BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

20
47 BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG TAHUN 2009-2013 4.3.Ledakan Harga Komoditas (Commodity Boom) Tahun 2000 Pada tahun 1999, lingkungan ekonomi internasional telah berubah secara fundamental. China memulai tingkat pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pembukaan ekonominya ke pasar global. Ekspor manufaktur dalam industri padat karya sebagian besar didominasi oleh China dan Jepang. Pada awal tahun 2000 terjadi ledakan harga komoditas (resource boom) yang menyebabkan harga beberapa komoditas melonjak naik akibat dari permintaan pasar China dan Jepang, khususnya komoditas barang mentah seperti minyak mentah, gas alam dan batu bara. Produk pertanian juga ikut mengalami hal yang sama. Ledakan harga komoditas di Indonesia sendiri merupakan sebuah fenomena dimana terjadi tren peningkatan ekonomi yang dihasilkan dari surplus neraca perdagangan luar negeri Indonesia dari tahun 2001 hingga 2011 (terkecuali tahun 2008). Tabel 7.0: Sepuluh komoditas teratas berdasarkan pangsa ekspor (%), 2014/2000 Commodity groups % in 2014 Commodity groups % in 2000 Batu bara 11.82 Gas 10.66 Minyak kelapa sawit 9.91 Minyak mentah 9.80 Gas 9.75 Pakaian 7.62 Bahan kimia 6.84 Bahan kimia 4.53 Minyak mentah 5.40 Minyak mentah 4.28 Pakaian 4.40 Kayu lapis 3.74 Produk manufaktur 3.41 Komputer, proses data otomatis 3.71 Peralatan transportasi 3.06 Kertas dan produk kertas 3.64

Transcript of BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

Page 1: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

47

BAB V

FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG

TAHUN 2009-2013

4.3.Ledakan Harga Komoditas (Commodity Boom) Tahun 2000

Pada tahun 1999, lingkungan ekonomi internasional telah berubah secara

fundamental. China memulai tingkat pertumbuhan ekonomi yang belum pernah

terjadi sebelumnya karena pembukaan ekonominya ke pasar global. Ekspor

manufaktur dalam industri padat karya sebagian besar didominasi oleh China

dan Jepang. Pada awal tahun 2000 terjadi ledakan harga komoditas (resource

boom) yang menyebabkan harga beberapa komoditas melonjak naik akibat dari

permintaan pasar China dan Jepang, khususnya komoditas barang mentah

seperti minyak mentah, gas alam dan batu bara. Produk pertanian juga ikut

mengalami hal yang sama.

Ledakan harga komoditas di Indonesia sendiri merupakan sebuah

fenomena dimana terjadi tren peningkatan ekonomi yang dihasilkan dari

surplus neraca perdagangan luar negeri Indonesia dari tahun 2001 hingga 2011

(terkecuali tahun 2008).

Tabel 7.0: Sepuluh komoditas teratas berdasarkan pangsa ekspor (%),

2014/2000

Commodity groups % in

2014

Commodity groups % in

2000

Batu bara 11.82 Gas 10.66

Minyak kelapa sawit 9.91 Minyak mentah 9.80

Gas 9.75 Pakaian 7.62

Bahan kimia 6.84 Bahan kimia 4.53

Minyak mentah 5.40 Minyak mentah 4.28

Pakaian 4.40 Kayu lapis 3.74

Produk manufaktur 3.41 Komputer, proses data

otomatis

3.71

Peralatan transportasi 3.06 Kertas dan produk kertas 3.64

Page 2: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

48

Karet 2.73 Perekam video dan audio 3.51

Peralatan elektronik 2.44 Kain tekstil 3.51

Total % 10 tertinggi 59.76 Total % 10 tertinggi 55.01

Sumber : National Bureau of Statistics and World Bank staff calculations

Produk-produk yang mengalami peningkatan harga adalah produk migas

seperti batu bara dan hasil pertanian seperti karet dan kelapa sawit (lihat Tabel

6.0). Dua komoditas mendapatkan perubahan harga paling drastis adalah batu

bara dan minyak bumi, yang kemudian disusul oleh minyak kelapa sawit.

Peningkatan harga komoditas ini diakibatkan karena tingginya permintaan

bahan baku industri dan sumber energi fosil oleh China dan Jepang. Batu bara

sendiri merupakan sumber energi dominan pembangkitan listrik. Sebanyak 27

persen dari total produksi energi dunia dan sebanyak 39 persen dari seluruh

listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batu bara. Hal ini

dikarenakan melimpahnya jumlah batu bara. Dengan melimpahnya jumlah batu

bara dan proses ekstrasinya yang relatif mudah dan murah, ditambah dengan

persyaratan-persyaratan infrastruktur yang relatif lebih murah dibandingkan

dengan sumberdaya energi lainnya, membuat batu bara lebih diminati sebagai

komoditas perdagangan dan juga investasi.39 Daya saing China dan Jepang di

sektor manufaktur kelas bawah dikombinasikan dengan meroketnya harga

komoditas kemudian membalikkan keunggulan kompetitif Indonesia dalam

perdagangan internasional kembali ke komoditas berbasis sumber daya

(Garnaut, 2015).40

Ledakan harga komoditas diperkuat dengan kebijakan desentralisasi yang

dilakukan pada era reformasi dimana pemerintah daerah memiliki otonomi

dalam mengatur daerahnya, dalam hal memberikan izin bagi perusahaan

tambang untuk mengambil hasil alam Indonesia. Berdasarkan data dari

Jaringan Tambang (JATAM) Kalimantan Timur tahun 2007 ada sebanyak 633

39 Indonesia Investment. 2018. Batu Bara. dikutip dari Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM). https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-

bara/item236 diakses pada 20 September 2019 40 Garnaut, Ross 2015. Indonesia’s Resources Boom in International Perspective: Policy

Dilemmas and Options for Continued Strong Growth. Ninth Sadli Lecture. Jakarta.

Page 3: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

49

izin usaha tambang yang diterbitkan dengan luas lahan 1.725.553 hektar. Pada

tahun 2009 izin tambang yang diterbitkan adalah sebanyak 1.180 dengan luas

3.085.134 hektar. Jumlahnya semakin meningkat apada tahun 2012 yang

mencapai 1.488 izin usaha tambang dengan luas wilayah 5.410.664 hektar.41

Adanya ledakan harga komoditas terhadap produk kelapa sawit menyebabkan

peningkatan pemberian izin untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit.

Hal ini dibuktikan dengan bentuk perubahan aturan pemberian izin oleh

pemerintah yang menyuburkan industri kelapa sawit. Perubahan tersebut

digambarkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 107

Tahun 1999 Tentang Izin Usaha Perkebunan yang menggantikan Keputusan

Menteri Pertanian Nomor 786 Tahun 1996. Dimana yang awalnya izin

peningkatan pembukaan lahan adalah 200 hektar meningkat menjadi 1000

hektar. Kewajiban bagi perusahaan skala besar (di bawah 1000 hektar) area

maksimal dalam sebuah provinsi yang bisa digunakan adalah 20.000 hektar dan

100.000 hektar di seluruh Indonesia dengan kewajiban membangun kemitraan

kerjasama dengan perusahaan skala kecil dan menengah yang dinamakan PIR-

KKPA (PIR- Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya).42

Aturan ini kembali diubah dan digantikan dengan peraturan baru yakni

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357 tahun 2002 sebagai realisasi

pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999, tentang

struktur desentralisasi pemerintah yang kemudian mengalihkan wewenang

pemberian izin usaha perkebunan dari Pemerintah Pusat dan Provinsi kepada

Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).43 Berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 perusahaan mendapatkan cadangan lahan

(land bank) yang luas di atas 100.000 hektar per perusahaan. Pada era otonomi

41 Firman Hidayat. 2013. Izin Tambang di Kalimantan Timur Terus Bertambah. Tempo.co.

https://nasional.tempo.co/read/483967/izin-tambang-di-kalimantan-timur-terus-

bertambah/full&view=ok diakses pada 30 Agustus 2019 42 Ica Wulansari, Ridzki R. Sigit. 2016. Industri Kelapa Sawit dan Perjalanan Politik Komoditas

Ini di Indonesia. Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2016/04/18/industri-kelapa-sawit-

dan-perjalanan-politik-komoditas- ini-di-indonesia/ diakses pada 30 Agustus 2019

43 Junji Nagata & Sachiho W. Arai. Evolutionary Change In The Oil Palm Plantation Sector in

Riau Province, Sumatra. The Palm Oil Controversy in Southeast Asia. Hal. 85.

Page 4: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

50

daerah juga, gubernur berhak mengatur secara luas terkait pembangunan

ekonomi, perencanaan tata ruang, dan otoritas pemberian izin usaha.44

Aturan-aturan ini yang kemudian penjadi faktor pendorong peningkatan

industri perkebunan sawit tanah air. Selama 20 tahun (1990-2010) tarakhir,

industri perkebunan sawit berkembang dari sekitar 1,1 juta hektar menjadi 7,8

juta hektar dan angkanya terus bertambah.45 Dalam kurun waktu lima tahun

terakhir, alokasi daerah untuk lahan perkebunan sawit di Indonesia meningkat

dari 7,8 juta hektar tahun 2010 menjadi 10 juta hektar pada tahun 2013 atau

sebesar sebesar 35 persen. Nilainya setara dengan peningkatan sebesar 520.000

hektar per tahun.

44 Regnskogfondet (Rainforest Foundation Norway). 2015. Indonesia`s Evolving Governance

Framework for Palm Oil. Implication for No Deforestation, No Peat Palm Oil Sector.

Daemeter. Bogor. Hal. 16 45 Tandan Sawit. Edisi No.1 Januari 2015. Perkebunan Kelapa Sawit Memicu Pembalakan Liar di

Indonesia. Sawit Watch. Hal. 15.

Page 5: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

51

Grafik 4.0 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2008-2013

Tahun Nilai Ekspor (USD Thousand)

Nilai Impor (USD Thousand)

Selisih Neraca (USD Thousand)

2008 137,020,424 129,244,050 7,776,374

2009 116,509,992 96,829,163 19,680,829

2010 157,779,103 135,663,280 22,115,823

2011 203,496,619 177,435,550 26,061,069

2012 190,031,839 191,690,908 -1,659,069

2013 182,551,754 186,628,631 -4,076,877

Sumber : Trademap.org

Tabel 8.0 Nilai Kontribusi Komoditas Batu Bara dan Kelapa Sawit

Terhadap Ekspor Indonesia Tahun 2008-2013 (USD Thousand)

Tahun Total nilai ekspor Indonesia

Nilai ekspor batu bara

Nilai ekspor kelapa sawit

2008 137,020,424 10,488,911 12,375,570

2009 116,509,992 13,799,108 10,367,621

2010 157,779,103 18,169,654 13,468,966

2011 203,496,619 25,523,153 17,261,247

2012 190,031,839 24,293,180 16,602,168

2013 182,551,754 22,773,242 15,838,850

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai EksporPerdaganganInternasionalIndonesia (USDThousand)

Nilai ImporPerdaganganInternasionalIndonesia (USDThousand)

Page 6: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

52

Sektor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit memberikan

dampak positif bagi perekonomian Indonesia hal ini dapat dilihat pada tabel 7.0

dimana batu bara menyumbang 12,2% dan kelapa sawit menyumbang 8.64%

dari total akumulasi perdagangan Indonesia selam 5 tahun (2009-2013).

Industri pertambangan menyumbang 5-8% dari PDB Indonesia dalam 10 tahun

terakhir sejak 2008, yang sekitar 80%-nya berasal dari industri batu bara.46

Pertumbuhan kuat Indonesia selama ledakan harga komoditas, rata-rata adalah

sekitar 6%, sebagian besar didorong oleh konsumsi domestik yang kuat,

investasi, dan ekspor bersih. Harga-harga komoditas yang terus meningkat pada

tahun 2003 hingga 2007 dan 2009 sampai 2010 menjadi penentu utama

pertumbuhan ekspor Indonesia yang kuat, menghasilkan keuntungan

perusahaan yang lebih tinggi, pendapatan rumah tangga, dan pendapatan

pemerintah, yang pada gilirannya mendorong konsumsi domestik bersama

dengan output dan impor domestik.47

Meskipun Indonesia menikmati masa pertumbuhan ekonomi saat terjadi

ledakan harga komoditas akibat dari surplus perdagangan bahan mentah di

pasar lnternasional, tetap ada dampak negatif yang mengancam. Dampak

negatif yang paling dirasakan adalah pangsa ekspor produk manufaktur

Indonesia yang menurun secara signifikan sebagai akibat dari pergeseran dari

ekonomi berbasis manufaktur ke ekonomi berbasis sumber daya selama

ledakan harga komoditas, terutama di pertambangan dan produk pertanian yang

didominasi oleh batu bara dan minyak kelapa sawit48. Pada tahun 2000, minyak

mentah, minyak bumi, dan gas menempati urutan teratas dalam daftar nilai

ekspor. Dengan adanya ledakan harga komoditas, relevansi sektor manufaktur

dan komoditas olahan dalam ekspor menurun sehubungan dengan komoditas

mentah; ekspor barang teknologi tinggi juga menurun setelah awal tahun

46 Arinaldo, Deon. Julius Christian Adiatma. 2019. Rangkuman untuk Para Pembuat Kebijakan :

Dinamika Batu Bara Indonesia: Menuju Transisi Energi yang Adil. Jakarta. Institute for

Essential Services Reform 47 Wihardja M.M. The Effect of the Commodity Boom on Indonesia’s Macroeconomic

Fundamentals and Industrial Development. Jakarta Bursa Efek Jakarta 48 Ibid

Page 7: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

53

2000.49 Peralihan ekspor manufaktur kepada komoditas olahan menandakan

relevansi yang semakin berkurang dari sektor manufaktur, terutama produk

manufaktur komoditas yang tidak diproses, di pasar ekspor selama terjadinya

ledakan harga komoditas. Hal ini dapat mengarahkan Indonesia kembali kepada

krisis ekonomi tahun 1997 dimana peningkatan sektor finansial tidak diikuti

dengan peningkatan di sektor riil dapat memicu inflasi. Hal ini dikarenakan

cadangan devisa yang besar menyebabkan apresiasi nilai tukar yang artinya

produk domestik relatif lebih mahal di pasar global. Sehingga, daya saing

produk lain, termasuk komoditas manufaktur, akan menurun. Hanya orang-

orang tertentu yang terlibat dalam produksi komoditas yang mendapatkan

keuntungan paling besar dari ledakan komoditas.50 Hal ini yang kemudian

menyabkan ketimpangan pendapatan dan dapat menyebabkan inflasi. Selain itu

pasokan beberapa komoditas yang diandalkan Indonesia untuk ekspor,

misalnya seperti minyak kelapa sawit, tidak menjamin keuntungan Indonesia

yang akan terus berlanjut, meskipun pasokan berlimpah tetap dapat

menyebabkan pelemahan harga begitu permintaannya menurun.

Hal ini terbukti pada awal tahun 2012 dimana Indonesia mengalami defisit

perdagangan dan memburuknya kondisi fundamental ekonomi makro. Hal ini

disebabkan karena konsumsi yang terus meningkat dan permintaan terhadap

barang ekspor yang tinggi tidak diimbangi dengan pendapatan masyarakat. Hal

ini tidak lepas kaitannya dari kebijakan subsidi BBM oleh pemerintah sejak

tahun 2007 yang terus membebani ABPN negara.51 Subsidi BBM yang

diberikan diharapkan mampu mendorong sektor manufaktur tetapi sayang nya

hal tersebut salah sasaran karena masyarakat serta pengusaha masih melihat

kelapa sawit dan batu bara sebagai komoditas yang menjanjikan. Sehingga saat

ledakan harga komoditas berakhir pada tahun 2011, neraca perdagangan

49 World Bank. 2014. Revitalizing Productivity in the Manufacturing Sector in Indonesia.

Presentation at the second roundtable, Job Policy Forum, 50 Rahmawaty, Anna. 2017. Potential commodities boom: Harmful for income inequality. Jakarta.

The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/academia/2017/06/06/potential-commodities-

boom-harmful-for-income-inequality.html diakses pada 4 September 2019 51 Haryanto, Joko Tri. 2015. Reformasi Kebijakan Subsidi BBM. Jakarta. Kementerian Keuangan. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/reformasi-kebijakan-subsidi-bbm/

diakses pada 5 September 2019

Page 8: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

54

Indonesia tidak kuat menahan tekanan terhadap ekonomi makronya. Sementara

itu, ekspor manufaktur dan jasa tidak dapat mengompensasi ekspor komoditas

yang lemah. Melalui pertengahan 2012 sebagian besar penurunan berasal dari

surplus perdagangan nonmigas yang menyusut dengan cepat, diikuti oleh

peningkatan defisit minyak. Pada 2013 akun modal telah melemah dan neraca

pembayaran mengalami defisit. Cadangan internasional menurun dan rupiah

masih terdepresiasi terhadap dolar AS.52

Akhir dari ledakan harga komoditas pada awal tahun 2012 terjadi karena

perlambatan ekonomi China di tahun 2011 yang dipengaruhi krisis ekonomi

Uni Eropa. Hal ini disebabkan krisis hutang Yunani yang kemudian menyebar

ke Irlandia dan Spanyol. di tahun 2012 dan 2013. Kawasan Eropa sebagai pasar

terbesar China, yang saat ini sedang mengalami krisis, otomatis ikut

mempengaruhi perlambatan ekonomi China dan menyebabkan China harus

mengubah strategi ekonomi nya dan mulai mengurangi impor. Hal ini yang

kemudian mempengaruhi negara-negara yang ekspor utamanya merupakan

komoditas dan sedang menikmati ledakan harga komoditas. Akibat dari

berhentinya tren harga komoditas ini, negara yang menikmati ledakan harga

komoditas ikut merasakan penurunan nilai perdagangan pada tahun 2011

termasuk Indonesia.53 Penurunan harga ini disebabkan karena permintaan

terhadap produk-produk di atas mulai menurun sehingga menyebabkan

harganya punikut menururun. Hal ini pun berpengaruh pada neraca

perdagangan Indonesia dan Jepang dimana pada tahun 2011 mulai terlihat

penurunan nilai perdagangan.

52 World Bank. 2014. Indonesia Economic Quarterly: Hard Choices. Jakarta,

http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/EAP/Indonesia/IEQ-July14-

ENG.pdf (February 2016). 53 Fithria, Irfani . Fithra Faisal Hastiadi. 2015. Perekonomian Indonesia di Tengah bayang-

Bayang Perlambatan Global. FEB UI Quarterly Report.

Page 9: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

55

Grafik 5.0 Nilai Ekspor Indonesia ke Jepang dan Nilai Impor

Indonesia dari Jepang

Tahun Nilai Ekspor (USD Thousand)

Nilai Impor (USD Thousand)

Selisih Neraca (USD Thousand)

Nilai EKspor Batu Bara Indonesia ke Jepang

2008 27,743,856 15,129,173 12,614,683 2,077,112

2009 18,574,730 9,843,729 8,731,001 2,191,841

2010 25,781,814 16,965,801 8,816,013 2,801,938

2011 33,714,696 19,436,612 14,278,084 3,760,723

2012 30,135,107 22,767,831 7,367,276 3,558,886

2013 27,086,259 19,284,588 7,801,671 3,238,592

Sumber : Trademap.org

Batu bara ikut mengalami penurunan permintaan dimana nilai ekspor batu

bara Indonesia ke Jepang mengalami penurunan (lihat Grafik 5.0) nilai ekspor

batu bara Indonesia ke Jepang tertinggi adalah sebesar USD 3,760 juta pada

tahun 2011 tetapi kemudian terus mengalami penurunan pada tahun-tahun

selanjutnya. Jepang sendiri bukan merupakan importir terbesar bagi Indonesia

dalam produk sawit, tetapi Jepang merupakan importir terbesar produk migas

Indonesia khususnya gas alam dan batu bara guna menunjang kebutuhan

pasokan energi industri Jepang.

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Ekspor Indonesia keJepang (USD Thousand)

Nilai impor Indonesia dariJepang (USD Thousand)

Page 10: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

56

Perlambatan ekonomi global 2012 juga mempengaruhi Jepang karena

terjadi kecenderungan pengamanan portofolio dimana menguatnya mata uang

safe-haven seperti yen karena permintaannya yang terus bertambah. Kondisi ini

akan mengokohkan apresiasi mata uang yen dan mempengaruhi ekspor Jepang

termasuk ekspor Jepang ke Indonesia. Hal ini memperparah kondisi ekonomi

Jepang yang saat itu sedang memulihkan diri akibat dari bencana alam yang

menimpa Jepang di tahun 2011.

4.4.Gempa Bumi Jepang Tahun 2011

Pada Pertengahan tahun 2011 tepatnya tanggal 11 Maret terjadi sebuah

gempa bumi besar dengan skala 9.0 magnitudo (SR) di Jepang yang

menyebabkan lumpuhnya perekonomian Jepang sepanjang tahun 2011.

Dampak kerugian terbesar dirasakan oleh 7 perfektur dari kawasan yang

mengalami kerusakan paling parah di Iwate, Miyagi, Fukushima, Hokkaido,

Aomori, Ibaraki, dan Chiba. Kerugian ekonomi dan pengaruhnya terhadap

neraca perdagangan Indonesia terhadap Jepang dipengaruhi oleh beberapa hal.

Pertama adalah menurunnya perekonomian Jepang akibat dari kerugian yang

disebabkan oleh bencana tersebut. Gempa dan tsunami Jepang menelan

kerugian hingga 2 triliun yen atau sekitar USD 309 miliar. Hancurnya sebagian

wilayah di Jepang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Jepang

pada tahun fiskal 2011 hingga 0,5%. Menurut perkiraan resmi dari kantor

pemerintah Jepang, paling tidak diperlukan biaya sebesar 16 triliun yen hingga

25 triliun yen untuk mengganti kerusakan akibat hancurnya perumahan, pabrik-

pabrik dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang diperkirakan untuk 3

tahun ke depan.54 Kedua adalah meningkatnya kebutuhan industri dalam hal

energi, dimana tercatat 11 dari 50 reaktor nuklir Jepang termasuk reaktor nuklir

Fukushima lumpuh akibat gempa. Akibatnya terjadi pengurangan pasokan

energi listrik negara sebesar 40 persen yang kemudian menuai kecaman publik

yang intens atas berhentinya pembangkit nuklir yang menyebabkan banyak

54 Detik Finance. 2011. Jepang: Kerugian Akibat Gempa dan Tsunami Capai Rp 2.780 Triliun.

Detk.com.https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1599637/jepang-kerugian-akibat-

gempa-dan-tsunami-capai-rp-2780-triliun diakses pada 19 Agustus 2019

Page 11: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

57

perusahaan bangkrut yang kemudian mengarahkan kepada tutupnya 22

perusahaan lain pada Mei 2011 dan membuat Jepang harus mengimpor minyak

untuk menggantikan kapasitas pembangkit. Ini menyebabkan rekor defisit

perdagangan. Reaktor nuklir Jepang kembali pulih pada tahun 2013 tetapi

masih harus menjaga keberlangsungan pasokan energi nya sebelum benar-

benar pulih. Ketiga, selain karena gempa yang menyebabkan gagal panen dan

terganggunya rantai distribusi bahan mentah di Jepang, bencana akibat matinya

reaktor nuklir yang mencemari ladang milik masyarakat Jepang memaksa

pemerintah Jepang untuk melakukan impor lebih untuk memenuhi cadangan

makanan dan juga sumber eneregi. 55

Jepang tidak bisa berharap banyak dalam situasi bencana selain melakukan

impor karena saat ini Jepang sedang menghadapi kenaikan harga komoditas

dan kumpulan pekerja yang menua. Selain dariapada tiga hal di atas, neraca

perdagangan Indonesia dan Jepang sendiri dipengaruhi oleh kesadaran para

pengusaha akan pentingnya sebuah skema perjanjian perdagangan bebas dan

seberapa efektif mereka memanfaatkannya.

4.5. Kesadaran Pelaku Usaha dalam Pemanfaatan IJEPA

Setelah 3 tahun diterbitkannya IJEPA pada 2008 terjadi peningkatan

perdagangan Indonesia dan Jepang berdasarkan pangsa SKA (Surat Keterangan

Asal) yakni peningkatan terjadi pada tahun 2009-2011.

55 Amadeo, Kimberly. 2019. Japan's 2011 Earthquake, Tsunami and Nuclear Disaster Economic

Impact on Japan and the Rest of the World. The Balance. https://www.thebalance.com/japan-s-2011-earthquake-tsunami-and-nuclear-disaster-3305662 diakses pada 19 Agustus 2019

Page 12: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

58

Tabel 9.0 Pangsa Nilai SKA ekspor Indonesia dalam Perjanjian IJEPA

tahun 2009-2011

Tahun Pangsa Nilai SKA dari

total ekspor ekspor non-

migas Indonesia ke

Jepang

Jumlah form

SKA yang

dikeluarkan

Nilai ekspor

berdasarkan

penggunaan SKA

2009 20,7 % 46.272 USD 2,5 milliar

2010 16,0 % 53.182 USD 2,9 milliar

2011 28,6 % 43.580 (periode

Januari-

September)

USD 3,9 miliar

(periode Januari-

September)

Sumber : Dit. Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar

Negeri, Kemendag (2010), diolah Puska Daglu, BP2KP,

Kemendag, 2011.

Tahun 2009 terhadap ekspor non-migas Indonesia ke Jepang dilihat dari

pangsa nilai SKA Form IJ-EPA naik menjadi 20,7%. Pada tahun 2010 turun

menjadi 16%. Kemudian mengalami kenaikan selama periode Januari-

September 2011 sebesar 28,6%,. Pada tahun 2008, Indonesia mengeluarkan

16.226 lembar SKA Form IJ-EPA. Pada tahun 2009 meningkat menjadi

sebanyak 46.272 lembar atau sebesar 185,2% dari tahun sebelumnya. Pada

tahun 2010, naik menjadi 53.182 lembar. Pada periode Januari-September 2011

jumlah mencapai 43.580 lembar, melebihi jumlah penerbitan SKA Form IJ-

EPA pada periode Januari-September tahun 2010 yang hanya sebanyak 39.119

lembar atau naik sebesar sebesar 11,4% pada periode yang sama dari tahun

lalu. Jika dilihat berdasarkan nilainya pangsa nilai SKA pada tahun 2008 adalah

senilai USD 1,7 miliar. Pada tahun 2009 naik menjadi USD 2,5 milliar.

Kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi USD 2,9 milliar. Pada periode

Januari-September 2011 mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar

USD 3,9 miliar atau meningkat sebanyak 115,8% dari periode Januari-

September 2010 yang hanya mencapai USD 1,8 miliar.56

56 Salam, R. Aziza dkk. 2012. Op Cit. Hlm 24-26.

Page 13: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

59

Meskipun demikian pemanfaatan SKA Form IJEPA ternyata relatif lebih

rendah dibandingkan dengan kesepakatan perdagangan bebas lainnya yang

telah ditandatangani dan diimpelementasikan Indonesia. Seperti misalnya

pangsa nilai SKA preferensi FTA lain terhadap ekspor non-migasnya

(misalnya, SKA Form AK (AK-FTA) sebesar 63,1%, SKA Form D/ASEAN

Trade In Goods Agreement (ASEAN AFTA) sebesar 40,5%, dan SKA Form E

(AC-FTA) sebesar 23,2%) pada tahun yang sama.57 Penyebabnya adalah

kurangnya pengetahuan para pengusaha akan manfaat dari perjanjian ini. Hal

ini digambarkan dalam data hasil wawancara para pengusaha oleh Kementerian

Perdagangan.

Lebih dari setengah pelaku usaha yang diwawancarai telah mengetahui IJ-

EPA sehingga sangat memahami kesepakatan tersebut, sedangkan sisanya

hanya pernah mendengar dan tidak mengetahui tentang IJ-EPA. Dari segi

pemahaman akan tarif preferensi IJ-EPA sebagaimana diuraikan dalam Grafik

7.0, sebanyak 25,6% pelaku usaha tidak mengetahui tentang adanya tarif

preferensi IJ-EPA dan pemanfaatannya. Ketidaktahuan tersebut disebabkan

oleh ketidakpedulian para pelaku usaha sebagai eksportir akan manfaat tarif

preferensi IJ-EPA. Manfaat keringanan tarif bea masuk preferensi IJ-EPA

justru lebih banyak dinikmati oleh pihak pembeli atau importir dari Jepang.

57 Ibid

Page 14: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

60

Grafik 6.0 Pemahaman IJ-EPA, Tarif Preferensi IJ-EPA, dan Persyaratan

dan Prosedur Penerbitan SKA Form IJ-EPA

Sumber: Data Primer Kemendag (2011) diolah oleh Puska Daglu, BP2KP,

Kemendag, 2011

Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Fasilitasi Impor Kementrian

Perdagangan, dari pelaku usaha yang menjadi responden sebanyak 23,1%

mengindikasikan ketidaktahuan pelaku usaha terkait persyaratan dan prosedur

penerbitan SKA Form IJ-EPA. Terdapat beberapa alasan yang

melatarbelakangi ketidaktahuan mereka yakni para pengusaha telah terbiasa

menggunakan jasa perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) dalam

penerbitan SKA Form IJ-EPA; Sedangkan alasan lainnya adalah masih adanya

importir dari Jepang yang menginginkan penggunaan SKA Form A dan tarif

bea masuk untuk produk tertentu yang telah 0% sebelum

diimplementasikannya IJ-EPA. SKA Form A adalah surat keterangan asal non

preferensi Generalized System of Preferences (GSP). Penerbitan SKA Form IJ-

EPA sendiri membutuhkan waktu paling tidak satu hari kerja dengan biaya

penggantian aplikasi SKA Form IJ-EPA sebesar Rp. 5.000,-. Selain hal-hal

yang disebutkan di atas, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi

Page 15: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

61

kurangnya pemahaman pelaku usaha mengenai perjanjian dan mengenai SKA

IJEPA. 58

Faktor pertama adalah kurangnya SDM yang memiliki pemahaman penuh

tentang SKA IJEPA. Hal ini menjadi masalah baik bagi Instansi Penerbit SKA

(IPSKA) yang telah melakukan otomasi secara online maupun IPSKA yang

masih melakukan penerbitan SKA Form IJ-EPA secara manual. Selain itu

masalah pajak seperti struktur biaya dalam SKA form IJ-EPA juga menjadi

hambatan bagi sebagian pelaku usaha. Dengan adanya pencantuman struktur

biaya akan berpengaruh terhadap pajak yang harus pelaku usaha bayarkan

kepada negara.59

Faktor kedua adalah pemilihan kode HS (Harmonized System) yang sesuai

untuk dicantumkan dalam aplikasi SKA Form IJ-EPA yang membingungkan

para pelaku usaha.60 Hal teknis ini lebih cenderung kepada kesalahan

komunikasi dimana terkadang importir Jepang meminta para pelaku usaha

untuk mencantumkan kode HS nasional Jepang dalam aplikasi SKA Form

IJEPA guna kepentingan tarif preferensi IJ-EPA, sedangkan para pelaku usaha

sendiri memiliki pengetahuan yang minim tentang HS Code. Di samping itu,

keterbatasan pengetahuan para responden dan petugas IPSKA menjadi

penyebab lain dalam penentuan kode HS yang tepat. Dalam mengatasi

permasalahan perbedaan kode HS dan pemilihan kode HS yang tepat, maka

selama ini digunakan kode HS nasional Indonesia dalam aplikasi SKA Form

IJEPA.61

Faktor yang terakhir adalah minimnya sosialisasi mengenai fasilitas IJ-

EPA. Hal tersebut dirasakan oleh 20,5% responden yang menganggap kendala

dalam proses penerbitan SKA Form IJ-EPA diakibatkan karena kurangnya

pengetahuan para pelaku usaha terkait perjanjian ini termasuk pengetahuan

58 Salam, R. Aziza dkk. 2012. Op Cit. Hlm 29. 59 Ibid 60 HS Code adalah sandi yang digunakan sebagai sandi komoditas perdagangan dengan skala

internasional sehingga terdapat kemudahan dalam melakukan klasifikasi produk. 61 Ibid

Page 16: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

62

tentang adanya perjanjian ini, tarif preferensi dan persyaratan penerbitan SKA.

62

4.6. Keunggulan Komparatif Perdagangan Indonesia-Jepang dalam

IJEPA

Indonesia dan Jepang telah menjalin hubungan dagang sejak lama bahkan

sebelum IJEPA dibentuk. Indonesia menjadi pasar Jepang dalam memasarkan

produk-produknya seperti mesin, peralatan mekanis, reaktor nuklir, boiler,

peralatan listrik. Selain itu, Indonesia juga mengimpor banyak produk otomotif

dan transportasi publik seperti mesin bermotor, kereta api atau trem, dan

produk besi dan baja. Jepang juga menjadi negara tujuan nomor satu Indonesia

dalam mengekspor gas alam dan negara kedua tujuan ekspor produk migas

Indonesia seperti minyak mentah dan batu bara serta produk mineral lainnya.

Jepang juga menjadi pasar Indonesia dalam menjual produk pertanian yakni

komoditas karet dan produk perikanan seperti tuna dan komoditas kelautan

lainnya. Jika ini dilihat

Dalam perjanjian IJEPA dan perdagangan Indonesia dan Jepang dapat

digambarkan bagaimana teori keunggulan komparatif berlaku. Meskipun kedua

negara sama-sama tidak memiliki keunggulan mutlak, tetapi keduanya masih

dapat melakukan perdagangan internasional karena memiliki keunggulan

komparatif. Jepang memiliki keunggulan komparatif dari segi produk

manufaktur yang menjadi prioritas impor Indonesia dari Jepang dan Indonesia

memiliki keunggulan komparatif dari produk migasnya yang menjadi prioritas

impor Jepang dari Indonesia.

62 Ibid

Page 17: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

63

Tabel 10. Perbandingan Ekspor Indonesia ke Jepang dan Impor

Jepang dari Dunia Berdasarkan Komoditas yang sama

Ekspor Indonesia ke Jepang (US Dollar thousand)

Produk 2009 2010 2011 2012 2013

Bahan bakar fosil,

minyak mentah,

batu bara (migas)

8,788,994 12,087,310 19,145,925 16,510,657

14,240,709

Bijih, terak dan

abu

2,152,519 2,984,240 1,195,241

1,069,257 1,017,388

Nikel 581,342 1,430,850 1,213,784 987,241 928,592

Mesin dan

peralatan listrik

912,247 1,233,340 1,223,474 1,336,582 1,310,268

Karet 727,384 1,232,636 2,078,758 1,512,353 1,336,880

Impor Jepang dari Seluruh Dunia (US Dollar thousand)

Bahan bakar fosil,

minyak mentah,

batu bara (migas)

152,48,996 199,138,617 274,651,704 302,532,031 281,585,332

Bijih, terak dan

abu

20,086,810 32,065,373 38,873,411 35,467,093 32,122,611

Nikel 1,650.023 3,116,538 3,468,131 2,624,345

2,410,547

Mesin dan

peralatan listrik

64,897,332 86,420,642 92,475,646

96,878,439 96,790,538

Karet 3,456,297 5,395,608 7,581,513 6,383,177 5,405,319

Sumber : Tradeap.org

Jepang dan Indonesia sama-sama memproduksi barang yang mereka impor

satu sama lain. Indonesia sendiri bukan satu-satunya negara yang mengekspor

gas alam dari Jepang. Negara di kawasan Timur Tengah merupakan asal impor

produk migas terbesar bagi Jepang. Tetapi hal tersebut tidak berarti tidak dapat

dilakukan perdagangan antara keduanya. Indonesia tetap bisa memasarkan

produk migasnya di Jepang karena Jepang mempertimbangkan kuantitas impor

komoditas yang mereka butuhkan, dalam hal ini migas, sehingga kerjasama

dengan negara lain tetap dapat dilakukan.

Page 18: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

64

Tabel 11. Perbandingan Ekspor Jepang ke Indonesia dan Impor

Indonesia dari Dunia Berdasarkan Komoditas yang sama

Ekspor Jepang ke Indonesia (US Dollar thousand)

Produk 2009 2010 2011 2012 2013

Peralatan mesin

dan reaktor nuklir

2,467,840 4,980,028 5,189,837 5,927,988 4,849,149

Kendaraan selain

kereta api atau

trem, dan bagian

dan aksesori

1,474,133

2,980,079 3,637,936 4,443,356 3,145,726

Mesin dan

peralatan listrik

1,226,895 1,932,381 1,860,764

1,974,376 1,718,314

Besi baja 787,418 1,452,958 1,819,930 1,944,900 1,802,794

Barang dari besi

atau baja

419,931 610,587 563,743 769,070 597,517

Impor Indonesia dari Seluruh Dunia (US Dollar thousand)

Peralatan mesin

dan reaktor nuklir

14,723,974 20,019,021 24,728,825 28,429,601 27,290,505

Kendaraan selain

kereta api atau

trem, dan bagian

dan aksesori

3,886,567 5,737,403 7,602,790 9,756,996 7,914,750

Mesin dan

peralatan listrik

11,087,755 15,633,161 18,245,203 18,904,705 18,201,101

Besi baja 4,356,621 6,371,546 8,580,546 10,138,892 9,553,612

Barang dari besi

atau baja

2,784,067 3,451,024 3,573,279 4,889,617 4,747,700

Sumber : Tradeap.org

Sama halnya dengan Jepang, Indonesia tidak hanya mengimpor produk

mesin hanya dari Jepang. Berdasarkan data dari tabel di atas, pada tahun 2011

produk mesin yang diekspor jepang ke Indonesia hanya senilai 5,927 juta USD

dari total impor Indonesia atas produk yang sama dari seluruh dunia dengan

total 28,429 juta USD. Hal ini mengindikasikan, untuk dapat memperoleh

sesuatu, kita pun perlu memberikan sesuatu sebagai gantinya. Hal serupa dapat

diterapkan dalam perdagangan internasional. Saat dua negara sama-sama

Page 19: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

65

melihat sebuah kepentingan, maka keduanya akan mencari kesamaan

kepentingan dan membentuk sebuah perjanjian sehingga tercapailah win-win

solution.

Meskipun demikian perdagangan internasional dari kacamata teori

keunggulan komparatif tidak bisa hanya dilihat secara sempit dan hanya

dibatasi oleh perdagangan barang saja. Dalam hal ini, perjanjian IJEPA berbeda

dengan FTA pada umunya karena menerapkan konsep kerjasama ekonomi

(Economy Partnership) dimana perjanjian tersebut melingkupi aspek-aspek lain

dalam perdagangan internasional dan bukan hanya perdagangan barang. Hal

yang paling disoroti disini adalah investasi dan pengembangan kapasitas.

Jepang menilai Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi besar bagi

pasar otomotif Jepang. Selain itu Jepang membutuhkan banyak sumber tenaga

yang murah dan banyak yang diperlukan bagi industrinya. Jepang juga

memerlukan banyak sekali tenaga kerja untuk menggerakan sektor industri

manufakturnya. Hal itu bisa didapatkan di Indonesia, dimana Indonesia masuk

ke dalam daftar negara penghasil batu bara dan gas alam terbesar di dunia dan

salah satu negara dengan penduduk muda terbanyak di dunia. Di satu sisi,

Indonesia membutuhkan Jepang, salah satu alasannya adalah Jepang menjadi

negara pemberi hibah dana terbesar melalui dana ODA (Official Development

Assistance) sejak tahun 1954. Secara kumulatif, bantuan dana yang diberikan

Jepang melalui ODA hingga tahun 2006 adalah senilai USD 29,5 milyar.63

Program ODA sendiri tidak hanya menyediakan dana hibah tetapi juga

kerjasama pengembangan dan pelatihan terhadap SDM negara-negara

berkembang. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan di atas, nilai investasi

langsung Jepang di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun awal perjanjian

IJEPA berjalan.

Dengan segala aspek di atas, Jepang menilai perlu dibentuk sebuah

kerangka kerjasama yang dapat mencakup segala hal tersebut. IJEPA hadir

sebagai bentuk perjanjian yang mengatur tidak hanya perdagangan barang

63 Official Development Assistance. Sejarah Bantuan ODA Jepang di Indonesia.

https://www.id.emb-japan.go.jp/oda/id/whatisoda_02.htm diakses pada 29 Oktober 2019.

Page 20: BAB V FAKTOR PENGARUH PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG …

66

tetapi juga masalah penanaman modal, perpindahan manusia (tenaga kerja),

energi dan sumber daya mineral. Selain itu dalam perjanjian IJEPA terdapat

juga fasilitas USDFS yang diberikan Indonesia bagi Jepang yang

menguntungkan Jepang dan penjualan produk industri manufakturnya yang

mendapat pembebasan tarif. Sedangkan bagi Indonesia, Jepang menawarkan

program MIDEC karena Jepang mengetahui yang paling dibutuhkan Indonesia

adalah bantuan pengembangan SDM dalam bidang industri untuk mencapai

kemandirian ekonomi Indonesia.