BAB V KAJIAN TEORI - repository.unika.ac.idrepository.unika.ac.id/15435/6/13.11.0126 LTP Amadea...

12
159 BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Latar Belakang Survei yang dilakukan di tahun 2015 hanya 35 % pemuda yang menonton pertunjukkan/pameran seni di Jawa Tengah, dan pemuda yang mengunjungi peninggalan sejarah/warisan budaya hanya berjumlah 8,17 % di Jawa Tengah. Dari data statistik ini dapat diketahui ketertarikan orang muda kepada budayanya sendiri masih sangat sedikit. Salah satu penyebab generasi muda tidak tertarik dengan budaya Nusantara karena menganggap budaya itu tidak kekinian, sudah kuno, dan membosankan. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka diusulkan tema dari Rumah Budaya Nusantara sendiri adalah arsitektur neo vernakular, atau bisa disebut desain tradisional yang akan diadopsi dalam desain bangunan modern. Desain neo vernakular diterapkan pada fasad bangunan dan desain interior. Dengan konsep bangunan modern yang mengadopsi bangunan tradisional diharapkan bisa menggambarkan kekhasan dari Rumah Budaya Nusantara sebagai rumah budaya, sekaligus dapat diterima oleh generasi muda. 5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain

Transcript of BAB V KAJIAN TEORI - repository.unika.ac.idrepository.unika.ac.id/15435/6/13.11.0126 LTP Amadea...

159

BAB V

KAJIAN TEORI

5.1 Kajian Teori Penekanan Desain

5.1.1 Latar Belakang

Survei yang dilakukan di tahun 2015 hanya 35 % pemuda yang

menonton pertunjukkan/pameran seni di Jawa Tengah, dan pemuda yang

mengunjungi peninggalan sejarah/warisan budaya hanya berjumlah 8,17

% di Jawa Tengah. Dari data statistik ini dapat diketahui ketertarikan

orang muda kepada budayanya sendiri masih sangat sedikit. Salah satu

penyebab generasi muda tidak tertarik dengan budaya Nusantara karena

menganggap budaya itu tidak kekinian, sudah kuno, dan membosankan.

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka

diusulkan tema dari Rumah Budaya Nusantara sendiri adalah arsitektur

neo vernakular, atau bisa disebut desain tradisional yang akan diadopsi

dalam desain bangunan modern. Desain neo vernakular diterapkan pada

fasad bangunan dan desain interior. Dengan konsep bangunan modern

yang mengadopsi bangunan tradisional diharapkan bisa menggambarkan

kekhasan dari Rumah Budaya Nusantara sebagai rumah budaya,

sekaligus dapat diterima oleh generasi muda.

5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain

160

Karakteristik dari Arsitektur Neo-Vernakular

Ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular menurut Charles Jenks

(1990) sebagai berikut :

1. Selalu menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan

menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah

sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen

pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan

sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya

Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah

lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern

dengan ruang terbuka di luar bangunan.

5. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular

tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi

lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas

ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend

akan rehabilitasi dan pemakaian kembali

Pemakaian atap miring

Batu bata sebagai elemen lokal

161

Susunan masa yang indah

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan

pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi

masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri sebagai

berikut.

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk

iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata

letak denah, detail, struktur dan ornamen).

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern,

tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir,

kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi

dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip

bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan

penampilan visualnya).

5.1.2 Studi Preseden

Omah Gunungan

Gambar 5. 3 Omah Gunungan Sumber: www.coroflot.com

162

Bangunan ini merupakan bangunan Rumah Budaya yang

terinspirasi dari bentuk gunungan, dan mengadopsi konsep pendopo

dengan membuat pelataran yang cukup besar tidak terdapat dinding

hanya tiang-tiang penopang sebelum masuk ke bagian dalam bangunan.

Konsep Omah Gunungan ini telah mengkinikan Arsitektur Nusantara.

Omah Gunungan ini menggabungkan kekinian dan tradisional, menjadi

desain yang luar biasa dan originil Indonesia.

Museum Tsunami Aceh

Gambar 5. 4 Museum Tsunami Aceh Sumber: www.blogspot.com

Gambar 5. 5 Museum Tsunami Aceh Sumber: www.kompasiana.com

163

Museum Tsunami Aceh dirancang oleh arsitek asal Bandung, Jawa

Barat, Ridwan Kamil. Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai

dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris.

Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di

antara dua dinding air yang tinggi — untuk menciptakan kembali suasana

dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang

menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan

kepercayaan religius suku Aceh. Dari atas, atapnya membentuk

gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung

tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami

Desain museum Tsunami mengambil konsep dasar dari rumah

panggung Aceh

5.1.3 Kemungkinan Penerapan Teori Tema Desain

Penerapan konsep ruang pendopo seperti rumah tradisional Jawa

dapat digunakan juga sebagai konsep Rumah Budaya Nusantara

yang mempunyai pelataran seperti pendopo, konsep adanya pendopo

ini dapat digunakan sebagai lobby dari Rumah Budaya Nusantara

Penerapan konsep rumah panggung sebagai salah satu ciri khas

rumah tradisional Nusantara, menerapkan konsep rumah panggung

Menggunakan ornamen geometris khas rumah-rumah tradisional

Jawa Tengah baik pada fasad bangunan maupun interior bangunan.

164

5.2 Kajian Teori Permasalahan Dominan

5.2.1 Latar Belakang

Target dari Rumah Budaya Nusantara ini mengacu kepada kaum

muda, bagaimana caranya memikat dan membuat para anak muda

bangsa tertarik dan cinta terhadap budaya Nasional. Anak muda

cenderung meninggalkan hal-hal yang tidak dianggap kekinian, dan cepat

merasa bosan/boring. Dan justru kebalikannya anak muda sangat

bersemangat apabila ada sesuatu hal yang baru, inovatif, lain daripada

yang lain, dan bersifat kekinian. Maka dari itu Rumah Budaya Nusantara

mengangkat permasalahan dominan yaitu menciptakan sistem tata layout

yang inovatif, kreatif dan membuat penasarann/ rasa ingin tahu meningkat

untuk menarik anak muda belajar budaya.

5.2.2 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Permasalahan

Dominan

Rumah Budaya Nusantara ini mempunyai target kepada anak-anak

muda terutama usia 25 kebawah, untuk saat ini dan masa yang akan

datang. Untuk meneliti karakteristik dari setiap generasi maka digunakan

ilmu sosiologi yang mempelajari mengenai karakteristik dari setiap

generasi, saat ini masyarakat dunia dipenuhi dengan generasi Baby

boomers, generasi X, Generasi Y, Generasi Z, dan Generasi A, dan untuk

saat ini generasi anak muda itu dipenuhi dengan Generasi Z dan Generasi

A.

165

Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1995-2011,

generasi ini adalah orang-orang yang hiduo dengan teknologi, mereka

senang dengan tipe belajar lewat visualisasim dan belajar dengan cara

Try & see, mereka lebih suka terhadap proses daripada hasil, sangat

dekat dengan media sosial dan teknologi digital, orang-orang yang dapat

multitasking yang berarti dapat mengerjakan beberapa hal dalam satu

waktu seperti mengetik sms, mendengarkan musik, dan mengerkan tugas

pada PC, sering berhubungan dengan dunia maya.

Generasi A adalah generasi ini lahir dari orang tua generasi X akhir

dan generasi Y, mereka adalah generasi yang lahir pada tahun 2011-

2025, mereka adalah generasi yang terdidik oleh karena masuk dalam

dunia pendidikan pada umur yang lebih awal, mereka suka segala hal

yang baru, dan lebih cenderung membuang barang yang lama, mereka

tumbuh dari kecil dengan gadget di sekitar mereka, generasi ini sulit untuk

bersosialisasi karena lebih suka berada dirumah dan berhubungan dan

berinteraksi lewat gadget dan media sosial, generasi ini adalah generasi

yang sulit untuk mengembangkan diri.

Oleh karena itu desain dari rumah budaya ini harus mempunyai

desain yang mempunyai layout yang atraktif dan komunikatif, baik dari

layout eksterior, interior, visual, maupun sirkulasi, tetapi bukan hanya hal

itu, tantangan yang besar untuk rumah budaya Nusantara adalah

menjadikan ruang publik ini sebagai wadah dimana generasi muda dapat

bergairah untuk berinteraksi satu sama lain, tidak hanya sibuk dengan

166

dunia maya tetapi dapat mengenal orang disekitar dan peka terhadap

kondisi yang ada di sekitar

5.2.3 Studi Preseden

Galeri Indonesia Kaya adalah ruang edutainment budaya yang dimiliki

Bakti Budaya Djarum Foundation menggunakan teknologi digital. Galeri

Indonesia Kaya memberikan informasi kekayaan budaya Nusantara. Mulai

dari alat musik tradisional, mainan tradisional, baju adat, sampai informasi

tentang kuliner, pariwisata, tradisi dan kesenian dikemas secara digital

dan interaktif di tempat ini. GIK terletak di Mall Gran Indonesia West Mall

lt. 8, Jakarta. Pengunjung yang berkunjung ke GIK tidak dipungut biaya.

Gambar 2. 35 Galeri Indonesia Kaya

Sumber:www.indonesiakaya.com

GIK menyuguhkan inovasi dalam cara menyampaikan informasi kepada

masyarakat mengenai budaya Indonesia dengan berbasis teknologi

digital, sehingga

belajar budaya di

ruang edukasi lebih

167

kekinian, interaktif dan menarik juga. Galeri Indonesia kaya tidak luas

hanya seperti galeri kecil, tetapi walaupun kecil sirkulasi jalur pengunjung

dibuat bentuk melingkar mengikuti bentuk teater.yang ada di tengah Galeri

Indonesia Kaya

Fasilitas yang ada pada Galeri Indonesia Kaya ini adalah:

• Auditorium kapasitas 150 orang, terdapat panggung

sebesar 13x3m dan 3 buah screen dilengkapi proyektor utama 10.000

lumens dan proyektor pendukung 7.000 lumens, sound system dengan

audio power mencapai 5000 watt, pada auditorium ini secara rutin

diadakan konser baik musik, tari, puisi, teater, bersifat tradisional maupun

kontemporer

168

Gambar 2. 37 Auditorium

Sumber:www.indonesiakaya.com

• Area Sapa Indonesa yang

menampilkan masyarakat Indonesia berbaju adat dari berbagai wilayah

Nusantara yang berfungsi menyapa pengunjung dengan bahasa daerah

Nusantara saat pengunjung masuk dan keluar galeri.

• Area Video Mapping

menceritakan cerita Mahabarata mengenai kisah Pandawa melawan

Kurawa.

169

• Area Kaca Pintar Indonesia

kumpulan objek budaya di seluruh nusantara dari pariwisata, kuliner,

kesenian dan tradisi. Dengan menggunakan teknologi multi-sensory

• Area Jelajah Indonesia

mengenai budaya Indonesia dari banyak segi termasuk geografis,

kebiasaan dan asal usul.

• Area Selaras Pakaian Adat

layar multimedia pengunjung dapat berfoto dengan pakaian adat digital

dari seluruh nusantara. Aplikasi ini terhubung dengan sosial media

sehingga pengunjung dapat mengunggah fotonya pada medsos.

• Area Melodi Alunan Daerah

dengan berbagai alat musik Nusantara yang terdapat secara digital

dengan bentuk touch screen. Pengunjung dapat bermain bahkan

membuat aransemen musik sendiri.

• Area Selasar Santai

menikmati Galeri Indonesia Kaya. Pada selasar santai terdapat 10 tablet

yang bebas untuk digunakan dan terdapat kursi dan sofa santai untuk

duduk dengan nyaman.

• Area Cerita Anak Indonesia

memainkan permainan tradisional, congklak dan dakon secara virtual.

• Area Layar Telaah Budaya

menggunakan Microsoft Surface, Layar Telaah Budaya memberikan

informasi budaya dengan Interaktif

170

• Area Arungi Indonesia

sensasi terbang diatas Indonesia. Melewati byek-obyek monumental dan

bersejarah di Indonesia dan pengunjung juga akan mendapatkan info

mengenaiobyek tersebut.

• Area Peraga

dapat mencontohkan proses bagaimana membuat kerajinan khas

Indonesia seperti batik

• Area Cinderamata

beraneka macam produk UMKM dari para pengrajin, dimana para

produsen juga dapat menitipkan barang jualannya secara gratis.

5.2.4 Kemungkinan Penerapan Teori Permasalahan Desain

Tata pameran galery memungkinkan pengunjung dapat berinteraksi

langsung dengan barang koleksi tanpa dibatasi oleh kaca, atau sekat-

sekat penghalang, dalam kasus Rumah Budaya Nusantara dalam

anjungan akan dibuat beberapa diorama

Tata pameran yang provokatif, membiarkan pengunjung untuk dapat

menemukan sendiri lebih banyak, pameran menjadi sarana eksplorasi

pengunjung.

Interaksi, koneksi yang tidak terduga, kejutan dan bahkan humor di

sela-sela pengunjung memperoleh informasi

Menggunakan media untuk mendukung galery dengan menggunakan

object-centered, multisensory, dan multimedia