bab3 ayeyyyy.pdf

17
BAB III SIDIK JARI DALAM PEMBUKTIAN A. Pengertian Sidik Jari Dan Perkembangannya di Indonesia 1. Pengertian Sidik Jari Sidik jari manusia merupakan bukti materi yang amat penting. Tak ada sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun diantara dua saudara kembar. Dalam dunia sains pernah dikemukakan, jika ada 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian. Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasikan seseorang lewat sidik jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation (atau populer dengan sebutan FBI) di Amerika Serikat sekitar tahun 60-an. Sidik jari ini biasanya tertinggal di tempat kejadian perkara sebuah peristiwa kriminal. FBI kemudian menggunakannya untuk mengetahui jati diri korban atau bahkan tersangkanya. Hanya dengan memasukkan sidik jari seseorang melalui melalui teknologi komputer, pihak berwenang pun langsung mendapatkan data seputar nama, tanggal lahir dan sejarah kriminalnya. Salah satu petunjuk mengenai sidik jari ialah diketemukannya peninggalan dari orang-orang Indian prasejarah berupa sebuah lukisan kasar sidik jari pada

description

heheeee

Transcript of bab3 ayeyyyy.pdf

Page 1: bab3 ayeyyyy.pdf

BAB III

SIDIK JARI DALAM PEMBUKTIAN

A. Pengertian Sidik Jari Dan Perkembangannya di Indonesia

1. Pengertian Sidik Jari

Sidik jari manusia merupakan bukti materi yang amat penting. Tak ada

sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun diantara dua saudara kembar. Dalam

dunia sains pernah dikemukakan, jika ada 5 juta orang di bumi, kemungkinan

munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun

kemudian.

Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasikan seseorang lewat sidik

jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat

ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation (atau populer dengan

sebutan FBI) di Amerika Serikat sekitar tahun 60-an. Sidik jari ini biasanya

tertinggal di tempat kejadian perkara sebuah peristiwa kriminal. FBI kemudian

menggunakannya untuk mengetahui jati diri korban atau bahkan tersangkanya.

Hanya dengan memasukkan sidik jari seseorang melalui melalui teknologi

komputer, pihak berwenang pun langsung mendapatkan data seputar nama,

tanggal lahir dan sejarah kriminalnya.

Salah satu petunjuk mengenai sidik jari ialah diketemukannya peninggalan

dari orang-orang Indian prasejarah berupa sebuah lukisan kasar sidik jari pada

Page 2: bab3 ayeyyyy.pdf

30

sebuah batu karang di Nova Scotia. Selain itu, diketemukannya pula sidik jari

pada tanah liat yang diartikan sebagai segel atau materai dari surat-surat jual beli

dari zaman Dinasti Tang pada abad ke-8. Perkembangan pengetahuan manusia

terhadap nilai sidik jari melalui suatu proses panjang dari masa ke masa. Setelah

dipertentangkan dan diperbandingkan dengan metode-metode yang lain, akhirnya

sidik jari diakui sebagai metode, identifikasi yang paling tepat. Pada permulaan

abad ini hanya pihak Institusi Kepolisian Indonesia yang diberi wewenang untuk

mengajarkan ilmu ini.

Adapun pengertian sidik jari adalah “gurat-gurat yang terdapat di kulit ujung jari. Fungsinya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Sidik jari manusia digunakan untuk keperluan identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari persis sama. Hal ini mulai dilakukan pada akhir abad ke-19.”1

Sidik jari sebenarnya adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk

suatu “punggungan” pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak

akan hilang sampai seorang meninggal dunia dan busuk, goresan - goresan atau

luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yang sama kecuali

kulit tersebut mengalami luka bakar yang parah.

Seorang berkebangsaan Inggris yang benama Sir Richard Edward Henry

telah mengelompokkan tentang sidik jari sehinngga berkat usahanya pihak

1 http: //id. Wikipedia. Org/wiki/ Sidik_Jari

Page 3: bab3 ayeyyyy.pdf

31

kepolisian dan hukum terbantu dalam mengunggkapkan kejahatan. Henry

bukanlah penemu teknik atau metode sidik jari. Namun, berkat kepeloporannya

saat mendirikan Biro Sidik Jari di Scotland Yard, penggunaan sidik jari menjadi

bagian penting aparat penegak hukum.2

Identifikasi Sidik jari dikenal dengan Daktiloskopi atau Daktilografi

adalah yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali

(identifikasi) terhadap orang dan merumus pola sidik jari pada tapak tangan yang

sama, kiri maupun kanan. Adapun metoda yang digunakan atau dikenal adalah

metode Henry, Rocher dan Vucetich. Metode Sir Edward Henry, Inspektur

Jendral Polisi di Bengel kemudian Komisaris di London, menyederhanakan

metode perumusan Galton dan membuatnya mudah digunakan untuk keperluan

kepolisian. Selanjutnya sistem Galton-Henry, dengan beberapa perubahan serta

perluasannya digunakan di AS dan negara-negara yang berbahasa Inggris di

seluruh dunia.3 Metode Rocher digunakan di negara Jerman dan Jepang,

sedangkan Metode Juan Vucetich yaitu pejabat kepolisian di Argentina menyusun

2 Cyber Jakarta, Tue, 6 Feb 2007, Sir Edward Richard (1850-1931) Berjasa

Mengembangkan Klasifikasi Sidik Jari.

3A. Gumilang, Kriminalistik (Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan), Cet. 3, (Bandung : 1993), hal. 87-88.

Page 4: bab3 ayeyyyy.pdf

32

file pertama bagi seperangkat sidik jari untuk keperluan dinegara-negara yang

berbahasa Spanyol. Indonesia sendiri menggunakan Metoda Henry.4

Dalam mengungkapkan sesuatu kejahatan ilmu forensik memiliki keterkaitan yang sangat erat pelaksanaanya. Ilmu forensik adalah”aplikasi dari ilmu pengetahuan bagi kepentingan hukum pidana dan hukum perdata yang dilakukan atau dilaksanakan oleh badan kepolisian dalam suatu sistem peradilan kriminal”.5

Oleh karena itu ilmu forensik mempunyai pengertian luas yang mencakupi

hampir semua disiplin ilmu yang digunakan untuk melakukan investigasi dengan

tujuan menyeret semua penjahat kedepan pengadilan.

Dalam mengidentifikasi sidik jari dikenal dengan istilah identify

(mengenali) dan individualized (membedakan dari yang lain). Kedua asal kata

tersebut sebenarnya berasal dari bahasa latin yang mempunyai kesamaan arti

(idem berarti “sama” dan individus berarti tidak dapat dibagi), namun demikian

dalam prakteknya manakala kedua kata tadi secara benar diterapkan dalam

kriminalistik akan menimbulkan kekhususan yang istimewa.

Identity diartikan oleh para ahli sebagai keunikan, sementara itu

identification dalam arti yang luas menempatkan suatu obyek dalam kelompok

yang terbatas, sementara itu pengertian individualization adalah menunjukkan

4 Ibid., hal. 89.

5 Prof. Koesparmono Irsan, Ilmu Kedokteran Kehakiman, (Jakarta : 2007), hal. 18.

Page 5: bab3 ayeyyyy.pdf

33

keunikan tertentu suatu barang bukti (evidence) bahwa tidak ada dua hal di dalam

kenyataan yang secara tepat sama.

Hal ini nampak pada sidik jari, bahwa tidak ada dua sidik jari yang sama

benar, pasti ada perbedaanya satu sama lain. Demikian juga cetakan bibir, cetakan

sepatu, dan potongan dari percahan kaca.

2. Perkembangan Sidik Jari di Indonesia

Pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda secara resmi telah

mengeluarkan suatu ketentuan yang berupa Koniklij ke Besluit tanggal 16 Januari

1911 No. 27, dimuat dalam Indonesia Staatblad No. 234 tahun 1911 yang isinya

menetapkan memperlakukan/mengunakan sidik jari untuk mengenal kembali

seseorang sebagai pengganti sistem anthropometric yang berlaku sebelumnya.

Sedangkan pelaksanaanya diserahkan kepada Departemen Kehakiman

(Departement van Justitie) dan baru terwujud yaitu tanggal 12 Nopember 1914

dengan didirikannya Kantor Pusat Daktiloskopi Departemen Kehakiman dengan

nama Centraal Kantoor voor Dactyloscopie van de Departement van Justitie,

Page 6: bab3 ayeyyyy.pdf

34

dengan tugas utamanya mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya dari

semua orang yang ada di Indonesia baik kriminal maupun nonkriminal, serta

memberikan keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh instansi-instansi lain,

baik pemerintah maupun swasta.6

Pihak Kepolisian Hindia Belanda (Algemeene Politie) tidak ketinggalan

dalam hal ini. Dengan keputusan Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang dimuat

dalam Staatblad No. 322 tahun 1914, dibentuklah Kantor Daktiloskopi yang

terpisah dari Kantor Pusat Daktiloskopi Kehakiman tersebut diatas. Akan tetapi,

hal ini akan berlangsung lebih kurang 2 tahun saja dan pada tahun 1961 kegiatan

pelaksanaan tugas yang menyangkut penghimpunan, pengelolahan dan

penyimpanan kartu-kartu sidik jari diserahkan kepada Kantor Pusat Daktiloskopi

Departemen Van Justitie. Sedangkan tugas-tugas dan kegiatan yang menyangkut

bidang kriminal Daktiloskopi dilaksanakan oleh pihak kepolisian. Hal ini

berlangsung sampai Indonesia merdeka. Dalam perkembangannya sejak tahun

1945 hingga sekarang, baik nama maupun statusnya dalam Struktur Organisasi

Kepolisian RI, organ Daktiloskopi ini telah mengalami beberapa perubahan.

Pada tahun 1959 Kepolisian RI mulai berusaha menyusun dan

membangun Kantor Pusat Daktiloskopi sendiri karena didesak oleh kebutuhan-

kebutuhan dalam pelaksanaan tugas kepolisian yang terasa semakin kompleks.

6 A. Gumilang, Kriminalistik (Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan), Cet. 10, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 90.

Page 7: bab3 ayeyyyy.pdf

35

Sejak 25 Agustus 1960 Kepolisian RI mengunakan sistem Henry yang telah

diubah dan diperluas (Modified Henry System), sesuai dengan yang digunakan

oleh FBI sedangkan sebelumnya masih menggunakan Sistem Henry yang lama.7

B. Sidik Jari Sebagai Salah Satu Barang Bukti Dalam Tindak Pidana

Dalam suatu perkara pidana sidik jari merupakan hal penting dalam upaya

mengidentifikasi pelaku, khususnya dalam tempat kejadian perkara, sehingga

untuk menjaga keaslian polisi dari suatu tempat kejadian perkara dalam suatu olah

TKP maka polisi memberikan garis batas (police line) dengan tujuan agar keaslian

tempat perkara tetep terjaga. Begitupun tidak sembarang orang dapat memegang

benda-benda yang ada disekitar tempat kejadian sehingga sidik jari pelaku dapat

diidentifikasi secara jelas dan mudah. Sidik jari merupakan jejak atau alur kulit

yang ditemukan pada telapak tangan dan bagian plantar.

Istilah sidik jari mengacu pada ibu jari, telapak dan jari kaki. Ketika

diperiksa oleh ahli sidik jari menjadi alat identifikasi yang sangat berharga.

Identifikasi sidik jari pertama kali ditemukan pada tahun 1982 di Buenos Aries

oleh Juan Vucatich, hal ini disebabkan adanya kasus pembunuhan terhadap 2

orang anak laki-laki Fransesca Rojas, dimana dia menuduh tetangganya telah

membunuh kedua anaknya. Sidik jari yang mengandung bercak darah ditemukan

7 Ibid., hal. 91.

Page 8: bab3 ayeyyyy.pdf

36

pada pintu dekat dengan lokasi korban ditemukan. Pintu tersebut kemudian

dilepas dan dibawa kepusat identifikasi bersama dengan sidik jari tersangka dan

Rojas. Sidik jari Rojas diperiksa dan dia mengaku telah membunuh kedua

anaknya.

Sidik jari laten adalah jejak yang tertinggal akibat akibat menempelnya

alur jari. Sidik jari laten harus dimunculkan sebelum dapat dilihat dengan kasat

mata. Sidik jari mempunyai beberapa jenis, yaitu:8

a. Sidik jari yang terlihat, seperti pada debu, lumpur, darah, minyak atau

permukaan yang kontras dengan latar belakangnya;

b. Sidik jari laten, tersembunyi sebelum dimunculkan dengan serbuk atau alat

pohy light;

c. Sidik jari cetak, pada permukaan yang lembut seperti lilin, purtty;

d. Sidik jari etched, pada logam yang halus disebabkan oleh asam yang ada

dalam kulit.

Sidik jari banyak ditemukan dalam tempat kejadian perkara dan sangat

amat mudah rapuh jika tidak dijaga dan ditangani dengan baik. Untuk dapat

memudahkan proses identifikasi sidik jari maka seringkali digunakan serbuk atau

bahan kimia lain atau bahkan fotografi pollilight.

8 Cunliffe, Frederick dan Peter B. Piazza. Kriminalitstik dan Penyidikan Secara Ilmiah

(Eriminalistic and Scientific Investigation), diterjemahkan oleh Affandi. Jakarta: Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Kepolisian Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, 1992.

Page 9: bab3 ayeyyyy.pdf

37

Sidik jari dapat melepaskan atau menjerat seseorang dari keterlibatanya

dalam suatu tindak pidana. Sidik jari membuktikan bahwa adanya kontak antara

permukaan suatu benda dengan orang. Lamanya sidik jari tergantung pada

beberapa faktor,yaitu :

a. Komposisi sidik jari laten;

b. Bahan yang terkandung didalamnya;

c. Kondisi lingkungan;

d. Bahan yang melekat pada sidik jari;

e. Posisi sidik jari laten;

f. Lamanya waktu antara terbentuknya sidik jari dengan pemeriksaan.

Pada sidik jari laten untuk dapat melakukan identifikasi harus

dimunculkan terlebih dahulu dengan serbuk warna (untuk benda menyerap atau

tidak menyerap) tehnik pencahayaan (non desruktif), pollylight atau cyanoacrylate

(super glue untuk benda yang tidak menyerap), hal ini dikarenakan sifatnya rapuh,

sehingga dalam melakukan identifikasi seorang penyidik harus memakai sarung

tangan untuk mencegah tercampurnya sidik jari penyidik dengan tersangka.

Dalam identifikasi sidik jari laten perlu disadari dimana kemungkinan letak sidik

jari tersebut, apabila diduga sidik jari laten terdapat pada permukaan gelas maka

harus dipegang dengan sangat hati-hati.

Page 10: bab3 ayeyyyy.pdf

38

Dalam praktek identifikasi sidik jari, terkadang pelaku berusaha

menghilangkan keaslian sidik jarinya dengan cara merusak susunan kulit ari pada

jari-jari tangan (khususnya). Namun alur kulit pada sidik jari tangan tidak mudah

untuk dihilangkan atau diubah, hal ini dikarenakan alur kulit berkembang selama

masa fletus (10-20 minggu) dan tidak berubah sampai proses pembusukan. Ciri-

ciri alur kulit tidak berulang pada bagian manapun pada orang yang sama atau

orang lain, ciri alur kulit akan berubah jika terkena suatu penyakit. Meskipun pola

alur kulit beragam namun dapat diidentifikasi.

Sidik jari dapat diklasifikasikan dengan mudah, hal ini dikarenakan sidik

jari dimiliki oleh setiap manusia dan disukai oleh setiap manusia hal ini terbukti

dengan adanya sidik jari pada gua-gua purba, sidik jari dalam segel lilin, keramik

dari tanah liat (seperti di Cina dan Jepang).

Sir Edward Henry pada akhir abad 19 menciptakan sistem klasifikasi sidik

jari dan sistem ini dipergunakan diseluruh dunia. Sistem klasifikasi sidik jari

didasarkan pada penerapan nilai secara numerik terhadap berbagai pola,

dikombinasikan dengan perhitungan alur kulit dan jejaknya. Seiring dengan

perkembangan zaman maka untuk mempermudah melakukan klasifikasi sidik jari

teknologi telah menghasilkan alat yang lebih akurat yang dikenal dengan nama

automated fingerprint identification system dan live scan technology.

Page 11: bab3 ayeyyyy.pdf

39

Dari hasil identifikasi sidik jari maka terdapat beberapa pola sidik jari

yaitu:9

a. Pola Loop: Dalam pola loop terdapat satu delta pada alur kulit dan

mengalir dari kanan kembali ke kanan;

b. Pola Whorl: Sedangkan pola whorl terdapat dua delta dengan alur

melingkar menuju pusat;

c. Pola Double loop: Pola ini mempunyai dua loop dimana satu alur kulit

mengalir kekiri dan satu alur kulit mengalir ke kanan sehingga terdapat

dua delta;

d. Pola Arch dan Tented Arch: Pola arch tidak mempunyai pusat sidik jari.

Pola arch sangat jarang dimiliki oleh manusia. Pola tented arch juga tidak

mempunyai pusat sidik jari, adanya garis ke atas di tengahnya seperti

tenda.

Selain itu dalam melaksanakan identifikasi orang/penjahat terdapat tiga

sistem ilmiah yang saat ini berkembang, yaitu:

a. Anthropometry

b. Dactylography, dan

c. Deoxyribo-nucleic-acid (DNA) typing

9 Ibid., hal. 311.

Page 12: bab3 ayeyyyy.pdf

40

Menurut Prof. Koesparmono Irsan bahwa” Bukti yang ditemukan oleh seorang ahli forensik dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Yang paling sederhana adalah apa ya g dikenal dengan pengklasifikasian dalam:

1. Personal evidence misalnya dalam bentuk testimony/pernyataan pribadi seperti kesaksian atau keterangan yang diucapkan/diuraikan oleh saksi mata. Personal evidence bersifat subyektif dan diwarnai oleh sikap dan persepsi personal yang dibawakan oleh saksi, maupun ahli forensik itu sendiri.

2. Physical evidence atau bukti fisik seperti sidik jari, pecahan kaca, peluru, tapak kaki/ sepatu dan lainnya. Physical evidence bersifat obyektif, dan akan tetap seperti apa adanya sekalipun diperiksa oleh lain ahli forensik, walaupun kemudian kemungkinan ada aspek subyektifnya.”10

Dalam mengidentifikasi sidik jari/gambar setiap jari-jari mengunakan

berbagai macam rumus. Dibutuhkan pakar matematika yang handal dan komputer

yang sangat canggih untuk menunjukkan gambar yang sama sekali tidak

mengalami pengulangan dalam membedakan setiap sidik jari sehingga tidak

terjadi kesalahan.

Diantara bermilyard-milyard sidik jari manusia dalam ribuan tahun tidak

satu pun orang yang mempunyai sidik jari yang sama dengan sidik jari orang lain.

C. Pejabat Yang Berwenang Melakukan Pengambilan Sidik Jari

Pasal 1 angka 1 KUHAP menyatakan bahwa “Penyidik” adalah pejabat

polisi Republik Indonesia atau pejabat pegaewai negeri sipil yang diberikan

10 Prof. Koesparmono Irsan, Ilmu Kedokteran Kehakiman, (Jakarta: 2007), hal. 24.

Page 13: bab3 ayeyyyy.pdf

41

wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Dari

penjelasan terasebut, maka pejabat yang berwenang melakukan tindakan

penyidikan adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu yang diberikan oleh undang-undang yang mengatur

mengenai wewenangnya untuk melakukan penyidikan. Kecuali dalam hal tindak

pidana khusus jaksa masih memegang wewenang melakukan penyidikan.

Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan orang yang berhak

sebagai penyidik ditinjau dari instansi maupun kepangkatan, ditegaskan dalam

Pasal 6 KUHAP. Adapun bunyi dari Pasal 6 KUHAP adalah sebagai berikut:

(1) Penyidik adalah:

a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;

b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur

lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Tegasnya penyelidikan adalah setiap pejabat Polri dari pangkat terendah

sampai pangkat tertinggi. Dengan demikian jaksa atau pejabat lain tidak

berwenang melakukan penyelidikan. Penyelidik “Monopoli Tunggal” Polri.

Kemanunggalan fungsi dan wewenang penyelidikan bertujuan:

Page 14: bab3 ayeyyyy.pdf

42

1. Menyederhanakan dan memberi kepastian kepada masyarakat siapa yang

berhak dan berwenang melakukan penyidikan;

2. Menghilangkan kesimpang siuran penyelidikan oleh aparat penegak

hukum, sehingga tidak lagi terjadi tumpang tindih seperti yang dialami

pada masa HIR;

3. Juga merupakan efisiensi tindakan penyelidikan ditinjau dari segi

pemborosan jika ditangani oleh beberapa instansi, maupun terhadap orang

yang diselidiki, tidak lagi berhadapan dengan berbagai macam tangan

aparat penegak hukum dalam penyelidikan, dari segi waktu dan tenaga

jauh lebih efektif dan efesien.

D. Hubungan Science Investigation Dengan Sidik Jari

Science Investigation atau dalam bahasa indonesia merupakan investigasi

ilmiah yang dilakukan terhadap kasus pidana tertentu yang cukup pelik, misalnya

dimana barang bukti tidak berada di tempat kejadian perkara telah mengalami

perubahan atau barang bukti tidak lagi berada di tempat kejadian perkara. Contoh

lain adalah suatu perkara tidak ada saksi langsung. Tidak semua barang yang ada

pada tempat kejadian perkara merupakan barang bukti akan tetapi barang bukti

yang terkait langsung dengan kasus tindak pidana itulah yang akan digunakan

baik dalam proses penyidikan maupun proses pengadilan.

Page 15: bab3 ayeyyyy.pdf

43

Andi Hamzah mengutip pendapat dari Moelyatno bahwa “Investigasi ilmiah merupakan pengumpulan barang bukti yang ditujukan untuk proses pembuktian baik ditingkat penyidikan maupun pengadilan dengan menggunakan metode ilmiah guna memberi keterangan lebih lanjut mengenai barang bukti yang telah dikumpulkan tadi.”11

Dalam hukum pidana di Indonesia, Science Invertigation digunakan baik

terhadap benda, korban, tersangka ataupun mayat.12 Oleh karena itu dikenal

dengan adanya labolatorium kriminal, ahli rekonstruksi dan ahli forensik guna

memberikan keterangan terhadap barang bukti yang ditemukan.

Dari seluruh proses Investigasi secara ilmiah akan membantu proses

pembuktian di pengadilan khususnya pada saat pemeriksaan saksi ahli. Dalam

Undang-undang Hukum Acara Pidana, Science Investigation dikategorikan dalam

keterangan ahli.13 Hal ini dikarenakan diperlukan keahlian khusus dengan latar

belakang pendidikan yang khusus pula sehingga berdasarkan penelitian ilmiah

terhadap barang bukti dapat memberikan penjelasan kepada penyidik ataupun

majelis hakim mengenai hal-hal yang bersifat teknis, seperti ahli forensik akan

menerangkan senjata api dan lainnya yang secara umum tidak diketahui oleh

penyidik ataupun majelis hakim.

11 Hamzah, op. cit., hal. 268.

12 Abdurrachman, Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 111.

13 Ibid, hal. 111.

Page 16: bab3 ayeyyyy.pdf

44

Dengan demikian Science Investigation merupakan keterangan ahli

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP sebagai salah satu alat bukti.

Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan seorang ahli adalah apa yang

seorang ahli nyatakan dalam sidang pengadilan. Jadi pasal tersebut memberikan

sedikit banyak penjelasan bahwa keterangan yang diberikan seorang ahli

didasarkan pada suatu penyidikan ilmiah (Science Investigation).

Science Investigation atau penyidikan ilmiah dapat diberikan sebelum atau

sesudah pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam

bentuk laporan dan dibuat dengan mengangkat sumpah diwaktu menerima jabatan

atau pekerjaan. Jika hasil penyelidikan ilmiah tidak diberikan pada waktu

pemeriksaan oleh penyidik atau jaksa penuntut umum maka pada waktu

pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam

berita acara pemeriksaan.

Tidak diberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan Science Investigation dalam keterangan ahli khususnya di KUHAP. Menurut pendapat Andi Hamzah bahwa” pendapat seorang ahli yang terhubung dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari tentang sesuatu apa yang diminta pertimbangannya.”14

Van Bemellen berpendapat bahwa Science Investigation adalah:

14 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Ed, 2. (Jakarta : PT. Sinar Grafika,

2008), hal. 267.

Page 17: bab3 ayeyyyy.pdf

45

“Ilmu tulisan, ilmu senjata, pengetahuan tentang sidik jari dan lain-lainnya. Sebagaimana termasuk pengertian ilmu pengetahuan, oleh karena itu sebagai ahli seseorang dapat didengar keterangannya mengenai persoalan tertentu yang menurut pertimbangan hakim orang tersebut mengetahui bidang tersebut secara khusus.15

Dengan demikian pengertian Science Investigation dalam hukum pidana di

Indonesia diartikan penyelidikan ilmiah yang merupakan bagian dari keterangan

ahli, karena keterangan ahli yang disampaikan baik pada saat proses penyidikan

ataupun ilmu yang dipelajari.

15 M, Yahya Harapan, Hukum Pidana, (Jakarta: Grafiti, 2003), hal. 270.