bab1
-
Upload
muhammadmahdi8 -
Category
Documents
-
view
110 -
download
4
Transcript of bab1
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
BAB I
STRATEGI PERANCANGAN
1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik
Sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi, saat ini Indonesia masih
mengimpor kebutuhan bahan baku minyak mentah dari luar negeri. Indonesia
mengimpor minyak senilai US$ 28,37 miliar pada tahun 2008. Nilai tersebut lebih besar
dari tahun sebelumnya, yang mencapai US$ 20,96 miliar (Badan Pusat Statistik 2010).
Konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia meliputi bidang transportasi, industri dan
pembangkit listrik. Saat ini jumlah pemakaian alat-alat dan kendaraan bermesin diesel
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sejalan dengan peningkatan tersebut maka
kebutuhan bahan bakar mesin diesel yaitu solar juga mengalami peningkatan. Masalah
lain yang muncul dari penggunaan bahan bakar diesel adalah pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dicari sumber energi alternatif pengganti bahan bakar solar yang
menghasilkan emisi pembakaran yang lebih ramah lingkungan serta tidak menambah
akumulasi gas CO2 di atmosfer, sehingga akan mengurangi efek pemanasan global.
Biodiesel merupakan salah satu sumber energi alternatif pengganti bahan bakar
mesin diesel yang bersifat renewable, biodegradeble serta mempunyai beberapa
keunggulan dari segi lingkungan apabila dibandingkan dengan petroleum diesel.
Sebagai bahan bakar alternatif, biodiesel dapat digunakan dalam bentuk murni atau
dicampur dengan minyak diesel pada perbandingan tertentu.
1.2. Kapasitas Rancangan
Jumlah kebutuhan akan biodiesel untuk kebutuhan di dalam maupun di luar
negeri sangatlah besar dan terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan
pemakaian solar per tahun mencapai 44 juta kiloliter. Menurut data dari Direktorat
Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan untuk industri menggunakan
solar sebagai bahan bakar sekitar 6 juta kiloliter per tahun. Bila memakai 20 persen
biodiesel maka dibutuhkan biodiesel sebesar 1.200.000 kiloliter per tahun. Untuk
kebutuhan PLN menggunakan solar sekitar 12 juta kilo liter per tahun, bila memakai 20
persen biodiesel maka dibutuhkan biodiesel sebesar 2.400.000 kiloliter per tahun. Untuk
bidang transportasi membutuhkan solar sebesar 26 juta kiloliter per tahun, bila memakai
2 persen biodiesel maka dibutuhkan biodiesel sebesar 520.000 kiloliter per tahun. Total
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
1
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
kebutuhan biodiesel secara nasional mencapai 4.120.000 kiloliter per tahun atau setara
dengan 3.708.000 ton per tahun.(Ivan Aries, 2010)
Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan kapasitas pabrik,
yaitu :
1. Kebutuhan biodiesel dalam negeri.
Dengan menggunakan perbandingan antara solar dan biodiesel sebesar 80 :
20 maka kebutuhan biodiesel dalam negeri disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Kebutuhan biodiesel Indonesia
TahunKebutuhan Biodiesel
(kiloliter/tahun)
Kebutuhan Biodiesel
(ton/tahun)
2006 110.000 99.000
2007 200.000 180.000
2008 400.00 360.000
Sumber : Ivan Aries, 2010
Dari data kebutuhan biodiesel dalam negeri di atas, maka diperoleh
hubungan persamaan least square dengan persamaan :
y = 145.000x – 290.778.333,3
Bila diinginkan pendirian pabrik biodiesel pada tahun 2015, maka
diprediksikan kebutuhan biodiesel pada tahun 2015 mencapai 1.396.166,67
kiloliter per tahun atau 1.257.000 ton per tahun.
2. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk rancangan pabrik biodiesel ini adalah
minyak biji jarak (Jathropa Curcas) dimana salah satu perkebunannya
berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan lahan yang tersedia sebesar
1.250.492 Ha. 1 Ha perkebunan tanaman jarak menghasilkan 8 ton biji
kering per tahun. Dengan 10 kg biji jarak dapat menghasilkan 3,5 liter
biodiesel. Jadi produksi biji jarak per tahun di NTT sebesar 10.003.936 ton
per tahun dengan menghasilkan biodiesel sebesar 3.151.239,84 ton per
tahun.(Ivan Aries, 2008)
3. Kapasitas pabrik yang sudah ada di Indonesia.
Berikut ini adalah pabrik biodiesel yang sudah beroperasi di Indonesia yang
memproduksi biodiesel dari bahan baku CPO (Crude Palm Oil) maupun
minyak biji jarak (Jathropa Curcas).
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
Tabel 2. Kapasitas pabrik biodiesel di Indonesia
Nama Pabrik Kapasitas (ton/tahun)
Wilmar Group Kalimantan 900.000
Sinarmas Dumai 360.000
Bakrie Sumatra-Jawa 540.000
Indo Biofuel Energy 234.000
BPPT-Lemigas 4.905
Sweden Energy 315.000
Wilmar Group Dumai 891.000
Total 3.244.905
Sumber : Majari Magazine, 2009
Kebutuhan nasional akan biodiesel dalam bidang industri, pembangkit listrik
dan transportasi mencapai 4.120.000 kiloliter per tahun atau 3.708.000 ton
per tahun. Jumlah total biodiesel yang diproduksi oleh pabrik biodiesel di
Indonesia baru mencapai 3.244.905 ton per tahun, maka didapat kekurangan
biodiesel sebesar 463.095 ton per tahun (Majari Magazine, 2009).
Dari uraian di atas, kapasitas untuk pabrik biodiesel yang akan kami rancang
adalah pabrik biodiesel dengan kapasitas 300.000 ton per tahun. Dengan pra
perancangan pabrik biodiesel ini diharpakan dapat memenuhi kebutuhan
biodiesel di Indonesia.
1.3 Bahan Baku dan Produk
1.3.1. Bahan baku
1.3.1.1Minyak jarak
Pada praperancangan pabrik biodiesel kapasitas 300.000 ton per tahun
menggunakan bahan baku utama minyak biji jarak pagar (Jathropa Curcas) yang
berasal dari perkebunan tanaman jarak pagar di Nusa Tenggara Timur. Saat ini di Nusa
Tenggara Timur tersedia lahan seluas 2.177.456 Ha yang tersedia untuk perkebunan
tanaman jarak. Dari 1 Ha kebun biji jarak dapat menghasilkan 8 ton biji jarak kering.
Lahan yang sudah ditanami tanaman jarak baru sekitar 1.250.492 Ha dan menghasilkan
biji jarak sekitar 10.003.936 ton/tahun biji kering. Dengan adanya kebijakan
pengembangan tanaman jarak pagar oleh pemerintah di Nusa Tenggara Timur, jumlah
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 3
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
biji jarak kering yang dihasilkan masih dapat bertambah apabila lahan yang tersisa
ditanami tanaman jarak pagar (www.nttprov.go.id).
Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan salah satu tanaman yang paling
prospektif untuk diproses menjadi Biodiesel karena selain relatif mudah ditanam,
toleransinya tinggi terhadap berbagai jenis tanah dan iklim, produksi minyak tinggi,
serta minyak yang dihasilkan tidak dapat dikonsumsi oleh manusia sehingga tidak
mengalami persaingan dengan minyak untuk pangan. Minyak jarak pagar berwujud
cairan bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh sekalipun disimpan dalam
jangka waktu lama.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) termasuk tanaman semak dari keluarga
Euphorbiaceae yang tumbuh cepat dengan ketinggian mencapai 3 – 5 meter. Umumnya,
seluruh bagian dari tanaman ini mengandung racun sehingga hampir tidak memiliki
hama. Tanaman ini mulai berbuah pada umur 5 bulan, dan mencapai produktivitas
penuh pada umur 5 tahun. Buahnya berbentuk elips dengan panjang sekitar 1 inchi
(sekitar 2,5 cm) dan mengandung 2 – 3 biji. Usia Jatropha curcas apabila dirawat
dengan baik, dapat mencapai 50 tahun (Syahirah, 2008).
Biji jarak terdiri dari 75% kernel (daging biji) dan 25% kulit dengan komposisi
kimia seperti pada Tabel 3. Minyak jarak mempunyai kandungan asam lemak seperti
pada Tabel 4.
Tabel 3. Komposisi kimia biji jarak
Komponen Jumlah (%)
Minyak 54
Karbohidrat 13
Serat 12,5
Abu 2,5
Protein 18
Sumber : Ketaren, 1986
Tabel 4. Kandungan asam lemak minyak biji jarak
Asam lemak Jumlah (%)
Asam risinoleat 86
Asam oleat 8,5
Asam linoleat 3,5
Asam stearat 0,5 – 2,0
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 4
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
Asam dihidroksi stearat 1 - 2
Sumber : Sumber : Ketaren, 1986
Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak
Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan trigliserida
lainnya karena bobot jenis. Kekentalan (viskositas) dan bilangan asetil serta
kelarutannya dalam alkohol nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam etil alcohol
95% pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar, dan sedikit larut dalam golongan
hidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam petroleum eter relative rendah, dan dapat
dipakai untuk membedakannya dengan golongan trigliserida lainnya. Kandungan
tokoferol relatif kecil (0.05%), serta kandungan asam lemak essensial yang sangat
rendah menyebabkan minyak jarak tersebut berbeda dengan minyak nabati lainnya
(Ketaren, 1986). Sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sifat fisik dan kimia minyak jarak
Karakteristik Nilai
Viskositas (gardner-hold), 25 C u-v (6,3-8,8 st)
Bobot jenis 20/20 C 0,957 – 0,963
Bilangan asam 0,4 – 4,0
Bilangan penyabunan 176 – 181
Bilangan tak tersabun 0,7
Bilangan iod (wijs) 82 – 88
Warna (appaearance) Bening
Warna Gardner (max) Tidak lebih gelap dari 3’
Indeks bias 1,477 – 1,478
Kelarutan dalam alkohol (20 C) Jernih ( tidak keruh)
Bilangan asetil 145 – 154
Titik nyala (tag close up) 230 C
Titik nyala (cleveland oven cup) 285 C
Antoignition temperature 449
Titik api 322
Titik didih dec
Putaran optik, 200mm +7, 5 sD +9,0
Koefisien muai per C 0,00066
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 5
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
Pour point -33 C
Tegangab permukaan pada 20 C 39,9 dyne/cm
Sumber : Bailey (1950) di dalam ketaren (1986)
Sebagai alternatif bahan bakar minyak, maka minyak biji jarak sudah memenuhi
syarat ideal sebuah bahan bakar, yaitu nilai kalorinya 35,58 MJ/kg, bilangan asam 3,08
mg KOH/g, titik nyala 290oC, viskositas 50,80 cSt dan densitas 0,0181 g/cm3. Minyak
jarak Jatropha curcas L berwarna kuning bening, memiliki bilangan iodine tinggi yaitu
105,2 mg yang berarti kandungan minyak tak jenuhnya sangat tinggi, terutama terdiri
atas asam oleat dan linoleat yang mencapai 90% (Trubus, 2005).
Minyak jarak pagar (jatropha) mempunyai ikatan rangkap sehingga
viskositasnya rendah (encer), sedangkan minyak jarak ricinus (Ricinus communis), tidak
memiliki ikatan rangkap dan mempunyai gugus OH sehingga minyaknya lebih kental.
Pada suhu 25oC viskositas minyak jarak ricinus mencapai 600-800 cP dan pada suhu
100oC mencapai 15-20 cP, sehingga minyak jarak ricinus sesuai untuk digunakan
sebagai pelumas (Trubus, 2005). Minyak jarak ricinus mengandung asam risinoleat
yang sangat tinggi yaitu 89,5%, juga ngandung asam lemak linoleat 4,2%, asam oleat
3,0%, asam stearat 1,0%. Asam risinoleat mempunyai nilai saponifikasi 186, nilai wijs
iodine 89 dan titik leleh 5,5oC (Trubus, 2005).
1.3.1.2. Methanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol
paling sederhana. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau
lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku,
pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil
proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari,
uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari
menjadi karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida
dan air adalah sebagai berikut:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 6
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
2 CH3OH + 3 O2 2 CO2 + 4 H2O
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati bila
berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tak terlihat.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi
pembuatan alkohol untuk penggunaan industri. Penambahan racun ini akan
menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan
bahan utama untuk minuman keras (minuman beralkohol). Metanol kadang juga disebut
sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu.
Saat ini metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan
uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida,
kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi
dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah
endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.
Tabel 6. Sifat - Sifat Metanol
Massa molar 32,04 g/mol
Wujud Cairan tidak berwarna
Specific grafity 0,7918
Titik leleh –97 °C, -142.9 °F (176 K)
Titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K)
Kelarutan dalam air Sangat larut
Keasaman (pKa) 15,5
Densitas 0,7918 gr/ml
Sumber : id.wikipedia.org/methanol
1.3.2. Produk
Biodiesel adalah bahan bakar yang berupa ester mono alkil atau methyl ester yang
diturunkan dari rantai panjang yang diturunkan dari minyak nabati atau lemak hewani.
Ester mono alkil merupakan produk reaksi alkohol rantai lurus seperti metanol dan
etanol, dengan asam lemak atau minyak (trigliserida) membentuk gliserol dan ester dari
asam lemak rantai panjang.
Karakteristik Methyl Ester
Titik Leleh (ºC) : 4-35
Bilangan Ester (mgKOH/gr) : 133,98-191,0
Viskositas (cP) : 5,99-1956
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 7
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
Densitas : 0,8509-0,8785
(Andi Maulana Saputra, 2008)
Sifat Fisik Biodiesel standar Jerman Din 51606
Densitas pada suhu 15ºC (g/ml) : 0,875-0,890
Flash Point (ºC) : 110
Moisture (ppm) : 300
Bilangan asam (mgKOH/g) : 0,5
Total gliserol (%) : 0,25
Gliserol Bebas (%) : 0,02
Kandungan Fosfor (%) : 10
Kandungan methanol (%) : 0,3
(Andi Maulana Saputra, 2008)
Pada umumnya biodiesel atau metil ester diproduksi melalui reaksi
transesterifikasi atau alkoholisis. Reaksi transesterifikasi adalah reaksi penempatan
suatu alkohol dalam ester dengan gugus alkohol lainnya.alkoholisis. Reaksi
transesterifikasi adalah reaksi penempatan suatu alkohol dalam ester dengan gugus
alkohol lainnya. Secara umum reaksi transesterifikasi dapat ditulis sebagai berikut :
1.4. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik merupakan aspek penting yang menentukan kesuksesan suatu
industri. Beberapa faktor perlu dipertimbangakan dalam memilih lokasi pabrik,
sehingga diperoleh keuntungan jangka panjang dan mempermudah dalam mengambil
perkiraan akan adanya kemungkinan perluasan pabrik di masa yang akan datang.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain [1] ketersedian bahan baku
di lokasi [2] pemasaran produk [3] persediaan air, tenaga listrik, dan bahan bakar [4]
fasilitas transportasi [5] tenaga kerja [6] pengolahan limbah, serta peraturan nasional
dan daerah, situasi sosial setempat, karakteristik tanah, dan kemungkinan ekspor.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dipilihlah lokasi pendirian pabrik biodiesel
dari minyak biji jarak ini di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berikut ini adalah
penjelasan dari faktor-faktor pertimbangan pemilihan tempat di atas, yaitu :
1. Ketersediaan Bahan Baku
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Papua
merupakan daerah penghasil utama biji jarak dari tanaman jarak sebagai
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 8
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
bahan baku utama pembuatan biodiesel. Selain itu masih banyak lahan
kosong di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang akan ditanami tanaman jarak,
penanaman ini didukung oleh program pemerintah pusat tentang penanaman
tanaman jarak (www.ditjenbun.deptan.co.id).
Letak propinsi Nusa Tenggara Timur yang strategis terhadap daerah
sumber penghasil biji jarak yang lain seperti NTB, Sulawesi dan Papua
memungkinkan pendirian pabrik biodiesel dengan bahan baku minyak biji
jarak di propinsi ini.
2. Pemasaran Produk
Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki fasilitas pelabuhan untuk
memasarkan produk biodiesel ke wilayah Indonesia bagian timur seperti
Maluku dan Papua, Wilayah Indonesia bagian tengah seperti Sulawesi,
Kalimantan, Bali dan sebagian Jawa.
3. Ketersediaan Air dan Listrik
Air dan listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam industri.
Daerah Nusa Tenggara Timur yang kering menyebabkan kebutuhan air
diperoleh dari air laut maupun PDAM setempat sedangkan kebutuhan listrik
diperoleh dari PLN dan juga menggunakan generator listrik.
4. Fasilitas Transportasi
Pengiriman bahan baku dan distribusi produk dilakukan melalui jalur
darat menggunakan kapal ferry untuk pemasaran daerah NTB, Bali dan jalur
laut untuk pemasaran daerah Sulawei, Papua, Kalimantan dan Jawa. Daerah
di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki fasilitas transportasi darat dan
laut yang baik dan mudah dicapai sehingga proses transportasi dapat
ditangani dengan baik.
5. Ketersediaan Tenaga Kerja
Pendirian pabrik biodiesel di Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat
membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk Nusa Tenggara Timur, Lokasi
pabrik berdekatan dengan pemukiman penduduk setempat sehingga
mempermudah perekrutan tenaga kerja. Selain itu memungkinkan juga
mendatangkan pekerja dari daerah Sulawesi, NTB, Bali dan juga pulau Jawa
yang memimiliki penduduk yang padat.
6. Pembuangan Limbah
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 9
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki wilayah laut yang luas,
memungkinkan limbah yang sudah diolah dan lolos dari analisa mengenai
dampak terhadap lingkungan (Amdal) sehingga tidak membahayakan
lingkungan dapat dibuang ke laut.
1.5. Pemilihan Proses
1.5.1. Macam – macam proses pembuatan Biodiesel
Sampai saat ini telah dikenal berbagai macam proses pembuatan Biodiesel,
diantaranya:
Ada empat macam metode yang sudah dikembangkan dalam memproduksi
biodiesel, yaitu:
1. Penggunaan langsung (direct use) dan pencampuran (blending)
2. Mikroemulsi
3. Pyrolisis (thermal cracking)
4. Alkoholisis
1.1.1.1. Penggunaan Langsung (Direct Use) dan Pencampuran (Blending)
Pada dasarnya minyak nabati dapat digunakan langsung sebagai bahan
bakar mesin diesel dengan campuran minyak nabati terhadap solar 1:5 hingga
1:10 [Khan, 2002].
1.1.1.2. Mikroemulsi
Mikroemulsi di definisikan sebagai suatu koloid yang terdispersi secara
stabil dari fluida yang struktur mikronya secara optis isotropik memiliki ukuran
antara 1-150 nm [Khan, 2002]. Mikroemulsi terbentuk secara spontan dari 2
cairan yang tidak saling larut dan satu atau lebih komponennya lebih bersifat
ionik/nonionik dari yang lain. Metode mikroemulsi dilakukan dengan
mencampur minyak kedelai, metanol, 2-oktanol dan cetane improver dengan
perbandingan 52,7 : 13,3 : 33,3 : 1 [Ma dkk, 1999].
1.1.1.3. Pyrolisis (thermal cracking)
Pyrolisis didefinisikan sebagai konversi dari satu senyawa ke senyawa
lain akibat pemanasan pada 4500C-8500C atau pemanasan disertai dengan
penggunaan katalis [Khan 2002]. Proses tersebut berlangsung dengan
pemanasan tanpa adanya udara dan oksigen, sehingga terjadi pemutusan ikatan
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 10
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
rantai dan dihasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Dengan demikian
senyawa yang dihasilkan dari pyrolisis sangat bervariasi.
1.1.1.4. Alkoholisis
Alkoholisis adalah reaksi antara minyak dan lemak dengan alkohol untuk
menghasilkan ester. Alkohol yang digunakan yaitu metanol dan etanol karena
pada umumnya alkohol dengan atom C lebih sedikit memiliki kereaktifan yang
lebih tinggi daripada alkohol dengan atom C lebih banyak [Othmer, 1980].
Reaksi ini merupakan reaksi reversible yang berjalan lambat [Groggins, 1958],
sehingga untuk waktu reaksi yang relatif pendek yaitu reaksi ke kiri (arah
reaktan) dapat diabaikan [Pasae, 2006]. Reaksi akan bergeser ke kanan (produk)
dengan penggunaan alkohol berlebih (excess) dari kesetimbangan stoikiometri
[Pasae, 2006].
Penggunaan katalis pada alkoholisis berfungsi untuk meningkatkan
kecepatan reaksi dan yield yang dihasilkan [Ma dkk, 1999]. Reaksi alkoholisis
asam lemak dan trigliserida dengan metanol disebut dengan reaksi Metanolisis
yang akan menghasilkan produk metil ester atau biodiesel. Reaksi metanolisis
juga digunakan untuk memproduksi sejumlah oleokimia turunan lemak seperti
alkohol-asam lemak, isopropyl ester, polyester sukrosa, dan lain-lain.
1. Esterifikasi Asam Lemak
Biodiesel dapat disintesis dengan proses esterifikasi antara bahan baku
metanol dan asam lemak dalam bentuk Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak
bebas. Pada reaksi esterifikasi ini dibutuhkan katalis asam seperti asam sufat
pekat. Dalam esterifikasi asam lemak, alkohol bertindak sebagai reagen
nukleofilik.
Reaksi ini dimulai dengan mencampur biodiesel yang mengandung FFA
dengan metanol dan katalis asam sulfat 98% kemudian dipanaskan sampai suhu
reaksi sehingga dihasilkan biodiesel dan air. Temperatur reaksi dan tekanan
dibuat konstan 700C pada tekanan 1-50 atm. Konversi reaksi esterifikasi hingga
99% [Gerpen dkk, 1999]. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 11
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
2. Transesterifikasi Trigliserida
Proses transesterifikasi mengkonversi asam-asam lemak dari trigliserida
menjadi metil ester/biodiesel dengan bantuan monovalen alkohol yaitu metanol.
Penggunaan katalis pada proses transesterifikasi dapat menggunakan
katalis heterogen dan katalis homogen.
1) Katalis Heterogen
Katalis heterogen yang digunakan pada transesterifikasi adalah
CaCO3, CaO dan Ca(OH)2. CaO merupakan katalis yang efektif untuk
transesterifikasi pada suhu 2000C-2200C waktu reaksi 1-4 jam [Khan,
2002]. Sedangkan katalis CaCO3 akan terdegradasi akibat suhu operasi yang
tinggi (>2200C). Penggunaan katalis heterogen pada transesterifikasi masih
bermasalah, masalah yang timbul yaitu aktivitas katalis menurun setelah
beberapa jam operasi, reaksi tidak sempurna dan kesulitan dalam pemisahan
dengan produk.
2) Katalis Homogen
Proses transesterifikasi dapat dilakukan dengan bantuan katalis
homogen, dimana katalis berupa asam atau basa yang larut dalam alkohol.
Kemudian larutan ini ditambahkan ke dalam minyak atau lemak, biasanya
tanpa pelarut tambahan.
a) Transesterifikasi Katalis Homogen Basa.
Transesterifikasi berkatalis basa umum digunakan pada proses
produksi biodiesel secara komersial. Metode ini dapat mencapai
konversi 99,5% [Tanaka dkk, 1989] dengan waktu reaksi 16-32 menit
pada suhu 50oC dan tekanan atmosfer bila digunakan katalis NaOH (0,2
% dari berat minyak). Kandungan asam lemak bebas dalam minyak
diusahakan serendah mungkin (<0,5% w/w). Kandungan moisture
minyak <0,06% w/w dan tidak mengandung asam lemak bebas. Akan
terjadi penurunan yield biodiesel jika reaktan yang digunakan tidak
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 12
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
memenuhi kedua persyaratan tersebut di atas. Adanya sedikit
kandungan asam lemak bebas dan moisture dalam reaktan akan
menyebabkan terbentuknya sabun, menurunkan yield dan mempersulit
pemisahan biodiesel dan gliserol. Kandungan asam lemak bebas dalam
minyak juga akan mengkonsumsi katalis sehingga menurunkan efisiensi
katalis [Ma dkk, 1999]. Transesterifikasi berkatalis basa akan efisien
jika bahan baku minyak memiliki kemurnian tinggi sehingga proses ini
tidak sesuai untuk minyak atau lemak berkandungan asam lemak bebas
tinggi [Boocock, 2003].
Proses transesterifikasi dengan katalis alkali, seperti natrium
atau kalium hidroksida memberikan keuntungan tambahan, yaitu
prosesnya dapat dioperasikan pada kondisi temperatur rendah. Reaksi
ini merupakan reaksi setimbang dengan kalor reaksi kecil. Penggeseran
reaksi ke kanan biasanya dilakukan dengan mengunakan alkohol
berlebih atau mengambil salah satu produk dari campuran.
b) Transesterifikasi Katalis Homogen Asam.
Reaksi transesterifikasi dengan katalis asam berjalan lebih
lambat namun metode ini lebih sesuai untuk minyak atau lemak yang
memiliki kandungan asam lemak bebas relatif tinggi. Metode
transesterifikasi katalis asam misalnya menggunakan H2SO4 (1% dari
berat minyak) berlangsung pada suhu kamar dengan lebih dari 300
menit reaksi dengan konversi 50% kecuali jika dilakukan pada suhu dan
tekanan tinggi [Gerpen dkk, 2004]. Reaksi ini tidak menghasilkan
sabun karena tidak ada material alkali yang terlibat dalam reaksi.
c) Transesterifikasi Katalis Homogen Lipase.
Kekurangan kedua metode di atas (transesterifikasi katalis basa
dan katalis asam) adalah diperolehnya larutan katalis yang homogen
dengan lapisan gliserol setelah reaksi berlangsung sehingga katalis tidak
dapat digunakan kembali. Selain itu, buangannya bersifat tidak ramah
lingkungan akibat penggunaan bahan kimia. Kekurangan ini diatasi
dengan penggunaan biokatalis sebagai pengganti katalis kimia. Reaksi
berlangsung pada suhu 350C-450C dengan 3 tahap reaksi yang
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 13
Pra Perancangan Pabrik Biodiesel Proses Transesterifikasi Kapasitas 300000 Ton/Tahun
berlangsung selama 4-40 jam atau lebih dengan rasio trigliserida :
metanol 1:1 akan didapat konversi 99,7% [Gerpen dkk, 2004].
Transesterifikasi dengan katalis lipase memerlukan bahan baku
berkemurnian tinggi sehingga diperlukan proses pretreatment bahan
baku (degumming dan dewaxes untuk minyak mentah dedak padi) dan
penggunaan jenis katalis lipase yang tahan terhadap alkohol.
Penggunaan katalis lipase secara komersial terbatas pada negara
tertentu seperti Jepang yang telah mengembangkan teknologi biokatalis
dan terbatas pada produksi bahan kimia tertentu dari asam lemak
[Gerpen dkk, 2004].
Seleksi proses pembuatan biodesel dari minyak jarak berdasarkan
kandungan bahan baku yang terdapat dalam minyak. Kandungan terbesar dari
minyak jarak (% berat) adalah trigliserida yaitu 97,3%, sedangkan sisanya asam
lemak bebas dan gum, adanya sedikit kandungan asam lemak bebas dan
moisture dalam reaktan akan menyebabkan terbentuknya sabun, menurunkan
yield dan mempersulit pemisahan biodiesel dan gliserol. Oleh karena itu asam
lemak bebas terlebih dahulu di konversi menjadi biodiesel dengan proses
esterifikasi kemudian trigliserida di konversi menjadi biodiesel dengan proses
transesterifikasi.
Proses yang digunakan dalam pra rancangan pabrik biodiesel ada dua
yaitu : esterifikasi asam lemak bebas dengan katalis asam kuat H2SO4 dan
transesterifikasi trigliserida dengan katalis basa kuat NaOH.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 14