BAB V
-
Upload
limbunglinglung -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of BAB V
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi lokasi penelitian
Puskesmas I Denpasar Timur terletak di Jalan Pucuk nomor 1 Denpasar.
Puskesmas I Denpasar Timur semenjak tanggal 26 Februari 2013 resmi menjadi
puskesmas rawat inap pertama di kawasan Denpasar Timur. Puskesmas I
Denpasar Timur mempunyai luas wilayah 16,72 km2 menaungi 2 kelurahan dan 4
desa yaitu: Kelurahan Dangin Puri, Desa Dangin Puri Kelod, Kelurahan Sumerta,
Desa Sumerta Kelod, Desa Sumerta Kaja, dan Desa Sumerta Kauh. Puskesmas I
Denpasar Timur pada bagian utara berbatasan dengan perumahan penduduk,
bagian timur berbatasan dengan perumahan penduduk, bagian selatan berbatasan
dengan jalan raya, dan pada bagian barat berbatasan juga dengan jalan raya.
Puskesmas I Denpasar Timur dalam melaksanakan perannya sebagai
pelayanan kesehatan tingkat I di kota Denpasar memiliki visi mewujudkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan merata menuju kecamatan
denpasar timur sehat. Adapun misinya yaitu: menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dasar yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya, mendorong kemandirian keluarga dan masyarakat untuk hidup
sehat, menggerakkan pembangunan di kecamatan yang berwawasan kesehatan.
Misi ini menuntut pencapaian kinerja pelayanan yang semakin baik serta metode
penilaian kinerja yang dapat mengukur kinerja pelayanan Puskesmas I Denpasar
Timur secara komprehensif.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas I Denpasar Timur yang saat ini sudah
memiliki pelayanan rawat inap dengan kapasitas 12 tempat tidur, ruang
“Voluntary Conseling Test” (VCT), senam bagi ibu hamil, rung bayi, ruang
persalinan, dan UGD yang melayani 24 jam. Dan memiliki beberapa poli
diantaranya poli umum, Gigi, KIA/KB, gizi, anak, remaja, berhenti merokok,
papsmear, Laboratorium, dan apotek, dengan lima orang dokter umum, dan empat
dokter gigi. Pelayanan poli ini dibuka 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dari
pukul 08.00 – 12.00 WITA dan di sore hari dari pukul 14.00 – 18.00 WITA.
Penelitian dilaksanakan di Poli KIA/KB Puskesmas I denpasar Timur,
yang berisikan 2 tempat tidur dan 2 meja bidan yang diperuntukan untuk
pemeriksaan ibu hamil dan KB. Tenaga bidan yang bertugas di Poli KIA/KB yaitu
4 orang yang dibagi menjadi 2 shift setiap harinya yaitu shift pagi dan shif sore.
Program KIA/KB di Puskesmas I Denpasara Timur meliputi KIA komprehensif,
pemeriksaan ibu hamil, perawatan payudara, senam hamil, PPTCT (Pencegahan
penularan HIV/AIDS dari orang tua ke janin). Melayani pemasangan dan
konsultasi kontrasepsi Pil, Kondom, Suntik, IUD, Implan, vasektomi, dan
tubektomi. Dan bila di akhir periode angka pengguna KB tidak mencapai target
yang diharapkan, dilakukan penyuluhan langsung ke banjar-banjar untuk menarik
akseptor KB baru.
2. Karakteristik subyek penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah WUS penguna kontrasepsi
non IUD yang berkunjung ke Poli KIA/KB Puskesmas I Denpasar Timur dalam
32
jangka waktu penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Adapun
karakteristik subyek penelitian berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan dapat diuraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
a. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur di Poli KIA/KB
Puskesmas I Denpasar Timur yang terbagi menjadi umur < 20 tahun, 20 – 35
tahun, dan > 35 tahun dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
di Poli KIA/KB Puskesmas I Denpasar TimurTahun 2015
No. Umur f Persentase (%)
1.
2.
3.
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
0
20
30
0
40
60
Jumlah 50 100
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dari 50
responden, frekuensi umur responden yang paling banyak mengunjungi Poli
KIA/KB dan mengggunakan kontrasepsi non IUD adalah pada rentang umur > 35
tahun yaitu sebanyak 30 responden (60%).
b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Adapun karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Poli
KIA/KB Puskesmas I Denpasar Timur terdiri dari tamat SD, SMP, SMA dan PT
(perguruan tinggi) dengan rincian sebagai berikut :
33
Tabel 3Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Poli KIA/KB Puskesmas I Denpasar TimurTahun 2015
No. Pendidikan f Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan Tinggi
0
8
28
14
0,00
16
56
28
Jumlah 50 100
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas diketahui bahwa dari 50 responden,
frekuensi pendidikan responden yang paling banyak mengunjungi Poli KIA/KB
dan menggunakan kontrasepsi non IUD adalah tamat SMA sebanyak 28 orang
(56%).
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaannya di Poli KIA/KB
Puskesmas I Denpasar Timur terdiri dari PNS/TNI/Polri, pegawai swasta,
wiraswasta, buruh, dan ibu rumah tangga dengan rincian sebagai berikut :
34
Tabel 4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Poli KIA/KB Puskesmas I Denpasar Timur
Tahun 2015
No. Pekerjaan F Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
PNS/TNI/Polri
Pegawai swasta
Wiraswasta
Buruh
Ibu rumah tangga
9
16
15
4
6
18
32
30
8
12
Jumlah 50 100
Berdasarkan data pada tabel 4 di atas diketahui bahwa dari 50 responden,
frekuensi pekerjaan responden yang paling banyak Poli KIA/KB dan
menggunakan kontrasepsi non IUD adalah pekerjaan swasta sebanyak 16 orang
(32%).
3. Hasil pengamatan terhadap subyek penelitian berdasarkan variabel
penelitian
Subyek penelitian ini adalah Subyek penelitian dalam penelitian ini
adalah WUS pengunak kontrasepsi non IUD yang berkunjung ke Poli KIA/KB
Puskesmas I Denpasar Timur dalam jangka waktu penelitian dengan jumlah
sampel sebanyak 50 orang. Hasil pengamatan terhadap subyek penelitian
berdasarkan variabel penelitian mengenai gambaran persepsi WUS tentang
pemilihan kontrasepsi IUD, dapat dilihat sebagai berikut :
Hasil pengamatan persepsi WUS tentang pemilihan kontrasepsi IUD di
Puskesmas I Denpasar Timur, persepsi dibagi menjadi dua yaitu persepsi positif
dan persepsi negatif. Adapun rinciannya sebagai berikut :
35
66.00%
34.00%Persepsi PositifPersepsi Negatif
Gambar 2
Persepsi WUS tentang Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas I Denpasar Timur
Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada gambar 2 diketahui bahwa
dari 50 responden, mayoritas responden memiliki persepsi positif tentang
kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 33 responden (66%).
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Karakteristik WUS di Puskesmas I Denpasar Timur
Persepsi WUS tentang pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas I
Denpasar Timur dapat dipengaruhi oleh karakteristik WUS seperti umur yang
sangat erat kaitannya dengan tingkat kematangan usia seseorang, serta tingkat
pendidikan dan pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan masing-
masing individu yang dapat sangat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap
suatu hal. Data dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden yang
mengunjungi Poli KIA/KB Puskesmas I Denpasar Timur memiliki umur yang
sudah matang yaitu karena tidak ada responden yang berusia dibawah 20 tahun.
WUS yang menggunakan kontrasepsi memang lebih banyak adalah WUS yang
36
telah memiliki anak dan ingin menjarangkan atau menjaga jarak antara anak,
semakin bertambahnya usia membuat pemikiran seseorang lebih matang untuk
mengambil keputusan.
Hal ini sesuai dengan teori Bobak (2005) menyatakan kematangan usia
akan mempengaruhi proses berpikir dan pengambilan keputusan, khususnya
dalam memilih alat kontrasepsi. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir. Seiring bertambahnya
umur seseorang, akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).
WUS dengan usia yang cukup matang akan sadar tentang pentingnya
menggunakan kontrasepsi dan merasa perlu untuk mengikuti program KB yang
dibuat oleh pemerintah. Sedangkan, ibu usia muda akan cenderung untuk tidak
menggikuti program KB, karena kurangnya informasi tentang manfaat dari
mengikuti program KB, ingin segera memiliki keturunan, dan lain-lain. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan atau kemampuan seorang individu
yang membentuk persepsi individu tersebut dalam mengambil keputusan,
khususnya dalam hal ini untuk memilih kontrasepsi dan mengikuti program KB
sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan usianya.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan responden yang paling
banyak adalah tamat SMA yaitu 28 responden (56%) dan 14 responden (28%)
yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi, sehingga dari hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup baik
sehingga persepsinyapun baik. Hal ini sejalan dengan teori Wawan (2010), faktor
pendidikan dan pekerjaan juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan.
37
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Tingkat pengetahuan yang didapatkan seseorang melalui pendidikannya
juga mempengaruhi perilaku individu. Semakin tinggi pengetahuan seseorang
maka akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga makin tinggi
kesadaran untuk berperan serta, dalam hal ini mengikuti program KB. Pemilihan
alat kontrasepsi sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang yang akan
membentuk persepsi individu dalam menilai suatu hal. Pengetahuan yang semakin
baik akan mendorong atau memotivasi seseorang untuk melakukan hal yang baik
dan menguntungkan bagi dirinya termasuk memilih alat kontrasepsi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden yang datang ke
Poli KIA/KB Puskesmas I Denpasar Timur dengan pekerjaan swasta yaitu
sebanyak 16 responden (32%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu
yang berpengetahuan baik adalah ibu yang bekerja. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Dengan bekerja seseorang akan
dapat memperoleh banyak pengalaman sehingga dari pengalaman tersebut akan
memperoleh pengetahuan yang lebih luas sehingga dari dalam dirinya muncul
persepsi untuk melakukan atau memilih suatu tindakan yang lebih baik (Mubarak,
2006).
Hasil penelitian dari karakteristik WUS ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang didapatkan oleh Pini Alfianiti di Desa Tengaran Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang pada tahun 2013 yang menunjukan bahwa
mayoritas dari pengguna alat kontrasepsi yaitu sebanyak 75% dari 48 responden
38
berada pada rentang umur 20 – 35 tahun, sebanyak 62,5% berpendidikian SMA,
dan sebanyak 37,5% bekerja sebagai wiraswasta.
2. Persepsi WUS tentang pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas I
Denpasar Timur
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
persepsi positif tentang pemilihan kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 33 responden
(66%) dan 17 responden (34%) masih ada yang memiliki persepsi negative
tentang IUD. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang merupakan peserta KB
non IUD mempunyai pandangan dan nilai tersendiri terhadap alat kontrasepsi non
hormonal tersebut.
Faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk
kontrasepsi tertentu seperti alat kontrasepsi jenis IUD dapat dijelaskan dengan
model kepercayaan Irwin M. Rosentok dalam Philip Kotler (2005) yang salah
satunya tergantung dari pengaruh berita dan informasi yang diperoleh dari media
massa, kelompok masyarakat atau keluarga yang dipercaya, serta pengalaman
orang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam teori Lawrence Greendimana faktor
pemungkin yang diantaranya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk
alat-alat kontrasepsi yang lengkap beserta informasinya, menjadi penyebab
perilaku konsumen atau akseptor dalam memutuskan menggunakan kontrasepsi
IUD.
Wanita yang bekerja, terutama pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik
yang tinggi seperti bersepeda angin, berjalan, naik turun tangga atau sejenisnya,
memiliki persepsi yang salah untuk tidak menggunakan metode IUD dengan
alasan takut lepas (ekspulsi), khawatir mengganggu pekerjaan atau menimbulkan
39
nyeri saat bekerja. Pekerjaan formal kadang-kadang dijadikan alasan seseorang
untuk tidak menggunakan kontrasepsi, karena tidak sempat atau tidak ada waktu
ke pusat pelayanan kontrasepsi (Erfandi dalam Suprayanto, 2012).
Selain itu menurut Erfandi dalam Suprayanto (2012) tingkat ekonomi
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk
mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan
dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya,
kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi kadang orang
melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau
patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin IUD tampak jauh lebih
mahal. Tetapi kalau dilihat masa/jangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang
harus dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah dibandingkan KB
suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD bisa aktif selama 3-5 tahun, bahkan
seumur hidup/sampai menopause. Sedangkan KB Suntik atau Pil hanya
mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang
sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan
berpuluh-puluh kali lipat (Erfandi dalam Suprayanto, 2012).
Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan hasil dari penelitaian yang
dilakukan oleh Marlinda Roza di di wilayah kerja Puskesmas Lintau Buo III
Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2011 yang menunjukan bahwa 40% dari 30
responden masih memiliki persepsi negatif terhadapat IUD.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam
melakukan penelitian, yaitu :
40
1. Penelitian ini menggunakan instrument pengumpulan data berupa kuesioner
yang bersifat menilai secara subjektif, sehingga memungkinkan jawaban
responden bersifat sangat subjektif.
2. Selama penelitian ini berjalan peneliti belum mampu mengontrol variabel-
variabel atau faktor-faktor pengganggu seperti umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan situasi serta kondisi WUS berbeda-beda yang dapat
mempengaruhi persepsi.
3. Tempat uji instrumen belum sesuai dengan ketentuan tempat uji instrumen,
karena terhalang dengan pembuatan surat ijin uji instrumen.
4. Instrumen yang digunakan dalam penelitan masih menggunakan istilah
yang kurang dipahami oleh masayrakat, sehingga perlu dilakukan perbaikan
pada instrumen.
41