BAB V KONSEP PERANCANGAN -...
Transcript of BAB V KONSEP PERANCANGAN -...
76
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM
Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape,
Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya sebagai coworking space
bangunan harus dapat mewadahi kegiatan-kegiatan kreatif yang ada di dalamnya. Selain itu
bangunan harus didesain dengan menarik sebagai elemen penarik pengunjung. Dan
bangunan harus mampu menjawab respon terhadap lingkungan, di dalam konteks
perancangan ini yaitu lingkungan area Taman Kuliner Condongcatur.
Gambar 5.1 Skema Dasar Perancangan
(sumber: Analisis 2016)
Berikut merupakan pemaparan analisis respon terhadap konteks dalam perancangan
coworking space ini:
1. Ekonomi
Perancangan coworking space ini bertujuan meningkatkan kembali nilai ekonomi dari
kawasan Taman Kuliner Condongcatur. Kondisi Taman Kuliner Condongcatur sekarang
ini bisa dikatakan relatif buruk, pengunjung taman kuliner sehari-hari tidak pernah
mencapai jam sibuknya dan kawasan ini ramai hanya saat diselenggarakan event-event
tertentu (Contohnya : FKY). Untuk itu dengan dikembangkannya coworking space dan
creative event space pada area ini diharapkan dapat menghidupkan kembali kawasan
Taman Kuliner Condongcatur dan meningkatkan nilai jual komersial pada kawasan ini.
2. Sosial
Perancangan coworking dan creative event space yang terintegrasi dengan kawasan
taman kuliner diharapkan dapat menjadi tempat terjadinya interaksi kreatif para penggiat
industri kreatif di Yogyakarta. Dan dengan adanya event space yang sekaligus menjadi
ruang terbuka hijau pada kawasan ini dapat menjadi wadah masyarakat sekitar dalam
bersosialisasi dan berekreasi.
77
3. Budaya
Penyediaan ruang kreatif diharapkan dapat ikut mengembangkan Yogyakarta sebagai
Kota Kreatif di Indonesia. Dengan disediakannya ruang untuk mengembangkan industri
kreatif di Yogyakarta diharapkan para penggiat industri kreatif lebih bersemangat untuk
mengembangkan dan melestarikan budaya-budaya kreatifitas yang telah ada sekarang.
Perancangan coworking dan event kreatif space ini diharapkan dapat menjadi identitas
dari perkembangan industri kreatif yang ada di Yogyakarta.
4. Pendidikan
Dengan adanya coworking space diharapkan akan memicu inovasi-inovasi baru dalam
bidang industri kreatif, digital, seni maupun budaya.
Gambar 5.2 Skema Konsep
(sumber: Analisis 2016)
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan penggabungan teori yang ada, maka
disusunlah konsep utama pada desain perancangan bangunan ini yaitu:
1. Creative Interaction Space:
Perancangan coworking space diharapkan dapat menciptakan sebuah tempat
yang memunculkan ide-ide kreatif baru dan ikut mendorong perkembangan industri
kreatif yang ada di Yogyakarta. Kehadiran bangunan ini diharapkan dapat menjadi
sebuah wadah interaksi kreatif dan ikon kreativitas di Yogyakarta.
78
Gambar 5.3 Penjabaran Konsep Kreatif
(sumber: Analisis 2016)
2. Supreeme Based Design:
Konsep yang kedua adalah dengan memberikan desain yang dapat menjadi ikon
baru dari area tersebut. Dengan adanya desain yang ikonik, maka masyarakat
diharapkan akan tertarik untuk datang dan dapat menghidupkan kembali aktivitas
area Taman Kuliner Condongcatur.
Konsep ikonik selanjutnya akan dipaparkan dalam penataan dan bentukan
massa.
3. Integrated Space
Integrasi antara bangunan yang baru dengan lingkungan yang ada sebelumnya
menjadi poin penting dalam desain perancangan. Keberadaan bangunan baru dalam
tapak harus tetap terintegrasi dengan kondisi eksisting dalam area Taman Kuliner
sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara elemen baru dengan elemen eksisting
dan tujuan perancangan dapat tercapai.
Integrasi ruang akan dipaparkan kembali pada konsep organisasi ruang dan
layering.
5.2. KONSEP KEGIATAN
Kegiatan yang diwadahi dalam area ini adalah kegiatan administrasi coworking space,
kegiatan bekerja oleh user coworking space, kegiatan penjual pada area taman kuliner,
pengunjung taman kuliner, pengunjung open space, dan kegiatan event kreatif.
Berikut adalah rencana program jam operasional pada area ini.
79
Gambar 5.4 Rencana jam operasional kegiatan
(sumber: Analisis 2016)
Keterangan:
Kegiatan komersial kios tamkul
Pegawai dan administrasi coworking space
Operasional coworking space
Event Space
Open Space
5.3. KONSEP ORGANISASI RUANG & LAYERING
5.3.1. Zonasi
Dalam konsep ini, segala studiprogramatik mulai diolah penataannya di dalam tapak.
Ruang yang terhitung dikelompokkan berdasarkan beberapa block dengan fungsi antara lain,
area bekerja, area pertemuan, area pendukung, dan area terbuka (umum). Selain
berdasarkan fungsi pembagian zonasi juga mempertimbangkan tingkat privasi dari
penggunanya. Zonasi bangunan dipengaruhi oleh faktor karakteristik aktifitas di setiap zona
serta respon karakter interaksi yang terjadi di dalamnya.
1. Zonasi Vertikal
Secara vertikal kebutuhan akan ruang aktivitas utama bersifat openplan
tersusun menyeluruh dari awal hingga akhir. Desain openplan menjadi elemen
utama dalam pencapaian keterbukaan sebagai dalam prinsip coworking space.
Ruang-ruang penunjang saling terintegrasi dalam pencapaian kemenerusan
interaksi yang terjadi dalam bangunan.
80
Zonasi vertikal dibedakan berdasarkan karakter tingkatan privasi serta tingkat
kebisingan dalam bangunan.
Gambar 5.5 Konsep zonasi vertikal bangunan
(sumber: Analisis 2016)
2. Zonasi Horisontal
Untuk zonasi horizontal, dibedakan berdasarkan tingkat privasi mulai dari
public, semi public, servis/pengelola. Untuk zona public terletak di bagian terluar
supaya mudah diakses oleh masyarakat umum, lalu diteruskan untuk zona semi
publik sebagai ruang transisi menuju area privat. Bila tidak dimungkinkan terjadinya
kemenerusan secara horizontal maka dapat dilanjutkan secara vertikal.
Gambar 5.6 Konsep zonasi bangunan
(sumber: Analisis 2016)
5.3.2. Hubungan Ruang
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai kebutuhan ruang pada suatu
coworking space. Dalam perancangan coworking space ini dibedakan menjadi empat zonasi
yaitu working space, meeting space, supporting space, dan area servis. Lalu pada setiap
perpindahan area disediakanlah ruang interaksi setiap penggunanya supaya mewadahi
terjadinya interaksi kreatif antar pengguna coworking.
81
Gambar 5.7 Skema Organisasi Ruang dan Sirkulasi
(sumber: Analisis 2016)
5.3.3. Integrasi Antar Ruang
Sebagai wadah untuk aktivitas aktif yang sangat mengedepankan kolaborasi antar
pelaku, konsep integrase ruang dibuat agar setiap ruang dapat saling terbuka dan
berinteraksi secara visual. Penggunaan ruang interaksi yang bersifat terbuka dengan partisi
yang dapat disesuaikan dengan tingkat privasi dapat mencapai tujuan keterbukaan ruang
tanpa mengesampingkan aspek privasi setiap pengguna coworking.
Untuk membedakan jenis ruang-ruang yang terikat dalam satu ruang openplan,
digunakan permainan skala ruang seperti permainan ketinggian plafon maupun lantai dan
dengan penggunaan material yang berbeda-beda disesuaikan dengan kharakter masing-
masing ruang.
82
Gambar 5.8 Integrasi antar ruang
(sumber: Analisis 2016)
5.4. KONSEP EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN
Konsep eksterior dan interior bangunan mengedepankan interaksi kreatif yang terjadi di
dalamnya. Baik itu antar pengguna, pengguna dengan bangunan, maupun bangunan dengan
aspek ruang luar. Untuk itu perlu diciptakan sebuah hubungan interaksi antar ruang yang ada.
Sehingga dapat mendorong terbentuknya ide-ide kreatif serta inspirasi bagi para penggunanya.
Untuk mencapai konsep yang telah dirumuskan, maka disusunlah beberapa strategi desain.
a. Integrasi bangunan dengan elemen lansekap
Untuk menciptakan interaksi kreatif dalam bangunan dengan elemen ruang luar
dibentuklah konsep creativescape yaitu creative landscape dan atau creative and
escape. Ditujukan untuk user dapat kabur sejenak dari kejenuhan saat bekerja, atau
tidak merasa jenuh sama sekali karena tidak ada suasana formal saat bekerja. Hal ini
diwujudkan dengan cara pengaburan batas-batas ruang antara ruang dalam dengan
elemen ruang luar bangunan.
Gambar 5.9 Integrasi ruang luar – ruang dalam
(sumber: Ilustrasi Penulis)
83
b. Penyediaan meeting point sebagai area interaksi kreatif
Dalam setiap transisi antar fungsi ruang disediakan sebuah ruang interaksi untuk
mendorong sosialisasi antar pengguna supaya tercipta sebuah interaksi kreatif dan
dapat menghasilkan ide-ide baru serta memacu kreatifitas.
Gambar 5.10 Penyediaan ruang interaksi kreatif
(sumber: Ilustrasi Penulis)
c. Pembentukan ruang yang fleksibel dan terbuka
Untuk menjaga interaksi antar pengguna maka pembentuk ruang yang ada di desain
secara tidak permanen dan dapat disesuaikan dengan fungsi kegiatan serta tingkatan
privasi yang ada. Hal ini untuk menghindari eksklusifitas dalam sebuah coworking
space dan menjaga aspek berbasis komunitas dalam sebuah coworking space.
84
Gambar 5.11 fleksibilitas ruang
(sumber: Ilustrasi Penulis)
d. Massa dan fasad bangunan
Memiliki fungsi sebagai bangunan komersial Coworking Space di desain dengan
bentuk bangunan yang iconic. Hal ini untuk menuningkatkan daya jual kawasan yang
merupakan kawasan komersil yang harus menarik pengunjung supaya kawasan
tersebut tetap hidup. Hal yang terjadi pad ataman kuliner sekarang ini bangunan tidak
memiliki kharakter yang menonjol, menjadikan kurangnya daya tarik pengunjung untuk
mengunjungi kawasan ini. Padahal potensi yang dimiliki kawasan taman kuliner sangat
tinggi.
Desain bangunan yang akan dirancang harus tetap dapat bersinergi dengan
bangunan eksisting yang ada. Dan dengan menambahkan elemen desain arsitektural
pada eksisting yang tersisa.
85
Gambar 5.12 Rencana tatanan massa
(sumber: Ilustrasi Penulis)
Area berwarna kuning merupakan area bangunan eksisting yang disisakan, dan
akan dikembangkan dengan menambahkan elemen desain arsitektural. Untuk area
berwarna hijau merupakan area rencana pengembangan ruang terbuka hijau yang
berfungsi sebagai plasa dan tempat penyelenggaraan event-event kreatif pada ruang
terbuka. Area yang berwarna putih merupakan area bangunan coworking space akan
dikembangkan.
Gambar 5.13 Rencana pengembangan bangunan
(sumber: Ilustrasi Penulis)
Fasad bangunan didesain dengan atraktif supaya menjadi suatu daya tarik dari
bangunan. Dengan desain yang menarik diharapkan akan banyak pengunjung yang
akan datang, dan juga sebagai elemen pendorong kreativitas dari para pengunjungnya.
Selain menjadi elemen estetika desain fasad juga dapat digunakan sebagai pengontrol
cahaya, serta udara yang akan dimasukkan ke dalam bangunan.
Beberapa strategi desain fasad, yaitu:
Permainan massive – void: menciptakan elemen massive –dan void
padabidang dinding exterior
86
Gambar 5.14 Elemen massive – void pada dinding exterior
(sumber: Ilustrasi Penulis)
Double façade: menggunakan panel pembentuk fasad pada kulit terluar
bangunan
Gambar 5.15 Sistem double façade pada bangunan
(sumber: Ilustrasi Penulis)
Untuk pemilihan warna yang akan digunakan, merupakan warna yang bersifat
netral, serta warna-warna alami dari material bangunan itu sendiri. Beberapa bagian
bangunan akan menggunakan warna pop untuk memberikan sebuah kontras pada
suatu ruangan agar user tidak jenuh.
Gambar 5.16 Rencana skema warna
(sumber: Ilustrasi Penulis)
87
5.5. KONSEP ALUR DAN SIRKULASI
5.5.1. Sirkulasi / Pencapaian bangunan
Site perancangan coworking dan creative event space ini berada pada jalan
kolektor, yaitu Jalan Anggajaya III. Dapat dicapai melalui 2 arah yaitu arah barat dan
timur. Arah timur melalui Jl. Ring Road Utara dan Jalan Anggajaya I, sedangkan dari
barat melalui Jalan Kaliurang. Sistem sirkulasi bangunan menggunakan sistem satu
gerbang sebagai pertimbangan aspek control keamanan.
Gambar 5.17 Sirkulasi utama menuju site
(sumber: Ilustrasi Penulis)
5.5.2. Sirkulasi dalam kawasan
Sirkulasi dalam kawasan terbentuk dari koridor-koridor yang terbentuk dari susunan
kios-kios eksisting yang ada. Serta akan didesain path dalam kawasan supaya
mempermudah para user untuk menemukan tempat yang dituju.
Gambar 5.18 Alur User
(sumber: Ilustrasi Penulis)
88
Gambar 5.19 Alur Staff
(sumber: Ilustrasi Penulis)
5.6. KONSEP LANSEKAP
5.6.1. Konsep secara umum
Untuk menciptakan interaksi kreatif dalam bangunan dengan elemen ruang luar
dibentuklah konsep creativescape yaitu creative landscape dan atau creative and
escape. Ditujukan untuk user dapat kabur sejenak dari kejenuhan saat bekerja, atau tidak
merasa jenuh sama sekali karena tidak ada suasana formal saat bekerja. Hal ini
diwujudkan dengan cara pengaburan batas-batas ruang antara ruang dalam dengan
elemen ruang luar bangunan
Pengintegrasian antara rooftop dengan area terbuka hijau agar terjadi kesinambungan
anatara elemen-elemen lansekap yang didesain.
Gambar 5.20 Lansekap yang terkoneksi dengan bangunan
(sumber: Ilustrasi Penulis)
5.6.2. Konsep ruang terbuka
Ditujukan sebagai event creative space yang ada di Yogyakarta, ruang terbuka yang ada
harus dapat mewadahi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan industri kreatif yang
diselenggarakan di Yogyakarta. Ruang terbuka juga harus dapat menjadi ruang interaksi
kreatif untuk para penggunanya.
89
Gambar 5.21 Pemanfaatan ruang terbuka sebagai ruang event
(sumber: pinterest.com, diakses Juni 2016)
5.6.3. Pemilihan vegetasi
Dipilih vegetasi tropis dengan nilai estetika yang tinggi serta dapat difungsikan sebagai
peneduh. Selain itu, juga dipilih tanaman perimbun yang difungsikan sebagai barrier
suara. Beberapa tanaman juga diintregasikan ke dalam bangunan supaya menciptakan
kesan sejuk dan asri.
Gambar 5.22 Alternatif pilihan vegetasi
(sumber: analisis penulis )
5.7. KONSEP SISTEM BANGUNAN
5.7.1. Sistem pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan dibagi menjadi pencahayaan alami dan pencahayaan
buata. Untuk ruangan yang tidak menerima bukaan akan diberikan pencahayaan buatan,
sedangkan pencahayaan alami ditujukan untuk penghematan energy sekaligus sebagai
elemen estetika bangunan.
Gambar 5.23 Skema pencahayaan alami melalui bukaan bangunan
(sumber: analisis penulis )
90
5.7.2. Sistem penghawaan
Penerapan sistem cross ventilation pada bangunan berperan dalam mengontrol panas
yang ada di dalam bangunan. Udara panas yang masuk secara langsung disalurkan
melalui lubang udara yang berhadapan dengan sisi lubang masuknya.
Gambar 5.24 Skema cross ventilation
(sumber: analisis penulis )
Selain penghawaan alami, bangunan coworking space juga menggunakan penghawaan
buatan yaitu air conditioner. Hal ini ditujukan untuk menjaga kenyamanan user saat
bekerja supaya produktifitas dan kreativitas tetap terjaga.
5.7.3. Sistem akustika
Sistem akustika pada bangunan coworking space menggunakan sistem akustika
alami serta buatan disesuaikan dengan kebutuhan fungsi dan ruang.
Sistem akustika menjadi elemen yang cukup penting, kebisingan sangat
berpengaruh terhadap kenyamanan kerja seseorang. Untuk itu beberapa sitem untuk
mengatur kebisingan suatu bangunan yaitu antara lain:
a. Vegetasi, pemanfaatan vegetasi yang rimbun dapat berfungsi sebagai
pengahalang suara pada suatu bangunan. Namun, peletakan vegetasi harus
diperhatikan supaya tidak mengurangi aspek visual yang ada pada bangunan.
Selain berfungsi sebagai penghalang suara, peletakan vegetasi yang tepat
dapat memperindah suasana pada elemen lansekap dan ikut memperindah
suatu bangunan.
Gambar 5.25 Skema penghalang kebisingan dengan vegetasi
(sumber: analisis penulis )
91
b. Absorber, untuk ruangan tertentu diperlukan adanya sistem akustika buatan,
contohnya ruang aula serbaguna membutuhkan sistem peredam suara,
supaya suara kegiatan yang sedang berlangsung pada aula tidak mengganggu
kegiatan pada ruangan lainnya.
5.7.4. Sistem struktur
Sistem struktur yang dipilih merupakan sistem gabungan antara sitem beton dan sistem
baja. Struktur yang digunakan tidak semata menjadi elemen pembentuk dan penyokong
bangunan, namun juga menjadi elemen estetika dari bangunan tersebut.
Gambar 5.26 Sistem struktur baja
(sumber: http://www.astudioarchitect.com/2012/10/sistem-konstruksi-baja-untuk-bangunan.html, diakses
pada Juni 2016)
5.7.5. Konsep bahan dan finishing bangunan
Material bangunan yang dipilih selain menjadi elemen penyusun bangunan juga
berfungsi sebagai elemen estetika dari bangunan itu sendiri. Pemilihan material akan
memperhatikan tekstur serta warna dari material tersebut.
Gambar 5.27 Pilihan wall finishes
(sumber: analisis penulis )
Gambar 5.28 Pilihan floor finishes
(sumber: analisis penulis )
92
5.7.6. Konsep utilitas bangunan
Elemen sistem utilitas pada bangunan coworking space didesain pula sebagai elemen
estetika dari suatu bangunan. Pipa-pipa air maupun instalasi listrik akan diekspos pada
beberapa bagian bangunan untuk dijadikan sebagai elemen estetika suatu bangunan.
Gambar 5.29 Elemen utilitas sebagai estetika bangunan
(sumber: https://id.pinterest.com/pin/234890936793089256/)