BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG …eprints.undip.ac.id/34567/8/1597_chapter_V.pdf ·...

download BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG …eprints.undip.ac.id/34567/8/1597_chapter_V.pdf · 5.1.2 Perencanaan Modifikasi Bendung Kaligending ... dasar mercu bendung dan lantai

If you can't read please download the document

Transcript of BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG …eprints.undip.ac.id/34567/8/1597_chapter_V.pdf ·...

  • ANALISIS HIDROLIS 107

    BAB V

    ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

    5.1 Uraian Umum 5.1.1 Latar Belakang

    Pembangunan Bendung Kaligending menjadi bendung permanen untuk

    melayani areal seluas 2948 ha, dengan tinggi mercu 2 m dan lebar intake 3 x 1,90

    m selesai pada tahun 1992. Keberadaan Bendung Kaligending tersebut oleh

    masyarakat dianggap sebagai penyebab timbulnya banjir dibagian hulu, sehingga

    oleh masyarakat diusulkan untuk dibongkar (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

    ,2004, melakukan studi dan analisis teknis kebutuhan air dan masalah banjir).

    Pada tahun 1999 mercu bendung dibongkar hingga lantai bendung. Dengan

    dibongkarnya mercu bendung ini maka air dari bendung ini tidak dapat masuk

    kesaluran induk seperti yang direncanakan semula melalui pintu pengambilan

    bendung yang ada.

    Jalan keluar yang telah diambil untuk mengatasi kebutuhan air di Daerah

    Irigasi Kaligending adalah dengan memberikan suplesi sebesar 3m3/dt kesaluran

    Induk Kaligending dari Saluran Induk Wadaslintang Barat melalui bangunan

    suplesi yang berjarak 7 km di hilir Bendung Kaligendung. Tetapi permasalahan

    yang terjadi adalah dengan pemanfaatan air (suplesi) dari Wadaslintang untuk DI.

    Kaligending secara kontinyu pada jangka waktu yang panjang akan mengurangi

    manfaat waduk, dimana sebenarnya sangat diperlukan pada masa kering.

    Dari permasalahan tersebut perlu adanya modifikasi Bendung Kaligending

    agar air dapat mengalir melalui pintu pengambilan sehingga dapat mengurangi

    suplesi dari Waduk Wadaslintang. Bangunan suplesi itu sendiri nantinya tidak

    dilakukan perubahan yang sewaktu-waktu dapat difungsikan kembali pada saat

    kekurangan air atau musim kering. Usaha memodifikasi Bendung Kaligending

    sebelumnya pernah dilakukan oleh PT. Virama Karya (November 1999) yaitu

    dengan membuat kombinasi antara bendung karet dan pintu sorong. Namun

    modifikasi tersebut menemui banyak kendala seperti:

  • ANALISIS HIDROLIS 108

    Meskipun pada saat banjir pintu sorong dibuka dan Bendung Karet

    dikempiskan, namun untuk itu diperlukan waktu, sehingga akumulasi

    bahan endapan di hulu bendung akan tetap terjadi sehingga akan

    menaikkan dasar kali, walaupun berangsur-angsur akan hanyut terbawa

    aliran. Dengan demikian pada saat banjir pertama (awal) akan

    berpengaruh terhadap permukaan air banjir di bagian hulu.

    Dibangunnya kombinasi Bendung Karet dan Bendung Gerak dengan

    pintu sorong akan membutuhkan biaya konstruksi yang mahal dan

    diperlukan tenaga tambahan untuk O & P Bendung.

    Karena beberapa masalah tersebut maka rencana untuk memodifikasi

    Bendung Kaligending dengan mengkombinasikan antara Bendung Karet dan

    Bendung Gerak dibatalkan.

    5.1.2 Perencanaan Modifikasi Bendung Kaligending

    Dari hasil diskusi yang telah dilakukan oleh konsultan dan berbagai instansi

    yang terkait dalam penanganan Review Desain Bendung Kaligending, telah

    disepakati bahwa yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan dalam menangani

    permasalahan di Bendung Kaligending adalah Bendung Tipe Konvensional

    dengan Pengurasan Under sluice.

    Seperti diketahui bahwa pada umumnya didalam satu unit bendung terdiri

    dari enam bagian utama, sebagai berikut:

    - Bangunan badan bendung

    - Bagunan pintu penguras bendung

    - Bangunan pintu pengambilan

    - Bangunan pengendap sedimen (kantong lumpur)

    - Bangunan pintu penguras kantong lumpur

    - Bangunan pintu penerus

    Bendung Kaligending yang ada sekarang, terdiri dari enam bagian utama

    seperti tersebut diatas. Bagian-bagian bangunan tersebut merupakan satu system

    bangunan yang berfungsi untuk mengambil air dari Kali Lukulo. Dengan

    diturunkannya mercu bendung tersebut dari +35.80 menjadi +33.75, maka bagian-

  • ANALISIS HIDROLIS 109

    bagian bangunan yang lain menjadi tidak berfungsi seperti yang direncanakan dan

    dibangun semula. Atau dengan perkataan lain, karena bagian badan bendung

    dimodifikasi, maka bagian-bagian bangunan yang lainnya juga harus dimodifikasi

    agar dapat berfungsi untuk mengambil air dari Kali Lukulo untuk keperluan irigasi

    bagi sawah-sawah yang pernah dilayani oleh bendung ini sebelum mercu Bendung

    Kaligending ini dibongkar. Lantai bendung yang ada sekarang ini merupakan

    bangunan yang tidak menyebabkan banjir secara serius dibagian hulu bendung.

    Lantai bendung tersebut kondisinya saat ini masih sangat baik. Oleh karena itu

    bangunan ini akan dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan melakukan

    modifikasi-modifikasi tertentu agar dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan

    rencana semula, yaitu untuk mengairi sawah-sawah seluas 2.948 ha di Daerah

    Irigasi Kaligending.

    Satu hal yang penting yang perlu diketahui didalam perencanaan modifikasi

    Bendung Kaligending ini adalah bahwa elevasi bendung tidak akan dinaikkan dari

    elevasi yang ada sekarang. Dengan demikian maka konstruksi lantai (apron)

    depan, dasar mercu bendung dan lantai (apron) hilir Bendung Kaligending yang

    ada akan dimanfaatkan sebagai mercu ambang lebar. Muka air yang dibutuhkan di

    depan pintu pengambilan setelah dilakukan analisis oleh pihak-pihak terkait

    adalah setinggi +33.55 atau setinggi mercu setelah dilakukan pengeprasan.

    Bagian bendung yang tetap atau tidak mengalami perubahan adalah:

    Lantai Bendung

    Lantai (apron) bendung yang ada sekarang dengan elevasi +33.75, akan

    digunakan sebagai mercu bendung ambang lebar, dengan demikian

    maka didalam modifikasi ini tidak ada rencana menaikkan mercu yang

    ada sekarang dengan harapan masyarakat yang bermukim di hulu

    bendung ini dapat menerima usulan ini.

    Kolam Olak

    Kolam olak dengan elevasi +32.75 tetap, hanya diakukan evaluasi

    apakah dimensi kolam olak yang ada sekarang masih memenuhi syarat

    sebagaimana perencanaan kolam olak seharusnya. Pada bagian hilir

  • ANALISIS HIDROLIS 110

    kolam olak akan dilengkapi dengan pasangan batu kosong untuk

    mencegah terjadinya penggerusan dasar sungai

    Bagian bendung yang akan dimodifikasi adalah :

    Saluran Under Sluice

    Pembuatan saluran under sluice sebagai bangunan penangkap air yang

    menjaga elevasi tetap pada elevasi M.A.+33.75 atau setinggi mercu

    bendung. Under sluice dibuat dengan membongkar lantai existing

    +33.75 hingga kedalaman +31.07 pada bagian hulu dan +30.64 pada

    bagian hilirnya. Saluran under sluice ini memiliki panjang 43.50 m dari

    hulu bendung sampai pintu penguras bendung. Pembuatan saluran under

    sluice dimaksudkan supaya sedimen kasar tidak masuk kedalam saluran

    pengambilan. Karena dengan dibuatnya saluran pengarah pintu penguras

    bendung yang lebih rendah dari dasar sungai akan menyebabkan lebih

    besar kemungkinan sedimen masuk kedalam saluran pengarah.

    Bangunan Penguras Bendung

    Bangunan penguras bendung akan diturunkan dengan elevasi dasar

    +32.42 tepat diatas plat bagian atas under sluice, sehingga bangunan ini

    dapat berfungsi untuk membersihkan bahan sedimen yang terkumpul di

    depan bangunan pengambilan yang dapat mengganggu kelancaran

    masuknya air dari sungai ke pintu bangunan pengambilan bendung.

    Lebar pintu penguras bendung existing tetap digunakan yaitu 2 x 1,75 m

    dan tinggi 1,45 m. Untuk menyempurnakan pembersihan bahan

    sedimen, bangunan penguras bendung akan dilengkapi dengan pintu

    penguras under sluice dengan ukuran lebar 2 x 1,75 m dan tinggi 1.55 m.

    Bangunan Pintu Pengambilan

    Bagunan pintu pengambilan bendung akan diturunkan secukupnya yaitu

    dari elevasi +34.014 menjadi +32.75 sehingga bangunan pintu

    pengambilan dapat memasukkan debit sebesar 5.28 m3/dt untuk

    keperluan pengurasan kantong lumpur yang ada di sebelah hilirnya.

  • ANALISIS HIDROLIS 111

    Sedangkan debit normal yang direncanakan untuk keperluan irigasi

    adalah 4,40 m3/dt.

    Kantong Lumpur

    Didalam modifikasi kantong lumpur Bendung Kaligending ini akan

    dilakukan penurunan elevasi kantong lumpur ini secara keseluruhan dan

    juga memperbesar dimensi kantong lumpur itu sendiri dengan tujuan

    menyesuaikan debit yang masuk ke kantong lumpur yang semula hanya

    4,8 m3/dt menjadi 5,28 m3/dt untuk keperluan pengurasan kantong

    lumpur.

    Penguras Kantong Lumpur

    Modifikasi bangunan pintu penguras kantong lumpur dan bangunan

    pintu penerus untuk menyesuaikan perubahan dimensi dan penurunan

    elevasi pada kantong lumpur.

    5.2 Perbaikan Tubuh Bendung 5.2.1 Data Teknis Bendung Kaligending

    Adapun data teknis yang diperlukan untuk mendesain bendung dan

    bangunan pelengkap secara umum adalah sebagai berikut :

    Lokasi Rencana BM. KG.5 Bendung ditetapkan dari peta situasi berada pada :

    X = 353.861,558

    Y = 9.161.753,238

    Z = +40.150

    Titik BM ( Bench Mark ) bendung digunakan sebagai titik acuan bangunan

    bendung itu sendiri maupun bangunan pelengkap bendung.

  • ANALISIS HIDROLIS 112

    Gambar 5.1 Sketsa Lokasi Bendung Kaligending

    Gambar 5.2 Potongan Melintang Sungai KG. 1

    38.9

    5

    37.2

    0

    33.1

    3

    0.50

    32

    .53

    36.4

    5 37

    .92

    5.30 1.00

    36.4

    5

    110.00 19.20 0.80

    20.00

    +18.00

    37.9

    2

    EL. Tanah Asli

    Jarak

    Dasar sungai

    lebar dasar sungai pada hulu bendung = 110.00

    KG. 1

    KG. 1

    KG. 2

    KG. 2

    KG. 3 KG. 3

  • ANALISIS HIDROLIS 113

    Gambar 5.3 Potongan Melintang Sungai KG. 2

    Gambar 5.4 Potongan Melintang Sungai KG. 3

    Dari gambar diatas dapat ditentukan data-data pada bendung sebagai berikut : Elevasi dasar sungai di bagian bendung = + 32,67m

    Lebar Dasar Sungai di bagian bendung = 93,50 m

    Elevasi dasar sungai di hulu bendung = + 32,53m

    Lebar Dasar Sungai di hulu bendung = 110.00 m

    Elevasi dasar sungai di hilir bendung = + 29.82 m

    Lebar Dasar Sungai di hilir bendung = 93.00 m

    38.9

    5

    38.8

    2

    38.9

    5

    38.7

    8

    38.8

    2

    31.7

    7 31

    .77

    32.6

    7

    32.6

    7

    32.5

    3

    33.0

    8

    36.8

    3

    36.8

    3

    37.1

    3

    3.40

    20.00 3.00

    0.

    40

    2.00

    0.

    80

    40.00 34.50 16.20 9.00 0.4

    0

    53.60

    +18.00 EL. Tanah Asli

    Jarak

    Saluran penguras pasangan batu kali

    Dasar sungai

    lebar dasar sungai pada bendung = 93.50

    39.1

    4

    36.9

    7

    33.2

    9

    38.0

    7

    4.00

    33.7

    1

    30.0

    2

    30.40 22.60 40.00

    +19.00

    36.7

    1

    39.0

    0

    38.8

    5

    7.60

    36.9

    7

    33.7

    1

    35.0

    2 36

    .69

    29.8

    2

    29.8

    8

    1.00

    5.00 4.70 3.00 5.10 2.80

    2.

    00

    29.8

    8

    0.80

    8.90 3.60

    EL. Tanah Asli

    Jarak

    Kantong lumpur

    Pasangan batu kali

    jalan raya pasangan batu kali

    Dasar sungai

    lebar dasar sungai pada hilir bendung = 93.00

  • ANALISIS HIDROLIS 114

    Data-data selain di atas yang digunakan dalam perencanaan struktur bendung

    Kaligending adalah sebagai berikut :

    Panjang Sungai (KG. 1 sampai KG. 2) = 42,50 m

    Beda Tinggi (+32,67 +32,53) = 0,14 m

    (dari Pot. KG. 1 sampai KG. 2)

    Kemiringan sungai ( 0,14/42,50) = 0,0033

    Debit Banjir Rencana 50 th ( Q50 ) = 1.041 m3/det

    5.2.2 Lebar Efektif Bendung

    Gambar 5.5 Lebar Bendung

    Untuk menghitung lebar efektif bendung digunakan rumus sebagai berikut :

    Rumus : Be = B 2(n.Kp + Ka)H1 ................................................................. (2.17)

    di mana :

    Be = Lebar efektif bendung (m)

    B = Lebar mercu (m). Untuk lebar bendung tetap dipertahankan seperti

    keadaan sekarang (existing) yaitu sebesar : (87,60+1,50+2x1,75+1,00)=

    93,6 m

    Kp = Koefisien kontraksi pilar (untuk pilar bulat) = 0.01

    Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung (tembok hulu tidak lebih dari 450

    kearah aliran) = 0

    n = Jumlah pilar = 2 buah

    H1 = Tinggi energi (m)

    450 87.60 1

    .50

    1.75

    1.

    00

    1.75

    B=93,60

    Pilar

  • ANALISIS HIDROLIS 115

    Jadi lebar efektif bendung adalah : Be = 93,6 2(2*0.01 + 0)*H1 m.

    Be = 93,6-0.04*H1 5.2.3 Tinggi Air Banjir di Hilir Bendung

    Diketahui :

    - Debit banjir rencana (Q50 ) = 1.041 m3/det

    - Kemiringan sungai = 0.0033

    Rumus : Q = K*R2/3*I1/2*A ................................................... (2.18)

    A = (b + m h)*h

    P = b + 2*h* 21 m+

    R = PA

    K = koefisien strickler = 60

    Perhitungan h diperoleh secara coba-coba :

    Tabel 5.1 Perhitungan Tinggi Air di Hilir Bendung

    H B A P R I K

    V Q (m) (m) (m2) (m) (m) (m/det) (m3/det)

    1.000 93 93.26917 103.05539 0.9050392 0.0033 60 3.2249158 300.785 1.500 93 140.1056 103.62414 1.3520558 0.0033 60 4.2144638 590.47 2.000 93 187.0767 104.21954 1.7950248 0.0033 60 5.0909284 952.394 2.120 93 197.4483 104.37013 1.8918085 0.0033 60 5.2723257 1,041.01

    Jadi tinggi air banjir rencana di hilir bendung adalah h = 2,120 m dengan debit

    banjir sebesar Q = 1041,01 m3/det Q50= 1041 m3/det

    Elevasi muka air di hilir bendung adalah = elevasi dasar hilir + h

    = +29,88 + 2,12 = +32,00 m.

    5.2.4 Tinggi Air Banjir di Atas Mercu Lantai Bendung Kaligending yang ada sekarang akan dimanfaatkan

    sebagai mercu bendung ambang lebar dengan elevasi EL. +33.75. Dengan

    demikian maka rumus pengaliran melalui mercu bendung yang digunakan adalah

    sebagai berikut (KP-04, 1986):

  • ANALISIS HIDROLIS 116

    2/31...3

    2.32.. hbcgCCQ vd= ........................................ (2.19)

    di mana :

    Q = Debit (m3/det) = 1041 m3/det.

    Cd = Koefisien debit

    Cd adalah 0,93 + 0,10H1/L untuk 0,1

  • ANALISIS HIDROLIS 117

    Gambar 5.6 Tinggi Air diatas Mercu

    5.2.5 Kolam Olak 5.2.5.1 Menentukan Type Kolam Olak

    Dalam perhitungan kolam olak ini direncanakan pada saat banjir dengan

    Q50. Untuk mengecek apakah diperlukan kolam olak atau tidak maka perlu dicari

    nilai Fr (Froude).

    Rumus : Fr = 1

    1

    *YgV

    Di mana :

    Fr = Bilangan Froude

    g = Percepatan gravitasi ( 9.81 m/det2)

    Z = Tinggi jatuh

    Z = Tinggi muka air banjir di hulu tinggi muka air banjir di hilir

    Z = 33,75 32,75 = 1,00 m

    V1 = Kecepatan awal loncatan = ( )ZHg +15.02

    V1 = ( )00,19,4*5.0*81.9*2 + = 8,23 m/det

    Y1 = Kedalaman air di awal loncatan = ( )eBVQ

    Vq

    *150

    1

    =

    q. = Debit persatuan lebar ( q = Q50/Be ) q = 4,93

    1041 = 11,15 m3/dt

    Y1 = 23,815,11 = 1,35 m

    H1=4,90

    +33.75

    +32.75

    L=44,00 1,00

    h1=.3,459

    V2/2g

    Mercu bendung

    +33,46

  • ANALISIS HIDROLIS 118

    Fr1 = 35,1*81.9

    23,8 = 2,26

    Y2 = Kedalaman air diatas ambang ujung =

    + 181

    22

    11 FrY

    Y2 = ( )126,2*81235,1 2 + = 3,69 m

    Bila 1,7 < Fr 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara

    efektif. Kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik (KP-04,

    1986).

    5.2.5.2 Pendimensian Kolam Olak

    Perhitungan dimensi kolam olak dengan ambang ujung adalah sebagai berikut :

    hc = kedalaman kritis = 32

    gq hc = 3

    2

    81,915,11 = 2,33 m.

    chZ =

    33,200,1 = 0,429

    a = 0.28*hcZhc a = 0.28*1,262*

    00.1262,1

    = 0,397 m 0.5 m.

    Lj = 5(n+y2)

    dimana;

    Lj = Panjang kolam olak, m

    n = Tinggi ambang ujung, m

    y2 = Kedalaman air di atas ambang, m

    Lj = 5 * (0.5+3,69) = 20,95 m

    Dengan demikian maka panjang kolam olak yang ada (existing) sepanjang 21,85

    meter tidak perlu diperpanjang.

  • ANALISIS HIDROLIS 119

    5.2.6 Tinjauan Terhadap Gerusan

    Panjang Lindungan

    Rumus :

    3/1

    47,0

    =

    fQR ....................................................................................(2.20)

    2/176,1 Dmf =

    di mana :

    R = Kedalaman gerusan, bila R > H2 maka terjadi gerusan (m)

    Dm = Diameter rata-rata material dasar sungai = 10 mm

    Q = Debit yang melimpah diatas mercu (m3/det)

    f = Faktor lumpur Lacey

    f = 1.76*Dm0.5 = 1.76*(10)0.5 = 5,57 3/1

    57,5104147,0

    =R = 2,69 m

    Untuk keamanan dari turbulensi dan aliran tidak stabil R=1.5 * 2,69 =4,035 m

    Panjang lindungan dari pasangan batu kosong diambil = 4*R

    = 4*4,035 = 16,14 m

    Gambar 5.7 Pasangan Batu Lindung Kolam Olak

    Data : Qoutflow = 1041 m3/det

    V rata-rata = Qoutflow/Apenampang

    Apenampang = Beff*Hd = 93.4 * 3,459 = 323,07 m2

    Vrata-rata = 1041/323,07 = 3,22 m/det

    16,14 m

    Batu lindung

    Kolam olak

    +32,75

    +29,61

    +28,58

    +30,82 1:10

  • ANALISIS HIDROLIS 120

    Dari grafik untuk perencanaan ukuran pasangan batu kosong didapat D60

    sebesar 40 cm.

    .

    Gambar 5.8 Grafik untuk Perencanaan Ukuran Pasangan Batu Kosong

    Filter

    Filter (saringan) berfungsi untuk mencegah hilangnya bahan dasar halus

    melalui bangunan lindung. Filter harus ditempatkan antara pasangan batu

    kosong dan tanah bawah (KP-02, 1986).

    Gambar 5.9 Filter antara pasangan batu kosong dan tanah dasar

    3.22

    0.4

    3

    2

    1

    Pasangan batu kosong

    Saringan

    Tanah dasar

    Kerikil

    Kerikil halus

    Konstruksi lindung

    Tanah dasar

  • ANALISIS HIDROLIS 121

    Tebal masing-masing lapisan ditentukan menurut gambar berikut berikut:

    Gambar 5.10 Rencana Tebal Lapisan Batu Lindung

    5.3 Desain Bangunan Pelengkap

    5.3.1 Perhitungan Dimensi Pintu Penguras Bendung dengan Under sluice

    Lubang under sluice

    Dimensi under sluice ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai

    berikut (KP-02, 1986) :

    Tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter

    terbesar sedimen dasar sungai

    Tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,00 m,

    Tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air didepan

    pengambilan selama debit normal.

    Ukuran saluran under sluice tersebut adalah sebagai berikut:

    Tinggi saluran : 1,25 m

    Lebar saluran : 12,30 m

    Pintu penguras under sluice 2 buah @ tinggi = 1,45 m, lebar = 1,75 m.

    Pintu penguras bendung 2 buah @ tinggi = 1,55 m, lebar 1,75 m.

    84 cm

    15cm

    5 cm

    Pasangan batu kosong

    Saringan

    Tanah dasar

    Kerikil

    Kerikil halus

    Tanah dasar

  • ANALISIS HIDROLIS 122

    Gambar 5.11 Desain Lubang Under sluice

    Gambar 5.12 Desain Pintu Penguras Under sluice

    Beton cyclope

    Under sluice

    0.30

    1.25

    0.30

    lantai bendung

    0.30 6.00 6.00 0.30

    Plat ejector

    Intake

    Pintu penguras bendung B=1.75 m, H=1.55 m Pintu penguras under sluice

    B=1.75 m, H=1.45 m

    Under sluice 1.45

    1.55

  • ANALISIS HIDROLIS 123

    Kecepatan Aliran dibawah Pintu Penguras Under sluice

    Kecepatan aliran : Vup = )*(*2* zkg ....................................... (2.21)

    Dimana :

    Vup = kecepatan aliran di under sluice dibawah pintu (m/dt)

    z = perbedaan elevasi permukaan air di hulu dan di hilir under sluice (m)

    k = koefisien pengaliran di under sluice karena sempurna dan tidak

    sempurnanya pengaliran pada bendung (keadaan sempurna k = 1)

    g = kecepatan gravitasi (m/dt2)

    = koefisien kontraksi (0,80)

    kecepatan aliran didalam under sluice dibawah pintu penguras pada keadaan :

    Elevasi di hulu bendung setinggi mercu

    Pengaliran dalam keadaan sempurna dan air dihilir bendung setinggi bagian

    bawah plat under sluice.

    Vup = )12,3275,33(*1(*81,9*2*80,0 = 4,524 m/dt

    Vup = 4,54 m/dt

    +33.75

    +32.12

    plat under sluice

    Pintu penguras bendung B=1.75 m, H=1.55 m

    Pintu penguras under sluice B=1.75 m, H=1.45 m

    Gambar 5.13 Kecepatan Air dibawah Pintu Under sluice

  • ANALISIS HIDROLIS 124

    Kecepatan Aliran pada Sistem Under Sluice

    Pada keadaan permukaan air di hulu sungai setinggi elevasi mercu

    bendung(EL> +33,75), sedangkan elevasi permukaan air di hilir setinggi EL

    +32,12 (rata dengan plat under sluice bagian bawah) dan pintu penguras

    bendung dibuka penuh maka besarnya debit melalui lubang under sluice:

    Qup = A * Vup ............................................................................. (2.22)

    dimana:

    Qup = Debit air pada lubang under sluice (m3/dt)

    A = Luas penampang under sluice di bawah pintu penguras (m2)

    = 2*(1,25*1,75) m2

    Vup = Kecepatan aliran di under sluice dibawah pintu (m/dt) = 4,524 m/dt

    Qup = 2*1,25*1,75*4,524 = 19,793 m3/dt

    Dari hasil perhitungan tersebut maka kecepatan pada mulut under sluice

    adalah:

    Vus = us

    up

    AQ

    .................................................................................. (2.23)

    Dimana:

    Vus = Kecepatan pada mulut under sluice (m/dt)

    Qup = Debit air pada lubang under sluice (m3/dt) = 19,793 m3/dt

    Aus = Luas penampang mulut under sluice (m2) = 2*(6*1.25) m2

    Vus = )25,1*6(*2

    793,19 = 1,32 m/dt

    Kecepatan tersebut cukup besar untuk menguras sedimen yang masuk ke

    saluran under sluice.

  • ANALISIS HIDROLIS 125

    Gambar 5.14 Kecepatan di Mulut Under Sluice

    5.3.2 Perhitungan Hidrolis Pintu Pengambilan Bendung Didalam perhitungan debit yang melalui pintu pengambilan bendung

    konvensional ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

    Elevasi mercu bendung : +33,75

    Debit untuk irigasi (Qn) : 2.948 Ha * 1,49 l/dt/Ha = 4392.52 l/dt

    = 4,39252 m3/dt 4,4m3/dt

    Debit untuk pengurasan kantong lumpur (Qp) :

    Untuk keperluan-keperluan perencanaan, debit pembilasan diambil 20% lebih

    besar dari debit normal pengambilan (KP-02, 1986).

    Qp = 1,20 * 4,40 = 5,28 m3/dt

    Lebar pintu pengambilan ditentukan (bi) 3 buah @ : 1,90 m (lebar pintu

    existing)

    1.50

    0.40 5.00 3.75 2.00 43,50

    0.30

    1.25 +32.62

    MA +33.75

    +32.12

    Vus=1.32m/dt Vup=4.54m/dt

    Pintu penguras bendung B=1.75 m, H=1.55 m

    Pintu penguras under sluice B=1.75 m, H=1.45 m

  • ANALISIS HIDROLIS 126

    Koefisien kontraksi di pintu pengambilan () = 0,80

    Beda elevasi permukaan air di hulu dan di hilir pintu pengambilan bendung

    (z) = 0,10 m

    Gravitasi (g) : 9,81 m/dt2

    Besarnya debit Qp = *b*hi* zg **2 .................................. (2.25)

    dimana hi adalah tinggi bukaan pintu pengambilan maksimum.

    hi = zgb

    Qp**2**

    hi = 10,0*81,9*2*90,1*3*80,0

    28,5

    = 0,827 m

    Gambar 5.15 Tinggi Bukaan Pintu Pengambilan

    0.30

    1.25

    0.30

    0.30 0.30 6.00 6.00

    hi =0.83 0.9

    +33.75

    Lubang under sluice

    +32.75

    +33.65

    +32.48

    Pintu Pengambilan

    Intake

    Lantai bendung

  • ANALISIS HIDROLIS 127

    5.3.3 Kantong Lumpur Variabel-variabel yang digunakan untuk perhitungan kantong lumpur

    tersebut adalah sebagai berikut:

    Diameter butiran sedimen (D) = 0,07 mm

    Berat jenis sedimen (Gs) = 2,70 ton/m3

    Berat jenis air (Gw) = 1,00 ton/m3

    Temperatur air (T) = 200

    Kemiringan talud (m) = 2

    Debit untuk irigasi (Qn) = 4,40 m3/dt

    Debit untuk pengurasan (Qp) = 5,28 m3/det

    Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2

    5.3.3.1 Pendimensian Kantong Lumpur

    a. Ukuran partikel

    Diasumsikan partikel yanng ukurannya kurang dari 70 m atau 0.07mm

    terangkut sebagai sedimen layang melalui jaringan irigasi.

    b. Luas Permukaan Rata-Rata

    Di Indonesia dipakai suhu air 20oC. Dengan diameter 70 m atau 0.07 mm.

    kecepatan endap w menjadi 0.004 m/det.

    wQnLB = =

    004.040,4 = 1100 m2

    untuk mencegah aliran tidak meander di dalam kantong, maka L/B > 8.

    Karena L/B > 8, maka dapat dihitung : L > 8B 8B*B

  • ANALISIS HIDROLIS 128

    Ks = 45

    Luas Penampang Basah ( An )

    Qn = An*Vn An = 7.040,4

    =VnQn = 6,29 m2

    Dari nilai B < 11,7 m , B = 7 m , kedalaman air hn menjadi :

    mBAnhn 9,0

    729.6

    ===

    Gambar 5.16 Potongan Melintang Kantong Lumpur Pada Keadaan Penuh

    Keliling basah Pn menjadi :

    Pn = 7 + 2*0.9 221+ = 11,02 m

    Rn = An/Pn = 6,29/11,02 = 0,571 m

    Maka Kemiringan Saluran ( In ) didapat :

    Vn = ks * Rn2/3 In1/2 .................................................................... (2.26)

    In = 2

    3/2 *

    KsRnVn .................................................................. (2.29)

    In = 00051.045*)571,0(

    70,02

    3/2 =

    d. Penentuan Is ( pembilas, Kantong lumpur kosong )

    Data : Qp = 5,28 m3/det

    (Vs) = 1.8 m/det

    Ks (untuk pembilas) = 40

    2,00 2,00

    1,00

    1,00

    7,00

    0,90

    sedimen

  • ANALISIS HIDROLIS 129

    Luas (As )

    As = 293.28.128,5 m

    VsQs

    ==

    Lebar dasar = lebar kantong lumpur(B) = 7 m, maka As = B* hs

    2,93 = 7* hs hs = 0,419 m

    Gambar 5.17 Potongan Melintang Kantong Lumpur Keadaan Kosong

    Rs = mPsAs 374,0

    419,0*2793,2

    =+

    =

    Is = 2

    3/2

    2

    3/2 40*374,08.1

    *)(

    =

    KsRs

    Vs = 0.0075

    Agar pembilasan dilakukan dengan baik maka kecepatan aliran harus dijaga

    agar tetap subkritis dimana aliran sub-kritis mempunyai Fr < 1

    Fr = ghV = 89.0

    419.0*8,98.1

    = < 1

    e. Panjang kantong Diketahui :

    hn = 0.9 m

    Vn = 0.7 m/det

    W = 0.004 m/det

    Rumus : VnL

    whn

    = ................................................................. (2.30)

    7,0004.0

    9.0 L= L = m5,157

    004.07,0*9,0=

    2,00 2,00

    1,00

    1,00

    7,00

    0,90

    0,419

  • ANALISIS HIDROLIS 130

    diambil L = 160 m > 93.6 m

    Dari hasil perhitungan diatas diperoleh dimensi kantong lumpur sebagai

    berikut:

    Lebar dasar kantong lumpur (B) = 7,00 m

    Kemiringan talud kantong lumpur (m) = 2

    Kapasitas pintu pengambilan debit untuk irigasi (Qn) = 4,40 m/dt

    Kapasitas pintu pengambilan debit untuk pengurasan (Qp) = 5,28 m/dt

    Kemiringan permukaan air di kantong lumpur pada Qn (In) = 0,00051

    Kemiringan dasar kantong lumpur (Is) = 0,0075

    Kecepatan aliran pada saat pengurasan (Vs) = 1,8 m/dt

    Kecepatan pada saat normal p ada yaitu (Vn) = 0,7 m/dt

    Panjang saluran ada awal kantong lumpur 160 m

    Gambar 5.18 Potongan Memanjang Kantong Lumpur

    Gambar 5.19 Potongan I-I

    2,00 2,00

    1,00

    1,00

    7,00

    varia

    si 0.90

    Muka air normal pengambilan

    Sedimen

    I

    I

  • ANALISIS HIDROLIS 131

    5.3.3.2. Pengecekan Efisiensi Kantong Lumpur a) Volume Kantong Lumpur

    - Luas kantong lumpur = (0,4+1,65)*0.5*178= 182,45 m2

    - volume kantong lumpur = 182,45*7,00 = 1277,15 m3

    b) Frekuensi Pengurasan Kantong Lumpur - Diasumsikan bahwa :

    Rata-rata konsentrasi sedimen sebesar 0005.0 dari volume air

    Bahan sedimen di sungai terdiri dari 80% berupa pasir dan gravel dan

    20% berupa silt dan clay.

    V = 0.0005*Qp*T

    dimana;

    V = Volume kantong lumpur, m3

    Qp = Debit pengambilan, m3/dt

    T = Waktu pengurasan

    1277,15 = 0.0005*4.40*T

    T = 580522.73

    = 6,7 hari 6 hari

    dengan demikian maka kantong lumpur harus dikuras setiap 6 hari sekali.

    c) Perhitungan diameter partikel yang Dapat dikuras Oleh Kantong Lumpur

    - Besarnya gaya erosive pada saat pengurasan kantong lumpur :

    = *g*hc*Ic

    dimana :

    = Besarnya tractive force pada saat pengurasan (N/m2)

    = Berat jenis air (kg)

    g = Gravitasi (9,81 m/dt2)

    hc = Tinggi air di kantong lumpur pada kondisi pengaliran kritis untuk

    pengurasan bahan sedimen di kantong lumpur (m)

    Ic = Kemiringan dasar kantong lumpur

    Sehingga :

  • ANALISIS HIDROLIS 132

    = 1000*9,81*0,419*0,0075

    = 30.8 N/m2

    - Dari grafik Shields, diketahui bahwa partikel yang masuk kekantong lumpur

    dengan diameter sama atau lebih kecil dari 20 mm akan dapat terkuras.

    30.08

    30.8

    Gambar 5.20 Grafik Shields

    d) Efisiensi Pengurasan Kantong Lumpur - Perhitungan kecepatan aliran air di kantong lumpur pada saat kantong

    lumpur kosong endapan

    Kecepatan pengaliran di kantong lumpur dalam keadaan tidak berisi bahan

    endapan (kosong endapan) adalah sebagai berikut:

  • ANALISIS HIDROLIS 133

    Dengan panjang kantong lumpur (L) = 160 m dan kedalaman air rencana

    (hn) 0.9, serta kecepatan aliran (Vr) 0,7 m/dt, maka kecepatan mengendap

    rencana (W0) sebagai berikut :

    m/dt 00371,0160

    7,0*9,0*00

    0

    ====L

    VhWVL

    Wh r

    r

    n

    berdasarkan diagram hubungan antara diameter ayak dan kecepatan endap

    untuk air tenang, diameter yang sesuai adalah sebesar d0 = 0,066 mm

    Diameter butiran sedimen rencana = 0,07 mm dengan kecepatan endap

    (W) = 0,004 m/dt

    Efisiensi pengendapan butiran sedimen (fraksi) berdiameter 0,07 mm

    sekarang dapat dihitung sebagai berikut :

    W = 0,004 m/dt

    W0 = 0,00371 m/dt

    V0 = 0,7 m/dt

    08,100371,0004,0

    0

    ==WW

    0057,07,0

    004,0

    0

    ==VW

    Dari diagram Camp, diperoleh efisiensi sebesar 90%. Jadi butiran

    dengan diameter 0,07 mm akan diendapkan 90% di kantong lumpur.

  • ANALISIS HIDROLIS 134

    0.0057

    90% 1.08

    Gambar 5.21 Diagram Camp

    e) Perhitungan Hidrolis pada Pintu Pengurasan Kantong Lumpur Karena pada pintu penguras kantong lumpur digunakan 3 (tiga) buah pintu

    dengan lebar @ 1,60 meter dan pilar setebal 1,0 m, akan terjadi penyempitan.

    Oleh karena itu luas penampang basah pada pintu penguras kantong lumpur

    harus ditambah dengan cara menurunkan dasar kantong lumpur tersebut,

    sebagai berikut:

  • ANALISIS HIDROLIS 135

    Muka air pembilasan

    1:10Ip= 0.0075 Ip= 0.0075

    + 31,44

    + 30.82

    2.00 8.50

    Pilar teba l 1.00 m

    Pintu penguras kantong lumpurB= 1.60 m, H= 0.85 m

    + 37.01

    + 34.21

    + 31,02

    3.00

    0.17

    + 37.01

    Muka air pembilasan

    1:10Ip= 0.0075

    8.50

    Pilar teba l 1.00 m

    3.00

    0.17

    Luas penampang basah kantong lumpur pada saat pengurasan :

    b*hs = n*bf*hf

    dimana:

    b = Lebar dasar kantong lumpur (m)

    hs = Tinggi air kritis di kantong lumpur (m)

    hf = Tinggi air di pintu penguras kantong lumpur (m)

    bf = Lebar pintu penguras kantong lumpur (m)

    n = Jumlah pintu penguras kantong lumpur

    sehingga :

    7,00*0,419 = 3*1,60*hf

    hf = 0,61 m

    dengan demikian maka dasar kantong lumpur di tempat pintu pengurasan

    diturunkan = 0.61 0,419 = 0,191 m 0,2 m

    Gambar 5.22 Penguras Kantong Lumpur

  • ANALISIS HIDROLIS 136

    4.00 3.00

    0.17

    + 33,57

    + 32.67 1:10+ 32.27

    + 37.42

    Pintu penerus B= 1,60 m, H= 1.75 m

    0.90

    + 33,57

    f) Perhitungan Hidrolis pada Pintu Penerus

    Gambar 5.23 Pintu penerus

    Luas penampang basah saluran di hulu pintu penerus harus sama dengan luas

    penampang basah di pintu penerus.

    bhs*hhs = n*bps*hps

    Dimana :

    bhs = Lebar dasar saluran dihulu pintu penerus (7,00m)

    hhs = Tinggi air di hulu pintu penerus (0,90m)

    bps = Lebar pintu penerus (m)

    n = Jumlah pintu penerus (3 buah)

    sehingga :

  • ANALISIS HIDROLIS 137

    hps = m3,160,1*3

    90,0*00,7=

    Jadi dasar kantong lumpur didepan pintu penerus diturunkan sebesar 0,4 m

    Luas penampang basah di hulu pintu penerus :

    Ahs = bhs*hhs

    = 7,00*0,9 = 6,30 m2

    Kecepatan aliran di hulu pintu penerus :

    Vhs = dtmAQn

    hs

    /698,030,640,4

    ==

    Gambar 5.24 Denah Pintu Pembilas Kantong Lumpur dan Pintu Penerus

  • ANALISIS HIDROLIS 138

    Gambar 5.25 Potongan IV-IV

    5.3.4. Perhitungan Hidrolis Gorong-gorong Perhitungan Hidrolis Saluran Induk Kaligending

    Q = 4,4 m3/dt

    K = 40; b = 5,75 m

    m = 1

    A = (b + m*h)*h = (5,75 + 1*h)*h = 5,75h + h2

    Q = A *V; diambil V = 0,8 m/dt

    4,4 = (5,75h + h2)*0,8 h = 0,831 m

    P = b + 2h 2m1+

    = 5,75 + 2*0,831 211+ = 8,10 m

    A = 5,75*0,831 + 0,8312 = 5,469 m2

    R = 10,8496,5

    =PA = 0,675 R2/3 = 0,7696

    V = K*R2/3*I1/2 0,8 = 40*0,769* I1/2 I = 0,00068

    Dimensi saluran induk Kaligending :

    Q = 4,40 m3/dt

  • ANALISIS HIDROLIS 139

    B = 5,75 m

    h = 0,831 m

    V = 0,8 m/dt

    I = 0,00068

    m = 1

    K = 40

    W = 0,60 m

    Gambar 5.26 Penampang Saluran Induk Kaligending

    Perhitungan Hidrolis Gorong-gorong

    Gambar 5.27 Denah Gorong-gorong

    Gambar 5.28 Potongan V-V

    b= 5,75 m

    h = 0,831 m

    W = 0,60 m

    1 : m

    +33,55

    +32,45 +32,64

    +32,57

    +33,54

    1,10

    +33,50

    5, 00 13,30

    0,90 Saluran Induk Kaligending

    Saluran Penerus Bendung

    5,00 2,50 5,75

    +32,45

    +32,61V V Saluran Induk Kaligending

    Saluran Penerus Bendung

    Gorong-gorong

    5, 00 13,30

  • ANALISIS HIDROLIS 140

    Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan rumus :

    Hf = 3/422

    **VRK

    L ............................................................................. (2.31)

    Dimana;

    Hf = Kehilangan energi akibat gesekan dinding dan dasar saluran

    V = Kecepatan aliran (m/dt)

    L = Panjang gorong-gorong (13,30 m)

    K = Koefisien kekasaran strickler (K=70)

    R = Jari-jari hidrolis (m)

    Luas penampang basah gorong-gorong (A) = 2,50*0,90 = 2,275 m2

    Keliling basah gorong-gorong (O) = 2,50 + 2*0,90 = 4,32 m

    Jari-jari hidrolis (R) = A/O = 2,275/4,32 = 0,527 m

    Kecepatan aliran didalam gorong-gorong (V) = Q/A = 4,4/2,275 = 1,93 m/dt

    Kemiringan gorong-gorong yang ada I = 0,07/13,30 = 0,0053

    Kehilangan energi :

    Hf = 3/422

    **VRK

    L

    = 865,2085

    541,49527,0*70

    30,13*1,933/42

    2

    = = 0,024 m

    Kehilangan energi pada bagian pemasukan gorong-gorong :

    Vsal = 10,1*54,4 = 0,8 m/dt

    Hms = g

    VV salsms *2

    )(*2

    3 ............................................................. (2.32)

    = 81,9*2

    )8,093,1(*2,02 = 0,013 m

    Hkl = 81,9*2

    )8,093,1(*4,02 = 0,026 m

    Jadi kehilangan energi pada bangunan gorong-gorong adalah:

    h = Hf + Hms + Hkl

    = 0,024 + 0,013 + 0,026