BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan -...

27
367 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai hasil temuan penelitian ini. Pertama, baik KUHP RII maupun QAHJ disusun dan dirumuskan berdasarkan ajaran Islam dan menggunakan istilah-istilah fikih Islam. Perbedaannya, KUHP RII menganut model fiqh al-madhabī, sedangkan QAHJ memilih model fiqh al- minhājī. Selanjutnya, Asas keberlakuan hukum yang dianut KUHP RII adalah asas teritorial yang dikembangkan berdasarkan prinsip teknis-yuridis, proteksi, dan kewarganegaraan. Sedangkan QAHJ menganut asas penundukan diri dan asas teritorialitas terbatas. Asas penundukan diri berlaku bagi pelaku delik bukan Islam yang melakukan delik bersama orang Islam. Dalam konteks ini, bagi pelaku bukan Islam diberikan kebebasan untuk memilih dihukum dengan QAHJ atau peraturan perundang-undangan Indonesia lainnya. Selanjutnya, dikatakan asas teritorialitas terbatas, karena diberlakukan juga bagi orang bukan Islam, selama delik yang dilakukan terhadap qanun ini tidak diatur dalam KUHPidana atau peraturan di luar KUHPidana. KUHP RII menformulasikan delik berdasarkan kategori udūd, qiā- diyat, dan ta’zīr. Sedangkan QAHJ menformulasikan delik menjadi udūd dan ta’zīr saja. Jika terjadi delik qiāseperti pembunuhan, maka kepada pelaku diberlakukan hokum pidana nasional. Selain itu, ditemukan ada perbedaan formulasi delik zina antara kedua peraturan pidana ini. Di antara jenis delik zina

Transcript of BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan -...

Page 1: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

367

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai hasil temuan penelitian ini.

Pertama, baik KUHP RII maupun QAHJ disusun dan dirumuskan

berdasarkan ajaran Islam dan menggunakan istilah-istilah fikih Islam.

Perbedaannya, KUHP RII menganut model fiqh al-madhabī, sedangkan QAHJ

memilih model fiqh al- minhājī. Selanjutnya, Asas keberlakuan hukum yang

dianut KUHP RII adalah asas teritorial yang dikembangkan berdasarkan prinsip

teknis-yuridis, proteksi, dan kewarganegaraan. Sedangkan QAHJ menganut asas

penundukan diri dan asas teritorialitas terbatas. Asas penundukan diri berlaku

bagi pelaku delik bukan Islam yang melakukan delik bersama orang Islam. Dalam

konteks ini, bagi pelaku bukan Islam diberikan kebebasan untuk memilih

dihukum dengan QAHJ atau peraturan perundang-undangan Indonesia lainnya.

Selanjutnya, dikatakan asas teritorialitas terbatas, karena diberlakukan juga bagi

orang bukan Islam, selama delik yang dilakukan terhadap qanun ini tidak diatur

dalam KUHPidana atau peraturan di luar KUHPidana.

KUHP RII menformulasikan delik berdasarkan kategori ḥudūd, qiṣāṣ-

diyat, dan ta’zīr. Sedangkan QAHJ menformulasikan delik menjadi ḥudūd dan

ta’zīr saja. Jika terjadi delik qiṣāṣ seperti pembunuhan, maka kepada pelaku

diberlakukan hokum pidana nasional. Selain itu, ditemukan ada perbedaan

formulasi delik zina antara kedua peraturan pidana ini. Di antara jenis delik zina

Page 2: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

368

yang tidak diatur dalam QAHJ dan fikih pada umumnya adalah zina laki-laki dan

perempuan yang sudah menikah tapi belum melakukan hubungan seksual dengan

isteri/ suaminya, zina laki-laki dan perempuan yang tidak dapat mengakses

pasangannya, zina laki-laki dengan perempuan dalam masa tunggu (‘iddah), dan

zina pada saat peringatan hari besar Islam dan di masjid. KUHP RII mengatur

242 jenis delik dan 20 bentuk pidana serta tindakan. Dalam QAHJ ditemukan

pengaturan terhadap 56 jenis delik dan 12 bentuk pidana dan tindakan. Dari

semua bentuk pidana tersebut 8 (delapan) di antaranya belum dikenal dalam

RUU KUHP Indonesia, yaitu rajam, cambuk, mencukur rambut, amputasi,

pemenggalan, penyaliban, pembuangan, dan qiṣaṣ-diyat. Selanjutnya, kadar

pidana tertinggi dalam KUHP RII adalah mati (pemenggalan, rajam, gantung,

dan penyaliban), penjara seumur hidup, dan denda 18.000.000 reals. Sementara

kadar pidana tertinggi dalam QAHJ adalah cambuk 200 kali, penjara 200 bulan,

dan denda 2.000 gram emas murni. Batas pidana/ hukuman yang dianut kedua

peraturan ini terdiri dari 1 (satu) batas, 2 (dua) batas, dan tunggal. KUHP RII dan

QAHJ menganut sifat pidana alternatif, definitif, komulatif, dan alternatif-

komulatif.

Kedua, untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

(HAM), baik HAM Muslim maupun bukan Muslim dalam pemberlakuan hukum

pidana, maka membutuhkan obyektifikasi dan uji universalisalitas. Hal ini dapat

dilakukan melalui upaya menerjemahkan bahasa agama kedalam bahasa universal

yang bisa diterima oleh semua pihak. Mengingat hukum pidana ini adalah hukum

publik yang diberlakukan dalam konteks masyarakat plural baik dari segi etnis

Page 3: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

369

maupun agama, maka ia harus diobyektifkan melalui uji universalitas. Dengan

demikian, hukum yang dihasilkan oleh negara dapat menjamin HAM sekaligus

keadilan bagi semua, termasuk umat Islam sendiri.

Selanjutnya, antara KUHP RII dan QAHJ memiliki beberapa persamaan

dan perbedaan. Persamaannya meliputi; (1) sama-sama bersumber dari sumber

ajaran Islam dan menggunakan istilah-istilah hukum Islam, serta

memberlakukannya kepada umat bukan Muslim. (2) Kedua-duanya

menformulasikan delik berdasarkan kualifikasi ḥudūd, qiṣāṣ-diyat, dan ta’zīr. (3)

Sama-sama masih memberlakukan hukuman badan. Sedangkan perbedaannya

meliputi; (1) asas keberlakuan hukum yang dianut KUHP RII adalah asas

teritorialitas, sedangkan QAHJ menganut asas penundukan diri dan teritorialitas

terbatas. (2) Materi hukum pidana yang diatur dalam KUHP RII lebih

komprehensif meliputi ḥudūd, qiṣāṣ-diyat, dan ta’zīr, sedangkan QAHJ hanya

mengatur tentang ḥudūd dan ta’zīr saja. (3) Iran masih banyak mempertahankan

pidana badan, sementara QAHJ didominasi oleh sanksi tindakan. (4) Formulasi

delik zina dalam KUHP RII berbeda dengan QAHJ dan pendapat jumhur ulama,

(5) KUHP RII juga mengatur tentang pertaubatan pelaku delik sebagai alasan

pemaaf, sementara dalam QAHJ tidak, dan (6) QAHJ menganut pola kesetaraan

yang konsisten dan denda dengan menggunakan emas, sementara KUHP RII

tidak memiliki pola kesetaraan antar pidana yang konsisten dan menggunakan

dan menggunakan denda dengan uang.

Berdasarkan kajian terhadap dua peraturan perundang-undangan ini,

ditemukan ada 26 (dua puluh enam) bentuk pidana dan tindakan. Bentuk

Page 4: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

370

pidananya dapat dikategorisasikan menjadi pidana badan, jiwa, kemerdekaan,

harta, dan pidana yang berkaitan dengan administrasi/ sanksi tindakan. Di antara

bentuk pidana yang terkandung dalam kedua peraturan pidana di atas, ditemukan

8 (delapan) bentuk pidana yang belum dikenal dalam KUHP Indonesia, RUU

KUHP dan peraturan perundang-undangan di luar KUHP, yaitu rajam, cambuk,

mencukur rambut, amputasi, pemenggalan, penyaliban, pembuangan, dan qiṣāṣ.

Dari semua bentuk pidana ini, maka pidana rajam tidak memiliki validitas dan

eksistensi sebagai salah satu bentuk pidana yang fungsional dilaksanakan di era

sekarang. Hal ini didasarkan pada alasan normatif-teologis, filosofis, dan

sosiologis.

Dari berbagai bentuk pidana yang dikenal dalam kedua peraturan

perundang-undangan pidana, dapat digali dan ditemukan nilai-nilai filosofis dan

prinsip-prinsip penting. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut adalah (1) prinsip

keseimbangan, (2) perlindungan dan penegakan nilai-nilai keadilan dan

kemanusiaan, (3) mejunjung tinggi nilai moral, (4) nilai reformatif dan restoratif,

(5) perlindungan dan pelestarian lembaga perkawinan, (6) mengutamakan nilai

preventif daripada represif, (7) melestarikan kehidupan, (8) pertaubatan sebagai

alasan pemaaf, dan (9) semakin berat pidana yang diancamkan, semakin ketat

pula pembuktian yang dibutuhkan. Nilai-nilai inilah yang perlu diobyektifkan

kedalam rumusan materi hukum pidana nasional Indonesia. Ada 2 (dua) bentuk

pidana yang akan ditawarkan bagi upaya pembaruan KUHP nasional yaitu pidana

cambuk dan filosofi pidana qiṣāṣ. Keduanya dipandang lebih manusiawi,

bermartabat, menjamin perlindungan HAM dan lebih mampu mewujudkan tujuan

Page 5: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

371

pemidanaan dalam Islam. Pidana cambuk memiliki efektifitas secara teologis,

yuridis, psikologis, sosiologis, dan ekonomis. Sedangkan sketsa qiṣāṣ-diyat

mengandung nilai preventif, reformatif dan keadilan restoratif. Dengan demikian

sketsa qiṣaṣ-diyat menawarkan peradigma baru dalam teori pemidanaan yang

memposisi korban sebagai subyek dalam penyelesaian pidana. Menjadikan

pertaubatan pelaku delik sebagai alasan pemaaf.

Ketiga, hasil temuan ini dapat berkonstribusi dalam upaya pembaruan

hukum pidana nasional, baik secara umum maupun khusus. Secara umum,

penelitian ini memberikan sumbangan penting tentang dasar filosofis hukum

pidana Islam. Dasar filosofis ini digali dan dipahami dari hakikat dan sumber

hukum Islam itu sendiri. Pada hakikatnya hukum Islam berdimensi ganda, yaitu

dimensi ilāhiyyah dan insāniyyah, duniawi dan ukhrawi, sakral dan profan, serta

berdimensi absolut dan relatif. Karena dimensi ganda inilah yang menjadikan

hukum Islam senantiasa dinamis dan sesuai dengan setiap ruang dan waktu. Di

samping itu, karena hukum Islam bersumber kepada sumber ajaran Islam, maka

hukum yang dirumuskan berdasarkan sumber ajaran agama memiliki dimensi

religiusitas, sehingga setiap orang yang tidak melakukan suatu kejahatan/

pelanggaran yang dilarang oleh hukum tidak digerakkan oleh dorongan eksternal

(ketakutan akan ancaman pidana), melainkan oleh kekuatan internal, yaitu

motivasi untuk menjalankan ajaran agama. Bagi yang sudah melakukan

kejahatan dan dihukum dapat terbebas dari rasa bersalah atau berdosa.

Sedangkan secara khusus relevansinya dengan fokus penelitian ini, konstribusi

penting penelitian ini adalah tentang asas pidana, model formulasi delik dan

Page 6: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

372

konsep pemidanaan. Dalam Islam, suatu perbuatan atau tindakan dikategorikan

sebagai kejahatan bukan berdasarkan pandangan masyarakat yang relatif dan

berubah-rubah, melainkan berdasarkan dasar normatif Al-Qur’an dan hadis serta

pertimbangan untuk mewujudkan prinsip maḥlaḥah dan menghindari mafsadah

(kerusakan). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kualifikasi tindak pidana

dikonsepsikan lebih sederhana ke dalam dua kelompok kategori saja, yaitu; (1)

formulasi jenis delik yang dinilai sangat mendasar karena dapat menghancurkan

dan atau mengancam visi dan misi hukum Islam (delik ḥudūd dan qiṣaṣ-diyat)

serta bertentangan dengan nilai-nilai dasar Islam, dan (2) jenis delik di luar

kategori pertama di atas yang dikenal dengan delik ta’zīr. Perumusan kualifikasi

delik ini bisa ditetapkan oleh negara melalui positivisasi hukum (seperti Undang-

undang atau Qanun) dan bisa juga melalui hukum tak tertulis yaitu dengan

mengacu pada visi, misi dan nilai-nilai dasar Islam.

Berkaitan dengan konstribusi hukum pidana Islam tentang konsep pidana

meliputi nilai-nilai filosofis/ prinsip yang terkandung dalam berbagai bentuk

pidana dan kesetaraan antar bentuk pidana. Nilai-nilai yang terkandung dalam

berbagai bentuk pidana Islam yang konstributif dan dapat ditransformasikan

dalam proses pembaruan hukum pidana nasional adalah nilai keseimbangan

(ilāhiyyah dan insāniyyah, duniawi-ukhrawi, perlindungan pelaku-korban,

beratnya hukuman-ketatnya pembuktian), keadilan, kemanusiaan, preventif,

reformatif, keadilan restoratif, perlindungan dan pelestarian lembaga perkawinan,

moral (kejujuran dan tanggung jawab), dan pertaubatan. Sementara filosofi

qiṣāṣ-diyat mengandung prinsip preventif, dan keadilan restoratif. Filosofi qiṣāṣ-

Page 7: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

373

diyat memberikan perhatian yang seimbang antara hak pelaku dan korban. Hal

ini sejalan dengan perspektif viktimologi dan kecenderungan internasional yang

dewasa ini ikut mewarnai konsep hukum pidana modern. Karena itu, RUU

KUHP idealnya juga harus beradaptasi dengan kecenderungan internasional

tersebut. Kedua bentuk pidana di atas tidak hanya dapat mencapai tujuan

pemidanaan, melainkan juga dalam mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia

dan akhirat, termasuk melindungi Hak Asasi Manusia (HAM). HAM dalam

perspektif Islam dan konteks pidana tidak semata-mata berkaitan dengan hak

asasi pelaku, melainkan juga hak asasi korban kejahatan dan masyarakat, tidak

hanya berdimensi antroposentris, tetapi juga teosentris. Dengan demikian, lebih

menjamin terwujudnya keseimbangan dan sekaligus kemaslahatan manusia dunia

dan akhirat sebagai visi sejati hukum Islam.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, maka berikut akan dikemukakan

beberapa rekomendasi:

Pertama, transformasi hukum pidana yang bersumber dari agama

tertentu, termasuk Islam kedalam hukum negara dalam konteks masyarakat

plural memerlukan proses penerjemahan nilai dan bahasa agama ke dalam bahasa

universal yang dapat diterima semua pihak. Karena itu butuh obyektivikasi dan

uji universalitas, sehingga hukum pidana yang dihasilkan tidak melangaar hak-

hak minoritas bukan Islam dan juga hak umat Islam sendiri.

Page 8: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

374

Kedua, dalam rangka pembaruan hukum pidana Indonesia

direkomendasikan untuk memasukkan dasar dan nilai-nilai filosofis, serta konsep

pemidanaan dalam hukum pidana Islam ke dalam rumusan Kitab Undang-undang

Hukum Pidana Indonesia yang baru. Konsep pemidanaan yang dimasukkan

meliputi formulasi delik, sketsa qiṣāṣ-diyat, dan pertaubatan sebagai alasan

pemaaf. Dengan demikian, KUHP Indonesia yang baru diharapkan akan

melahirkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat yang bersifat intrinsik

dan teologis, sehingga seseorang/ kelompok tidak melakukan suatu perbuatan

bukan karena ketakutan kepada ancaman pidana di dunia melainkan karena

ketakutan kepada ancaman hukuman Allah di akhirat. Kesadaran hukum yang

bersifat intrinsik-teologis ini sangat relevan dengan bangsa Indonesia yang

menjadikan Pancasila sebagai falsafah negara dan sumber dari segala sumber

hukum. Salah satu mata hari nilai terpenting dari Pancasila adalah Ketuhanan.

Ketiga, konstribusi pemikiran dalam bentuk hukuman badan, termasuk

hukuman cambuk terutama tentang efektifitasnya dalam mencapai tujuan

pemidanaan, membutuhkan penelitian lebih lanjut yang komprehensif dengan

pendekatan multidisiplin. Hal ini dapat dilakukan melalui penelitian terhadap

pengalaman Aceh dan negara lain dalam menerapkan bentuk hukuman semacam

ini.

Keempat, meskipun penelitian ini menfokuskan diri pada aspek hukum

material, namun konsekuensinya juga berdampak kepada pembaruan hukum

pidana formal (KUHAP). Terutama jika dikaitkan dengan pendekatan paradigma

keadilan restoratif (restorative justice) yang diintrodusir Islam dalam skema

Page 9: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

375

qiṣāṣ-diyat. Skema qiṣāṣ-diyat ini mencerminkan penerapan restorative justice,

sehingga korban tidak hanya dilihat sebagai obyek semata sebagaimana sistem

peradilan pidana yang berlaku saat ini. Melainkan ia diposisikan sebagai subyek

yang menentukan jalan penyelesaian. Di samping itu, pembaruan hukum pidana

formal juga diperlukan jika pertaubatan yang ditawarkan Islam sebagai salah satu

alasan pemaaf diakomodir dalam hukum material (KUHP).

Page 10: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

376

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abidin, Z., 2005. Pemidanaan, Pidana dan Tindakan dalam Rancangan KUHP. Cet. I, Jakarta: ELSAM.

Abubakar, A., 2007. “Beberapa Catatan Akademis atas Perubahan Qanun

Propinsi Nomor 12, 13, dan 14 Tahun 2003 dan Penggabungannya

Menjadi Satu Qanun”. Banda Aceh: Dinas Syari’at Islam.

_____, 2005. Bunga Rampai Pelaksanaan Syari’at Islam. Banda Aceh: Dinas

Syari’at Islam Propinsi NAD. Achmad, A., 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicial Prudence) Termasuk Intepretasi Undang-undang (Legis Prudence). Jakarta: Kencana.

Ali, 2014. “Hubungan Al-Qur’an dan Hadis; Kajian Metodologis terhadap

Hukuman Rajam”. Disertasi, Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

Amir, ‘A. ‘A., 1969. al-Ta’zīr fi al-Syarī’at al-Islāmiyyah. Beirut: Dār al-Fikr al-

‘Arabī.

Andenaes, J., 1974. Punishment and Deterrence. Michigan: The University of

Michigan Press.

Anderson, J. N. D., 1976. Law Reform in The Muslim World. London: University

of London.

Angkasa, 2010. “Over Capacity Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, Faktor

Penyebab, Implikasi Negatif, serta Solusi dalam Upaya Optimalisasi

Pembinaan Narapidana”. Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 10, No. 3: 212-

220.

Anshori, A. G. and Harahab, Y., 2008. Hukum Islam; Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia. Yogyakarta: Kreasi Total Media.

Anwar, S., 2007. Studi Hukum Islam Kontemporer. Cet. I, Jakarta: RM Book.

_____, 2013. “Metode Usul Fikih untuk Kontekstualisasi Pemahaman Hadis-

hadis Rukyat”. dalam Jurnal Tarjih dan Tajdid, Vol. 11, Nomor 1.

Arief, A. S., 2014. Hukum Pidana Islam. Yogyakarta: Suka Press.

Arief, B. N., 2006. Perbandingan Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 11: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

377

______, 2011. Pembaruan Hukum Pidana dalam Perspektif Kajian Perbandingan. Cet. II, Bandung: Citra Atya Bakti.

______, 1994. “Beberapa Aspek Pengembangan Ilmu Hukum Pidana;

Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia”. makalah yang

disampaikan dalam acara Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universias Diponegoro, Semarang.

______, 1985. “Kebijakan Legislasi mengenai Pidana Penjara dalam Rangka

Usaha Penanggulangan Kejahatan”. Disertasi, Bandung: Universitas

Padjajaran.

______, 2014. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum PIdana dalam Penanggulangan Kejahatan. Cet. IV, Jakarta: Kencana.

_______, 1993. “Sistem Pemidanaan menurut Konsep KUHP Baru dan Latar

Belakang Pemikirannya”. makalah yang disampaikan dalam penataran

Hukum Pidana dan Kriminologi Dosen Fakultas Hukum PTN/ PTS se-

Indonesia, Semarang.

al-Asqalāny, A. ‘A. H., 1379 H. Fatḥ al-Bāri Syarḥ Ṣaḥiḥ al-Bukhāry.Beirut: Dār

al-Ma’rifah.

al-‘Asqalāny, S. D. A. A., 2006. Ibānat al-Aḥkām; Syarḥ Bulūgh al-Marām. Beirut: Dār al-Fikr, IV.

Asshiddiqie, J., 1996. Pembaruan Hukum Pidana Indonesia. Cet. 2, Bandung:

Angkasa.

al-Syaukānī, M., t.th.. Nail al-Auṭār. Saudi Arabia: Idārah al-Buhūth al-

‘Ilmiyyah.

‘Asyūr, I. M. T., 2006. Maqāṣid al-Syarī’ah al-Islāmiyah. Tunisia: Dār al-Salām.

_____, 1984. al-Taḥrīr wa al-Tanwīr. Tunisia: Dār al-Tunīsiyyah li al-Nasyr.

Audah, ‘A. Q., 2000. al-Tasyrī’ al-Janā’ī al-Islāmī. Beirut: Mu’assasah al-

Risālah.

‘Azzām, A. A. M., 2005. al-Qawā’id al-Fiqhiyyah. Kairo: Dār al-Hadīth.

al-Ayyūbī, M. S. A. M., 1998. Maqāṣid al-Syarī’ah al-Islāmiyyah. Riyāḍ: Dār al-

Hijrah li al-Nasyr al-Tawzī’.

Page 12: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

378

Bahanthi, A. F., 1980. al-‘Uqūbah fi al-Fiqh al-Islāmī.Cet. III, Kairo: Maktabah

al-Wa’ī al-‘Arabī.

Bakhri, S., 2011. Sejarah Pembaruan KUHP dan KUHAP. Cet. I, Yogyakarta:

Total Media.

_____, 2014. Perkembangan Stelsel Pidana Indonesia. Yogyakarta: Total Media.

Baltaji, M., 2003. Manhaj ‘Umar ibn al-Khaṭṭāb fī al-Tasyrī’; Dirāsah Mustau’ibah li Fiqh ‘Umar wa Tanẓīmatih. terj. Masturi Irham, Cet. II,

Jakarta: Khalifa.

al-Bāqī, M. F. A., 2009. Lu’lu’ wa Marjān. t.t.: ‘Isā al-Bābi al-Ḥalabī.

Basri, C. H., 2004. Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial. Cet. I,

Jakarta: Grafindo Persada.

______, C. H., 1999. Metode Penelitian Fiqh I. Cet. I, Jakarta: Grafindo Persada.

Bentham, J., 2010. The Theory of Legislation. terj. Nurhadi, Cet. I, Bandung:

Nusa Media.

Bukhari, I., t.th.. Saḥiḥ al-Bukhārī. Beirut: Dār al-Fikr: t.th., IV.

al-Būṭi, M. S. R., t.th.. Ḍawābiṭ al-Maṣlaḥah fī al-Syarī’ah al-Islāmiyyah. Kairo:

Mu’asasah al-Risālah.

Constanzo, M., 2006. Psychology Applied to Law. terj. Helly Prajitno Soetjipto

dan Elly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Cet. 1,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Convention on The Elimination of Discrimination Against Women. 2004, New

Delhi: UNIFEM.

Cross, S. R., 1971. Punishment. t.tp.: Prison and the Publik.

Cruz, D. P., 1999. Comparative Law in The Changing World. Ed. II, London:

Cavendis Publishing Limited.

Danial, 2011. “Efektifitas ‘Uqūbat dalam Qanun Nomor 14/ 2003 dan DQHR

tentang Khalwat dan Ikhtilath”. Jurnal Asy-Syir’ah, Vol. 45, No. 2: 979-

1014.

_____, 2010. “Efektifitas ‘Uqubat dalam Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang

Khalwat”. dalam Jurnal Penelitian KeIslaman, Vol. 6, No. 2: 267-292.

Page 13: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

379

_____, 2012. “Qanun Jinayah Aceh dan Perlindungan HAM; Kajian Yuridis-

Filosofis”. Jurnal Kajian Hukum Islam al-Manahij, Vol. 6, No. 1: 85-98.

Dinas Syari’at Islam Propinsi NAD, 2005. Himpunan Undang-undang, Keputusan Presiden, Peraturan daerah dan Qanun, Instruksi Gubernur, dan Edaran Gubernur. Banda Aceh: Dinas Syari’at Islam Propinsi NAD.

Djazuli, H. A., 1996. Fiqh Jinayah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Duff, A., 2003. “Restoration and Restribution”. dalam Andrew von Hirsch,

Julian v. Roberts, Anthony Bottoms, Ken Roach, and Mara Chiff,

Restorative Justice and Criminal Justice; Competing or Reconcilable Paradigms? Oregon: Hart Publishing Oxford and Porland.

Effendi, E., 2011. Hukum Pidana Indonesia; Suatu Pengantar. Cet. I, Bandung:

Refika Aditama.

Entessar, N., 1988. “Criminal Law and The Legal System in Revolutionary

Iran”. dalam Third World Law Journal, Vol. 8, No.1: 91-102.

Erwin, M., 2012. Flsafat Hukum; Refleksi Kritis terhadap Hukum. Cet. II,

Jakarta: Rajawali Press.

Esma’ili, M., 2013. “Demokrasi Religius dan Kedaulatan Nasional”. dalam

Mohammad Bagher Khorramshad. Demokrasi Religius, terj. Andayani an

Mustajib, Cet. I, Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute.

Esposito, J. L., and Voll, O. J., 1999. Islam and Democracy. terj. Rahmani Astuti,

Bandung: Mizan.

Fajar, A. M., 2008. Teori-teori Hukum Kontemporer. Cet. I, Malang: In-Trans

Publishing.

Fifth United Nation Congress on The Prevention of Crime and The Treatment of Offenders. 1976. New York: Departement of Economic and Social

Affairs, UN.

Friedman, L. M., 2009. The Legal System; A Social Science Perspective. terj.

Muhammad Khozim, Bandung: Nusa Media.

Global Initiative to End All Corporal Punishment of Children, 2012. Iran Country Report. UNICEF.

Page 14: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

380

Habibzadeh, M. J., 2006. “Legality Principles of Crimes and Punishment in

Iranian Legal System”. Academic Journal of Educational Research and Review,Vol. 1 No. 3: 108-114.

Hamzah, A., 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Cet. III, Jakarta: Rineka Cipta.

Hardiman, F. B., 2009. Demokrasi Deliberatif; Menimbang Negara Hukum dan Ruang Publik dalam Teori Diskursus Jurgen Habermas. Cet. I,

Yogyakarta: Kanisius.

Hermansyah, A., 2008. “Kebijakan Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana

Badan (Corporal Punishment) di Indonesia; Studi Kasus di Nanggroe

Aceh Darussalam”. Tesis, Semarang: UNDIP.

Hilāl, H., 2003. Mu’jam Muṣṭalaḥ al-Uṣūl. Beirut: Dār al-Jīl.

Hiraeij, E. O. S., 2009. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Jakarta:

Erlangga.

_____, 2014. Prinsip-prinsip Hukum Pidana. Cet. 1, Yogyakarta: Cahaya Atma

Pustaka.

Hutauruk, R. H., 2014. Penanggulangan Kejahatan Korporasi melalui Pendekatan Restoratif. Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika.

Ibrahim, J., 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet. II,

Malang: Bayu Media Publishing.

International Committee Againts Execution, 2010. “Figur and Statistic Report

on Stoning in Iran 1980-2010”.

International Conference on Social Science and Humanity. 2011. “The Viel and

Veiled Identities in Iranian Diasporic Writings”. Zalipour, A. Z., Hashim,

S., Raihanah, M., Yusof, N. M, Singapore: IACSIT Press.

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR).

International Federation of Human Right, 2009. “Death Penalty; A State Terror

Policy”.

Iran Constitution. Humas Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Jakarta.

Isa, A. G., 2012. “Formalisasi Syari’at Islam dan Perwujudannya dalam Sistem

Hukum Indonesia”. Disertasi, Banda Aceh: Pascasarjana IAIN Ar-Raniry.

Islamic Penal Code of Iran. Dokumen Resmi Pemerintah Iran.

Page 15: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

381

al-Jauzy, I. Q., 1953. al-Ṭurūq al-Ḥukmiyah fī al-Siyāsah al-Syar’iyyah. Kairo:

Maṭba’ah as-Sunnah al-Muḥammaddiyah.

_____, t.th.. I’lām al-Mawāqi’īn ‘an Rabb al-‘Ālamīn. t.tp.: Dār al-‘Arabī.

Al-Jurjāwī, t.th.. Ḥikmat al-Tasyrī’ wa Falsafatuh. Beirut: Dār al-Fikr.

Karoubi, T. M., 2011. “How Does Iranian’s Legal System Protect Human

Vulnerability and Personal Integrity in Medical Research”. Avicenna Journal of Medical Biotechnology, Vol.3, No. 2: 51-59.

Al-Khafāwī, M. I., 2009. Mu’jam Gharīb al-Fiqh wa al-Uṣūl. Kairo: Dār al-

Hadīth al-Ḥalabī wa Aulāduh.

Khāṭib, S., 1958. Mughnī al-Mukhtāj. Mesir: Dār al-Bābī al-Ḥalabī.

Kholiq, M. A., 2002. “Prospek Hukum Pidana Islam dalam Memberikan

Konstribusi bagi Penyusunan RUU KUHP Indonesia”. Logika, Vol. 7,

No. 8.

Khorramshad, M. B., 2013. Religious Democracy. Terj. Andayani dan Mustajib,

Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute.

Kīhal, ‘I. D., 2012. “al-‘Uqūbah bi al-Jild fi al-Fiqh al-Islāmī wa Imkān

Taṭbīquhā fī al-Anẓamah al-Jazā’iyyah al-Hadīthah”. makalah.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia. Konvensi Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, 2004.

New Delhi: UNIFEM. Kurdi, L., 2003. ”Evaluating Restorative Justice Practices”. dalam Andrew von

Hirsch, Julian v. Roberts, Anthony Bottoms, Kent Roach, and Mara Sciff,

Restorative Justice and Criminal Justice; Competing or Reconcilable Paradigms? Oregon: Hart Publishing Oxford and Porland.

Kusumohamidjojo, B., 2011. Filsafat Hukum ; Problematika Ketertiban yang Adil. Cet. I, Bandung: Mandar Maju.

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2005. “Pemidanaan, Pidana, dan

Tindakan dalam Rancangan KUHP”. Jakarta.

Page 16: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

382

Maftei, C. M., 2010. “The Sanctions of The Islamic Criminal Law Aspects

Regarding Penalties of The Islamic Criminal Law of The Islamic

Republic of Iran; Religion and Tradition Vs Observing Human Rights”.

Manan, A., 2005. Aspek-aspek pengubah Hukum. Cet. 1, Jakarta: Prenada Media.

Majah, I., 1952. Sunan Ibn Mājah. Kairo: Dār al-Iḥyā’ al-Kutub al-‘Arabiyah.

Marzuki, P. M., 2005. Penelitian Hukum. Cet. I, Jakarta: Prenada Media.

al-Mawardi, 1966. al-Aḥkām al-Sulṭāniyyah. Beirut: Dār al-Fikr.

Mehra, N. and Hajitabar, H., 2011. “Prevention of Victimization of Children in

Danger in Iran’s Legal System”. Australian Journal of Basic and Applied

Sciences, Vol. 5, No. 8: 921-929.

Melani, 2005. “Membangun Sistem Hukum Pidana dari Retributif ke Restoratif”.

Litigasi, Volume 6 Nomor 3: 222-235.

Menski, W., 2006. Comparative Law in A Global Context. New York:

Cambridge University Press.

Modjab, S. D. M. and Habibzadeh, M. J., 2006. “A Review of Parliamentary

Privilege with An Approach to Iranian Legal System”. Educational

Research and Review, Vol. 1, No. 7: 201-205.

Moeljatno, 2002. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Moschtaghi, R., 2010. “Role of Law in Iran”. h. 1-10, <http://www.wiki.fu-

Berlin.de/display/SBprojectrole/Home, (diakses 19 Oktober 2012).

al-Mubārak, S. F. A. A., 1986. Nail al-Auṭār. Cet. I, Surabaya: Bina Ilmu, VI.

Mudzakkir, 2004. “Kajian terhadap Ketentuan Pemidanaan dalam Draft

Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana”. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 1, No. 2: 65-84.

Mughniyyah, M. J., t.th.. Fiqh al-al-Imām al-Ja’fari al-Ṣādiq. Qum: ‘Ulūmu

Salāmī, V.

Muladi, 2004. “Beberapa Catatan tentang Rancangan Undang-undang KUHP”.

Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 1, No. 2: 47-64.

_____, 2008. Pembaruan Hukum Pidana Material dalam Perkembangan Hukum Pidana di Era Global. Jakarta: Perum Percetakan Negara R.I.

Page 17: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

383

Munajat, M., 2009. Hukum Pidana Islam di Indonesia. Cet. I, Yogyakarta: Teras.

Mushlich, A. W., 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Cet. I, Jakarta:

Sinar Grafika Offset.

Muslim, I., t.th.. Ṣaḥīḥ Muslim. Singapura-Pineng: Sulaiman Mar’i.

Mudzakkir, 2004. “Kajian terhadap Ketentuan Pemidanaan dalam Draft

Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 1, No. 2: 65-84.

Nadernejad, G., and Mohsen, M., 2011. “The Development in The Legal System

of The Press in Iran from Beginning in 1906 to Domination of Reza-Khan

in 1921”. Europen Journal of Social Sciences, Vol. 23, No. 2: 237-245.

An-Na’im, A. A., 2004. Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human Right, and International Law. terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin Ar-

Rany, Cet. IV, Yogyakarta: LKiS.

al-Nasā’ī, I., 2002. Sunan al-Nasā’ī. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Nashir, H., 2007. Gerakan Islam Syari’at; Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia. Jakarta: PSAP.

an-Nawāwī, I., t.th.. Saḥīh Muslim bi Syarḥ an-Nawāwī, Beirut: Dār al-Fikr, XI.

Nayyeri, M. H., 2012. “New Islamic Penal Code of The Islamic Republic of Iran;

An Overview”. dalam Human Rights in Islam Unit, Inggris: University of

Essex.

Nway, A. U., 2008. “Hukum Adat vis a vis Hukum Islam di Aceh; Tinjauan

Sejarah Hukum di Kesultanan Aceh Tahun 1116-1688”. Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38, No. 2: 237-276.

Octoberrinsyah, 2011. “Hukuman Mati dalam Islam dan Relevansinya dengan

Hukum Pidana Indonesia”. Disertasi, Yogyakarta: Pascasarjana UIN

Sunan Kalijaga.

Peraturan Gubernur Aceh nomor 5 tahun 2005 tentang Teknis Pelaksanaan

Hukuman Cambuk. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian

Pembatasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP.

Page 18: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

384

Prasetyo, T., dan Purnomosidi A. 2014. Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila. Bandung: Nusa Media.

al-Qāhirī, A. ‘A. H. K. ‘A., t.th.. Subūl al-Salām. IV, Bandung: Dahlan.

Qanun Nomor 12 Tahun 2003 tentang Khamar. Qanun Nomor 13 Tahun 2003 tentang Maisir.

Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat.

Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.

Qarāmalikī, M, H, Q., 2011. Al-Qur’an dan Pluralisme Agama. terj.

Abdurrahman Arfan, Cet. I, Yogyakarta: Sadra Institute.

Rafiei, M. T., 2011. “A Critical Study of The Effect of Gender on Prohibition of

Women Employment in Iranian Law”. European Journal of Social

Sciences, Vol. 25, No. 3: 372-385.

Rani, F. A., 2006. “Pembentukan Qanun Anti Korupsi Perspektif Prinsip dan Norma Syari’ah”. Banda Aceh: Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

NAD-Nias.

Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor...Tahun 2013 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Hasil Rapat Bulan Mei, Jakarta:

Departemen Hukum dan HAM R. I.

Reksodiputro, M., 2004. “Catatan-catatan Sekilas tentang Bab Pemidanaan,

Pidana, dan Tindakan Bab III Buku I Rancangan Undang-undang Kitab

Undang-undang Hukum Pidana”. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 1, No.

2: 57-64.

Sābiq, S., 1365 H. Fiqh al-Sunnah. t.tp.: Dār al-Thaqāfah al-Islāmiyyah, II.

al-San’ānī, I. M. I., t.th.. Subūl al-Salām. Bandung: Dahlan, IV.

Santoso, T., 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam; Penegakan Syari’at dalam Wacana dan Agenda. Jakarta: Gema Insani Press.

Ash-Shadr, S. M. B., 2009. Introduction to Islamic Political System. terj. Arif

Mulyadi, Cet. II, Jakarta: Lentra.

Page 19: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

385

Shevlin, N., 2012. “Velayat E-Faqih in The Constitution of Iran; The

Implementation of The Theocracy”. dalam Jurnal of Constitution Law, Vol. 1, No. 2: 358-382.

Ash-Shiddiqie, J., 2003. Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Cet. II,

Bandung: Angkasa.

Shihab, M. Q., 2005. Tafsir al-Misbah. Cet. III, Jakarta: Lentera Hati, 2005, III.

Sholehhuddin, M., 2004. Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana. Cet. II, Jakarta:

Radja Grafindo Persada.

Sirajuddin, M., 2010. “Pemberlakuan Syari’at Islam di Nanggroe Aceh

Darussalam Pasca Reformasi”. Disertasi, Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga.

Sixth United Nation Congress on The Prevention of Crime and The Treatment of Offenders, 1981. New York: Departement of Economic and Social

Affairs, UN.

Sodikin, A., 2010. Hukum Qisas; Dari Tradisi Arab menuju Hukum Islam. Cet. I,

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Soeharno, 2012. “Benturan antara Hukum Pidana Islam dengan Hak-hak Sipil

dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”. dalam Jurnal Lex Crimen, Vol. 1,

No. 2: 83-104.

Suparni, N., 2007. Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan. Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika.

Sudarto, 2007. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Suhariyono, 2011. Pengaturan Pidana Anak dalam RUU KUHP. makalah

disampaikan dalam FGD KUHP Kemkumham, Jakarta.

Suseno, F. M., 1999. Etika Politik; Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____, 1999. Berfilsafat dari Konteks. Cet. III, Jakarta: Gramedia.

_____, 1987. Etika Dasar; Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:

Kanisius.

Suseno, S., Putri, N. S., (ed.), 2013. Hukum Pidana Indonesia; Perkembangan dan Pembaruan. Cet. I, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Page 20: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

386

Sutanto, T., 2007. “Melampaui Toleransi; Merenung Bersama Walzer”. dalam

Ihsan Ali Fauzi, Syafiq Hasyim, dan J. H. Mamardy, Demi Toleransi, Demi luralisme, Cet. I, Jakarta: Paramadina.

Syah, R., 2012. “Penghukuman dan Perlindungan HAM dalam Hukum Pidana

Islam”. Disertasi, Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry.

Syaltūt, M., 1966. al-Islām; ‘Aqīdah wa Syarī’ah. Cet. III, T.tp.: Dār al-Qalam.

Al-Syāṭibī, A. I.., 1988. al-Muwāfaqāh fī Uṣūl al-Aḥkām. Jilid I dan II, Beirut:

Dār al-Fikr.

Asy-Syaukānī, M. A., t.th.. Nail al-Awtār. Saudi ‘Arabia: Idārat al-Buhūth al-

‘Ilmiyyah, t.th., VII.

Taimiyah, I., t.th.. Majmū’ al-Fatāwā. Beirut: Maktabah al-Ma’rifah.

_____, 1961. al-Siyāsah al-Syar’iyyah. Kairo: Maktabah Anṣār al-

Muḥammadiyyah.

Tanya, B. L., Parera T. Y, dan Lena S. F., 2015. Pancasila Bingkai Hukum Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing.

Teguh Prasetyo dan Arie Purnomosidi, 2014. Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila. Cet.1, Bandung: Nusa Media.

Terman, R., and Mufuliat F., 2010. Stoning is Not Our Culture; A Comparative Analysis of Human Rights and Religious Discourses in Iran and Nigeria. T.tp.: The Global Compaign to Stop Killing ang Stoning Women.

The Constitution of the Islamic Republic of Iran, 1979. as Amended in 1989. Ujan, A. A., 2008. Filsafat Hukum; Membangun Hukum, Membela Keadilan.

Yogyakarta: Kanisius.

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against

Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or

Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau Penghukuman Lain yang Kejam, tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat manusia) terbitan Direktorat Hak Asasi Manusia, Kemanusiaan

dan Sosial Budaya Departemen Luar Negeri, Jakarta, cet. 2, 2005.

Page 21: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

387

Undang-undang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Undang-undang tentang Pelaksanaan Hak Asasi Manusia tahun 2000 dan

Undang-undang HAM, 2001, Bandung: Citra Umbara. Universal Declaration of Human Rights.

Uthmān, M. H., 2002. al-Qāmūs al-Mubīn fī Iṣtilāhāt al-Uṣūliyyīn. Riyaḍ: Dār

al-Zahim.

Waluyo, B., 2004. Pidana dan Pemidanaan. Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika.

Waṣil, N. F., 1999. Fiqh al-Jināyah wa al-‘Uqūbah fi al-Syarī’ah al-Islāmiyyah. Kairo: Maktabah al-Ṣafa.

www.kemenkumham/ public/grl/ current/ mountly, diakses 12 Desember 2014.

www.bbc.co.uk/ Indonesia/ berita_indonesia/ 2014/ 09/

1400925_amnesty_qanun_aceh, diakses 28 September 2014.

www.repulika.co.id/ berita/ regional/ nusantara/ 11/ 05/ 22/ 1113uo.amnesty-

internasional-minta-hukum-cambu-di-aceh-dicabut, diakses 22 Mei 2011.

www.okezone.com/ read/ 2011/ 05/ 27/ 337/461865/ large/ diakses 27 Mei 2011.

www.acehinstitute.org/id/ pojok-publik/ sosial-budaya/ item/ 138-

mendialogkan-syari’at-dalam-bingkai-demokratis-dilematis.html, diakses

12 September 2013.

Yuherawan, D. S. B., 2014. Dekonstruksi Asas Legalitas Hukum Pidana; Sejarah Asasegalitas dan Gagasan Pembaruan Filosofis Hukum Pidana. Malang:

Setara Press.

Yulia, R., 2012. “Penerapan Keadilan Restoratif dalam Putusan Hakim; Upaya

Penyelesaian Konflik melalui Sistem Peradilan Pidana”. dalam Jurnal Yudisial, Vol. 5, No. 2: 224-240.

al-Zabīdī, M. M. H., 1985. Tāj al-‘Urūs min Jawāhir al-Qāmūs. Kuwait:

Maṭba’ah Ḥukūmah, XXII.

Zahrah, M. A., t.th.. al-Jarīmah wa al-’Uqūbah fī al-Fiqh al-Islāmī. Kairo: Dār

al-Fikr al-‘Arabī.

Zuhaili, W., 1989, al-Fiqh al-Islāmy wa Adillatuh, Juz VI, Beirut: Dār al-Fikr.

Page 22: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

388

GLOSARIUM

Diyat: Sejumlah uang yang dibayarkan oleh pelaku delik kepada korban atau

keluarga korban sebagai ganti dari hukuman qiṣaṣ.

Dukhūl: melakukan hubungan seksual antara pasangan suami-isteri dalam

perkawinan.

Fikih: Ilmu tentang hukum syari’at Allah yang bersifat praktis dan digali oleh

para mujtahid dari dalil-dalilnya yang terperinci. Ketika fikih

ditransformasikan atau dipositifkan menjadi peraturan perundang-

undangan/ Qanun, maka ia berubah menjadi fikih mazhab negara/ undang-

undang.

Ḥudūd: Jenis ‘Uqubat yang bentuk dan besarannya telah ditentukan di dalam

Qanun secara tegas.

Ikhtilāṭ: Perbuatan bermesraan seperti bercumbu, bersentuh-sentuhan,

berpelukan dan berciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan

suami istri dengan kerelaan kedua belah pihak, baik pada tempat tertutup

atau terbuka.

Iṣlāh: Teori pemidanaan yang berpandangan bahwa tujuan pemberian pidana

adalah untuk memperbaiki pelaku kejahatan menjadi orang baik (restoratif-

rehabilitatif).

Al-Itlāf: Penghancuran terhadap benda hasil suatu kejahatan.

Jarīmah: Perbuatan yang dilarang oleh Syariat Islam yang dalam Qanun ini

diancam dengan ‘Uqubat Hudud dan/atau Ta’zir.

Jawābir: Teori pemidanaan yang berpandangan bahwa pemberian pidana

bertujuan sebagai balasan terhadap perbuatan jahat dan pembebasan pelaku

dari rasa bersalah/ berdosa (retributif).

Jawāzir: Teori pemidanaan yang berpandangan bahwa tujuan pemberian pidana

adalah untuk mencegah pelaku dan orang lain untuk melakukan kejahatan

(preventif).

Khalwat: Perbuatan berada pada tempat tertutup atau tersembunyi antara 2 (dua)

orang yang berlainan jenis kelamin yang bukan Mahram dan tanpa ikatan

perkawinan dengan kerelaan kedua belah pihak yang mengarah pada

perbuatan Zina.

Khamar: Minuman yang memabukkan dan/atau mengandung alkohol dengan

kadar 2% (dua persen) atau lebih.

Liwaṭ: Perbuatan seorang laki-laki dengan cara memasukkan zakarnya kedalam

dubur laki-laki yang lain dengan kerelaan kedua belah pihak.

Maḥram: Orang yang haram dinikahi selama-lamanya yakni orang tua kandung

dan seterusnya ke atas, orang tua tiri, anak dan seterusnya ke bawah, anak

tiri dari istri yang telah disetubuhi, saudara (kandung, seayah dan seibu),

saudara sesusuan, ayah dan ibu susuan, saudara ayah, saudara ibu, anak

saudara, mertua (laki-laki dan perempuan), menantu (laki-laki dan

perempuan).

Page 23: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

389

Maisir: Perbuatan yang mengandung unsur taruhan dan/atau unsur untung-

untungan yang dilakukan antara 2 (dua) pihak atau lebih, disertai

kesepakatan bahwa pihak yang menang akan mendapat

bayaran/keuntungan tertentu dari pihak yang kalah baik secara langsung

atau tidak langsung.

Maqāṣid al-Syarī’ah:Tujuan syari’at Islam yang meliputi memelihara agama,

jiwa, harta, akal, keturunan, dan kehormatan.

Musāhaqah: Perbuatan dua orang wanita atau lebih dengan cara saling

menggosok-gosokkan anggota tubuh atau faraj untuk memperoleh

rangsangan (kenikmatan) seksual dengan kerelaan kedua belah pihak.

Qadhaf: Menuduh seseorang melakukan Zina tanpa dapat mengajukan paling

kurang 4 (empat) orang saksi.

Qiṣaṣ: memiliki dua makna sebagai salah satu jenis delik atau salah satu bentuk

hukuman dalam hukum pidana Islam. Sebagai salah satu bentuk hukuman,

qisas adalah hukuman yang setimpal yang diberikan kepada pelaku delik

pembunuhan atau pelukaan sengaja.

Qiyām al-Asāsī:Nilai-nilai dasar hukum Islam.

Rajam: Salah satu bentuk hukuman mati yang dilaksanakan dengan cara

dilempari batu sampai mati. Hukuman ini diancamkan kepada pelaku zina

yang sudah menikah.

Restitusi: Sejumlah uang atau harta tertentu, yang wajib dibayarkan oleh pelaku

Jarimah, keluarganya, atau pihak ketiga berdasarkan perintah hakim kepada

korban atau keluarganya, untuk penderitaan, kehilangan harta tertentu, atau

penggantian biaya untuk tindakan tertentu.

Restorative Justice: Model penyelesaian perkara pidana yang mengedepankan

pemulihan korban, pelaku, dan masyarakat.

Al-Taghyīr: perubahan barang atau benda hasil atau tempat melakukan kejahatan

menjadi fungsional dan bermanfaat. Contoh; merubah tempat berjudi

menjadi panti asuhan atau perkantoran.

Tahzīb: Teori pemidanaan yang menjelaskan bawa tujuan pemberian pidana

adalah untuk mendidik pelaku kejahatan dan masyarakat agar menjadi

orang baik (edukatif).

Al-Tamlīk: Pemilikan negara terhadap benda atau barang hasil suatu kejahatan.

Al-Tasyhīr: mengumumkan kesalahan yang dilakukan seseorang/ kelompok

secara terbuka. Strict liability: Asas penerapan hokum pidana yang memandang bahwa pelaku

delik telah dapat dipidana hanya karena telah dipenuhinya unsur-unsur

delik oleh perbuatannya.

vicarious liability. sementara yang kedua tanggung jawab pidana seseorang

dipandang patut diperluas sampai kepada tindakan bawahannya yang

melakukan perbuatan atau pekerjaan untuknya atau dalam batas-batas

perintahnya.

Page 24: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

390

Ta’zir: Jenis ‘Uqubat yang telah ditentukan dalam qanun yang bentuknya

bersifat pilihan dan besarannya dalam batas tertinggi dan/atau terendah.

’Uqūbah: Hukuman yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku Jarimah.

Al-‘Uqūbah al-Aṣliyyah: Hukuman/ pidana pokok yang ditetapkan oleh hakim

untuk delik yang bersangkutan.

Al-‘Uqūbah al-Badaliyyah: Hukuman/ pidana pengganti yang menggantikan

hukuman/ pidana pokok karena alasan yang sah.

Al-‘Uqūbah ghair al-Muqaddarah: Pidana yang belum ditentukan kadarnya.

Al-‘Uqūbah al-Muqaddarah: Pidana yang sudah ditentukan kadarnya.

Al-‘Uqūbah al-Tabā’iyyah: Hukuman/ pidana tambahan terhadap pidana pokok,

seperti larangan menerima warisan bagi pembunuh ahli waris.

Al-‘Uqūbah al-Takmīliyyah: Hukuman/ pidana yang mengikuti pidana pokok

dengan syarat harus ada keputusan tersendiri oleh hakim. Syarat ini yang

membedakannya dengan pidana tambahan.

Vicarious liability. Asas penerapan hukum pidana yan memandang bahwa

tanggung jawab pidana seseorang dipandang patut diperluas sampai kepada

tindakan bawahannya yang melakukan perbuatan atau pekerjaan untuknya

atau dalam batas-batas perintahnya.

Wilāyāt al-Faqīh: Salah satu institusi negara yang terdiri dari sejumlah ulama

terkemuka yang memiliki wewenang tertinggi di dalam sistem

pemerintahan RII. Di antara wewenang yang diberikan konstitusi RII

kepada lembaga ini adalah menentukan atau menguji sesuai tidaknya suatu

produk hukum yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga lain di RII

dengan sumber ajaran Islam. Selain itu, lembaga ini juga berhak memecat

presiden, dewan, majelis tinggi.

Page 25: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

391

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Danial, M.A., Dilahirkan di Dayah Mesjid, Bireuen, 26 Pebruari 1976

dari pasangan Murdani Ahmad dan Nurhayati Umar (almh.). Pendidikan formal

dimulai dari Madrasah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Pulosiron tamat 1987,

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Matang Glumpang Dua, tamat 1990,

Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus (MANPK) Banda Aceh, tamat 1993.

Gelar sarjana S1 Perbandingan Mazhab diperoleh tahun 1998 di Fakultas

Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan S2 di IAIN Ar-Raniry Banda

Aceh tahun 2008. Tahun 2010 tercatat sebagai mahasiswa Program Doktoral

(S3) Program Studi Agama dan Lintas Budaya Minat Kajian Timur Tengah

Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta.

Sehari-hari berprofesi sebagai Dosen tetap pada Jurusan Syari’ah Program

Studi Hukum Keluarga Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malikussaleh

Lhokseumawe. Profesi di dunia pendidikan dimulai tahun 1999-2000 dengan

Dosen luar biasa di IAIN Ar-Raniry dan Sekolah Tinggi Agama Islam Tgk. Chik

Pante Kulu Banda Aceh. Di samping itu juga mengajar di beberapa perguruan

tinggi lain seperti STIKES Muhammaddiyah Lhokseumawe 2008-sekarang dan

Akademi Keperawatan KESREM sejak 2012 sampai sekarang.

Riwayat pekerjaan dimulai dari staf Kantor Urusan Agama Kec.

Peusangan Kab. Bireuen dan Guru MIN Tanoh Mirah Kec. Peusangan. Di masa

konflik dan darurat militer bertugas sebagai Kepala Kantor Urusan Agama

(KUA) Kec. Jangka Kab. Bireuen 2002-2005. Sejak 2005 bertugas sebagai dosen

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe.

Beberapa jabatan yang pernah dipangkunya di STAIN Malikussaleh adalah

Kepala Pusat Studi Agama Islam 2004-2005, Kepala Lembaga Pengembangan

dan Penjamin Mutu STAIN Malikussaleh Lhokseumawe 2005-2006, Pembantu

Ketua II Bidang Administrasi dan Keuangan STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

2006-2007.

Pengalaman organisasi dimulai sejak S1 sebagai Wakil Ketua Lembaga

Penelitian Hukum Islam Fak. Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1994-

1995. Beberapa jabatan yang pernah dipercayakannya adalah Deputi Direktur

Lakasspia (Aceh Institute for Social and Political Studies) 1999-2002. Peneliti

Aceh Institute, 2006-2008. Direktur Tazkiya Institute for Islamic and Humanity

Studies 2007-2010. Direktur Eksekutif The Finiqas Institute for Islamic and

Humanity Studies, 2010-sekarang. Pengurus Ikatan Dakwah Islam Kota

Lhokseumawe 2007-sekarang. Penasehat Badan Kontak Majelis Taklim Kota

Lhokseumawe 2008-sekarang. Anggoda Dewan Pengawas Flower Aceh, 2008-

2014. Pengurus Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana Aceh Yogyakarta 2010-

Sekarang. Ketua Majelis Pendidikan Muhammadiyyah Kabupaten Aceh Utara.

Membina beberapa komunitas kajian Islam di Kota Lhokseumawe, di antaranya

Forum Kajian Ihya’ an-Nisa’, Raudhatul Jannah, Forum Kajian Islam PASUTRI

(Pasangan Suami-Isteri) Mesjid Agung Baiturrahman Lhokseumawe, dll.

Aktivitas Ilmiah dan Pelatihan yang pernah diikuti antara lain Pelatihan

Pergerakan Sipil di Bandung tahun 2000, Pelatihan Gender Budgeting, Banda

Page 26: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

392

Aceh, 2001, Pelatihan Format Pemberdayaan Ulama Perempuan, Medan, 2001,

Narasumber untuk isu Hukum Islam dan Gender, Pelatihan Orientasi

Kepemimpinan Kantor Urusan Agama, Medan, 2004, Peserta Pusat Jaringan

Penelitian Seluruh Indonesia, NTB, 2005, Fasilitator Islam dan Traffiking,

Lhokseumawe, 2006, Pelatihan Manajemen Strategis, Jakarta, 2006, Seminar

Internasional, Banda Aceh, 2006, Pelatihan Strategi Penyusunan Anggaran,

Bogor, 2006, Konferensi CEDAW di Bangkok, Thailand, 2007, Human Resource

untuk ToT, Malaysia, 2008, Pelatihan Legal Drafting I dan II, Banda Aceh, 2007,

Training CEDAW I, II, dan III, Medan, 2007 dan 2008, Presenter Hasil

Penelitian tentang Pelaksanaan Syari’at Islam dan Kekerasan di NAD, di Annual Conference Kontribusi Ilmu-ilmu KeIslaman dalam Memecahkan Problem-

problem Kemanusiaan, Pekan Baru, 2007, narasumber beberapa Media Elekronik

lokal untuk isu Islam dan Gender, Hukum Jinayah, Hukum Islam, Hukum

Keluarga, dan Psikologi Perkawinan 2000-sekarang, penelitian Penerapan Prinsip

Kesetaraan Gender dalam Kebijakan Pemerintah, Marokko, 2008. Di samping itu

juga sering bertindak sebagai narasumber, fasilitator, dan peserta untuk berbagai

training, baik tingkat lokal maupun nasional, seperti Training Gender Basic,

Meulaboh, 2008, Leadership Sensitif Gender, Meulaboh, 2008, Training Hukum

Kritis bagi Faskom, 2008-2009, Narasumber Penguatan Komunitas tentang Hak-

hak Perempuan dalam Islam 2007-2008, Pelatihan Penelitian Kualitatif untuk

Dosen STAIN, 2009, Pelatihan Legal Drafting, Lhokseumawe, 2009, Peserta

Pertemuan dan Konsultasi Nasional Hukum Keluarga, oleh KOMNAS

Perempuan, Jakarta 2009, Menjadi Narasumber di berbagai seminar regional dan

nasional, Vocal Point LBH APIK Aceh untuk Isu Islam dan Gender, 2008-2009,

Presenter seminar internasional di Kuala Lumpur Malaysia tahun 2012,

narasumber Training Hukum Keluarga dan Gender di Kuala Lumpur Malaysia

2011 dan 2012, narasumber seminar internasion al di Yogyakarta, 28 Pebruari

2015, dan Tim reviewer Penelitian tentang hukum dan penghukuman KOMNAS

Perempuan Maret 2015.

Beberapa karya ilmiah yang pernah dimuat di beberapa jurnal

terakreditasi nasional adalah Efektifitas ’Uqubat dalam Qanun No. 14/ 2003

tentang Khalwat, Jurnal Penelitian KeIslaman, IAIN Mataram NTB (2010),

Efektifitas Penegak Hukum dalam Qanun No. 14/ 2003 tentang Khalwat dan

Qanun Hasil Revisi tentang Khalwat dan Ikhtilath, Jurnal Syir’ah UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta (2011), Pelaksanaan Syari’at Islam dan Perlindungan HAM,

Jurnal Al-Manahij STAIN Purwokerto (2011), dan Pelaksanaan Syari’at Islam

dan Minoritas Non-Muslim di Aceh, Jurnal Analisis IAIN Lampung (2012).

Karya-karyanya yang lain adalah Hak-hak Politik Perempuan dalam

Perspektif Syeikh Abdurrauf Syiah Kuala (1997), Perempuan dan Harta

Peunulang Adat: Studi Kasus di Aceh Besar (2001), JoU dan Agresifitas

Masyarakat, Serambi Indonesia (2000), Pemberdayaan Politik Perempuan,

Serambi Indonesia (2001), Membangun Visi Humanis Syari’at Islam, Aceh

Ekspress (2001), Konflik Aceh dan Upaya Penyelesaiannya, Serambi Indonesia

(2001), Islam dan Mitos tentang Perempuan, Buku (2004), Prinsip-prinsip

Kesetaraan Gender dalam Islam (2005), Teo-Kosmologi Kesepasangan dalam

Page 27: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88176/potongan/S3-2015... · ... untuk menghindari potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia

393

Islam (2005), Syari’at Islam dan Kekerasan terhadap Perempuan (2006),

Orientasi Politik Ulama Dayah Aceh (2006), Dimensi-dimensi Dakwah dalam

Seni Tarian Aceh (2006), Menggagas Fiqh Sensitif Perempuan (2006),

Efektifitas Pelaksanaan Syari’at Islam di NAD (2007), KDRT dalam Perspektif

Hukum Islam (2007), Perempuan di Hadapan Hukum Adat (2007), Islam,

CEDAW dan Perlindungan terhadap Hak-hak Perempuan, Monograf UNIFEM

(2007), Hijrah dari Nafsu Dhulmani menuju Hati Nurani, Majalah Al-Afaq

(2007), Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (2007), Perempuan dalam Ranah

Publik Perspektif Islam (2008), Gender dalam Islam (2008), Metodologi

Penalaran Fiqh Sensitif Gender (2008), Perempuan dan Keluarga Perspektif Islam

(2008), Perempuan dan Kesehatan Perspektif Islam (2008), Perempuan dan

Politik Perspektif Islam (2008), Psikologi Perkawinan Islam (2008), Perlindungan

Hak-hak Anak dalam Islam (2009), Hermeneutika Al-Qur’an tentang Ayat-Ayat

Gender (2010), Paradigma Pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh, Proseding STAIN Malikussaleh, (2011), Pergulatan Budaya Aceh dan Tantangan Post-Modernisme

Proseding Internasional, Kuala Lumpur (2012), Hukum Islam dan HAM (2010),

Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Kaukaba, 2014, Filsafat Hukum Islam (buku),

Hermeneutika Hukum Islam (akan terbit).

Lhokseumawe, 10 Agustus 2015

Ttd.,

Danial Murdani Ahmad