Baba I-4 Okkkee

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan Pembangunan Nasional merupakan salah satu wujud dari proses untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Tidak terlepas dari itupun, berbagai program dijalankan dalam berbagai segi dan aspek pembangunan untuk mewujudkan pembangunan. Dalam membangun suatu gedung baru dalam bentuk konstruksi harus mempunyai pondasi yang dapat menahan beban konstruksi diatasnya, oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan khususnya pondasi foot plat dibutuhkan perhitungan dan ketelitian yang tepat sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban sendiri bangunan dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan kestabilan suatu bangunan dibutuhkan ketelitian dalam pengerjaan dan pengawasan sehingga dapat menghasilkan suatu konstruksi terutama pondasi foot plat yang kuat, dan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dalam hal mengembangkan ilmu dan pengetahuannya, selain mengikuti berbagai pelajaran di ruang kelas, dalam bangku kuliah pun harus memiliki kemampuan secara praktis di lapangan. Oleh karena itu, sesuai dengan konsentrasi/program studi yang digeluti oleh penulis yaitu Bangunan Gedung, penulis dalam 1

Transcript of Baba I-4 Okkkee

Page 1: Baba I-4 Okkkee

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelangsungan Pembangunan Nasional merupakan salah satu wujud dari proses untuk

mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.

Tidak terlepas dari itupun, berbagai program dijalankan dalam berbagai segi dan aspek

pembangunan untuk mewujudkan pembangunan.

Dalam membangun suatu gedung baru dalam bentuk konstruksi harus mempunyai

pondasi yang dapat menahan beban konstruksi diatasnya, oleh sebab itu dalam perencanaan

pembangunan khususnya pondasi foot plat dibutuhkan perhitungan dan ketelitian yang tepat

sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban sendiri bangunan dan beban-

beban luar. Untuk mendapatkan kestabilan suatu bangunan dibutuhkan ketelitian dalam

pengerjaan dan pengawasan sehingga dapat menghasilkan suatu konstruksi terutama pondasi

foot plat yang kuat, dan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dalam hal

mengembangkan ilmu dan pengetahuannya, selain mengikuti berbagai pelajaran di ruang

kelas, dalam bangku kuliah pun harus memiliki kemampuan secara praktis di lapangan. Oleh

karena itu, sesuai dengan konsentrasi/program studi yang digeluti oleh penulis yaitu Bangunan

Gedung, penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini ingin mengambil

suatu tinjauan terhadap pekerjaan salah satu struktur gedung yakni pekerjaan pondasi foot plat

pada proyek pembangunan Gedung Departemen Kehutanan Dirjen Planalogi Kehutanan Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kupang-NTT seluas 800 m2 dengan judul :

“Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Foot Plat Pada Proyek Pembangunan

Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-

Propinsi NTT”.

1

Page 2: Baba I-4 Okkkee

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka penulis merumuskan masalah yang di bahas yaitu :

a. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan pondasi foot plat

b. Bagaimana menentukan jumlah besi yang digunakan dalam penulangan dan teknik

pengecoran.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan antara lain :

1. Mahasiswa dapat secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan

pondasi foot plat dilapangan

2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung permasalahan-permasalahan yang

dijumpai dilapangan dan membandingkan dengan konsep dasar teori yang diperoleh

pada saat kuliah

3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana metode Penanganan pengendalian suatu

pekerjaan foot plat

1.3.2. Tujuan Proyek

Adapun tujuan proyek antara lain :

1. Mendirikan suatu bangunan yang kuat dan kokoh sehingga dapat memberikan rasa

aman kepada penghuni gedung itu sendiri.

2. Menambah wawasan tentang organisasi proyek serta tugas dari masing- masing

peserta proyek

1.4. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Merupakan salah satu sarana bagi mahasiwa untuk mengetahui langkah – langkah

kerja secara teknis di lapangan

2. Dapat secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapangan,

khususnya pelaksanaan pekerjaan pondasi foot plat.

3. Dapat mengetahui dengan jelas tentang permasalahan yang ditemui di setiap

pelaksanaan pekerjaan pada proyek atau lapangan.

2

Page 3: Baba I-4 Okkkee

1.5. Batasan Masalah

Dari rumusan masalah di atas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu

pekerjaan persiapan, galian foot plat, pekerjaan pembesian foot plat dan pengecoran foot plat

serta menentukan jumlah besi yang digunakan dalam penulangan foot plat.

1.6. Metode Pembahasan

Adapun metode yang di gunakan dalam penulisan laporan ini yaitu :

a. Metode Observasi

Yaitu dengan cara turun langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung paroses

pelaksanaan pekerjaan.

b. Metode Wawancara

Yaitu dengan cara melakukan Tanya jawab dengan orang – orang yang terlibat dalam

pelaksanaan pekerjaan.

c. Metode Pustaka

Yaitu menggunakan literature atau buku - buku penunjang dalam penulisan laporan

ini.

1.7. Ruang Lingkup Pekerjaan

Dalam proyek pembangunan Gedung Kantor Departemen Kehutanan Dirjen Planalogi

Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT

seluas 800 m2 Kupang memiliki tahapan – tahapan pekerjaan yaitu : pekerjaan persiapan,

galian, pondasi, kolom, slof, ring balk dan pekerjaan plat lantai.

1.7.1. Lokasi Proyek

Lokasi proyek gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV

Kehutanan Kupang-Propinsi NTT berada di Jl.Perintis Kemerdekaan I Kayu Putih-

Kota Kupang.

1.7.2. Jangka Waktu Pelaksanaa Proyek

Jangka waktu pelaksanaan proyek ini yaitu di mulai pada akhir juli dengan jangka

waktu kerja 120 hari kalender.

3

Page 4: Baba I-4 Okkkee

1.8. Jadwal Praktek Kerja Lapangan dan Penulisan Laporan

1.8.1. Jadwal Praktek kerja Lapangan

Jadwal yang dikeluarkan oleh bagian akademik untuk penulis melakukan Praktek

Kerja Lapangan terhitung dari tanggal 25 Agustus 2009 sampai dengan 29

September 2009 (34 hari).

1.8.2. Jadwal penulisan laporan

Jadwal yang dikeluarkan oleh bagian akademik untuk penulis melakukan

penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan terhitung dari tanggal 30 September

2009 sampai dengan 21 Oktober 2009.

4

Page 5: Baba I-4 Okkkee

BAB II

MANAJEMEN PROYEK

2.1. Pengertian Manajemen Proyek

Taylor (1988) menjelaskan asal kata manajemen yaitu dari kata dasar to manage yang

berasal dari bahasa latin maniqare dan agare yang artinya tangan dan melaksanakan,

sedangkan proyek adalah rangkaian kegiatan yang mempunyai dimensi waktu, fisik dan biaya

guna untuk mewujudkan gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu. Dengan demikian lingkup

manajemen proyek mencakup kegitan-kegiatan yang menimbulkan ide dan gagasan yang di

atur secara terencana dan terorganisir dengan melibatkan sumber daya yang ada untuk

keberhasilan suatu pekerjaan yang telah di tentukan.

John F. Mee (2005) manajemen konstruksi, membuat definisi yang lebih luas mengenai

manajemen sebagai berikut:

“ Manajemen ialah suatu seni keahlian untuk memperoleh hasil maksimal dengan usaha

minimal dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagian baik pimpinan maupun

para pekerja serta memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat”.

Beberapa pandangan menurut para ahli tentang pengertian manajemen seperti:

a. Geoerge Terry yang dikutip dari Bambang M (1987) berpendapat bahwa manajemen

adalah proses membeda-bedakan perencana, pengorganisasian, penggerak, pelaksana dan

pengendalian dengan memanfaatkan ilmu dan seni agar tujuan yang di tetapkan tercapai.

b. H. Koontz dan O. Daniel yang dikutip dari Bambang M (1987) menyatakan bahwa

manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan oleh orang lain.

c. Menurut Marry Parket Pollet dalam buku pengelolaan proyek karangan Bambang

Mulyanto (1995) bahwa manajemen sebagai seni atau melaksanakan pekerjaan melalui

orang lain.

Jadi manajemen proyek adalah kegiatan yang mengatur atau memimpin berbagai ragam

kegiatan orang atau kelompok yang terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan bersama yang

merupakan gabungan ide manusia dan benda, dimana kegiatan-kegiatan tersebut dibatasi

waktu.

5

Page 6: Baba I-4 Okkkee

2.2. Pihak-pihak Yang Terlibat

Dalam kegiatan pelaksanaan suatu proyek dibutuhkan suatu manajemen guna

mencapai hasil yang optimal. Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek menurut

Mulyanto, 1995 adalah:

A. Pemilik Proyek

Pemilik proyek adalah pihak yang menginginkan atau memerlukan fasilitas,

kemudian menyampaikan keinginanya kepada ahli bangunan sekaligus menanggung

biaya proyek yang akan dikeluarkan.

Tugas dari pemilik proyek adalah:

1. Membuat Term Of Reference (TOR) yaitu kerangka acuan perencanaan atau dasar

perencanaan yang berkaitan dengan:

a. Tujuan proyek

b. Persyaratan proyek

c. Tata ruang

d. Biaya

2. Menentukan pilihan dan mengambil keputusan atas rencana dari konstruksi yang

diusulkan oleh para konsultan.

3. Membayar dan menyediakan sejumlah biaya yang diperlukan untuk suatu pekerjaan

bangunan.

4. Memberikan informasi yang diperlukan oleh konsultan sehubungan dengan proyek

tersebut.

5. Menandatangani surat perjanjian atau kontrak.

Dalam pelaksanaan di lapangan pemilik proyek dapat menempatkan seorang

pimpinan proyek yang berfungsi untuk mengendalikan proyek secara langsung di

lapangan. Adapun tugas dari suatu pemimpin proyek adalah:

1. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan proyek.

2. Menandatangani surat perintah kerja dan juga kontrak antara pimpro dan

kontraktor.

3. Mengesahkan semua dokumen.

4. Menyetujui dan menolak penyerahan pekerjaan.

5. Menyetujui dan menolak penyerahan tambah kurang.

6

Page 7: Baba I-4 Okkkee

6. Memberikan instruksi kepada pengawas.

B. Konsultan

1. Konsultan perencana

Suatu perusahaan penjual jasa konsultan yang menggunakan keahlian untuk

mengerjakan perencanaan serta melakukan penafsiran biaya sesuai dengan keinginan

pemilik.

Tugas dan wewenang konsultan perencana adalah:

a. Meninjau lapangan secara berkala untuk melihat kemajuan pekerjaan dan ikut

serta menilai kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar tidak

menyimpang dari dokumen kontrak.

b. Memberikan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah

arsitektur dan struktur.

c. Meminta pemeriksaan dan pengujian secara khusus apabila dipergunakan untuk

menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan isi dokumen kontrak.

d. Mendesain dan merencanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

e. Membuat Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

2. Konsultan pengawas

Konsultan pengawas yaitu badan jasa konstruksi yang ditunjuk oleh pemilik

proyek untuk mengendalikan dan mengawasi secara menyeluruh atas jalanya

pelaksanaan proyek.

Tugas konsultan pengawas adalah:

a. Menguji rancangan teknis, gambar, data, acuan, pengukuran dan spesifikasi

teknis yang selanjutnya dengan persetujuan pimpinan proyek dapat mengadakan

perubahan apabila dipandang perlu.

b. Menguji, mengawasi, dan mengadakan perubahan yang dipandang perlu atas

rancangan kerja dan rencana operasi yang disusun oleh kontraktor.

c. Melaksanakan pengawasan anggaran konstruksi dalam hubungan dengan prestasi

kerja.

d. Menyiapkan dan menyusun laporan harian, mingguan serta bulanan.

7

Page 8: Baba I-4 Okkkee

3. Kontraktor

Kontraktor adalah perorangan atau perkumpulan dalam hukum yang bergerak

dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan. Kontraktor dapat memperoleh

pekerjaan melalui pelelangan atau penunjukan langsung waktu negosiasi.

Tugas dan kewenangan kontraktor adalah:

a. Mengajukan jadwal pengadaan bahan atau material utama serta pengiriman bahan

yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Membuat jadwal pengadaan serta penyediaan sarana pembantu lainnya yang

diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

c. Bersama dengan konsultan pengawas melakukan pemeriksaan atas pekerjaan

yang telah diselesaikan.

d. Menjamin keamanan di lapangan serta keselamatan kerja atas semua orang baik

pekerja maupun pengunjung yang berkepentingan dengan proyek tersebut.

e. Pembayaran pajak, asuransi, ijin membangun sesuai dengan kontrak.

f. Menyerahkan pekerjaan apabila telah selesai secara keseluruhan atau dapat pula

disertakan pembagian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.3. Hubungan Kerja Dalam Organisasi Proyek

Menurut Soeharto, 1997 dalam pelaksanaan suatu proyek ada tiga pihak yang sangat

berperan penting agar kegiatan-kegiatan dalam proyek tersebut baik perencana maupun

pelaksanaanya dapat mencapai tujuan yang maksimal.

Adapun hubungan kerja antara ketiga pihak tersebut yaitu:

1. Hubungan Antara Pemilik Proyek dan Konsultan

Hubungan antara kedua unsur pengelola proyek ini erat sekali, dimana konsultan

merupakan wakil pemilik proyek dalam hal menyangkut perencanaan maupun

pengawasan seperti tertera dalam bagan diatas hubungan ini bersifat komando /

perintah konsultatif

2. Hubungan antara kontraktor dengan konsultan pengawas

Hubungan antara kedua unsur pengelola ini boleh dikatakan sangat erat, dimana

semua kegiatan menyangkut pelaksanaan yang dilaksanakan oleh kontraktor baru

8

Page 9: Baba I-4 Okkkee

dapat dikerjakan melalui konsultasi / koordinasi dengan konsultan pengawas,

sedangkan hubungan antara kontraktor dengan konsultan perencana hampir tidak ada.

3. Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor

Hubungan ini terbatas pada hal – hal yang bersifat prinsip / tertentu antara lain:

a. Memberikan penjelasan kepada pemilik proyek jika pemilik proyek mengadakan

peninjauan / inpeksi lapangan.

b. Pembayaran atas kemajuan proyek.

Biaya Bangunan Biaya

Jasa

Persyaratan Teknis

Relisasi

Keterangan : Hubungan Kontraktual

Hubungan Koordinasi

Gambar 2.1 Skema Hubungan Kerja

Sumber : Soeharto, 1997

2.4. Struktur Organisasi Proyek

Menurut Husodo, 1996 bahwa penelitian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah

kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi dan berfungsi untuk

mempertemukan menjadi satu tujuan. Semakin melibatkan banyak individu atau kelompok

yang berbeda macam kegiatan atau jenjang kewenangannya, bentuk organisasi akan menjadi

semakin kompleks.

Pada dasarnya bentuk-bentuk struktur organisasi yang dimaksud dapat diringkas secara

sederhana menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut:

9

Pemilik Proyek

Konsultan Kontraktor

Page 10: Baba I-4 Okkkee

a. Organisasi Fungsional

Susunan organisasi fungsional adalah seperti susunan organisasi tradisional yang sering

dijumpai baik pada lembaga swasta maupun kebanyakan organisasi birokrasi pemerintah.

Susunan organisasi ini terdiri dari satuan-satuan yang menangani tugas-tugas spesifik

sesuai dengan kebutuhan organisasi dan di lengkapi sub-ordinat.

Untuk itu susunan organisasi fungsional dapat melaksanakan proyek dengan baik apabila

lingkup proyek masih berada dalam batas wewenang satuan-satuannya. Dalam susunan

seperti itu, proyek dilaksanakan sebagai bagian dari penyelenggaraan tugas-tugas rutin tiap

satuan organisasi atau departemen yang bersangkutan. Bentuk organisasi fungsional adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Orgaanisasi Fungsional

Sumber : Soeharto, 1997

b. Organisasi Matriks

Dalam susunan organisasi matriks, setiap proyek diperkenalkan seorang koordinator.

Organisasi tersebut masih bertugas dalam satuan organisasi fungsional, namun diserahi

tanggung jawab penuh atas pelaksanaan proyek. Organisasi matriks membebankan

susunan samping terhadap tata jenjang vertikal yang ada. Bentuk organisasi matriks adalah

sebagai berikut:

10

Direktur

Produksi Pemasaran Keuangan Personalia

Perencanaan Teknik Penelitian

Page 11: Baba I-4 Okkkee

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Matriks

Sumber : Soeharto, 1997

c. Organisasi Khusus Proyek

Menggambarkan kerangka organisasi proyek yang sama sekali baru ditambahkan pada

susunan organisasi yang sudah ada, dibentuk khusus dengan tujuan untuk melaksanakan

suatu proyek. Dalam organisasi khusus semua sumber daya diperlukan untuk proyek

dipisahkan dari organisasi fungsional rutin, dan disusun dalam suatu satuan organisasi

yang mandiri dan dikepalai oleh seorang pemimpin proyek. Bentuk organisasi khusus

proyek adalah sebagai berikut:

11

Direktur

Operasi Keuangan dan administrasi

Penelitian dan pengembangan

Personalia

Proyek gedung

Proyek pengairan

Proyek jembatan

Page 12: Baba I-4 Okkkee

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Khusus Proyek

Sumber : Soeharto, 1997

Kenyataan yang terdapat di lapangan bahwa struktur organisasi yang dipakai Oleh PT.

Atam Jaya pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT yaitu:

12

Direktur

Proyek Produksi Keuangan dan administrasi

Penelitian dan pengembangan

Personalia

Proyek gedung

lab.

Proyek alat lab.

Proyek pelatihan instruktur

Page 13: Baba I-4 Okkkee

Gambar 2.5 struktur organisasi proyek PT. Atam Jaya

1. Manager

Bertugas untuk pengaturan umum setiap kegiatan baik di proyek maupun di kantor.

2. Site Manager

Bertugas menggantikan manager atau sebagai manager di lokasi proyek.

3. Staf Pelaksana

Bertugas:

a. Memeriksa dan menyiapkan berita acara pekerjaan .

b. Membuat progaram pelaksanaan mingguan dan menyiapkan atau melengkapi

metode konstruksi.

c. Membuat gambar pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk diserahkan kepada

pemilik perusahaan .

d. Membuat revisi jadwal pelaksanaan.

e. Melakukan pemeriksaan mutu bahan dan mutu pekerjaan .

4. Surveyor

Bertugas:

a. Melaksanakan pengukuran lokasi kerja.

b. Melaksanakan pengukuran volume hasil pekerjaan.

c. Mengecek kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam bekerja.

13

Manager

Site Manager

Staf Pelaksana

Surveyor Staf Logistik Staf Administrasi

dan Keuangan

Page 14: Baba I-4 Okkkee

5. Staf Logistik

Bertugas:

a. Melakukan pengawasan atau kontrol penggunaan bahan sesuai kebutuhan.

b. Mengontrol keluar masuknya alat dan bahan-bahan.

c. Mengamankan bahan-bahan pelaksanaan pekerjaan.

6. Staf Administrasi dan Keuangan

Bertugas:

a. Membantu berhasilnya pelaksanaan proyek.

b. Mengurus mengatur penggunaan biaya di bidang keuangan.

c. Membantu dan melakukan pengawasan di bidang keuangan.

2.5. Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time Schedule)

Jadwal waktu pelaksanaan (Time schedule) merupakan cara yang dipakai untuk

menunjukan kapan berlangsungnya setiap kegiatan dan sebagai pengontrol kemajuan dan

perkembangan pekerjaan sehingga dapat digunakan pada waktu merencanakan maupun

pengendalian pelaksanaan proyek secara keseluruhan dan pada semua kegiatan

pelaksanaan proyek ada bagian-bagian yang harus dikerjakan sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan agar dalam penyelesaian setiap pekerjaan tidak terjadi keterlambatan.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah XIV Kehutanan-Propinsi NTT yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan I Kayu

Putih-Kota Kupang waktu pelaksanaannya dari tanggal 29 juli 2009 sampai dengan 29

November 2009.

14

Page 15: Baba I-4 Okkkee

15

Page 16: Baba I-4 Okkkee

BAB III

TINJAUAN PELAKSANAAN

3.1. Tinjauan umum

3.1.1. Lingkup Pekerjaan

Bangunan bentuk konstruksi apapun harus mempunyai pondasi yang dapat

menopang beban konstruksi. Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang

berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban-beban yang dipikulnya ke

lapisan tanah yang cukup keras. Beban terdiri dari dua macam yaitu beban hidup dan

beban mati. Beban mati merupakan segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap

termasuk dalam hal ini berat sendiri, seperti kolom, balok, spesi, keramik, plafon dan

lain-lain. Sedangkan beban hidup yaitu seperti beban angin dan gempa.

Dalam pelaksanaan pekerjaan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) bahwa jenis

pondasi yang dikerjakan adalah pondasi dangkal dimana pelaksanaan meliputi :

1. Pekerjaan pondasi menerus

a. pekerjaan galian pondasi

b. pekerjaan pasangan pondasi

2. Pekerjaan pondasi telapak

a.Pekerjaan galian pondasi

b. Pekerjaan pembesian

c.Pekerjaan cor lantai kerja

d. Pengecoran pondasi foot plat

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi pondasi yaitu :

1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakan pada lapisan

tanah yang keras/ sesuai dengan rencana.

2. Bila digunakan pondasi setempat, pondasi-pondasi tersebut harus dihubungkan satu

sama lain dengan pondasi menerus.

3. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet didalam tanah dan kuat menahan gaya-

gaya yang bekerja padanya.

16

Page 17: Baba I-4 Okkkee

3.1.2. Data Umum Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT merupakan suatu usaha Dinas Kehutanan untuk

membenahi sistem kerjanya karena Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV

Kehutanan Kupang-Propinsi NTT sampai saat ini masih menggunakan gedung Polresta

lama dan belum memiliki gedung yang layak untuk ditempati.

Pada proyek ini di kerjakan dengan :

Dana : Rp. 997.689.000

Pemilik proyek : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-

Propinsi NTT

Tahun anggaran : 2009

Lokasi : Jl.Perintis Kemerdekaan I Kayu Putih-Kota Kupang

Pekerjaan : Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah XIV Kehutanan Kupang-NTT

Jangka waktu : 120 hari keja

Pada pekerjaan proyek ini pihak – pihak yang terlibat yaitu :

1. Konsultan perencana

Sebagai perencana atau mendesain sebuah bangunan dan yang menjadi konsultan

perencana dalam proyek pembangunan gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah XIV Kupang-Propinsi NTT adalah CV. PUTRA TIMOR RAYA

2. Konsultan Pengawas

Orang atau badan yang di tunjuk penguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan

pelaksanaan pembangunan mulai dari awal hingga berahkirnya pekerjaan

pembangunan, yang menjadi konsultan Pengawas dalam Proyek pembangunan Gedung

Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi

NTT adalah CV. GEOCITRA

3. Kontraktor Pelaksana

Perusahaan perorangan atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan

pekerjaan bangunan, yang menjadi kontraktor pelaksana dalam Proyek pembangunan

gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-

Propinsi NTT adalah PT. ATAM JAYA.

17

Page 18: Baba I-4 Okkkee

3.2. Tinjauan Khusus

Pelaksanaan pekerjaan pondasi mempunyai tahapan-tahapan pekerjaan yang meliputi

pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah dan pekerjaan pengecoran dengan berbagai tahapan

pelaksanaan yaitu:

3.2.1. Pekerjaan Persiapan

Setiap pelaksanaan suatu proyek harus memiliki peralatan dan bahan yang tepat

dan baik sesuai dengan kebutuhan proyek tersebut dimana persiapan peralatan dan bahan

sangatlah penting guna kelancaran dalam pekerjaan. Dalam proyek Pembangunan

Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan-Propinsi

NTT alat dan bahan yang digunakan yaitu:

1. Alat

a. Peralatan utama

1. Dump truck : dipakai untuk menyediakan material berupa pasir, batu

karang, semen, kerikil dan bahan lainnya.

2. Water tank : untuk penyimpanan air untuk kebutuhan pencampuran.

3. Water truck tank : kendaraan pengangkut air.

4. Mesin molen : mesin untuk mencampur bahan-bahan pembentuk beton

agar dapat menghasilkan beton yang benar-benar

tercampur rata.

b. Peralatan bantu

1. Sekop : digunakan untuk pekerjaan galian dan untuk mengaduk

campuran material.

2. Sendok spesi : digunakan untuk pekerjaan pasangan, plesteran.

3. Palu : dipakai untuk memukul paku atau batu.

4. Linggis : dipakai untuk pekerjaan galian.

5. Roll meter : dipakai untuk mengukur.

6. Pahat batu : dipakai untuk memecahkan batu.

7. Gergaji besi : dipakai untuk memotong besi.

8. Bar cutter : mesin yang dipakai untuk memotong besi dengan ukuran

besar.

18

Page 19: Baba I-4 Okkkee

9. Bar bending : alat yang digunakan untuk membengkokan baja atau besi

2. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam pekerjaan beton terdiri dari :

A. Agregat

Agregat adalah butiran-butiran yang mempunyai susunan kasar dan halus, agregat

disebut juga sebagai pengisi beton karena 60% - 80% beton terdiri dari agregat.

Agregat terdiri dari dua macam yaitu :

1. Agregat kasar (kerikil)

Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya melebihi ¼ inchi (6 mm).

Kerikil merupakan disintegrasi dari batuan atau batu pecah yang diperoleh

dari alat pemecah batu. Syarat-syarat dari kerikil adalah:

a. Agregat terdiri dari butiran-butiran keras yang berpori.

b. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1%.

c. Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.

2. Agregat halus

Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi

antara nomor 4 dan nomor 100 saringan standar Amerika.

Syarat-syarat dari pasir adalah:

a. Pasir halus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya.

b. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.

c. Pasir tidak boleh mengandung lumpur yang dapat merusak beton.

3. Semen

Semen yang digunakan adalah semen portland. Semen merupakan bahan

perekat hidrolis yang berfungsi untuk mengikat agregat jika ditambah air dan

membentuk kesatuan-kesatuan massa beton. Semen yang digunakan dalam

pembuatan beton adalah semen Gresik.

19

Page 20: Baba I-4 Okkkee

4. Air

Air berfungsi sebagai pengadaan senyawa kimia antara semen dengan agregat

yang bersifat pencampur sehingga dapat menjadi pembentukan suatu massa

padat yang keras. Air yang digunakan harus bersih dan tidak boleh tercemar

dan tidak berbau, tidak berbusa dan yang tidak mengandung zat kimia yang

bisa merusak struktur pondasi.

5. Besi beton

Besi yang digunakan dalam pekerjaan pembesian pondasi foot plat adalah

besi beton dengan diameter besi (Ø 16 mm) yang merupakan standar mutu

baja U-24 tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dan mutu beton yang

dipakai adalah K-250.

6. Kawat

Kawat pengikat terbuat dari baja lunak dengan diameter Ø 1 mm.

3.2.2. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Foot Plat

A. Pembersihan

Dalam mengerjakan suatu kegiatan pekerjaan hal pertama yang dilaksanakan

yaitu pembersihan. Dalam proyek pembangunan Gedung Kantor Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT

proses pembersihan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Pada proses

ini pembersihan yang dilakukan yaitu pembersihan terhadap rerumputan-

rerumputan karena bangunan tersebut berdiri diatas lahan yang masih kosong

seluas 2000 m².

B. Penggalian

Setelah dipatok maka dilakukan penggalian dengan menggunakan tenaga

manusia dengan ukuran sesuai gambar (140 cm x 140 cm x 150 cm) atau sampai

pada tanah yang keras sebanyak 31 lubang, sehingga bangunan yang didirikan

mampu menahan beban yang datang dari atas bangunan itu sendiri.

20

Page 21: Baba I-4 Okkkee

a. Alat-alat yang digunakan dalam penggalian yaitu :

1. Sekop

2. Linggis

3. Pahat

4. Meter Rol

b. Langkah – langkah kerja yaitu:

1. Pelajari gambar denah pondasi

2. Lakukan pengukuran dan pematokan serta diikuti pemasangan

bowplank

3. Setelah itu dilakukan penggalian

4. Pengukuran kembali lubang galian apakah sesuai dengan gambar.

C. Pembesian

Dalam pembesian alat dan bahan yang digunakan yaitu:

a. Alat

1. Gergaji besi

2. Alat pemotong besi (bar cutter)

3. Alat pembengkok besi (bar bending)

4. Tang

5. Meter rol

b. Bahan

Besi ulir Ø 16

c. Langkah- langkah pengerjaan yaitu :

1. Pelajari gambar dengan seksama

2. Potong besi sesuai gambar

3. Membuat profil tulangan

4. Merakit bentuk profil tulangan pondasi

21

Page 22: Baba I-4 Okkkee

D. Pengecoran

Pekerjaan pengecoran sendiri meliputi:

a. Pekerjaan persiapan

Pada pekerjaan pengecoran, segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan

harus sudah dipersiapkan. Peralatan harus lengkap dan material yang

dibutuhkan harus berada dekat dengan lokasi pencampuran. Hal ini dimaksud

agar terciptanya efisiensi waktu, tenaga, dan biaya pelaksanaan pekerjaan ini.

b. Pengadukan

Beton adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan maka

pengadukan atau pencampuran bahannya harus dilakukan sampai benar-benar

merata ke dalam tempat pengadukan pada mesin molen, setelah selesai

pencampuran bila dirasa telah tercampur merata maka campuran beton

tersebut dituangkan ke dalam tempat campuran beton yang telah tersedia dan

siap untuk digunakan.

c. Pengangkutan hasil adukan

Mengingat campuran beton tidak bisa dibiarkan dalam tempat campuran

terlalu lama, maka dibutuhkan tenaga pengangkut yang banyak dan pada

pengangkutan ini menggunakan tenaga manusia maka dibutuhkan cukup

banyak tenaga untuk proses pengangkutan, dan alat yang digunakan untuk

mengangkut hasil adukan atau campuran adalah ember cor.

d. Pengecoran

Sebelum melakukan pengecoran pondasi foot plat terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan terhadap tulangan yang akan dicor, apakah kelurusan dan

ketegakan yang ada telah benar-benar pas, bila tulangan yang dianggap cukup

datar dan tegak sesuai gambar rencana maka pekerjaan pengecoran dapat

dilakukan secepat mungkin agar beton yang ada tidak mengalami pengikatan

awal ditempat pencampuran sementara.

a. Alat yang digunakan dalam pengecoran yaitu:

1. Sendok spesi

2. Mesin molen

22

Page 23: Baba I-4 Okkkee

3. Ember dan sekop

b. Bahan yang digunakan yaitu:

1. Semen Gresik

2. Agregat Kasar (kerikil)

3. Agregat halus (pasir)

4. Air.

c. Langkah-langkah kerja pengecoran yaitu:

1. Persiapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan

2. Dalam pengerjaan beton perbandingan yang digunakan sebagai

dasar campuran yaitu 1: 2: 3

3. Letakan mesin pengaduk pada kedudukan yang stabil dan strategis

4. Jalankan mesin sesuai dengan tenaga penggerak

5. Dengan menggunakan ember masukan kurang lebih 30% air

pencampur kedalam teromol.

6. Masukan pula semua pasir ke dalam teromol (32 sekop)

7. Tambahkan seluruh semen kedalam teromol

8. Tambahkan sedikit air ke dalam teromol tujuannya untuk

mempermudah tercampurnya beton

9. Dengan menggunakan ember masukan semua kerikil ke dalam

teromol, biarkan seluruh bahan tercampur selama 5-6 menit

10. Kosongkan teromol dengan menuangkan seluruh adukan pada bak

penuang

11. Bersikan sisa adukan yang masih melekat pada dinding teromol

12. Setelah itu angkut mortar ke lubang pondasi yang telah disiapkan

dan dituang secara merata.

23

Page 24: Baba I-4 Okkkee

3.3. Perhitungan

A. Volume Galian

150 cm

140 cm

Volume galian = Panjang × Lebar × Dalam

= 1.4 m x 1.4 m x 1.5 m

= 2.94 m3

Maka volume galian pondasi foot plat keseluruhan adalah :

V = 2.94 m3 x jumlah pondasi

= 3.15 m3 x 31 buah

= 91.14 m3

B. Volume Pasir Bawah Pondasi

Vulome Pasir Bawah Pondasi = 1,4 m × 1,4 m × 0,01 m

= 0.0196 m3

Maka volume Pasir Bawah Pondasi = 0.0196 m3 × 31 buah

= 0.6076 m3

C. Volume Lantai Kerja

24

140 cm

10 cm

10 cm

Page 25: Baba I-4 Okkkee

Volume Lantai Kerja = 1,4 m × 1,4 m × 0,01 m

= 0.0196 m3

Maka volume Lantai Kerja = 0.0196 m3 × 31 buah

= 0.6076 m3

D. Perhitungan Tulangan Foot Plat

Gambar 3.3.1 pembesian foot plat

Perhitungan Kebutuhan Tulangan Foot Plat :

Diketahui : Panjang = 120 cm

Lebar = 120 cm

Tebal selimut Beton = 5 cm

Panjang kait = 5 cm

25

140 cm

140 cm

45 cm

10 cm

10 cm

85 cm

Page 26: Baba I-4 Okkkee

Jarak antar Tulangan = 15 cm

1 staf besi = 1200 cm

a. Tulangan Pokok Arah X Ø16 - 15

Panjang Tulangan Atas :

= 120 + (2 x 40) + (2 x 5)

= 210 cm = 2.1 m

Panjang Tulangan Bawah :

= 120 + (2 x 5)

= 130 cm

= 1,3 m

Panjang tulangan atas dan bawah = 2.1 + 1,3 = 3,40 m

Jumlah tulangan arah X = 120 : 15 = 8 buah

Jadi panjang tulangan arah X = 3,40 x 8 = 27.2 m

b. Tulangan Pokok Arah Y Ø16 - 15

Tulangan atas :

= 120 + (2 x 40) + (2 x 5)

= 210 cm = 2.1 m

Tulangan bawah :

= 120 + (2 x 5)

26

120 cm

40 cm40 cm

5 cm

120 cm

5 cm

Page 27: Baba I-4 Okkkee

= 130 cm

= 1,3 m

Panjang tulangan atas dan bawah = 2.1 + 1.3 = 3,40 m

Jumlah tulangan arah X = 120 : 15 = 8 buah

Jadi panjang tulangan arah X = 3,40 x 8 = 27.2 m

Jadi panjang tulangan keseluruhan untuk 1 foot plat

= 27.2 + 27.2

= 54.4 m

1 staf tulangan di pasaran panjang 12 m

54.4

12

= 4.54 staff

= 4.54 x jumlah foot plat

= 4.54 x 31

= 140.74 staff = 141 staff

E. Volume Urugan Kembali

27 35 cm

30 cm

Page 28: Baba I-4 Okkkee

Gambar 3.1.2. Urugan Foot Plat

Volume Urugan Kembali = (Panjang × Lebar × Dalam) – (Ukuran kolom)

= (1.4 m x 1.4 m x 0.5 m) – 0.3 m

= 0.294 m3

BAB IV

PENGENDALIAN KONSTRUKSI

4.1. Umum

Pengendalian dalam bidang konstruksi adalah perbandingan yang direncanakan dengan

yang dilaksanakan. Tujuan dari tahap pengendalian adalah untuk mendirikan suatu konstruksi

28

45 cm

10 cm

10 cm

50 cm

55 cm55 cm

Page 29: Baba I-4 Okkkee

bangunan yang sudah di rancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu

yang telah disepakati dengan mutu dan kualitas.

Pelaksanaan dan pengendalian proyek secara umum meliputi :

a. Pengendalian alat

b. Pengendalian bahan

c. Pengendalian mutu

d. Pengendalian waktu

e. Pengendalian biaya

f. Pengendalian tenaga kerja

g. Pengendalian laporan

4.2. Pengendalian Alat

Sistem pengendalian alat ialah suatu sistem pengendalian yang dirancang agar alat-alat

yang digunakan dalam semua jenis pekerjaan dalam proyek tersebut betul-betul sesuai dengan

perjanjian alat yang tertera dalam kontrak. Adapun tujuan lain dari sistem pengendalian alat

agar alat-alat yang digunakan masih dalam keadaan baik dan masih layak dipakai. Dalam

Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV

Kehutanan Kupang-Propinsi NTT. Alat-alat yang digunakan semuanya masih dalam keadaan

baik.

Alat –alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek tersebut adalah :

a. Alat transportasi : seperti dump truck yang berfungsi mengangkut material-

material yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

b. Alat pekerjaan batu seperti linggis, sekop, sendok spesi dan lain-lain.

c. Alat pekerjaan kayu seperti,siku ,pahat, meter dan lain-lain.

4.3. Pengendalian Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek ini adalah bahan-bahan yang sesuai

dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati, agar umur dari proyek sesuai dengan yang

direncanakan (tahan lama).

29

Page 30: Baba I-4 Okkkee

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan- bahan yang digunakan adalah:

a. Portland Semen

Digunakan Portland semen jenis II menurut BI-82 atau type I menurut ASTM dan

memenuhi S.400 menurut standar Porland Semen yang digariskan oleh Assosiasi

Semen Indonesia (semen kupang atau semen bosowa).

Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanan kecuali dengan

persetujuan tertulis dari pengawas pertimbangan dan hanya dapat dilakukan dalam

keadaan :

1. Tidak adanya persediaan di pasar dari merk yang tersebut di atas.

2. Kontraktor memberikan jaminan dengan kata-kata teknis bahwa mutu

semen penggantinya adalah dengan kualitas yang setaraf dengan mutu semen

tersebut di atas.

b. Agregat

1. Kualitas agregat harus memenuhi syarat-syarat PBI-1971. Agregat kasar harus

berupa batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat

kekerasannya dan padat (tidak keropos), kadar lumpur dari agregat beton tidak

boleh melebihi dari 5 % berat kering.

2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3.0 dan tidak lebih dari

seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang

bersangkutan.

3. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan

organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

4. Untuk dimana bagian pembesian cukup berat (cukup rumit) digunakan koral

gundu

5. Jenis pasir dan kerikil yang dipakai adalah pasir dari Takari dan kerikil batu

pecah

c. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih tidak mengandung minyak, asam

alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.

30

Page 31: Baba I-4 Okkkee

Apabila dipandang perlu pengawas dapat minta kepada kontraktor supaya air yang

dipakai dipabrik di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya

kontraktor.

d. Besi Beton

1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat

mengurangi lekatnya pada beton, kecuali ditentukan lain pada gambar besi beton

yang digunakan untuk diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dipakai U-

24, dan diameter lebih besar dari pada 12 mm dipakai U-32 (sesuai gambar).

2. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk

mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulagan pada

tempatnya.

3. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta maka disamping

adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari

laboratorium baik pada waktu pemesanan maupun secara periodik minimum

masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress-strain) dan pelengkungan

untuk setiap 20 ton besi atau 1 truck, yang mana yang tercapai lebih dahulu.

Pengetesan dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh

pengawas.

4.4. Pengendalian mutu

Pengendalian mutu dimaksudkan untuk mengarahkan pelaksanaan proyek sesuai

dengan spesifikasi teknis dan dokumen kontrak serta memastikan bahwa perencanaan telah

memenuhi syarat yang telah ditentukan. Ada tiga metode pengendalian mutu yang sering

dijumpai dalam proyek yaitu:

1. Pengecekan dan Pengkajian

31

Page 32: Baba I-4 Okkkee

Hal ini dilakukan terhadap gambar konstruksi dan perhitungan yaitu pembuatan maket

dan perhitungan yang berkaitan dengan masalah teknik. Tindakan tersebut dilakukan untuk

mengetahui bahwa kriteria, spesifikasi, dan standar yang ditentukan telah terpenuhi.

2. Pemeriksaan dan Uji Kemampuan Peralatan

Pekerjaan ini merupakan pemeriksaan fisik termasuk menyaksikan dalam

melakukan uji coba peralatan. Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa hal yaitu:

a. Pemeriksaan sewaktu menerima material

b. Pemeriksaan selama proses pabrikasi berlangsung

c. Pemeriksaan selama pembangunan berlangsung

d. Pemeriksaan akhir, yaitu pemeriksaan dalam rangka penyelesaian Proyek secara fisik

dan mekanik.

3. Pengujian dan Pengambilan Contoh

Hal ini dimaksudkan untuk menguji apakah material yang digunakan telah

memenuhi syarat spesifikasi atau kriteria yang ditentukan, dimana mutu beton yang

digunakan dalam pelaksanaan dilapangan menggunakan mutu beton K-250.

Adapun kegunaan jaminan mutu bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan proyek

ini adalah :

1. Bagi pemilik proyek, memberikan keselamatan dan kenyamanan dalam kurun waktu

tertentu.

2. Bagi perencana, sebagai pengawas yang oleh pemilik proyek, dilakukan penunjukan

langsung karena dinilai cukup berhasil pada proyek-proyek sebelumnya.

3. Bagi kontraktor, bila mengikuti prosedur dan spesifikasi cepat dan cermat akan

menghasilkan pekerjaan sekali jadi berarti mencegah rework (pengerjaan kembali) juga

bila dikerjakan dengan baik akan mencegah mutu yang melebihi spesifikasi berarti

menghindari pengeluaran biaya yang tidak perlu.

Catatan:

Dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT tidak dilakukan pengujian mutu karena konsultan

pengawas tidak berada di lokasi proyek.

32

Page 33: Baba I-4 Okkkee

4.5. Pengendalian waktu

Pengendalian waktu secara efektif, hendaknya dipilih perkerjaan yang bersifat kritis.

Pertama-tama harus dilakukan perencanaan penyususnan jadwal induk selanjutnya diperinci

menjadi komponen-komponen yang bersifat kritis yaitu kejadian yang sangat penting itu

tergantung dari jenis proyek dan pertimbangan pengelolaan proyek masing-masing kegiatan

seperti enginering, pengadaan material dan konstruksi mempunyai kegiatan yang bersifat

kritis. Sistem pengendalian waktu ini bertujuan untuk memanfaatkan waktu pelaksanaan suatu

proyek secara efektif dan efisien guna memperlancar pelaksanaan proyek. Dalam

pengendalian waktu digunakan network planing untuk merencanakan, menjadwalkan dan

mengendalikan suatu proyek yang kegiatannya banyak dan saling berhubungan. Pada dasarnya

network planning diarahkan untuk mengidentifikasi :

1. Saling ketergantungan dari masing-masing kegiatan.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan.

3. Bagian-bagian yang merupakan kegiatan kritis.

Selain itu juga digunakan time schedule atau jadwal pelaksanaan kegiatan. Pada time

schedule perencana dan pelaksana tidak harus selalu sama, kadang mengalami kenaikan dan

penurunan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kendala teknis, salah menafsir

rencana kerja serta keadaan cuaca atau iklim. Biasanya pada waktu tertentu dilakukan rapat

koordinasi untuk mengevaluasi masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan. Dalam

Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV

Kehutanan Kupang-Propinsi NTT waktu pelaksanaan adalah 120 hari kerja.

Untuk memperlancar kegiatan proyek ini dilihat dengan waktu kerja yang telah

ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja adalah sebagai berikut:

a. jam 08.00 – 12.00 pagi

b. jam 12.00 – 13.00 siang (waktu istirahat)

c. jam 13.00 – 17.00 sore

Apabila dalam pekerjaan tidak mencapai hasil yang diinginkan maka diadakan kerja

lembur dimana upah para pekerja dihitung perjam yang dilakukan dari jam 19.00-22.00 Wita.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV

33

Page 34: Baba I-4 Okkkee

Kehutanan Kupang-Propinsi NTT melaksanakan waktu kerja seperti standar kerja yang telah

disepakati.

4.6. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya proyek merupakan bagian disiplin proyek yang tidak dipisakan

dari manajemen proyek. Pengendalian biaya pada proyek mencakup pengendalian jadwal

pembiayaan dan besarnya keseluruan biaya yang akan dikeluarkan dalam suatu proyek.

Pengendalian biaya dirancang untuk mengukur status proyek terhadap anggaran, mencakup

beberapa hal sebagai berikut yaitu:

1. Perkiraan Pendahuluan

Perkiraan pendahuluan membantu program pengendalian biaya dengan fungsi

sebagai penguji perdana terhadap anggaran dan memperlihatkan pelampauan biaya yang

cukup dini agar tim proyek dapat mempertimbangkan kembali rencana yang telah dibuat

untuk mencari kemungkinan alternatif. Pelampauan yang telah diperlihatkan dapat

mendorong diadakannya suatu revisi mengenai kriteria yang dipakai untuk jenis-jenis

pekerjaan dimasa mendatang sehingga dapat mempertahankan anggaran secara

keseluruhan.

2. Perkiraan Biaya Wajar

Perkiraan ini mencerminkan penilaian tentang nilai wajar dari paket penawaran

kepada pemilik proyek. Dalam penawaran kadang terjadi perbedaan dengan perkiraan

biaya wajar sehingga sering kali pemilik proyek bertemu dengan penawar yang rendah

dan membandingkan kuantitas serta cakupannya dari perbandingan ini dapat ditemukan

sumber perbedaan itu. Dan putusan mengenai pelulusan, modifikasi dan penolakan

penawaran akan jaujh lebih dipermudah, bilamana pemilik proyek telah mempersiapkan

biaya wajar yang cukup teliti yang secara terpisah-pisah memperinci tenaga kerja,

material dan biaya peralatan dengan suatu cara yang serupa dengan cara yang ditempuh

oleh kontraktor.

3. Perkiraan Definisi

Pekiraan definisi menetapkan biaya yang diramalkan dari proyek dengan

kemungkinan kesalahan yang kecil. Bila 100% dari kontrak-kontrak telah diluluskan,

34

Page 35: Baba I-4 Okkkee

maka biaya tak terduga umumnya terbatas pada penyediaan untuk perubahan rencana

yang timbul karena adanya gangguan atau kesalahan atau resiko usaha lainnya yang

melekat pada proyek itu. Pada beberapa proyek dapat dibuat suatu perkiraan definitif

dengan tingkat ketetapan yang cukup baik, bilah mana 50% dari kontrak telah diluluskan.

4. Rangkuman Laporan Biaya

Menguraikan status biaya yang sebenarnya yang diramalkan oleh proyek. Umumnya

dimulai sejak perkiraan pendahuluan dan diakhiri bila proyek itu telah diselesaikan.

Laporan biaya yang memperlihatkan perkiraan dari biaya yang diperjanjikan, ditambah

dengan perkiraan biaya untuk menyelesaikan berbagai kontrak yang terlibat. Beberapa

pemilik proyek lainnya lebih menyukai untuk menangani sendiri tahap ini serta ada yang

meminta proyeksi-proyeksi arus khas yang berkesinambungan untuk melengkapi laporan

biaya.

5. Studi Rekayasa Nilai

Studi rekayasa nilai memberikan bantuan dan menentukan cara pendekatan yang

paling ekonomis sebelum desain terperinci. Bila ingin memperoleh hasil-hasil yang

terbaik, studi rekayasa nilai ini harus dapat membentuk suatu kerja sama yang baik antara

pemilik proyek, konsultan perencana, dan kontraktor pelaksana. Penggunaan pengetahuan

tentang biaya konstruksi selama desain dan mempertimbangkan mengenai alternatif yang

diusulkan oleh tim yang ada dalam proyek atau oleh para penawar itu sendiri akan

memberikan manfaat yang besar bagi pemilik proyek.

6. Status Rekayasa Nilai

Merupakan suatu laporan yang memperlihatkan penghematan rekayasa nilai yang

disetujui oleh pemilik proyek sehingga pemilik proyek dapat memusatkan hasil-hasil

program pada suatu konsepyang jelas agar dapat memberikan manfaat jangka panjang

bagi semua pihak pada proyek lainnya.

Pengendalian biaya bertujuan menjamin agar biaya akhir proyek tidak melampaui rencana

anggaran pelaksanaannya.

4.7. Pengendalian Tenaga Kerja

Dalam merencanakan tenaga kerja, langkah pertamanya adalah perlu mengetahui

terlebih dahulu jumlah tenaga kerja yang diperlukan proyek. Besarnya produktifitas tenaga

35

Page 36: Baba I-4 Okkkee

kerja tergantung dari lokasi, kondisi alam, kelompok kerja, lama waktu, kepadatan tenaga

kerja, dan lain-lain.

Secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja proyek dapat diperkirakan dari total

lingkup kerja, yang dinyatakan dalam jam orang dibagi dengan kurun waktu proyek. Namun

pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV

Kehutanan Kupang-Propinsi NTT, cara tersebut tidak realitis karena keperluan tenaga kerja

selama siklus proyek pada proyek ini tidak konstan, baik kualitas maupun kuantitasnya.Untuk

menjaga efisiensi, maka jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan perubahan tersebut,

tetapi pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakannya karena perusahaan tidak

mungkin melepas dan merekrut tenaga kerja berulang-ulang dalam waktu singkat.

Untuk mengatasinya diusahakan dengan memakai sistem multi guna (multi craft), yaitu

seorang tenaga kerja dilatih dan ditingkatkan kemampuannya agar dapat menangani berbagai

macam pekerjaan, misalnya tukang batu bisa merangkap jadi tukang kayu.

Menurut Soeharto, 1997 dalam pelaksanaan suatu proyek jumlah tenaga kerja dibedakan

dalam dua kelompok yaitu:

1. Tenaga kerja langsung, merupakan tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani

ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor. Umumnya di ikuti dengan

latihan, sampai dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar.

2. Tenaga kerja borongan, merupakan tenaga kerja yang bekerja berdasarkan ikatan

kerja yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja tertentu.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT menggunakan tenaga kerja langsung maupun

tenaga kerja borongan. Yang mana tenaga kerja langsung, ditugaskan untuk pekerjaan pintu,

kosen, jendela, pekerjaan besi dan lain-lain. Khusus pada pekerjaan foot plat, yakni pekerjaan

pengukuran, bouwplank, serta pembesian dan begesting sekaligus teknik merakitnya di atas

lantai kerja, dan pekerjaan perawatan. Sedangkan tenaga kerja borongan, dalam pekerjaan foot

plat ditugaskan untuk pekerjaan penggalian, pengadukan serta pengangkutan hasil adukan dan

pekerjaan pengecoran, dan lain-lain.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT telah mengendalikan tenaga kerja dengan

baik, di mana proyek ini telah menyiapkan dua kelompok tenaga kerja yakni tenaga kerja

36

Page 37: Baba I-4 Okkkee

langsung dan tenaga kerja borongan. Hal ini bermaksud untuk membedakannya dalam hal

pembagian tugas dan fungsi.

4.8. Pengendalian laporan

Pengendalian Laporan adalah upaya mengendalikan secara terus menerus dan

berkesinambungan atas sebagian aspek penyelenggaraan proyek berupa harian, mingguan, dan

bulanan.

4.8.1. Fungsi pengendalian laporan adalah:

1. Menjadi dasar untuk mengambil keputusan serta bahan perencanaan berikutnya

2. Menjadi ukuran terhadap pelaksanaan rencana

3. Sebagai pertangung jawaban dari kontraktor kepada pemilik proyek

4. Mencatat/ mendokumentasikan hal- hal yang terjadi diproyek

4.6.2. Laporan mengenai pelaksanaan suatu proyek dibagi atas beberapa macam yaitu:

1. Laporan Harian yang mencatat tentang:

a. Mobilisasi bahan pada hari tersebut

b. Pekerjaan yang dilaksanakan pada hari tersebut

c. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada hari tersebut

2. Laporan Mingguan yang mencatat tentang

a. Alat dan bahan yang digunakan dalam satu minggu

b. Tenaga kerja yang bekerja dalam satu minggu

c. Kemajuan fisik proyek selama satu minggu

3. Laporan Bulanan mencatat tentang

a. Kemajuan fisik pekerjaan bulan lalu, bulan sekarang dengan estimasi kemajuan

untuk bulan berikutnya

b. Plot/ gabungan dari laporan kemajuan pekerjaan permiggu

c. Jumlah pembayaran yang telah direalsasikan

d. Daftar kondisi kerja, alat, bahan dan lainnya pada bulan bersangkutan.

4.6.3. Hasil perbandingan antara rencana kontrak dan realisasi pelaksanaan pekerjaan pondasi

foot plat berjumlah 31 buah, dapat dilihat pada tabel berikut:

37

Page 38: Baba I-4 Okkkee

No Rencana Realisasi Keterangan

1 Semen kupang, Bosowa Semen Bosowa dan Gersik Sesuai dgn kontrak

2 Air PDAM PDAM Sesuai dgn kontrak

3 Pasir Takari Pasir Takari Sesuai dgn kontrak

4 Kerikil batu pecah Kerikil batu pecah Sesuai dgn kontrak

5 Besi beton Ǿ 16 Besi beton Ǿ 16 Sesuai dgn kontrak

6 Waktu 3 minggu 4 minggu ≥ Rencana

7 Tenaga kerja:

Tukang: 2 orang

Mandor: 2 orang

Tukang batu : 13 orang

Tukang besi : 6 orang

Mandor: 3 orang

≥ Rencana

≥ Rencana

BAB V

PENUTUP

38

Tabel 4.1. Perbandingan antara rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan foot plat

Sumber : PT. Atam Jaya

Page 39: Baba I-4 Okkkee

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan yang telah diuraikan terlebih dahulu maka

penulis dapat megambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Pondasi merupakan bagian struktur bangunan yang berfungsi meneruskan beban-beban

konstruksi yang dipikulnya ke dalam tanah dan batuan yang berada di bawahnya. Dalam

merencanakan sebuah pondasi yang akan digunakan maka perlu diketahui kondisi tanah

atau daya dukung tanah itu sendiri hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan sebagai

akibat deformasi tanah.

Jenis-jenis pondasi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pondasi dangkal

2. Pondasi dalam

b. Pembangunan Gedung Kantor Departemen Kehutanan Dirjen Planalogi Kehutanan Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV Kehutanan Kupang-Propinsi NTT seluas 800

m2 bertujuan untuk mendirikan bangunan yang kuat, kokoh dan tahan lama serta dengan

adanya gedung yang baru ini dapat mempererat hubungan kerja baik pegawainya sendiri

maupun antar instansi mengingat gedung yang sementara di tempati sekarang ukurannya

kecil dan merupakan gedung peninggalan Polresta.

c. Manajemen proyek adalah kegiatan yang mengatur atau memimpin berbagai ragam

kegiatan orang atau kelompok yang terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan bersama

dan merupakan gabungan ide manusia dan benda dimana kegiatan-kegiatan tersebut

dibatasi waktu. Dengan demikian dalam suatu proyek diperlukan suatu manejemen yang

baik agar proyek tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Dalam pelaksanaan pekerjaan selama PKL bahwa jenis pondasi yang dikerjakan adalah

pondasi dangkal (pondasi telapak) dimana pelaksanaannya meliputi:

a. Pekerjaan galian pondasi

b. Pekerjaan pembesian

c. Pekerjaan urugan pasir bawah pondasi

d. Pekerjaan cor lantai kerja

e. Pengecoran pondasi foot plat

f. Urugan kembali

39

Page 40: Baba I-4 Okkkee

5.2. Saran

a. Kepada kontraktor agar kontraktor harus memperhatikan keselamatan dan

kesejahteraan para pekerja seperti kesehatan, makanan, upah dan keselamatan kerja,

karena pekerja sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan pekerjaan suatu

proyek. Selain itu juga kontraktor juga harus memperhatikan sistem pengendalian

proyek guna mencapai mutu pekerjaan dan hasil kerja yang efisien.

b. Kepada pengawas pekerjaan agar harus selalu berada dilapangan untuk menghindari

adanya kekeliruan dalam pelaksanaan lapangan, dan juga pengawas harus lebih tegas

dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan pekerjaan agar pekerja tidak

semaunya dalam bekerja.

c. Kepada teman-teman mahasiswa agar menggunakan kesempatan PKL dengan baik

untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti

kuliah, dan juga didalam melaksanakan PKL harus dengan sungguh-sungguh agar

tidak menjadi hal baru apabila sudah terjun langsung dilapangan pada saat bekerja.

40

Page 41: Baba I-4 Okkkee

DAFTAR PUSTAKA

Istimawan, D. 1993. Struktur Beton Bertulang, PT. Gramedia Pustaka Jakarta.

Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta.

Taylor, F.W. 1998. Pelopor Ilmu Manajemen Proyek, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

41