BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir...

28
152 BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DARUL FALAH KUDUS A. Profil Pondok Pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus Jekulo adalah salah satu desa sekaligus kecamatan yang terletak di ujung timur Kabupaten Kudus. Secara geografis, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah berlokasi di desa Jekulo salah satu wilayah kecamatan Jekulo, sekitar 10 kilometer arah timur Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah. Gambar 5.1 Peta Lokasi Desa Jekulo Kudus Mayoritas penduduk Jekulo dilihat dari aspek sosial keagamaan penduduknya beragama atau memeluk Islam (93,2%) dan selebihnya beragama Kristen dan Katolik. Meskipun demikian, jumlah tempat-tempat ibadah sebagai sarana dalam melaksanakan ajaran dan kegiatan keagamaan, terlihat hanya

Transcript of BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir...

Page 1: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

152

BAB V

SISTEM PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DARUL FALAH KUDUS

A. Profil Pondok Pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus

Jekulo adalah salah satu desa sekaligus kecamatan yang terletak di ujung

timur Kabupaten Kudus. Secara geografis, pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah berlokasi di desa Jekulo salah satu wilayah kecamatan Jekulo, sekitar 10

kilometer arah timur Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 5.1

Peta Lokasi Desa Jekulo Kudus

Mayoritas penduduk Jekulo dilihat dari aspek sosial keagamaan

penduduknya beragama atau memeluk Islam (93,2%) dan selebihnya beragama

Kristen dan Katolik. Meskipun demikian, jumlah tempat-tempat ibadah sebagai

sarana dalam melaksanakan ajaran dan kegiatan keagamaan, terlihat hanya

Page 2: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

153

pemeluk agama Islam saja yang memilikinya, yaitu masjid 5 buah dan mushala

30 buah. Pemeluk agama selain Islam ketika menjalankan ibadah ritual

aktivitas keagamaan senatiasa pergi ke tempat lain disekitar Jekulo, seperti

Hadipolo dan bahkan ke kota Kudus.

Pada aspek pendidikan, desa Jekulo terkenal dengan pusat pondok

pesantren sebab ada sekitar 11 pondok pesantren yang berdomisilin di wilayah

desa ini, dan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah adalah termasuk pondok

pesantren yang memiliki jumlah santri paling banyak. Setiap pondok pesantren

menyelenggarakan bentuk kegiatan pendidikan dengan berdiri sendiri. Ada

yang menggunakan model klasik, bandongan dan sorogan. Ada pula yang

menyelenggarakan kajian dan pendidikan dengan memiliki kecenderungan

keilmuan yang menjadi ciri masing-masing pondok pesantren seperti fiqh,

tasawuf, tauhid atau kanuragan, menjadikan desa Jekulo identik dengan pusat

pondok pesantren di wilayah Kudus.

Sebelum kemerdekaan Negara RI 17 Agustus 1945, telah berdiri pondok

pesantren untuk mendidik kader bangsa yang selanjutnya menjadi ulama yang

ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tepatnya pondok

pesantren tersebut berdiri pada tahun 1923, di bawah asuhan KH. Yasin.

Pesantren dibawah asuhan KH. Yasin ini kemudian diteruskan oleh putranya

KH. Muhammad Yasin dan kedua santri yang dipercaya yaitu KH. Ahmad

Basyir dan KH. Hanafi.

Masa kepemimpinan KH. Muhammad Yasin perkembangan pondok

pesantren semakin pesat, sehingga daya tampung gedung tidak memadai. Pada

Page 3: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

154

tahun 1968-1969 ada seorang dermawan yang bernama H. Basyir memberi

waqaf bangunan kuno kepada KH. Ahmad Basyir, kemudian KH. Ahmad

Basyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah",

tepatnya pada tanggal 1 Januari 1970 M.

Kata Darul Falah berasal dari dua kata yang terpisah yaitu Darul dan

Falah. Kata Darul berasal dari kata ad-daar yang berarti rumah, sedangkan

kata Falah berasal dari kata al-Falah yang berarti beruntung atau menang.

Kata Darul Falah kemudian diartikan sebagai “Rumah Keberuntungan” atau

Rumah orang-orang beruntung. Arti tersebut sesuai dengan harapan yang

diinginkan agar para santri yang menggali ilmu di pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah nantinya menjadi orang yang beruntung baik di dunia maupun di

akherat dan dapat di ambil keuntungannya oleh masyarakat setelah mereka

terjun ke lingkungan masyarakat.

KH. Ahmad Basyir sendiri adalah putra dari K. Muhammad Mubin.

Beliau lahir di Desa Karang Jekulo pada tanggal 30 November 1925. Saat usia

anak-anak beliau mengenyam pendidikan formal di Veer Folexs Shcooll

(sekarang SD) sampai tamat kelas V karena dahulu belum ada kelas VI. Kini

Sekolah Dasar tersebut adalah SD Negeri I Jekulo. Selesai menamatkan

pendidikan di Veer Folexs Shcooll, beliau melanjutkan pendidikan non formal

di Madrasah Diniyah yang sekarang bernama Tarbiyah As-Sibyan. Beliau

dididik di madrasah ini oleh para kyai, diantaranya adalah KH. Dahlan. Selain

itu di Jekulo Beliau mengaji pada KH. Mansyur Kaelani, KH. Yasin, K.Hudlori

dan KH. Zainuddin. Sedangkan untuk mempelajari al-Qur‟an, beliau berguru

Page 4: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

155

kepada KH. Muhammad Mubin (ayahnya sendiri) dan KH. Mukhib, dan

pentashihan al-Qur‟an kepada KH. Mansyur Jekulo.

Tahun 1938 M, beliau mulai gemar berziarah ke makam-makam para

wali seperti Sunan Kudus, Sunan Muria, makam KH. Ahmad Mutamakkin

Kajen, dan makam para wali di Jekulo dan makam lainnya. Kegemaran beliau

lainnya adalah bersilaturrahmi ke ulama kharismatik, seperti KH. Hamid

Pasuruan, selain itu juga sering menyertai khataman al-Qur‟an dengan KH.

Arwani Kudus.

Tahun 1940, beliau belajar di pondok pesantren Janggalan Kudus, untuk

berguru kepada KH. Irsyad (ayah dari KH. Ma‟ruf Irsyad). Beliau tidak lama di

pondok pesantren ini, kurang lebih hanya 3 bulan kemudian melanjutkan

mengaji kepada KH. Khandiq kakak dari KH. Turaichan Ajhuri Kudus,

kemudian pindah ke Pati dan nyantri kepada KH. Muammadun Pondohan,

Tayu.

Semasa mudanya sekitar tahun 1944-1945, beliau ikut Badan Perjuangan

Republik Indonesia (BPRI). Sebuah organisasi pemuda yang gigih ikut

memperjuangkan kemerdekaan RI. Waktu itu BPRI dipimpin oleh Bapak

Karmain dan Bapak Mulyadi Jekulo. Sebelum masuk BPRI, beliau masuk

organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).

Pada waktu perjalanannnya thalabul ilmi, tahun 1949 beliau kembali ke

daerah Jekulo dan masuk kembali ke pondok pesantren Bareng Jekulo

pimpinan KH. Yasin. Sambil mengaji dan belajar beliau melakukan riyadhah

yaitu puasa tahunan. Pada tahun 1958, beliau diberi ijazah Dal al-Khairat

Page 5: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

156

beserta khizib-khizibnya dari guru beliau yaitu KH. Yasin, dengan cara

melaksanakan puasa tiga tahun berturut-turut sehingga akhirnya sampai

sekarang satu-satunya santri yang diberi ijin oleh gurunya untuk memberikan

ijazah Dal al-Khairat dan al-Qur‟an.

Budaya penghormatan dan rasa ta‟zhim pada kyai diajarkan di pondok

pesantren dan telah diajarkan dalam kitab ta‟lim al muta‟alim. Sebuah kitab

yang berisi tentang tata krama seseorang dalam menuntut ilmu. Puasa atau

ritual tirakat hal inipun diajarkan di setiap pondok pesantren klasik tak

terkecuali pondok pesantren Salafiyah Darul Falah yang mengajarkan Dal al-

Khairat. Puasa Dal al-Khairat adalah salah satu ijazah dengan ciri khas puasa

bertahun-tahun, di kalangan masyarakat awam dikenal dengan sebutan puasa

dalail. Ijazah Dal al-Khairat ini pula yang menjadi ciri khas pondok pesantren

Salafiyah Darul Falah.

Hal ini sesuai dengan motto di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

miliki yaitu “Njiret Weteng, Nyengkal Mata” yang memiliki makna ''Masa

muda bersusah payah, maka pada saat tua akan menemukan kesuksesan”.

Sengsara itu berarti berani lapar, berani bangun tengah malam, dalam artian

untuk belajar.1 Motto kalimat ini bersumber dari petuah Sunan Kalijaga dalam

salah satu Kitab Jawa yang menyerukan para santrinya untuk berperilaku

prihatin dan bersahaja (tidak mementingkan kenikmatan lahiriah) (Suara

Merdeka, 24 Oktober 2005). Ajaran tersebut menjadi salah satu dasar dari

1 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012

Page 6: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

157

ajaran Dal al-Khairat yang dikembangkan di pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah.

Pada tahun 1969, bersama dengan para kyai lain, beliau mendirikan

Madrasah Diniyah Nur al-Ulum Jekulo Kudus. Nama “Nur al-Ulum”

pemberian dari KH. Cholil dan madrasah tersebut dipimpin oleh KH. Khalimi

dengan guru-gurunya adalah KH. Cholil, KH. Khalimi, KH. Ahmad Basyir dan

KH. Mahin. Selanjutnya tahun 1970 M beliau mendirikan pondok pesantren

Salafiyah Darul Falah yang bertempat di sebelah utara Masjid Kauman Jekulo

dengan wakaf dari KH. Basyir (nama yang hampir sama dengan KH. Ahmad

Basyir).

Kelebihan lain yang dimiliki beliau semasa hidupnya, setiap membaca

baik itu kitab kuning atau yang lainnya tanpa memakai alat bantu kaca mata.

Setiap harinya beliau tidak pernah sepi dari tamu yang datang untuk meminta

ijazah atau yang lainnya. Serta setiap habis jama‟ah shalat subuh dan ashar,

beliau berziarah ke makam KH.Sanusi dan KH.Yasin, KH. Abdul Jalil dan KH.

Abdul Qohar. Setiap santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian yang

diberikan oleh KH. Ahmad Basyir atau yang disebut para santri dengan sebutan

Mbah Kung (Mbah Kakung).

Pada tahun 1972 KH. Ahmad Basyir mulai mendirikan bangunan baru

pada tanah milik pribadinya yang tepatnya di sebelah barat kediamannya.

Bangunan tersebut didirikan karena perkembangan jumlah santri mulai

bertambah. Sehingga saat itu pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus

sudah mempunyai dua gedung.

Page 7: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

158

Melihat bangunan yang pertama kurang layak dihuni santri dan

dikarenakan pula keterbatasan ruang dan fasilitas yang ada, maka pada tahun

1984 bangunan pertama pun ikut direnovasi, sehingga sampai sekarang

bangunan ini ditempati oleh santri putra.

Secara fisik bangunan-bangunan yang berada di komplek pondok

pesantren ini terdiri dari dua-tiga lantai, dan bangunannya telah terbuat dari

tembok terbuat dari bahan bangunan beton yang kualitasnya jauh lebih bagus.

Beberapa ruangan yang tersedia dalam bangunan tersebut pada lantai bawah

digunakan sebagai ruang kelas, sedangkan pada bagian atas untuk kamar-

kamar santri.

Keadaan kamar santri walaupun bangunan telah terbuat dari tembok

permanen, kamar-kamar santri tetap terlihat sederhana. Kondisi kamar terlihat

lebih baik, dalam arti telah menggunakan keramik dan santri disediakan karpet

sebagai alas tidurnya. Menurut saya kamar tersebut dapat ditempati 10-15

santri. Mereka terbiasa tidur di atas lantai tanpa kasur, papan-papan di pasang

pada dinding untuk menyimpan koper dan barang-barang lain. Biasanya santri

dari keluarga mampu membawa lemari sendiri. Selain tempat untuk tidur,

santri biasanya juga melakukan aktifitas lainnya, seperti shalat berjamaah dan

membaca al-Qur`an di dalam kamar, dikarenakan pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah tidak memiliki masjid, dan masjid yang biasa digunakan oleh

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah adalah masjid Jami` yang letaknya

sekitar 300 M dari pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dan digunakan

Page 8: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

159

bersama-sama dengan pondok pesantren lain dan masyarakat yang berada

disekitar pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus.

Setelah beberapa tahun berhasil mendidik santri dan banyaknya alumni

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus yang telah kembali di

masyarakat dan adanya „alaqah yang kuat terhadap pondok pesantren, ternyata

beberapa alumni berkeinginan untuk memasukkan putra putrinya di pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah, khususnya yang memiliki anak perempuan

sangat mendorong perlu diadakan pondok pesantren putri. Berdasarkan

kebutuhan tersebut dan setelah dipertimbangkan akhirnya terwujudlah pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah Putri tepatnya pada tahun 1994 M. Setelah

berjalan kurang lebih lima tahun, pondok pesantren putri terjadi perkembangan

sehingga menuntut tambahan bangunan dan itu terjadi ada penambahan

bangunan untuk pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Putri pada tahun

1999, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Putri ini bertempat di depan

KH. Ahmad Basyir sendiri, yaitu dikelola oleh KH. Ahmad Badawi dan KH.

Jazuli.

Selanjutnya tahun 2004, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

membagi kompleknya menjadi empat, tujuannya untuk memudahkan

pengelolaan. Empat komplek letaknya berada di Jekulo, dengan pembagian

menjadi dua komplek yaitu komplek putra dan dua komplek putri, yang semua

komplek diapit oleh rumah para pengelola pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah Jekulo Kudus yaitu KH. Ahmad Basyir, KH. Ahmad Badawi, KH.

Page 9: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

160

Ahmad Hamdi Asmu‟i, Lc., KH. Muhammad Jazuli, S.Ag., Ustadz Alamul

Yaqin, S.Hi dan Ustadz M. Syihabuddin, S.THi.2

Masing-masing komplek terkenal dengan sebutan Darul Falah I, II, III,

dan IV. Darul Falah I dan II diperuntukan bagi santri putra, sedangkan Darul

Falah III dan IV untuk santri putri.

Pembangunan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah tidak hanya

berhenti pada tahun tersebut, pada tahun 2004 berlangsung penambahan dan

perluasan pembangunan sampai lantai 3 (tiga), dan ditahun 2011 telah berdiri

aula pertemuan yang sangat memadai.

Pendidikan dan pengajaran yang didapat santri tidak hanya belajar ilmu

agama saja, akan tetapi pelajaran umum dan ketrampilan juga perlu dimiliki

oleh santri. Adanya kebutuhan tersebut, sebagaimana dikatakan di atas KH.

Ahmad Basyir pun mendirikan yayasan pendidikan Nurul Ulum, yayasan

tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh santri tapi juga oleh masyarakat

sekitarnya, dengan kapasitas tampung sebanyak kurang lebih 700 santri (putra-

putri).

Pada tahun 1986, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus

dipercaya oleh pemerintah untuk mengelola Pusat Informasi Pondok Pesantren

(PIP) di Kabupaten Kudus. Pondok pesantren ini diberi kepercayaan karena

kesungguhan dalam mengelola beberapa fasilitas pendidikan sebagai

penunjang kemajuan pondok pesantren.

2 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012

Page 10: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

161

Keberhasilan pondok pesantren selain digembleng dengan pendidikan

harus mempunyai visi dan misi yang jelas. Adapun visi dan misi pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus adalah sebagai berikut3; Visi,

Mencetak Insan yang bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu amaliyah, beramal

ilmiah, kreatif, trampil, mampu berkompetisi dalam era global berdedikasi

tinggi dalam agama dan bangsa.

Sedangkan Misi pondok pesantren; 1) Mendidik santri untuk menjadi

seorang muslim yang berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan

sehat lahir batin sebagai warga yang berpancasila. 2) Mendidik santri untuk

menjadi manusia muslim sebagai kader-kader ulama dan mubaligh yang

berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dalam mengamalkan syari‟at agama Islam

secara utuh. 3) Mendidik santri untuk memperoleh pribadi serta mempertebal

semangat kebangsaan sehingga menumbuhkan manusia seutuhnya yang dapat

membangun dan bertanggung jawab kepada bangsa dan negara. Dan 4)

Menciptakan situasi yang kondusif untuk mendukung tercapainya visi pondok

pesantren.

Visi dan misi tersebut ditegaskan dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 :

ر ي هللا ي ر ي ع نهللاور ال ع نر هللا ر أيمي ر ي مع تهللاور وي ال ع تي رمي هللاور ي بعمي وي هللا ي ي ي ات ار ع ر ي أهللاور

ر بع ) 11 : ام اة(حي

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kau kerjakan” (Soenarjo, 1998: 910-911).

3 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012

Page 11: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

162

Selain itu ditegaskan juga dalam hadits Nabi :

هللا حي لثيني ر ت بر هللا ي ع ي اي ي اي ع ي ت بر ع ي ر هللاونهللا ي ي ر وي ر ت بر هللا حي لثيني ي اي هللا ي

ر هللا مي مي ع يبر ع بر هللا حهللا حر يةي يمع راهللا ا ل ب مهللا ي وع طع ل يمع راهللا ي هللاواهللا خي هللا صي لى انلبع ر ع ال ي ي

ر هللا ع ع هللا مي ر ي هللاواهللا وي ي ل ي ر عى هللا ي قع ر هللا خي إعنلمي ا قع ى وي هللا ي ع م أيني وي اي ر هللا رطع ي ي اي وي

ةهللا ي ع ع ةم اهللامل تلى خي اي ي هللا ر مي ر ي هللا ر هللا ر ي ع أيمر ع ي يى ي اعمي تعىي حي و ( ع أيمر هللا ي ر

) ابخ ي

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair Telah menceritakan kepada

kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin

Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk

kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang dikehendaki Allah akan memperoleh kebaikan, niscaya

dianugerahi-Nya pemahaman dalam agama, Sesungguhnya saya adalah yang

membagi dan Allah memberi, Umat ini akan senantiasa kokoh pada perintah

Allah, yang tidak akan mendapat ancaman/bahaya dari orang-orang yang

mengantikannya sampai datang perintah Allah (hari kiamat)” (Muhammad bin

Ismail Al-Bukhari,tt: 24).

B. Santri

Santri pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus dapat

dikategorikan sebagai santri mukim. Santri mukim adalah santri (putra/putri)

yang menetap di dalam pondok pesantren dan berasal dari daerah yang jauh

dari pondok pesantren. Biasanya terdapat santri dari pondok pesantren lain

yang ikut mengaji dan pulang ke pondok pesantren masing-masing seusai

mengikuti pengajian. Mereka dapat digolongkan sebagai santri kalong. Santri

sebagai subyek didik merupakan in put yang melalui proses pendidikan akan

dibentuk menjadi out put (SDM) yang berkualitas. Sampai dengan tahun 2012,

pondok pesantren ini mempunyai santri berjumlah ± 600 putra dan putri.

Page 12: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

163

Santri yang menetap di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dapat

digolongkan menjadi empat tipe santri yaitu pertama santri khuffadz. Santri

khuffadz adalah santri yang menetap di pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah hanya untuk menghafalkan al-Qur`an. Adapun bila santri khuffadz ingin

menambah ilmunya dengan cara ikut pengajian kitab diperbolehkan, dan

dibebaskan sesuai keinginannya.4

Kedua, Santri Salaf yaitu santri yang menetap di pondok pesantren

Salafiyah Darul Falah khusus hanya ingin memperdalam kitab yang diajarkan

oleh kyai. Biasanya santri Salaf masuk di pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah hanya berijazahkan sampai SD atau SMP. Setelah itu mereka pergi ke

pondok pesantren hanya khusus ingin memperdalam kitab kuning yang

diberikan oleh kyai.

Ketiga, santri sekolah yaitu santri yang menetap di pondok pesantren

Salafiyah Darul Falah selain ingin mengaji tetapi juga mengikuti sekolah di

sekolah formal. Santri sekolah ini, sekolah di tempat yang telah didirikan oleh

KH. Ahmad Basyir yaitu di bawah yayasan NU Nurul Ulum. Madrasah NU

Nurul Ulum ini letaknya tidak jauh dari pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah.

Keempat, santri kuliah yaitu santri yang menetap di pondok pesantren

Salafiyah pondok pesantren Salafiyah Darul Falah selain mereka mengaji tetapi

mereka juga mengikuti perkuliahan di luar pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah atau Perguruan Tinggi yang berada di sekitar kota Kudus.

4 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012

Page 13: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

164

Keempat tipe santri tersebut tentunya jika akan mengikuti pengajian atau

seluruh kegiatan yang telah terjadwal di pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah ini disesuaikan dengan tujuan santri tersebut menetap di pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah.

Santri-santri yang belajar di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah ini

berasal dari berbagai daerah yang letaknya ada yang berdekatan dan berjauhan

dengan kota Kudus. Antara lain yaitu terdapat santri yang berasal dari Kudus,

kota lainnya yang berdekatan seperti Jepara, Demak, Kendal, dan ada yang

berasal dari Cirebon, Jakarta, Tangerang, Banten, dan sejumlah kota di

Sumatera. Karena santri adalah santri mukim, pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah Kudus mempersiapkan asrama yang digunakan oleh para santri

untuk tinggal selama mereka belajar.

Sebagaimana telah diterangkan di atas santri yang menetap di pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah terdapat empat tipe santri yaitu pertama santri

khuffadz, santri Salaf, santri sekolah, dan santri kuliah. Keempat tipologi

santri tersebut santri Khuffadz dan santri Salaf biasanya pertama masuk di

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah hanya berijazahkan sampai SD atau

SMP. Setelah itu mereka pergi ke pesantren hanya khusus ingin memperdalam

kitab kuning yang diberikan oleh kyai.

Kebanyakan santri, selain mengaji di pondok pesantren juga bersekolah

di sekolah formal. Mereka memiliki alasan bahwa di samping mengaji di

pondok pesantren, dengan bersekolah formal dapat memiliki dua ilmu

sekaligus yaitu ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama dari

Page 14: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

165

pondok pesantren. Alasan lain adalah mereka dapat memperoleh ijazah yang

dapat digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

atau untuk mencari kerja.5

Kondisi pendidikan Santri Darul Falah khususnya santri khuffadz dan

santri Salaf, tidak jauh beda dengan kondisi yang ada di pondok pesantren

Salafiyah APIK Kaliwungu, santri pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

Kudus memilih untuk belajar di pondok pesantren diantaranya karena

mahalnya biaya pendidikan. Sehingga mereka memilih untuk mempelajari

agama, agar kelak setelah keluar mereka dapat mengamalkan ilmunya di

masyarakat.

C. Pendidikan dan Pengajaran

Terselenggaranya pendidikan dan pengajaran dalam sebuah lembaga,

perlu pula terciptanya pola kerja dalam lembaga pendidikan yang kondusif.

Maka harus dibentuk suatu struktur yang jelas dan terorganisir, masing-masing

mempunyai fungsi dan kinerja yang berlainan tetapi tetap satu tujuan.

Struktur organisasi telah di atur tugas masing-masing sesuai dengan

kedudukannya. Tugas ketua, sekretaris dan bendahara yaitu mengatur semua

urusan administrasi yang ada di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah,

karena ketiganya memiliki kedudukan yang tinggi dalam struktur

kepengurusan.

5 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012

Page 15: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

166

Pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus melaksanakan

berbagai macam tugas pendidikan, diantaranya adalah pendidikan formal dan

non formal. Pendidikan non formal atau pendidikan yang dibentuk oleh pondok

pesantren adalah berupa pengajian Salafiyah dengan menggunakan kitab

kuning. Sedangkan untuk pendidikan formal diantaranya mendirikan program

kesetaraan di pondok pesantren Salafiyah dalam bentuk program Kejar Paket B

dan Paket C.

Model pendidikan non formal di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

dalam bentuk klasikal atau madrasah, dengan menggunakan metode sorogan,

yang sepenuhnya diatur dalam program Takhassus An-Nasyri. Jenjang

pendidikan yang diselenggarakan adalah setara dengan madrasah Tsanawiyah

(MTs) untuk Takhassus kelas I, II, III, dan setara Madrasah Aliyah (MA) untuk

kelas IV, V, dan VI.

Proses belajar mengajar di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

Jekulo Kudus, setiap santri berkewajiban mengikuti program belajar yang telah

diatur oleh pondok pesantren, yang dipandu oleh ustadz atau belajar mandiri

yang dilaksanakan di luar jam mengaji (belajar). Pendidikan dan pengajaran di

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah yaitu ;

1. Pengajian Kitab Bandongan

Pengajian kitab bandongan adalah proses belajar mengajar antara

kyai atau ustadz sebagai pengajar dan para santri memperhatikan dengan

seksama hanya mendengarkan dan memaknai kitab kuning yang telah

diajarkan. Pengajian ini dilakukan setiap hari kecuali hari selasa dan

Page 16: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

167

jum'at. Ada beberapa kitab yang dipakai dalam pengajian dalam waktu

yang berbeda. Pengajian kitab yang dilaksanakan, tidak semuanya

dipimpin langsung oleh kyai, akan tetapi oleh para ustadz atau santri

pondok pesantren sendiri yang sudah lulus takhassus.

2. Takhassus

Takhassus adalah jam belajar khusus santri selain pengajian kitab

yang diajarkan, sistem pembelajaran ini melibatkan semua santri dan

ustadz pondok pesantren yang telah lulus program takhassus, santri

tersebut dipandang mampu menguasai materi yang akan diajarkan. Serta

tetap memakai kurikulum sesuai dengan pelajarannya masing-masing.

Takhassus yang ada di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah ini

dinamakan dengan " Takhassus An-Nasyiri ". pelaksanaan Takhassus An-

Nasyri pada jam 14.30- 16.30 WIS.

Selain kegiatan Takhassus An-Nasyri, ada pula kegiatan belajar

mengajar tambahan yaitu Dirasah Shabahiyyah. Kegiatan ini wajib diikuti

oleh para santri yang tidak sekolah formal pada waktu pagi hari. Dirasah

Shabahiyyah ini terdiri dari tiga kelas dan pelaksanaannya jam 08.30-

10.00 WIS.

3. Ekstra Kurikuler

Ekstrakurikuler yang berada di pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah diantaranya latihan khitabah, tartilan al-Qur`an, pembacaan al-

Qur`an secara kolektif, pembacaan al-Barjanji, dan kursus menjahit.

Kursus menjahit ini diadakan untuk menambah life skill santri, akan tetapi

Page 17: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

168

untuk kursus menjahit tidak semua santri bisa mendapat kesempatan untuk

mengikuti kursus, dikarenakan selain memang fasilitas mesin jahit hanya

cukup untuk beberapa orang, dan tenaga pengajar yang ada masih terbatas.

Untuk mengikuti kursus menjahit ini tentunya santri perlu melalui seleksi,

tujuannya untuk mengetahui kesungguhan santri mengikuti kursus

menjahit.

Terdapat pula kegiatan mingguan, meliputi: Latihan Khitabah,

Tartilan al-Qur`an, pembacaan al-Barjanji, pembacaan Surat Yasin dan

Tahlil, Muqad ad-Daman, pembacaan Surat Waqiah.

Selanjutnya kegiatan bulanan, meliputi ; Istighasah, dengan

pelaksanaan Kamis Malam Jum‟at Wage, di pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah III dilakukan secara kolektif bersama keluarga besar pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah.

Terakhir kegiatan tahunan, meliputi ; Peringatan Hari Besar Islam

(PHBI), yang meliputi : Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Mu‟allif

Dal al-Khairat, Isra‟ Mi‟raj (Rajabiyah), Kilatan Ramadhan, dan Ziarah

Auliya'.

4. Madrasah NU Nurul Ulum

Madrasah NU Nurul Ulum didirikan sejak tanggal 17 Agustus 1983.

Madrasah NU Nurul Ulum didirikan karena semakin berkembangnya

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah, dan melihat banyak santri yang

belajar di sekolah formal yang letaknya di luar lingkungan pondok

pesantren.

Page 18: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

169

Madrasah NU Nurul Ulum memiliki yayasan tersendiri yaitu NU

Nurul Ulum. Yayasan NU Nurul Ulum adalah salah satu yayasan yang

berada di bawah Ma`arif NU. Walaupun Madrasah NU Nurul Ulum ini

tidak satu yayasan dengan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dan

dibawah Ma`arif NU, para pengelola dan ketua BPPM adalah dari

keluarga pondok pesantren Salafiyah Darul Falah atau putra dari KH.

Ahmad Basyir. Tujuan pemisahan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

dengan Yayasan NU Nurul Ulum, diharapkan pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah tetap dapat menjaga keasliannya sebagai pondok pesantren

Salafiyah.

Yayasan NU Nurul Ulum memiliki tiga jenjang pendidikan, yaitu

Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Taman Kanak-kanak NU

Nurul Ulum. Siswa Madrasah NU Nurul Ulum diantaranya santri yang

berdomisilin di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dan lingkungan

masyarakat sekitar pondok pesantren Salafiyah Darul Falah. Pelajaran

yang diterapkan di NU Nurul Ulum disesuaikan dengan kurikulum yang

berasal dari Kementerian Agama ditambah dengan kurikulum lokal,

dengan maksud untuk menambah pengetahuan agama siswa.

D. Program Wajar Dikdas

Pondok pesantren Salafiyah Darul Falah menerapkan metode

pembelajaran perpaduan antara sistem tradisional dan sistem modern.

Penggunaan sistem tradisional, berlangsung pada proses pengkajian kitab Salaf

Page 19: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

170

dengan cara bandongan dan sorogan. Metode modern diadopsi dengan adanya

pengelompokan santri sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memiliki tugas menyusun ;

1)Kurikulum muatan lokal. 2) Menyusun bahan belajar untuk bahan kajian

lokal. 3) Melakukan sosialisasi program. 4) Menyusun petunjuk teknis

pendidikan. 5) Menyusun jadwal ujian. 6) Membuat kisi-kisi soal untuk ujian

lokal.

Terakhir penyelenggara program, tugasnya; 1) Menganalisa lingkungan

untuk mendapatkan data tentang jumlah sasaran, jumlah nara sumber, potensi

alam bisa dikembangkan serta jenis kebutuhan belajar yang akan dijadikan

program pendidikan. 2) Merekrut tenaga tutor untuk setiap mata

pelajaran/bahan kajian. 3) Menyusun rincian tugas penyelenggara, tutor dan

Nara Sumber Teknis. 4) Menyiapkan sarana atau perlengkapan lain yang

diperlukan untuk kelancara kegiatan belajar. 5) Menyusun rencana program

pembelajaran termasuk jadwal tutorial. 6) Mengadakan kerja sama dengan nara

sumber dari instansi/ masyarakat untuk mendukung program.

Lahirnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pondok pesantren telah masuk dalam bagian yang tak terpisahkan dalam

Sistem Pendidikan Nasional (Haedari, 2007: iii). Pasal 15 UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jenis

pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,

keagamaan, dan khusus. Kemudian dalam Pasal 30 ayat 4 dijelaskan bahwa

Page 20: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

171

pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan Diniyah, pondok pesantren,

Pasraman, Pabhaja Samanera dan bentuk lain yang sejenis.

Adanya ketentuan tersebut, secara formal pondok pesantren adalah

bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang berhak mendapatkan perhatian

serius sebagaimana sub-sistem pendidikan yang lain (Syukur, 2004: 152-153).

Undang-Undang ini memiliki dampak yang positif bagi perkembangan

pendidikan di pondok pesantren. Fenomena ini dapat dilihat juga pada

perkembangan pendidikan di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus.

Karena metode pembelajaran yang diterapkan sangat sistematis, dan pada

tahun 2003 pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dipercaya sebagai

pengelola program wajib belajar di Kabupaten Kudus.

Wajar Dikdas yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah adalah untuk memberikan kesempatan pada santri pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah yang semula niatnya hanya akan menghafal al-

Qur`an atau hanya akan mengaji di pondok pesantren, dan pendidikan

mereka/santri, hanya sampai lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.

Wajar Dikdas yang diselenggarakan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

terbuka pula untuk diikuti oleh masyarakat sekitar yang berniat untuk

mengikuti pendidikan Wajar Dikdas.6

Pelaksanaan program Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah Kudus adalah pendidikan kesetaraan dalam bentuk program Kejar Paket

Tingkat Wustha atau setingkat dengan SMP/MTs dan SMA/MA. Pondok

6 Wawancara dengan Ust. Ali Ghufron, Tanggal 15 Februari 2012

Page 21: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

172

pesantren Salafiyah Darul Falah tidak menerapkan program pada tingkat Ula

atau setingkat SD atau MI, karena santri khuffadz dan santri Salaf mereka telah

lulus dari SD atau MI.

Sebagaimana di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu,

diterapkannya Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus

sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang wajib belajar pendidikan

dasar sembilan tahun, bahwa warga masyarakat diwajibkan menempuh

pendidikan minimal lulus SMP atau sederajat (Depag RI, 2005: vii). Sehingga

dengan kebijakan tersebut diharapkan tidak ada lagi anak di usia sekolah yang

tidak mengenyam pendidikan dasar. Namun masih terdapat beberapa hal yang

mempengaruhi masyarakat, baik masalah hambatan sosial, ekonomi, dan

budaya, banyak warga masyarakat usia wajib belajar tidak dapat mengikuti

pendidikannya di sekolah. Hal tersebut di atas banyak terjadi di pondok

pesantren, terutama di pondok pesantren Salafiyah.

Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik

yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak

dapat melanjutkan studinya kejenjang berikutnya (Ary, 2000: 71).

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, santri pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah Kudus terdapat empat tipe, sedangkan santri yang berusia wajib belajar

hanya sebagian kecil dari jumlah santri yang ada. mereka adalah santri yang

tidak dapat meneruskan pendidikannya disekolah (putus sekolah atau Drop

Out). Tidak semua santri yang masuk ke pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah Kudus, melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA. Keadaan inilah yang

Page 22: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

173

membuat pengelola pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus merespon

kebijakan pemerintah tentang Wajar Dikdas dengan menyelenggarakan

program tersebut guna mengatasi santri pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah yang putus sekolah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pengelolaan Kejar Paket B dan Paket C

di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah berdasarkan ;

1. Landasan Normatif

Berdasarkan piagam Departemen Agama RI Nomor :

MK.008/7.a/PP.00.7/ 1014/2002. (PIAGAM TERDAFTAR) yang diberikan

oleh Kepala kantor Departemen Agama Kabupaten Kudus kepada Pondok

Pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus, dengan Nomor Statistik :

21.2.33.19.06.056 yang beralamatkan di Jl. Sewonegoro Desa Jekulo

Kecamatan Jekulo Kudus Jawa Tengah.

Berdasarkan piagam tersebut, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

Kudus adalah salah satu pondok pesantren sebagai penyelenggara wajib

belajar pendidikan dasar sesuai dengan surat keputusan Bersama Menteri

Pendidikan Nasional dan Menteri Agama nomor : 1/U/KB/2000 dan

MA./86/2001 tentang Pondok Pesantren Salafiyah sebagai Pola Wajib

Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Kepada lembaga bersangkutan

diberikan hak menurut hukum, untuk menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran program Wajar Dikdas Tingkat Wustha dengan kualifikasi

Paket B.

Page 23: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

174

Hal tersebut di atas, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang

wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, bahwa warga masyarakat

diwajibkan menempuh pendidikan minimal lulus SMP atau sederajat

(Depag, 2005:vii). Sehingga dengan kebijakan tersebut diharapkan tidak ada

lagi anak di usia sekolah yang tidak mengenyam pendidikan dasar. Namun

dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi masyarakat, baik masalah

hambatan sosial, ekonomi, dan budaya, banyak warga masyarakat usia

wajib belajar tidak dapat mengikuti pendidikannya di sekolah, terutama di

pondok pesantren Salafiyah.

Selanjutnya Tahun 2004, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

Kudus mengembangkan program Wajar Dikdas dengan Paket C atau setara

dengan SMA. Diselenggarakan Paket C di pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah berdasarkan Nomor: Kd.11.19/5/PP.00.7/1681/2004 dengan

Nomor Statistik 042331906041 yayasan/ penyelenggara Darul Falah IV.

Penyelenggaraan program Paket C ini berdasarkan Kesepakatan Bersama

antara Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI

No: 19/E/MS/2004 dan Nomor : DJ.11/166/04 tentang pendidikan

penyelenggaraan kesetaraan pada pondok pesantren. Dengan demikian,

berdasarkan Nomor: Kd.11.19/5/PP.00.7/1681/2004. Pimpinan pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus diberi hak hukum untuk

menyelenggarakan program Paket C.

Page 24: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

175

2. Tujuan Program Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Salafiyah Darul

Falah Kudus

Ada beberapa hal yang menjadi motivasi pengelola pondok pesantren

Salafiyah dalam penyelenggaraan program Wajar Dikdas sebagaimana

program Kemenag, dengan sasarannya santri putus sekolah yang berada di

pondok pesantren Salafiyah. Tujuan pondok pesantren Salafiyah Darul

Falah Kudus tidak jauh berbeda dengan tujuan yang ada di pondok

pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu yaitu untuk memberi kesempatan

kepada santri yang putus sekolah (drop out) atau tidak memiliki

ijazah/STTB SMP atau yang sederajat, agar memiliki kompetensi dan

kualifikasi sama dengan program Wajar Dikdas pada pondok pesantren

Salafiyah tingkat Wustha.7

Tujuan pengelola pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus,

menyelenggarakan program Wajar Dikdas diantaranya disesuaikan dengan

tujuan atau visi dan misi pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus

yaitu dalam visinya ; Mencetak Insan yang bertaqwa, berakhlak mulia,

berilmu amaliyah, beramal ilmiah, kreatif, trampil, mampu berkompetisi

dalam era global berdedikasi tinggi dalam agama dan bangsa. Sedangkan

misinya; mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang berakhlak

mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir batin sebagai warga

yang berpancasila.

7 Wawancara dengan Ust. Ali Ghufron, Tanggal 15 Februari 2012

Page 25: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

176

Visi dan misi dalam pondok pesantren Salafiyah Darul Falah tersebut

jelas, bahwa di pondok pesantren selain mengajarkan ilmu agama juga

memberikan kesempatan kepada santri untuk menimba ilmu di sekolah

formal.

3. Implementasi Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Salafiyah Darul

Falah Kudus

Pelaksanaan Wajar Dikdas program kesetaraan Paket B dan Paket C di

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus, tidak diwajibkan kepada

santri yang putus sekolah untuk mengikuti program tersebut.

Program Wajar Dikdas dalam bentuk kesetaraan Kejar Paket B dan

Paket C di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dipimpin oleh KH.

Ahmad Basyir, sedangkan yang bertanggung jawab adalah KH. M. Jazuli,

S.Ag. MH dengan dibantu oleh pengurus yang lain seperti: sekretaris,

bendahara.8

Adapun pelaksanaan program tersebut sebagai berikut;

a. Mata Pelajaran Wajar Dikdas

Mata pelajaran merupakan syarat utama dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah, baik formal maupun non formal, begitu juga

Wajar Dikdas yang berada di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah

tidak jauh berbeda dengan yang berada di pondok pesantren Salafiyah

APIK Kaliwungu. Mata pelajaran Wajar Dikdas yang diprogramkan

yaitu : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPS, IPA, PPKn.

8 Wawancara dengan Ust. Ali Ghufron, Tanggal 15 Februari 2012

Page 26: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

177

Adapun jadwal proses belajar mengajar diadakan setiap Selasa dan

Jum‟at mulai jam 8 WIS. Proses belajar mengajarnya kira-kira kurang

lebih 3 (tiga) jam. Jumlah mata pelajarannya sendiri yang disampaikan

disesuaikan dengan kondisi santri. Buku pegangan yang digunakan

berasal dari bantuan Kemenag atau standar sekolah pada umumnya.

Rekreutmen guru diambil dari santri yang berdomisilin di pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah berdasarkan kemampuan yang dimiliki

oleh santri.

Jadwal pelajaran Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah dalam satu tahunnya dibagi dua semester, masing-masing

semesternya mengikuti jadwal sekolah pada umumnya atau

menyesuaikan dengan sekolah NU Nurul Ulum yang ada di Jekulo.

Setiap satu mata pelajaran tatap muka yang dilakukan dalam satu

semester minimal 4-6 kali pertemuan.

Santri yang mengikuti pendidikan Wajar Dikdas di pondok

pesantren Salafiyah Darul Falah rata-rata di bagi menjadi 15 sampai 20

santri setiap ruangannya.

b. Evaluasi Wajar Dikdas

Sebagaimana telah diungkapkan pada bab sebelumnya, fungsi

evaluasi dalam pembelajaran adalah sebagai acuan guna perbaikan

kegiatan belajar, menentukan kenaikan kelas dan kelulusan, alat seleksi

dan penempatan, serta dapat menjadi motivasi.

Page 27: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

178

Pengelolaan evaluasi diberikan dengan cara memberikan tes

kepada santri. Evaluasi Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah, dilakukan dalam setiap semester. Evaluasi atau tes diadakan

menempati ruangan yang berada di sekolah Nurul Ulum Jekulo. Hasil

evaluasi dalam bentuk raport yang dimiliki oleh masing-masing santri, di

pondok pesantren Salafiyah Darul Falah tersebut tidak dibagikan dengan

alasan dikhawatirkan akan hilang jika diberikan kepada santri.

Akhir pendidikan Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah

Darul Falah dilakukan penilaian tahap akhir atau dinamakan Ujian

Nasional. Penilaian Ujian Nasional ini tidak jauh beda di sekolah lain

pada umumnya yaitu penilaian berlaku untuk mata pelajaran PPKN,

Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA. Sebelum

ujian akhir dilaksanakan, Kementerian Agama mengadakan try out

kepada santri untuk mengenalkan pada santri materi yang akan diujikan,

model soal dalam bentuk cek point, dan cara mengisi lembar jawaban.

Penyusunan alat ujian, termasuk kisi-kisi, soal-soal ujian akhir dan

pelaksanaan ujian akhir diatur oleh keputusan dari Kementerian Agama.

Hasil penilaian belajar tahap akhir sebagai bahan pertimbangan kelulusan

warga belajar dan pemberian Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang

menyatakan bahwa telah menyelesaikan studi Wajar Dikdas pada tingkat

Wustha, dan dapat digunakan untuk mendaftar kejenjang berikutnya.

Ujian akhir program kesetaraan menginduk di sekolah Nurul Ulum

tetapi ruang ujian tetap bertempat pondok pesantren Salafiyah Darul

Page 28: BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah", tepatnya pada

179

Falah. Masing-masing santri yang mengikuti ujian diwajibkan

mengenakan seragam hitam putih bagi laki-laki berpeci dan untuk

perempuan berjilbab.

Jadwal pelaksanaan ujian program kesetaraan di pondok pesantren

Salafiyah, tidak bersamaan dengan sekolah pada umumnya. Biasanya

pelaksanaannya lebih akhir atau selisih beberapa minggu dengan ujian di

sekolah pada umumnya. Adanya waktu ujian nasional yang berbeda, hal

ini memberi kesempatan pada peserta ujian di sekolah umum, yang

belum lulus untuk mengikuti ujian ulang di program Wajar Dikdas.