BAB1 LUKA

54
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Luka bakar (Combustio) merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya kulit dengan api, suhu tinggi, listrik, radiasi, maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit menjadi terganggu atau rusak. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks, yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. (1) Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa pertahun meninggal akibat luka bakar. Anak- anak beresiko tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka bakar terjadi di rumah seperti pada waktu memasak atau bermain korek api. (3) Perawatan luka bakar memerlukan waktu yang lama, dan dapat pula menimbulkan kecacatan yang menetap. Maka, penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah, spesialis anak, ahli gizi, rehabilitasi medik, dan psikologi. Penatalaksanaan luka bakar antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan karena anak

description

pembagian luka

Transcript of BAB1 LUKA

34

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Luka bakar (Combustio) merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya kulit dengan api, suhu tinggi, listrik, radiasi, maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit menjadi terganggu atau rusak. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks, yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.(1)

Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa pertahun meninggal akibat luka bakar. Anak- anak beresiko tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka bakar terjadi di rumah seperti pada waktu memasak atau bermain korek api.(3)

Perawatan luka bakar memerlukan waktu yang lama, dan dapat pula menimbulkan kecacatan yang menetap. Maka, penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah, spesialis anak, ahli gizi, rehabilitasi medik, dan psikologi. Penatalaksanaan luka bakar antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan karena anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, dan lebih rentan untuk mengalami hipotermia.(1) Komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien luka bakar adalah syok, kekurangan cairan dan elektrolit, hipermetabolisme, infeksi, masalah pernafasan akut dan juga kematian. Pada luka bakar yang luas dapat juga terjadi kecacatan dan depresi.Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif, dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah pasien dengan luka bakar serius.(3)I.2 Rumusan Masalah

Apakah definisi dan etiologi dari luka bakar? Bagaimanakah patogenesis dari luka bakar?

Bagaimana diagnosa dan penatalaksanaan luka bakar?

Bagaimana komplikasi dari luka bakar?

I.3 Tujuan

Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan serta komplikasi dari luka bakar.

I.4 Manfaat

Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya luka bakar Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah. BAB II

STATUS PASIEN2.1 Identitas Pasien

Nama

: An. SUmur

: 7 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Pendidikan

: SiswiAgama

: Islam

Alamat

: BlitarStatus perkawinan: -Suku

: Jawa

Tanggal MRS: Kamis, 17 Mei 2012Tanggal Periksa: Senin, 21 Mei 2012

2.2 Anamnesa

1. Keluhan utama : panas pada kedua kaki2. Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang ke IGD RSD Mardi Waluyo, Blitar dengan keluhan panas pada kedua kaki disertai rasa perih.

Heteroanamnesa:

Pasien mengaku kakinya terasa panas dan perih sejak satu jam yang lalu. Kaki terasa panas karena sebelumnya pasien mengalami luka bakar saat bermain lilin di rumah saudaranya. Saat kejadian pasien menggunakan rok panjang dan ujung rok bagian belakang yang tersulut api dari lilin. Sehingga terdapat luka bakar pada paha kanan depan dan belakang, paha kiri samping, belakang dan sedikit di depan, serta pada tungkai kanan belakang hingga samping dan tungkai kiri sedikit pada bagian depan. Sejak satu jam yang lalu pasien hanya menangis dan mengatakan panas pada kaki serta terasa perih. Pasien belum mendapatkan asupan makanan dan minuman. Keluarga pasien mengatakan pasien terlihat lemas, tapi tidak demam, tidak sesak nafas, mual (-), dan tidak muntah. Sebelum dibawa ke rumah sakit saudara pasien sempat mengguyur kaki pasien dengan air sebanyak dua gayung. 3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kecelakaan (-)

Batuk menahun/batuk darah (-), sesak (-), kejang (-) Riwayat alergi (-)4. Riwayat penyakit keluarga

Darah tinggi (-), Kencing manis (-), Alergi (-), batuk menahun/batuk darah (-), sesak (-), sakit jantung (-)

5. Riwayat pengobatan

Belum berobat sebelumnya

6. Riwayat Imunisasi BCG

sudah

Hepatitis B

sudah

DPT

sudah

Campak

sudah

Polio

sudah

7. Riwayat Kehamilan

Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An.S. Kontrol rutin selama kehamilan juga dilakukan. 8. Riwayat Kelahiran

Persalinan normal di rumah sakit. Kelahiran cukup bulan. Berat badan anak waktu lahir 3,0 kg9. Riwayat pertumbuhan dan Perekembangan Normal2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Compos mentis (GCS 4-5-6), tampak lemah.2. Vital sign : Tanggal 17 Mei 2012Tensi: -Nadi: 128 x/mnt, regular, kuat angkat.

RR: 23 x/mnt

Suhu: 36,4C3. Pemeriksaan Antropometri:

BB: 28 kg

TB:125 cm 4. Kulit Warna coklat muda, pucat (+), berkeringat (-), turgor kulit cukup, kulit kering (-).5. Kepala

Bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut.

6. Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-)7. Telinga

Bentuk normotia, sekret (-), pendengaran berkurang (-).8. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

9. Mulut dan tenggorokan

Bibir kering (+), hiperemi dan mengelupas (-), bibir cianosis (-), tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-), mukosa edema (-)10. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).

11. Thorak

Pulmo

Inspeksi: pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,irama regular, otot bantu nafas (-), pola nafas abnormal (-),Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi: sonor/sonorAuskultasi: suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), stridor (-)

CorInspeksi: ictus cordis tidak tampak

Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkatAuskultasi: bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)12. Abdomen:

Inspeksi : perut tampak mendatar, tidak tampak adanya massa

Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi: bising usus (+) normal

13. EkstremitasSuperior: akral dingin (+/+), edema (-/-)Inferior D: kemerahan batas tegas (+), bula (+), vesikel (+), edema (+), dasar merah keputihan (+).Inferior S: kemerahan batas tegas (+), bula (+), vesikel (+), edema (+), dasar kemerahan (+).14. Status Lokalisa. Kepala

-b. Leher

-c. Thoraks ant+abd

-d. Thoraks posterior

-e. Lengan atas kanan-f. Lengan atas kiri

-g. Lengan bawah kanan-h. Lengan bawah kiri-i. Tangan kanan

-j. Tangan kiri

-k. Perineum

-l. Paha kanan depan belakang

8% (bula (+), vesikel (+), kemerahan batas tegas, edema, dasar merah keputihan)m. Paha kiri depan belakang

8% (bula (+), vesikel (+), kemerahan batas tegas, edema)n. Tungkai kanan belakang

3 (bula (+), vesikel (+), merah batas tegas, edema)o. Tungkai kiri depan

2 (vesikel (+), kemerahan batas tegas)p. Kaki kanan

-q. Kaki kiri

-

Total

22%

2.4 Kedalaman luka

derajat II2.5 Pemeriksaan PenunjangTanggal 17 Mei 2012Hb

15,4

Leukosit

13.800 ()Trombosit

234.000

LED

10-20Hitung Jenis-/-/3/70/23/4

Eritrosit

5.600.000

Hematokrit47,6

MCV/MCH/MCHC85/27,6/32,5Natrium

147,62

Kalium

3,75

Klorida

107,48

Albumin

4,22Kesimpulan : Terdapat peningkatan kadar leukosit dalam pemeriksaan laboratorium.2.6 Resume

An. S, perempuan, 7 tahun datang ke IGD RSD Mardi Waluyo, Blitar dengan keluhan panas dan perih pada kedua kaki semenjak satu jam yang lalu yang diakibatkan tersulut api. Pasien menggunakan rok panjang dan tersulut lilin di bagian belakang roknya. Sehingga terdapat luka di sekitar paha kanan depan dan belakang, paha kiri samping dan belakang sedikit di depan, tungkai kanan belakang serta sedikit pada tungkai kiri. Pasien belum mendapatkan asupan makanan dan minuman. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien terlihat lemas, dan bibir terlihat kering. Berdasarkan pemeriksaan status lokalis didapatkan hasil pengukuran luas luka bakar berdasarkan BSA sebagai berikut :

a. Paha kanan depan belakang

8%b. Paha kiri depan belakang

8%

c. Tungkai kanan belakang

3 %d. Tungkai kiri depan

2%

Dengan total luas luka bakar 22% dan kedalaman luka derajat II superfisial.2.7 Diagnosa Luka Bakar derajat II superfisial dengan luas 22 % et.causa api2.7 Penatalaksanaan1. Non Medikamentosa

Rawat luka

2. Medikamentosa

Cairan

Formula Baxter anak :

2 cc x BB (kg)x luas luka bakar2ccx 28 kg x 22% = 1232 cc/24 jam

Kebutuhan faali : 50 cc x 28 kg = 1400 cc Kebutuhan seluruh cairan 1232+1400=2632 cc/24 jam

Hari I : 8 jam I=1316 cc, 16 jam berikutnya=1316cc

Hari ke-2 dan seterusnya = 1400 cc

Antibiotik

Injeksi Ceftriaxone ( 50 -100 mg/kgBB/hari Analgesik

Injeksi Metampiron ( 10-20 mg/kgBB/kali

Antihistamin II

Injeksi Ranitidin 3 x 30 mg ATS 1500 IU

Topikal

Burnazin cream3. Bedah

Pro debridemenBAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 Anatomi Dan Histologi KulitKulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.(6)

Gambar 3.1 Anatomi Kulit.(6)a. EpidermisEpidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :1. Stratum Korneum: Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.2. Stratum Lusidum: Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan.Tidak tampak pada kulit tipis.

3. Stratum Granulosum: Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.Terdapat sel Langerhans.

4. Stratum Spinosum: Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.(6)b. DermisTerdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.(6)c. SubkutisMerupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.(6)3.2 Definisi

Luka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan yang lebih dalam.(1)3.3 EtiologiBeberapa penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat (2007) adalah sebagai berikut:a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn) Gas Cairan Bahan padat (solid)

b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn)d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)3.4 Patofisiologi Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.(5)Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.(5)Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakanmukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.(3)

Gambar 3.2 Patogenesa Luka Bakar(6)3.5 Fase Luka BakarUntuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.(1)a. Fase akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

b. Fase sub akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :

Proses inflamasi dan infeksi Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka yang tidak berepitel luas atau pada struktur atau organ fungsional Keadaan hipermetabolisme

c. Fase lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyakit berupa sikatrik yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.(3)3.6 Derajat Kedalaman

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas, sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Derajat kedalaman dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut :a. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.(3)

Gambar 3.3 Luka bakar derajat I.(3)b. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi, dibedakan atas 2 (dua) bagian :

Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.

Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebesea masih banyak.

Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan

dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.

Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan

epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dandisertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 3.4 Luka bakar derajat II.(3)c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.(3)

Gambar 3.5 Luka bakar derajat III.(3)3.7 Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas 9 % atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of Wallace:

a. Kepala dan leher

: 9%

b. Lengan masing-masing 9%: 18%

c. Badan depan 18%

: 36%

d. Tungkai masing-masing 18%: 36%

e. Genetalia perineum

: 1%Total

: 100 %

Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk..anak.2

Gambar 3.6 Pembagian Luas Luka Bakar.(2)Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain:

a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh

b. Kedalaman luka bakar

c. Anatomi/lokasi luka bakar

d. Umur penderita

e. Riwayat pengobatan yang lalu

f. Trauma yang menyertai atau bersamaan. 3.8 Kriteria Berat Ringan luka bakar

Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association yakni :a. Luka Bakar Ringan.

- Luka bakar derajat II 10%, karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut: (3)A. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, yaitu:

Periksa jalan napas

Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan jalan napas (suction, dan lainnya), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi

Berikan oksigen

Pasang intravena line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok

Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis

Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik

Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressurel/CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ektensif (> 40%)B. Berikan analgetik. Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg

Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus

Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kgC. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%.D. Berikan antibiotik topikal pascapencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat.E. Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang banyak dipakai adalah silver sulfadiazin dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.F. Berikan serum anti-tetanus/toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak.G. Indikasi Rawat Inap :a. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang dewasa.

b. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.

c. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan, kaki, atau perineum.(4)a. Penanganan Pernapasan

Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa langsung pada percabangan trakheobronkhial.

Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan. Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai berikut.

a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.

b. Sputum tercampur arang.

c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.

d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.

e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.

f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronkhi.

g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.

Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila terjadi distress pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.(3)b. Penanganan Sirkulasi

Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi/sel/jaringan/organ. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikan prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap angka mortalitas.(6)c. Resusitasi CairanBAXTER formula

Hari Pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam.Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3

2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :

< 1 Tahun : berat badan x 100 cc

1 3 Tahun : berat badan x 75 cc

3 5 Tahun : berat badan x 50 cc

jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.

diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua

Dewasa : hari I

Anak : diberi sesuai kebutuhan faali.Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :

1. RL / NaCl = luas combustio % X BB/ Kg X 1 cc

2. Plasma = luas combustio % X BB / Kg X 1 cc

3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc

Hari I ( 8 jam X

(16 jam X

Hari II ( hari I

Hari ke III ( hari ke I.(5)Penggantian DarahLuka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.(5)3.11 Perawatan Luka BakarSetelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh dengan rasa sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan didebridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.(3)Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra). Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting ).(2)3.12 NutrisiPenderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah: Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain-lain. Luas dan derajat luka bakar Suhu dan kelembaban ruangan ( mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi) Aktivitas fisik dan fisioterapi Penggantian balutan Rasa sakit dan kecemasan Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimulainya pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.(4)3.13 Permasalahan Pasca Luka BakarSetelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar: Infeksi dan sepsis Oliguria dan anuria Oedem paru ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome ) Anemia Kontraktur Kematian.(3)3.14 Komplikasi Gagal ginjal akut

Gagal respirasi akut

Syok sirkulasi

Sindrom kompartemen

Ileus paralitik

Ulkus curling (4)3.15 PrognosisPrognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.(3)BAB IV

PEMBAHASAN

Anak S, 7 tahun didiagnosa mengalami luka bakar derajad II dengan luas luka 22% karena sulutan api. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, sedangkan pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memperjelas kondisi pasien, sebagai terapi dan koreksi keadaan umum pasien.

Menurut anamnesa pasien terkena sulutan api dari lilin yang mengenai rok pasien sehingga terdapat luka bula, vesikel dan kemerahan serta edema pada paha kiri belakang dan samping yang luas dengan dasar luka merah keputihan, paha kanan belakang sampai depan terdapat bula, vesikel, dasar kemerahan, dan edema, tungkai kanan belakang terdapat bula, vesikel, kemerahan dan edema, serta sedikit tungkai kiri depan ditemukan vesikel, kemerahan dengan total luas luka bakar 22%. Derajat luka bakar pasien mencapai derajat II superfisial, karena dasar luka masih tampak kemerahan. Pada waktu follow up pasien terdapat luka bula yang mengering di bagian belakang paha kiri di bawah gluteus kiri. Dilakukan bulektomi untuk mengelupas dan membersihkannya. Pada saat pasien dibawa ke IGD, pasien dalam keadaan lemas, menangis, bibir mengering, frekuensi nadi meningkat, kesadaran baik, tidak ada sesak nafas, dan tidak ada demam. Pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar leukosit, hal tersebut diakibatkan karena reaksi inflamasi pada fase akut luka bakar. Proses inflamasi dapat menyebabkan perubahan morfologi endotel sehingga mengakibatkan perubahan keseimbangan onkotik di ruang intravaskular dan intertitial yang menyebabkan peningkatan cairan ke ruang intertisial. Edema interstitiel menyebabkan hipovolemia dengan dampak gangguan sirkulasi, dengan akibat hipoksia jaringan dan dampak terganggunya metabolisme sel. Selain itu akibat dari rangsangan suhu panas terhadap kulit dapat merangsang saraf perifer sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman atau nyeri karena kulit kaya akan saraf- saraf yang peka terhadap rangsangan (epidermis, dermis).(1) Luka bakar menyebabkan peningkatan marker sitokin proinflamatori seperti IL-1 dan Tumor Necrosis Factor alpha yang juga dipengaruhi oleh adanya leukosit. Sitokin proinflamasi yang lain dapat menyebabkan peningkatan suhu pada daerah yang terstimulus, fase protein akut, dan peningkatan katabolisme. Fase ini juga mengakibatkan penigkatan regulasi prostaglandin E2 yang menyebabkan perasaan nyeri pada daerah luka.(7)Penatalaksanaan yang pertama dilakukan adalah mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin pada jam pertama. Hal ini dilakukan untuk mencegah proses destruksi akibat koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Setelah itu dilakukan pembersihan luka dengan NaCl 0,9% untuk mencegah infeksi.

Untuk restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diberikan cairan infus sesuai dengan kebutuhan, yaitu menggunakan rumus Baxter dengan perbandingan Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3, dimana pada anak umur 7 tahun dengan Berat-Badan 28 kg:

1. 2 cc x 28 kg x 22% = 1232 cc2. Kebutuhan faali = 50 x 28 kg = 1400 ccKebutuhan tersebut dibagi setengahnya dan diberikan dalam 8 jam pertama dan setengahnya lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari kedua pada anak- anak hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan faali.(5)Setelah sirkulasi pasien stabil dilakukan perawatan luka, yaitu dibersihkan dengan menggunakan Nacl 0,9%, dilakukan debridemen untuk membuang sisa-sisa kulit yang terbakar kemudian di keringkan dengan kasa steril lalu diberikan krim antimikroba untuk mencegah timbulnya infeksi bakteri atau jamur. Krim antimikroba yang digunakan adalah silver sulfadiazin 1% yang bekerja sebagai bakteriostatik dengan cara menghambat replikasi DNA dan memodifikasi membran sel serta dinding sel bakteri. Efek negatif pada penggunaan silver sulfadiazin jangka lama dapat menyebabkan perubahan warna kulit biru keabu-abuan (argyria) dan pada mata (argyrosis). Selain itu, bahan tersebut (silver) dapat menyebabkan efek toksik, mengiritasi mata, kulit, respirasi, saluran cerna serta menyebabkan perubahan sel darah. Penggunaan obat ini pada anak-anak tidak boleh dipakai pada daerah wajah karena efek toksik tersebut, sedangkan pada ekstremitas masih dapat digunakan. Penutupan luka mempunyai beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien sehingga tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.(3)Pemberian pengobatan injeksi untuk meredakan gejala dan sebagai profilaksis infeksi. Di berikan suntikan ATS (Anti Tetanus Serum) hal ini sebagai profilaksis apabila riwayat imunisasi pada pasien masih meragukan. Pemberian pengobatan injeksi pada anak dengan MRS:

Ceftriaxone injeksi : 50-100 mg/kgBB/ hari

Kebutuhan : 100 x 28 kg = 2800 mg/hari Metampiron injeksi : 10-20 mg/ kgBB/ kali minum

Kebutuhan : 10 20 mg x 28 kg = 280- 560 mg/kali

Ranitidin injeksi : 2 x ampul (25 mg)Antibiotik yang diberikan sebagai pengobatan akibat tingginya kadar leukosit pada pemeriksaan laboratorium. Ceftriaxone bersifat bakterisidal spektrum luas golongan cephalosporin generasi ke III yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Efek bakterisidal obat ini dapat bertahan sampai 24 jam, dengan waktu paruh 8 jam sehingga pemberiannya cukup hanya 1 kali sehari.(8) Pemberian metampiron merupakan analgesik antiinflamasi yang mampu bekerja pada dua jalur sentral dan perifer. Pada sentral metampiron mampu menghambat pusat nyeri dan suhu pada hipotalamus sedangkan pada perifer obat ini dapat menghambat pembentukan prostaglandin pada tempat infeksi. Diberikan injeksi ranitidin dikarenakan pada pasien dengan stress fisik akan dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung sehingga dapat dihambat oleh pemberian ranitidin. Ranitidin merupakan antihistamin penghambat reseptor H2. Dalam menghambat H2 ranitidin bekerja cepat, spesifik dan reversibel melalui pengurangan volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung. Ranitidin juga meningkatkan penghambatan sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin. Antitetanus serum diberikan sebagai profilaksis terhadap bakteri Clostridium tetani yang berfungsi memberikan kekebalan pasif sementara terhadap tetanus.(8)Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Diberikan diet tinggi protein dan kalori yang berfungsi dalam pembentukan pertumbuhan sel baru/ regenerasi sel. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kondisi pasien, seperti rute pemberian nutrisi, waktu pemberian, kecukupan energi, komposisi, pemilihan formula, serta nutrien yang spesifik bagi usia anak-anak. Di berikan kebutuhan pokok kalori untuk anak-anak usia 6-9 tahun adalah 60-80 kkal untuk wanita, dengan pertambahan faktor stress luka bakar 20%. Total kebutuhan kalori pasien An. S adalah: Penentuan berat badan (BBI) Berat Badan Ideal: (Umur/Tahun x 2) + 8 = 22 kg Kebutuhan energi: 22 x 60 kkal = 1320 kkal/hari

Faktor stress : 1320 kkal x 20% = 264 kkal + 1320 kkal = 1584 kkal.Selain memberikan pencegahan terhadap komplikasi infeksi, memberikan kecukupan cairan, dan nutrisi komplikasi lain dari penyembuhan luka bakar adalah kontraktur darisendi-sendi yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari- harinya. Anak-anak yang memiliki luka bakar yang signifikan biasanya mulai menjalani fisioterapi sejak awal mereka pengobatan. Fisioterapi dapat bertujuan untuk : Jauhkan sendi bergerak (termasuk sendi lutut) Mengurangi atau mencegah atas pengetatan bersama (disebut 'kontraktur sendi) Jaga otot bekerja untuk gerakan normal Mencegah atau mengurangi bekas luka. Keberhasilan fisioterapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: Seberapa dalam luka bakar adalah (bekas luka bakar yang lebih dalam berarti lebih mungkin).

Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka bakar (semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan, meningkatkan risiko jaringan parut). Warna kulit (kulit gelap lebih mungkin memiliki masalah jaringan parut). Bagian dari tubuh (daerah lebih sendi biasanya lebih cenderung memiliki masalah jaringan parut).(3)Penanganan pasien dengan luka bakar, terutama pada anak- anak harus mendapat perhatian dari semua segi terapi. Hal tersebut bertujuan untuk membuat angka kecacatan seminimal mungkin dan angka penyembuhan semaksimal mungkin.BAB V

PENUTUP5.1 KesimpulanLuka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan yang lebih dalam.(1)Etiologi dari luka bakar dapat dibedakan berdasarkan suhu tinggi (thermal burn), luka bakar bahan kimia (chemical burn), luka bakar sengatan listrik (electrical burn), dan luka bakar radiasi (radiasi injury). Adanya stimulasi rangsang suhu menyebabkan pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Maka, resusitasi cairan sangat penting dalam penatalaksanaan secara akut pasien dengan luka bakar.(6)Derajat luka bakar dapar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu derajat 1) Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi; 2) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik yang teriritasi; dan 3) Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.(3)Prinsip penanganan luka bakar adalah memenuhi keseimbangan cairan dan elektrolit, penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Kebutuhan nutrisi pada pasien anak-anak ataupun dewasa harus diperhitungkan dengan menambahkan faktor stress dalam asupan nutrisinya. Setelah itu, dilakukan pula pelatihan fisioterapi yang bertujuan untuk untuk memiliki bekas luka yang sama datar, lentur (yaitu dapat meregang) dan selembut mungkin.(3)5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penulisan laporan kasus luka bakar ini meliputi: Luas derajat luka bakar pada anak-anak dan orang dewasa harus dibedakan, karena pada anak-anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, dan lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Selain itu, luas luka bakar juga digunakan dalam penentuan jumlah resusitasi cairan. Pada pemberian silver sulfadiazin pada daerah wajah sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan adanya argyria dan argyrosis. Resusitasi cairan, asupan nutrisi serta fisioterapi harus selalu mendapat perhatian kalangan medis guna mendapatkan hasil luka yang lembut dan terhindar dari kontraktur.