BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA...

77
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Bekasi VII - 1 BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASI 7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Bekasi dapat dilihat pada Tabel 7.1 di bawah ini. Tabel 7.1 Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Bekasi No Isu Strategis Keterangan 1 Sistem sungai yang melewati Bekasi termasuk dalam wilayah system aliran banjir CBL (Cikarang – Bekasi – Laut Floodway). - 2 Kondisi sungi mengalami kerusakan, pendangkalan, erosi akibat dari sampah dan penyalahgunaan fungsi sungai - 3 Tebing dan tanggul sungai mengalami erosi akibat penambangan pasir di sungai - 4 Tata lahan yang tidak terstruktur berdampak pada aliran sungai yang melintasi Kota Bekasi - 5 Banyaknya titik banjir yang terdapat di Kota Bekasi. - Sumber : SPPIP Kota Bekasi tahun 2010 7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat Kota Bekasi (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Transcript of BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA...

Page 1: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 1

BAB VII

ASPEK TEKNIS PERSEKTOR

KOTA BEKASI

7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti

kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.

Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Bekasi dapat dilihat pada

Tabel 7.1 di bawah ini.

Tabel 7.1

Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Bekasi

No Isu Strategis Keterangan

1 Sistem sungai yang melewati Bekasi termasuk dalam

wilayah system aliran banjir CBL (Cikarang – Bekasi –

Laut Floodway).

-

2 Kondisi sungi mengalami kerusakan, pendangkalan, erosi

akibat dari sampah dan penyalahgunaan fungsi sungai

-

3 Tebing dan tanggul sungai mengalami erosi akibat

penambangan pasir di sungai

-

4 Tata lahan yang tidak terstruktur berdampak pada aliran

sungai yang melintasi Kota Bekasi

-

5 Banyaknya titik banjir yang terdapat di Kota Bekasi. -

Sumber : SPPIP Kota Bekasi tahun 2010

7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib

memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman

yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai

hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat

Kota Bekasi (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan

walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan

proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Page 2: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 2

Tabel 7.2

Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya

terkait Pengembangan Permukiman

No

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya Keterangan

No. Peraturan Perihal Tahun

1 13

Rencana Tata

Ruang Wilayah

Kota Bekasi

2011 -

Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada

hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang

sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Kondisi Permukiman di Kota bekasi saat ini secara umum apabila dilihat dari sisi

kelayakan belum dapat dikatakan sebagai permukiman yang layak terutama

menyangkut prasarana dasar permukiman seperti sarana jalan lingkungan, jalan

setapak, sarana air bersih, sarana air limbah, sarana persampahan dan sarana

drainase.

Pada kondisi yang lain, masih adanya pusat-pusat atau daerah permukiman yang

menempatai areal atau wilayah yang bukan untuk lahan permukiman seperti di

sempadan sungai. Akibat dari adanya aktifitas ini bukan hanya terlihat tidak

teratur akan tetapi kembali kepada ketersediaan prasarana dasar pun belum

sepenuhnya tersedia mengingat dengan fungsi yang ada maka layanan prasarana

pendukung bagi aktifitas permukiman tidak disediakan atau tidak dapat diakses

oleh masyarakat.

7.1.3 Permasalahan Dan Tantangan

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Bekasi dirinci

berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran

serta masyarakat/swasta dan aspek lingkugan permukiman. Permasalahan dan

tantangan serta solusi alternatif pemecahannya dalam pengembangan

permukiman di Kota Bekasi meliputi :

1. Kawasan permukiman yang tidak merata

2. Terdapatnya permukiman yang tidak layak huni dan berwawasan lingkungan

serta permukiman kumuh, terutama di sekitar TPA Bantar Gebang. Areal

permukiman padat yang cenderung menjadi perkampungan padat, yang terdapat

di Kelurahan Jatisampurna, Jati Waringin, Jati Rahayu, Margajaya, Pekayon

Jaya dan Sepanjang Jaya

3. Terbatasnya lahan untuk permukiman di kawasan perkotaan

4. Akses antar kawasan permukiman kurang memadai karena masih menggunakan

jalan arteri dan kolektor utama walaupun umumnya akses di dalam kawasan

permukiman tergolong baik

Page 3: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 3

7.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Kebutuhan pengembangan perumahan permukiman di Kota Bekasi yang dapat

dideteksi, yaitu:

1. Pengembangan perumahan dan permukiman sesuai rencana

2. Penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah

3. Pembangunan perumahan vertikal

4. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana permukiman

5. Pemberdayaan komunitas perumahan

Kondisi diatas secara menyeluruh dikemas sebagai bagian dari kebutuhan

program pengembangan permukiman di Kota Bekasi yaitu berupa : program

pengembangan perumahan, program lingkungan sehat perumahan, dan program

pemberdayaan komunitas perumahan.

Pengembangan permukiman di Kota Bekasi dapat dilakukan oleh

swasta/pengembang maupun oleh masyarakat.

Pengembangan permukiman skala besar oleh swasta dikenai kewajiban

menyediakan fasilitas sosial dan umum bagi pelayanan penduduk pada

lingkungan permukiman terkait. Agar permukiman skala besar yang dibangun di

Kota Bekasi berada pada lokasi yang diarahkan dapat diberikan insentif berupa

penyediaan infrastruktur oleh pemerintah serta kemudahan dalam proses

perizinan. Bagi pengembang yang memenuhi kewajiban menyediakan fasilitas

sosial dan umum pada lingkungan permukiman yang dibangun, maka dapat

memperoleh insentif berupa pengurangan biaya perizinan atau pengadaan

pelayanan umum oleh pemerintah (air bersih, pengumpulan/pengolahan sampah,

air kotor, angkutan umum).

Bagi pengembangan permukiman oleh individu (masyarakat), insentif dapat

diberikan bagi masyarakat yang membangun dengan Koefisen Dasar Bangunan

(KDB) lebih rendah dalam rangka menyediakan ruang terbuka hijau yang lebih

luas. Jenis insentif yang dapat diberikan diantaranya pengurangan besar PBB,

kemudahan perizinan, serta pengurangan biaya perizinan. Sedangkan bagi

masyarakat yang membangun rumah pada jalan-jalan utama di pusat kota dapat

dikenai disinsentif berupa nilai PBB yang lebih tinggi (setara dengan PBB bagi

kegiatan perdagangan dan jasa).

Dalam jangka waktu lima tahun kedepan, sekala prioritas pengembangan

permukiman lebih di titik beratkan pada penanganan permukiman kumuh

khususnya di daerah tepian sungai. Berikut adalah darah-daerah yang termasuk

sekala prioritas penanganan :

Page 4: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 4

Tabel 7.3

Lokasi Penanganan Permukiman Kumuh

NO KECAMATAN KELURAHAN TITIK KUMUH JML

TTK

1 Pondok melati Jati melati RT 01/RW 06 1

Jati murni RT 04/RW 05 2

Rt 04/Rw 06 3

2 Jati asih Jati asih RT 02/RW 04 4

jatikramat Rt 05/Rw 09 5

Rt 02/Rw 04 6

3 Bantar gebang Bantar gebang Kawasan permukiman

sekitar TPA bantar gebang 7

Cikiwul Rt 01/RW 03 8

4 Bekasi timur Bekasi jaya Jalur hijau sempadan rel

kereta api 9

Jalur hijau sempadan kali

bekasi 10

Margahayu Kawasan permukiman

belakang carefour 11

Kawasan permukiman

belakang Bappeda 12

Kawasan pasar proyek 13

5 Bekasi selatan Margajaya

Kawasan jalur hijau

sempadan kali irigasi

bekasi

14

6 Bekasi barat Bintara RT 07/RW 04 15

Kota baru Kampung rawa bebek 16

Jalur hijau sempadan

kali/drainase samping

komplek gereja

17

Kranji Permukiman sekitar fly

over kranji 18

7 Medan satria Medan satria RT 03/RW 07 19

Kalibaru Kampung rawa pasung 20

Harapan mulya Kawasan jalur hijau

sempadan irigasi 21

Pejuang Rt 04/Rw 01 22

kampung rawa pasung 23

8 Bekasi utara Harapan jaya Kawasan jalur hijau

sempadan kali 24

Page 5: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 5

NO KECAMATAN KELURAHAN TITIK KUMUH JML

TTK

irigasi/belakang pabrik

iexindo.

Kawasan jalur hijau

sempadan kali

irigasi/belakang pabrik

garmen sunrise.

25

Marga mulya RT 03/Rw 01 26

9 Pondok Gede Jati Waringin Rt 07/ Rw 03 27

10 Jati Sampurna Jatiraden Rt04/Rw05 28

Rt05/Rw09 29

Rt01/Rw10 30

11 Mustika Jaya Padurenan Rt 02/Rw 07 31

12 Rawa Lumbu bojongrawalumbu Rt 02/Rw 01. 32

Rt 09/Rw 11 33

bojongmenteng Rt 04/Rw 05 34

Sumber :

1. Identifikasi kawasan kumuh di 10 Kecamatan di Bekasi 2008

2. Perencanaan teknis sanitasi kawasan perumahan & permukiman kumuh di kota Bekasi 2009

7.1.5 Kriteria Persiapan Daerah

Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang

sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen SPPIP Kota Bekasi dilaksanakan pada tahun 2010

2. Dokumen RPKPP Kota Bekasi dilaksanakan pada tahun 2011

7.1.6 Usulan Program Dan Kegiatan

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara

kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan

kegiatan. Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan

memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Selengkapnya usulan program

pengembangan permukiman Kota Bekasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 6: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 6

Tabel 7.4

Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Bekasi

No Kegiatan Volume Satuan

Biaya

(Rp x

1.000.-)

Lokasi

1

Program Perencanaan

Pembangunan

Perumahan Daerah Kota

Bekasi (RP4D)

1 paket 700,000

2 - Perencanaan KASIBA -

LISIBA

1 paket 500,000 Kec. Jati Asih

1 paket 500,000 Kec. Jati Sampurna

1 paket 500,000 Kec. Pondok Melati

1 paket 500,000 Kec. Bantar Gebang

3

- DED Kawasan Kumuh

Kawasan Priorita III s.d

12 (RPKPP)

1 paket 1,200,000

4

- Pembangunan

Infrastrutur Penunjang

KASIBA-LISIBA

1 paket 1,000,000 Kec. Jati Asih

1 paket 2,000,000 Kec. Jati Sampurna

1 paket 2,000,000 Kec. Pondok Melati

1 paket 2,000,000 Kec. Bantar Gebang

5 Pembangunan Rusunawa

Kecamatan Bekasi Timur 2

1 TB 15,000,000 - Kelurahan Bekasi Jaya

1 TB 15,000,000 - Kelurahan Bekasi Jaya

Kelurahan Bantar

Gebang 3

1 TB 15,000,000 - Kelurahan Cikiwul

1 TB 15,000,000 - Kelurahan Bantargebang

1 TB 15,000,000 - Kelurahan Ciketing Udik

6 Pembangunan Rumah

Susun Sederhana

1 TB 25,000,000

- Kelurahan Bintara Jaya

Bekasi Barat

1 TB 25,000,000

- Kelurahan Jati Sampurna

Bekasi Barat

1 TB 25,000,000

- Kelurahan Medan Satria,

Kec. Medan Satria

1 TB 25,000,000

- Kelurahan Sepanjang

Jaya Kec. Rawa Lumbu

B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kota

Bekasi, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun masyarakat dan swasta.

Page 7: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 7

Usulan pembiayaan pembangunan permukiman Kota Bekasi selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel-7.5.

Tabel 7.5:

Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kota Bekasi

No Kegiatan

(Rp x Ribu)

APBN APBD

Prov

APBD

Kab/kota Masyarakat Swasta CSR Total

1

Program

Perencanaan

Pembangunan

Perumahan

Daerah Kota

Bekasi

(RP4D)

700,000

700,000

2

- Perencanaan

KASIBA -

LISIBA

-

Kec. Jati Asih 500,000

500,000

Kec. Jati

Sampurna 500,000

500,000

Kec. Pondok

Melati 500,000

500,000

Kec. Bantar

Gebang 500,000

500,000

3

- DED Kawasan

Kumuh

Kawasan

Priorita III s.d

12 (RPKPP)

1,200,000

1,200,000

4

- Pembangunan

Infrastrutur

Penunjang

KASIBA-

LISIBA

-

Kec. Jati Asih 1,000,000

1,000,000

Kec. Jati

Sampurna 2,000,000

2,000,000

Kec. Pondok

Melati 2,000,000

2,000,000

Kec. Bantar

Gebang 2,000,000

2,000,000

5 Pembangunan

Rusunawa -

Kecamatan

Bekasi Timur -

- Kelurahan

Bekasi Jaya 12,000,000

3,000,000

15,000,000

- Kelurahan

Bekasi Jaya 12,000,000

3,000,000

15,000,000

Page 8: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 8

No Kegiatan

(Rp x Ribu)

APBN APBD

Prov

APBD

Kab/kota Masyarakat Swasta CSR Total

Kelurahan

Bantar Gebang -

- Kelurahan

Cikiwul 12,000,000

3,000,000

15,000,000

- Kelurahan

Bantargebang 12,000,000

3,000,000

15,000,000

- Kelurahan

Ciketing Udik 12,000,000

3,000,000

15,000,000

6

Pembangunan

Rumah Susun

Sederhana

-

- Kelurahan

Bintara Jaya

Bekasi Barat

10,000,000

15,000,000

25,000,000

- Kelurahan

Jati Sampurna

Bekasi Barat

10,000,000

15,000,000

25,000,000

- Kelurahan

Medan Satria,

Kec. Medan

Satria

10,000,000

15,000,000

25,000,000

- Kelurahan

Sepanjang

Jaya Kec.

Rawa Lumbu

10,000,000

15,000,000

25,000,000

Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program pembangunan bidang

Pengembangan Permukiman di Kota Bekasi pada tahun 2015 – 2019 dapat dilihat

pada Lampiran Tabel.

7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1 Isu Strategis Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario

pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat

dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan

Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian

terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri,

produktif dan berkelanjutan. Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kota Bekasi dapatdilihat pada tabel dibawah ini.

Page 9: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 9

Tabel 7.6

Isu Strategis Penataan Bangunana dan Lingkungan Kota Bekasi

Kegiatan Sektor

PBL

Isu Strategis Sektor PBL

Penataan

Lingkungan

Permukiman

1. Terbatasnya ruang yang ada di wilayah administrasi Kota Bekasi

pada akhirnya berdampak kepada pelaksanaan Penataan

bangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi saat ini

belum sepenuhnya berhasil

2. Banyak terdapat bangunan yang tumpang tindih dengan badan

jalan raya

3. Pemanfaatan lahan yang bukan peruntukannya seperti bangunan

permukiman beralih fungsi sebagai saran perbelanjaan atau toko

7.2.2 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran

mengenai peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman,

kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian

dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

Sama halnya dengan penataan permukiman, Penataan Bangunan Lingkungan

(PBL) di Kota Bekasi saat ini masih belum bisa dikatakan baik, kondisi tersebut

terlihat masih terdapatnya bangunan-bangunan liar di tepian sungai dengan

kondisi sanitasi yang minim.

Terbatasnya ruang yang ada di wilayah administrasi Kota Bekasi pada akhirnya

berdampak kepada pelaksanaan Penataan bangunan yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Bekasi saat ini belum sepenuhnya berhasil, dalam kurun waktu

10 tahun terakhir RTH mengalami penyusutan sampai 10,32% dari 39% pada

tahun 1997 menjadi 28,8% pada tahun 2007, Hal ini apabila mengacu pada

kebiijakan tentang penataan ruang (Undang-undang KLHS Nomor 32 tahun 2009

Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)bahwa ruang terbuka

hijau yang ada dalam suatu Daerah harus mencapai sebesar 30 % di setiap

Daerah Kabupaten/Kota.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebuah kota terdiri dari RTH Taman dan Hutan

Kota, Jalur Hijau Jalan, Ruang Terbuka Hijau Fungsi Tertentu dan RTH

Sempadan Sungai. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran RTH di Kota Bekasi

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 10: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 10

Tabel 7.6

Sebaran RTH Di Kota Bekasi

Kawasan Lokasi Luas

(Ha)

Pusat Pelayanan Kota Kec. Rawa lumbu 10,58

Kec. Bekasi Timur 11,5

Kec.Bekasi Barat 11,43

Kec. Bekasi Selatan 21,87

7.2.3 Permasalahan Dan Tantangan

Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Bekasi

dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek

peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi

kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan

gedung dan rumah negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam

penanggulangan kemiskinan. Permasalahan dan tantangan serta solusi alternatif

pemecahannya dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kota Bekasi untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 7.7:

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

di Kota Bekasi

No

Aspek Penataan

Bangunan dan

Lingkungan

Permasalahan yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1 Aspek Teknis

1. Masih belum

tertatanya lingkungan

secara baik

2. Adanya alih fungsi

bangunan berdampak

pada permasalahan

lain seperti

kesemrawutan lalu-

lintas mengingat

adanya aktifitas

pertokoan akan ada

pengunjung yang

datang atau adanya

akumulasi kegiatan

masyarakat dan

banyak lagi dampak

turunan yang akan

- Pengaturan dan

penegakkan masalah izin

Mendirikan Bangunan

(IMB) dengan

pelaksanaan pengawasan

yang baik, kemungkinan

alih fungsi dari bangunan

dapat terkendali sehingga

dampak-dampak lanjutan

seperti maslaah

kemacetan,

banjir/genangan tidak

akan muncul

Page 11: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 11

No

Aspek Penataan

Bangunan dan

Lingkungan

Permasalahan yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

muncul seperti

aktifitas pedagang

pinggiran jalan (kios)

2 Aspek

Kelembagaan

Dengan banyaknya bidang

yang harus dikelola

sementara sumber daya

yang ada masih relative

terbatas sehingga

jangkauan pelayanan yang

dilaksanakan oleh dinas

menjadi terhambat

- Pengembangan

kapabilitas institusi

pengelola agar menjadi

lebih focus merupakan

opsi lain yang dapat

diambil sebagai langkah

strategis dalam rangka

meningkatkan pelayanan

public khususnya kepada

masyarakat

3 Aspek Pembiayaan - -

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

- -

5 Aspek Lingkungan

Permukiman

Masih kurang optimalnya

atau kurangnya sistim

pelayanan air bersih, sistim

air limbah, sistim

persampahan, sistim

drainase, sistim jalan

lingkungan dan sistim jalan

setapak dan rekayasa lalu-

lintas

- Dibangunnya sistim

pelayanan air minum,

sistim air limbah, sistim

persampahan, sistim

drainase dan sistim jalan

lingkungan serta jalan

setapak.

7.2.4 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Kebutuhan pengembangan penataan bangunan dan lingkungan adalah sebagai

berikut :

1. Pengembangan dan Pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman

beserta fasilitasnya, meliputi :

Pengembangan dan penempatan rumah susun;

Perbaikan lingkungan permukiman kumuh;

Pengembangan fasilitas kawasan perumahan sebagai pendukung sentra

pertumbuhan ekonomi baru;

2. Pengembangan ruang terbuka hijau sebagai salah satu infrastruktur

dalam pengembangan kawasan permukiman.

3. Pengembangan sistem perencanaan tata kota yang adaptif,

komprehensif, partisipatif, dan berkelanjutan, meliputi :

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan kota;

Pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kota;

Page 12: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 12

Peningkatan akses masyarakat terhadap rencana penggunaan ruang kota

secara detail;

Pengimplementasian RTBL secara konsisten;

Peningkatan kerjasama ruang wilayah antara daerah.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana perkotaan

Penyediaan informasi atas pemanfaatan ruang dan sistem informasi

pelayanan yang komperhensif/terpadu melalui sistem komputerisasi.

Penguatan kelembagaan melalui peningkatan kapabilitas sumber daya

manusia di lingkungan dinas (Dinas Bangunan dan Kebakaran Kota Bekasi).

7.2.5 Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan prioritas program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan

lingkungan di Kota Bekasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran

Tabel.

7.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

7.3.1 Isu Strategis Pengembangan Spam

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya

Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu

strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum

2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan

5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan

Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan untuk Kota Bekasi isu strategis pembangunan bidang air minum,

meliputi :

1. Terbatasnya sumber air baku

2. Terbatasnya dana baik untuk investasi pembangunan maupun operasional

pemeliharaan

3. Terbatasnya sumberdaya manusia pengelola PDAM

4. Tingginya Idle Capacity yang terjadi

5. Terbatasnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan air minum

yang memenuhi syarat dan standar.

Page 13: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 13

6. Terbatasnya atau belum meratanya tingkat kemampuan masyarakat (terkait

dengan derajat kemiskinan)

7.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

A. Aspek Teknis

Aspek teknis pengambangan SPAM di Kota Bekasi meliputi :

1. Sistem Perpipaan

a. Sistem Jaringan

Pengelolaan Air Minum di Kota Bekasi saat ini dikelola oleh pengelola pemerintah

(PDAM) dan pengelola swasta (PAM untuk perumahan). 2 (dua) perusahaan yang

ada di bawah pemerintah yaitu PDAM Tirta Bhagasasi dan PDAM Tirta Patriot

sedangkan untuk pengelola swasta tercatat ada di Perumaha Kemang Pratama,

Perumahan Green Garden dan Tirta Pondok Hijau (Bamus) Kedua PDAM

tersebut mempunyai batasan wilayah pelayanan.

b. Sumber Air Baku dan Unit Produksi

PDAM Tirta Bhagasasi

Sumber air baku yang digunakan PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi sebagian

besar berasal dari air permukaan yang diambil dari saluran Tarum Barat.

Dari jumlah air baku yang tersedia pada tahun 2010 sebesar 2.060 l/dtk,

sebanyak 2.045 l/dtk merupakan air permukaan, sedangkan sebanyak 15 l/dtk

merupakan air tanah. Kebutuhan air baku sampai dengan tahun 2012 sebesar

2.610 l/dtk, dengan demikian PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi masih

memerlukan tambahan pasokan air baku sebesar 550 l/dtk.

PDAM Tirta Patriot

Sumber air baku yang digunakan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi adalah

Saluran Air Sekunder Tarum Barat dengan tingkat pemanfaatan yang belum

maksimal. Kualitas air baku yang tersedia saat ini kekeruhannya sangat

fluktuatif karena adanya suspensi dari Kali Bekasi dan hal ini sangat

mempengaruhi kualitas produksi air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi

Tabel 7.8 :

Sumber Air Baku, Unit Produksi dan Daerah Pelayanan Eksisting

No Sumber Air Baku Unit

Produksi

Kapasitas

Terpasang

Kapasitas

Produksi Daerah Pelayanan

(l/detik (m3)

A PDAM Tirta Patriot

1 Saluran Air Sekunder

Tarum Barat

IPA 16,191,200 Kec Medan Satria dan Kec.

Bekasi Utara

Sub Total 16,191,200

B PDAM Tirta Bhagasasi

Page 14: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 14

No Sumber Air Baku Unit

Produksi

Kapasitas

Terpasang

Kapasitas

Produksi Daerah Pelayanan

(l/detik (m3)

1 saluran Tarum Barat

IPA 69,922,491 Kec. Medan Satria, Kec.

Bekasi Barat, Kec. Pondok

Gede, Kec. Bekasi Selatan,

Kec. Rawa Lumbu, Kec.

Bekasi Timur dan Kecamatan

Bekasi Utara

Sub Total 69,922,491

Total 86,113,691

c. Pipa Transmisi

Jenis dan diameter pipa transmisi bervariasi seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 7.9 :

Jenis Pipa Transmisi dan Komposisi Diameter

No. Jenis Pipa Diameter

Pipa (mm)

Panjang Pipa

(m) Keterangan

A PDAM Tirta

Patriot

1 Pipa PVC 287,634 -

2 Pipa Steel / GI 1,876 -

Sub Total 289,510

B PDAM Tirta

Bhagasasi

1 Pipa PVC 1” hingga 20” 2,029,105 -

2 Pipa GIP 2' hingga 10' 7,016 -

3 Pipa Steel 6' hingga 20' 2,394 -

4 Pipa DCIP 10' dan 16' 406 -

5 Pipa ACP 4' hingga 10' 11,904 -

Sub Total 2,050,825

Total 2,340,335

d. Pipa Distribusi

1. PDAM Tirta Patriot

Dari sisi jaringan pemipaan, yaitu jaringan pipa transmisi dan distribusi

PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi hanya terdiri atas 2 (dua ) jenis pipa

Page 15: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 15

sambungan, yaitu pipa jenis PVC yang mencapai 287.634 Meter, dan pipa jenis

Steel yang mencapai 1.876 meter koneksinya.Dilihat dari tabel di atas,

jaringan pipa transmisi yang menggunakan Pipa PVC lebih dominan

dibandingkan Pipa Steel/GI.

Penggunaan Pipa PVC yang lebih dominan adalah untuk menghindari karat

dan bau karena terkontaminasi logam/baja.Sedangkan menggunakan Pipa

PVC juga memiliki kelemahan diantaranya gampang pecah/bocor karena

terpapar benda berat atau tekanan tinggi. Dari sisi efisiensi cost, penggunaan

Pipa PVC mungkin membutuhkan biaya yang lebih efisien dibandingkan Pipa

Steel, namun dari segi durability tentu saja Pipa Steel/ GI akan jauh lebih

memiliki daya tahan yang cukup lama.

2. PDAM Tirta Bhagasasi

Dari 18 (delapan belas) cabang/ unit yang dimiliki oleh PDAM Tirta Bhagasasi

diantaranya area: Pondok Ungu, Rawa Tembaga, Kota, Rawa Lumbu,

Tambun, Wisma Asri, Babelan, Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Taruma

Jaya, Pondok Gede, Setia Mekar, Lemah Abang, Cabang Bungin, Sukatani,

Bojong Mangu, Kedung Waringin dan Setu, total jaringan pipa transmisi dan

distribusinya mencapai jumlah lebih dari 2 juta meter saluran pipa-pipa.

Pipa-pipa tersebut memiliki ukuran mulai dari diameter 1(satu) inch hingga

mencapai 20 (dua puluh) inch dan terdiri atas beberapa jenis pipa seperti Pipa

PVC, Pipa GIP, Pipa Steel, Pipa DCIP, Pipa ACP dan jenis GRP

e. Jumlah Pelanggan, Pemakaian Air dan Cakupan Pelayanan

1. PDAM Tirta Patriot

Cakupan pelayanan administrasi oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi

mencapai 80.496 jiwa atau 3,84% dari jumlah penduduk sebanyak 2.098.805

jiwa. Cakupan pelayanan teknis mencapai 20,92% dari jumlah penduduk di

wilayah yang terjangkau jaringan air bersih PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi

sebanyak 384.862 jiwa (2 kecamatan). Cakupan pelayanan masih dibawah

target RPJMN tahun 2011 sebesar 62,5% dikarenakan wilayah cakupan

pelayanan

2. PDAM Tirta Bhagasasi

Jumlah penduduk Kota Bekasi sebanyak 4.966.040 jiwa, dari jumlah tersebut

yang terlayani mencapai 1.006.105 jiwa sehingga cakupan pelayanan

administrasi PDAM Tirta Bhagasasi mencapai 20,26%sedangkan jumlah

penduduk pada wilayah pelayanan sebanyak 3.495.299 jiwa, dengan demikian

cakupan pelayanan teknis 28,79%

Cakupan pelayanan air bersih di Kota Bekasi mencapai 536.150 atau 25.55% dari

jumlah penduduk total kota bekasi sebanyak 2.098.805. Sedangkan jika dilihat

dari wilayah pelayanan maka cakupan pelayanan air bersih di kota bekasi

mencapai 48.47 % (jumlah penduduk total wilayah pelayanan 7 Kecamatan

sebanyak 1.106.000)

Page 16: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 16

f. Kebocoran

1. PDAM Tirta Patriot

Jumlah Air Baku yang diproduksi oleh PDAM Tirta Patriot mencapai jumlah

11.141.446 meter kubik, sedangkan air yang didistribusikan mencapai

10.852.300 terdapat air yang hilang sebesar 559.146 meter kubik (5,02 %) yang

dipakai untu operasional instalasi (pengurasan, pembersihan unit dll)

2. PDAM Tirta Bhagasasi

Tingkat kebocoran yang terjadi di PDAM Tirta Bhagasasi sebesar 29.96 %.

Masalah kehilangan air yang dihadapi dengan mempertimbangkan kemampuan

pengelola yang dimiliki serta pendekatan yang dianggap berhasil dilihat dari

resiko pembiayaan, maka beberapa metode penanggulangan kebocoran yang

dapat diaplikasikan adalah :

1. Pendeteksian secara langsung

2. Metode isolasi/zone observasi

3. Pemantauan wilayah/sistem distriK

4. Penanganan langsung dari rumah ke rumah (Metode house to house survey

and rehabilitation)

5. Pilot Area dengan penanganan langsung

6. Kombinasi zone observasi dan renovasi

7. Kombinasi sistem distrik dan zone observasi

2. Sistem Perpipaan Non PDAM

Pengolahan air minum di Kota Bekasi dilakukan selain oleh PDAM juga oleh

pengelola tersendiri. Adapun sistem perpipaan Non PDAM adalah :

a) Tirta Pondok Hijau (Bamus)

Tirta Pondok Hijau (BAMUS) adalah Pengelola air bersih Sistem air minum non

PDAM yang ada di Kota Bekasi. Tirta Pondok Hijau dikelola oleh warga setempat,

Sumber air yang digunakan berasal dari sumur dalam. Saat ini kapasitas

terpasang adalah sebanyak 15 l/dtk, dengan kapasitas produksi baru mencapai 5

l/dtk, jumlah sambungan langsung yang dimiliki oleh Tirta Pondok Hijau

sebanyak 600 SL.

b) Kemang Pratama 1 dan 2

Pengelola perumahan Kemang Pratama 1 dan 2 saat ini sudah memiliki Instalasi

Pengolahan Air tersendiri untuk didistribusikan kepada warga diperumahan

tersebut. Kapasitas instalasi saat ini adalah 15 l/dtk untuk Kemang Pratama 1

dan 30 l/dtk untuk Kemang Pratama 2, jumlah pelanggan mencapai 5700 SL.

Sumber air diambil dari kali bekasi, namun saat ini kondisi dari kali bekasi sudah

tercemar sehingga air yang dihasilkan kadang-kadang berwarna keruh dan

berbau.

Page 17: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 17

c) Citra Gran

Pengelola perumahan Citra Grand saat ini sudah memiliki Instalasi Pengolahan

Air tersendiri untuk didistribusikan kepada warga diperumahan tersebut.

Kapasitas instalasi sebesar 30 l/dtk serta ada yang sedang dalam proses

pembangunan instalasi sebesar 25 l/dtk. Sehingga total instalasi yang dimiliki

oleh Citra Grand sebesar 55 l.dtk. jumlah pelanggan sebesar 3000 SL. Instalasi

Citra Gand menggunakan sumber air dari sungai Cikeas

d) SPAM Bantar Gebang

SPAM Bantar Gebang adalah sistem penyediaan air minum non PDAM yang ada

di kecamatan Bantargebang. SPAM Bantar Gebang ini dikelola oleh warga

setempat dengan pengawasan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Sumber

air yang digunakan berasal dari sumur dalam. Saat ini telah dibangun 6 titik

sumur dalam yaitu 2 titik di Kel. Cikiwul, 2 titik di Kel. Sumur batu dan 2 titik di

Kel.Ciketing Udik. 1 sumur artesis tersebut digunakan untuk melayani 100 SL. Di

tahun 2012, telah dibangun 2 titik penambahan sumur artesis yaitu 1 titik di Kel.

Sumur batu dan 1 titik di Kel. Ciketing Udik. Unit tambahan sumur tersebut

direncanakan akan mulai beroperasi di tahun 2013. Dari informasi yang didapat

dari Dinas Lingkungan Hidup Kota bekasi, Dinas Kesehatan Kota Bekasi melalui

program sanitasi air bersih, akan membangun 2 titik sumur dalam yang berlokasi

di Kel. Margajaya dan Kel. Margahayu.

B. Aspek Pendanaan

Secara garis besar kondisi pendanaan pengembangan SPAM Kota Bekasi.adalah

sebagai berikut:

1. Pembiayaan Pengelolaan Air Minum

Pembiayaan pengelolaan air minum di Kota Bekasi terdiri dari pendapatan, biaya

langsung usaha, dan biaya tidak langsung. Pendapatan usaha meliputi

pendapatan penjualan air dan pendapatan penjualan non air. Untuk biaya

langsung usaha terdiri dari biaya sumber air, biaya pengelolaan air, dan biaya

transmisi dan distribusi. Sedangkan untuk biaya tidak langsung meliputi biaya

umum dan administrasi serta biaya diluar usaha. Selengkapnya pembiayaan

pengelolaan air minum Kota Bekasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 18: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 18

Tabel 7.10

Kondisi Pembiayaan Air Minum Kota Bekasi

No Uraian Biaya Tahun (Juta Rupiah)

2008 2009 2010 2011 2012

A PENDAPATAN

1 Pendapatan

Penjualan Air

112,325,561,210 126,637,491,902 154,511,716,664 - -

2 Pendapatan Non

Air

11,594,215,737 12,847,012,798 13,803,635,959 - -

Jumlah Pendapatan

Usaha

123,919,776,947 139,484,504,700 168,315,352,623 - -

B BIAYA

LANGSUNG

USAHA

1 Biaya Sumber Air 9,596,923,069 10,912,003,206 13,419,345,556 - -

2 Biaya Pengolahan

Air

44,896,322,445 48,021,183,977 49,544,590,311 - -

3 Biaya Transmisi

dan Distribusi

18,769,530,015 21,149,771,717 19,090,034,472 - -

Jumlah Biaya

Langsung Usaha

73,262,775,530 80,082,958,901 82,053,970,339 - -

Laba/Rugi Kotor

Usaha

50,657,001,417 59,401,545,799 86,261,382,284 - -

C BIAYA TIDAK

LANGSUNG

1 Biaya Umum dan

Administrasi

40,504,028,483 47,436,515,065 68,884,659,382 - -

2 Biaya di Luar

Usaha

1,880,484,643 2,729,914,367 2,531,597,446 - -

Jumlah Biaya Tidak

Langsung

42,384,513,126 50,166,429,432 71,416,256,828 - -

Laba/Rugi Usaha 8,272,488,291 9,235,116,368 14,845,125,456 - -

Sumber : Review Masterplan Kota Bekasi

C. Kelembagaan

Pengelolaan air minum PDAM di Kota Bekasi dikelola oleh 2 (dua)

perusahaan yaitu PDAM Tirta Bhagasasi dan PDAM Tirta Patriot. Untuk lebih

jelasnya mengenai kelembagaan 2 (dua) perusahaan pengelolaan air minum di

Kota Bekasi dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

Page 19: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 19

1. PDAM Tirta Bhagasasi

Struktur Organisasi PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi berdasarkan Surat Keputusan

Bupati Nomor : 690/SK.29.PDAM/1988 tanggal 26 Desember 1988 yang

diperbaharui oleh Surat Keputusan Bupati No. 8 Tahun 2000 Tanggal 23 Agustus

2000. Sesuai Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000

dan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Kepengurusan dan

Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum. PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi

termasuk dalam kategori Tipe A dengan jumlah pelanggan sebanyak 147.761

sambungan pelanggan.

Page 20: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 20

Gambar 7.1

Struktur Organisasi PDAM Bhagasasi

Page 21: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 21

2. PDAM Tirta Patriot

Organisasi dan kepegawaian PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi ditetapkan

dengan Peraturan Walikota Bekasi Nomor 21 Tahun 2011 tentang Organisasi

dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot Kota

Bekasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Bekasi Nomor 35

Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Bekasi Nomor 21

Tahun 2011 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirta Patriot Kota Bekasi.

Gambar 7.2

Struktur Organisasi PDAM Tirta Patriot

Berdasarkan Peraturan Walikota Bekasi tersebut Organisasi PDAM Tirta

Patriot Kota Bekasi terdiri dari komisaris, Dewan Pengawas dan Direksi.

Sesuai Peraturan Walikota Bekasi Nomor 21 Tahun 2011 tersebut, Komisaris

terdiri dari :

Walikota sebagai Pelindung

Wakil Walikota sebagai Pembina, dan

Sekretaris Daerah sebagai Pengarah

Susunan Dewan pengawas PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi periode Tahun

2009-2012 ditetapkan dengan Keputusan Walikota Bekasi Nomor 693/KEP.369-

Ekbang.TP/XII/2009 tanggal 4 Desember 2009 tentang pengangkatan

Kepengurusan Badan Pengawas PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi periode 2009-

2012 dengan susunan sebagi berikut:

Ketua : Drs. H Zaki Outomo, M.Si

Sekretaris : Kariman, S.Sos

Anggota :

Page 22: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 22

1. H. Dadang Hidayat, S.E., M.Si

2. Imron Rosyadi

3. Sadeli

Jajaran Direksi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi diangkat dengan keputusan

Walikota Bekasi sebagai berikut :

Keputusan Walikota Bekasi Nomor 693/KEP.369-Ekbang.TP/XII/2009

tentang Pengangkatan Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum

Tirta Patriot Kota Bekasi Periode 2011-2015.

Keputusan Walikota Bekasi Nomor 539/Kep.89-EkbangTP/III/2012 tentang

Pengangkatan Direktur Bidang Umum PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi.

Keputusan Walikota Bekasi Nomor 539/Kep.90-EkbangTP/III/2012 tentang

Pengangkatan Direktur Bidang Bidang Teknik PDAM Tirta Patriot Kota

Bekasi.

Berdasarkan Keputusan Walikota Bekasi tersebut diatas, susunan direksi

PDAM Tirta Patriot Kota adalah sebagai berikut :

Direktur Utama : H. Achmad Zulnaini

Direktur Bidang Umum : Drs. H. Gunung Hilman

Direktur Bidang Teknik : H. Tjetjep Achmadi

Dalam melaksanakan tugasnya Direksi dibantu oleh :

Kepala Bagian Perencanaan

Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Distribusi

Kepala Bagian Hubungan Pelanggan

Kepala Bagian Keuangan

Kepala Bagian Umum

Ketua Satuan Pengawas Internal

Jumlah Karyawan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi per 31 Desember 2011

adalah 119 orang atau bertambah sebanyak 37 orang dibandingkan dengan

tahun 2010 sebanyak 82 orang.

D. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di Kota

Bekasi adalah sebagai berikut:

Page 23: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 23

1. (SK) Walikota Bekasi No. 693/Kep.368-DTKP/X/2003 tanggal 08 Oktober 2003

tentang Pembentukan Satuan Pengelola Sementara Instalasi Pengolahan Air

Kota Bekasi

2. Perda Kota Bekasi No. 02 tahun 2006 tanggal 30 Juni 2006 tentang

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Patriot Pemerintah Kota Bekasi

3. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan atas

Peraturan Walikota Bekasi Nomor 21 Tahun 2011 tentang Organ dan

Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot Kota

Bekasi

4. Keputusan Walikota Bekasi Nomor 693/KEP.369-Ekbang.TP/XII/2009 tanggal 4

Desember 2009 tentang pengangkatan Kepengurusan Badan Pengawas PDAM

Tirta Patriot Kota Bekasi periode 2009-2012

5. Keputusan Walikota Bekasi Nomor 693/KEP.369-Ekbang.TP/XII/2009 tentang

Pengangkatan Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Patriot

Kota Bekasi Periode 2011-2015.

6. Keputusan Walikota Bekasi Nomor 539/Kep.89-EkbangTP/III/2012 tentang

Pengangkatan Direktur Bidang Umum PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi

7. Keputusan Walikota Bekasi Nomor 539/Kep.90-EkbangTP/III/2012 tentang

Pengangkatan Direktur Bidang Bidang Teknik PDAM Tirta Patriot Kota

Bekasi.

8. Surat Keputusan Bupati No. 8 Tahun 2000 Tanggal 23 Agustus 2000. Struktur

Organisasi PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi

7.3.3 Permasalahan Dan Tantangan

Permasalahan yang dihadapi oleh Kota Bekasi dalam pengembangan SPAM

dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Unit Produksi

Kualitas air hasil produksi tidak sesuai

Kapasitas produksi yang terbatas

2) Unit Distribusi

Kualitas air pada saat pendistribusian belum memenuhi syarat.

3) Sambungan Pelanggan

Terjadi selisih yang besar antara produksi air dan hasil pembacaan water

meter pelanggan

Water meter banyak yang rusak/hilang

Tingginya kebocoran air pada pipa pipa dinas dan meter air pelanggan

Pembacaan meter air tidak sesuai dengan pemakaian pelanggan

4) Kelembagaan dan Perundang-Undangan (contoh:)

Kualitas SDM belum sesuai dengan kebutuhan (pengetahuan, keterampilan

dan sikap)

Page 24: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 24

Belum adanya uraian tugas unit organisasi dan karyawan

Kompetensi SDM tidak memadai/tidak sesuai kebutuhan

5) Air Baku (contoh:)

Menurunnya kualitas air baku yang tersedia sehingga mempengaruhi air

hasil produksi

Penurunan kinerja dan keadalan akibat penurunan debit sumber air.

Keterbatasan fasilitas produksi dan distrubusi yang ada terhadap potensi

sumber yang dimiliki (idle kapasitas).

7.3.4 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

7.3.4.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

Analisa terhadap kelengkapan komponen SPAM yang ada terhadap kebutuhan

komponen SPAM yang mengacu pada standar perencanaan dan pelayanan

distribusi yang baku. Dari permasalahan yang timbul diantaranya yaitu

rendahnya cakupan pelayanan rendahnya pertambahan sambungan pelanggan

setiap tahunnya dan tinggginya tingkat kebocoran air disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

a. Dilihat dari segi standar perencanaan, maka ketersediaan sistem penyediaan

air minum di PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi belum menerapkan prinsip

perencanaan pengembangan SPAM ke depan yang menyeluruh. Hal ini

berakibat pada rendahnya cakupan pelayanan pada akhir tahun 2011 yang

hanya mencapai 3,08% dari total jumlah penduduk penduduk Kota.

b. Dilihat dari segi rendahnya pertumbuhan sambungan setiap tahunnya

mengindikasikan SPAM yang ada tidak berpedoman pada aspek

pengembangan yang disebabkan oleh beberapa hal yang saling terkait yaitu :

Sumber air baku yang tercemar sehingga menyulitkan PDAM Tirta Patriot

untuk mempertahankan kualitas air yang dihasilkan.

Kebocoran air pada jaringan pipa masih cukup tinggi menyebabkan

kurangnya pasokan air ke wilayah pelayanan dan akhirnya berdampak

pada rendahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pasokan air

bersih dari PDAM.

7.3.4.2 Kebutuhan Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan pelayanan air minum di wilayah Kota Bekasi dalam

rentang waktu jangka menengah kedepan adalah :

1. Dari sisi non teknis dilakukan upaya perencanaan induk (Rencana Induk

Sistem Penyediaan Air Minum). Dengan adanya rencana induk ini maka

potensi permaslahan maupun potensi peningkatan pelayanan akan terpetakan

sehingga kegiatan yang dialksanakan kedepan akan lebih tepat, baik tepat

waktu maupun tepat sasaran dengan mempertimbangkan segala potensi yang

ada.

Page 25: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 25

2. Peningkatan cakupan pelayanan dengan memanfaatkan kapasitas tersimpan

atau belum terpakai (idle) dengan target sasaran yang akan dilayani adalah

Untuk Unit Rawa Tembaga, Cabang Kota, Cabang Rawa Lumbu, Cabang

Pondok Gede dan Bamus Pondok Hijau.

3. Peningkatan kinerja pengelolaan dengan upaya penurunan kebocoran total

yang terjadi.

4. Pembangunan instalasi baru dengan memanfaatkan kali Cikeas sebagai

sumber air baku. Kapasitas pengambilan sebesar 100 L/det.

5. Pembangunan IPA Baru untuk wilayah pelayanan Rawa Lumbu 270 L/det,

Teluk Buyung 600 L/det dan Karang Kitri 800 L/det.

Rencana Pentahapan Penyediaan Air Bersih Kota Bekasi

Dalam penyusunan rencana induk air bersih suatu perkotaan, prioritas

kebutuhan air adalah untuk kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik

yang terkait erat dengan kebutuhan perkotaan, yaitu kebutuhan air untuk

fasilitas umum dan sosial, kebutuhan air untuk niaga dan perdagangan, dan

apabila memungkinkan adalah kebutuhan air untuk industri.Namun melihat

kondisi yang ada di Bekasi saat ini, kebutuhan air untuk industri masih

bergantung kepada air tanah.Suplai air bersih untuk sektor industri

merupakan target jangka panjang karena saat ini diprioritaskan untuk

domestik yang masih sangat sedikit sekali terlayani oleh PDAM.

Secara umum sistem penyediaan air bersih yang akan dikembangkan sebagian

masih mempertahankan sistem yang ada saat ini serta ada juga yang

merupakan penggabungan beberapa sistem penyediaan air bersih menjadi satu

sistem dan sebagian lagi menjadi sistem baru. Pentahapan dalam rencana

pelayanan air bersih ini terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap jangka pendek,

tahap jangka menengah dan tahap jangka panjang. Adapun rencana program

masing-masing tahapan yang diusulkan adalah sebagi berikut:

1. Tahap jangka pendek (sampai dengan tahun 2015) Untuk tahap jangka pendek

meliputi:

a. Peningkatan kapasitas dan cakupan pelayanan pada daerah yang sudah

terdapat jaringan pipa PDAM.

b. Pembagian area pelayanan PDAM Kota Bekasi dan PDAM Tirta Patriot

berdasarkan kemudahan pemantauan dan distribusi air.

c. Optimalisasi fungsi dan peranan PDAM

2. Tahap jangka menengah (10 tahun/ sampai dengan tahun 2020 )

a. Peningkatan pelayanan pada daerah yang sangat potensial untuk

dikembangkan dan saat ini berlum terlayani oleh jaringan PDAM dengan

cakupan awal adalah 30%.

b. Evaluasi terhadap tahap jangka pendek

3. Tahap jangka panjang ( 20 tahun/ sampai dengan tahun 2025)

a. Evaluasi dan peningkatan prosentase pelayanan yang telah dilakukan pada

tahap jangka menengah. Serta memperluas lagi area pelayanan dengan

Page 26: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 26

target cakupan adalah 85% kebutuhan air bersih penduduk dilayani melalui

sistem perpipaan.

b. Pelayanan terhadap sektor industri dan larangan mengeksploitasi air tanah

berlebih.

Penentuan Zonasi Pelayanan Air Bersih di Kota Bekasi

Untuk mempermudah pencapaian target keberhasilan sesuai dengan tahapan

yang direncanakan, maka dibuat empat zona pelayanan, yaitu Zona I, Zona II,

Zona III dan Zona IV. Adapun uraian masing-masing zona tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Zona I

a. Wilayah yang termasuk dalam Zona I adalah Kecamatan Medan Satria,

Kecamatan Bekasi Utara dan Kecamatan Bekasi Timur

b. Rencana sumber air baku adalah air permukaan yang berasal dari Kali

Bekasi dengan tambahan suplai dari saluran induk tarum barat.

c. Pengelolaan air bersih pada wilayah dalam Zona I saat ini dibawah

pelayanan PDAM Bekasi dan sebagian kecil di bagian utara dikelola oleh

PDAM Tirta Patriot.

2. Zona II

a. Wilayah yang termasuk dalam Zona II adalah Kecamatan Bekasi Barat dan

Kecamatan Bekasi Selatan

b. Rencana sumber air baku adalah air permukaan yang berasal dari Kali

Bekasi dengan tambahan suplai dari Saluran Induk Tarum Barat.

c. Pengelolaan air bersih di wilayah pada zona II saat ini dibawah PDAM

Bekasi.

3. Zona III

a. Wilayah yang termasuk dalam Zona III adalah Kecamatan Mustikajaya,

Kecamatan Bantar Gebang dan Kecamatan Rawa Lumbu.

b. Rencana sumber air baku

c. Kebutuhan air bersih di wilayah yang berada pada Zona III saat ini yang

terlayani masih di Kecamatan Rawa Lumbu dibawah PDAM Bekasi.

Sedangkan untuk Kecamatan Bantar Gebang dan Kecamatan Mustikajaya

belum terjangkau pipa PDAM. Namun dalam rencana program PDAM

Bekasi, rencana untuk perluasan di Kecamatan Mustikajaya merupakan

target yang akan segera dilaksanakan.

4. Zona IV

a. Wilayah yang termasuk dalam Zona IV adalah Kecamatan Pondok Gede,

Kecamatan Jati Asih, Kecamatan Pondok Melati dan Kecamatan Jati

Sampurna

b. Kebutuhan air pada zona ini adalah

Page 27: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 27

c. Rencana sumber air baku adalah dari ari permukaan yang berasal dari Kali

Bekasi untuk Kecamatan Jati Asih dan Jati Sampurna, sedangkan untuk

Kecamatan Pondok Gede dan Kecamatan Pondok Gede dan Pondok Melati

diperlukan tambahan pasokan dari Jatiluhur (Kali Bekasi ditambah dengan

suplai dari Saluran Induk Tarum Barat).

d. Saati ini hanya sebagian kecil wilayah di Kecamatan Pondok Gede yang

sudah terlayani oleh sistem perpipaan PDAM Bekasi.

Berdasarkan hasil zonasi diatas, maka dapat dilihat bahwa pada masing-

masing zona sebenarnya telah terdapat beberapa bagian wilayah yang saat ini

telah terlayani oleh sistem perpipaan PDAM baik oleh PDAM Kota Bekasi

maupun PDAM Tirta Patriot.Namun dalam hal perencanaan air bersih di Kota

Bekasi ini sebenarnya dapat dilihat potensi modal sosial (dalam hal ini

masyarakat Kota Bekasi) cukup memadai untuk pengembangan jaringan,

karena berdsarkan hasil survey terhadap minat dan kemampuan masyarakat

diperoleh gambaran minat yang cukup tinggi dan kemampuan finansial yang

cukup mendukung.

Namun kendala yang cukup berarti adalah terdapatnya dua institusi yang

berkepentingan dalam satu wilayah yang sama, dalm hal ini PDAM Bekasi dan

PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi. Sebenarnya akan lebih mudah lagi apabila

masing-masing zona yang direncanakan telah ditentukan siapa yang harus

mengelolanya. Namun dalam perencanaan ini tidak disebutkan pihak mana

yang sebaiknya mengelola, karena apabila dilihat pada setiap zona yang ada

tampak semua wilayah tersebut merupakan wilayah layanan PDAM Bekasi,

namun disisi lain tanggungjawab dan beban PDAM Bekasi sudah sangat besar,

karena disamping untuk Kota Bekasi, PDAM Bekasi juga mempunyai

tanggungjawab untuk melayani wilayah dalam Kabupaten Bekasi. Masalah

pembagian area pelayanan ini sulit dilakukan karena terkait dengan banyak

hal dan sangat tergantung pada kebijakan yang ada.

Merujuk pada konsep “Kota Berkelanjutan”, penggunaan air tanah untuk

mencukupi kebutuhan baik domestik maupun non domestik sangat tidak

dianjurkan.Namun terkait dengan kondisi wlayah, faktor sosial dan ekonomi

masyarakat di Kota Bekasi, larangan untuk memakai air tanah sangat sulit

dilakukan.Kota Bekasi merupakan wilayah yang masih tergolong peralihan

dari kehidupan yang masih berorientasi perdesaan menjadi wailayah yang

berorientasi perkotaan.Di beberapa wilayah tertentu masih sangat kental

dengan ciri khas hidup perdesaan, misalnya di Desa Cikiwul, Kelurahan

Ciketing Udik, dan beberapa wilayah lainnya.Wilayah yang masih kental

dengan kehidupan perdesaan biasanya masih mengandalkan air tanah untuk

kebutuhan sehari-hari, sehingga peluang PDAM untuk melakukan ekspansi ke

wilayah tersebut masih kecil.Oleh sebab itu untuk wilayah-wilayah yang

demikian ini masuk dalam rencana jangka panjang.Disamping itu kebutuhan

air bersih penduduk perdesaan tidak sebesar dan semendesak penduduk yang

tinggal di perkotaan.

Peta rencana kepadatan yang diperoleh dari Revisi Rencana Tata Ruang

Wilayah kota Bekasi tahun 2000 – 2010 dapat dijadikan acuan untuk

menetapkan skala prioritas wilayah yang hendak dilayani dalam jangka waktu

pendek, menengah dan dalam jangka waktu panjang. Secara logis, wilayah

Page 28: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 28

yang direncanakan memeiliki kepadatan tinggi merupakan wilayah yang

nantinya akan berkembang menjadi perkotaan, sedangkan wilayah yang

direncanakan memiliki kepadatan rendah maka diwilayah tersebut akan

dipertahankan beberapa ruang terbuka hijau yang identik dengan pertanian,

peternakan dan industri.

Berdasarkan zonasi dan pengkategorian wilayah yang ada di Kota Bekasi,

maka langkah selanjutnya adalah membuat skala prioritas pelayanan pada

masing-masing wilayah yang berada pada zona yang telah ditetapkan

berdasarkan pentahapan yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan hasil

overlay peta rencana kepadatan dan peta rencana penggunaan lahan, maka

dapat dibuat suatu asumsi untuk wilayah yang berkategori perdesaan maka

dapat direncanakan untuk tahap jangka panjang, sedangkan untuk wilayah

yang berkategori peralihan direncanakan untuk dilayani air bersihnya dalam

jangka pendek dan menengah. Jangka pendek diprioritaskan untuk wilayah

yang kondisi air tanahnya sudah mengkhawatirkan, misalnya di Kecamatan

Medan Satria dan Kecamatan Bekasi Utara. Adapun rencana pentahapan

untuk masing-masing wilayah pada masing-masing zona dapat dilihat pada

tabel

Rencana tahapan terdiri dari 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap I (Tahun 2010 – 2015)

Wilayah yang direncanakan masuk pada tahap I adalah Medan Satria, Bekasi

Utara dan Bekasi Timur.Wilayah ini dimasukkan pada Tahap I karena

kebutuhan air bersih melalui sistem perpipaan dinilai mendesak, karena air

tanah di wilayah ini sudah melebihi batas eksploitasinya.

2. Tahap II (Tahun 2015 – 2020)

Wilayah yang direncanakan masuk tahap II adalah Bekasi Barat, Bekasi

Selatan, Pondok Melati, Pondok Gede, dan Rawa Lumbu.Kondisi air tanah di

Bekasi Barat dan Bekasi Selatan saat ini masih tergolong bagus dan masih

boleh dieksploitasi untuk kebutuhan rumah tangga dengan batas eksploitasi

100m3/sumur/bulan.Mengingat besarnya biaya yang diperlukan untuk

perluasan jaringan perpipaan PDAM maupun biaya untuk membangun IPA.

3. Tahap III (Tahun 2020 – 2025)

Wilayah yang direncanakan masuk tahap III adalah Kecamatan Mustikajaya,

Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan Jati Asih dan Kecamatan Jati

Sampurna.Namun untuk Bantar Gebang walaupun perpipaan baru

direncanakan untuk dilaksanakan tahun 2020, namun dalam jangka pendek

untuk Kecamatan Bantar Gebang diperlukan suplai PDAM non perpipaan

(dapat berbentuk curah) karena mengingat kondisi air tanah yang tercemar.

Kondisi air tanah di Kecamatan Jati Asih, Mustikajaya dan Kecamatan Jati

Sampurna saat ini masih tergolong bagus dan masih boleh dieksploitasi untuk

kebutuhan rumah tangga dengan batas eksploitasi 100m3/sumur/bulan.

7.3.5 Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun

berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program

Page 29: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 29

seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air

minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan

kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan

kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan

identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan

dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program diupayakan dapat

mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari

segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.

Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan

program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.

Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun berdasarkan

klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota,

Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program

pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih

mendalam untuk menentukan kelayakannya. Pembiayaan kegiatan

pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana

Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah

Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan

dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan

proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan

disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya mengenai

usulan program Air Minum Kota Bekasi dapat dilihat pada Lampiran.

7.4 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

7.4.1 AIR LIMBAH

7.4.1.1 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia

antara lain:

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar

mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007)

tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum

memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air

limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007

dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat

Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum

diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air

limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan

air limbah permukiman berbasis masyarakat.

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan

belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam

Page 30: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 30

sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan

SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi

antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum

terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga

bidang air limbah.

5. Pendanaan

Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan

pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang

merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air

limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga

berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang

air limbah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kota Bekasi

meliputi:

1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan air limbah domestik

Masyarakat Kota Bekasi sebagian besar menggunakan tangki septik untuk

mengolah air limbah rumah tangga khususnya limbah tinja (black water),

namun tangki septik yang dimiliki masyarakat sebagian besar masih belum

memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Disamping itu, permintaan

warga dalam pelayanan sedot tinja untuk melakukan pengurasan tangki

septik juga masih rendah. Padahal tangki septik memerlukan pengurasan

paling tidak sekali dalam 5 tahun, sehingga dindikasikan adanya

kebocoran/meresapnya air di septic tank mencemari air tanah disekitarnya.

Di daerah yang padat penduduk di wilayah Bekasi Timur, Bekasi Utara,

Bekasi Barat, Medan Satria jarak antar rumah/bangunan sangat

berdekatan, sehingga dalam pengaturan jarak antara bidang resap buangan

efluen dari tangki septik dengan sumur gali tidak sesuai sesuai standar

teknis.

Sebagian wilayah di kota Bekasi masyarakat telah memperoleh layanan

MCK Umum maupun MCK plus (Sanimas) yang berbasis komunal, namun

operasional dan pemeliharaannya belum berjalan optimal.

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Sumur Batu Kecamatan

Bantargerbang tidak berjalan optimal, hal ini dikarenakan kurangnya

kapasitas IPLT disamping masih kurang optimalnya pengoperasian dan

pemeliharaan fasilitas tersebut.

Masih banyak masyarakat yang membuang black water dan grey water

secara langsung ke saluran drainase dan badan air tanpa mengalami

pengolahan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan pencemaran air di badan

air.

2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan

Page 31: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 31

Adanya program bantuan penyediaan sarana pengolahan air limbah

domestik bagi masyarakat berpenghasilan rendah ( program MBR ), yaitu

adanya program pengadaan jamban keluarga, MCK komunal bagi

masyarakat miskin di wilayah kumuh.

Adanya lembaga pelaksana teknis (operator) yaitu UPTD Pengolahan

Limbah Tinja di Dinas Kebersihan, yang bertanggung jawab secara khusus

untuk memberikan layanan pengolahan limbah tinja di IPLT Sumur Batu.

Perda no. 7 .tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan kebersihan dan

Perda No.7 tahun 2007 tentang Perijinan Pembuangan Limbah Cair.

Namun substansinya belum mengatur tentang hak dan kewajiban serta

pola tindak yang perlu dilakukan oleh masyarakat dalam pengelolaan air

limbah domestik untuk memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan secara

baik. Peraturan tersebut hanya mengatur untuk pembuangan limbah cair

industri, air limbah domestik jasa perdagangan. Selain itu penegakkan

aturan tersebut masih belum optimal.

Belum ada organisasi/lembaga pengelola layanan air limbah secara khusus

yang melaksanakan fungsi operasi dan pemeliharaan di Kota Bekasi

sehingga sektor air limbah masih belum tertangani secara optimal.

Belum adanya pola kerjasama dengan swasta yang akan dijalankan oleh

Pemerintah Kota Bekasi dalam pengelolaan air limbah domestik skala kota.

3) Isu keuangan

Komitmen Pemkot Bekasi terhadap pembangunan sub sektor air limbah

domestik belum adanya peningkatan yang signifikan dengan indikasi

belanja publik dan trend alokasi anggaran sub sektor air limbah sangat

kecil dari tahun ke tahun.

Pendapatan kota Bekasi (termasuk dari retribusi sedot kakus) tahun 2010

sebesar 110 juta rupiah.

Pendapatan dari retribusi sanitasi persampahan dan sedot tinja masih bisa

dikembangkan, mengingat potensinya jauh melebihi realisasi yang ada saat

ini.

Tersedia sumber-sumber pendanaan sanitasi, yang berpotensi memfasilitasi

dalam mengakses pendanaan dan bahkan menyediakan pendaanaan

kepada masyarakat terkait pembangunan sarana air limbah domestik

sederhana.

4) Isu komunikasi

Belum ada hasil Media Mapping yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan program dan kegiatan komuniasi terkait pembangunan

sub sektor air limbah.

Untuk pengelolaan air limbah domestik sangat sedikit anggaran dan

pembahasan regulasi di kalangan DPRD, SKPD dan Panitia Anggaran.

Dalam penanganan pencemaran air akibat limbah cair belum ada

keterlibatan forum komunikasi atau aliansi kemitraan dalam forum

bersama di dalam sosialisasi.

Page 32: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 32

Kurangnya keterlibatan dan kerjasama antar sesama lembaga dan program

yang terkait dalam pengelolaan air limbah domestik.

Kesadaran akan bahaya pencemaran air limbah domestik sangat kurang,

hal ini disebabkan dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

bahaya pencemaran air limbah domestik .

Sosialisasi yang kurang efektif dan mengena karena tidak menjangkau

seluruh pemangku kepentingan.

5) Isu keterlibatan pelaku bisnis

Armada truk sedot dan angkut lumpur tinja yang dimiliki oleh Pemerintah

kota dan Swasta bisa dikembangkan lagi karena potensi pasar (pemakai

tangki septik yang aman) masih dapat dikembangkan. Berdasarkan hasil

survey EHRA sekitar 93,2 % masyarakat kota Bekasi menggunakan jasa

layanan sedot tinja / truk tinja untuk mengosongkan isi septik tank.

Perlu Pengaturan dalam Perda yang mengatur dengan tegas sanksi bagi

pihak swasta usaha sedot kakus yang dengan sengaja membuang lumpur

tinja ke badan air ( sungai ).

6) Isu peran serta masyarakat

Masyarakat belum membentuk badan pengelola masyarakat secara mandiri

untuk menjalankan pemeliharaan sarana pengolahan air limbah domestik

yang telah dibangun, ketergantungan kepada pemerintah masih tinggi.

Belum optimalnya pemeliharaan MCK Umum.

Dari hasil study EHRA masyarakat kota Bekasi yang melakukan Buang Air

Besar Sembarangan menunjukkan angka 57,5 %.

Saluran drainase dan badan air digunakan oleh masyarakat secara

langsung maupun tidak langsung untuk buangan air limbah domestik.

7.4.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah

A. Aspek Teknis

Pengolahan dan pengelolaan air limbah domestik di Kota Bekasi sampai saat

ini kurang mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah, dengan

bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menambah

beban jumlah air limbah di Kota Bekasi, dimana air limbah domestik (air

limbah rumah tangga) merupakan sumber pencemar tertinggi yang membebani

air permukaan (sungai) di Kota Bekasi .

Dari hasil studi EHRA yang telah dilakukan terlihat tingkat

penggunaan sabun cukup tinggi, mayoritas masyarakat menggunakan

sabun untuk cuci pakaian dan mandi menggunakan sabun untuk

mencuci tangan sesudah makan. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan

sabun memiliki volume yang cukup besar. Hal ini menjadi salah satu

sumber pencemar air permukaan. Dari hasil studi EHRA tercatat di 12

(duabelas) kecamatan yang ada rata-rata penggunaan sabun berkisar 85-

Page 33: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 33

100% dimana Medansatria dan Mustikajaya memiliki prosentase

terbanyak mencapai 100%.

Sistem pembuangan yang ada di Kota Bekasi masih menggunakan

saluran drainase yang ada, dimana air pembuangan greywater dan

blackwater tersebut bergabung dan langsung dialirkan ke saluran

pembuangan / sungai disekitar tempat tinggal. Hal ini tentu saja

menimbulkan dampak pencemaran terhadap kondisi air permukaan

dimana limbah tersebut dapat menurunkan kualitas air sungai

mengenai gambaran drainase dapat dilihat pada sub sektor drainase.

Kondisi lainnya yang dapat dilihat adalah septik tank yang ada, karena

hal ini sangat dipengaruhi oleh pola BAB masyarakat dimana hampir

seluruh masyarakat menggunakan septik tank, hanya kurang lebih 5-

10% saja masyarakat yang masih BABs, rata-rata pengguna septik tank

antara 55%-98%, data tertinggi pengguna septik tank ada di wilayah

Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Selatan dan Rawalumbu, sayangnya

penggunaan septik tank yang cukup tinggi ini tidak dibarengi dengan

perawatannya, berdasarkan hasil EHRA rata-rata 30%-100%

masyarakat hanya membangun tanpa melakukan penyedotan, data

tertinggi terdapat di kecamatan Mustikajaya dan Bantargebang. Umur

septik tank yang ada di setiap kecamatan rata – rata sebagian besar

diatas 5 tahun.

Penyedotan tinja dan septiktank yang ada rata-rata dilakukan dengan

menggunakan mobil tinja dan hampir sebagian besar hasil penyedotan

tersebut tidak dibuang ke IPAL melainkan dibuang ke sungai / kali. Data

EHRA menunjukan bahwa hampir 100% melakukan penyedotan dengan

mobil sedot tinja dan 70% melakukan pembuangan ke sungai dan 30%

tidak diketahui, hal ini mengindifikasikan bahwa pangolahan dan

pelayanan blackwater perlu mendapat perhatian khusus dari

pemerintah.

Menurut data yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Bekasi, jumlah

KK (Kepala keluarga) yang memenuhi standar dalam saluran

pembuangan limbah domestik pada tahun 2009 sebesar 71.15 % ,

sedangkan untuk sistem pengelolaan air bekas kakus dan tinja (Black

Water) di Kota Bekasi saat ini masih dilakukan secara on site (setempat),

yaitu: Kakus, Cubluk dan Septik tank. Berdasarkan data dari Dinas

Pertamanan, Pemakaman dan PJU Kota Bekasi (2008), diketahui bahwa

jumlah fasilitas limbah setempat (on site) saat ini adalah:

Jumlah Septik tank adalah : 556.038 unit

Jumlah Cubluk adalah : 135.037 unit

Jumlah MCK : 56 unit

Sedangkan lumpur tinja diangkut dan diolah di IPLT (Instalasi Pengolahan

Lumpur Tinja). Lokasi IPLT Kota Bekasi adalah di Sumur Batu seluas 1 Ha

Page 34: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 34

dengan kapasitas pengolahan 115 m³/hari, dilengkapi Truk Tinja 11 buah dari

Pemda dan milik swasta 22 buah.

B. Kelembagaan

Pengelolaan limbah cair berada di bawah Badan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (BPLH), di bawah bidang pengendalian dampak lingkungan.

Gambar 7.3

Struktur Organisasi BPLH Kota Bekasi

C. Peraturan Perundangan

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota Bekasi yang berupa peraturan

perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah domestik, tetapi hanya

berupa arahan teknis saat pembahasaan TKPRD dan pembahasan dokumen

lingkungan yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat

(individu)/pemrakarsa usaha/kegiatan untuk melakukan pengelolaan air

limbah domestik (baik untuk greywater maupun blackwater) sesuai dengan

kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

Peraturan perundangan yang ada di Kota Bekasi yang terkait dengan

pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:

Perda No. 7 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan

Perda No. 07 Tahun 2007 tentang Ijin Pembuangan Limbah Cair Di Kota

Bekasi ( mengatur perijinan pembuangan air limbah industri, jasa

perdagangan, rumah sakit

7.4.1.3 Permasalahan dan Tantangan

Page 35: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 35

Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah

Kota Bekasi dari aspek teknis dan non teknis meliputi :

1. Terbatasnya sarana infrastuktur pengelolaan air limbah rumah tangga

terutama infrastruktur yang secara komunal, di beberapa wilayah banyak

dijumpai sarana pembuangan air limbah domestik tidak dikelola dengan

benar.

2. Kerusakan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang terletak di

Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantargebang sedang dalam proses

perbaikan dan peningkatan kapasitas.

3. Belum optimalnya sosialisasi pengelolaan air limbah domestik di lingkungan

SKPD maupun masyarakat, sehingga masih belum optimal persepsi di SKPD

tentang cara pengelolaan air limbah domestik, dan kurangnya pengetahuan

dan kesadaran masyarakat secara optimal.

4. Masih kurangnya pemahaman personil-personil di Dinas Kebersihan, Dinas

Tata Kota dan BPLH untuk dapat melakukan advokasi tentang cara yang

benar dan arti penting pengelolaan limbah domestik pada berbagai pihak.

7.4.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Air Limbah

Pelayanan pengolahan limbah cair merupakan salah satu permasalahan yang

perlu diperhatikan dalam peningkatan Sanitasi Kota. Untuk dapat

meningkatkan pelayanan pengolahan Limbah cair berikut beberapa aksi yang

telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi untuk menangani permasalahan

terkait sanitasi :

1. Memantau sumber – sumber pencemar yang potensial mencemari air

permukaan , air tanah , sehingga terwujud kondisi lingkungan yang bebas

pencemaran

2. Menertibkan usaha / kegiatan yang belum optimal dalam pengolahan limbah

cairnya dan menindak yang melanggar baku mutu

3. Meningkatan sarana dan prasarana penyediaan air bersih serta cakupan

pelayanan air bersih kepada masyarakat

4. Meningkatkan sarana dan prasarana penanganan limbah domestik baik cair

maupun padat (sampah) serta cakupan pelayanannya

5. Meningkatkan kesadaran bagi masyarakat tentang arti pentingnya

memelihara lingkungan untuk kelangsungan hidup berkelanjutan dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga masih belum optimal, dan masih jauh

dari yang diharapkan seperti :

1. Walaupun pada umumnya masyarakat Kota Bekasi sudah menggunaka

septictank namun masi perlu di waspadai apakah septic-tank tersebut aman

bagi lingkungan, dimana hanya 48.6 % penduduk Kota Bekasi yang dalam

kurun waktu > 2 Tahun yang telah menguras septic-tank nya. Hal ini di

Page 36: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 36

dukung karena kurang pahamnya pengetahuan masyarakat tentang akibat

pencemaran limbah tinja dari septic-tank ke sumber-sumber air tanah.

2. Pemerintah Kota Bekasi dengan ketersediaan dana yang terbatas juga belum

memiliki perencanaan dalam pengelolaan limbah domestik khususnya

penyusunan master plan pengolahan limbah domestic.

3. Belum terdapatnya sistem pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga melalui

perpipaan secara komunal.

4. Tidak optimalnya Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Sumur Batu

dikarenakan jumlah anggaran yang digunakan untuk oprasional IPLT hanya

Rp 300.000.000,- per tahunnya dan < 50% di gunakan untuk pengolahan

limbah.

5. Terbatasnya truck penyedot limbah tinja yang dapat beroperasi hanya tersedia

5 Unit Truck dari 7 Unit Truck yg di miliki Pemerintah Kota Bekasi.

6. Kapasitas masing-masing Truck dapat menyedot 10.00 M³/ hari

7. Kapasitas IPLT yang hanya dapat menampung 10.000 m3 limbah setiap

harinya, tapi dalam kenyataannya dipaksakan mengolah 80.000 m3 limbah

domestic setiap harinya.

Untuk meningkatkan pengelolaan dan pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga

(tinja), maka pemerintah perlu segera melakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Optimalisasi Sarana dan prasarana yang sudah ada.

2. Melakukan beberapa terobosan pendanaan untuk IPLT baik dari segi

pengolahan dan pembuatan IPLT yang baru dengan sistem tertutup.

3. Melakukan beberapa penyuluhan melalui kader-kader Puskesmas/ PKK

tentang resiko pencemaran sumber air tanah dari bakteri Tinja.

4. Membuat perencanaan pengolahan limbah cair rumah tangga .

5. Mulai diarahkannya melalui TKPRD terhadap kawasan-kawasan perumahan

yang baru untuk menggunakan sistem pemipaan komunal limbah cair rumah

tangga (tinja).

7.4.2 PERSAMPAHAN

7.4.2.1 Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di

Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya

dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan

sampah perkotaan antara 2-4% per tahun.

Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan

konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

Page 37: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 37

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA

memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat

pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat

layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat

terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar

dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan

kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan

banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator

sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas

dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi

pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya

skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya

dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan

sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan

berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan

sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam

melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak

swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim

kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah

dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi

kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Bekasi

meliputi:

1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan persampahan

Secara teknis operasional pengelolaan sampah di Kota Bekasi saat ini

dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan Kota Bekasi.

Perlu dibudayakan ke pada masyarakat untuk melakukan 3R di masing –

masing sumber sampah sehingga masyarakat dapat memiliki nilai tambah

dari upaya 3 R yang telah dilakukan dan pemerintah kota bekasi dapat

mengurangi ongkos pengangkutan ke TPA dengan demikian umur lahan

TPA dapat lebih panjang.

Page 38: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 38

Telah ada pengolahan sampah sistem 3R di kompos Patriot TPA Sumur

Batu.

Keterbatasan lahan TPA Sumur Batu yang ada saat ini.

TPA Sumur Batu dalam pengolahan sampah menggunakan metode controll

landfill.

Keterbatasan armada truk angkut yang ada di Kota Bekasi, sehingga

jumlah sampah yang terangkut dari TPS ke TPA masih kurang.

Berdasarkan hasil survey EHRA sekitar 71,7% masyarakat Kota Bekasi

mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah. Dengan rinciannya 39,7%

mendapatkan pelayanan beberapa hari dalam seminggu, 13% menerima

pengangkutan setiap hari, 11% menerima layanan sekali dalam seminggu

dan sisanya 8,7% tidak dapat diidentifikasi.

Dilihat dari waktu pengangkutan, berdasarkan hasil survey EHRA 57,3 %

sampah diangkut beberapa kali dalam seminggu.

Masih terdapatnya sampah-sampah liar di Kota Bekasi.

Keterbatasan sarana,prasarana dan kapasitas IPLT yang ada untuk

mengelola Blackwater.

Invertarisasi rute pemetaan pengangkutan.

Optimalisasi penanganan sampah di TPS kurang baik karena konsep yang

ada saat ini adalah open dumping.

Ada rencana / konsep pengolahan sampah sistem indoor di lokasi TPS.

Pada armada angkutan tidak ada penyekatan untuk masing-masing jenis

sampah.

2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan

Kebijakan dan kelembagaan yang ada untuk sector persampahan sudah

sesuai hanya perlu pengoptimalan dari kelembagaan yang ada.

Belum adanya analisis secara mendalam potensi system modul berdasarkan

kebutuhan perkembangan kota dan kapasitas pembuangan akhir.

Belum adanya kebijakan program prioritas pelayanan umum sampah di

wilayah permukiman yang berkepadatan tinggi, kawasan kumuh yang

berkepadatan tinggi dan wilayah rawan banjir.

Penegakan hukum terhadap pelaksanaan Perda belum mengenakan sanksi

kepada mereka yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

3) Isu keuangan

Keterbatasan kemampuan pendanaan APBD kota Bekasi mengakibatkan

anggaran yang dialokasiakan untuk pengelolaan persampahan terbatas

sehingga dalam penganggaran menganut sistem prioritas.

Keterbatasan pendanaan disebabkan belum tercantumnya aspek sanitasi

belum sepenuhnya menjadi program prioritas dalam dokumen – dokumen

perencanaan kota yang ada.

Page 39: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 39

Peningkatan pendapatan dari retribusi kebersihan masih dapat digali lagi

sehingga PAD dari sektor persampahan dapat meningkat

4) Isu komunikasi

Perlu peningkatan kerjasama dengan pelaku bisnis komunikasi dalam

memasyarakatkan program – program sektor persampahan.

Belum adanya sistem informasi yang mudah dicapai masyarakat, termasuk

didalamnya informasi rencana pengembangan, tarif, desain teknis dan

prosedur untuk penyampaian keluhan/pengaduan.

Media yang digunakan untuk sosialisasi dan promosi persampahan kurang

menarik.

5) Isu keterlibatan pelaku bisnis

Adanya pengusaha pengepul dan pengusaha produksi daur ulang barang

bekas yang membeli bahannya dari warga sekitar.

Terdapatnya perusahaan swasta yang mengelola sampah di kawasan publik

seperti kemang pratama.

Sudah ada beberapa usaha pengepul dan pengolah sampah yang cukup

potensial dalam mendukung program Reduce, Re-use dan Recycle (3 R) yang

diperkenalkan Pemerintah.

6) Isu peran serta masyarakat

Usaha-usaha lainnya yang dilakukan masyarakat seperti usaha

pemanfaatan sampah oleh warga, usaha daur ulang sampah pelastik

memperlihatkan bahwa partisipasi masyarakat cukup tinggi.

Terdapat pengelolaan kegiatan komposting yang dilakukan oleh

masyarakat, Gerakan Peduli Lingkungan ( GPL) dan LSM setempat.

Partisipasi warga dalam pengangkutan sampah dari rumah ke TPS sudah

cukup tinggi dan dilakukan secara swadaya.

Adanya upaya oleh masyarakat untuk mereduksi sampah skala rumah

tangga dengan cara komposting melalui pilot project (Bekasi Timur dan

Bekasi Selatan ).

7.4.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

A. Aspek Teknis

Sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh

masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal

berikut:

1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:

Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);

Page 40: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 40

Komposisi sampah di Kota Bekasi berbeda-beda, tergantung dari sumber

penghasil sampah. Untuk pasar, sampah organik sangat mendominasi. Sampah

organik di pasar mencapai 85,45%. Untuk kawasan perumahan, sampah

organik juga mendominasi dengan prosentase 47,67%.

Untuk jalan utama, sampah organik mendominasi hingga 56,46%. Bila dirata-

ratakan, sampah organik di Kota Bekasi adalah 63,19%, disusul oleh sampah

plastik sebesar 17,58% Komposisi sampah yang ada di Kota Bekasi dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 7.11

Komposisi Sampah Kota Bekasi

Tabel 7.12

Sumber, Kegiatan, dan jenis sampah dan limbah Padat

yang dihasilkan

SUMBER KEGIATAN JENIS

Pemukiman

Keluarga kecil, keluarga besar,

apartemen rendah, apartemen

sedang dan apartemen

pencakar langit

Sampah makanan, kertas, karton,

plastik kain, kulit, sampah

kebun, kaca, kaleng, aluminium

dan sampah khusus ,

sepertisampah elektronik dan

limbah padat B3

Perdagangan

Toko, restoran, Pasar,

Perkantoran, hotel, motel, dan

lain lain

kertas, karton, plastik, kayu,

sampah makanan, kaca, logam,

sampah khusus dan limbah padat

B3

Lembaga Sekolah, Rumah Sakit,

Penjara, Pusat Pemerintahan

kertas, karton, plastik, kayu,

sampah makanan, kaca, logam,

sampah khusus dan limbah padat

B3

Industri

Konstruksi, pabrik,

manufaktur skala kecil dan

besar, kilang, pabrik bahan

kimia, pusat tenaga listrik dan

lain-lain

Sampah proses industri, besi dan

material bekas. Sampah non

industri seperti sampah

makanan, sampah kebun, dan

sampah konstruksi, sampah

khusus dan limbah padat B3

Pertanian Perkebunan, sawah,

peternakan.

Sampah makanan yang telah

busuk, limbah pertanian, serasah

dan limbah padat B3

Page 41: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 41

SUMBER KEGIATAN JENIS

Pelayanan

Publik

Jalan, Taman dan area

rekreasi

Serasah, sampah kertas, plastik,

kaleng dll

fasilitas

Pengolahan

Limbah

IPAL Domestik dan IPAL

industri

Lumpur kasil pengolahan limbah

dan limbah padat yang

mengandung B3

Sumber : Bappeda Kota Bekasi

Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari)

Timbulan sampah di Kota Bekasi setiap tahun terus meningkat. Dari seluruh

timbulan sampah kota ini hanya 46,23% yang dapat ditangani oleh Pemerintah

Kota dengan diangkut dan diolah di TPA, sedangkan selebihnya yaitu 53,77%

menjadi sampah liar yang dibuang sembarangan ataupun

dibakar.Memperhatikan data yang disampaikan BPS Tahun 2010, 2011, 2012,

tonase sampah Rata-rata (Ton)/hari yang masuk ke TPA Sumur Batu pada

tahun 2010 adalah 379,012 ton/hari, pada tahun 2011 sebanyak 395,009

ton/hari, dan pada tahun 2012 sebanyak 395,009 ton/hari.

Tabel 7.13

Tonase Sampah Rata-Rata (Ton/hari) yang Masuk ke TPA Sampah Sumur Batu

Kota Bekasi Tahun 2010, 2011, dan 2012

No Bulan Tahun

2010 2011 2012

1 Januari 328,44 353,22 354,52

2 Pebruari 361,88 400,5 419,76

3 Maret 306,7 351,24 374,33

4 April 347,49 360,73 376,31

5 Mei 368,57 382,91 358,35

6 Juni 396,9 399,76 370,94

7 Juli 402,16 398,27 397,93

8 Agustus 403,4 413,11 368,85

9 September 366,68 426,13 481,72

10 Oktober 387,03 417,29 426,49

11 Nopember 449,46 433,83 414,05

12 Desember 429,43 403,12 404,42

Rata-Rata 379,012 395,009 395,64

Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka Tahun 2010, 2011, 2012, 2013

Page 42: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 42

Dari tabel diatas, dengan Asusmsi volume timbulan sampah yang terangkut

sebesar 46,23% ke TPA Sumur Batu setiap harinya, maka estimasi volume

timbulan sampah harian di tahun 2010 adalah 819,94 ton/hari, pada tahun

2011 adalah 854,44 ton/hari, dan tahun 2012 adalah 855,81ton/hari.

Tabel 7.14

Estimasi Timbulan Sampah Harian (Ton/Hari) Di Kota Bekasi

Tahun 2010, Tahun 2011, dan Tahun 2012

No Bulan Tahun

2010 2011 2012

1 Januari 710,45 764,05 766,86

2 Pebruari 782,78 866,32 907,98

3 Maret 663,42 759,77 809,71

4 April 751,65 780,29 814,00

5 Mei 797,25 828,27 775,15

6 Juni 858,53 864,72 802,38

7 Juli 869,91 861,5 860,76

8 Agustus 872,59 893,6 797,86

9 September 793,16 921,76 1042,01

10 Oktober 837,18 902,64 922,54

11 Nopember 972,23 938,42 895,63

12 Desember 928,9 871,99 874,80

Rata-Rata 819,84 854,44 855,81

46,23% terangkut ke TPA Sumur Batu

53,77% menjadi sampah liar

Page 43: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 43

Gambar 7.4

Estimasi Timbulan Sampah Harian (Ton/Hari) Di Kota Bekasi

Tahun 2010, Tahun 2011, dan Tahun 2012

Cakupan pelayanan (ha).

Layanan persampahan yang ada saat ini baru mencapai 45,97% dari total

cakupan yang harus terlayani. Pengelolaan persampahan di Kota Bekasi

dilakukan di TPA Sumur Batu, dengan luas lahan 10 Ha yang tebagi dalam 4

zona dengan sistem pengolahan Control Landfill. Daya tampung ketinggian sel

sampah TPA Sumur Batu mampu menampung ketinggian 15 Meter dengan 4

unit alat sewa.

2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);

Jumlah Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) di Kota Bekasi

belum ideal dengan volume timbulan sampah. Jumlah TPSS yang tersedia yang

hanya 230 lokasi menjadi penyebab sampah liar terdapat di mana-mana.

Tabel 7.15

Lokasi Kontainer, Transfer Depo, Titik Temu dan TPS Kota Bekasi

Page 44: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 44

UPTD Kelurahan Lokasi Jenis

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Rawalumbu

Pengasinan RW 06 Transfer

Depo √

Bojong

Rawalumbu

RW 19 Transfer

Depo √

RW 34 TPS √

RW 37 Titik

Temu √

RT 02 TPS √

RT 01 TPS √

RW 40 TPS √

Bojong

Menteng

Perum Bojong

Menteng Indah TPS √

Bekasi timur

Bekasi Jaya

Bekasi Kaum TPS √

Bekasi Kaum Kontaine

r √

Margahayu

Rawa Semut TPS √

Rawa Semut Kontaine

r √

Deperla Kontaine

r √

Duren Jaya

Belakang

Pasar Baru

Kontaine

r √

Perum III TPS √

Jatisampurn

a

Jatisampurn

a

Perum

Kranggan

Permai

Titik

Temu √

Jatiraden RS

Jatisampurna TPS √

Jatikarya

RS Permata TPS √

Times Square TPS √

Mitra 10 TPS √

Plaza Cibubur TPS √

Medan Satria Pejuang RW 017 Pasar

Family

Transfer

Depo √

Harapan

Mulya

RW 005 / RW

006 TPS √

Pejuang RW 015 TPS √

Page 45: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 45

UPTD Kelurahan Lokasi Jenis

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Mustika Jaya Mustika Jaya

Perum

PUSKOPAD

RW 13

TPSS √

Perum

BKKBN RW

27

Titik

Temu √

Pedurenan

Perum Bumi

Alam Hijau

RW 16

TPSS √

Cimuning

Perum BTR

Blok E RW 13

Titik

Temu √

Perum Dukuh

Zamrud Blok I

RW 12

TPSS √

PT. Jeil

Indonesia

Titik

Temu √

Kantor

Kecamatan

Mustikajaya

Kontaine

r √

Jatiasih Jatiasih Perum Bumi

Asih Indah

Kontaine

r √

Jatimekar

Perum Nasio

Indah

Kontaine

r √

Bekasi Barat Bintara

Perumahan

Griya Bintara

RW 12

Jalan Bintara

6 RW 6 (

Tanah Jasa

Marga )

Kranji

RT 06/07,

Perumahan

Duta Kranji

Perumahan

Duta Kranji

RW 09

Perumahan

Duta Kranji

RW 10

Jalan Tebus

Rawa Bebek (

Badan Jalan )

Page 46: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 46

UPTD Kelurahan Lokasi Jenis

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Jaka

Sampurna

RT 4 RW 2 (

Dibawah Tiang

Sutet PLN)

RT 4 RW 15 (

Tanah

Pengairan )

RT 6 RW 15 √

RW 15 ( Tanah

Milik Jasa

Marga )

Bintara Jaya

Perumahan

DDN √

Kota Baru

RW 5 Samping

Pos Poll √

Protokol

Margahayu Jl. Dewi

Sartika TPS √

TPS Beton /

Permanen

Terminal

Induk Bekasi

Kontaine

r √

Jl. HM Joyo

Martono

Kontaine

r √

Carrefour

Kontaine

r √

Belakang

Kodya ( RW 05

)

Kontaine

r √

Bekasi Jaya

Jl. KH. Agus

Salim TPS √

Marga Mulya Jl. Sudirman TPS √

TPS Beton /

Permanen

Stasiun Besar

Bekasi

Kontaine

r √

TPS Beton /

Permanen

Gedung

Wibawa Mukti

Kontaine

r √

Jl.

Pramuka/PMI

Kontaine

r √

Duren Jaya Ramayana

Kontaine

r √

Page 47: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 47

UPTD Kelurahan Lokasi Jenis

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Islamic Center

Kontaine

r √

Kayuringin

Stadion Bekasi

( GOR )

Kontaine

r √

Medan Satria Grand Mall

Kontaine

r √

Pondok

Melati Jatirahayu

RW 01 Taman

PD Gede TPS √

RW 09

Kologad TPS √

RW 06 Ardini I TPS √

Perum

Jatiwarna TPS √

Bekasi

Selatan Pekayon Jaya

Mall

Metropolitan

Kontaine

r √

Naga

Swalayan

Kontaine

r √

Kayuringin

Jaya

Bekasi Cyber

Park

Kontaine

r √

RS Global

Kontaine

r √

Jl. Gurame

Raya TPS √

Pasar

Tradisonl TPS √

Jl. Komodo

Raya

Transfer

Depo √

Jl. Jati

Titik

Temu √

RW 25

Titik

Temu √

Marga Jaya

RS Hermina

Bekasi

Kontaine

r √

Apartement

Center Point

Kontaine

r √

Lotte Mart

Kontaine

r √

RW 01 TPS √

Jaka Setia Perum PJS & TPS

Page 48: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 48

UPTD Kelurahan Lokasi Jenis

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

PTM

Sumber : Dinas kebersihan Kota Bekasi, 2012

Kota Bekasi memiliki pembuangan akhir (TPA) yang berada di Kelurahan

Sumurbatu Kecamatan Bantargebang dengan kapasitas daya tampung TPA

seluas 10 hektar. Luas TPA tersebut sangat terbatas bila memperhatikan

timbulan sampah di Kota Bekasi. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur

Batu yang memiliki luas 10 Ha terbagi dalam 4 zona sebagaimana gambar

berikut.

Gambar 7.5

Peta Lokasi TPA Sumur Batu

Page 49: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 49

Gambar 7.6

Lay Out TPA Sumur Batu

Setiap hari produksi sampah masyarakat di kota Bekasi di tahun 2010 adalah

819,94 ton/hari dan pada tahun 2011 adalah 854,44 ton/hari dan yang

terangkut ke TPA Sumur Batu hanya sekitar 46,23 persen yaitu pada tahun

2010 adalah 379,012 ton/hari dan pada tahun 2011 sebanyak 395,009 ton/hari.

Idealnya TPA digunakan sebagai tempat penampungan akhir dari sampah-

sampah yang tidak bisa diolah kembali (didaur ulang atau di konversikan

menjadi energi). Namun TPA Sumur Batu masih digunakan sebagai tempat

untuk menampung seluruh sampah padat perkotaan yang dihasilkan oleh

masyarakat. Dengan kondisi seperti ini yaitu sebagai penampung sampah

akhir membutuhkan lahan yang relatif luas, dan diperkirakan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batudinilai akan overload pada 2014

mendatang jika tidak dibangun zona baru.

3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce,

reuse, recycle)

Saat ini warga Kota Bekasi telah memilki Inisiatif untuk mengembangkan

program 3R dengan mendirikan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) yang

didalamnya terdapat Rumah Kompos dan kegiatan yang menguntungkan yaitu

Bank Sampah. Namun kegiatan ini belum banyak dilakukan walaupun sangat

diperlukan untuk mereduksi jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA.

Lokasi 3R dan Bank Sampah Kota Bekasi dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 7.16

Page 50: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 50

Lokasi 3R di Kota Bekasi

Kecamatan Kelurahan Lokasi Jenis

Pengolahan

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Rawalumbu Sepanjang

Jaya

RW 09 Komposting √

Pengasinan RW 06 Komposting √

RW 19 Komposting √

SMA 13 Komposting √

Bekasi Timur Margahayu Pengairan Bank Sampah √

Pengairan Bank Sampah √

Jatisampurn

a

Jatisampurn

a

SMA 7

Negeri

Komposting √

Jatiraden Yayasan

KDM

Komposting √

Jatiranggon Sekolah

Alam

Komposting √

Medan Satria Medan Satria RW 002 Komposting √

RW 007 Komposting √

Kelurahan Komposting √

Kecamatan Komposting √

RT 004 RW

008 Ujung

Menteng

Bank Sampah √

Pejuang RW 004 Komposting √

SD Pejuang

5 RT 003 /

006

Komposting √

RW 005

Pondok Sani

Bank Sampah √

Kali Baru RT 001 RW

004

Bank Sampah √

Harapan

Mulya

RT 002 RW

008 Kp.

Kandang

Bank Sampah √

RT 008 RW

003 Kantor

Kel.

Harapan

Mulya

Bank Sampah √

Page 51: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 51

Kecamatan Kelurahan Lokasi Jenis

Pengolahan

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Mustikajaya Mustikajaya Kecamatan

Mustikajaya

Komposting √ Belum

Berjalan

SMA Negeri

9 Bekasi

Komposting √ Belum

Berjalan

RW. 03 Komposting √ Belum

Berjalan

Padurenan Blok M RW

14 Perum

Dukuh

Zamrud

Komposting √ Belum

Berjalan

RW. 20 Kel.

Padurenan

Bank Sampah √

RW. 21 Kel.

Padurenan

Bank Sampah √

Mustikasari Jl. Mustika

Karya RT 04

RW 07

Komposting √

Jl. Linun RT

03 RW 02

Komposting √

Jatiasih Jatiasih Pasar Baru

Jatiasih

Komposting √

Jatimekar Perum

Ambara

Pura

Komposting √

Jatiluhur Perum

Satwika

Permai

Komposting √

Bekasi Barat RW 02 Kota

Baru

Komposting √

Pasar Baru

Kranji

Komposting √

Pasar Lama

Kranji

Komposting √

Pasar

Sumber

Artha

Komposting √

Pasar Pagi

Bintara

Komposting √

RW 02 Jaka

Sampurna

Komposting √

Page 52: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 52

Kecamatan Kelurahan Lokasi Jenis

Pengolahan

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Pondok Gede Jati Bening Jl. Emur RT

05/03

Komposting √

Jt. Bening Komposting √

Jl. Bina

Lontar No

II/77, RT 2/5

Jt. Bening

Komposting √

Jati Makmur SD jati

Makmur 3

& 4 jalan

Semeru No

1, Jati

Makmur

Komposting √

Jl.

Kenangan 3

Blok J2/12,

RT 15/15 (

duta ), Jati

Makmur

Komposting √

Jl. Guntur

3/14 ( tokyo

) Jati

makmur

Komposting √

Jati Bening II RW 08

Jatibening

II

Komposting √

Jl. Mangga

Perum Jati

bening II

Komposting √

Jati Cempaka Curug Jaya,

RT 08/01

Komposting √

Pondok

Melati

Jatimurni GG.

Rambutan

RW 03

Komposting √

Pohon Jati

RW 06

Komposting √

Bekasi

Selatan

Pekayon Jaya GPL Komposting √

RW 05 Komposting √

RW 14 Komposting √

Kantor

Kecamatan

Komposting √

Page 53: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 53

Kecamatan Kelurahan Lokasi Jenis

Pengolahan

Status Keteranga

n Aktif Tidak

Aktif

Kayuringin

Jaya

GOR Bekasi Komposting √

RW 8 dan

Kelurahan

Komposting √

Marga Jaya RW 01 Komposting √

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Bekasi, 2012

4) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir)

Tingkat pelayanan persampahan terbesar di Kota Bekasi berada di Kecamatan

Jatisampurna, Mustika Jaya, Bekasi Selatan, dan Medan Satria, yaitu lebih

dari 40%, sedangkan terkecil berada di Kecamatan Jatiasih dengan tingkat

pelayanan berkisar antara 17-21%. Tingkat pelayanan menunjukkan

perbandingan antara sampah yang dihasilkan dengan sampah terangkut.

Tingkat pelayanan untuk pasar sudah mencapai 84%, sedangkan rata-rata

tingkat pelayanan di Kota Bekasi adalah 46%.Sistem pelayanan persampahan

adalah sebagai berikut.

Pewadahan

Tujuan disediakannya pewadahan yaitu untuk menghindari terjadinya sampah

yang berserakan dan menimbulkan bau yang dapat mengganggu kesehatan

manusia serta estetika lingkungan. Ada 2 bentuk pewadahan yang terdapat di

Kota Bekasi yaitu :

1. Pewadahan individu, dimana untuk pewadahan individu,

disediakanlangsung secara pribadi oleh pemilik rumah.

2. Pewadahan komunal, dimana pewadahan ini disediakan oleh pihak

Pemerintah Kota Bekasi. Pewadahan berupa kontainer yang diletakkan di

beberapa lokasidan dikelola tersendiri oleh UPTD Kontainer. Berikut ini

adalah daftar lokasi kontainer yang ada di Kota Bekasi.

Tabel 7.17

Tingkat Pelayanan Persampahan Kota Bekasi Tahun 2009 - 2011

Page 54: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 54

Sumber : Dinas kebersihan Kota Bekasi, 2012

Pengumpulan

Pengumpulan sampah merupakan pengambilan sampah dimulai dari

pewadahan individual dan pewadahan komunal menuju TPS. Pengumpulan

sampah di Kota Bekasi dilakukan dengan dua cara, yaitu sampah dari rumah

tangga diangkut dengan truk sampah menuju TPS, dan ada juga yang diangkut

oleh gerobak sampah menuju TPS. Berikut ini adalah data sarana dan

prasarana untuk kegiatan pengumpulan yang disediakan oleh Dinas

Kebersihan dan tersebar di 12 kecamatan wilayah pelayanan Dinas Kebersihan

Kota Bekasi.

Tabel 7.18

Jumlah Alat Pengumpulan Sampah Dinas Kebersihan Kota Bekasi

No Jenis Kapasitas Fungsi Jumlah Kondisi

1 Gerobak 1 m3 Sarana

Pengumpulan

275 Baik

2 Gerobak Motor 1 m3 Sarana

Pengumpulan

78 Baik

Sumber : Dinas kebersihan Kota Bekasi, 2012

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011

Pondok Gede 681,63 686,14 698,46 196 196 196 29% 29% 28%

Jatisampurna 233,45 235,00 239,22 98 98 98 42% 42% 41%

Pondok Melati 309,95 312,01 317,61 112 112 112 36% 36% 35%

Jatiasih 490,28 493,53 502,39 84 105 105 17% 21% 21%

Bantargebang 231,69 233,22 237,41 56 56 56 24% 24% 24%

Mustika Jaya 343,59 345,87 352,08 161 161 189 47% 47% 54%

Bekasi Timur 585,47 589,34 599,92 133 133 133 23% 23% 22%

Rawalumbu 436,87 439,77 447,66 168 168 168 38% 38% 38%

Bekasi Selatan 503,08 506,41 515,50 245 245 273 49% 48% 53%

Bekasi Barat 652,88 657,20 669,00 140 168 189 21% 26% 28%

Medan Satria 358,94 361,32 367,81 162 162 162 45% 45% 44%

Bekasi utara 757,62 762,63 776,32 196 196 196 26% 26% 25%

Pasar 250 250 250 210 210 210 84% 84% 84%

Protokol 308 308 336

Bantuan 56 56 56

Kontainer 147 147 147

Jumlah 5.590,04 5.627,04 5.728,07 2.472 2.521 2.626 44% 45% 46%

Pelayanan (%)Kecamatan

Timbulan (m3/hari) Terangkut (m3/hari)

Page 55: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 55

Pengangkutan

Pengangkutan merupakan proses transportasi sampah dari TPS atau kontainer

sampah menuju TPA. Proses pengangkutan dilakukan dengan menggunakan

dump truck.

Berdasarkan data BPS Kota Bekasi, pada tahun 2012, total Armada Kendaraan

Operasional Persampahan yang dikelola Pemerintah Kota Bekasi Berdasarkan

Kecamatan/Jalur adalah 16 unit yang terdiri adari Dump Truck sebanyak 78

unit, light truck sebanyak 4 unit, Arm Roll 31 unit, dan Bak Tor 2 unit.

Tabel 7.19

Banyaknya Armada Kendaraan Operasional Persampahan yang

dikelola Pemerintah Kota Bekasi Berdasarkan Kecamatan/Jalur

Tahun 2012

Kecamatan/Jalur

Jenis Kendaraan

Dump

Truck

Ligt

Truck

Arm

Roll

Bak

Tor Jumlah

Unit

Bantuan/Penyisiran

2 2

Jalur Protokol 9 6 2 19

Jalur Container 1 7 8

Bekasi Selatan 9 1 2 12

Bekasi Timur 5 2 7

Bekasi Utara 8 1 9

Bekasi Barat 7 1 1 9

Medansatria 4 1 2 7

Jatiasih 5 1 6

Pondokgede 8 1 9

Bantargebang 3 2

Jatisampurna 2 3 5

Pondok Melati 4 1 5

Mustika Jaya 6 3 9

Rawalumbu 6 1 7

Jumlah 78 4 31 2 116

2011 70 1 21 2 94

2010 67 1 20 2 90

B. Pendanaan

Page 56: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 56

Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan / persampahan Kota

Bekasi adalah berasal APBD Kota Bekasi . Adapaun pendapatan operasional

yang berasal dari tarif retribusi pelayanan persampahan untuk tahun 2012

hanya sebagian kecil dari total anggaran penerimaan dan sangat jauh dari

jumlah kebutuhan biaya operasional kebersihan yaitu hanya sebesar Rp 5,2

milyar, yang terealisasi sebesar Rp 4,5 milyar atau 87 %.

Proses penganggaran biaya operasional UPTD persampahan dilakukan melalui

prosedur yang disusun berdasarkan rencana kegiatan dan realisasi kebutuhan

operasional periode sebelumnya dan rencana kegiatan periode berikutnya.

Seksi anggaran UPTD mengajukan usulan kebutuhan biaya untuk periode satu

tahun ke depan yang harus mendapat persetujuan dari pihak pihak terkait

utamanya adalah persetujuan anggota komisi anggaran DPRD Kota Bekasi.

Laporan pertanggungjawaban keuangan disusun dalam bentuk laporan

realisasi anggaran yang alokasinya harus sesuai dengan mata anggaran yang

telah disyahkan oleh DPRD dan berbasis kinerja.

Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa terjadi defisit hasil operasional

yang sangat besar atas penerimaan yang berasal dari tarif retribusi ,

pengeluaran sebesar Rp.33,0 milyar,- hanya mampu ditutup oleh penerimaan

retribusi sebesar Rp 4,5 milyar. atau hanya sebesar 7,5% dari jumlah

pengeluaran biaya rutin. Jumlah pengeluaran sebesar Rp 60,0 milyar tersebut

termasuk diantaranya pengeluaran untuk biaya operasi dan pemeliharaan,

pengeluaran investasi yaitu pengadaan sarana dan prasarana pengolahan

sampah, dan kegiatan sosialisasi terkait kebijakan pengelolaan persampahan.

C. Kelembagaan

Pengelolaan persampahan di Kota Bekasi merupakan tanggugng jawab

Pemerintah Kota Bekasi. Pelaksanaannya berada pada Dinas Kersihan, Dinas

Perkonomian Rakyat untuk menangani sampah pasar kusus pengumpulan dan

pengagkutan ke TPA dan Badan Lingkungan Hidup untuk penanganan Limbah

B3.

Berdasarkan Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Kota

Bekasi, Dinas Kebersihan merupakan dinas pelayanan masyarakat yang

membawahi Bidang Pendataan dan Pengembangan, Bidang Persampahan,

Bidang Peralatan dan Perlengkapan, UPTD TPA, UPTD Instalasi Pengolahan

Tinja, UPTD Kebersihan yang ada di setiap kecamatan (ada 12 UPTD

Kebersihan).

Kedudukan Dinas Kebersihan sebagai unsur dinas yang bertanggung jawab

langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah memiliki tugas-tugas

pokok yang meliputi: pendataan potensi layanan persampahan, penyuluhan

kebersihan, monitoring dan pengendalian kebersihan, penampungan sampah,

pengangkutan sampah, pengembangan teknik persampahan, pengadaan

peralatan dan perlengkapan sarana kebersihan, pengelolaan dan perawatan

sarana persampahan, pelaksanaan operasional TPA Sampah serta operasional

IPLT Sumur Batu.

Page 57: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 57

Struktur organisasi Dinas Kebersihan sesuai Peraturan Walikota Bekasi

Nomor 55 Tahun 2009 tentang “Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Serta Rincian

Tugas Jabatan” (Perubahan Atas Peraturan Walikota Bekasi Nomor 71 Tahun

2008) digambarkan seperti di bawah ini.

Page 58: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 58

Page 59: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 59

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Bekasi, 2012

Gambar 7.7

Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Bekasi

KEPALA

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN

UMUM DAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN

PERENCANAAN

JABATAN BIDANG BIDANG BIDANG

FUNGSIONAL PENDATAAN DANPERSAMPAHAN

PERALATAN DAN

PENGEMBANGAN PERLENGKAPAN

SEKSI SEKSI SEKSI

PENDATAAN POTENSI PENAMPUNGAN PENGADAAN

SEKSI SEKSI SEKSI

PENYULUHAN PENGANGKUTAN PENGELOLAAN

SEKSI SEKSI SEKSI

MONITORING DAN PENGEMBANGAN TEKNIKPERAWATAN

PENGENDALIAN PERSAMPAHAN

UPTD KEBERSIHAN

IPLT

TPA

Page 60: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 60

D. Peraturan Perundangan

Terkait amanat UU N0. 18 Tahun 2008, Pemerintah Daerah Harus

Memilik Perda Pengelolaan Sampah Maksimal Tahun 2013. Pengelolaan

sampah merupakan salah satu komponen penting dalam sanitasi, oleh

karena itu perundangan pengelolaan sampah sangat di perlukan dalam

menjalankan kegiatan pengolaan sampah, akan tetapi Perda Pengelolaan

Sampah masih dalam Tahap Penyusunan dan Penulisan Naskah

Akademis perundangan sampah sehingga Masih memerlukan waktu

untuk mendapatkan Pengesahan dari Dewan.

E. Peran Serta Masyarakat

Walaupun belum terlalu menonjol peran serta masyarakat memiliki

potensi dalam pengelolaan sampah yang cukup besar. Program yang

tepat disertai dukungan dari pemerintah kota dapat mengoptimalkan

peran serta masyarakat dan jender dalam pengelolaan sampah. Salah

satu upaya masyarakat dalam upaya pengelolaan lingkungan adalah

dengan pengelolaan limbah padat ( sampah ) dapat terlihat dalam

beberapa kegiatan yang telah dilakukan masyarakat seperti:

1. Pengelolaan sampah yang berdasarkan Gerakan 3R (Reduce, Reuse dan

Recycle),

2. Gerakan Perduli Lingkungan (GPL), yang berlokasi di Pondok Pekayon

Indah dan DKPP Rawalumbu Bekasidengan peserta 100 Prang yang

terdiri dari anak sekolah, RT RW, Anggota PKK, dan organisasi agama

3. Pembinaan masyarakat berbudaya lingkungan, yang merupakan

program pemerintah kota dan disinergiskan dengan GPL

4. Eco Scool dan Program Rumah Perubahan di Jatimurni

5. Program CDM dan Komposting di TPA Sumur Batu yang telah

dilakukan sejak tahun 2004.

6. TPST di TPA Bantar Gebang

Beberapa kegiatan kaum perempuan yang telah dilakukan dan cukup

memberikan manfaat bagi kelestarian llingkungan diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Sosialisasi mengenai penggunaan air dan sabun serta manfaatnya bagi

kesehatan balita maupun keluarga. Dilaksanakan pada saat

penimbangan balita di posyandu yang secara rutin dilakukan seminggu

sekali

2. Melakukan aksi nyata pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah

tangga, dimana kaum perempuan ini mengambil sampah – sampah yang

bisa didaur ulang dan bias dijual kembali dari setiap rumah tangga yang

menginformasikan kepada pengelola yang sudah dibentuk, bahwa

dirumahnya ada sampah yang dapat didaur ulang.

Page 61: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 61

3. Melakukan pelatihan pengolahan sampah menjadi barang yang

mempunyai nilai ekonomis kepada warga yang berminat. Contohnya :

kemasan kopi dan kemasan makanan kecil anak – anak dibuat alas

duduk, taplak meja, tas, bunga dan lain sebagainya

4. Melakukan pengolahan sampah organis seperti daun – daun kering dari

pohon – pohon di lingkungan sekitar diolah menjadi kompos (contoh: ibu

– ibu di RW 07 di Kelurahan Pekayon dan RW 04 Kelurahan Jakasetia)

5. Botol – botol bekas minuman ringan diolah menjadi lampion, vas bunga,

kap lampu dan lain – lain.

7.4.2.3 Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara

umum adalah:

(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,

jumlah sampah per kapita meningkat);

(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:

a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan

monitoring dan evaluasi);

b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan

(kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);

c. Belum memadainya penanganan sampah.

Sedangkan permasalahan utama yang menjadi kendala dalam

penanganan sampah di Kota Bekasi saat ini antara lain adalah Jumlah

Armada yang tidak sebanding dengan timbulan sampah yang ada

sehingga menyebabkan volume sampah yang terangkut tidak maksimal.

Permasalahan lain yaitu banyaknya sampah liar mengakibatkan fungsi

dari pelayanan pengangkutan yang disediakan oleh pemerintah daerah,

dalam hal ini Dinas Kebersihan tidak maksimal.

7.4.2.4 Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan persampahan di

Kota Bekasi, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan

dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen SSK Kota Bekasi dilaksanakan pada tahun 2010

2. Dokumen Buku Putih Sanitasi Kota Bekasi dilaksanakan tahun 2010

3. Dokumen Studi Kelayakan Swastanisasi Pelayanan Persampahan

dilaksanakan Tahun 2013

7.4.2.5 Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

Page 62: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 62

Kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek

teknis operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir

sampah), aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan

perundangan dan aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan

arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.

Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis

sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat

pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan

pada tabel dibawah ini.

Page 63: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 63

Tabel 7.20

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Persampahan

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Ket 2015 2016 2017 2018 2019

I Aspek Non Teknik

A. Pembiayaan

- Sumber Pembiayaan APBD Kota Bekasi

Retribusi

Sampah,

Penjualan

Kompos dan

Penjualan

Produk Daur

Ulang

Retribusi

Sampah,

Penjualan

Kompos dan

Penjualan

Produk

Daur Ulang

Retribusi

Sampah,

Penjualan

Kompos dan

Penjualan

Produk

Daur Ulang

Retribusi

Sampah,

Penjualan

Kompos dan

Penjualan

Produk Daur

Ulang

Retribusi

Sampah,

Penjualan

Kompos dan

Penjualan

Produk Daur

Ulang

- Tarif Retribusi

Besaran willingness to

pay sangat bervariasi,

dari Rp 0 hingga diatas

Rp 30.000, sedangkan

besaran retribusi yang

sudah dibayarkan saat

ini juga sangat

bervariasi, ada yang

sudah termasuk

kedalam sewa kios

(kawasan perdagangan)

hingga Rp 179.000/bulan

Dengan

asumsi

jumlah

penduduk

2.835.208

jiwa dengan

jumlah

retribusi Rp.

13.722.406.72

0.-

Dengan

asumsi

jumlah

penduduk

2.893.944

jiwa dengan

jumlah

retribusi

Rp.

14.006.688.

960.-

Dengan

asumsi

jumlah

penduduk

2.939.980jiw

a dengan

jumlah

retribusi

Rp.

14.229.503.2

00.-

Dengan

asumsi

jumlah

penduduk

2.974.534jiwa

dengan

jumlah

retribusi Rp.

14.396.744.56

0.-

Dengan

asumsi

jumlah

penduduk

2.999.478

jiwa dengan

jumlah

retribusi Rp.

14.517.473.5

20.-

B.

Peran Serta Masyarakat dan

Swasta

(sudah ada/belum

ada/bentuk kontribusi, dll)

Saat ini sudah ada

kerjasama antara

Pemerintah Kota Bekasi

dengan PT Gikoko

Kogyo Indonesia dengan

Dengan sudah

adanya

kerjasama ini,

pengolahan

sampah di

Page 64: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 64

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Ket 2015 2016 2017 2018 2019

jangka waktu kerjasama

hingga 25 tahun, sejak

tahun 2007. Bentuk

kerjasama ini adalah

pembakaran gas dan

pembangkit listrik di

tempat pembuangan

akhir (TPA) Sampah

Sumur Batu Kota

Bekasi

TPA tidak

mungkin

dikerjasamaka

n lagi

II Aspek Teknis

A. Teknis Operasional

1. Prasana dan Sarana

Pewadahan

a. Bin/Tong Sampah - 599.896 unit

Dengan

Asumsi

Sudah

Dipisahkan

Antara

Organik dan

Non-Organik

Pengumpulan

a. Gerobak sampah

b. Becak sampah

c. Lainnya

a. Gerobak sampah

dengan jumlah 275

unit kondisi baik

b. Gerobak motor

dengan jumlah 78

kondisi baik

3749 unit

Skala RW

Berdasarkan

SNI 03-1733-

2004

Penampungan Sementara a. Transfer Depo a. Pengadaa

Page 65: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 65

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Ket 2015 2016 2017 2018 2019

a. Transfer depo

b. Container

c. lainnya

terdapat 3 unit

dengan kondisi baik

b. container terdapat

25 unit kondisi baik

a. TPS tersebar di 12

kecamatan Kota

Bekasi

n Bak

sampah di

49

Keluarah

an dan 24

Kecamata

n

b. Penyediaa

n lahan

untuk

TPS

sebesar

17.700 m2

disetiapke

luarahan

Pengangkutan

a. Dump Truck

b. Arm Roll Truck

c. Lainnya

a. Tahun 2012 jumlah

dump truck 78 unit

b. Arm roll tahun 2012

sebanyak 31 unit

Penambahan

Drump Truck

sebanyaj 68

unit

TPA

1. Pemerosesan Akhir

a. Alat berat (excavator,

dll)

b. Lahan TPA

2. Fasilitas umum

Kota Bekasi memiliki

pembuangan akhir

(TPA) yang berada di

Kelurahan Sumurbatu

Kecamatan

Bantargebang dengan

kapasitas daya tampung

Teknologi

pengolahan

sampah di

TPA

meliputi

insinerator,

pirolisis,

dan

gasifikasi,

Teknologi

pengolahan

sampah di

TPA

meliputi

insinerator,

pirolisis,

dan

gasifikasi,

Teknologi

pengolahan

sampah di

TPA meliputi

insinerator,

pirolisis, dan

gasifikasi,

yang

merupakan

Teknologi

pengolahan

sampah di

TPA meliputi

insinerator,

pirolisis, dan

gasifikasi,

yang

merupakan

Page 66: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 66

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Ket 2015 2016 2017 2018 2019

a. Jalan masuk

b. Air bersih

c. Kantor

3. Pengendalian pencemaran

di TPA

a. Lapisan kedap air

b. Perpipaan pengumpul

lindi

c. Instalasi pengolahan

lindi

d. Buffer zone

e. Perpipaan gas metan

f. Sumur monitoring

g. Drainase air hujan

4. Sarana penunjang

a. Jalan operasi

b. Pos jaga

c. Bengkel, garasi, tempat

cuci kendaraan

d. Jembatan timbang

e. Tanah penutup

TPA seluas 10 hektar yang

merupakan

teknologi

WTE

(Waste to

Energy).

Waste to

energy

merupakan

proses

pengolahan

sampah

untuk

menghasilk

an energi

baik dalam

bentuk

panas

maupun

listrik.

Teknologi

yang sudah

berkembang

untuk skala

cukup besar

pada

umumnya

menggunak

an teknologi

incenerator,

pyrolisis,

yang

merupakan

teknologi

WTE

(Waste to

Energy).

Waste to

energy

merupakan

proses

pengolahan

sampah

untuk

menghasilk

an energi

baik dalam

bentuk

panas

maupun

listrik.

Teknologi

yang sudah

berkembang

untuk skala

cukup besar

pada

umumnya

menggunak

an teknologi

incenerator,

pyrolisis,

teknologi

WTE (Waste

to Energy).

Waste to

energy

merupakan

proses

pengolahan

sampah

untuk

menghasilka

n energi baik

dalam bentuk

panas

maupun

listrik.

Teknologi

yang sudah

berkembang

untuk skala

cukup besar

pada

umumnya

menggunaka

n teknologi

incenerator,

pyrolisis,

ataupun RDF

teknologi

WTE (Waste

to Energy).

Waste to

energy

merupakan

proses

pengolahan

sampah

untuk

menghasilka

n energi baik

dalam

bentuk panas

maupun

listrik.

Teknologi

yang sudah

berkembang

untuk skala

cukup besar

pada

umumnya

menggunaka

n teknologi

incenerator,

pyrolisis,

ataupun RDF

Page 67: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 67

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Ket 2015 2016 2017 2018 2019

ataupun

RDF

ataupun

RDF

Page 68: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 68

7.4.3 DRAINASE

7.4.3.1 Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di

Indonesia antara lain:

1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan

kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi

sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi

dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang

tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi

kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran

akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan

masyarakat.

2. Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga

mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk

menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran

puncak. Penampungan- penampungan tersebut dapat dilakukan dengan

membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap

gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di

atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan

drainase permukiman di daerah adalah:

Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti

pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan

sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan

penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang

diterapkan.

Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur,

kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan

masing-masing.

Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat

dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan

wewenangnya.

Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil

yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan

dalam peraturan daerah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan

saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang

membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam

perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan

fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.

Page 69: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 69

5. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi

pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari

rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari

segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan.

Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya

kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu,

terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya

masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk

sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah

yang dikembangkannya saja.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di Kota

Bekasi meliputi:

1. Isu teknis operasional layanan pengelolaan drainase lingkungan

Secara teknis pengelolaan drainase lingkungan yang di hadapi di kota

bekasi adalah perubahan fungsi lahan pesawahan dan tegalan yang

berubah menjadi lahan pemukiman dimana yang semula sistem

saluran pembawa air baku untuk pengairan harus disesuaikan

menjadi drainase pemukiman .

Topografi kota bekasi yang hanya 2 % relatif datar sehingga

menimbulkan kantong – kantong genangan di lahan pemukiman.

Banyaknya persimpangan atau crossing dengan kapasitas aliran yang

kecil menyebabkan hambatan tersendiri dalam mengatur sistem

drainase.

Pembangunan dan Pemeliharaan sarana prasarana darinase

lingkungan belum berjalan optimal.

Belum adanya sistem aliran yang langsung buang ke laut

menyebabkan dibutuhkannya koordinasi dan kepedulian dari kota

atau pemerintah yang ada di perbatasan.

Perlu secepatnya mengatasi jumlah daerah genangan yang ada di

pemukiman masyarakat.

Adanya masterplan drainase kota bekasi, tetapi pemetaan baru

sebagian wilayah kota.

Page 70: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 70

2. Isu kebijakan daerah dan kelembagaan

Keseriusan pemerintah kota bekasi dalam membuat kebijakan sektor

drainase dari tahun – ketahun semakin meningkat.

Perlu dukungan serius dari pemerintah, lembaga legislatif dan

masyarakat dalam mengatasi isu – isu sektor drainase.

Belum adanya peraturan daerah / kebijakan pemerintah kota Bekasi

yang mengatur perubahan fungsi dari saluran irigasi menjadi saluran

pembuang.

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota yang menegaskan

tentang kewajiban masyarakat untuk membangun dan memelihara

sarana drainase lingkungan secara mandiri, dan memastikan

integrasi drainase lingkungan dengan drainase primer dan sekunder

di Kota Bekasi.

3. Isu keuangan

Dalam mengatasi isu – isu dalam teknis pengelolaan sektor drainase

perlu dukungan keuangan baik dari pemerintah pusat, propinsi dan

pemerintah kota Bekasi secara berkelanjutan. Sehingga masyarakat

kota bekasi dapat menempati lingkungan yang nyaman dan bebas

banjir.

Kegiatan pembangunan drainase belum dikaitkan dengan kegiatan

lain sebagai suatu kesatuan dari kegiatan pembangunan jalan, dan

belum dikaitkan dengan aspek makro ekonomi. Dimana apabila

drainase kota baik akan membantu meningkatkan roda perekonomian

(biaya akibat banjir ditekan).

4. Isu komunikasi

Perlu dibentuk forum komunikasi antara semua pemangku kepentingan

dan didukung sarana komunikasi sehingga informasi akan terjadinya

banjir dapat lebih cepat diterima oleh masyarakat.

5. Isu keterlibatan pelaku bisnis

Perlu Peran serta aktif serta keseriusan dari pelaku bisnis khususnya

para pihak pengembang perumahan dalam mengikuti peraturan-

peraturan atau rekomendasi teknis yang di berikan oleh pemerintah kota

bekasi sehingga usahanya tidak menimbulkan dampak merugikan pada

masyarakat di sekitar tempat usaha pengembangan perumahan yang

dilakukan.

6. Isu peran serta masyarakat

Masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam

pemeliharaan saluran drainase sehingga diperlukan komitmen untuk

dapat melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana sektor drainase sehingga umur pakai

dari konstruksi dan sarana maupun prasarana yang ada dapat lebih

meningkat.

Page 71: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 71

7.4.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

A. Aspek Teknis

Kondisi Infrastruktur Ketata Airan di Kota Bekasi terbagi dalam dua

sistem saluran air yang yaitu saluran Drainase dan saluran pembawa air.

Saluran drainase terdiri dari 2 jenis saluran yaitu saluran drainase utama

yang memiliki panjang 62 km dan saluran drainase sekunder dengan

panjang saluran 122 km. Selain saluran drainase Kota Bekasi juga

memiliki saluran pembawa air yang juga terbagi dalam dua saluran yaitu

saluran induk (kalimalang) dengan panjang 9,80 km, dan saluran

sekunder dengan panjang 33,60 km.

Kota Bekasi juga memiliki Das (Daerah Aliran Sungai) yang cukup

banyak, Das – das tersebut antara lain:

1. Das Kali Cakung (Per.Wahan Pondok Gede, Puri Gading, Taman Permata

Cikunir, Kali Jati Kramat/Prum Harapan Baru Regency). - Sub das Kali

Buaran(2900 x 3 – 7 ); Sub das Kali Jti Kramat ( 3000 x 6 ) sub das Kali

Cakung ( 600 x7).

2. Das Kali Buaran (komplek kodam Jatiwarna,Kp. Rawa lele, Komp.

Jatibening). Sub das (29000 x 3 – 7 )

3. Das Kali Jati Kramat Sub das (3000 x 6 ).

4. Das Kali Bekasi ( Rawa Gede, Cipendawa ). Sub das Kali Baru Bekasi (

2900 x 4 – 5 ); Sal. Jati luhur Bekasi Barat ( 2400 x 6 ); saluran Bulevar

raya; Sal. Bumi satria permai, Kali Pekayon; Sal. Rawa Tembaga, Sal.

Rawa lumbu

5. Das Kali Baru Bekasi ( Rawa Pasung, Situ Uwong). Sub das ( 2900 x 4 – 5

).

6. Das Sasak Jarang ( Pengasinan, Taman Narogong, Jatimulya, Pondok

Hijau Permai). Sub das Kali Sasak jarang

Berdasarkan Hasil Survey EHRA, bisa dibagi 3 zona penanganan untuk

sektor Drainase ini,antara lain :

Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang

dapat diatasi dalam jangka panjang, di zona 1 ini mencakup 26 Kelurahan

dari 56 Kelurahan yang ada di Kota Bekasi. Dalam peta diberi warna

kuning.

Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi, karena

mengalami kebanjiran persentasenya antara 21 % - 50 %, perlu

penanganan dalam jangka waktu menengah. Pada zona 2 ini mencakup

23 Kelurahan. Dalam Peta diberi warna orange.

Zona 3, Merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi, karena

sangat sering mengalami kebanjiran. Semakin sering mengalami

kebanjiran, semakin buruk kondisi drainase nya, dan semakin semakin

butuh penanganan cepat untuk memperbaiki masalah di sub sektor

drainase ini. Butuh penanganan jangka pendek. Zona ini mencakup 7

Kelurahan . Dalam Peta diberi warna merah.

Page 72: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 72

Tabel 7.21

Zonasi Keadaan Drainase per Kelurahan Di Kota Bekasi

Zona 1

(Penanganan Jk.

Panjang)

Zona 2

(Penanganan Jk.

Menengah)

Zona 3

(Penanganan Jk. Pendek)

Kelurahan Mengala

mi

Kebanjira

n

Kelurahan Mengalam

i

Kebanjira

n

Kelurahan Mengalami

kebanjiran

Jatisampurn

a

0% Pengasinan 20,83% Perwira 53,9%

Jatiraden 0% Jakasampurn

a

22,5% Kaliabang

tengah

56,7%

Jatirangga 0% Sepanjangjay

a

25% Kayuringin 58,6%

Sumurbatu 0% Jatimakmur 25% bojongrawalum

bu

62,5%

Harapan

baru

0% Mustikasari 26,1% Kotabaru 80%

Mustikajaya 0% teluk pucung 28,3% Pejuang 84,7%

Jatisari 0% Jakamulya 28,6% jatiasih 100%

Jatimurni 4,17% Jatirahayu 29,58%

Cimuning 4,2% Bekasijaya 29,62%

Ciketing 4,8% Pekayonjaya 30%

Jatimelati 5,26% Harapanmul

ya

31,8%

bantargebang 6,1% Kalibaru 32,1%

Arenjaya 7,41% Harapan jaya 32,9%

Jatimekar 7,14% Jatikramat 33,33%

Cikiwul 8% Bintarajaya 35,3%

Margamulya 9,1% Margahayu 35,48%

Jatikarya 10% Durenjaya 36,67%

Jaticempaka 10,2% Margajaya 36,8%

Jatiwarna 11,11% Medansatria 37,9%

bojongmente

ng

12,5% Jatibeningba

ru

45,83%

Jatiwaringin 13,21% Jatibening 47,73%

Jatiluhur 14,29% Kranji 49%

Page 73: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 73

Zona 1

(Penanganan Jk.

Panjang)

Zona 2

(Penanganan Jk.

Menengah)

Zona 3

(Penanganan Jk. Pendek)

Jatiranggon 15% Bintara 50%

Jakasetia 17,1%

Jatirasa 18,19%

Pedurenan 18,5%

Sumber : Study EHRA 2010

B. Kelembagaan

Pengelolaan Pengelolaan penanganan drainase perkotaan semakin

diperlukan, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Kota Bekasi

akan menyebabkan penurunan kualitas sumber daya air dan daya dukung

air. Dinas Teknis yang melaksanakan penanganan maalah drainase di

Kota Bekasi adalah Dinas Bina Marga dan Tata Air.

Page 74: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 74

Gambar 7.8

Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Dan Tata Air

Page 75: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 75

C. Peraturan Perundangan

Peraturan Daerah yang mengatur secara khusus pengelolaan

drainase lingkungan belum ada.

D. Peran Serta Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh dari SLHD Kota Bekasi 2010 walau

sedikit, masyarakat telah ikut berperan aktif dalam menjaga

terpeliharanya lingkungan yang sehat. Beberapa upaya telah

dilakukan dalam berpartisipasi aktif mengelola lingkungan, antara

lain dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

kebersihan lingkungan seperti Partisipasi masyarakat dalam Gerakan

Perduli Kali Bekasi.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kerjasama kemitraan dan partisipasi aktif semua

pihak dalam menjaga kelestarian llingkungan khususnya upaya

pengendalian pencemaran sungai yang berasal dari kegiatan industri,

komersial dan domestik, Program ini juga melibatkan berbagai pihak

diantaranya adalah pihak TNI dan Pemerintah Kota Bekasi.

7.4.3.3 Permasalahan dan Tantangan

Berikut terdapat beberapa permasalaha utama yang menjadi titik

sorot dalam bidang tata air dan Drainase yaitu :

1. Topografi relatif datar (kemiringan 0 – 2%)

2. Terdapat titik-titik banjir yang tersebar di wilayah Kota Bekasi

sebanyak 52 titik banjir

3. Kurangnya bangunan pengendali banjir

4. Kurangnya jaringan bangunan silang (Crossing/Syphon) dan

penampang basah yang terhambat jalan tol, Saluran Kalimalang, Rel

kereta api

5. Kurangnya tampungan air (Polder)

6. Sistem drainase yang berbatasan dengan wilayah pemerintahan lain

(penyempitan/bottle neck)

7. Berubahnya fungsi tata guna lahan (Land use)

8. Berdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi

tahun 2010 Panjang saluran drainase yang telah terbangun yaitu :

panjang saluran sekunder + 122 km dan panjang saluran primer + 62

km, kondisi saat ini kapasitas dimensinya sudah tidak mencukupi

dan belum berfungsi secara optimal serta sebagian banyak yang

rusak.

9. Adanya titik titik genangan pada saat musim penghujan potensi di

Kota Bekasi mencapai 37 titik genangan.

Page 76: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 76

10. Pada drainase Kota Bekasi banyak sedimentasi oleh lumpur yang

kurang penanganan pemeliharaan / pengerukan lumpur.

11. Saluran (drainase) di Kota Bekasi banyak yang dijadikan sebagai

tempat pembuangan sampah sehingga akan menghambat laju alur air

(debit air)

12. Perlu dilakukan penataan dan perubahan dimensi dari saluran irigasi

yang ada menjadi drainase lingkungan kota.

7.4.3.4 Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan drainase di Kota

Bekasi, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan

dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen SSK Kota Bekasi dilaksanakan pada tahun 2010

2. Dokumen Buku Putih Sanitasi Kota Bekasi dilaksanakan tahun 2010

7.4.3.5 Analisis Kebutuhan Pengembangan Drainase

Permaslahan yang dihadapi terkait dengan system pematusan Kota

merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar permaslahan yang

timbul dapat tertangani serta tidak menimbulkan masalah-masalah

baru yang lebih Komplek. Prinsip penyelenggaraan pembangunan

drainase ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Memprioritaskan optimalisasi Sistem Drainase eksisting melalui

upaya penyesuaian (rekondisi) seiring dengan pola perkembangan

wilayah yang ada dan di rencana.

2. Rencana pengembangan Sistem Drainase merupakan penyesuaian

antara sasaran tingkat pelayanan yang diharapkan yang

memprioritaskan pelayanan daerah rawan banjir.

3. Berupaya mengurangi atau minimalisir jumlah limpasan air hujan

yang terjadi, baik melalui upaya rekayasa teknik maupun

peningkatan ruang sebagai media penahan dan penyerapan air hujan

dengan mempertimbangkan Rencana Strategi daerah maupun yang

tertuang dalam rencana pengembangan Tata Ruang Baik tingkat

Provinsi maupun Daerah yang masih berlaku.

4. Berupaya meningkatkan sistem koordinasi antar dinas terkait

maupun daerah agar terjadi sinkronisasi arah pengembangan serta

pengelolaan sistem drainase.

Dengan prinsip-prinsip seperti di atas, maka penyelenggaraan

pengelolaan drainase yang menjadi kebutuhan di wilayah

administrasi Kota Bekasi adalah :

Rekondisi saluran-saluran darinase alam yang telah mengalami

penurunan seperti terjadinya penyempitan

Page 77: BAB VII ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA BEKASIsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen...Dalam pengembangan permukiman di Kota Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

VII - 77

Penempatan bangunan pengendali banjir seperti tendon-tandon air

Kurangnya jaringan bangunan silang (Crossing/Syphon) dan

penampang basah yang terhambat jalan tol, Saluran Kalimalang, Rel

kereta api

Koordinasi lintas sektor dan lintas wilayah, mengingat system

drainase pada umumnya lintas wilayah

Pengendalian pembangunan yang berdampak pada menurunnya

kemampuan daya resap air kedalam tanah melalu pengawasan dalam

mendirikan bangunan tata guna lahan (Land use)

7.4.4 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi

disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan

prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program

tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan

pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan.

Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan

dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang

diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah

dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan

sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan

besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi

fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung

jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah

Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi program

pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) yang

melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk

menentukan kelayakannya. Untuk program yang memerlukan

analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan

merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.

Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan

dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat,

swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat

dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan

prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus

(menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan

dengan tingkat kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan

program sector Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) dapat

dilihat pada Lampiran.