bendung pamarayan psda

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irigasi di Indonesia sangat dibuthkan untuk menunjang perkembangan pertanian, karena pertanian merupakan sumber utama penyediaan bahan makanan. Seiring dengan perkembangan teknologi pertanian bahwa varietas tanaman modern menuntut pengolahan air secara tepat guna, maka seluruh prasarana di daerah-daerah pertanian harus dikembangkan untuk mengatur aliran air dari sumbernya menuju petak-petak sawah. Sumber irigasi umumnya berasal dari sungai, bendungan, waduk, sesuai dengan debit rencana saluran ke petak-petak sawah. Untuk sungai di pulau jawa sangat tinggi sekali fluktuasi debitnya, pada musim penghujan mengakibatkan banjir yang relatif pendek dan musim kemarau sangat minim sekali debitnya. Oleh sebab itu, diperlukan bangunan peninggi taraf muka air seperti bendung untuk mengatasi permasalahan tersebut. B. Perumusan Masalah

description

Bendung Pamarayan

Transcript of bendung pamarayan psda

Page 1: bendung pamarayan psda

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Irigasi di Indonesia sangat dibuthkan untuk menunjang perkembangan

pertanian, karena pertanian merupakan sumber utama penyediaan bahan makanan.

Seiring dengan perkembangan teknologi pertanian bahwa varietas tanaman

modern menuntut pengolahan air secara tepat guna, maka seluruh prasarana di

daerah-daerah pertanian harus dikembangkan untuk mengatur aliran air dari

sumbernya menuju petak-petak sawah.

Sumber irigasi umumnya berasal dari sungai, bendungan, waduk, sesuai

dengan debit rencana saluran ke petak-petak sawah.

Untuk sungai di pulau jawa sangat tinggi sekali fluktuasi debitnya, pada

musim penghujan mengakibatkan banjir yang relatif pendek dan musim kemarau

sangat minim sekali debitnya.

Oleh sebab itu, diperlukan bangunan peninggi taraf muka air seperti

bendung untuk mengatasi permasalahan tersebut.

B. Perumusan Masalah

Pamarayan adalah daerah andalan untuk irigasi dan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari raga disekitar. Dilihat dari pasokan air dari Sungai Ciujung

yang pada musim hujan sangat menguntungkan, sehingga akan menambah debit

aliran sungai Ciujung. Untuk itu perlu dilakukan pembangunan bendung yang di

khususkan sebagai sarana untuk mengendalikan banjir, melestarikan tanah dan

sumber-sumber air serta pengendalian erosi, maka dalam Tugas Akhir ini

dilakukan Perencanaan Bendung Tetap.

C. Lokasi

Lokasi yang dipilih untuk penempatan bendung tetap ini adalah di desa

Pamarayan, kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Page 2: bendung pamarayan psda

D. Tujuan Perencanaan

Tujuan dari Perencanaan ini adalah untuk menghasilkan sebuah

perencanaan bendung tetap untuk mengatasi permasalahan fluktuasi debit yang

tinggi agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, baik pada musim kemarau

maupun musim hujan.

E. Batasan Masalah

Dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini penulis membatasi bahasan

perencanaan sebagai berikut :

1. Perhitungan mercu bendung

2. Dua pintu pengambilan (Intake), pengambilan kiri dan kanan.

3. Bangunan pembilas

4. Bangunan penangkap sedimen

Dalam laporan ini data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari

Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Propinsi Banten

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari perencanaan ini adalah untuk menjamin kelangsungan

tersedianya air bagi daerah irigasi Ciujung, penyediaan air baku industri dan

domestik dan meningkatkan hasil produksi pertanian.

Page 3: bendung pamarayan psda

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Indah Wulandari (2009) dalam tugas akhirnya yang berjudul Tinjauan

Kembali Bendungan Kedung Ombo Dalam Hal Kelayakan Elevasi Mercu

Bendung Waduk Kedung Ombo, menyusun tugas akhir ini dengan pertimbangan

pentingnya fungsi Waduk Kedung Ombo sebagai salah satu hasil pembangunan

yang berupa pemanfaatan alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Tujuan penelitian tersebut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air

banjir maksimal pada Waduk Kedung Ombo. Yang kedua untuk mengetahui

apakah elevasi puncak bendungan yang ada masih cukup aman terhadap limpahan

banjir pada saat waduk dalam kondisi kritik dan yang ketiga untuk mengetahui

kemampuan Waduk Kedung Ombo dalam meredam banjir.

Drs. Sukadi (1998) dalam makalahnya yang berjudul Langkah-langkah

Perencanaan dan Perancangan Sebuah Bendungan/Waduk. Tujuan penelitian

tersebut adalah untuk mendapatkan informasi teknis sebagai data masukan dalam

perencanaan konstruksi bendungan dan untuk mendapatkan hasil perencanaan

dalam bentuk dimensi konstruksi dan hidraulik ditransformasikan kedalam bentuk

gambar bestek selanjutnya dijadikan dasar untuk perhitungan estimasi biaya dan

analisa ekonominya

Page 4: bendung pamarayan psda

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Umum

Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak

dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang

dikehendaki.

Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai

dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik

ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada

daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relatif lebih curam dari pada

di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap

(fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak

membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.

1. Peta

Untuk merencanakan bendung diperlukan peta topografi dengan skala

1:25.000, peta ini digunakan untuk mencari catchment area sungai serta stasiun-

stasiun hujan yang bersangkutan. Selain peta topografi diperlukan pula

pengukuran situasi sungai disekitar lokasi bendung dengan potongan memanjang

dan melintangya

2. Hidrologi

Analisa hidrologi untuk kepentingan desain meliputi penentuan stasiun

curah hujan yang berpengaruh terhadap daerah tangkapan hujan, perhitungan

curah hujan, perhitungan debit banjir, perhitungan ketersediaan air, perhitungan

kebutuhan air dan keseimbangan air baku.

Dalam penelitian hidrologi dibutuhkan untuk memperkirakan debit banjir

rencana yang dipergunakan untuk merencanakan tipe, bentuk dan ukuran hidrolis

dari bangunan bendung tetap yang akan direncanakan.

Page 5: bendung pamarayan psda

Penelitian hidrologi untuk mendukung dalam perhitungan rencana

stabilitas bendung diperlukan suatu rangkaian data secara periodik dan terus

menerus sehingga dapat menghasilkan debit banjir rencana yang diperkirakan.

3. Geologi

Tujuan penelitian dan penyelidikan geologi adalah untuk menunjang

pekerjaan perencanaan detail bendung tetap, seperti mengetahui jenis tanah,

lapisan tanah, morfologi dan jenis bantuan yang berada dilokasi bendung

tersebut. Adapun hal-hal yang diperlukan dari penyelidikan geologi antara lain:

a) macam tanah dasar serta tebal lapisannya

b) Besarnya weighted creep ratio yang akan berguna untuk menentukan

panjangnya lantai muka dan besarnya uplift pressure

c) Letaknya lapisan yang rapat air

d) Ada atau tidaknya gejala-gejala yang membahayakan stabilitas bendung

4. Mekanika Tanah

Tujuan penelitian dan penyelidikan mekanika tanah adalah untuk meneliti,

mempelajari dan menyelidiki karakteristik dan parameter-parameter tanah yng

dibutuhkan dan ada hubungannya dengan perhitungan bendung tetap yaitu,

dengan cara pengambilan sampel tanah dan pengeboran dilokasi bendung terebut.

Tanah yang didapat dari lokasi bendung tersebut diuji dan dianalisa

dilabiratorium hingga menghasilkan parameter-parameter tanah yang dibutuhkan

dalam perhitungan bendung tetap.

B. Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi bendung tetap hendaknya memperhatikan syarat-syarat

tropografi daerah yang akan diairi,topograsi lokasi bendung,keadaan hidrolisis

sungai, tanah pondasi dan lain-lain sebagai berikut :

1. Agar seluruh daerah yang di rencanakan dapat di airi secara gravitasi.

2. Tinggi bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter.

3. Saluran induk tidak melewati trase yang sulit.

Page 6: bendung pamarayan psda

4. Letak bangunan pengambilan (intake) harus di letakan sedemikian rupa

sehingga dapat menjamin kelancaran masuknya air.

5. Sebaiknya lokasi bendung itu berada pada alur sungai yang lurus.

6. Keadaan pondasi cukup baik.

7. Tidak menimbulkan genangan yang luas di udik bendung, serta tanggul

banjir sependek mungkin.

8. Pelaksanaan tidak sulit dan biaya pembangunan tidak mahal.

C. Design flood

Design flood adalah besarnya debit yang direncanakan untuk melewati bendung

1. Return period

Design flood direncanakan sebagai flood yang diharapkan akan terjadi pada

suatu jangka waktu tertentu, artinya pada suatu jangka waktu tersebut, banjir

ini akan terjadi lagi. Misalnya banjir 50 tahun adalah banjir yang akan terjadi

pada tiap 50 tahun sekali. Angka lima puluh tahun diatas disebut return

period.

2. Metode

Untuk mencari besarnya design flood dengan return period tertentu, bisa

menggunakan data-data debit sungai atau dapat pula data-data curah hujan,

analisa untuk mencari harga suatu besaran dengan sutau return period

tertentu disebut frequency analysis.

3. Data debit

Beberapa cara frequency analysis yang telah dikenal dan dipakai antara lain

cara Hazen, Haspers, Gumbel dan lain-lain. Dalam penulisan laporan tugas

akhir ini hanya menggunakan cara Gumbel saja.

4. Curah hujan

Pengamatan curah hujan dari stasiun-stasiun yang terletak didaerah aliran

dipergunakan untuk mencari debit sungai.

a) Stasiun hujan

Untuk mencari debit sungai, terlebih dahulu ditentukan stasiun-stasiun hujan

yang mewakili daerah alirannya, yakni stasiun yang terletak didalam daerah

Page 7: bendung pamarayan psda

aliran yang bersangkutan. Jika tidak ada stasiun-stasiun yang dimaksud maka

kita memakai stasiun-stasiun hujan yang terdekat dengan daerah aliran

tersebut.

b) Curah hujan rata-rata

1) Arithmatic

Rata-rata aritmatik curah hujan adalah jumlah besarnya curah hujan dibagi

banyaknya bilangan penjumlahan.

2) Metode Thiessen

Setelah letak stasiun-stasiun hujan di tentukan dalam gambar catchment area,

maka dibuatlah sumbu-sumbu dan garis penghubung stasiun hujan tersebut.

Garis-garis sumbu ini akan membagi catchment area, yang akan diwakili

oleh setiap stasiun.

Dimana : RA = curah hujan stasiun A

RB = luas daerah A

3) Metode Melchior

Rumus :

Q max = α x F x q x

Dimana :

Q max = debit maksimum yang diharapkan terjadi (m3/det)

Page 8: bendung pamarayan psda

α = koefisien pengaliran

F = luas catchment area (km2)

q = debit tiap km2 (m3/det/km2)

R max = curah hujan harian absolut max, rata-rata dari stasiun-stasiun yang

mewakili (mm)

4) Metode Weduwen

Metode ini digunakan untuk catchment area yang kurang dari 100 km2. Data

hujan yang digunakan berbeda dengan cara Melchior, sebagaimana diketahui

Melchior menggunakan data curah hujan harian absolut maksimum,

sedangkan cara Weduwen memakai curah hujan maksimum kedua setelah

masa pengamatan tertentu dan menghasilkan debit untuk return period

tertentu.

Qn = α β q x F x k (1)

atau

Qn = α β q x F x mn x (2)

Dimana:

Qn = debit maks dalam suatu return period tertentu (m3/det)

n = return period

α β q = debit pada tiap km2 pada curah hujan harian 240 mm (m3/det/km2)

k ; mn = koefisien

R70 = curah hujan dengan return period 70 tahun

D. Peil mercu

1. Elevasi

Peil mercu bendung ditentukan oleh beberapa macam faktor, antara lain

elevasi sawah tertinggi yang akan diairi, tingginnya air di sawah, kehilangan

tekanan pada pemasukan ke saluran-saluran, pada alat-alat ukur, pada

bangunan-bangunan lain yang terdapat di saluran, dsb.

2. Tinggi bendung

Page 9: bendung pamarayan psda

Yang dimaksud tinggi bendung adalah jarak antara lantai muka bendung

sampai puncak bendung (P)

E. Lebar bendung

Yang dimaksud lebar bendung adalah jarak antara tembok pangkal disatu

sisi dan tembok pangkal di sisi yang lain.

1. Lebar efektif

Lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit disebut lebar

efektif, tidak seluruh lebar bendung bermanfaat untuk melewatkan debit,

karena kemungkinan adanya pyler dan pintu penguras.

Bef = B - ∑b -∑t + 0,80 ∑b

Bef = B -∑t - 0,20 ∑b

Dimana :

Bef = lebar efektif bendung

B = lebar seluruh bendung

∑t = jumlah tebal pyler

∑b = jumlah lebar pintu bilas

2. Tebal pyler

Pyler yang terdapat pada tubuh bendung adalah pyler jembatan dan pyler

pintu bilas. Tebal pyler jembatan ditentukan oleh beban yang akan

ditanggungnya sedangkan tebal pyler pintu bilas tergantung ada atau tidaknya

pengambilan lewat tubuh bendung dan tergantung dari lebar pintu bilas serta

tingginya pyler itu sendiri.

3. Lebar pintu penguras (bilas)

Pintu penguras berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan, maka

lebarnya tidak boleh terlalu kecil atau terlalu lebar. Jika lebar pintu terlalu

kecil maka efek pengurasan akan kecil pula, tetapi jika pintu terlalu besar

maka pintu akan menjadi berat dan sukar diangkat.

Sebagai patokan lebar pintu penguras bisa diambil harga terbesar antara :

1/2 lebar pintu intake atau 1/10 lebar bendung (B).

Page 10: bendung pamarayan psda

F. Muka air maksimum di sungai

Muka air maksimum di sungai adalah tinggi air banjir di sungai sebelum

ada bendung.

1. Miring sungai rata-rata

Dari profil memanjang sungai di cari kemiringan sungai rata-rata. Garis

miring sungai rata-rata digambar pada potongan memanjang sungai, sehingga

bagian atas dan bawah yang terpotong mempunyai jumlah luas yang kira-kira

sama

2. Profil melintang

Ialah profil dititik potong antara garis miring sungai rata-rata dan garis profil

memanjang.

G. Muka air maksimum diatas mercu

Muka air sedikit diatas mercu, sebelum muka air itu merubah bentuknya

menjadi melengkung ke bawah. Untuk mencari tinggi air maksimum diatas mercu

bendung, tergantung dari sifat pengalirannya.

1. Pengaliran sempurna

Rumus Bundschu :

Q = m b d

d = 2/3 H

H = h + k

Harga k dan m dicari dari rumus Verwoerd :

k = 4/27 . m2 h3 ( )2

m = 1,49 – 0,018 ( 5 - )2

Page 11: bendung pamarayan psda

dimana:

Q = debit yang lewat di atas mercu (m3/det)

b = lebar efektif bendung (m)

h = tinggi air (depan) di atas mercu (m)

k = tinggi energi kecepatan (m)

g = percepatan gravitasi (m/det)

m = koefisien pengaliran

p = tinggi bendung (m)

r = jari-jari pembulatan puncak mercu (m)

Untuk menentukan harga r, dipakai cara Kregten (sebagai pendekatan)

yaitu : dengan mengambil harga m=1,34 harga yang baik untuk H/r adalah 3,80.

Jadi dipakai terlebih dahulu pendekatan:

Q = mbd

dengan m = 1,34

H. Ukuran Hidrolis Bendung

Adalah dimensi bendung yang diakibatkan oleh sentuhan karena

pengaliran air.

Untuk tipe Vlugter dipakai ketentuan-ketentuan seperti dibawah ini

Jika 4/3 < Z/H < 10

Maka D = L = R = 1,1 Z + H

a = 0,15 H

Jika 1/3 < Z/H < 4/3

Maka D = L = R = 0,6 H + 1,4 Z

a = 0,20 H

I. Stabilitas Bendung

Page 12: bendung pamarayan psda

1. Gaya-gaya yang bekerja

Sebuah bendung akan mengalami tekanan-tekanan gaya seperti gaya

berat, gaya gempa, tekanan lumpur, gaya hidrostatis dan gaya uplift pressure

a. Gaya berat

Gaya berat ini adalah berat dari konstruksi berarah vertikal kebawah

yang garis kerjanya melewati titik berat konstruksi.

Untuk memudahkan perhitungan, biasanya dibagi-bagi dalam bagian-

bagian yang berbentuk segitiga, segiempat atau trapesium.

Karena peninjauannya adalah tiap lebar 1 meter, maka gaya yang

diperhitungkan adalah luas bidang kali berat jenis konstruksi.

b. Gaya gempa

Gaya gempa sebesar K = f G

Dimana, f = koefisien gempa

G = berat konstruksi

Harga f tergantung dari tempat konstruksi sesuai dengan peta zone gempa

bendung tersebut.

c. Tekanan lumpur

Apabila bendung sudah berexploitasi, maka akan tertimbun endapan di depan

bendung. Endapan lumpur ini diperhitungkan sebagai setinggi mercu.

W1 = ½ γs h2

Dimana

γs = berat jenis lumpur ( biasanya 1,60 )

φ = sudut geser alam dari silt

Untuk silt diambil φ = 30o

Jadi W1 = 1/6 . γs . h2

d. Uplift pressure

Page 13: bendung pamarayan psda

Untuk ini harus dicari tekanan pada tiap-tiap titik sudut, baru kemudian bisa

dicari besarnya gaya yang bekerja pada tiap-tiap bidang

Secara umum besarnya tekanan pada titik x adalah:

Dimana

Ux = uplift pressure titik x

Hx = tingginya titik x terhadap air dimuka

ℓx = panjangnya creep line sampai ketitik x

∑L = jumlah panjang creep line

Δ H = beda tekanan

Gaya uplift dibidang XD adalah :

UXD = ½ . b ( UX + Ud )

Dan bekerja pada titik berat trapesium

Untuk tanah dasar yang baik disertai dengan drain yang baik pula, maka

uplift dapat dianggap bekerja 67 % nya, jadi bekerjanya uplift pressure antara

67% dan 100%.

2. Anggapan dalam stabilitas

Untuk menyederhanakan perhitungan tanpa mengurangi hakekat dari

perhitungan itu sendiri, maka diadakan anggapan sebagai berikut:

a. Peninjauan potongan vertikal adalah potongan-potongan yang paling

lemah (dalam hal ini potongan 1-1 dan 2-2)

b. Lapisan puddel tetap berfungsi

c. Titik guling pada peninjauan vertikal diatas adalah titik A

d. Konstruksi bagian depan bendung akan penuh lumpur setinggi mercu

bendung

Page 14: bendung pamarayan psda

e. Harus diperhitungkan sekurang-kurangnya pada dua keadaan muka air,

yaitu muka air banjir dan muka air normal

f. Ditinjau pula potongan-potongan mendatar pada kedudukan:

1) Bagian diatas lantai muka, tiap 1 meter vertikal

2) Bagian dibawah lantai muka, dua potongan pada tempat-tempat yang

dianggap terlemah.

3. Syarat stabilitas

a. Pada konstruksi dengan batu kali, maka tidak boleh terjadi tegangan tarik.

Ini berarti bahwa resultan gaya-gaya yang bekerja pada tiap-tiap potongan

harus masuk kern

b. Momen tahanan (Mt) harus lebih besar dari pada momen guling (Mg).

Faktor keamanan untuk ini dapat diambil antara 1,50 dan 2

R = faktor keamanan

c. Konstruksi tidak boleh bergeser

Faktor keamanan untuk ini dapat diambil antara 1,50 dan 2,00

Dimana:

F = faktor keamanan

f = koef. Geser antara konstruksi dan dasanya

d. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang

diizinkan

e. Setiap titik pada seluruh konstruksi harus tidak boleh terangkat oleh gaya

keatas.

Page 15: bendung pamarayan psda

BAB IVMETODE KAJIAN

A. Analisa Frekuensi Curah Hujan

Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi

terutama untuk menghitung debit banjir rencana baik secara empiris maupun

model matematik.

Untuk mengetahui beberapa besarnya frekuensi hujan rata-rata pada

masing-masing stasiun curah hujan, maka digunakan metode Gumbel dan Hasper.

Perhitungan dengan masa ulang (Return Period) tertentu minimum digunakan

10 tahun lamanya pengamatan

Perhitungan kemungkinan frekuensi curah hujan ini menghendaki curah

hujan terbesar selama 24 jam dalam tiap-tiap tahun.

Metode Gumbel dan Hasper dapat digunakan untuk analisis statistik curah

hujan maupun analisa debit banjir rencana.

Metode Hasper :

RT = + Sx . UT ........(1)

Dimana :

RT = Curah hujan yang diharapkan terjadi 1x dalam periode T

= Nilai rata-rata dari hujan

U = Standar variabel

Sx = Standar defiasi → S =

Rt = Curah hujan terbesar

Nilai U ditetapkan berdasarkan banyaknya data hujan (n)

T =

Page 16: bendung pamarayan psda

Metode Gumbel :

RT = + . Sx .......(2)

Dimana :

RT = Hujan maksimum dengan return period t

= Nilai rata-rata dari hujan

Yn = Reduced Mean Gumbel Sn = Reduced Standart Deviation

Sx = Standar Deviasi Gumbel =

Yt = Reduced Variate

B. Perhitungan Nilai Hujan Rata-rata Metoda Poligon Thiessen

Untuk mendapatkan nilai hujan rata-rata pada lokasi bendung, maka

dihitung dengan cara distribusi Thiessen :

a. Hubungkan titik-titik lokasi hujan sehingga dapat membentuk segitiga

pada daerah pengaliran (catchment area)

b. Dari sisi-sisi segitiga dibagi dua, ditarik tegak lurus akan bertemu pada

satu titik lagi dan merupakan bagian dari daerah-daerah hujan.

c. Dapat dihitung luas Poligon Thiessen dan koefisien Thiessen

d. Didistribusikan dengan :

Gumbel – Thiessen, Hasper – Thiessen

Page 17: bendung pamarayan psda

Gambar 4.1 Daerah Aliran

Sungai (Catchment Area) Ciujung

C. Analisa Debit Banjir Rencana

Penetapan rencana debit banjir sangat penting untuk keamanan dari

bendung dan tanah pertanian serta fasilitas kehidupan masyarakat di bagian udik.

Untuk memperkecil kerusakan terhadap hancurnya sebuah bendung akibat

rencana debit banjir akan ditetapkan menurut keadaan dan lokasi disekitar

bendung.

Untuk menganalisa debit banjir dapat dipakai metode-metode yang sering

dipakai yaitu: Metode Melchior dan Hasper

Metode Hasper bisa dipakai untuk luas daerah pengaliran dengan luas

sembarang

Metode Melchior memberi batasan untuk menghitung debit banjir rencana

dengan luas daerah pengaliran lebih besar 1000 km2 :

1. Metode Hasper

Qt = α . β . qt . f ........ (3)

Dimana :

Page 18: bendung pamarayan psda

α = angka pengaliran

β = koefisien reduksi

qt = intensitas hujan (mm)

f = luas catchment area (km2)

2. Metode Melchior

Q = α . f . q . .......(4)

Dimana :

Q = debit (m3/dt)

α = koefisen pengaliran yang berkisar 0,65

f = luas catchment area (km2)

q = besar debit

Rn = curah hujan maksimum harian absolut (mm)

200 = untuk hujan standar yang ditetapkan Melchior dalam penelitian

Page 19: bendung pamarayan psda

Gambar 4.2 Luas Elips DAS Ciujung (Metode Melchior)

Page 20: bendung pamarayan psda

D. Menentukan Tinggi Muka Air di Hilir Bendung

Bendung Pamarayan letaknya di zone bawah, dimana bentuk sungai mirip

trapesium dan rumus pengaliran ditentukan.

Q = F . V .......(5)

F = (b + m h) h

O = b + 2h

R =

Dimana :

Q = Debit Rencana (m3/dt)

V = Kecepatan Aliran (m/dt)

F = Luas penampang basah (m2)

O = Keliling penampang basah (m)

h = Tinggi permukaan air (m)

m = Lereng sungai (talud)

b = Lebar dasar sungai (m)

R = Jari-jari hidrolis (m)

Untuk menentukan tinggi muka air di hilir bendung dilakukan dengan cara

trial and error, dari hasil data di lapangan ditentukan nilai b (dasar sungai) dan

nilai m ( perbandingan sungai).