PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

32
Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016 ~ 37 ~ PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Oleh: Yuzarion Zubir DosenTetap STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Lembaga pondok pesantren oleh sebagian kalangan dipandang sebelah mata, karena mereka masih menganggap pondok itu tertinggal, tradisional, dan hanya berkutat dibidang keilmuan agama saja. Mereka tidak melihat terlalu mendalam tentang apa saja peran-peran pondok pesantren, bagaimana kiprah pesantren di masyarakat dan apa saja sumbangsih pondok pesantren terhadap negara ini. Jika membaca hasil reset seperti Zamakhsyari Dhafeir dan yang lain barulah kita memahami eksistensi pondok pesantren itu. Dalam tulisan ini akan mengurai peran pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat, sebagai catatan bahwa tulisan yang membahas hal tersebut bukan sesuatu yang baru, karena dalam sejarahnya sejak pesantren ada di negeri ini secara bersamaan pondok pesantren memiliki tugas dan misi untuk memberi manfaat kepada masyarakat. Kata Kunci: Peran Pondok Pesantren, pemberdayaan Masyarakat. PENDAHULUAN Pondok Pesantren Pengertian Pondok Pesantren Sudah banyak sekali para tokoh menulis tentang pesantren dari berbagai sudut pandang yang beraneka ragam, termasuk berbicara tentang peran pesantren di tengah-tengah masyarakat, mengingat ke komplitannya lembaga ini (pesantren) ikut menyumbangkan generasinya (alumninya) berkiprah pada bangsa dan masyarakat. Pesantren sering disebut juga sebagai “Pondok Pesantren”

Transcript of PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Page 1: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 37 ~

PERAN PONDOK PESANTREN

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh:

Yuzarion Zubir

DosenTetap STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Lembaga pondok pesantren oleh sebagian kalangan dipandang sebelah

mata, karena mereka masih menganggap pondok itu tertinggal,

tradisional, dan hanya berkutat dibidang keilmuan agama saja. Mereka

tidak melihat terlalu mendalam tentang apa saja peran-peran pondok

pesantren, bagaimana kiprah pesantren di masyarakat dan apa saja

sumbangsih pondok pesantren terhadap negara ini. Jika membaca hasil

reset seperti Zamakhsyari Dhafeir dan yang lain barulah kita

memahami eksistensi pondok pesantren itu. Dalam tulisan ini akan

mengurai peran pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat,

sebagai catatan bahwa tulisan yang membahas hal tersebut bukan

sesuatu yang baru, karena dalam sejarahnya sejak pesantren ada di

negeri ini secara bersamaan pondok pesantren memiliki tugas dan misi

untuk memberi manfaat kepada masyarakat.

Kata Kunci: Peran Pondok Pesantren, pemberdayaan Masyarakat.

PENDAHULUAN

Pondok Pesantren

Pengertian Pondok Pesantren

Sudah banyak sekali para tokoh menulis tentang pesantren

dari berbagai sudut pandang yang beraneka ragam, termasuk

berbicara tentang peran pesantren di tengah-tengah masyarakat,

mengingat ke komplitannya lembaga ini (pesantren) ikut

menyumbangkan generasinya (alumninya) berkiprah pada bangsa

dan masyarakat.

Pesantren sering disebut juga sebagai “Pondok Pesantren”

Page 2: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 38 ~

yang berasal dari kata “santri”.1 Senada dengan pernyataan tersebut

Dhofier (1982) menegaskan bahwa kata santri mendapatkan awalan

“pe”-di depan dan akhiran-“an”, berarti tempat tinggal para santri.2

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) pengertian

pesantren adalah asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji.3

Mengenai asal dari kata santri itu sendiri menurut para ahli,

satu dengan yang lain berbeda. Manfred Ziemek menyebutkan

bahwa asal etimologi dari pesantren adalah pe-santri-an, “tempat

santri”, 4 santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda)

mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (kyai) dan oleh para

guru (ulama atau ustadz) pelajarannya mencakup berbagai bidang

tentang pengetahuan Islam.

Kemudian dalam tulisan Ismail SM, mengutip pendapat

Abdurrahman wahid dan Abdurrahman Mas’ud yang

mendefinisikan pesantren sebagai berikut :

Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan

dengan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas

pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian

Pondok Pesantren, setidaknya ada 5 (lima) ciri yang terdapat pada

suatu lembaga pondok pesantren, yakni : kyai, santri, pengajian,

asrama dan masjid dengan aktivitasnya.5

Dengan demikian bila orang menulis tentang pengertian

pesantren maka topik-topik yang harus ditulis sekurang-kurangnya

adalah;6 1) Kyai pesantren, mungkin mencakup ideal nya kyai untuk

1Sindu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, (Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 1995), hlm. 1 2 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 1994), hlm. 18 3W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT.

Balai Pustaka, 1999), hlm. 746. 4 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta :

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986, hlm. 16

5 Tim Departemen Agama RI,”Pola Pengembangan Pondok Pesantren”, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 40

6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 191

Page 3: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 39 ~

zaman kini dan nanti. 2) Pondok, akan mencakup syarat-syarat fisik

dan non fisik, pembiayaan tempat, penjagaan, dan lain-lain. 3)

Masjid, cakupannya akan sama dengan pondok. 4) Santri,

melingkupi masalah syarat, sifat dan tugas santri. 5) Kitab kuning,

bila diluaskan akan mencakup kurikulum pesantren dalam arti yang

luas.

Saat sekarang pengertian yang populer dari pesantren adalah :

Suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat.7

Pendapat lain mengatakan bahwa pesantren adalah lembaga

pendidikan Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran agama Islam (Tafaqquh Fiddin) dengan menekankan

pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup

bermasyarakat sehari-hari, penyelenggaraan lembaga pendidikan

pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri

di bawah pimpinan kyai atau ulama dibantu oleh seorang atau

beberapa orang ulama dan atau para ustadz yang hidup bersama

ditengah-tengah para santri dengan masjid atau musholla sebagai

pusat kegiatan peribadatan keagamaan, gedung-gedung sekolah

atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar mengajar,

serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri selama 24

jam dari masa kemasa mereka hidup kolektif antara kyai, ustadz,

santri dan para pengasuh pesantren lainnya, sebagai satu keluarga

besar.8

Sehingga bila dirangkum semua unsur-unsur tersebut dapatlah

dibuat suatu pengertian pondok pesantren yang bebas. Adapun

yang dimaksud dengan pesantren ialah suatu lembaga pendidikan

Islam yang dijadikan tempat tinggal para santri untuk mendalami,

7 Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan

Madrasah, (Yogyakarta : PT. Tiara wacana, 2001), hlm. 8 8 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Bagian

Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS, 1994), hlm. 6

Page 4: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 40 ~

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam

(Tafaqquh Fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama

Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari, yang

diselenggarakan dengan lima elemen penting, meliputi, kyai,

pondok / asrama, masjid, santri, dan pengajian kitab kuning.

Sejarah Perkembangan Pesantren

a. Asal-usul pesantren

Pesantren menurut sejarah akar berdirinya di Indonesia,

ditemukan dua versi pendapat :

Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa Pondok Pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa Pondok Pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem Pondok Pesantren yang diadakan orang-orang Hindu di nusantara.9 Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna

ke-Islaman tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia

(indigenous), sebab lembaga yang berupa pesantren ini sebenarnya

sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha sehingga di sini

Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan

yang sudah ada, tentunya hal ini tidak berarti mengecilkan peranan

Islam dalam mempelopori pendidikan di Indonesia.10

Asal-usul pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah

pengaruh Walisongo abad 15-16 di Jawa 11 , yang telah berhasil

mengkombinasikan aspek-aspek sekuler dan spiritual dalam

memperkenalkan Islam pada masyarakat.

Senada dengan berbagai uraian di atas menurut Abdurrahman

Mas’ud, bahwa :

Tradisi pesantren sudah ada sejak Walisongo, tetapi Walisongo

9 Tim Departemen Agama RI, op cit., hlm. 10 10 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta

: Paramadina, 1997), Cet I, hlm. 3 11 Abdurrahman Mas’ud, “ Sejarah dan Budaya Pesantren”, dalam Ismail

SM (ed), Dinamika pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 3

Page 5: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 41 ~

sendiri sebenarnya mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad,

karena itu ada dua contoh yang diambil sebagai model dalam dunia

pesantren, model pertama Nabi Muhammad, dan model kedua

Walisongo. Sehingga pengaruh dunia pesantren demikian kuat.12

Kedudukan dan fungsi pesantren saat itu belum sebesar dan

sekomplek sekarang, pada masa awal pesantren hanya berfungsi

sebagai alat Islamisasi dan sekaligus memadukan tiga unsur

pendidikan yakni: ibadah untuk menanamkan iman, tabligh untuk

menyebarkan ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan

kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Masa Sultan Agung .

Satu abad setelah masa walisongo, abad 17 pengaruh

Walisongo diperkuat oleh Sultan Agung yang memerintah Mataram

dari tahun 1613-1645.13

Pada zaman Sultan Agung telah diadakan pembagian

tingkatan-tingkatan pesantren sebagai berikut : tingkat pengajian Al-

qur’an, tingkat pengajian kitab, tingkat pesantren besar, pondok

pesantren tingkat keahlian (takhassus).14

c. Dari Abad 19 Sampai Kini

Seperti yang telah diungkapkan terdahulu lahirnya pesantren

tidak terlepas dari proses islamisasi di Indonesia. Jika sebelum abad

19, kehidupan kaum santri tampak terwakili dalam

hubunganWalisongo dengan kerajaan Demak, serta Sultan Agung.

Pada abad 19 aspirasi dan simpati kaum santri tampak jelas

tertumpu pada tokoh pengeran Diponegoro (1785-1855). 15

Diponegoro adalah simbol mujahidin Jawa yang menjadi

contohterbaik bagi kaum santri, karena perlawanan agungnya

terhadappenjajah Belanda. Anti kolonialisme Diponegoro

tampaknya didasariatas panggilan dan sentimen keagamaan hingga

12 Neti Farida, Santri Alumni Amerika, EDUKASI 27/th X/11/2003, hlm.

80 13 Abdurrahman Mas’ud, op cit., hlm. 10. 14 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Mutiara

Sumber Widya, 1979), hlm. 223-225. 15 Abdurrahman Mas’ud, op. cit., hlm. 13.

Page 6: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 42 ~

pengaruh agama telahmemainkan peran dalam memotivasi

perlawanan rakyat.

Kebencian dan penentangan kalangan Pesantren

terhadapBelanda dimanifestasikan dalam tiga bentuk aksi :16

Pertama Uzlah atau pengasingan diri mereka menyingkir ke

desa-desa atau tempat-tempat sepi yang jauh dari jangkauan

kolonial. Kedua, bersikap non kooperatif, dan mengadakan

perlawanan secara diam-diam, Ketiga, berontak dan mengadakan

perlawanan fisik terhadap Belanda.

Hal ini terbukti telah terjadi empat kali pemberontakan besar

kaum santri di Indonesia yaitu : Pemberontakan kaum Paderi di

Sumatera Barat (1821-1828), pemberontakan Pangeran Diponegoro di

Jawa Tengah (1828-1830), pemberontakan di Banten yang

merupakan respon umat Islam di daerah itu untuk melepaskan diri

dari penindasan dalam wujud memberlakukan tanam paksa,

peristiwa ini dikenal sebagai pemberontakan petani yang meletus

pada tahun 1836-1842 dan 1849, kemudian pecah kembali pada

tahun 1880 dan 1888, pemberontakan di Aceh (1873-1903) yang

dipimpin antara lain oleh Teuku Umar, Panglima Polim, dan Teuku

Cik Ditiro.17

Kemudian pada zaman revolusi kemerdekaan, periode 1959-

1965, pesantren disebut sebagai “alat revolusi” dan sesudah itu

hingga kini pemerintah menganggapnya sebagai “potensi

pembangunan”.18Maka sekarang ini pondok pesantren tidak luput

dari proses perubahan yang terjadi secara menyeluruh dan global

itu. Pesantren yang dulunya diidentikkan dengan sifat tradisonal

kolot, dan resistant terhadap perubahan, akan tetapi sekarang ini

dapat kita lihat bahwa dalam lingkungan pesantren telah terjadi

perubahan yang luar biasa, berbeda dengan pandangan yang

16 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren : Penddikan Alternatif Masa

Depan, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), hlm. 79 17 Ibid.hlm, 86 18 M. Dawam Rahardjo, “Dunia Pesantren Dalam Peta Pembaharuan”

dalam M. Dawam Rahardjo (ed) Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3Es, 1974) hlm. 10

Page 7: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 43 ~

seringkali dilontarkan orang selama ini.

Pesantren tidak mempunyai sikap menolak terhadap

perubahan, tentunya perubahan dalam pengertian yang positif yaitu

progres atau kemajuan.19

Ada berbagai cara untuk melihat ciri-ciri kondisional pesantern

saat ini. Salah satu cara yang dapat digunakan ialah dengan melihat

ciri-ciri kontekstual, ciri relasional dan ciri analitisnya.20

Meskipun demikian ciri-ciri tersebut di atas baik kontekstual,

resional maupun yang analitis adalah ciri-ciri global sehingga dalam

kenyataannya ada variasi dalam hal kuat/tidaknya ciri-ciri itu

tertanam dalam pesantren tertentu, deferensiasi dan spesialisasi

sudah mulai berkembang meskipun belum cukup tajam.

Disamping itu mulai ada pesantren yang menyerap teknologi

baru, baik yang bersifat hardware maupun software, mulai dari

menarapkan manajemen yang tidak lagi murni tradisional,

meskipun belum pula bisa disebut modern. Bahkan adapula

pesantren yang sangat terbuka dengan mengundang atau malahan

menggantungkan pada bantuan dari luar, baik dari pemerintah

maupun lembaga swasta.

Dari berbagai uraian mengenai kondisi pesantren dewasa ini

jelaslah bahwa pesantren sedang menghadapi masalah-masalah

yang sangat dilematis, pilihan-pilihan yang saling bertentangan dan

setiap pilihan yang diambil mendatangkan resiko yang harus

dibayar mahal, tentu saja pesantren mempunyai cara sendiri-sendiri,

dan sebagian tampak mengadakan skala prioritas tentang program

yang dikembangkan.

Pesantren yang sangat banyak jumlah dan variasinya ini

memiliki skala prioritas yang berbeda-beda sesuai dengan masalah

yang dianggap mendesak dipecahkan, sedang tekadnya sama, yakni

turut berkiprah dalam proses pembangunan menuju hari depan

19 Zamakhsyari Dhofier, “Kultur Pesantren dalam Perspektif Masyrarakat Modern”, dalam A. Rifai Hasan (eds), Perspektif Islam dalam Pembangunan Bangsa, (Yogyakarta : PLP2M, 1997), hlm. 388

20 MM Billah, “pikiran awal pengembangan pesantren” dalam M Dawam Raharjo (ed) Pergulatan Pesantren : Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), hlm. 291

Page 8: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 44 ~

umat dan bangsa Indonesia yang lebih cerah.21

Dari berbagai uraian di atas, secara historis pesantren memiliki

karakter utama yaitu ;22 1) Pesantren didirikan sebagai bagian dan

atas dukungan masyarakat sendiri. 2) Pesantren dalam menyeleng-

garakan pendidikannya menerapkan kesetaraan santrinya tidak

membedakan status dan tingkat kekayaan orang tuanya. 3)

Pesantren mengemban misi “menghilangkan kebodohan”,

khususnya tafaqquh fi al-din dan “mensiarkan agama Islam”

1. Dasar dan Tujuan Pondok Pesantren

Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah “pandangan

yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan baik dalam rangka

penyusunanteori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan”.23

Dalam konteks ini dasar dari pada pondok pesantren yang

juga termasuk lembaga pendidikan islam adalah pararel dengan

dasar pendidikan Islam. Yaitu Al-qur’an dan Al-Hadits Nabi

Muhammad SAW. kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi

al-qur’an dan haditslah yang menjadi fundamennya.24

a) Dasar Al-qur’an. “Serulah (manusia) kepada jalan TuhanMu

dengan hikmah dan pelajaran yang baik ”, (Qs. An-Nahl : 125).25

b) Dasar Al-Hadits. “Dari Abi Hurarah r.a., bahwasannya ia

telah berkata Rasulullah SAW telah bersabda : tidak ada seorang

anak itu kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua

orang tua-nyalah yang menjadikan yahudi, nasrani atau majuzi”.

(H.R. Muslim).26

21 Sudirman Tebba, “Diploma Pesantren : Belenggu Politik dan

Pembaharuan Sosial”, dalam, M. Dawam Raharjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, (Jakarta : P3M, 1985), hlm. 288

22 Tim Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 7

23 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 1992), hlm. 55.

24 Ahmad D Marimba, Pengantar Fislasfat Pendidikan Islam, ( Bandung : PT. Al-MA’arif, 1980), hlm. 41.

25 A. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1971), hlm421.

26 Imam Abi Husain Muslim Ibnu Al-Hujjaj al-Gusyary an-Naisabury,

Page 9: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 45 ~

Secara garis besar tujuan pendidikan pesantren adalah

menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu

kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak

mulia,bermanfaat bagi masyarakat, dengan jalan memberikan

pengabdian pada masyarakat, yaitu dengan memposisikan diri

menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi

Muhammad SAW, mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam

kepribadian menyebarkan agama atau menegakkan Islam, dalam

upaya mewujudkan kejayaan umat Islam di tengah-tengah

masyarakat (izzu al islam wa al muslimin) dan mencintai ilmu dalam

rangka mengembangkan kepribadiannya, yaitu berkepribadian

muhsin, bukan sekedar berkepribadian muslim.27

Dari tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

pesantren adalah membentuk manusia yang berkepribadian dan

berakhlak serta memiliki pengetahuan yang Islami serta dapat

mengamalkannya pada kehidupan bermasyarakat setelah mereka

kembali ke lingkungannya masing-masing.

2. Tipologi Pondok Pesantren

Adapun variasi bentuk atau model suatu pesantren yang

berkembang sekarang ini. Secara garis besar dapat di kelompokkan

pada tiga macam tipe pesantren berikut :28

a. Pesantren tipe A, memiliki ciri-ciri :

1) Para santri belajar dan menetap di pesantren

2) Kurikulum tidak tertulis secara exsplisit, tetapi berupa

hidden kurikulum (kurikulum tersembunyi yang ada

pada benak kyai).

3) Pola pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran asli milik pesantren (sorogan,

bandongan dan lainnya).

4) Tidak menyelenggarakan pendidikan dengan sistem

madrasah

Shahih Muslim,

27 Mastuhu, op. cit., hlm., 55-56. 28Tim Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, op.cit., hlm.

18

Page 10: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 46 ~

b. Pesantren tipe B, memiliki ciri-ciri :

1) Para santri tinggal dalam pondok atau asrama

2) Pemaduan antara pola pembelajaran asli pesantren

dengan sistem madrasah atau sistem sekolah

3) Terdapatnya kurikulum yang jelas

4) Memiliki tempat khusus yang berfungsi sebagai

sekolah atau madrasah

c. Pesantren tipe C memiliki ciri-ciri :

1) Pesantren hanya semata-mata tempat tinggal

(asrama) bagi para santri

2) Para santri belajar di madrasah atau sekolah yang

letaknya diluar dan bukan milik pesantren

3) Waktu belajar di pesantren bisaanya malam atau

siang hari pada saat santri tidak belajar di sekolah

atau madrasah (ketika mereka berada di pondok

atau asrama)

4) Pada umumnya tidak terprogram dalam kurikulum

yang jelas dan baku

Hampir serupa dengan tipologi pesantren yang telah diuraikan

di atas, disini pemerintah mencoba memberikan batasan atau

pemahaman yang lebih mengarah pada bentuk pondok pesantren,

sebagai berikut :29

a. Pondok pesantren tipe A, yaitu pondok pesantren di

mana para santri belajar dan bertempat tinggal di asrama

lingkungan pondok pesantren dengan pengajarannya

yang berlansung secara tradisional (wetonan atau

sorogan).

b. Pondok pesantren tipe B, yaitu pondok pesantren yang

menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasy)

dan pengajaran oleh kyai bersifat aplikasi dan diberikan

pada waktu-waktu tertentu, para santri tinggal di asrama

lingkungan pondok pesantren.

29 Tim Departemen Agama RI, Pola Pengemabangan Pondok Pesantren,

(Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 25

Page 11: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 47 ~

c. Pondok pesantren tipe C, yaitu pondok pesantren yang

hanya merupakan asrama, sedangkan para santrinya

belajar di luar (madrasah atau sekolah umum) dan kyai

hanya merupakan pengawas dan pembina mental para

santri tersebut.

d. Pondok pesantren tipe D, yaitu pondok pesantren yang

menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan

sekaligus sistem sekolah atau madrasah.

Bentuk pondok pesantren seperti yang di ungkapkan di atas

merupakan upaya pemerintah dalam memberikan batasan atau

pemahaman yang lebih mengarah kepada bentuk pondok pesantren,

walaupun demikian sesungguhnya perkembangan pondok

pesantren tidak terbatas pada empat bentuk tadi, namun dapat lebih

beragam banyaknya, bahkan dari tipe yang sampai terdapat

perbedaan tertentu yang menjadikan satu sama lainnya tidak sama.

Apabila dilihat dari sarana fisik yang dimiliki sebuah pesantren

sekarang ini, maka dapat dikelompokkan kedalam lima macam,

yaitu:30

a. Tipe pertama

Pesantren tipe ini hanya terdiri dari masjid dan rumah kyai,

pesantren seperti ini masih bersifat sederhana sekali karena untuk

kegiatan pengajian ini masih menjadikan masjid atau rumahnya

sendiri sebagai tempat diselenggarakannya kegiatan pembelajaran

kepada para santri, para santri sendiri tidak menetap di lingkungan

itu melainkan tinggal di rumah masing-masing, sehingga ada yang

menyebut bahwa tipe ini tidak dapat diketagorikan sebagai

pesantren tetapi sebagai kegiatan pengajian bisa.

b. Tipe kedua

Pada tipe ini selain adanya masjid dan rumah kyai, di

dalamnya telah tersedia pada bangunan berupa pondok atau asrama

bagi para santri yang datang dari tempat jauh. Pada tipe ini unsur

dasar peantren telah terpenuhi sehingga dapat dikategorikan sebagai

sebuah pesantren.

30 Tim Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, op.cit.,

hlm. 19

Page 12: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 48 ~

c. Tipe ketiga

Pesantren tipe ini telah memiliki masjid, rumah kyai serta

pondok di dalamnya diselenggarakan pengajian dnegan metode

sorogan, bandongan dan sejenisnya disamping itu tersedia sarana

lain berupa madrasah atau sekolah yang berfungsi sebagai tempat

untuk belajarnya para santri, baik untuk ilmu-ilmu agama maupun

ilmu-ilmu umum.

d. Tipe keempat

Pesantren tipe ini selain telah memiliki masjid, rumah kyai

serta pondok, juga telah memiliki masjid, rumah kyai serta pondok,

juga telah memiliki tempat untuk pendidikan ketrampilan, seperti

lahan untuk pertanian dan peternakan, tempat untuk membuat

kerajinan, koperasi, laboratorium dan lain sebagainya.

e. Tipe kelima

Pada tipe ini pesantren telah berkembang sehingga disebut

pula sebagai pesantren modern, disamping adanya masjid, rumah

kyai dan ustadz, pondok, madrasah, terdapat pula bangunan-

bangunan fisik lain seperti : perpustakaan, kantor, toko, rumah

penginapan untuk tamu, tempat olah raga, dapur umum, ruang

makan, aula dan seterusnya.

Adapun bentuk pondok pesantren yang muncul sekarang ini

diantaranya, sebagai berikut :31

a. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran

kitab-kitab klasik (Salafiyah), sebagaimana pengertian

umum yang telah diungkap di atas para santri dapat

diasramakan, kadangkala tidak diasramakan, mereka

yang tidak diasramakan tinggal di masjid dan dirumah-

rumah pendidikan yang berada disekitar masjid atau

rumah kyai.

b. Pondok pesantren yang telah diungkapkan pada poin

a, namun memberikan tambahan latihan ketrampilan

atau kegiatan pada para santri pada bidang-bidang

31 Tim Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren,

op.cit., hlm. 26

Page 13: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 49 ~

tertentu dalam upaya penguasaan ketrampilan

individu atau kelompok, termasuk dalam kategori ini

adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan

kegiatan pemberdayaan potensi umat.

c. Pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan

pengajian kitab, namun lebih mengarah kepada upaya

pengembangan tarekat atau sufisme namun para

santrinya kadang-kadsang ada yang diasrmakan, ada

kalanya pula tidak diasramakan.

d. Pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan

kegiatan ketrampilan khusus agam Islam, kegiatan

keagmaan seperti tahfidz (hafalan) Al- Qur’an dan

majelis taklim, seperti halnya yang tersebut

sebelumnya, adakalanya santri diasramakan,

adakalanya tidak.

e. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian

kitab klasik, namun juga menyelenggarakan kegiatan

pendidikan formal kedalam lingkungan Pondok

pesantren. Siswa pada lembaga pendidikan formal ada

yang tidak tinggal di asrama tidak termasuk kategori

santri (tidak ikut pengajian) kadang-kadang ada santri

yang hanya ikut pengajian saja dan tidak tinggal

diasrama.

f. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran

pada orang-orang yang menyandang masalah sosial.

Patut dicatat bahwa dalam rangka pemerataan

pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh

pengajaran yang layak, maka diupayakan adanya

penyelenggraan. Pondok pesantren yang memberikan

bentuk pengajaran khusus mereka yang memiliki cacat

tubuh atau keterbelakangan mental dalam sebuah

penyelenggaraan madrasah luar baisa di Pondok

pesantren dan juga bagi mereka yang yatim atau anak

jalanan dalam sebuah panti asuhan yang dikelola

sebagai Pondok pesantren.

Page 14: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 50 ~

g. Pondok pesantren yang merupakan kombinasi dari

beberapa poin atau seluruh poin yang tersebut diatas

(konvergersi)

Perlu dijelaskan disini bahwa apapun bentuk dan tipe sebuah

pondokpesantren, ia dapat dikatakan sebagai pondok pesantren jika

terpenuhinmya sekurang-kurangnya ciri-ciri yang telah disebut

diatas.

Kondisi pesantren di Indonesia sekarang ini setidak-tidaknya

apabila dilihat dari aspek materi dan metode pendidikan yang

diterapkan bisa dikelompokkan menjadi tiga bentuk :32

Pertama, bentuk salaf murni, dengan karakter dan ciri-ciri

tertentu, yaitu pesantren yang semata-mata hanya mengajarkan atau

menyelenggarakan pengajian Kitab Kuning (KK) yang dikategorikan

Mu’tabaroh, dan sistem yang diterapkan adalah sistem sorogan atau

bandongan.

Kedua, bentuk salaf yang dikombinasikan dengan sistem lain

(tidak murni) yaitu pesantren yang selain menyelenggarakan

pengajian kitab kuning juga membuka pendidikan dengan sistem

madrasi (klasikal).

Ketiga, bentuk pesantren non-salaf, yaitu pesantren yang

seluruh program pendidikannya disampaikan dengan sistem

klasikal dan tidak membuka pengajian kitab kuning sebagai materi

pelajaran utama.

Dalam pelaksanannya sekarang ini, secara garis besar pondok

pesantren dapat digolongkan kedalam dua bentuk yang penting :33

a. Pondok pesantren salafiyah

Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang

menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama

Islam yang kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana

yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran

(pendidikan dan pengajaran) yang ada pada pondok pesantren ini

32 Tim Departemen Agama RI, Pola Manajemen Penyelenggaraan Pondok

Pesantren, op.cit., hlm.17 33 Tim Departemen Agama RI., Pola Pengembangan Pondok Pesantren,

op.cit.,hlm. 42

Page 15: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 51 ~

dapat diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan

klasikal. Jenis pondok pesantren dapat meningkat dengan membuat

kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum ala pondok pesantren yang

bersangkutan yang disusun sendiri berdasarkan cri khas yang

dimiliki oleh pondok pesantren. Penjenjangan dilakukan dengan

cara memberikan kitab pegangan yang lebih tinggi dengan Funun

(tema kitab) yang sama setelah tamatnya suatu kitab. Para santri

dapat tinggal dalam asrama yang disediakan dalam lingkungan

pondok pesantren dapat juga mereka tinggal diluar lingkungan

pondok pesantren (santri kalong).

b. Pondok pesantren khalafiyah

Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang

selain menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga

menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah), baik

itu jalur sekolah umum (SD, SMP, SMU, SMK) maupun jalur sekolah

berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA atau MAPK) bisaanya

kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren ini

memiliki kurikulum pondok pesantren yang klasikal dan berjenjang

dan bahkan pada sebagian kecil pondok pesantren, pendidikan

formal yang diselenggarakannya berdasarkan pada kurikulum

mandiri, pondok pesantren ini mungkin dapat pula dikatakan

sebagai pondok pesantren Salafiyah Plus (pondok pesantren salafiyah

yang menambah lembaga pendidikan formal dalam pendidikan dan

pengajarannya).

Dua bentuk di atas adalah yang paling popular meski terdapat

pembetukan lain seperti pondok pesantren tipe A, B, dan C dan

lainnya. Dalam kedua bentuk atau tipe pondok pesantren ini, bentuk

pengembangan lain atau ketrampilan serta kegiatan keagamaan dan

sosial dapat diselenggarakan, mislanya dalam pembentukan unit

usaha, penyelenggaraan agrobisnis, penyelenggaraan program

ketrampilan atau program pengembangan potensi lainnya.34

Seluruh tipologis di atas mencermikan bahwa kondisi

pesantren sekarang ini memiliki keragaman dan perbedaan orientasi

34 Ibid. hlm.46

Page 16: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 52 ~

yang bisa jadi mencolok akan tetapi, pada pokoknya pondok

pesantren dengan berbagai bentuk atau tipe atau pola

penyelenggaraan tetapi sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh

dsan berkembang ditengah-tengah masyarakat yang memadukan

tiga unsur pendidikan yang amat penting, yaitu peningkatan

keimanan dengan ibadah serta penjabaran ilmu ajaran Islam dengan

tabligh dan memberdayakan potensi umat dan merupakan nilai-

nilai kemasyarakatan yang baik dengan amal sholeh.35

Dewasa ini dengan adanya otonomi daerah, dimana

pendidikan dasar hingga menengah dikembalikan kepada masing-

masing daerah, pesantren sejatinya ikut memperoleh kembali

otonominya yang sempat hilang. Hal pendidikan yang kaitannya

dengan otonom daerah adalah prinsip demokrasi, keadilan,

pemerataan, bertanggung jawab dan sesuai dengan potensi

keanekaragaman daerah, artinya pendidikan harus benar-

benarmampu mempelajari kontribusi baik aspek sosial, budaya,

ekonomi, politik dan lapangan kerja.36

Dunia pesantren sekarang ini dihadapkan pada kondisi

mendapatkannya kembali kebebasan berkreasi, akan tetapi sekaligus

memikul tanggung jawab yang besar untuk menciptakan

sumberdaya manusia dan man capital yang bersaing, ini sungguh

berat akan tetapi sangat utopis rasanya jika kita mengharapkan

pesantren mampu melahirkan ulama’ yang intelek dan intelek yang

ulama’ tersebut sekaligus. Perkembangan dunia yang cepat dan

mengarah pada profesionalisme menghendaki adanya spesialis-

spesialis yang tidak mungkin dapat dipenuhi seluruhnya oleh

pesantren.37

35 Tim Departemen Agama RI., op.cit.,hlm. 43 36 Abi Manyu Adzin, ”Diploma II Tarbiyah, Kebutuhan atau Tuntutan”,

(Edukasi, XXIX, th. XIV, 2004), hlm, 43 37 Zakaria Anshori, “Mencari Peran Ideal Pondok Pesantren dalam Era

Globalisasi : Sebuah Pengamatan Mata Burung, (Birds Ege View)” dalam Rijal Rokian S.Ag. MA, (ed), Kapita Selekta Pondok Pesantren (Jakarta : Depag RI, 2002), hlm. 155

Page 17: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 53 ~

Pemberdayaan Masyarakat Oleh Pesantren

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan ialah kekuatan, tenaga.38 Dalam makna yang

lain pemberdayaan diartikan sebagai proses, cara perbuatan

memberdayakan.39

Sedangkan masyarakat ialah sejumlah manusia dalam arti

seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka

anggap sama. 40 Dalam makna yang lain masyarakat diartikan

sebagai pergaulan hidup manusia (sekumpulan orang yang hidup)

bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.41

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat ialah suatu tindakan membangkitkan kemauan,

kemampuan, dan kepercayaan pada diri sendiri, agar mereka dapat

terlibat secara aktif dalam pembangunan. Juga, agar mereka

bergerak secara metodis, efisien dan terorganisir.42

Sedangkan dalam konteks peranan pesantren, pemberdayaan

disini dimaksudkan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh

pesantren sebagai proses, cara, perbuatan memberdayakan serta

membangkitkan kemauan, kemampuan, dan kepercayaan pada diri

sendiri, agar mereka dapat terlibat secara aktif dalam suatu gerakan

masyarakat yang terlaksana secara metodis, efisien dan terorganisir

dalam suatu program yang dilakukan oleh pesantren bersama

masyarakat.

2. Peranan Pesantren

Sebagaimana telah diuraikan di atas, pondok pesantren

merupakan komunitas paling signifikan yang dapat diharapkan

38 W. J. S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 1999), hlm. 233. 39 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hlm. 242. 40 Ibid., hlm. 721. 41 W. J. S. Poerwodarminto, op. cit., hlm. 636. 42 Wiryanto Yomo-Gunter Wehner, Membangun Masyarakat: Buku

Pegangan Bagi Pekerja Pembangunan Masyarakat, (Bandung : Alumni, 1973), hlm. 27.

Page 18: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 54 ~

memainkan peranan pemberdayaan (empowerment) masyarakat

secara efektif, kemudian dalam buku Pola Pengembangan Pondok

Pesantren terbitan Departemen Agama RI, mengutip pendapat KH.

Said Agil Siradj yang mendeskripsikan beberapa peranan pesantren

dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: Peranan instrumental dan

fasilitator, peranan mobilisasi, peranan sumber daya manusia, peran

sebagai agent of development, dan peranan sebagai center of excellence.43

a. Peranan instrumental dan fasilitator pondok

pesantren yang mana selain sebagai sebuah lembaga

pendidikan dan keagamaan namun juga sebagai

lembaga pemberdayaan masyarakat. Sehingga pondok

pesantren dapat menjadi sarana pengembangan potensi

pemberdayaan masyarakat, Selain dengan adanya alat

atau instrumen tersebut, pondok pesantren juga telah

memberikan pelatihan atau pendidikan (workshop)

yang diperlukan. Sehingga kini pondok pesantren tidak

hanya sekedar berperan sebagai sarana saja namun juga

sebagai fasilitator.

b. Selanjutnya peranan sosial dalam pemberdayaan

masyarakat yang dimiliki oleh pondok pesantren

sebagai sebuah lembaga yang dapat memobilisasi

masyarakat dalam perkembangan mereka. Peranan ini

dibangun atas dasar kepercayaan masyarakat. Sebagai

lembaga yang dipercaya dan dihormati oleh masyarakat

serta adanya kharisma dari kyai sendiri, peranan

pondok pesantren tentu menjadi sangat strategis dalam

memberikan contoh atau mengajak untuk melakukan

pengembangan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh

masyarakat sekitar, artinya dengan posisi seperti itu

pondok pesantren dapat dengan mudah menggalang

semangat kebersamaan masyarakat untuk ikut serta

dalam menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan

43 Tim Departemen Agama RI, Pola Pengembagan Pondok Pesantren, op.cit.,

hlm. 9194.

Page 19: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 55 ~

masyarakat yang dimotori oleh pondok pesantren.

c. Kemudian pondok pesantren juga mempunyai

peranan yang cukup besar dalam sumber daya manusia,

seperti dalam sistem pendidikan yang dikembangkan

oleh pondok pesantren sebagai upaya mengoptimalkan

potensi yang dimilikinya, pondok pesantren

memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas

magang di beberapa tempat, lembaga atau instansi yang

sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan oleh

pondok pesantren. Hal ini sangat membantu tugas

pemerintah dalam upaya pemerataan kegiatan

pengembangan, khusunya ekonomi di daerah agar

setiap daerah memiliki potensi sumber daya manusia

yang kompeten.

d. Sedangkan peranan yang tak kalah besarnya yang

dimiliki oleh pesantren adalah peranan sebagai agent of

development, dimana pondok pesantren dilahirkan untuk

memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial

suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada

runtuhnya sendi-sendi moral melalui transformasi nilai

yang ditawarkan pondok pesantren. Kehadirannya bisa

disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social

change) yang selalu melakukan pembebasan pada

masyarakat dari segala keburukan moral, penindasan

politik, pemiskinan ilmu pengetahuan dan bahkan dari

kemiskinan ekonomi. Instutusi pondok pesantren

dengan begitu mengesankan telah berhasil

mentransformasikan masyarakat di sekitarnya menuju

kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Pada tataran

ini, pondok pesantren telah berfungsi sebagai pelaku

pemberdayaan masyarakat (social empowerment), dan

menjadi agen bagi pembangunan nasional, dalam

lingkup yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Selanjutnya pondok pesantren juga mempunyai peranan

sebagai center of excellence, hal ini dikarenakan salah satu misi

Page 20: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 56 ~

awal didiriakannya pondok pesantren adalah menyebarluaskan

informasi ajaran dan pengetahuan agama Islam ke seluruh

pelosok nusantara yang berwatak pluraris, baik dalam dimensi

kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat.

Melalui medium pendidikan yang dikembangkan dalam

bentuk pondok pesantren. Sebagai upaya untuk menjawab

tantangan zaman, pondok pesantren kemudian

mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan

dan pendidikan menjadi lembaga pemberdayaan masyarakat.

Sehingga pada tataran ini pondok pesantren telah berfungsi

sebagai pusat keagamaan, pendidikan dan pemberdayaan

masyarakat.

3. Pondok Pesantren dan Pengembangan Masyarakat

Pesantren sebagai subkultur, lahir dan berkembang seiring

dengan derap langkah perubahan-perubahan yang ada dalam

masyarakat global. Perubahan-perubahan yang terus bergulir itu,

cepat atau lambat pasti akan mengimbas pada komunitas pesantren

sebagai bagian dari masyarakat dunia, meskipun tidak dikehendaki.

Karenanya tidaklah berlebihan jika Sahal Mahfudz

menyebutkan bahwa ada dua potensi besar yang dimiliki pesantren,

yakni potensi pendidikan dan potensi pengembangan masyarakat.44

Sehingga bisa diharapkan melahirkan ulama’ yang tidak saja dalam

ilmu pengetahuan keagamaannya, luas wawasan pengetahuan dan

cakrawala pemikirannya, tetapi juga mampu memenuhi tuntutan

zamannya dalam rangka pemecahan persoalan kemayarakatan.

Pesantren pada umumnya bergerak dalam pendidikan Islam,

Pesantren kerap kali diidentifikasi memiliki peran penting dalam

masyarakat Indonesia, yaitu :45

1. Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam

tradisional (transmission of Islamic knowledge).

44 Sahal Mahfudz, Nuanssa Fiqih Sosial (Yogyakarta : LkiS, 1994) hlm. 356 45 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana

Ilmu, 2001), hlm. 147

Page 21: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 57 ~

2. Sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam

tradisional (maintenance of Islamic tradition).

3. Sebagai pusat reproduksi ulama’ (reproduction of ulama’)

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa pesantren pada

dasarnya adalah lembaga tafaqquh fiddin, yakni lembaga untuk

mengkaji dan mengembangkan ilmu-ilmu keislaman (al-‘ulum al-

syari ’ah)46 Akan tetapi, akhir-akhir ini terdapat suatu kecenderungan

memperluas fungsi pesantren bukan cuma dalam tataran sebagai

lembaga agama (pendidikan).

Sekarang ini pesantren juga bertugas sebagai lembaga sosial,

tugas-tugas yang digarapnya bukan saja soal-soal agama, tetapi juga

menanggapi soal-soal kemasyarakatan yang hidup.47

Dewasa ini, kiranya belum terlalu banyak orang yang

mengetahui atau memahami seluk beluk dunia pesantren secara

keseluruhan, yang secara umum diketahui atau didengar adalah

bahwa lembaga pondok pesantren, memang mempunyai peranan

tertentu.

Hal ini tercermin pada zaman revolusi kemerdekaan, periode

1959-1965, pesantren disebut sebagai “alat revolusi” dan sesudah itu

hingga kini pemerintah menganggapnya sebagai “potensi

pembangunan”.

Apabila kita meletakkan kasus pesantren dalam kerangka dan

rel perubahan sosial dalam masyarakat Indonesia, maka setidak-

tidaknya dapat disebutkan bahwa pesantren merupakan salah satu

bentuk lembaga komunikasi yang efektif dalam masyarakat,

disamping lembaga pesantren ini secara tetap dan pokok merupakan

lembaga-lembaga pendidikan agama dan kemasyarakatan, yang bisa

mempengaruhi perubahan-perubahan sosial dari berbagai segi.

Manfaat sosial yang disumbangkan pesantren, setidaknya

tercermin dalam dua hal, yaitu : manfaat langsung dan manfaat tidak

46 Ali Yafie, Teologi Sosial: Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan,

(Yogyakarta: LKPSM, 1997) hlm. 25 47 Suyata, “Pesantren Sebagai Lembaga Sosial Yang Hidup" dalam

M.Dawam Rahardjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985) hlm. 17

Page 22: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 58 ~

langsung. 48

a. Manfaat langsung

Manfaat langsung, berupa manfaat yang ditimbulkan

pesantren kepada masyarakat disekitar pesantren dalam hal

ekonomi dan sosial budaya.

b. Manfaat Tidak Langsung

Manfaat tidak langsung adalah peranannya dalam

manghasilkan lulusan-lulusan santri yang mampu berperan secara

strategis dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat.

Dari potensi dan kompetensi tersebut diatas, maka tidaklah

mengherankan apabila peranan pesantren dalam menghasilkan

lulusan- lulusan (santri) dapat berperan secara strategis dalam

pembinaan dan pengembangan masyarakat serta diharapkan

mampu berperan sebagai agen perubahan sosial (agen of social change)

yang selalu melakukan kerja-kerja pembebasan dari segala

keburukan moral dan penindasan yang dihadapi oleh masyarakat

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bermula dari banyaknya peristiwa yang melibatkan peran

sosial pesantren, dapat dikatakan bahwa pesantren hingga sekarang

sesungguhnya mempunyai interaksi yang dinamis dengan

masyarakat. Pesantren adalah kekuatan masyarakat dan sangat

diperhitungkan oleh negara. Pesantren masih berwibawa dan di

percaya masyarakat, walaupun bukanlah ujung tombak satu-

satunya.

Karena itu dalam kondisi sosial politik yang serba bernegara

dan dihegemoni oleh wacana kemodernan, pesantren yang konsisten

dengan ciri tradisonalitasnya mempunyai ruang publik (public

sphere) 49 Agar dapat melakukan pemberdayaan masyarakat,

48 Akbar Zaenuddin., “Pesantren dan Pengembangan Civil Society” dalam

Rijal Roihan, S.Ag., MA.(ed.), Kapita Selekta Pondok Pesantren.(Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2002), hlm. 113

49 Marzuki Wahid., “Pesantren di lautan Pembangunanisme : Mencari Kinerja Pemberdayaan", dalam Marzuki Wahid dan Suwendi (eds), Pesantren Masa Depan : Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1999), hlm. 149.

Page 23: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 59 ~

terutama kepada kaum tertindas, terpinggirkan dan selalu tidak

diuntungkan dalam konstelasi sistem ini.

Pesantren merupakan modal dan potensi yang signifikan bagi

pemberdayaan masyarakat. Disamping itu, perkembangan

pesantren di masa depan akan sangat ditentukan oleh

kemampuannya dalam melakukan inovasi dan perkembangan

masyarakat.

Bila demikian, pesantren akan semakin eksis dalam merespon

perubahan sosial dan bahkan berperan mengarahkan perubahan

yang terjadi seiring dengan modernisasi dan globalisasi. Karena kita

dapat menciptakan tenaga-tenaga pengembangan masyarakat

(change agents) dari pesantren.50

Adapun cara yang digunakan adalah dengan meletakkan

fungsi kemasyarakatan pesantren dalam konteks/kerangka

menumbuhkan. Ismail SM., “Signifikansi Peran Pesantren dalam

Pengembangan Masyarakat Madani",, dalam Ismail SM dan Abdul

Mukti (eds.), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 184.

Lembaga-lembaga non-pemerintah yang matang, atau yang

lebih kita kenal dengan L.N.P., sebagai ganti N.G.O. yang menjadi

kependekan dari Non-Govermental Organizations, Sehingga mampu

menjadi partner yang sesungguhnya bagi pemerintah dalam kerja-

kerja pembangunan.51

Dalam segmen masyarakat yang terakhir ini sesungguhnya

terletak wilayah pesantren untuk berkhidmat, pesantren dituntut

untuk mampu melakukan pemberdayaan. Secara sosial-ekonomi-

politik-budaya, secara sosiologis, pesantren mempunyai keunggulan

dan kedekatan strategis untuk memberdayakan masyarakat. Ikatan

50 Ismail SM., “Sinifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan

Masyarakat Madani",, dalam Ismail SM dan Abdul Mukti (eds.), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 184

51 Abdurrahman Wahid., “Pesantren dan Pengembangannya”, dalam Kumpulan Tulisan dan Karangan Abdurrahman Wahid, Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta : CV. Dharma Bhakti, 1978), hlm., 162.

Page 24: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 60 ~

(emosional, rasional, nilai) keagamaan dan kharisma sosial kyai-

ulama’ bagi masyarakat, dewasa ini masih cukup penting

diperhatikan dan karena itu, cukup signifikan dijadikan sarana

pemberdayaan. Disinilah barangkali posisi startegis pesantren untuk

melakukan kerja-kerja pemberdayaan dan transformasi masyarakat.

Melihat esensi problem yang dihadapi, tampaknya yang perlu

dilakukan adalah perjuangan untuk merebut hak-hak masyarakat

melalui proses transformasi sosial, yaitu sebuah proses perubahan

fundamental dari struktur ekonomi yang eksploitatif menuju hubungan

ekonomi yang adil. Dari struktur politik yang represif menuju kondisi

politik yang demokratis, dan dari struktur budaya yang hegemoni

menuju kebudayaan yang pluralistic, egaliter dan damai, dengan

membuka diri melalui pagelaran wacana baru diluar wacana yang

selama ini digeluti.

Disinilah memang diakui atau tidak, kelemahan pesantren

sejak awal, selama ini pesantren terlalu asyik masuk dengan wacana

fiqhnya, yang terkadang malah dipahami secara beku atau rigid.

Sudah saatnya, pesantren membangun sejarahnya yang baru dengan

polesan pemberdayaan masyarakat, yang sebetulnya merupakan

mutiara miliknya yang hilang.

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya

pembinaan anak didik yang dilaksankan secara seimbang, antara

nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan ketrampilan,

kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara luas serta

meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya.52

Dalam hal ini, pesantren adalah lembaga pendidikan yang

mampu secara aktif membangun sistem pendidikan komprehensif,

sehingga menghasilkan santri-santri dan lulusan yang relatif

mandiri.

Disamping itu, dengan kemampuan keilmuan keagamaan

yang cukup luas, para santri juga disiapkan untuk menjadi

pemimpin masyarakat dikemudian hari, sesudah berguru di

52 Tim Departemen Agama RI , Pola Pengembangan Pondok Pesantren ,

op.cit., hlm. 90.

Page 25: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 61 ~

pesantren tersebut.53

Selanjutnya, berikut ini akan dideskripsikan eksistensi

pesantren lebih secara kelembagaan berdasarkan data statistik,

sebagai berikut :54

Pada tahun 1942, jumlah pesantren dan madrasah di Indonesia

sebanyak 1.871 dengan siswa sebanyak 139.415 orang. Pada tahun

1977 jumlah itu berkembang menjadi 4.195 dengan jumlah siswa

677.384. Kemudian pada tahun 1997, jumlah pesantren di seluruh

Indonesia mencapai lebih dari 9.415 buah dengan santri lebih kurang

1.631.727 orang.

Dengan kondisi semacam ini, pesantren sebenarnya

mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa manjadi basis bagi

pengembangan masyarakat sekaligus diharapkan mampu

menumbuhkan kelas sosial menengah muslim yang bisa menjadi

salah satu pilar pemberdayaan masyarakat, sebagai mana sabdanya

Rasul yang artinya Islam itu bisa kuat bila dipenuhi dua kebutuhan

yaitu; Harta dan Ilmu.

Namun demikian, dengan kenyataan yang ada sekarang,

untuk mampu menjadi basis pengembangan, setidaknya ada

beberapa prakondisi yang dibutuhkan pesantren untuk mampu

menumbuhkan santri- santri mandiri, yakni :55

1. Pesantren harus mampu mempertahankan sistem

pendidikan terpadu yang menggunakan aspek kehidupan

jasmani, pengetahuan dan mental spiritual santri.

2. Pesantren harus mampu mengembangkan sistem pendidikan

yang secara aktif mengajarkan santri untuk menghargai hak-

hak kemanusiaannya yang universal, terutama dalam

hubungannya dengan bermasyarakat dan bernegara.

3. Pesantren harus mampu menumbuhkan sikap kritis reflektis

pada santri yang menjadi salah satu pilar pemberdayaan

53 Akbar Zainuddin, op. cit., hlm. 114. 54 Ismail SM., “Pengembangan Pesantren Tradisonal”, Sebuah Hipotesis

Mengantisipasi Perubahan Sosial, dalam Ismail SM dan Nurul Huda (eds.), Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 56.

55 Akbar Zainuddin, op. cit.

Page 26: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 62 ~

masyafakat.

Sebagai gambaran, kondisi pesantren sendiri masih

menyisakan berbagai kelemahan yang menjadi persolan, sebagai

berikut : Pertama, kultur pendidikan pesantren lebih banyak bersifat

paternalistik dengan kyai atau pengasuh pesantren sebagai sumber

otoritas utama. Dengan demikian kultur ini akan menginternal

dalam mentalitas santri ataupun lulusannya ketika terjun ke

masyarakat. Kedua, pola pendidikan pesantren masih bersifat

pedagogik dengan santri sebagai objek pendidikan. Ketiga,

partisipasi santri dalam pembentukan format sosial pesantren masih

sangat minim akibat sentralisasi kekuasaan yang masih ada pada

tangan pengasuh/kyai.56

Sesuai dengan paparan diatas, ada dua point penting yang

sudah bisa dicatat ketika ingin membuka wacana pesantren dalam

hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat, yakni : Pertama,

pesantren pada hakekatnya mempunyai potensi besar untuk ikut

dalam gelombang pengembangan masyarakat yang selama ini

bergulir, karena dipesantren terdapat daya tarik dalam gerakannya

sebagai pusat gerakan. Kedua, pesantren masih memilki cukup

banyak persolan sehingga potensi tersebut kurang bisa muncul dan

menjelma manjadi basis pengembangan masyarakat.

Karena itu upaya pemberian stimulus untuk pengembangan

potensi pesantren ini setidaknya dapat didekati malalui dua

pendekatan, yakni : pendekatan sistem dan pendekatan personal.57

Pertama, pendekatan sistem melalui proses perubahan pada

struktur dan kultur pesantren secara keseluruhan. Oleh karena itu,

apabila kita mencoba melakukan pendekatan sistem melalui proses

perubahan pada struktur dan kultur pesantren secara keseluruhan,

maka kita akan dihadapkan pada resiko dan konsekuensi dalam

proses pendekatannya nanti. Pada pendekatan sistem ini,

kemungkinan terjadi resistensi dan selfdefense dari pihak pengasuh

pesantren cukup besar.

56 Ibid., hlm. 115. 57 Akbar Zainuddin, Op. cit.

Page 27: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 63 ~

Karena seperti sebuah sistem yang mapan pada umumnya.

Munculnya pemikiran baru diluar konstruksi pemikiran yang ada

dapat dipastikan akan menimbulkan resistensi internal. Walaupun

dengan tanpa menafikan adanya respon para pengasuh pesantren

yang sangat beragam.58

Kedua, melalui pendekatan personal kepada santri ataupun

lulusan pesantren yang diharapkan bisa menjadi aktor bagi

pengembangan masyarakat secara lebih luas.

Hal itu disebabkan santri ataupun alumni pesantren telah

menerima suatu jenis pendidikan yang bersifat spirituil dan moral

sedemikian rupa yang dapat dijadikan dasar/basis bagi hidupnya

dalam masyarakat.

Pendidikan di pesantren memungkinkan mereka, pertama,

bersikap bebas dan kedua, siap menjadi anggota masyarakat dalam

masyarakatnya. 59 Sehingga harapan untuk menjadi aktor bagi

pengembangan masyarakat secara lebih luas dapat terealisir.

Adapun pada pendekatan yang kedua ini, seperti halnya pada

pendekatan yang pertama, juga mempunyai resiko dan konsekuensi

berupa resistensi internal.60 Akan tetapi munculnya resistensi ini bisa

diminimalisir, namun membutuhkan potensi yang lebih jelas dari

santri mengingat banyaknya pesantren dan santri di Indonesia.

Pemetaan potensi santri pada hakekatnya juga merupakan

perkara mudah, dibutuhkan semacam need assessment untuk melihat

apa sebenarnya kebutuhan santri, akan lebih mudah memetakan

potensi- potensi tersebar yang diharapkan menjadi basis bagi

pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya, dengan kejelasan peta

potensi dan kebutuhan santri diharapkan bisa menjadi acuan untuk

pemberian stimulus-stimulus yang diperlukan agar potensi tersebut

bisa dimunculkan.

Alasan lain fokus pemberian stimulus pada santri adalah

58 Akbar Zainuddin, op. cit. 59 Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren : Sebagai Usaha

Peningkatan Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa, (Jakarta : Cemara Indah, 1978) hlm. 64.

60 Akbar Zainuddin, op. cit., hlm. 116.

Page 28: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 64 ~

karena di masa depan santri diharapkan bisa menjadi acuan

perubahan (agent of change) dan motor bagi pemberdayaan setelah

mereka terjun di masyarakat, dengan penguatan pada tingkat “calon

pemimpin”, yang diharapkan kualitas kepemimpinannya akan

mampu menumbuhkan kemandirian dan partisipasi masyrakat yang

lebih luas.

Alasan ketiga adalah, agar dapat menimbulkan sifat natural

pada proses perubahan pesantren yang diharapkan dapat

meminimalisir terjadinya efek resistensi internal dari pesantren itu

sendiri.61

Maka dari itu pemberdayaan masyarakat dapat kita ketahui

melalui pengembangan “kemandiran”, ciri kesukarelaan,

“keswadayaan” dan “keswasembadaan”, serta “keterkaitan dengan

norma atau nilai”.62

Pengembangan “kemandirian”, misalnya nampak pada

penyadaran kelompok sasaran untuk memetakan masalah/

kebutuhan mereka, menentukan prioritas program pemecahan/

pemenuhannya dan pelaksanaan program oleh mereka sendiri,

kelompok sasaran menjadi tidak lagi bergantung pada negara. Ciri

“kesukarelaan” nampak pada peran serta aktif semua anggota

kelompok sasaran dalam seluruh proses kegiatan. Kemudian, ciri

“keswadayaan” dan “keswasembadaan” nampak pada

pendayagunaan sumber daya material dan ketrampilan sumber

daya lokal.

Sementara ciri “keterkaitan dengan norma atau nilai”, seperti :

persamaan, keterbukaan, partisipasi, toleransi dan lain sebagainya,

nampak baik dalam diskusi-diskusi anggota kelompok sasaran

tentang pemetaan masalah atau kebutuhan mereka dan penentuan

prioritas program aksi maupun dalam pelaksanaan program itu

sendiri.

Gagasan mengenai peranan pesantren dalam pemberdayaan

masyarakat, bukanlah sesuatu yang final. Ia tidak lebih sebagai suatu

61 Ibid hlm, 117 62 Ismail SM., op. cit., hlm. 196.

Page 29: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 65 ~

hipotesis dalam kerangka mengantisipasi perubahan masyarakat,

yang merupakan proses yang tidak pernah berakhir-menyertai

pesantren sebagai sebuah sistem pendidikan dan sosial Islam khas

Indonesia yang unik.

PENUTUP

Terlepas dari macam dan jenis karakter pesantren, bahwa

hampir seluruh pesantren di Indonesia ini memiliki peran untuk

memberikan perlindungan, pengembangan kemajuan di masyarakat

sekitar, manfaat langsung, berupa manfaat yang ditimbulkan

pesantren kepada masyarakat disekitar pesantren dalam hal

ekonomi dan sosial budaya dan mampu berperan sebagai agen

perubahan sosial (agen of social change) yang selalu melakukan kerja-

kerja pembebasan dari segala keburukan moral dan penindasan,

pengusiran dan sejenisnya yang dihadapi oleh masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 30: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 66 ~

DAFTAR PUSTAKA

Adzin, Abi Manyu, 2004 Diploma II Tarbiyah Kebutuhan atau Tuntutan,

(Edukasi, XXIX, th. XIV

Ahmadi, 1992 Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta :

Aditya Media

An-naisabury, Imam Abi Husain Muslim Ibnu Al-Hujjaj al-Gusyary,

Shahih Muslim, Juz IV, (Beirut Libanon : Darul Kutub Al-

Ilmiyah, 260-261 H)

Azra, Azyumardi, 1997 “Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan”

dalam Pengantar Buku Dr. Nurcholis Madjid Bilik-Bilik

Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan Jakarta: Paramadina

Billah, M M. 1986 “Pikiran Awal Pengembangan Pesantren” dalam

M. Dawam Rahardjo (ed) Pergulatan Dunia Pesantren Jakarta:

P3M

Daulay, Haidar Putra, 2001 Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah

dan Madrasah, Yogyakarta : PT. Tiara wacana

Dhofier, Zamakhsari, 1994 Tradisi Pesantren, Jakarta : LP3ES

“Kultur Pesantren dalam Perspektif Masyrarakat Modern”, dalam A.

Rifai Hasan 1997 (eds), Perspektif Islam dalam Pembangunan

Bangsa, Yogyakarta : PLP2M

Faisal, Sanapiah, 1992 Format-format Penelitian Sosial : Dasar-

dasar dan Aplikasi, Jakarta : CV. Rajawali

Farida, Neti, 2003 Santri Alumni Amerika, EDUKASI 27/th X/11/.

Galba, Sindu, 1995 Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, Jakarta : PT.

Rineka Cipta

Haidar, Putra Daulay, 2001 Historitas Dan Eksistensi Pesantren, Sekolah

dan Madrasah Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Hidayat, Komaruddin, 1985 “ Pesantren dan Elit Desa” dalam M.

Dawam Raharjo (ed.) Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun

Dari Bawah, Jakarta : P3M

Kafrawi, 1978. Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren :

Sebagai Usaha Peningkatan Prestasi Kerja dan Pembinaan

Kesatuan Bangsa, Jakarta : Cemara Indah

Kunto, Suharsimi Ari, 1996 Prosedur Penelitian3 Yogyakarta : Rineka

Page 31: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Al-Tatwir, Vol. 3 No. 1 Oktober 2016

~ 67 ~

Cipta

Madjid, Nurcholis, 1997 Bilik-bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan,

Jakarta : Paramadina, Cet I

Mahfudz, Sahal, 1994 Nuansa Fiqih Sosial Yogyakarta : LkiS, cet. I .

Marimba, Ahmad D, 1980 Pengantar Fislasfat Pendidikan Islam,

Bandung : PT. Al- MA’arif

Mas’ud, Abdurrahman, “ Sejarah dan Budaya Pesantren”, dalam

Ismail SM (ed), Dinamika pesantren dan Madrasah, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 2002)

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu kajian

Tentang Unsur Dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren,(

Jakarta; INIS, 1994)

Poerwodarminto, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Balai Pustaka, 1999)

Rahardjo, M. Dawam, 1974 “Dunia Pesantren Dalam Peta

Pembaharuan” dalam M. Dawam Rahardjo (ed), Pesantren dan

Pembaharuan Jakarta: LP3ES

, “Kehidupan Pemuda Santri : Penglihatan dari Jendela

Pesantren di Pabelan” dalam Taufik Abdullah, (ed.), Pemuda dan

Perubahan Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1982)

Rahim, Husni, 2001. Arah Baru Pendidikan Islam Jakarta: PT. Logos

Wacana Ilmu

Soenarjo, 1971 A, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra

Suyata, “Pesantren Sebagai Lembaga Sosial Yang Hidup” dalam

M.Dawam Rahardjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren:

Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985)

Tafsir, Ahmad, 2004 Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Tebba, Sudirman, 1985 “Diploma Pesantren : Belenggu Politik dan

Pembaharuan Sosial”, dalam, M. Dawam Raharjo (ed),

Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :

P3M

Tim Departemen Agama RI, 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren,

Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam

Wahib, Abdul, 1999 Pengumpulan dan Analisis Data, Makalah

Page 32: PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBERDAYAAN …

Yuzarion Zubir

~ 68 ~

Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Agama

Dan Sosial IAIN Walisongo Semarang

Wahid, Abdurrahman., 1978 “Pesantren dan Pengembangannya”, dalam

Kumpulan Tulisan dan Karangan Abdurrahman Wahid, Pesantren

Tebu Ireng, Jombang, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta : CV.

Dharma Bhakti

Wahid, Marzuki., 1999 “Pesantren di lautan Pembangunanisme :

Mencari Kinerja Pemberdayaan”, dalam Marzuki Wahid dan

Suwendi (eds), Pesantren Masa Depan : Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren, Bandung : Pustaka Hidayah

Wahjoetomo, 1997 Perguruan Tinggi Pesantren : Penddikan Alternatif

Masa Depan, Jakarta : Gema Insani Press

Walgito, Bimo, 2002 Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta:

Andi Offset, Ed. Revisi

Yafie, Ali, 1997 Teologi Sosial: Telaah Kritis Persoalan Agama dan

Kemanusiaan, Yogyakarta: LKPSM

Yomo, Wiryanto -Wehner, Gunter, 1973 Membangun Masyarakat : Buku

Pegangan Bagi Pekerja Pembangunan Masyarakat, Bandung :

Alumni

Yunus, Mahmud, 1979 Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta :

Mutiara Sumber Widya

Zaenuddin, Akbar., 2002 “Pesantren dan Pengembangan Civil

Society” dalam Rijal Roihan, S.Ag., M.A.(ed.), Kapita Selekta

Pondok Pesantren. Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan

Agama Islam

Zakaria, Anshori, 2002 “Mencari Peran Ideal Pondok Pesantren

dalam Era Globalisasi : Sebuah Pengamatan Mata Burung,

(Birds Ege View)” dalam Rijal Rokian S.Ag. MA, (ed), Kapita

Selekta Pondok Pesantren Jakarta : Depag RI

Ziemek, 1986 Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta :

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat

(P3M),