BAB V KESIMPULANdari bagian perjalanan sepak bola di kota Surakarta di dekade 2000. Sepak bola dan...
Transcript of BAB V KESIMPULANdari bagian perjalanan sepak bola di kota Surakarta di dekade 2000. Sepak bola dan...
BAB V
KESIMPULAN
Kota Surakarta mempunyai sejarah yang panjang di bidang olahraga pada
tingkat Nasional. Klub sepak bola Surakarta sempat berjaya pada masa Kolonial
Hindia Belanda. Klub VVB (Setelah era kemerdekaan berubah menjadi Persis
Solo) pernah menjadi juara berubtun di kompetisi antar klub di Jawa dari tahun
1930-1934. Pada perkembangan selanjutnya klub VVB berubah nama menjadi
Persis pada masa kemerdekaan. Prestasi Persis Solo kemudian menurun setelah
Indonesia merdeka. Hal tersebut seakan tidak berguna setelah prestasi Persis yang
mulai mengalami penurunan pada dekade 1960 dan dekade 1970. Antusiasme
masyarakat kota Surakarta juga mengalami penurunan terhadap olahraga sepak
bola karena minimnya prestasi klub Persis Solo. Pemerintah kemudian membuat
keputusan dengan mengabulkan keinginan Arseto yang ingin pindah dari Jakarta
ke kota Surakarta pada tahun 1983. Arseto merupakan klub yang didirikan oleh
Sigit Harjojudanto pada tahun 1976 dan bermain di Liga Galatama.Arseto
kemudian menambah nama klub menjadi Arseto Solo. Pada awal kepindahan
Arseto ke Surakarta dari tahun 1983-1989 Arseto berhasil menjuarai sejumlah
kompetisi seperti Piala Galatama dan Liga Galatama tahun 1987.
Pada awal dekade 1990, Arseto Solo mencapai puncak keberhasilan dalam
hal prestasi. Menjuarai Liga Galatama pada tahun 1992 kemudian menjadi juara
sepak bola antar klub di ASEAN dan bisa masuk 7 besar di Liga Champions Asia
di tahun 1992. Hal tersebut merupakan salah satu prestasi terbesar yang diraih
oleh klub asal Indonesia. Antusiasme masyarakat kota Surakarta terhadap sepak
bola mulai mengalami peningkatan karena prestasi klub Arseto Solo. Setelah
terjadi kerusuhan Mei 1998, klub Arseto yang merupakan milik dari anak
Presiden Soeharto dinyatakan bubar setelah Soeharto lengser. Setelah Arseto
bubar, kota Surakarta hanya mempunyai kub asli yaitu Persis Solo yang
berkompetisi di Divisi II Nasional. Kota Surakarta yang mempunyai basis
pendukung sepak bola yang fanatik dan infrastruktur yang memadai kemudian
diminati beberapa klub level atas Liga Indonesia untuk pindah ke kota Surakarta.
Salah satunya adalah klub Pelita Jaya milik keluarga Bakrie.
Pelita Jaya kemudian resmi pindah ke kota Surakarta mulai tahun 2000.
Klub kaya milik keluarga Bakrie tersebut merupakan salah satu klub sepak bola
yang berkompetisi di Liga Galatama sebelum digabung bersama kompetisi
Perserikatan menjadi Liga Indonesia. Dalam hal prestasi, klub Pelita Jaya pernah
menjuarai Liga Galatama dan kompetisi antar klub ASEAN. Karena dukungan
finansial yang tercukupi, Pelita Jaya mampu bersaing di level atas di Liga
Indonesia. Setelah berpindah ke kota Surakarta, Pelita Jaya mengubah namanya
menjadi Pelita Solo. Kepindahan Pelita Jaya ke Surakarta juga menjadi salah satu
penyebab masyarakat pecinta sepak bola di Surakarta mendirikan sebuah
perkumpulan supporter untuk mendukung klub sebesar Pelita Solo yang
dinamakan Pasoepati. Pada tahun pertama, Pelita mampu membuat stadion
Manahan selalu dipadati penoton saat Pelita bermain di Suarakarta. Antusiasme
yang besar dari masyarakat kota Surakarta dibalas dengan prestasi Pelita Solo
yang mampu berada di babak 8 besar Liga Indonesia pada tahun 2000.
Pelita Jaya kemudian pindah dari kota Surakarta pada tahun 2002 setelah
prestasinya menurun. Setelah Pelita Solo pindah, kota Surakarta tetap menjadi
pilihan utama bagi klub-klub yang ingin pindah tempat bermain dikarenakan
berbagai faktor. Salah satu klub yang berminat adalah Persijatim asal Jakarta
Timur. Klub ini kalah bersaing dengan Persija yang sudah lebih dahulu berada di
Provinsi DKI Jakarta. Persijatim resmi berpindah ke kota Surakarta pada tahun
2002 dan mengubah namanya menjadi Persijatim Solo FC. Perkembangan klub
Persijatim saat berada di kota Surakarta juga tidak terlalu istimewa jika
dibandingkan dengan klub sebelumnya seperti Arseto dan Pelita Jaya yang bisa
mempersembahkan Juara bagi kota Surakarta. Sebelum pindah pada tahun 2004,
banyak terjadi konflik antara Persijatim dan beberapa pengurus Persis Solo karena
Persijatim tidak memberikan dampak positif bagi persepakbolaan kota Surakarta.
Ditengah kompetisi Liga Indonesia tahun 2004, Persijatim kemudian
meninggalkan kota Surakarta dan memutuskan pindah ke Sumatra Selatan.
Keputusan tersebut membuat beberapa elemen sepak bola di kota Surakarta
mengajukan protes ke PSSI karena dimanfaatkan oleh Persijatim dan kemudian
ditinggal tanpa pamit kepada publik kota Surakarta.
Persijatim resmi meninggalkan kota Surakarta pada tahun 2004. Kota
Surakarta hanya mempunyai klub Persis Solo. Persis Solo berkompetisi di Divisi
II Nasional pada tahun 2004. Masyarakat pecinta sepak bola di kota Surakarta
mendesak agar manajemen Persis Solo serius mengelola Persis agar bisa berada di
kompetisi tertinggi Liga Indonesia. Kota Surakarta yang mempunyai sejarang
panjang sepak bola dan fanatisme penonton serta infrastruktur terbaik di Indonesia
tidak cocok jika hanya mempunyai klub yang bermain di Divisi II Nasional.
Pemerintah juga mendukung langkah Persis Solo untuk bisa bermain di kompetisi
teratas Liga Indonesia. Pemerintah lewat DPRD menyiapkan dana milyaran
rupiah untuk Persis Solo. Mulai tahun 2004 sampai 2006 klub Persis Solo berhasil
promosi dari Divisi II Nasional ke Divisi Utama Liga Indonesia. Mulai tahun
2006, kota Surakarta kembali mempunyai klub yang berkompetisi teratas di Liga
Indoneisa. Tidak dengan kub yang bukan asli kota Surakarta melainkan dengan
klub asli kota Surakarta yaitu Persis Solo.
Perkembangan sebuah klub sepak bola di sebuah kota mempunyai dampak
positif dan negatif bagi sebuah kota tersebut. Sebuah klub sepak bola merupakan
simbol perwakilan dari daerah tersebut dalam bidang olahraga khusunya sepak
bola. Jawa Barat mempunyai Persib Bandung sebagai perwakilan orang Sunda,
Papua memiliki sebuah simbol perwujudan tanah Papua yaitu klub Persipura
Jayapura. Kota Surakarta juga pernah diwakili sebuah klub besar pada masa
kolonial yaitu VVB kemudian setelah masa kemerdekaan digantikan oleh klub
pendatang yaitu Arseto, Pelita Solo dan Persijatim sebelum Persis Solo kembali
bangkit pada medio dekade 2000. Salah satu dampak positif dari adanya kub
sepak bola adalah terciptanya sebuh perkumpulan supporter. Tidak semua klub
sepak bola di Indonesia mampu membuat masyarakat membentuk perkumpulan
supporter. Arseto Solo merupakan klub sepak bola pertama di kota Surakarta yang
mempunyai sebuah perkumpulan supporter yang disebut KPAS. Walaupun tidak
sebesar supporter lain seperti Aremania namun sudah mempunyai andil dalam
sebuah perkembangan sepak bola di kota Surakarta. Setelah Arseto bubar, KPAS
juga ikut bubar. Masyarakat kota Surakarta kemudian membentuk sebuah
perkumpulan supporter baru yaitu Pasoepati. Pembentukan supporter ini terjadi
ketika Pelita Jaya berpindah ke kota Surakarta. Pasoepati adalah elemen terbesar
dari bagian perjalanan sepak bola di kota Surakarta di dekade 2000.
Sepak bola dan klub sepak bola juga memberikan dampak negatif seperti
kerusuhan dan holiganisme. Salah satu contohnya adalah ketika terjadi kerusuhan
saat pertandingan antara Arseto vs PSIM Mataram pada Mei 1998. Kerusuhan di
dalam stadion antara supporter kedua tim dengan aparat kemudian menyebar
keluar stadion dan mengakibatkan beberapa toko dan rumah penduduk rusak
parah. Kerusuhan tersebut juga merupakan salah satu pemicu kerusuhan yang
lebih besar di kota Surakarta pada kerusuhan Mei 1998. Semangat para penonton
sepak bola yang melebihi batas juga merupakan salah satu dampak dari kehadiran
sebuh klub sepak bola sebagai representasi masyarakat dan kota. Fanatisme,
holiganisme masyarakat pecinta bola di Surakarta awalnya hadir sebagai semangat
dilapangan hijau yang kemudian memicu kekerasan dalam beragam bentuk.
Setiap tahun kekerasan dan korban konflik antara Pasoepati dengan kelompok
supporter lain terjadi berulang kali dan dianggap sebagai hal yang wajar.
Kota Surakarta mempunyai sejarah panjang dalam sepak bola mulai dari masa
kolonial sampai modern. Kota Surakarta menjadi tujuan bagi klub yang ingin
berpindah tempat bermain. Berbagai faktor seperti infrastruktur yang memadai,
fanatisme penonton menjadi daya tarik bagi klub luar kota Surakarta untuk
bermain di kota Surakarta. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan sosial
masyarakat khususnya masyarakat yang menyukai olahraga sepak bola. Baik
perkembangan postif maupun negative.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Achmad Lanang. 2016. Sepak Bola 2.0. Jogjakarta: Fandom
Agus Salim. 2008. Buku Pintar Sepakbola. Bandung: Nuansa
Agustina Palupi, Sri. 2004. Politik dan Sepakbola di Jawa 1920-1942. Jogjakarta:
Ombak.
Alison Eddy. 2005. PSSI Alat perjuangan Bangsa. Jakarta: PSSI Press.
Anung Handoko. 2008. Sepak Bola Tanpa Batas. Jogjakarta: Kanisisus.
Devi Fitroh. 2016. Kota, Klub, dan Pasoepati. Jogjakarta: Buku Litera.
Fajar Junaedi. 2014. Merayakan Sepakbola (Fans, Identitas, dan Media).
Jogjakarta: Buku Litera.
Fajar Junaedi. 2009. Konflik Multikutural di Balik Gemerlap Sepak Bola.
Surabaya: Unair Press.
Hempri Suyatni. 2007. Suporter Sepak Bola Indonesia Tanpa Anarkis,
Mungkinkah?. Jogjakarta: Media Wacana.
Joseph, A Luxbacher.1998. Sepakbola. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Kennedy Edward. 2014. Sepak Bola Seribu Tafsir. Jogjakarta: Indie Book Corner
Mitkahul FS. 2015. Mencintai Sepakbola Indonesia Meski Kusut. Jogjakarta:
Indie Book Corner.
Pangeran Sihaan. 2014. The Big Pang Theory. Jakarta: Gramedia
Robert, Kroger. 2007. Football and Holiganism. Jogjakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sucipto. 2000. Sepakbola Latihan dan Strategi. Jakarta: Jaya Putra
________________. 1990. Enam Puluh Tahun PSSI. Jakarta: PSSI Press.
A. Koran
Suara Merdeka, “Arseto Solo”, tanggal 8 November 1993.
Suara Merdeka, “Arseto Menang”, tanggal 25 November 1993.
Jawa Pos, “Statistika Kompetisi”, tanggal 11 Desember 1992.
Jawa Pos, “Arseto Tanpa Pemain Andalan”, tanggal 24 Desember 1992.
Kompas, “Kramayudha dan Arseto Menang”, tanggal 19 Mei 1991.
Kompas, “Klasemen Liga Galatama”, tanggal 24 Mei 1991.
Kompas, “Aksi Suap Kembali terjadi”, tanggal 3 Juli 1995.
Kompas, “PSDS bungkam Arseto”, tanggal 29 November 1995.
Jawa Pos, “Hasil dan Klasemen”, tanggal 4 Januari 1996.
Solopos, “Hadapi Persebaya, Pelita Bawa 17 Pemain”, tanggal 10 April 2001.
Solopos, “Rully isyaratkan pasang satu striker”, tanggal 15 Mei 2001.
Solopos, “Posisi Pelita Kian Terpuruk”, tanggal 14 Juni 2001.
Solopos, “Nyaris Bangkrut, Pelita Mencari Penyelamat”, tanggal 28 Juni 2001.
Solopos, “Pelita Inginkan Dukungan Psoepati”, tanggal 1 Juli 2001.
Solopos, “Pelita Masih Juru Kunci”, tanggal 3 Juli 2001.
Solopos. “Pelita Hengkang, GPD tak Datang, Jakarta FC Terbilang”, tanggal 13
Oktober 2001.
Solopos, “PSSI Setujui Kepindahan JFC, Pasoepati diminta Sabar”, tanggal 5
Desember 2001
Solopos, “JFC Satu Musim di Solo”, tanggal 11 Desember 2001.
Solopos, “Hujan hentikan laga Persija-PSFC”, tanggal 7 Januari 2002.
Solopos, “Puncaki Klasemen, PSFC belum Puas”, tanggal 15 Januari 2002.
Solopos, “PSFC Pastikan Tetap Berkandang di Solo”, tanggal 28 Desember 2002.
Solopos, “PSFC Incar Striker Eropa”, tanggal 1 Desember 2002.
Solopos, “Aksi Pasoepati bikin Sutiyoso Geleng-geleng”, tanggal 13 Januari 2003.
Solopos, “Lawatan ke Bali Penuh Tekanan”, tanggal 13 September 2003.
Solopos, “PSFC Diminta untuk Bersikap”, tanggal 29 Oktober 2003.
Solopos, “Markas Persijatim antara Solo-Jakarta”, tanggal 2 Desember 2003.
Solopos, “Pasoepati Akan Gugat PSFC”, tanggal 27 Oktober 2004.
Solopos, “Walikota Setujui Persis ajukan 3,7 Miliar”, tanggal 2 Desember 2004.
Solopos, “Persis Lolos ke Divisi I Nasional”, tanggal 27 mei 2005.
Solopos, “Laskar Sambernyawa Legawa Jadi Nomor Dua”, tanggal 18 Agustus
2006.
B. Skripsi
Erik Destiawan., 2005, “Galatama 1979-1994 (Perkembangan Sepakbola non
Amatir di Indonesia)”, Skripsi Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sebelas Maret
Amiruddin Siregar, 2009, “Hubungan Antara Frustasi Dengan Agresifitas
Suporter Bola”, Skripsi Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Daftar Informan
1 Nama : Bapak Chaidir Ramli
Umur : 57 Tahun
Alamat : Desa Sumber, Kecaamtan Banjarsari, Kota Surakarta
Pekerjaan : Ketua Asosiasi Sepak Bola Amatir Surakarta. Pernah
menjabat sebagai salah satu pengurus harian Arseto
Solo tahun 1983-1998
2 Nama : Bapak I Komang Putra
Umur : 45 Tahun
Alamat : Laweyan, Surakarta
Pekerjaan : Mantan Pemain Sepak Bola/Wiraswasta. Salah satu
pesepakbola Nasional yang pernah memperkuat Arseto
Solo pada tahun 1994-1997
3 Nama : Bapak Brodjo
Umur : 63 Tahun
Alamat : Colomadu, Kabupaten Karanganyar
Pekerjaan : Manajer UNSA/ASMI, Mantan Manajer Arseto Solo
tahun 1993
4 Nama : Bapak Mayor Haristanto
Umur : 48 Tahun
Alamat : Banyuagung, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta
Pekerjaan : Wiraswasta/ Salah Pendiri Pasoepati. Salah satu
penggiat sepak bola dan dunia supporter di tanah air.
Beliau juga ikut membentuk dan memberikan dasar
koreografer dan nyanyian yel –yel kepada pendukung
PSM Makassar.
5 Nama : Arief Budi Raharjo
Umur : 42 Tahun
Alamat : Laweyan, Surakarta
Pekerjaan : Swasta. Salah satu Pendiri KPAS yaitu suporter sepak
bola pertama di kota Surakarta
6 Nama : Aldi Renato
Umur : 25 Tahun
Alamat :Laweyan, Surakarta
Pekerjaan : Wiraswasta/ Pengurus Pasoepati Kampus. Aktif
dalam kegiatan supporter di kota Surakarta dan
Indonesia.