BAB VI JARINGAN HABIB LUTHFI: SEBUAH STUDI KASUSSeperti contoh yang diangkat oleh Habib Luthfi,...
Embed Size (px)
Transcript of BAB VI JARINGAN HABIB LUTHFI: SEBUAH STUDI KASUSSeperti contoh yang diangkat oleh Habib Luthfi,...

95
BAB VI
JARINGAN HABIB LUTHFI:
SEBUAH STUDI KASUS
Sebagai upaya untuk memperjelas gambaran tentang jaringan
Islam tradisional, pada bagian ini akan digambarkan seorang aktor yang
cukup dikenal dikalangan masyarakat sebagai bagian dari jaringan.
Gambaran peran aktor ini akan dimulai dari sekilas life history sosok
aktor sebagai upaya untuk memberikan gambaran habitus dari aktor
dan untuk melihat apakah aktor tidak dapat keluar dari habitus
(Bourdieu, 1977; Pamerdi, 2009) sebagai sebuah ruangan statis yang
mempengaruhi segala perilaku dan pemikirannya, atau sebaliknya
habitus merupakan hal yang dinamis dan dipengaruhi oleh pemikiran-
pemikiran aktor yang selalu berkembang (self creation) merespon
perubahan dinamika sosial. Untuk itu pada bagian ini akan
digambarkan pula awal lahirnya jaringan Habib Luthfi, tumbuhnya
relasi Habib Luthfi dengan tokoh-tokoh agama lokal, terbangunnya
simpul Habib Luthfi hingga menjadi pusat jaringan, berkembangnya
fungsi jaringan Habib Luthfi dalam bidang ekonomi, dan
berkembangnya fungsi politik dalam jaringan Habib Luthfi.
Sosok Habib Luthfi
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian-bagian sebelumnya,
Habib Luthfi (Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin
Yahya) merupakan salah satu tokoh Islam terkemuka di Kota
Pekalongan saat ini. Habib Luthfi merupakan pria kelahiran
Pekalongan 10 November 1947. Pengajian bulanan yang diselenggaran
malam jumat kliwon (penangalan jawa) dirumahnya selalu dihadiri
oleh ribuan pengunjung. Mereka tidak hanya memadati halaman

96
rumah namun juga duduk berhimpitan di jalan yang terpaksa ditutup
dan dipasang tenda. Menurut banyak informasi para pengunjung
tersebut berasal tidak hanya dari daerah pekalongan dan sekitarnya,
namun juga dari kota-kota yang jauh-jauh di Indonesia.
Dikalangan pengikut terekat Habib Luthfi juga dianggap sebagai
seorang sufi (orang suci), yang mendalami ilmu tasawuf (Ilmu yang
mendalami ketakwaan kepada Allah swt.) serta matang secara spiritual
dan rohaniah. Sebagai seorang sufi, Habib Luthfi juga menjadi ketua
Tarekat (Tariqah) Syadziliyah yaitu salah sebuah tarekat yang memiliki
pengikutnya cukup banyak di Indonesia, dan merupakan Ra‟is (ketua)
„Am (umum) Nasional Jam‟iyah Ahlu Thariqah al Mu‟tabarah an
Nahdiyah (JATMAN) sebuah organisasi thariqah (badan otonom)
dibawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Sebagai seorang sufi, Habib Luthfi, oleh Julian Day Howell dalam
buku yang di edit oleh Bryan S. Turner and Oscar Salemink berjudul
“Routledge Handbook of Religions in Asia”, mengelompokkan Habib
Luthfi sebagai kelompok Neo-sufi. Yang oleh Nurcholis Masjid
diidetifikasikan sebagai pengawal tasawuf kontemporer dengan corak
tasawufnya memiliki sifat tajdid (memperbaharui) baik pada konsep,
cara pandang dan pengamalan dari unsur bid‟ah, khurafat, dan
takhayul.
Dalam sebuah perbincangan dengan Habib Luthfi kesan
nasionalis dan moderat dari pandangannya sangat kuat sehingga beliau
juga sangat menghormati kepelbagaian agama. Dalam menyatukan
umat beragama, Habib Luthfi memiliki pandangan bahwa yang perlu
dilakukan pertama adalah tidak berbicara tentang agama atau teologi,
karena agama adalah sebuah keyakinan individu yang tidak bisa
diganggu-gugat atau diperdebatkan. Menghargai keyakinan individu
sebagai landasan untuk melakukan dialog. Menurut Habib Luthfi, jika
memperdebatkan keyakinan akan menghabiskan waktu, sedangkan
banyak hal yang bisa dilakukan bersama. Sebagai juru damai bisa
dilakukan tidak melalui agama, walau manusia merupakan amaliah
(buah dari ajaran agama). Habib Luthfi melihat bahwa tiap agama

97
mengajarkan tentang perdamaian, dan kalau manusia bisa
mengamalkan ajarannya maka dunia aman. Seperti contoh yang
diangkat oleh Habib Luthfi, bahwa tiap agama mengajarkan untuk
tidak mencuri. Apakah bisa ajaran ini bisa diangkat secara bersama-
sama atau tidak? Habib Luthfi meyakini bahwa bisa, dan meyakini
bahwa kedamaian bisa di capai dengan upaya bersama semua agama.
Dalam kehidupan sosial masyarakat, Habib Luthfi merasa ada
tuntutan dari semua anggota masyarakat untuk bisa bergaul untuk
menciptakan kedamaian. Para Ilmuan bisa berkerja sama tanpa
membedakan latar belakang agama, untuk kepentingan umat manusia.
Lebih lanjut, Habib Luthfi juga berpandangan bahwa landasan
kebersamaan memungkinkan para intelektual dari masing-masing
agama bisa saling belajar dan mengembangkan keintelektualnya dalam
agama masing-masing. Seperti dalam perkembangan tehnologi yang
merupakan kebutuhan bersama, sebenarnya agama sangat kaya akan
ilmu pengetahuan namun karena agamawan selalu hanya memikirkan
agama maka perkembangan pengetahuan selalu tertinggal. Sebagai
contoh yang di kemukakan oleh Habib Luthfi yaitu dalam sejarah
Agama telah banyak menghasilkan pengetahuan dalam bentuk
kemunculan benda budaya (candi, patung, penanggalan, masjid, dll)
yang dihasilkan dari pemikiran secara matang, tetapi karena hanya
memikirkan sisi teologia saja, perkembangan ilmu pengetahuan
menjadi tertinggal.
Agama dan tehnologi menurut Habib Luthfi hendaknya bisa
berjalan bersama. Tehnologi merupakan sebuah hasil dari pemikiran
manusia, kalau agama tidak turut campur dalam perkembangan
tehnologi, tehnologi dapat disalh gunakan. Tetapi jika agama dapat
berperan dalam pengembangan tehnologi tersebut maka tehnologi
dapat bermanfaat bagi manusia. Untuk itulah kaum sufi menjadi bagian
dalam laju perkembangan tehnologi, untuk menilai apakah tehnologi
tersebut berguna bagi manusia atau tidak. Kaum sufi tidak menutup
mata terhadap perkembangan tehnologi dan kebudayaan yang

98
berkembang mengikuti perkembangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya.
Pandangan Habib Luthfi tentang pluralitas ini tidak mudah
untuk diterima oleh masyarakat muslim. Perlu proses yang cukup
panjang hingga masyarakat dapat menerimanya. Seperti ketika sekitar
tahun 2002, saat awal Habib Luthfi mengunjungi Klenteng untuk
bersilahturami, banyak umat yang tidak setuju atau menentang dan
mempertanyakan. Tetapi dengan penjelasan dan langkah nyata, proses
ini bisa berjalan dan akhirnya masyarakat bisa menerimanya. Karena
pada kenyataannya masyarakat hidup saling membutuhkan, dan bisa
bekerja sama.
Sebagai ketua tarekat, Habib Luthfi menjadi basis bagi
perkembangan tarekat Syadziliyah di Nusantara. Banyak masyarakat
dari berbagai kalangan termasuk juga para terpelajar yang menghargai
spiritualiatas dan pandangannya yang inklusif tentang Islam yang
moderen maupun tentang pluralitas agama di Indonesia datang untuk
belajar dan berdiskusi dengan Habib.
Sebagai ketua umum nasional JATMAN yang beranggotakan dari
banyak sarjana dan pimpinan-pimpinan pondok pesantren di tingkat
nasional, Habib Luthfi juga memiliki kewibawaan untuk mengambil
isinisiatif dari sufi-sufi lain di Indonesia. Dengan posisinya ini, Habib
Luthfi memiliki kekuatan untuk mempersuasi pandangannya dan
untuk berinovasi dalam kepentingannya untuk menjaga apa yang
penting dari sufi dan tradisi pesantren di Indonesia menghadapi
mordernisasi.
Habib Luthfi menghabiskan masa kecilnya di Pekalongan.
Belajar mengaji dari orangtuanya hingga umur 12 tahun ketika
ayahnya meninggal. Setamat dari Madrasah Salafiah tahun 1959, Habib
Luthfi melanjutkan studinya ke beberapa pondok pesantren
diantaranya pesantran Benda Kerep, Cirebon. Dan beberapa kota lain
seperti Indramayu, Purwokerto dan Tegal. Setelah itu karena
mendapatkan beasiswa dari pesantren, ia melanjutkan menuntut ilmu
ke Mekah, Madinah dan di beberapa negara di Timur Tengah lainnya.

99
Ia menerima ilmu syari‟ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama
besar, wali-wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmu
dikalangan umat Islam tidak diragukan lagi. Dari Guru-guru tersebut ia
mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga „Am (umum) dalam Da‟wah
dan nasyru syari‟ah (menyebarkan syari‟ah), thariqah, tashawuf, kitab-
kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid,
tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab
thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan ia juga
mendapat ijazah untuk membai‟at. Ijazah ini tidak diberikan begitu saja
tetapi melalui sebuah ujian dan adanya pengakuan dari para guru dan
ulama-ulama besar.
Selain modal keilmuan yang Habib Peroleh dari sejarah
pendidikannya, habib luthfi juga mempunyai sumber legitimasi
kultural, kharisma kepemimpinan, dan pengakuan sebagai ulama besar
dari garis keturunan yang dimilikinya hingga Nabi Muhammad SAW.
Habib luthfi dari garis keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur
Ayah hingga ke Ali bin Abi Thalib, tetapi juga dari jalur Ibu. Dari Jalur
Ibu, Habib Luthfi di lahirkan dari seorang Syarifah bernama Sayidah
Al Karimah as Syarifah Nur. Ibunya ini merupakan putri dari Sayid
Muhsin putra dari Sayid Salim putra dari Sayid al Imam Shalih putra
dari Sayid Muhsin putra dari Sayid Hasan putra dari Sayid Imam „Alawi
putra dari Sayid al Imam Muhammad putra dari al Imam „Alawi putra
dari Imam al Kabir Sayid Abdullah putra dari Imam Salim putra dari
Imam Muhammad putra dari Sayid Sahal putra dari Imam Abd
Rahman Maula Dawileh putra dari Imam „Ali putra dari Imam „Alawi
putra dari Sayidina Imam al Faqih al Muqadam putra dari „Ali Bâ
Alawi.
Sedangkan dari trah ayahnya yang bernama Al-Habib al Hafidz
„Ali al Ghalib merupakan putra dari Al-Habib Hasyim putra dari Al-
Habib Umar putra dari Al-Habib Thoha putra dari Al-Habib Thoha
putra dari Al-Habib Muhammad al-Qodhi putra dari Al-Habib Thoha
putra dari Al-Habib Muhammad putra dari Al-Habib Syekh putra dari
Al-Habib Ahmad putra dari Al-Imam Yahya Ba‟Alawy putra dari Al-

100
Habib Hasan putra dari Al-Habib Alwy putra dari Al-Habib Ali putra
dari Imam Alwy an-Nasiq putra dari Imam Muhammad Maulad
Dawileh putra dari Imam Ali Maula Darrak putra dari Imam Alwy al-
Ghuyyur putra dari Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd
Ba‟Alawy putra dari Imam Ali putra dari Imam Muhammad Shahib
Marbath putra dari Imam Ali Khali Qasam putra dari Imam Alwy putra
dari Imam Muhammad putra dari Imam Alwy Ba‟Alawy putra dari
Imam Ubaidullah putra dari Imam Ahmad Al-Muhajir putra dari Imam
Isa an-Naqib ar-Rumi putra dari Imam Muhammad an-Naqib putra dari
Imam Ali al-Uraidhi putra dari Imam Ja‟far Shadiq putra dari Imam
Muhammad al-Baqir putra dari Imam Ali Zainal Abiddin putra dari
Imam Husein ash-Sibth putra dari Sayidatina Fathimah az-Zahra dan
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang merupakan paman dari
Nabi Muhammad SAW.
Dalam sejarah Pekalongan kakek Habib Luthfi yaitu Al-Habib
Hasyim merupakan seorang ulama besar di pekalongan. Al-Habib
Hasyim dikenal oleh masyrakat lokal sebagai salah satu tokoh yang
turut menentukan pembentukan Nahdlatul Ulama (NU) bersama Kyai
Hasyim pendiri NU.
Awal Berkembangnya Jaringan Habib Luthfi
Sepulang dari menuntut ilmu agama di Yaman, Habib Lufti
kembali ke kampung halamannya di daerah Kraton Kota Pekalongan,
dimana ibu dan adik-adiknya tinggal. Sebagai anak laki-laki, ia pun
bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga. Apapun pekerjaan yang
ada ia lakukan, tidak ada pekerjaan tetap ketika itu. Di sore hari,
berbekal ilmu keagamaan yang ia miliki ia pun mengajar anak-anak
untuk membaca Al Qur‟an di langgar kampung. Hingga kemudian oleh
masyarakat sekitar tempat tinggalnya meminta Habib Luthfi untuk
mengadakan majelis taklim. Aktivitas keagamaannya pun mulai
berkembang saat itu. Habib Luthfi mulai banyak melakukan kegiatan
keagamaan seperti mengisi pengajian, memberikan tauziah (ceramah

101
keagamaan) menjalankan tablig di hari-hari besar Islam dsb, di desa-
desa di luar kota Pekalongan, bahkan hingga ke daerah-daerah di
Jepara hingga ke Tuban. Konsentrasi pengembangan awal kegiatan
keagamaannya ada di tiga daerah selain seputar pekalongan, yaitu
Jepara, Pati, dan Kudus. Kegiatan-kegiatan ini dilakukannya secara
intensif selama beberapa tahun, dan hal itu sesekali masih juga
dilakukan hingga saat ini khususnya apabila menyangkut acara-acara
yang dianggapnya penting.
Sebagai seorang ulama besar yang memiliki latar belakang
pendidikan yang sangat meyakinkan serta kharisma „darah biru‟
melalui garis keturunan, tidak mengherankan bila Habib Luthfi tidak
membutuhkan waktu lama untuk menjadi tokoh yang popular dan
sangat dihormati. Penting untuk dicatat bahwa melalui kegitannya di
desa-desa itu Habib Lufti memiliki kedekatan relasi dengan tokoh-
tokoh lokal dilingkungan majelis-majelis taklim, pesantren, ataupun
organisasi massa di pedesaan. Relasi tersebut umumnya tidak berakhir
dengan selesainya acara melainkan cenderung berulang dan
terpelihara. Relasi-relasi yang muncul dengan para tokoh-tokoh
keagamaan Islam di pedesaan ini dapat dianggap sebagai awal
munculnya Jaringan Habib Lufti.
Ia sengaja tidak membuka di daerah perkotaan Pekalongan
karena dimasa itu telah banyak tokoh-tokoh lokal kota yang
mendominasi dakwah kepada masyarakat kota Pekalongan. Sudah
sedemikan banyak “kerajaan-kerajaan” (pesantren) yang kuat dan
berpengaruh terhadap masyarakat. Ini alasan mengapa kemudian
Habib Luthfi memilih untuk membuka pengajian di langgar atau
masjid di desa-desa di luar Kota Pekalongan.1 Di desa-desa terpencil ini,
Habib Luthfi akan datang satu atau dua kali seminggu untuk mengisi
pengajian di langgar atau masjid di desa tersebut.
Dilain hari ia akan membuka pengajian (majelis taklim) di desa
lainnya. Ini berlangsung hingga kemudian ada tokoh agama lokal yang
1 Wawancara dengan Faizin.

102
muncul, dan menggantikan perannya untuk mengisi majelis taklim
tersebut. Ia pun kemudian pindah ke desa lain untuk mengembangkan
majelis taklim di desa yang lain. Tapi ini bukan berarti bahwa majelis
taklim yang telah ia serahkan kepada tokoh agama lokal Ia tinggalkan
oleh Habib Luthfi. Relasi dengan tokoh lokal/majelis taklim tersebut
masih dipertahankan. Tokoh lokal tersebut selalu hadir dalam
pengajian rutin di tempat Habib Luthfi, khususnya pengajian rutian
dimalam Jumat Kliwon. Kehadiran tokoh-tokoh lokal ini selain untuk
memperdalam pengetahuan tentang agama sebagai basis ketokohan
mereka di lokal masing-masing, tetapi juga untuk menjaga relasi
dengan Habib Luthfi. Terkadang tokoh lokal juga mengundang Luthfi,
untuk memberi pengajian di desa tersebut. Dengan demikian Habib
Luthfi melalui dakwah, ia menciptakan tokoh-tokoh baru di dalam
masyarakat lokal yang kemudian menjadi perantara/agen baginya
untuk mengembangkan dan memelihara akses kepada masyarakat lokal
yang menjadi basis kekuatan politik secara elektoral.
Tumbuhnya Relasi Individual dengan Tokoh-tokoh Agama
Lokal
Relasi Habib Luthfi dengan tokoh agama lokal dimulai dari
kunjungan ke beberapa masjid di desa-desa, diajak kesana sini oleh
tokoh agama lokal, hingga akhirnya dipercaya dan diserahi tanggung
jawab untuk mengelola kelompok pengajian di desa. Ada proses dari
ilahitakalla ke relasi fungsional yang terjadi antara Habib Luthfi
dengan masyrakat lokal.
Dalam proses ini, Habib Luthfi memiliki akses ke masyarakat
desa-desa tersebut, dan membentuk kader-kadernya di sana. Dengan
adanya akses yang kuat pada masyarakat/umat, Habib Luthfi
mendapatkan kekuatan politik oleh karenanya. Ini merupakan proses
awal dimana Habib Luthfi mulai membuat pondasi bagi perkembangan
jaringan. Proses awal ini memakan waktu bertahun-tahun setelah
Habib Luthfi tiba dari Yaman hingga terbangunnya gedung Kenzus

103
Suasana pengajian rutin Habib Luthfi di depan
Gedung Kenzus Zolawat
Zolawat di Jl. Dr. Wahidin No. 70, Noyontaan, Kota Pekalongan
sebagai tempat pengajian/majelis taklimnya.
Untuk memelihara jaringannya, Habib Luthfi juga
mempergunakan basis tradisi dalam Islam yaitu melalui Tablig.
Berbeda dengan majelis taklim yang merupakan pertemuan rutin dan
terarah dengan kurikulumnya, tablik merupakan sarana dakwah yang
tidak berlangsung terus menerus di satu tempat dan mengambil topik
khusus dalam dakwahnya. Tablig ini dilakukan dengan berpindah
tempat di majelis taklim-majelis taklim yang telah ia bentuk.
Proses tersebut di atas juga mengakibatkan Habib Luthfi menjadi
pusat dari jaringan, karena
basis umatnya menjadi
semakin besar. Disinilah
kemudian tampak bahwa ada
pembalikan kekuatan dari
desa ke kota, yang semula
Habib Luthfi membangun
kekuatan di desa kemudian
setelah kuat, baru kemudian
ia mengembangkan di kota.
Bentuk dari pembalikan alur
kekuatan kekota dapat dilihat dari tokoh-tokoh lokal didesa-desa
banyak yang hadir dalam pengajian/majelis taklim di rumah habib
Luthfi. Dan tokoh-tokoh lokal ini tidak hanya datang sendiri, tetapi
juga mengajak majelis taklimnya yang di desa, sehingga akses Habib
Luthfi terhadap umat semakin kuat dan posisi politik Habib Luthfi
semakin naik di Pekalongan hingga ke tingkat nasional. Banyak tokoh-
tokoh politik kemudian berusaha untuk dekat dengan Habib Luthfi
karena merupakan pusat dan memiliki posisi politik kuat dari jaringan.
Paling tidak dalam pengajian rutin yang dilakukan tiap malam
Jumat Kliwon, orang-orang yang hadir tidak hanya dari kota atau
Kabupaten Pekalongan, tetapi dari banyak kota di pulau Jawa, bahkan
banyak juga yang dari luar pulau seperti Lampung, Bengkulu, lombok,

104
Makasar, Kalimantan, dll tempat yang jauh. Mereka hadir untuk
mendengarkan pengajian secara langsung, dan bertemu dengan Habib
Luthfi untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapi.
Terbangunnya Simpul Habib Luthfi : Habib Luthfi Menjadi
Pusat Jaringan
Setelah menikah, Habib Luthfi beserta istri dan anak-anak
kemudian tinggal di rumah mertuanya. Melihat perkembangan dari
dakwahnya, sekitar tahun 2000 gedung Kenzus Sholawat mulai
dibangun di samping rumah mertuanya. Pengurus Kenzus Sholawat
pun kemudian terbentuk sehingga aktifitas pengajian mulai
meningkat2. Peningkatan aktifitas pengajian di gedung ini kemudian
mengakibatkan kegiatan-kegiatan pengajian yang sebelumnya
dilakukan di desa-desa mulai terkonsentrasi atau terpusat di tempat
tinggal Habib Luthfi. Hanya sesekali Habib Luthfi mengunjungi pusat-
pusat pengajian di desa-desa yang telah dia rintis. Selebihnya aktifitas
pengajian dan upaya merawat jemaah di desa-desa ini diperankan oleh
para kyai pembantu yang berada dilokal-lokal tersebut.
Dalam perkembangan tehnologi moderen3, pengajian Habib
Luthfi dapat dengan mudah tersebar dan mengakibatkan semakin
banyak umat yang mengenal Habib Luthfi dan menginginkan datang
secara langsung untuk mengikuti pengajian atau pun untuk bertemu
dengan Habib Luthfi untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup.
Tidak jarang umat-umat yang merasa cocok dengan pemahaman
keagamaan Habib Luthfi atau terselesaikannya persoalan-persoalan
yang dihadapi, kemudian secara rutin dan continue bertemu Habib
Luthfi lalu menjadi santrinya. Di kalangan umat yang bertemu dengan
Habib Luthfi, muncul berbagai kesan tersendiri bagi mereka. Ada
2 Wawancara dengan Kyai Zakaria. 3 Seperti melalui Youtube yang menayangkan pengajian-pengajian Habib Luthfi, webside Kenzus Sholawat yang memuat berita-berita seputar kegiatan-kegiatan, ceramah, dan pemikiran Habib Luthfi, serta jadwal atau rencana pengajian atau Maulid yang akan di isi oleh Habib Luthfi.

105
sebagaian umat yang menganggap bahwa Habib Luthfi merupakan
seorang ahli suluk (dukun) yang manjur dalam memberikan doa-doa
sehingga sukses dalam usaha atau dapat memberikan kesembuhan,
misalnya. Tetapi sebagian lagi umat yang setelah sering bertemu
dengan Habib Luthfi, tidak lagi hanya meyakini kekuatan suluknya saja
dengan wirid dan doa yang diberikannya, tetapi lebih dari itu. Habib
Luthfi diakui sebagai seorang sufi, guru mursid, dan guru sufi dengan
memiliki pengetahuan keagamaan Islam yang luas serta pengetahuan-
pengetahuan diberbagai bidang. Dengan demikian prasarana moderen
yang sengaja dibuat oleh orang-orang dekat Habib Luthfi,
mengakibatkan semakin berkembangnya jaringan yang tidak lagi
terbatas pada ruang local atau wilayah tertentu saja tetapi dapat meluas
hingga keberbagai tempat di Indonesia bahkan di luar negeri.
Relasi Habib Luthfi dengan dunia internasional juga kemudian
meluas setelah ia menjadi pusat. Beberapa tokoh dunia seperti presiden
Al-jazair Abdelaziz Bouteflika dan Almarhum Muhammad Kadafi
pernah berrelasi dengan Habib Luthfi. Relasi ini terjadi atas usaha dari
duta besar Indonesia untuk Al-jazair Alm. Haji Ahmad Na‟im Salim
sekitar tahun 2013. Namun relasi internasional yang paling dekat yaitu
dengan jaringan tarekhatnya yang kebanyakan dari Yaman tempat
dimana Habib Luthfi pernah menimba ilmu agama. Kedekatannya
adalah relasi antara guru dan murid, serta sesama pengikut tarekat.
Seperti dengan Umar bin Hafid, Habib Zeth bin Yahya, dan beberapa
tokoh dari tarekatnya yang terkadang berkunjung ke Pekalongan atau
terkadang bertemu di Jakarta ketika mereka berkunjung di Indonesia.
Dengan para habaib di Indonesia, Habib Luthfi juga masuk
dalam sebuah paguyuban para habaib yaitu Robitoh sebagai penasehat
ditingkat pusat di Jakarta. Robitoh ini merupakan sebuah paguyuban
habaib yang kegiatannya meliputi pengajian tertutup dikalangannya,
pengajian bersama yang terbuka untuk umum, gerakan sosial dan yang

106
terutama adalah menuliskan nasab-nasab nabi dari semua kalangan
habaib baik Syiah maupun Suni.4
Habib Luthfi dalam perkembangannya tumbuh sebagai pusat,
tidak hanya dalam satu jaringan saja, tetapi juga menjadi pusat dari
berbagai jaringan seperti jaringan ekonomi, Islam, politik, dan jaringan
lintas agama. Perkembangan ini tidak lepas dari keberadaan Kenzus
Sholawat dan pengurusnya, serta beberapa tokoh baik itu pelaku usaha,
kyai atau ulama, dan elemen lain dari masyarakat yang memiliki
kedekatan khusus dengan Habib Luthfi.
Salah satu contoh gambaran dari peran atau keberadaan Kenzus
Sholawat dalam menjadikan Habib Luthfi sebagai pusat yaitu gambaran
kedekatan Faizin seorang pengusaha dan sekaligus ketua pengurus
Kenzus Sholawat dengan Habib Luthfi. Kedekatan antara Faizin
dengan Habib Luthfi bermula di tahun 1994. Faizin yang ketika itu
masih bujang dan baru mulai merintis usaha datang ke Rumah Habib
Luthfi untuk meminta saran atas usaha dan doa. Merasa ada hasil dari
usaha yang di rintisnya, muncul adanya keyakinan akan Habib Luthfi.
Ia pun kemudian sering mengunjungi Habib Luthfi, baik untuk
bertemu secara langsung untuk memperlancar usahanya maupun
sekedar datang kerumahnya dan mendengarkan ceramah/pengajian
Habib Luthfi. Faizin juga seringkali hanya mendengarkan ketika ada
tamu yang bertemu dengan Habib Luthfi untuk berbagai persoalan.
Ada banyak hal yang ia pelajari dari hanya sekedar mendengarkan
habib memberikan saran pada tamu dan dari ceramahnya. Dengan
keberadaan Faizin yang sering berkunjung di rumah Habib Luthfi,
kedekatan dengan Habib Luthfi mulai terbangun. Pernah ketika
usahanya mengalami kemunduran, Habib Luthfi memberikan bantuan
dana untuk usahanya dan membangunkan relasi usaha dengan
kenalannya. Hingga suatu saat di tahun 1998, Habib Luthfi mengajak
Faizin untuk menemaninya pergi ke Jakarta, dan sejak itu Faizin
menjadi orang kepercayaan yang selalu ikut dan menemani Habib
4 Wawancara dengan Faizin.

107
Luthfi kemanapun Habib pergi. Orang yang hendak bertemu dengan
Habib Luthfi pun kemudian sering melakukan komunikasi dengannya.
Semakin dekatnya Faizin dengan Habib Luthfi, sehingga ia
sering juga berada di sekitar rumah Habib Luthfi. Di rumah Habib
Luthfi tidak hanya Faizin yang sering terlihat di rumah ini, tetapi ada
beberapa orang lain yang juga seperti dia seperti Samroni, H. Malik,
Romadon, dll. Mereka kemudian juga ikut membantu kalau ada
kegiatan di Gedung Kenzus Sholawat. Keterlibatan mereka dalam
membantu setiap acara dan kegiatan, membuat mereka dekat dengan
pengurus gedung Kenzus dan ketika pembentukan kepengurusan
pengurus Kenzus Solawat mereka sebagai generasi muda kemudian
diminta untuk duduk dalam susunan kepengurusan tersebut. Faizin
sejak tahun 2013 hingga sekarang menjabat sebagai ketua pengurus
Kenzus Sholawat. Ada tiga puluh orang yang duduk dalam
kepengurusan ini. Para pengurus tidak semuanya berdomisili di
Pekalongan, ada yang berdomisili di Jakarta, Solo, dan tempat-tempat
lain. Para pengurus ini merupakan orang yang dekat dengan Habib
Luthfi dan bersedia untuk turut mengatur dan mengelola tempat ini.
Tidak ada upah berupa uang yang diterima untuk melakukan pekerjaan
ini, dan bahkan tiap bulan mereka urunan untuk pengeluaran
pemeliharan gedung dan untuk pelaksanaan kegiatan atau aktifitas
rutin yang dilakukan di gedung ini seperti penyelenggaraan majelis
taklim, pengajian rutin malam Jumat Kliwon, dll. Bagi para pengurus
Kenzus Solawat, keterlibatan mereka dalam pendanaan bagi Kenzus
Sholawat tidak menjadi soal. Bagi para pengurus, yang sebagian besar
adalah pengusaha lokal yang bergerak di industri Batik, ikut mengatur
dan mengurus segala aktifitas keagamaan ini membawa berkah dan
ketenangan jiwa. Mereka bagaikan melakukan ibadah. Apalagi Para
Pengurus Kenzus Sholawat terbantukan dengan banyak umat yang
bersedia membantu. Seperti ketika hendak melakukan perawatan
gedung ada umat yang menyumbang cat, semen, dll.
Dalam jajaran pengurus Kenzus Sholawat, tidak semuanya
merupakan pengusaha, atau yang bergerak khusus dalam bidang agama.

108
Ada pula pengurus yang merupakan anggota TNI dan Polisi. Seperti
pak Agus yang merupakan Danramil Pekalongan dan Pak Maryono
yang merupakan pejabat Brimob Pekalongan. Mereka berdua juga
merupakan orang yang dekat dengan Habib Luthfi. Bahkan Pak Agus
sudah sangat dekat sejak tahun 1994 ketika ia bertugas di Pekalongan.
Dengan kedekatannya dengan Habib Luthfi, Pak Agus yang paling
paham dan dapat mengartikan sinyal yang diberikan oleh Habib Luthfi.
Seperti ketika pembicaraan tidak ingin didengar oleh orang Habib
selalu mengatakan dengan simbol-simbol dan ini yang biasanya
menerjemahkan adalah Pak Agus.
Dalam pengelolaan gedung dan kegiatan dari Kenzus Sholawat,
pengurus yang memikirkan segala hal baik itu terkait dengan kegiatan
keagamaan dan sosial, maupun perawatan gedung. Sedangkan Habib
Luthfi lebih banyak menyetujui apa yang di pikirkan oleh Pengurus
dan hanya sesekali memberi arahan jika dirasa ada yang perlu
utamanya terkait kegiatan keagamaan. Seperti jika menghendaki ada
pengajian di gedung atau acara majelis taklim yang di luar rutinitas.
Habib Luthfi kepada kepengurusan Kenzus Sholawat hanya
menyampaikan bahwa Kenzus Sholawat diharapkan dapat menjadi
mercusuar dari dakwah yang dilakukan5. Dalam tarekat Kenzus
Sholawat dapat dijadikan contoh bagi orang Islam di Pekalongan dan
sekitarnya, utamanya sebagai perekat umat dan masyarakat. Untuk itu
walaupun ada kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat seperti acara
Maulid yang dilakukan oleh masyarakat lokal suatu daerah, Kenzus
Sholawat tetap ikut terlibat dalam perencanaan.
Namun walaupun Habib Luthfi tidak turut mengatur kegiatan-
kegiatan Kenzus Sholawat, namun tetap ada dari pihak keluarga yang
ikut mengaturnya. Ia adalah menantunya Habib Luthfi yaitu Habib
Abidin. Peran Habib Abidin cukup sentral di beberapa tahun
belakangan, terutama dalam hal pengaturan kegiatan Maulid.
Seringkali, ketika Habib Luthfi berhalangan untuk datang untuk
mengisi acara Maulid. Habib Abidin yang menggantikan perannya.
5 Wawancara dengan Faizin.

109
Habib Abidin berasal dari Pamekasan-Pasuruhan, Jawa Timur. Ia
merupakan cucu dari Habib Abu Bakar bin Asegaf, Krakasan-
Purbolinggo, Jawa Timur, dan cucu langsung dari Syaich Jumadil
Kubro6, Gersik, Jawa Timur yang dianggap sebagai perintis dakwah
Islam pertama di tanah jawa7.
Dalam pengembangan menjadi pusat jaringan, Habib Luthfi
tidak pernah menolak siapapun yang akan mengunjunginya. Bahkan
menurut beberapa orang yang sangat dekat dengan Habib Luthfi,
seperti Kyai Zakaria dan Faizin, Habib Luthfi senang membangun
relasi dengan siapapun tidak memandang latar belakangnya (Suku, Ras,
Agama, kedudukan sosial, dll). Ia bisa menerima pejabat, pengusaha,
dll, tetapi juga bisa menerima orang dari kalangan yanng biasa, bahkan
yang dianggap sebagai “sampah” oleh masyarakat. Salah satu orang
yang dekat dengan Habib Luthfi menceritakan bahwa didepan gedung
Kenzus Sholawat sering ada banyak anak muda yang minum-minuman
berakohol, oleh Habib Luthfi tidak diusir dan bahkan tidak dinasehati
atau pun diajak untuk sholat. Habib Luthfi hanya mengajak bercakap
dan memberi uang kepada mereka untuk membeli makan. Tindakan
ini membuat para pemuda mendekat dengan Habib. Bahkan tampak
bahwa para pemuda jalanan ini bisa diarahkan oleh Habib Luthfi,
seperti kesediaan para pemuda ini untuk menyelenggarakan maulid.
Oleh Faizin, model dakwah Habib Luthfi dianalogikan sebagai bengkel
kendaraan dan Habib Luthfi merupakan tukang reparasi. Sebagai
tukang reparasi harus berani kena oli dan kotor. Sehingga Habib Luthfi
masuk kedalam berbagai situasi sebagai seorang sahabat, tidak
menjauhi dan menghindari.
Pengembangan jaringan dengan berbagai pihak tidaklah mudah
dilakukan. Tantangan tentu muncul dalam proses pengembangan
tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam melakukan pendekatan
dengan para pemuda jalanan tersebut banyak kyai/ulama yang tidak
setuju. Ini dapat dilihat dari penuturan anak-anak muda ini ketika
6 ibid 7 http://serinfoislam.blogspot.co.id/2012/02/syeikh-sayyid-djumadil-qubro.html

110
hendak menyelenggarakan maulid. Mereka ditolak dan merasa
direndahkan oleh beberapa kyai. Namun walaupun demikian jaringan
ulama dari Habib Luthfi, paling tidak yang dekat dengan Habib Luthfi
dapat membantu. Seperti ketika suatu malam saat penulis berkunjung
ketempat Kyai Zakaria di Pondok Pesantren Al-Mubarok,
serombongan anak muda berkunjung kerumah Kyai Zakaria. Mereka
mengeluhkan bahwa ada beberapa Kyai disekitar tempat yanng
rencananya akan digunakan untuk Maulid tidak berkenan menerima
mereka yang hendak meminta dukungan. Untuk berjabat tangan pun
beberapa kyai ini juga enggan. Disinilah peran kyai Zakaria sebagai
orang dekat Habib Luthfi turut memberi penguatan dan dukungan
kepada para pemuda ini. Atas dukungan ini, para pemuda ini menjadi
kembali percaya diri. Bahkan untuk tidak mendapat dukungan dari
beberapa kyai disekitar tempat yang akan diselenggarakan Maulid
tersebut. Mereka percaya bahwa ada dukungan dari ulama-ulama yang
dekat dengan Habib Luthfi. Para ulama yang lain, walaupun
bersebrangan dengan pemikirannya namun segan untuk menghentikan
niat mereka.
Dalam pengembangan Kenzus Sholawat sebagai pusat jaringan
Habib Luthfi, juga tidak lah selalu lancar dan tanpa tantangan. Begitu
juga dalam kepengurusan Kenzus Sholawat. Santri-santri selalu ada
yang baru dan ikut membantu dalam kepengurusan Kenzus Sholawat,
tetapi seringkali beberapa santri diantaranya setelah mengenal tokoh-
tokoh lain melalui interaksi ketika kunjungan mereka ke Habib Luthfi
pergi mengikuti tokoh lain. Sehingga terkadang posisi yang
sebelumnya terisi menjadi kosong dan ini terkadang menghambat
upaya untuk mengembangkan Kenzus Sholawat menjadi “corong
dakwah” Habib Luthfi. Seperti ketidak adaan orang untuk mengawal
webside Kenzus Sholawat selama dua tahun belakangan ini, yang
sebetulnya merupakan sarana dakwah yang juga sangat efisien diera
modern saat ini.

111
Perluasan Jaringan Habib Luthfi Dalam Bidang Ekonomi
Dari sisi ekonomi Habib Luthfi dapat dikatakan sebagai orang
yang berekonomi sangat baik atau dapat dikatakan kaya walaupun
dirinya bukan merupakan pengusaha. Kekayaannya dapat dilihat dari
rumahnya yang luas, besar dan megah, beberapa mobil yang bisa di
golongkan sebagai mobil mewah. Dulu di tahun 1997 hingga sekitar
tahun 2000, Habib Luthfi pernah mencoba untuk menjalankan usaha
kapal perikanan. Tetapi karena dirasa rugi, maka perusahaan ini
kemudian di tutup. Hingga saat ini Habib Luthfi tidak memiliki usaha,
begitu juga keluarganya baik itu istri, maupun anak-anaknya. Lalu dari
mana kekayaan yang Habib Luthfi peroleh?
Sebagian orang mengatakan bahwa kekayaan yang Habib
Luthfi miliki adalah merupakan “karomah” (berkat) dari Tuhan karena
Habib Luthfi bekerja untuk Tuhan. Habib Luthfi menerima banyak
sedekah dari umatnya, termasuk juga pengusaha-pengusaha. Ada
keyakinan dan kewajiban yang hidup dikalangan umat Islam untuk
bersedekah. Dalam melakukan sedekah, Umat Islam memiliki
keyakinan bila diberikan pada orang yang tepat (benar) maka akan
mendatangkan pahala yang besar. Salah satunya yaitu dengan
memberikan sedekah pada ulama yang nantinya akan diperuntukkan
bagi kebaikan. Atas dasar konsep ini maka banyak umat di waktu-
waktu tertentu akan memberikan pada ulama yang diyakini atau
dipercai akan mewujudkan bagi kebaikan (termasuk dalam hal
perluasan dan pengembangan agama Islam itu sendiri).
Habib Luthfi sebagai seorang tokoh yang memiliki akses kepada
kekuatan politik masyarakat dan menjadi pusat, secara sadar atau tidak
jaringan yang semula merupakan jaringan keagamaan kemudian
berkembang dan memiliki fungsi ekonomi bagi dia. Baik itu sebagai
sumber maupun sebagai alat penghubung bagi perkembangan ekonomi
bersama.
Salah satu hal yang menyebabkan hal ini terjadi karena
jaringan keagamaan terwarnai dengan aktor-aktor yang memiliki multi

112
jaringan yang bergerak di dunia usaha/ekonomi. Tetapi juga karena ada
inisiatif dari Habib Luthfi untuk mengembang jaringannya untuk
fungsi ekonomi.
Inisiatif atau kesengajaan dalam mengembangkan fungsi
jaringan ini tampak dalam campurtangan Habib Luthfi dalam berbagai
aktifitas ekonomi. Salah satunya seperti ketika pembangunan IBC
(Internasional Batik Center) pada tahun 2012 di Wiradesa. Menurut
beberapa pengusaha batik yang membuka kios di IBC, IBC dibangun
atas inisiatif dari Habib Luthfi. Tujuannya adalah untuk memberi
tempat bagi para pengusaha Batik lokal untuk bisa masuk dalam pasar
internasional.
Inisiatif Habib Luthfi dalam pembangunan IBC, juga tampak
dari usaha Habib Luthfi untuk menghubungi pengusaha bernama
Gunawan dari Jakarta untuk mendukung pendanaannya. Gunawan
merupakan pengusaha Thionghoa non muslim yang dulu menjadi
pemilik PT. Dufantek di Pekalongan, tetapi karena perusahaan ini tidak
menguntungkan kemudian mengalihkan kosentrasi usaha tektilnya di
daerah Kerawang, Cipitung dan beberapa tempat lain di daerah Jawa
Barat dan Jakarta.
Melalui berbincangan antara Habib Luthfi dengan Gunawan
gedung bekas pabrik PT. Dufantek yang terbengkelai dia bangun ulang
dan digunakan untuk gedung IBC. Menarik untuk di catat bahwa para
pengusaha atau pedagang batik lokal yang menempati kios dalam
gedung ini kebanyakan adalah pedangan yang dekat dengan Habib
Luthfi. Mereka di arahkan oleh Habib Luthfi untuk membuka usaha di
tempat ini. Walaupun tentu juga ada pedagang yang tentu saja atas
inisiatif sendiri karena melihat peluang, tetapi peran Habib Luthfi
untuk juga turut mengatur dan mengarahkan para pengusaha itu untuk
berdagang di tempat ini cukup besar. Tidak mudah untuk
mengarahkan pengusaha batik untuk berjualan di tempat ini, karena di
Pekalongan sudah ada beberapa pasar grosir yang jauh lebih dulu ada
dan telah memiliki kemapanan pasarnya.

113
Di IBC ini Habib Luthfi juga membentuk sebuah paguyuban
bagi para pedagang yang dikenal dengan BPD (Badan Perwakilan
Duta). Duta merupakan istilah yang digunakan Habib Luthfi untuk
menyebut orang-orang yang memiliki kios di IBC. Kepengurusan BPD
IBC dipegang oleh Fauzin sebagai ketua yang merupakan tangan kanan
Habib Luthfi. Dengan posisi yang dimiliki oleh Fauzin, perngarahan-
pengarahan dan kepentingan-kepentingan dari Habib Luthfi mudah
untuk ditransfer pada para pedangang yang ada di IBC ini.
Dalam pengembangan jaringan ekonomi, Habib Luthfi selain
dengan Gunawan, ditingkat nasional ada beberapa pelaku ekonomi lain
yang ia kenal seperti Hari Tanoesoedibjo presiden direktur MNC Group
(salah satu perusahan besar di Indonesia), pejabat-pejabat pusat dari
Bank-bank seperti BNI, BCA, Hartono seorang pengusaha Muslim yang
saat ini sedang berupaya untuk membangun Islamic center dengan
miniature 99 masjid dunia di Bogor, dan beberapa pengusaha nasional
lainnya. Namun walaupun Habib Luthfi membangun jaringan dengan
aktor-aktor ekonomi di tingkat nasional, ia juga tetap mengembangkan
jaringan ekonomi di tingkat lokal. Justru tampaknya Habib Luthfi lebih
mengutamakan untuk mengembangkan jejaringnya di tingkat lokal,
baik dengan para pengusaha Tiongha maupun Muslim pribumi. Hal ini
tentu saja terjadi karena seringnya perjumpaan dengan para pengusaha
ini dalam berbagai acara di Pekalongan ketimbang dengan pengusaha
nasional. Pengusaha tionghoa diantaranya seperti Soleh Dahlan pemilik
apotik Asri, Tiong Bing seorang pengusaha yang tinggal di seberang
jalan rumah Habib Luthfi, Harianto seorang pengusaha wallet,
pengusaha teh Bandrol, dan masih banyak lagi. Dengan pengusaha
muslim, kebanyakan dari mereka adalah para santrinya. Seperti Faizin,
Haji Malik, Samroni dan Romadhon, pedagang batik tradisional yang
juga merupakan santri-santri yang dipercaya oleh Habib merupakan
kekuatan bagi beliau untuk memelihara posisinya sebagai pusat
kekuatan. Bahkan untuk mengembangkan jaringan ini Habib Luthfi
juga tidak segan-segan untuk membantu modal hingga jutaan rupiah
kepada beberapa orang untuk memulai usaha. Hal ini karena, seperti
yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, di Pekalongan

114
pengusaha lokal, atau yang dikenal dengan istilah “pronggok”, memiliki
pengaruh yang cukup kuat dalam masyarakat. Tidak hanya dari sisi
perkembangan ekonomi masyarakat, tetapi juga politik.
Selain kedekatan dengan para pengusaha yang merupakan
santrinya, Habib Luthfi memiliki kedekatan dengan banyak pengusaha
Pronggok di kabupaten Pekalongan. Hal ini tampak dari kehadiran
Habib Luthfi dalam maulid yang di selenggarakan oleh para npronggok
ini. Seperti yang terjadi pada bulan november tahun 2015, misalnya,
Habib Luthfi diundang oleh para pengusaha pronggok Wira Desa,
Kabupaten Pekalongan. Ini tidak hanya sekali tetapi merupakan
kegiatan yang tiap tahun Habib lakukan dengan para pengusaha
pronggok di wilayah ini.
Relasi dengan para pengusaha ini juga terbangun karena Habib
Luthfi merupakan tempat rujukan bagi umat yang hendak sukses dalam
usaha. Habib Luthfi memiliki kemampuan spiritual dan pengetahuan
tentang dunia ekonomi sebagai modal dalam membangun relasi ini.
Pengetahuan ekonomi ia terbekali dari pertukaran pengetahuan
dengan beberapa pakar dan pelaku ekonomi, diantaranya seperti Hari
Tanoe, Abdulrohim Abdulah, Anwar Nasution, dll yang datang
menemuinya. Sehingga dengan modal pengetahuan tentang duani
ekonomi ia bisa memberikan nasehat kepada umat yang membutuhkan
dan mulailah ada hubungan kedekatan.
Namun walaupun Habib Luthfi membangun jaringan dengan
dunia ekonomi melalui kedekatan dengan para pengusha non muslim,
Habib Luthfi masih menjaga jarak dengan mereka berbeda dengan para
pengusaha yang merupakan santri-santrinya. Dengan pengusaha non
muslim, terlebih dengan pengusaha ditingkat nasional, relasi memang
tidak begitu dekat. Hal ini terjadi karena banyak dari pengusaha ini
juga terlibat dalam dunia politik, yang tentu saja bisa membuat posisi
Habib Luthfi dalam membangun relasi dengan berbagai pihak bisa
terkendala. Selain itu Habib Luthfi tetap menjaga agar tidak ada
pandangan bahwa ia mencoba mencari keuntungan materi melalui
pembangunan relasi atau mengembangkan jaringan ekonomi. Sikap

115
kehati-hatian ini penting untuk dilakukan agar keyakinan akan sosok
Habib Luthfi sebagai seorang sufi tidak pudar. Seperti, Habib Luthfi
tidak menerima keuntungan material dari usahanya membuka IBC.
Habib Luthfi maupun keluarganya juga tidak ada yang memiliki usaha
atau toko di tempat ini. Kepercayaan masyarakat akan ke-sufi-an Habib
Luthfi memegang peranan penting agar kewibawaannya tidak
memudar.
Perluasan Jaringan Habib Luthfi dalam arena Politik
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya diatas, sebagai
tokoh panutan, Habib Luthfi memiliki akses besar pada kekuatan
politik umat/masyarakat. Namun oleh umat Habib Luthfi dipandang
sebagai seorang sufi yang tidak memikirkan hal-hal yang bersiafat
duniawi termasuk politik. Hal ini ditunjukkan oleh Habib Luthfi dalam
pengajian taklim maupun tarekat tidak pernah menganjurkan umat
untuk mengikuti salah satu partai politik atau kandidat tertentu. Habib
Luthfi menjaga kebebasan politik umat tetapi juga penulis melihat
bahwa ini juga merupakan cara untuk menjaga agar keberadaannya
dapat di terima oleh berbagai pihak. Tentu ini dilakukan sebagai upaya
mempertahankan posisinya sebagai seorang yang dipandang oleh umat
sebagai seorang sufi.
Akan tetapi disisi yang lain sebagai seorang yang hidup di
tengah masyarakat, Habib Luthfi juga tidak bisa menghindar dari
keterlibatan politik. Habib luthfi juga harus mempertahankan
keberadaannya ditengah politik melalui strategi-strategi yang
dibangunnya. Sehingga walaupun Habib Luthfi didepan umatnya
menampakkan diri sebagai orang yang tidak memihak pada pihak
tertentu, tetapi terhadap santri-santri atau orang-orang yang dekat
dengan beliau ada instruksi khusus yang tidak bisa dipublikasikan. Ada
keterbatasan penyebaran informasi yang hanya beredar didalam
jaringannya. Informasi-informasi ini biasanya diberikan oleh Habib
Luthfi disaat malam ketika diskusi-dikusi terkait politik dengan orang

116
yang dekat dengannya. Siapa yang terlibat dalam percakapan ini juga
terbatas. Tidak semua santri diundang olehnya untuk mendapatkan
informasi ini. Informasi yang diberikan biasanya seputar penyikapan
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya yang dikeluarkan
oleh presiden, pilihan calon atau kandidat yang sesuai untuk didukung
beserta dengan strategi yang perlu dilakukan, dll terkait dengan
dinamika politik yang berkembang. Cara penyebaran informasi ini
telah dilakukan sejak jaman Soeharto/Orde Baru hingga kini.
Sebagai misal di tingkat lokal terkait dengan kandidat calon
walikota dan wakil walikota di tahun 2015 yang baru saja terlaksana.
Walau terbuka dengan tiga calon walikota yang sedang bersaing, yang
ditunjukkan dengan diundangnya semua calon dalam perhelatan ulang
tahun Habib Luthfi, namun secara diam-diam dalam instruksi terhadap
orang-orang dekatnya baik itu santri atau kyai atau pengusaha ada
instruksi untuk lebih memberi dukungan pada salah satu calon.
Menurut beberapa orang dekat Habib Luthfi ini dilakukan karena
melihat ada peluang untuk berbagi kekuatan dan melakukan
pengawalan dalam menjalankan pemerintahan.
Dengan akses kekuatan politik pada masyarakat, Habib Luthfi
mau tidak mau menjadi daya tarik bagi partai-partai atau pelaku politik
praktis. Beliau sering di dekati banyak pihak untuk mendapatkan
melakukan sharing kekuatan politik. Mulai dari tokoh politik nasional
seperti Soeharto, Susilo Bambang Yudoyono, Jusuf Kala, Prabowo, Gus
Dur, Megawati, dll hingga ke bupati. Kedekatan dengan tokoh-tokoh
politik baik nasional maupun lokal ini mulai terjadi sekitar tahun 90‟an
ketika Habib Luthfi mulai membangun pusat dakwah di Kota
Pekalongan. Namun khusus dengan Gus Dur, menurut beberapa orang
yang dekat dengan Habib Luthfi, kedekatannya sudah terjalin sejak
berkiprah di NU. Habib Luthfi yang tidak pernah membedakan dan
menerima siapapun dalam berelasi, membuat habib luthfi juga dekat
dengan pemerintah dan partai politik sehingga membuat nama beliau
seringkali terpampang dalam setiap perhelatan kampanye dari partai
Golkar di era orde baru.

117
Menurut beberapa orang yang sangat dekat dengan Habib
Luthfi, sikapnya terbuka dengan pemerintah sering mendapat
pertentangan dikalangan banyak ulama NU. Khususnya di saat orde
baru atau sekitar tahun 1994 hingga tahun 1998 ketika Habib Luthfi
terjun didunia politik dan berafeliasi pada partai Golkar, yang ketika
itu mayoritas ulama/kyai Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan,
Batang, hingga Semarang, berafiliasi politik pada PPP (Partai Persatuan
Pembangunan).
Paling tidak ada empat hal yang melatar belakangi sikap atau
keputusan Habib Luthfi dalam mengambil langkah untuk terjun
kedunia politik dan berafeliasi pada Golkar. Pertama, agar NU
mendapatkan ruang untuk berdakwah dari penguasa pada saat itu.
Kedua, agar NU tidak menjadi alat mobilisasi partai politik (PPP)
setelah kembali ke Qitah. Ketiga, sebagai perwujudan dari salah satu
tugas NU untuk memiliki akses pada pemerintah sebagai upaya
mengawal pelaksanaan pemerintahan menuju pemerintahan yang
baik. Keempat, sebagai upaya untuk melakukan pembelajaran politik
pada umat, dimana di era Orde Baru banyak umat Islam yang
berpandangan bahwa seorang Islam yang taat harus memilih PPP dan
tidak membedakan antara agama dan partai politik.8
Sebenarnya walaupun Habib Luthfi terbuka dengan pihak
pemerintah atau pejabat tetapi relasinya sebenarnya tidak begitu dekat.
Ia sering kali tampak menjaga jarak dengan mereka. Ada kehati-hatian
Habib Luthfi dalam berelasi, sehingga jika arah politik berubah Habib
Luthfi tetap bisa bertahan dalam posisinya dan membuka relasi dengan
pihak lain. Menurut beberapa orang yang dekat dengan Habib Luthfi,
sering kali para pejabat atau pelaku politik menawarkan sesuatu, seperti
kesiapan hendak mendukung pembangunan pondok pesantren di lahan
miliknya di salah satu wilayah di Kabupaten Pekalongan. Habib Luthfi
tidak menerima tawaran tersebut dengan alasan-alasan yang halus
seperti belum siap untuk mengelola pondok, dll. Selain itu, terkadang
Habib Luthfi sengaja tidak menemui atau menghindar sementara untuk
8 Wawancara dengan Fauzin.

118
ditemui oleh pejabat-pejabat tertentu. Menurut cerita, pernah seorang
pejabat dari Jakarta yang datang khusus menemui Habib Luthfi dan
telah menunggu beberapa hari tetap tidak bisa bertemu. Terkadang
Habib Luthfi menemui pejabat diruangan umum dimana banyak juga
umat yang ada di tempat tersebut, sehingga pembicaraan tidak khusus.
Namun bila Habib Luthfi merasa penting untuk bertemu dengan
pejabat yang berkunjung di rumahnya, Habib Luthfi akan menemui
pejabat tersebut di ruang khusus yang terletak di lantai dua atau
bahkan di ruang yanng lebih khusus di lantai tiga di ruang keluarga
dimana hanya tamu-tamu tertentu saja yang akan di terima di tempat
ini.
Sikap kehati-hatian ini Habib Luthfi dimainkan agar posisi
sebagai pemuka agama tidak turun dan akses terhadap kekuatan politik
tetap terjaga. Apalagi beliau merupakan ketua tarekat yang diharapkan
berprilaku sebagai sorang sufi yang sudah meninggalkan kepentingan-
kepentingan duniawi dan lebih memperhatikan upayanya mencari
jalan pada Tuhan. Menurut cerita Faizin pada tahun 1997 ketika terjadi
pertikaian antara Golkar dan PPP yang menimbulkan kerusuhan di
Pekalongan, pada hari pecahnya kerusuhan Habib Luthfi sejak pagi
hari telah mengundang santri-santri dan kyai/ulama yang dekat dengan
dia ke rumahnya. Khususnya para santri utama dan kyai yang tinggal di
wilayah Buaran yang menjadi pusat kerusuhan. Habib Luthfi
menyarankan kepada mereka untuk sementara waktu berada
dirumahnya tidak usah ikut dalam kampanye Golkar yang rencananya
akan diselenggarakan di Pondok Pesantren Al-Qur'an "KH Syafii"
Kradenan (dekat wilayah Buaran) tablig akbar yang dihadiri oleh Ny.
Siti Hardiyanti Rukmana (Ketua DPP Golkar), KH Zaenuddin MZ,
Rhoma Irama dan Ustad Choril Amar.
Habib Luthfi, menurut Faizin yang ketika itu selalu bersama
Habib Luthfi menceritakan bahwa Habib luthfi melalui diskusi terus-
menerus dengan beberapa pihak sebelum kejadian, sehingga bisa
melihat potensi kerusuhan semakin besar. Hampir tiap malam, Habib
Luthfi berbincang-bincang dengan para santri dan berbagai pihak

119
seputar politik baik di aras lokal maupun nasional. Kedekatan dengan
para tokoh nasional seperti Gus Dur (sebelum menjadi presiden), juga
menyumbang pemahaman sebagai bahan analisa pribadi terhadap
dinamika sosial yang terjadi. Benar saja, pada saat itu ketegangan sudah
mulai terasa sejak pagi hari. banyak warga yang berkumpul-kumpul di
sepanjang jalan kawasan Jalan Urip Sumohardjo sepanjang 5 km, dan
meliputi desa-desa dan perkampungan Jenggot, Buaran, Banyuurip
Alit, Banyuurip Ageng, Ponolawen, Pringlangu, Simbangkulon dan
Kelurahan Kradenan di wilayah Kodya Pekalongan, sampai memasuki
Desa Kertijayan di wilayah Kabupaten Pekalongan. Beberapa anggota
Banser dan santri yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut secara
bergantian datang kerumah Habib untuk melaporkan perkembangan
situasi di daerah Kerusuhan.
Dalam melihat perkembangan sosial politik nasional, Habib
Luthfi sering bertukar pikiran dengan aktor-aktor politik Nasional
seperti dengan Gus Dur, Megawati, dan lain-lain. Diskusi seputar
dinamika politik yang berkembang ini dilakukan Habib Luthfi ketika
berkunjung ke Jakarta dan menyempatkan diri untuk bertemu dengan
tokoh-tokoh nasional ini. Tetapi juga terkadang diskusi dilakukan
ketika tokoh-tokoh nasional tersebut datang berkunjung di
Pekalongan.
Salah satu yang tampak nyata dari relasinya dengan Gus Dur
sejak berkiprah di NU, yaitu Habib Luthfi terlibat dalam awal
pemikiran untuk merespon situasi dimana banyak tokoh-tokoh NU
tidak mendapatkan ruang dalam partai PPP dan upaya NU dalam
pembentukan sebuah partai yang saat ini dikenal dengan partai PKB
(Partai Kebangkitan Bangsa). Pergumulan tentang pembentukan partai
PKB sudah dilakukan sejak akhir periode orde baru, sebagai upaya
penyebaran kekuatan Islam khususnya NU dalam politik. NU sebagai
salah satu kekuatan besar Islam, tampaknya telah menjadi sarana
kekuatan yang dimainkan oleh partai PPP. Kontrol terhadap NU oleh
partai ini, dianggap telah sangat kuat dengan kurangnya tempat bagi
tokoh-tokoh NU dalam partai PPP untuk mengawal warga NU,

120
sehingga seruan kembali ke kitah mendapat perlawanan cukup kuat
dari partai PPP.
Di Era Reformasi, terbukanya peluang bagi kemunculan
banyak partai, membuat NU Pusat menginstruksikan agar cabang-
cabang NU di daerah-daerah membentuk PKB. Di Pekalongan, Habib
Luthfi merupakan salah satu tokoh NU yang turut memperjuangkan
terbentuknya PKB bersama dengan beberapa tokoh kyai Pekalongan
lain seperti Alm. Kyai Gufron Anip, Alm. Kyai Mudzakir, dll. Hingga
terdeklarasikannya PKB Kota Pekalonga di pesantrennya Kyai
Mudzakir. Perjuangan Habib Luthfi tidaklah mudah, faksionalisasi
antar ulama terjadi sangat kuat sejak saat awal gagasan pembentukan
PKB melalui NU mulai diintroduksikan. Berbeda dengan dinamika
politik di tingkat nasional yang dirasakan bahwa tokoh-tokoh NU tidak
memiliki tempat di partai PPP yang di dominasi dari kelompok-
kelompok lain, di pekalongan banyak tokoh-tokoh NU yang
menduduki posisi penting di partai PPP. Namun perlu di catat bahwa
ketika proses deklarasi PKB ini dimulai, proses menguatnya relasi
antara Habib Luthfi yang semula bertentangan dengan beberapa kyai
PPP karena dirinya Golkar terjadi.
Dengan keluarnya NU dari PPP yang diwujudkan dengan
pembentukan partai PKB, Jaringan NU Pekalongan yang sebelumnya
memiliki ikatan yang kuat antara aktor didalam organisasinya terpecah.
Pecahnya jaringan NU menjadi dua kelompok yang bersebrangan
antara yang menghendaki pembentukan PKB dan yang menentang
pembentukan PKB. Pertarungan inilah yang kemudian memunculkan
peristiwa kerusuhan tahun 1998 di Pekalongan.
Perseteruan antara dua kubu sangat kuat, hingga ada kyai atau
ulama yang mengatakan “ora NU-NUan sing penting Islam” (tidak usah
ikut NU yang penting Islam). Relasi antar aktor terputus bahkan ada
beberapa aktor yang hingga kini relasinya belum baik dan berlanjut
pada keturunan-keturunannya. Seperti relasi Habib Luthfi dengan Kyai
Nawir, seorang kyai PPP, yang hingga meninggalnya Kyai Nawir tidak
ada kontak diantara mereka. Namun situasi ini memang tidak bisa di

121
jadikan titik acuan, karena relasi diantara aktor yang semula
bersebrangan karena persoalan partai ini ada yang kemudian relasi
diantaranya membaik, tetapi juga ada yang walaupun bersebarang
partai relasinya tetap baik. Seperti relasi Habib Luthfi dengan Kyai
Tohir bin KH Abdul Fatah yang merupakan tokoh kuat PPP dikala
perpecahan ini terjadi. Kyai Tohir yang putus relasinya dengan Habib
Luthfi karena partai, di tahun 2005 di saat-saat akhir hayatnya
menyempatkan diri untuk berkomunikasi melalui telpon dengan Habib
Luthfi dan meminta maaf atas kesalahannya selama ini. Kontak yang
singkat melalui telpon ini merupakan langkah untuk terjadi rekonsiliasi
dan memperbaiki relasi antar aktor. Tidak hanya yang bersangkutan
saja tetapi juga diantara aktor-aktor lain disekitarnya. Bagi umat Islam,
meminta maaf dan berdamai sebelum meninggal adalah sebuah
kewajiban, sehingga dalam kasus ini, upaya membangun kembali relasi
berhasil dilakukan. Relasi antara keluarga Kyai Tohir dengan Habib
Luthfi mulai kembali terjadi.9
Sedangkan relasi yang tetap baik walau bersebrangan partainya
yaitu relasi antara Habib Luthfi dengan Kyai Anshor (Tokoh PPP dan
merupakan Ayah Kyai Zakaria). Konon menurut Kyai Zakaria, relasi
antara Kyai Anshor dengan Habib Luthfi dimulai dari sama-sama
berguru eliyak (Imam Gozali) yang merupakan ajaran tasawuh di Mbah
Kyai Abdul Fatah Tohir-Kradenan (Ayah Kyai Tohir/Tokoh PPP)
bersama Kyai Tohir. Kyai Abdul Fatah Tohir tidak membedakan afiliasi
politik dari murid-muridnya, dan memberi kebebasan kepada murid
muridnya untuk menentukan pilihan afiliasi politik. Pilihan Habib
Luthfi untuk masuk ke Golkarpun di kuatkan oleh Kyai Abdul Fatah,
agar dapat membimbing keagamaan umat Islam yang ada di Golkar.
Hal ini lah yang menjadikan relasi antara Kyai Tohir, Kyai Anshor
dengan Habib Luthfi tetap baik walaupun berbeda afiliasi politik. Hal
ini di buktikan ketika meningkatnya ketengangan politik, baik itu
antara golkar dengan PPP atau PPP dengan PKB (ketika itu
pemahaman masyarakat partai dan agama tidak dapat dipisahkan),
9 Wawancara dengan Fauzin

122
Habib Lutfhi tidak diserang atau pun menyerang Kyai Tohir atau Kyai
Anshor. Bahkan ketika konflik tersebut memanas, Kyai Anshor dan
Habib Luthfi masih saling berkunjung. Dan karena memanasnya suhu
politik itu, Habib Luthfi di terpa isu selingkuh, Kyai Anshor yang
membela dengan mengatakan kepada jemaahnya untuk tidak termakan
isu yang belum tentu benar, sebebab kalau tidak benar maka umat akan
menanggung dosa melakukan fitnah. Dan kalaupun isu itu benar,
karena dia ini kyai atau ulama maka akan bertobat dan dosanya akan
diampuni, sedangkan umat yang menggunjingnya tetap akan berdosa.
Habib Luthfi, dalam upayanya membentuk dan memperkuat
PKB, walau Habib Luthfi tidak serta merta berada di barisan terdepan.
Namun Habib Lutfhi melalui jaringan yang ia miliki diarahkan untuk
kepentingan penguatan PKB. Habib Luthfi yang ketika di masa Orde
Baru dekat dengan orang-orang di Golkar, memasukkan beberapa
orang yang punya kekuatan politik di aras lokal untuk mendukung
usaha penguatan PKB. Salah satunya yaitu dengan menjadikan Bulet
(nama panggilan) seorang tokoh Pemuda Pancasila yang mempunyai
pengaruh dikalangan para “preman” terminal Kabupaten Pekalongan,
untuk duduk menjadi anggota dewan dari partai PKB. Kedekatan
antara Habib Luthfi dan Bulet sudah terbangun sejak Orde Baru, ketika
Bulet aktif di Pemuda Pancasila dan sering berkunjung ke rumah Habib
Luthfi untuk urusan terkait Golkar.
Dalam wawancara dengan Bulet, Bulet sebenarnya enggan
ketika pengurus PKB memintanya untuk mencalonkan diri sebagai
anggota dewan dari partai PKB. Bulet merasa jiwanya sebagai Pemuda
Pancasila masih kuat, dan tidak bisa ditinggalkan. Hanya karena Habib
Luthfi secara personal memintanya, Bulet kemudian bersedia dengan
syarat ia tidak diharuskan meninggalkan Pemuda Pancasila.
Dengan demikian, tampak bahwa Habib Luthfi punya
kedekatan dan memiliki pengaruh kuat terhadap para aktor lintas
latarbelakang atau jaringan. Tidak hanya dalam jaringan NU atau PKB
atau ulama atau santri saja tetapi juga aktor yang berasal dari kelompok
dan jaringan lain seperti Bulet yang bukan dari kelompok santri.

123
Namun apakah dengan gambaran diatas mengindikasikan
bahwa aktor yang kuat dalam jaringan keagamaan atau Islam
tradisional dapat serta merta mengarahkan jaringannya kepada sebuah
partai politik? Dalam beberapa studi tentang aktor kyai dan
pengaruhnya pada masyarakat, Kyai sebagai aktor yang dominan dapat
menentukan arah politik dari umatnya sebagi modal sosial yang
dimilikinya. Dimasa orde lama, orde baru hingga awal reformasi,
pengaruh kyai terhadap umat sangat besar sehingga bisa dikatakan
demikian. Sangat tampak bahwa umat mengikuti apa yang menjadi
pilihan dari Kyai atau ulama sebagai sumber informasi. Di masa-masa
ini Kyai seperti Kyai Tohir dan Kyai Nawir yang cukup sentral dalam
kancah perpolitikan melalui partai PPP dapat mengarahkan umatnya
untuk mendukung Partai PPP. Kyai atau ulama dianggap mememiliki
pengatahuan untuk menentukan partai mana yang baik sehingga
kemudian di ikuti oleh umat/santrinya. Namun apakah saat ini juga
demikian yang terjadi? Dimana mulai muncul banyak partai politik,
pendidikan yang semakin maju dan perkembangan pendidikan politik
semakin sering dilakukan pada masyarakat. Banyaknya pihak-pihak
yang mengintroduksikan demokrasi dan pendewasaan pada para
pemilih melalui berbagai seminar dan bentuk sosialisasi lainnya.
Perkembangan ini lah yang kemudian menjadikan masyarakat lebih
maju dalam menyikapi politik dan menjadikannya pengimbang bagi
kekuatan yang didasarkan pada kekuatan primordial.
Pada pemilihan presiden tahun 2014, dimana ada dua pasangan
calon yang bersaing untuk menduduki kursi keprisidenan. Antara
pasangan Joko Widodo dengan Jusuf Kala dan pasangan Prabowo S
dengan Hata Rajasa. Habib Luthfi yang teridentifikasikan oleh
masyarakat sebagai pendukung pasangan Prabowo-Hatta tidak berhasil
untuk memenangkan pasangan ini di Pekalongan. Justru sebaliknya
perolehan terbanyak di menangkan oleh pasangan Jokowi dan Jusuf
Kala yang didukung oleh umat Nahdiyin dibawah PKB.
Bagi sebagian orang menilai bahwa kekalahan pasangan
Prabowo-Hatta di Pekalongan menunjukkan pengaruh Habib Luthfi

124
Salah seorang kyai memimpin umat untuk
menyanyikan lagu Indonesia Raya
yang kurang besar di Pekalongan dan menandakan bahwa
pengaruhnya besar di luar kota Pekalongan. Tetapi sebenarnya ini
merupakan strategi Habib Luthfi untuk tetap mempertahankan posisi
beliau sebagai seorang sufi atau tokoh agama yang dengan
pertimbangannya lebih penting untuk di jaga. Ini tampak dari tidak
pernahnya Habib Luthfi membicarakan persoalan pemilu atau kandidat
tertentu dalam pengajian maupun dikalangan tarekatnya. Habib Luthfi
hanya memberikan intruksi pada santri atau kyai yang sangat dekat
dengan beliau saja untuk melakukan gerakan dibawah tanah untuk
mewujudkan dukungannya pada pasangan ini. Habib Luthfi sadar jika
beliau terlalu memaksakan jaringan umat yang ia miliki pada satu
kandidat, kemungkinan untuk terjadi faksionalisasi dalam jaringan NU
akan sangat besar dan akses politiknya pada umat akan memudar.
Perluasan ke Jaringan Lintas Iman
Untuk memperluas jaringan Lintas Iman, Habib Luthfi
mempergunakan beberapa cara. Cara-cara tersebut diantaranya yaitu
memanfaatkan tablig maulid untuk kembali merekatkan umat dan
menyatukan masyarakat Pekalongan. Kegiatan maulid yang tak hanya
dilakukan sekali, seperti
biasanya diselenggarakan oleh
masyarakat pada umumnya.
Maulid yang diselenggarakan
di banyak tempat dengan
mengundang baik dari
kalangan muslim maupun non
muslim. Banyak kelompok non
muslim yang bersedia hadir
dalam acara yang digelar oleh
Habib. Memang serangkaian kegiatan maulid yang diinisiasi habib
bertujuan agar masyarakat bisa saling bertemu, saling bertegur sapa,
dan menjalin komunikasi kembali yang sempat terputus karena
peristiwa kerusuhan yang sempat terjadi. Ideologi atau selogan NKRI

125
harga mati selalu di tekankan dalam tablik maupun bentuk-bentuk
pengajian lainnya, sebagai upaya mengingatkan dan menumbuhkan
rasa cinta tanah dan persatuan. Lagu Indonesia Raya yang jarang
dinyanyikan dalam acara pengajian, dalam pengajian yang Habib Luthfi
selenggarakan lagu ini menjadi wajib dinyanyikan. Ini merupakan
upaya merekatkan kembali hubungan-hubungan masyarakat yang
sempat renggang, termasuk hubungan antara kelompok muslim dan
non muslim, orang pribumi dan non pribumi sebagai masyarakat
Indonesia. Selain itu Habib Luthfi ingin menanamkan kembali pada
kaum santri bahwa NU sebagai salah satu pilar bangsa yang telah ikut
dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.
Selain melalui acara Maulid, Habib Luthfi bersama beberapa
tokoh agama dan aktivis-aktivis muda yang memiliki kepedulian yang
sama juga membentuk sebuah forum lintas agama yang di namakan
Forum Panutan. Forum Panutan ini lahir paska kerusuhan tahun 1999.
Habib Luthfi tidak membentuk forum ini sendiri, ada aktor lain
yang turut berperan dalam pembentukan ini. Salah satu tokoh (aktor)
lainnya yang menginisiasi forum ini adalah Almarhum Zurkoni.
Seperti yang telah di uraikan dalam bab sebelumnya, Zurkoni
merupakan aktivis muda yang menaruh perhatian pada persoalan-
persoalan sosial.
Forum lintas agama yang diprakarsai oleh Habib Luthfi ini
diberi nama “Panutan”. Nama “Panutan” dipilih karena yang hadir
dalam forum adalah para pemuka agama yang diharapkan dapat
menjadi panutan bagi umatnya dalam menciptakan kedamaian di
tengah masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh forum ini adalah
membangun dialog diantara tokoh elit dari agama-agama yang ada di
Pekalongan. Acara seremonial acap kali mewarnai kegiatan forum ini,
seperti hadir dalam perayaan-perayaan keagamaan, saling
menggunjungi satu dengan yang lain, menghadiri acara pemerintah
secara bersama-sama, dll. Acara seminar-seminar baik di tingkat lokal
seperti seminar tentang “Stop Kekerasan Atas Nama Agama”, maupun
melibatkan kelompok interfaith dari daerah-daerah lain juga pernah

126
dilakukan. Seperti sarasehan yang penulis pernah ikuti yaitu Forum
Sarasehan Umat Beriman (FSUB)10 Se-Jawa Tengah yang pernah
diselenggarakan di Pekalongan pada tahun 2004.
Tema dari sarasehan Forum Sarasehan Umat Beriman di
Pekalongan11 ketika itu yaitu “Mencari Kedamaian Dalam Pemilu
2004; Peran Agama Sebagai Pembawa Damai Bagi Umat”. Selama dua
hari sarasehan di adakan di gedung Kenzus Solawat. Sebuah gedung
yang diperuntukkan untuk tempat Habib Luthfi melakukan pengajian.
Di dalam gedung ini tidak ada perabotan rumah seperti kursi dan meja,
hanya karpet yang menutupi lantai. Hanya saat itu, di satu sudut
gedung, dekat dengan pintu penghubung antara rumah dan gedung
diberi kain hijau untuk menyekat sudut ruangan tempat para tokoh
agama akan tidur diruang tersebut.
Tokoh agama tidur tidak beralaskan kasur empuk dan ruangan
berAC. Tokoh-tokoh agama dari berbagai agama dan daerah tidur di
ruangan terbuka ini bersama-sama. Sehingga suara dengkuran dapat
10 FSUB saat ini sudah berubah nama menjadi forum SOBAT. Forum ini merupakan gerakan lintas iman yang diprakarsai aktor-aktor dari tiga institusi, yakni Wisma Santri Edi Mancoro, Deputat Keesaaan Sinode GKJ (Gereja Kristen Jawa), dan Lembaga Percik Salatiga. SOBAT muncul dari hasil diskusi dan refleksi aktor-aktor ketiga institusi tersebut atas perkembangan situasi sosial masyarakat Indonesia terutama pada masa akhir dan pasca kekuasaan rezim Orde Baru. Pada saat itu, masyarakat rentan terhadap segregasi institusional dan individual antar agama dan etnis, yang ditandai oleh kekerasan dan konflik di berbagai daerah. Refleksi tersebut atas perkembangan situasional sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, maka ketiga aktor yang mempunyai kesamaan pemikiran bersepakat untuk membuat forum lintas iman sebagai upaya menjembatani jurang-jurang perbedaan itu. Kehadiran SOBAT merupakan bagian dari upaya serupa yang sudah dijalankan oleh sejumlah lembaga-lembaga lain. Berdasarkan pergaulan dengan lembaga-lembaga itu serta pengalaman Sobat sendiri, maka program Sobat dilakukan dengan pendekatan dan performance kinerja yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (l) Menekankan proses dengan mulai menciptakan persahabatan antar tokoh agama di tingkat lokal sebagai proses awal; (2) Mengembangkan atau merumuskan isu-isu di tingkat lokal bersama. Menganalisanya dan mencari solusi bersama berdasarkan prinsip isu lokal dirumuskan dan diatasi bersama berdasar sumber-sumber lokal; (3) Memperkuat gerakan lokal pada tingkat grassroot dalam usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan lokal itu 11 Pekalongan merupakan salah satu simpul dari 32 simpul FSUB / Sobat yang menyebar di Jawa Tengah.

127
Habib Luthfi saat berbincang-bincang dengan
para Pendeta Belanda dan Imam Turki
terdengar, percakapan dan candaan hingga larut malam harus diterima
sebagai cerita penghantar tidur. Tetapi disinilah makna pertemuan ini.
Tokoh agama yang dulu tidak saling kenal mulai mengenal dan mulai
cair. Selain memberi ruang untuk saling mengenal, sarasehan juga
diseting agar dapat menghayati kehidupan keagamaan di tempat itu.
Dalam perjalanannya Forum Panutan telah mampu membuat
relasi antar tokoh agama yang sebelumnya kaku menjadi relasi yang
cair. Mereka dapat mengenal satu sama lain bahkan secara mendalam
hingga ke tradisi masing-masing agama. Bahkan ada ungkapan canda
dari seorang Kyai di Pekalongan yang mengatakan bahwa NU sama
dengan Katolik, dan Kristen Protestan sama dengan Muhamadiyah. NU
kuat dalam beralkuturasi dengan budaya lokal sedemikian juga Katolik.
NU menggunakan tasbih dalam berdoa demikian juga Katolik yang
menggunakan rosario. Muhamadiyah tidak beralkulturasi dengan
budaya seperti halnya Protestan.
Dalam kecairan hubungan dapat ditunjukkan Seperti Pdt.
Yohanes yang merupakan pendeta dari GBI-Rambutan Pekalongan
sering berkunjung ke rumah Habib Luthfi baik itu sekedar berkunjung
karena ada undangan untuk berkunjung dan main orgen bersama,
maupun jika ada persoalan seperti pendirian rumah ibadah atau
persoalan lain yang menyangkut relasi antar agama.
Selain tokoh agama
para pengusaha Cina juga
sesekali mengunjungi Habib,
untuk berbincang-bincang
membangun kedekatan perte-
manan. Dalam wawancara
dengan Pdt Yohanes dari GBI-
Rambutan Pekalongan, beliau
menceritakan bahwa ada
seorang pengusaha besar etnis
Tinghoa yang punya kedekatan
dengan Habib Luthfi. Pengusaha ini bernama Soleh Dahlan, pemilik

128
apotik Asri di daerah Pasar Banjarsari. Pengusaha ini pernah
berkunjung ke Habib Luthfi untuk memperjuangkan teman sekolahnya
bernama Purnomo Yusgiantoro yang merupakan mentri pertahanan di
era keprisidenan SBY (Susilo Bambang Yudoyono) untuk tetap
diposisinya. Habib Luthfi membantu Soleh Dahlan dengan meminta
secara langsung Presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk tetap
mempertahankan Purnomo Yusgiantoro sebagai mentri pertahanan,
dan usaha ini berhasil.
Sayang secara formal forum Panutan ini tidak berjalan lagi
setelah Zurkoni meninggal ditahun 2007 akibat kecelakaan. Pertemuan
rutin yang menggunakan nama Panutan tidak pernah terselenggara
lagi. Namun relasi antara individu tetap terjadi hingga saat ini, dan
telah terbukti dalam menyelesaikan beberapa ketegangan yang muncul
dimasyrakat melalui perbincangan informal.