Bab Viii Kelompok Tani Hutra Untuk Menmgentaskan Kemiskinan

download Bab Viii Kelompok Tani Hutra Untuk Menmgentaskan Kemiskinan

of 41

Transcript of Bab Viii Kelompok Tani Hutra Untuk Menmgentaskan Kemiskinan

1

PEMBERDAYAAN kelompok TANI HUTAN KEMASYARAKATANSalah satu kesimpulan yang dihasilkan dari kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Potensi Usaha di lokasi HKm yang dilakukan BP DAS Jeneberang Walane tahun 2008 adalah lemahnya dinamika kelompok tani yang pernah dibentuk dalam pelaksanaan HKm. Hampir di seluruh lokasi HKm, kondisi kelompok tani dalam keadaan vakum, bubar, dan hanya sebagian kecil saja yang masih eksis meski dengan skala terbatas baik secara organisasi, administrasi, permodalan maupun berbagai aspek lain. Oleh karena itu, Balai Pengelolaan DAS Jeneberang Walanae menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Kelembagaan dalam rangka Penguatan Kelompok Tani HKm yang bertujuan untuk menyegarkan kembali memori anggota kelompok tani HKm akan manfaat dan keunggulan berkelompok dan bekerja secara kolektif. Kegiatan Pembinaan Kelembagaan dalam rangka Penguatan Kelompok Tani HKm ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menyegarkan kembali (refresh) pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat anggota kelompok tani HKm akan pentingnya eksistensi kelompok tani dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam di areal hutan kemasyarakatan (HKm). Sedangkan tujuannya adalah agar masyarakat mampu menemukenali potensi, kekuatan, kelemahan, kesempatan dan rencana tindak lanjut dalam pengelolaan sumberdaya alam di lokasi HKm sehingga cita-cita melestarikan kawasan hutan dan mensejahterakan masyarakat dapat terwujud.

1. DASAR-DASAR PEMBENTUKAN kelompok1.1. Dasar Filosofis Manusia ditakdirkan Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Sejak lahir manusia membutuhkan kasih sayang, persaudaraan dan kerjasama dengan orang lain untuk dapat berkembang. Pada sisi lain, setiap orang ingin agar kebutuhan ekonomi terpenuhi. Manusia mengejar kepuasan dan kemakmuran bagi diri sendiri. Naluri untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya juga menjadi fitrah manusia yang normal. Secara utuh manusia memang harus diterima dalam fitrahnya sebagai insan sosial yang haus kasih sayang dan persaudaraan, sekaligus juga makhluk ekonomi yang mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri. 1.2. Mengapa Kelompok diperlukan? Secara sendiri-sendiri tidak mudah bagi penduduk miskin untuk mengembangkan kehidupan ekonomi keluarganya. Keterbatasan pengetahuan, kelangkaan sumberdaya dan sempitnya pelkuang,

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

2

membelenggu mereka tetap dalam kemiskinannya. Kerjasama, saling membantu, terbukti dapat memeperkuat posisinya, meningkatkan kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain. Saling menolong dan bekerjasama memperkuat penum pukan sumber pelayanan ekonomi dan memperluas kesempatan untuk mencapai kemajuan. Oleh karenanya pendekatan kelompok diperlukan agar: a. memperoleh persahabatan dan kerjasama b. mewujudkan semangat saling membantu c. melatih diri berfikir bersama dan bermusyawarah d. mengembangkan sikap dan motivasi untuk maju e. belajar memimpin dan bertanggung-jawab f. belajar memutuskan tujuan dan rencana hidup yang jelas g. mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung h. mengembangkan usaha produktif i. memperoleh pelayanan pinjaman untuk modal usaha j. meningkatkan pelayanan pihak lain (misalnya Bank) k. memperluas hubungan pergaulan dan kesempatan-kesempatan l. memperoleh bimbingan dan pembinaan.

4lawang.wordpress.com/.../ Kelompok Tani (Koptan) Karya Bakti Desa Batu Bidung, Kecamatan Ulu Musi, menerima bantuan bibit karet dari Pemkab Empat Lawang.

Perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Empat Lawang, terhadap masyarakat khsusunya petani kembali terbukti. Kali ini, melalui Dinas Tanaman Pangan, Perikanan dan Peternakan (Tapanakprik), kelompok tani (Koptan) Karya Bakti, Desa Batu Bidung, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, mendapatkan bantuan bibit karet. Sebanyak 12.500 bibit karet siap tanam, diberikan terhadap kelompok tani tersebut, dengan jumlah anggota mencapai 25 orang dan luas perkebunan yang bakal ditanam mencapai 25 hektar. Dari 25 hektar lahan yang tersedia untuk ditanami bibit karet, tersebar di dua tempat. Masing-masing 13 hektra di Desa Talang Limau dan selebihnya di Desa Batu Bidung, Kecamatan Ulu Musi. Ketua kelompok tani Karya bakti, saat di temui Empat lawang Exrpres mengatakan, dengan adanya bantuan bibit karet dari Pemkab Empat Lawang, melalui Dinas Tapanakprik tersebut, mereka bisa mencoba merubah jenis pertanian mereka yang selama ini bergantung pada persawahan.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

3Selama ini kami hanya fokus pada persawahan, tanpa memikirkan jenis pertanian lainnya. Dengan adanya bantuan ini, bisa memberikan motivasi bagi kami, untuk mencoba usaha pertanian karet. Mereka berharap, bantuan karet dari Pemkab Empat Lawang tersebut, bisa memberikan manfaat dan harapan baru bagi mereka untuk menatap kehidupan di masa yang akan datang. Kami sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan pada kami, insya Allah akan kami gunakan dengan sebaiknya. Sementara itu, selain Koptan Karya Bakti, Koptan Ingin Maju, Desa Lubuk Puding Lama, juga mendapatkan bantuan serupa. Sebanyak 12.500 bibit karet siap tanam, diberikan terhadap Koptan Ingin Maju dengan jumlah anggota mencapai 25 orang. Namun, luas areal yang akan di tanami bibit karet, seluas 25 hektar. Dengan adanya bantuan bibit karet dari Pemkab Empat Lawang, tidak menutup kemungkinan 10 tahun mendatang, kecamatan Ulu Musi bisa menjadi penyumbang karet terbesar di Empat Lawang. Kami sangat bersyukur atas bantuan tersebut, semoga bisa memberikan manfaat bagi kami, ungkap Azali, ketua Koptan Ingin Maju, Kecamatan Ulu Musi.

2. kelompok SASARAN POKSAR program ini adalah penduduk miskin yang bermukim di desa lahan kering di sekitar kawasan hutan. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dan terbatas kemampuan serta aksesnya dalam mendapatkan pelayanan, pra-sarana, dan permodalan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya atau menghadapi masalah khusus dan mendesak yang segera memerlukan penanganan dan bantuan. 2.1. Pengertian kelompok Kelompok merupakan kumpulan penduduk setempat yang menyatukan diri dalam usaha di bidang sosial-ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan, keswadayaan, dan kegotong-royongan mereka. Kelompok merupakan milik anggota, untuk mengatasi masalah bersama serta mengembangkan usaha bersama anggota. Kelompok beranggotakan sekitar 20-30 KK dan berada di desa/kelurahan, atau di bawah tingkat desa/ kelurahan yaitu dusun, lingkungan, RW, atau RT. Dalam satu desa/kelurahan dapat tumbuh beberapa kelompok seusai dengan kebutuhan. Kelompok dapat tumbuh dari kelompok tradisional yang telah ada, seperti kelompok arisan, aseptor KB, kelompok sinoman, kelompok paketan, dan kalau belum ada segera ditumbuhkan dan dibina secara khusus. Kelompok dapat dipandang sebagai wadah kebersamaan dalam mengelola kegiatan sosial-ekonomi. Dalam melaksanakan prinsip kebersamaan setiap anggota ikut bertanggung-jawab, saling mempercayai dan saling melayani. Dalam kebersamaan terbuka peluang untuk menghimpun dana dari anggota, mengelola dana secara bersama oleh anggota, dan memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan seluruh anggota. Kebersamaan ini menunjukkan semangat dan kegiatan kooperatif yang menjadi dasar bagi gerakan koperasi yang mandiri dan handal. 2.2. Pembentukan kelompok

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

4

Untuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan, penduduk miskin diharapkan membentuk kelompok. Pembentuk kelompok sebagai wadah usahatani tebu lahan kering dimaksudkan agar penanganan tenagakerja dapat terarah, interaksi di antara masyaraat dapat ditingkatkan dan kesetia-kawanan serta kegotong-royongan dapat dibangun dan dikembangkan. Kesatuan dan persatuan di dalam kelompok bermanfaat untuk mengenali permasalahan bersama serta merumuskan langkah penanganan masalah di antara anggota. Kehadiran kelompok memungkinkan terjadinya pengawasan pelaksanaan program agribisnis tebu lahan kering oleh masyarakat sendiri.

agammediacenter.blogspot.com/2009/11/kelompok...AMC Pada Hari Sabtu tanggal 28 Nopember 2009 Kelompok Tani (Keltan) Maju Bersama Nagari Sitanang, Kecamatan Ampek Nagari, akan memiliki lumbung ketahanan pangan. Pembangunan lumbung telah dimulai, ditandai dengan peletakan batu pertama, oleh Ketua Keltan, Turisman St. Makmur, didampingi Pendamping Desa Mandiri Pangan, Karlina Azharni, S.Pt, di Sitanang Kaciak, Jorong Simpang Ampek.

Ketetapan dalam penentuan kelompok akan sangat menentukan keberhasilan program tsb. Oleh karena itu, pembentukan kelompok harus melibatkan pihak yang paling mengetahui mengenai penduduk yang tergolong miskin di lingkungan setempat. Pembentukan kelompok yang menjadi sasaran program pertama- tama diprakarsai oleh kepala desa/lurah dengan dibantu LKMD, PKK, KPD, dan para pemuka masyarakat setempat. Dalam rangka pembentukan kelompok, perlu dilakukan pendataan penduduk/keluarga miskin dengan memakai kriteria yang disepakati penduduk setempat dan dibahas dalam musyawarah desa dalam wadah LKMD. Pendataan keluarga miskin dilaksanakan oleh kepala desa/lurah denagn dibantu LKMD, PKK, KPD dan dilakukan sedini mungkin sehingga pada saat program dimulai, telah terbentuk kelompok di setiap desa/kelurahan tertinggal. Pendataan keluarga sejahtera oleh BKKBN, jika telah dilakukan di desa yang bersangkutan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan, sesuai dengan kondisi setempat.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

5

Pembentukan kelompok sebaiknya dilaukan pula melalui musyawarah desa/dusun/lingkungan/RW/RT dan disarankan pada daftar penduduk miskin yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dalam pembentukan kelompok, rujukan berikut ini dapat digunakan: a. Pembentukan kelompok didasarkan pada kebutuhan keluarga miskin untuk meningkatkan kesejahteraan anggota b. Harus dihindari pembentukan kelompok yang dipaksakan c. Dalam wadah kelompok diselenggarakan kegiatan sosial ekonomi, yaitu usaha produktif, pemupukan modal dan tabungan, sehingga bermanfaat bagi semua anggota secara berkelanjutan d. Kelompok dapat merupakan kelompok yang sudah ada, atau dapat pula disiapkan, ditumbuhkan dan dibina secara khusus oleh aparat desa/kelurahan dan masyarakat setempat.

pangan-kita.blogspot.com/BERTANAM Jagung biasanya di tegalan, apalagi bagi jagung Hibrida. Ide ini muncul dari Ruslan sendiri, dimana lahan seluas 3 Hektar semula direncanakan kelompok taninya untuk tanam Hijauan Makanan Ternak (HMT). Tetapi bibit Kinggrass (Rumput Gajah) belum tersedia, sedangkan lahan sudah siap tanam. Dengan pertimbangan keberadaan Kinggrass dari Proyek belum ada kepastian, maka hasil diskusi kelompok-tani Tani Mukti memutuskan: Daripada lahan kosong ditumbuhi rumput, lebih baik ditanam Jagung saja.. Uji-coba bertanam jagung di lahan Gambut Desa Sungai Bulan ini, didukung oleh berbagai pihak, sehingga semakin semangat melaksanakannya. Lahan usaha harus bebas genangan air, selain itu dibuat petak-petak berukuran 20 X 10 meter. Dengan maksud petakan tersebut dipisahkan dengan parit drainase yang tak dalam, sehingga pirit (Racun besi) juga tak naik dan bermasalah pada jagung. Sedangkan parit besar sebagai pengendali banjir juga dibenahi, rumputnya dibersihkan, sehingga air hujan dipastikan tak bakal menggenang. Tunggul dan sisa kayu serta rumput kering dibakar secara bijaksana dengan maksud memanfaatkan abu sebanyak-banyaknya guna kelangsungan pertumbuhan tanaman pokok. Abu ini sebagaimana diketahui mengandung 13 unsur essensial bagi tanaman. Selain itu dilakukan penambahan pupuk WSP36 sebanyak 50 Kg/hektar sebagai pupuk dasar dengan cara ditebar merata. Penanaman bibit jagung Hibrida dilakukan sehari kemudian dengan cara ditugal dan jarak tanam 80 cm x 30 cm dengan satu biji perlubang. Sedangkan penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam sambil pemupukan masingmasing Kcl 50 Kg dan Urea 75 Kg perhektar. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan/ garis tanah sedalam 5 8 cm dari pangkal tanaman.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

6Selanjutnya pemupukan diulang dengan dosis yang sama pada umur 42 HST, sedangkan urea terhir diberikan pada saat tanaman berumur dan 42 HST dengan dosis yang sama. Pemeliharaan tanaman dan pengendalian hama dilakukan sebagaimana bertanam jagung di lahan konvensional. Hama utama di lahan baru dibuka seperti ini adalah kera, tupai dan tikus dan menyerang tongkol jagung. Guna memantau dan mengusir hewan kera, di tengah ladang jagung dibuat pondok setinggi 5 meter. Selain itu dibuat rangkaian kaleng yang ditarik dan bergoyang sekaligus mengeluarkan suara. Dengan cara ini meminimalkan serangan kera, tupai dan tikus. Sedangkan hama lain, misalnya ulat dll tidak berarti, sehingga penggunaan pestisida sangat sedikit digunanakannya. Pada persiapan panen, yakni 10 12 hari sebelum petik tongkol, dilakukan pemotongan tajuk bunga/manggar. Agar pengeringan berjalan maksimal, tiga hari sebelum pemetikan dilakukan pengelupasan kelobot. Karena jagung pipilan di Singkawang dijual bagi suply peternak ayam ras, sehingga kekeringan dan kwalitas sangat diperhatikan. Panen per hektar yang tercapai oleh pak Ruslan 3,6 ton JPK dengan kadar air 17 %, sedangkan harga jual pada pengumpul mencapai Rp. 1.900/kg, sehingga total pendapatan perhektar Rp.6.840.000,-. Jika modal perhektar dikeluarkan Ruslan dkk Rp.4.550.000,-, maka dalam satu hektar masih ada keuntungan Rp. 2.335.000,Menurut Ruslan keuntungan seluas tiga hektar akan dimusyawarahkan penggunaanya bagi kelompok-taninya.

Dalam pembentukan kelompok, keluarga miskin dapat digolongkan menjadi ependuduk yang sudah mempunyai usaha produktif meskipun kecil- kecilan dan penduduk yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan tetap dan dengan demikian juga tidak mempunyai penghasilan tetap. Bagi mereka yang mempunyai usaha produktif, kelompok dibentuk dengan memilih pengurus yang kemudian bersama anggota merencanakan kegiatan simpan-pinjam dengan modal kerja dari sumberdana. Bagi penduduk lainnya diupayakan untuk menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja, dengan bantuan pendamping, baik yang ditugaskan oleh camat, dari aparat desa dan kalangan petugas lapangan berbagai instansi yang ada di desa, maupun dari kalangan masyarakat desa yang telah lebih sejahtera dan berhasil dalam kehidupan ekonominya. Untuk ini perlu ditemukenali kegiatan stimulan yang dapat membuka lapangan usaha dan lapangan kerja penduduk miskin. Mengingat dana program yang jumlahnya terbatas, apabila belum semua kelompok masyarakat dapat menggunakannya, maka perlu mengatur prioritas kelompok miskin yang didahulukan memperolehnya. 2.3. Pembinaan kelompok Untuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi, dalam kelompok perlu diupayakan peningkatan pendapatan, peningkatan keterbukaan wawasan dan sikap bekerjasama, dan peningkatan sifat demokratispartisipatif dalam penyelenggaraan kelompok. Adanya upaya peningkatan pendapatan ditandai dengan dilenggara kannya pemupukan modal, tabungan, serta usaha produktif anggota. Adanya keterbukaan ditandai dengan kesediaan anggota kelompok untuk menerima gagasan dan kelembagaan baru. Adanya kegotong-royongan ditandai dengan upaya pemberian bantuan dari keluarga yang sudah sejahtera kepada keluarga yang belum sejahtera. Adanya demokrasi ditandai dengan kepemimpinan

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

7

kelompok yang dipilih dari dan oleh anggota, dan pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.

database.deptan.go.id/saims-indonesia/index.p...Peran Awiq Awiq (Aturan Kelompok) Dalam Memperkuat Kelembagaan Tani pada Program SPFS (Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat) Penguatan kapasitas kelembagaan petani (kelompok tani) merupakan salah satu strategi dan tujuan dari pelaksanaan program SPFS, sehingga kelompok tani dapat menjalankan selain fungsi sosial tetapi juga fungsi ekonomi (bisnis). Penguatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai pelatihan di tingkat petani maupun pembinaan dan pendampingan oleh petugas. Namun demikian, semua itu tidak cukup tanpa internalisasi nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat ke dalam lembaga kelompok tani. Ada dua hal penting sebagai demarkasi kelembagaan, yaitu: aturan main (rules of the game); norma dan konvensi (norm and convention). Aturan main atau dalam bahasa lokal masyarakat di Lombok Tengah disebut dengan Awiq-awiq, memiliki peran penting dalam membentuk kelompok tani yang lebih mengakar. Awiq-awiq telah diimplementasikan disemua kelompok tani di Lombok Tengah dan telah diperkenalkan kepada kelompok tani lain di semua lokasi pelaksana program SPFS.

Kelompok yang disiapkan dan dibina secara baik akan berfungsi sebagai wahana proses belajar-mengajar anggotanya,wahana untuk menajamkan masalah bersama yang dihadapi, wahana pengambilan keputusan untuk menentukan strategi menghadapi masalah bersama, dan wahana mobilisasi sumberdaya para anggota. Kelompok sebagaimana dimaksud belkum tentu telah ada di semua desa/kelurahan. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan program di desa/kelurahan yang bersangkutan, perlu ditumbuh-kembangkan kelompok masyarakat dengan memanfaatkan kelompok nyang sudah ada seperti kelompok akseptor KB, kelompok tani/nelayan, kelompok pendengar-pembaca-pemirsa (kelompencapir) sebagai wahana kebersamaan penduduk miskin. 4. MANFAAT kelompok

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

8

a. b. c. d. e. f. g. h.

Meningkatkan kesejahteraan para anggota Mengembangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan berpandangan ke depan Memberikan pelayanan modal kepada anggota Mengembangkan usaha produktif anggota Melatih diri berfikir dan bermusyawarah Belajar memimpin dan mengembangkan tanggung-jawab Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung Meningkatkan kepercayaan pihak lain (seperti Bank).

Pelatihan Ingke di Desa Sekotong Tengah oleh Dirjen Perindag

www.suarakomunitas.net/index.php?lang=id&rid=...Kelompok usaha Pengerajin Ingke di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat mendapat Pelatihan, Pembentukan dan Pembinaan Industri Kecil dan Menengah Kelompok Usaha Bersama (KUB) dari Dirjen Perindustrian dan Perdagangan Industri Kecil dan Menengah. Pelatihan berlangsung selama tujuh hari mulai dari pembinaan Kelompok Usaha Bersama (KUB) selama tiga hari dan dilanjutkan dengan Pelatihan Teknis/motif selama empat hari. Jumlah peserta sebanyak 28 orang. Peserta mengikuti Pelatihan ini dengan tekun, dan harapan dari Kelompok kepada pemerintah supaya tetap memberikan pembinaan dan membantu pemasaran hasil kelompok.

5. Persyaratan Pembentukan Kelompok Kelompok yang dicirikan adanya sekelompok orang yang saling mengenal dan bersepakat untuk saling membantu satu sama lain akan Lahir kalau syarat berikut ini terpenuhi: a. Adanya ikatan pemersatu yang jelas, yaitu salah satu atau beberapa unsur berikut ini:- Kesamaan tempat tinggal - Kesamaan tempat pekerjaan

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

9 - Kesamaan jenis pekerjaan atau profesi - Kesamaan hobi atau kesenangan - Kesamaan organisasi - Kesamaan tempat asal (paguyuban) - Kesamaan status (pemuda, wanita, dll)

b. Ada kesamaan kebutuhan ekonomi tertentu, seperti:- Kebutuhan modal usaha - Kebutuhan bahan baku atau barang dagangan tertentu - Kebutuhan sarana tempat usaha - Kebutuhan kelancaran penjualan barang produksi/jasa. Adanya pemrakarsa atau sekelompok kecil orang inti yang memiliki peranan paling berpengaruh dan dipercaya orang lain di sekelilingnya Ada orang yang dengan sukarela bersedia mengelola dan melakukan kegiatan pelayanan kepada para anggota Ada lembaga atau perorangan yang memberikan bimbingan dalam pengembangan program kegiatan kepada kelompok Ada tujuan bersma yang disepakati dan memberikan manfaat nyata kepada anggotanya.

c. d. e. f.

PROGRAM KUBE FAKIR MISKIN

www.tniad.mil.id/1beritaprint.php?id=20100123...Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi NTT bekerja sama dengan Komando Distrik Militer 1621/TTS Korem 161/WS beserta jajarannya bertindak selaku Koordinator Lapangan melaksanakan pembentukan Kelompok Usaha Bersama Ekonomi Fakir Miskin (KUBE - FM). Jumlah KUBE - FM yang dibentuk di wilayah Kabupaten TTS sebanyak 158 kelompok dimana per kelompok terdiri dari 20 orang dan masing-masing kelompok didampingi oleh Babinsa selaku pendamping yang ada di wilayah/Desa Koramil Binaannya. Setiap Kube - FM melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan kesepakatan dan kemampuan usaha kelompok itu sendiri. Kegiatan usaha yang mereka lakukan antara lain Paronisasi Sapi, peternakan Babi, Kambing, Usaha Persawahan, dan pertokoan/kios sembako dll. Seluruh kegiatan usaha tersebut didampingi oleh 80 orang anggota Babinsa dan Staf Kodim 1621/TTS yang penyebarannya di 5 Koramil jajaran wilayah Binaan Kodim 1621/TTS. Kegiatan ini berdampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan dan memberikan

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

10pembelajaran kegiatan usaha yang pada hakekatnya adalah untuk menciptakan keluarga yang mandiri yang mampu mencukupi kehidupan keluarganya maupun kelompoknya. Salah satu kelompok Kube FM Ayo Teta Desa Anin Kecamatan Amanatun Selatan Kab TTS semula menerima dana Rp. 30.000.000.(Tiga puluh juta rupiah). Mereka membeli sapi pada tahap awal sebanyak 10 ekor dengan harga per ekor 2.750.000,- dengan sisa dana Rp. 2.500.000,- digunakan untuk biaya operasional. Dalam waktu 1 tahun sekarang ini sudah berkembang dan ditawar oleh pembeli dengan harga per ekor Rp. 5.000.000. Hal ini membuktikan kesungguhan dan semangat dari masing-masing kelompok maupun pendamping Babinsa untuk terus meningkatkan Usaha Kube FM mereka masing-masing.

6. Prinsip Dasar Kelompok Usaha Bersama (kelompok) a. b. c. d. e. f. kelompok bekerja atas dasar dari, oleh dan untuk anggota Keanggotaan kelompok berdasarkan kesadaran, dan terbuka untuk umum kelompok bergerak dalam bidang sosial-ekonomi, khususnya pelayanan tabungan dan kredit bagi para anggota Menyelenggarakan pertemuan secara teratur Menyelenggarakan ependidikan serta epengembangan pengetahuan anggota secara terus menerus Manajemen kelompok Bersifat terbuka

Kelompok usaha bersama mempunyai ciri-ciri: 1. Merupakan kelompok kecil yang efektif untuk bekerjasama dalam hal: a. belajar teknologi, manajemen usahatani dan lainnya b. mengambil keputusan dan bertanggung-jawab atas pelaksanaannya c. berproduksi dan memelihara kelestarian sumberdaya lahan d. kegiatan lainnya yang menyangkut kepentingan bersama 2. Anggotanya adalah petani-petani yang mempunyai minat dan kepentingan yang sama, terutama dalam hal agribisnis 3. Para anggotanya biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi, usahatani, status ekonomi, bahasa, pendidikan dan usia. 4. Dipimpin oleh salah seorang anggota terpilih 5. Bersifat informal, artinya: a. Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan mereka sendiri b. Memiliki peraturan, sanksi dan tanggung-jawab, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis c. Ada pembagian tugas/kerja yang jelas d. Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas. Ciri-ciri kelompok yang baik, yaitu sudah menguasai 10 macam kemampuan: 1. Meningkatkan kemampuan menyerap pengetahuan dan ketrampilan 2. Membimbing dalam menyusun rencana kerja agribisnis

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

11

3. 4. 5. 6.

Meningkatkan kemampuan kerjasama Mengembangkan kemampuan pemilikan sarana kerja Mendorong usaha pemupukan modal Meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan dan mentaati perjanjian 7. Meningkatkan kerjasama dalam menghadapi keadaan darurat 8. Merintis kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota kelompok 9. Menyadarkan pentingnya melembaga dengan Koperasi 10. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok dalam rangka peningkatan produktivitas anggota yang bersangkutan.

www.jombangkab.go.id/e-gov/layanan/berita.asp... Menjelang dilaksanakannya penilaian agrobisnis / pertanian bagi kelompok tani Rukun Santoso Tanggal Rejo Mojoagung, besok tanggal 7 September 2005. Bupati Jombang Drs. H. Suyanto melihat dari dekat persiapan kelompok tani tersebut baik sarana maupun prasarana yang ada. Bupati Suyanto tersebut didampingi kepala Dinas pertanian Ir Tjahyo Widodo, MSi. 6/9/2005. Bupati Jombang Drs. H. Suyanto dihadapan para pengurus kelompok tani Rukun Santoso menyampaikan bahwa semua pengurus harus paham dan mengerti tentang keberadaan tanaman kedelai baik dari sejak tanam samapai panen, selain itu para pengurus juga harus mengerti adanya jumlah biji yang ada pada tiap batang kedelai, hal itu mungkin akan ditanyakan pada penilaian nanti. Disamping itu Bupati Suyanto mengharapkan agar para pengurus dan anggota kelompok tani untuk tetap menjaga kebersamaan dalam rangka untuk menghadapi semua kepentingan yang terkait dengan penilaian tersebut. Selanjutnya Bupati Suyanto melihat adanya persiapan pameran hasil produksi pertanian yang merupakan satu kesatuan dengan penilaian tersebut, dan juga melihat adanya persiapan administrasi yang ditempatkan pada gedung pertemuan kelompok tani rukun santoso Tanggal rejo Mojoagung. Ketua Kelompok Tani Rukun Santoso Bpk. Muslimin menjelaskan bahwa luas areal tanaman kedelai 40 Ha dengan jenis tanaman yaitu Willis 2000 dan jenis Kaba dengan mulai tanam tanggal 5 Juli 2005, disamping tanaman tersebut juga dilaksanakan uji varitas kedelai olek kelompok tani

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

12Rukun santoso seluas 0,030 Ha ( banon 30 ) dengan jenis tanaman kedelai yaitu Galunggung, Sinabung, Tanggamis, Kaba dan Willis 2000 dengan mulai tanam tanggal 21 Juli 2005.

8. KESEPAKATAN kelompok DALAM PENGELOLAAN USAHA Dalam rangka meningkatkan usaha bersama, perlu diambil suatu kesepakatan bersama yang dapat dipakai sebagai ketentuan/ aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Kesepakatan ini harus dibuat untuk menjaga dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kesepakatan tersebut diambil atau diputuskan dalam rapat anggota, a.l. - Kesepakatan tentang besarnya pinjaman, simpanan, angsuran dll - Kesepakatan tentang jadwal pertemuan rapat anggota - Kesepakatan tentang musyawarah kelompok untuk pengambilan keputusan - Kesepakatan tentang pemanfaatan bantuan teknik. 9. Prinsip Dasar Organisasi Kelompok a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Kekuasaan tertinggi dalam kelompok berada pada rapat anggota (RA) Pengurus dan badan pemeriksa dipilih dari , oleh dan di dalam rapat anggota Pengurus dan badan pemeriksa hanya dapat diberhentikan melalui rapat anggota Pengurus dan badan pemeriksa bertanggung-jawab kepada rapata anggota Organisasi hanya dapat dibubarkan oleh rapat anggota Tugas dan wewenang pengurus diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Tugas tanggungjawab pengurus: mengelola organisasi usaha kelompok, melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama dan mewakili Kelompok di luar dan dihadapan pengadilan. Masa jabatan pengurus hendaknya diatur secara jelas, misalnya dua atau tiga tahun. Pengurus minimal eterdiri atas tiga orang, di antaranya sekretaris dan bendahara. Jika dipandang perlu pengurus dengan persetujuan RA dapat mengangkat seksi-seksi, seperti seksi kredit, seksi usaha, dll. Kewajiban anggota: menghadiri pertemuan anggota, menabung secara teratur, membayar kembali pinjaman sesuai dengan ketentuan, menghadiri dalam kegiatan.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

13

www.jombangkab.go.id/e-gov/layanan/berita_kon...Kegiatan pengendalian hama tikus sudah menjadi pekerjaan rutin bagi Kelompok Tani Desa Jombatan, Kec. Kesamben. Hal ini terbukti pengendalian dengan cara Gropyokan dan Pengemposan sangat efektif mengurangi populasi hama tikus dan biayanya murah. Pengendalian dengan cara ini hanya dibutuhkan kekompakan saja di kelompoktani dan antar kelompoktani dalam upaya mengamankan produksi Tanaman pangan dan tanaman perkebunan ( Tebu ) dari serangan hama tikus. Dalam gambar diatas terlihat petani sangat antusias sekali mencari tempat sarang tikus di sepanjang jalan aspal antara Dusun Ngemplak ke barat s/d Dusun Sapon agar tanaman kedelai yang baru berumur 15 HST aman dari serangan tikus. Berdasarkan informasi dari kasi Ekbang yang membidangi salah satu tupoksi Pembinaan dan koordinasi dalam rangka pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan produksi, bahwa saat gropyokan dilaksanakan banyak diperoleh induk tikus yang baru saja melahirkan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin mengingat setiap 3 bulan sekali tikus berkembang biak dengan normal apabila ada makanan sepanjang tahun. Diharapkan setiap petani harus mempunyai minimal 1 emposan tikus, hal ini harus terwujud karena sewaktu-waktu saat senggang petani bisa melakukan secara individu bersama keluarganya. Peran PPL yang punya wilayah 1 desa 1 PPL harus terus mengawal petani mulai dari persiapan tanam s/d panen dan pemasarannya.

10. TEKNIK PEMBINAAN kelompok 1. PENGERTIAN Pembinaan juga sering disebut dengan supervisi, pada dasarnya merupakan proses kegiatan yang bersifat tindak lanjut. Hal ini karena ada proses kegiatan sebelumnya yang menmdahului proses pembinaan. Proses kegiatan yang mendahului pembinaan adalah kegiatan pemantauan. Ini berarti kegiatan pembinaan dilakukan apabila ada sejumlah data atau informasi hasil pemantauan yang dipandang tidak sesuai dengan penampilan prohgram yang diharapkan. Misalnya data atau informasi hasil pemantauan terhadap cara penilaian calon kelompok tidak sesuai dengan prosedur dan kriteria yang sudah ditetapkan. Memperoleh data dan informasi semacam ini perlu ditindak-lanjuti dengan kegiatan pembinaan terhadap pelaksanaan pemilihan calon kelompok tersebut. Dengan contoh

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

14

ini, pengertian pembinaan adalah suatu proses kegiatan sebagai tindak lanjut kegiatan pemantauan, dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan dan mendidik penampilan bagian-bagian program agar sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

sintanauli.wordpress.com/category/we-friends/petani Simalungun desak kembalikan fungsi hutan Bertempat di Kantor Community Based Rehabilitation (CBR) Foundation, Jln. Asahan Km. 5 No. 263, Simalungun, Sabtu (24/5), berlangsung pertemuan antara seluruh perwakilan petani yang berasal dari pinggiran dan kawasan hutan Simalungun. Kehadiran para petani ini adalah karena mereka semakin sadar akan dampak kerusakan hutan yang berakibat terjadinya bencana alam dan pemanasan global. Hal ini tercermin dari rencana ribuan petani yang minggu ini akan berunjuk rasa damai mendesak Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk mengembalikan fungsi hutan lindung seperti semula, termasuk yang sudah dan akan dikuasasi/diusahai pengusaha besar asing/dalam negeri dan perorangan. Tuntutan yang nantinya akan mereka sampaikan, yaitu menghutankan kembali seluruh lahan hutan lindung yang telah berubah fungsi jadi lahan perusahaan dan perorangan dengan jenis tanaman sawit. Diantaranya 6.000 hektare lebih lahan Register 18, yang hampir separohnya sudah berubah jadi perkebunan perorangan dan milik sejumlah pengusaha dan pejabat daerah.

2. Sasaran Pembinaan Sasaran pembinaan adalah manusia yang digolongkan menjadi panitia pelaksana dan khalayak sasaran dari program (a). kelompok. Siapa saja yang termasuk ke dalam kelompok, apa peran dari setiap anggota kelompok. (b). Khalayak sasaran. Siapa saja yang terlibat dalam program tersebut dan apa peranannya. 3. Syarat-syarat pembinaan (a). Data masalah Pembinaan dapat dilakukan apabila ada sejumlah data atau informasi yang berupa masalah dari hasil pemantauan (b). Data penyebab masalah

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

15

Penyebab masalah harus digali melalui pemantauan, karena kegiatan pembinaan tidak terlebih dahulu mengetahui penyebabnya akan sulit mengadakan pembinaan atau dengan kata lain pembinaan tidak didasari oleh penyebab maslaah maka kegiatan pembinaan akan dikirakira. (c). Alternatif pemecahan masalah/penyebab masalah Dalam pembiaan diperlukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan apabila alternatif yang satu gagal dapat dicoba alternatif lain sehingga masalah dapat dipecahkan. 4. Sifat Pembinaan (a). Memperbaiki: Memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para pelaksana, sehingga program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan (b). Meningkatkan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pelaksana program (c). Mendidik: pembina sebagai pendorong memberi bantuan pemilihan apabila ada masalah yang dihadapi oleh para pelaksana. Sehingga pembina bukan sebagai man dor, tetapi sebagai manajer. 5. Arti Motivasi Kata motivasi berasal to motive, yang berarti dasar, alasan, dorongan, rangsangan atau sebab. Sehingga istilah motivasi diartikan sebagai dasar pikiran atau alasan bagi seseorang untuk bebruat atau melakukan sesuatu untuk mencapai harapan atau tujuan yang diinginkan. 6. Tujuan motivasi Memotivasi adalah mempengaruhi orang lain agar ia mau melakukan sesuatu yang dianggap sebagai kebutuhan, baik untuk dirinya atau untuk orang lain. Misalnya memotivasi kelompok dengan berbagai alasan untuk meningkatkan taraf hidup. Dengan demikian, yang dimotivasi mau berfikir dan berusaha melakukannya.

tanimaju.wordpress.com/rekaman-kegiatan/PELATIHAN

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

16MEMBUAT PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH RUMAH TANGGA DAN KOTORAN TERNAK. Sampah rumah tangga dan kotoran ternak merupakan limbah yang jumlahnya luar biasa besarnya. Penanganan sampah rumah tangga dan kotoran ternak selama ini seharusnya dapat dilakukan lebih ramah lingkungan ketimbang sekedar dibuang di tempat pembuangan sampah. Atau dibuang di pinggir kali dan di tanah-tanah kosong. Merubah kebiasaan hidup yang sudah dilakoni cukup lama dan mapan membutuhkan suatu gerakan massa yang kontinue, sehingga kebiasaan membuang sampah menjadi memproduksi pupuk dari sampahnya sendiri barangkali juga membutuhkan waktu yang lama. Tanpa gerakan massa kebiasaan ini akan sulit bisa terwujud. Tani Maju bekerjasama dengan Abithek dan Saudara Motor Temanggung menyelenggarakan pelatihan sehari kepada kadang tani di dalam komunitas Tani Maju untuk memanfaatkan penemuan tehnologi baru dalam hal pengolahan sampah rumah tangga dan kotoran dengan lebih cepat. Dengan Formula Abithek yang pada dasarnya merupakan bakteri aerob yang sudah dimati-surikan dan dikemas dalam sachet-sachet kecil yang siap didistribusikan kepada petani. Sehingga petani dan rumah tangga dapat membuat pupuk dari sampah organik buangan masing-masing. Cara ini lebih menguntungkan dikemudian hari karena produksi sampah rumah tangga dan ternak dapat dibuang keluar dalam bentuk pupuk jadi yang bernilai ekonomis. Kedua pengangkutan sampah tidak perlu diadakan oleh pemerintah. Yang ada adalah pengangkutan pupuk organik dari rumah-tangga ke ladangladang pertanian. Ketiga, dapat mengisi kekurangan pupuk anorganik (kimia) yang saat ini langka di pasaran.

7. Cara Memotivasi (a). Cara yang bersifat menyadarkan. Cara ini juga disebut cara persuasif. Motivator lebih banyak berdialog dengan kelompok sasaran dan bahkan mendiskusikan berbagai masalah atau kebutuhan yang hendak dipecahkan atau dipenuhi melalui motivasi. (b). Cara yang bersifat memberikan imbalan atau janji Dalam pelaksanaan cara ini, disamping menyadarkan juga dibayangbayangi dengan imbalan atau janji tertentu. Cara ini disebut cara dengan pemberian insentif. (c). Cara yang bersifat memaksa. Penggunaan cara ini biasanya memanfaatkan kekuasaan yang ada pada diri motivator atau atasannya yang berpengaruh atau memiliki kekuasaan. Pemaksaan ini dapat bersifat "halus" atau "keras".

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

17

organikganesha.wordpress.com/.../ Ketika Pemuda tak lagi PeduliAda perasaan miris dan penuh tanya ketika dalam setiap perjalanan ke pelosok desa yang sebagian besar merupakan masyarakat tani, kita akan menemui lebih banyak kaum tua yang bekerja di pesawahan. Sementara generasi muda berbondong-bondong mengosongkan desanya untuk mencari nafkah di kota yang dinilai lebih pasti. Bertani bagi kaum muda pada umumnya dipandang sebagai pekerjaan tradisional yang tidak bergengsi dan tidak menjanjikan masa depan. Kondisi nyata menunjukkan bahwa pertanian sudah menjadi kemiskinan struktural yang menggambarkan bahwa menjadi seorang petani niscaya akan miskin. Paradigma berfikir ini tentu saja berimbas terhadap kaum muda yang semakin banyak meninggalkan bidang ini karena terkesan kumal dan jauh dari sejahtera. Harus diakui memang, seperti itulah kenyataan yang ada saat ini dan harus segera diatasi dengan solusi nyata. Di luar itu, sebuah keadaan yang semestinya membuat kita tersadar bahwa tak akan lama lagi bencana besar sedang menanti negeri ini. Bencana kelaparan di tengah negeri yang kaya raya. Kehilangan generasi penerus (data menunjukkan dalam dua dekade terakhir, sektor pertanian didominasi kelompok umur lanjut /di atas 45 tahun dan terjadi penurunan tajam pada kelompok umur 24-45 tahun yang mencapai jutaan orang) , konversi lahan pertanian yang demikian cepat mencapai 100 hektar per tahun, produktivitas lahan pertanian yang kian hari kian menurun, sementara pertumbuhan jumlah penduduk terus meningkat merupakan faktor-faktor yang begitu potensial terhadap terjadinya ancaman rawan pangan.

8. Langkah-langkah memotivasi Kegiatan memotivasi tidak lepas dari suatu rangkaian programprogram yang sedang dilaksanakan. Kegiatan memotivasi merupakan bagian program yang bermaksud untuk mendukung tercapainya tujuan program yang akan atau sedang dilaksanakan. Agar pelaksanaan motivasi dapat terarah, motivator perlu menempuh langkah-langkah berikut: (a). Identifikasi: tujuan program, masalah yang dihadapi, dan kebutuhan motivasi yang diperlukan

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

18

(b). Penentuan tujuan motivasi, isi kegiatan, kelompok sasaran, waktu, tempat, cara dan sarana motivasi. (c). Persiapan lokasi dan kelompok sasaran (d). Penilaian motivasi dan penilaian prosesnya. (e). Penilaian hasil motivasi dan tindak lanjutnya, dan dalam hal ini lihatlah kaitannya dengan program.

mamanya.wordpress.com/2008/11/Rombongan masuk ke bagian yang paling seru, yaitu: membajak sawah, belajar menanam padi, dan. main lumpur! Begitu dikatakan mau ke sawah, Reza langsung melesat, lari paling duluan ke lokasi persawahan supaya langsung ke giliran pertama. Dia gembira banget, lihat sudah ada 4 orang petani menunggu dengan bajak dan sapi-sapinya, siap mengelilingi sawah. Tidak ada takut-takutnya, Ivan dan Reza langsung naik ke bajak, dan merasakan bagaimana alat itu ditarik sapi. Cuma satu keluhannya: sapi-nya bau! hahaha!. Di sepanjang pematang yang membatasi lokasi sawah untuk pembajakan dengan lokasi sawah untuk belajar menanam padi ada banyak pohon kayu putih yang selama ini kita cuma tahu minyaknya di botol saja. Batang pohon ini memang berwarna putih, tidak heran dinamai seperti itu. Pak pemandu mengajak kita mematahkan daun dan mencium baunya. Hmmm persis seperti bau minyak kayu putih yang dibotol!

11. Teknik Pencatatan dan Pelaporan Pada prinsipnya pengawasan pelaksanaan program kelompok dilakukan sendiri oleh masyarakat dalam wadah kelompok. Pelaksana kelompok membuat catatan-catatn harian yang berisi kegiatan yang dilaksanakan. Catatan harian ini mencakup: nama kelompok, jenis usaha, jumlah rumahtangga dalam kelompok, rincian penerimaan dan pengeluaran kelompok. 2. MEKANISME PELAPORAN

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

19

Pelaporan pelaksanaan program kelompok dilakukan secara berjenjang mulai dari anggota kelompok, ketua kelompok , dan KOPERASI menyusun laporan bulanan dan menyampaikannya kepada pihak-pihak yang terkait. Rangkuman laporan bulanan dari KOPERASI dijadikan bahan laporan Triwulan kepada pihak-pihak yang terkait menggunakan instrumen pelaporan yang berlaku.

Kelompok Tani Hutan RakyatPembentukan kelompok tani hutan rakyat umumnya merupakan bantuan dari proyek sehingga dengan adanya stimulus tersebut memudahkan untuk mempersatukan anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama yaitu pembangunan hutan rakyat yang mampu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Stimulus tersebut tidak hanya berupa bantuan proyek saja tetapi juga dapat berupa lingkungan pemberi pengaruh seperti ketua kelompok, pembina, penyuluh atau lingkungan lain. Dengan adanya stimulus tersebut akan terjadi interaksi antar anggotanya, karena adanya suatu hal yang esensial bagi individu petani yang menjadi milik bersama, yaitu pelaksanaan pembangunan hutan rakyat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Tujuan bersama yang ingin dicapai tersebut akan memunculkan suatu tingkat dinamika kelompok, seperti dikemukakan oleh Rusidi (1982) dalam Djoni, dkk (200) bahwa dinamika kelompok akan melahirkan pembentukan struktur, norma dan identitas kelompok. Kedinamikaan ini akan nampak pada kelompok dari tinggi rendahnya kerjasama. Makin tinggi dinamika maka makin tinggi kerjasama dan juga sebaliknya. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan analisis dari hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa perilaku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial. Selanjutnya kelompok tani yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi baik di dalam maupun dengan pihak luar kelompok untuk secara efektif dan efisien mencapai tujuan-tujuannya, dimana tingkat kedinamisan kelompok tani tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomi. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka diperoleh gambaran kondisi dari kelompok apakah perlu mendapat stimulus lagi, serta faktor-faktor mana saja yang perlu mendapat perhatian untuk pembinaan. Selain itu dengan mengetahui kedinamisan dari kelompok maka diketahui seberapa jauh peran para anggotanya untuk mencapai tujuan yaitu pembangunan hutan rakyat.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

20

PEMBERDAYAAN PENDAMPING DALAM PENGELOLAAN HKmI. PENDAHULUAN Usaha mengentaskan penduduk dari kemiskinannya ditempatkan secara utuh dalam pembangunan regional dan bertumpu pada peran-serta aktif masyarakat dan peningkatan produktivitas rakyat (people empowernment). Agar supaya usaha ini menjadi lebih efektif, maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak dan sektor secara terpadu dan terfokus sesuai dengan potensi dan kondisi wilayah. Salah satu upaya yang dipandang sebagai perluasan dan peningkatan berbagai progarm dan upaya penanggulangan kemiskinan pada tingkat wilayah pedesaan adalah Kebijakan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan melalui KOPERASI. Program HKm LEBAH MADU ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan membuka keterisolasian dan kesempatan berusaha dengan melibatkan komoditas unggulan wilayah. Program ini diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat perdesaan, dengan menerapkan prinsip-prinsip sekala ekonomi, usaha kelompok, keswadayaan dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (kelompok). Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, masyarakat perdesaan perlu dibina melalui pengembangan kelompok usaha bersama. Oleh karena itu masyarakat diberikan wewenang penuh untuk merumuskan kegiatan usaha produktifnya. Dengan demikian sasaran pembinaan kelompok adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berusaha secara produktif dan ekonomis. Pembinaan masyarakat melalui kelompok memerlukan tenaga pembina/ pendamping yang handal. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, tenaga pendamping ini harus siap bekerja secara purna waktu. II. Tenaga Pendamping 2.1. Pengertian Pendamping adalah tenaga lapangan pada tingkat desa berasal dari berbagai departemen atau dari masyarakat, yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan untuk mengembangkan usaha ahgribisnis.

Peternak Lebah Madu Yang Nomaden

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

21

www.krjogja.com/.../20401/www.krjgogja.comUntuk mendapatkan madu lebah, para peternak harus hidup berpindahpindah dalam memelihara (angon) lebah madu. Untuk menapatkan sari makanan lebah madu belum tentu tersedia di daerahnya sehingga harus dibawa ke daeah lain dalam waktu hingga berbulan-bulan. Seperti pada masa bulan Februari ini, produksi madu menurun drastis mengingat pada bulan ini hingga 3-4 bulan mendatang lebah madu (tawon) penghasil madu sedang dalam proses pengembangan koloni dengan cara diangon (dipelihara) untuk mencari bunga (kembang) jagung. Menurut peternak lebah madu di Dusun Catgawen Desa Caturanom Kecamatan Parakan, Temanggung, pada masa ini tawon belum berproduksi. Karena, tawon justru tengah mencari kembang sari jagung. "Kalau habis tanaman jagung, maka lebah madu (tawon) tersebut dipindahkan lagi ke tempat lain". Periode bulan Januari - April biasanya lebah madu dalam proses mengembangkan koloni, setelah berproduksi selama sekitar 8 bulan. Setelah berproduksi, biasanya koloni lebah berkurang populasinya, karena mati atau berpindah ke koloni yang lain. Untuk menambah populasi koloni ini maka lebah harus lebih dulu diangon dengan mencari sekar (kembang) jagung. Karena bunga jagung lebih cepat untuk mengembangkan koloni lebah. Setelah masa jagung selesai, lebah dipindahkan lagi ke daerah yang memiliki kembang sari guna memproses produksi madu lebah diantaranya pohon randu, kelengkeng, maupun rambutan. Oleh karenanya, pemeliharaan lebah cenderung berpindah-pindah dari satu daaerah ke lain daerah. Misalnya, Setelah di Catgawen, Parakan ini, nanti pindah lagi di daerah Pati, Blora, dan Juwana, untuk mencari kembang randu atau rambutan. Sebab, tanpa dipindahkan lebah tidak bisa memproses madu. Setiap kotak, biasanya berisi lebah antara Rp 5.000 ekor hingga 10.000 ekor. Dari satu kotak lebah itu dapat memrpoduksi rata-rata 3 kilogram. Ongkos produksi setiap botol (sekitar 1 liter) madu murni sebsar Rp 20.000. Sementara produksi lebah itu dapat menghasilkan madu lebah bervariasi, diantaranya madu, royal jely, pollen maupun jenis lain. Oleh karenanya, harganya pun bervariasi berkisar antara Rp 40.000 hingga Rp 200.000 per botol (1 liter). Untuk memelihara madu di satu tempat ini menurut mereka terkadang membutuhkan waktu hingga empat bulan. Biasanya, kami menunggu kotak-kotak madu itu secara bergiliran. Sebab, jika tidak ditunggui dikhawatirkan lebah itu pindah ke koloni lain atau dicuri.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

22

2.2. Tugas Pendampingan Pendamping bertugas antara lain (1) membina penduduk yang bergabung dalam kelompok sehingga menjadi suatu kebersamaan yang berorientasi pada upaya perbaikan kehidupan, (2) sebagai pemandu (fasilitator), penghubung (komunikator), dan penggerak (dinamisator) dalam pembentukan kelompok dan pembimbing pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, pendamping dikoordinasikan oleh KOPERASI. Ruang lingkup tugas pendamping adalah sbb: a. Melalui prakarsa sendiri berkoordinasi dengan KOPERASI, pendamping memandu pembentukan kelompok melalui musyawarah anggota. b. Membina kelompok agar berfungsi sebagai wahana proses belajar mengajar proses alih teknologi, pengambilan keputusan, mobilisasi sumberdaya para anggota dan komunikasi antara anggota dengan para petugas. c. Bersama aparat terkait menyusun rencana peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari para anggota dan pengurus kelompok. d. Mengembangkan sistem informasi pasar hasil produksi dan sarana produksi, serta ketersediaan teknologi tepat guna. e. Meningkatkan kerjasama dengan para tokoh masyarakat, lembagalembaga pene-litian serta lembaga-lembaga suasta. f. Memantau permasalahan dan hambatan dalam pengembangan usaha para anggota kelompok g. Mengidentifikasi kebutuhan teknologi dan menginformasikannya ke lembaga-lembaga inovasi teknologi. III. Kegiatan Utama Pendampingan a. b. c. d. e. 3.1. Pemahaman Memahami berbagai Juknis dan Juklak dan berbagai pengarahan aparat terkait Memahami berbagai prosedur perkreditan formal melalui Koperasi Memahami aspirasi dan usaha kelompok yang akan dibina Mengidentifikasi jenis sumberdaya yang ada pada masyarakat dan peluang-peluang berusaha Merumuskan kebutuhan kelompok, terutama untuk pengembangan usaha agribisnis.

Pemberdayaan KUBE Melalui Usaha Produktif

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

23

dinsosjatim.go.id/?prm=berita&var=detail&id=322Pengentasan kemiskinan melalui program pemberian Bantuan terus dilakukan oleh Pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Melalui program bantuan ini, diharapkan bisa mengurangi jumlah masyarakat miskin yang berada di daerah-daerah kantong kemiskinan seperti yang dilakukan di Kabupaten Bondowoso. Sebanyak 75 ekor sapi diberikan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur secara langsung kepada masyarakat di 3 Desa, yaitu Desa Tegal Ampel (50 KK) , Desa Purnama (50KK) dan Desa Klabang Agung (50 KK). Setiap KK mendapatkan 1 ekor sapi untuk diberdayakan. Pemberian sapi ini dilakukan sebagai upaya mengentaskan kemiskinan, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya secara maksimal. Pemberian sapi ini bersifat Hibah, namun hendaknya dikelola dan diberdayakan dengan baik, sehingga bisa memberikan manfaat secara ekonomi. Untuk itu, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur kini memberikan bantuan sosial dengan skema stimulan usaha ekonomi produktif untuk Keluarga Binaan Sosial (KBS) dan selanjutnya dikelola secara berkelompok melalui pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Bantuan stimulan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga miskin untuk melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif. Para pendamping Sosial KUBE harus berperan sebagai nara sumber, motivator sekaligus sebagai fasilitator bagi pemberdayaan keluarga miskin, sedangkan tugas Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur selajutnya adalah melalukan Monitoring dan Evaluasi (monev), kepada KUBE yang sudah ditunjuk. Pola Monitoring dan Evaluasi ini, dilakukan untuk mengukur Indikator keberhasilan KUBE. Parameternya adalah, keberhasilan Keluarga Binaan Sosial dalam memberdayakan sapi secara ekonomi. Pemerintah Kab.Bondowoso, juga sudah menyiapkan aplikasi pendukung melalui program Bondowoso menuju Petani Organic (Botanic). Untuk itu, pemkab Bondowoso telah menyiapkan Botanic untuk meningkatkan produktivitas pangan melalui pemberian pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran Sapi. Bahan Baku yang berupa kotoran sapi ini, juga bisa dimanfaatkan untuk Biogas dan pupuk. Jika KBS yang berkelompok dalam KUBE penerima Stimulan bisa memanfaatkan secara maksimal, maka stimulan bantuan Sapi akan memberikan produktivitas tinggi, bahkan kotoran sapi dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai produktif.

3.2. Menyusun Jadwal Kerja Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, pendamping perlu menyusun jadwal kerja. Caranya adalah sbb:

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

24

a. b. c.

Membaca serta memahami dahulu langkah-langkah kegiatan pendampingan Membahas dan menyusun rencana jadwal kerja dengan sesama pendamping Pendamping membicarakan serta menyepakati rencana jadwal kerja dengan KOPERASI selaku koordinator pendamping, dan mengkonsultasikan dengan Kades dan LKMD.

3.3. Membantu Pendataan Penduduk Miskin Dalam rangka mengembangkan kelompok dan menggerakkan usaha kelompok, data tentang penduduk, keadaan sosial ekonomi masyarakat, jenis-jenis sumberdaya yang dimiliki perlu dikumpulkan melalui pengembangan sistem pendataan yang efisien. Sasaranannya adalah terciptanya bank data tentang masyarakat Desa, yang dapat dipergunakan untuk membuat perencanaan sesuai dengan keinginan kelompok dan evaluasi kemajuan kelompok. Dalam rangka pelaksanaan program kegiatan, maka penduduk desa baik pria maupun wanita perlu ditata dan disiapkan secara seksama. Pendataan didasarkan atas kriteria setempat yang telah disepakati bersama oleh Pemerintah Desa/Kelurahan dan Tokoh/Pemuka Masyarakat serta LKMD. Pendataan mereka meliputi aspek-aspek: (a) sumber-sumber pendapatan keluarga, (b) pemenuhan kebutuhan hidup minimal seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Hasil pendataan penduduk miskin ini merupakan bahan yang akan dibahas dan dimusyawarahkan dalam LKMD. Untuk itu pendamping harus melakukan hal-hal sbb: (a) menghimpun data penduduk desa yang ada di desa/dusun; (b) mengelompokkan data penduduk dalam kelompok penduduk berdasarkan jenis-jenis usaha yang telah ada dan kelompok penduduk yang belum mempunyai jenis usaha serta berdasarkan lokasi tempat tinggalnya. 3.4. Membantu Pembentukan kelompok Kelompok adalah kumpulan penduduk setempat yang menyatukan diri dalam usaha agribisnis untuk meningkatkan kesejahteraan, keswadayaan dan kegotong-royongan. Untuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat penanggulanan kemiskinan, penduduk desa harus didorong membentuk kelompok usaha bersama. Pembentukan kelompok ini dapat diprakarsai oleh KOPERASI bersama-sama dengan Kepala Desa atau Lurah, dibantu oleh LKMD, PKK, KPD, dan tokoh masyarakat.

JADWAL KERJA PENDAMPING

DESA

:

KECAMATAN:

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

25BULAN : TAHUN :

NO

KEGIATAN

LOKASI

WAKTU

KETERANGAN

Mengetahui

Pendamping 1. ....................... 2. ....................... 3. ....................... 4. ....................... 5. dst

KOPERASI

Dalam membantu pembentukan kelompok tersebut maka perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: (a). Pembentukan kelompok didasarkan pada kebutuhan rumahtangga, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (b). Harus dihindari pembentukan kelompok yang dipaksakan oleh aparat pemerintah, termasuk aparat desa (c). Dalam wadah kelompok ini diselenggarakan usaha produktif agribisnis, pemupukan modal dan penghimpunan tabungan sehingga memberikan manfaat secara ekonomis bagi semua anggota kelompok secara lestari dan berkelanjutan (d). kelompok dapat merupakan kelompok yang sudah ada, atau dapat pula disiapkan, ditumbuhkan, dan dibina secara khusus oleh aparat desa, organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu anggotanya penduduk miskin (e). Pada satu desa/kelurahan dapat dibentuk beberapa kelompok seusai dengan kebutuhan atau dengan mengembangkan kelompok yang ada. kelompok beranggotakan sekitar 25-30 kepala keluarga yang tinggal dalam satu hamparan. (f). Pembinaan pendamping terhadap kelompok disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Jumlah kelompok yang dibina dibatasi sebanyak-banyaknya 5 kelompok. 3.5. Membimbing Pilihan Jenis dan Mengembangkan Mutu Usaha Anggota kelompok yang belum mempunyai usaha intensif memerlukan bimbingan dalam memilih jenis kegiatan. Jenis usaha yang dipilih hendaknya berdasarkan; (a). Kesepakatan anggota kelompok; (b) berorientasi pada peningkatan pendapatan, (c) kemampuan anggota, (d) potensi sumberdaya alam yang mendukung, (e) usaha dapat beragam dalam konteks agribisnis komoditas unggulan wilayah. Bagi anggota

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

26

kelompok yang sudah mempunyai kegiatan produktif tetap maka pendamping membimbing guna meningkatkan mutu dan penambahan modal.

kelompok PENGRAJIN KARANGASEM Tergabung dalam KIM dalam upaya memperkuat Pilar Ekonomi Kerakyatan. Siapa Yang Menguasai Informasi dia yang akan jadi Pemenang tegallinggah.wordpress.com/.../ KIM Komunitas ini coba digagas, dalam arti untuk mempertajam Peran dan Fungsi KIM dalam hal memberikan Layanan Informasi yang sfesifik untuk para Komunitasnya, dari informasi yang sifatnya Umum , bisa dipilah menjadi informasi yang sfesifik tentang Kerajinan dalam arti luas, dan manfaat apa yang didapatkan kalau sudah bergabung di Komunitas Pengrajin Karangasem. Informasi yang sifatnya terbuka seperti sekarang ini, bagi yang tidak bisa memilah, mengolah Informasi tentunya tidak akan bisa merasakan manfaatnya Informasi, Bagi yang salah memilah, mengolah informasi tentunya tidak akan dapat memanfaatkan Informasi secara efektif, bahkan bisa jadi informasi tersebut akan menyesatkan dan bisa jadi menimbulkan konflik apabila kita tidak benar dan bijaksana memanfaatkan informasi.

3.6. Membimbing Perencanaan Kegiatan Usaha kelompok (a). Membantu kelompok dalam membahas sumberdaya alam dan manusia sesuai dengan pilihan terbaik bagi anggota berdasarkan kemampaun yang ada (b). Membantu menetapkan jenis kegiatan yang sesuai dengan prioritas kebutuhan dan kemampuan sumberdaya yang tersedia. Dengan memperhatikan aspek alat, bahan. cara dan tempat. (c). Membantu kelompok membahas dan menyusun jadwal kegiatannya. (d). Program seluruh kelompok dibahas dan disepakati dalam musyawarah pembangunan desa untuk selanjutnya ditandatangani oleh kepala desa/lurah selaku ketua umum LKMD. (e). Membantu Kades/Lurah selaku Ketua Umum LKMD untuk menyusun usulan kegiatan desa/keluarahan dengan mengisi formulir isian.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

27

khomsurizal.blogspot.com/2008_11_01_archive.htmlAnda kenal emping melinjo? Makanan ringan ini mudah dijumpai di berbagai gerai makanan tradisional maupun modern. Selain sebagai pelengkap santapan, emping seringkali dijadikan cemilan favorit karena rasanya yang gurih dan renyah.

3.7. Mengusahakan Bantuan Teknik Bantuan teknis dapat berupa : a. Bidang pengorganisasian permodalan, pengembangan usaha, pengembangan sumberdaya manusia, jaringan kerja; b. Bidang teknis sektora: pertanian, perikanan, perkebunan, perindustrian, perdagangan dst. Dalam hal ini pendamping dapat melaksanakan langkah sebagaiberikut: a. Pendamping membuat daftar kebutuhan bantuan teknis dari hasil diskusi kelompok. b. Pendamping membuat daftar sumberdaya teknis yang ada di desa atau sekitarnya. c. Pendamping mengusahakan bantuan teknis dari instansi terkait melalui KOPERASI. 3.8. Membantu Pencairan Dana Bantuan/Kredit Pendamping membantu memeriksa kelengkapan persyaratan pencairan dana program bantuan/kredit termasuk persetujuan KOPERASI. 3.9. Membina Kegiatan Usaha Agribisnis Dalam mengarahkan pelaksanaan kegiatan usaha harus diingat: Rencana kegiatan yang telah disusun atau disepakati sebelumnya. Situasi dan kondisi yang paling tepat Bersifat menyuluh, memotivasi atau mengajak, bukan menginstruksikan

a. b. c.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

28

d.

Tingkat perkembangan yang dicapai.

Ada beberapa cara ayang dapat dipilih mana yangs esuai dengan ekeperluan: a. Pengarahan langsung pada waktu usaha dilaksanakan b. Melalui pertmeuan-pertemuan dengan kelompok c. Melalui pertemuan umum seperti: musyawarah RT/RW, Sholat Jum'at, upacara perayaan dan semacamnya d. Menjembatani anggota dan kelompok yang memerlukan bantuan teknis yang dibutuhakan e. Pembinaan dapat juga berupa pemberian penghargaan bagi yang berhasil, memberi motivasi, melakkukan pembetulan jika ada kekeliruan dan sebagainya. Jika terjadi masalah atau kemacetan usaha maka dibahas bersama cara pemecahan masalahnya. 3.10. Membina Mekanisme Perguliran a. Pada prinsipnya kelompok dapat menghimpun dan mengelola serta menggulirkoan dana kelompok sendiri secara berkelanjutan. Pertambahan kapital kelompok sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha kelompok sehingga penggulkiran antar anggota kelompok sesuai kebutuhannya dan kesepakatan kelompok. Usaha pengguliran dana kelompok harus didasarkan pada keterbukaan dan kesepakatan yang dipegang teguh oleh para anggotanya. b. Pembinaan pengguliran dana dapat dilakukan melalui cara a.l.: menabung, pemupukan modal. simpan pinjam, koperasi, dll. c. Pendamping perlu memahami kesepakatan dan mekanisme pengguliran dana, dalam hal ini membantu bagaimana caranya: peminjaman dana, penetapan besarnya bunga dan cara pembayaran, jangka waktu angsuran, jadwal angsuran, penetapan besarnya tabungan, dsb. 3.11. Membimbing Penyusunan Catatan kelompok dan Pelaporan. Membantu penyusunan catatan pelaksanaan usaha dan kegiatan anggota/ kelompok yang dituangkan dalam formulir, selanjutnya diserahkan kepada Kades/Lurah dengan mengisi formulir untuk selanjutnya dikirim kepada KOPERASI.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

29

sendari.net/?date=2022-05-1Produk unggulan Dusun Sendari antara lain Kursi, meja, Gazebo, dan beraneka ragam bentuk kerajinan bambu mebeler lainnya dengan harga murah dan terjangkau sehingga dapat menghadirkan nuansa alami di rumah anda. Semua produk yang diproduksi oleh Dusun Sendari merupakan produk ramah lingkungan, sehingga produk produknya mampu menembus pasaran internasional seperti Negara Belanda, Amerika dan Jepang. Saat ini terdapat kurang lebih 15 UMKM perajin di dusun ini.

PELESTARIAN HUTAN BAMBU Kelebihan Bambu Bambu merupakan tanaman yang secara botanis dapat digolongkan pada famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3800 m di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar rimpang, yaitu semacam buhul yang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabangcabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang memungkingkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya. Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari, alat musik angklung, sayur (rebung), kertas, dan bahan bangunan. Kegunaan ini tidak hanya dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu kala. Setidaknya ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara lain: 1. Tumbuh dengan Cepat Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan bambu ini akan mengalami kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menggantinya dengan pohon yang baru. 2. Tebang Pilih

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

30

Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Tebang habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik batang yang tua maupun yang muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan didapatkan kualitas bambu yang berbedabeda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, selain itu akan memutuskan regenarasi bambu itu sendiri. Metode tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan kelansungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan. 3. Meningkatkan Volume Air Bawah Tanah Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40% air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %. Penanggulangan Illegal Logging dengan Hutan Bambu Sebagaimana kita ketahui bahwa illegal logging telah mengakibatkan rusaknya hutan di Indonesia. Hingga tahun 2005, Indonesia telah merusak 61 juta hektar hutan. Perusakan hutan tersebut banyak terjadi Papua, Kalimantan, Jambi, dan Sulawesi. Berbagai upaya telah dilakukan utuk memberantas illegal logging sampai kepada akar-akarnya, tetapi hasilnya tak kunjung terselesaikan. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberantas pelakupelaku illegal logging sehingga pengrusakan hutan akibat pembalakan liar ini dapat dihentikan. Akan tetapi, hal yang tak kalah pentingnya dilakukan adalah bagaimana mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan mahluk hidup di muka bumi. Fungsi hutan yang telah hilang yaitu sebagai tempat hidup berbagai hewan dan tempat persediaan air tanah dan udara bersih. Untuk mengembalikan fungsi hutan yang telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan melestarikan tanaman bambu sebagai tanaman reboisasi dan rehabilitasi. Dengan melestarikan bambu, hutan yang telah rusak akan kembali memberikan fungsinya dengan baik dalam waktu yang cukup cepat. Rusaknya hutan akibat illegal logging mengakibatkan sebagian hewan hampir punah. Hal ini karena hutan merupakan tempat hidup mereka. Untuk mengembalikan tempat hidup hewan tersebut, pelestarian hutan bambu merupakan alternatif yang sangat tepat. Hutan bambu tumbuh berumpun sehingga akan membuat hutan kembali lebat. Fungsi hutan yang kedua yaitu sebagai tempat persediaan air tanah dan udara bersih. Akibat rusaknya hutan, kita menjadi kekurangan air bersih di dalam tanah apalagi saat musim kemarau, sedangkan saat musim hujan terjadi longsor dan banjir karena air tersebut tidak lagi terserap ke dalam tanah. Fungsi hutan ini akan dicapai dengan melestarikan hutan bambu. Bambu rata-rata menyerap air hujan hingga 90%. Ini merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40 % air hujan.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

31

Penanggulangan Global Warming dengan Hutan Bambu Pemanasan global merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan kehidupan di bumi. Beberapa fakta menunjukkan akan kebenaran hal ini diantaranya es di kutub utara dan selatan telah mencair, naiknya permukaan air laut, perubahan iklim, terjadinya gelombang panas, dan habisnya sumber air bersih dunia. Semua itu akibat dari pemanasan global. Penyebab terbesar terjadinya pemanasan global yaitu gas Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO), dan Chlorofluorocarbon (CFC). Hutan yang diharapkan menjadi tempat penimbunan gas CO2 telah rusak. Bahkan rusaknya hutan ini menambah jumlah CO2 di udara. Pohon-pohon yang telah mati akan menghasilkan gas CO2 dan melepasnya ke atmosfer. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah menghilangkan Karbon Dioksida di udara yang dapat menumpuk di lapisan atmosfer. Untuk menghilangkan gas Karbon Dioksida di udara dilakukan penghijauan yaitu memperbanyak menanam pohon sehingga gasgas CO2 dari berbagai sumbernya dapat diserap dan tidak sampai ke atmosfer. Gas-gas CO2 tersebut diserap dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman hijau tersebut. Berkaitan dengan upaya penghijauan maka tanaman hijau yang sebaiknya ditanam adalah tanaman bambu, bukan tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Alasan ini berdasarkan pada prediksi seorang ahli iklim NASA yang mengatakan bahwa hampir semua es di kutub utara akan lenyap akibat pemanasan global. Tanaman bambu dapat tumbuh dengan cepat yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun saja, dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai usia dewasa. Selain itu, dalam hal penyerapan Karbon Dioksida, bambu lebih banyak menyerap Karbon Dioksida dari pada tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Studi menunjukkan bahwa satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara. Ini merupakan jumlah yang cukup besar. Dengan melestarikan hutan bambu, berarti kita telah memiliki mesin penyedot karbon dioksida dalam kapasitas yang besar. Pelestarian hutan bambu merupan langkah yang sangat efektif dan efisien dalam upaya penanggulangan masalah pemanasan global dan pembalakan liar. Pelestarian hutan bambu seyogianya dilakukan di seluruh dunia. Dengan hutan bambu, fungsi hutan sebagai penopang kehidupan mahluk hidup di muka bumi dapat dikembalikan dengan cepat. Dalam pelestariannya tidak dibutuhkan waktu yang cukup lama karena bambu dapat mencapai usia dewasa pada umur 3-6 tahun. Selain itu, penanaman bambu tidak memerlukan biaya yang cukup besar seperti kayu-kayuan karena tanaman bambu merupakan tanaman rakyat yang mudah dan murah didapatkan dibandingkan dengan kayu-kayuan.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

32

Hutan bambu ini terletak di Desa Kubu Kabupaten Bangli, sekitar 5 km dari pusat kota (sumber: itsyourvacation.blogspot.com/201...ive.html)

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

33

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT(www.hutanrakyat.perumperhutani.com/index.php?...kelompok-tani-hutan...)

Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, kebanyakan berada di atas tanah milik atau tanah adat; meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau kawasan hutan negara. Secara teknik, hutan-hutan rakyat ini pada umumnya berbentuk wanatani; yakni campuran antara pohon-pohonan dengan jenis-jenis tanaman bukan pohon. Baik berupa wanatani sederhana, ataupun wanatani kompleks (agroforest) yang sangat mirip strukturnya dengan hutan alam. Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya. diantaranya: 1. Hutan milik, yakni hutan rakyat yang dibangun di atas tanah-tanah milik. Ini adalah model hutan rakyat yang paling umum, terutama di Pulau Jawa. Luasnya bervariasi, mulai dari seperempat hektare atau kurang, sampai sedemikian luas sehingga bisa menutupi seluruh desa dan bahkan melebihinya. 2. Hutan adat, atau dalam bentuk lain: hutan desa, adalah hutanhutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal; biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat. 3. Hutan kemasyarakatan (HKm), adalah hutan rakyat yang dibangun di atas lahan-lahan milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Dalam hal ini, hak pengelolaan atas bidang kawasan hutan itu diberikan kepada sekelompok warga masyarakat; biasanya berbentuk kelompok tani hutan atau koperasi. Model HKm jarang disebut sebagai hutan rakyat, dan umumnya dianggap terpisah. Ada pula bentuk-bentuk peralihan atau gabungan, yaitu model-model pengelolaan hutan secara bermitra, misalnya antara perusahaanperusahaan kehutanan (Perhutani, HPH, HPHTI) dengan warga masyarakat sekitar; atau juga antara pengusaha-pengusaha perkebunan dengan petani di sekitarnya. Model semacam ini, contohnya PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat), biasanya juga tidak digolongkan sebagai hutan rakyat; terutama karena dominasi kepentingan pengusaha.Hutan rakyat zaman sekarang telah banyak yang dikelola dengan orientasi komersial, untuk memenuhi kebutuhan pasar komoditas hasil hutan. Tidak seperti pada masa lampau, utamanya sebelum tahun 1980an, di mana kebanyakan hutan rakyat berorientasi subsisten, untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga petani sendiri. Pengelolaan hutan rakyat secara komersial telah dimulai semenjak beberapa ratus tahun yang silam, terutama dari wilayah-wilayah di luar Jawa. Hutan-hutan --atau tepatnya, kebun-kebun rakyat dalam rupa hutan-ini menghasilkan aneka komoditas perdagangan dengan nilai yang beraneka ragam. Terutama hasil-hasil hutan non-kayu (HHNK). Bermacammacam jenis getah dan resin, buah-buahan, kulit kayu dan lain-lain. Bahkan kemungkinan aneka rempah-rempah yang menarik kedatangan bangsabangsa Eropah ke Nusantara, sebagian besarnya dihasilkan oleh hutanhutan rakyat ini.Belakangan ini hutan-hutan rakyat juga dikenal sebagai penghasil kayu yang handal. Sebetulnya, semua jenis hutan rakyat juga menghasilkan kayu. Akan tetapi pada masa lalu perdagangan kayu ini

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

34

terlarang bagi rakyat jelata. Kayu mulai menjadi komoditas diperkirakan semenjak zaman VOC, yakni pada saat kayu-kayu jati dari Jawa diperlukan untuk membangun kapal-kapal samudera dan benteng-benteng bagi kepentingan perang dan perdagangan. Pada saat itu kayu jati dikuasai dan dimonopoli oleh VOC dan raja-raja Jawa. Rakyat jelata terlarang untuk memperdagangkannya, meski tenaganya diperas untuk menebang dan mengangkut kayu-kayu ini untuk keperluan raja dan VOC. Monopoli kayu oleh penguasa ini dilanjutkan hingga pada masa kemerdekaan. Di Jawa, hingga saat ini petani masih diharuskan memiliki semacam surat pas, surat izin menebang kayu dan surat izin mengangkut kayu; terutama jika kayu yang ditebang atau diangkut adalah jenis yang juga ditanam oleh Perum Perhutani. Misalnya jati, mahoni, sonokeling, pinus dan beberapa jenis lainnya. Di luar Jawa, setali tiga uang. Hak untuk memperdagangkan kayu sampai beberapa tahun yang lalu masih terbatas dipunyai oleh HPH-HPH, sebagai perpanjangan tangan negara. Sosialisasi dan Internalisasi Program Sosialisasi dan internalisasi kegiatan rehabilitasi dan usaha pengembangan hutan rakyat dilakukan kepada jajaran internal dan eksternal di tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi yang ditujukan untuk membangun pemahaman tentang kegiatan rehabilitasi dan usaha pengembangan hutan rakyat serta menjalin kerjasama dengan segenap stakeholders (Pemerintah, LSM, masyarakat dan pemangku kepentingan lain) dalam pelaksanaan usaha pengembangan hutan rakyat. Di tingkat Propinsi dan Kabupaten, sosialisasi terutama dimaksudkan untuk membangun sinergitas dengan segenap stakeholders dalam kegiatan rehabilitasi dan usaha pengembangan hutan rakyat sehingga diperoleh kesepakatan dan pemahaman bersama untuk melakukan kerjasama usaha pengembangan hutan rakyat yang dituangkan ke dalam MoU kerjasama usaha pengembangan hutan rakyat. Sedangkan di tingkat Kecamatan dan Desa, sosialisasi disamping dimaksudkan untuk membangun pemahaman kegiatan rehabilitasi dan usaha pengembangan hutan rakyat, juga dimaksudkan untuk menjalin kerjasama kemitraan dengan masyarakat dalam penanaman dan pengembangan hutan rakyat. Sosialisasi dilakukan baik secara formal dan informal melalui pertemuan khusus, diskusi, workshop serta pembangunan media web site (www.hutanrakyatrpuhr.perumperhutani.com). Dalam kegiatan sosialisasi, dilibatkan pula Dinas/instansi terkait (Kehutanan) yang telah turut berperan dalam mendorong penguatan program usaha pengembangan hutan rakyat. Pelaksanaan sosialisasi, khususnya di tingkat Desa dan Kecamatan, sekaligus dilakukan untuk menjaring calon-calon mitra (anggota masyarakat petani hutan) yang bersedia untuk melakukan kerjasama penanaman dan pengembangan hutan rakyat di lokasi lahan miliknya. Dalam tahun 2009 secara formal telah dilakukan sosialisasi program di tingkat Propinsi sebanyak 8 kali, tingkat Kabupaten 13 kali, tingkat Kecamatan 19 Kali dan tingkat Desa 85 kali.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

35

Pengembangan sinergitas kegiatan rehabilitasi dan usaha pengembangan hutan rakyat Merupakan upaya pembangunan sinergitas dengan Pemda serta segenap pemangku kepentingan baik di tingkat Kabupaten maupun Propinsi untuk terbangunnya kerjasama pengembangan hutan rakyat menuju hutan rakyat lestari yang berfungsi ekologi, ekologi dan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dilakukan melalui sosialisasi kegiatan, diskusi bersama dengan pemangku kepentingan, lokakarya serta koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Output yang dihasilkan dari pelaksanaan program kerja ini adalah ditandatanganinya kesepakatan (MoU) antara Perum Perhutani dan Pemda Kabupaten dan Propinsi serta pihak eksternal lain (antara lain GNKL-NU). Dalam tahun 2009, telah dilaksanakan penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) pengembangan hutan rakyat sebanyak 11 buah, meliputi 1 MoU dengan Pemda Propinsi Jawa Timur, 8 MoU dengan Pemda Kabupaten yaitu Blora, Kendal, Jombang, Madiun, Nganjuk, Bojonegoro, Pacitan, Sumedang, dan 2 MoU dengan pihak eksternal yaitu GNKL-NU dan i-Pasar. Inventarisasi dan identifikasi lokasi pengembangan hutan rakyat Sebagai tindak lanjut kegiatan sosialisasi, dilakukan inventarisasi dan identifikasi lokasi pengembangan hutan rakyat untuk selanjutnya bersamasama dengan masyarakat secara partisipatif menyusun rencana kegiatan penanaman dan pengembangan hutan rakyat yang dituangkan ke dalam PKS (perjanjian kerjasama). Sasaran lokasi kegiatan terutama ditujukan kepada lahan-lahan milik anggota masyarakat yang kurang produktif dan cocok untuk ditanami dengan tanaman kehutanan. Dalam tahun 2009 telah terinventarisasi lahan-lahan calon lokasi pengembangan hutan rakyat seluas 21.393 Ha, yang tersebar di 3 Propinsi meliputi 27 Kabupaten yaitu Kendal, Semarang, Blora, Gunungkidul, Kebumen, Bantul, Pemalang, Tulungagung, Blitar, Situbondo, Madiun, Kediri, Nganjuk, Tuban, Jember, Pacitan, Jombang, Probolinggo, Sumedang, Bandung, Tanggerang, Cianjur, Tasikmalaya, Purwakarta, Sukabumi, Majalengka, Banten. Penguatan kelembagaan kelompok tani hutan rakyat Sebagai upaya pemantapan kerjasama penanaman dan pengembangan hutan rakyat yang telah terjalin dengan masyarakat, yang dituangkan ke dalam perjanjian kerjasama, dilakukan pembentukan kelompok tani hutan rakyat serta pembinaan kelompok tani hutan rakyat yang sudah ada. Penguatan kelembagaan kelompok tani hutan rakyat dilaksanakan melalui pendampingan, pembinaan dan pelatihan-pelatihan. Pada tahun 2009 telah terbentuk sebanyak 47 kelompok tani hutan rakyat yang merupakan kelompok yang telah melakukan perjanjian kerjasama penanaman dan pengembangan hutan rakyat dengan Perusahaan (Perhutani), dengan jumlah perjanjian kerjasama sebanyak 42 buah. Sedangkan pelatihan yang telah diberikan adalah pelatihan penanaman, pelatihan pembuatan persemaian dan pelatihan pemeliharaan hutan rakyat. Pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan mengikutsertakan Dinas Kehutanan setempat sebagai fasilitator.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

36

Penanaman hutan rakyat Dalam rangka rehabilitasi dan pengembangan hutan rakyat, pada tahun 2009 telah dilakukan kerjasama kemitraan investasi penanaman dengan pola bagi hasil dan pengembangan hutan rakyat seluas 605 Ha di 38 lokasi, yang tersebat di 13 Kabupaten (Kendal, Semarang, Blora Kebumen, Situbondo, Tulungagung, Madiun, Nganjuk, Pacitan, Jombang, Tuban, Bandung, Sumedang), dengan jumlah mitra kerjasama sebanyak 47 kelompok petani hutan rakyat dengan jenis-jenis tanaman Sengon, Gmelina, Jati, dan Jabon, dengan jumlah petani hutan rakyat yang terlibat sebanyak 1.583 orang. Kerjasama penanaman ini adalah kerjasama penanaman antara Perusahaan (Perhutani) dengan masyarakat petani hutan yang sebagian dan atau seluruh pembiayaannya merupakan beban tanggungjawab Perhutani yang dituangkan ke dalam perjanjian kerjasama. Pengembangan hutan rakyat Pengembangan hutan rakyat adalah kegiatan peningkatan kualitas tanaman hutan rakyat yang sudah guna mendorong peningkatan produktifitas hutan rakyat. Kegiatan-kegiatan pengembangan hutan rakyat antara lain : Penanaman yang bersifat pengkayaan pada lokasi yang jarangjarang. Penyediaan benih/bibit terhadap upaya penanaman untuk pengkayaan. Pemeliharaan tegakan yang sudah ada dengan kegiatan berupa babat, dangir, wiwil, pruning, pemupukan dan penjarangan. Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat. Pada tahun 2009, telah dilaksanakan kerjasama pengembangan hutan rakyat seluas 2.468 Ha di 10 Kabupaten (Kendal, Blora, Semarang, Nganjuk, Tulungagung, Tuban, Bandung, Cianjur, Sumedang, Tasikmalaya). Pengembangan kerjasama dengan pihak eksternal Selain melakukan kerjasama kemitraan penanaman dan pengembangan hutan rakyat dengan masyarakat petani hutan rakyat, telah dilaksanakan pula upaya kerjasama dengan pihak eksternal lain, berupa kerjasama penguatan program pengembangan hutan rakyat untuk membangun dan mengembangkan hutan rakyat lestari melalui pembentukan unit pengelolaan hutan rakyat lestari. Penjajagan kerjasama pengembangan hutan rakyat lestari telah dilakukan dengan pihak Kostajasa dan TFT. Kostajasa dengan didampingi oleh TFT merupakan lembaga pengelola hutan rakyat yang berlokasi di Kebumen dan telah mendapatkan sertifikat internasional pengelolaan hutan rakyat lestari. Pengembangan hutan rakyat lestari yang telah dilakukan oleh Kostajasa dan TFT bisa dijadikan model pengelolaan hutan rakyat lestari untuk diterapkan di wilayah-wilayah hutan rakyat binaan Perusahaan (Perhutani). Selain itu, telah dilaksanakan pula penjajagan kerjasama, khususnya dalam rangka pembangunan di bidang lingkungan hidup antara lain

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

37

pengembangan kawasan hijau dan kawasan konservasi antara lain dengan PT PLN dan PT Jasa Marga yang dalam tahun 2009 sudah dilakukan proses penyusunan naskah kesepakatan kerjasama dan diharapkan dapat direalisasikan pelaksanaan kerjasamanya pada tahun 2010. Uji coba trading komoditas hutan rakyat Telah dilaksanakan uji coba trading komoditas hutan rakyat yang terapkan di 16 (enam belas) KPH sebagai upaya pengembangan usaha Perusahaan dan selanjutnya akan dikembangkan sebagai bagian dari proses bisnis Perusahaan guna meningkatkan pendapatan Perusahaan dan mendukung terselenggaranya tata niaga kayu rakyat yang lebih adil bagi masyarakat petani hutan. Trading komoditas hutan rakyat yang dilaksanakan meliputi trading tegakan, kayu log serta kayu olahan, baik kayu Jati maupun kayu Rimba. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pula kerjasama trading dengan pihak lain, berupa kerjasama permodalan penyediaan bahan baku log untuk industri. Realisasi pendapatan dari uji coba trading komoditas hutan rakyat adalah sebesar Rp 2.027.947.688, volume trading 2.295 M3, dengan laba sebesar Rp 77.249.564 atau profit margin 3,8 % (rata-rata perputaran modal kembali 1 bulan). Dalam pelaksanaan uji coba trading, telah dilaksanakan ekspor trading kayu rakyat berupa kayu olahan dengan nilai ekspor sebesar Rp 766.151.843 dengan volume ekspor 191 M3. Dampak kegiatan Kegiatan rehabilitasi dan usaha pengembangan hutan rakyat telah memberikan dampak yang cukup positif bagi masyarakat. Kerjasama kemitraan pengembangan hutan rakyat memberikan peluang kepada masyarakat pemilik lahan, yang pada umumnya memiliki keterbatasan modal, untuk meningkatkan produktifitas pemanfaatan lahannya dengan penanaman tanaman kehutanan, yang secara ekologi akan berdampak meningkatkan perbaikan ekosistem bagi lingkungan sekitarnya. Pembentukan dan pembinaan kelompok tani hutan rakyat yang pada tahun 2009 telah terbentuk sebanyak 47 KTHR dan anggota petani hutan rakyat sejumlah 1.583 orang, merupakan modal sosial untuk terselenggaranya pembentukan suatu unit pengelolaan hutan rakyat lestari yang saat ini telah menjadi harapan segenap stakeholders, sehingga keberlanjutan manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial hutan rakyat dapat tercapai. Pembinaan tersebut memberikan dampak peningkatan pemahaman dan keterampilan bagi anggota masyarakat dalam bidang budidaya hutan antara lain pembuatan persemaian, penanaman dan pemeliharan hutan rakyat. Sosialisasi yang telah dilakukan kepada segenap stakeholders, baik Pemda, LSM, BUMS dan pemangku kepentingan lainnya telah pula memberikan dampak positif berupa tumbuhnya peningkatan kepercayaan dan antusiasme terhadap potensi hutan rakyat yang semakin disadari sangat menunjang pemenuhan kebutuhan industri kayu, serta tumbuhnya peningkatan citra Perusahaan (Perhutani) yang telah menerapkan kebijakan untuk melakukan usaha pengembangan hutan rakyat dan mendorong berkembangnya produktifitas dan nilai tambah hasil hutan

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

38

rakyat. Ekspor produk kayu olahan hasil produksi kayu rakyat yang telah dilaksanakan merupakan bentuk pengakuan dan apresiasi terhadap hasil hutan kayu yang diproduksi dari hutan rakyat, yang memberikan dampak besarnya peluang bagi produk-produk usaha pengembangan hutan rakyat untuk memenuhi kebutuhan industri lokal, nasional dan internasional, melalui pengelolaan usaha hutan rakyat secara professional.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

39

BAHAN BACAAN

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

40

Agus Somad. 2006. Pengkajian Produk Unggulan Dalam Meningkatkan Ekspor UKM dan Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Pengkajian Koperasi Dan Ukm Nomor 1 Tahun I 2006. Ani Leilani & OD. Subhakti Hasan. 2006. ANALISIS DINAMIKA kelompok PADA kelompok TANI MEKAR SARI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. Jurusan Penyuluhan Perikanan, STP Jakarta Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1, Mei 2006. Anonymous. 1989. Pedoman Pembinaan Kelompok Tani Nelayan. Departemen Pertanian. Jakarta. Bank Indonesia. 2004. POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN MEBEL BAMBU (Pola Pembiayaan Syariah) BANK INDONESIA. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected] Cilacap. P(74-95). Prosiding Seminar Sehari. Prospek Pengembangan Hutan Rakyat di Era Otonomi Daerah. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Loka Penelitian dan Pengembangan Hutan Monsoon Ciamis. Cilacap. Debora Rina B. , Halim Sanaba , dan Puji Hartati . 2007. PEMBINAAN PETANI JAGUNG (Zea mays) UNTUK PENYEDIAAN BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI KELURAHAN PALLANTIKANG KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR. Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1. ISSN 1858-4330 Dekranasda DIY, 2008. Hasil Karya dari Yogya di Departemen Perdagangan. Kamis, 13 Juli 2006. DEPTAN. 2009. PEDOMAN PELAKSANAAN PELATIHAN BAGI PENGURUS kelompokTANI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DEPARTEMEN PERTANIAN, BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN, PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN, Jakarta. Diniyati D, Suyarno, Anas Badrunasar, Tjetjep Sutisna. 2003. Kajian Sosial Ekonomi Hutan Rakyat di Desa Boja Kecamatan Majenang Kabupaten Djoni dan Jaenal Abidin. 2000. Dinamika Kelompok di Kalangan Kelompok Tani Pondok Pesantren (PONTREN) Pelaksana Usahatani Model Wanatani di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy. Pengembangan Model Wanatani Di DAS Citanduy. Laporan Kajian Kelembagaan, Sosiologis, Ekonomi dan Biofisik. Kerjasama Universitas Siliwangi Dengan Balai RLKT DAS Cimanuk-Citanduy Ditjen RLPSDEPHUTBUN RI. Tasikmalaya. Elisa, dkk. 2008. Studi Peta Rantai Nilai (Value Chain) Kerajinan Bambu Desa Sendangagung, Minggir, Sleman. Penelitian DPPM UI. Gibson JH and Hodgetts RM. 1991. Organizational Communication: A Managerial Perspective. NewYork: HarperCollins Publisher, Inc. James H. Doonelly, Jr, James L. Gibson and John M. Ivancevich. 1984. Fundamentals of Management. Fifth Edition. Texas: Busness Publication, Inc. James H. Doonelly, Jr, James L. Gibson and John M. Ivancevich. 1992. Fundamentals of Management. Eighth Edition. USA: Ricard D. Irwin, Inc.

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan

41

Mamir, M. 2001. Perilaku Kepemimpinan Kontaktani Menurut Anggota Kelompok Tani. Tesis. Bogor: IPB. Martin Greijmans, Boualay Oudomvilay , Julio Banzon, 2007. Houaphanh Bamboo Value Chain Analysis Identifying SNVs Potential Advisory Services for the Development of the Bamboo Value Chain. Netherlands Development Organization. Santoso, S. 1992. Dinamika Kelompok. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Schermerhorn, J.R., J.G. Hunt, R.N. Osborn. 1991. Managing Organizational Behavior. USA: John Wiley & Sons, Inc. Slamet, M. 2004. Kumpulan Materi Kuliah Kelompok, Organisasi dan Kepemimpinan. Program Studi Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat): Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tim Bina Swadaya. 2001. Pengalaman Mendampingi Petani Hutan. Kasus Perhutanan Sosial di Pulau Jawa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Yunasaf, U. 1997. Perilaku Kepemimpinan Kontaktani Menurut Anggota Kelompok Tani. Tesis. Bogor: IPB

Bab VIII. Pemberdayaan Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan