BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB...

12
125 BAB VI Penutup Kesimpulan Penelitian ini menguraikan peran Lembaga Swadaya Masyarakat Haburas dalam mengembangkan Community Based Tourism di desa Tutuala. Keberadaan Lembaga Swadaya Haburas di desa Tutuala sebagai pelaku pembangunan dapat menjadi penggerak perkembangan pariwisata yang mampu menjaga nilai-nilai ekologi, sosial dan budaya, serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Pembangunan berkelanjutan dapat dicapai melalui pembangunan berbasis masyarakat. Pembangunan yang menekankan pada sumberdaya manusia dikenal sebagai pembangunan berbasis komunitas (Community Based Development). Dalam proses pembangunan, upaya untuk mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable Development) menjadi hal yang sangat penting, guna menjaga keseimbangan (Equilibrium) ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan serta politik. Dalam konteks pembangunan pariwisata, keterlibatan masyarakat dalam konsep pembanguan berbasis masyarakat dapat mendorong tercapainya aspek keberlanjutan, sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga mendorong partisipasi dan peran dari pemangku kepentingan (Stakeholders) untuk mencapai tujuan pembangunan. Penelitian ini akan menguraikan pengalaman empirik (kenyataan) dari proses keterlibatan masyarakat lokal di Tutuala dan LSM Haburas dalam usaha kegiatan pariwisata berbasis masyarakat sejak awal perencanaan kegiatan sampai pada pengelolaan usaha pariwisata yang berkelanjutan, melalui pendekatan kualitatif

Transcript of BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB...

Page 1: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

125

BAB VI

Penutup

Kesimpulan

Penelitian ini menguraikan peran Lembaga Swadaya

Masyarakat Haburas dalam mengembangkan Community Based Tourism di desa Tutuala. Keberadaan Lembaga Swadaya Haburas di

desa Tutuala sebagai pelaku pembangunan dapat menjadi penggerak

perkembangan pariwisata yang mampu menjaga nilai-nilai ekologi,

sosial dan budaya, serta meningkatkan perekonomian masyarakat.

Pembangunan berkelanjutan dapat dicapai melalui pembangunan

berbasis masyarakat. Pembangunan yang menekankan pada

sumberdaya manusia dikenal sebagai pembangunan berbasis komunitas

(Community Based Development). Dalam proses pembangunan, upaya

untuk mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable Development) menjadi hal yang sangat penting, guna menjaga keseimbangan

(Equilibrium) ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan serta politik.

Dalam konteks pembangunan pariwisata, keterlibatan masyarakat

dalam konsep pembanguan berbasis masyarakat dapat mendorong

tercapainya aspek keberlanjutan, sesuai dengan prinsip pembangunan

berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat

meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga mendorong

partisipasi dan peran dari pemangku kepentingan (Stakeholders) untuk

mencapai tujuan pembangunan.

Penelitian ini akan menguraikan pengalaman empirik

(kenyataan) dari proses keterlibatan masyarakat lokal di Tutuala dan

LSM Haburas dalam usaha kegiatan pariwisata berbasis masyarakat

sejak awal perencanaan kegiatan sampai pada pengelolaan usaha

pariwisata yang berkelanjutan, melalui pendekatan kualitatif

Page 2: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

126

sebagaimana Ghony & Fauzan (2012) mendefisikan penelitian

kualitatif sebagai upaya mengeksplorasi dan mendalami fenomena

sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat

dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa

sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan

pertanyaan dasar: apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang

terlibat dalam kejadian tersebut, kapan terjadinya, dimana tempat.

Beberapa alasan penting yang mendorong peneliti memilih pantai

Valusere di suco Tutuala sebagai lokasi penelitian. Alasan tersebut

antara lain : pertama; berdasarkan regulasi UNTAET No. 19 tahun 2000

menetapkan wilayah Tutuala dan sekitarnya merupakan daerah yang

terlindung. Kedua; pemerintah Republik Demokratik Timor Leste

melalui kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menetapkan

resolusi No 8, bulan Agustus tahun 2007 bahwa wilayah Tutuala dan

sekitarnya merupakan taman nasional pertama di Timor Leste dan

taman Nasional tersebut diberi nama Nino Conis Santana. Manajemen

pengelolaan taman nasional Nino Conis Santana berdasarkan kriteria

IUCN70 No. 5 yang menetapkan prinsip pembagian manajemen antara

pemerintah dan penduduk lokal. Ketiga; pada umumnya wisatawan

yang berkunjung ke pulau Jaco tidak boleh menginap di situ karena

pulau tersebut oleh masyarakat lokal di Tutuala adalah tempat sakral

sehingga wisatawan dapat berkunjung pada pagi hari hingga sore hari.

Keempat; masyarakat lokal Tutuala bekerjasama dengan LSM Haburas

maupun LSM CIDAC telah melakukan kegiatan pariwisata di pantai

Valusere dengan mendirikan sebuah koperasi yang diberi nama

koperasi Valusere. Kelima; walaupun Tutuala letaknya paling ujung

Timur di pulau Timor akan tetapi banyak wisatawan baik lokal

maupun wisatawan manca negara sering berkunjung ke Tutuala dan

pulau Jaco akan tetapi masyarakat yang hidup di wilayah Tutuala tidak

memperoleh keuntungan secara ekonomi dari hasil kunjungan

wisatawan. Adapun, mata pencaharian masyarakat lokal pada

umumnya ialah sebagai petani dan nelayan yang memanfaatkan

sumber daya alam untuk mempertahankan hidup. 70

IUCN adalah International Union for Conservation of Nature.

Page 3: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

127

Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa LSM

dapat menjadi penggerak pembangunan pariwisata berbasis masyarakat

yang mencapai aspek keberlanjutan. Hal tersebut dapat diamati pada

dasar aktivitas atau program kerja LSM Haburas yang sangat

menekankan pada pelestarian lingkungan, sosial dan budaya, serta

meningkatkan ekonomi masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat

berperan dalam pengembangan pariwisata di desa Tutuala. Berawal

dari keprihatinan LSM Haburas terhadap masyarakat Tutuala, atas

penetapan hutan lindung dalam regulasi UNTAET No. 19 tahun 2000

yang membatasi akses masyarakat Tutuala terhadap sumber daya alam,

LSM Haburas mulai memikirkan strategi untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat lokal melalui pengembangan pariwisata.

LSM mulai menyusun perencanaan yang melibatkan masyarakat desa

Tutuala untuk meningkatkan pendapatan per kapita, melalui berbagai

macam matapencaharian penunjang usaha pariwisata seperti usaha

penginapan dan restauran. Hal tersebut menunjukan bahwa penggerak

pertumbuhan pariwisata di desa Tutuala, di dorong oleh LSM Haburas.

Menurut Foucault (1975)71 dengan melibatkan masyarkat dalam

pembangunan, akan membentuk hubungan kekuasaan pada antar

komunitas sehingga memudahkan proses pengendalian pembangunan.

Sofield (2003) menekankan bahwa keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan, membentuk sebuah kekuatan politik dan sosial dalam

menguatkan identitas kelompok masyarakat.

Wilayah-wilayah yang berkembang sebagai daerah tujuan

wisata pada umumnya adalah wilayah-wilayah terpencil karena di

wilayah-wilayah inilah banyak terdapat daya tarik alam, budaya dan

flora fauna lokal (Ashley, Boyd & Goodwin 2000)72. Masyarakat yang

tinggal di wilayah ini cenderung tidak cukup memiliki pengetahuan

maupun kemampuan untuk mengambil keputusan mengenai

pengembangan wilayahnya serta berpartisipasi dalam pengembangan

71 Foucault, M. (1975). Discipline and punish: the birth of the prison. (Translated A. Sheridan, 1977). (Allen Lane, London.) 72 Caroline Ashley, Carlotte Boyd & Harod Goodwin. 2000. Pro Poor Tourism: Putting Poverty at the Heart of the Tourism Agenda. ODI

Page 4: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

128

pariwisata (Tosun, 2000)73. Oleh karena itu, program-program

pemberdayaan agar masyarakat memperoleh keuntungan maksimal

dari kehadiran pariwisata sangat dibutuhkan. Pengalaman dengan

berbagai daerah tujuan wisata baru menunjukkan bahwa kehadiran

LSM berpotensi mendukung proses-proses tersebut (Ricardson,

2010)74. Pendekatan LSM Haburas terhadap masyarakat di Tutuala

dimulai dari tahap pertama adalah tahap dimana mereka mencoba

mendalami terlebih dahulu persoalan yang dihadapi masyarakat. Pada

tahap pertama ini juga LSM Haburas melakukan penelitian untuk

mengidentifikasi objek wisata dan kehidupan sosial masyarakat lokal di

Tutuala. disamping itu LSM Haburas mengidentifikasi konsep-konsep

pariwisata bagi masyarakat lokal dan membagi informasi mengenai

konsep-konsep tersebut kepada masyarakat lokal di desa Tutuala. Pada

tahap pertama ini juga LSM Haburas membantu masyarakat lokal

untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan-pelatihan dasar.

Pelatihan dasar yang dilakukan pada tahap ini adalah pelatihan

manajemen ekologi, pelatihan kerajinan bambu serta pelatihan

manajemen sampah yang difasilitasi oleh LSM Haburas kepada anggota

koperasi Valusere Tutuala.

Tujuan Lembaga Swadaya Masyarakat adalah untuk

mendukung dan memperkuat masyarakat lokal melalui penciptaan

lapangan kerja, pendidikan dan pelatihan (Mylanopoulos & Moira,

2010)75. Kegiatan LSM Haburas dengan masyarakat lokal Tutuala pada

tahap kedua adalah tahap dimana LSM Haburas memfasilitasi

masyarakat lokal dan melakukan pendampingan untuk membangun

atau melakukan konstruksi fisik berupa penginapan, restoran, kios dan

73 Cevat Tosun. Limmits to Community Participation in the Tourism Development Process in Developing Countries. PERGAMON 74 Robert B. Richardson. 2010. The Contribution of Tourism to Economic Growth and Food Security. USAID-Mali 75 D, Mylanopoulos & P, Moira. 2010. The NGO’s Contribution to Sustainable Tourism Development, the Case of Greece. International Society of Travel and Tourism Educators.

Page 5: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

129

toilet. Mohamad et al, (2013)76 menjelaskan pentingnya kemitraan

dalam memungkinkan peningkatan kapasitas di lingkungan pedesaan

berdasarkan konteks, proses dan hasil kemitraan. Berdasarkan konteks,

LSM Haburas memperoleh dana dari lembaga donor internasional

yakni Uni Eropa untuk memulai inisiatif dalam pengembangan

pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat di Tutuala.

Prosesnya adalah mengkoordinasikan dan memberikan dana untuk

melakukan konstruksi fisik serta membangun kapasitas masyarakat.

Sehingga pada tahap ini juga LSM Haburas tetap melakukan capacity building melalui pelatihan dan studi banding. Berbagai pelatihan yang

dilakukan pada tahap ini antara lain: pertama; pelatihan manajemen

sampah, kedua; pelatihan tourism services, ketiga; pelatihan kuliner,

keempat; mengutus anggota koperasi Valusere menggikuti kursus

bahasa ingris di Dili untuk mempersiapkan mereka sebagai pemandu

wisata; kelima; LSM Haburas memfasilitasi anggota koperasi Valusere

mengadakan studi banding di Propinsi Bali.

Tahap ketiga adalah tahap implementasi program usaha

pariwisata dan melakukan evalusi. Tahap ketiga ini, LSM Haburas

memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pengurus dan anggota

koperasi Valusere untuk mengelola usaha penginapan, usaha restoran

serta usaha kios secara mandiri. Koperasi Valusere memiliki anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga dalam melakukan pengelolaan usaha

tersebut, sehingga dalam pengelolaan usaha pariwisata tersebut

dikelola secara transparan serta adanya evaluasi dari pengurus dan

anggota koperasi. Pada tahap ini juga LSM Haburas masih mengadakan

capacity building bagi anggota koperasi Valusere di bidang keuangan

dan manajemen koperasi. Pada tahap ini LSM Haburas memberikan

kepercayaan penuh kepada anggota koperasi Valusere untuk mengelola

usaha pariwisata secara mandiri. Pada tahap akhir ini LSM Haburas

hanya melakukan monitoring terhadap kegiatan koperasi Valusere

setiap satu atau dua bulan sekali serta LSM Haburas akan membantu

76 Nor Haniza Mohamad at all. 2013. Capacity Building: Enabling Learning in Rural Community Through Partnership. Procesia-Social & Behavioral.

Page 6: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

130

kelompok koperasi Valusere jika terjadi permasalahan yang tidak dapat

diselesaikan didalam kelompok dan membutuhkan pendampingan

anggota LSM Haburas.

LSM Haburas memperoleh dana dari Uni Eropa untuk

melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal Tutuala untuk periode

2006 sampai dengan 2008. Namun demikian, LSM Haburas masih

dalam tahap perencanaan dan pembuatan proposal kepada Uni Eropa

pada tahun 2004 telah melakukan kerjasama awal. Walaupun pada

kerjasama awal ini LSM Haburas masih belum memperoleh pencairan

dana dari Lembaga Donor Internasional Uni Eropa, akan tetapi hanya

bermodalkan pada percaya diri, LSM Haburas mengutus anggotanya

untuk melakukan kontak awal dengan masyarakat lokal serta

melakukan penelitian di wilayah Tutuala untuk mengetahui potensi

obyek wisata yang terdapat di wilayah Tutuala maupun kehidupan

sosial budaya masyarakat lokal. Tidak seperti kebanyakan LSM yang

menunggu pencairan dana dari donor baru melaksanakan kegiatan,

setelah proyek selesai maka tidak ada tindak lanjutan. Akan tetapi

setelah program kerjasama antara LSM Haburas dengan masyarakat

lokal Tutuala berakhir pada tahun 2008 serta menyelesaikan laporan

kerja kepada Lembaga Donor Internasional, LSM Haburas tetap

membantu masyarakat lokal Tutuala yang tergabung dalam koperasi

Valusere. Bantuan konkrit yang dilakukan oleh LSM Haburas bagi

anggota koperasi Valusere adalah: pertama; dengan berakhirnya

kerjasama antara LSM Haburas dengan Koperasi Valusere pada tahun

2008, LSM Haburas merekrut salah satu staf untuk membantu koperasi

Valusere melalui pelatihan manajemen dan Akuntansi dasar pada

tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dan tetap berlanjut sampai

tahun 2014 jika anggota koperasi membutuhkan bantuan dalam bidan

manajemen dan akuntansi. Kedua; LSM Haburas juga memfasilitasi

kaum muda Tutuala 4 orang mengikuti kursus bahasa ingris di Dili

untuk mempersiapkan mereka menjadi pemandu wisata di masa depan.

Akan tetapi setelah mereka mengikuti kursus dan kembali lagi ke

Tutuala, para pemuda tersebut memperoleh pekerjaan lain yang

memiliki pendapatan lebih besar dari pada menjadi anggota koperasi.

Page 7: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

131

Ketiga; Pada tahun 2009, LSM Haburas mengutus lagi salah satu

anggota koperasi Valusere untuk menggikuti studi banding di Bali,

semua kebutuhan perjalanan dibiayai oleh LSM Haburas. Keempat; LSM Haburas selalu membantu anggota koperasi dalam menyelesaikan

berbagai persoalan yang tidak dapat diatasi sendiri oleh anggota

koperasi. Walaupun jarak dari Dili menuju ke Tutuala sekitar 243 Km

serta membutuhkan waktu sekitar 9 jam perjalanan, akan tetapi

anggota LSM Haburas selalu datang ke Tutuala untuk membantu

menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan didalam

koperasi. Kelima; LSM Haburas juga tetap membantu koperasi Valusere

untuk mempromosikan pariwisata Tutuala serta mengantar tamu atau

wisatawan ke pantai Valusere dan menginap di penginapan koperasi

Valusere.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan diartikan sebagai

proses pembangunan pariwisata yang berorientasi kepada kelestarian

sumberdaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pada masa

mendatang. Edington & Smith (1992)77 mengatakan bahwa “Form of tourism that are consistent with natural, social, and community values and which allow both host and guest to enjoy positive and worthwhile interaction and shared experience”. Selain itu, Wall (1993) dalam

Suwena (2010) & Dany (2012)78, menekankan pembangunan pariwisata

berkelanjutan tidak hanya pada ekologi dan ekonomi, tetapi juga

kebudayaan berkelanjutan, karena kebudayaan juga merupakan

sumber daya penting dalam pembangunan pariwisata. Oleh karena itu,

Suwena (2010), mengkategorikan suatu kegiatan wisata dianggap

berkelanjutan apabila memenuhi syarat syarat sebagai berikut :

“Pertama, Secara ekologi berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata

tidak menimbulkan efek negatif terhadap ekosistem setempat. Selain

itu, konservasi merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk

melindungi sumber daya alam dan lingkungan dari efek negatif

kegiatan wisata ; Kedua, secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu

77 Edington, W.R & Smith, V. 1992. Emergence of Alternative Form of Tourism 78 Suwena, I Ketut. 2010. “Format Pariwisata Masa Depan” dalam Pariwisata Berkelanjutan dalan Pusaran Krisis Global. Denpasar. Udayana University Press.

Page 8: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

132

pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata

(industri dan wisatawan) tanpa menimbulkan konflik sosial; Ketiga,

secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu

beradaptasi dengan budaya wisatawan yang cukup berbeda (kultur

wisatawan); Keempat, secara ekonomi menguntungkan, yaitu

keuntungan yang didapat dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat”. Peranan LSM Haburas dalam

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan di

wilayah Tutuala dengan kelompok koperasi Valusere akhirnya

merumuskan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.

Salah satu kesepakatan penting yang dirumuskan bersama adalah

bahwa Koperasi Valusere mendasarkan pembangunan pariwisatanya

pada tiga pilar. Ketiga pilar tersebut antara lain: mempertahankan

nilai-nilai ekologi, mempertahankan nilai – nilai sosial dan budaya,

meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. Berdasarkan rumusan

tersebut maka akan tercapai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan di

wilayah Tutuala.

Secara konseptual, pariwisata berbasis masyarakat diartikan

sebagai pendekatan alternatif (Pantin & Francis, 2005)79, yang

menekankan pada partisipasi atau keterlibatan masyarakat (Hausler,

2005)80 serta merupakan alat pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat

lokal. Pariwisata berbasis masyarakat juga berkaitan erat dengan

pariwisata berkelanjutan yaitu sebagai salah satu syarat pengembangan

pariwisata berkelanjutan (Murphy, 1985)81. Pariwisata berbasis

komunitas bagi masyarakat lokal di Tutuala membawa harapan baru

bagi masyarakat. Masyarakat lokal di Tutuala dilibatkan secara

langsung dalam mengelola usaha-usaha pariwisata di pantai Valusere,

Tutuala, secara bersama melalui wadah koperasi. Keterlibatan

masyarakat dalam usaha pariwisata tersebut dimulai sejak awal 79 Pantin, D dan Francis, J. 2005. Community Based Sustainable Tourism. UK: UWISEDU. 80 Hausler, N. 2005. “Definition of Community Based Tourism “ Tourism Forum International at the Reisepavillon. Hanover 6 Pebruari 2005. 81 Murphy, P.E. 1985. Tourism A Community Approach. London and New York: Longman

Page 9: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

133

perencanaan sampai dengan implementasi kegiatan usaha pariwisata.

Masyarakat yang terlibat dalam koperasi tersebut bersama-sama

melakukan pembangunan fisik yakni pembangunan penginapan,

pembangunan restoran dan kios dan kebutuhan lainnya berupa toilet,

dapur dan penginapan bagi anggota koperasi yang mengelola usaha

pariwisata tersebut. Disamping itu dalam proses pengelolaan usaha

pariwisata juga melibatkan semua anggota koperasi sehingga proses

pengelolaan usaha tersebut dapat berjalan dengan transparan. Jenis-

jenis usaha yang dikelola antara lain, usaha penginapan, usaha restoran,

usaha kios dan pemandu wisata.

Keadaan ekonomi masyarakat lokal di Tutuala mulai berubah

setelah mereka terlibat dalam kegiatan pariwisata. Dengan hadirnya

wisatawan dari mancanegara maupun wisatawan lokal dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal di Tutuala. Pendapatan

yang diperoleh koperasi Valusere berasal dari kegiatan usaha

penginapan, usaha restoran dan usaha kios yang dikelola oleh

masyarakat lokal yang tergabung di dalam koperasi Valusere. Saat ini

terdapat lima buah penginapan yang dikelola oleh koperasi Valusere

dengan kapasitas untuk 15 orang tamu di dekat pantai Valu Tutuala.

Kondisi penginapan yang dikelola oleh koperasi Valusere masih sangat

sederhana dan terbuat dari bahan bahan lokal yang menunjukkan

identitas warga setempat. Koperasi Valusere juga memiliki sebuah

restoran dan sebuah kios yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata di wilayah Tutuala.

Pengembangan pariwisata dalam upaya mengurangi

kemiskinan di pedesaan (Ashley, 2000) lebih menyoroti hadirnya

keterkaitan program pariwisata berwawasan lingkungan dengan cara

pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

(livelihoods). Tao & Wall, (2008)82 menjelaskan jika suatu komunitas

memutuskan untuk menerima kegiatan pariwisata sebagai salah satu

82 Theresa C.H Tao & Geoffrey Wall. 2008. Tourism for Marginal Groups: Tourism as a Livelihood Strategy in an Indigenous Community in Taiwan. BEST Education Network.

Page 10: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

134

strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (livelihoods) mereka untuk mencapai kehidupan yang berkelanjutan, pariwisata

akan menjadi salah satu bentuk diversifikasi mata pencaharian

masyarakat lokal. Dengan adanya kegiatan pariwisata di wilayah

Tutuala khususnya di Pantai Valusere, terjadi pula transformasi

kehidupan bagi masyarakat lokal di Tutuala. Secara umum sub distrik

Tutuala memiliki potensi alam dengan daya tarik wisata yang tinggi.

Pada masa sebelum adanya kegiatan pariwisata, nenek moyang orang

Tutuala telah hidup berdampinggan dengan alam sehingga sumber

daya alam dan daya tarik wisata masih terawat sampai saat ini.

Masyarakat lokal di Tutuala juga tidak bisa mengandalkan pertanian

dan nelayan yang dilakukan secara tradisional dalam meningkatkan

kebutuhan ekonomi. Sumber pendapatan dari hasil pertanian dan

nelayan yang kecil dan dihadapkan dengan kebutuhan hidup yang

terus menerus menigkat menyebabkan mereka mencari alternatif lain

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian penduduk lokal

yang hidup di wilayah Tutuala sangat berterimakasih kepada LSM

Haburas dimana telah melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan

pariwisata yang berkelanjutan. Sejak awal melibatkan masyarakat

dalam kegiatan pembangunan pariwisata, masyarakat Tutuala sudah

menyambut baik secara positif karena kegiatan pembangunan

pariwisata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal di Tutuala

walaupun dalam proses pelibatan masyarakat terjadi beberapa

hambatan yang dihadapi oleh masyarakat lokal maupun LSM Haburas.

Pariwisata berbasis komunitas juga membawa keuntungan

tersendiri bagi masyarakat nelayan yang ada di Tutuala. Dengan

adanya pariwisata dan usaha pariwisata oleh koperasi valusere maka

pengunjung yang berkunjung ke pantai Valusere dan menginap di

penginapan koperasi Valusere akan menggunakan jasa para nelayan

untuk mengantar tamu berkunjung ke pulau Jaco maupun pantai lain

yang ada di sekitar wilayah Tutuala. disamping itu masyarakat nelayan

juga dapat menjual hasil tangkapan ikan ke koperasi Valusere sebab

sebelum ada usaha koperasi valusere, tidak ada pasar atau konsumen

untuk menjual hasil tangkapan tersebut.

Page 11: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

135

Saran

Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste diharapkan

untuk mendukung upaya peningkatan sektor pariwisata, karena selama

ini yang menjadi sektor andalan dari pendapatan nasional Timor Leste

adalah sektor minyak dan gas, akan tetapi harga produksi minyak dan

gas telah terjadi penurunan yang drastis pada masa sekarang serta

produksi tersebut akan habis di masa yang akan datang sehingga sektor

pariwisata merupakan salah satu sektor yang lebih menjanjikan

keuntungan bagi masyarakat maupun negara di masa yang akan datang.

Untuk mengembangkan sektor pariwisata maka disarankan

kepada pemerintah untuk menyediakan fasilitas infrastruktur berupa

jalan raya, air bersih, penerangan listrik maupun telekomunikasi yang

bisa terjangkau oleh para wisatawan yang akan berkunjung ke daerah

tujuan wisata.

Disarankan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan

pemerintah pada upaya konservasi alam serta peran serta masyarakat

lokal dalam pengembangan pariwisata agar dapat mencapai pem-

bangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Penelitian Lanjutan

Penelitian ini hanya berfokus pada salah satu tujuan dari

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yakni bagaimana

peranan LSM Haburas dan masyarakat lokal di desa Tutuala dilibatkan

dan diberdayakan dalam usaha pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Pada bagian ini, harus disadari dan diakui bahwa

keberhasilan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis

masyarakat, hanya disoroti pada temuan yang ada yakni” peranan

Lembaga Swadaya Masyarakat Haburas (LSM Haburas) dalam

pengembangan Community Based Tourism yang berkelanjutan di

pantai Valusere, desa Tutuala kabupaten Lautem.

Page 12: BAB VI Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/6/T2_092014903_BAB VI.pdf · untuk membentuk kelompok koperasi dan pelatihan- ... pelatihan kerajinan

136

Oleh sebab itu, berawal dari temuan peneliti saat ini, masih

terbuka berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan untuk melakukan

penelitian lanjutan untuk mendalami konsep-konsep pengembangan

pariwisata berkelanjutan dari berbagai dinamika yang ada. Berbagai

kemungkinan untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan

antara lain : pertama, dalam penelitian ini tidak terlalu membahas

lebih mendalam mengenai dampak sebelum adanya usaha kegiatan

pariwisata dan sesudah adanya usaha kegiatan pariwisata bagi

masyarakat lokal di desa Tutuala. kedua, dalam penelitian ini juga tidak

membahas peranan pemerintah dan swasta dalam kontribusinya

terhadap pengembangan pariwisata bagi masyarakat lokal di pantai

Valusere, desa Tutuala. Dengan demikian, melihat bahwa peranan

pemerintah sangat penting, diharapkan dalam penelitian selanjutnya

hal-hal tersebut dapat diangkat sebagai topik yang relevan. Ketiga, topik lain yang tidak dibahas secara mendalam dalam penelitian ini

serta menarik untuk diteliti adalah konflik yang berkembang didalam

masyarakat karena pengembangan usaha pariwisata tersebut. Keempat, dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif,

peneliti tidak secara mendalam menyinggung kajian ekonomi

menyangkut analisis biaya dan keuntungan yang diperoleh dari usaha

pengembangan pariwisata yang tidak dapat dipisahkan dari

keberlanjutan.