Fitnah Sebagai Penghalang Waris
-
Upload
dewa-putu-tagel -
Category
Documents
-
view
229 -
download
30
description
Transcript of Fitnah Sebagai Penghalang Waris
FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS(ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B
KOMPILASI HUKUM ISLAM)
SKRIPSI
Oleh
Khotibul UmamNIM 99210730
FAKULTAS SYARI'AHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MALANG 2006
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS(ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B
KOMPILASI HUKUM ISLAM)
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh
Khotibul UmamNIM 99210730
FAKULTAS SYARI'AHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MALANG 2006
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
HALAMAN PERSETUJUAN
FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS, ANALISIS TERHADAP
PASAL 173 B KOMPILASI HUKUM ISLAM
Oleh:Khotibul Umam
99210730
Telah disetujui, dan diseminarkan Tanggal, 15 Desember 2003 di Ruang Laboratorium Peradilan Agama Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Malang
Oleh:Dosen Pembimbing
H. Isroqun Najah, M.Ag.NIP. 150 278 262
Mengetahui Dekan Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Malang
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag.NIP. 150 216 425
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Pengesahan Skripsi
Dewan penguji skripsi saudara Khotibul Umam NIM: 99210730 mahasiswa
Fakultas Syari’ah angkatan 1999 dengan judul:
Fitnah Sebagai Penghalang Waris (Analisis Terhadap Pasal 173 B Kompilasi
Hukum Islam)
Telah dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Hukum Islam
(S.HI) pada tanggal 03 Januari 2007.
1. Penguji Utama : Dr. Saifullah, SH, M. Hum ( _______________ )Nip 150 303 048
2. Ketua Majlis Roibin, M. Hi ( _______________ ) Nip. 150 294 456
3. Sekretaris Penguji : H. Isroqun Najah, M. Ag ( _______________ ) Nip. 150 278 262
Malang, 03 januari 20007
Mengetahui
Dekan Fakultas Syari'ah
Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag.NIP. 150 216 425
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Persembahan
Saya persembahkan sebuah karya yang tiada berarti ini
kepada Ibu, Ayahanda, Adik Beserta Keluargaku Yang
kuhormati Dan Kucintai Dengan Segenap Jiwa Dan Raga
Terkhusus Buat Junjungan Saya Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wasallam.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
MOTTO
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang ”
(Al- Hujuraat : 12)
(Al- Qur’an Dan Terjemahannya Departemen
Agama RI)
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap perkembangan keilmuan,
penulis mengatakan bahwa skripsi dengan judul:
FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS (ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B KOMPILASI HUKUM
ISLAM)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data milik orang lain. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini
ada kesamaan, baik isi, logika maupun datanya secara keseluruhan maupun
sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh secara otomatis batal
demi hukum.
Malang, 26 Desember 2006
Penulis,
Khotibul Umam
NIM 99210730
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Dengan rahmat dan karunia Allah SWT, segala puji bagiNya yang
memerintah seluruh alam semesta. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabatnya serta pada
ummat muslimin di seluruh dunia.
Adalah sebuah anugrah yang tiada terhingga dengan terselesaikannya
skripsi ini. Tidak terlupa ucapan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
baik secara langsung maupun secara tidak langsung turut membantu lancarnya
penyelesaian tugas akhir ini.
Ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Malang.
2. Drs. H. Dahlan Tamrin., M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Malang.
3. H. Isroqun Najah, M. Ag. Selaku pembimbing, yang telah mencurahkan
segenap perhatian dan arahan sehingga karya ini terselesaikan.
4. Dosen dan para karyawan serta seluruh civitas akademika Universitas
Islam Negeri Malang yang mmberikan sesuatu yang tiada taranya yaitu
ilmu dan kesempatan dalam menuntutnya
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
5. Ayahanda (Ahmad Ma’shum), Ibu (Syari’ah), Adinda tercinta
(Maziyatun Ni’mah) serta keluarga yang tiada putus asa dan lelah
memberikan dukungan untuk menyelesaikan kewajiban dari agama ini.
6. Sahabat Fasihudin Arafat yang memberikan bantuan yang mungkin tak
terbalas.
7. Sahabat-sahabat PMII
8. Sahabat-sahabat baikku seluruhnya
Kesadaran yang penuh karya ini adalah jauh dari kata sempurna , untuk itu
dengan ketidaksempurnaan itu saran dan kritik yang membangun sangat
membantu dan ditunggu dalam rangka memperbaiki apa yang kurang dan tidak
semurna.
Demikian semoga Allah SWT memberikan rahmat dan ridlaNya kepada
seluruh ciptaanNya, dan semoga karya ini bermamfa’at bagio yang menulis dan
yang membacanya. Sekali lagi atas kurang atau lebihnya karya ini mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.
Malang, 23 Desember 2006
Penulis
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
+ ALAMAN&3 ERSETUJUAN. ...............................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................iii
HALAMAN PENGESAHAN SKERIPSI............................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v
HALAMAN MOTTO .............................................................................................vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ix
ABTRAK ............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 8
C. Rumusan Masalah............................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
E. Kegunaan Penelitian......................................................................... 9
F. Studi Kepustakaan............................................................................. 9
G. Metode Penelitian ............................................................................. 10
H. Sistematika Pembahasan................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
1. Hukum Waris.....................................................................................14
A. Pengertian...................................................................................14
B. Hukum Waris dalam Al- Quran ................................................15
C. Sumber-sumber Hukum Waris..................................................17
D. Kedudukan Hukum Waris .........................................................17
E. Tujuan Mempelajari Hukum Waris ..........................................17
F. Sebab-sebab Mewaris ................................................................18
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
G. Rukun Mewaris ..........................................................................18
H. Syarat-syarat Kewarisan ............................................................19
I. Tingkatan ahli Waris..................................................................19
J. Penghalang Kewarisan...............................................................21
2. Fitnah..................................................................................................26
A. Pengertian...................................................................................26
B. Sebab-sebab Fitnah ....................................................................28
C. Berbagai Karakteristik Fitnah....................................................36
D. Macam-macam Fitnah................................................................38
E. Fitnah dalam Hadits Rasulullah SAW ......................................42
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian…………………………………………….......…..45
2. Sumber Data………………………………………….......………..46
3. Tehnik pengumpulan Data……………………….......……………46
4. Tehnik pengolahan Data …………………..........………………...46
2. Qiyas....................................................................................................47
A. Pengertian...................................................................................47
B. Rukun Qiyas ...............................................................................50
C. Kehujjahan Qiyas .......................................................................51
D. Syarat-syarat Qiyas ....................................................................53
E. Definisi Illat................................................................................53
F. Macam-macam Qiyas ................................................................53
BAB IV PEMBAHASAN
A. Landasan Hukum Pencantuman Fitnah sebagai Penghalang waris
pada Pasal 173b Kompilasi Hukum Islam......................................61
1. Kedudukan fitnah Dalam Hukum ...............................................61
a) Kedudukan fitnah Dalam Hukum Islam.............................61
b) Kedudukan fitnah Dalam Hukum Positif ………..............71
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
c) Kedudukan fitnah Dalam Hukum Kompilasi Hukum
Islam..................................................................................72
2. Kedudukan Pembunuhan dalam Hukum ....................................73
B. Signifikansi Pencantuman Fitnah sebagai Penghalang waris pada
Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam..............................................78
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan. ......................................................................................83
B. Saran-saran ........................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA
BUKTI KONSULTASI
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
ABSTRAK
Umam, Khotibul, NIM 99210730. Fitnah Sebagai Penghalang Waris, AnalisisTerhadap Pasal 173 B Kompilasi Hukum Islam. Skirpsi, Jurusan Akhwal Al- Syahsyiyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang.
Pembimbing: H. Isroqun Najah, M. Ag.
Kata Kunci : Fitnah, Penghalang Waris.Salah satu maksud dan tujuan diturunkannya Syari’at Islam tidak lain
adalah untuk memberikan tuntunan bagi manusia dalam meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk itu perlu pemahaman yang benar terhadap syari’at tersebut agar tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan yang jauh dari kehendak Allah SWT.
Alqur’an adalah sumber dari hukum Islam begitu pula pada hukum waris, Alqur’an menyebutkan hukum waris dengan cukup jelas dan terperinci. Suatu yang istimewa dari hukum waris dibandingkan hukum yang lain yaitu, hukum waris disebutkan lebih terperinci dari pada hukum Islam yang lainnya.
Pada pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa perbuatan fitnah terhadap yang mewarisi adalah termasuk hal yang menghalangi waris, sedangkan didalam Dalil-dalil Baik Al- Qur’an maupun Al- Hadits hanya menyebutkan tiga penghalang waris yaitu Pembunuhan, Perbudakan dan Lain agama. Tidak terdapat dalil yang menyatakan bahwa fitnah menghalangi hak waris seseorang.
Penelitian ini mencoba menelaah bagaimana para ulama’ penggagas kompilasi hukum Islam memunculkan pasal yang menyebutkan Fitnah sebagai penghalang waris. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1) apa dasar hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b? 2) apa signifikansi pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b?
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah Mengetahui, memahami 1) dasar hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b 2) Signifikansi pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b, yang di pakai oleh para Ulama’
Penggagas Kompilasi Hukum Islam terutama pada adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, untuk itu dalam penelitian ini mencoba menelusuri kembali metode yang diterapkan para ulama’ tersebut. Dari situ kemudian dapat diketahui secara ringkas mengapa fitnah dimasukkan dalam bab penghalang waris.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang didiarahkan pada usaha untuk menjelaskan tentang landasan pencantuman fitnahsebagai penghalang waris serta menjelaskan fitnah dari berbagai sudut pandang.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum adalah refleksi sosiolegal masyarakat untuk menata kehidupan.
Dalam Islam, hukum adalah sebagai hasil pergumulan dialektis antara konteks,
teks dan subyek dalam bingkai yang sangat teologis. Dengan kata lain, hukum
sebagai pelembagaan nilai-nilai yang inheren dalam teks-teks suci, realitas, dan
kepribadian para ulama’. Dalam arti ini hukum selalu memiliki basis sosial-
kultural-idiologis.
Hukum Syari'ah Islam telah mengalami perkembangan yang terjadi dari
masa kemasa, sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Islam
itu sendiri. Sehingga Syari'ah dalam hal ini sanggup menjawab tantangan zaman
dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu hubungan vertikal maupun hubungan
horizontal.
Syari'ah dalam hal kewarisan telah meletakkan dasar dan aturan hukum
yang jelas dan sistematis menngenai harta benda peninggalan. Dengan demikian
tidaklah ada sesuatu persoalan syara' yang tidak terselesaikan melalui Syari'ah.
Hukum Islam adalah salah satu bagian penting dari hukum positif di
Indomesia, disamping juga menjdi salah satu komponen dari hukum positif itu
sendiri. Salah satu komponen hukum Syari'ah yang menjadi bagian dari hukum
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
positif adalah hukum kewarisan.1 Warisan adalah merupakan sebab pokok dalam
memiliki harta, masalah waris merupakan perkara perdata yang mempunyai
kompleksitas permasalahan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan menyangkut
hukum personal dan berkaitan dengan harta benda seseorang. Dari itulah maka
dibentuk Peradilan Agama, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan umat Islam dalam hal Perdata Islam (Nikah, Waris, Shadaqah,
Wakaf) secara adil dan diterima semua pihak.
Lembaga Peradilan Agama ini telah terbentuk lama sebelum bangsa
Indonesia merdeka, lembaga ini mulai muncul pada abad XIX masehi tepatnya
dengan diterbitkannya Undang-undang Ordonantie Staatsblad pada 29 Januari
1882 tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura.2 Bahkan sebelum diakui
dengan resmi adanya Peradilan Agama oleh pemerintah kolonial Belanda,
lembaga ini telah diakui secara riil dalam masyarakat Islam di seluruh persada
Nusantara, walaupun dalam sistem dan prasarana yang masih sederhana.
Setelah diundangkannya Undang-undang Peradilan Agama No 7 Th 1989,
barulah Peradilan Agama melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman di ruang lingkup kompetensinya dengan sebenar-benarnya. Hal ini
bertolak belakang pada sebelum diundangkannya Undang-undang tersebut,
Peradilan Agama masih belum dapat melaksanakan fungsi yuridis formalnya
secara utuh, baik dalam hal susunan keorganisasian, kekuasaan, dan acara
perdatanya.
1A. Rahmad Budiono, Pembaharuan hukum Kewarisan Di Indonesia.(Citra Aditya Bhakti Bandung. 1999), V.2A Rasyid Roihan. Hukum Acara Peradilan Agama. (Jakarta: Rajawali Perss, 1991), 1.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Salah satu hasil dari ditetapkannya Undang-undang tersebut adalah tidak
adanya kesimpangsiuran yang menyelimuti Peradilan Agama menyangkut
kompetensi dengan lembaga peradilan lain. Dalam Undang-undang Peradilan
Agama disebutkan bahwa Peradilan Agama adalah sebagai sebuah lembaga
kekuasaan kehakiman bagi rakyat Indonesia pencari keadilan yang beragama
Islam mengenai perkara perdata Islam.
Kewarisan adalah salah satu perkara perdata Islam yang ditangani oleh
Peradilan Agama dengan berdasarkan hukum Islam yang murni. Hal ini berarti
hukum materil yang diterapkan di Peradilan Agama adalah hukum Islam.
Mungkin inilah hal yang dimaksud oleh Hakim Agung M. Yahya Harahap bahwa
salah satu asas dari Peradilan Agama adalah asas personalitas keislaman.3 Maksud
dari asas personalitas keislaman tersebut adalah, hanya pemeluk agama Islam
sajalah yang menjadi obyek dari pada kekuasaan kehakiman di lingkungan
Peradilan Agama.
Al- Qur'anil Karim sebagai sebuah dasar pengambilan utama hukum
kewarisan Islam, telah menjelaskan tentang hukum waris, baik itu mengenai siapa
yang berhak maupun jumlah harta warisan yang didapatkan untuk masing-masing
ahli waris. Sehingga tidak terjadi kerancuan yang menimbulkan perselisihan. Hal
ini menunjukkan bahwa Islam Rahmatan lil Alamin bukan semata-mata sebuah
slogan belaka.
Di samping itu kewarisan juga diterangkan dalam Hadits Rasulullah SAW
serta Ijma' para ulama', walaupun hanya sebagian kecil. Akan tetapi penjelasan-
3M Yahya Harahap. Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama UU No 7 Th 1989. (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), 137.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
penjelasan dalam Al- Qur’an, Al- Hadits serta Ijma' hanya menjelaskan secara
umum tidak secara mendetail. Oleh karena itu dalam hukum Islam diperbolehkan
untuk melakukan Ijtihad dalam mencari kejelasan mengenai sebuah permasalahan
hukum bagi yang memenuhi syarat dalam hal itu, sehingga permasalahan hukum
Islam tersebut didapatkan solusi pemecahannya.
Dengan dikeluarkannya Inpres No 1 Th 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam (KHI) yang diperkuat kemudian oleh keputusan Menteri No 154 Th 1991
tentang Pelaksanaan Inpres tersebut, banyak terdapat perkembangan dan
penafsiran baru mengenai permasalahan peraturan hukum, khususnya pada buku
kedua Kompilasi Hukum Islam yang menyangkut hukum kewarisan.
Salah satu penafsiran baru yang menarik perhatian dari buku kedua
Kompilasi Hukum Islam tersebut ialah perihal beberapa penghalang kewarisan
yang tercantum dalam pasal 173 Kompilasi Hukum Islam.
Pasal tersebut menyebutkan bahwa seseorang terhalang menjadi ahli waris
apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
dihukum karena :
1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau
menganiaya berat pada pewaris.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
2. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa
pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman lima
tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.4
Dari pasal ini tampak adanya perubahan yang cukup mendasar yang
dibawa oleh pasal tersebut, jika dibandingkan dengan dasar hukum kewarisan
yang berasal dari Al- Qur’an atau As-Sunnah. Perubahan yang kiranya dapat
diperdebatkan dasarnya pengambilan hukumnya ialah terdapat pada poin ke dua
pasal 173 Kompilasi Hukum Islam yang mencantumkan perilaku fitnah sebagai
alasan terhalangnya hak waris seorang ahli waris. Padahal menurut peraturan
hukum waris dalam Islam yang mengambil dasar hukum dari Al- Qur’an dan Al-
Hadits, fitnah sebagai penghalang waris tidak terdapat dalam redaksi Al- Qur’an
maupun Al- Hadits atau kitab-kitab fiqh klasik manapun. Hal ini bertentangan
dengan kesepakatan para ulama yang menyepakati bahwa, hanya ada tiga hal yang
menghalangi seorang ahli waris dalam menerima harta warisan yaitu; Pertama,
Perbedaan Agama. Kedua, Pembunuhan. Ketiga, Perbudakan. 5
Di dalam hukum positif Indonesia, fitnah memang adalah salah satu tindak
pidana, hal ini tercantum pada pasal 311 ayat (1) KUHP yang isinya jika
seseorang melakukan tindak pidana fitnah (tuduhan/prasangka) namun fitnah
tersebut tidak dapat di buktikan kebenarannya di pengadilan, maka seseorang
yang melakukan tindak pidana fitnah tersebut dapat dikenai sanksi pidana yang
berupa penjara dan pencabutan hak-haknya atas beberapa hal yang ditentukan.
4 Abdul Ghani Abdullah. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia.(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 129. 5 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Madzhab: Ja'fari, Hanafi, Maliki, Syafi'I, Hambali(Terj). (Jakarta: Lentera, 2001), 541.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Akan tetapi hal ini tidak bisa dikaitkan begitu saja, karena KUHP adalah hukum
positif yang berlaku sebagai dasar pengambilan hukum di Pengadilan Negeri,
apalagi seperti yang kita ketahui bahwa sebagian dari KUHP adalah produk
kolonial pada masa Indonesia belum mencapai kemerdekaannya. Sedangkan
Pengadilan Agama sebagai pengadilan dari umat Islam mempunyai rujukan
tersendiri yaitu KHI yang mengambil dasar hukum dari Al- Qur’an dan Al- Hadits
Hukum Islam telah mengatur waris dengan jelas dan terinci. Sedangkan
mengenai masalah penghalang waris juga telah di tetapkan dengan merujuk pada
dasar Nash yang kuat. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an surat
An-Nahl ayat 75:
Artinya; Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang kami beri rezki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji Hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui6
Kandungan ayat tersebut adalah sebuah penegasan bahwa antara seorang
hamba sahaya tidak dapat dibandingkan dengan tuannya kedudukannya, sehingga
6 Qs. An- Nahl, (16): 75.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dalam hal kewarisan antara keduanya tidak terdapat hubungan terutama dalam hal
waris.7 Sedangkan dalil dari As-Sunnah yang menyebutkan tentang penghalang
waris ada dua. Hadits yang pertama, diriwayatkan oleh An-Nasa'I dan Ahmad di
situ diterangkan bahwa seorang pembunuh terhalang hak kewarisannya. Hadits
yang kedua diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menerangkan bahwa seorang
berlainan agama adalah hilang hak mewarisi dan diwarisi.
Jadi sesuai dari dalil-dalil yang telah tersebut di atas tentang penghalang
waris, fitnah tidak terdapat dalam dasar-dasar hukum kewarisan Islam. Namun
timbul sebuah persoalan, mengapa dalam Kompilasi Hukum Islam, fitnah
dicantumkan menjadi sebuah dasar hukum yang menjadikan seseorang terhalang
hak warisnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulisan ini mengambil tema,
"Fitnah Sebagai Penghalang Waris, Analisis terhadap Pasal 173 b Kompilasi
Hukum Islam".
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dalam penulisan ini akan dibahas
landasan hukum apa yang menjadi dasar pencantuman alasan fitnah sebagai
penghalang dalam hal waris. Lebih spesifik lagi adalah terkait tentang implikasi
alasan fitnah sebagai penghalang terhadap sosial, ekonomi, budaya dan nilai-nilai
agama.
7 Qomaruddin Shaleh dkk. Asbabun Nuzul. (Bandun1g: CV Diponegoro, 1975), 283.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum pencantuman fitnah sebagai panghalang waris pada pasal
173 b Kompilasi Hukum Islam?
2. Apa signifikansi pencantuman fitnah sebagai panghalang waris pada pasal 173
b Kompilasi Hukum Islam ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dasar hukum pencantuman fitnah sebagai panghalang waris
menurut Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam.
2. Untuk mengetahui signifikansi pencantuman fitnah sebagai panghalang waris
pada Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam
E. Kegunaan Penelitian
1. Penulisan ini diharapkan memberikan manfaat teoritis sehingga dapat berguna
sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang berminat dalam masalah
fitnah sebagai penghalang waris.
2. Penulisan ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis bagi para legislator
dan para praktisi hukum yang menekuni bidang kewarisan. Serta memberikan
solusi bagi masalah fitnah sebagi penghalang waris.
F. Studi Kepustakaan
Sebagaimana telah diuraikan dalam rumusan masalah dan tujuan
penelitian dalam skripsi ini, tidak mengingkari kenyataan bahwa studi ini terpaut
dengan studi-studi yang terdahulu. Namun hal ini tidak menjadikan studi ini
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
hanya melakukan pengulangan-pengulangan. Studi ini diarahkan pada usaha
untuk menjelaskan tentang landasan pencantuman fitnah sebagai penghalang
waris serta menjelaskan fitnah dari berbagai sudut pandang.
Menurut pengamatan penulis, karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan
judul atau tema yang sama, khususnya di Fakultas Syari'ah Universitas Islam
Negeri Malang belum ditemui. Namun penulis mengakui sudah ada banyak karya-
karya ilmiah para peneliti terdahulu baik berbentuk buku-buku baik dalam bahasa
asli maupun terjemahan, jurnal atau makalah telah membahas atau menyinggung
hal ini.
Diantara karya-karya ilmiyah yang menjadi pijakan awal dan
mengarahkan inspirasi penulis adalah Pembaharuan Hukum kewarisan Islam
Islam karya Rahmad Budiono yang berisi permasalahan waris di Indonesia,
kemudian Pembaruan Hukum Islam (Analisis terhadap pamikiran Syahrur
mengenai Hukum Waris), skripsi karya Nur Fatah, kemudian Principles of Islamic
Jurisprudence (Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam), karya Muhammad Hashim
Kamali yang berisi penjelasan tentang prinsip dan teori-teori hukum islam, serta
karya-karya lain, sehingga tersusun tulisan ini.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini dikategorikan dalam penelitian kepustakaan, yaitu
sebuah penelitian yang dititikberatkan pada usaha pengumpulan data dan
informasi dengan bantuan segala material yang terdapat di dalam ruang
Perpustakaan maupun di luar Perpustakaan, misalnya, buku-buku, majalah,
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
naskah-naskah, catatan-catatan, multimedia, dokumen-dokumen dan lain
sebagainya. 8
Dalam penelitian hukum, jenis penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian hukum kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-
eksploratif 9, yaitu melakukan penelitian terhadap pasal 173 b yang terdapat
dalam suatu peraturan, dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam dengan mencari
landasan hukum dan signifikansinya pada ayat-ayat Al- Qur'an, Hadits serta
pendapat-pendapat fuqoha' melalui literatur-literatur yang ada.
2. Sumber Data
Sumber penelitian disini dapat di bagi menjadi dua sumber, yaitu sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber hukum primer yaitu Al- Hadits, Kitab-
Kitab Fiqih dan kitab Tafsir yang berhubungan dengan masalah fitnah dan
waris serta Undang-undang (UU No 7 th 1989, Inpres No 1th 1991,
KepMenag No 154 th 1991).
Sedangkan sumber hukum sekunder yaitu, bahan pustaka yang berisikan
informasi tentang bahan primer untuk menunjang sumber hukum primer.
Sehingga dapat membantu menganalisis dan memahami serta memberikan
penjelasan mengenai sumber hukum primer. Dalam hal ini sumber hukum ini
berupa buku-buku maupun kitab-kitab yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada seperti, Asbab An- Nuzul, Tafsir fi zhilalil Al- Qur’an,
Tafsir Al Misbah, Tafsir Ibnu Katsier dan Tafsir Jalalain.
8 Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset (Bandung; Bandar Maju, 1990), 33. 9 Soeryono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. ()
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan berbagai data dari sumber
hukum primer maupun sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang
ada.
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah Content
Analysis, yaitu mengungkapkan isi sebuah pasal setelah itu dipaparkan secra
sistematik. Menurut Noeng Muihajir, Content analysis menampilkan tiga
syarat yaitu Obyektif, Pendekatan sistematis, dan Generalisasi. 10
Adapun fokus utama metode analisa dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan, membahas pasal yang mencantumkan Fitnah sebagai sebuah
alasan terhalangnya hak seseorang mendapatkan warisan.
Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam metode analisis ini
adalah mendeskripsikan gagasan primer, menganalisa konsep pasal 173 B
tentang Fitnah sebagai penghalang seseorang mendapatkan hak waris dengan
memberikan penafsiran-penafsiran terhadap gagasan yang telah
dideskripsikan, memberikan kritik terhadap gagasan dan melakukan analisa
terhadap serangkaian gagasan primer serta diakhiri sebuah konklusi ada atau
tidaknya kelemahan dalam pencantuman sebab fitnah tersebut.
10 Noeng Muhajir. Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta; Rake Samasin, 1998), 159.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini secara keseluruhan akan mencakup empat bab, yang masing
masing akan disusun secara sistematis sebagai berikut :
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang meliputi Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Studi
Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.
Bab Kedua, berisi tentang kajian teori yang menjadi kerangka teori dari
permasalahan yang ada seperti fitnah, waris. Sehingga dengan demikian
diharapkan pembahasannya dapat dibuat secara konseptual dan bisa dibuktikan
kaeilmiahannya.
Bab Ketiga, berisi tentang metode penelitian yang di gunakan dalam
menyusun penulisan skripsi ini serta di tambahkan penjelasan tentang Qiyas
karena Qiyas menjadi trolak ukur dalam menganalisa permasalahan dalam
penulisan skripsi ini.
Bab keempat, Berisi tentang pembahasan masalah landasan hukum
dicantumkannya fitnah sebagai penghalang waris dengan didasarkan pada data
yang telah diperoleh dari hasil penelitian, yang didukung oleh teori-teori hukum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat diperoleh
sebuah jawaban dari permasalahan tersebut. Bab ini juga membahas tentang
signifikansi kenapa fitnah diakomodir dalam pasal 173 b Kompilasi Hukum
Islam.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Bab kelima, berisi tentang penutup dari penulisan ini yang terdiri dari,
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang hasil akhir dari penelitian dan
saran berisi kritikan yang bersifat membangun dan berguna bagi kepentingan-
kepentingan pihak yang terkait.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
BAB IIKAJIAN TEORI
1. HUKUM WARIS
A. Pengertian
Waris berasal dari kosakata bahasa arab Waratsa, Yaritsu, Wartsan, yang
mempunyai arti mempusakai harta11. Menurut istilah pengertian waris adalah,
aturan-aturan yang mengatur tentang siapa saja yang menjadi ahli waris yanag
berhak mewarisi harta pusaka si meninggal dunia, dan berapa bagian masing-
masing. Sedangkan pengertian menurut Kitab Undang-undang Hukum perdata
adalah, peraturan yang mengatur bagaimana hak dan kewajiban tentang kekayaan
seseorang pada waktu ia meninggal yang akan beralih pada ahli waris yang masih
hidup.12
Sedangkan para ulama' Fiqh memberikan pengertian tentang hukum waris:
ϊ АόЋεϼΪ αБϱБϸЊ ζ ϊ ΪЊ ϻϸ ϊ ΪχϵЀЊ ζ ϋАИ ЃЀЊ ζ ϋА ЃЀ Їή ϮϋϩА ϿϽϨ"
Artinya; suatu ilmu dengannya dapat kita ketahui orang-orang yang menerima pusaka, orang-orang yang tidak menerima pusaka, bagian yang diterima oleh tiap-tiap ahli waris dan cara membaginya.13
11Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 496.12M. Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dengan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 104. 13Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum Kewarisan dalam Syari'at Islam), (Jakarta: Bulan
bintang,1973), 18.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Ilmu yang mempelajari warisan disebut Ilmu Mawaris atau lebih sering
diistilahkan Ilmu Faraidl. Kata Faraidl merupakan bentuk jamak dari kata
Faridlah, yang mempunyai arti sama dengan kata mafrudlah, yang berarti bagian
yang telah ditentukan kadarnya. Kata fardlu sebagai suku kata dari kata faridlah,
yang menurut bahasa mempynyai beberapa arti yakni sebagai berikut
1. Taqdir, yakni suatu ketentuan
2. Qath'u, yakni ketetapan yang pasti
3. Inzal, yakni menurunkan
4. Tabyin, yakni penjelasan
5. Ihlal, yakni menghalalkan
6. Atha', yakni pemberian14
B. Hukum Waris dalam Alqur'an
Alqur'an telah menerangkan dengan jelas hukum-hukum kewarisan secara
lengkap, hanya sedikit saja bagian-bagian hukum waris yang dijelaskan oleh
Sunnah, Ijma', atau Ijtihad para sahabat
Salah satu keistimewaan hukum waris dibandingkan hukum lain yang ada
di dalam Al- Qur'an adalah, tidak ada hukum-hukum lain dalam Al-Qur'an yang
dijelaskan secara menyeluruh seperti hukum waris ini. Hikmah dari hal ini adalah
karena hukum waris adalah suatu pokok masalah yang besar pengaruhnya dalam
memiliki harta dan dalam memindahkannya dari seseorang kepada orang lain.
14 Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 11-13.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Hukum waris juga bermamfaat untuk menghindari terjadinya perebutan dan
persengketaan dalam anggota keluarga mengenai harta warisan.
Beberapa bagian yang dijelaskan dalam hukum waris antara lain:
1. hal-hal yang terkait dengan harta warisan
2. syarat-syarat memberikan harta kepada para ahli waris
3. sebab-sebab waris dan mewarisi
4. Penghalang-penghalang waris
5. bagian-bagian waris
6. orang-orangh yang mendapat harta pusaka
7. orang-orang yang tidak mendapat harta pusaka
8. cara pembagian harta pusaka
9. hukum-hukum yang terkait dengan harta pusaka15
C. Sumber-sumber Hukum Waris
Hukum kewarisan memiliki beberapa sumber yaitu:
1. Al- Qur'an, sumber ini merupakan sumber utama dalam hukum kewarisan,
al- Qur'an telah terperinci menjelaskan ketentuan-ketentuan Fardl tiap-tiap
ahli waris, seperti tertulis dalam surat an- Nisa' ayat 7, 11, 12, 176 serta
surat-surat yang lain.
2. Al- Hadits, sumber dari Sunnah hanya terdapat dalam beberapa bagian
kecil.
15Hasbi Ash Shiddieqy, Loc. Cit.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
3. Ijma', sumber ini juga hanya diambil sebagian kecil, hanya sebagai
pelengkap16
D. Kedudukan Hukum Waris
Hukum waris mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam syari'at
Islam, bahkan Ilmu waris disebutkan sebagai setengah dari pada ilmu. Hal ini
disebabkan karena, hukum waris mempunyai ketekaitan bagi diri manusia ketika
hidup dan ketika ia meninggal dunia. Sedangkan ilmu syari'at yang lain hanya
mempuyai keterkaitan bagi diri manusia ketika hayat masih dikandung badan.
E. Tujuan Mempelajari Hukum Waris
Tujuan mempelajari hukum waris adalah, untuk mengetahui cara
bagaimana kita menyampaikan atau meneruskan harta pusaka orang yang telah
meninggal dunia kepada orang yang berhak menerimanya sesuai dengan perintah
dari wahyu Allah SWT, sehingga tidak terjadi kemungkinan bagi para ahli waris
bersengketa mengenai harta pusaka dari yang meninggal dunia dengan begitu
berakibat terputusnya tali kekeluargaan dan silaturahmi antara ahli waris.
F. Sebab-sebab Mewaris
Menurut hukum kewarisan Islam ada tiga sebab mewaris yaitu:
1. Karena hubungan kekeluargaan, yang dimaksud adalah hubungan darah
atau hubungan famili.
16 Dian Khairul Umam, Op. Cit., 15
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
2. Hubungan perkawinan, yang dimaksud adalah hubungan antara suami
dengan istri, jika salah satu di antara keduanya meninggal maka yang
masih hidup berhak mewarisi harta peninggalan.
3. Wala' (hubungan hukmiah), yang dimaksud adalah hubungan yang
ditetapkan oleh hukum Islam, tegasnya jika seseorang tuan memerdekakan
budaknya maka terjadilah hubungan keluarga yang disebut wala'ul 'itqi.17
G. Rukun-rukun waris
Dalam hal harta pusaka, ada beberapa rukun yang wajib diperhatikan
antara lain:
Pertama, Muwwarits : orang yang meninggal dunia, harta yang
ditinggalkannya berhak di wariskan pada orang lain
Kedua, Warits : orang yang mempunyai hubungan dengan si meninggal
dunia dengan suatu sebab hubungan, seperti hubungan darah dan perkawinan.
Ketiga, Mauruts : Harta yang di wariskan
H. Syarat-syarat kewarisan
Syarat kewarisan ada tiga macam, yaitu
(1) Meninggal duniamya pewaris, yang dimaksud dengan meniggal dunia di sini
adalah meninggal dunia hakiki (sejati), meninggal dunia hukmi (putusan hakim)
dan meninggal dunia taqdiri (menurut dugaan)18
17Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hukum Waris Dalam Syari'at Islam (Bandung: Diponegoro, 1974), 47.
18Fatchur Rahman. Ilmu Waris. (Bandung: Alma'arif, 1981), 79.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
(2) Hidupnya ahli waris, yang dimaksud hidupnya ahli waris adalah, ahli waris
yang merupakan pengganti untuk menguasai warisan yang ditinggalkan oleh
pewaris yang meninggal dunia.19
(3) Mengetahui status kewarisan, yang dimaksud mengetahui status kewarisan
adalah kejelasan hubungan antara ahli waris dengan pewaris.20
I. Tingkatan Ahli Waris
Dalam hal Kewarisan seluruh ahli waris tidaklah dalam tingkat derajat
yang sama. Dengan demikian dasar siapa yang lebih didahulukan dalam
menerima harta warisan terlihat dari hal tersebut sesuai dengan derajat yang
tertinggi tingkatannya. Untuk mengetahui tingkatan ahli waris akan diuraikan
sebagai berikut
a. Golongan Ashabul Furud, golongan Ashabul furud adalah golongan ahli
waris yang mendapat bagian tertentu. Mereka adalah orang yang pertama
kali mendapatkan bagian harta peninggalan dari si meninggal dunia sesuai
dengan hukum yang telah ditetapkan
b. Golongan Ashabah Nasabiyah, golongan Ashabah Nasabiyah adalah
golongan yang mendapatkan bagian dari harta peninggalan berupa sisa
(Ashabah) dari harta yang diberikan kepada golongan yang menerima
bagian tetap (Dzawil Furud)
19A. Rahmad Budiono. Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), 10
201bid.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
c. Golongan Radd kepada Ashabul Furud menurut besar kecilnya hak
mereka, golongan Radd ini artinya membagi kembali kelebihan harta. Jika
ada kelebihan harta setelah dibagikan akan tetapi tidak ada ahli waris yang
berhak menerima kelebihan tersebut maka kelebihan itu dikembalikan
kepada Dzawil Furud dan dibagi kembali sesuai dengan bagian masing-
masing. Hal ini tidak berlaku bagi suami atau isteri, hal itu disebabkan
mereka menerima warisan bukan atas dasar keturunan atau kekerabatan
melainkan hubungan perkawinan.
d. Dzawil Arham, Golongan Dzawil Arham adalah golongan dari kerabat
yang meninggal dunia, tetapi tidak termasuk golongan Dzawil Furud
maupun Ashabah
e. Radd (mengembalikan) harta peninggalan pada suami atau isteri,
pengembalian harta peninggalan kepada suami atau isteri dilakukan jika
tidak terdapat ahli waris yang berhak seorangpun di golongan yang lebih
berhak
f. Ashabah Sababbiyah, Golongan Ashabah Sababiyah adalah golongan
yang mendapatkan harta peninggalan dikarenakan suatu sebab seperti
budak baik laki-lai maupun perempuan.
g. Orang yang mendapat Wasiat, Golongan ini mendapatkan sepertiga dari
harta peninggalan setelah semua kewajiban si meninggal dipenuhi
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
h. Baitul Mal (kas negara Islam), jika dari semua ahli waris diatas tidak ada
yang berarti si meninggal tidak mempunyai ahli waris seorangpun maka
harta si meninggal di serahkan ke Baitu Mal (kas negara Islam)21
J. Penghalang Kewarisan
Penghalang kewarisan dalam bahasa Arab disebut Mawani' Al-Irst, dalam
hal ini jika seorang ahli waris terhalang hak kewarisan, seorang ahli waris akan
kehilangan hak kewarisannya jika dia berbuat sesuatu atau mempunyai sifat yang
menjadikan dia kehilangan hak warisnya. Ada kalanya penghalang kewarisan juga
disebut Al-hujub dan Hujub terbagi dua yaitu:
1. Al-hujub bil washfi berarti orang yang terkena hujub tersebut terhalang
dari mendapatkan hak waris secara keseluruhan, misalnya orang yang
terbukti membunuh pewarisnya, perbedaan status (perbudakan) atau
perbedaan agama antara pewaris dengan yang diwarisi (murtad). Hak
waris mereka menjadi gugur atau terhalang.
2. Al-hujub bi asy-syakhshi yaitu gugurnya hak waris seseorang dikarenakan
adanya orang lain yang lebih berhak untuk menerimanya. Al-hujub bi asy-
syakhshi terbagi dua: hujub hirman dan hujub nuqshan. Hujub hirman
yaitu penghalang yang menggugurkan seluruh hak waris seseorang.
Misalnya, terhalangnya hak waris seorang kakek karena adanya ayah,
terhalangnya hak waris cucu karena adanya anak, terhalangnya hak waris
saudara seayah karena adanya saudara kandung, terhalangnya hak waris
seorang nenek karena adanya ibu, dan seterusnya.
21Dian Khairul Umam, Op. Cit., 47-49
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Penghalang kewarisan menjadi suatu permasalahan yang sangat penting
karena hal ini terjadi banyak perbedaan mengenai apa dan bagaimana penghalang
kewarisan tersebut. Penghalang kewarisan yang dibicarakan disini adalah
penghalang yang berhubungan pada sifat khas yang ada pada seseorang, jadi
bukan berhubungan pada hubungan kekeluargaan.
Para ulama' fiqh ahli hukum kewarisan banyak bersilang pendapat
mengenai permasalahan penghalang kewarisan. Namun, pada umumnya mereka
sependapat mengenai apa itu penghalang kewarisan sehingga para ulama'
menyebutkan ada lima penghalang kewarisan, yaitu:
a. Perbudakan
Para ulama' ahli waris sepakat bahwa perbudakan menjadi penghalang
untuk mewaris, hal ini didasarkan bukan pada status kemanusiaan seorang budak
namun didasarkan pada status sosialnya. Seorang budak dipandang tidak cakap
atau tidak mempunyai kemampuan dalam menguasai harta benda dan juga
seorang budak status keluarganya terhadap kerabat-kerabat si budak sudah putus,
karena ia menjadi orang lain.22
Hal ini sesuai dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa seorang
budak tidak dapat menjadi subjek hukum. Firman tersebut termaktub dalam surat
An-Nahl ayat 75:
22M. Idris Ramulyo, Op. Cit., 55.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Allah telah membuat perumpamaan, (yakni) seorang budak yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun.....23
Pada masa sekarang permasalahan perbudakan ini tidaklah menjadi
sesuatu yang penting untuk dibahas, karena masalah perbudakan sudah tidak ada
dan di larang di seluruh dunia praktiknya. Hal ini dicantumkan hanya sebagai
sebuah pelengkap dalam mengetahui hukum mengenai masalah penghalang
kewarisan.
b. Perbedaan Agama
Tentang perberbedaan agama yang dimaksud adalah antara pewaris dan
ahli waris terdapat perbedaan agama. Para ulama' sepakat bahwa seorang non
Muslim terhalang hak kewarisannya terhadap orang Islam, namun terjadi
perbedaan pendapat mengenai boleh tidaknya seorang Muslim mewarisi harta
seorang non Muslim.
Peraturan terhalangnya kewarisan sebab adanya perbedaan agama
didasarkan pada sabda Rasulullah SAW:
ϽϑЁϼΪ ϋϰΫϹϼИ ζ ϋА ИЊ ϋϰΫϹϼΪ ϿϽϑЁϼΪ ζ ϋА И
Artinya: Orang Islam tidak jadi waris bagi si kafir dan tidak pula si kafir jadi waris bagi orang Islam (HR. Bukhari dari Usamah bin Zaid).24
c. Anak Zina
Menurut sebagian ulama' ahli waris tepatnya Imam Hanafi, anak zina tidak
dapat mewarisi harta dari lelaki yang menghamili Ibunya, namun anak zina dapat
mewarisi harta dari Ibu yang melahirkannya.25
23 Qs. An- Nahl (16): 75.24Abdullah Siddik, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam (Jakarta:
CV. Widjaya, 1984), 59
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
d. Berlainan Negara
Yang dimaksud dengan berlainan Negara adalah, antara pewaris dan ahli
waris bertempat tinggal di dua Negara yang berbeda. Para ulama' ahli waris
sepakat bahwa berlainan Negara akan tetapi dua Negara tersebut sama-sama
Negara Islam tidak menjadi penghalang kewarisan.26
e. Pembunuhan
Pembunuhan adalah salah satu penghalang waris, pembunuhan yang
dimaksud disini adalah pembunuhan yang dilakukan kepada keluarga dengan
motif untuk memudahkan atau mempercepat bagi pihak yang membunuh untuk
mendapatkan warisan. Dalam hukum Islam pembunuhan adalah dosa yang
dikategorikan sangat besar hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra'
ayat 33:
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya. Tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yng dapat pertolongan27
25Asaf Fyzee, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam (Jakarta: Wijaya, 1984), 62
26A.Rahmad Budiono, Pembaruan hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), 13
27 Qs.Al-Isra' (17): 33
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Dan juga terbukti dengan hukuman yang diterapkan kepada para pembunuh
sangat berat seperti Diyat dan Qishash.
Para ulama' ahli waris sepakat bahwa pembunuhan adalah salah satu
penghalang waris hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Malik dan Ahmad dari Umar
Ϊ ϋБЀ ϻδΫϵϼ ϏБϼ
Artinya: Tiada pusaka bagi si pembunuh
Namun mereka tidak sependapat mengenai jenis-jenis pembunuhan yang
bisa menghalangi waris karena peraturan mengenai pembunuhan cukup banyak
dan rumit sehingga perlu pembahasan tersendiri mengenai hal ini. Dalam hal
pembunuhan yang disengaja para ulama' sepakat bahwa hal itu menghalangi
waris.28
Para ulama' Syafi'iyah berpendapat bahwa pembunuhan jenis apapun
adalah tetap menghalangi seorang pewaris baik pembunuhan sengaja, tidak
sengaja atau seperti sengaja maka yang melakukan perbuatan tersebut dalam
menerima waris. Sedangkan para ulama' Hanafiyah membagi pidana pembunuhan
dalam dua kategori yaitu pembunuhan langsung dan pembunuhan tidak langsung.
Pembunuhan langsung terbagi dalam empat bagian yaitu, pembunuhan dengan
sengaja, pembunuhan seperti sengaja, pembunuhan tidak sengaja dan
pembunuhan yang dipandang tidak sengaja oleh karena hal tersebut ulama'
hanafiyah menetapkan bahwa pembunuhan tidak langsung bukanlah penghalang
waris. 29
28A.Rahmad Budiono, Op Cit, 11.29Ibid., 12.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
2. FITNAH
A. Pengertian
Fitnah berasal dari kosakata bahasa Arab Fitnatu, Fitan (jama') yang
berarti, Cobaan, bala', siksaan, gila, sesat dan kekacauan.30 Sedangkan menurut
istilah fitnah adalah, berita bohong atau tuduhan yang diada-adakan untuk
membinasakan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan atau kebenaran31.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia fitnah diartikan sebagai
perkataan yang bermaksud menjelekkan orang seperti, menodai nama baik,
merugikan kehormatan orang dan lain sebagainya. Fitnah juga diartikan tuduhan
tanpa bukti yang sifatnya mengakibatkan suatu kerugian bagi orang lain. Dalam
al- Qur'an kata-kata fitnah disebut sebanyak 34 kali dan ada 78 hadits sahih yang
memuat tentang fitnah.
Fitnah yang dalam bahasa Arab juga disebut Namimah dimaksudkan
sebagai berita bohong atau tuduhan yang diada-adakan untuk membinasakan
seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan atau kebenaran. Dalam al- Qur'an
telah menerangkan secara jelas tentang Fitnah dalam surat al- Hujuraat ayat 12
30Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung1990),30731 Tim penulis IAIN Syarief Hidayatillah, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 184
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: "Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah sesetengah kamu mengumpat sesetengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat lagi maha Pengasihani".32
Rasulullah SAW bersabda
ЁϙБϼ ЊΪ ΪϋБτ ϻϵБϽϰ"Artinya: Maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik dan kalau tidak, hendaklah diam." (Riwayat Mutafaq Allaih) 33
Rasululllah SAW memerintahkan untuk menjaga lidah dari hal-hal yang tidak
baik, jika tidak dapat melakukan hal tersebut maka lebih baik mendiamkan diri.
Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata, "Orang yang mengada-adakan cerita palsu
tentang orang Mu'min dengan tujuan untuk menghinanya, Allah akan
menghinanya pada Hari Pengadilan". Setiap muslim diwajibkan untk memelihara
kehormatan saudara sesama muslim, bukan malah menelanjangi aib dan mebuka
rahasia ataupun memfitnah.34
Dalam beberapa literatur penting, kata fitnah oleh para ahli bahasa Arab
dijelaskan sebagai kata yang mempunyai makna Ikhtibar (upaya untuk
menyingkap hakekat sesuatu) dan Imtihaan (pengujian). Oleh karena itu, kata
Fitnah ini sebenarnya digunakan untuk pengujian kadar keaslian Emas. Dengan
demikian, kata Fitnah merupakan gambaran segala bentuk penyingkapan atau
pengujian terhadap nilai keaslian., kebenaran dan kemurnian sesuatu. Jika
32Qs. Al Hujurat (49): 12.33S. Ansory al- Mansor, 48 Macam Perbuatan dosa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 8234
Abdurrahman I Doi, "Syari'ah The Islamic Law", Diterjemakan Zainuddin dan Rusydi Sulaiman, Hudud dan Kewarisan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 56
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
penyingkapan atas keaslian atau kemurnian Emas maka dilakukan dengan cara
membakar Emas tersebut sehingga dapat diketahui mana yang murni denngan
yang tidak, begitu pula pada orang mu’min maka fitnah adalah sebuah proses
pembakaran pribadi untuk membedakan mu’min yang teguh dengan mu’min yang
rapuh. Disamping itu fitnah juga merupakan pembersihan hati dari seorang
mu’min dari segala penyakit hati.
B. Sebab-sebab Fitnah
- Meninggalkan jihad
Allah SWT berfirman "Perangilah mereka sehingga tidak terjadi suatu
Fitnah dan seluruh agama menjadi milik Allah." Maksud (tafsir) dari ayat ini
menurut Sayyid Qutb adalah: Teks ini bersifat 'aam ad-dalalah (teks yang
mengandung pengertian umum) jihad yang tertera pada ayat tersebut tidak
semata-mata ditujukan ketika Asbabun Nuzul ayat ini, melainkan terus
berlangsung hingga akhir zaman. Setiap zaman muncul kekuatan Dzalim yang
jika tidak diperangi maka akan timbul Fitnah (mencegah manusia dari kebenaran
agama Allah).35
- Mengikuti hal-hal yang rancu
Dalam surat ali- Imran Alah SWT berfirman: Sedangkan orang yang
didalam hatinya condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat Mutasyabihat untuk menimbulkan Fitnah dan mencari-cari takwilnya.
Dalam hal ini fitnah yang mmuasalnya mengikuti kerancuan adalah Fitnah Ibnu
35'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, "al- Fitnah ats- Tsalitsah al- Kubra: Madza A' adda al- Muslimin Laha?", diterjemahkan Gazi Saloom, Mala Petaka Besar Ketiga Melanda Umat Islam (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2002), 221.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Saba' yang tidak mempercayai kebangkitan Isa al- Masih namun ia mempercayai
kebangkitan Rasulullah SAW.36
Sudah menjadi hal yang diketahui umum bahwa fitnah kaum Nashrani
tentang Isa al-Masih karena mereka mengikuti hal-hal yang rancu, sedangkan
Allah berfirman dalam surat an- Nisa ayat 157 yang berbunyi:
Artinya : Dan mereka tidak membunuhnya dan tidak pernah menyalibnya, tetapi ada yang diserupakan kepada mereka”.37
- Mengikuti hawa nafsu
Dalam surat al- Maidah ayat 70 Allah SWT berfirman:
Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan Telah kami utus kepada mereka rasul-rasul. tetapi setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.38
Imam Ali RA pernah mengatakan: "Awal terjadinya fitnah itu adalah
karena adanya berbagai keinginan nafsu yang diikuti dan berbagai hukum yang
dibid'ahkan serta didalamnya mengandung pelanggaran terhadap Kitabullah, dan
36 ibid., 22237 Qs. An- Nisa’(4): 157.38 Qs. Al- Maidah (5): 70.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
beberapa orang yang memberi kewenangan kepada orang yang tidak mengikuti
agama Allah."39
- Harta dan anak
Dalam surat al- Anfal ayat 28 Allah berfirman:
Artinya: Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.40
Dalam as- Shahih disebutkan bahwa Rasulullah bersabda "demi jiwaku
yang berada ditangan-Nya, tidak akan beriman seseorang sehingga aku adalah
orang yang lebih dicintai dibanding dirinya,keluarganya, hartanya, dan semua
orang."hadits ini mengarahkan ummat manusia agar mencintai Allah serta Rasul-
Nya melebihi dari segala hal termasuk keluarga dan hartanya sehingga terhidar
dari Fitnah harta dan anak.41
- Hiasan kehidupan dunia
Dalam surat Thaha ayat 131 Allah berfirman:
Artinya: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
39'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, Op Cit, 223-224.40 Qs. Al Anfal (8): 28.41'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, Op Cit, 224-225.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.42
Imam Ali ra berkata: sesungguhnya saya mengingatkan kalian tentang
dunia. Sebab, sesungguhnya dunia itu sesuatu yang manis dannyata
menggodanya. Ia dikelilingi berbagai syahwat, dicintai untuk waktu yang singkat,
dijerikan dengan yang sedikit, dihiasi oleh harapan-harapan,dibungkus dengan
tipuan-tipuan. Keindahannya tidak akan abadikan kecelakaannya tidak akan
dipercaya. Ia menipu dan membahayakan. Berubah dan sirna. Tembus dan fana'.
Memakan dan merusak.43
- Melanggar perintah nabi
Dalam surat an- Nur ayat 63 Allah berfirman:
Artinya: Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.44
Mengenai ayat ini Ibnu katsir berkomentar: maka, berhati-hatilah orang
yang senantiasa melanggar perintah nabi, yaitu jalan, metode, system, sunnah, dan
42 Qs. Thaha (20): 131.43'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 226-227.44 Qs. An- Nur (24): 63.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
syari'atnya. Karena dengan melanggar perintah Rasul ada jalan baginya untuk
tertimpa Fitnah.45
- Minimnya Ilmu dan menyebarnya kebodohan
Imam Bukhari dalam kitabnya al- Fitan menebutkan sebuah hadits dari
Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Musa: beberapa hari menjelamg
kiamat ilmu akan dicabut, kebodohan akan merajalela dan pembunuhan
merebak.46
- Meninggalkan hukum kitabullah
Imam Qurthubi dalam kitab At- Tadzkirah pada bab Asbab al fitan wa al-
Mihan wa al- Bala' menukil sebuah hadits yang dikeluarkan Ibnu Majah dalam
Sunannya bahwa Nabi pernah bersabda: "Belum akan muncul kekejian kepada
suatu kaum melainkan akan muncul kepada mereka penyakit Tha'un (penyakit
tidak berobat) dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada pendahulu-
pendahulu mereka. Mereka mengurangi timbangan dan neraca selama bertahun-
tahun, mu'nah yang tinggi, dan kezaliman penguasa. Mereka melarang zakat
seperti mereka mencegah tetesan hujan dari langit. Kalau bukan karena hewan
ternak maka mereka tidak akan diturunkan hujan. Mereka tidak melanggar janji
Allah serta Rasul-Nya melainkan mereka akan dikuasai musuh-musuh mereka.
Kemudian musuh-musuh itu akan mengambil sebagian yang ada di tangan
mereka. Jika para pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah melainkan
Allah memunculkan siksaan diantara mereka."47
45'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 227.46 Ibid., 228.47Ibid., 229.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
- Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Qais bin Abi Hazim: Abu Bakar
berdiri lalu memberikan pujian kepada Allah, kemudian berkata "Wahai manusia,
sesungguhnya kalian pernah membaca ayat al- Qur'an surat al- Maaidah ayat 105,
yang berbunyi,
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk.48
Dan sesungguhnya kami pernah pula mendengar Rasulullah SAW
bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran lalu mereka tidak
merubahnya maka bisa dipastikan Allah akan menimpakan azab kepada
mereka."49
- Dominasi norma-norma sosial atas norma-norma ketuhanan
Sesungguhnya Fitnah itu akan muncul jika orang-orang mengedepankan
norma-norma sosial yang mereka kenal atas norma-norma ketuhanan di dalam
interaksi sosial antar manusia. Dalam hadits Rasulullah disebutkan: "Jika kalian di
datangi orang yang agama dan akhlaknya kalian relakan, maka bergabunglah
48 Qs. Al- Maidah (5): 105. 49'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 229.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dengannya. Jika tidak kalian lakukan, maka akan terjadi sebuah Fitnah dan
kerusakan besar di muka bumi."50
- Perempuan
Dalam surat Ali 'Imran ayat 14 Allah berfirman:
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."51
Dalam as- Shahihain disebutkan bahwa Nabi bersabda, "Tidak ada Fitnah
yang lebih berbahaya bagi para lelaki dibanding perempuan." Beliau juga
bersabda: "Sesungguhnya dunia itu nyata dan manis. Sesungguhnya Allah
memandatkan kalian semua sebagai wakilnya di dunia, lalu dia mengamanati
bagaimana kalian bertindak. Oleh karena itu, bertawakkallah kepada Allahdan
berhati-hatilah pada perempuan."52
- Sikap keras kepala dan kedzaliman dengan berbagai ragam
Abu Nu'aim mengeluarkan hadits dari Abu Idris al- Khaulani dari Abu
Ubaidah bin al- Jarah dari Umar bin Khaththab yang pernah berkata,"
50Ibid., 229. 51 Qs. Ali Imran (3): 14.52'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 229-230
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Rasulullah SAW menarik jenggotku dan saya tahu ada kesedihan
diwajahnya. Kemudian beliau bersabda:
"Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada Allah kita kembali. Aku tadi
didatangi Jibril dan kemudian berkata, sesungguhnya umatmu akan
mengalami Fitnah tidak berapa lama setelah kepergianmu. Kemudian
aku(Rasul) bertanya:"Fitnah kekufuran atau fitnah kesesatan?" Jibril
menjawab,"semua akan terjadi'' kemudian aku(Rasul) bertanya: "Dari
mana? Padahal aku meninggalkan kitabullah kepada mereka." Jibril
menjawab, "justru mereka akan mengalami fitnah karena Kitabullah, dan
itu dari pihak para penguasa dan para ahli baca (kaum intelektual, pent).
Para penguasa tidak mau memberikan hak-hak orang banyak, lalu para
penguasa itu menzalimi hak mereka dengan tidak mau memberikan
kepada mereka. Maka, mereka saling membunuh dan memfitnah. Para
ahli mengikuti keinginan para penguasa, lalu mereka membiarkan
mereka dalam kezaliman dan tidak mau mengurangi." Aku (Rasulullah)
bertanya," bagaimana cara mereka untuk bisa selamat?" Jibril
menjawab," dengan menahan diri dan bersabar. Jika mereka diberikan
apa yang menjadi milik mereka maka mereka mengambilnya, dan jika
mereka tidak diberikan yang menjadi milik mereka maka mereka
membiarkan."53
C. Berbagai Karakteristik Fitnah
- Fitnah tidak hanya menimpa orang-orang yang dzalim
Dalam surat al- Anfal ayat 25 Allah berfirman:
53Ibid., 230.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya".54
Sayyid Qutb menafsirkan ayat ini sebagai berikut, "Fitnah itu bisa berupa
ujian atau bencana. Masyarakat yang membiarkan kepada satu kelompok untuk
melakukan kedzaliman dengan menggunakan salah satu cara diantara berbagai
cara dan masyarakat itu tidak mau menghadapi, menghalangi orang-orang yang
membuat kerusakan maka masyarakat tersebut bisa dimasukkan kedalam
kelompok kedzaliman. Islam merupakan sebuah sistem solidaritas yang positif
yang tidak membiarkan terjadinya kedzaliman, kemungkaran dan kerusakan
terjadi di lingkungannya.55
- disaat fitnah: lidah lebih tajam dibanding pedang
Dalam surat at- Taubah ayat 47 Allah berfirman:
Artinya: Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas
54 QS. Al- Anfal (8): 25.55'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit., 230.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim."56
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar yang pernah berkata,
Rasulullah bersabda, "jauhilah fitnah-fitnah itu, karena pada saat itu, lidah lebih
tajam dari pada pedang."57
- Fitnah itu ketika terjadi kekosongan kepemimpinan yang berlandaskan
keimanan
Dalam surat Thaha ayat 85 Allah berfirman:
Artinya: "Allah berfirman: "Maka Sesungguhnya kami Telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka Telah disesatkan oleh Samiri."
Kisah Samiri telah memberikan sebuah gambaran bagaimana
berbahayanya sebuah kelompok yang tidak mempunyai seorang pemimpin
beriman dan kuat.58
- Fitnah selalu melampaui zaman
Artinya bahwa seorang ahli pada zaman disaat fitnah itu terjadi sulit untuk
mengenali dan memahaminya, namun seorang ahli pada zaman setelahnya baru
dapat mengerti Fitnah itu. Mengenai hal ini Imam Ali pernah mengatakan:
"Sesungguhnya fitnah itu jika didatangi maka ia menjadi samar-samar, dan jika
ditinggalkan maka ia menjadi jelas. Ketika ia dipungkiri ia akan datang sebaliknya
ketika ia dikenali maka ia telah pergi."59
56 Qs. Ar- Taubah (9): 47.57'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit., 231.58Ibid., 231.59Ibid., 232.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
D. Macam-Macam Fitnah
Fitnah sebagai sebuah sifat dan sebuah tindakan dibagi menjadi tiga
bagian:
1. Berdasarkan bentuk
Fitnah menurut bentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu Fitnah
kejahatan dan Fitnah kebaikan. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat
al- Anbiya' ayat 35 yaitu:
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan."60
Dengan kedua macam fitnah ini, Allah menguji para hamba-Nya dan
keduanya memiliki peran edukatif jika dalam menaggapinya menggunakan titik
tolak keimanan.61
2. Berdasarkan sumber fitnah
Fitnah menurut sumbernya dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Setan, jika fitnah itu bersumber dari setan maka itulah yang disebut
fitnah penyesatan dan pengelabuan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah surat al- A'raf ayat 27 yang artinya: "Hai anak Adam,
janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana
ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
60 QS. Al- Anbiya(21): 35.61'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 234.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-
pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-
syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman."
b. Jika fitnah tersebut bersumber dari orang musyrik dan para Thagut
maka fitnah tersebut disebut fitnah penyiksaan, penindasan dan
pembakaran seperti ang tertuang dalam firman Allah SWT dalam
surat al- Buruj ayat 10 yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang
yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin
laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka
bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar." Juga dalam surat Yunus ayat 83 yang artinya: "Maka
tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda
dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan
pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya
Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan
Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.”
c. Jika sumber fitnah bersumber dari diri sendiri maka Fitnah tersebut
disebut Fitnah penyimpangan, hawa nafsu, kemunafikan dan
penipuan hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-
Hadid ayat 14 yang artinya: "Orang-orang munafik itu memanggil
mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dahulu bersama-sama dengan kamu?" mereka menjawab: "Benar,
tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu
(kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-
angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu
Telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu."
d. Jika sumber fitnah tersebut adalah kaum munafik maka fitnah
tersebut disebut fitnah perpecahan, perselisihan, tipu daya dan
keterhinaan hal ini sesuan dengan firman Allah dalam surat at-
Taubah ayat 47 yang artinya: "Jika mereka berangkat bersama-
sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari
kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka
di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara
kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka
mendengarkan perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-
orang yang zalim." 62
3. Berdasarkan luasnya Fitnah
Semakin luasnya pengaruh fitnah dalam masyarakat merupakan suatu
bukti kerusakan masyarakat tersebut diseluruh sendi kehidupan masyarakat itu.
Imam Muslim telah meriwayatkan dari Hudzaifah bin al- Yaman bahwa dia
pernah berkata: "Demi Allah bahwa saya benar-benar orang yang paling
mengetahui tentang fitnah yang ada dimasa hidupku dan hari kiamat. Saya adalah
orang yang diberi tahu rahasia yang tidak pernah disampaikan Rasulullah SAW
62Ibid., 235.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
kepada orang selain diriku. Tetapi Rasulullah pernah berkata ketika berbicara
tentang berbagai fitnah disebuah majelis didalamnya aku turut serta. Rasulullah
SAW bersabda sambil menghitung-hitung berbagai fitnah itu: "di antaranya ada
tiga fitnah yang hampir tidak menyisakan apa-apa. di antaranya ada fitnah-fitnah
yang sama bagaikan angin musim panas yang sebagian kecil dan sebagian besar."
Hudzaifah kemudian berkata: "kemudian orang-orang yang hadir di makelis itu
pergi kecuali saya sendiri."
Berdasar dari haditsyang dikemukakan diatas maka Fitnah dibagi menjadi
tiga macam, yaitu: Pertama, fitnah yang hamper tidak menyisakan apa-apa. Kedua
fitnah besar. Ketiga fitnah kecil. Dari uraian macam-macam fitnah tersebut maka
dapat dipahami bahwa fitnah itu menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat
dipisahakan dari esistensi kehidupan manusia.63
E. Fitnah Dalam Hadits Rasulullah SAW
Dalam banyak sabdanya Rasulullah SAW telah banyak mengungkapkan
tentang ancaman fitnah yang akan melanda umat Islam. Menurut beliau
kemunculan fitnah merupakan kiamat kecil, dan bentuknya adalah sebuah fitnah
besar yang menyebabkan tercampurnya antara kebenaran dengan kejahatan.
Dalam sebuah hadits digambarkan, akibat dari fitnah tersebut seorang yang
mu’min di pagi hari akan menjadi seorang kafir pada sore hari.
Berikut adalah beberapa hadits Rasulullah SAW mengenai fitnah:
1) Rasulullah bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:
63Ibid., 236.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
“tidak akan terjadi kiamat hingga zaman akan semakin berdekatan, Ilmu
akan diangkat, fitnah akan nampak, kebakhilan akan dicurahkan, dan
pembunuhan akan semakin banyak” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini ada lima hal yang yang disebut Rasulullah SAW sebagai
tanda-tanda kiamat. Pertama, “….zaman akan semakin berdekatan…” maksud
dari kalimat diatas menurut Seih Abdul Aziz ibn Baz adalah semakin sempitnya
dunia oleh karena semakin dekatnya jarak antar suatu tempat, hal ini diakibatkan
oleh penemuan-penemuan modern yang semakin marak pada akhir zaman nanti.
Kedua,”…Ilmu akan diangkat…” yang dimaksudkan ilmu di sini adalah bukan
ilmu dalam arti kebanyakan, yaitu ilmu lahiriah atau ilmu-ilmu dunia, melainkan
ilmu di sini adalah ilmu-ilmu Allah. Hilangnya ilmu tersebut bukan serta merta
hilang seperti hal praktis yang terbayangkan. Malah banyak kitab atau literatur
tentang Ilmu Allah pada waktu tersebut. Hilangnya ilmu di sini dikaitkan dengan
meniggalnya para ulama’-ulama’ shalih. Memang masih banyak ulama’-ulama’
pada saat itu namun nilainya tidak lebih hanya sekumpulan orang yang
berkemampuan agama ala kadarnya yang dipoles sedemikian rupa sehingga
dianggap sebagai seorang ulama mumpuni padahal tidak.
Ketiga, “…Fitnah akan nampak…” para ulama menjelaskan bahwa
maksud dari hadits ini adalah semakin banyaknya fitnah sehingga tidak lagi dapat
ditutup-tutupi. Dan penampakannya berbagai macam sehingga banyak menyeret
ummat Islam masuk kedalamnya. Keempat,”…Kebakhilan akan dicurahkan…”
dalam hal ini di saat ini sudah banyak terjadi, hal ini ditampakkan pada kehidupan
di kota-kota , individualisme yang menjamur dan yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin sengsara. Kelima, “…pembunuhan akan semakin
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
banyak…” mengenai hal ini ada penjelasan bahwa akan ada peperangan yang
dahsyat pada akhir zaman nanti.
2) Rasulullah bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid
r.a:“ sesungguhnya aku melihat fitnah akan menimpa rumah-rumah kalian
seperti tetes-tetes air hujan” (HR Bukhari dan Muslim)
Digambarkan oleh Rasulullah SAW bahwa fitnah di akhir zaman akan
terjadi sangat banyaknya sehingga diibaratkan seperti tetesan-tetesan air hujan
yang menimpa atap-atap rumah kaum muslim dan tidak bisa dihindari.
3) Rasulullah bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Abdullah ibnu
‘Amr ibn Al- ‘Ash r.a:
“…dan akan datang fitnah sehingga orang mu’min akan berkata:’ inilah
saat kebinasaanku’lalu fitnah itu tersingkap. Kemudian datang lagi fitnah
yang lain, hingga akan mengatakan: inilah (kebinasaanku)! inilah
(kebinasaanku)!...(HR Muslim)
4) Rasulullah SAW bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Abu
Hurairah r.a:
“segerakanlah amal-amal shaleh (sebelum terjadi) berbagi fitnah yang
bagaikan bagian malam gelap gulita. (dimana) seorang beriman dipagi
hari lalu menjadi kafir disore hari. Dan beriman di sore hari lalu menjadi
kafir di pagi hari. Ia menjual agamanya dengan harta duinia yang sangat
sedikit” (HR Muslim)
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini dikategorikan dalam penelitian kepustakaan, yaitu
sebuah penelitian yang dititikberatkan pada usaha pengumpulan data dan
informasi dengan bantuan segala material yang terdapat di dalam ruang
Perpustakaan maupun di luar Perpustakaan, misalnya, buku-buku, majalah,
naskah-naskah, catatan-catatan, multimedia, dokumen-dokumen dan lain
sebagainya. 64
Dalam penelitian hukum, jenis penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian hukum kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-
eksploratif 65, yaitu melakukan penelitian terhadap pasal 173 b yang terdapat
dalam suatu peraturan, dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam dengan mencari
landasan hukum dan signifikansinya pada ayat-ayat Al- Qur'an, Hadits serta
pendapat-pendapat fuqoha' melalui literatur-literatur yang ada.
2. Sumber Data
Sumber penelitian disini dapat di bagi menjadi dua sumber, yaitu sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber hukum primer yaitu Al- Hadits, Kitab-Kitab
Fiqih dan kitab Tafsir yang berhubungan dengan masalah fitnah dan waris serta
Undang-undang (UU No 7 th 1989, Inpres No 1th 1991, KepMenag No 154 th
1991).
64 Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset (Bandung; Bandar Maju, 1990), 33. 65 Soeryono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. ()
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Sedangkan sumber hukum sekunder yaitu, bahan pustaka yang berisikan
informasi tentang bahan primer untuk menunjang sumber hukum primer.
Sehingga dapat membantu menganalisis dan memahami serta memberikan
penjelasan mengenai sumber hukum primer. Dalam hal ini sumber hukum ini
berupa buku-buku maupun kitab-kitab yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada seperti, Asbab An- Nuzul, Tafsir fi zhilalil Al- Qur’an, Tafsir Al Misbah,
Tafsir Ibnu Katsier dan Tafsir Jalalain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan berbagai data dari sumber hukum
primer maupun sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah Content
Analysis, yaitu mengungkapkan isi sebuah pasal setelah itu dipaparkan secra
sistematik. Menurut Noeng Muihajir, Content analysis menampilkan tiga syarat
yaitu Obyektif, Pendekatan sistematis, dan Generalisasi. 66
Adapun fokus utama metode analisa dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan, membahas pasal yang mencantumkan Fitnah sebagai sebuah
alasan terhalangnya hak seseorang mendapatkan warisan.
Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam metode analisis ini
adalah mendeskripsikan gagasan primer, menganalisa konsep pasal 173 B tentang
Fitnah sebagai penghalang seseorang mendapatkan hak waris dengan memberikan
66 Noeng Muhajir. Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta; Rake Samasin, 1998), 159.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
penafsiran-penafsiran terhadap gagasan yang telah dideskripsikan, memberikan
kritik terhadap gagasan dan melakukan analisa terhadap serangkaian gagasan
primer serta diakhiri sebuah konklusi ada atau tidaknya kelemahan dalam
pencantuman sebab fitnah tersebut.
5. Qiyas
A. Pengertian
Qiyas berasal dari kosa kata bahasa arab Qiyasun jama' dari Qaasun yang
berarti ukuran67, mengukur atau memastikan panjang, berat atau kualitas
sesuatu.68 Sedangkan pengertian Qiyas menurut ulama' ushul adalah:
menerangkan hukum suatu masalah yang tidak terdapat Nashnya baik dalam al-Qur'an maupun Al- Hadits dengan cara membandingkan dengan suatu masalah yang ditetapkan hukumnya berdasarkan Nash.69
Pengertian lain dari qiyas adalah menghubungkan atau menyamakan hukum suatu
masalah yang tidak ada kejelasan hukum (Nash) baik dalam al- Qur'an maupun al-
Hadits, dengan hukum suatu masalah yang telah ditegaskan hukumnya dalam
sumber hukum tersebut, karena adanya persamaan motif hukum antara kedua
peristiwa tersebut. Qiyas juga dipahami dengan arti menggabungkan atau
menyamakan atau menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum
ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalalah sebab, manfaat,
bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
67Mahmud Yunus, Op. Cit., 36368Muhammad Hashim Kamali, Principles Of Islamic Jurisprudence (The Islamic Text Society)
Diterjemahkan Noorhaidi, Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 255
69Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh (Jakartat: Pustaka Firdaus, 1999), 336.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Melalui pengertian diatas kiranya dapat dipahami bahwa Qiyas adalah
salah satu metode untuk menemukan sebuah hukum suatu permasalahan yang
darinya tidak ditemukan dasar-dasar hukum dari sumber hukum utama. Dengan
metode Qiyas ini para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum suatu
masalah kepada sumber utamanya yaitu al- Qur'an dan al- Hadits.
Hal ini berkaitan seperti yang telah dipahami bersama bahwa Al- Qur'an
atau Al- Hadits kadang tersurat jelas namun kadang juga bersifat Implisit-
Analogik70 yang memerlukan penjelasan lebih mendetail dan mendalam.
Dari segi teknis, Qiyas merupakan perluasan nilai Syari'ah yang terdapat
dalam kasus Asal, pada kasus baru karena dinyatakan bahwa kasus baru tersebut
mempunyai Illat (kausa) yang sama dengan kasus Asal. Kasus Asal ditentukan
oleh Nash yang ada dan Qiyas ditujukan untuk memperluas ketentuan tekstual
tersebut kepada kasus yang baru. Dengan adanya kesamaan Illat (kausa) antara
kasus Asal dan kasus baru, maka penerapan Qiyas mendapat justifikasi.
Dengan adanya metode Qiyas ini menunjukkan bahwa Islam tidak
mengesampingkan pendekatan rasional dalam memecahkan suatu masalah
hukum. Qiyas sebagai sebuah metode hukum diterapkan dan dipergunakan oleh
sebagian ulama' ushul sedang sebagian yang lain tidak menggunakannya. Dalil-
dalil yang digunakan oleh ulama' yang memakai qiyas adalah firman Allah SWT
dalam surat an- Nisa ayat 56 yang berbunyi:
70Ibid., 336.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.71
Metode Qiyas ini merupakan aktifitas pengambilan hukum menggunakan
akal atau analogi yang hanya di benarkan apabila penentuan masalah hukum baru
tidak ditemukan dalam al- Qur'an, al-Hadits atau Ijma' oleh karena itu ada
beberapa ulama' ushul yang tidak sependapat dalam menggunakan Qiyas sebagai
sebuah metode pangambilan hukum. Diantara yang tidak sependapat mengenai
penggunaan qiyas adalah Madzhab Zhahiriyah dan Syi'ah Imamiyah.72
Deduksi analogis berbeda dari interpretasi, dimana yang dimaksud deduksi
analogis adalah berkaitan dengan perluasan makna suatu Nash kepada masalah-
masalah yang tidak disinggung dalam makna lughawi suatu Nash. Oleh karena
itu, Qiyas merupakan metode yang berada di luar lingkup interpretasi. Qiyas
secara jelas ditekankan pada penentuan Illat yang sama antara dua buah masalah.
Pengidentifikasian Illat sering melibatkan penggunaan daya nalar para ahli
hukum, tidak hanya dengan menggunakan semantik Nash tetapi juga dengan
memahami tujuan-tujuan umum hukum.73
71 Qs. An- Nisa (4): 56.72Muhammad Abu Zahrah. Op. Cit, 340.73 Muhammad Hasyim Kamali, Op. Cit., 256.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Oleh karena pada dasarnya Qiyas merupakan perluasan dari hukum yang
ada, maka para ahli hukum tidak mengakui Qiyas sebagai proses pembentukan
hukum yang baru. Qiyas adalah upaya untuk menemukan, dan barang kali juga
mengembangkan hukum yang telah ada. Sekalipun Qiyas memberikan potensi
kreatifitas dan pengayaan, akan tetapi ada dasanya Qiyas dimaksudkan untuk
menentukan kesamaan suatu masalah yang tidak ber-Nash dengan Nash.
Berdasarkan pengertian ini, agaknya belum bisa dibenarkan menyebut Qiyas
sebagai salah satu sumber syari'ah. Qiyas lebih merupakan sebuah Hujjah (bukti
atau dalil) yang bertujuan mengembangkan syari'ah untuk menjawab tantangan
jaman.
B. Rukun Qiyas
a. Asal, yaitu dasar, titik tolak dimana suatu masalah itu dapat disamakan
(masalah yang terdapat Nashnya)
b. Furu', masalah yang diqiyaskan (masalah yang tidak ada Nashnya)
c. Illat, suatu sebab yang menjadi adanya hukum sesuatu dan kemudian sifat-sifat
persamaan diantara kedua masalah yang diqiyaskan
d. Hukum, yaitu ketentuan yang ditetapkan pada Furu' bila sudah ada ketetapan
hukumnya pada Asal74
C. Kehujahan Qiyas
Jumhur ulama' berpendapat bahwa qiyas adalah hujjah syar'iyyah terhadap
hukum-hukum syara' mengenai tindakan manusia artinya Jumhur ulama'
74Abdul Karim Amrullah, Pengantar Ushul Fiqh (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1984), 102
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
berpendirian bahwa qiyas bisa dijadikan sebagai metode atau sarana untuk
menginstimbatkan hukum syara'.75 Qiyas dalam hujjah syar'iyyah menempati
urutan keempat, jadi jika suatu masalah tidak ditemui dalilnya dalam hujjah
syar'iyyah yang lain seperti al-Qur'an, al-Hadist serta Ijma' baru kemudian Qiyas
melaksanakan fungsinya sebagai salah satu metode pengambilan hukum.
Alasan-alasan Jumhur ulama' yang menetapkan bahwa qiyas dapat
dijadikan sebagai metode dalam pengambilan hukum suatu masalah adalah firman
Allah SWT:
a.
ϻΪ ЍϼЊΪ ΫА ΪЊϋίεϨ ΫϰΫϙή
Artinya: maka menjadi pandangan bagi orang-orang yang berfikir (Q.S. al-Hasyr: 2)76
Kalimat yang menunjukkan tentang Qiyas dalam ayat ini adalah "menjadi
pandangan", pandangan disini berarti membandingkan antara hukum yang tidak
disebutkan Nashnya dengan hukum yang telah ada Nashnya.77
b.
ΫϑπИΪЊ ϺχϩϼΫή ϋЀΡА ΜΪ ЂΪ&
Artinya: sesungguhnya Allah menyuruh dengan cara yang adil dan cara yang baik (Q.S. an-Nahl: 9)78
Kalimat yang menunjukkan tentang Qiyas dalam ayat ini adalah kalimat
"al adli" yang berarti membandingkan suatu hukum dengan yang lain, karena
adamya persamaan antara keduanya.79
75 Abdul Wahhab Khallaf, 'Ilmu Ushuli' l-fiqh Diterjemahkan M. Tolchah Mansur dkk, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Bandung: Risalah, 1972),Hal 76; Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I (Ciputat: PT. Logos, 1996), 6576QS. Al Hasyr (59): 72.77Nazar Bakri, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakartaz: PT. Rajawali Press, 1993), 46.78Qs. An- Nahl(16): 9.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Disamping dasar melalui ayat terdapat juga hadist yang menjadi dasar
Jumhur ulama' dalam menetapkan Qiyas sebagai hujjah syar'iyyah. Hadist
tersebut berbunyi "Sabda Rasulullah waktu Muaz bin Jabal diutus Nabi ke negeri
Yaman untuk memungut zakat, kata Nabi kepada Muaz: bagaimana cara engkau
menghukum kalau engkau hendak menghukum sesuatu? Muaz menjawab;
berdasarkan kitabullah, Nabi bertanya lagi; ika tidak terdapat dalam kitabullah?
Muaz menjawab; dengan Sunnah Rasulullah, Nabi bertanya lagi; jika tidak
engkau temui di dalam keduanya (al-Qur'an dan al-Hadist) Muaz menjawab; saya
akan berijtihad dengan pendapat saya, kata Rasul; bagus, kemudian Nabi
menepuk dada Muaz sambil bersabda:
ΜИЋϐϊ ЍϜϋА ΫЁϼ ΜΪ ϺЋϐϊ ϳϰЊ ЌωϼΪ Μ χЁρϼΪΪЁπΠ ІΪЊϊ
Kalimat yang menunjukkan tentang Qiyas adalah kalimat "berijtihad dengan
pendapatku."80
D. Syarat-syarat Qiyas
a. Terdiri dari hukum syara' Amali
b. Hukum Asal tersebut dapat di jangkau Illatmya oleh akal
c. Terdiri dari hukum Asal yang bukan kekhususannya81
E. Definisi Illat
Illat adalah sifat dalam hukum Asal yang dijadikan dasar hukum dan
dengan itu diketahui hukum tersebut dalam cabangnya. Seperti "memabukkan",
79Nazar Bakri. Op. cit80Ibid., 47.81Abdul Wahab Khalaf. Op. cit., 88-92.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
adalah sifat atau Illat yang terdapat pada khamar sebagai dasar keharamannya.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Qiyasnya bahwa setiap yang
memabukkan itu haram.82
F. Macam-macam Qiyas
Qiyas secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Qiyas Illat
b. Qiyas Dilalah
c. Qiyas Syabah
Sedangkan Qiyas dipandang dari kuat atau lemahnya Illat menurut fuqoha-
fuqoha Syafi'i terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Qiyas al-Awla (Analogi yang lebih kuat)
b. Qiyas al-Musawi (Analogi yang sebanding)
c. Qiyas al-Adna (Analogi yang lebih rendah)
Sedangkan Qiyas dipandang dari sifatnya terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Qiyas Jali (Qiyas yang nyata), tidak berbeda antara Furu' dengan Asal,
contohnya adalah pengqiyasan budak perempuan dengan laki-laki
b. Qiyas Khafi (Qiyas yang tidak nyata), terjadi dugaan bahwa ada perbedaan
antara Furu' dengan Asal, contohnya pengqiyasan narkotika pada
minuman keras
82Ibid., 94.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis mencoba menganalisis data-data yang telah
terkumpul tentang landasan hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris
pada pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya bahwa metode Qiyas merupakan aktifitas pengambilan hukum
dengan menggunakan akal atau analogi yang hanya di benarkan apabila penentuan
masalah hukum baru tidak ditemukan dalam al- Qur'an, al-Hadits atau Ijma'.
Sedangkan kerangka Qiyas adalah; asal, furu’, illat dan hukum.83
Walaupun Qiyas sebagai sebuah teori pengambilan hukum dalam Islam tidak
diterima penggunaannya oleh seluruh umat Islam, akan tetapi di dalam penelitian
ini tetap menggunakan Qiyas dengan pertimbangan bahwa umat Islam di
Indonesia sebagian besar mengikuti faham Madzhab Syafi’i. Dan yang tidak kalah
penting bahwa dalam penelitian ini lebih tepat menggunakan metode Qiyas
tersebut.
Sebagai salah satu cara dalam melihat layak tidaknya fitnah dimasukkan
sebagai penghalang waris adalah dengan memakai metode pengambilan hukum
yang ada dalam metode-metode pengambilan hukum Islam yang telah mempunyai
legitimasi, sehingga hasil atau out put hukum dapat dipertanggung jawabkan dan
yang metode yang kiranya sesuai dengan permasalahan ini adalah Qiyas.
Sebagaimana kita ketahui Qiyas adalah salah satu Adillah al- Ahkam yang
83 Abdul Karim Amrullah., Loc. Cit, 102.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
difungsikan sebagai Thuruq istimbath al- ahkam (metode dalam menetapkan
hukum).84
Memperhatikan permasalahan ini, fitnah yang secara dasar tidak termasuk
dalam penghalang kewarisan kemudian dicantumkan dalam penghalang
kewarisan, tentunya (fitnah) mempunyai sesuatu yang dianggap dapat dan cukup
untuk dijadikan sebagai alasan bahwa fitnah itu bisa menghalangi waris, dari sini
pembahasan dimulai.
Dalam Qiyas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu,
mempunyai rukun yaitu Ashl, Far’u, Illat dan Hukm Ashl. 85 Dalam permasalahan
fitnah ini yang dijadikan Ashl adalah pembunuhan, sedangkan Illat pembunuhan
dalam hal waris adalah upaya mempercepat mendapatkan harta warisan dengan
cara membunuh orang yang telah menentukan wasiat baginya (pembunuh). 86
sedangkan Far’u dari permasalahan ini adalah fitnah, dan fitnah dalam penjelasan
yang dikemukakan dalam poin-poin terdahulu menunjukan Illat yang sama
dengan pembunuhan, yaitu upaya untuk mepercepat seorang mendapatkan harta
waris dengan memfitnah orang yang telah menentukan wasiat baginya agar orang
tersebut masuk dalam penjara dan otomatis dia menguasai harta yang ditinggalkan
oleh si terfitnah karena si terfitnah tidak dapat merawat harta yang diwasiatkan
tersebut.
Dalam hal ini Illat fitnah terdapat pada ayat 101 surat An- Nisa’ pada
redaksi yang artinya: ...jika kamu takut dibunuh orang-orang kafir… kata fitnah di
84Nasrun Haroen, Op Cit, 17.85Abdul Karim Amrullah, Loc Cit, 102.86Nasrun Haroen, Op Cit, 64.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dalam redaksi ayat ini dimaknai menyakiti, membunuh87 dan oleh sebagian tafsir
diartikan pembunuhan dan kebinasaan.88 Namun tidak serta merta dapat diambil
sebuah pemahaman yang pendek mengenai tafsir kata fitnah di atas, bisa jadi
pengambilan tafsir di atas hanya bersifat tafsir kata-kata, bukan tafsir dari
keseluruhan konteks ayat tersebut. Dari tafsir inilah fitnah kemudian di Qiyaskan
dengan pembunuhan.89
Kata fitnah dalam konteks ayat surat An- Nisa’ ayat 101 dimaknai
membunuh oleh sebagian ulama’ tafsir, sedangkan kaitannya dengan masalah
fitnah dalam permasalahan waris adalah dikarenakan fitnah dalam masa sekarang
ini sebagian besar diarahkan untuk membunuh karakter seseorang dan jika fitnah
seseorang itu mengena maka karakter yang ada dalam jiwa seseorang menjadi
tidak stabil bahkan jika lebih parah maka karakter tersebut bisa hilang, dengan
kata lain mati.
Hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa, fitnah yang dimaksud di sini
adalah fitnah yang melibatkan antara seorang yang di warisi dengan orang yang
mewarisi. Semisal jika seorang yang memfitnah itu adalah seorang anak kepada
orang tuanya maka seorang anak tersebut bisa di masukkan dalam jajaran anak
durhaka, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Isra’ ayat 23
yang berbunyi:
87Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi, diter jemahkan oleh Bahrun Abu bakar dan hery noer aly, (Semarang: Toha Putra, 1986)
88Abul Miqdad Al- Madani, Saat Fitnah Menghadang Panduan Praktis Menghadapi fitnah Bagi Seorang Muslim (Bandung: Mujahid, 2003), 17.
89Nasrun Haroen, Op Cit, 96.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.90
Dari firman Allah SWT di atas sebuah anjuran malahan bisa dikatakan sebuah
peringatan kepada seorang anak agar jangan memperlakukan kedua orang tuanya
dengan tidak baik walaupun itu hanya dengan kata-kata “ah”, dari sini dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa jangankan memfitnah hanya berkata “ah” saja
dilarang apalagi dengan memfitnah, Sungguh hal itu adalah sebuah dosa yang
sangat besar dan nyata siksanya di akhirat kelak.
Bagaimana kemudian jika seorang orang tua yang memfitnah anaknya
dengan tujuan yang sama seperti yang telah disampaikan diatas, apakah hal itu
sama saja dengan perbuatan seorang anak tadi? Jawabnya tentu saja! Walaupun
dengan kadar yang hanya Allah yang tahu. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT pada surat An- Nisa’ ayat 11 yang berbunyi:
90 Qs. Al- Isra (17): 23
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.91
Dari ayat tersebut, sudah menjadi sesuatu yang digariskan bahwa seorang
anak mendapatkan bagian waris yang ketentuannya ditentukan oleh Allah SWT
91Qs. An- Nisa’ (4): 11
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dalam firman yang tersebut di atas. Jadi merupakan dosa yang hanya Allah yang
tahu jika seorang orang tua memfitnah anaknya agar dia mendapatkan secepatnya
harta waris yang diwasiatkan.
Untuk lebih menjelaskan kesamaan Illat antara pembunuhan dan fitnah
berikut akan disebutkan akibat-akibat dari kedua perbuatan tersebut:
1. Akibat pembunuhan
Menghilangkan kesempatan hidup (nyawa)
Keluarga yang ditinggal kehilangan kasih sayang korban
Rusaknya hubungan sosial antara kedua pihak dengan pembunuhan
tersebut
2. Akibat Fitnah
Menghilangkan kebebasan si terfitnah (sesuai dalam pasal Kompilasi
Hukum Islam) karena terfitnah bisa dipenjara.
Keluarga yang ditinggal karena terfitnah dipenjara juga kehilangan
kasih sayang terfitnah.
Rusaknya hubungan sosial diantara keduanya karena fitnah yang
terjadi.
Memperhatikan dari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kedua tindakan
tersebut dapatlah diambil gambaran yang menunjukan bahwa antara pembunuhan
dan fitnah mempunyai kadar yang dirasa sama dan oleh sebab itu fitnah
dikategorikan dapat menghalangi hak waris seseorang sebagaimana pembunuhan
karena kesamaan Illat.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Dan dari sini dapat diambil Hukm Ashl bahwa fitnah bisa dijadikan
sebagai alasan penghalang waris yaitu fitnah dapat menghalangi waris seseorang
“jika poin-poin dalam pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam terpenuhi”. Dan yang
tidak kalah penting pembunuhan dan fitnah di dalam hukum Islam adalah
diharamkan, namun demikian sesuai tidaknya penjelasan di atas hanya Allah-lah
yang tahu Wallahu A’lam.
A. Landasan Hukum Pencantuman Fitnah Sebagai Penghalang Waris dalam
Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam
1. Kedudukan Fitnah Dalam Hukum
a. Kedudukan Fitnah dalam Hukum Islam
Didalam agama Islam kehormatan atau harga diri adalah ditempatkan di
tempat yang sangat tinggi, apalagi jika menyangkut keberadaan kehormatan
sesama muslim. Telah ditegaskan didalam sebuah hadis Rasulullah SAW:
Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya; tidal boleh menganiayanya, tidak boleh enggan menolongnya dan tidak boleh menghinakannya. (HR: Muslim)92
Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu, sehingga mencintai saudaranya (muslim) seperti mencintai diri sendiri. (HR: Bukhari)93
Barang siapa yang membela kehormatan saudaranya, maka Allah akan melindungi wajahnya dari api neraka pada hari kiamat. (HR: At-tirmidzi)94
Fitnah dalam hukum Islam adalah termasuk perbuatan pidana yang
mengakibatkan pelaku Fitnah dijatuhi sanksi. Dan fitnah adalah salah satu
92 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diterjemahkan oleh Mustofa ‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang muslim (PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H), 166.
93 Ibid., 165. 94 Ibid.,166.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
perbuatan yang hina di mana seseorang yang berbuat demikian mempunyai
maksud menghinakan saudaranya sesama Islam. Jika ada seseorang yang
menuduhkan suatu perbuatan kepada orang lain dan dengan tuduhan tersebut
orang yang dituduh mendapatkan hukuman (seperti pembunuhan atau perzinahan)
namun seseorang yang menuduh tidak dapat membuktikan kebenarannya dengan
mendatangkan empat orang saksi laki-laki yang menyaksikan perbuatan si
tertuduh, maka si penuduh akan dikenakan hukuman dera sebanyak delapan puluh
kali serta pencabutan hak mengajukan persaksian selama hidupnya hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat An- Nur ayat 4
Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.95
Ghibah (menyebut keburukan orang lain walaupun benar) amat buruk,
apalagi buhtan (memfitnah dan mengada-adakan keburukan seseorang). Orang
yang mendengar ucapan ghibah juga turut memikul dosa ghibah tersebut. Bila ada
kesempatan maka lebih utama baginya mengalihkan ghibah tersebut dengan
pembicaraan lain yang lebih bermanfaat dan tidak menyinggung perasaan orang
lain. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
95 Qs. An- Nur (24): 4
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
"Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya), akan dilempar ke neraka sejauh antara timur dan barat." (HR: Muslim)
Rasulullah menjelaskan, tatkala ditanya oleh seorang sahabat, "Wahai Rasulullah, apakah itu ghibah?" Lalu jawab Baginda, "Menyebut sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu di belakangnya!" Kemudian Baginda ditanya lagi, "Bagaimana sekiranya apa yang disebutkan ltu benar?" jawab Baginda, "Kalau sekiranya apa yang disebutkan itu benar, maka itulah ghibah, tetapi jika sekiranya perkara itu tidak benar, maka engkau telah melakukan buhtan (pembohongan besar)." (HR: Muslim, Abu Daud dan At-Tarmizi).96
Dari Ubadah bin Al- Shamit, katanya:” aku telah berbai’at kepada Nabi SAW. Bersama kaumku, lalu beliau SAW bersabda: “ aku menerima bai’at kamu sekalian tidak akan meperserikatkan Allah dengan sesuatu pun, tidak mencuri, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak memfitnah dengan tuduhan palsu dan menyebarluaskannya dan tidak membangkang terhadapku dalam hal-hal yang ma’ruf; maka barang siapa yang bersalah (melakukan salah satu dari larangan tersebut) maka ia harus menerima hukumannya didunia ini yang merupakan kaffarah dan penyucian baginya, dan barang siapa dilindungi Allah (dosanya itu), maka berpulang pada Allah-lah (urusannya), jika Allah menghendaki. Ia akan menghukumnya; dan bila Allah menghendakinya, Dia akan mengampuninya.””.(HR: Bukhari)97
Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. (HR: Bukhari)98
Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian salig berbantah-bantahan, janganlah saling memarahi, jangan saling membelakangi dan janganlah sebagian menjual pada penjualan yang lainnya, akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba allah yang saling bersaudara (HR. Muslim).99
Mengenai kata-kata fitnah di dalam Al- Qur’an, tidak serta merta bisa
diartikan seperti yang disangka sebelumnya, bahwa fitnah berarti hujatan atau
persangkaan yang tidak benar terhadap orang lain. Dalam Al- Qur'an kata-kata
fitnah disebut sebanyak 34 kali, ayat-ayat fitnah tersebut bila merujuk pada
penjelasan para Mufassir maka akan ditemukan beragam makna mengenai fitnah.
96 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry. Op. Cit, 168.97Abdurrahman I Doi, Op. Cit., 57-58.98Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry. Op. Cit, 170. 99Ibid., 170.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Diantara Mufassir, bahkan ada yang sampai menyebutkan 15 makna untuk kata
fitnah dalam Al- Qur’an – sebuah jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah kata
fitnah diantara makna-makna itu adalah:
1. Fitnah yang berarti kesyirikan
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 217
2. Fitnah yang berarti kekufuran
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 7
3. Fitnah yang berarti ujian dan cobaan
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Ankaabut ayat 2
4. Fitnah yang berarti adzab (siksaan)
Sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nahl 110
5. Fitnah yang berarti dosa
Sebagaimana firman Allah dalam surat At- Taubah ayat 49
6. Fitnah yang berarti pembakaran dengan api
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Buruj ayat 10
7. Fitnah yang berarti pembunuhan dan kebinasaan
Sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nisaa’ ayat 101
8. Fitnah yang berarti keberpalingan dari jalan yang lurus
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maaidah ayat 49100
Dalam tafsir Al- Misbah karangan Prof. Dr. M. Quraish Shihab,
menyebutkan bahwa kadang terjadi salah tafsir atau salah mengerti terhadap
100Abul Miqdad Al- Madani, Saat Fitnah Menghadang Panduan Praktis Menghadapi fitnah Bagi Seorang Muslim, (Bandung: Mujahid, 2003), .
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
kosakata fitnah yang terdapat dalam redaksi ayat-ayat Al- Qur’an, seperti
misalnya dalam surat Al- Baqarah ayat 217:101
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) MasjidilHaram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat Fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.102
101M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah (Jakarta, Lentera hati: 2000), 432.102 Qs. Al- Baqarah (2): 217.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dan ayat 191 surat Al- Baqarah:
Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.103
Sebagian besar masyarakat mempunyai persepsi yang keliru dari kalimat yang
berbunyi ”Dan berbuat Fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh”,
dengan sebuah pengertian ketika seseorang melakukan fitnah, maka dosa yang
diakibatkan oleh perbuatan fitnah tersebut lebih besar dari pada dosa membunuh
jiwa seseorang.
Sedangkan Asbabun Nuzul dari potongan ayat yang artinya “berbuat
fitnah lebih kejam, lebih besa, lebih bahaya dosanya dari pada membunuh” pada
ayat 191 dan 217 surat Al- Baqarah adalah sebuah peristiwa terjadinya penyiksaan
kaum muslim oleh kaum musyrik Mekah pada masa sebelum fathu Mekah
(penaklukan Mekah) dan perbuatan ini lebih besar dosanya daripada pembunuhan
yang dilakukan oleh pasukan Abdullah ibn Jahesy,104 hal tersebut juga diperparah
103 Qs. Al- Baqarah (2): 191104M. Quraish Shihab., Ibid.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
bahwa terjadinya peristiwa tersebut pada malam pertama bulan Rajab dimana
peperangan diharamkan dilakukan pada bulan tersebut. Dengan demikian banyak
kekeliruan yang harus diluruskan, hal itu muncul di dalam memahami ayat ini dan
hal itu disebabkan oleh diabaikannya konteks turunnya ayat ini.105
Namun dalam kaitannya dengan penelitian ini, fitnah adalah sebagai salah
satu tindakan yang sangat tercela, surat Al- Baqarah ayat 191 dan 217
menyebutkan bahwa fitnah akibat dosanya lebih besar dari pembunuhan, hal
inilah yang diperlukan jawaban mengapa separti itu. Tafsir-tafsir Al- Qur’an
menjelaskan bahwa, kata fitnah yang berada dalam ayat-ayat Al- Qur’an
mempunyai arti yang sangat luas, jadi tidak semata-mata arti tersurat melainkan
arti tersirat juga perlu dikaji lebih dalam dan mendetail.
Islam mengharamkan ghibah (menggunjing, fitnah dan Qadzaf), karena
akibatnya sungguh sangat besar seperti dalam pepatah Setajam-tajam pisau, masih
lebih tajam lidah yang artinya ucapan komentar (fitnah) seseorang bisa lebih
menyakitkan daripada sebuah benda yang tajam sekalipun (Hal ini apakah
pembunuhan juga?). juga sabda Rasulullah, "jauhilah fitnah-fitnah itu, karena
pada saat itu, lidah lebih tajam dari pada pedang Ibaratnya, sebuah luka masih
bisa sembuh, tetapi luka di hati sangat sulit sembuh.106 Islam juga mengharamkan
seseorang mengucapkan kata-kata yang buruk tentang seseorang secara terus
terang karena hal itu sama dengan memakan bangkai saudara sesama muslim.107
105M. Quraish Shihab, Op Cit, 431106Http://Id. Wikipedia.Org./ wiki/ (diakses Tgl 6 Desember 2006)107Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Alqur’an, diterjemahkan As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil
Mukhotob Chamzah (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 269.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- Hujuraat ayat 12 yang
berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.108
Dalam Tafsir Al- Misbah ayat ini menjelaskan posisi dari fitnah (dugaan,
prasangka tanpa kebenaran) didalam Al- Qur’an, dalam redaksi yang berbunyi
…jauhilah dari banyak dugaan…dimaksudkan bahwa umat Islam diperintahkan
menjauhi berbagai dugaan. fitnah apapun bentuknya adalah diharamkan dan
melakukannya bisa mengakibatkan si pelaku mendapatkan sangsi baik di dunia
maupun di akhirat yang sangat berat dan menyakitkan.
Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi:
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW telah bersabda: jauhkanlah olehmu tujuh perbuatan yang dapat dibenci. Beliau nabi SAW. Ditanya: wahai Rasulullah apakah yang tujuh itu ? Nabi SAW menjawab,” mempersekutukan Allah, sihir, membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri (disersi) dari jihad di
108Qs. Al- Hujurat (49): 12.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
jalan Allah, dan memFitnah wanita baik-baik namun alfa (HR: Bukhari)109
Hadis tersebut juga menjelaskan posisi fitnah, dan jelas bahwa fitnah (dugaan) di
posisikan dalam salah satu dosa besar . Hal ini seiring dengan firman Allah dalam
surat Al- Ahzab ayat 58 yang berbunyi:
.Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.110
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.111
Dan dalam hadisnya Rasulullah SAW juga memberikan gambaran jelas
akibat fitnah dalam beberapa hadis yang berikut:
“Maukah kalian aku beri tahukan tentang dosa besar yang paling besar?”para sahabat menjawab:”tentu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda:”mempersekutukan Allah, menyakiti kedua orang tua,” saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk, kemudian melanjutkan, “ingatlah, dan perkataan dusta serta persaksian palsu. ingatlah dan perkataan dusta
109Abdurrahman I Doi, Loc. Cit., 56.110Qs. Al- Ahzab (33): 58.111 Qs. An- Nur (24): 19.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
serta persaksian palsu.” Beliau terus mengulang- ulang sampai Abu Bakrah bergumam, “mudah-mudahan beliau diam.”(Mutafaq Alaihi)112
Mencerca muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran (HR: Bukhari, Muslim).113
Cukuplah seseorang dianggap berbuat jahat bila ia menghina saudaranya sesama muslim (HR: Mutafaq Alaih, Muslim).114
Tanda-tanda orang munafiq ada tiga: bila berbicara ia dusta, bila berjanji mengingkari dan bila di percaya dia berhianat. (HR: Bukhari, Muslim).115
Barang siapa mendengar berita suatu kaum, sedangkan mereka tidak menyukainya, niscaya disiramkan timah cair kedalam telinganya pada hari kiamat. (HR: Bukhari)116
Dari beberapa penjelasan tersebut dapatlah dipahami kedudukan dan
akibat fitnah didalam hukum Islam, apalagi dalam hadits yang pertama Rasulullah
SAW menyebutkan bahwa perkataan dusta dan persaksian palsu itu termasuk dosa
yang sangat besar dan Rasulullah SAW menyebutkannya dengan berulang-ulang.
Sedangkan hadits terakhir menyebutkan bahwa mendengarkan perkataan buruk
akan mendapat sangsi di akhirat kelak, apalagi memperkatakan hal-hal yang
buruk.
Aturan-aturan mengenai fitnah telah jelas diatur dan tertulis dalam karya-
karya ulama’-ulama’ Fiqh. Menurut Imam Malik117 dan Imam Hambali, fitnah
termasuk dalam kajian Fiqh Jinayat (hukum pidana Islam) dan orang yang
112Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diter jemahkan oleh Mustofa ‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang muslim (PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H
113Ibid., 169.114Ibid.115Ibid., 259.116Ibid., 173. 117Imam Malik Ibnu Anas. Al- Muwatta of Imam Malik Ibnu Anas the First Formulation of Islamic Law, terjemahan Inggris oleh Aisha Abdurrahman Bewley, diterjemahkan Indonesia oleh Dwi Surya Atmaja Al- Muwatta Imam Malik Ibnu Anas (Kumpulan Hadits dan Hukum Islam Pertama), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 480.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
melakukan perbuatan itu dihukum Dera delapan puluh kali dan dicabut
kesaksiannya seumur hidup118 (An- Nur ayat 4). Namun menurut Imam Hanafi
dan Syafi'i si tertuduh harus mengenai tujuan si penuduh dengan tuduhan yang
dibuatnya sebelum menghukum si penuduh. Jika si penuduh tidak bermaksud
memfitnah maka ia hanya dikenakan hukuman Ta'dzir saja.119
b. Kedudukan Fitnah Dalam Positif
Didalam hukum positif di Indonesia, fitnah dikategorikan kedalam sebuah
tindak pidana dan hal ini diatur dalam pasal 838 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata yaitu:
Pasal 838. yang dianggap ntidak patut menjadi ahli waris dan
karenanya pun dikecualikan dari pewarisan adalah
1) Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah
membunuh atau mencoba membunuh si yang meninggal.
2) Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan
karena secara fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap si
yang meninggal, ialah suatu pengaduan telah melakukan suatu
kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara lima tahun
lamanya atau lebih.
3) Mereka yang telah menggelapkan merusak atau memalsukan
surat wasiat si yang meniggal.
4) Mereka hyang telah menggelapkan atau perbuatan telah
mencegah si yang meniggal untuk membuat atau mencabut
surat wasiatnya.
118 Ahmad Azhar Basyir. Ikhtisar Fiqh Jinayat (Hukum Pidana Islam),(Jogjakarta: UII Press, 2001), 48.119 Abdurrahman I Doi., Loc. Cit, 56.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Perlu disebutkan bahwa yang dimaksud ketika hukuman dijatuhkan
pencabutan hak dalam pasal 35 adalah seorang yang terkena hukuman pada pasal
diatas dicabut haknya dalam:
1. Hak memegang jabatan tertentu
2. Hak memasuki angkatan bersenjata
3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan
berdasarkan aturan-aturan umum.120
Jadi dalam hukum positif di Indonesia fitnah adalah merupakan perbuatan yang
dilarang dan yang jelas yaitu sebagai sebuah tindakan pidana maka yang
melakukannya akan menerima hukuman atau sanksi bagi para pelaku tindak
pidana fitnah tesebut.
c. Kedudukan Fitnah Kompilasi Hukum Islam
Dalam Kompilasi Hukum Islam fitnah dimasukkan dalam salah satu
penghalang kewarisan dalam pasal 173 b yaitu:
3. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau
menganiaya berat pada pewaris;
4. Dipersalahkan secara memFitnah telah mengajukan pengaduan bahwa
pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman lima
tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.121
Namun kajian fitnah dibatasi jika seorang ahli waris memfitnah
pewarisnya, itupun jika yang difitnahkan memenuhi kualifikasi bahwa si tertuduh
(yang difitnah) melakukan tindak pidana yang bisa mendapatkan hukuman lima
120Ibid., 20. 121Abdul Ghani Abdullah. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia.
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 129.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
tahun atau lebih penjara. Dengan demikian jika hal tersebut sebelumnya tidak ada
atau tidak termasuk maka pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam tidak berfungsi.
2. Kedudukan Pembunuhan dalam Hukum Islam
Pembunuhan adalah menghilangkan, melepaskan jiwa seseorang dari
raganya, sehingga menyebabkan orang tersebut meninggal atau kehilangan
nyawa.122 Pembunuhan juga berarti kejahatan atas jiwa yaitu dengan sengaja
membunuh atau menghilangkan nyawa yang tiada hak atau kebenaran atas
tindakan tersebut. Membunuh seseorang tanpa alasan yang dibenarkan oleh
syari’at adalah haram, dan tiada dosa yang lebih besar setelah kekafiran kecuali
membunuh seorang mukmin dengan tanpa alasan yang dibenarkan oleh
syari’at.123 Ibnu Abbas RA berkata “ sesungguhnya orang yang membunuh
dengan sengaja tidak ada tobat baginya “,124 dan Sufyan Ats- Tsaury berkata: “
seorang ahli ilmu jika ditanya tentang orang yang membunuh dengan sengaja,
mereka pasti berkata, ‘tidak ada tobat baginya’, “,125 hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al- Isra’ ayat 33
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
122Ansory al mansor, 48 macam perbuatan dosa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 23123Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Op. Cit, 773. 124Ahmad Asy- Syarbashi, Yas’alunaka Fi Ad- Din wa al- Hayah, diterjemahkan oleh Ahmad
subandi, Tanya Jawab Lengkap Tentang Agama, (Jakarta: Lentera Basritama, 1999), 320.125Ibid, 321.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.126
Larangan dalam membunuh dan juga akibatnya di sampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam hadits yang artinya:
Dari Aisah r.a, dari Rasulullah beliau bersabda: tidak halal membunuh orang Islam tanpa disebakan tiga perkara: pezina yang sudah berkeluarga, lalu dirajam. Dan orang yang sengaja lalu dibunuh, serta orang yang keluar dari agama Islam yang menentang Allah dan Rasulnya lalu dihukum mati/di salib dibuang. (HR Abu Dawud, Imam Nasa’i)127
Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat adalah pembunuhan. (HR: Muslim)128
Dari dalil-dalil tersebut diatas menjadi jelasa bahwa bagi ummat Islam
disyari’atkan untuk menjauhi perbuatan pembunuhan, hal ini dikarenakan
hukumannya sangat berat yaitu Qisash, Seikh Muhammad Abduh berpendapat
mengenai pembunuhan sengaja bahwa hal itu hampir mendekati dari
kemurtadan,129 walaupun tidak semua pembunuhan dijatuhi Qisash, namun
dibanding dengan kejahatan lain pembunuhan dalam Islam di berikan sangsi yang
paling berat. Seriusnya Islam dalam hal ini dikarenakan Islam sangat memandang
hidup manusia sangat suci dan mulia. Sampai pada sebuah kesimpuan bahwa
membunuh satu jiwa sama dengan membunuh semua jiwa dan menyelamatkan
satu jiwa sama dengan menyelamatkan semua jiwa hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al- Maidah ayat 32:
126Qs. Al- Israa’(17): 33.127Ansory al mansor, Loc. Cit, 24128 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Op. Cit., 733. 129Ahmad Asy- Syarbashi, Loc. Cit, 321.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.130
Mengapa pembunuhan dilarang dalam Islam? Pembunuhan kaitannya
dengan kejahatan adalah mensegerakan sesuatu yang belum saatnya, dengan kata
lain mendahului kehendak. Sedangkan dalam Islam mensegerakan sesuatu yang
belum saatnya adalah dilarang. Mensegerakan sesuatu yang belum saatnya adalah
dilarang dalam Islam, Rasulullah SAWbersabda dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Turmudzi berbunyi:
Terburu-buru adalah dari Syaithan dan Hati-hati adalah dari Allah (HR. Turmudzi)131
Allah SWT berfirman dalam surat Al- Anbiya
130Qs. Al- Maidah (5): 32. 131Said Muhammad Daib Hawwa, Al- Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus, diterjemahkan oleh Aunur
Rafiq Shaleh Tahmid, Mensucikan jiwa : konsep tazkiyatun nafs terpadu, (Jakarta: Robbani pers 2004) hal 157
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.132
Dan Allah juga berfirman dalam surat Al- Israa ayat
Artinya: Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.133
Dari beberapa dalil diatas menunjukkan bahwa segala amal perbuatan
harus dilaksanakan setelah difahami dan dimengerti sedangkan untuk kedua hal
tersebut diperlukan perenungan dan sebuah proses yang membutuhkan waktu.
Terburu-buru disamping menghalangi tercapainya kematangan berfikir juga
menjadikan celah bagi setan memasukkan kejahatan kepada manusia secara tidak
disadari134
Selain dari itu sebagian kecil akibat dari pembunuhan adalah sangat
merugikan bagi korban, korban kehilangan hak untuk hidup dan yang ditinggal
merasakan kehilangan dan kasih sayang yang sangat. Sedangkan akibat bagi
masyarakat adalah kerusakan hubungan dan tatanan sosial baik antara dua
keluarga (si pembunuh dan korban) maupun masyarakat disekitarnya. Dengan
demikian pembunuhan dalam hukum Islam mempunyai kedudukan yang jelas dan
akibatnyapun sungguh jelas dipaparkan dalam dalil-dalil di atas.
132Qs. Al- Anbiya (): 133Qs. Al- Isra’ (): 134Said Muhammad Daib Hawwa., Loc. Cit.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
B. Signifikansi Pencantuman Fitnah dalam Pasal 173 b Kompilasi Hukum
Islam
Kompilasi Hukum Islam didalam kedudukannya dalam system hukum di
Indonesia adalah sebagai buku panduan bagi para hakim dari Pengadilan Agama
dan sebagai landasan hukum pelaksanaanya adalah Instruksi Presiden No. 1
Tahun 1991 tanggal 10 juni 1991. Jadi bagi rakyat Indonesia yang memeluk
agama Islam, adalah Kompilasi Hukum Islam yang berlaku dalam permasalahan
hukum keluarga.135
Namun dalam masyarakat tidak terdapat keseragaman dalam hal
kewajiban mematuhi isi dari Kompilasi Hukum Islam, hal ini dikarenakan masih
terdapatnya celah dimana pencari keadilan dapat melakukan hak opsi yang intinya
dia dapat memilih perkara hukum keluarganya diselesaikan di Peradilan Agama
atau di Peradilan Negeri.
Dalam hal ini apa sebenarnya yang menjadi latar belakang penyusunan
Kompilasi Hukum Islam, jawabannya gampang-gampang susah. Bila dengan
seksama diteliti maka pembentukan Kompilasi Hukum Islam erat kaitannya
dengan kondisi hukum Islam di Indonesia.136 Pada saat itu belum ada suatu aturan
yang mengakomodir dari hukum Islam secara garis besar didalam tata hukum di
Indonesia, karena pada saat itu Indonesia baru mengalami kemerdekaan dan masih
mengalami ketidakstabilan baik dari segi hukum, ekonomi maupun budaya.
Dewasa ini Kompilasi Hukum Islam dituntut segera menjawab apa yang
menjadi kebutuhan umat Islam, yaitu kebutuhan akan sebuah tatanan hukum bagi
135 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992),53.136 Ibid., 16.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
mereka yang mampu menjawab permasalahan masa kini serta memperhatikan
sisi-sisi keadilan dalam konteks era modern. Dan Kompilasi Hukum Islam juga di
buat dengan model dan redaksi yang dapat mudah di pahami masyarakat
Seperti dalam permasalahan penghalang waris yang menyebutkan fitnah
sebagai penghalang waris, seharusnya juga dijelaskan yang menjadi dasarnya
kepada khalayak, agar dapat dimengerti dan tidak ada kesalahpahaman, sehingga
muncul permasalahan yang baru yang makin memperumit keadaan.
Fitnah dipandang sebagai sebuah tindakan pidana, adalah sangat tidak
manusiawi, karena sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Hujuraat
yang menjelaskan salah bahwa menuduhkan hal yang belum tentu benar kepada
sesama muslim adalah sama nilainya memakan bangkai saudara seiman sendiri.
Kiasan tersebut bila diresapi maknanya adalah sangat kejam karena memakan
bangkai manusia adalah sama halnya dengan kanibal dan perbuatan ini sangatlah
kejam dan menjijikkan, apalagi ayat tersebut ditujukan umum bagi kaum
muslimin bukan dikhususkan bagi salah satu pihak, baik itu mempunyai hubungan
darah atau tidak yang penting sama-sama Islamnya jika ia memfitnahnya maka ia
sama halnya memakan daging saudara seimannya yang sudah mati.
Perbuatan fitnah menuntun seseorang kearah kejahatan, Allah SWT dalam
firmanNya mengancam bahwa setiap perbuatan jahat akan mendapatkan balasan
yang setimpal seperti yang termaktub dalam ayat ini:
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.137
Artinya: Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.138
Jika memfitnah tersebut dikaitkan dengan keluarga, apalagi antara seorang
yang diwarisi dengan orang yang mewarisi biasanya mempunyai hubungan darah
yang sangat dekat, semisal ayah dengan anak, cucu dengan kakek, paman dengan
keponakan dan lain sebagainya. Maka sungguh sangat tidak masuk akal dan bisa
dikatakan sangat kejam serta tidak mempunyai pri kemanusiaan bila seseorang
memfitnah pewarisnya dengan tuduhan yang mengakibatkan si tertuduh (yang
mewarisi) dihukum pidana hanya demi mempercepat diri si yang diwarisi
(pemitnah) mendapatkan hak warisnya.
137 Qs. Al- Faathir (35): 43. 138 Qs. An- Nisa (4): 122.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Dari uraian diatas sangatlah masuk akal dan sesuai dengan dalil-dalil yang
mengarahkan kepada hal itu jika fitnah dimasukkan dalam salah satu poin dimana
fitnah bisa menghalangi seseorang menerima hak waris. Karena menimbang apa
itu fitnah dan akibatnya yang sungguh sangat besar baik di dunia maupun di
akhirat bagi pemitnah maupun terfitnah.
Melihat dalil-dalil yang menyebutkan bahwa perbuatan fitnah adalah
sangat tercela seperti yang telah dicontohkan dalam firman Allah di dalam surat
Al- Hujurat yang menegaskan jika seorang megunjingkan saudara sesama
muslimnya maka ia sama saja memakan daging bangkai saudaranya sendiri, dan
juga hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa fitnah adalah salah satu
dosa besar yang paling besar, tiada bantahan lagi bahwa perbuatan ini diharamkan
oleh agama Islam maka memasukkan unsur fitnah dalam panghalang kewarisan
adalah cukup adil kiranya.
Dari uraian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan tentang signifikansi
pancantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam pasal 173 b Kompilasi
Hukum Islam yaitu:
1. Mengurangi perbuatan fitnah melihat dampak dan bahayanya.
2. Mengurangi konflik keluarga karena terlibatnya anggota keluarga tersebut
dalam permasalahan fitnah dalam waris
3. Menyadari bahaya dan akibat fitnah baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat dan bangsa.
Dengan demikian pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam sudah tepat kiranya
menjadi perhatian bagi masyarakat Islam Indonesia, mengapa demikian Karena
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
waris merupakan permasalahan yang rumit dan sangat rentan terhadap hal-hal
yang diantisipasi oleh pasal tersebut. Bukan hal yang tiada manfaat kiranya Fitnah
dimasukan dalam pasal tersebut jika hal tersebut tidak sering terjadi di dalam
masyarakat.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Islam mengajarkan agar lima hal yang amat esensial bagi ketentraman hidup
manusia, baik perorangan maupun kelompok, dijamin atau dijaga. Kelima hal
itu disebut Al- Maqashid Asy- Syari’ah Al- Khams yang diantaranya adalah,
memelihara keselamatan agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Namun
disamping itu ada yang berpendapat bahwa kelima Al- Maqashid Asy-
Syari’ah Al- Khams perlu ditambah dengan dijaminnya terhadap harga diri
(‘Irdh) seseorang muslim dari ancaman fitnah (Qadzaf). Dengan demikian Al-
Maqashid Asy- Syari’ah Al- Khams menjadi enam.139 Dalam hal ini mengenai
penghalang waris, yang terdapat dalam wahyu adalah hanya ada tiga masalah
yaitu pembunuhan, perbudakan dan lain agama, namun dari situ para ulama’
menyimpulkan bahwa Fitnah juga dapat menghalangi waris dengan catatan
bahwa poin-poin yang telah disyaratkan sudah dipenuhi seperti hubungan
waris, tuduhan Fitnah mengakibatkan pidana penjara minimal lima tahun dan
hal tersebut sudah diputuskan dalam tatanan hukum yang sah.
2. Fitnah sebagai sebuah tindakan yang amoral patut di beri perhatian yang lebih,
sebab sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat dalam menanggapi
masalah ini hanya dengan sebelah mata alias dipandang sepele. Dengan
dimasukkannya Fitnah sebagai poin yang bisa menghalangi seseorang dalam
139 Ahmad Azhar Basyir., Op. Cit, 61.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
menerima waris maka masyarakat akan perlu lebih berhati-hati dalam
menyikapi masalah ini. Maksud yang mungkin ingin disampaikan oleh para
pembuat Kompilasi Hukum Islam dengan mencantumkan Fitnah sebagai
penghalang waris adalah sebagai upaya mendidik umat Islam agar lebih
menghargai proses dimana hukum akan berjalan alamiah tanpa intervensi-
intervensi yang bisa menyebabkan hal-hal yang dilarang digunakan demi
lancarnya maksud yang di inginkan oleh sebahagian masyarakat. Dan oleh
sebab itu bagi para ulama’ pembuat Kompilasi Hukum Islam penting untuk
memasukkan hal-hal yang sesuai dengan hukum Islam walaupun itu tidak
terdapat dalam Nash dengan maksud lebih memperbaiki tatanan masyarakat
Islam yang lebih adil dan bijaksana bagi semua lapisan, sehingga tercipta
sebuah tatanan konsep keadilan bagi seluruh umat Islam yang selalu menjadi
polemik di dalam dunia dimanapun tempatnya.
B. Saran-Saran
Pencantuman Fitnah adalah salah satu elemen penting yang menunjukkan
hukum Islam itu tidak kuno malah cenderung dinamis dalam tanda kutip. Untuk
itu dalam mempelajari hukum Islam harusnya dipelajari seluk beluknya jangan
hanya kulit luarnya saja.
Kompilasi Hukum Islam sebagai panduan dalam memahami sebagian
hukum Islam hendaknya di sosialisasikan secara bertahap dan sistematis kepada
seluruh lapisan masyarakat, kalau perlu juga dimasukan dalam kurikulum
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
pendidikan keagamaan Islam, agar sejak dini generasi muda dapat memahami
seperti apa hukum Islam yang diterapkan di Indonesia.
Hal ini menjadi perhatian karena pada saat ini sebahagian masyarakat
terutama generasi muda kurang berminat mempelajari hukum-hukum Islam
konvensional, yang mungkin disebabkan karena hukum Islam tidak berlaku dalam
sistem hukum Indonesia. Sebagimana diketahui masyarakat kadang sedikit trauma
atau ketakutan jika membicarakan hukum Islam. Yang ada di bayangan mereka
adalah hukum potong tangan, rajam, gantung dan lain sebagainya.
Akan tetapi jika Kompilasi Hukum Islam yang notabene hukum Islam
baku dan berlaku di Indonesia diajarkan sejak dini di bangku sekolah mungkin hal
itu bisa menjadikan perangsang dalam mempelajari aspek-aspek hukum Islam
yang lain. Padahal masih banyak aspek-aspek hukum Islam yang menarik
dipelajari tanpa ketakutan-ketakutan yang tidak berdasar tersebut. Dengan catatan
penyampaian hukum tersebut melalui cara-cara yang berbeda disetiap strata sosial
masyarakat.
Seharusnya pihak yang berkepentingan dalam hal ini malu terhadap apa
yang telah digariskan oleh Allah rasulnya, kenapa bisa demikian? Islam
sebagaimana yang telah diketahui turun tidak serta merta memberikan aturan-
aturan yang mendetail melainkan mencari simpati dengan mengakomodir semua
kepentingan lalu dengan lambat laun di selipi dengan ajaran-ajaran yang
menyusul diwahyukan.
Dari sini sebuah gambaran utopis muncul, yang mana terjadi keserasian
dan kesinambungan antara umat Islam sebagai individu dan sebagai bangsa yang
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
bernegara serta beragama. Dan hal yang di impikan oleh setiap manusia yang
cinta akan agamanya akan terwujud, Amin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Daftar Pustaka
Budiono, A. Rahmad. 1999. Pembaharuan hukum Kewarisan Di Indonesia. Citra
Aditya Bhakti Bandung
Roihan, A Rasyid. 1991. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Rajawali Perss
Abdullah, Abdul Ghani. 1994 Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press
Muhajir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta; Rake Samasin
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset. Bandung; Bandar Maju
Harahap, M Yahya. 1990. Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama
UU No 7 Th 1989. Jakarta: Pustaka Kartini
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2001 Fiqh Lima Madzhab: Ja'fari, Hanafi,
Maliki, Syafi'I, Hambali (Terjemahan). Jakarta: Lentera
Shaleh, Qomaruddin dkk. 1975. Asbabun Nuzul. Bandung: CV Diponegoro
Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia Jakarta: Hidakarya Agung, 1990
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dengan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jakarta: Sinar Grafika, 2000
Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum Kewarisan dalam Syari'at Islam),
Jakarta: Bulan bintang,1973
Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, Bandung: Pustaka Setia, 1999
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hukum Waris Dalam Syari'at Islam Bandung:
Diponegoro, 1974
Fatchur Rahman. Ilmu Waris. Bandung: Alma'arif, 1981
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Abdullah Siddik, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia
Islam Jakarta: CV. Widjaya, 1984
Asaf Fyzee, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam
Jakarta: Wijaya, 1984
Tim penulis IAIN Syarief Hidayatillah, Ensiklopedia Islam Indonesia Jakarta:
Djambatan, 1992
S. Ansory al- Mansor, 48 Macam Perbuatan dosa Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001
Abdurrahman I Doi, "Syari'ah The Islamic Law", Diterjemakan Zainuddin dan
Rusydi Sulaiman, Hudud dan Kewarisan Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996
'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, "al- Fitnah ats- Tsalitsah al- Kubra:
Madza A' adda al- Muslimin Laha?", diterjemahkan Gazi Saloom, Mala
Petaka Besar Ketiga Melanda Umat Islam Jakarta: Cendekia Sentra
Muslim, 2002
Muhammad Hashim Kamali, Principles Of Islamic Jurisprudence (The Islamic
Text Society) Diterjemahkan Noorhaidi, Prinsip dan Teori-teori Hukum
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh Jakartat: Pustaka Firdaus, 1999
Abdul Karim Amrullah, Pengantar Ushul Fiqh Jakarta: PT Pustaka Panji Mas,
1984
Abdul Wahhab Khallaf, 'Ilmu Ushuli' l-fiqh Diterjemahkan M. Tolchah Mansur
dkk, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Bandung: Risalah, 1972
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I Ciputat: PT. Logos, 1996
1Nazar Bakri, Fiqh dan Ushul Fiqh Jakartaz: PT. Rajawali Press, 1993
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah Jakarta, Lentera hati: 2000
Http://Id. Wikipedia.Org./ wiki/
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Alqur’an , diterjemahkan As’ad Yasin, Abdul Aziz
Salim Basyarahil Mukhotob Chamzah Jakarta: Gema Insani Press, 2000
Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diterjemahkan oleh Mustofa
‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang
muslim, PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H
Moeljanto, KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana Jakarta: Bumi Aksara,
1992
Ahmad Asy- Syarbashi, Yas’alunaka Fi Ad- Din wa al- Hayah, diterjemahkan
oleh Ahmad subandi, Tanya Jawab Lengkap Tenang Agama, Jakarta:
Lentera Basritama, 1999.
Abul Miqdad Al- Madani, Saat Fitnah Menghadang Panduan Praktis
Menghadapi fitnah Bagi Seorang Muslim, Bandung: Mujahid, 2003.
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi, diterjemahkan oleh Bahrun
Abu bakar dan hery noer aly, Semarang: Toha Putra, 1986.
Imam Malik Ibnu Anas. Al- Muwatta of Imam Malik Ibnu Anas the First
Formulation of Islamic Law, terjemahan Inggris oleh Aisha Abdurrahman
Bewley, diterjemahkan Indonesia oleh Dwi Surya Atmaja Al- Muwatta
Imam Malik Ibnu Anas (Kumpulan Hadits dan Hukum Islam Pertama),
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/