BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti...

29
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut adalah menganalisis Tari Topeng Ayu menggunakan Interaksionisme Simbolis (IS), yang terdiri dari nilai-nilai masyarakat dan tari Topeng Ayu di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dengan demikian proses tersebut dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif eksploratif. Setelah peneliti menggali data melalui wawancara yang dilakukan dengan informan maka peneliti dapat mengetahui, memaparkan dan menggambarkan data yang telah diperoleh tersebut. 5.1. Hasil Wawancara 5.1.1. Penggagas Tari Topeng Ayu Penggagas Tari Topeng Ayu adalah Bapak Trisno dan Ibu Yanti, dimana kedua orang tersebut juga merupakan perintis wilayah Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang menjadi Desa Wisata sejak tahun 2010. a) Penggagas Tari Topeng Ayu I, adalah Bp. Trisno. Ia adalah Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di wilayah Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Selain menjadi Ketua Pokdarwis ia juga bekerja sebagai apoteker di Apotek miliknya sendiri yang dibangun bersama istrinya, berlokasi di Kopeng. Sebagai Ketua Pokdarwis di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Bp. Trisno dan bersama keputusan warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan, kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang mematenkan Tari Topeng Ayu sebagai ikon di Desa Menari di Desa Ngrawan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Trisno 1 : “Tahun 2012, Desa Ngrawan mengambil momentum di Hari peringatan Ibu Kartini yang bertepatan tanggal 21 April, jadi terinspirasi Habis Gelap 1 Wawancara dengan Bapak Trisno, di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, pada 8 Februari, 2018, pukul 15:53.

Transcript of BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti...

Page 1: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan

teori. Pembahasan tersebut adalah menganalisis Tari Topeng Ayu menggunakan Interaksionisme

Simbolis (IS), yang terdiri dari nilai-nilai masyarakat dan tari Topeng Ayu di Dusun Tanon, Desa

Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dengan demikian proses tersebut dapat

menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif

eksploratif. Setelah peneliti menggali data melalui wawancara yang dilakukan dengan informan

maka peneliti dapat mengetahui, memaparkan dan menggambarkan data yang telah diperoleh

tersebut.

5.1. Hasil Wawancara

5.1.1. Penggagas Tari Topeng Ayu

Penggagas Tari Topeng Ayu adalah Bapak Trisno dan Ibu Yanti, dimana kedua

orang tersebut juga merupakan perintis wilayah Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang menjadi Desa Wisata sejak tahun 2010.

a) Penggagas Tari Topeng Ayu I, adalah Bp. Trisno. Ia adalah Ketua Pokdarwis

(Kelompok Sadar Wisata) di wilayah Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Selain menjadi Ketua Pokdarwis ia

juga bekerja sebagai apoteker di Apotek miliknya sendiri yang dibangun

bersama istrinya, berlokasi di Kopeng. Sebagai Ketua Pokdarwis di Dusun

Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Bp. Trisno

dan bersama keputusan warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan, kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang mematenkan Tari Topeng Ayu sebagai ikon di

Desa Menari di Desa Ngrawan.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Trisno1:

“Tahun 2012, Desa Ngrawan mengambil momentum di Hari peringatan Ibu

Kartini yang bertepatan tanggal 21 April, jadi terinspirasi Habis Gelap

1 Wawancara dengan

Bapak Trisno, di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, pada 8 Februari, 2018, pukul 15:53.

Page 2: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Terbitlah Terang, habis Topeng Ireng terbitlah Topeng Ayu. Itu awal desa ini

menjadi Desa Menari berbasis Desa Wisata. Gerakannya tetap tertata (toto

lempeng), dinamis, iramanya kencang. Kalau Ayu sendiri itu sebenarnya dari

Hayunig Urip, jadi bagaimana kami warga di sini hidupnya tetap tertata,

teratur, dan penuh kedisiplinan, dan membawa hidup untuk berkontribusi

yang bermanfaat. Jadi dari kesenian tari rakyat, Tari Topeng Ayu yang sudah

diganti namanya itu kami jadikan pemantik sebagai penggerak perubahan di

desa kami, harapannya sama dengan digantinya nama Tari Topeng Ireng

menjadi Tari Topeng Ayu, supaya hidup kami di sini tertata, dan dapat

melakukan hal-hal yang bermanfaat khususnya bagi warga dan desa kita”.

Salah satu kegiatan yang bermanfaat untuk keluarganya dan warga Dusun

Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yaitu

membuka kelaswisata edukasi membuat sabun berbahan dasar dari susu sapi.

“Kelas wisata edukasi membuat sabun susu dapat diambil ketika wisatawan

berkunjung di Dusun Tanon Desa Wisata ini. Susu sapinya diambil dari

peternak-peternak sapi perah sini, sehingga itu juga menjadi sumber

pendapatan tambahan bagi kita warga di sini.”

Hasil pembuatan sabun pun pada akhirnya akan dijual dan dijadikan

sebagai cinderamata untuk pengunjung Desa Menari.

“Berbicara tentang hasil kami nantinya itu akan dibagi ke beberapa hal,

untuk pendapatan tambahan warga dan pembangunan desa kami, karena

infrastruktur kami tidak terperhatikan dan kalau dillihat dari segi lingkungan

itu dulunya desa kami kumuh tapi sekarang dengan dipatenkannya sebagai

Desa Menari kami membersihkan itu kotoran-kotoran ternak yang dijadikan

pupuk sama tanaman-tanaman yang berserakan di jalan. Ya, jadi harapannya

juga kegiatan di Desa Menari berbasis Desa Wisata ini tidak hanya menjadi

pendapatan kita, istilahnya apa yang kami miliki kami bagikan juga kepada

pengunjung supaya dapat merasakan kebiasaan-kebiasaan masyarakat

pedesaan dan mereka nyaman saat ke sini”.

Sebagai Ketua Pokdarwis, Pak Trisno merancang beberapa paket wisata di

Desa Menari. Pengunjung wisata Desa Menari tidak hanya dapat melihat

Page 3: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

pertunjukkan Tari Topeng Ayu, tetapi juga dapat melakukan beberapa

kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.Sisi lain Pak Trisno ia juga sebagai

salah satu warga asli Desa Ngrawan yang masih melestarikan kebudayaan

menari, yaitu sebagai penari Tari Topeng Ayu dan Tari Jaranan, meskipun

saat ini sudah jarang tampil karena menurutnya sudah saatnya yang muda

yang menggantikan.

b) Penggagas Tari Topeng Ayu II adalah Ibu Yanti. Ia adalah warga asli Dusun

Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Selain

menjadi penggagas dan pelatih Tari Topeng Ayu, pekerjaan sehari-harinya

adalah sebagai petani di Desa Ngrawan. Menurutnya menari sudah menjadi

gaya hidup masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang dan secara turun temurun menari sudah melekat pada

warga Desa Ngrawan.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Yanti2:

“Dulu awalnya Tari Topeng Ayu itu ngga seperti sekarang. Jadi kalau di

dusun Tanon kita itu rata-rata dengan tetangga masih dalam ikatan keluarga,

jadi ya apa-apa masih guyub istilahnya dan di warga di sini itu memang suka

menari. Dari kecil sudah suka, karena melihat yang tua-tua latihan untuk

pentas di acara-acara hajatan sama biasanya di Pentas Seni Rakyat. Awalnya

dulu saya dan kakak sama adik-adik saya yang suka menari Topeng Ayu itu

pentasnya ya di acara hajatan-hajatan mbak, jadi kalau desa sebelah atau di

kota mana ada acara besar mereka ngundang kita untuk tampil di sana. Dulu

bayarannya belum seberapa, dari yang kostum kita masih nyewa sampai

akhirnya mengumpulkan hasilnya untuk membeli kostum, beli macem-macem

untuk perlengkapan menari. Kalau penarinya sendiri berjumlah 6 orang

mbak. Tapi banyak yang ganti-gantian. Sekarang yang jadi penari Tari

Topeng Ayu kira-kira ada 15 orang. Setelah itu saya diajak kumpulan dengan

warga, ya sama Pak Trisno itu juga. Di rapat itu kita akhirnya mau

2 Wawancara dengan

Ibu Yanti, di Dusun Tano, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasa, Kabupaten Semarang, pada 4 Juni, 2018, pukul 09:30.

Page 4: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

mengubah desa kita ini menjadi Desa Wisata, ya salah satunya dengan

kegemaran menari kami mbak. Akhirnya kami warga Dusun Tanon memulai

untuk menjadi Desa Wisata itu dari tahun 2010 dipatenkannya tahun 2012.

Itu cukup membantu kami mbak, wong saya cuma petani dan jemputi anak-

anak. Dulunya kami mengandalkan uang dari pentas-pentas keluar, tapi pas

Desa Wisata ini Tari Topeng Ayu dijadiin ikon di sini terus kami ada kegiatan

nari di desa sendiri. Jadi ya kami warga sini seneng, ada tamu dari luar

datang ke sini, jadi suatu kebanggaan dan hasilnya bisa buat bangun desa

dan pendapatan tambahan kami. Soalnya di sini rata-rata kerjanya jadi

peternak, petani, pedagang, pekerja supir. Kalau pas ada pengunjung

biasanya warga sudah mempersiapkan hasil kebunnya, terus nanti dijual di

sekitar jalan sini namanya Pasar Rakyat. Kita juga diarahin biar beberapa

rumah kita dijadikan sebagai homestay, jadi kalau ada yang mau menginap di

sini ya kami persilahkan di rumah-rumah yang sudah ada tulisannya

homestay, bisa menikmati hawa gunung”.

Sampai sekarang Ibu Yanti masih aktif menjadi pelatih sekaligus

penggagas tarian Tari Topeng Ayu.

5.1.2. Pelatih Penari Tari Topeng Ayu

Pelatih penari Tari Topeng Ayu selain Ibu Yanti adalah Bp. Bardi.Sama halnya

dengan Ibu Yanti, ia juga merupakan warga asli Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Bagi dirinya menari sudah melekat pada

dirinya sejak kecil.dan sebagai pelatih penari yang sampai saat ini masih aktif dirinya

juga menyadari pentingnya melestarikan budaya Jawa melalui tari.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Bardi3:

“Biasanya mulai latihan itu sore hari, karena ini lagi bulan puasa latihannya

sehabis tarawih. Ya gini ini mbak, alat musiknya ada di rumah saya jadi pas latihan

saya dan temen-temen warga tinggal mengeluarkan di depan pekarangan rumah

saya. Kebetulan di sini kan cukup luas halamannya, jadi bisa buat latihan menari

warga. Kalau ditanya tentang gerakan Tari Topeng Ayu gerakannya itu lebih

3 Wawancara dengan

Bapak Bardi, di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, pada 9 Juni, 2018, pukul 19:27.

Page 5: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

kenceng dan teges, jadi ngga ada lemah gemulainya, ya istilahnya stabil. Biasanya

lamanya menari itu 10 menitan dan diiringi dengan alat musik ini. Ada gamelan,

gendang, gong, dan drum. Kalau alat musik yang memainkan anak laki-laki, tapi

kalau Tari Topeng Ayu itu campuran, ya ada laki-laki sama perempuannya. Jadi

kalau menurut saya tarian ini melambangkan dari keberanian dalam menjaga

kebersamaan yang masih kami jaga di desa ini. Kan kalau masyarakat kota sudah

jarang guyub ya mbak. Jadi kami mau melestarikan kebudayaan yang masih dimiliki

ini, dan kalau bisa jangan sampai punah. Supaya generasi-generasi penerus di sini

itu masih menyukai budaya Jawa mbak. Makanya kami ajarkan juga ke anak-anak

kami, kalau pas latihan gini mereka kami ajak buat menonton sekaligus mereka

sendiri ikut menari. Di sini juga ada homestay mbak, jadi kalau ada pengunjung yang

mau melihat pertunjukkan menari dan ingin merasakan hawa pedesaan tu seperti apa

ya bisa nginep di sini mbak. Kami di sini tu sedulur jadi kami juga ngga mau

pengunjung merasa khawatir atau takut dengan kami”.

Sisi lain Bp. Bardi adalah sebagai Ketua Kesenian di Dusun Tanon, Desa

Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dan supir, sehingga ialah yang

mengatur jadwal latihan menari dan sekaligus mengajari warga desa menari serta

bermain alat musik tradisional. Dalam satu minggu biasanya para penari memiliki dua

sampai tiga kali jadwal latihan. Tidak hanya sebagai pelatih menari dan alat musik

tradisonal, Bp. Bardi juga bekeja sebagai supir angkutan umum di Daerah Getasan-

Kopeng.

5.1.3. Penari Tari Topeng Ayu

Penari Tari Topeng Ayu diantaranya bernama Ayuk Fitri N (18), Rizka Lailia

Khorinnisa (20), dan Fahril Kukuh Yunianto (14). Ayuk dan Fahril masih duduk di

bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan Rizka sudah bekerja di pabrik

garmen setelah lulus dari pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Berikut hasil kutipan wawancara dengan penari Tari Topeng Ayu4:

1. Ayuk Fitri N (18)

4 Wawancara dengan Ayuk Fitri N, Rizka Lailia Khoirinnisa, Fahril Kukuh Yunianto, di Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, pada 14 Juli, 2018, pukul 15:00 sampai 18:00.

Page 6: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

“Awal nari tahun 2012, jadi sebagai generasi kita pengen bisa juga

menari.Engga ikut latihan menari dengan yang usianya sudah tua-tua dan

bisa, tetapi belajar dan latihan sendiri dari kaset CD di rumah. Soalnya itu

kan sudah ada rekamannya, jadi ya belajar sampe bisa sendiri mbak. Susah

awalnya ngikutin nari yang ada di CD. Apalagi gerakannya kan kenceng dan

sedikit gerakan pelannya. Kalau tentang isi tariannya itu menggambarkan

keberanian dan kekompakan, soalnya kan yang nari jumlahnya banyak. Dulu

itu Tari Topeng Ireng disebutnya, tapi sejak di sini jadi Desa Menari

namanya diubah menjadi Tari Topeng Ayu. Kalau menurutku ganti nama itu

karena wajahnya dirias jadi cantik, ya topeng itu maksudnya. Kalau yang

nari laki-laki dirias kan jadi cantik sama kayak penari perempuannya, sama

ada sisi keberanian dari gerakannya. Dari ganti nama itu dan jadi Desa

Menari, pengennya orang luar mengenal desa kami, juga bisa tau kalau

warga desa di Tanon itu masih menjaga kebersamaan. Dari Desa Menari

juga ada penghasilan tambahan”.

2. Rizka Lailia Khorinnisa (20)

“Mulai menari Tari Topeng Ayu itu tahun 2012. Motivasi yang membuat

suka dengan tarian Topeng Ayu karena melihat dari yang tua-tua itu bisa

menari, jadi saya juga pengen bisa menari seperti itu. Saya latihan itu

sendiri, sama teman saya Ayuk yang juga warga sini. Latihannya pakai CD,

jadi ngikutin pelan-pelan.Gerakannya ya kenceng, ya ada pelannya, tapi

sedikit. Sampai akhirnya bisa terus ikut di pertunjukkan Tari Topeng Ayu

waktu ada kunjungan di Tanon. Kalau makna dari tarian ini kan gerakannya

kenceng sama pakai riasan di wajah kayak topeng jadi itu kayak keberanian.

Tari Topeng Ayu sebelumnya itu di sini taunya Tari Topeng Ireng. Sejak jadi

Desa Menari akhirnya diganti jadi Tari Topeng Ayu. Mulai diganti tujuannya

biar masyarakat luar tau di sini ada tarian Topeng Ayu dan di sini masih

menjaga kebersamaan lewat kegiatan di Desa Menari. Sama jadi penghasilan

tambahan juga di sini mbak, ya bisa bantu-bantu pokoknya”.

3. Fahril Kukuh Yunianto (14)

Page 7: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

“Awalnya menari itu tahun 2012, sekitar kelas 3 atau 4 SD. Belajar dulu

dari penari kecil sampai penari besar Tari Topeng Ayu sama sekarang

gentian juga jadi pendamel alat musik. Gerakan tari di Topeng Ayu ada

kencengnya ada lemah gemulainya, ya ngga kesel, ngga keringeten, tapi ya

teges, jadi bisa diikuti. Dulu alasan menari saya inisiatif sendiri karena ada

seru-serunya, kayaknya kok bahagia sekali, saya langsung ikut nari dan jadi

bisa. Nari itu malah jadi support saya sekarang ini, jadi kalau ngga ada tugas

sekolah saya nari buat ngisi kegiatan di waktu longgar. Sama punya banyak

temen dan saling interaksi sesama warga.Kalau tentang Tari Topeng Ayu

yang dulunya Tari Topeng Ayu iya memang dulu itu namanya tari Topeng

Ireng, jadi Topeng Ayu karena di sini jadi objek wisata. Dari nari saya

menjadi bisa belajar budaya jawa, jadi penari yang bagus, dan pengen

menebarkan kebahagiaan ke pononton yang lihat kalau di sini ada tarian ini

dan ada penari-penarinya. Jadi tujuan ada Tari Topeng Ayu di sini supaya

masyarakat beranggapan kok Desa Tanon itu beda dari yang lain, penarinya

juga bagus-bagus jadi pengunjung banyak yang ke sini dan mengenal Desa

Tanon. Menari juga jadi pendapatan tambahan saya, kalau ada kunjungan

hasilnya dibagi rata, jadi bisa buat tambah-tambah. Kalau di sini itu

ekonominya yang sulit, karena pendidikan orang tuanya yang kurang.Jadi

adanya Desa Menari bisa membantu pendapatannya”.

5.1.4. Penonton/ Wisatawan

Peneliti melakukan wawancara terhadap informan penonton atau wisatawan pada

saat kunjungan wisata ke Desa Menari diadakan. Berikut adalah wawancara

denganwisatawan5:

1. Elsa (22), Mahasiswa UNIKA

“Sebelumnya saya belum pernah melihat tari Topeng Ayu.Pertama melihat ini

menurut saya tariannya bagus sih dan kreatif. Zaman sekarang kan jarang

anak-anak jarang bisa menari, tapi mereka sudah pada bisa. Mungkin

5 Wawancara dengan Elsa dan Magrit dilakukan pada tanggal 22 Juli, 2018 pukul 12:06

Di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Page 8: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

pesannya ke penonton itu tentang kebersamaan ya, mereka kan juga harus

kompak. Jadi kalau menari itu engga individu tapi kelompok”.

2. Magrit (23), Mahasiswa UNIKA

“Ini kunjungan saya yang kedua kali, waktu pertama saya berkunjung

bersama suster-suster dan sekarang bersama-sama teman studi saya.Kalau

saya menangkap pesannya itu kebersamaan, kekeluargaan, kemudian

keramah tamahan, kan mengajak orang berpartisipasi dalam menari, jadi

mengajak orang mencintai budaya sendiri”.

5.2. Analisis Tari Topeng Ayu dan Masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang

5.2.1. Manusia membuat keputusan dan bertindak berdasarkan pemahaman

subjektif terhadap situasi yang mereka hadapi.

Pemahaman subjektif diartikan sebagai pengalaman seseorang, dimana

pengalaman tersebut dipelajari dengan sebuah pendekatan sehingga menghasilkan

sebuah tujuan atau keputusan berupa perilaku (kebiasaan) yang khusus (Mead,

1934). Pemahaman subjektif terbentuk karena adanya realitas. Realitas merupakan

kontruksi sosial yang dapat dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu. Maka,

realitas sosial tidak terpisahkan dari pikiran dan persepsi seseorang ataskonteks,

waktu atau pengalamannya sendiri. Apabila manusia memahami sesuatu secara

subjektif atau berdasarkan penggambaran atau penilaiannya sendiri, ia akan

mengambil keputusan yang diwujudkan menjadi suatu tindakan terhadap realitas

yang ia hadapi.

Realitasnya masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang berhadapan dengan tempat tinggal di bawah kaki Gunung

Telomoyo, jauh dari pusat kota dan dikelilingi beberapa gunung lainnya, seperti

Gunung Merbabu dan Gunung Andong. Hal tersebut berpengaruh pada mata

pencaharian masyarakatnya. Pengaruh inilah yang menjadi unsur pertama

pembentuk realitas karena ada konstruksi sosial. Konstruksi sosial menurut Berger

dan Lukmann adalah sebuah kenyataan yang dibangun oleh sosial dan dilandasi

pengetahuan (Berger, 1990). Pengetahuan bisa berupa apa saja, baik apapun yang

terkait dengan sosial itu sendiri maupun alam.

Page 9: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Pemahaman subjektifmasyarakat Dusun Tanon dilandasi dengan pengetahuan

bertempat tinggal di daerah pegunungan. Tempat tinggal berada di kaki Gunung

Telomoyo dan dekat dengan Gunung Merapi dan Gunung Andong merujuk pada

pengetahuan alam yang dipelajari oleh masyarakat Dusun Tanon. Sehingga sebagai

manusia yang mempelajari pengetahuan alam, masyarakat Dusun Tanon membuat

keputusan agar pengetahuan alam tersebut dapat diwujudkan menjadi sesuatu hal.

Pemahaman subjektif masyarakat Dusun Tanon dengan landasan pengetahuan

alam karena tinggal di dekat pegunungan, membangun kenyataan bahwa

pengetahuan alam berupa alam pegunungan dapat dikontruksikan menjadi sesuatu

hal, yaitu pekerjaan. Pekerjaan tersebut berdasarkan pemahaman subjektif mereka

yang dilandasi dengan pengetahuan alam. Pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat

Dusun Tanon adalah berternak, bertani, menjadi pedagang, dan supir.

Dalam klasifikasi tenaga kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia,

usaha yang bergerak di sektor pertanian dikategorikan sebagai pekerja bebas di

pertanian. Usaha pertanian meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan,

kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

Klasifikasi ini serupa dengan status pekerjaan masyarakat Dusun Tanon, Desa

Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang sebagai petani, peternak,

pedagang dan supir.

Mata pencaharian yang digiati oleh masyarakat Dusun Tanon tidak hanya

berternak, bertani, berdagang, dan menjadi supir, tetapi mereka juga menggiati

sebuah tarian sebagai mata pencaharian mereka. Tarian tersebut adalah Tari Topeng

Ayu. Tari tersebut menjadi kesenian dan budaya yang asih dilestarikan oleh

masyarakat Dusun Tanon.

Berikut adalah hasil wawancara berdasarkan pernyataan di atas dengan Ibu Yanti

warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

selaku pelatih Tari Topeng Ayu:

“Soalnya di sini rata-rata kerjanya jadi peternak, petani, pedagang, pekerja

supir.”

Senada dengan petikan wawancara di atas, Tari Topeng Ayu sebagai salah satu

kesenian dan budaya juga dijadikan mata pencaharian oleh masyarakat Dusun

Page 10: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Tanon. Seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara bahwa kebudayaan adalah budi

daya manusia dalam hidup bermasyarakat, pernyataan ini selaras dengan kegiatan

budaya menari yang masih digemari oleh masyarakat Dusun Tanon sebagai budi

daya masyarakat Dusun Tanon dalam bermata pencaharian sebagai unsur kehidupan

bermasyarakat.

“Dari kecil sudah suka, karena melihat yang tua-tua latihan untuk pentas di

acara-acara hajatan sama biasanya di Pentas Seni Rakyat. Awalnya dulu saya dan

kakak sama adik-adik saya yang suka menari Topeng Ayu itu pentasnya ya di acara

hajatan-hajatan mbak, jadi kalau desa sebelah atau di kota mana ada acara besar

mereka ngundang kita untuk tampil di sana. Dulu bayarannya belum seberapa, dari

yang kostum kita masih nyewa sampai akhirnya mengumpulkan hasilnya untuk

membeli kostum, beli macem-macem untuk perlengkapan menari.”

Membahas kesenian budaya Tari Topeng Ayu kronologinya dilator belakangi

dengan kesenian tari rakyat Tari Topeng Ireng dimana tarian tersebut berpedoman

pada gerakan dasar tari Kubro Siswo. Apabila ditelusuri tari Kubro Siswo sudah ada

sejak tahun 1993 dan tarian tersebut masih eksis dan dilestarikan oleh beberapa

masyarakat di daerah Sleman, Jawa Tengah6. Tarian Kubro Siswo mengutamakan

spirit di dalam gerakannya, sehingga tercipta sebuah gerakan ketegasan dalam

serangkaian tarian. Hal tersebut menjadi faktor tarian tersebut diperagakan

berkelompok. Unsur lain dalam tari Kubro Siswo adalah digunakan sebagai media

penyebaran dan pengajaran agama Islam, karena iringan lagu dalam tarian yang

mengandung shalawatan dan pada setiap pertunjukkannya selalu ada bagian trance

atau kesurupan. Dalam sajian pertunjukkan Tari Kubro Siswo diperagakan oleh

kaum laki-laki. Seiring berjalannya waktu tari tersebut sudah tidak menjadi media

penyebaran dan pengajaran agama lagi melainkan sebagai pertunjukkan hiburan

masyarakat perwujudan dari pelestarian kesenian budaya Jawa. Hal ini sama dengan

gerakan tari Topeng Ireng yang juga mengutamakan semangat atau spirit di dalam

penampilannya. Dan gerakan yang cenderung tegas karena mengutamakan spirit di

dalamnya serta diperagakan oleh kaum laki-laki. Tetapi fenomena pada masyarakat

6 Dilansir dari http://digilib.isi.ac.id/1474/1/Bab%20I%20Dewi%20Utariyah.pdf pada tanggal 27 Agustus 2018

pukul 12:25.

Page 11: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang memiliki

perbedaan dengan tari Topeng Ireng aslinya dan tari Kubro Siswo sebagai pedoman

tari Topeng Ireng.

Sebelum adanya Tari Topeng Ayu di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang para masyarakatnya masih menarikan tari Topeng

Ireng sebagai kesenian budaya mereka sekaligus mata pencaharian mereka. Akan

tetapi tari Topeng Ireng tersebut tidak hanya diperagakan oleh laki-laki saja. Kaum

perempuan juga ikut menari dalam setiap pertunjukkannya. Memiliki kesamaan

dalam hal gerakan yang mengutamakan spirit atau semangat untuk menciptakan

gerakan ketegasan dan cenderung melambangkan keberanian seseorang, tari Topeng

Ireng pun juga menjadi media pertunjukkan hiburan saja. Karena dalam tari Topeng

Ireng tidak melibatkan nilai agama lagi, yaitu seperti trance atau kesurupan dan

shalawatanyang ada pada unsur tari Kubro Siswo sebagai pedoman gerakan tari

Topeng Ireng. Tari Topeng Ireng dibawakan oleh iringan lagu dan musik Jawa dan

tidak ada sesi kesurupan.

Berdasarkan pemahaman subjektif dalam Interaksionisme Simbolik menurut

George Herbert Mead di atas, pemahaman tersebut sejalan dengan konsep

pemahaman subjektif masyarakat Tanon yang membentuk realitas mereka dari

situasi yang dihadapi. Bekerja sebagai petani, peternak, pedagang, supir dan menari

tari Topeng Ayu adalah bentuk tindakan atau perilaku khususatas dasar situasi

realitas dari pengalaman lingkungan mereka dengan latar belakang bertempat tinggal

di daerah pegunungan dan masyarakat pedesaan yang cenderung masih melestarikan

kebudayaan daerahnya. Dalam hal konstektual masyarakat dusun Tanon

dapatmengandalkan kondisi alam yang subur untuk menjadi mata pencaharian

mereka dan mewujudkan budi daya manusia dalam bentuk kesenian menari sebagai

mata pencaharian mereka dalam bermasyarakat. Sehingga keputusan masyarakat

Dusun Tanon sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan dan cenderung

masih melestarikan budaya bermata pencaharian menjadi petani, pedagang, peternak,

supir dan menari Tari Topeng Ayu adalah perwujudan tindakan atas apa yang

mereka putuskan.

Page 12: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Hal ini jika dikaitkan dengan inti dasar Interaksionisme Simbolik merujuk pada

konsep dasar mind (pikiran), karena pikiran berhubungan dengan pemahaman

subjektif. Dimana definisi dari pemahaman itu sendiri mengharuskan manusia untuk

berpikir dalam menghadapi situasi yang dihadapi. Dalam konsep dasar pikiran ada

hubungannya dengan tindakan yang ditentukan oleh lingkungan – “…. attitudes

determine the environtment (Mead, 1934:128).” Keterkaitan antara pikiran dengan

tindakan terhadap lingkungan memunculkan sebuah respon tertentu yang akan

dilalui oleh manusia dalam menghadapi situasi tertentu.

5.2.2. Kehidupan sosial lebih merupakan proses interaksi sosial daripada struktur

sosial, karena struktur sosial bentukan dari interaksi sosial.

Dalam teori Interaksionisme Simbolik, interaksi sosial yang dimaksud oleh

Meadadalah situasi psikologi-sosial yang terjadi pada individu atau kelompok

berdasarkan pengalaman dan perilakunya, sehingga konsep itu lah kata lain dari

kelompok sosial - “social psychology is especially interested in the effect which the

social group has in the determination of the experience and conduct of the individual

member(Mead, 1934:1).”

Struktur sosial sendiri mengacu pada status dan peran yang didapat dari lembaga-

lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, atau lapisan-lapisan sosial, maka

susunan tersebut cenderung mengategorikan masyarakat ke dalam kelas-kelas

tertentu. Sedangkanpemahaman untuk interaksi sosial apabila terjadi kontak sosial

dan komunikasi antara dua individu atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu

(Sukanto)7. Struktur sosial memiliki peran penting dalam susunan masyarakat,

karena sifatnya teratur dalam sistem sosial. Tetapi fungsinya sebagai susunan

masyarakat yang menerapkan keteraturan cenderung kurang baik, seperti misalnya

kedudukan pada lembaga-lembaga sosial yang digunakan sebagaialat kekuasaan tak

bertanggung jawab yang bersifat negatif dalam sistem sosial, atau bermunculan

kelompok-kelompok sosial dalam sebuah kelas-kelas tertentu atau golongan

sehingga dapat memicu kesenjangan antarmasyarakat. Dalam sebuah kelompok

masyarakat keraton atau kasultanan misalnya, terdapat stratifikasi sosial (pengkelas-

7 Dilansir dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf pada tanggal 14 Agustus 2018 pukul 10:51

Page 13: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

kelasan) dan diferensiasi sosial (pembeda-bedaan). Status sosial menjadi kelompok

masyarakat keraton atau kasultanan dalam hal ini seharusnya menjadi sekumpulan

hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang untuk dijalankan secara seimbang dalam

bermasyarakat. Struktur sosial yang didapat dari lembaga-lembaga sosial, kelompok-

kelompok sosial atau lapisan-lapisan sosial dipengaruhi oleh interaksi sosial yang

dinamis. Apabila proses interaksi sosial yang mengutamakan kontak sosial dan

komunikasi di dalam struktur sosial tidak berlangsung secara dinamis maka

berdampak buruk dalam susunan struktur sosialnya.

Kehidupan sosial masyarakat Dusun Tanonmasih menjalin sistem keluarga

sebagai sistem sosial mereka. Dari sistem keluarga masyarakat Dusun Tanon secara

turun temurun juga mengadaptasikan apa saja yang terjadi di lingkungannya dengan

kehidupan sistem keluarga yang mereka bina, salah satunya adalah kegemaran dalam

menggiati Tari Topeng Ayu sebagai kesenian budaya mereka. Berikut adalah hasil

wawancara dengan Ibu Yanti salah satu warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang:

“Jadi kalau di Dusun Tanon kita itu rata-rata dengan tetangga masih dalam

ikatan keluarga, jadi ya apa-apa masih guyub istilahnya….”

Senada dengan petikan wawancara di atas, Bapak Bardi selaku pelatih Tari

Topeng Ayu juga menyetujui bahwa kesenian budaya di desanya akan terus

dilestarikan agar tidak punah. Berikut wawancara dengan Bapak Bardi selaku pelatih

Tari Topeng Ayu dan salah satu masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang:

“Jadi kami mau melestarikan kebudayaan yang masih dimiliki ini, dan kalau bisa

jangan sampai punah. Supaya generasi-generasi penerus di sini masih menyukai

budaya Jawa mbak.”

Suatu sistem sosial ditunjang oleh 9 unsur dalam kehidupan, yaitu kepercayaan

dan pengetahuan, perasaan, tujuan, norma atau peraturan sosial, kedudukan atau

status, pangkat atau tingkat (Sukanto)8. Sistem keluarga sesuai dengan petikan

wawancara di atas didasari oleh adanya kepercayaan atau pengetahuan, tujuan, dan

8 Dilansir dari http://sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/STRUKTUR%20SOSIAL%20INDONESIA.pdf

pada 27 Agustus 2018 pukul 12:55.

Page 14: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

norma yang sama. Sistem keluarga pada masyarakat Dusun Tanon tidak diarahkan

untuk perolehan kedudukan, status, atau pangkat. Tetapi justru mengedepankan

kebersamaan dari adanya kepercayaan atau pengetahuan, tujuan, dan norma yang

berjalan secara merata pada masyarakat Dusun Tanon. Salah satu hasil dari sistem

keluarga tersebut mengarah pada budaya menari Jawa Tari Topeng Ayu yang

dilestarikan oleh masyarakat Dusun Tanon. Adanya hubungan keluarga membentuk

kontak sosial dan komunikasi yang aktif. Sehingga menghasilkan interaksi sosial

yang berkesinambungan. Proses interaksi sosial berdasarkan pada kontak sosial dan

komunikasi yang aktif serta dipengaruhi oleh sistem keluarga yang mengedepankan

kebersamaan merupakan cerminan kehidupan sosial yang konkrit.

Pemaparan di atas merupakan salah satu hasil dari konsep mind atau pikiran

dalam gagasan teori Interaksionisme Simbolik. Proses non-verbal seperti

membudayakan Tari Topeng Ayu pada generasai masyarakat Dusun Tanon secara

turun temurun adalah sebagai pelengkap di dalam interaksi. Menurut Mead (1934),

definisi pikiran juga mengambil bagian sebagai suatu percakapan melalui proses

penghayatan dari nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut apabila dikaitkan dengan

kondisi masyarakat Dusun Tanon adalah nilai-nilai kebudayaan yang dihayati

melalui sistem keluarga dalam kehidupan sosial.

5.2.3. Orang memahami pengalaman melalui kelompok primer atau bahasa.

Kelompok primer terbentuk berdasarkan interaksi sosial. Kelompok primer

menurut George Horman merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa

orang yang acapkali berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui

perantara, misalnya, keluarga, kawan sepermainan, kelompok beragama, dan lain-

lain9.Kelompok primer dilatarbelakangi dengan kedekatan antaranggota dan

berhubungan erat satu sama lain dalam kehidupan.

Kelompok primer pada masyarakat Dusun Andong, Desa Ngrawan, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang merujuk pada keluarga. Antartetangganya masih

terikat hubungan keluarga dan tidak menutup kemungkinan segala aktivitas dijalani

9 Dilansir dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/KELOMPOK_SOSIAL.pdf pada 7 Agustus 2018 pukul 15:49.

Page 15: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

bersama-sama karena faktor kedekatan antaranggotanya. Dari kelompok primer

tersebut dapat ditemukan adanya kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari

pengalaman-pengalaman sebelumnya yang cenderung akan terjadi secara turun

temurun. Kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari kelompok primer antara lain,

seperti jenis mata pencaharian yang notabene sebagai petani, pedagang,

peternak,supir dan kegiatan menari.

Mengulas tentang menari di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang menjadi nilai budaya yang masih diterapkan. Menari digiati

oleh anak kecil sampai orang dewasa di Dusun Tanon dan kegiatan menari terus

dilestarikan oleh warga Dusun Tanon secara turun temurun. Kegiatan-kegiatan

tersebut turun temurun diikuti oleh generasi selanjutnya karena faktor keluarga yang

sering menjalankan aktivitas bersama-sama.

Satu sisi kegiatan menari adalah proses pengenalan budaya kepada masyarakat

agar eksistensi budaya tidak punah. Berikut adalah hasil wawancara berdasarkan

pernyataan di atas dengan Ibu Yanti salah satu warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang selaku pelatih penari:

“Jadi kalau di dusun Tanon kita itu rata-rata dengan tetangga masih dalam

ikatan keluarga, jadi ya apa-apa masih guyub istilahnya dan di warga di sini itu

memang suka menari. Dari kecil sudah suka, karena melihat yang tua-tua latihan

untuk pentas di acara-acara hajatan sama biasanya di Pentas Seni Rakyat. Awalnya

dulu saya dan kakak sama adik-adik saya yang suka menari Topeng Ayu itu

pentasnya ya di acara hajatan-hajatan mbak, jadi kalau desa sebelah atau di kota

mana ada acara besar mereka ngundang kita untuk tampil di sana.”

Senada dengan hasil wawancara di atas bahwa menari digiati secara turun

temurun oleh warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Semarang juga diungkapkan oleh pelatih penari di daerah tersebut, yaitu Bapak

Bardi:

“Jadi kami mau melestarikan kebudayaan yang masih dimiliki ini, dan kalau bisa

jangan sampai punah. Supaya generasi-generasi penerus di sini itu masih menyukai

budaya Jawa mbak. Makanya kami ajarkan juga ke anak-anak kami, kalau pas

latihan gini mereka kami ajak buat menonton sekaligus mereka sendiri ikut menari.”

Page 16: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Pengenalan budaya melalui kelompok primer, khususnya keluarga, adalah salah

satu cara untuk menguatkan nilai budaya tersebut karena dilakukan secara

berkesinambungan. Pewarisan budaya secara berkesinambunganadalah proses

perwujudan nilai-nilai dan noma-norma, dimana salah satunya dilakukan dan

diberikan melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi muda (Muslikhatun,

2010)10

. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi

anak sejak kecil untuk belajar interaksi dengan lingkungan. Serupa dengan

kelompok primer khususnya keluarga pada masyarakat Dusun Tanon, Desa

Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, melalui keluarga anak dapat

mengetahui lingkungan sekitarnya dan hal-hal apa saja yang terjadi di lingkungan

sekitarnya serta mempelajari hal-hal tersebut dari pemahaman keluarganya.

Termasuk dalam hal mempelajari budaya melalui proses belajar dari keluarga yang

juga serupa melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi muda dengan kata

lain secara turun temurun.

Kelompok primer, khususnya keluarga adalah sarana atau tempat para anggotanya

saling mengenal satu sama lain. Tidak hanya mengenal berdasarkan segi fisik saja,

tetapi juga dari segi bahasa. Bahasa dalam pengertian Linguistik Sistemik

Fungsional (LSF) adalah bentuk semiotika sosial yang berfungsi mendalami konteks

situasi dan konteks kultural dan penggunaannya secara lisan maupun secara tertulis

(Wiratno, 2013: Modul 1: 1.3). Dalam hal ini bahasa berperan penting pada

kelompok sosial untuk menciptakan sebuah ruang interaksi sosial.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Dusun Tanon adalah bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia. Letak suatu daerah menjadi pengaruh penerapan bahasa apa yang

digunakan pada suatu kelompok masyarakat. Masyarakat Dusun Tanon masih

menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia karena berdomisili di daerah Jawa

Tengah, Indonesia. Bahasa dalam kelompok primer, khususnya keluarga berguna

sebagai alat komunikasi antara anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga

yang lainnya. Dengan bahasa, kelompok primer khususnya keluarga pada

10

Dilansir dari http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/viewFile/1521/1047 pada tanggal 15 Agustus 2018 pukul 12:39.

Page 17: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

masyarakat Dusun Tanon bisa menyampaikan apa yang dimaksudterhadap

sesamanya.

Tahap ini dalam konsep dasar Interaksionisme Simbolik mengarah pada konsep

mind (pikiran), dimana pikiran atau berpikir pada ruang interaksi manusia

menafsirkan tindakan verbal dan nonverbal. Serupa dengan pendapat Mead (1934)

bahwa tindakan verbal seperti ujaran, ucapan, dan kata-kata yang lazim dimengerti

digunakan sebagai suatu percakapan dan tindakan non verbal yang merujuk pada

semua perilaku manusia, salah satunya Tari Topeng Ayu adalah proses penghayatan

dari nilai-nilai tertentu atau implisit antara individu dengan dirinya sendiri dengan

menggunakan isyarat-isyarat yang ada.

5.2.4. Realitas terbentuk dari objek-objek sosial dan makna ditentukan secara sosial.

Seperti pernyataan Mead tentang makna ditentukkan secara sosial, “The social

process, as involving communication, is in a sense responsible for the appearance of

new objects in the field of experience of the individual organism implicated in that

process”. Pernyataan itu diartikan pada pemaknaan realitasyang melibatkan

komunikasi. Karena dari komunikasi individu atau kelompok dapat memahami

pengalaman seseorang yang terjadi pada individu atau kelompok tersebut (Mead,

1934:77).

Realitas yang disadari dan terjadi pada masyarakat Dusun Tanon khususnya

terbentuk karena pekerjaan mereka, yaitu petani, pedagang, peternak, supir, dan

menari Tari Topeng Ayu sebagai budaya yang masih digiati. Realitas tersebut

dibentuk oleh konstruksi sosial seperti pada tahap analisis pertama, yaitu manusia

membuat keputusan dan bertindak berdasarkan pemahaman subjektif terhadap

situasi yang mereka hadapi.

Realitas memiliki pekerjaan yang bergantung pada sumber daya alam juga dapat

berisiko pada pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga seseorang. Hal tersebut

akhirnya merujuk pada persoalan ekonomi. Realitas ekonomi yang tidak lancar dan

dirasakan oleh masyarakat Dusun Tanon diketahui dari mulut ke mulut melalui

proses komunikasi. Komunikasi dalam hal ini berfungsi sebagai kontrol sosial,

dimana memfokuskan pada kelangsungan hidup. Secara konstekstual komunikasi

sosial dalam tatanan hidup manusia mempunyai lima kebutuhan dasar, yaitu

Page 18: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi

diri (Abraham Maslow dalam Mulyana, 2013: 16). Tanpa komunikasi orang tidak

akan tahu panduan atau arahan (tatanan) untuk memahami dan menafsirkan

kebutuhan dasarnya berdasarkan situasi yang ia hadapi.

Berikut adalah hasil wawancara yang mengacu pada pernyataan di atas dengan

Fahril Kukuh Yunianto:

“Kalau di sini itu ekonominya yang sulit….”

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, pekerjaan yang dikategorikan

sebagai pekerja bebas di pertanian diartikan seseorang yang bekerja pada orang lain

atau pada institusi tertentu yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan

terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha

rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa

uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun

borongan11

. Apabila dikaitkan dengan data penggunaan lahan pada Kecamatan

Getasan berdasarkanBadan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2017, masyarakat

yang tergolong sebagai pekerja bebas di pertanian menggunakan lahan pertanian

untuk sawah seluas 64, 36 ha dan yang bukan sawah (di luar padi sebagai hasil

panen lahan sawah) seluas 4021, 74 ha.12

Sistem yang digunakan untuk mengolah

lahan pertanian mereka rata-rata menggunakan metode Tadah Hujan sebagai jenis

sistem irigasi atau pengairan bagi lahan pertanian mereka.

Persoalan yang sering dihadapi oleh petani mengarah pada gagal panen dan

menanam tanaman tidak pada waktunya. Biasanya masalah ini terjadi pada musim

kemarau dan musim hujan. Ketika gagal panen maka kegiatan pemasaran tidak

berjalan dengan baik, dimana hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi

permintaan yang meningkat atau stabil. Sehingga kegiatan ekonomi pertanian tidak

berjalan dengan lancar. Begitu pula masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yang bekerja di bidang pertanian tidak

menutup kemungkinan mengalami gagal panen, maka dalam satu bulan atau dalam

11

Dilansir dari Badan Pusat Statistik online https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html pada tanggal 15 Agustus 2018 pukul 9:22. 12

Dilansir dari Badan Pusat Statistik online https://semarangkab.bps.go.id/statictable/2015/12/17/97/luas-wilayah-dan-penggunaan-lahan-menurut-kecamatan-di-kabupaten-semarang-tahun-2016-ha-.html pada 15 Agustus 2018 pukul 9:19.

Page 19: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

satu musim tanam tersebut tidak mendapatkan pemasukan atau upah berupa uang

maupun barang berupa hasil panen itu sendiri sebagai sistem pembayaran untuk

pendapatan mereka.

Sistem Tadah Hujan yang diterapkan oleh masyarakat yang mendiami Kecamatan

Getasan, salah satunya masyarakat Dusun Tanon juga bergantung pada kondisi

cuaca dan iklim pegunungan berdasarkan intensitas curah hujan. Apabila curah

hujan tidak tinggi secara tidak langsung sistem irigasi tidak dapat berjalan dengan

baik, dan berimplikasi pada kegagalan panen.

Keberadaan Tari Topeng Ayu sebagai mata pencaharian masyarakat Dusun Tanon

juga tidak stabil. Hanya mengandalkan dari acara hajatan dan pentas seni rakyat saja.

Acara hajatan dan pentas seni rakyat tidak terjadi setiap hari. Maka dapat dikatakan

bekerja sebagai penari Tari Topeng Ayu tidak konsisten dalam hal pendapatan.

Serupa dengan pernyataan Mead (1934) tentang objek-objek sosial, objek yang

dimaksud adalah segala hal dan situasi yang dihadapi di sekitar idividu atau

kelompok tersebut berada. Keberadaan dan kondisi objek mempengaruhi cara

berpikir individu di mana objek itu berada untuk menghasilkan suatu makna.

Pemaknaan atas objek-objek sosial yang telah dikomunikasikan secara sosial dalam

sebuah kelompok masyarakat di Dusun Tanon terkait pada persoalan ekonomi.

Pemaknaan tersebut diarahkan kepada pencapaiantahap kelangsungan hidup yang

lebih baik. Keinginan memiliki kelangsungan hidup menjadi lebih baik merujuk

untuk adanya gagasan atau ide pada masyarakat Dusun Tanon untuk memperbaiki

ekonomi yang bermasalah. Tahap ini diarahkan oleh Mead (1934) pada konsep dasar

self (diri), karena pemaknaan atas dasar situasi yang dihadapi adalah bentuk

kesadaran dalam diri manusia – “there is still one phase ini the development of the

self that needs to be presented in more detail; the realization of the self in the social

situation in which it arises (Mead, 1934:200).”

5.2.5. Tindakan seseorang didasarkan pada interpretasinya.

Interpretasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemberian

kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu; tafsiran13

. Apabila dilihat

13

Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia https://kbbi.web.id/interpretasi pada 7 Agustus 2018 pukul 8:47.

Page 20: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

dari sudut pandang Interaksonisme Simbolik, perilaku manusia pada dasarnya adalah

produk interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka (Mulyana, 2010).

Pernyataan tersebut merujuk pada pandangan teoritisi Interaksionisme Simbolik

tentang manusia menggunakan simbol-simbol yang dapat merepresentasikan apa

yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga

pengaruh yang ditimbulkan melalui penafsiran atas simbol-simbol terhadap perilaku

pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.

Jika di dalam tahap pemaknaan atas realitas yang dibentuk dari objek-objek sosial

terdapat pemaknaan persoalan ekonomi, maka dalam tahap ini pemaknaan tersebut

akan diinterpretasikan menjadi sebuah tindakan. Untuk mengatasi kondisi ekonomi

masyarakat Dusun Tanon yang tidak stabil, masyarakat mengembangkan desa

dengan tujuan menaikkan taraf hidup mereka.

Serupa dengan pemahaman interpretasi yang menunjukkan adanya kesan,

pendapat, atau pandangan di dalam prosesnya, interpretasi yang mengandung

pandangan, atau ide atau gagasan yang dilakukan masyarakat Dusun Tanon untuk

memperbaiki perekonomian mereka adalah interpretasi ke dalam sebuah tarian.

Dimana tarian itu sendiri adalah kegiatan budaya dalam aktivitas masyarakat Dusun

Tanon.

Tarian termasuk dalam jenis seni pertunjukkan. Seni menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah keahlian membuat karya yang bermutu, seperti tari, ukiran,

atau lukisan14

. Sebuah karya dalam seni merujuk padapenyampaian sebuah pesan

bermakna, yakni dari ekspresi, kepercayaan, gagasan, atau perasaan apa yang akan

dikirimkan melalui seni tersebut sebagai medium atau media interpretasi.

Masyarakat Dusun Tanon menggiati budaya seni menari Tari Topeng

Ayu.Berdasarkan hasil wawancara dengan penggagas Tari Topeng Ayu, tarian

tersebut adalah bentuk modifikasi dari Tari Topeng Ireng. Berikut hasil wawancara

dengan Bapak Trisno selaku penggagas Tari Topeng Ayu di Dusun Tanon:

“Tahun 2012, Desa Ngrawan mengambil momentum di Hari Peringatan Ibu

Kartini yang bertepatan pada tanggal 21 April, jadi terinspirasi Habis Gelap

Terbitlah Terang, habis Topeng Ireng Terbitlah Topeng Ayu”.

14

Dilansir dari https://kbbi.web.id/seni-2 pada 16 Agustus 2017 pukul 11:54.

Page 21: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Tari Topeng Ayu sebagai tari modifikasi Tari Topeng Ireng, masih bertumpu pada

gerakan Toto Lempeng Irama Kencengdalam unsur gerak Tari Topeng Ireng.

Menurut Ketua I Asosiasi Kesenian Rakyat Borobudur, unsur gerakan Tari topeng

Ireng terdiri dari gerakan dasar kubro siswo, rodad, dan pencak silat jawa.

Disesuaikan dengan ketiga dasar gerak tari, maka Tari Topeng Ireng dimaknai

dengan gerakan Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto Lempeng Irama Kenceng

termasuk dalam jenis kata bahasa Jawa.

Toto apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sama dengan “tata”

atau”tertata”. Tertata memiliki sinonim dengan “rapi”. Makna “rapi” dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai baik, teratur, dan bersih. Makna

tarian kedua dari Topeng Ireng adalah Lempeng. Sinonim atau persamaan kata dari

kata lempeng adalah lurus. Lurus berarti tidak berbelok-belok. Sedangkan irama

kenceng sekata dengan irama kencang. Irama diartikan sebagai gerakan berturut-

turut secara teratur dan kencang memiliki arti cepat atau kuat (KBBI).

Menurut penggagas tari Topeng Ayu, Bapak Trisno, Toto Lempeng Irama

Kenceng diadopsi sebagai pandangan atau gagasan taraf hidup yang lebih baik.

Gagasan taraf hidup yang lebih baik dihayati melalui kata Ayu dalam perubahan

nama Tari Topeng Ireng menjadi Tari Topeng Ayu. Ayu dimaknai sebagai hayuning

urip dengan berasas pada pemaknaan “toto lempeng irama keceng”. Hayuning urip

diartikan sebagai hidup yang tertata, teratur, disiplin dan berkontribusi yang

bermanfaat. Berikut hasil wawancara yang merujuk pada pernyataan di atas dengan

Pak Trisno salah satu warga Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang selaku Ketua Pondok Sadar Wisata:

“Tahun 2012, Desa Ngrawan mengambil momentum di Hari Peringatan Ibu

Kartini yang bertepatan pada tanggal 21 April, jadi terinspirasi Habis Gelap

Terbitlah Terang, habis Topeng Ireng Terbitlah Topeng Ayu. Itu awal desa ini

menjadi Desa Menari berbasis Desa Wisata. Gerakannya tetap tertata (toto

lempeng), dinamis, iramanya kenceng. Kalau Ayu sendiri itu sebenarnya dari

Hayunig Urip, jadi bagaimana kami warga di sini hidupnya tetap tertata, teratur,

dan penuh kedisiplinan, dan membawa hidup untuk berkontribusi yang bermanfaat.

Jadi dari kesenian tari rakyat, Tari Topeng Ayu yang sudah diganti namanya itu

Page 22: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

kami jadikan pemantik sebagai penggerak perubahan di desa kami, harapannya

sama dengan digantinya nama Tari Topeng Ireng menjadi Tari Topeng Ayu, supaya

hidup kami di sini tertata, dan dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat khususnya

bagi warga dan desa kita. Berbicara tentang hasil kami nantinya itu akan dibagi ke

beberapa hal, untuk pendapatan tambahan warga dan pembangunan desa kami,

karena infrastruktur kami tidak terperhatikan dan kalau dilihhat dari segi

lingkungan itu dulunya desa kami kumuh tapi sekarang dengan dipatenkannya

sebagai Desa Menari kami membersihkan itu kotoran-kotoran ternak yang dijadikan

pupuk sama tanaman-tanaman yang berserakan di jalan.”

Pernyataan di atas merujuk pada penggunaan seni tari Topeng Ayu sebagai media

interpretasi solusi permasalahan ekonomi oleh masyarakat Dusun Tanon, Desa

Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Interpretasi yang dilakukan

masyarakat Dusun Tanon melalui Tari Topeng Ayu merupakan pembentukan

identitas masyarakat Dusun Tanon berdasarkan nilai masyarakat dan nilai budaya

sekaligus sumber pendapatan yang tergolong dalam ekonomi-pariwisata.

Dikatakan ekonomi-pariwisata karena terjadi kegiatan transaksi berupa sektor

budaya dan ekonomi. Tari Topeng Ayu yang menjadi seni pertunjukkan budaya

dijadikan penggerak atau ikon masyarakat Dusun Tanon menjadi Desa Wisata.

Wujud budaya kesenian Tari Topeng Ayu saat ini telah menjadi sumber

pendapatanbagi masyarakat Dusun Tanon. Secara tidak langsung ini adalah output

dari ekonomi perdagangan pariwisata.

Senada dengan kutipan di atas bahwa menari bisa menjadi sumber pendapatan

masyarakat Dusun Tanon juga dirasakan oleh salah satu warganya. Berikut hasil

wawancara dengan Ibu Yanti selaku pelatih penari Tari Topeng Ayu yang merujuk

dengan pernyataan di atas:

“Akhirnya kami warga Dusun Tanon memulai untuk menjadi Desa Wisata itu dari

tahun 2010 dipatenkannya tahun 2012. Itu cukup membantu kami mbak, wong saya

cuma petani dan jemputi anak-anak. Dulunya kami mengandalkan uang dari pentas-

pentas keluar, tapi pas Desa Wisata ini Tari Topeng Ayu dijadiin ikon di sini terus

kami ada kegiatan nari di desa sendiri. Jadi ya kami warga sini seneng, ada tamu

dari luar datang ke sini, jadi suatu kebanggaan dan hasilnya bisa buat bangun desa

Page 23: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

dan pendapatan tambahan kami. Soalnya di sini rata-rata kerjanya jadi peternak,

petani, pedagang, pekerja supir. Kalau pas ada pengunjung biasanya warga sudah

mempersiapkan hasil kebunnya, terus nanti dijual di sekitar jalan sini namanya

Pasar Rakyat. Kita juga diarahin biar beberapa rumah kita dijadikan sebagai

homestay, jadi kalau ada yang mau menginap di sini ya kami persilahkan di rumah-

rumah yang sudah ada tulisannya homestay, bisa menikmati hawa gunung”.

Menurut Jurnal Kepariwisataan Indonesia,6 (2), Juni 2011, apapun yang berkaitan

dengan sektor pariwisata memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

dan penciptaan lapangan kerja. Dorongan tersebut ada karena sektor pariwisata

mempunyai keterkaitan dengan sejumlah industri lain di dalam perekonomian secara

langsung maupun tidak langsung. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan langsung

dengan kegiatan pariwisata diantaranya agen atau biro perjalanan, hotel serta

restoran, operator wisata, sedangkan yang bersifat tidak langsung antara lain adalah

dengan sektor perbankan, perusahaan asuransi, transportasi, budaya dan layanan lain

yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pariwisata. Maka terdapat banyak hal

dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan

kerja di dalam sektor pariwisata. Salah satunya seperti kesenian budaya Tari Topeng

Ayu yang digunakan sebagai ikon objek pariwisata Desa Menari berbasis Desa

Wisata di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

sebagai sumber pendapatan baru bagi masyarakat Dusun Tanon.

Tahapan ini dalam teori Interaksionisme Simbolik mengarah pada konsep dasar

self (diri). Karena dalam diri memunculkan sebuah respon atas dasar situasi sosial

yang dihadapi. Respon tersebut berwujud kontribusi. Kontribusi yang dilakukan oleh

manusia dalam tahapan ini tidak semata-mata hanya mengedepankan sifat egoisnya

saja, tetap benar-benar untuk sebuah kebangkitan atau pembangunan sesuatu hal

yang lebih baik (Mead, 1934:211).

Kontribusi yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Tanon dan bermanfaat bagi

mereka tidak hanya dari pertunjukkan Tari Topeng Ayu dan pasar rakyat saja,

diantaranya masyarakat Dusun Tanon juga melakukan bersih desa agar lingkungan

mereka tertata dan bersih, adanya kelas wisata edukasi membuat sabun susu dari

bahan dasar susu perah peternak sapi masyarakat Dusun Tanon, mengadakan

Page 24: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

permainan berbasis budaya tradisional seperti gobak sodor dan egrang bambu.

Kegiatan ini diselenggarakan ketika ada kunjungan wisata di Dusun Tanon, Desa

Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang sebagai Desa Menari berbasis

Desa Wisata.

5.2.6. Tindakan tersebut saling berkaitan dan membentuk konsep diri melalui objek

yang signifikan dan didefinisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

Menurut Mead konsep diri ini berlaku pula untuk pembentukan identitas (1934).

Identitas dibentuk berdasarkan sistem nasionalisme tertentu, suatu lokasi geografis

tertentu, suatu kelompok etnik, dengan hubungan tertentu dengan lingkungan

sosialnya. Hal-hal tersebut menjadi pengaruh dalam menafsirkan pengalaman

hidupnya.

Sarana atau media seni tari bisa menjadi identitas dari individu atau kelompok.

Tari itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk realisasi dari proses imajinatif yang

tertuang dalam kesatuan simbol-simbol gerak, ruang dan waktu (Pudjasworo, 1982).

Seni tari menyimpan makna pesan dari masyarakatnya, yaitu berupa pengetahuan,

gagasan, kepercayaan, nilai dan norma. Setiap karya tari tradisional tidak terlalu

mementingkan kemampuan atau teknik menari yang sempurna, namun lebih pada

ekspresi penjiwaan dan tujuan dari gerak yang dilakukan. Seni pertunjukkan tari

menjadi perayaan ritual mau pun hiburan. Dalam pertunjukkan tersebut terkandung

spirit akan identitas yang merupakan perwujudan dari suatu filosofi, nilai dan

bentukan sejarah, serta tradisi dan budaya tertentu.

Dalam hal Tari Topeng Ayu sebagai sajian pertunjukkan kesenian budaya, tarian

tersebut tidak menerapkan nilai spiritualitas di dalam pergerakannya. Hanya sebatas

pada hiburan saja. Hiburan kesenian Tari Topeng Ayu terkait pada sistem ekonomi-

pariwisata yang diterapkan pada masyarakat Dusun Tanon, dengan tujuan

menjadikannya sebagai sumber penghasilan tambahan selain bekerja sebagai petani,

pedagang, peternak, dan supir.

Meskipun hanya sebatas hiburan, tetapi sistem ekonomi-wisata yang diterapkan

masyarakat Dusun Tanon memuat Tari Topeng Ayu sebagai upaya penyampaian

pesan yang direpresentasikan melalui ekspresi penjiwaan diarahkan pada tujuan dari

gerak yang dilakukan.Berikut hasil wawancara dengan Bapak Bardi salah satu warga

Page 25: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang selaku

pelatih Tari Topeng Ayu:

“Kalau ditanya tentang gerakan Tari Topeng Ayu gerakannya itu lebih kenceng

dan teges, jadi ngga ada lemah gemulainya, ya istilahnya stabil. Biasanya lamanya

menari itu 10 menitan dan diiringi dengan alat musik ini. Ada gamelan, gendang,

gong, dan drum. Kalau alat musik yang memainkan anak laki-laki, tapi kalau Tari

Topeng Ayu itu campuran, ya ada laki-laki sama perempuannya. Jadi kalau menurut

saya tarian ini melambangkan dari keberanian dalam menjaga kebersamaan yang

masih kami jaga di desa ini. Kan kalau masyarakat kota sudah jarang guyub ya

mbak. Jadi kami mau melestarikan kebudayaan yang masih dimiliki ini, dan kalau

bisa jangan sampai punah.”

Tari Topeng Ayu sebagai identitas masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang disignifikasikan ke dalam bentuk simbol

komunikasi. Seperti penelitian yang sudah ada, Jurnal Pengetahuan dan pemikiran

Seni, 11 (2) tahun 2011 mengungkapkan Tari Topeng Endel sebagai tarian satu-

satunya yang masih hidup dan berkembang di kota Tegal dan menjadi ikonnya15

.

Secara simbol dari jenis gerakannya yang erotis dan terkesan menggoda penonton

serta memakai topeng dan melepasakannya saat tarian berakhir merupakan gambaran

dari karakter Kota Tegal yang berada di daerah pantai dengan cuaca panas serta

kondisi perilaku masyarakatnya, khususnya wanita banyak ditemui tempat-tempat

prostitusi. Tetapi pelepasan topeng secara simbolik memberikan kesan positif,

bahwa orang hidup harus bekerja keras dan semangat dalam menghadapi segala

tantangan.

Fenomena demikian juga terdapat pada Tari Topeng Ayu, yang memiliki

kesamaan menggunakan riasan wajah untuk menutupi wajah asli penari sebagai

topeng mereka. Secara simbolik pesan yang ingin disampaikan juga mengandung

pesan yang positif. Pesan tersebut menginterpretasikan nilai-nilai masyarakat dan

nilai-nilai budaya Jawa yang ada di Dusun Tanon. Hayuning Urip sebagai latar

belakang nama Tari Topeng Ayu adalah landasan yang digunakan sebagai nilai-nilai

masyarakat dan nilai budaya Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan,

15

Dilansir dari file:///C:/Users/USER/Downloads/2205-4919-2-PB.pdf pada tanggal 15 Agustus 2018 pukul 12:13.

Page 26: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

Kabupaten Semarang. Terdiri dari hidup yang tertata, teratur, dan penuh

kedisiplinan, serta membawa hidup untuk berkontribusi yang bermanfaat. Ketiga

konsep tersebut adalah bentuk implementasi dari gerakan Tari Topeng Ayu (ikon

Desa Menari berbasis Desa Wisata), yaitu Toto (tertata), Lempeng (lurus), Irama

(nada), Kenceng (kencang). Definisi Tari Topeng Ayu didapatkan dari interaksi

dengan orang lain pada saat pertunjukkan. Berikut hasil wawancara dengan

wisatawan bernama Elsa dan Magrit bentuk dari definisi Tari Topeng Ayu dalam

interaksi sosial :

“Sebelumnya saya belum pernah melihat tari Topeng Ayu. Pertama melihat ini

menurut saya tariannya bagus sih dan kreatif. Zaman sekarang kan jarang anak-

anak jarang bisa menari, tapi mereka sudah pada bisa. Mungkin pesannya ke

penonton itu tentang kebersamaan ya, mereka kan juga harus kompak. Jadi kalau

menari itu engga individu tapi kelompok.”

Senada dengan petikan wawancara di atas, bahwa masyarakat lain sebagai

wisatawan mendapatkan kesan kebersamaan sebagai inti pesan yang didapat dari

pertunjukkan Tari Topeng Ayu,

“Kalau saya menangkap pesannya itu kebersamaan, kekeluargaan, kemudian

keramah tamahan, kan mengajak orang berpartisipasi dalam menari, jadi mengajak

orang mencintai budaya sendiri”.

Interpretasi yang dilakukan melalui Tari Topeng Ayu sebagai media representasi

tidak lah sesuai dengan konsep Hayuning Urip, karena dalam proses interaksi sosial

masyarakat lain hanyamengetahui konsep kebersamaan saja tanpa mengetahui isi

pesan yang sebenarnya dengan berdasar hidup yang tertata, teratur, disiplin dan

berkontribusi yang bermanfaat. Sehingga wisatawan sebagai klasifikasi dari

khalayak tidak dapat mengetahui isi pesan sesungguhnya yang didasari dari konsep

dasar Hayuning Urip dengan hanya melihat pertunjukkan Tari Topeng Ayu saja.

Tahap ini apabila dikaitkan dengan konsep dasar Interaksionisme Simbolik

mengarah pada konsep self to society atau konsep diri ke dalam konsep masyarakat.

Diri dalam bahasa Inggris diartikan oleh Mead sebagai “me” merujuk pada

keanggotaan dari kelompok sosial yang merepresentasikan nilai-nilai dari latar

belakang kehidupannya menjadi sesuatu yang lebih berharga dan memungkinkan

Page 27: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

(Mead, 1934:214). Dalam konsep “diri” Interaksonisme Simbolik mensyaratkan

adanya masyarakat sebagai proses perwujudan kotribusi yang dibangun dan

dilakukan dari konsep diri. Sehingga kontribusi yang dilakukan benar-benar terlihat

dan dirasakan dalam konsep bermasyarakat.

5.3. Interaksionisme Simbolik Tari Topeng Ayu Sebagai Proses Komunikasi

Berdasarkan pernyataan Lasswell tentang komunikasi terdapat lima unsur komunikasi

yang saling berkaitan, diantaranya source atau sumber yang biasa disebut komunikator,

message atau pesan, channel atau media, receiver yang diistilahkan sebagai penerima pesan

atau komunikan, dan effect atau hasil dari proses adanya penuturan pesan dari komunikator

kepada komunikan (Mulyana, 2014:69).

Di Dusun TanonTari Topeng Ayu digunakan sebagai media penyampaian pesan. Pesan

yang dimaksud adalah hasil dari analisis Tari Topeng Ayu menggunakan Interaksionisme

Simbolik, yaitu Hayuning Urip yang didefinisikan sebagai hidup yang tertata, teratur,

disiplin dan berkontribusi yang bermanfaat dalam bermasyarakat melalui nilai-nilai

masyarakat Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Tari itu sendiri diartikan sebagai suatu bentuk pernyataan imajinatif yang diturunkan

melalui kesatuan simbol-simbol gerak, ruang dan waktu (Pudjasworo, 1982). Maka dapat

dikatakan bahwa apa yang ingin disampaikan oleh masyarakat Dusun Tanon sebagai pesan

direpresentasikan melalui seni tari Topeng Ayu yang dituturkan dengansatuan gerak-gerak

atau simbol.

Dalam perspektif Interaksionisme Simbolik gerakan tari yang akan menjadi simbol di

dalam Tari Topeng Ayu diistilahkan dengan Toto Lempeng Irama Kenceng dalam padu

padan tari Topeng Ayu. Toto Lempeng Irama Kenceng yang termasuk pada satuan istilah

berbahasa Jawa apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia akan memiliki makna tertata,

selaras, dan berirama kencang. Gerak tarian tersebut diinterpretasikan sebagai wujud

implementasi nilai masyarakat Dusun Tanon yang berdasar pada Hayuning Urip, yakni

hidup tertata, disiplin, dan berkontribusi yang bermanfaat dalam bermasyarakat.

Tari Topeng Ayu dibawakan oleh 6 sampai 9 penari dalam setiap pertunjukkan. Tarian

tersebut diiringi oleh alat musik tadisional seperti gamelan, gong, dan gendang selama 10

sampai 15 menit. Sedangkan sebagai pelengkap keindahan penari merias wajah mereka

dengan garis-garis berwarna-warni sebagai wujud dari Topeng untuk menutupi wajah asli

Page 28: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

penari, dan bulu-bulu disebut kuluk yang terikat pada bagian kepala mereka, jarik atau rapeh

sebagai penutup bagian pinggang ke bawah, badhong, serta klinthingan atau lonceng-

loncengan kecil yang terikat pada kedua kaki penari yang biasanya dikenakan sebagai

kostum penari Tari Topeng Ayu.

Pada subbab analisis Interaksionisme Simbolik sebagai proses komunikasi hanya akan

difokuskan pada pembahasan Tari Topeng Ayu sebagai media atau channel di dalam kajian

komunikasi. Karena kajian tari sebagai media sangat berbeda dengan kajian media lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media diartikan sebagai alat, alat atau

sarana komunikasi yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, sebagainya)16

. Jadi,

saat berkomunikasi membutuhkan sebuah media sebagai sarana atau alat penghubung agar

informasi atau maksud dari pikiran dapat tersampaikan kepada orang lain. Saluran atau

media yang digunakan berupa saluran verbal atau saluran non verbal. Saluran verbal

melekat pada kehidupan manusia sehari-hari, seperti bahasa. Sedangkan saluran atau media

nonverbal dalam komunikasi adalah semua isyarat atau simbol-simbol yang bukan kata-kata

(Mulyana, 2013). Dalam pelaksanaannya, baik verbal maupun non verbal tujuannya tetap

sama, yaitu untuk menyampaikan sebuah pesan berupa informasi atau maksud dari pikiran

kita kepada orang lain.

Adanya Tari Topeng Ayu karena Dusun Tanon dijadikan sebagai Desa Menari berbasis

Desa Wisata dan Tari Topeng Ayu menjadi ikonnya. Hal ini mengarah kepada sektor

industri budaya-pariwisata. Oleh sebab itu tari yang termasuk dalam unsur budaya memiliki

peranan penting dalam pengembangan objek pariwisata. Secara tidak langsung tari sebagai

unsur budaya difungsikan sebagai media atau sarana dalam pengembangan objek wisata

Desa Menari berbasis Desa Wisata di Dusun Tanon. Perihal Tari Topeng Ayu menjadi

media atau sarana pengembangan sektor budaya di dalam pariwisata apabila dispesifikkan

ke dalam fungsi tari, akan merujuk pada tari sebagai sarana komunikasi karena berkaitan

dengan keberadaanya sebagai media.

Media dan komunikasi adalah satu koordinasi yang tidak dapat dipisahkan. Tari Topeng

Ayu yang dibangun oleh masyarakat Dusun Tanon sebagai ikon Desa Menari berbasis Desa

Wisata berperan sebagai mediauntuk mengomunikasikan Tari Topeng Ayu sebagai budaya

di Dusun Tanon kepada masyarakat lain agar pengembangan sektor budaya-pariwisata di

16

Dilansir dari https://kbbi.web.id/media pada 15 Agustus 2018 pukul 13:55.

Page 29: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab V peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan akan dibahas berdasarkan teori. Pembahasan tersebut

desa tersebut terjadi dan tercipta sektor ekonomi-pariwisata sebagai sumber pendapatan

masyarakatnya. Tari sebagai sarana atau media memiliki keistimewaan berupa satuan gerak

yang disusun untuk menyampaikan pesan dari pengalaman subyektif penggagasnya kepada

khalayak luas atau penonton (Hadi, 2005:13-26).

Berikut hasil wawancara dengan Ayuk Fitri N selaku penari Tari Topeng Ayu:

“Awal nari tahun 2012, jadi sebagai generasi kita pengen bisa juga menari. Engga ikut

latihan menari dengan yang usianya sudah tua-tua dan bisa, tetapi belajar dan latihan

sendiri dari kaset CD di rumah. Soalnya itu kan sudah ada rekamannya, jadi ya belajar

sampe bisa sendiri mbak. Susah awalnya ngikutin nari yang ada di CD. Apalagi

gerakannya kan kenceng dan sedikit gerakan pelannya. Kalau tentang isi tariannya itu

menggambarkan keberanian dan kekompakan, soalnya kan yang nari jumlahnya banyak.

Dulu itu Tari Topeng Ireng disebutnya, tapi sejak di sini jadi Desa Menari namanya diubah

menjadi Tari Topeng Ayu. Kalau menurutku ganti nama itu karena wajahnya dirias jadi

cantik, ya topeng itu maksudnya. Kalau yang nari laki-laki dirias kan jadi cantik sama

kayak penari perempuannya, sama ada sisi keberanian dari gerakannya. Dari ganti nama

itu dan jadi Desa Menari, pengennya orang luar mengenal desa kami, juga bisa tau kalau

warga desa di Tanon itu masih menjaga kebersamaan. Dari Desa Menari juga ada

penghasilan tambahan”.

Adanya Desa Wisata di Dusun Tanon merujuk pada kegiatan budaya sekaligus ekonomi-

pariwisata pada masyarakatnya. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Nazir dalam Jurnal

Kepariwisataan Indonesia, 6 (2), Juni 2011, apapun yang berkaitan dengan sektor pariwisata

akan cenderung berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan

kerja. Tari Topeng Ayu yang berfungsi menjadi ikon Desa Menari berbasis Desa Wisata dan

sekaligus pemantik pertumbuhan ekonomi masyarakatDusun Tanon dibangun secara

signifikan menjadi media untuk menyampaikan konsep dasar Hayuning Urip, yaitu

menjalani hidup dengan tertata, teratur, disiplin, dan bermanfaat atau berkontribusi dalam

bermasyarakat. Hal tersebut sekaligus pengarahan Tari Topeng Ayu sebagai media atau

sarana komunikasi non-verbal atau simbolik dalam ruang interaksi sosial dengan masyarakat

lain.