BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN...

67
55 BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KELAPARAN DALAM KONTEKS MDG’s DI INDONESIA: PERSPEKTIF KEAMANAN MANUSIA Bagian berikut ini akan memaparkan mengenai analisis terhadap upaya pelaksanaan pencapaian Indonesia terhadap tujuan pertama MDG’s, yaitu “penanggulangan kemiskinan dan kelaparan” dilihat dengan perspektif keamanan manusia dari UNDP. Sebagaimana telah didiskusikan dalam pasal sebelumunya bahwa UNDP meluncurkan gagasan keamanan manusia dengan fokus perhatian kepada keamanan bagi setiap individu dari berbagai ancaman yang semakin meluas. Acaman baik yang bersifat langsung (kejahatan dan kekerasan) maupun yang bersifat tidak langsung (underdevelopment,..). Dengan penekanan kepada ancaman tidak langsung seperti halnya dalam tujuan pertama MDG’s yang menyangkut persoalan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, UNDP memakai model pembangunan manusia untuk mengatasinya. Dengan asumsi bahwa pemerintah yang harus bertanggung jawab pertama atas keamanan masyarakat (meskipun tidak hanya pemerintah tetapi ada juga peran penting para LSM dan mitra-mitra lain), upaya pemerintah Indonesia dalam

Transcript of BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN...

Page 1: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

55

BAB V

UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KELAPARAN DALAM

KONTEKS MDG’s DI INDONESIA: PERSPEKTIF KEAMANAN MANUSIA

Bagian berikut ini akan memaparkan mengenai analisis terhadap upaya

pelaksanaan pencapaian Indonesia terhadap tujuan pertama MDG’s, yaitu

“penanggulangan kemiskinan dan kelaparan” dilihat dengan perspektif keamanan

manusia dari UNDP.

Sebagaimana telah didiskusikan dalam pasal sebelumunya bahwa UNDP

meluncurkan gagasan keamanan manusia dengan fokus perhatian kepada keamanan

bagi setiap individu dari berbagai ancaman yang semakin meluas. Acaman baik yang

bersifat langsung (kejahatan dan kekerasan) maupun yang bersifat tidak langsung

(underdevelopment,..). Dengan penekanan kepada ancaman tidak langsung seperti

halnya dalam tujuan pertama MDG’s yang menyangkut persoalan kemiskinan

ekstrim dan kelaparan, UNDP memakai model pembangunan manusia untuk

mengatasinya.

Dengan asumsi bahwa pemerintah yang harus bertanggung jawab pertama

atas keamanan masyarakat (meskipun tidak hanya pemerintah tetapi ada juga peran

penting para LSM dan mitra-mitra lain), upaya pemerintah Indonesia dalam

Page 2: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

56

menurunkan tingkat kemiskinan ekstrim dan kelaparan, terkait dengan keempat

pertanyaan Baldwin dapat dianalisis dalam bagian-bagian berikut.

5.1. Security for whom?

Pertanyaan ini menunjukan siapa yang seharusnya diamankan? Dalam kasus di

sini keamanan manusia khususnya keamanan ekonomi dan keamanan pangan diberikan

atau disediakan tentu untuk masyarakat Indonesia, terutama penduduk yang hidup di

bawah garis kemiskinan nasional. Mereka yang belum memiliki stantar hidup yang

layak, terancam kelaparan dan kesehatan yang buruk, sehingga kapasitas da

kreativitasnya pun rendah, artinya mereka belum mempunyai kesejahteraan dan

kebebasan, atau juga keamanan manusia. Sebagaimana yang telah dilihat di atas mereka

merepresentasikan11,66% penduduk (2012). Dan juga dikatakan bahwa indeks

keparahan kemiskinan menurun tetapi tidak terlalu jelas berkurangnya sampai berapa

dan apakah orang yang berada di bawah garis kemiskinan sudah makmur.

5.2. Security for what values?

Dalam pertanyaan kedua ini nilai yang ingin dilidungi dari berbagai ancaman

adalah, secara umum keamanan pribadi, kesejahteraan dan kebebasan individu

(personal safety, well being dan individual freedom), dan secara rinci keamanan

ekonomi dan keamanan pangan masyarakat (people economic and food security),

sebagai dua unsur dari keamanan manusia. Kedua unsur tersebut dapat dilihat dalam

Page 3: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

57

upaya pencapaian sasaran MDG’s pertama, dimana kemiskinan ekstrim dan kelaparan

ingin diatasi dengan meningkatkan atau memperbaiki pendapatan masyarakat,

produktivitas tenaga kerja, pekerjaan informal, kekurangan asupan kalori pada

masyarakat dan kekurangan gizi pada balita. Untuk Indonesia, khususnya sudah terlihat

umumnya perbaikan sejak MDG’s diluncurkan. Hal ini bermaksud bahwa setiap

kebijakan pemerintah dan pelaksnaannya untuk memperbaiki pendapatan dan

meminimalisir tingkat kelaparan rakyat akan berkontribusi memberikan keamanan

ekonomi, dan keamanan pangan secara bertahap.

5.3. Security from what threats?

Ancaman yang terkait dengan tujuan pertama MDG’s adalah ancaman dari

kemiskinan dan kelaparan. Data untuk Indonesia yang telah dipaparkan

memperlihatkan bahwa masih ada banyak orang yang hidup dalam keadaan kelaparan

dan kemiskinan, hal itu tidak berhenti di situ, tentu keadaan seperti ini menimbulkan

masalah kesehatan, membuat kapasitas dan kemampuan berkarya rendah, yang pada

gilirannya mengakibatkan kualitas sumber daya yang rendah. Secara rinci ancaman

tersebut mencakup ketidakamanan ekonomi (economic insecurity), dan kerawanan

pangan (food insecurity atau malnutrition).

Page 4: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

58

5.3.1. Ancaman ketidakamanan ekonomi (Economic insecurity)

Ketidakamanan ekonomi yang mangacamkan kehidupan masyarakat muncul

dari berbagai faktor. Di Indonesia faktor-faktor tersebut antara lain adalah seperti yang

dibahas berikut:

a) Pengangguran (unemployment), karena kurang lapangan kerja produktif

dibandingkan dengan permintaan masyarakat, dan juga karena keterbatasan intelektual

masyarakat oleh karena kurang pendidikan atau skills. Dikatakan bahwa kesempatan

atau lapangan kerja adalah sama dengan jumlah penduduk usia 15 keatas yang memiliki

pekerjaan dan jumlahnya pada tahun 2013 mencapai 114,02 juta orang. Sementara

tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 5,92% penduduk usia kerja atau 7,17 juta

orang1. Maksudnya penanggur 7 juta orang tersebut berada di bawah ancaman

kemiskinan ekstrim dan sudah tidak memiliki keamanan karena tidak bisa hidup dalam

standar hidup yang layak. Tentunya pekerjaan yang membawa penghasilan yang stabil

dan cukup merupakan awal dari kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan

darsanya, baik yang bersifat makanan ataupun yang non makanan (perumahan,

pendidikan, jaminan kesehatan,..).

Selain pengangguran, termasuk ancaman juga adalah faktor makro ekonomi lain

seperti tingkat inflasi yang tinggi (Desember 2012 sebesar 4,30% dan naik 5,57% pada

1Menurut Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI, 6 Mei 2013.

Page 5: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

59

April 2013)2, dan keadaan resesi atau krisis ekonomi, yang pernah terjadi di Asia

(1997-1998) berdampak secara signifikan kepada situasi ekonomi dan sosial Indonesia.

Namun setelah itu pertumbuhan ekomomi Indonesia membaik dan kemiskinan kembali

dapat diturunkan.

b) Pekerjaan tidak terjamin (Insecure jobs) juga merupakan ancaman dalam

keadaan ekonomi keluarga, individu dan masyarakat, dimana jam kerja dan

pembayaran tidak teratur. Khususnya Indonesia memiliki jumlah pekerja tidak terjamin

di sektor informal yang sangat tinggi. Umumnya mereka adalah pekerja dengan tingkat

pendidikan yang rendah karena tidak pernah tamat sekolah atau karena meninggalkan

sekolah lebih awal, mereka tidak mempunyai keterampilan sehingga mudah

dieksploitasi dan diintimidasi. Menurut Badan perencanaan pembangunan nasional,

mereka bekerja di bawah kondisi yang tidak pasti dimana tidak ada aturan kerja formal,

tidak memiliki akses kepada benefit atau perlindungan sosial, dan juga mereka lebih

beresiko dalam siklus ekonomi. Pekerja rentan ini sangat sensitif gender oleh karena

pekerja tidak dibayar khususnya pekerja keluarga banyak didominasi oleh perempuan3.

Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut status pekerjaan utama digambarkan

sebagai berikut:

2Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) dari Bank Indonesia diambil dari

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/ diakses pada 20-05-2013 3Laporan MDG’s 2011, hal 25.

Page 6: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

60

Gambar 5.1: Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas menurut status pekerjaan utama

(juta orang)

Sumber: BPS Februari 2013 (diolah)

Kegiatan formal dan informal dapat diketahui menurut status pekerjaan

penduduk yang bekerja. Pekerja formal di Indonesia hanya terdiri dari Buruh-

Karyawan-Pegawai dan pekerja dibantu tetap yang merepresentasikan 45,6 juta orang

atau 39,98%. Sementara pekerja pada kegiatan informal mencakup pekerja berusaha

sendiri, yang berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, dan di non

pertanian, serta pekerja keluarga tidak dibayar. Mereka merepresentasikan 68,4 juta

orang atau 60,02%.

Melihat tingginya pekerja di kegiatan informal ini menimbulkan pertanyaan

mengenai kualitas sumber daya manusia di Indonesia, bahwa ternyata walaupun

mengalami perbaikan (pada Februari 2013 dicatat kenaikan pekerja formal sebesar 3,5

juta orang, dan penurunan pekerja informal 2,3 juta orang 4), masih tetap banyak orang

4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

19.14

19.38

4.03 41.56

5.00

6.42

18.49

Berusaha sendiri

Berusaha dibantu buruh tidak tetap

Berusaha dibantu buruh tetap

Buruh/karyawan/pegawai

Pekerja bebas di pertanian

Pekerja bebas di non pertanian

Pekerja keluarga/tak dibayar

Page 7: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

61

yang memiliki keterampilan yang rendah dan masuk dalam sektor ini. Hal itu tidak bisa

lepas dari kualitas pendidikan dan tingkat pendidikan yang ditamakan masyarakat.

Sebagian besar pekerja di Indonesia hanya tamat sekolah hingga sekolah dasar, setelah

itu baru yang tamat sekolah menengah pertama dan atas. Pekerja lulusan dari perguruan

tinggi masih relatif rendah, maka tidak heran kalau angka kegiatan informal sudah

melebihi setengah dari total pekerja karena orang mencari pekerjaan dengan

kemampuan yang sangat terbatas dibandingkan dengan keterampilan yang dibutuhkan

di lapangan kerja. Berikut ini gambar memperlihatkan kesenjangan tingkat pendidikan

populasi yang memiliki pekerjaan (dalam juta orang):

Gambar 5.2 : Jumlah penduduk usia15 tahun ke atas yang bekerja menurut

pendidikan ditamakan

Sumber: BPS 2013 (diolah)

c) Salah satu ancaman yang terlihat di Indonesia sebagai negara berkembang juga

adalah ketimpangan pendapatan (Income Inequality) yaitu ketimpangan dalam

distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok

masyarakat berpenghasilan rendah, antara daerah tertinngal dan daerah perkotaan,

wilayah yang terjangkau berbagai infrastruktur dan fasilitas perbankan untuk

54.62

20.29 17.77 10.18

3.22 7.94

0

10

20

30

40

50

60

SD Ke Bawah Sekolah

Menengah

Pertama

Sekolah

Menengah

Atas

Sekolah

Menengah

Kejuruan

Diploma

I/II/III

Universitas

Page 8: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

62

mendukung perekonomian, dan yang terpencil. Ketimpangan pendapatan ini diukur

dengan standar klasik Gini coefficient, dimana koefisien untuk Indonesia semakin

meningkat: 0.32 (2005); 0.37(2008); 0,41 (2011)5. Hal ini mengawatirkan karena ketika

koefisien Gini semakin mendekati angka 1, itu berarti bahwa pendistribusian

pendapatan sangat tidak merata, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun

mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan, hanya menguntungkan

golongan atas dengan pendapatan tinggi yang jumlahnya sedikit. Kenyataan di

Indonesia menunjukan, seperti yang dijelaskan lebih di atas bahwa kesenjangan

pembangunan antar provinsi, dan antara kota dan desa merupakan isu utama dalam

penanggulangan kemiskinan nasional. Pada tahun 2010 misalnya terlihat bahwa 82,4%

dari total PDB Indonesia dikuasai pulau Jawa (termasuk Jakarta) , Bali dan Sumatera,

dimana sebagian besar kegiatan ekonomi dan penduduk terkonsentrasi di Jawa. Selain

itu Jawa merupakan sumber utama bahan baku dan faktor produksi lainnya, dan

merupakan juga pasar utama untuk penjualan produk6.

Penyebab yang membuat ketimpangan pendapatan parah di Indonesia adalah7:

5 Tren peningkatan ketimpanan (Gini rasio) di Indonesia oleh Kementerian PPN/ Kepala Bappenas

Desember 2012 6 Data dari Bulletin of Indonesia Economic Studies, Vol.48, No.1, 2012: 7-31.

7Menurut pengamatan Nugroho dalam Penyebab ketimpangan distribusi pendapatan dan cara

mengatasinya” diambil dari http://nugroho-sbm.blogspot.com/2012/11/penyebab-ketimpangan-

distribusi.htmldiakses 18-05-2013.

Page 9: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

63

Pertama ketimpangan distribusi asset, terutama terjadi dalam sektor pertanian

dimana sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit, dan hanya sebagian kecil

memiliki lahan luas. Jika diperhatikan misalnya hasil sensus pertanian terakhir

tahun 2003 dalam tabel berikut ini jumlah rumah tangga yang memiliki tanah di

bawah 1ha merepresentasikan hampir 75% pengusaha tani dengan total lahan

pertanian nasional sebesar 17.377.475 ha.

Sumber: Sensus Pertanian 2003, BPS.

Dengan lahan yang sempit tentu pendapatan petani relatif kecil, bahkan tidak layak.

Selain itu terlihat juga ketimpangan pembagian asset pada akses usaha kecil

menengah kepada kredit dibandingkan dengan usaha besar. Maksudnya terdapat

kesulitan mengajukan kredit bagi usaha kecil yang tidak memiliki agunan

dibandingkan dengan usaha yang relatif matang dan mampu memberikan jaminan.

Kedua adalah banyaknya pekerja informal yang berpenghasilan rendah. Dengan

investasi yang semakin padat pada teknologi produksi, perusahaan lebih memilih

untuk memakai alat-alat produksi yang canggih dan efisien sehingga kesempatan

kerja berkurang, dan dengan demikian banyak yang cenderung bekerja di sektor

Tabel 5.1 : Jumlah rumah tangga petani menurut luas lahan

dikuasai

Golongan luas lahan (ha) Jumlah rumah tangga

< 0,50 ha 14.028.589

0,50 ha – 0,99 ha 4.578.053

1,00ha – 1,99 ha 3.460.406

>= 2 ha 2.801.627

Page 10: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

64

informal. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dahulu mampu menyerap pekerja baru

sebesar 400.000 orang, kini hanya sekitar 200.000 orang.

Ketiga adalah bertumbuhnya sektor jasa (perdagangan, keuangan,..) yang mampu

menyerap tenaga kerja hanya dengan jumlah kecil dibandingkan degan industri

manufaktur atau produksi dalam sektor pertanian.

Ada juga antara lain ketidaksesuaian kebijakan pemerintah mengenai alokasi

subsidi energi (bahan bakar minyak dan listrik) yang kurang tepat sasaran. Dalam

anggaran pemerintah setiap tahun subsidi tersebut sangat besar, pada tahun 2011

misalnya subsidi untuk bahan bakar mencapai sebesar Rp 165.2 triliun8 namun

lebih dinikmati kelompok masyarakat menengah ke atas, bagaimana dengan orang-

orang di perdesaan yang tidak memiliki kendaraan dan yang tidak terjangkau

listrik? Pencabutan subsidi ini tentu akan menimbulkan dampak sosial yang

signifikan sebab bisa melonjak harga barang di pasar, maka pemerintah harus

berhati-hati sekali. Namun pada sisi yang lain jika pemerintah mempertahankanya

hanya bagi kelompok yang tidak mampu, sebagian besar dari anggaran untuk

subsidi dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai program perlindungan

sosial dan pembangunan infrastruktur sehingga lebih bermanfaat untuk

kepentingan rakyat dan akan menurunkan ketergantungan populasi kepada subsidi

tersebut.

8Op.cit Bulletin of Indonesia Economic Studies.

Page 11: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

65

d) Selain itu, significant loss of assets yang bisa mengakibatkan penurunan

signifikan pendapatan rumah tangga merupakan ancaman yang sering terlihat di

Indonesia. Dengan sering terjadinya bencana alam banyak orang mengalami kehilangan

rumah, atau kerusakan lahan pertanian dan gagal panen, misalnya juga usaha dan

pekerjaan penduduk terganggu karena daerah tinggalnya kebanjiran. Hal ini tentu

tergantung banyak faktor terutama perubahan iklim oleh karena pencemaran

lingkungan hidup, atau juga karena pengelolahan sampah yang tidak memadai.

Faktor-faktor tersebut mengakibatkan ancaman kemiskinan yang mendasar bagi

masyarakat, dan persoalan ini tidak bisa lepas dari ancaman kelaparan atau malnutrisi

juga karena keamanan pangan sangat bergantung kepada keamanan ekonomi rakyat.

5.3.2. Ancaman Kerawanan Pangan (Food Insecurity)

Ancaman krisis pangan dapat dilihat dari kekurangan ketersediaan pangan dan

aksesibilitas masyarakat terhadap pangan (inadequacies in terms of food availability

and food entitlement), dan juga masalah keberlanjutan atau kestabilan dari ketersediaan

dan akses (long term food availability and food entitlement). Pada dasarnya terdapat

dua tipe kerawanan pangan yakni kerawanan pangan kronis (chronic food insecurity)

dan kerawanan pangan sementara atau siklik (transitory or cyclical food insecurity):

a) Kerawanan pangan diakatakan kronis ketika ada kekurangan makanan dalam

jangka panjang atau terulang-ulang, dapat disebut juga reapeated food shortages yang

dikarenakan kurang akses, fisik maupun secara ekonomi terhadap pangan akibat

kemiskinan. Keadaan kerawanan pangan kronis diperkirakan masih tinggi di Indonesia

Page 12: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

66

karena faktor kemiskinan, jika dilihat dari berbagai kenyataan seperti dijelaskan di atas:

kurang pembangunan di wilayah pedesaan, kegiatan usaha dengan high income terpusat

di kota, akses terbatas kepada asset pertanian dan kredit, pekerjaan informal, kualitas

sumber daya rendah, pendapatan tidak stabil dan tidak terjamin. Kenyataan tersebut

menunjukan keadaan banyak orang yang hidup di bawah kemiskinan dan ancaman

kelaparan karena tidak bisa mengakses kepada pangan yang cukup dan sesuai

kebutuhan, terutama proporsi tertinggi berada di lima provinsi termiskin yaitu Maluku

Utara, Papua, Papua Barat, Maluku, Kalimantan Timur, dan NTT.

b) Sementara kerawanan pangan siklik adalah akibat guncangan mendadak.

Keamanan pangan di Indonesia dapat dikatakan sangat terguncang oleh bencana alam,

fluktuasi harga, keadaan konflik, dan persoalan distribusi.9 Indonesia merupakan negara

kedua di Asia Tenggara setelah Filipina yang sangat rentan terhadap bencana alam

yang menimbulkan masalah malnutrisi. Berbagai daerah di Indonesia terancam gempa,

letusan gunung berapi, tanah longsor, dan terutama banjir serta kekeringan yang

merupakan sumber kerawanan pangan.

Sejak tahun 1974 wilayah seperti Jambi, Sumatera selatan, Riau, Aceh, Jawa

tengah, Jawah timur, Sulawesi utara, Sumatera utara, Jawa barat serta Sulawesi selatan

terkena malnutrisi sebab setiap tahun banjir selalu terjadi (dengan intensitas curah hujan

yang tinggi). Misalnya pada tahun 2004 banjir tersebut menghilangkan 60 ribu ton

9 Penjelasan berdasarkan Wayan Rusastra dkk, Working paper No. 101, 2008: “The Impact of Support to

Imports on Food Security in Indonesia”

Page 13: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

67

produksi panen, sementara kekeringan mengakibatkan kerugian 8 ribu ton panen.

Diperkirakan bahwa kekeringan di Indonesia mengakibatkan kerugian produksi padi

sebesar 50 ribu hectar per tahun. Sementara banjir banyak disebabkan oleh deforestasi

terutama terjadi di Sulawesi selatan.

Contoh lain juga adalah terjadinya tsunami pada tahun 2004 di Aceh dan

Sumatera utara, peristiwa tragis yang meninggalkan ratusan ribu orang tanpa asset dan

harus hidup dalam kerawanan pangan yang parah. Dengan demikian faktor bencana

alam merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi sisi ketersediaan (supply)

pangan di Indonesia dan menimbulkan masalah malnutrisi di berbagai wilayah.

c) Pada sisi yang lain, terggangunya ketersediaan secara otomatis berdampak

kepada harga pangan dan akan terjadi flukutuasi harga. Pada masa subur (tanpa

kekeringan) misalnya harga akan cenderung menurun, dan pada masa kekeringan yang

panjang harga pagan akan naik, dan petani miskin, orang miskin dengan pendapatan

rendah serta orang di golongan menengah pun akan melihat daya belinya berkurang dan

sulit memperoleh makanan. Jadi perubahan iklim selalu menyebabkan ketidakstabilan

harga, dan hal itu merupakan ancaman kepada keamanan pangan masyarakat.

d) Salah satu Faktor yang menimbulkan kerrawanan pangan masyarakat juga

adalah terjadinya konflik sosio-politik, dengan berbagai kekerasan dan bisa sampai

mengakibatkan pengungsi internal. Misalnya konflik di Poso, Sulawesi tengah (1992-

2001) menyebabkan migrasi massal yang terpaksa mengusi di daerah lain dan tinggal di

tempat pengungsian (yang belum tentu layak), dan juga terpaksa mencari pekerjaan

Page 14: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

68

untuk bertahan hidup. Konflik di Maluku dan Maluku Utara pada tahun 1999-2002

menghabiskan hampir 5.000 nyawa dan mengakibatkan sepertiga dari penduduk

menjadi pengungsi. Ada juga konflik lain seperti di Papua dan Aceh10

. Kondisi seperti

ini membuat banyak orang hidup dalam kelaparan, dan trauma, dan sirkulasi bantuan

pangan pun sulit karena keparahan kekerasan yang terjadi.

e) Faktor lain yang menyebabkan kerawanan pangan di Indonesia adalah persoalan

distribusi pangan menginat luasnya wilayah Indonesia dan produksi pangan pokok

(beras dan jagung) sangat bervariasi antara provinsi dan antara pulau. Provinsi dengan

kemampuan memproduksi beras paling banyak misalnya pada tahun 2011 adalah

sebagai tabel berikut:

Tabel 5. 2: Produksi beras di beberapa daerah tahun 2011

Lokasi 2011

Jawa Barat 11.633.891

Jawa Timur 10.676.543

Jawa Tengah 9.391.959

Sulawesi Selatan 4.511.705

Sumatera Utara 3.607.403

Sumatera Selatan 3.384.670

Lampung 2.940.795

Sumatera Barat 2.279.602

Nusa Tenggara Barat 2.067.137

Kalimantan Selatan 2.038.309 Sumber: Basis data Statistik Pertanian. Department Pertanian

10

The Indonesian Institute of Sciences, Current Asia and the Centre for Humanitarian Dialogue

2011.Conflict Management in Indonesia – An Analysis of the Conflicts in Maluku, Papua and Poso.

Page 15: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

69

Produksi beras lebih tinggi di pulau Jawa, baru disusul olah Sulawesi dan Sumatera.

Provinsi lain selain yang dilihat di atas hanya memproduksi beras kurang dari satu juta

ton per tahun. Di situ terdapat tantangan karena cabang-cabang distribusi kurang atau

karena memang infrastruktur masih minim dan tidak memungkinkan pangan sampai

kepada daerah terpencil dan kekurangan. Selain itu di kota pun bisa ada kendala dalam

distribusi pangan karena kerusakan jalan atau infrastruktur yang terbatas, seperti terlihat

di Sumatera tengah (Sumatera bagian tengah meliputi Sumbar, Riau, Jambi dan

Kepulauan Riau), pasokan pangan terganggu karena sebagian besar jalan nasional dan

jalan provinsi rusak. Inflasi harga pagan justru dipicu oleh tidak adanya infrastruktur

memadai dan rangkaian distribusi yang cukup11

.

f) Tingginya konsumsi masyarakat Indonesia terhadap pangan pokok beras

merupakan persoalan yang mengancamakan keamanan pangan nasional dalam jangka

panjang. Ketergantungan penduduk kepada pangan pokok beras sangat tinggi namun

ketersediaan lahan pertanian terus berkurang akibat konversi lahan dan pertumbuhan

penduduk sebesar 1,49% per tahun pada sisi yang lain. Menurut Badan ketahanan

pangan kedua hal tersebut merupakan salah satu masalah dalam pembangunan

ketahanan pangan Indonesia12

. Lahan pertanian semakin mengecil karena terjadinya

konversi lahan, sensus pertanian 2003 menunjukan total luas konversi lahan sawah

selama tahun 2000-2002 adalah sebsar 563.000 ha atau sekitar 188.000 ribu ha per

11

http://wartaekonomi.co.id/berita10076/bi-kerusakan-infrastruktur-ganggu-pasokan-pangan-di-sumatra-

bagian-tengah.htmldiakses pada 21-05 13 12

www.badanketahananpangan.com/html/dialog-publik-a0.html diakses pada 27-05-2013.

Page 16: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

70

tahun13

. Konversi lahan pertanian biasanya dilakukan untuk pembangunan infrastruktur

publik, perumahan, kawasan industri atau kawasan perdagangan, sehingga produksi

pangan menurun dan berdampak pada supply pangan dalam negeri. Di sini terdapat

juga kelemahan dalam diversifikasi makanan terutama sosialisasi pola makan yang

mendorong konsumsi bahan lain selain beras, misalnya ubi, jagung, sagu di daerah

papua.

g) Selain faktor-faktor domestik ancaman kerawanan pangan banyak bergantung

pula kepada dinamika situasi ekonomi internasional. Contohnya crisis pangan dunia

tahun 2007-2008 disebabkan oleh volatilitas harga komoditas pertanian karena

pertumbuhan konsumsi dunia terhadap komoditas pertanian yang melampaui skala

produksi dunia (konsumsi untuk manusia, hewan dan biofuel, terutama komoditi

gandum dan jagung), ada juga faktor perubahan iklim di berbagai negara membuat

banyak panen gagal. Misalnya harga gandum di pasar internasional melonjak hingga

181% selama 3 tahun, harga kedelai naik rata-rata 87% , beras naik 74%, dan jagung

naik rata-rata 31% dibandingkan tahun 2007.14

Selain krisis pangan, tahun 2008

ditandai oleh krisis keuangan yang berasal dari Amerika Serikat (krisis kredit

perumahan) mengakibatkan krisis ekonomi dunia, dan juga kenaikan harga minyak di

13

Diambil dari Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor.Warta penelitian dan

pengembangan pertanian Vol. 27.No 6.2005; dan Forum penelitian agro-ekonomi Vol.23.No 1 juillet

2005.

14

Budi Winarno 2011. Krisis Pangan Dunia dalam Isu-isu Global Kontemporer.

Page 17: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

71

pasar internasional oleh karena berbagai spekulasi dan ketidakstabilan di negara-negara

produsen minyak.

Kenaikan harga internasional sangat mempengaruhi keamanan pangan

masyarakat dunia (bakhan menyebabkan kerusuhan dan aksi protes di berbagai negara)

karena harga pangan semakin naik, dan populasi semakin rentan, khususnya di negara-

negara berkembang seperti Indonesia. Indonesia masih banyak bergantung kepada

berbagai komoditas impor untuk memenuhi kebutuhan domestik. Indonesia mengimpor

barang seperti beras, kedelai, susu, jagung, terigu, gula, garam, daging sapi, bawang

merah, cabai dan buah-buahan. Barang dengan ketergantungan impor yang tinggi

adalah gandum, kedelai, daging sapi, jagung dan susu. Pada tahun 2012 misalnya

kekeringan yang terjadi di Amerika Serikat mengakibatkan penurunan tajam produksi

kedelai dunia karena negara tersebut merupakan produsen utama dari komoditas

kedelai. Hal itu berdampak kepada harga kedelai di Indonesia yang melonjak oleh

karena ketergantungan Indonesia kepada kedelai impor dari Amerika untuk menutupi

kebutuhan nasional. Produksi kedelai oleh para petani lokal dalam 10 tahun terakhir ini

bahkan tidak mencapai 1 juta ton. Produsksi tertinggi terlihat pada tahun 2009 sebesar

974.512 ton 15

jika kebutuhan nasional sudah mencapai sekitar 3 juta ton per tahun, jadi

Indonesia mengimpor hampir 70% kebutuhan kedelai dalam negeri. Pada kenyataannya

produksi dalam negeri menurun tajam pula karena melihat kebutuhan akan kedelai yang

jauh tidak dapat dipenuhi oleh produksi lokal, pemerintah mengambil kebijakan

15

Data statistic BPS diambil http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php diakses pada 28-05-2013

Page 18: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

72

penurunan bea masuk kedelai menjadi nol persen. Sehingga pasar dibanjiri oleh produk

impor yang akhirnya menekan para petani lokal untuk menurunkan harga, dan karena

itu tidak sedikit dari para petani yang beralih kepada komoditas lain atau meninggalkan

usaha pertanian. Hal ini pula merupakan salah satu faktor penyebab inflasi pada harga

pangan di Indonesia dan secara otomatis memberatkan konsumen terutama mereka

yang rentan karena memiliki pendapatan yang sangat terbatas.16

Begitu juga dengan

komoditas lain seperti daging sapi dan bawang merah, serta bawang putih yang

mengalami kenaikan harga yang spekatuker akhir-akhir ini. Berikut ini suatu tabel yang

menujukan nilai dan volume impor pertanian Indonesia dalam 3 tahun 2009-2011:

Tabel 5.3: Impor Pertanian Indonesia Menurut Sub Sektor, 2009 - 2011

Sub Sektor 2009 2010 2011

Volume

(ton)

Nilai

($000)

Volume

(ton)

Nilai

($000)

Volume

(ton)

Nilai

($000)

1. Tanaman Pangan 7.788.215 2.737.862 10.504.604 3.893.840 15.363.009 7.023.936

2. Hortikultura 1.524.666 1.077.463 1.560.798 1.292.868 2.052.271 1.686.131

3. Perkebungan 2.963.532 3.949.191 3.578.061 6.028.160 4.311.982 8.843.792

4. Peternakan 1.124.737 2.132.800 1.231.525 2.768.339 1.190.630 3.044.801

Total Impor

Pertanian

13.401.150

9.897.316

16.874.988

13.983.207 22.917.892

20.598.660

Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2012. Kementerian pertanian (diolah dari BPS)

Impor komoditas di subsektor tanaman pangan justru terlihat tinggi dari tahun ke tahun,

tanaman pangan tersebut mencakup beras, gandum, kedelai, ubi, jagung, kacang dll.

5.4. Security by what means?

16

Penjelasan berdasarkan artikel diambil dari http://www.spi.or.id/?p=5851 dan http://erabaru.net/top-

news/37-news2/31161-andalkan-impor-negara-dan-rakyat-tanpa-kedaulatan-pangan diakses pada 26-05-

13

Page 19: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

73

Pertanyaan terakhir ini bermaksud keamanan ekonomi dan keamanan pangan

dengan cara apa saja supaya masyarakat bebas dari ancaman kemiskinan dan kelaparan.

Jika dilihat secara singkat keamanan ekonomi adalah kepastian, kecukupan dan

kestabilan dari pendapatan setiap individu atau keluarga, dan juga akses kepada

berbagai kesempatan dan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Sementara

keamanan pangan bergantung kepada ketersediaan pangan, aksesibilitas (secara fisik,

sosial, ekonomi), penggunaan dan stabilitas (dari ketersediaan, aksesibilitas, dan harga)

dalam jangka panjang.

Menurut pendekatan keamanan manusia dari UNDP, baik keamanan ekonomi

maupun keamanan pangan masyarakat dapat diberikan melalui promosi model

pembangunan manusia, terutama dengan fokus kepada basic needs, equity,

sustainability, democratization dan people empowerment.

Negara Indonesia sendiri mengoperasionalkan konsep pembangunan manusia

dan memakai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai tujuan perencanaan dan

pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Mengingat bahwa IPM

mengukur tiga hal penting yakni life expectancy index, Education index dan Income

index. Pada dasarnya ketiga indeks ini saling bergantung dan saling memenuhi,

misalnya untuk dapat menikmati kehidupan yang layak harus ada kepastian pendapatan

yang memastikan akses kepada pelayanan kesehatan dan pendidikan yang bermutu.

Dan pada sisi yang lain pendapatan yang terjamin juga yang memungkinkan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, perumahan dll, dan kualitas pangan atau

Page 20: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

74

nutrisi yang dikonsumsi akan memberikan kesehatan yang baik. Demikian semua

terikat seperti sebuah rantai yang tidak bisa pergi sendiri.

Dari pandangan Utusan presiden RI untuk MDG’s, tujuan pertama MDG itu

adalah sama dengan Human Development Index dimana income penilaiannya adalah

nilai ekonomi; dan kelaparan atau malnutrisi penilaiannya adalah tingkat kesehatan, dan

pekerjaan produktif sangat bergantung kepada tingkat pendidikan. Sehingga upaya

mencapai MDG pertama justru menolong untuk mencapai IPM yang baik.

Sementara konsep keamanan manusia tidak digunakan Indonesia secara

eksplisit, namun dioperasionalkan dalam perencanaan pembangunan nasional.

Pemerintah mengembangkan berbagai macam program yang berkaitan dengan

kesejahteraan dan kebebasan individu, baik dalam meningkatkan daya beli masyarakat

melalui berbagai program yang meperbaiki ekonomi rakyat, maupun dengan berbagai

progam keamanan pangan.

Penanggulangan kemiskinan dan keamanan pangan memang menjadi dua

prioritas utama pemerintah dalam pembangunan nasional dan hal itu dapat dilihat

dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014) dan

SNPK (Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan), dan juga khususnya dalam

upaya pemerintah untuk mencapai tujuan pertama pembangunan milenium (MDG),

yaitu menurunkan setengah proporsi penduduk yang hidup dalam kemiskinan ekstrim

dan menderita kelaparan.

Page 21: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

75

Suatu hal yang perlu diingatkan adalah bahwa Indonesia sejak tahun 2001 telah

melakukan desentralisasi dan memiliki beberapa tingkat kepemerintahan. Pada

dasarnya pemerintah pusat Indonesia yang merencanakan dan mengeluarkan berbagai

kebijakan, strategi, dan program-program untuk menanggulangi kemiskinan dan

kelaparan, dan pemerintah daerah meskipun memilki kewenangan atas wilayahnya

tetap mengacu kepada kebijakan umum pemerintah pusat, dan bersama-sama

mengusahakan pencapaian MDG’s nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Analisis dari berbagai program terkait dengan upaya pencapaian sasaran MDG’s

pertama akan dipaparkan dalam bagian berikut.

5.4.1. Keamanan Ekonomi dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan di

Indonesia

Pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berhasil

menurunkan angka kemiskinan di Indonesia. Pemerintah Indonesia secara bertahap

terus menerus berusaha menurunkannya hingga 8-10% tahun 2014 menurut RPJMN,

dan bertujuan menjadikannya 7,55% pada 2015 sesuai target MDG, namun

penurunannya kelihatan melambat akhir-akhir ini. Pada saat ini pemerintah mempunyai

berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terbagi dalam empat klaster untuk

memperbaiki distribusi pendapatan dan kehidupan masyarakat miskin.17

17

Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan

dalam Peraturan Presiden No. 13 tahun 2009 tentang Koordinasi penanggulangan Kemiskinan, serta

Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Page 22: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

76

Empat klaster tersebut mencakup program pelindungan sosial yang berbasis

keluarga, program pemberdayaan masyarakat, program pemberdayaan ekonomi

masyarakat yang berpendapatan rendah, dan program murah untuk rakyat.

5.4.1.1. Klaster I: Bantuan Perlindungan Sosial Berbasis Keluarga

Klaster pertama perlindungan sosial berbasis keluarga merupakan bantuan

sosial justru untuk memenuhi kebutuhan atau hak dasar keluarga sangat miskin, untuk

mengurangi beban hidup serta memperbaiki kualitas hidup mereka. Fokus hak dasar

tersebut adalah hak atas pangan, kesehatan, dan pendidikan, air bersih dan sanitasi.

Program perlindungan sosial ini memiliki mekanisme pelaksanaan kegiatan yang

bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin.

Demikian pemerintah meluncurkan aksi seperti Jamkesmas (Jaminan kesehatan

masyarakat), Bantuan siswa miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH), dan

program Raskin atau beras untuk keluarga miskin18

.

a. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Pertama, Jamkesmas adalah program pelayanan yang memberikan jaminan

kesehatan bagi masyarakat rumah tangga sangat miskin (RTSM) tanpa dipungut biaya

untuk melindungi mereka terhadap resiko finansial yang tinggi karena masalah

kesehatan. Program ini dibiayai APBN dan dilaksanakan oleh departemen kesehatan

18

Pengertian dari Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

http://tnp2k.go.id/program/program/program/dprogram-jamkesmas/ diakses pada 06-06-2013

Page 23: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

77

sejak tahun 2008. Menurut laporan MDG 2011 hasil pelaksanaan Jamkesmas telah

mencakup sebesar 59,1% penduduk miskin pada tahun 2010 dan meningkat menjadi

63,1% pada 2011. Sebelumnya Pemerintah melalui program Jamkesmas telah melayani

76,4 juta penduduk miskin, dan tahun 2013 ditingkatkan menjadi 86,4 juta peserta.19

Program Jamkesmas justru dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

miskin agar bisa hidup layak.

Dalam pengertian pembangunan manusia program ini termasuk dalam upaya

untuk meningkatkan human capability dengan menjaga kesehatannya agar produktif

dan mampu berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan sosial. Sehingga program ini

dapat menjadi kondusif terhadap keamanan ekonomi dalam arti bahwa orang yang

sehat dapat menghidupi keluarganya dengan bekerja, dan jika sakit dia mendapatkan

jaminan supaya tidak menghabiskan hartanya untuk berobat, terutama para RTSM.

b. Bantuan Siswa Miskin (BSM)

Kedua adalah program Bantuan Siswa Miskin (BSM), menurut Tim nasional

penanggulangan kemiskinan, bantuan ini diberikan kepada siswa dari keluarga kurang

mampu untuk menghilangkan halangan siswa miskin untuk bersekolah dengan

memberikan akses kepada pelayanan pendidikan. Jadi siswa miskin ditolong untuk

dapat masuk atau melanjutkan sekolah, dicegah supaya tidak putus sekolah dan bakhan

memberikan kesempatan bagi mereka untuk menempuh pendidikan di tingkat yang

19

http://www.ppjk.depkes.go.id diakses 06-06-2013, dan dari Surat Edaran No. 60 Menteri Kesehatan

tentang Pelaksnaan Jamkesmas dan Jampersal 2013.

Page 24: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

78

lebih tinggi. BSM bersifat bantuan langsung diberikan kepada siswa dari keluarga

kurang mampu berdasarkan kondisi ekonominya yang rendah dan bukan beasiswa yang

berdasarkan prestasi.

Program ini juga bertujuan membantu siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan

mereka dalam kegiatan pembelajaran (baju seragam, buku tulis, sepatu,..), dan

mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Selain itu BSM

diharapkan mendorong anak dari keluarga kurang mampu untuk mengubahkan

keadaannya di masa depan dalam arti bahwa dengan melanjutkan sekolah, mereka

dapat memutus rantai kemiskinan antara generasi dan bisa menghindari keadaan yang

dialami orang-tuanya saat ini.20

BSM diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar sampai tingkat Perguruan

Tinggi dengan besar dana sebagai berikut21

: SD & MI sebesar Rp. 360.000 per tahun;

SMP & MTs sebesar Rp. 550.000 per tahun; SMA,SMK& MI sebesar Rp. 780.000 per

tahun; danPerguruan Tinggi sebesar Rp. 1.200.000 per tahun22

. Menurut laporan MDG

2011, pada tahun 2011 BSM telah diberikan untuk 4.666.220 siswa SD/MI/SDLB;

untuk 1.995.100 siswa SMP/MTs/SMPLB; 1.292.374 siswa SMA/SMK/MA; dan

126.538 mahasiswa PT/PTA. Pendanaanya semua bersal dari APBN, misalnya pada

2009 jumlah dana yang dialokasikan dari APBN adalah sebesar 2,350 triliun, dan pada

tahun 2012 sebesar 3,805 triliun.

20

http://tnp2k.go.id/program/program/program/dprogram-bsm-bantuan-siswa-miskin/ 07-06-2013 21

http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/program-bantuan-siswa-miskin-bsm/ diakses pada 07-06-2013 22

http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/program-bantuan-siswa-miskin-bsm/ diakses pada 07-06-2013

Page 25: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

79

Dapat dikatakan bahwa upaya pemerintah ini mencoba meningkatkan potensi

masyarakat miskin dengan memberikan insentif bagi anak-anak mereka untuk

bersekolah, dan di situ ada harapan untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik

karena dalam jangka yang panjang anak-anak itu bisa mengubah nasib keluarga dan

bisa keluar dari kemiskinan. Jadi dalam kata lain BSM termasuk juga dalam upaya

formation of human capability melalui peningkatan pengetahuan dan skills, dan hal itu

akan banyak menyumbang kepada kesejahteraan, kebebasan dan keamanan manusia.

c. Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH), merupakan program perlindungan sosial

juga yang memberikan uang tunai kepada rumah tangga dan keluraga sangat miskin,

tetapi dia berupa pemberian bersyarat (conditional cash transfert), dimana para

penerima diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Keluarga yang ingin menjadi peserta PKH harus memenuhi sedikitnya satu dari

kriteria berikut: memiliki ibu hamil/nifas; memiliki anak balita atau anak pra-sekolah;

memiliki anak usia SD, dan/atau SLTP, dan /atau anak 15 hingga 18 tahun yang belum

menyelesaikan pendidikan dasar.

Kewajiban peserta PKH adalah kehadiran di fasilitas pendidikan bagi anak usia

sekolah, dan di fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan sistematis bagi anak balita dan

ibu hamil. Hak mereka adalah menerima bantuan uang tunai; menerima pelayanan

kesehatan (untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, balita,

anak prasekolah) di Puskemas, atau Posyandu sesuai ketentuan yang berlaku;

Page 26: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

80

menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun

sesuai ketentuan yang berlaku.23

Berikut ini suatu tabel memperlihatkan nilai dan jenis

bantuan dalam rangka PKH:

Tabel 5.4: Besaran Bantuan PKH

Jenis Bantuan

Nilai

Bantuan/Tahun

Bantuan tetap Rp. 200.000

Bantuan bagi KSM yang memiliki Ibu hamil menyusui, atau Anak usia di

bawah 5-7 tahun, atau Anak usia pra sekolah

Rp. 800.000

Anak peserta pendidikan setara SD/MI Rp. 400.000

Anak peserta pendidikan setara SMP/MTs Rp. 800.000

Sumber : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Pelaksanaan PKH memang dilakukan secara bertahap, mulai tahun 2007 hanya

7 provinsi dan 48 kabupaten-kota yang terjangkau dengan jumlah penerima sebanyak

387.9208 RTSM. Dan setiap tahun terus dikembangkan hingga meluas di 25 provinsi

dan 119 kabupaten-kota pada tahun 2011 dengan jumlah penerima sebanyak 1,1 juta

RTSM. Penerima manfaat dari program ini akan ditingkatkan hingga menjangkau

seluruh keluarga miskin di seluruh provinsi Indonesia dan pada tahun 2014 jumlah

ditargetkan menjadi sebesar 3 juta peserta.24

Program PKH terlihat mencukupi kebutuhan dasar kaum lemah dari RTSM

yaitu ibu hamil, nifas dan anak balita, dan seperti program lain di atas PKH juga

bersifat pemberian tunai tetapi bersyarat, yang ditujukan untuk memberikan kehidupan

yang panjang sehat dan kreatif untuk orang kurang mampu. PKH juga melengkapi

23

Penjelasan diambil dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan diambil dari

http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/program-keluarga-harapan-pkh/ diakses pada 07-06-2013 24

Laporan MDG’s 2011, hal 21.

Page 27: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

81

program BSM, dan pelaksanaanya sekaligus membantu pencapaian target MDG’s lain

seperti pengurangan kematian bayi, mencapai pendidikan dasar, dll.

d. Program Beras untuk orang miskin (Raskin)

Raskin atau beras bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pada

awalnya dilakukan pemerintah sebagai respon terhadap tingginya tingkat kemiskinan

dan kerawanan pangan setelah krisis moneter dan ekonomi 1998. Waktu itu Raskin

adalah sebagai bantuan yang bersifat darurat untuk mengatasi krisis tersebut. Kini

Raskin sudah dijadikan bagian penuh dari program pengetasan kemiskinan yang berupa

program perlindungan sosial untuk memenuhi sebagian kebutuhan pokok mereka yang

berupa beras, dan bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran RTM. Penerima

manfaat Raskin ditetapkan dari basis data terpadu PPLS 2011, dengan tingkat

kesejahteraan paling rendah ditentukan BPS berdasarkan indeks kesejahteraan

objektif.25

Berikut ini suatu tabel menunjukan perkembangan pelaksanaan Raskin dari

tahun 2004 hingga 2011:

25

Diambil dri http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php diakses pada 11-05-2013 dan

http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/beras-bersubsidi-bagi-masyarakat-berpenghasilan-rendah-raskin/

07-06-2013

Page 28: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

82

Tabel 5.5: Perkembangan Program Raskin 2004-2011

URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah RumahTangga miskin

(juta) 15,75 15,79 15,50 19,10 19,10 18,50 17,50 17,50

Rumah tangga sasaran (RTS-juta) 8,59 8,30 10,83 15,78 19,10 18,50 17,50 17,50

Alokasi Beras/RTS/bulan (kg) 20 20 15 10 15 15

13

(5 bulan) 15

15

(7 bulan)

Durasi (bulan) 12 12 10 11 12 12 12 12

Harga pembelian beras (Rp/kg) 3549 3.351 4.275 4.275 4.619 5.500 6.285 6.450

Harga tebus RTS (Rp/kg) 1.000 1.000 1.000 1.000 1.600 1.600 1.600 1.600

Subsidi harga beras (Rp) 2.549 2.351 3.275 3.275 3.019 3.900 4.685 4.850

Jumlah Subsidi harga beras 5,3 4,7 5,3 5,7 10,1 12,99 13,9 15,27

(Rp Trilyun)

Sumber: Laporan MDG 2011 (dari Kemenko kesra, Bulog 2011)

Terlihat dari tabel ini bahwa sejak tahun 2008 penyaluran Raskin baru berhasil

mencakup sepenuhnya jumlah RTM (19,1 juta RTM 100% terjangkau) yang tercatat

dalam basis data BPS, dan ini juga merupakan penyaluran tertinggi selama ini.

Banyaknya beras yang dialokasikan berkisar antara 10 sampai 20 kg, bergantung pada

pendataan baru, ada misalnya penambahan RTM atau keterbatasan dari pagu nasional.

Raskin dibelikan masyarakat dengan harga tebus Rp.1000/kg sampai tahun 2007, dan

sejak tahun 2008 ada revisi menjadi Rp 1.600/kg sebab jumlah rumah tangga

bertambah banyak, dan juga ada pertimbangan sesuai anggaran pemerintah. Jadi

pemerintah yang membayar perbedaan antara harga normal dan harga tebus beras. Dan

terlihat anggaran yang dialokasikan pemerintah terus naik karena harga normal beras

juga mengalami kenaikan terus meskipun jumlah RTS sempat menurun.

Page 29: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

83

Proram ini terlihat berupaya memberikan akses terhadap pangan bagi keluarga

miskin agar konsumsi energi dan protein mereka terpenuhi, sehingga dapat diakatakan

bahwa Raskin berkontribusi memberikan keamanan pangan bagi kaum kurang mampu,

dan mendukung keadilan dan pemerataan akses di tengah masyarakat.

Pelaksanaan bantuan perlindungan soasial berbasis keluarga telah dipaparkan

terlihat memberikan insentif bagi pembangunan manusia yang peduli atas kebutuhan

dasar kaum miskin berpenghasilan rendah dan peningkatan kapasitas mereka. Namun

pada sisi yang lain program bantuan sosial ini bersifat pemberian atau charity dan

masyarakat akan terbiasa dengan hanya menerima tanpa aktif menggali kegiatan yang

produktif untuk meningkatkan daya belinya. Lebih dari itu masyarakat tidak dapat

mencapai keamanan keluarga secara ekonomi jika tidak mempunyai sumber

penghidupan yang cukup, stabil dan terjamin.

Menurut Koordinator Divisi Advokasi Sains misalnya, BLT hanya merupakan

bantuan dalam jangka pendek, atau hanya berada di permukaan dan tidak mendasar

untuk menjawab masalah kemiskinan yang struktural. Beliau mengatakan bahwa

kemiskinan dari pandangan mereka dikarenakan ketidakadaan akses atau hambatan

akses masyarakat atas sumber daya yang ada di lingkungannya. Maka karena

kemiskinan adalah persoalan akses, solusinya sebelum menangani keadaan ekonominya

harus dibongkar dulu ketimpangannya, misalnya rekonsesi tambang, perkebunan, dan

memberikan tanah kepada petani. Pemerintah melihat kemiskinan hanya pada economic

mindset sehingga semua solusinya adalah pemenuhan ekonomi, tetapi bagaimana

Page 30: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

84

membuka akses mengenai ketimpangan penguasaan lahan, dan penguasaan sumber

daya tidak pernah dijadikan solusi. Program perlindungan sosial diperlukan tetapi di

sisi lain ketimpangan distribusi sumber daya dan pendapatan, harus menjadi perhatian

pemerintah juga untuk menanggulangi kemiskinan.

Jadi orang miskin membutuhkan lapangan kerja yang productif dan remuneratif,

dan juga pekerjaan layak jika ingin memiliki keamanan ekonomi keluarga. Dilemanya

mereka tidak mempunyai keterampilan karena tidak menempuh pendidikan tinggi.

Semua faktor itu menentukan nasib orang yang di bahwa garis kemiskinan dan selalu

berputar sehingga mereka tidak dapat keluar, tetapi justru di situ pemerintah ingin

masuk untuk memotong rantainya, terutama melalui pemberian kesempatan bagi anak-

cucu mereka untuk bersekolah, dan bagi orang tua bantuan bersifat sementara, dan juga

pemberdayaan seperti yang ditawarkan dalam klaster-klaster berikutnya.

Selain itu pelaksanaan program perlindungan sosial di lapangan masih belum

optimal, dan juga ditemukan berbagai masalah yang timbul. Antara lain masalah

mekanisme pendataan para target bantuan, misalnya tidak di-update atau tidak sesuai

jumlah riil RTS di desa (sudah pindah atau sudah tidak miskin lagi), jadi ada

ketidaktepatan penentuan sasaran; pendistribusian kartu sesuai sasaran untuk

jamkesmas menjadi kesulitan dalam menjangkau semua sasaran; pembayaran (BLT)

tidak tepat waktu. Untuk Raskin, kondisi geografis penerima manfaat jauh dari titik

distribusi, atau jumlah beras yang dapat dibeli tidak selalu sesuai dengan ketentuan

(jumlah beras Raskin yang dibeli oleh masyarakat rata-rata dari seluruh kuintil hanya

Page 31: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

85

5,14 kg dari ketentuan 20 kg per rumah tangga); masih kurangnya sosialisasi yang

berakibat kepada tingkat pemahaman masyarakat mengenai program, misalnya untuk

Raskin masyarakat memikirkan berhak untuk mendapatkan beras bersubsidi ini tetapi

aturannya hanya untuk RTSM dan hal itu menimbulkan benturan di tengah masyarakat;

kekurangan tenaga fasilitator di daerah; kekurangan tenaga, sarana dan prasarana

pendidikan, dll.26

5.4.1.2. Klaster II: Pemberdayaan Masyarakat - PNPM Mandiri

Program PNPM atau Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat merupakan

salah satu strategi nasional Indonesia dalam rangka mengetaskan kemiskinan. PNPM

dilakukan terutama untuk meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat miskin agar

terlibat dalam proses pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan mereka.Tujuannya

antara lain adalah untuk: (a) meningkatkan partisipasi dan kesempatan kerja masyarakat

miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan komunitas yang rentan; (b)

meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan

akuntabel; (c) meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perumusan kebijakan

yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor); (d) meningkatkan sinergi

masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, LSM, dan kelompok

26

Bappenas. Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014; dan Laporan Capaian Kinerja 2011;

dan TNP2K Panduan Pemantauan Program Penanggulangan Kemiskinan.

Page 32: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

86

peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.27

Proses pemberdayaan masyarakat PNMP dilakukan melalui:

a. Pengembangan Masyarakat: mencakup serangkaian kegiatan yang terdiri dari

pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat; perencanaan partisipatif;

pengorganisasian; pemanfaatan sumberdaya; pemantauan; dan pemeliharaan hasil yang

telah dicapai.

b. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM): merupakan dana yang dialokasikan

kepada kelompok masyarakat setelah bersepakat dalam menentukan kegiatan prioritas

yang akan dilaksanakan. Termasuk juga pembyaiaan kegiatan pembelajaran

masyarakat, pengembangan relawan, biayia operasional pendampingan masyarakat,

fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Selain itu dapat dipakai

juga sebagian untuk pinjaman modal bergulir. Dana BLM berasal dari APBN

dialokasikan pemerintah pusat, dan APBD dialokasikan pemerintah daerah sesuai

kemampuan fiskalnya, sebagai wujud cost sharing kedua tingkat pemerintah.

c. Peningkatan Kapasitas Pemerintah daerah dan Pelaku Lokal: agar

mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif dalam

pemberdayaan masyarakat miskin. Antara lain peningkatan kapasitas berupa seminar,

pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan..

d. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program: mencakup kegiatan

untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam

27

TNP2K dari http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-ii/kelompok-program-berbasis-pemberdayaan-

masyarakat-program-nasional-pemberdayaan-masyarakat-pnpm-mandiri/ 07-06-2013

Page 33: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

87

pengelolaan kegiatan, seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu,

evaluasi, dan pengembangan program.28

Tabel di bawah menunjukan beberapa program PNPM inti menurut wilayah

Tabel 5.6: Program Pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri Inti Program Tujuan Sasaran Pelaksanaan

1. PNPM Mandiri

Perdesaan

Memberdaya dan meningkatkan

pasrtisipasi masyarakat dalam

pembangunan daerahnya

Kelompok Masyarakat

Perdesaan

5.020 Kecamatan

2. PNPM Mandiri

Perkotaan

Membangun kemandirian masyarakat

dan Pemerintah Daerah dalam

menanggulangi kemiskinan di perkotaan

Kelompok Masyarakat

Perkotaan

1.153 Kecamatan

3. PNPM Daerah

Tertinggal dan

Khusus

Membantu Pemerintah Daerah dalam

mempercepat pemulihan dan

pertumbuhan sosial ekonomi di daerah-

daerah tertinggal dan khusus

Kelompok Masyarakat

Pedalaman, Tertinggal

dan Khusus (Bencana,

Konflik dll)

7 Kabupaten

4. PNPM

Infrastruktur

perdesaan(RIS

PNPM)

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

desa dengan meningkatkan akses mereka

kepada infrastruktur dasar di wilayah

perdesaan

Kelompok Masyarakat

Perdesaan

215 Kecamatan

5. PNPM

Pembangunan

Infrastruktur

Ekonomi

Wilayah (PISEW)

Mempercepat pembangunan sosial

ekonomi masyarakat yang berbasis

sumberdaya lokal, mengurangi

kesenjangan antar-wilayah, pengentasan

kemiskinan daerah perdesaan,

memperbaiki local governance dan

penguatan institusi di perdesaan

Indonesia

Kelompok Masyarakat

Perdesaan

237 Kecamatan

Sumber: diolah dari Tim nasional percepatan penanggulangan kemiskinan dan Laporan MDG’s 2011

PNMP inti menurut wilayah pada tahun 2011 menghabiskan dana sebesar 9,58

triliun untuk PNPM Perdesaan; 1,67 triliun untuk PNPM Mandiri Perkotaan; 345,9 miliar

untuk PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus; 1,01 miliar untuk PNPM Infrastruktur

perdesaan; dan 527,8 miliar untuk PNPM Pembangunan Infrastruktur Ekonomi

28 Ibid TNP2K

Page 34: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

88

Wilayah. Selain itu PNPM juga didukung oleh PNPM Penguatan atau berbasis sektoral,

diantaranya PNPM Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

dan kesehatan generasi penerus, telah dilaksanakan di 7 kabupaten dan 5 provinsi pada

tahun 2011. PNPM Kelautan dan Perikanan telah memberikan BLM kepada 1.106

kelompok nelayan (di 132 kabupaten/kota), 2.070 kelompok pembudidaya (di 300

kabupaten/kota), 408 kelompok pengolah di 53 kabupaten/kota, dan kelompok usaha

garam di 40 kabupaten/kota.29

Program ini mengarusutamakan prinsip pemberdayaan kaum miskin agar

terdapat keadilan dalam proses pembangunan karena masyarakat seluruhnya diajak

berpartisipasi dalam pemetaan dan perencanaan kegiatan, hingga pelaksanaan. Dapat

dikatakan bahwa PNPM menggunakanan pendekatan pembangunan yang berbasis

maysarakat, masyarakatnya yang menjadi pusat perhatian dan agen penggerak

(kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat), tentu dengan bantuan pemerintah setempat

dan para fasilitator. Selain berfokus kepada kelompok masyarakat miskin, partisipasi

dari masyarakat, serta mendorong keadilan, pelaksanaan program ini juga mendorong

prinsip pembangunan manusia lain, seperti demokrasi dimana pengambilan keputusan

terkait dengan serangkaian kegiatan pembangunan dilakukan dengan konsensus, dan

selalu beriorientasi kepada kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin. Ada juga

konsep keberlanjutan (sustainability) yang diperhitungkan supaya pemanfaatan sumber

29

Laporan MDG’s 2011

Page 35: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

89

daya lokal dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat saat ini dan di

masa depan30

.

Upaya pemberdayaan yang menyentuh berbagai bidang inti dari kehidupan

masyarakat miskin seperti PNPM sangat penting dan kondusif untuk dapat menciptakan

lapangan kerja bagi mereka. Contohnya dengan pembangunan infrastrukutr dasar di

desa yang tertinggal (jalan desa, irigasi, unit listrik, jembatan..) akan memperluas

kesempatan kerja, dan meningkatkan aktivitas ekonomi rakyat, dan hal itu akan

berdampak kepada pendapatan keluarga (jangka pendek dan panjang). Misalnya PNPM

perdesaan sejak dilaksanakan dari tahun 1998 31

, telah melibatkan pekerja jangka

pendek hingga 9,9 juta orang dengan standard honor setempat; menciptakan usaha

jangka panjang seperti usaha transportasi menysul terbangunnya jalan. PNPM

Perdesaan juga mengalokasikan 25% dana bergulir untuk usaha kecil kaum perempuan

(Simpan Pinjam Perempuan). Terkait PNPM pemberdayaan miskin perkotaan, dana

kegiatan pinjaman bergulir hingga tahun 2011 sudah mencapai 530 miliar dengan

jumlah peminjam sebesar 1,6 juta orang.32

Terdapat juga bantuan kepada pengrajin-pengrajin di sektor pariwisata, dan

nelayan di sektor kelautan. Jadi pada intinya program pemerintah ini merupakan salah

satu program multi-sektor dan juga memperhatikan berbagai wilayah yang kurang

30

Op.cit berdasarkan TNP2K 31

PNPM Perdesaan mengadopsi mekanisme dari PPK (Program Pengembangan Kecamatan sejak 1998) 32

Data dari PNPM Mandiri Paket Informasi 2012-2013 dari http://www.pnpm-

mandiri.org/perpustakaan/buku/PNPM_Mandiri_Info_Kit_2012.pdf diakses pada 08-06-2013

Page 36: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

90

maju, sehingga jika dilaksanakan secara optimal akan menyumbang kepada keamanan

ekonomi dan peningkatan taraf hidup orang miskin.

Namun PNMP juga menunjukan berbagai kelemahan yang terlihat di lapangan

seperti misalnya masih terdapat korupsi di tingkat masyarakat dan fasilitator;

ketidaksesuaian pelaksanaan dengan perencanaan sebab adanya pemekaran

kecamatan/desa; koordinasi yang lemah antar instansi pemerintahan terkait dalam

pelaksanaan program terutama di perdesaan; terlihat juga bahwa partisipasi dan

keterlibatan warga dalam pengambilan keptusan masih sebatas formalitas; masih

kurangnya akses masyarakat miskin di pesisir kepada modal, informasi, teknologi, dan

pemasaran yang menjadi akar kemiskinan mereka; jumlah tenaga pendamping, sarana

dan prasarana pendukung pariwisata yang belum memadai;..33

Dari pengamatan Peneliti pihak Akatiga, PNPM berhasil dalam pembangunan

infrastruktur perdesaan, namun pada sisi penanggulangan kemiskinan program ini

kurang konkrit, bagus di atas kertas tetapi koordinasi dan implementasinya agak

kurang. Kedua sifatnya kurang berkelanjutan, karena misalnya pemberian modal untuk

umum atau perempuan terlalu kecil (berkisar antara Rp 500-1juta), dan jumlah itu tidak

bisa menanggulangi kemiskinan, karena masalahnya bukan hanya modal tetapi

kemampuan penerima manfaat untuk mengolah modal tersebut untuk dijadikan

sandaran hidup dia dalam jangka panjang juga menjadi persoalan. Selain itu tidak

semua orang bisa menikmakti dari program pemberdayaan dan pembelajaran, karena

33

Bappenas 2011. Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014.

Page 37: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

91

sulit prakteknya di lapangan, misalnya satu desa di Jawa memiliki 7.000 kepala

keluarga, bagaimana mengajak semuanya itu untuk musyawarah, pasti hanya beberapa

yang bisa mengikuti dan merasakan manfaatnya, tetapi di luar Jawa justru bisa karena

satu desa memiliki kira-kira 300 kepala keluarga. Maka PNPM sangat bergantung juga

kepada kondisi wilayah.

5.4.1.3. Klaster III: Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil

Jenis program pemberdayaan usaha mikro dan kecil disebut KUR atau Kredit

Usaha Rakyat. KUR merupakan pemberian kredit sebagai modal kerja atau investasi

kepada usaha produktif (menghasilkan nilai tambah) skala mikro kecil menengah dan

kooperasi (UKMK), yang usahanya layak (feasible atau usaha yang menguntungkan)

namun tidak mampu memenuhi persyaratan perbankan (belum bankable). Pada

dasarnya KUR ditujukan untuk memfasilitasi masyarakat yang sudah dapat memenuhi

kebutuhan dasar, namun untuk mendukung usaha-usahanya masih memerlukan bantuan

permodalan agar dapat menstabilkan pendapatan keluarga.

KUR dilaksanakan di seluruh 33 provinsi Indonesia, dan diberikan kepada

masyarakat yang telah dilatih dari program-program pemberdayaan di atas, yaitu

mereka yang keberdayaan dan kemandiriannya telah ditingkatkan agar memakai modal

dengan baik sehingga bisa diharapkan menjadi modal bergulir, selain itu diberikan juga

kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Pelaksanaanya melibatkan 3 pihak, pertama

pemerintah yang mendukung pelaksanaan pemberian kredit (dengan membuat

Page 38: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

92

kebijakan KUR, menempatkan dana penjaminan, memberikan bimbingan teknis kepada

UKMK,..); kedua adalah perusahaan penjaminan berfungsi sebagai penjamin atas kredit

yang disalurkan (PT Jamkrindo, dan PT Askrindo, dengan coverage maksimal 70 %

dari plafon kredit); dan ketiga adalah kerjasama dengan perbankan yang menyalurkan

dana pinjaman, dan menerima jaminan dari lembaga penjamin. Berarti KUR bukan

hibah pemerintah kepada masyarakat melainkan sepenuhnya bersumber dari bank, dan

demikian wajib dikembalikan sesuai dengan ketentuan perbankan. Keputusan

pemberian KUR sepenuhnya merupakan kewenangan bank juga. Mengenai jumlah

dana yang dapat dipinjam kepada UKMK terbagi dua golong, untuk KUR Mikro

maksimum sebesar Rp 20 juta, dengan suku bunga per tahun maksimum 22%. Untuk

KUR Ritel plafonnya di atas 20 juta sampai 500 juta, dengan suku bunga maksimum

13% per tahun.

Manfaat penyaluran KUR bagi para UKMK adalah membantu mereka

mengembangkan usahanya serta meningkatkan akses pembiayaan para UKMK kepada

lembaga keuangan. Sedangkan bagi pemerintah, KUR sekaligus mencapai beberapa

tujuan: pertumbuhan ekonomi, sebab lewat program ini terdapat percepatan

pengembangan kegiatan ekonomi di sektor riil; pemberdayaan UKMK dan upaya

penanggulangan kemiskinan, KUR juga berkontribusi kepada perluasan kesempatan

kerja masyarakat.34

34

Semua penjelasan dari http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/07-06-

2013; dan dokumen Tnp2k 2012, Panduan Pemantauan Program Penanaggulangan Kemiskinan.

Page 39: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

93

Demikian program pemberdayaan usaha kecil menengah ini dapat dikatakan

sangat ideal dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan memberikan keamanan

ekonomi sebab programnya memudahkan akses kepada kredit untuk usaha-usaha kecil

seperti warung, perusahaan keluarga, dan hal itu akan memperbaiki secara langsung

pendapatan dan kemampuan keluarga memenuhi kebutuhannya. Mengingat juga bahwa

UKMK di Indonesia sangat banyak, mereka yang disebut kelompok informal, di desa

atau di perkotaan yang sulit untuk mengembangkan diri dan mengakses kepada kredit

karena tidak punya asset untuk dijadikan agunan. Dalam hal ini pemerintah Indonesia

telah menysun berbagai program untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di

atas garis kemiskinan, tidak hanya dengan memberikan bantuan langsung, tetapi juga

dengan upaya pemberdayaan supaya masyarakat yang sering disingkirkan semakin

mampu mengatasi kerentanan dan ketergantungan mereka. Pelaksanaan KUR juga di

sisi lain mendorong system keadilan dalam arti akses kepada kredit, karena mereka

yang tidak mampu bersaing dapat berpartisipasi dalam pengembangan kegiatan

ekonomi nasional, tanpa harus memberikan jaminan kepada lembaga keuangan (untuk

KUR dibawah Rp 20 juta), karena perusahaan penjamin dari pemerintah yang

meberikan sebagian jaminan tersebut.

Pelaksanaan KUR tahun 2011 terlihat jauh lebih tinggi dari yang ditargetkan,

kredit yang telah disalurkan untuk UKMK mencapai Rp 29 triliun jika targetnya adalah

Page 40: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

94

sebesar Rp 20 triliun, dengan jumlah nasabah mencapai 1,9 juta. Penyaluran KUR

mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar Rp 17,229 triliun

diberikan kepada 1,44 juta nasabah35

. Sejak diluncurkan hingga triwulan pertama 2013

total KUR yang telah direalisasikan oleh bank pelaksana mencapai Rp 108,4 triliun.

Namun jika dilihat per sektor ekonomi, usaha perdagangan dan restoran yang dominan

mengakses sebagian besar KUR, sebesar 53,7%. Sementara sektor hulu yang mencakup

sektor pertanian dan perikanan hanya sebesar 19,18%, dan belum mencapai targetnya

yaitu seharusnya 25%. Sedangkan, sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah

negara agraris, berarti sebagian besar penduduk merupakan pengusaha tani, dan juga

tingkat kemiskinan lebih tinggi di wilayah perdesaan, namun pengusaha tani tersebut

sedikit kebagian dari program KUR dan tentunya terbatas untuk melakukan investasi

pertanian.

Berdasarkan provinsi penyaluran KUR masih terpusat di Jawa (47,9%), disusul

Sumatera (22,0%), Kalimantan (10,6%), Sulawesi (12,0%), Bali (4,7%) dan Papua

Maluku (2,7%)36

. Realisasi penyaluran KUR dilakukan secara proporsional dengan

penduduk dan jumlah UMK di suatu daerah, dan memang penduduk terbesar berada di

pulau Jawa, namun KUR termasuk dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan

seharusnya lebih ditingkatkan di daerah tertinggal seperti Papua dan Maluku dimana

angka kemiskinan sangat tinggi.

35

Laporan MDG’s 2011 36

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I – 2013; dan Laporan

Pemantauan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan oleh Bappenas 2012.

Page 41: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

95

Dengan kata lain Program KUR seperti juga program lain masih memiliki

kendala dalam pelaksanaanya. Pada umumnya program ini telah banyak berkontribusi

menurunkan kemiskinan di Indonesia, dan jutaan masyarakat yang sudah merasakan

manfaatnya, namum masih banyak juga kalangan masyarakat yang menghadapi

kesulitan dalam proses pengajuan untuk mendapatkan KUR.

Selain yang dijeslakan di atas kendalanya antara lain adalah bahwa UKM yang

belum bankable sulit mendapatkan pembyaiaan sebab mekanisme penyaluran KUR

melewati sistem perbankan dengan prosedur yang terkesan sulit; masih terdapat juga

beberapa bank yang mewajibkan agunan kepada UKM meskipun untuk kredit di bawah

Rp 20 juta, dan hal itu melanggar aturan yang seharusnya dipantau oleh Bank Indonesia

selaku regulator program ini37

; Koperasi dan UKM juga menghadapi masalah seperti

kurangnya kesempatan usaha, keterbatasan akses kepada sumber daya produktif, dan

rendahnya kualitas sumberdaya manusia.38

5.4.1.4. Klaster IV: Program Murah untuk Rakyat

Menurut Direktif Presiden klaster 4 ditujukan utuk menyediakan fasilitas dasar

bagi masyarakat miskin dengan harga murah di wilayah tertentu. Program ini juga

dilakukan guna melengkapi 3 klaster penanggulangan kemiskinan yang telah

dipaparkan, dengan tujuan untuk memperluas program pro rakyat yang memenuhi

37

Diambil dari http://liputanbisnis.com/2013/02/19/belum-maksimal-pelaksanaan-kur-masih-setengah-

setengah/ diakses pada 23-06-2013

38

Tnp2k 2012, Panduan Pemantauan Program Penanaggulangan Kemiskinan

Page 42: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

96

kebutuhan masyarakat miskin. Kelompok sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat

daerah nelayan, masyarakat daerah tertinggal, dan masyarakat pinggir daerah

perkotaan. Program klaster 4 mulai dilaksanakan tahun 2012 dan terdiri dari 6 program

yaitu39

:

1. Program Rumah Sangat Murah dan Murah : pada tahun 2012 telah terbangun rumah

swadaya sebanyak 18.159 unit, dan mencapai 32.512 unit jika diakumulasi dari tahun

2010 hingga 2012, serta fasilitasi peningkatan kualitas sebanyak rumah swadaya

230.000 unit. Perkiraan pembangunan rumah murah pada tahun 2013 adalah sebanyak

20.000 unit berarti akan melampaui target RPJMN 2010-2014 yaitu sebanyak 50.000

unit.

2. Program Kendaraan Umum Angkutan Murah: diutamakan angkutan umum

perdesaan untuk penumpang dan produk pertanian, pada tahun 2012 dengan anggaran

APBN Rp 50 miliar, program ini memang masih dalam proses uji coba dan

penyempurnaan desain prototipe oleh Kementerian Perindustrian.

3. Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat: telah dibangun 568 SPAM di

kawasan masyarakat berpenghasilan rendah hingga tahun 2012 (jika target RPJMN

2010-2014 sebanyak 577 kawasan) ; Untuk SPAM di IKK, hingga tahun 2012 telah

mencapai 523 IKK dari target sebanyak 820 IKK. Sementara itu, pengembangan SPAM

Perdesaan telah mencapai 6.570 desa dari target sebanyak 4.650.

39

Rencana Kerja Pemerintah 2014, Buku II: Prioritas Pembangunan Bidang.

Page 43: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

97

4. Program Listrik Murah dan Hemat: pelaksanaan program listrik murah dan hemat

mencapai 60.702 rumah tangga sasaran atau mencapai rasio elektrifikasi sebesar

76,56% pada tahun 2012, dan rasio listrik perdesaan menjadi 96,70 persen.

5. Peningkatan Kehidupan Nelayan: telah dilaksanakan pada 400 PPI (2012).

Kegiatannya meliputi bantuan langsung kepada individu nelayan, kelompok nelayan,

dan sarana-prasarana PPI; pemberian sertifikasi hak atas tanah nelayan sebanyak

13.741 sertifikat untuk individu nelayan; pemberian bantuan kapal penangkap ikan

untuk kelompok nelayan,..

6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Pinggir Perkotaan: tahun 2012

dilasksanakan di 5 kota yakni DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar,

termasuk pembangunan rumah sangat murah dan skema KUR. Sebelumnya, pada tahun

2011 di Bandung dan Surabaya.

Program murah untuk rakyat terlihat memberikan kesempatan bagi masyarakat

terpinggir untuk mengakses kepada kebutuhan dasar selain pangan, pendidikan dan

kesehatan, yaitu dengan menawarkan rumah yang relatif murah, air bersih, listrik, dan

angkutan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Program ini menandakan juga

upaya pemerintah memberikan keamanan manusia dan kebebasan sebab rumah layak

huni, air berish dan listrik itu merupakan hak dasar yang harus dipenuhi supaya rakyat

miskin bisa hidup bermartabat. Namun efektivitasnya masih sangat kurang, hal itu

terlihat dari berbagai masalah misalnya kesulitan dalam kesepakatan penyediaan lokasi

di tingkat daerah untuk pembangunan rumah murah; belum tersedianya sistem

Page 44: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

98

pelayanan terpadu yang menyediakan informasi dan pendampingan bagi kelompok

penerima potensial untuk mengakses program-program yang ada, terutama di tingkat

komunitas; kemampuan menjangkau kelompok miskin yang belum maksimal; masih

adanya ketimpangan antar daerah dan antar kelompok masyarakat (miskin dan non-

miskin) untuk mengakses pelayanan dasar40

.

5.4.1.5. Upaya Penciptaan Kesempatan Kerja

Penanggulangan kemiskinan banyak bergantung kepada akses angkatan kerja

kepada lapangan kerja yang produktif dan layak, terutama kaum muda yang jumlahnya

tinggi, untuk memastikan bahwa mereka bisa hidup dengan kemampuan memenuhi

kebutuhan dasarnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan penciptaan kesempatan

kerja khususnya bagi kaum muda sebagai isu strategis dalam Rencana Kerja

Pemerintah (2013), dengan tujuan dan harapan untuk mengurangi jumlah penganggur

usia muda dan menurunkan angka pengangguran terbuka secara nasional.

Strategi utama pemerintah adalah dengan meningkatkan pendidikan, dalam kata

lain angkatan kerja yang berpendidikan rendah dibantu dengan pemberian pelatihan

berbasis kompetensi atau juga pelatihan di tempat kerja, dan internship. Anak muda

juga diberikan insentif dan dimotivasi untuk tidak meninggalkan sekolah terlalu awal.

Misalnya anak yang sudah putus sekolah dikembalikan lagi di sekolah dan bisa

mengikuti pendidikan siap kerja atau dipersiapkan dengan kurikulum yang disesuaikan

40

Ibid RKP 2014

Page 45: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

99

dengan kebutuhan industri, untuk itu pemerintah bekerjasama dengan industri, lembaga

pelatihan berbasis kompetensi, dan berbagai kementerian.41

Menciptakan kesempatan kerja untuk semua orang, terutama kaum muda dan

perempuan, untuk Indonesia mutlak bergantung kepada dua hal penting, yaitu tingkat

pendidikan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pertama karena seperti yang telah

dibahas lebih awal bahwa 54,62% pekerja Indonesia tamat sekolah SD ke bawah, dan

hanya 7,94% pekerja yang tamat perguruan tinggi, artinya kesempatan kerja yang layak

dan produktif seperti apa yang dapat diberikan kepada masyarakat yang begitu banyak

yang berpendidikan rendah. Sehingga menurut penjelasan Utusan Khusus RI untuk

MDG’s, pendidikan sekarang diperhatikan pemerintah dan memiliki anggaran yang

terbesar (20%) untuk sekolah formal, tetapi juga untuk upaya pelatihan kompetensi

diberikan kepada orang yang tidak bersekolah lagi agar mendapatkan tambahan

pengetahuan dan skills untuk meningkatkan produktvitas mereka dan mengangkat

masyarakat Indonesia dari kemiskinan. Peneliti dari Akatiga menjelaskan bahwa

institusi pelatihan pemerintah disebut BLK (Balai Latihan Kerja) yang berperan melatih

para pekerja memberikan kompetensi, atau internship, tetapi ketika dikunjungi

beberapa BLK tidak selalu bisa mengikuti perkembangan atau inovasi teknologi

(berbagai mesin) yang ada di pabrik industri. Dan hal itu salah satu yang membuat tidak

efektif upaya pelatihan dari pihak pemerintah. Kalau dari pandangan pihak Sains,

pendidikan memang merupakan salah satu alat untuk membuka kesemptan kerja, tetapi

41

Laporan MDG’s 2011

Page 46: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

100

bagaimana dengan anak muda dan perempuan petani dalam hal ini. Dunia pendidikan

semakin mahal sementara lapangan kerja yang disediakan lebih banyak untuk orang

yang mepunyai pendidikan. Jadi dunia pertanian dan kelautan tidak menjadi satu dasar

bagi pengembangan pembangunan, dan sejauh yang mereka melihat, belum ada

kesempatan kerja yang dikembangkan pemerintah untuk memprioritas kedua sektor

tersebut.

Kedua adalah Indonesia berusaha untuk mempertahankan pertumbuhan

ekonominya untuk menjadi sarana utama peningkatan pendapatan lapisan bawah dan

mengetaskan kemiskinan. Indonesia sekarang sudah termasuk dalam kelas middle

income country, dan merupakan salah satu negara yang masih memiliki pertumbuhan

ekonomi selain Cina dan India, sekitar 6.23% (2012). Pemerintah menciptakan

kesempatan kerja dengan mengeluarkan kebijakan pro-poor growth, yaitu pertumbuhan

ekonomi yang disertai keadilan melalui kebijakan berpihak kepada rakyat miskin,

misalnya pemberdayaan dan pemberian kesempatan bagi semua orang untuk berusaha

(PNPM dan KUR). Keadilan di sini berarti bahwa meskipun Indonesia memiliki

pertumbuhan ekonomi yang bagus yang dapat meningkatkan GNI per capita, namun

ketimpangan pendapatan juga semakin naik, sehingga dengan intervensi pemerintah

kesempatan berusaha dibagi juga kepada usaha kecil menengah dan sektor informal

agar mereka dapat meningkat pendapatannya.

Dari sudut pandang Deputy Director of Economic Development and

Environmental Affairs Kementerian Luar Negeri, Pemerintah dalam hal ini

Page 47: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

101

menyeimbangkan konsep pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial dan kesinambungan

(sustainability of the resources), jadi pemerintah tidak bermaksud untuk mengejar

pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan memaksimalkan penggunaan sumberdaya,

karena hal itu juga membahayakan pertumbuhan secara berkesinambungan, namun

pertumbuhan yang sedang saja supaya lingkungan hidup tetap terjaga. Dengan

demikian penyediaan kesempatan kerja untuk semua orang dan pengetasan kemiskinan

juga tidak dapat dilakukan secepatnya, tetapi secara bertahap.

Dalam pelaksanaanya tantangan pemerintah untuk memeratakan kesempatan

tersebut adalah antara lain, bahwa Indonesia sudah melakukan desentralisasi untuk

hampir semua urusan kepemerintahan, dan sejak itu terdapat 33 provinsi dengan

otonomi daerah yang memiliki kebijakannya masing-masing. Sekretariat MDG’s

Nasional juga se-pendapat dengan hal tersebut, dan sejak itu peran pemerintah provinsi

dan kabupaten dibesarkan dan mereka bertanggung jawab atas penyediaan kesempatan

bagi penduduk dan juga terhadap pencapaian MDG’s. Namum pemerintah pusat terus

melakukan sosialisasi dan menunjukan kepada pemerintah provinsi bagaimana

mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, yang berkesinambungan, dan yang dapat

memberikan kesempatan kepada semua orang. Demikian ada peran pemerintah pusat

dan ada juga peran pemerintah provinsi.

Lebih lanjut, pihak Kementerian luar negeri telah disebutkan, melihat bahwa

tantangan pemerintah Indonesia dalam penanggulangan kemiskinan adalah terutama

keterbatasan sumber daya dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak,

Page 48: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

102

jadi pemerintah mepunyai perencanaan yang baik, pemerintah mengetahui apa yang

semestinya dilakukan, namun kemampuan untuk menjangkau semua kelompok

masyarakat yang sangat terbatas. Dalam kata lain di situ ada persoalan keterbatasan

sumberdaya, persoalan tenaga terdidik yang bisa turun memberdaya masyarakat, dan

juga soal jarak (daerah terpencil). Selain itu menjaga kesinambungan permodalan yang

dipinjamkan, artinya jaminan atas pengembalian modal yang diharapkan menjadi

modal bergulir mengingat tingkat pendidikan masyarakat desa dan kemampuan

berusaha sangat rendah, tetapi itulah tujuan pemberdyaan masyarakat memampukan

mereka berusaha.

Fenomena lain yang menjadi hambatan dalam memberantas kemiskinan dan

mengatasi ketimpangan untuk Indonesia adalah tingkat korupsi aparat pemerintah yang

begitu tinggi, dan kenyataan itu sangat merugikan masyarakat, dalam arti bahwa

ketimpangan semakin besar, dan dana yang seharusnya dipakai untuk membangun

infrastruktur, untuk meningkatkan pendidikan dan kesejatheraan masyarakat dinikmati

oleh segelintir orang saja. Sehingga tingkat korupsi, pertumbuhan ekonomi yang pro-

poor dengan kebijakan yang jelas dalam pendistribusian pendapatan dan sumberdaya,

peningkatan pendidikan dan keterampilan wajib ditangani pemerintah dengan baik jika

ingin mencapai MDG’s pertama, dan memberikan keamanan, kesejahteraan dan

kebebasan bagi masyarakat miskin.

Page 49: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

103

5.4.2. Keamanan Pangan dan Upaya Mengatasi Kelaparan di Indonesia

5.4.2.1. Ketersediaan Pangan

Dalam rangka pencapaian MDG’s untuk menjaga status nutrisi dan gizi, serta

menghindari kelaparan masyarakat, pemerintah menerapkan berbagai strategi, terutama

pemerintah menjaga kestabilan ketersediaan pangan lewat peningkatan produkitivitas

dan kualitas hasil pertanian. Ketersediaan pangan yang harus dipastikan terlebih

dahulu, apakah cukup untuk seluruh penduduk Indonesia, dan hal itu tidak bisa

dipisahakan dari kuantitas dan juga kualitas produk pertanian. Beberapa tabel berikut

ini menujukan kapasitas produksi pangan utama selama 4 tahun terakhir:

Tabel 5.7: Perkembangan Produksi Tanaman Pangan (Ribu ton)

Jenis 2009 2010 2011 2012

Padi 64.398 66.469 65.756 69.045

Jagung 17.629 18.327 17.643 19.377

Kedelai 974 907 851 851

Kacang tanah 777 779 712 712

Kacang hijau 314 291 341 287

Ubi kayu 22.039 23.918 24.044 23.922

Ubi jalar 2.057 2.051 2.196 2.483

Sumber: BPS (diolah)

Tabel 5.8: Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura ( Ribu ton)

Jenis 2009 2010 2011 2012

Total Sayuran 10.628 10.706 10.871 10.939

Total Buah-buahan 18.653 15.490 18.037 18.089

Sumber: hortikultura.deptan.go.id 42

42

Diakses pada 30-06-2013

Page 50: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

104

Umumnya produksi pangan lokal mengalami kenaikan yang cukup baik (padi

dan jagung dan sayuran), hanya komoditas lain terlihat stagnan atau bakhan sedikit

menurun (kedelai dan kancang tanah,..). Namun dibandingkan dengan permintaan

dalam negeri masih belum cukup sehingga impor kedelai, gandum, beras dan jagung

tetap tinggi. Pada tahun 2011 impor beras sebesar 2,7 juta ton; kedelai 2,08 juta ton;

gandum 5,6 juta ton; dan jagung 3,2 juta ton43

. Untuk memastikan ketersediaan pangan

yang cukup pemerintah terpaksa melakukan kebijakan impor tetapi yang diharapkan

adalah kecukupan produksi dalam negeri dan penurunan quota impor.

Pada sisi yang lain, memastikan keamanan pangan negara dengan meningkatkan

produktivitas pertanian juga banyak ditentukan oleh berbagai faktor lain, termasuk

infrastruktur, investasi, ketersediaan input (bibit, pupuk,..), penguasaan lahan pertanian,

teknologi,..44

.

Pemerintah mendukung peningkatan hasil dan kualitas pertanian dengan

membangun infrastruktur pertanian, pada kurun waktu 2005-2009 misalnya tercatat

pembangunan 388.106 ha jaringan irigasi tingkat usaha tani; 227.282 ha jaringan irigasi

desa; tata air mikro seluas 116.702 ha; jalan usahta tani sepanjang 3.992,24 km; sumur

serapan sebanyak 2.469 unit; konservasi dan reklamasi lahan seluas 80.457 ha45

, dan

juga pembangunan jalan desa yang memudahkan sirkulasi produk, serta membuka

akses untuk wilayah-wilahaya rawan pangan. Masalahnya sarana irigasi dan jalan desa

43

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian 2012. 44

Makalah dari Tulus Tambungan.2008. 45

Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014, hal 20.

Page 51: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

105

banyak yang rusak, kini kondisinya tidak cukup memadai karena kurang perawatan

atau sebab kebanjiran dan tanah longsor, dan kondisi tersebut menghambat efisiensi

dan produktivitas hasil pertanian serta pendistribusian pangan. Dokumen rencana

strategis kementerian pertanian menjelaskan bahwa prasarana pertanian yang

dibutuhkan namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usaha tani, jalan

produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan berpendingin udara,

laboratorium dan kebun percobaan bagi penelitian, laboratorium pelayanan uji standar

dan mutu, kebun dan kandang untuk penangkaran benih dan bibit,..

Selain infrastruktur, investasi dalam sektor pertanian adalah faktor yang penting

pula. Pemerintah meningkatkan investasi pertanian melewati APBN yang dialokasikan

kepada kementerian pertanian (tahun 2005 sebesar Rp 4,02 triliun meningkat Rp 17,8

triliun tahun 2012), dan juga jumlah subsidi untuk membantu daya saing petani terdiri

dari subsidi pupuk (sebesar Rp 2,59 miliar tahun 2005 meningkat Rp 17,44 miliar pada

tahun 2009), dan subsidi benih yang meningkat juga (Rp 125 juta menjadi Rp 1,31

miliar tahun 2009). Penguatan modal bagi petani dilakukan juga lewat Bantuan

Lansung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP)

diberikan per unit gabungan kelompok tani sebesar Rp 100 juta46

. Di samping itu ada

juga yang disebut dengan Dana Alokasi Umum dan Khusus (DAU, DAK) dari

pemerintah pusat ditransfer ke daerah untuk pembangunan infrastruktur perdesaan,

46

Ibid., hal 18-20.

Page 52: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

106

contohnya pada tahun 2010 DAK untuk jalan adalah sekitar Rp 2,8 triliun, untuk irigasi

Rp 968,4 miliar, dan untuk bidang pertanian Rp 1,54 triliun47

.

Alokasi anggaran untuk pertanian dikritisis tidak maksimal, bahkan sangat kecil

untuk merevitalisasi infrastruktur pertanian yang kurang dan banyak kerusakan.

Kementerian pertanian menghitung total investasi yang dibutuhkan untuk

pembangunan pertanian (2010-2014) setiap tahun kira-kira 220 triliun dan sumbernya

85% hingga 90% bersal dari swasta, perbankan dan masyarakat, dan hanya sebagian

kecil sekitar 10% - 15% yang disediakan oleh pemerintah baik melalui APBN maupun

APBD 48

.

Selain itu sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang mempunyai

keterbatasan mendapatkan kredit atau permodalan, mengingat bahwa jumlah petani

skala kecil sangat banyak (dari Sensus Pertanian 2003 sebanyak 14 juta lebih RT

petani), dan mereka itu tidak mempunyai asset agunan seperti rumah, dan luas lahan

rata-rata kurang dari 0,5 ha, yang juga kebanyakan belum memiliki legalitas kuat

seperti sertipikat sehingga sulit mengakses kepada sistem perkreditan. Status

kepemilikan lahan yang sangat minim ini terutama disebabkan oleh konversi lahan ke

non-pertanian (untuk fasilitas dasar) yang terus meningkat dibandingkan dengan

penambahan lahan sawah yang tidak signifikan, dan juga ketimpangan distribusi lahan.

Pengamat dari Akatiga justru menekankan bahwa ketersediaan jangka panjang sembako

terancam konversi lahan yang sangat cepat dan besar-besaran, tetapi data tidak

47

Journal Pangan, Vol. 20 No.1 Maret 2011: 1-13 48

Kementan hal 147

Page 53: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

107

meunujukan begitu, karena 90% lahan di Indonesia dimiliki oleh swasta dan individu,

dan kira-kira 10% milik pemerintah maka konversi tidak terkendali. Jadi terdapat

masalah konversi dan keterbatasan penguasaan lahan yang merupakan asset utama

pembangunan sektor pertanian, dan hal itu menghambat kesejatheraan petani, dan

berakibat pula kepada produksi dan keamanan pangan.

Hal lain mempengaruhi ketersediaan pagan adalah ketersediaan in-put seperti

bibit dan pupuk serta perkembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi

dalam negeri dan daya saing produk pertanian. Telah dibuktikan di lapangan bahwa

penggunaan bibit unggul menjadi faktor kunci keberhasilan peningkatan produksi

khususnya beras, jagung dan tebu. Kendalanya sistem perbibitan nasional belum

berjalan optimal. Kebanyakan benih unggul saat ini diimpor, misalnya padi hibrida,

sayuran dan bibit sapi, karena kebutuhan benih tidak dapat dipenuhi oleh industri benih

dalam negeri, dan varietas yang dihasilkan belum bisa bersaing dengan varietas-varietas

dari luar negeri, sehingga impor benih masih terus dilakukan. Lebih lanjut industri

benih sulit berkembang karena produksinya memerlukan investasi yang cukup besar,

dan makan waktu yang lama sebelum dapat dipasarkan, apalagi tambah dengan

peraturan bahwa varietas benih yang baru harus melakukan uji adaptasi sebelum

dilepas, yang juga membutuhkan biaya mahal.49

Untuk menyikapi hal tersebut

pemerintah memberikan insentif bagi petani agar tetap bisa memakai benih unggul

49

Penjelasan diambil dari Rencana strategis Kementan, hal 32; dan

http://benihipb.files.wordpress.com/2011/03/tm02-dan-03-kebijakan-produksi-dan-tingkatan-industri-

benih.pptx. diakses pada 05-07-2013

Page 54: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

108

dengan memberikan subsidi benih tidak langsung (subsidi harga), dan subsidi langsung

benih unggul (BLBU).

Mengenai in-put pupuk, sama dengan halnya benih, pemerintah memberikan

fasilitas berupa subsidi pupuk juga yang memiliki dampak positif kepada peningkatan

produksi, dan ketahanan pangan nasional. Walaupun itu, petani menghadapi juga

masalah dengan kenaikan harga pupuk sebab bahan baku produksinya naik tajam pula

(fosfor, sulfur,..), sehingga seringkali terdapat kelangkaan pupuk khususnya yang

bersubsidi, dan juga masalah distribusi yang belum benar-benar sampai kepada

petani50

. Kementerian pertanian menjelaskan bahwa masih ada tantangan sarana

produksi, karena belum cukup tersedianya benih unggul bermutu, pupuk, pakan,

pestisida, obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usaha tani, serta

belum berkembangnya kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi (penangkar

benih dan alat pertanian). Selain itu kedua subsidi tersebut juga dilengkapi pemerintah

dengan subsidi bunga kredit, yaitu selisih antara bunga ditentukan perbankan dan yang

dibayar oleh petani, subsidi ini merupakan insentif diberikan kepada petani dan

peternak pada skema prekreditan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E);

Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP); Kredit

Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), termasuk juga skema KUR.51

Selanjutnya, teknologi pertanian di Indonesia sudah cukup tersedia sesuai

dengan pengembangan penelitian dan inovasi teknologi yang dihasilkan lembaga

50

sebagai terlihat dalam penjelasan Tulus, hal 26-27 51

Kementan, hal 77, dan 79-80.

Page 55: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

109

penelitian, juga pihak perusahaan sarana produksi, baik itu inovasi terkait dengan

varietas benih unggul (varietas unggul padi, varietas unggul jagung, varietas unggul

kedelai..), maupun teknologi produksi pupuk dan produk bio; alat dan mesin pertanian;

serta alat pasca panen dan pengolahan hasil pertanian. Telah dikembangkan juga

inovasi pola tanam dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), dan Pengedalian

Hama Terpadu (PHT). Namun berbagai teknologi tersebut belum semuanya yang dapat

diadopsi oleh masyarakat petani, mereka memiliki keterbatasan terutama dalam

memperoleh sarana produksi (alat, benih ataupun pupuk) karena biayanya yang tinggi,

dan juga ada persoalan keterbatasan keterampilan dan pengetahuan petani untuk

menerapkan teknologi baru, contohnya proses diseminasi.

Sebetulnya inovasi dan teknologi tinggi yang umumnya dikuasai para

perusahaan penghasil sangat berdampak positif kepada peningkatan hasil produksi

pertanian, tetapi di sisi lain setiap inovasi baru tentu semakin jauh dari jangkauan

petani, dalam arti biaya dan kemampuannya. Untuk itu pemerintah membantu petani

dengan bantuan pembelian alat dan mesin (Alsintan), sebagian besar petani

mendapatkan mesin tersebut dari pemerintah, ada juga yang membeli secara pribadi.

Para petani juga diberikan pelatihan dengan upaya mendukung pengembangan

kelembagaan petani, dan salah satunya adalah Lembaga Mandiri yang Mengakar di

Masyarakat (LM3). Lewat LM3 disalurkan bantuan modal guna memberdaya SDM,

meningkatkan akses terhadap sumberdaya, teknologi dan pasar, serta berbagai

kemitraan lain. Dalam hal ini peran penyuluh juga sangat penting sebagai fasilitator

Page 56: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

110

yang memfasilitasi petani dalam akses kepada informasi terkait dengan input ataupun

teknologi produksi dan pemasaran. Para penyuluh pertanian berperan juga membagikan

ilmu dan pelatihan, memfasilitasi proses pembelajaran, mengidentifikasi dan

memecahkan permasalahan petani, juga berperan sebagai penghubung antara

pemerintah dan petani. Sementara para penyuluh tersebut medapatkan pelatihan dari

Bidang Litbang kementerian pertanian melalui Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian.52

Salah satu persoalan dalam penyediaan pangan di Indonesia kalau dikaitkan

dengan kesejahteraan petani adalah bahwa para petani lokal kurang mendapatkan

proteksi dari pemerintah sehingga tidak bisa menggali potensi pagan lokal dan

berdaulat sebagai produsen utama pangan. Strategi pemerintah mengenai ketahanan

pangan berkelanjutan terkadang lebih cenderung menjaminkan ketersediaan pangan

saja untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga. Namun pada satu sisi selama ini

kecenderungan tersebut banyak merugikan petani, karena kenyataannya adalah asal

kertersediaan terjamin, baik itu diimpor dari luar (terutama komoditas hortikultura:

buah-buahan, bawang, sayur terlihat membanjiri pasar lokal), meskipun menjatuhkan

harga dari petani. Sementara petani lokal tidak bisa bersaing dengan produk impor

karena daya jangkau mereka terhadap teknologi yang terbatas mengalahkan mereka

52

Penjelasan berdasarkan berbagai sumber: Rencana strategis Kementan, hal 22, 25; http://pustaka-

pertanian.blogspot.com/2011/12/cara-mendapatkan-bantuan-alsintan-dari.html ; dan

http://www.sainsindonesia.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=610:penyuluh-bantu-

petani-mengakses-teknologi-pertanian&catid=59&Itemid=111 diakses pada 06-07-2013

Page 57: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

111

dalam kualitas maupun harga. Produk impor biasanya berasal dari negara yang

memiliki keunggulan teknologi, lahan yang luas dan melakukan proteksi atas

petaninya.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensial lahan dan tenaga kerja

pertanian yang tinggi, jadi para petani bisa memproduksi (dengan dukungan yang

kondusif bagi mereka), dan kemiskinan dapat diatasi tetapi masalahnya seperti telah

dijelaskan adalah adanya ketimpangan-ketimpangan pembagian lahan, kebanyakan

petani bekerja sebagai buruh tani, atau memiliki sebagian kecil lahan, dan kesulitan

mengakses kepada kredit. Petani tidak bisa berdaulat karena tidak punya tanah, semua

in-put mulai dari benih, pupuk sampai teknologi sangat bergantung, terutama kepada

berbagai perusahaan asing yang menjadi produktor in-puts dalam negeri. Mereka tidak

mendapatkan proteksi pasar yang baik karena rantai distribusi dikuasai pengusaha-

pengusaha yang membeli hasil panen dengan harga murah dan menjual mahal kepada

konsumen, jadi nilai tambah pertanian lebih dinikmati oleh pedagang bukan oleh

produsen pangan yaitu petani.

Dalam hal itu kekuasaan dan hak masyarakat untuk menentukan sistem

produksi, konsumsi dan pemasaran secara mandiri ditimpah oleh mekanisme pasar

bebas dan globalisasi pasar. Dan dewasa ini kedaulatan pangan sangat diperjuangkan

para petani. Persoalan ini akhirnya menggaggu juga ketersediaan pangan karena dalam

Page 58: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

112

kerugiannya tidak sedikit petani yang beralih ke komoditas dengan profitabilitas lebih

tinggi atau meninggalkan usaha tani untuk pergi ke kota.

5.4.2.2. Aksesibilitas terhadap Pangan

Pertama masyarakat menderita kelaparan (atau kekurangan gizi) karena masalah

kemiskinan, yaitu keterbatasan secara ekonomi (daya beli) untuk memperoleh pangan.

Untuk masalah akses ekonomi pemerintah mengatasinya dengan cara pemberdayaan

(memperbaiki pendapatan lewat PNPM, KUR, SPP, BLM, berbagai kredit lain).

Program pemerintah Raskin juga termasuk upaya untuk meningkatkan akses penduduk

terhadap makanan pokok beras, terutama mereka yang terbatas daya belinya.

Kedua kelaparan terjadi karena masalah akses fisik (jarak), tidak sedikit

masyarakat Indonesia yang mengalami rawan pangan karena pangan tidak sampai ke

daerah mereka, dan jika sampai harganya mahal oleh sebab masalah transportasi dan

infrastruktur jalan yang belum memadai untuk menjangkau seluruh wilayah.

Demikian aksesibilitas masyarakat terhadap pangan terganggu oleh biaya

pemasaran yang tinggi, jadi ada masalah akses atas pangan yang tidak merata, dan hal

itu merupakan tugas pemerintah untuk membuka akses. Jika dilihat dalam Rencana

Kerja Pemerintah 2014 (241-244), tercatat beberapa usaha untuk meningkatkan

infrastruktur dalam upaya mendukung pendistribusian pasokan pangan dan barang lain.

Pada tahun 2012 secara umum terdapat peningkatan infrastruktur konektivitas yang

dilaksanakan dengan preservasi jalan nasional (36.267 Km), dan preservasi jembatan

Page 59: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

113

(289.909 m); pelebaran jalan (4.632 km) dan jembatan (9.746 m); prasarana

transportasi antar pulau terutama melalui pembangunan terminal tipe A (antar propinsi)

dan terminal antarlintas batas negara yang tersebar di 31 lokasi; pembangunan

infrastruktur perkeretaapian melalui pembangunan jalur kereta api baru dan jalur ganda

untuk mendukung kelancaran jalur distribusi utama nasional pada lintas Utara dan

Selatan Pulau Jawa (103,08 km), peningkatan kondisi dan pengaktifan kembali jalur

kereta api sepanjang 79,35 km serta peningkatan jumlah sarana kereta api;

pembangunan dan pemeliharaan 245 pelabuhan, termasuk beberapa pelabuhan

strategis; pembangunan dan pengembangan bandara strategis terutama di daerah rawan

bencana.

Pemerintah mendorong juga pembangunan infrastruktur jalan di wilayah

terpencil, perbatasan, perdalaman dan pulau terluar (928,31 Km); dan pembangunan

kapal perintis/penumpang, serta pemberian subsidi pelayaran perintis untuk

menguatkan kegiatan ekonomi di daerah terpencil.

Mengkaji keamanan pangan dan kecukupan gizi masyarakat Indonesia, jika

diukur dari basis rumah tangga, sebetulnya kerawanan pangan sangat tinggi di wilayah

timur dalam arti insiden rawan pangan seperti Papua, Papua Barat dan Maluku, tetapi

dalam jumlah atau distribusi rumah tangga rawan pangan, peneltian menunjukan bahwa

sekitar 25% RT rawan pangan berada di 3 provinsi di Jawa yakni Jawa Timur, Jawa

Tengah dan Jawa Barat, meskipun di pulau Jawa dikatakan pembangunan sudah

Page 60: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

114

merata. Lebih rinci daerah yang mendesak mengingat tingginya tingkat kemiskinan dan

insiden rawan pangan RT adalah Papua, NTB, NTT, Maluku, Gorontalo, Jatim, DIY.53

Menurut Sekretariat MDG’s Nasional persoalan yang sebenarnya adalah bukan

ketersediaan pangan, ketersediaan bisa dikatakan lumayan cukup di Indonesia

(produksi beras lokal meningkat dan impor juga masih dilakukan untuk menjaga

kestabilan pasokan dan harga) tetapi faktor kunci keamanan pangan yaitu aksesibilitas

masyarakat di desa-desa terpencil yang merupakan masalah besar.

Upaya pemerintah dalam membangun prasarana distribusi masih belum cukup

memadai, tantangannya adalah prasarana distribusi darat dan antar pulau terbatas untuk

menjangkau seluruh konsumen; khusus di wilayah terpencil kelembagaan pemasaran

belum berkembang optimal dan mengakibatkan fluktuasi harga; terdapat juga biaya-

biaya pungutan resmi atau tidak resmi di sepanjang jalan distribusi dan memberatkan

harga yang harus diabayar konsumen54

. Tidak bisa dilupakan bahwa para petani juga

merupakan net konsumen ketika pasca panen candangannya habis dijual untuk

mendapatkan penghasilan demi kebutuhan rumah tangga.

Ketiga kelaparan terjadi karena banyak wilayah Indonesia yang rawan akan

bencana alam yang mengakibatkan pengusian warga, dan hal seperti ini sifatnya sudah

darurat sehingga pemerintah melakukan bantuan darurat pangan yang disertai dengan

bantuan perawatan kesehatan lewat Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan

53

Dari Erna Yulianingsih dan Abuzar Asra 2008, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. XX (1), 2012:

51-64. 54

Kaman Nainggolan, Jurnal Pangan, Vol. 20 No 1 Maret 2011:1-13.

Page 61: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

115

biasanya bersama kementerian kesehatan, atau PMI. Contoh seperti gempa bumi yang

baru saja terjadi di Aceh (Juli 2013) ratusan personil BNPB dan BPBD, dibantu dengan

personil TNI dan Polri, dan PMI terlibat dalam penanganan darurat bencana tersebut.

5.4.2.3. Penggunaan pangan

Yang dimaksud dengan penggunaan atau pemanfaatan pangan adalah

bagaimana pola konsumsi masyarakat didorong untuk mencapai gizi yang cukup dan

seimbang. Selain ketersediaan dan aksesibilitas, keamanan pangan juga memerlukan

terjaganya pola konsumsi yang memenuhi kebutuhan gizi, yang pada gilirannya

menentukan tingkat kesehatan dan tingkat produktivitas masyarakat. Sesuai dengan

standar nasional angka kecukupan konsumsi kalori adalah 2.000 kkal/kapita/ hari, dan

konsumsi protein adalah 52 gram /kapita/hari. Tabel berikut menunjukan contoh rata-

rata konsumsi energi nasional di Indonesia:

Tabel 5.9: Angka nasional rata-rata konsumsi kalori dan konsumsi protein

Konsumsi Energi 2011 (Maret) 2012 (September)

Kalori (kkal/kap/hari) 1 952,01 1 865,30

Protein (gram/kap/hari) 56,25 53,14

Sumber: Susenas berbagai tahun BPS

Pada tahun 2011 (Maret) angka nasional rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari

adalah 1.952,01 kkal, dan 2012 (September) adalah 1.865,30 kkal (terdapat penurunan

namun tetap masih di bawah standar). Sementara rata-rata konsumsi protein

2011(Maret) adalah 56,25 gram, dan pada 2012 (September) adalah 53,14 gram, jadi

terdapat penurunan lebih besar tetapi kedua sudah di atas standar. Namun permasalahan

Page 62: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

116

besar dalam kualitas gizi maysarakat adalah adanya kesenjangan konsumsi yang

didominasi oleh kelompok makan padi-padian (cereals), terutama beras. Pola makan

masyarakat cenderung lebih banyak karbohidrat, karena memang beras sudah menjadi

makanan pokok bagi masyarakat Indonesia , dengan konsumsi setinggi 139,15

kg/kapita/tahun pada tahun 2010, dua kali lipat dengan rata-rata konsumsi beras dunia

per kapita/tahun yaitu 60 kg.55

Sedangkan tingkat konsumsi kelompok pangan hewani,

dan kelompok yang sumber vitamin dan mineral relatif rendah, sehingga kurang

beragam dan tidak seimbang. Sebagai contoh, pada tahun 2012 konsumsi kalori per

kapita dari sereal56

(beras, termasuk jagung, gandum) adalah 886,84 kkal; daging 61,62

kkal; telor dan susu 50,25 kkal; ikan 47,26 kkal, buah-buahan 35,12 kkal. Demikian

konsumsi karbohidrat jauh lebih tinggi, padahal Indonesia adalah negara kepulauan

yang memiliki banyak laut dan bisa menjadi potensi besar untuk sumber asupan energi.

Hulunya ketergatungan pada pola konsumsi tunggal beras berasal dari kebijakan

pemerintah orde baru untuk meningkatkan produksi beras sehingga mengakibatkan

itensifikasi konsumsi beras, dan memicu berbagai daerah untuk meninggalkan makanan

lokal seperti sagu, ubi, jagung, dll. Akhirnya beras menjadi komoditas strategis

meskipun menanam sagu misalnya lebih mudah dan tidak mahal dibandingkan beras

(perlu bibit, irigasi, pemberantasan hama,.). Suatu hal yang menarik perhatian juga

adalah meningkatnya konsumsi pangan berbasis gandum (mie, roti,..) sementara

55

Departmen Pertanian, Roadmap Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Menuju Surplus Beras

10 Juta Ton pada Tahun 2014. 56

Susenas BPS diakes dari www.bps.go.id 11-07-2013

Page 63: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

117

sebagian besar komoditi ini diimpor karena sulit tumbuh dengan iklim yang ada di

Indonesia, dengan demikian pemerintah harus banyak mengeluarkan devisa.

Jadi ada persoalan kekurangan diversifikasi pangan dalam pola nutrisi

masyarakat Indonesia yang sangat memberatkan upaya keamanan pangan serta upaya

menangani pengeluaran pemerintah. Untuk mengatasi hal itu pemerintah telah

mengambil tindakan untuk mempercepat diversifikasi pangan berbasis sumberdaya

lokal57

dengan memanfaatkan kembali komoditas pangan lokal yang ada sumber

karbohidrat (umbi-umbian, sagu, jagung,.), dan mengurangi konsumsi beras sebesar

1,5% per kapita per tahun. Program diversifikasi pangan dilakukan dengan

meluncurkan sasaran skor PPH (Pola Pangan Harapan) yang idealnya adalah 100,

namum diusahakan secara bertahap pada 2011 sebesar 88,1 dan 95 pada 2015. PPH

merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan

energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima,

ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama58

. Susunan tersebut dianjurkan untuk

kehidupan rakyat yang sehat, aktif dan produktif karena kuantitas dan kualitas

konsumsi energi diatur, dan di sisi lain membantu pemerintah meringankan masalah

ketergantungan pada makanan pokok beras. Demikian PPH telah dijadikan ukuran

keberhasilan upaya diversifikasi pangan di Indonesia. Berikut ini suatu tabel yang

menunjukan sasaran konsumsi energi beberapa tahun dan PPH ideal:

57

Peraturan Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan Berbasis Sumberdaya lokal. 58

Kaman Nainggolan, Jurnal Pangan, Vol. 20 No 1 Maret 2011:1-13.

Page 64: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

118

Tabel 5.10: Sasaran Konsumsi Energi terhadap AKG dan Skor PPH (%)

Kelompok Pangan 2010 2011 2012 PPH Ideal

Padi-padian 54,9 53,9 52,9 25,0

Umbi-umbian 5,0 5,2 5,4 2,5

Pangan Hewani 9,6 10,1 10,6 24,0

Minyak dan Lemak 10,1 10,1 10,1 5,0

Buah/Biji Berminyak 2,8 2,9 2,9 1,0

Kacang-kacangan 4,3 4,4 4,6 10,0

Gula 4,9 4,9 5,0 2,5

Sayur dan Buah 5,2 5,4 5,5 30,0

Lain-lain 2,9 2,9 2,9 0,0

Total Konsumsi terhadap AKG 99,75 99,8 99,85 100,0

Skor PPH 86,4 88,1 89,8 100

Sumber: BKP (Data dari BPS diolah oleh BKP)

Upaya yang dilakukan kementerian pertanian dalam hal ini meliputi kampanye,

pendidikan formal dan non formal, penyuluhan, pemanfaatan pekarangan, pembinaan

UKM untuk memproduksi dan menjual aneka-ragam pangan lokal jadi mendorong

investasi agroindustri pangan lokal termasuk tepung berbasis sumberdaya lokal,

tanaman pangan, hortikultura, susu, dan daging; dan juga pemberian penghargaan,

pengembangan bisnis pangan, serta penerapan standar mutu59

.

Meskipun itu kualitas konsumsi pangan masyarakat belum mencapai kondisi

idealnya jika dilihat dari skor PPH tahun 2009 yaitu 75,7; naik menjadi 77,5 pada

tahun 2010, kemudian turun pada tahun 2011 menjadi 77,3.60

Berarti jika dibandingkan

dengan sasaran skor PPH tujuan pada 2010 dan 2011 tidak terwujud dan masih jauh

59

Op.Cit; dan dari

http://www.neraca.co.id/harian/article/26605/Konsumsi.Beras.Nasional.Tertinggi.SeAsia 11-07-2013 60 http://www.setkab.go.id/artikel-7199-.html 10-07-2013

Page 65: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

119

dari skor ideal, bakhan terus menurun. Sebabnya antara lain adalah bahwa upaya

sosialisi, promosi PPH kepada masyarakat, dan dukungan terhadap UKM untuk

mengembangkan olahan pangan lokal belum optimal; ada juga masalah lambatnya

perkembangan, penyebaran, dan penyerapan teknologi pengolahan pangan lokal.

Di samping itu masalah kemiskinan dan daya beli sebagian besar masyarakat

menghambat kemampuan mereka menjangkau semua komponen pola pangan harapan

(mengetahui bawa ketersediaan beras lebih terjamin dengan harga murah dari pada

buah-buahan, dan daging misalnya); serta berkembang pesat industri pangan siap saji

yang sebagian besar memakai bahan impor khususnya dari gandum, jadi konsumsi

beras menurun, dan sebaliknya konsumsi gandum naik dari 6,74 kg/kapita/tahun pada

2002 menjadi 9,88 kg tahun 2011. Selain faktor tersebut termasuk tantangan pula sisi

budaya masyarakat yang kurang sadar akan pola nutrisi sehat, dan semakin

meninggalkan pangan lokal.61

5.4.2.4. Stabilitas Pangan

Jika dilihat dari berbagai penjelasan telah dipaparkan, stabilitas pagan di

Indonesia agak sukar untuk dijamin karena berbagai dinamika faktor yang

mempengaruhi ketersediaan, distrubusi dan harga pangan. Stabilitas pasokan pangan

sering terganggu oleh perubahan iklim (gagal panen karena kekeringan atau kebanjiran)

dan konversi lahan pertanian yang besar-besaran. Kestabilan distribusi atau pemasokan

61

Revisi Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 – 2014, hal 31-32.

Page 66: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

120

masih belum merata karena terhambat prasarana yang tidak memadai terutama di

wilayah terpencil, dan hal tersebut pada gilirannya mempengaruhi stabilitas harga.

Selain itu tingkat inflasi, dan kenaikan harga minyak menambah beban kestabilan

aksesibiltas masyarakat terhadap pangan pokok karena daya beli menurun.

Selain mendorong peningkatan produksi pertanian, mengimpor pada waktu

tertentu ketika terdapat kelangkaan komoditas, memberdayakan masyarakat, serta

membangun infrastruktur, upaya pemerintah yang mendasar untuk menstabilkan

ketersediaan dan harga pangan pokok adalah dengan mengantisipasi perubahan iklim.

Strategi pemerintah sebagai antisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadap isu global ini

anatara lain mencakup62

:

(1) identifikasi daerah yang rawan bencana dan delineasi wilayah atau lahan

berdasarkan tingkat dampaknya; (2) penyesuaian pola tanam terutama tanaman pangan

yang sangat rentan perubahan iklim melalui perbaikan dan pengembangan jaringan

irigasi dan drainase, normalisasi dan peningkatan kapasitas waduk, reklamasi,

rehabilitasi dan konservasi lahan terlantar atau terdegradasi, konservasi DAS kritis hulu

utama di Jawa, Sulawesi dan Sumatera; (3) Perakitan dan penerapan teknologi adaptif

yang ramah lingkungan dan rendah penurunan emisi GRK seperti varietas unggul (yang

toleran genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, OPT), pupuk organik atau bio,

teknologi pengelolaan lahan, pemupukan dan air; (4) Sosialisasi teknologi dan model

62

Rencana strategis Kementan, hal 82-84.

Page 67: BAB V UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/170820/2011/170120110001_5_8167.pdf · Sumber: BPS Februari 2013 ... 4 Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI,

121

adaptasi seperti System Rice Intensification (SRI) dan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT);..