkan.
Tugas dari pemilik proyek adalah:
1. Membuat Term Of Reference (TOR) yaitu kerangka acuan perencanaan atau dasar
perencanaan yang berkaitan dengan:
a. Tujuan proyek
b. Persyaratan proyek
c. Tata ruang
d. Biaya
2. Menentukan pilihan dan mengambil keputusan atas rencana dari konstruksi yang
diusulkan oleh para konsultan.
3. Membayar dan menyediakan sejumlah biaya yang diperlukan untuk suatu pekerjaan
bangunan.
4. Memberikan informasi yang diperlukan oleh konsultan sehubungan dengan proyek
tersebut.
5. Menandatangani surat perjanjian atau kontrak.
Dalam pelaksanaan di lapangan pemilik proyek dapat menempatkan seorang
pimpinan proyek yang berfungsi untuk mengendalikan proyek secara langsung di
lapangan. Adapun tugas dari suatu pemimpin proyek adalah:
1. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan proyek.
2. Menandatangani surat perintah kerja dan juga kontrak antara pimpro dan
kontraktor.
3. Mengesahkan semua dokumen.
4. Menyetujui dan menolak penyerahan pekerjaan.
5. Menyetujui dan menolak penyerahan tambah kurang.
6
6. Memberikan instruksi kepada pengawas.
B. Konsultan
1. Konsultan perencana
Suatu perusahaan penjual jasa konsultan yang menggunakan keahlian untuk
mengerjakan perencanaan serta melakukan penafsiran biaya sesuai dengan keinginan
pemilik.
Tugas dan wewenang konsultan perencana adalah:
a. Meninjau lapangan secara berkala untuk melihat kemajuan pekerjaan dan ikut
serta menilai kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar tidak
menyimpang dari dokumen kontrak.
b. Memberikan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
arsitektur dan struktur.
c. Meminta pemeriksaan dan pengujian secara khusus apabila dipergunakan untuk
menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan isi dokumen kontrak.
d. Mendesain dan merencanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
e. Membuat Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
2. Konsultan pengawas
Konsultan pengawas yaitu badan jasa konstruksi yang ditunjuk oleh pemilik
proyek untuk mengendalikan dan mengawasi secara menyeluruh atas jalanya
pelaksanaan proyek.
Tugas konsultan pengawas adalah:
a. Menguji rancangan teknis, gambar, data, acuan, pengukuran dan spesifikasi
teknis yang selanjutnya dengan persetujuan pimpinan proyek dapat mengadakan
perubahan apabila dipandang perlu.
b. Menguji, mengawasi, dan mengadakan perubahan yang dipandang perlu atas
rancangan kerja dan rencana operasi yang disusun oleh kontraktor.
c. Melaksanakan pengawasan anggaran konstruksi dalam hubungan dengan prestasi
kerja.
d. Menyiapkan dan menyusun laporan harian, mingguan serta bulanan.
7
3. Kontraktor
Kontraktor adalah perorangan atau perkumpulan dalam hukum yang bergerak
dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan. Kontraktor dapat memperoleh
pekerjaan melalui pelelangan atau penunjukan langsung waktu negosiasi.
Tugas dan kewenangan kontraktor adalah:
a. Mengajukan jadwal pengadaan bahan atau material utama serta pengiriman bahan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Membuat jadwal pengadaan serta penyediaan sarana pembantu lainnya yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Bersama dengan konsultan pengawas melakukan pemeriksaan atas pekerjaan
yang telah diselesaikan.
d. Menjamin keamanan di lapangan serta keselamatan kerja atas semua orang baik
pekerja maupun pengunjung yang berkepentingan dengan proyek tersebut.
e. Pembayaran pajak, asuransi, ijin membangun sesuai dengan kontrak.
f. Menyerahkan pekerjaan apabila telah selesai secara keseluruhan atau dapat pula
disertakan pembagian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.3. Hubungan Kerja Dalam Organisasi Proyek
Menurut Soeharto, 1997 dalam pelaksanaan suatu proyek ada tiga pihak yang sangat
berperan penting agar kegiatan-kegiatan dalam proyek tersebut baik perencana maupun
pelaksanaanya dapat mencapai tujuan yang maksimal.
Adapun hubungan kerja antara ketiga pihak tersebut yaitu:
1. Hubungan Antara Pemilik Proyek dan Konsultan
Hubungan antara kedua unsur pengelola proyek ini erat sekali, dimana konsultan
merupakan wakil pemilik proyek dalam hal menyangkut perencanaan maupun
pengawasan seperti tertera dalam bagan diatas hubungan ini bersifat komando /
perintah konsultatif
2. Hubungan antara kontraktor dengan konsultan pengawas
Hubungan antara kedua unsur pengelola ini boleh dikatakan sangat erat, dimana
semua kegiatan menyangkut pelaksanaan yang dilaksanakan oleh kontraktor baru
8
dapat dikerjakan melalui konsultasi / koordinasi dengan konsultan pengawas,
sedangkan hubungan antara kontraktor dengan konsultan perencana hampir tidak ada.
3. Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor
Hubungan ini terbatas pada hal – hal yang bersifat prinsip / tertentu antara lain:
a. Memberikan penjelasan kepada pemilik proyek jika pemilik proyek mengadakan
peninjauan / inpeksi lapangan.
b. Pembayaran atas kemajuan proyek.
Biaya Bangunan Biaya
Jasa
Persyaratan Teknis
Relisasi
Keterangan : Hubungan Kontraktual
Hubungan Koordinasi
Gambar 2.1 Skema Hubungan Kerja
Sumber : Soeharto, 1997
2.4. Struktur Organisasi Proyek
Menurut Husodo, 1996 bahwa penelitian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah
kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi dan berfungsi untuk
mempertemukan menjadi satu tujuan. Semakin melibatkan banyak individu atau kelompok
yang berbeda macam kegiatan atau jenjang kewenangannya, bentuk organisasi akan menjadi
semakin kompleks.
Pada dasarnya bentuk-bentuk struktur organisasi yang dimaksud dapat diringkas secara
sederhana menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut:
9
Pemilik Proyek
Konsultan Kontraktor
a. Organisasi Fungsional
Susunan organisasi fungsional adalah seperti susunan organisasi tradisional yang sering
dijumpai baik pada lembaga swasta maupun kebanyakan organisasi birokrasi pemerintah.
Susunan organisasi ini terdiri dari satuan-satuan yang menangani tugas-tugas spesifik
sesuai dengan kebutuhan organisasi dan di lengkapi sub-ordinat.
Untuk itu susunan organisasi fungsional dapat melaksanakan proyek dengan baik apabila
lingkup proyek masih berada dalam batas wewenang satuan-satuannya. Dalam susunan
seperti itu, proyek dilaksanakan sebagai bagian dari penyelenggaraan tugas-tugas rutin tiap
satuan organisasi atau departemen yang bersangkutan. Bentuk organisasi fungsional adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.2 Struktur Orgaanisasi Fungsional
Sumber : Soeharto, 1997
b. Organisasi Matriks
Dalam susunan organisasi matriks, setiap proyek diperkenalkan seorang koordinator.
Organisasi tersebut masih bertugas dalam satuan organisasi fungsional, namun diserahi
tanggung jawab penuh atas pelaksanaan proyek. Organisasi matriks membebankan
susunan samping terhadap tata jenjang vertikal yang ada. Bentuk organisasi matriks adalah
sebagai berikut:
10
Direktur
Produksi Pemasaran Keuangan Personalia
Perencanaan Teknik Penelitian
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Matriks
Sumber : Soeharto, 1997
c. Organisasi Khusus Proyek
Menggambarkan kerangka organisasi proyek yang sama sekali baru ditambahkan pada
susunan organisasi yang sudah ada, dibentuk khusus dengan tujuan untuk melaksanakan
suatu proyek. Dalam organisasi khusus semua sumber daya diperlukan untuk proyek
dipisahkan dari organisasi fungsional rutin, dan disusun dalam suatu satuan organisasi
yang mandiri dan dikepalai oleh seorang pemimpin proyek. Bentuk organisasi khusus
proyek adalah sebagai berikut:
11
Direktur
Operasi Keuangan dan administrasi
Penelitian dan pengembangan
Personalia
Proyek gedung
Proyek pengairan
Proyek jembatan
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Khusus Proyek
Sumber : Soeharto, 1997
Kenyataan yang terdapat di lapangan bahwa struktur organisasi yang dipakai Oleh PT.
Atam Jaya pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT yaitu:
12
Direktur
Proyek Produksi Keuangan dan administrasi
Penelitian dan pengembangan
Personalia
Proyek gedung
lab.
Proyek alat lab.
Proyek pelatihan instruktur
Gambar 2.5 struktur organisasi proyek PT. Atam Jaya
1. Manager
Bertugas untuk pengaturan umum setiap kegiatan baik di proyek maupun di kantor.
2. Site Manager
Bertugas menggantikan manager atau sebagai manager di lokasi proyek.
3. Staf Pelaksana
Bertugas:
a. Memeriksa dan menyiapkan berita acara pekerjaan .
b. Membuat progaram pelaksanaan mingguan dan menyiapkan atau melengkapi
metode konstruksi.
c. Membuat gambar pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk diserahkan kepada
pemilik perusahaan .
d. Membuat revisi jadwal pelaksanaan.
e. Melakukan pemeriksaan mutu bahan dan mutu pekerjaan .
4. Surveyor
Bertugas:
a. Melaksanakan pengukuran lokasi kerja.
b. Melaksanakan pengukuran volume hasil pekerjaan.
c. Mengecek kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam bekerja.
13
Manager
Site Manager
Staf Pelaksana
Surveyor Staf Logistik Staf Administrasi
dan Keuangan
5. Staf Logistik
Bertugas:
a. Melakukan pengawasan atau kontrol penggunaan bahan sesuai kebutuhan.
b. Mengontrol keluar masuknya alat dan bahan-bahan.
c. Mengamankan bahan-bahan pelaksanaan pekerjaan.
6. Staf Administrasi dan Keuangan
Bertugas:
a. Membantu berhasilnya pelaksanaan proyek.
b. Mengurus mengatur penggunaan biaya di bidang keuangan.
c. Membantu dan melakukan pengawasan di bidang keuangan.
2.5. Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time Schedule)
Jadwal waktu pelaksanaan (Time schedule) merupakan cara yang dipakai untuk
menunjukan kapan berlangsungnya setiap kegiatan dan sebagai pengontrol kemajuan dan
perkembangan pekerjaan sehingga dapat digunakan pada waktu merencanakan maupun
pengendalian pelaksanaan proyek secara keseluruhan dan pada semua kegiatan
pelaksanaan proyek ada bagian-bagian yang harus dikerjakan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan agar dalam penyelesaian setiap pekerjaan tidak terjadi keterlambatan.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XIV Kehutanan-Propinsi NTT yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan I Kayu
Putih-Kota Kupang waktu pelaksanaannya dari tanggal 29 juli 2009 sampai dengan 29
November 2009.
14
15
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN
3.1. Tinjauan umum
3.1.1. Lingkup Pekerjaan
Bangunan bentuk konstruksi apapun harus mempunyai pondasi yang dapat
menopang beban konstruksi. Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang
berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban-beban yang dipikulnya ke
lapisan tanah yang cukup keras. Beban terdiri dari dua macam yaitu beban hidup dan
beban mati. Beban mati merupakan segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap
termasuk dalam hal ini berat sendiri, seperti kolom, balok, spesi, keramik, plafon dan
lain-lain. Sedangkan beban hidup yaitu seperti beban angin dan gempa.
Dalam pelaksanaan pekerjaan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) bahwa jenis
pondasi yang dikerjakan adalah pondasi dangkal dimana pelaksanaan meliputi :
1. Pekerjaan pondasi menerus
a. pekerjaan galian pondasi
b. pekerjaan pasangan pondasi
2. Pekerjaan pondasi telapak
a.Pekerjaan galian pondasi
b. Pekerjaan pembesian
c.Pekerjaan cor lantai kerja
d. Pengecoran pondasi foot plat
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi pondasi yaitu :
1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakan pada lapisan
tanah yang keras/ sesuai dengan rencana.
2. Bila digunakan pondasi setempat, pondasi-pondasi tersebut harus dihubungkan satu
sama lain dengan pondasi menerus.
3. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet didalam tanah dan kuat menahan gaya-
gaya yang bekerja padanya.
16
3.1.2. Data Umum Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT merupakan suatu usaha Dinas Kehutanan untuk
membenahi sistem kerjanya karena Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV
Kehutanan Kupang-Propinsi NTT sampai saat ini masih menggunakan gedung Polresta
lama dan belum memiliki gedung yang layak untuk ditempati.
Pada proyek ini di kerjakan dengan :
Dana : Rp. 997.689.000
Pemilik proyek : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-
Propinsi NTT
Tahun anggaran : 2009
Lokasi : Jl.Perintis Kemerdekaan I Kayu Putih-Kota Kupang
Pekerjaan : Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XIV Kehutanan Kupang-NTT
Jangka waktu : 120 hari keja
Pada pekerjaan proyek ini pihak – pihak yang terlibat yaitu :
1. Konsultan perencana
Sebagai perencana atau mendesain sebuah bangunan dan yang menjadi konsultan
perencana dalam proyek pembangunan gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan
Hutan Wilayah XIV Kupang-Propinsi NTT adalah CV. PUTRA TIMOR RAYA
2. Konsultan Pengawas
Orang atau badan yang di tunjuk penguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan
pelaksanaan pembangunan mulai dari awal hingga berahkirnya pekerjaan
pembangunan, yang menjadi konsultan Pengawas dalam Proyek pembangunan Gedung
Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi
NTT adalah CV. GEOCITRA
3. Kontraktor Pelaksana
Perusahaan perorangan atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pekerjaan bangunan, yang menjadi kontraktor pelaksana dalam Proyek pembangunan
gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-
Propinsi NTT adalah PT. ATAM JAYA.
17
3.2. Tinjauan Khusus
Pelaksanaan pekerjaan pondasi mempunyai tahapan-tahapan pekerjaan yang meliputi
pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah dan pekerjaan pengecoran dengan berbagai tahapan
pelaksanaan yaitu:
3.2.1. Pekerjaan Persiapan
Setiap pelaksanaan suatu proyek harus memiliki peralatan dan bahan yang tepat
dan baik sesuai dengan kebutuhan proyek tersebut dimana persiapan peralatan dan bahan
sangatlah penting guna kelancaran dalam pekerjaan. Dalam proyek Pembangunan
Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan-Propinsi
NTT alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Alat
a. Peralatan utama
1. Dump truck : dipakai untuk menyediakan material berupa pasir, batu
karang, semen, kerikil dan bahan lainnya.
2. Water tank : untuk penyimpanan air untuk kebutuhan pencampuran.
3. Water truck tank : kendaraan pengangkut air.
4. Mesin molen : mesin untuk mencampur bahan-bahan pembentuk beton
agar dapat menghasilkan beton yang benar-benar
tercampur rata.
b. Peralatan bantu
1. Sekop : digunakan untuk pekerjaan galian dan untuk mengaduk
campuran material.
2. Sendok spesi : digunakan untuk pekerjaan pasangan, plesteran.
3. Palu : dipakai untuk memukul paku atau batu.
4. Linggis : dipakai untuk pekerjaan galian.
5. Roll meter : dipakai untuk mengukur.
6. Pahat batu : dipakai untuk memecahkan batu.
7. Gergaji besi : dipakai untuk memotong besi.
8. Bar cutter : mesin yang dipakai untuk memotong besi dengan ukuran
besar.
18
9. Bar bending : alat yang digunakan untuk membengkokan baja atau besi
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam pekerjaan beton terdiri dari :
A. Agregat
Agregat adalah butiran-butiran yang mempunyai susunan kasar dan halus, agregat
disebut juga sebagai pengisi beton karena 60% - 80% beton terdiri dari agregat.
Agregat terdiri dari dua macam yaitu :
1. Agregat kasar (kerikil)
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya melebihi ¼ inchi (6 mm).
Kerikil merupakan disintegrasi dari batuan atau batu pecah yang diperoleh
dari alat pemecah batu. Syarat-syarat dari kerikil adalah:
a. Agregat terdiri dari butiran-butiran keras yang berpori.
b. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1%.
c. Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.
2. Agregat halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi
antara nomor 4 dan nomor 100 saringan standar Amerika.
Syarat-syarat dari pasir adalah:
a. Pasir halus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya.
b. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Pasir tidak boleh mengandung lumpur yang dapat merusak beton.
3. Semen
Semen yang digunakan adalah semen portland. Semen merupakan bahan
perekat hidrolis yang berfungsi untuk mengikat agregat jika ditambah air dan
membentuk kesatuan-kesatuan massa beton. Semen yang digunakan dalam
pembuatan beton adalah semen Gresik.
19
4. Air
Air berfungsi sebagai pengadaan senyawa kimia antara semen dengan agregat
yang bersifat pencampur sehingga dapat menjadi pembentukan suatu massa
padat yang keras. Air yang digunakan harus bersih dan tidak boleh tercemar
dan tidak berbau, tidak berbusa dan yang tidak mengandung zat kimia yang
bisa merusak struktur pondasi.
5. Besi beton
Besi yang digunakan dalam pekerjaan pembesian pondasi foot plat adalah
besi beton dengan diameter besi (Ø 16 mm) yang merupakan standar mutu
baja U-24 tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dan mutu beton yang
dipakai adalah K-250.
6. Kawat
Kawat pengikat terbuat dari baja lunak dengan diameter Ø 1 mm.
3.2.2. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Foot Plat
A. Pembersihan
Dalam mengerjakan suatu kegiatan pekerjaan hal pertama yang dilaksanakan
yaitu pembersihan. Dalam proyek pembangunan Gedung Kantor Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT
proses pembersihan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Pada proses
ini pembersihan yang dilakukan yaitu pembersihan terhadap rerumputan-
rerumputan karena bangunan tersebut berdiri diatas lahan yang masih kosong
seluas 2000 m².
B. Penggalian
Setelah dipatok maka dilakukan penggalian dengan menggunakan tenaga
manusia dengan ukuran sesuai gambar (140 cm x 140 cm x 150 cm) atau sampai
pada tanah yang keras sebanyak 31 lubang, sehingga bangunan yang didirikan
mampu menahan beban yang datang dari atas bangunan itu sendiri.
20
a. Alat-alat yang digunakan dalam penggalian yaitu :
1. Sekop
2. Linggis
3. Pahat
4. Meter Rol
b. Langkah – langkah kerja yaitu:
1. Pelajari gambar denah pondasi
2. Lakukan pengukuran dan pematokan serta diikuti pemasangan
bowplank
3. Setelah itu dilakukan penggalian
4. Pengukuran kembali lubang galian apakah sesuai dengan gambar.
C. Pembesian
Dalam pembesian alat dan bahan yang digunakan yaitu:
a. Alat
1. Gergaji besi
2. Alat pemotong besi (bar cutter)
3. Alat pembengkok besi (bar bending)
4. Tang
5. Meter rol
b. Bahan
Besi ulir Ø 16
c. Langkah- langkah pengerjaan yaitu :
1. Pelajari gambar dengan seksama
2. Potong besi sesuai gambar
3. Membuat profil tulangan
4. Merakit bentuk profil tulangan pondasi
21
D. Pengecoran
Pekerjaan pengecoran sendiri meliputi:
a. Pekerjaan persiapan
Pada pekerjaan pengecoran, segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan
harus sudah dipersiapkan. Peralatan harus lengkap dan material yang
dibutuhkan harus berada dekat dengan lokasi pencampuran. Hal ini dimaksud
agar terciptanya efisiensi waktu, tenaga, dan biaya pelaksanaan pekerjaan ini.
b. Pengadukan
Beton adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan maka
pengadukan atau pencampuran bahannya harus dilakukan sampai benar-benar
merata ke dalam tempat pengadukan pada mesin molen, setelah selesai
pencampuran bila dirasa telah tercampur merata maka campuran beton
tersebut dituangkan ke dalam tempat campuran beton yang telah tersedia dan
siap untuk digunakan.
c. Pengangkutan hasil adukan
Mengingat campuran beton tidak bisa dibiarkan dalam tempat campuran
terlalu lama, maka dibutuhkan tenaga pengangkut yang banyak dan pada
pengangkutan ini menggunakan tenaga manusia maka dibutuhkan cukup
banyak tenaga untuk proses pengangkutan, dan alat yang digunakan untuk
mengangkut hasil adukan atau campuran adalah ember cor.
d. Pengecoran
Sebelum melakukan pengecoran pondasi foot plat terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan terhadap tulangan yang akan dicor, apakah kelurusan dan
ketegakan yang ada telah benar-benar pas, bila tulangan yang dianggap cukup
datar dan tegak sesuai gambar rencana maka pekerjaan pengecoran dapat
dilakukan secepat mungkin agar beton yang ada tidak mengalami pengikatan
awal ditempat pencampuran sementara.
a. Alat yang digunakan dalam pengecoran yaitu:
1. Sendok spesi
2. Mesin molen
22
3. Ember dan sekop
b. Bahan yang digunakan yaitu:
1. Semen Gresik
2. Agregat Kasar (kerikil)
3. Agregat halus (pasir)
4. Air.
c. Langkah-langkah kerja pengecoran yaitu:
1. Persiapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan
2. Dalam pengerjaan beton perbandingan yang digunakan sebagai
dasar campuran yaitu 1: 2: 3
3. Letakan mesin pengaduk pada kedudukan yang stabil dan strategis
4. Jalankan mesin sesuai dengan tenaga penggerak
5. Dengan menggunakan ember masukan kurang lebih 30% air
pencampur kedalam teromol.
6. Masukan pula semua pasir ke dalam teromol (32 sekop)
7. Tambahkan seluruh semen kedalam teromol
8. Tambahkan sedikit air ke dalam teromol tujuannya untuk
mempermudah tercampurnya beton
9. Dengan menggunakan ember masukan semua kerikil ke dalam
teromol, biarkan seluruh bahan tercampur selama 5-6 menit
10. Kosongkan teromol dengan menuangkan seluruh adukan pada bak
penuang
11. Bersikan sisa adukan yang masih melekat pada dinding teromol
12. Setelah itu angkut mortar ke lubang pondasi yang telah disiapkan
dan dituang secara merata.
23
3.3. Perhitungan
A. Volume Galian
150 cm
140 cm
Volume galian = Panjang × Lebar × Dalam
= 1.4 m x 1.4 m x 1.5 m
= 2.94 m3
Maka volume galian pondasi foot plat keseluruhan adalah :
V = 2.94 m3 x jumlah pondasi
= 3.15 m3 x 31 buah
= 91.14 m3
B. Volume Pasir Bawah Pondasi
Vulome Pasir Bawah Pondasi = 1,4 m × 1,4 m × 0,01 m
= 0.0196 m3
Maka volume Pasir Bawah Pondasi = 0.0196 m3 × 31 buah
= 0.6076 m3
C. Volume Lantai Kerja
24
140 cm
10 cm
10 cm
Volume Lantai Kerja = 1,4 m × 1,4 m × 0,01 m
= 0.0196 m3
Maka volume Lantai Kerja = 0.0196 m3 × 31 buah
= 0.6076 m3
D. Perhitungan Tulangan Foot Plat
Gambar 3.3.1 pembesian foot plat
Perhitungan Kebutuhan Tulangan Foot Plat :
Diketahui : Panjang = 120 cm
Lebar = 120 cm
Tebal selimut Beton = 5 cm
Panjang kait = 5 cm
25
140 cm
140 cm
45 cm
10 cm
10 cm
85 cm
Jarak antar Tulangan = 15 cm
1 staf besi = 1200 cm
a. Tulangan Pokok Arah X Ø16 - 15
Panjang Tulangan Atas :
= 120 + (2 x 40) + (2 x 5)
= 210 cm = 2.1 m
Panjang Tulangan Bawah :
= 120 + (2 x 5)
= 130 cm
= 1,3 m
Panjang tulangan atas dan bawah = 2.1 + 1,3 = 3,40 m
Jumlah tulangan arah X = 120 : 15 = 8 buah
Jadi panjang tulangan arah X = 3,40 x 8 = 27.2 m
b. Tulangan Pokok Arah Y Ø16 - 15
Tulangan atas :
= 120 + (2 x 40) + (2 x 5)
= 210 cm = 2.1 m
Tulangan bawah :
= 120 + (2 x 5)
26
120 cm
40 cm40 cm
5 cm
120 cm
5 cm
= 130 cm
= 1,3 m
Panjang tulangan atas dan bawah = 2.1 + 1.3 = 3,40 m
Jumlah tulangan arah X = 120 : 15 = 8 buah
Jadi panjang tulangan arah X = 3,40 x 8 = 27.2 m
Jadi panjang tulangan keseluruhan untuk 1 foot plat
= 27.2 + 27.2
= 54.4 m
1 staf tulangan di pasaran panjang 12 m
54.4
12
= 4.54 staff
= 4.54 x jumlah foot plat
= 4.54 x 31
= 140.74 staff = 141 staff
E. Volume Urugan Kembali
27 35 cm
30 cm
Gambar 3.1.2. Urugan Foot Plat
Volume Urugan Kembali = (Panjang × Lebar × Dalam) – (Ukuran kolom)
= (1.4 m x 1.4 m x 0.5 m) – 0.3 m
= 0.294 m3
BAB IV
PENGENDALIAN KONSTRUKSI
4.1. Umum
Pengendalian dalam bidang konstruksi adalah perbandingan yang direncanakan dengan
yang dilaksanakan. Tujuan dari tahap pengendalian adalah untuk mendirikan suatu konstruksi
28
45 cm
10 cm
10 cm
50 cm
55 cm55 cm
bangunan yang sudah di rancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu
yang telah disepakati dengan mutu dan kualitas.
Pelaksanaan dan pengendalian proyek secara umum meliputi :
a. Pengendalian alat
b. Pengendalian bahan
c. Pengendalian mutu
d. Pengendalian waktu
e. Pengendalian biaya
f. Pengendalian tenaga kerja
g. Pengendalian laporan
4.2. Pengendalian Alat
Sistem pengendalian alat ialah suatu sistem pengendalian yang dirancang agar alat-alat
yang digunakan dalam semua jenis pekerjaan dalam proyek tersebut betul-betul sesuai dengan
perjanjian alat yang tertera dalam kontrak. Adapun tujuan lain dari sistem pengendalian alat
agar alat-alat yang digunakan masih dalam keadaan baik dan masih layak dipakai. Dalam
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV
Kehutanan Kupang-Propinsi NTT. Alat-alat yang digunakan semuanya masih dalam keadaan
baik.
Alat –alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek tersebut adalah :
a. Alat transportasi : seperti dump truck yang berfungsi mengangkut material-
material yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
b. Alat pekerjaan batu seperti linggis, sekop, sendok spesi dan lain-lain.
c. Alat pekerjaan kayu seperti,siku ,pahat, meter dan lain-lain.
4.3. Pengendalian Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek ini adalah bahan-bahan yang sesuai
dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati, agar umur dari proyek sesuai dengan yang
direncanakan (tahan lama).
29
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan- bahan yang digunakan adalah:
a. Portland Semen
Digunakan Portland semen jenis II menurut BI-82 atau type I menurut ASTM dan
memenuhi S.400 menurut standar Porland Semen yang digariskan oleh Assosiasi
Semen Indonesia (semen kupang atau semen bosowa).
Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanan kecuali dengan
persetujuan tertulis dari pengawas pertimbangan dan hanya dapat dilakukan dalam
keadaan :
1. Tidak adanya persediaan di pasar dari merk yang tersebut di atas.
2. Kontraktor memberikan jaminan dengan kata-kata teknis bahwa mutu
semen penggantinya adalah dengan kualitas yang setaraf dengan mutu semen
tersebut di atas.
b. Agregat
1. Kualitas agregat harus memenuhi syarat-syarat PBI-1971. Agregat kasar harus
berupa batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak keropos), kadar lumpur dari agregat beton tidak
boleh melebihi dari 5 % berat kering.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3.0 dan tidak lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan.
3. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
4. Untuk dimana bagian pembesian cukup berat (cukup rumit) digunakan koral
gundu
5. Jenis pasir dan kerikil yang dipakai adalah pasir dari Takari dan kerikil batu
pecah
c. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih tidak mengandung minyak, asam
alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.
30
Apabila dipandang perlu pengawas dapat minta kepada kontraktor supaya air yang
dipakai dipabrik di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
kontraktor.
d. Besi Beton
1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton, kecuali ditentukan lain pada gambar besi beton
yang digunakan untuk diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dipakai U-
24, dan diameter lebih besar dari pada 12 mm dipakai U-32 (sesuai gambar).
2. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulagan pada
tempatnya.
3. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada waktu pemesanan maupun secara periodik minimum
masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress-strain) dan pelengkungan
untuk setiap 20 ton besi atau 1 truck, yang mana yang tercapai lebih dahulu.
Pengetesan dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh
pengawas.
4.4. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu dimaksudkan untuk mengarahkan pelaksanaan proyek sesuai
dengan spesifikasi teknis dan dokumen kontrak serta memastikan bahwa perencanaan telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan. Ada tiga metode pengendalian mutu yang sering
dijumpai dalam proyek yaitu:
1. Pengecekan dan Pengkajian
31
Hal ini dilakukan terhadap gambar konstruksi dan perhitungan yaitu pembuatan maket
dan perhitungan yang berkaitan dengan masalah teknik. Tindakan tersebut dilakukan untuk
mengetahui bahwa kriteria, spesifikasi, dan standar yang ditentukan telah terpenuhi.
2. Pemeriksaan dan Uji Kemampuan Peralatan
Pekerjaan ini merupakan pemeriksaan fisik termasuk menyaksikan dalam
melakukan uji coba peralatan. Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa hal yaitu:
a. Pemeriksaan sewaktu menerima material
b. Pemeriksaan selama proses pabrikasi berlangsung
c. Pemeriksaan selama pembangunan berlangsung
d. Pemeriksaan akhir, yaitu pemeriksaan dalam rangka penyelesaian Proyek secara fisik
dan mekanik.
3. Pengujian dan Pengambilan Contoh
Hal ini dimaksudkan untuk menguji apakah material yang digunakan telah
memenuhi syarat spesifikasi atau kriteria yang ditentukan, dimana mutu beton yang
digunakan dalam pelaksanaan dilapangan menggunakan mutu beton K-250.
Adapun kegunaan jaminan mutu bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan proyek
ini adalah :
1. Bagi pemilik proyek, memberikan keselamatan dan kenyamanan dalam kurun waktu
tertentu.
2. Bagi perencana, sebagai pengawas yang oleh pemilik proyek, dilakukan penunjukan
langsung karena dinilai cukup berhasil pada proyek-proyek sebelumnya.
3. Bagi kontraktor, bila mengikuti prosedur dan spesifikasi cepat dan cermat akan
menghasilkan pekerjaan sekali jadi berarti mencegah rework (pengerjaan kembali) juga
bila dikerjakan dengan baik akan mencegah mutu yang melebihi spesifikasi berarti
menghindari pengeluaran biaya yang tidak perlu.
Catatan:
Dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT tidak dilakukan pengujian mutu karena konsultan
pengawas tidak berada di lokasi proyek.
32
4.5. Pengendalian waktu
Pengendalian waktu secara efektif, hendaknya dipilih perkerjaan yang bersifat kritis.
Pertama-tama harus dilakukan perencanaan penyususnan jadwal induk selanjutnya diperinci
menjadi komponen-komponen yang bersifat kritis yaitu kejadian yang sangat penting itu
tergantung dari jenis proyek dan pertimbangan pengelolaan proyek masing-masing kegiatan
seperti enginering, pengadaan material dan konstruksi mempunyai kegiatan yang bersifat
kritis. Sistem pengendalian waktu ini bertujuan untuk memanfaatkan waktu pelaksanaan suatu
proyek secara efektif dan efisien guna memperlancar pelaksanaan proyek. Dalam
pengendalian waktu digunakan network planing untuk merencanakan, menjadwalkan dan
mengendalikan suatu proyek yang kegiatannya banyak dan saling berhubungan. Pada dasarnya
network planning diarahkan untuk mengidentifikasi :
1. Saling ketergantungan dari masing-masing kegiatan.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan.
3. Bagian-bagian yang merupakan kegiatan kritis.
Selain itu juga digunakan time schedule atau jadwal pelaksanaan kegiatan. Pada time
schedule perencana dan pelaksana tidak harus selalu sama, kadang mengalami kenaikan dan
penurunan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kendala teknis, salah menafsir
rencana kerja serta keadaan cuaca atau iklim. Biasanya pada waktu tertentu dilakukan rapat
koordinasi untuk mengevaluasi masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan. Dalam
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV
Kehutanan Kupang-Propinsi NTT waktu pelaksanaan adalah 120 hari kerja.
Untuk memperlancar kegiatan proyek ini dilihat dengan waktu kerja yang telah
ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja adalah sebagai berikut:
a. jam 08.00 – 12.00 pagi
b. jam 12.00 – 13.00 siang (waktu istirahat)
c. jam 13.00 – 17.00 sore
Apabila dalam pekerjaan tidak mencapai hasil yang diinginkan maka diadakan kerja
lembur dimana upah para pekerja dihitung perjam yang dilakukan dari jam 19.00-22.00 Wita.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV
33
Kehutanan Kupang-Propinsi NTT melaksanakan waktu kerja seperti standar kerja yang telah
disepakati.
4.6. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya proyek merupakan bagian disiplin proyek yang tidak dipisakan
dari manajemen proyek. Pengendalian biaya pada proyek mencakup pengendalian jadwal
pembiayaan dan besarnya keseluruan biaya yang akan dikeluarkan dalam suatu proyek.
Pengendalian biaya dirancang untuk mengukur status proyek terhadap anggaran, mencakup
beberapa hal sebagai berikut yaitu:
1. Perkiraan Pendahuluan
Perkiraan pendahuluan membantu program pengendalian biaya dengan fungsi
sebagai penguji perdana terhadap anggaran dan memperlihatkan pelampauan biaya yang
cukup dini agar tim proyek dapat mempertimbangkan kembali rencana yang telah dibuat
untuk mencari kemungkinan alternatif. Pelampauan yang telah diperlihatkan dapat
mendorong diadakannya suatu revisi mengenai kriteria yang dipakai untuk jenis-jenis
pekerjaan dimasa mendatang sehingga dapat mempertahankan anggaran secara
keseluruhan.
2. Perkiraan Biaya Wajar
Perkiraan ini mencerminkan penilaian tentang nilai wajar dari paket penawaran
kepada pemilik proyek. Dalam penawaran kadang terjadi perbedaan dengan perkiraan
biaya wajar sehingga sering kali pemilik proyek bertemu dengan penawar yang rendah
dan membandingkan kuantitas serta cakupannya dari perbandingan ini dapat ditemukan
sumber perbedaan itu. Dan putusan mengenai pelulusan, modifikasi dan penolakan
penawaran akan jaujh lebih dipermudah, bilamana pemilik proyek telah mempersiapkan
biaya wajar yang cukup teliti yang secara terpisah-pisah memperinci tenaga kerja,
material dan biaya peralatan dengan suatu cara yang serupa dengan cara yang ditempuh
oleh kontraktor.
3. Perkiraan Definisi
Pekiraan definisi menetapkan biaya yang diramalkan dari proyek dengan
kemungkinan kesalahan yang kecil. Bila 100% dari kontrak-kontrak telah diluluskan,
34
maka biaya tak terduga umumnya terbatas pada penyediaan untuk perubahan rencana
yang timbul karena adanya gangguan atau kesalahan atau resiko usaha lainnya yang
melekat pada proyek itu. Pada beberapa proyek dapat dibuat suatu perkiraan definitif
dengan tingkat ketetapan yang cukup baik, bilah mana 50% dari kontrak telah diluluskan.
4. Rangkuman Laporan Biaya
Menguraikan status biaya yang sebenarnya yang diramalkan oleh proyek. Umumnya
dimulai sejak perkiraan pendahuluan dan diakhiri bila proyek itu telah diselesaikan.
Laporan biaya yang memperlihatkan perkiraan dari biaya yang diperjanjikan, ditambah
dengan perkiraan biaya untuk menyelesaikan berbagai kontrak yang terlibat. Beberapa
pemilik proyek lainnya lebih menyukai untuk menangani sendiri tahap ini serta ada yang
meminta proyeksi-proyeksi arus khas yang berkesinambungan untuk melengkapi laporan
biaya.
5. Studi Rekayasa Nilai
Studi rekayasa nilai memberikan bantuan dan menentukan cara pendekatan yang
paling ekonomis sebelum desain terperinci. Bila ingin memperoleh hasil-hasil yang
terbaik, studi rekayasa nilai ini harus dapat membentuk suatu kerja sama yang baik antara
pemilik proyek, konsultan perencana, dan kontraktor pelaksana. Penggunaan pengetahuan
tentang biaya konstruksi selama desain dan mempertimbangkan mengenai alternatif yang
diusulkan oleh tim yang ada dalam proyek atau oleh para penawar itu sendiri akan
memberikan manfaat yang besar bagi pemilik proyek.
6. Status Rekayasa Nilai
Merupakan suatu laporan yang memperlihatkan penghematan rekayasa nilai yang
disetujui oleh pemilik proyek sehingga pemilik proyek dapat memusatkan hasil-hasil
program pada suatu konsepyang jelas agar dapat memberikan manfaat jangka panjang
bagi semua pihak pada proyek lainnya.
Pengendalian biaya bertujuan menjamin agar biaya akhir proyek tidak melampaui rencana
anggaran pelaksanaannya.
4.7. Pengendalian Tenaga Kerja
Dalam merencanakan tenaga kerja, langkah pertamanya adalah perlu mengetahui
terlebih dahulu jumlah tenaga kerja yang diperlukan proyek. Besarnya produktifitas tenaga
35
kerja tergantung dari lokasi, kondisi alam, kelompok kerja, lama waktu, kepadatan tenaga
kerja, dan lain-lain.
Secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja proyek dapat diperkirakan dari total
lingkup kerja, yang dinyatakan dalam jam orang dibagi dengan kurun waktu proyek. Namun
pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV
Kehutanan Kupang-Propinsi NTT, cara tersebut tidak realitis karena keperluan tenaga kerja
selama siklus proyek pada proyek ini tidak konstan, baik kualitas maupun kuantitasnya.Untuk
menjaga efisiensi, maka jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan perubahan tersebut,
tetapi pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakannya karena perusahaan tidak
mungkin melepas dan merekrut tenaga kerja berulang-ulang dalam waktu singkat.
Untuk mengatasinya diusahakan dengan memakai sistem multi guna (multi craft), yaitu
seorang tenaga kerja dilatih dan ditingkatkan kemampuannya agar dapat menangani berbagai
macam pekerjaan, misalnya tukang batu bisa merangkap jadi tukang kayu.
Menurut Soeharto, 1997 dalam pelaksanaan suatu proyek jumlah tenaga kerja dibedakan
dalam dua kelompok yaitu:
1. Tenaga kerja langsung, merupakan tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani
ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor. Umumnya di ikuti dengan
latihan, sampai dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar.
2. Tenaga kerja borongan, merupakan tenaga kerja yang bekerja berdasarkan ikatan
kerja yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja tertentu.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT menggunakan tenaga kerja langsung maupun
tenaga kerja borongan. Yang mana tenaga kerja langsung, ditugaskan untuk pekerjaan pintu,
kosen, jendela, pekerjaan besi dan lain-lain. Khusus pada pekerjaan foot plat, yakni pekerjaan
pengukuran, bouwplank, serta pembesian dan begesting sekaligus teknik merakitnya di atas
lantai kerja, dan pekerjaan perawatan. Sedangkan tenaga kerja borongan, dalam pekerjaan foot
plat ditugaskan untuk pekerjaan penggalian, pengadukan serta pengangkutan hasil adukan dan
pekerjaan pengecoran, dan lain-lain.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT telah mengendalikan tenaga kerja dengan
baik, di mana proyek ini telah menyiapkan dua kelompok tenaga kerja yakni tenaga kerja
36
langsung dan tenaga kerja borongan. Hal ini bermaksud untuk membedakannya dalam hal
pembagian tugas dan fungsi.
4.8. Pengendalian laporan
Pengendalian Laporan adalah upaya mengendalikan secara terus menerus dan
berkesinambungan atas sebagian aspek penyelenggaraan proyek berupa harian, mingguan, dan
bulanan.
4.8.1. Fungsi pengendalian laporan adalah:
1. Menjadi dasar untuk mengambil keputusan serta bahan perencanaan berikutnya
2. Menjadi ukuran terhadap pelaksanaan rencana
3. Sebagai pertangung jawaban dari kontraktor kepada pemilik proyek
4. Mencatat/ mendokumentasikan hal- hal yang terjadi diproyek
4.6.2. Laporan mengenai pelaksanaan suatu proyek dibagi atas beberapa macam yaitu:
1. Laporan Harian yang mencatat tentang:
a. Mobilisasi bahan pada hari tersebut
b. Pekerjaan yang dilaksanakan pada hari tersebut
c. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada hari tersebut
2. Laporan Mingguan yang mencatat tentang
a. Alat dan bahan yang digunakan dalam satu minggu
b. Tenaga kerja yang bekerja dalam satu minggu
c. Kemajuan fisik proyek selama satu minggu
3. Laporan Bulanan mencatat tentang
a. Kemajuan fisik pekerjaan bulan lalu, bulan sekarang dengan estimasi kemajuan
untuk bulan berikutnya
b. Plot/ gabungan dari laporan kemajuan pekerjaan permiggu
c. Jumlah pembayaran yang telah direalsasikan
d. Daftar kondisi kerja, alat, bahan dan lainnya pada bulan bersangkutan.
4.6.3. Hasil perbandingan antara rencana kontrak dan realisasi pelaksanaan pekerjaan pondasi
foot plat berjumlah 31 buah, dapat dilihat pada tabel berikut:
37
No Rencana Realisasi Keterangan
1 Semen kupang, Bosowa Semen Bosowa dan Gersik Sesuai dgn kontrak
2 Air PDAM PDAM Sesuai dgn kontrak
3 Pasir Takari Pasir Takari Sesuai dgn kontrak
4 Kerikil batu pecah Kerikil batu pecah Sesuai dgn kontrak
5 Besi beton Ǿ 16 Besi beton Ǿ 16 Sesuai dgn kontrak
6 Waktu 3 minggu 4 minggu ≥ Rencana
7 Tenaga kerja:
Tukang: 2 orang
Mandor: 2 orang
Tukang batu : 13 orang
Tukang besi : 6 orang
Mandor: 3 orang
≥ Rencana
≥ Rencana
BAB V
PENUTUP
38
Tabel 4.1. Perbandingan antara rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan foot plat
Sumber : PT. Atam Jaya
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan yang telah diuraikan terlebih dahulu maka
penulis dapat megambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Pondasi merupakan bagian struktur bangunan yang berfungsi meneruskan beban-beban
konstruksi yang dipikulnya ke dalam tanah dan batuan yang berada di bawahnya. Dalam
merencanakan sebuah pondasi yang akan digunakan maka perlu diketahui kondisi tanah
atau daya dukung tanah itu sendiri hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan sebagai
akibat deformasi tanah.
Jenis-jenis pondasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pondasi dangkal
2. Pondasi dalam
b. Pembangunan Gedung Kantor Departemen Kehutanan Dirjen Planalogi Kehutanan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT seluas 800
m2 bertujuan untuk mendirikan bangunan yang kuat, kokoh dan tahan lama serta dengan
adanya gedung yang baru ini dapat mempererat hubungan kerja baik pegawainya sendiri
maupun antar instansi mengingat gedung yang sementara di tempati sekarang ukurannya
kecil dan merupakan gedung peninggalan Polresta.
c. Manajemen proyek adalah kegiatan yang mengatur atau memimpin berbagai ragam
kegiatan orang atau kelompok yang terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan bersama
dan merupakan gabungan ide manusia dan benda dimana kegiatan-kegiatan tersebut
dibatasi waktu. Dengan demikian dalam suatu proyek diperlukan suatu manejemen yang
baik agar proyek tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Dalam pelaksanaan pekerjaan selama PKL bahwa jenis pondasi yang dikerjakan adalah
pondasi dangkal (pondasi telapak) dimana pelaksanaannya meliputi:
a. Pekerjaan galian pondasi
b. Pekerjaan pembesian
c. Pekerjaan urugan pasir bawah pondasi
d. Pekerjaan cor lantai kerja
e. Pengecoran pondasi foot plat
f. Urugan kembali
39
5.2. Saran
a. Kepada kontraktor agar kontraktor harus memperhatikan keselamatan dan
kesejahteraan para pekerja seperti kesehatan, makanan, upah dan keselamatan kerja,
karena pekerja sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan pekerjaan suatu
proyek. Selain itu juga kontraktor juga harus memperhatikan sistem pengendalian
proyek guna mencapai mutu pekerjaan dan hasil kerja yang efisien.
b. Kepada pengawas pekerjaan agar harus selalu berada dilapangan untuk menghindari
adanya kekeliruan dalam pelaksanaan lapangan, dan juga pengawas harus lebih tegas
dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan pekerjaan agar pekerja tidak
semaunya dalam bekerja.
c. Kepada teman-teman mahasiswa agar menggunakan kesempatan PKL dengan baik
untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti
kuliah, dan juga didalam melaksanakan PKL harus dengan sungguh-sungguh agar
tidak menjadi hal baru apabila sudah terjun langsung dilapangan pada saat bekerja.
40
DAFTAR PUSTAKA
Istimawan, D. 1993. Struktur Beton Bertulang, PT. Gramedia Pustaka Jakarta.
Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta.
Taylor, F.W. 1998. Pelopor Ilmu Manajemen Proyek, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
41