repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...

23
78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan Diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Pada Kantor BPKP Prov. Sul-Sel Pendidikan dan latihan (diklat) adalah suatu proses kegiatan yang diikuti pegawai/karyawan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan perilaku kerja demi tuntutan produktivitas kerja pada jabatan yang diembannya. Diklat yang efektif dan efisien merupakan diklat yang berorientasi proses, dimana organisasi tersebut dapat melaksanakan program- program yang sistematis untuk mencapai tujuan dan hasil yang dicita-citakan. Keefektifan diklat akan mempengaruhi kualitas kinerja sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkannya. Namun pada beberapa kasus diklat ditemukan pelaksanaan diklat pada umumnya tidak seperti yang diharapkan karena diklat seringkali dipandang sebagai proses formalitas saja tanpa ada tindak lanjut dalam pelaksanaan tugas setelah mengikutinya, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama diklat belum maksimal ditularkan pada unit kerjanya, Secara substansial, pendidikan dan pelatihan yang diadakan dianggap belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kebanyakan peserta diklat juga lebih berorientasi pada ijazah/sertifikat, bukan pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh (Jurnal V4 N1 2009- 3). Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) akan menjadi bukti nyata penyelenggaraan pemerintah yang sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan menjamin akuntabilitas pemerintah dalam

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

78

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Efektifitas Penyelenggaraan Diklat Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) Pada Kantor BPKP Prov. Sul-Sel

Pendidikan dan latihan (diklat) adalah suatu proses kegiatan yang diikuti

pegawai/karyawan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kecakapan,

keterampilan dan perilaku kerja demi tuntutan produktivitas kerja pada jabatan

yang diembannya. Diklat yang efektif dan efisien merupakan diklat yang

berorientasi proses, dimana organisasi tersebut dapat melaksanakan program-

program yang sistematis untuk mencapai tujuan dan hasil yang dicita-citakan.

Keefektifan diklat akan mempengaruhi kualitas kinerja sumber daya manusia

(SDM) yang dihasilkannya. Namun pada beberapa kasus diklat ditemukan

pelaksanaan diklat pada umumnya tidak seperti yang diharapkan karena diklat

seringkali dipandang sebagai proses formalitas saja tanpa ada tindak lanjut

dalam pelaksanaan tugas setelah mengikutinya, pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh selama diklat belum maksimal ditularkan pada unit kerjanya,

Secara substansial, pendidikan dan pelatihan yang diadakan dianggap belum

memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Kebanyakan peserta diklat juga lebih berorientasi pada ijazah/sertifikat,

bukan pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh (Jurnal V4 N1 2009-

3).

Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) akan menjadi

bukti nyata penyelenggaraan pemerintah yang sejalan dengan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik dan menjamin akuntabilitas pemerintah dalam

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

79

menyelenggarakan pemerintahan negara, karena merupakan proses yang

integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

pimpinan dan seluruh pegawai untuk memperoleh keyakinan yang memadai

dalam hal efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan

pemerintahan, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan

terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku.

SPIP menekankan pentingnya komitmen dari pimpinan instansi

pemerintah untuk keberhasilan penerapan SPIP sekaligus meletakkan tanggung

jawab pimpinan instansi pemerintah atas keberhasilan penerapan

sistem. Penerapan SPIP merupakan kewajiban yang harus dilakukan, terlebih

apabila dikaitkan dengan tekad dan komitmen menjadikan penyelenggaraan

pemerintahan yang benar efektif dan efisien, taat terhadap peraturan perundang–

undangan, menghasilkan laporan keuangan yang handal sehingga memperoleh

opini terbaik dari auditor serta terlindunginya aset pemerintah, dalam hal ini

BPKP adalah salah satu unsur aparatur pengawasan intern, yang dalam

peraturan pemerintah ini berperan sebagai pembina penyelenggaraan sistem

pengendalian intern pemerintah (Zan/BF/Tim BJ/Humas Lambar).

Pernyataan senada diutarakan oleh Bapak Sgd selaku Kepala Sub

Bagian Kepegawaian sekaligus sebagai koordinator penyelenggara diklat SPIP :

“Melalui pelatihan SPIP kami mengharapkan terbentuknya lingkungan pengendalian yang baik karena lingkungan pengendalian pada jajaran instansi masih kurang optimal dalam artian belum maksimal. Lingkungan pengendalian itu harus kuat mental, pendidikan, dan kontrol. Barulah dapat dibangun pilar SPIP menuju Good Governance.”

Sehubungan penyelenggaraan diklat khususnya di lingkup BPKP

dtemukan beberapa risiko yang kebanyakan bersumber dari orang yaitu

widyaiswara/Instruktur terutama dalam hal kompetensi, kehadiran, variasi

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

80

mengajar, ketersediaan, dan kecukupan jumlah. Risiko lain yang perlu untuk

dikelola adalah risiko barang yaitu risiko terkait dengan bahan ajar/modul yang

kurang up to date sehingga perlu disesuaikan dengan perkembangan terkini.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mengetahui efektivitas

proses penyelenggaraan diklat SPIP, peneliti menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Hari Lubis dan Martani Huseini yaitu pendekatan proses

(process approach) untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program

dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi. Pendekatan

proses (internal process approach), menganggap efektivitas sebagai efesiensi

dan kondisi kesehatan organisasi internal, yaitu kegiatan dan proses internal

organisasi yang berjalan dengan lancar. Mengingat penelitian ini dibatasi pada

proses penyelenggaraan diklat maka yang dijadikan indikator pengukuran

efektivitas penyelenggaraan diklat adalah penyelenggara/pengelola diklat,

widyaiswara, anggaran dana, sarana dan prasarana, dan metode pembelajaran.

Indikator tersebut penting dalam menelusuri efektivitas proses penyelenggaraan

diklat SPIP pada Kantor BPKP Perwakilan Propinsi Sulawesi Selatan. Untuk

melihat mengapa efektivitas penyelenggaraan diklat SPIP tidak efektif dapat

ditinjau dari indikator-indikator yang akan dideskripsikan sesuai hasil wawancara

dengan para informan.

1. Diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Diklat SPIP merupakan salah satu jenis diklat teknis yang

diselenggarakan oleh Instansi BPKP Perwakilan Prov. Sul-Sel dimana

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya diklat ini berfokus untuk

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

81

mencapai good governance (pemerintahan yang baik) melalui proses

pengawasan dan pengendalian kegiatan pemerintah.

Adapun Materi diklat antara lain :

1. Gambaran Umum SPIP (overview SPIP);

2. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan Pengendalian dalam SPIP merupakan unsur dasar /

fondasi bagi pembentukan unsur-unsur lainya, oleh karena itu fondasi

dalam membangun SPIP harus kuat agar dapat menopang dan

mendukung unsur-unsur lainnya sehingga apa yang diharapkan SPIP

dapat terwujud. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan

memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku

positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern

dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika;

b. komitmen terhadap kompetensi;

c. kepemimpinan yang kondusif;

d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang

pembinaan sumber daya manusia;

g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang

efektif; dan

h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

3. Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

82

Penilaian Resiko dalam SPIP adalah usaha pemerintah untuk

mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang relevan dalam

menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi

keuangan. Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian

resiko yaitu dengan cara mengidentifikasi serta melakukan analisis

resiko.

Identifikasi resiko dilaksanakan dengan : penggunaan metodologi

yang sesuai dengan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada

tingkatan kegiatan secara menyeluruh; menggunakan mekanisme

yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor

internal; dan menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

Analisis Resiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko

yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi

Pemerintah. Dalam hal ini Pimpinan Instansi Pemerintah harus

menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko

yang dapat diterima.

4. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibangun

oleh pemerintah untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang

obyektif. Aktivitas pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan

tugas yang memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas,

pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset

antara catatan dan fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja.

Penyelenggaraan kegiatan pengendalian setidaknya memiliki

karakteristik; pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok instansi

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

83

pemerintah, dikaitkan dengan proses penilaian resiko, disesuaikan

dengan karakteristik instansi pemerintah tersebut, kebijakan dan

prosedur harus ditetapkan secara tertulis, prosedur yang telah

ditetapkan harus dijalankan, serta adanya evaluasi secara periodik

terhadap pelaksanaan kegiatan pengendalian.

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).

Informasi dan komunikasi dalam SPIP adalah metode yang

dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,

mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan semua transaksi entitas,

serta untuk memelihara akuntabilitas yang berhubungan dengan aset.

Transaksi-transaksi harus memuaskan dalam hal eksistensi,

kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, tepat waktu, serta dalam posting

dan mengikhtisarkan.

6. Pemantauan Pengendalian Intern. (Monitoring).

Pemantauan pelaksanaan SPIP secara periodik (berkelanjutan) harus

dipantau. Pemantauan meliputi penilaian atas kualitas kinerja

pengendalian intern untuk menentukan apakah operasi pengendalian

memerlukan modifikasi atau perbaikan.

Pemantauan secara periodik diselenggarakan melalui kegiatan

pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan

lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

2. Sasaran Diklat SPIP

Setelah mengikuti diklat ini, para peserta diharapkan mampu

memahami dan menguasai konsep-konsep dan filosofi unsur-unsur Sistem

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

84

Pengendalian Intern Pemerintah dan penerapannya. Adapun

penyelenggaraan Diklat SPIP yang dijadikan sasaran penelitian adalah Diklat

SPIP yang diselenggarakan pada tanggal 26-30 Maret 2012 di Kantor

Perwakilan BKPK Propinsi Sulawesi Selatan. Peserta adalah pegawa

Perwakilan BPKP Propinsi Sulawesi Selatan sebanyak 29 orang.

\

B. Indikator Pengukuran Efektifitas Penyelenggaraan Diklat :

1. Penyelenggara Diklat

Penyelenggara diklat adalah pihak yang bertanggung jawab atas

pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan diklat meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, monitoring dan evaluasi).

Penyelenggara diklat berperan, antara lain, mengatur seluruh pengelolaan

proses latihan mulai dari persiapan sampai pelaporan. Penyelenggara diklat

mengatur persiapan tempat belajar, penjadwalan, kesiapan pelatih, kesiapan

peralatan/perlengkapan diklat, naskah materi pembelajaran. Penyelenggara

diklat juga mengatur kesiapan kesekretariatan, akomodasi dan konsumsi peserta

diklat, mengatur sarana angkutan untuk keperluan praktek atau kegiatan di luar

kampus. Penyelenggara diklat juga memiliki tugas dan kewajiban untuk

melayani, mengamati, dan menilai peserta diklat selama berada di lingkungan

kampus. Pada umumnya ditemukan terbatasnya kemampuan penyelenggara

sehingga penyelenggaraan atau man\ajemen diklat kurang optimal.

Diklat SPIP ini, khususnya pada periode Maret 2012 dilaksanakan atas

kerjasama antara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas)

BPKP dengan Satgas SPIP Perwakilan BPKP Perwakilan Propinsi Sulawesi

Selatan.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

85

Berikut ini merupakan penilaian terhadap penyelenggara diklat SPIP pada

Kantor BPKP Prov. Sul-Sel:

a. Pengaturan jadwal dan kejelasan arahan program diklat

b. Penyediaan alat tulis kantor untuk peserta

c. Kelengkapan fasilitas diklat di kelas (LCD, Flipchart, whiteboard, mic)

d. Kenyamanan fasilitas diklat di kelas (AC, tata lampu, tata suara)

e. Pelayanan dan sikap petugas penyelenggara diklat (LO/Petugas

Piket)

f. Pelayanan dan sikap petugas mess

g. Pengaturan menu makanan

h. Variasi hidangan

Berikut keterangan dari Koordinator Penyelenggara Diklat, Bapak Sgd

mengenai pelaksanaan diklat:

“… SOP atau mekanisme penyelenggaraan diklat SPIP mengacu pada SOP yang telah diatur oleh Pusdiklat BPKP, penyelenggara yang dilibatkan pun telah mengikuti diklat TC (Training Course) sehingga dapat menunjang tugas sebagai pennngggelola.” (Sumber: Wawancara, 4 Juli 2012)

Terkait pelayanan penyelenggara dalam pengaturan menu makanan, Ibu

Okv selaku peserta diklat menuturkan:

“Soal makanan masih standar lah, mengenai rasa kan subjektif tergantung lidah. Dalam penyediaan konsumsi sangat tepat waktu. Malah seringkali belum waktunya jam makan tapi penyelenggara sudah stand by untuk menyediakan makanan.” (Sumber : Wawancara, 24 Mei 2012).

Hal ini ditegaskan pula oleh Bapak Rhm yang mengemukakan bahwa

pelayanan yang diberikan penyelenggara sangat baik. Terkait pengaturan jadwal

dan kejelasan arahan program diklat dan mengenai kesesuaian alokasi waktu

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

86

diklat dengan materi yang diberikan (ketepatan waktu), diperoleh informasi yang

sama dari Ibu Okv bahwa:

“Alokasi waktu diklat dengan materi yang diberikan kurang sesuai. Idealnya. dalam satu hari dibahas satu materi diklat agar pemahaman lebih dalam tetapi realitasnya dalam satu hari dibahas dua materi.” (Sumber : Wawancara, 24 Mei 2012).

Berikut ini penuturan Bapak Rhm terkait dengan kesesuaian urutan

pemberian materi pada tiap mata pelajaran dengan urutan yang ada pada silabus

diklat :

“.. Ada widyaiswara yang tidak datang atau tiba-tiba berhalangan hadir maka harus terjadi pertukaran mata diklat satu dengan yang lain. Contoh yang telah terjadi, dimana berdasarkan urutan pemberian materi mata diklat lingkungan pengendalian lebih dulu baru setelah itu mata diklat informasi dan komunikasi, tetapi yang terjadi malah sebaliknya.” (Sumber : Wawancara, 24 Mei 2012).

Sehubungan dengan bagaimana penyelenggara menyediakan dan

mempersiapkan seluruh sarana diklat, berikut penuturan Ibu Okv :

“.. ketersediaan sarana alat bantu dan media pembelajaran lumayan memadai.” (Sumber : Wawancara, 24 Mei 2012).

Dari hasil wawancara dengan informan-informan tersebut, dapat dilihat

bahwa dalam hal pemberian pelayanan dan sikap yang diberikan oleh

penyelenggara dinilai secara relatif sudah cukup memuaskan bagi peserta diklat.

Hal tersebut didukung karena penyelenggara/pengelola diklat telah mengikuti

diklat TC (Training Course) sebagai salah satu syarat untuk terlibat sebagai

anggota penyelenggara diklat. Penyediaan alat tulis kantor dan kelengkapan

fasilitas diklat di kelas sudah cukup baik. Hanya saja terdapat kelemahan pada

konsistensi terhadap aturan diklat yaitu pengaturan jadwal dan alokasi waktu

diklat yang tidak dilaksanakan seperti yang diatur sebelumnya. Seluruh program

pelatihan harus diselenggarakan berdasarkan jadwal yang ditentukan, mencakup

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

87

seluruh materi pelatihan dalam batas waktu yang telah dialokasikan serta diikuti

oleh semua peserta dengan tingkat disiplin yang tinggi. Dengan kata lain, isi

silabus dan satuan acara pelatihan harus ditaati dengan ketat (Siagian, 2004).

Melalui hasil wawancara diperoleh informasi tentang mata diklat yang ditukar, ini

berdampak pada tidak sesuainya pemberian materi diklat dengan urutan yang

ada pada silabus dan petunjuk diklat, begitu pun dengan belum tercapainya

alokasi waktu yang efektif dan efisien.

2. Widyaiswara/Instruktur

Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional

dengan tugas mendidik, mengajar & atau melatih PNS pada lembaga diklat

pemerintah, serta melaksanakan kegiatan pengembangan profesi seperti yang

tertera dalam Per. MENPAN No.66/M.PAN/6/2006. Widyaswara/instruktur

merupakan jabatan karier yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada

keahlian & keterampilan tertentu serta bersifat mandiri & profesional, Jabatan WI

berkedudukan di lembaga diklat pemerintah, & dibina oleh kepala lembaga diklat

yang bersangkutan. Widyaiswara berperan sebagai ujung tombak pelaksanaan

proses belajar mengajar (PBM), salah satu penentu keberhasilan

penyelenggaraan program diklat dan memiliki peran strategis dalam peningkatan

dan pengembangan SDM Aparatur/PNS.

Pelatih/instruktur yang akan memberi materi pelatihan harus memenuhi

kualifikasi persyaratan yang memadai sebagai berikut (Anwar Prabu, 2002:64):

1. Mempunyai keahlian yang berhubungan dengan materi pelatihan

2. Instruktur luar yang professional dalam bidang yang ada hubungan

dengan materi pelatihan.

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

88

3. Pelatih/instruktur yang mampu membangkitkan motivasi dan

penggunaan metode partisipatif.

Sehubungan dengan penetapan dan perekrutan tenaga pengajar, Bapak

Sgd selaku koordinator pelaksana diklat mengemukakan bahwa :

“… Pengajar diklat selama ini hanya memberdayakan pejabat dalam lingkup BPKP Perwakilan Sulsel karena jika mau memanggil widyaiswara dari Pusdiklatwas di Jawa tentunya akan menambah biaya lagi sementara biaya tidak mendukung. Adapun kriteria penetapan tenaga pengajar pada Kantor BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: 1. Telah mengikuti diklat SPIP 2. Pelatih mempunyai kemampuan kediklatan yaitu widyaiswara dasar

dan atau telah mengikuti diklat Training Trainer (TT) SPIP. 3. Kesesuaian keahlian.”

(Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Tabel 4. Daftar nama Widyaiswara (Tenaga Pengajar) pada Kantor BPKP

Propinsi Sulawesi Selatan

No. Widyaiswara Mata Diklat

1. Karya Bhakti Gambaran umum SPIP dan

Lingkungan Pengendalian

2. Suganda Gambaran umum SPIP dan

Lingkungan Pengendalian

3. Yuler Bastian Identifikasi Risiko, Analisis Risiko,

dan Simulasi Risiko

4. Bambang Puji Hartono -sda-

5. Jamason Sinaga Kegiatan Pengendalian

6. Mangaraja S. Hutagaol Informasi dan Komunikasi

7. Muhammad Satoto Pemantauan Pengendalian Intern

8. Nur Ana Sejati Pemantauan Pengendalian Intern

(Sumber : Lap.Penyelenggaraan Diklat SPIP Maret 2012)

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, penilaian terhadap tenaga

pengajar diklat pada Kantor BPKP Prov. Sulawesi Selatan, antara lain:

1. Disiplin kehadiran

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

89

2. Manajemen waktu

3. Sistematika dan kemampuan menyajikan materi

4. Penguasaan materi diklat

5. Kemampuan komunikasi dan menjawab pertanyaan peserta

6. Pemberian motivasi dan perhatian kepada peserta

7. Memberikan kecukupan waktu dan kesempatan peserta berpartisipasi

dalam diskusi

8. Porsi latihan/aplikasi dalam diklat

9. Gaya/sikap dan perilaku selama mengajar.

Dalam wawancara dengan peserta diklat, Bapak Rhm yang

mengungkapkan bahwa :

“Sebagian pengajar telah mampu menjelaskan materi dengan jelas, memiliki wawasan yang luas tentang materi yang disajikan, selain itu pengajar tersebut memberikan dorongan serta semangat pada kami. Tetapi ada beberapa juga yang belum, cara menyampaikan materi terlalu cepat bicaranya. Selain itu, saat mengajukan pertanyaan kadang jawaban yang diberikan kurang memuaskan… kalau boleh, dalam perekrutan twnga pengajar harus memperhatikan yang benar-benar kompeten dan paham pada bidangnya.” (Sumber: wawancara 24 Mei 2012)

Penuturan selanjutnya oleh Ibu Okv yaitu :

“… kemampuan beberapa instruktur dalam menjawab setiap pertanyaan dari peserta sudah baik karena mereka sudah mengikuti diklat TOT. begitu pun dalam membangun hubungan sudah sangat baik karena jumlah peserta juga sedikit jadi lebih mudah …dalam proses pembelajaran atau saat berlangsungnya kegiatan diklat, instruktur perlu lebih mengimprovisasi diri dalam menyajikan materi. Dalam beberapa materi perlu diberikan contoh-contoh supaya kita dapat lebih mengerti.” (Sumber : Wawancara 21 Mei 2012)

Ditegaskan oleh Bapak Sgd sebagai berikut :

“… memang kami menyadari bahwa masih adanya beberapa instruktur diklat yang ketika diklat berlangsung, cara berbicaranya terlalu cepat saat menyajikan materi sehingga kurang dimengerti. Ini juga menjadi komentar dari peserta diklat dan bahan evaluasi penyelenggaraan diklat SPIP di BPKP. Oleh karenya, kami terus berusaha memacu para instruktur untuk

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

90

terus mengaktualisasikan dirinya sebagai instuktur diklat sehingga semakin terlatih dan cakap mengajar.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Berdasarkan penelusuran peneliti melalui wawancara dan data sekunder

yaitu Laporan penyelenggaraan diklat SPIP Periode Maret disimpulkan disiplin

kehadiran dan manajemen waktu sudah cukup efektif. Mengenai penguasaan

materi diklat, sistematika menyajikan materi, dan kemampuan berkomunikasi

serta menjawab pertanyaan peserta, dapat disimpulkan bahwa beberapa

widyaiswara sudah sangat baik dalam mengajar tetapi masih ada beberapa

widyaiswara/instruktur yang dinilai ahli dan pintar namun belum dapat mengajar

dan berkomunikasi secara efektif atau teaching skillnya tidak efektif. Artinya

tenaga pengajar dituntut menguasai teknik melatih/mengajar yang tepat.

Diketahui pula bahwa tenaga pengajar yang ada di Kantor BPKP seringkali

menjadi fasilitator dan instruktur di beberapa instansi sebagaimana pada

dasarnya karena wilayah kerja BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan mewadahi

tiga (3) kota dan 21 kabupaten. Jadi sebagai instansi perwakilan propinsi

Sulawesi Selatan maka memang sudah seharusnya instansi ini menjadi

penopang dan pembina penerapan SPIP bagi daerah yang dibawahinya. Jadi

peneliti menyimpulkan, karena memilki cukup banyak kesempatan dalam

mengajar maka tentunya ini harus mendukung semakin berkualitasnya potensi

instruktur/widyaiswara. Adapun diklat TT (Traning Trainer) yang dipersyaratkan

bagi Widyaiswara/tenaga pengajar sesuai materi terkait, pada umumnya mereka

telah mengikuti diklat TT (Traning Trainer) materi Diklat SPIP.

3. Anggaran dana

Anggaran dana diklat adalah pengeluaran-pengeluaran yang terjadi di

dalam pengembangan, implementasi, dan evaluasi program pelatihan.

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

91

Penentuan anggaran biaya untuk penyelenggaraan diklat dilakukan pada

tahap analisis kebutuhan diklat. Kegiatan analisis kebutuhan ini sangat penting

sebab di samping menjadi landasan kegiatan selanjutnya seperti pemilihan

metode pelatihan yang tepat, biaya pelatihannya tidak murah sehingga bilamana

pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan, selain tidak meningkatkan kemampuan

organisasi juga akan menghabiskan banyak biaya (Marihot, 2002:175). Dalam

Hasibuan dinyatakan bahwa seringkali dana yang tersedia untuk pengembangan

sangat terbatas sehingga dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun

sarananya kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan SPIP pada Kantor BPKP berasal dari DIPA Perwakilan

BPKP Propinsi Selatan.

Hasil wawancara dengan Bapak Sgd menyatakan bahwa :

“… dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan diklat khususnya diklat SPIP periode ini sekitar Rp 30.000.000,-.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Untuk mengetahui apakah anggaran tersebut dapat mencukupi

kebutuhan diklat, peneliti mewawancarai lebih lanjut dan diperoleh informasi

bahwa :

“…anggarannya mau tidak mau harus dicukupkan dan diatur sedemikian rupa agar dapat mencukupi segala kebutuhan diklat. Hal ini karena anggaran diklat sudah dianggarkan oleh Pusat Diklat Pengawasan… Ada beberapa penyediaan sarana diklat seperti modul yang seharusnya bisa disajikan dengan lebih menarik tetapi karena dana juga terbatas jadi diberikan sesuai dengan dana yang ada saja. Sebenarnya masih ada beberapa hal dalam diklat yang masih perlu dibenahi tetapi terbatas dana.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Terkait apakah alokasi anggaran diklat telah memenuhi tujuan diklat,

Bapak Sgd berpendapat :

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

92

“… alokasi anggaran diklat sudah cukup memenuhi tujuan dari diklat tapi masih kurang memuaskan.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Dari hasil wawancara dan melalui olahan data sekunder, peneliti

menyimpulkan bahwa anggaran dana memegang peranan yang sangat penting

dalam penyelenggaraan diklat yang efektif karena bertolak dari ketersediaan

dana maka segala kebutuhan diklat dapat terpenuhi yang tentunya

mempengaruhi keefektifan penyelenggaraan diklat itu sendiri. Adapun alokasi

anggaran diklat telah memenuhi tujuan diklat. Akan tetapi, dana yang dibutuhkan

untuk penyelenggaraan diklat SPIP sebenarnya masih perlu ditingkatkan

jumlahnya demi menunjang kegiatan diklat agar penyediaan sarana dan

prasarana diklat dapat dibenahi, seperti contoh penyajian modul yang terkesan

biasa-biasa saja karena seyogyanya ingin dicetak lebih bagus tapi terkendala

karena dana tidak mencukupi. Peneliti berpendapat mungkin masih ada sarana

dan prasarana diklat yang perlu dibenahi tapi masih stagnan karena biaya belum

ada.

4. Sarana & Prasarana

Sarana dan Prasarana/fasilitas diklat juga disebut sebagai media

pelatihan yang merupakan metode atau peralatan khusus yang digunakan untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam program

pelatihan dan pengembangan. Media yang lazim digunakan dalam pelatihan

adalah proyektor multimedia, pita video, film, proyektor slide, proyektor overhead,

papan tulis, closed-circuit television, dan flip chart. Fasilitas ini berfungsi sebagai

unsur penunjang proses pembelajaran, menggugah gairah dan motivasi belajar.

Menurut Hasibuan (2005:76) bahwa penyediaan tempat dan alat-alat

harus didasarkan pada prinsip ekonomi serta berpedoman pada sasaran

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

93

pengembangan yang ingin dicapai. Misalnya, tempat pengembangan hendaknya

strategis, tenang, nyaman, dan tidak mengganggu lingkungan. Mesin-mesin yang

digunakan dalam pengembangan sama jenisnya dengan mesin yang digunakan

dalam bekerja pada perusahaan.

Pada dasarnya standarisasi sarana dan prasarana diklat telah ditetapkan

oleh LAN sebagai lembaga pembina diklat. Dalam keputusan Ketua LAN RI

Nomor 304.A/IX/6/4/1995, yang tergolong sarana diklat adalah papan tulis,

flipchart, overhead projector, LCD/laptop, buku pegangan, modul, sound system,

komputer. Sedangkan yang tergolong prasarana adalah Ruang kelas, Ruang

diskusi, Ruang seminar, Perpustakaan, Tempat Olahraga dan asrama.

Sementara sarana diklat yang ada di Kantor BPKP Perwakilan Sulawesi

Selatan antara lain LCD, flipchart, whiteboard, mic/sound system, dan komputer.

Adapun prasarana diklat yang ada pada Kantor BPKP, antara lain sarana

olahraga (lapangan tennis/tennis meja, volli, futsal, dan lain-lain), perpustakaan,

poliklinik umum, masjid, kelas untuk diklat, gedung arsip, aula, air condisioner

(AC).

a. Fasilitas olahraga

Terkait ketersediaan fasilitas olahraga yang mendukung diklat, peneliti

mewawancarai beberapa peserta diklat dan mereka mengatakan bahwa fasilitas

olahraga yang tersedia cukup lengkap, dan sangat menunjang kegiatan diklat.

Fasilitas olahraga yang ada antara lain voli, futsal, dan tennis. Semua tersedia

dan berfungsi sebagai sarana menjaga kebugaran peserta sehingga dapat

mengikuti kegiatan akademik secara prima. Hal ini ditegaskan pula oleh

Koordinator Penyelenggara diklat.

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

94

b. Perpustakaan

Dalam wawancara peneliti mengenai perpustakaan yang sesuai dengan

kebutuhan dikat, Ibu Okv selaku peserta diklat menyatakan:

“Perpustakaan yang ada belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena buku-bukunya belum bisa dipinjam. Hanya bisa digunakan di perpustakaan. Selain itu bukunya tidak update.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Hal senada dituturkan oleh Bapak Rhm, yaitu:

“Soal perpustakaan saya tidak banyak tahu. Tapi yang saya tahu, koleksi buku-bukunya masih tergolong buku lama, kurang lengkap dan tidak update.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Penulis menambahkan bahwa kurang berfungsinya fasilitas perpustakaan juga

merupakan kelemahan dalam kegiatan diklat ini dimana dalam pengelolaan

perpustakaan belum ditangani secara profesional sebagaimana layaknya sebuah

sarana penunjang. Adanya perpustakaan akan sangat berpengaruh pada

kelancaran kegiatan belajar peserta diklat. Dengan adanya perpustakaan yang

menyediakan buku-buku tentunya akan sangat bermanfaat bagi peserta sebagai

referensi bagi mereka dalam kegiatan belajar dan membuat tugas-tugas yang

diberikan.

c. Poliklinik umum

Salah satu fasilitas untuk memelihara kesehatan pegawai dengan

penyediakan instalasi poliklinik. Berdasarkan penelusuran dengan informan

yaitu koordinator penyelenggara diklat mengenai poliklinik bahwa memang di

Kantor BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan sudah ada. Pelayanan diberikan

pada jam kerja setiap hari secara cuma-cuma, disamping itu ada disediakan

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

95

obat-obatan. Peserta dapat menggunakan fasilitas poliklinik dan dapat

berkonsultasi dengan dokter.

d. Tempat Ibadah/masjid sebagai prasarana yang sangat penting telah

tersedia. Dan melalui pengamatan peneliti sudah cukup memadai.

e. Kelas untuk diklat

Di samping sebagai sarana dan prasarana, ruang kelas diklat merupakan

bagian dari sumber belajar. Laird dalam bukunya Manajemen Diklat (Sugiyono,

2002) mengemukakan 4 kriteria yang harus dipenuhi sebuah ruangan diklat,

yaitu fleksibilitas, ventilasi, isolasi, dan pencahayaan.

1. Fleksibilitas

Fleksibilitas yang dimaksud disini berupa tingkat kemudahan dan

kecepatan dalam mengatur ruangan sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran. Ruangan akan berubah pengaturannya jika digunakan

untuk tujuan penyampaian materi pelajaran dengan tugas kelompok.

Salah satu unsur fleksibilitas ruangan adalah luasnya ruangan.

2. Isolasi

Isolasi ini berarti bahwa ruangan harus bebas dari pengaruh suara (dekat

airport, lalu lintas kendaraan) yang ramai, dan dapat menimbulkan

gangguan terhadap proses pembelajaran.

3. Pencahayaan

Sebaiknya pencahayaan ruangan kelas dapat diatur terang dan gelapnya.

Ruangan akan membutuhkan pencahayaan yang lebih jika digunakan

untuk kegiatan menulis, menggambar, demontrasi, atau kegiatan yang

memerlukan pengamatan tinggi. Pencahayaan yang cukup dan tepat

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

96

akan menghasilkan efektifitas dalam proses pembelajaran, komunikasi

menjadi lancar, dan tidak menyebabkan permasalahan pada mata.

4. Ventilasi

Ventilasi dalam ruangan berfungsi mengatur kecukupan udara, suhu

udara, dan uap air (Sugiyono, 2002:105).

Adapun tanggapan informan dari peserta diklat, Ibu Okv, mengenai kelas

diklat :

“Ruang kelas cukup nyaman dan memadai tapi penataan cahayanya yang masih kurang. Meja kursinya menggunakan meja kursi seperti di bangku kuliah dan tentu saja membuat kita tidak leluasa belajar karena mejanya kecil, selain itu stop kontak listrik sebaiknya perlu ditambah.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Hal senada dinyatakan oleh Bapak Rhm yaitu :

“ menurut saya, ruang kelasnya kurang luas dan penerangan yang kurang cukup. Kursi meja yang digunakan juga kurang nyaman.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Hal mengenai ruang kelas diklat ini juga ditegaskan oleh Bapak Sgd

selaku koordinator penyelenggara diklat bahwa:

“ruang kelas memang belum sepenuhnya telah memenuhi standar diklat, dimana seharusnya ruang kelas harus luas dan kedap suara, memiliki tata cahaya lampu yang maksimal. Tapi kami tetap menyediakan AC demi kenyamanan… Kekurangan lainnya yaitu dalam kelas masih menggunakan kursi mahasiswa. Kami masih terkendala dalam membenahinya, salah satu faktornya adalah karena biaya… proses belajar juga kadang terganggu dalam kelas karena tiba-tiba mati lampu. Yang dilakukan penyelenggara yaitu segera menyalakan genset yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar jadi peserta harus menunggu.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika kita mengukur

dan menilai ruangan diklat menurut Raymond A. Noe ( 2002:133), salah satunya

warna dinding. Warna-warna seperti oranye, hijau, biru, dan kuning merupakan

warna-warna hangat. Variasi dengan warna putih lebih terkesan sejuk dan

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

97

bersih. Warna hitam dan coklat memberi kesan tertutup dan lelah. Berdasarkan

pengamatan, warna cat dinding kelas diklat pada Kantor BPKP ini adalah

berwarna oranye. Jadi peneliti menyimpulkan, penentuan warna sudah tepat.

Sementara struktur ruangan juga sudah sesuai yaitu bujur sangkar sehingga

memudahkan peserta melihat, mendengar dan mengikuti diklat. Untuk fasilitas

kursi, sebaiknya yang memiliki roda, bisa berputar, dan memiliki sandaran untuk

membantu mereka yang bermasalah dengan pinggang, tetapi kursi semacam ini

belum disediakan. Selanjutnya Sambungan listrik, sebaiknya tersedia dalam

jarak setiap 6 kaki di dalam ruangan. Sambungan telepon sebaiknya berada

disebelahnya, dan sambungan listrik untuk pelatih juga harus tersedia.

f. Ruang Internet

Ruang khusus yang memungkinkan peserta untuk mengakses internet

belum tersedia guna mengembangkan bahan ajar dalam proses pembelajaran.

Yang ada hanya kawasan hotspot dan itu pun ada di kantor utama dan hanya

pegawai kantor yang bersangkutan yang bisa menggunakannya. Dalam

wawancara dengan Bapak Sgd, beliau mengemukakan bahwa :

“Untuk menyediakan fasilitas ini dibatasi oleh faktor biaya. Selain karena memang kebutuhan ini tidak terlalu mendesak, pengurusannya cukup rumit dan butuh biaya lagi untuk menyewa jaringan di Telkom.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

g. Asrama/penginapan

Sehubungan dengan asrama atau tempat penginapan, ternyata

prasarana ini belum disediakan secara khusus sehingga membuat peserta diklat

harus mencari tempat penginapan sendiri. Berikut penuturan Koordinator

penyelenggara diklat terkait asrama penginapan :

“ sebenarnya prasarana asrama penginapan sudah ada dibangun di lingkungan kantor sejak ± 3-4 tahun lalu, tetapi belum difungsikan

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

98

dengan baik karena fasilitas meubelnya juga belum lengkap. Telah tersedia empat (4) kamar yang belum difungsikan. Dan jika nantinya sudah digunakan maka kamar ini akan dikenakan biaya penginapan.” (Sumber: Wawancara, 21 Mei 2012)

Selanjutnya peneliti mewawancarai peserta-peserta diklat yang mengikuti

diklat SPIP dan rata-rata mengatakan bahwa jika ada diklat mereka lebih memilih

untuk kembali ke rumah daripada harus menginap di penginapan diklat. Peneliti

berpendapat bahwa sudah barang tentu bagi beberapa peserta diklat ini

beranggapan ketersediaan penginapan tidak begitu mendesak karena rata-rata

berdomisili di Kota Makassar, tetapi perlu diketahui bahwa jika ada peserta dari

daerah maka tentu saja penggunaan penginapan menjadi sangat penting.

Menurut hemat peneliti, BPKP Perwakilan Propinsi Sulawesi Selatan

sebagai penyelenggara diklat perlu menganggarkan dana untuk membangun

sarana dan prasarana diklat karena sangat dibutuhkan guna pengembangan

kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan diklat, tidak hanya untuk diklat

SPIP tetapi untuk diklat lainnya juga.

5. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara, strategi atau mekanisme bagaimana

proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu pelatihan. Diklat SPIP

sebagai salah satu diklat teknis substansi dengan pendekatan dalam

pembelajaran diklat disusun sesuai dengan tujuan dan sasaran diklat bagi orang

dewasa (andragogi) dengan berorientasi kepada azas manfaat dalam

pelaksanaan tugas subtantif maupun tugas administratif instansi/unit kerja yang

bersangkutan dengan tujuan dan sasaran untuk dapat memperlancar

pelaksanaan tugas-tugas instansi yang bersangkutan.

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

99

Metode andragogi yaitu peserta diklat dipacu berpartisipasi secara aktif

dengan jalan saling asah, asih dan saling asuh di antara peserta. Berdasarkan

observasi, metode andragogi yang digunakan dalam diklat SPIP meliputi

ceramah, tanya jawab, dan pembahasan kasus (studi kasus).

Metode pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang akan dicapai program diklat SPIP. Sehubungan dengan itu, berikut

penuturan peserta diklat, Bapak Rhm :

“ metode yang diberikan sudah sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Sejalan dengan itu, Ibu Okv mengemukakan :

“Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar ialah andragogy, peserta selalu dilibatkan dalam proses belajar mengajar, bahkan saya menilai bahwa peserta cenderung lebih aktif daripada pengajar.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Dalam proses pembelajaran andragogy yang meliputi ceramah, tanya

jawab, dan pembahasan kasus (studi kasus), peserta dilibatkan dalam proses

belajar mengajar melalui komunikasi dua arah, sehingga memberi kesempatan

kepada peserta untuk menyumbangkan pikiran dan pengalamannya serta

menunjukkan kemampuan penerapan akan materi diklat yang diberikan. Dalam

wawancara dengan peserta diklat Ibu Okv sebagai berikut :

“ metode ceramah digunakan dalam proses belajar mengajar dan dikombinasikan dengan tanya jawab, diskusi, dan latihan.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Sehubungan dengan simulasi, dimana simulasi harus selalu diberikan

untuk menghindari kejenuhan dalam proses pembelajaran, Bapak Rhm

menambahkan bahwa :

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2079... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas ...78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Penyelenggaraan

100

“… hampir 99 % kami peserta diberi simulasi oleh pengajar.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Hal ini ditegaskan pula oleh Bapak Sgd sebagai salah satu tim pengajar,

yaitu :

“metode pembelajaran yang sesuai untuk mengelola proses pembelajaran diklat SPIP adalah metode andragogi.” (Sumber: Wawancara, 24 Mei 2012)

Dari wawancara di atas disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan

pendekatan andragogi yang meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab dan simulasi

sudah sangat sesuai dengan sasaran SPIP yang hendak dicapai. Dapat dilihat

pula bahwa keaktifan peserta dalam proses belajar mengajar (pbm) cenderung

cukup tinggi.