Ketegangan Jepang-Korea Selatan dan Dampaknya Pada ... · Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang...
Transcript of Ketegangan Jepang-Korea Selatan dan Dampaknya Pada ... · Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang...
Bab 5 - Artikel
113
Ketegangan Jepang-Korea Selatan dan Dampaknya Pada PerekonomianOleh: Kiki Nindya Asih1 dan Masagung Suksmonohadi2
1 Analis Eksekutif Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo.2 Asisten Analis Departemen Internasional Bank Indonesia.
resolusi dalam jangka pendek masih buram
mengingat kedua negara juga dihadapkan
pada tekanan politik dan sejarah masa lalu
yang kelam.
Pemerintah Jepang di luar dugaan
merestriksi ekspor beberapa material input
ke Korea Selatan dengan pertimbangan
keamanan nasional. Pada 1 Juli 2019, Jepang
mengumumkan bahwa mulai 4 Juli 2019,
restriksi ekspor beberapa material kimia
untuk pembuatan semikonduktor ke Korea
Selatan berlaku efektif. Material bahan baku
pembuatan semikonduktor yang dibatasi
adalah (i) fluorinated polyamide, bahan baku
untuk membuat layar ponsel atau televisi; (ii)
photosensitising agent resist, salah satu bahan
untuk memproduksi chip; dan (iii) high purity
Pada 1 Juli 2019, Pemerintah
Jepang mengumumkan restriksi ekspor
beberapa material kimia untuk pembuatan
semikonduktor ke Korea Selatan. Tidak lama
berselang, Korea Selatan meretaliasi dengan
mengeluarkan Jepang dari preferred trade
list dan memutus perjanjian militer kedua
negara. Peningkatan ketegangan Jepang-
Korea Selatan tidak hanya menambah
tekanan ekonomi kedua negara, namun juga
berpotensi memengaruhi negara lain yang
terlibat dalam jaringan rantai nilai global
produk hi-tech. Oleh karenanya, penting
bagi kedua negara untuk bekerja sama
dan merevitalisasi hubungan stategis yang
sedang kritis. Namun sayangnya, prospek
Artikel 1
BAB
5
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
114
bisnis, terlebih ketergantungan Korea Selatan
terhadap ketiga material input tersebut sangat
tinggi. Korea Selatan mengimpor sekitar
94% kebutuhan fluorinated polyamide, 92%
kebutuhan photosensitising agent resist, dan
46% kebutuhan high purity hydrogen fluoride
dari Jepang.4
Merespons tindakan restriksi oleh
Jepang, Korea Selatan mengumumkan akan
mengeluarkan Jepang dari preferred trading
partner pada September 2019, dan melakukan
pemutusan perjanjian kerja sama intelejen dan
militer pada 22 Agustus 2019.5,6 Sebaliknya,
pada 28 Agustus 2019, Jepang merealisasikan
rencana mengeluarkan Korea Selatan dari
whitelist (negara yang menerima kemudahan
perizinan ekspor).7 Selain itu, Jepang juga
tengah mempertimbangkan penerapan
kebijakan yang lebih keras termasuk kenaikan
tarif, pengetatan aturan remitansi, dan
pembatasan visa bagi warga Korea Selatan.
Keputusan Jepang menghapus Korea
Selatan dari whitelist memberikan dampak
negatif bagi Korea Selatan. Negara tersebut
perlu mendapatkan individual approval atas
4 Data Januari hingga Mei 2019.5 Rencana untuk mengeluarkan Jepang dari Preferred
Trading Partner diumumkan pada 22 Agustus 2019. 6 Di luar preferred trading partner, Korea Selatan
mengategorikan mitra dagangnya ke dalam tiga kategori, yakni A1, A2, dan B. Sebagai konsekuensi dikeluarkannya Jepang dari preferred trading partner, maka Jepang akan menjadi mitra dagang kategori A2. Hal tersebut akan menyebabkan Jepang mendapat perlakuan sama dengan negara-negara kategori B, yakni mitra dagang yang mendapat pembatasan ekspor tertentu dengan beberapa pengecualian.
7 Whitelist Jepang terdiri dari 27 negara termasuk Korea Selatan, AS, Jerman, Polandia, dan Italia, namun tidak termasuk Tiongkok.
hydrogen fluoride/etching gas, bahan untuk
merakit silicon wafer/circuit pattern pada
semikonduktor. Jepang menguasai pasokan
dunia untuk ketiga produk tersebut.3
Banyak pihak mengindikasi bahwa
restriksi ekspor tersebut merupakan bentuk
retaliasi Jepang atas keputusan Mahkamah
Agung Korea Selatan yang mewajibkan
perusahaan Jepang membayar kompensasi
atas korban kerja paksa pada masa Perang
Dunia II. Sebagian juga mensinyalir keputusan
tersebut untuk merespons temuan beberapa
kasus dalam tiga tahun terakhir, yang
mengindikasikan ekspor material input dari
Jepang di ekspor ulang oleh Korea Selatan ke
Korea Utara, Tiongkok, dan Iran. Kebijakan
tersebut diputuskan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu ke Korea Selatan dan menjadi
ironis sebab dirilis hanya berselang dua hari
pasca joint statement Pimpinan G20“strive
to realize a free, fair, non-discriminatory,
transparent, predictable, and stable trade and
investment environment” di Osaka, Jepang.
Restriksi ekspor yang diterapkan Jepang
tersebut mewajibkan setiap perusahaan
Jepang yang akan melakukan ekspor ke
Korea Selatan untuk mengajukan aplikasi bagi
setiap kontrak penjualan tiga material yang
direstriksi. Proses persetujuan atas aplikasi
ekspor yang memakan waktu hingga maksimal
90 hari kerja dapat menghambat proses
3 Jepang mendominasi pasokan dunia dengan pangsa sbb: (i) fluorinated polyamide (90% pasokan dunia); (ii) photosensitising agent resist (90% pasokan dunia); dan (iii) high purity hydrogen fluoride/etching gas, (70% pasokan dunia).
Bab 5 - Artikel
115
(ii) menurunkan barriers dan melakukan
diversifikasi sumber pasokan ke AS, Tiongkok,
atau negara lainnya (sebelumnya 70%-
90% dipasok oleh Jepang); (iii) memberikan
dukungan finansial kepada perusahaan
yang akan melakukan merger dan akuisisi
perusahaan asing, termasuk melakukan
overseas acquisition; (iii) memperluas tax
benefits untuk mengundang investasi asing;
(iv) merelaksasi labor and environmental
regulations untuk meningkatkan produksi;
(v) otoritas keuangan (Financial Services
Commission) dan pasar (Financial Supervisory
Service) membentuk task force bersama
sejumlah bank besar guna me-review
maturitas ULN dari Jepang dan menyusun
contingency plan jika hubungan Jepang-Korea
Selatan memburuk hingga berdampak pada
pembiayaan/sektor keuangan.
Chaebol Korea Selatan juga telah
melakukan sejumlah langkah.10 Pertama,
segera setelah restriksi diumumkan, Federasi
Bisnis Korea Selatan (15 Juli 2019) mengirim
surat kepada Kementerian Ekonomi,
Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang
agar mempertimbangkan kembali kebijakan
restriksi ekspor karena akan mengganggu
produksi perusahaan di Korea Selatan, yang
pada gilirannya mengancam rantai nilai global.
Kedua, perusahaan teknologi Korea Selatan
berupaya melakukan lokalisasi material input
utama dan diversifikasi sumber pasokan.
lainnya.10 Chaebol adalah istilah untuk menyebut konglomerasi
industri besar di Korea Selatan yang bisnisnya dijalankan oleh perorangan atau keluarga, seperti contohnya Samsung, LG, Hyundai, dan Daewoo.
857 produk impor dari Jepang (dari 1.120
produk) dengan waktu pengurusan izin ±90
hari, dan akan menderita kerugian ekspor
tahunan yang diprediksi mencapai KRW30,5
triliun (USD27 miliar). Korea Selatan juga akan
mengalami disrupsi pasokan dan peningkatan
biaya input bahan baku untuk sektor otomotif
dan industri elektronik, yang pada akhirnya
akan mengganggu global supply chains
smartphones dan electronic devices.
Pemerintah Korea Selatan bereaksi
cepat dalam menghadapi kebijakan restriksi
Jepang. Hal ini karena ekspor komputer dan
alat elektronik, termasuk semikonduktor dan
smartphone, berkontribusi sekitar 20% dari
ekspor Korea Selatan dan 0,7% terhadap
PDB 2018. Ditambah lagi, ekonomi Korea
Selatan juga sedang dihadapkan pada masalah
structural slowdown. Langkah kebijakan yang
tidak cepat dan tepat dapat menyebabkan
ekonomi Korea Selatan melambat makin
dalam.
Pemerintah Korea Selatan menyusun
strategi untuk mengatasi dampak negatif
dari kebijakan Jepang tersebut. Pemerintah
melakukan berbagai upaya, antara lain (i)
mengalokasikan anggaran senilai KRW7,8
triliun (USD6,42 miliar) selama tujuh
tahun ke depan untuk mengamankan
pasokan 100 item strategis nasional guna
mengurangi ketergantungan pada Jepang;8,9
8 Antara lain semikonduktor, display panels, otomotif, elektronik, machinery, metal, dan kimia dasar.
9 Di antara 100 item strategis nasional tersebut, terdapat 20 item yang menjadi prioritas dalam satu tahun ke depan, yang meliputi tiga material kimia yang dibatasi secara ketat oleh Jepang dan barang input high-tech
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
116
Dampak ke Jepang, antara lain adalah (i)
dampak langsung mengurangi ekspor Jepang
ke Korea Selatan sekitar JPY46,6 miliar setahun,
atau kurang dari 1% nilai ekspor ke Korea
Selatan dan 0,09% terhadap PDB Jepang
pada 2018; (ii) apabila restriksi juga dilakukan
pada seluruh input teknologi canggih maka
dampaknya sekitar JPY256,5 miliar dari sektor
semikonduktor saja; dan (iii) penurunan jumlah
wisatawan sebesar 10% dari Korea Selatan ke
Jepang, berpotensi menurunkan pendapatan
sektor jasa Jepang lebih dari USD500
juta, angka ini lebih besar jika yang terjadi
sebaliknya (hanya USD200 juta). Nikkei Asian
Review mencatat, saat ini telah berkembang
berbagai aksi boikot terhadap produk
Jepang di berbagai pertokoan Korea Selatan.
Sementara survei Korea Herald terhadap agen
travel menunjukkan bahwa pada dua minggu
pertama Juli 2019 telah terjadi penurunan
jumlah pesanan wisata ke Jepang antara 50%-
70% dari periode yang sama tahun lalu.
Korea Selatan akan mengalami
dampak negatif kebijakan restriksi. Dampak
negatif terhadap industri diperkirakan masih
mampu diserap dalam tiga bulan pasca
restriksi. Persediaan semikonduktor masih
cukup tinggi di tengah permintaan yang
melemah. Sementara dampak ke industri
smartphone masih unclear, kendati Samsung
terkena, tetapi LG Display (yang memproduksi
layar) tidak mengimpor fluorinated polyamide
dari Jepang. Namun jika berlarut-larut dan
memengaruhi supply chain –terlebih Samsung
banyak memiliki jaringan produksi UMKM–
maka spillover risks akan cukup besar. Selain
Ketiga, lima konglomerat terbesar Korea
Selatan, yakni Samsung Electronics, Hyundai
Motor Group, SK Group, LG Group, dan
Lotte Group mulai mengaktifkan “emergency
mode” dan menetapkan contingency plan
secara detail untuk berbagai skenario,
khususnya potensi berlanjutnya kebijakan
restriksi ekspor Jepang dalam jangka panjang.
Moody’s Investor Service Analyst
mengatakan bahwa dalam jangka pendek,
efek dari restriksi ekspor Jepang cenderung
bersifat simbolik dan tidak terlalu berdampak
materil bagi pertumbuhan ekonomi kedua
negara. Namun dalam jangka panjang, hal
tersebut berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap supply chain dan menekan
pertumbuhan ekonomi kedua negara, serta
meningkatkan risiko spillover di sepanjang jalur
supply chain yang tersebar di berbagai negara.
Asesmen Moody’s senada dengan analisis
Citi. Perusahaan yang terdampak terutama
Samsung Electronics, LG Displays, dan SK
Hynix. Sementara itu, IHS Markit memandang
bahwa aksi Jepang akan meningkatkan
ketegangan di Asia Timur, menambah
kekisruhan tensi perdagangan di tengah masih
berlanjutnya negosiasi dagang AS-Tiongkok.
Survei yang dilakukan oleh Federation of
Korean Industries terkini menyebutkan bahwa
6,2% dan 46,9% perusahaan Korea Selatan di
Jepang menyatakan bahwa pemburukan relasi
kedua negara telah berdampak sangat negatif
dan negatif bagi bisnis mereka.
Hitungan Citi menunjukkan bahwa
kebijakan restriksi ekspor Jepang ke Korea
Selatan akan berdampak pada kedua negara.
Bab 5 - Artikel
117
ini masih terbatas pada perakitan untuk
pemenuhan permintaan domestik.
Jepang dan Korea Selatan memiliki
keterkaitan ekonomi yang erat dan saling
tergantung satu-sama lain, serta menjadi
bagian penting dari jaringan rantai nilai
global.13 Oleh karenanya, penting bagi kedua
negara untuk bekerja sama dan merevitalisasi
hubungan stategis yang sedang kritis. Namun
sayangnya, prospek resolusi dalam jangka
pendek masih buram mengingat kedua negara
juga dihadapkan pada tekanan politik dan
sejarah yang kelam. PM Abe masih menunggu
hasil pemilu upper house dan Presiden
Moon Jae-in tersandera oleh sikap warganya
terhadap kejahatan perang (kerja paksa) oleh
Jepang di masa lalu.
Ketegangan kedua negara meruncing
sejalan dengan posisi WTO yang berada di
sisi Jepang untuk kasus anti dumping Korea
Selatan. Dalam laporan 10 September 2019,
WTO menerima argumen Jepang bahwa
kebijakan anti dumping pada pneumatic
valves yang dilakukan Korea Selatan pada
2018 melanggar peraturan internasional.
Selain itu, analisis harga dan keterbukaan
informasi produk pneumatic valves tidak
memenuhi persyaratan WTO. Memperhatikan
ketegangan yang makin meningkat maka
implikasi dari konflik Jepang–Korea Selatan
perlu terus dimonitor untuk mencegah risiko
spillover negatif kepada Indonesia.
13 Diutarakan oleh Ryo Hinata-Yamaguchi, dosen tamu di Pusan National University.
itu, risiko terhadap chip memory cukup tinggi
karena stok terbatas.
Tiongkok dan Vietnam tidak luput dari
dampak risiko spillover restriksi ekspor Jepang
kepada Korea Selatan. Tiongkok diperkirakan
mengalami dampak terbesar, sebab tidak
memiliki perusahaan domestik yang dapat
memproduksi DRAM dan NAND Flash
Memory secara massal.11,12 Sebagai alternatif,
Tiongkok dapat mengalihkan pemenuhan
kebutuhannya dari AS, namun dalam jangka
pendek, supply chain akan terganggu karena
perlu waktu untuk menyesuaikan spesifikasi
teknis, teknologi, dan capex (selain juga akan
terkendala akibat ketegangan perdagangan
yang masih berlangsung). Sementara, Vietnam
mengimpor 42% kebutuhan semikonduktor
dan 64% kebutuhan memory chip dari
Korea Selatan. Produksi Samsung Electronics
Vietnam berkontribusi sebesar 25% terhadap
total ekspor 2018. Vietnam memproduksi
lebih dari separuh pasokan untuk Samsung
smartphone global. Sementara bagi Indonesia,
risiko spillover terindikasi rendah mengingat
operasional Samsung Indonesia sejauh
11 Korea Selatan merupakan pemasok 70% kebutuhan DRAM global, sementara Jepang memasok 70%-90% material pembuat DRAM. Pada 2018, sebanyak 69% produksi semikonduktor dan 81% memory chip Korea Selatan diekspor ke Tiongkok dan Hong Kong.
12 Dynamic random-access memory (DRAM) merupakan jenis akses memori acak yang menyimpan setiap bit data secara terpisah dalam kapasitor dalam satu sirkuit terpadu, biasanya digunakan dalam komponen elektronik terutama komputer personal (PC). Sementara, NAND flash memory merupakan sejenis EEPROM (electrically erasable programmable read-only memory) yang dapat menyimpan datanya tanpa membutuhkan penyediaan listrik, umum dikenal berada pada USB flash drive, memory card, dan sejenisnya.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
118
Lembaga Rating Memerhatikan
Perlambatan Ekonomi Global
Perlambatan ekonomi global kian
nyata seiring berlanjutnya tekanan dari
ketegangan hubungan dagang Amerika
Serikat dengan Tiongkok, serta sejumlah
risiko geopolitik lainnya. Kondisi tersebut
memberikan efek rambatan kepada negara
lain melalui jalur perdagangan dan keuangan.
Pelemahan permintaan global yang telah
menurunkan kinerja industri manufaktur
dan laju pertumbuhan ekonomi dunia,
meningkatkan risiko atas kesinambungan
ekonomi suatu negara, dan menurunkan
kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban
(creditworthiness).
Selain fundamental ekonomi,
kemampuan suatu negara dalam
memenuhi kewajiban finansial menjadi
aspek penting yang diperhitungkan oleh
investor. Creditworthiness mencerminkan
tingkat risiko yang dihadapi investor dalam
menetapkan keputusan investasi. Salah
Ketegangan perdagangan antara AS
dan Tiongkok telah melemahkan permintaan
global dan menurunkan pertumbuhan
ekonomi dunia. Proyeksi ekonomi sejumlah
negara di Kawasan Asia Pasifik telah
diturunkan oleh lembaga rating, seiring
meningkatnya kekhawatiran atas dampak
perlambatan ekonomi global. Namun
demikian, peringkat sovereign credit rating
(SCR) negara Asia Pasifik hingga awal TW3-
2019 relatif terjaga. SCR Indonesia telah
berada 1 notch di atas peringkat investment
grade terendah. Hal tersebut merupakan
prestasi tersendiri mengingat sejumlah
negara di luar kawasan Asia Pasifik telah
mengalami penurunan SCR dan outlook.
Risiko perekonomian global yang meningkat
menyadarkan urgensi pengelolaan persepsi
positif ekonomi Indonesia melalui koordinasi
intensif antar otoritas. Upaya tersebut
ditujukan untuk mendukung ketahanan
ekonomi sehingga dapat menciptakan
pertumbuhan yang berkesinambungan.
Sovereign Credit Rating di Tengah Perlambatan Ekonomi GlobalOleh: Betty Purbowati Cahyadewi
Artikel 2
Bab 5 - Artikel
119
negara. Moody’s merevisi ke bawah proyeksi
pertumbuhan ekonomi negara di kawasan
Asia Pasifik seiring outlook ekonomi global
yang melemah (tabel 1).1 Revisi ke bawah
tidak hanya terjadi pada negara-negara
maju di kawasan Asia Pasifik, melainkan juga
negara berkembang. Penurunan outlook
paling tajam pada kelompok negara maju
terjadi pada Singapura dan Hong Kong (grafik
1). Sementara penurunan outlook signifikan
pada negara berkembang terjadi pada
Thailand dan India (grafik 2). Perlambatan
ekonomi yang terus berlanjut dikhawatirkan
menjadi downside risk terhadap rating suatu
negara, terutama pada aspek ekonomi atau
struktural.
1 Moody’s Regional Growth Update: “Weaker trade and investment weigh on GDP growth despite stable private and public consumption”, Agustus 2019.
satu referensi bagi investor global untuk
mengetahui tingkat risiko suatu negara
adalah SCR yang dipublikasikan oleh lembaga
rating utama seperti S&P, Moody’s, dan Fitch.
Lembaga rating secara umum memerhatikan
lima aspek utama dalam menentukan
peringkat SCR, yaitu aspek institusional,
ekonomi, eksternal, fiskal, dan moneter.
Selain itu, lembaga rating juga memerhatikan
dinamika perkembangan ekonomi global,
termasuk risiko-risiko yang mungkin dapat
berdampak pada perekonomian suatu negara.
Perlambatan ekonomi global
menjadi faktor yang dipertimbangkan
lembaga rating dalam menentukan
outlook pertumbuhan ekonomi sejumlah
Sumber: Moody’s Regional Growth Update, Agustus 2019
Economies
Asia 2017 2018 2019F 2019F' 2020F 2020F' 2019F 2020F
Advanced 2,4 1,7 1,3 1,2
Japan 1,9 0,8 0,8 0,7 0,4 0,4 -0,1 0,0
Korea 3,2 2,7 2,1 2,0 2,2 2,1 -0,1 -0,1
Australia 2,5 2,7 2,5 2,3 2,5 2,3 -0,2 -0,2
Taiwan 3,1 2,6 1,7 1,7 1,9 1,8 0,0 -0,1
Singapore 3,7 3,1 2,3 0,5 2,5 1,2 -1,8 -1,3
Hong Kong 3,8 3,0 2,3 0,5 2,7 1,0 -1,8 -1,7
New Zealand 2,7 2,8 2,5 2,5 2,5 2,5 0,0 0,0
Emerging 6,6 6,5 6,0 5,8
China 6,8 6,6 6,2 6,2 6,0 5,8 0,0 -0,2
India 6,9 7,4 6,8 6,2 7,3 6,7 -0,6 -0,6
Indonesia 5,1 5,2 4,9 4,9 5,0 4,7 0,0 -0,3
Thailand 4,0 4,1 3,1 2,7 3,5 3,1 -0,4 -0,4
Malaysia 5,9 4,7 4,4 4,4 4,3 4,3 0,0 0,0
Philippines 6,7 6,2 6,0 5,8 6,3 6,2 -0,2 -0,1
Vietnam 6,8 7,1 6,7 6,7 6,5 6,5 0,0 0,0
Sri Lanka 3,4 3,2 2,6 2,6 3,4 3,4 0,0 0,0
Mongolia 5,3 6,9 6,2 6,2 6,0 5,8 0,0 -0,2
All 5,2 4,9 4,3 4,4 4,0 4,2 0,1 0,2
Growth Forecast Adjustment
Real GDP Growth
Tabel 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Asia Pasifik
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
120
baik, serta juga menurunkan (downgrade)
SCR dan revisi outlook ke bawah. Secara
umum, peningkatan SCR maupun perbaikan
outlook didominasi oleh negara-negara
dengan peringkat investment grade, sementara
penurunan SCR dan penurunan outlook
didominasi oleh negara-negara non-investment
grade. Namun demikian, terdapat negara
berperingkat investment grade yang mengalami
penurunan SCR dan penurunan outlook seperti
Meksiko, Colombia, Curacao yang berada di
wilayah Amerika Latin. Penurunan tersebut
dilatarbelakangi oleh concern terhadap area
fiskal dan prospek pertumbuhan ekonomi.
Peringkat rating negara-negara di
kawasan Asia Pasifik relatif masih terjaga
dengan memperoleh kenaikan peringkat
dan perbaikan outlook. S&P meningkatkan
peringkat SCR satu notch lebih tinggi untuk
Vietnam (BB dari BB-), Filipina (BBB+ dari BBB),
Indonesia (BBB dari BBB-), dan Fiji (BB- dari B+).
Peningkatan SCR Indonesia dan Filipina didukung
oleh perbaikan prospek pertumbuhan ekonomi
yang kuat dan kebijakan otoritas yang diyakini
tetap berlanjut. Sementara, peningkatan SCR
Vietnam didukung oleh perbaikan institutional
setting, stabilitas politik yang terus berlanjut dan
kinerja makroekonomi yang kuat. Tidak jauh
berbeda dengan Vietnam, Fiji juga memperoleh
peningkatan SCR dengan didukung oleh
stabilitas politik yang terjaga pasca pemilu, serta
keyakinan terhadap keberlanjutan kebijakan
dan konsolidasi fiskal. Sementara perbaikan
outlook menjadi positif diberikan kepada
Selandia Baru dari S&P; Thailand dari Fitch dan
Moody’s; serta Vietnam dari Fitch.
Sumber: Moody’s Regional Growth Update, Agustus 2019
0,8
2,1
2,5
1,7
2,3 2,32,5
0,7
2,0
2,3
1,7
0,5 0,5
2,5
0,4
2,2
2,5
1,9
2,52,7
2,5
0,4
2,12,3
1,8
1,21,0
2,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
Japan Korea Australia Taiwan Singapore Hong Kong New Zealand
% yoy
2019F 2019F' 2020F 2020F'
Grafik 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Negara-Negara Asia Pasifik (Negara Maju)
Sumber: Moody’s Regional Growth Update, Agustus 2019
6,26,8
4,9
3,1
4,4
6,0
6,7
2,6
6,26,2 6,2
4,9
2,7
4,4
5,8
6,7
2,6
6,26,0
7,3
5,0
3,5
4,3
6,3 6,5
3,4
6,05,8
6,7
4,7
3,1
4,3
6,26,5
3,4
5,8
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
China India Indonesia Thailand Malaysia Philippines Vietnam Sri Lanka Mongolia
% yoy
2019F 2019F' 2020F 2020F'
Grafik 5.2. Proyeksi Pertumbuhan
Ekonomi Negara-Negara Asia Pasifik
(Negara Berkembang)
Dinamika Pergerakan SCR Global dan
Kawasan
Di tengah berbagai dinamika
perekonomian global, SCR global dan
kawasan sampai dengan awal TW3-2019
menunjukkan pergerakan yang beragam.
Lembaga rating melakukan peningkatan
(upgrade) SCR dan revisi outlook menjadi lebih
Bab 5 - Artikel
121
Tabel 5.2. Pergerakan SCR S&P
Ket: Data as of 23 Agustus 2019
Tabel 5.3. Pergerakan SCR Moody’s
Ket: Data as of 6 September 2019
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
122
Tabel 5.4. Pergerakan SCR Fitch
Tabel 5.5. SCR Kawasan Asia Pasifik (S&P)
Ket: Data as of 3 September 2019
Country NameForeign Currency Rating
Outlook Keterangan
Turkey BB- Negative Downgrade 12 Jul 2019 from BBCosta Rica B+ Negative Downgrade 15 Jan 2019 from BBLesotho B Stable Downgrade 19 Aug 2019 from B+Lebanon CCC Stable Downgrade 23 Aug 2019 from B-Mexico BBB Stable Downgrade 5 Jun 2019 from BBB+Argentina CC Downgrade 3 Sep 2019 from B Angola B Negative Neg Outlook 12 Jul 2019 from stableBolivia BB- Negative Neg Outlook 20 Jun 2019 from stableSuriname B- Negative Neg Outlook 21 Aug 2019 from stableNamibia BB+ Negative Neg Outlook 21 Feb 2019 from stableColombia BBB Negative Neg Outlook 23 May 2019 from stableSouth Africa BB+ Negative Neg Outlook 26 Jul 2019 from stableJordan BB- Stable new assign rating 13 Jun 2019Benin B Positive new assign rating 8 Mar 2019Thailand BBB+ Positive Pos Outlook 18 Jul 2019 from stablePortugal BBB Positive Pos Outlook 24 May 2019 from stableVietnam BB Positive Pos Outlook 9 May 2019 from stableSlovenia A Stable Upgrade 19 Jul 2019 from A-Seychelles BB Stable Upgrade 21 Jun 2019 from BB-Congo, Republic of CCC Stable Upgrade 27 Mar 2019 from CCJamaica B+ Stable Upgrade 31 jan 2019 from BCroatia BBB- Positive Upgrade 7 Jun 2019 from BB+Russia BBB Stable Upgrade 9 Aug 2019 from BBB-
Country NameForeign
Currency Rating
Outlook Keterangan
Australia AAA StableSingapore AAA StableHong Kong AA+ StableKorea AA StableNew Zealand AA Positive Rev Outlook 30 Jan 2019 from stableTaiwan AA- StableChina A+ StableJapan A+ PositiveMalaysia A- StablePhilippines BBB+ Stable upgrade 30 Apr 2019 from BBBThailand BBB+ StableIndonesia BBB Stable upgrade 31 May 2019 from BBB-India BBB- StableVietnam BB Stable upgrade 5 Apr 2019 from BB-Bangladesh BB- StableFiji BB- Stable upgrade 22 Aug 2019 from B+Cook Islands B+ StablePapua New Guinea B StableSri Lanka B Stable
Bab 5 - Artikel
123
Tabel SCR 5.6. Kawasan Asia Pasifik (Moody’s)
Tabel 5.7. SCR Kawasan Asia Pasifik (Fitch)
Country Name
Foreign Currency Rating
Outlook Keterangan
Australia Aaa StableNew Zealand Aaa StableSingapore Aaa StableHong Kong Aa2 StableKorea Aa2 StableTaiwan Aa3 StableChina A1 StableJapan A1 StableMalaysia A3 StableThailand Baa1 Positive Rev Outlook 25 Jul 2019 from stableIndia Baa2 StableIndonesia Baa2 StablePhilippines Baa2 StableVietnam Ba3 StableSri Lanka B2 StableMongolia B3 Stable
Country Name
Foreign Currency Rating
Outlook Keterangan
Australia AAA StableSingapore AAA StableHong Kong AA+ StableMacau AA StableNew Zealand AA StableKorea AA- StableTaiwan AA- StableChina A+ StableJapan A StableMalaysia A- StableThailand BBB+ Positive Pos Outlook 18 Jul 2019 dari stableIndonesia BBB StablePhilippines BBB StableIndia BBB- StableVietnam BB Positive Pos Outlook 9 May 2019 dari stableBangladesh BB- StableMaldives B+ StableMongolia B StableSri Lanka B StablePakistan B- Stable
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
124
Tabel 5.8. Peer Rating Indonesia (S&P)
No. Country NameForeign
Currency Rating
Outlook
1 Andorra BBB Stable2 Hungary BBB Stable3 Indonesia BBB Stable4 Italy BBB Negative5 Portugal BBB Stable6 Trinidad and Tobago BBB Stable
Tabel 5.9. Peer Rating Indonesia (Moody’s)
Tabel 5.10. Peer Rating Indonesia (Fitch)
SCR Indonesia dan Peers
Indonesia memiliki level rating satu
notch di atas peringkat investment grade
terendah dari S&P, Moody’s, dan Fitch.2 Hal
ini menggambarkan pandangan yang setara
dari ketiga lembaga rating tersebut terhadap
creditworthiness maupun fundamental
ekonomi Indonesia. Sejumlah negara lain
juga memperoleh level rating yang sama
dengan Indonesia (tabel peer rating). Namun
demikian, arah perkembangan SCR Indonesia
relatif lebih baik dibandingkan negara lain.
BBB dan Baa2 merupakan peringkat terbaik
yang pernah diraih Indonesia sepanjang
sejarah.3 Filipina merupakan salah satu negara
yang memiliki arah perkembangan rating
yang sama dengan Indonesia (berada dalam
tren membaik). Filipina saat ini juga berada
pada peringkat SCR terbaik sepanjang sejarah
(BBB+ dari S&P, Baa2 dari Moody’s, dan BBB
dari Fitch). Sementara itu, bagi sejumlah
negara seperti Andora, Hungaria, Italia, dan
Portugal mengalami downturn path. Ke-
empat negara tersebut mengalami penurunan
SCR sejak memuncaknya European Sovereign
Debt Crisis (sekitar tahun 2011-2012). SCR
Andorra dan Portugal pernah berada pada
level AA sebelum krisis, sementara Hungaria
berada pada level A- dan Portugal pada level
AA.
2 Pasca peningkatan SCR Indonesia oleh S&P pada 31 Mei 2019 menjadi BBB dari BBB-.
3 Indonesia pernah memperoleh peringkat BBB dari S&P pada 1995.
Bab 5 - Artikel
125
Menjaga Persepsi Positif
Lembaga rating memerhatikan
faktor risiko global di dalam menetapkan
peringkat suatu negara. Faktor risiko
yang diperhatikan lembaga rating adalah
perlambatan ekonomi global, eskalasi
ketegangan perdagangan AS-Tiongkok,
serta risiko geopolitik. Risiko tersebut juga
patut diwaspadai oleh seluruh negara. Di
antara negara Asia Pasifik, risiko penurunan
SCR tertinggi kemungkinan akan terjadi
pada Tiongkok. Kebijakan Tiongkok untuk
menerapkan accomodative monetary
policy guna menahan pelemahan ekonomi
dikhawatirkan meningkatkan jumlah
utang dan menimbulkan risiko pada sektor
keuangan.
Indonesia perlu mewaspadai
eskalasi risiko yang menjadi perhatian
lembaga rating serta dampaknya kepada
perekonomian domestik. Risiko yang
makin tereskalasi memperkuat argumentasi
pengelolaan persepsi positif ekonomi
Indonesia melalui koordinasi intensif antar
otoritas. Sinergi tersebut diharapkan
dapat mendukung ketahanan ekonomi,
serta memastikan keberlanjutan reformasi
struktural dan kredibilitas kebijakan.
Ketahanan domestik yang baik diharapkan
dapat mendukung stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2019
126