Bab v Penyebab Masalah Fixed

37
BAB V ANALISIS PENYEBAB MASALAH V. 1. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan fisik yang diharapkan dengan kenyataan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan dan keinginan untuk memecahkannya. Dengan demikian didapatkan ciri- ciri masalah yaitu menyatakan hubungan dua atau lebih variabel, dapat diukur, dan dapat diatasi. Dalam proses pemecahan masalah terdapat urutan siklus pemecahan suatu masalah, yaitu Identifikasi Masalah Monitoring Dan Penentua n Penyebab Evaluasi Masalah Penyusuna n Memilih Penyebab Rencana Yang Paling Penerapan Mungkin Penetapan Menentuka

description

Bab v Penyebab Masalah Fixed

Transcript of Bab v Penyebab Masalah Fixed

Page 1: Bab v Penyebab Masalah Fixed

BAB V

ANALISIS PENYEBAB MASALAH

V. 1. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan fisik yang

diharapkan dengan kenyataan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan dan

keinginan untuk memecahkannya. Dengan demikian didapatkan ciri-ciri

masalah yaitu menyatakan hubungan dua atau lebih variabel, dapat diukur,

dan dapat diatasi. Dalam proses pemecahan masalah terdapat urutan siklus

pemecahan suatu masalah, yaitu

IdentifikasiMasalah

Monitoring Dan PenentuanPenyebabEvaluasi Masalah

Penyusunan MemilihPenyebabRencana Yang PalingPenerapan Mungkin

Penetapan MenentukanPemecahan Alternatif

Masalah PemecahanTerpilih Masalah

Gambar 5.1.Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

48

Page 2: Bab v Penyebab Masalah Fixed

49

Berikut ini merupakan urutan dalam siklus pemecahan suatu masalah,

yaitu:

1. Identifikasi atau Inventarisasi Masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin

dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran

kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi

dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Kemudian

membandingkan antara kedaan nyata yang terjadi (cakupan) dengan

keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah

ditetapkan (target).

2. Penentuan Penyebab Masalah

Digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat. Untuk menentukan penyebab masalah dilakukan dengan

membuat diagram fishbone berdasarkan kedekatan sistem. Dalam

menganalisis penyebab masalah secara menyeluruh digunakan

pendekatan sistem meliputi input, proses, output, outcome serta

environment. Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang menjadi

kemungkinan menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan

tersebut.

Page 3: Bab v Penyebab Masalah Fixed

50

Gambar 5.2. Diagram Fish Bone

3. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin

Penyebab masalah paling mungkin terjadi harus dipilih

berdasarkan sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.

4. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah apabila

penyebab masalah sudah dapat teridentifikasi dengan baik namun

dalam pemecahan masalah harus memiliki berbagai macam alternatif

pemecahan masalah.

5. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan maka

dilakukan pemilihan pemecahan masalah terpilih (paling efektif dan

efisien) apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan metode

kriteria Matrix untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

Page 4: Bab v Penyebab Masalah Fixed

51

6. Penyusunan Rencana Penerapan

Rencana penerapan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plain

Of Action) atau rencana kegiatan.

7. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan dari pemecahan suatu masalah

dilakukan monitoring pada saat proses penyelesaiaan masalah tersebut

berlangsung dan evaluasi setelah seluruh permasalahan selesai.

V.2 Analisis Penyebab Masalah

Untuk menganalisa penyebab masalah secara menyeluruh dapat

menggunakan metode pendekatan sistem yang meliputi input, proses,

output, outcome, impact, dan lingkungan.

INPUT PROSES OUTPUT• Man • P1 • Cakupan• Money • P2 Program• Method • P3• Matherial• Machine

LINGKUNGAN

FisikNon fisik

Page 5: Bab v Penyebab Masalah Fixed

Gambar 5.3 Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

Page 6: Bab v Penyebab Masalah Fixed

52

Gambar diatas menjelaskan proses pengkajian masalah

dengan metode pendekatan sistem. Dalam hal ini dilihat apakah

ouput (skor pencapaian dari suatu indikator kinerja) bermasalah atau

tidak? Apabila bermasalah, maka penyebab masalah dapat kita

analisis dari input dan proses kegiatan tersebut. Input meliputi 5

indikator, antara lain man (sumber daya manusia), money (biaya),

methode (cara pelaksanaan kegiatan/program), matherial

(perlengkapan), machine (peralatan). Sedangkan proses menjelaskan

fungsi manajemen yang meliputi P1 (Perencanaan), P2

(Penggerakkan dan Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan,

Pengendalian, dan Penilaian). dan Lingkungan, yang kemudian

dituangkan dalam diagram fishbone. Masalah yang timbul terdapat

pada output dimana hasil kegiatan atau cakupan kegiatan tidak sesuai

dengan target pencapaian. Sistem yang diutarakan pada laporan ini

adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan.

Lingkungan adalah segala sesuatu ataupun kondisi di sekitar

lingkup kehidupan manusia yang mempengaruhi kehidupan dan

perkembangannya, antara lain :

Fisik : lingkungan alamiah di sekitar manusia (fisik, kimiawi,

biologik).

Non fisik : lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi

antar manusia (sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan,

kebijakan).

Page 7: Bab v Penyebab Masalah Fixed

53

V.3 Menentukan Penyebab Masalah

Setelah didapatkan data melalui wawancara dan hasil survei,

selanjutnya akan dilakukan evaluasi/pengamatan untuk menentukan

kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem yang

akan dibahas pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Analisis Input Penyebab Masalah

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

Man Jumlah Petugas di BPU Masih banyak petugasterdiri dari dokter, perawat kesehatan yang tidak

dan bidan.yang ada di mematuhi SOP dan

program P2 Diare. kurang memahami SOP.

Terdapat 1 bidan desa yang Tidak dilakukan

bertugas di Posyandu. pelatihan kader untuk P2

Terdapat kader di Desa. Diare

Money Ada dana dari Bantuan Belum ada dana khususOperasional Kesehatan untuk program P2

(BOK) untuk program Diare.

pemeriksa kesehatan (untuk

petugas dan kader)

Methode Terdapatnya SOP (Standar Penerapan SOP belumOperasional Prosedur) dalam sesuai terutama saat

mendiagnosa dan anamnesis dan

memberikan terapi balita pemeriksaan yang belum

dengan diare. maksimal.

Page 8: Bab v Penyebab Masalah Fixed

54

Page 9: Bab v Penyebab Masalah Fixed

Pencatatan dan Pelaporan

dilakukan dengan cara

pencatatan setiap pasien yang

datang ke BP Puskesmas

Secang I.

Terdapatnya program kerja

khusus diare.

Pasien balita dibawa keruangan BP umum dan akan

diperiksa oleh petugas

kesehatan yang ada (dokter,

perawat atau bidan)

Tidak adanya

penyuluhan berkala

mengenai Diare baik

dari Dinkes Kabupaten

maupun dari petugas

kesehatan.

Metode yang digunakan

untuk menemukan

pasien balita dengan

diare hanya bersifat

pasif.

Tidak pernah dilakukan

Metode pencatatan dan

pelaporan kasus balita

dengan diare dari RS

rujukan, maupun praktek

dokter umum/swasta

yang ada di Desa juga

dari bidan yang

berpraktek di Desa.

Kurangnya koordinasi

antara pelayanan

kesehatan lainnya

dengan Puskesmas

Page 10: Bab v Penyebab Masalah Fixed

55

Secang I.

Kurangnya koordinasi

antara kader tiap dusun

dengan bidan Desa

madusari sebagai

penanggung jawab

daerah binaannya..

Matherial Terdapatnya tempat Tidak tersedianyapelayanan kesehatan ruangan pojok oralit.

(Puskesmas Secang I) yaitu Masyarakat kurang

ruangan balai pengobatan memanfaatkantempat

untuk proses anamnesa, pelayanan kesehatan

pemeriksaan serta diagnosis yang ada.

pasien diare.

Tersedianya bangunan tetap

berupa posyandu untuk

tempat kegiatan posyandu di

Desa Madusari.

Adanya laboratorium di

Puskesmas guna mendukung

pelaksanaan program P2

diare.

Machine Tersedia alat transportasi Tidak tersedianyauntuk kegiatan operasional Laboratorium untuk

Page 11: Bab v Penyebab Masalah Fixed

56

untuk merujuk. pemeriksaan feces.

Tersedianya peralatan yangTidak tersedianya poster,

memadai kegiatan pelayanan brosur tentang penyakitseperti diare di puskesmas.

stetoskop,thermometer,timba Tidak tersedia juga

ngan berat badan. kertas panduan atau

Tersedianya obat-obatan Standar Operasional

untuk penangananbalita Prosedur (SOP) untuk

diare. penyakit diare di

Perlengkapan yang diperlukan Puskesmas.

yaitu berupa catatan rekaman Kurangnya pencatatan

medis dan sistem informasi yang baik balita dengan

untuk mendata balita dengan diare yang ditangani

diare. Balai pengobatan di melalui SIMPUS.

Puskesmas Secang I telahKurangnya

mempunyai SIMPUS (Sistem ketersediaanya obat-

Informasi Manajemen obatan diare yang sesuai

Puskesmas). standar.

Tabel 5.2. Analisis Lingkungan Penyebab Masalah

Kelebihan Kekurangan

Lingkungan Tempat pelayanan Pengetahuan Masyarakatkesehatan sangat tentang penyakit diare

Page 12: Bab v Penyebab Masalah Fixed

57

terjangkau dan tidak masih kurang.begitu jauh dari rumah Kuranganya kesadaran

pasien. masyarakat akan

Terdapat balai kesehatan lingkungan.

pengobatan lain dengan

sarana yang lebih

memadai dan kualitas

pemeriksaan penunjang

yang lebih baik (Klinik

Swasta, Rumah sakit)

Tabel 5.3 Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan Kekurangan

P1 Tersedianya jadwal Tidak adanya(perencanaan) pelayanan dibalai perencanaan

Pengobatan Umum dan penyuluhan,

Posyandu. pembuatan poster,

penyebaran Leaflet

ataupun brosur

penyakit diare.

Belum adanya

perencanaan jadwal

pelaksanaan kegiatan

dari program P2 diare

Page 13: Bab v Penyebab Masalah Fixed

58

seperti penyuluhan.

Tidak adanyaperencanaan khusus

untuk penjaringan

balita dengan diare

pada saat posyandu,

pustu, dan PKD.

Perencanaan pencatatan

balita dengan diare

yang belum

terkoordinir dengan

baik.

P2 Penanganan Dalam pelaksanaannya(penggerakkan, Pelaksanaan program P2 program banyak

pelaksanaan) Diare di puskesmas petugas kesehatan yang

dilakukan setiap hari kurang mematuhi dan

kerja di Balai memahami tentang

pengobatan Umum. SOP penyakit diare.

Pelaksanaan pelayanan Tidak adanya

sudah sesuai dengan Pelaksanaan

yang dijadwalkan. penyuluhan,

Penanganan diare pembuatan poster,

dilakukan dengan penyebaran brosur

cukup cepat. tentang penyakit diare

Page 14: Bab v Penyebab Masalah Fixed

59

baik di puskesmas,pustu maupun

posyandu.

P3 Adanya laporan bulan Tidak pernah(pengawasan, berjalan. dilakukan pencatatan

pengendalian, Kepala Puskesmas dan pelaporan kasus

penilaian) melakukan pengawasan balita dengan diare

langsung terhadap dari RS rujukan,

petugas P2 Diare dan maupun praktek dokter

melakukan penilaian umum/swasta yang ada

atau evaluasi terhadap di Desa juga dari bidan

laporan bulanan yang yang berpraktek di

diberikan oleh Desa.

koordinator program. Kurangnya koordinasi

serta evaluasi antara

petugas kesehatan di

Pustu, PKD, dan Bidan

didaerahnya dengan

koordinator Program

P2 diare di Puskesmas

Secang I.

Adanya ketidak

sesuaian antara hasil

laporan dari SIMPUS

Page 15: Bab v Penyebab Masalah Fixed

60

dengan data rekap dari

koordinator Program P2

diare di Puskesmas Secang

I.

Berkaitan denganadanya pergantian

koordinator Program

P2 Diare, sistem

pencatatan dan

pelaporan balita

dengan diare kurang

terkoordinir dengan

baik.

Berdasarkan analisis melalui pendekatan sistem di atas, maka dapat

diketahui beberapa kemungkinan penyebab masalah, yaitu :

1. Masih banyak petugas kesehatan yang tidak mematuhi SOP dan

kurang memahami SOP.

2. Tidak dilakukan pelatihan kader untuk P2 Diare

3. Belum ada dana khusus untuk program P2 Diare.

4. Penerapan SOP belum sesuai terutama saat anamnesis dan

pemeriksaan yang belum maksimal.

5. Tidak adanya penyuluhan berkala mengenai Diare baik dari Dinkes

Kabupaten maupun dari petugas kesehatan.

Page 16: Bab v Penyebab Masalah Fixed

61

6. Metode yang digunakan untuk menemukan pasien balita dengan diare

hanya bersifat pasif.

7. Tidak pernah dilakukan Metode pencatatan dan pelaporan kasus balita

dengan diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta

yang ada di Desa juga dari bidan yang berpraktek di Desa.

8. Kurangnya koordinasi antara pelayanan kesehatan lainnya dengan

Puskesmas Secang I.

9. Kurangnya koordinasi antara kader tiap dusun dengan bidan Desa

madusari sebagai penanggung jawab daerah binaannya..

10. Tidak tersedianya ruangan pojok oralit.

11. Masyarakat kurang memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan yang

ada.

12. Tidak tersedianya Laboratorium untuk pemeriksaan feces.

13. Tidak tersedianya poster, brosur tentang penyakit diare di puskesmas.

14. Tidak tersedia juga kertas panduan atau Standar Operasional Prosedur

(SOP) untuk penyakit diare di Puskesmas.

15. Kurangnya pencatatan yang baik balita dengan diare yang ditangani

melalui SIMPUS.

16. Kurangnya ketersediaanya obat-obatan diare yang sesuai standar.

17. Pengetahuan Masyarakat tentang penyakit diare masih kurang.

18. Kuranganya kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan.

19. Tidak adanya perencanaan, penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran

Leaflet, ataupun brosur penyakit diare.

Page 17: Bab v Penyebab Masalah Fixed

62

20. Belum adanya perencanaan jadwal pelaksanaan kegiatan dari program

P2 diare seperti penyuluhan.

21. Tidak adanya perencanaan khusus untuk penjaringan balita dengan

diare pada saat posyandu, pustu, dan PKD.

22. Perencanaan pencatatan balita dengan diare yang belum terkoordinir

dengan baik.

23. Dalam pelaksanaannya program banyak petugas kesehatan yang

kurang mematuhi dan memahami tentang SOP penyakit diare.

24. Tidak adanya Pelaksanaan penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran

brosur tentang penyakit diare baik di puskesmas, pustu maupun

posyandu.

25. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta yang ada

di Desa juga dari bidan yang berpraktek di Desa.

26. Kurangnya koordinasi serta evaluasi antara petugas kesehatan di Pustu,

PKD, dan Bidan didaerahnya dengan koordinator Program P2 diare di

Puskesmas Secang I.

27. Adanya ketidak sesuaian antara hasil laporan dari SIMPUS dengan

data rekap dari koordinator Program P2 diare di Puskesmas Secang I.

28. Berkaitan dengan adanya pergantian koordinator Program P2 Diare,

sistem pencatatan dan pelaporan balita dengan diare kurang

terkoordinir dengan baik.

Hasil analisis masalah di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram

fishbone yaitu sebagai berikut

Page 18: Bab v Penyebab Masalah Fixed

P3

Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta yang ada di Desa juga dari bidan yang berpraktek di Desa.Kurangnya koordinasi serta evaluasi antara petugas kesehatan di Pustu, PKD, dan Bidan didaerahnya dengan koordinator Program P2 diare di Puskesmas Secang I.Adanya ketidak sesuaian antara hasil laporan dari SIMPUS dengan data rekap dari koordinator Program P2 diare di Puskesmas Secang I.

P2

Dalam pelaksanaannya program banyak petugas kesehatan yang kurang mematuhi dan memahami tentang SOP penyakit diare.Tidak adanya Pelaksanaan penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran brosur tentang penyakit diare baik di puskesmas, pustu maupun posyandu.

P1

Tidak adanya perencanaan penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran Leaflet ataupun brosur penyakit diare.Belum adanya perencanaan jadwal pelaksanaan kegiatan dari program P2 diare seperti penyuluhan.Tidak adanya perencanaan khusus untuk penjaringan balita dengan diare pada saat posyandu, pustu, dan PKD.Perencanaan pencatatan balita dengan diare yang belum terkoordinir dengan baik.

63

MASALAH

Rendahnya cakupan

Page 19: Bab v Penyebab Masalah Fixed

MaterialTidak tersedianya ruangan pojok oralit.Masyarakat kurang memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan yang ada.

MethodPenerapan SOP belum sesuai terutama saat anamnesis dan pemeriksaan yang belum maksimal.Tidak adanya penyuluhan berkala mengenai Diare baik dari Dinkes Kabupaten maupun dari petugas kesehatan.Metode yang digunakan untuk menemukan pasien balita dengan diare hanya bersifat pasif.Tidak pernah dilakukan Metode pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta yang ada di Desa juga dari bidan yang berpraktek di Desa.Kurangnya koordinasi antara pelayanan kesehatan lainnya dengan Puskesmas Secang I.Kurangnya koordinasi antara kader tiap dusun dengan bidan Desa madusari sebagai penanggung jawab daerah binaannya..

Man

Masih banyak petugas kesehatan yang tidak mematuhi SOP dan kurang memahami SOP.

Tidak dilakukan pelatihan kader untuk P2 Diare

LINGKUNGAN

Pengetahuan Masyarakat tentang penyakit diare masih kurang. Kuranganya kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan.

Balita dengan diare di

Desa Madusari 3,33%

Periode Juli 2015-

Januari 2016

Page 20: Bab v Penyebab Masalah Fixed

MoneyINPUT

G Belum ada dana khusus untuk program P2

Diare.

Machine

Tidak tersedianya Laboratorium untuk pemeriksaan feces.Tidak tersedianya poster, brosur tentang penyakit diare di puskesmas.

Tidak tersedia juga kertas Gambar 5.4. Diagram Fish Bonepanduan atau Standar OperasionalProsedur (SOP) untuk penyakitdiare di Puskesmas.Kurangnya pencatatan yang baik balita dengan diare yang ditangani melalui SIMPUS.Kurangnya ketersediaanya obat-obatan diare yang sesuai standar.

Page 21: Bab v Penyebab Masalah Fixed

64

V.4 Pemilihan Penyebab Masalah Paling Mungkin

Setelah melakukan konfirmasi kepada koordinator program P2

Diare khususnya mengenai cakupan balita diare yang ditemukan/ditangani

sesuai standar, dari kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan

masalah yang paling mungkin yaitu :

1. Pelatihan kader untuk P2 Diare khususnya tentang diare jarang

dilakukan.

2. Tidak tersedia kertas panduan atau Standar Operasional Prosedur (SOP)

untuk penyakit diare sehingga masih banyak petugas kesehatan yang

tidak mematuhi SOP dan kurang memahami SOP

3. Kurangnya pelaksanaan penyuluhan, penyebaran poster, leaflet ataupun

brosur tentang penyakit diare baik di Puskesmas ataupun posyandu di

Desa.

4. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta yang ada

di Kecamatan Secang juga dari bidan yang berpraktek di Kecamatan

Secang.

5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare