BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat...

31
93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat Tutuala Pendahuluan Tutuala merupakan salah satu sub distrik dari distrik Lautem yang terletak paling ujung Timur di pulau Timor dengan memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata. Tutuala memiliki ekologi yang besar di negara Timor Leste, keindahan alam di pantai dan laut yang masih sangat indah dan bersih serta pemandangan alam yang indah di mana hutan lindung yang masih terdapat keasliannya. Selanjutnya, kondisi sosial budaya penduduk Tutuala sebagai masyarakat yang berbahasa Fataluco 64 yang kaya dan unik, memiliki dimensi ritual yang sangat penting bagi penduduk lokal Tutuala. Masyarakat lokal Tutuala juga masih memiliki kepercayaan yang kuat pada kekuatan nenek moyang mereka serta kepercayaan akan alam yang memiliki pengaruh kuat pada kehidupan sehari-hari. Sub distrik Tutuala dipilih dalam topik penelitian ini, disebabkan karena wilayah ini memiliki daya tarik wisata, sering dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal serta LSM Haburas telah mengadakan kerjasama dengan masyarakat lokal di Tutuala dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Sosialisasi kegiatan pariwisata oleh LSM Haburas bagi masyarakat lokal di Tutuala dilakukan sejak tahun 2003 sampai dengan 2005. Melalui pembentukan kelompok koperasi Valusere bagi masyarakat lokal di Tutuala. Koperasi ini dibentuk dengan tujuan untuk melindunggi ekologi, mempertahankan nilai-nilai sosial budaya 64 Fataluco adalah bahasa daerah yang digunakan oleh orang-orang yang berada di Distrik Lautem, termasuk masyarakat lokal di desa Tutuala.

Transcript of BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat...

Page 1: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

93

BAB V

Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan

Masyarakat Tutuala

Pendahuluan

Tutuala merupakan salah satu sub distrik dari distrik Lautem

yang terletak paling ujung Timur di pulau Timor dengan memiliki

potensi untuk pengembangan pariwisata. Tutuala memiliki ekologi

yang besar di negara Timor Leste, keindahan alam di pantai dan laut

yang masih sangat indah dan bersih serta pemandangan alam yang

indah di mana hutan lindung yang masih terdapat keasliannya.

Selanjutnya, kondisi sosial budaya penduduk Tutuala sebagai

masyarakat yang berbahasa Fataluco64 yang kaya dan unik, memiliki

dimensi ritual yang sangat penting bagi penduduk lokal Tutuala.

Masyarakat lokal Tutuala juga masih memiliki kepercayaan yang kuat

pada kekuatan nenek moyang mereka serta kepercayaan akan alam

yang memiliki pengaruh kuat pada kehidupan sehari-hari.

Sub distrik Tutuala dipilih dalam topik penelitian ini,

disebabkan karena wilayah ini memiliki daya tarik wisata, sering

dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal serta LSM

Haburas telah mengadakan kerjasama dengan masyarakat lokal di

Tutuala dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berbasis

masyarakat. Sosialisasi kegiatan pariwisata oleh LSM Haburas bagi

masyarakat lokal di Tutuala dilakukan sejak tahun 2003 sampai dengan

2005. Melalui pembentukan kelompok koperasi Valusere bagi

masyarakat lokal di Tutuala. Koperasi ini dibentuk dengan tujuan

untuk melindunggi ekologi, mempertahankan nilai-nilai sosial budaya

64 Fataluco adalah bahasa daerah yang digunakan oleh orang-orang yang berada di Distrik Lautem, termasuk masyarakat lokal di desa Tutuala.

Page 2: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

94

dan meningkatkan ekonomi rakyat. Masyarakat lokal yang dulunya

bermatapencaharian sebagai nelayan dan petani mulai dikenalkan

kegiatan pariwisata oleh LSM Haburas. Hal ini tampak dari

bergesernya matapencaharian masyarakat lokal di Tutuala dalam

bidang pertanian dan nelayan menjadi pengusaha jasa dalam

penyewaan akomodasi dan restoran serta menyediakan usaha kios.

Masyarakat nelayan memanfaatkan pariwisata berbasis masyarakat

dengan menyediakan transportasi laut bagi para tamu.

Pada bab ini penulis akan memaparkan temuan empiris di

lapangan mengenai pariwisata berbasis komunitas bagi kehidupan

masyarakat lokal di Tutuala. Dengan adanya pariwisata berbasis

komunitas di Tutuala maka masyarakat lokal dapat melakukan

beberapa jenis usaha. Jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat

lokal di Tutuala berupa usaha akomodasi dan restoran, usaha kios serta

masyarakat nelayan menyediakan jasa transportasi laut bagi wisatawan.

Disamping itu akan dibahas pula permasalahan yang dihadapi oleh

masyarakat lokal di Tutuala dalam usaha pariwisata berbasis

komunitas.

Kondisi Wilayah Tutuala

Sub distrik Tutuala terletak dua puluh tujuh kilometer dari ibu kota

distrik Lautem. Perjalanan menuju Tutuala dengan menggunakan

kendaraan bermotor kurang lebih satu jam sepuluh menit dari ibu kota

Lautem. Sub distrik Tutuala merupakan daerah yang memiliki dataran

rendah dan terletak 361 meter diatas permukaan laut.

Luas wilayah sub distrik Tutuala adalah tiga ratus sepuluh

kilometer persegi. Sub distrik ini terbagi menjadi dua desa yakni desa

Tutuala yang letaknya paling ujung di pulau Timor dan terdiri dari

empat dusun. Desa ini sangat indah dengan latar belakang hutan

lindung yang masih asli. Hutang yang ada di wilayah ini belum

mengalami kehancuran jika dibandingkan dengan wilayah lain di

Timor Leste. Desa yang lain adalah desa Mehara yang terbagi ke dalam

Page 3: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

95

tiga dusun. Kedua desa ini termasuk dalam wilayah hutan lindung

berdasarkan regulasi UNTAET65 No. 19 tahun 2000. Pulau Jaco

merupakan sebuah pulau yang secara administratif berada dibawah

desa Tutuala dan sub distrik Tutuala. Pulau jaco adalah sebuah pulau

yang memiliki kekayaan ekologi. Sampai saat ini pulau tersebut tidak

ada penghuni dan bebas dari kegiatan masyarakat. Wisatawan dapat

berkunjung ke pulau Jaco dalam waktu yang singkat yaitu kurang dari

satu hari serta tidak boleh ada kegiatan yang berkaitan dengan

pembangunan secara fisik di pulau ini. Tentu saja wisatawan tidak

boleh tinggal di pulau Jaco karena menurut budaya masyarakat lokal di

Tutuala bahwa pulau tersebut adalah tempat sakral.

Sub distrik Tutuala masih memperlihatkan kehidupan yang

masih tradisional, baik dilihat dari kehidupan sehari-hari, adat istiadat

penduduk lokal, kehidupan sosial budaya serta interaksi antara

manusia dengan alam sekitarnya. Jumlah penduduk sub distrik Tutuala

berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah sebanyak 3.836 jiwa.

Yang terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.853

jiwa dan perempuan sebanyak 1.983 jiwa. Sub distrik Tutuala terbagi

menjadi dua desa dan masing-masing desa dipimpin oleh seorang

kepala desa yang disebut dengan chefe Suco. Desa Tutuala terbagi

menjadi empat dusun atau biasa disebut dengan Aldeia yang dipimpin

oleh seorang kepala dusun atau disebut chefe Aldeia.

Usaha Penginapan (Akomodasi)

Koperasi Valusere memulai program pembangunan fisik pada

tahun 2006. Bangunan pertama yang didirikan adalah penginapan atau

bungalow tradisional. Proses pembangunan akomodasi melibatkan

seluruh anggota koperasi di dampingi oleh 2 orang anggota LSM

Haburas. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan berupa

65 UNTAET : United Nation Transition Administration in Esat Timor. Atau merupakan badan PBB dalam pemerintahan transisi di Timor Leste dari tahun 1999 sampai dengan 2002.

Page 4: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

96

bahan lokal yang ada di wilayah Tutuala. Masing-masing kelompok

diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengumpulkan bahan

bangunan berupa bambu, kayu, daun lontar. Struktur koperasi bertugas

untuk mengecek bahan-bahan bangunan yang telah dikumpulkan oleh

masing-masing kelompok. Jika terdapat kelompok yang membawa

bahan bangunan yang tidak berkualitas, maka ketua koperasi Valusere

memberitahukan kepada anggota kelompok tersebut untuk

mengantikan dengan bahan-bahan yang berkualitas. Masing-masing

kelompok mengumpulkan bahan lokal berdasarkan barang yang

dimiliki oleh mereka.

Setelah bahan bangunan dikumpulkan semua, proses

berikutnya adalah membangun pondok penginapan. Pada tahap ini

anggota koperasi bekerja sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.

Dua orang anggota yakni saudara Juviano dan saudara Nus sebagai

tukang untuk mendirikan penginapan. Mereka berdua telah mengikuti

pelatihan kerajinan bambu selama satu bulan di Baucau. Setelah

mereka menggikuti pelatihan tersebut, kemampuan yang dimiliki

kemudian dipraktekkan untuk membangun penginapan di pantai Valu.

Anggota LSM Haburas yang mendampingi koperasi Valusere di Tutuala

merasa bangga dengan keterampilan dari kedua anggota koperasi

tersebut. Walaupun hanya mengikuti pelatihan satu bulan, akan tetapi

mereka benar-benar memanfaatkan pelatihan tersebut bagi

pengembangan usaha di Tutuala.

Anggota koperasi bekerja secara bersama-sama (komunal) dalam membangun penginapan. Tujuh kelompok yang tergabung

dalam anggota koperasi Valusere menyapkan konsumsi sendiri.

Masing-masing kelompok membawa bekal untuk keperluan satu

minggu di lokasi pembangunan. LSM Haburas memfasilitasi anggota

koperasi dengan menyediakan sayur, lauk serta bumbu. Selama proses

pembangunan berlangsung, semua anggota koperasi menetap di lokasi

pembangunan. Hal ini disebabkan oleh jarak tempuh dari rumah

mereka ke pantai Valusere adalah 8 km. Berjalan kaki dari rumah ke

lokasi membutuhkan 2 sampai dengan 3 jam perjalanan. Akhirnya

Page 5: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

97

selama pembangunan berlansung dapat meningkatkan ikatan

kerjasama yang baik antara sesama anggota koperasi. Penginapan

tradisional yang dibangun sebanyak 5 pondok. 4 pondok kecil memiliki

kapasitas 2 orang per pondok, sehingga 4 pondok tersebut memiliki

kapasitas untuk 8 orang. Sebuah pondok dibangung memanjang, dibagi

menjadi 2 kamar besar. Masing – masing kamar memiliki kapasitas 3

orang dan 4 orang. Sehingga kedua kamar tersebut dapat digunakan

bagi para pengunjung rombongan. Pondok tradisional yang dibangun

tersebut memiliki kapasitas untuk 15 orang tamu. Namun demikian

koperasi valusere masih memiliki tenda untuk disewakan bagi para

tamu yang berkunjung dalam jumlah yang melebihi kapasitas kamar.

Anggota kelompok koperasi menyelesaikan bangunan

penginapan pada tahun 2006. Penginapan tersebut memiliki jenis

kamar standar, ukuran kecil dengan fasilitas terbatas. Penginapan ini

juga sebagai tempat tinggal sementara yang mencerminkan pola

kehidupan masyarakat Tutuala yang tinggal jauh dari kota dan

keramaian. LSM Haburas menyediakan fasilitas yang dipakai bagi

kebutuhan penginapan. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh LSM

Haburas adalah tempat tidur dengan kasur yang sederhana, bantal,

sprei dan rak kecil untuk menimpang barang. Fasilitas kamar mandi

dan toilet berada terpisah dari penginapan. Toilet memiliki dua jenis

yakni kloset duduk dan kloset jongkok dengan penyediaan air yang

bisa digunakan. Dengan demikian, koperasi Valusere menyewakan

kamar kepada tamu yang berkunjung ke Tutuala dan pulau Jaco

dengan standar yang sanggat sederhana yang mencerminkan

kehidupan masyarakat lokal di ujung pulau Timor. Produk yang

dihasilkan oleh anggota koperasi Valusere dalam pengelolaan

penginapan adalah kamar tidur dengan perlengkapan yang sederhana,

kamar mandi dan toilet serta jasa laundry bagi tamu yang menginap

lebih dari 3 hari dan membutuhkan jasa laundry. Produk lainnya

adalah kondisi lingkungan yang alami dan menyenangkan, rasa

bersahabat, sopan santun, jujur serta rasa hormat dari para anggota

koperasi.

Page 6: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

98

Gambar 5.1. Penginapan Koperasi Valusere. Foto tanggal 6 Februari 2015.

Gambar 5.2. Penginapan koperasi Valusere (bagian interior). Foto tanggal 6

Februari 2015.

Pengelolaan penginapan oleh anggota koperasi Valusere

melalui sistem komunal. Semua anggota memiliki hak dan kewajiban

yang sama dalam pengelolaan penginapan. Terdapat 7 kelompok di

dalam koperasi Valusere yang melakukan rotasi kerja. Setiap kelompok

mengelola penginapan selama satu minggu. Kelompok yang bertugas

untuk mengelola penginapan diorganisir oleh ketua kelompok.

Anggota kelompok yang bertugas untuk mengelola penginapan wajib

Page 7: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

99

berada di lokasi penginapan selama masa tugasnya. Sehingga mereka

harus tingalkan keluarga untuk melakukan kegiatan pengelolaan

penginapan di pantai Valusere.

Masing-masing kelompok memiliki struktur organisasi dalam

mengelola penginapan. Struktur kelompok tersebut terdiri dari ketua

kelompok, yang memiliki tanggung jawab untuk mengorganisir

anggota kelompok dalam melaksanakan pengelolaan penginapan agar

supaya kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Sekretaris bertugas

untuk mencatat semua kebutuhan yang diperlukan dalam pengelolaan

penginapan, meniapkan absensi bagi para anggota yang sedang

bertugas. Bendahara memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan biaya

yang diperlukan maupun biaya masuk dari hasil pendapatan

penginapan. Melalui struktur kelompok yang sederhana ini, dapat

membantu anggota kelompok koperasi dalam pengelolaan penginapan

yang baik serta membantu memfasilitasi mereka untuk melakukan

laporan mingguan kepada struktur koperasi Valusere maupun kepada

angota kelompok lain yang menganti dalam pengelolaan penginapan.

Dengan demikian seluruh kegiatan yang dilakukan oleh anggota

kelompok selama satu minggu di lokasi memiliki laporan yang lengkap

dan transparan. Berbagai jenis transaksi uang masuk dan uang keluar

serta kehadiran anggota tercatat dengan rapi sehingga dapat terjamin

transparan dalam pengelolaan penginapan.

Tiap – tiap anggota koperasi memiliki tugas dalam kegiatan

pengelolaan penginapan di pantai Valusere. Kegiatan utama dalam

usaha penginapan ini adalah menyewakan kamar kepada tamu. Kamar

yang disewakan adalah empat buah kamar dengan masing-masing

kamar memiliki kapasitas untuk dua orang tamu dilengkapi dengan dua

buah tempat tidur masing-masing berukuran single. Terdapat pula

sebuah kamar tidur yang luas dilengkapi dengan dua buah tempat tidur

berukuran single dan doule untuk tiga orang tamu. Adapun satu kamar

tidur yang juga dilengkapi dengan dua buah tempat tidur yang

berukuran double. Dengan demikian anggota koperasi yang sedang

bertugas untuk mengelaola penginapan memiliki tugas untuk

Page 8: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

100

meniapkan kamar bagi tamu, membersihkan kamar yang telah

digunakan oleh tamu, mengantikan serta mencuci kain yang telah

digunakan oleh tamu. Adapun tugas lain yang dilakukan oleh anggota

koperasi adalah membersihkan kamar mandi sehingga tetap dalam

keadaan yang bersih. Mengumpulkan dan membersihkan berbagai

jenis sampah yang ditingalkan oleh wisatawan.

Terdapat tiga jenis tarif kamar pada penginapan koperasi

Valusere. Tarif untuk empat buah kamar yang dilengkapi dengan dua

buah tempat tidur single sebesar US$ 20 per malam atau setara dengan

Rp. 260.000,-. Untuk kamar yang dilengkapi dengan sebuah kamar

tidur single dan sebuah kamar tidur double dikenakan tarif sebesar US$

30 per malam atau setara dengan Rp. 390.000. Sedangkan kamar lain

yang dilengkapi dengan dua buah kamar tidur double dikenakan tarif

sebesar US$ 40 per malam atau setara dengan Rp. 520.000. Adapun

tenda dengan fasilitas tempat tidur ukuran double yang disewakan

untuk tamu yang ingin menginap di tempat terbuka dikenakan tarif

sebesar US$ 10 per malam atau setara dengan Rp. 130.000. Koperasi

Valusere juga memberikan kelongaran bagi tamu untuk menambahkan

tempat tidur di kamar namun tidak memungut biaya tambahan.

Wisatawan yang datang ke lokasi penginapan dan membawa tenda

sendiri dapat menggunakan lokasi di sekitar penginapan dengan bebas,

anggota koperasi tidak memungut biaya serta dapat mengunakan

kamar mandi yang disediakan oleh anggota koperasi. Hal ini

disebabkab oleh budaya sosial dari masyarakat Tutuala yang masih

tinggi.

Pengelolaan Restoran

Salah satu kebutuhan bagi wisatawan yang berkunjung ke

pantai Valusere adalah kebutuhan akan makan dan minum. LSM

Haburas melihat bahwa untuk meningkatkan pendapatan anggota

koperasi Valusere maka perlu disediakan pula sebuah restoran dan kios

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Untuk membuka usaha

Page 9: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

101

restoran dan kios, maka langkah awal yang dilakukan oleh anggota

koperasi Valusere adalah membangun restoran dan kios serta dapur

agar kegiatan pengelolaan dapat berjalan dengan baik. Fungsi daripada

restoran dan kios adalah melaksanakan penjualan makanan dan

minuman. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan

restoran dan kios adalah melaksanakan usaha pengembangan produk

makanan dan minuman, merencanakan kegiatan-kegiatan yang dapat

menarik tamu untuk makan dan minum di restoran tersebut, membeli

bahan-bahan kebutuhan penyediaan makanan dan minuman,

melakukan penympanan bahan-bahan makanan dan minuman,

menyajikan makanan dan minuman bagi para tamu.

Proses pembangunan fisik untuk kebutuhan restoran masih

sama dengan proses pembangunan penginapan. Metode yang

digunakan dalam pembangunan fisik adalah metode partisipatif dari

semua anggota yang terlibat dalam koperasi Valusere. Pada tahap ini

bangunan fisik yang dibangun oleh anggota koperasi berupa sebuah

bangunan untuk kebutuhan restoran dan kios. Disamping itu untuk

mendukung restoran dapat berjalan dengan baik dan efektif, maka

anggota koperasi juga membangun sebuah gudang untuk kebutuhan

penimpanan bahan-bahan, sebuah dapur, tempat cuci peralatan makan

dan memasak. Karena lokasi penginapan jauh dari perumahan anggota

koperasi maka dibangun juga sebuah penginapan bagi anggota koperasi

yang bertugas untuk mengelola penginapan, restoran dan kios.

Fasilitas perlengkapan dapur dan restoran dibantu oleh LSM

Haburas bagi anggota koperasi Valusere. Bangunan fisik untuk

restoran, dapur, tempat cuci serta penginapan untuk anggota koperasi

valusere selesai dibangun pada akhir tahun 2006. LSM Haburas

membantu anggota koperasi Valusere dalam penyediaan fasilitas

perlengkapan dapur, restoran serta air bersih. Jenis perlengkapan

restoran yang dibantu oleh LSM Haburas berupa alas lantai yang

terbuat dari kain. Karena lantai terbuat dari bambu dan kayu sehingga

membutuhkan alas agar nyaman bagi pengunjung. Adapun bantal

sebagai alas duduk, meja makan serta alas yang dipakai pada meja

Page 10: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

102

makan dibantu oleh LSM Haburas. Fasilitas perlengkapan dapur yang

digunakan untuk memasak, alat-alat yang dipakai untuk makan dan

minum dipersiapkan juga oleh LSM Haburas.

Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi anggota koperasi

Valusere dalam pengelolaan penginapan dan restoran. Di lokasi

penginapan dan restoran tidak terdapat persediaan air bersih. Dalam

penyediaan air bersih ini, LSM Haburas mendatangkan ahli pengebor

air dari Dili untuk membantu menyediakan air bersih bagi Koperasi

Valusere. Alat yang digunakan untuk mengebor air bersih didatangkan

juga dari Dili. Lokasi pengeboran air bersih berjarak 300 meter dari

pantai dan sekitar 1 Km dari usaha penginapan dan restoran koperasi

Valusere. Namun demikian, air bersih yang didapat tersebut

terkontaminasi dengan air laut sehingga tidak bisa digunakan untuk

memasak dan minum. Akan tetapi air tersebut dapat membantu

anggota koperasi Valusere untuk kebutuhan toilet dan kamar mandi,

kebutuhan laundry serta dapat digunakan untuk kebutuhan dapur.

Kegiatan yang dilakukan oleh anggota koperasi dalam

pengelolaan restoran dan usaha kios. Seluruh anggota koperasi

memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola usaha restoran.

Sama halnya dengan pengelolaan penginapan, usaha restoran juga

dikelola oleh tujuh kelompok yang tergabung dalam koperasi Valusere.

Masing-masing kelompok memiliki tugas mengelola restoran selama

satu minggu. Para anggota koperasi yang bertugas akan membagi tugas

dan tanggung jawab menurut keahliannya. Ketua kelompok

memberikan pembagian tugas bagi anggota kelompoknya. Selama

pengelolaan restoran, ketua kelompok akan bertanggung jawab

sepenuhnya bagi anggota kelompok serta mengorganisir dengan baik

sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tugas dan

tanggung jawab yang dilakukan dalam pengelolaan restoran adalah

memasak makanan sesuai dengan pesanan tamu, menyajikan makanan

kepada tamu, membersihkan serta meniapkan alat masak dan alat

makan, meniapkan air bersih untuk kebutuhan memasak,

menyediakan kayu bakar yang digunakan untuk memasak. Anggota

Page 11: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

103

kelompok yang bertugas memasak makanan adalah mereka yang telah

menggikuti pelatihan kuliner dan pintar dalam menyediakan beberapa

jenis makanan. Pada dasarnya setiap kelompok memiliki anggota

kelompok yang pintar masak. Anggota lain yang tidak bertugas untuk

menyediakan makanan, secara bergilir melakukan tugas menyediakan

air bersih. Anggota kelompok berjalan kaki 6 km mengambil air bersih

untuk kebutuhan memasak. Dari jam 3 pagi mereka sudah mulai

berangkat dari lokai penginapan untuk mengambil air di daerah

Pitileti. Masing-masing orang bisa mengambil air 20 liter, baik anggota

kelompok laki-laki maupun perempuan. Mereka membutuhkan satu

setengah jam perjalan dari lokasi penginapan ke sumber mata air.

Sehingga menyapkan kebutuhan air bersih untuk memasak harus

berjalan kaki 12 km dan waktu yang dibutuhkan adalah 3 jam. Anggota

kelomok yang tidak bertugas untuk mengambil air, akan melakukan

kegiatan lain berupa: membersihkan kamar mandi, mencari kayu

bakar, memasak makanan dan melayani tamu. Mencari kayu bakar

untuk kebutuhan memasak menempuh jarak antara satu sampai dua

kilometer. Kayu bakar yang diambil adalah jenis kayu yang telah jatuh

dan sudah kering. Anggota koperasi dilarang keras serta tidak

diperkenankan untuk memotong dan mengambil kayu dari pohon.

Berbagai tugas dan tanggung jawab tersebut akan dilakukan secara

rotasi sehingga semua anggota kelompok akan mendapatkan giliran

untuk melaksanakan tugas. Dengan demikian akan menciptakan

keadilan bagi semua anggota kelompok dalam mengelola restoran dan

penginapan yang dimiliki bersama.

Anggota koperasi Valusere dalam menyediakan jenis-jenis

makanan sesuai dengan pilihan wisatawan. Menu yang disediakan pada

restoran tersebut terdiri dari menu tradisional dan menu modern. Jika

ada wisatawan yang ingin menikmati menu tradisional maka akan

disiapkan. Jenis makanan tradisional terdiri dari jagung titi yang

direbus, sambal khas Tutuala (mechi)66, ikan saboko67, tokir68. Jenis

66 Metchi adalah salah satu jenis sambal yang hanya terdapat di Tutuala. Bahan dasarnya adalah cacing laut. Menurut cerita dari anggota koperasi bahwa banyak tamu

Page 12: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

104

makanan moderen yang disediakan antara lain: sea food (sup ikan, ikan

bakar, ikan goreng, kepiting, suntu, cumi-cumi), calderada69, beef, sup

ayam, ayam goreng, ayam bakar. Berbagai jenis makanan tersebut

disediakan sesuai dengan musim dan keadaan sehingga wisatawan yang

berkunjung juga akan memesan makanan sesuai dengan menu yang ada

pada saat itu. Koperasi Valusere memberikan kebebasan kepada tamu

untuk membeli ikan dari nelayan kemudian anggota koperasi

menyediakan jasa untuk memasak sesuai dengan keinginan tamu.

Biaya yang dikenakan untuk jasa memasak sebesar lima dolar.

Gambar 5.3. Jenis makanan tradisional yang dapat disediakan di Restoran

koperasi Valusere. Foto tanggal 6 Februari 2015.

lokal maupun asing yang senang dengan sambal tersebut, bahkan ada wisatawan lokal yang membeli sambal tersebut sebagai oleh-oleh karena dapat disimpan lebih lama. 67 Ikan saboko adalah salah satu jenis ikan bakar. Sebelum dibakar, ikan tersebut diberi bumbu kemudian di taruh didalam daun lontar baru dibakar dengan demikian bumbu yang digunakan tersebut akan terserap. 68 Tokir adalah masakan tradisional. Berbagai jenis masakan tersebut menggunakan bambu, baik memasak nasi maupun lauk menggunakan bambu. 69 Calderada adalah salah satu jenis masakan khas portugal yang telah menjadi makanan kesukaan orang Timor Leste.

Page 13: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

105

Gambar 5.4. Menu Tradisional. Foto tanggal 6 Februari 2015.

Bahan-bahan mentah kebutuhan memasak disediakan oleh

masing-masing kelompok yang akan mengelola penginapan dan kios.

Kelompok yang bertugas untuk mengelola restoran dan penginapan

meniapkan bahan baku yang akan digunakan selama seminggu. Cara

pembelian bahan makanan ini dilakukan secara minguan, bahan

makanan yang dibeli tidak dalam jumlah yang besar. Orang yang

ditugaskan untuk membeli bahan makanan di pasar adalah bendahara

kelompok dengan seorang anggota kelompok. Barang-barang tersebut

dibeli di distrik Lospalos yang berjarak 27 km dari Tutuala, sehingga

untuk melakukan pembelian barang dibutuhkan pula biaya trans-

portasi. Bahan makanan yang dibeli di pasar adalah bahan lokal dan

bahan impor. Setiap bendahara kelompok mendapatkan biaya belanja

dari bendahara umum yang akan digunakan untuk membeli bahan

baku. Setelah selesai belanja maka bendahara kelompok akan memberi-

kan nota belanja serta sisa biaya kepada bendahara umum. Setiap

pengeluaran yang tidak memiliki nota, maka bendahara kelompok

melakukan catatan pengeluaran serta besarnya biaya yang digunakan.

Bahan baku yang telah dibeli oleh bendahara kelompok akan

dikumpulkan di rumahnya. Pada hari minggu siang akan melakukan

pergantian kelompok untuk mengelola usaha penginapan dan restoran

Page 14: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

106

di pantai Valusere. Anggota kelompok akan berkumpul di rumah

bendahara agar melakukan pembagian tugas untuk membawa barang-

barang yang telah dibeli ke lokasi penginapan dan restoran. Anggota

kelompok yang tidak kebagian tugas untuk membawa barang maka

mereka akan mengambil air bersih untuk kebutuhan memasak. Dengan

demikian semua anggota kelompok yang berangkat ke lokasi memiliki

tugas dan tanggung jawab untuk membawa kebutuhan restoran dan

kios yang akan digunakan selama mereka melakukan pengelolaan

tersebut.

Pergantian kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam

melaksanakan pengelolaan usaha penginapan, restoran maupun kios.

Masing-masing kelompok melakukan rotasi pengelolaan selama

seminggu yakni dari hari senin sampai dengan hari minggu. Pada hari

minggu siang adalah pergantian kelompok satu dengan kelompok

lainnya. Sebelum pergantian, anggota kelompok yang telah menye-

lesaikan tugasnya melaporkan semua kegiatan yang telah dilakukan

selama seminggu kepada struktur koperasi Valusere serta kelompok

yang akan mengelola usaha tersebut. Anggota kelompok lama akan

menyampaikan pendapatan dan pengeluaran yang telah dilakukan

selama proses pengelolaan tersebut. Pendapatan yang diperoleh dari

usaha penginapan dan usaha restoran dilaporkan tersendiri,

pendapatan yang diperoleh dari usaha kios dilaporkan tersendiri. Oleh

karena pendapatan dari usaha penginapan dan restoran akan dibagikan

kepada anggota koperasi, pendapatan dari usaha kios digunakan untuk

meningkatkan modal usaha. Pendapatan bersih yang diperoleh dari

hasil kegiatan tersebut diberikan kepada bendahara koperasi Valusere

untuk disimpan di brankas koperasi. Sehingga setiap rapat pergantian

kelompok selalu dihadiri oleh ketua serta bendahara koperasi Valusere

agar melakukan catatan untuk persiapan rapat bulanan.

Salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh koperasi Valusere

adalah usaha kios. Jenis usaha ini dilakukan oleh koperasi Valusere

agar meningkatkan modal usaha mereka. LSM Haburas membantu

koperasi Valusere menyediakan barang-barang kios untuk dijual

Page 15: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

107

kepada wisatawan yang berkunjung ke pantai Valu dan pulau Jaco.

Usaha kios ini juga membantu para nelayan di sekitar lokasi

penginapan yang membutuhkan. Jenis usaha ini sangat membantu

wisatawan dan para nelayan untuk memenuhi kebutuhan mereka, oleh

karena lokasi wisata pantai Valu dan pulau Jaco berjarak 8 km dari

perumahan penduduk di Tutuala. jenis-jenis barang yang dijual adalah

minuman ringan, aqua, makanan ringan seperti biskuit, rokok,

minuman beralkohol. Masing-masing kelompok memiliki tanggung

jawab yang sama dalam mengelola kios tersebut. Hasil pendapatan

yang diperoleh dari usaha kios disimpang tersendiri sebagai

penambahan modal bagi koperasi Valusere. Penghasilan yang

diperoleh tidak dibagikan kepada anggota kelompok akan tetapi

digunakan untuk membeli kembali barang-barang yang dibutuhkan

dalam peningkatan usaha koperasi Valusere.

Rapat Anggota dan Sistim Pembagian Keuntungan

Anggota koperasi melakukan rapat anggota selama empat kali

setiap satu tahun. Rapat pertama yang dilakukan adalah rapat

mingguan. Rapat ini dilakukan oleh anggota kelompok dengan tujuan

mengadakan handover. Pada rapat ini, struktur dari kelompok yang

telah melakukan kegiatan pengelolaan menyampaikan hasil kerjanya

selama satu minggu kepada struktur koperasi Valusere maupun

struktur kelompok yang akan mengantikan pengelolaan usaha koperasi

Valusere. Pada rapat ini hanya melibatkan struktur kelompok yang

telah mengelola usaha, struktur kelompok yang akan mengantikan

dalam mengelola usaha serta struktur koperasi Valusere. berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan usaha dapat

didiskusikan oleh struktur kelompok dengan struktur koperasi

Valusere agar dapat diselesaikan oleh orang-orang yang duduk di

struktur kelompok maupun struktur koperasi.

Rapat anggota koperasi tiap tiga bulan. Rapat ini dilaksanakan

setiap empat kali setahun yakni, pada bulan Maret, Juni, September

Page 16: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

108

dan Desember. Rapat yang diadakan setiap tiga bulan melibatkan

semua anggota koperasi Valusere. Agenda rapat adalah melakukan

evaluasi kerja, mengadakan analisis bisnis, membagi keuntungan

kepada seluruh anggota koperasi. Didalam rapat ini, semua anggota

memiliki hak untuk menyampaikan pendapat.

Rapat anggota semesteran yang diadakan dua kali tiap tahun.

Rapat ini direalisasikan setiap bulan April dan bulan Oktober. Agenda

penting yang didiskusikan pada rapat ini adalah melakukan evaluasi

kegiatan usaha koperasi Valusere. Tiap-tiap anggota kelompok

menyampaikan permasalahan maupun kendala yang dihadapi dalam

proses pengelolaan koperasi. Struktur koperasi maupun anggota

koperasi melakukan diskusi bersama untuk mencari solusi bagi

permasalahan maupun kendala yang dihadapi tersebut.

Rapat tahunan untuk anggota koperasi Valusere dilaksanakan

setiap tahun sekali. Rapat dilaksanakan pada bulan Desember sebelum

tanggal 20. Struktur koperasi Valusere menyampaikan laporan

pertanggungjawaban kegiatan koperasi Valusere. Laporan ini

disampaikan kepada seluruh anggota koperasi secara terbuka atau

transparan baik kegiatan bidang usaha maupun bidang keuangan.

Laporan tersebut juga berupa seluruh proses kegiatan yang telah

berjalan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember tiap

tahun. Seluruh anggota koperasi dapat berpartisipasi aktif dalam

memberikan saran, kritik maupun ide untuk rencana kerja koperasi

pada periode yang akan datang dapat berjalan dengan lancar. Bahasa

yang digunakan dalam rapat adalah bahasa daerah Fataluku sebab

seluruh anggota koperasi Valusere merupakan masyarakat lokal

Tutuala.

Melalui rapat anggota koperasi yang diadakan setiap tiga bulan

sekali dapat dimanfaatkan untuk membagi hasil keuntungan kepada

seluruh anggota koperasi. Pada rapat tersebut anggota koperasi

Valusere memperoleh informasi mengenai hasil pendapatan dari

kegiatan pengelolaan penginapan, restoran dan kios. Anggota koperasi

yang tidak mengerti dan masih ragu mengenai pendapatan yang

Page 17: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

109

diperoleh tersebut dapat ditanyakan langsung kepada bendahara umum

koperasi Valusere maupun struktur koperasi. Keputusan untuk

membagi bersarnya pendapatan hasil usaha koperasi melalui rapat

anggota tiap tiga bulan.

Pendapatan yang diperoleh dari usaha penginapan dan usaha

restoran dibagikan kepada anggota koperasi sesuai dengan kewajiban

yang telah dilakukan oleh anggota koperasi dalam mengelola usaha

koperasi Valusere. Kewajiban anggota koperasi adalah kerja rutin yang

telah dilakukan melalui kelompok masing-masing. Para anggota

koperasi yang tidak melaksanakan kewajibannya atau tidak hadir

dalam mengelola usaha koperasi maka pendapatan yang diperoleh akan

dikurangi sesuai dengan tingkat kehadirannya. Dalam rapat tersebut

masing-masing ketua kelompok melaporkan tingkat kehadiran anggota

kelompoknya. Untuk memotong pendapatan anggota kelompok yang

tidak hadir diputuskan melalui rapat tersebut. Orang-orang yang

berada dalam struktur koperasi maupun anggota biasa memperoleh

pendapatan yang sama atau pembagian hasil usaha sama rata sehingga

tidak ada diskriminasi terhadap anggota koperasi.

Sistem pembagian keuntungan yang dilakukan oleh koperasi

Valusere sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan. Sebelum

membagikan pendapatan tersebut, bendahara koperasi valusere

melaporkan besarnya keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha

koperasi selama periode waktu tiga bulan. Dengan demikian anggota

koperasi akan menyampaikan pendapat secara demokratis dalam rapat

tersebut sehingga dapat menghindari timbulnya konflik. Proses

pembagian keuntungan tersebut dilakukan secara transparan oleh

pengurus koperasi kepada seluruh anggota koperasi yang terlibat.

Jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha koperasi sebesar

25% disimpan untuk meningkatkan modal usaha koperasi. Keuntungan

yang dibagikan kepada anggota koperasi Valusere sebesar 75%.

Sedangkan hasil pendapatan yang diperoleh dari usaha kios tidak akan

dibagikan kepada anggota koperasi namun disimpan sebagai modal

usaha koperasi Valusere. Seluruh anggota koperasi Valusere

Page 18: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

110

memperoleh pendapatan dari usaha pengelolaan penginapan maupun

restoran setiap tiga bulan sekali.

Kegiatan Pemandu Wisata

Masyarakat lokal yang tergabung dalam koperasi Valusere

berasal berbagai latar belakang pendidikan. Mulai dari anggota

koperasi yang tidak berpendidikan, tidak lulus sekolah dasar sampai

dengan mereka yang menyelesaikan pendidikan menengah atas atau

sekolah teknik yang setingkat dengan sekolah menengah atas. Anggota

koperasi Valusere yang memiliki tugas sebagai pemandu wisata

ditentukan melalui rapat anggota koperasi dengan catatan bahwa

mereka yang menyelesaikan sekolahnya di tingkat sekolah menengah

atas atau setingkat. Anggota koperasi memilih mereka yang telah

menyelesaikan sekolah menengah atas untuk pemandu wisata karena

mereka telah belajar bahasa ingris sejak sekolah menengah pertama

sampai dengan sekolah menengah atas.

Anggota koperasi Valusere dalam kerjasamanya dengan LSM

Haburas sejak tahun 2003 telah mengikuti pelatihan dan telah

diajarkan hal-hal yang menyangkut konservasi, ekologi, sejarah dan

sosial budaya masyarakat lokal Tutuala. anggota koperasi yang bertugas

dalam kegiatan pemandu wisata telah memiliki informasi mengenai

lokasi wisata di Tutuala. Berbekal pada pengetahuan yang telah

diajarkan tersebut serta pengetahuan mengenai berbagai sejarah lokasi

wisata di Tutuala, mereka dapat menjadi pemandu wisata maupun

asisten peneliti bagi wisatawan yang melakukan penelitian di wilayah

Tutuala. Dalam melaksanakan tugasnya, pemandu wisata di Tutuala

berada di bawah koordinasi koperasi Valusere.

Jenis pelatihan lain yang dilakukan bagi para pemandu wisata

di koperasi Valusere adalah kursus bahasa ingris. Empat orang anggota

koperasi Valusere yang bertugas sebagai pemandu wisata mengikuti

kursus bahasa ingris di Dili pada tahun 2008 selam tiga bulan. Kursus

tersebut difasilitasi oleh LSM Haburas untuk mempersiapkan anggota

Page 19: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

111

koperasi Valusere dalam kegiatan pemandu wisata. Setelah selesai

mengikuti kursus bahasa ingris selama tiga bulan, mereka memperoleh

sertifikat dan sudah bisa berkomunikasi dalam bahasa ingris. Namun

demikian, tiga orang anggota koperasi Valusere selain bapak Mario

yang telah mengikuti kursus tersebut memilih keluar dari anggota

koperasi Valusere karena mereka mendapatkan pekerjaan lain di

distrik Lospalos dan memperoleh pendapatan yang lebih baik

dibandingkan dengan menjadi anggota koperasi Valusere. LSM

Haburas juga mengutus bapak Mario melakukan studi banding di Bali

pada tahun 2009. Pada saat itu LSM Haburas memfasilitasi kelompok

masyarakat lokal di Maubisse dan Maubara untuk melakukan studi

banding di Bali. LSM Haburas membeikan satu jatah kepada anggota

koperasi Valusere untuk mengikuti studi banding tersebut. Karena

bapak Mario yang bekerja sebagai koordinator untuk pemandu wisata

maka koperasi Valusere mengutus beliau mengikuti studi banding agar

dapat menerapkan cara-cara memandu wisatawan di Tutuala.

Kegiatan pemandu wisata yang dilakukan oleh anggota

koperasi adalah mengantar wisatawan berkunjung ke tempat-tempat

sejarah dan tempat wisata. Pemandu wisata menjelaskan seluk beluk

wilayah Tutuala, sejarah, keadaan pantai, budaya, adat dan kebiasaan

masyarakat lokal. Pemandu wisata juga menjelaskan keadaan ekologi,

berbagai jenis kehidupan yang terdapat di Tutuala sampai pada

kehidupan di Pulau Jaco. Wisatawan yang berkunjung ke Tutuala ingin

mengetahui budaya Tutala, sehingga sebagai pemandu wisata memiliki

pengetahuan mengenai budaya masyarakat lokal di Tutuala. Disamping

itu, tempat yang sering di kunjungi oleh wisatawan dan membutuhkan

pemandu wisata adalah gua Iri Kere-Kere. Gua tersebut memiliki jenis-

jenis ukiran yang unik dan menurut cerita nenek moyang bahwa

lukisan tersebut sudah ada sejak ribuan tahun. Lukisan-lukisan tersebut

memiliki maknanya tersendiri berdasarkan cerita dari para leluhur.

Berbagai lukisan yang terdapat di gua tersebut berjarak sekitar tiga

sampai empat meter dari tanah. Potensi wisata lain yang dikunjungi

oleh wisatawan dan membutuhkan jasa pemandu wisata adalah Pulai

Jaco. Pulau tersebut terletak diujung pulau Timor, tidak ada orang yang

Page 20: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

112

tinggal di pulau tersebut. Pulau Jaco terdapat berbagai jenis binatang

darat maupun binatang laut. Untuk datang ke Pulau Tutuala maka

membutuhkan transportasi laut berupa campang yang dimiliki oleh

nelayan dan memiliki jarak tempuh sekitar enam sampi dengan

sepuluh menit tergantung dari cuaca. Wisatawan yang berkunjung ke

pulau Jaco dan menggunakan jasa pemandu maka biaya transportasi

untuk pemandu dibayar oleh wisatawan. Pemandu wisata akan

menjelaskan kepada wisatawan mengenai berbagai jenis binatang yang

terdapat di pulau Jaco serta menjelaskan juga kenapa orang tidak bisa

tinggal di Pulau tersebut. Melalui pengalaman dan ketrampilan sebagai

pemandu wisata, mereka terlibat juga dengan kegiatan-kegiatan

penelitian dengan membantu para peneliti yang melakukan penelitian

di Tutuala. Kelompok mahasiswa dari Jepang yang datang berkunjung

ke Tutuala pada tahun 2007 dipandu oleh guide dari anggota koperasi

Valusere. Mereka menjelaskan kepada para mahasiswa tersebut

mengenai keaneka ragaman hayati yang terdapat di Tutuala, sejarah

dari situs yang terdapat di Tutuala serta budaya dan kebiasaan dari

masyarakat lokal Tutuala.

Kegiatan sebagai pemandu wisata membawa manfaat bagi

anggota koperasi. Manfaat yang didapat dari kegiatan guide ini berupa

peningkatan pendapatan sampingan yang meningkat. Selain itu juga

meningkatkan pula pengetahuan dan wacana anggota koperasi tentang

masalah-masalah ekologi dan lingkungan. Pemandu wisata juga merasa

bangga dan senang dapat melakukan interaksi dengan orang asing yang

datang berkunjung ke wilayah mereka. Disamping itu mereka bisa

meningkatkan bahasa inggris melalui interaksi yang dilakukan dengan

para wisatawan yang berkunjung ke wilayah Tutuala.

Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat

Nelayan di Pantai Valu Tutuala

Pada saat Pemerintahan transisi PBB di Timor Leste antara

tahun 2000 sampai dengan tahun 2002, Tutuala hanyalah merupakan

Page 21: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

113

sebuah desa tradisional dan masyarakat yang hidup di daerah Tutuala

melakukan kegiatan pertanian dan nelayan secara tradisional.

Penduduk di wilayah ini menggantungkan hidupnya di bidang

pertanian dengan bercocok tanaman serta nelayan menangkap ikan

hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan

masyarakat lokal di Tutuala dari hasil kegiatan menangkap ikan tidak

stabil karena berbagai permasalahan yang dihadapi. Salah satu masalah

yang dihadapi secara turun temurun adalah bahwa hasil penangkapan

ikan tersebut harus dibawah dari lokasi penangkapan ikan di pingir

pantai Valusere ke Tutuala dengan jarak delapan kilometer. Para

nelayan tersebut membutuhkan waktu antara dua sampai dengan tiga

jam untuk tiba di Tutuala. hasil tangkapan tersebut hanya dijual kepada

penduduk lokal yang tinggal di wilayah Tutuala karena nelayan yang

mau menjual hasil tangkapan ikan tersebut di distrik Lospalos maka

membutuhkan transport publik untuk mengantar ikan tersebut ke

Lospalos. Antara tahun 2000 sampai dengan 2002 jarang sekali terdapat

transport publik dari desa ke kota sehingga ikan yang didapat tersebut

hanya dapat dijual di wilayah Tutuala serta sisanya akan dikonsumsi

maupun dikeringkan dengan sinar matahari agar dapat disimpan dalam

waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh belum adanya penerangan

listrik di wilayah Tutuala. Masalah lain yang dihadapi oleh para

nelayan adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan masih

tradisional. Mereka menggunakan sampan yang terbuat dari pohon

yang besar dan tidak menggunakan mesin motor untuk membantu

sampan tersebut berlayar. Secara tradisional masyarakat nelayan hanya

mendayung sampan tersebut untuk mencari ikan di tengah laut.

Dengan demikian maka jika cuacanya buruk dan gelombang laut tinggi

mengakibatkan para nelayan tidak bisa melaut. Keadaan tersebut

membuat para nelayan tidak memperoleh pendapatan sehingga

kehidupan masyarakat nelayan menjadi terganggu.

Sejak tahun 2002 para nelayan di Tutuala mempunyai inisiatif

sendiri untuk melakukan aktivitas nelayan sambil menjaga keamanan

di pantai Valusere sampai dengan pulau Jaco. Para nelayan tersebut

saling mengorganisir diri sendiri dan membagi tugas untuk melakukan

Page 22: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

114

penjagaan keamanan di pantai Valusere Tutuala. Mereka melakukan

penjagaan di pantai Valusere karena ada nelayan dari daerah lain yang

melakukan penangkapan ikan secara ilegal di wilayah Tutuala.

Disamping itu orang-orang yang melakukan penangkapan ilegal

tersebut juga mencuri barang-barang para nelayan yang disimpang di

pantai Valusere. Biasanya para pencuri tersebut datang melakukan

aktivitas pencurian pada malam hari setelah para nelayang pulang ke

rumah mereka di Tutuala yang berjarak delapan kilometer. Barang

yang pernah dicuri di pantai Valusere adalah motor Jhonson yang

dipakai untuk berlayar beserta sampang. Masyarakat nelayan di

Tutuala merasa kehilangan karena modal utama yang digunakan untuk

mencari nafkah dicuri oleh orang-orang dari wilayah lain. Sejak jaman

nenek moyan secara turun temurun, masyarakat lokal di Tutuala

mayoritas adalah nelayan. Mereka melakukan aktivitas nelayan di

pantai Valusere sampai di Pulau Jaco. Barang-barang kebutuhan

nelayan hanya disimpan di pingir pantai Valusere dan tidak pernah

hilang. Masyarakat lokal di Tutuala mempunyai keyakinan bahwa

pingir pantai dan tempat-tempat sejarah adalah tempat sakral sehingga

barang-barang yang disimpang di pingir pantai Valusere tidak akan

dicuri oleh orang dan jika ada orang yang mencuri barang-barang

mereka maka akan kena karma. Akan tetapi orang-orang dari daerah

lain melakukan penangkapan ilegal di wilayah mereka serta mencuri

barang-barang para nelayang yang disimpang di pinggir pantai

Valusere sehingga masyarakat nelayan di Tutuala secara sukarela

melakukan penjagaan di pantai Valusere. Sejak para nelayan

melakukan penjagaan di pantai Valusere pada tahun 2002 sampai

sekarang tidak ada lagi penangkapan ilegal dari daerah lain maupun

barang-barang dari para nelayan yang hilang.

Sejak jaman nenek moyang masyarakat Tutuala sudah menjadi

nelayan sehingga pada saat ini juga mereka memilih untuk tetap

menjadi nelayan. Profesi ini dipilih oleh masyarakat lokal di Tutuala

karena mereka terbiasa hidup di pantai sehingga memilih bertahan

dengan usaha ini. Masyarakat nelayan di Tutuala juga merasa bahwa

tidak ada lapangan kerja lain yang dapat menampung mereka untuk

Page 23: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

115

bekerja mendapatkan penghasilan. Selain itu daerah mereka tidak

cocok untuk melakukan kegiatan pertanian berupa pertanian lahan

basah maupun lahan kering. Para nelayan juga merasa bahwa untuk

melakukan kegiatan pertanian maupun peternakan maka

membutuhkan proses yang panjang agar memperoleh pendapatan.

Sehingga masyarakat memilih usaha nelayan sebagai sumber

pendapatan bagi kehidupan sehari-hari karena mereka merasa bahwa

pada pagi hari mereka melaut maka siang sampai sore hari sudah bisa

pulang ke Tutuala untuk menjual hasil usaha tersebut. Dengan

demikian dalam waktu yang singkat mereka sudah bisa memperoleh

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan lain yang dibutuhkan.

Namun usaha nelayan tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka.

Kegiatan menangkap ikan oleh masyarakat nelayan di Tutuala

merupakan suatu kegiatan yang menjadi matapencaharian dan

sandaran ekonomi keluarga. Kegiatan nelayan dalam menangkap ikan

sangat dipengaruhi oleh cuaca sehingga pada musim-musim tertentu

jika terjadi ombak besar akibat dari angin kencan maka nelayan tidak

dapat melaut. Jika para nelayan tidak melakukan kegiatan melaut,

maka pendapatan masyarakat nelayan menjadi terganggu sehingga

kebutuhan dasar keluarga menjadi terganggu pula. Sehingga mereka

mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan

cara meminjam barang di kios. Kadang para nelayan tersebut tidak

mendapat pinjaman dari orang lain sehingga mereka berusaha keluar

dari kesulitan yang dihadapi dengan cara mereka sendiri. Para nelayan

di Tutuala melakukan kegiatan menangkap ikan hanya untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Pada saat kebutuhan mereka tidak

terpenuhi maka kehidupan mereka akan terganggu sehingga para

nelayan tersebut mencari alternatif lain atau kerja sampingan agar

meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Alternatif lain yang dilakukan oleh para nelayan di pantai Valusere

adalah dengan menggunakan sampan yang dimiliki tersebut untuk

mengantar para wisatawan berkunjung ke pulau Jaco maupun tempat

lain yang ada di sekitar wilayah Tutuala. Oleh karena para wisatawan

Page 24: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

116

yang ingin berkunjung ke pulau Jaco maka transportasi alternatif yang

digunakan adalah transportasi laut berupa sampan yang hanya dimiliki

oleh masyarakat nelayan di daerah tersebut.

Pada akhir tahun 2002, masyarakat nelayan di Tutuala

mendapatkan bantuan sampan beserta motor Jhonson dari pemerintah

pusat. Melalui kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan,

pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat nelayan di

daerah Tutuala. Bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat nelayan

di Tutuala karena sejak jaman nenek moyang mereka secara turun

temurun merupakan nelayan. Adapun faktor lain yang mendorong

pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat nelayan di

Tutuala karena ada nelayan dari wilayah lain yang datang mencuri

ikan dengan menggunakan bom (granat) sehingga akan

menghancurkan kehidupan di laut Tutuala. Dengan demikian maka,

pemerintah pusat memberikan bantuan agar masyarakat nelayan di

Tutuala dapat menggunakan bantuan tersebut untuk memenuhi

kebutuhan maupun menjaga wilayah mereka dari orang-orang yang

datang mencuri di daerah Tutuala.

Bantuan dari pemerintah tersebut diberikan kepada masyarakat

nelayan yang telah mendirikan kelompok nelayan sebanyak tujuh

belas kelompok. Para nelayan membentuk kelompoknya masing-

masing serta memilih anggota kelompok sesuai dengan kehendak

mereka. Setiap kelompok mempunyai anggota kelompok terdiri dari

dua sampai dengan empat orang, satu kelompok yang memiliki anggota

duabelas orang. Total anggota kelompok dari masyarakat nelayan dari

tujuh kelompok adalah lima puluh dua orang. Dari tujuh belas

kelompok tersebut memilih saudara Adriano da Costa sebagai ketua

untuk masyarakat nelayan serta saudara Tito da Costa sebagai wakil

ketua. Ketua dan wakil ketua masyarakat nelayan hanya memiliki

tanggung jawab untuk mengorganisir setiap kelompok untuk

melakukan rotasi penjagaan di pantai Valusere. Tiap-tiap kelompok

menerima bantuan berupa sebuah sampan dilengkapi dengan sebuah

motor Jhonson. para nelayan yang menjadi anggota kelompok memiliki

Page 25: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

117

tanggungjawab untuk menjaga pantai. Kegiatan untuk melaut dan

mencari ikan tidak diorganisir akan tetapi masing-masing kelompok

dan anggota kelompok memiliki tanggung jawab sendiri untuk

melakukan kegiatan tersebut. Hasil penangkapan ikan adalah milik

pribadi dan dijual atau dikonsumsi sesuai dengan kehendaknya

sehingga hasil pendapatan yang diperoleh dari seorang anggota tidak

dibagikan kepada sesama anggota kelompok. Dengan demikian

masyarakat nelayan tidak memiliki managemen yang baik dalam

menggelola modal yang mereka miliki serta pendapat yang diperoleh

dari hasil kegiatan melaut atau menangkap ikan. Oleh karena

masyarakat nelayan tidak memiliki kemampuan dalam organisasi dan

manajemen maka dari tujuh belas kelompok yang ada berkurang

menjadi tiga belas kelompok. Empat kelompok yang sudah tidak aktif

tersebut disebabkan oleh sampan dan motor Jhonson yang rusak.

Mereka tidak memiliki simpanan kelompok maka terjadinya kerusakan

pada sampan maupun mesin tidak ada dana serta tidak memiliki

simpanan untuk memperbaiki sampan maupun mesin yang rusak. Para

nelayan yang melakukan kegiatan menjaga pantai maupun mencari

ikan bertanggung jawab sendiri terhadap bahan bakar yang digunakan.

Sehingga jika sampan maupun mesin Jhonson rusak maka kelompok

tersebut memilih keluar dan melakukan aktivitas lain karena mereka

tidak dapat menjaga pantai maupun mencari ikan karena tidak ada

dukungan modal.

Masyarakat nelayan yang masih memiliki sampan yang

dilengkapi dengan motor Jhonson selain melakukan kegiatan

menangkap ikan dan menjaga pantai mereka juga memanfaatkan

sampan sebagai alat transportasi laut bagi wisatawan. Dengan adanya

pariwisata di Tutuala memiliki dampak positif bagi kehidupan

masyarakat nelayan. Transportasi laut yang disediakan oleh masyarakat

nelayan bagi wisatawan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

nelayan di Tutuala. Mereka menyediakan jasa transportasi bagi

wisatawan yang berkunjung ke pulau Jaco, melakukan kegiatan

memancing, mengelilinggi pulau jaco serta melakukan perjalanan dari

pantai Valusere ke pantai lain di wilayah Tutuala yang tidak dapat

Page 26: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

118

dijangkau dengan transportasi darat dan tersedia pula jasa transportasi

bagi wisatawan yang ingin melakukan perjalanan dari pantai Valusere

menuju ke pantai Com. Tarif yang dikenakan untuk mengantar tamu

ke lokasi wisata di Tutuala maupun pulau Jaco sesuai dengan lokasi

yang akan dikunjunggi oleh wisatawan. Untuk melakukan perjalan dari

pantai Valusere menuju ke pulau Jaco dan balik lagi ke pantai Valusere

maka biaya yang dikenakan sebesar sepuluh dolar per orang. Tarif yang

dikenakan bagi wisatawan yang melakukan kegiatan memancing

diantara pantai Valusere dan pulau Jaco sebesar dua puluh dolar per

orang. Kegiatan memancing yang dilakukan oleh wisatawan tidak

dibatasi oleh waktu sehingga para wisatawan dapat melakukan

kegiatan memancing sepuasnya. Bagi wisatawan yang ingin

berkunjung ke pantai Jhon dengan menggunakan jasa transportasi

nelayan akan dikenakan biaya sebesar dua puluh dolar per orang. Tarif

untuk mengantar wisatawan dari pantai Valusere menuju ke pantai

Com dan kembali lagi ke pantai Valusere sebesar seratus dolar per

orang. Masyarakat nelayan menyediakan jasa transportasi bagi

wisatawan dikenakan tarif per orang dengan demikian walaupun

hanya seorang wisatawan yang membutuhkan transportasi laut akan

dibayar sesuai dengan tarif normal yang telah tersedia. Akan tetapi bagi

para mahasiswa yang berkunjung ke Tutuala dan menggunakan jasa

transportasi untuk berkunjung ke pulau Jaco maka biaya yang

dikenakan adalah sebesar lima dolar per orang.

Sampan yang digunakan oleh para nelayan untuk mengantar

tamu memiliki kapasitas muat sebanyak tujuh sampai dengan sepuluh

orang. Gelombang laut normal maka para nelayan akan mengantar

tamu maksimal tujuh orang bagi wisatawan yang memiliki berat badan

besar dan sepuluh orang untuk wisatawan yang memiliki berat badan

kecil. Akan tetapi jika gelomban laut tinggi maka para nelayan akan

mengantar wisatawan dengan kapasitas antara empat sampai dengan

enam orang. waktu tempuh dari pantai Valusere ke pulau Jaco antara

lima sampai dengan enam menit pada saat gelombang laut normal,

akan tetapi pada waktu gelombang laut tinggi maka waktu tempuh

adalah sepuluh sampai dengan dua belas menit. Khusus untuk

Page 27: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

119

mengantar tamu mengelilinggi pulau Jaco maka kapasitas muat hanya

untuk empat orang meskipun gelombang laut normal, waktu yang

dibutuhkan untuk mengelilingi pulau Jaco adalah tiga puluh menit

sampai dengan satu jam. Bagi para wisatawan yang melakukan aktivitas

memancing, para nelayan menggunakan sampan dengan muatan

maksimum empat orang karena membutuhkan empat hingga lima jam

berada di tengah laut untuk memancing.

Sistim yang diterapkan oleh masyarakat nelayan untuk

mengantar wisatawan menuju ke lokasi wisata berdasarkan rotasi

kelompok yang bertugas menjaga pantai. Masyarakat nelayan membagi

tugas kepada masing-masing dua kelompok untuk menjaga pantai

setiap hari minggu malam sampai dengan hari kamis pagi. Pada hari

senin sampai dengan hari rabu, setiap ada tamu yang berkunjung ke

Tutuala dan membutuhkan jasa transportasi laut maka kelompok yang

menjaga pada saat itu yang memiliki hak untuk mengantar tamu. Hasil

pendapatan yang diperoleh pada saat itu adalah mutlak bagi anggota

kelompok yang menyediakan jasa transportasi untuk mengantar tamu.

Pendapatan tersebut tidak dibagikan kepada anggota kelompok yang

lainnya. Anggota kelompok yang bertugas menjaga pantai tetapi tidak

ikut menjaga dan mengantar tamu maka anggota tersebut juga tidak

punya hak untuk memperoleh hasil pendapatan tersebut. Setiap hari

kamis sampai dengan hari minggu, semua anggota nelayan dari tiga

belas kelompok tersebut mempunya hak yang sama untuk menjaga

pantai serta mengantar tamu yang membutuhkan jasa transportasi laut.

Hal ini dilakukan berdasarkan kesepakatan dari semua anggota

kelompok nelayan karena mereka melihat bahwa pada hari kamis

sampai dengan hari minggu banyak wisatawan yang berkunjung ke

Tutuala dan membutuhkan jasa transportasi laut. Kegiatan nelayan

pada hari kamis sampai dengan hari minggu dilakukan secara bersama

dan pendapatan yang diperoleh juga dibagi sama rata bagi semua

anggota kelompok yang hadir pada saat itu. Pendapatan yang diperoleh

dari Kegiatan mengantar tamu mulai dari hari kamis sampai dengan

hari minggu dikumpulkan menjadi satu. Pada hari minggu sore

sebelum pulang ke rumah para nelayan membagikan hasil pendapatan

Page 28: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

120

tersebut secara merata. Anggota kelompok nelayan yang tidak hadir

pada hari kamis sampai dengan hari minggu tidak memperoleh

pendapatan. Para nelayan juga memiliki kebebasan untuk

menggunakan sampan mereka untuk mencari ikan pada hari kamis

sampai dengan hari minggu. Hasil dari pada kegiatan melaut dan

mencari ikan tersebut tidak dibagikan kepada sesama anggota akan

tetapi hasil tersebut adalah milik pribadi dan dapat dijual ataupun

dikonsumsi sendiri. Dengan demikian, masyarakat nelayan di Tutuala

yang terbagi dalam tiga belas kelompok tersebut selain menggunakan

sampan untuk melakukan kegiatan mencari ikan dan menjaga pantai,

mereka juga meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga melalui

penyediaan jasa transportasi laut bagi para wisatawan yang

membutuhkan transportasi untuk melakukan kunjungan ke pulau Jaco,

kegiatan memancing, mengelilinggi pulau Jaco maupun ingin

berkunjung ke pantai lain di sekitar Tutuala yang tidak dapat dijangkau

melalui transportasi darat.

Perkembangan koperasi Valusere di bidang usaha pariwisata

membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat nelayan di Tutuala.

Wisatawan yang berkunjung ke Tutuala maupun pulau Jaco melalui

LSM Haburas akan menggunakan sampan yang dimiliki oleh

masyarakat nelayan di pantai Valusere untuk mengantar para

wisatawan tersebut berkunjung ke pulau Jaco. Adapun para mahasiswa

yang melakukan kunjungan studi pariwisata berbasis masyarakat di

Tutuala dan melanjutkan turnya ke pulau Jaco tetap menggunakan jasa

transportasi masyarakat nelayan dengan harga diskon sebesar lima

puluh persen. Pendapatan nelayan dari melaut dan mencari ikan dijual

kepada koperasi Valusere dengan harga yang sedikit lebih tinggi

daripada harga jual bagi masyarakat lokal di wilayah Tutuala. Hasil

penangkapan tersebut juga tidak dibawah lagi dari pantai Valusere ke

Tutuala yang berjarak delapan kilometer akan tetapi melalui

kerjasamanya dengan koperasi Valusere maka hasil penangkapan ikan

tersebut didistribusikan di pantai Valusere melalui koperasi untuk

memenuhi kebutuhan para wisatawan. Dengan adanya koperasi

Page 29: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

121

Valusere yang bergerak di bidang pariwisata dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat nelayan Tutuala.

Masyarakat nelayan dalam melakukan kegiatan nelayan

maupun usaha jasa transportasi laut menghadapi hambatan atau

permasalahan. Hambatan utama yang dihadapi pada penyediaan jasa

transportasi bagi wisatawan adalah masalah bahasa. Masyarakat

nelayan yang berada di tiap kelompok hanya satu atau dua orang yang

bisa berbahasa tetun, anggota lainnya hanya bisa berbahasa daerah

(Fataluku). Seluruh anggota kelompok nelayan tidak dapat berbahasa

ingris maupun berbahasa portugis. Wisatawan yang datang ke pantai

Valusere didampinggi oleh orang Timor Leste maka nelayan yang bisa

berbahasa tetum yang akan melayani dan menjelaskan tarif

transportasi maupun tujuan perjalanan wisatawan. Akan tetapi jika

wisatawan asing yang berkunjung sendiri ke pantai Valusere dan ingin

menggunakan jasa transportasi dari masyarakat nelayan maka para

nelayan hanya menunjukkan tarif yang tertera di papan dengan tujuan

perjalanan. Hambatan lain yang dihadapi oleh masyarakat nelayan

dalam mencari ikan dan melaut adalah masalah buaya. Di wilayah

Tutuala pada tahun 2014 buaya sudah menunjukkan keganasannya

dengan memangsa 2 orang penduduk lokal di dekat pantai Valusere

dan pantai Jhon. Terjadinya kasus buaya memangsa penduduk lokal di

Tutuala maka ada anggota nelayan yang takut dan tidak melaut

sehingga pendapatan mereka dari nelayan terganggu. Permasalahan

lain yang dihadapi oleh masyarakat nelayan di pantai Valusere adalah

manajemen pengelolaan usaha. Masyarakat nelayan tidak memiliki

pendidik yang tinggi, para nelayan tersebut sebagian tidak

berpendidikan dan sebagian berpendidikan dengan tingkat pendidikan

yang paling tinggi adalah tamatan sekolah menengah pertama sehingga

mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengelola usaha maupun hasil

pemdapatan. Kelompok nelayan tidak memperoleh bantuan pelatihan

manajemen baik dari pemerintah maupun dari Lembaga Swadaya

Masyarakat. Maka dari itu kelompok nelayan tidak memiliki simpanan

sehingga jika terjadi kerusakan pada mesin sampan maupun sampannya

rusak maka kelompok tersebut memilih untuk keluar dari kelompok

Page 30: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

122

nelayan karena mereka tidak memiliki modal berupa sampan dan

motor untuk melakukan kegiatan di pantai Valusere.

Kesimpulan

Pariwisata berbasis komunitas bagi masyarakat lokal di Tutuala

membawa harapan baru bagi masyarakat. Masyarakat lokal di Tutuala

dilibatkan secara langsung dalam mengelola usaha-usaha pariwisata di

pantai Valusere, Tutuala secara bersama melalui wadah koperasi.

Keterlibatan masyarakat dalam usaha pariwisata tersebut dimulai sejak

awal perencanaan sampai dengan implementasi kegiatan usaha

pariwisata. Masyarakat yang terlibat dalam koperasi tersebut bersama-

sama melakukan pembangunan fisik yakni pembangunan penginapan,

pembangunan restoran dan kios dan kebutuhan lainnya berupa toilet,

dapur dan penginapan bagi anggota koperasi yang mengelola usaha

pariwisata tersebut. Disamping itu dalam proses pengelolaan usaha

pariwisata juga melibatkan semua anggota koperasi sehingga proses

pengelolaan usaha tersebut dapat berjalan dengan transparan. Jenis-

jenis usaha yang dikelola antara lain, usaha penginapan, usaha restoran,

usaha kios dan pemandu wisata.

Pariwisata berbasis komunitas juga membawa keuntungan

tersendiri bagi masyarakat nelayan yang ada di Tutuala. Dengan

adanya pariwisata dan usaha pariwisata oleh koperasi Valusere maka

pengunjung yang berkunjung ke pantai Valusere dan menginap di

penginapan koperasi Valusere akan menggunakan jasa para nelayan

untuk mengantar tamu berkunjung ke pulau Jaco maupun pantai lain

yang ada di sekitar wilayah Tutuala. disamping itu masyarakat nelayan

juga dapat menjual hasil tangkapan ikan ke koperasi Valusere sebab

sebelum ada usaha koperasi valusere, tidak ada pasar atau konsumen

untuk menjual hasil tangkapan tersebut.

Oleh karena itu, dengan adanya usaha pariwisata di pantai

Valusere masyarakat Tutuala dapat memperoleh keuntungan secara

ekonomi. Dari pendapatan yang diperoleh tersebut, masyarakat dapat

Page 31: BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi Kehidupan Masyarakat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9316/5/T2... · 2017-01-20 · 93 BAB V Pariwisata Berbasis Masyarakat Bagi

123

menyekolahkan anaknya sampai pada perguruan tinggi. Disamping itu

masyarakat lokal di Tutuala juga dapat membangun rumah yang layak.

Bahkan ada anggota koperasi Valusere yang menggunakan hasil

pendapatan usaha pariwisata untuk mengurus surat dan bekerja di

eropa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pariwisata berbasis

masyarakat yang dikembangkan oleh LSM Haburas dengan masyarakat

lokal di Tutuala membawa berkah bagi masyarakat lokal di desa

Tutuala.