BAB VII

22
Analisis Kebutuhan Parkir Dan Kajian Dampak Lalulintas Gedung Perbelanjaan Ramayana” MAKASSAR 7.1. Analisis Bangkitan-Tarikan Kendaraan Aktivitas Pusat Perbelanjaan Analisis besaran bangkitan-tarikan dan kebutuhan parkir kendaraan dari rencana pengoperasian aktivitas Pusat Perbelanjaan pada Gedung Ramayana Makassar, pada studi dilakukan dengan pendekatan standar yang dikeluarkan Kementrian Perhubungan. Berdasarkan Standar Analisis Kebutuhan Parkir oleh Dirjen Perhubungan Darat, diperoleh nila-nilai kebutuhan parkir untuk pengoperasian suatu pusat perbelanjaan sebagaimana pada Gambar 7.1 dan Tabel 7.2. PT. Jakarta Inti Land Jakarta - 1

description

bab 7

Transcript of BAB VII

Analisis Kebutuhan Parkir Dan Kajian Dampak Lalulintas Gedung Perbelanjaan Ramayana MAKASSAR

Analisis Kebutuhan Parkir Dan Kajian Dampak Lalulintas Gedung Perbelanjaan Ramayana MAKASSAR

7.1. Analisis Bangkitan-Tarikan Kendaraan Aktivitas Pusat PerbelanjaanAnalisis besaran bangkitan-tarikan dan kebutuhan parkir kendaraan dari rencana pengoperasian aktivitas Pusat Perbelanjaan pada Gedung Ramayana Makassar, pada studi dilakukan dengan pendekatan standar yang dikeluarkan Kementrian Perhubungan. Berdasarkan Standar Analisis Kebutuhan Parkir oleh Dirjen Perhubungan Darat, diperoleh nila-nilai kebutuhan parkir untuk pengoperasian suatu pusat perbelanjaan sebagaimana pada Gambar 7.1 dan Tabel 7.2. Gambar 7.1 Model Kebutuhan Parkir Pusat Perdagangan/Perbelanjaan

Tabel 7.2 Besaran Kebutuhan Parkir Pusat Perdagangan/Perbelanjaan

Dengan menggunakan Gambar 7.4 dan Tabel 7.4, maka dilakukan estimasi jumlah kendaraan parkir pada rencana Pusat Perbelanjaan di Gedung Ramayana Makassar, sebagaimana pada Tabel 7.3.Tabel 7.3. Estimasi Kebutuhan Kendaraan Parkir Pusat Perbelanjaan

Luas Lahan Pusat Perbelanjaan Rencana (m2)Jumlah Kebutuhan Kendaraan Parkir Mobil (SRP)

22.899220

Gambar 7.4. Estimasi Kebutuhan Kendaraan Parkir Pusat Perbelanjaan

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 7.3 dan Gambar 7.4, maka diperoleh besaran kebutuhan parkir kendaraan mobil pada saat pengoperasian pusat perbelanjaan adalah sebesar 67 satuan ruang parkir (SRP) mobil untuk luasan rencana sebesar 2000 m2.Dalam rangka memberikan nilai pembanding terhadap pendekatan nilai standar yang telah diestimasi di atas, maka dilakukan analisis kebutuhan parkir dengan mempergunakan pendekatan empiris. Dalam hal ini digunakan model empiris hubungan antara akumulasi parkir dengan luas bangunan pusat perbelanjaan yang diberikan oleh Darmadi (2008) sebagaimana terlihat pada Gambar 7.5 untuk kendaraan mobil dan Gambar 7.6 untuk kendaraan sepeda motor.

Gambar 7.5. Hubungan Akumulasi Parkir Mobil Luas Bangunan Perbelanjaan(Sumber : http://darmadi18.files.wordpress.com/2010/12/parkiranalisa1.pdf)

Gambar 7.6. Hubungan Akumulasi Parkir Sep. Motor Luas Bangunan Perbelanjaan(Sumber : http://darmadi18.files.wordpress.com/2010/12/parkiranalisa1.pdf)

Tabel 7.4. Estimasi Kebutuhan Parkir Pusat Perbelanjaan dengan Model Empiris

Luas Lahan Pusat Perbelanjaan Rencana (m2)HariJumlah Kebutuhan Kendaraan Parkir (Kendaraan/Jam)

MobilSepeda MotorJumlah

2000Kerja141329460

Libur213325538

Terbesar213329538

Hasil estimasi dengan model empiris memperlihatkan bahwa estimasi besaran kebutuhan parkir kendaraan pada rencana pusat perbelanjaan adalah sebesar 213 kendaraan/jam untuk mobil dan sebesar 329 kendaraan/jam untuk sepeda motor, dimana secara total dibutuhkan 538 kendaraan/jam.Dengan membandingkan kedua hasil yang diperoleh dengan menggunakan dua pendekatan yang berbeda, maka pada studi ini digunakan hasil estimasi dengan pendekatan model empiris, dimana hasil estimasinya lebih realistis dan dapat memberikan dan memperlihatkan proporsi untuk dua jenis kendaraan (mobil dan sepeda motor).

7.2. Analisis Besaran Dampak Volume Arus Lalu Lintas pada Ruas Jl. PettaraniAnalisis besaran dampak volume arus lalu lintas sebagai representasi dari besaran bangkitan-tarikan kendaraan dari dan ke lokasi rencana kegiatan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai asumsi dan skenario pembebanan bangkitan-tarikan kendaraan pada ruas jalan sepanjang periode waktu yang ada. Asumsi dan scenario pembebanan yang dilakukan pada studi ini untuk kelima jenis aktivitas pada lokasi rencana kegiatan diuraikan sebagai berikut:

Pembebanan bangkitan-tarikan akibat kegiatan pusat perbelanjaan diskenariokan terjadi mulai pukul 10:00 hingga pukul 22:00. Dalam hal ini, mulai periode waktu 11:00 hingga pukul 21:00, pembebanan arus bangkitan-tarikan pada ruas jalan di asumsikan terjadi secara seragam, sedang pada periode wakaktu jam pertama dan jam terakhir disaumsikan lebih kecil dari 10 jam periode lainnya. Besaran nilai pembebanan per periode waktu dalam sejam dibebankan secara proporsional sesuai dengan hasil estimasi total besaran bangkitan-tarikan kendaraan. Berdasarkan asumsi dan skenario tersebut, maka diperoleh hasil estimasi pembebanan arus bangkitan-tarikan dari setiap jenis rencana kegiatan dan secara total sebagaimana disajikan pada Tabel 7.4 untuk kendaraan mobil .

Tabel 7.5. Besaran Bangkitan-Tarikan Kendaraan Mobil dan Motor pada Lokasi Kegiatan waktu Hari Libur

Tabel 7.6. Besaran Bangkitan-Tarikan Kendaraan Mobil dan Motor pada Lokasi Kegiatan waktu Hari Kerja

Dengan demikian diperoleh nilai penambahan arus lalu lintas pada ruas Jl. Pettarani akibat dari pengoperasian Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar, sebagaimana disajikan pada Tabel 7.6. Besaran bangkitan-tarikan mobil dan sepeda motor pada hari libur disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 7.1 dan 7.2, serta besaran bangkitan-tarikan mobil dan sepeda motor pada hari kerja disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 7.3 dan 7.4:

Gambar 7.1 Grafik Bangkitan Tarikan Mobil Pada Hari Libur

Gambar 7.2 Grafik Bangkitan Tarikan Sepeda Motor Pada Hari Libur

Gambar 7.3 Grafik Bangkitan Tarikan Mobil Pada Hari Kerja

Gambar 7.4 Grafik Bangkitan Tarikan Sepeda Motor Pada Hari Kerja

Tabel 7.7 Penambahan Arus Lalu Lintas Saat Pengoperasian Gedung Ramayana Makassar

7.7. Evaluasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jl. Pettarani Akibat Adanya DampakAnalisis dan Evaluasi kinerja lalu lintas yang meliputi indicator Derajat Kejenuhan (DS) dan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) dilakukan dengan mempertimbangkan penambahan arus lalu lintas saat pengoperasian Gedung Ramayana Makassar. Hasil analisis dan Evaluasi kinerja disajikan pada Tabel 7.8 dan Gambar 7.5 untuk indikator DS dan pada Tabel 7.9 untuk indikator ITP.Tabel 7.8 dan Gambar 7.5 memperlihatkan bahwa nilai-nilai derajat kejenuhan lalu lintas dari periode waktu pagi hari hingga malam hari adalah bervariasi pada rentang nilai 0,5 hingga 0.9 untuk jalur arah ke Jl.St.Alauddin. Adapun untuk jalur arah ke Jl. Urip sumoharjo, nilai-nilai derajat kejenuhan berfluktuasi pada interval 0,64 hingga 1. Secara keseluruhan terlihat pula fenomena bahwa nilai tertinggi derajat kejenuhan untuk Arah ke Jl. Pettarani terjadi pada periode waktu siang hari, yaitu pada pukul 11:00 12:00, sedangkan untuk arah sebaliknya (Arah ke Jl. Urip sumoharjo), nilai DS tertinggi terjadi pada periode sore hari, yaitu pada pukul 11:00 12:00.

Tabel 7.8 Kinerja Derajat Kejenuhan Lalu Lintas Akibat Adanya Dampak Lalu Lintas

Gambar 7.5. Kinerja Derajat Kejenuhan Lalu Lintas Akibat Adanya Dampak

Kondisi nilai-nilai DS ini masih rata-rata berada di angka 0,65 (nilai ambang batas kondisi lalu lintas yang baik). Dengan demikian nilai-nilai kinerja derajat kejenuhan lalu lintas pada ruas Jl. Pettarani ini dapat dikategorikan pada kondisi kinerja lalu lintas yang baik

Tabel 7.9. Kinerja ITP Jalan Akibat Adanya Dampak Lalu Lintas

Periode Waktu SurveiArah Jl. St.AlauddinArah Jl. Uripsumoharjo

DSITPDSITP

08.00-09.000.9D0.9D

09.00-10.000.81D0.85D

10.00-11.000.75C0.84D

11.00-12.000.93D1D

12.00-13.000.72C0.79C

13.00-14.000.64C0.68C

14.00-15.000.57C0.67C

15.00-16.000.50B0.64C

16.00-17.000.74C0.72C

17.00-18.000.66C0.74C

18.00-19.000.70C0.72C

19.00-20.000.76C0.78C

20.00-21.000.71C0.72C

21.00-22.000.65C0.68C

Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap nilai-nilai Ds tersebut dengan menggunakan indicator Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Jalan. Hasil evaluasi sebagaimana tersaji pada Tabel 7.9 memperlihatkan bahwa nilai-nilai ITP pada ruas jalan dari periode pagi hingga malam hari masih berkategori C dan D. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai DS yang mengindikasikan bahwa tingkat pelayanan ruas jalan pada saat pengoperasi Kompleks Gedung Ramayana MAKASSAR, masih baik7.8. Evaluasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Sultan Alauddin Akibat Adanya DampakAnalisis dan Evaluasi kinerja lalu lintas yang meliputi indicator Derajat Kejenuhan (DS) dan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) dilakukan dengan mempertimbangkan penambahan arus lalu lintas saat pengoperasian Gedung Ramayana MAKASSAR,. Hasil analisis dan Evaluasi kinerja disajikan pada Tabel 7.10 dan Gambar 7.6 untuk indikator DS dan pada Tabel 7.11 untuk indikator ITP.Tabel 7.10 dan Gambar 7.6 memperlihatkan bahwa nilai-nilai derajat kejenuhan lalu lintas dari periode waktu pagi hari hingga malam hari adalah bervariasi pada rentang nilai 0,36 hingga 1 untuk jalur arah ke Jl.Sultan Hasanuddin Gowa. Adapun untuk jalur arah ke Jl. Andi Tonro, nilai-nilai derajat kejenuhan berfluktuasi pada interval 0,54 hingga 1.13. Secara keseluruhan terlihat pula fenomena bahwa nilai tertinggi derajat kejenuhan untuk Arah ke Jl.Sultan Hasanuddin terjadi pada periode waktu sore hari, yaitu pada pukul 17:00 18:00, sedangkan untuk arah sebaliknya Arah ke Jl. Andi Tonro, nilai DS tertinggi terjadi pada periode pagi hari, yaitu pada pukul 08:00 09.00.Tabel 7.10. Kinerja Derajat Kejenuhan Lalu Lintas Akibat Adanya Dampak Lalu Lintas

Gambar 7.6. Kinerja Derajat Kejenuhan Lalu Lintas Akibat Adanya Dampak

Kondisi nilai-nilai DS ini masih rata-rata berada di angka 0,64 (nilai ambang batas kondisi lalu lintas yang baik). Dengan demikian nilai-nilai kinerja derajat kejenuhan lalu lintas pada ruas Sultan Alauddin ini dapat dikategorikan pada kondisi kinerja lalu lintas yang baik

Tabel 7.11. Kinerja ITP Jalan Akibat Adanya Dampak Lalu Lintas

Periode Waktu SurveiArah Jl. Sultan HasanuddinArah Jl. Andi Tonro

DSITPDSITP

08.00-09.000.75C1.13F

09.00-10.000.64C1E

10.00-11.000.62C0.97D

11.00-12.000.68C0.86C

12.00-13.000.74C0.90D

13.00-14.000.60C0.75C

14.00-15.000.58C0.80C

15.00-16.000.64C0.79C

16.00-17.000.79C0.81C

17.00-18.001D0.94D

18.00-19.000.57C0.78C

19.00-20.000.69C0.90D

20.00-21.000.63C0.84C

21.00-22.000.36B0.54B

Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap nilai-nilai DS tersebut dengan menggunakan indicator Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Jalan. Hasil evaluasi sebagaimana tersaji pada Tabel 7.11 memperlihatkan bahwa nilai-nilai ITP pada ruas jalan dari periode pagi hingga malam hari masih berkategori C dan D. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai DS yang mengindikasikan bahwa tingkat pelayanan ruas jalan pada saat pengoperasi Kompleks Gedung Ramayana MAKASSAR, masih baik .

PT. Jakarta Inti Land Jakarta - 11