BAB TA Hallusinasi

77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang. Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana – mana. ( Maramis, 2004 : 215 ). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronis, mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 1

description

TAK jiwa

Transcript of BAB TA Hallusinasi

Page 1: BAB TA Hallusinasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun

tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering

mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang.

Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit

jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu

merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana – mana.

( Maramis, 2004 : 215 ). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronis,

mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap

sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721

pasien. Angka kejadian Skizoprenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 %

setahun ( Maramis, 1980 : 218 ). Sedangkan di Amerika Serikat angka

kejadiannya adalah 1 per 1000 orang penduduk ( Widjaja Kusuma, 1997 :

575 ). Gejala umum dari pasien dengan Skizoprenia adalah halusinasi, yaitu

persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang eksternal yang nyata. (

Barbara, 1997 : 575 ).

Asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi adalah agar klien

mampu mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak terbawa dalam

1

Page 2: BAB TA Hallusinasi

halusinasinya terus – menerus. Tindakan yang sering dilakukan untuk

mengontrol halusinasi adalah dengan mengusir atau menolak halusinasi jika

halusinasi itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa

diajak ngobrol, malakukan kegiatan yang bermanfaat dan mengkonsumsi obat

secara teratur.

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, keluarga dan masyarakat.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien halusinasi, perawat

melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan komunikasi terapeutik,

dan membimbing klien untuk kembali ke realita.

B. Tujuan Penulisan

Dengan munculnya berbagai masalah dalam perawatan pasien

dengan Halusinasi, maka tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :

1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada Halusinasi

serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam

pemberian asuhan keperawatan.

2. Menganalisa mengapa dapat timbul masalah-masalah pada

Halusinasi

3. Membahas cara perawatan dan penatalaksanaan pada asuhan

keperawatan pasien dengan Halusinasi.

4. Membahas upaya alternatif pemecahan masalah pada asuhan

keperawatan pasien dengan Halusinasi

2

Page 3: BAB TA Hallusinasi

C. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini terbagi dalam lima BAB, dengan urutan sebagai

berikut.

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Meliputi definisi, rentang respon neurobiologi, Etiologi,

manifestasi klinis, pohon masalah, Penatalaksanaan.

BAB III : Tinjauan Kasus

Meliputi Pengkajian, Tujuan (Tujuan jangka panjang danTujuan

jangka pendek), Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.

BAB IV : Pembahasan

Membahas tentang permasalahan yang ditemui pada pengelolaan

kasus pada BAB I dan dianalisa sesuai dengan konsep Pustaka

dalam BAB II.

BAB V : Penutup

Kesimpulan dan Saran.

3

Page 4: BAB TA Hallusinasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa

rangsang eksternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada

panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun,

dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. ( Maramis,

2004 : 119 ). Menurut Rasmun, 2001 : 23 halusinasi dapat terjadi pada kelima

indra sensoris utama yaitu :

1. Pendengaran terhadap suara

2. Visual terhadap penglihatan

3. Taktil terhadap sentuhan

4. Pengecapan terhadap rasa

5. penghidu terhadap bau

Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien

Skizoprenia, halusinasi penglihatan terdapat pula pada klien dengan

kemungkinan organicity, sedang halusinasi taktil atau sentuhan dapat terjadi

pula pada gangguan mental organik yang diakibatkan penyalahgunaan kokain.

Halusinasi dapat timbul pada Skizoprenia dan pada Psikosa fungsional

yang lain, pada sindroma otak organik, epilepsi ( sebagai aura ) nerosa

histerik, intoxikasi atropin atau kecubunh, zat halusinogenik dan pada

4

Page 5: BAB TA Hallusinasi

deprivasi sensorik ( Maramis, 2004 : 120 ). Halusinasi terjadi karena macam –

macam kondisi biologi dan psikologi, misal kelelahan yang berat dan obat –

obatan pireksia dan penyakit otak organik ( Shives, 1998 : 128 ).

Isi halusinasi merupakan tema halusinasi, termasuk interpretasi pasien

terhadap halusinasinya ( mengancam, menyalahkan, keagamaan,

menghinakan, kebesaran, seksual, membesarkan hati, menbujuk atau yang

baik – baik saja ). Kenyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien

itu yakin bahwa halusinasinya merupakan kejadian yang benar, umpamanya

mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu – ragu atau yakin sekali bahwa hal

itu benar adanya. ( Maramis, 2004 : 120 ).

Menurut Barbara ( 1997 : 575 ) klien yang mendengar suara – suara

misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa

dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien.

Suara– suara yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau

membunuh orang lain.

Stuart dan Sundeen ( 1998 : 302 ) menyatakan bahwa halusinasi

merupakan rentang respon mal adaptif dari respon neurologis.

Respon Adaptif Respon mal adaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Kelainan pikiran / delusi

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi Konsisten - Reaksi emosiaonal berlebihan - Ketidakmampuan untuk -

dengan pengalaman atau kurang mengalami emosi

5

Page 6: BAB TA Hallusinasi

Prilaku sesuai Prilaku ganjil/tak lazim Ketidakteraturan

Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Bagan 1 : Rentang respons neurologis ( Stuart & Sundeen, 1998 : 302 )

Sumber – sumber koping individual pada klien halusinasi seperti modal

inteligensia atau kreatifitas yang tinggi. Sedangkan sumber koping dari keluarga

dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan

waktu dan tenaga , dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara

berkesinambungan. ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 312 ). Mekanisme koping klien

dengan halusinasi menurut Stuart dan Sundeen, 1995 : 312 yaitu :

1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya

untuk menanggulangi ansietas.

2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3. Menarik diri.

Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 328 ) :

Tahap I : Menenangkan – Ansietas tingkat sedang.

a. Tingkat :

Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan

b. Karakteristik

Orang yang berhalusinasi menga lami keadaan emosi seperti ansietas,

kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan

pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui

bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika

ansietasnya bisa diatasi ( Non Psikotik ).

c. Prilaku klien

6

Page 7: BAB TA Hallusinasi

- Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

- Gerakan mata yang cepat.

- Respon verbal yang lamban.

- Diam dan dopenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat.

a. Tingkat

Secara umum halusinasi menjijikkan.

b. Karakteristik

Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang

berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha

untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu

mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri

dari orang lain ( Non Psikotik ).

c. Prilaku klien

- Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas, misal

peningkatan tanda – tanda vital.

- Penyempitan kemampuan konsentrasi.

- Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realita.

Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat

a. Tingkat

Pengalaman sensori menjadi penguasa

7

Page 8: BAB TA Hallusinasi

b. Karakteristik

Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman

halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi

dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika

pengalaman sensori tersebut berakhir ( Psikotik ).

c. Prilaku klien

- Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

halusinasinya dari pada menolaknya.

- Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

- Rentang perhatian hanya beberapa menit.

- Gejala fisik ansietas berat ( berkeringat, tremor, ketidakmampuan

untuk mengikuti petunjuk ).

Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panik

a. Tingkat

Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan

delusi.

b. Karakteristik

Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti

perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa

hari bila tidak ada intervensi terapeutik ( Psikotik ).

c. Perilaku klien

- Perilaku menyerang seperti panik.

- Potensial melakukan bunuh diri.

8

Page 9: BAB TA Hallusinasi

- Amuk, agitasi, menarik diri, dan katakonik.

- Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

B. ETIOLOGI

Menurut Townsend ( 1998 : 156 ), kemungkinan etiologi pada klien

dengan halusinasi adalah :

1. Panik

2. Menarik diri

3. Stres berat yang mengancam ego yang lemah

Faktor pencetus :

1. Biologis

Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang

maladptif yang baru mulai dipahami, yang termasuk dalam hal ini adalah

sebagai berikut :

a. Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan Skizoprenia.

Lesi pada area kontrol, temporal dan limbik paling berhubugan dengan

prilaku psikotik.

b. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan Skizoprenia, hasil penelitian

menunjukkan bahwa :

- Dopamin neurotransmitter yang berlebihan

- Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain

- Masalah – masalah pada reseptor dopamin.

Para ahli biokimia mengemukakan bahwa halusinasi merupakan hasil

9

Page 10: BAB TA Hallusinasi

dari respon metabolik terhadap stres yang menyebabkan lepasnya

neurokimia halusinogenik ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 309 ).

2. Psikologis

Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang

maladaptif belum didukung oleh penelitian. ( Stuart dan Sundeen, 1991 :

309 ).

3. Sosial Budaya

Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia

dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama

gangguan. ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 310 ).

C. POHON MASALAH

Menurut Rasmun ( 2001 : 42 ) pohon masalah klien dengan halusinasi

digambarkan pada bagan berikut :

Resiko tinggi terhadap Resiko terhadap tindakan

Kerusakan komunikasi kekerasan yang diarahkan

Verbal pada lingkungan.

Perubahan proses pikir :

Waham omatis

Gangguan konsep diri :

Harga Diri Rendah Kronis

Bagan 2 : Pohon masalah klien dengan halusinasi ( Rasmun 2001 : 42 )

10

Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan ( core problem )

Penatalaksanaan regimen terapeutik

tak efektif

Isolasi sosial : menarik diri

Kurang pengetahuan

keluarga merawat klien

Page 11: BAB TA Hallusinasi

Dari pohon masalah ditemukan masalah keperawatan yaitu :

1. Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang diarahkan pada

lingkungan.

2. Perubahan persepsi sensori

3. Isolasi sosial : menarik diri

4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5. Perubahan proses pikir : waham

Diagnosa yang dapat diangkat yaitu :

1. Resiko terhadap tindakan kekerasan yang diarahkan pada lingkungan yang

berhubungan dengan halusinasi akustik dan visual.

2. Halusinasi akustik dan visual berhubungan dengan isolasi sosial : menarik

diri

3. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah

kronis.

4. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

5. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping

individu tak efektif.

D. PENATALAKSANAAN

1. Fokus Intervensi ( Keliat, 1998 )

a. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan halusinasi

pendengaran

Tujuan Umum ( TUK ) : Klien dapat mengatakan berkurangnya pikiran-

pikiran waham

11

Page 12: BAB TA Hallusinasi

tujuan khusus (TUK ) :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi : bina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Intervensi : adakan kontak sering dan singkat, observasi tingkah laku

klien terkait dengan halusinasinya, bantu klien mengenal halusinasi,

diskusikan tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, diskusikan

dengan klien tentang apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.

3. Klien dapat mengontrol Halusinasi

Intervensi : Identifikasi bersama klien tentang tindakan yang

digunakan klien jika terjadi halusinasi, diskusikan manfaat cara yang

digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian, diskusikan cara baru

untuk memutuskan/mengontrol halusinasi, bantu klien memilih cara

memutus halusinasi, beri kesempatan untuk melaksanakan cara yang

telah dipilih klien.

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi

Intervensi : Anjurkan klien untuk membantu keluarga jika mengalami

halusinasi, diskusikan dengan keluarga tentang gejala, cara yang dapat

dilakukan keluarga untuk memutus halusinasi, cara merawat klien

dengan halusinasi, beri informasi waktu follow up atau kapan perlu

mendapat bantuan.

12

Page 13: BAB TA Hallusinasi

6. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Intervensi : diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi

dan manfaat, anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan

merasakan manfaatnya, anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek

dan efek samping obat, diskusikan akibat berhenti mengkonsumsi obat

tanpa konsultasi, bantu klien dalam menggunakan obat dengan prinsip

lima benar.

b. Resiko menciderai diri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi

pendengaran.

Tujuan Umum ( TUM ) : Klien tidak menciderai orang lain

Tujuan Khusus ( TUK ) :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi : bina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengenal halusinasi

Intervensi : adakan kontak sering dan singkat, observasi tingkah laku

klien terkait dengan halusinasi, bantu klien mengenal halusinasi,

diskusikan tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, diskusikan

dengan klien tentang apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.

3. Klien dapat mengontrol halusinasi

Intervensi : identifikasi bersama klien tentang cara tindakan yang

digunakan klien jika terjadi halusinasi, diskusikan manfaat cara yang

digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian, diskusikan cara baru

untuk memutuskan/mengontrol halusinasi, bantu klien memilih cara

13

Page 14: BAB TA Hallusinasi

memutus halusinasi, beri kesempatan untuk melaksanakan cara yang

dipilih.

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi

Intervensi : Anjurkan klienuntuk membantu keluarga jika mengalami

halusinasi, diskusikan dengan keluarga tentang gejala, cara yang dapat

dilakukan keluarga untuk memutus halusinasi, cara merawat klien

dengan halusinasi, beri informasi waktu follow up atau kapan perlu

mendapat bantuan

5. klien memanfaatkan obat dengan baik

Intervensi : diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,

frekuensi dan manfaat, anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat

dan merasakan manfaatnya, anjurkan klien bicara dengan dokter

tentang efek dan efek samping obat, diskusikan akibat berhenti

mengkonsumsi obat tanpa konsultasi, bantu klien dalam menggunakan

obat dengan prinsip lima benar.

c. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri

Tujuan Umum ( TUM ) : klien dapat berinteraksi dengan orang lain

sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus ( TUK ) :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi : bina hubungan saling percaya

14

Page 15: BAB TA Hallusinasi

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri

sendiri, orang lain dan lingkungan

Intervensi : Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan

tanda-tandanya, beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan

penyebab klien menarik diri, diskusikan bersama klien tentang

perilaku menarik diri, tanda-tanda, serta penyebab yang muncul, beri

pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Intervensi : Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain serta kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain, beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,

diskusikan bersama klien tentang keuntungan dan kerugian

berhubungan dengan orang lain, beri penguatan terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaaan tentang berhubungan dengan orang lain

serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

4. Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap

antara klien-perawat, klien-perawat-klien, klien-perawat-keluarga,

klien-perawat-kelompok

Intervensi : Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang

lain, dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

15

Page 16: BAB TA Hallusinasi

secara bertahap, beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang

telah dicapai, bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan,

diskusikan jadwal harian, motivasi klien untuk mengikuti kegiatan

ruangan.

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain

Intervensi : dorong klien mengungkapkan parasaannya bila

berhubungan dengan orang lain, diskusikan tentang perasaan manfaat

berhubungan dengan orang lain, beri penguatan positif atas

kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan

dengan orang lain.

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang

lain

Intervensi : bina hubungan saling percaya dengan keluarga, diskusikan

dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebabnya, akibat

bila perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi

klien menarik diri, dorong keluarga untuk mendukung klien

berkomunikasi dengan orang lain, anjurkan kepada keluarga secara

rutin dan bergantian menjenguk klien, beri penguatan positif atas hal-

hal yang telah dicapai keluarga.

16

Page 17: BAB TA Hallusinasi

d. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan Umum ( TUM ) : klien dapat berhubungan dengan orang lain

secara optimal

Tujuan Khusus ( TUK ) :

1. Klien dapat membina hubunga saling percaya

Intervensi : bina hubungan saling percaya

2. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Intervensi : diskusikan tentang kemampuan dan aspek positif,

hindarkan penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang relistis

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Intervensi : diskusikan kemampuan yang masih bisa digunakan selama

sakit serta kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat ( menetapkan ) merencanakan kegiatan yang sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki

Intervensi : rencanakan bersama klien aktifitas sehari-hari sesuai

kemampuan, tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien, beri

contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya

intervensi : beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan

yang telah direncanakan, beri pujian atas keberhasilan, diskusikan

kemungkinan pelaksanaan dirumah.

17

Page 18: BAB TA Hallusinasi

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Intervensi : beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat klien dengan harga diri rendah, bantu keluarga memberikan

dukungan selama klien dirawat, bantu keluarga menyiapkan

lingkungan rumah.

2. Fokus intervensi ( Townsend, 1995 )

a. Perubahan proses pikir

Sasaran jangka pendek : pasien dapat mengakui bahwa ide-ide yang salah

itu terjadi khususnya terjadi pada saat ansietas meningkat dalam dua

minggu.

Sasaran jangka panjang : Pasien menyatakan berkurangnya pikiran-

pikiran waham.

Intervensi : tunjukkan bahwa perawat menerima keyakinan pasien yang

salah tersebut, sementara itu biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak

mendukung keyakinan tersebut, jangan membantah atau menyangkal

keyakinan pasien. Gunakan teknik keraguan yang beralasan sebagai

teknik terapeutik, bantu pasien menghubungkan keyakinan yang salah

tersebut dengan peningkatan ansietas yang dirasakan oleh pasien, fokus

dan kuatkan pada realita. Kurangi lamanya ingatan tentang pikiran

irasional. Bicara tentang kejadian-kejadian dan orang-orang yang nyata,

bantu dan dukung pasien dalam usahanya untuk mengungkapkan secara

verbal perasaan ansietas.

18

Page 19: BAB TA Hallusinasi

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

Sasaran jangka pendek : pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya

dengan perawat dalam satu minggu.

Sasaran jangka panjang : pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa

realitas, mengurangi halusinasi.

Intervensi : observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi, hindari

menyentuh pasien sebelum anda mengisyaratkan kepadanya bahwa anda

juga tidak apa-apa bila diperlakukan seperti itu, sikap menerima akan

mendorong pasien untuk menceritakan halusinasinya, coba untuk

menghubungkan waktu terjadinya halusinasi dengan waktu

meningkatkan ansietas, coba untuk mengalihkan pasien dari

halusinasinya.

c. Isolasi sosial

Sasaran jangka pendek : pasien siap untuk masuk dalam terapi aktivitas

ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalam satu minggu

Sasaran jangka panjang : pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu

bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat

inap.

Intervensi : perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak

yang sering tapi singkat, perlihatkan penguatan positif kepada pasien,

temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas

kelompok yang mungkin hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien,

19

Page 20: BAB TA Hallusinasi

jujur dan menepati semua janji, berikan pengakuan dan penghargaan

tanpa disuruh pasien dapat berhubungan dengan orang lain.

d. Koping individu tak efektif

Sasaran jangka pendek : pasien akan mengembangkan rasa percaya pada

kepada satu orang perawat dalam satu minggu

Sasaran jangka panjang : pasien dapat mendemonstrasikan lebih banyak

menggunakan keterampilan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya

kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam

masyarakat.

Intervensi : Dorong perawat yang sama untuk bekerjasama dengan klien

sebanyak mungkin, jujur dan selalu menepati janji, motivasi pasien untuk

mengatakan parasaan yang sebenarnya, bersikaplah asertif, sesuai

kenyataan, pendekatan yang bersahabat akan menjadi hal yang tidak

mengancam pasien curiga.

20

Page 21: BAB TA Hallusinasi

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Mei 2006 pukul 12.30 WIB.

Diruang XII RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang :

Identitas klien : Nama Klien Nn. M, 17 th, perempuan, islam, jawa,

Pendidikan MTSA ( Madrasah Tsanawiyah ), alamat kesambi, Kudus.

Penanggung jawab adalah Tn. M, 61 th, laki – laki, Tn. M adalah ayah

kandung dari Nn. S yang bertempat tinggal sama dengan klien, pekerjaan buruh.

Klien masuk rumah sakit tanggal 26 Mei 2006 pukul 22.30 WIB. dengan diagnosa

medis Skizoprenia diantar oleh keluarga.

Alasan masuk rumah sakit adalah 1 hari sebelum masuk rumah sakit ( 25

Mei 2006 ) klien mulai sering ngomong sendiri, berjalan mondar-mandir, tidak

bisa tidur, Makan, minum, mandi tidak disuruh. Kadang-kadang klien melamun,

tertawa sendiri, dan mendengar suara – suara yang mengatakan bahwa ada yang

mencintai klien dan ingin menikah dengan klien.

Faktor predisposisinya adalah saat berumur 12 tahun ( kelas 6 SD ) ibu

klien meninggal. Pada tahun 2000 ( + 4 tahun yang lalu ) klien mengalami putus

cinta selama sekolah klien tidak dapat mengikuti pelajaran sehingga sering pindah

sekolah. Pada tahun 2001, klien pernah dirawat jalan di RS Kardinah Tegal karena

sering melamun dan kluyuran. Lalu pada tahun 2003, klien kambuh lagi saat akan

ujian kelas III Madrasah Aliyah kemudian dirawat di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo semarang. Klien keluar, dan masuk lagi di RS ini pada tahun 2004.

21

Page 22: BAB TA Hallusinasi

ayah klien dan kakak laki-laki no. 7 klien adalah orang yang paling berarti bagi

klien, klien tidak mempunyai peran serta dalam kelompok atau masyarakat

dilingkungannya karena klien tidak mau berkomunikasi dengan yang lain karena

malu. Klien beragama islam dan selama dirawat di RSJ klien masih menjalankan

ibadah sholat lima waktu.

Faktor presipitasinya adalah saat dirumah klien dikurung oleh ayahnya

karena sering kluyuran.

Selama dirawat klien mengenakan seragam dari RS, penampilan klien

tidak rapi, pembicaraan klien kadang pelan, selama pengkajian klien tampak

murung, namun selama wawancara klien bersikap kooperatif dengan penulis.

Klien mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi, orientasi terhadap

waktu, tempat dan orang baik. Klien mampu menerima penjelasan dan klien

mampu menghitung dengan baik bahkan dalam menghitung mundur. Konsentrasi

klien baik dan klien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan perawatan.

Selama dirawat, klien mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri

seperti kebutuhan makan, mandi dan ganti pakaian. Saat dirawat klien mandi 2x

sehari dan ganti pakaian setiap hari sekali. Makan 3x sehari yang disediakan dari

RSJ.

Klien mengatakan mendengar dan melihat seorang yang memakai baju

pengantin, namun klien lebih sering mendengar suara yang mengatakan cinta

padanya dari pada melihat. Klien sering ragu-ragu menanggapi suara itu, saat

pengkajian klien tampak kebingungan.

22

Page 23: BAB TA Hallusinasi

Sebelum dirawat di RS klien sering mendengar suara – suara itu dan

setelah mendengar klien merasa senang dan percaya dengan suara itu. Suara itu

sering didengarnya pada pagi hari dan malam hari saat menjelang tidur.

Dalam pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah klien 110/60 mmHg,

nadi 78x/mnt, suhu 370 C, RR 20 x/mnt. Keadaan umum baik, namun kesadaran

masih bingung. Bentuk kepala mesocepal dengan warna rambut hitam lurus

pendek. Hidung bersih dan tidak ada pembesaran polip, telinga simetris dan

mengalami halusinasi dengar. Mulut bersih, tidak ada sariawan, tidak sianosis.

Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, bentuk dada simetris, datar,

suara nafas vesikuler. Abdomen datar, kulit berwarna sawo matang, turgor cukup.

Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah, tidak ada oedem.

Adapun pengkajian genogramnya adalah :

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

23

Page 24: BAB TA Hallusinasi

: Hubungan Keluarga

: Tinggal Serumah

Bagan 3 : genogram

Pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah yang dilakukan dengan

cara musyawarah bersama. Dari keluarga tidak ada yang pernah mengalami

gangguan jiwa. Komunikasi dalam keluarga menggunakan bahasa jawa,

sedangkan pola asuhan dalam keluarga adalah bebas terbatas.

Dari pengkajian psikososial didapat klien tidak menyukai tangannya

karena jarinya kecil sehingga klien merasa malu. Klien ingin cepat sembuh agar

cepat pulang dan dapat melanjutkan sekolah lagi. Mekanisme coping klien dalam

menghadapi masalah adalah dengan cara diam, karena klien merasa malu untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Daya tilik diri klien, klen menyadari bahwa

dirinya berada di RS dan membutuhkan perawatan.

Obat yang dikonsumsi oleh klien adalah Trihexipenidil 2x 5 mg, telah

dilakukan ECT sebanyak 6x pada tanggal 31 Juli 2004, tanggal 2, 5, 7, 10 dan 12

Agustus 2004. pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Juli 2004 didapat lekosit :

10,6 K/uL, Eritrosit : 4,30 m/uL, Limfosit : 1,7% L, LED 1 jam : 8 mm/jam, LED

2 jam : 20 mm/jam, Glukosa sewaktu : 72 mg/100 ml, ureum : 19,3 mg/100 ml,

Creatinin : 0,80 mg/100 ml, kolesterol total : 113 mg/100 ml, trigliserida : 94

mg/100 ml, Protein Total : 7,01 mg/100 ml, Albumin : 4. 57 mg/100 ml. SGOT :

30 Unit/L, SGPT : 22 Unit/L, Uric acid : 5,20 mg/100 ml.

24

Page 25: BAB TA Hallusinasi

Pohon masalah :

Resiko mencederai diri sendiri , orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi akustik dan visual ( Core problem )

Harga diri rendah

Bagan 4 : Pohon masalah kasus

Analisa data :

Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 19 Agustus 2004

pukul 13.30 WIB didapat data subyektif bahwa klien sering mendengar suara

yang mengatakan cinta, klien mendengar suara tersebut pada pagi dan malam hari

saat akan tidur. Data obyektif : klien tampak mendengar suara, klien tampak ragu-

ragu, emosim klien tampak labil.

Masalah keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain.

Pengkajian selanjutnya didapatkan data subyektif klien mengatakan masih

sering mendengar suara-suara itu, tapi klien masih ragu benar atau tidak. Data

obyektif : klien diam, menunduk dan tampak merasa malu.

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Prioritas utama diagnosa keperawatan dari hasil pengkajian diperoleh data

subyektif bahwa klien mendengar suara yang mengatakan cinta, kadang suara itu

membuat klien menjadi ragu-ragu benar atau tidak, data obyektif didapat klien

tampak mendengar suara, klien tampak ragu-ragu, emosi klien tampak labil. Maka

25

Page 26: BAB TA Hallusinasi

prioritas diagnosa keperawatannya adalah resiko mencederai diri sendiri dan

orang lain berhubungan dengan halusinasi akustik dan visual.

Penulis mengangkat dua diagnosa keperawatan yaitu :

1. Resiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi.

Tujuan umum dari diagnosa keperawatan ini adalah tidak terjadi

tindakan kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan

lingkungan. Tujuan khusus yang pertama adalah klien dapat membina

hubungan saling percaya dengan kriteria hasil : klien dapat mengungkapkan

perasaannya saat ini secara verbal, ekspresi wajah bersahabat, ada kontak

mata, mau berjabat tangan, mau menjawab salam. Intervensi keperawatan

antara lain : bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi

terapeuitik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,

perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

yang disukai oleh klien, jelaskan tujuan interaksi, jujur dan menepati janji,

tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Adapun implementasinya yang telah dilakukan pada hari kamis, 19

Agustus 2004 pukul 13.30 WIB adalah menyapa klien dan memperkenalkan

diri sambil berjabat tangan, duduk berhadapan. Evaluasi respon klien

subyektif adalah klien mau membalas salam dan menyebutkan namanya “

siang mbak, nama saya Siti Kurniatun Hidayah, sukanya dipanggil Yayah “.

Data obyektif didapatkan klien bicara sopan.

Tujuan khusus yang kedua adalah klien dapat mengenal halusinasinya,

dengan kriteria hasil : klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi

26

Page 27: BAB TA Hallusinasi

timbulnya halusinasi dan klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap

halusinasinya. Intervensinya adalah adakan kontrak yang sering tapi singkat,

observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, jika menemukan

klien yang sedang berhalusinasi tanyakan apa yang didengar, jika klien

menjawab ada maka tanyakan apa yang dikatakan oleh suara itu, mengatakan

bahwa perawat akan membantu, mendiskusikan dengan klien situasi yang

menimbulkan halusinasi.

Implementasi yang dilakukan pada pukul 14.15 WIB yaitu :

mengevaluasi tujuan khusus pertama dengan menanyakan ulang nama

perawat, membantu klien mengidentifikasi halusinasi yaitu dengan

menanyakan apa masalahnya, memberikan kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan halusinasinya, memberikan pujian atas jawaban klien,

mengakhiri interaksi dan mengadakan kontrak berikutnya yaitu pukul 15.15

WIB dengan topik cara mengontrol halusinasinya. Evaluasi respon klien

untuk tujuan khusus kedua, subyektif adalah klien mengatakan bahwa

mendengar ada orang yang mengatakan cinta dan mengajaknya menikah.

Obyektifnya klien dapat menceritakan tentang halusinasinya secara spontan,

ada kontak mata, bicara pelan dan lancar.

Tujuan khusus ketiga adalah klien dapat mengontrol halusinasinya.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah identifikasi bersama klien tindakan

apa yang telah dilakukan klien jika halusinasinya muncul, beri pujian atas

tindakan yang telah dilakukan oleh klien, diskusikan dengan klien cara

mengontrol halusinasimya. Implementasi yang telah dilakukan pada pukul

27

Page 28: BAB TA Hallusinasi

15.15 WIB adalah mengevaluasi tujuan khusus kedua dengan menanyakan

ulang tentang pengertian halusinasi, mendiskusikan dengan klien cara

mengatasi atau mengontrol halusinasi, mengevaluasi klien bagaimana cara

memutus halusinasi yaitu dengan menyuruh klien mempraktekkan bagaimana

bila halusinasinya itu muncul, memberikan reinforcement atas tindakan yang

telah dilakukan klien, membuat jadwal kegiatan pada kontrak yang akan

datang, menganjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada dirumah sakit

misalnya Terapi aktifitas kelompok. Evaluasi respon subyektif klien adalah

klien menjawab sambil membaca leaflet tentang halusinasi. Obyektif : klien

mampu mempraktekkan cara memutus halusinasi, klien tampak senang.

Pada tanggal 20 Agustus 2004 melanjutkan tujuan khusus ketiga,

intervensi selanjutnya yang belum selesai pada hari pertama yaitu dilakukan

interaksi selama 1 x 30 menit klien dapat menyebutkan dan menuliskan

kegiatan sehari – hari selama dirumah sakit. Intervensi yang dapat dilakukan

adalah identifikasi bersama klien kegiatannya selama di RS, bersama klien

menyusun jadwal kegiatan harian. Implementasi yang telah dilakukan pada

pukul 13.30 WIB adalah mengevaluasi tujuan khusus ketiga tentang cara

mengatasi atau mengontrol halusinasi, mengajarkan klien untuk membuat

jadwal harian, menganjurkan klien melakukan kegiatan untuk mengisi waktu

luang, mengevaluasi hasil jadwal harian , memberikan reinforcement positif

atas hasil kerja klien, mengakhiri kontrak sambil berjabat tangan.

Untuk tujuan khusus keempat yaitu klien mendapat dukungan dari

keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Intevensi yang dapat dilakukan

28

Page 29: BAB TA Hallusinasi

adalah anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami

halusinasi, diskusikan dengan keluarga tentang gejala halusinasi yang dialami

klien, cara memutus halusinasi klien, cara merawat klien yang berhalusinasi

dan beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.

Penulis tidak melakukan implementasi pada tujuan khusus keempat

Tujuan khusus kelima adalah klien dapat memanfaatkan obat untuk

mengontrol halusinasinya , kriteria evaluasi dari tujuan khusus kelima ini

adalah klien dapat minum obat secara teratur sesuai aturan minum obat.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah diskusikan dengan klien tentang obat

dan prinsip lima benar minum obat, bantu klien untuk memastikan bahwa

klien telah minum obatnya secara teratur untuk mengontrol halusinasinya.

Selama dua hari melaksanakan asuhan keperawatan pada Nn. S

dengan halusinasi, penulis hanya dapat melaksanakan sampai dengan tujuan

khusus ketiga. Jadi untuk melanjutkan asuhan keperawatan, penulis

mendelegasikan kepada perawat bangsal madrim untuk melanjutkan

pengelolaan asuhan keperawatan pada Nn. S dengann halusinasi.

2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi akustik berhubungan dengan harga

diri rendah.

Tujuan umum dari diagnosa keperawatan ini adalah klien dapat

mencegah terjadinya halusinasi.

Tujuan khusus yang pertama dari diagnosa keperawatan ini adalah

klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria evaluasi klien

menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, ada kontak mata, mau menjabat

29

Page 30: BAB TA Hallusinasi

tangan, mau membalas salam, mau duduk berdampingan dan mengungkapkan

masalahnya. Intervensinya adalah bina hubungan saling percaya dengan sikap

terbuka dan empati, terima klien apa adanya, sapa klien dengan ramah dan

tepati janji.

Tujuan khusus kedua adalah klien dapat mengidentifikasi kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki. Kriteria evaluasi klien dapat mendaftar

kemampuan positif yang dimiliki klien selama dirumah maupun di rumah

sakit. Intervensi yang dilakukan adalah diskusikan dengan klien kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki klien, beri kesempatan klien mengungkapkan

kemampuan aspek positifnya, berikan reinforcement positif pada kemampuan

dan aspek positif klien.

Tujuan khusus ketiga adalah klien dapat menilai kemampuan yang

digunakan. Kriteria evaluasinya adalah klien menilai kemampuan yang dapat

digunakan di rumah maupun dirumah sakit. Intervensinya diskusikan dengan

klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit, diskusikan

kemampuan yang dapat dilanjutkan dirumah sakit.

Tujuan khusus keempat adalah klien dapat menetapkan dan

merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria

evaluasinya adalah klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien

mencoba menyusun jadwal harian. Intervensi yang dapat dilakukan minta

klien untuk memilih salah satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit,

bantu klien melakukannya kalau perlu beri contoh, beri pujian atas

30

Page 31: BAB TA Hallusinasi

keberhasilan klien, rencanakan bersama klien aktifitas kegiatan yang dapat

dilakukan sesuai jadwal, tingkatkan kegiatan yang disukai klien.

Tujuan khusus kelima adalah klien dapat melakukan kegiatan sesuai

kondisi sakit dan kemampuannya. Kriteria evaluasinya klien melakukan

kegiatan yang telah dilatih baik secara mandiri , dengan bantuan maupun

dengan bantuan total. Klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri.

Intervensi tindakan keperawatan adalah beri kesempatan klien untuk mencoba

kegiatan yang telah direncanakan, beri pujian atas keberhasilan klien,

diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.

Tujuan khusus keenam adalah klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada dengan kriteria evaluasi kleuarga dapat memberi

dukungan dan pujian, keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.

Intervensinya adalah beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat klien dengan HDR, bantu keluarga memberi dukungan selama klien

dirawat, bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah, jelaskan cara

pelaksanaan kegiatan klien dirumah, anjurkan pada keluarga untuk

memberikan pujian pada klien setiap berhasil.

Untuk tujuan khusus keempat dan kelima penulis telah melakukan

implementasi pada tanggal 20 Agustus 2004 yang dilakukan bersamaan pada

diagnosa keperawatan resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan halusinasi pada tujuan khusus ketiga yaitu cara

mengontrol halusinasi.

31

Page 32: BAB TA Hallusinasi

Evaluasi akhir dari pengelolaan klien Nn. S adalah klien merasa

senang setelah pertemuan selama dua hari interaksi. Klien akan melakukan

kegiatan menyapu ruangan dan mencoba membuat jadwal kegiatan harian

sebagai salah satu cara mengontrol halusinasi.

32

Page 33: BAB TA Hallusinasi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Nn. S yang dihubungkan dengan teori atau konsep teori yang telah ada.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Nn. S penulis hanya

mempunyai waktu 2 hari, sehingga intervensi yang penulis buat disesuaikan

dengan waktu, kemampuan penulis., dan kondisi klien tanpa mengesampingkan

teori yang ada. Intervensi yang penulis buat didasarkan pada prioritas masalah.

Setelah dilakukan analisa data, ada dua diagnosa keperawatan yang

penulis angkat yaitu :

1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi.

Menurut Townsend ( 1998 :110 ) resiko tinggi terhadap kekerasan :

diarahkan pada diri sendiri dan orang lain yaitu suatu keadaan dimana individu

mengalami prilaku yang membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri

maupun orang lain. Diagnosa ini penulis angkat berdasarkan data yang penulis

peroleh saat pengkajian yaitu klien sering mendengar suara – suara yang

mengatakan cinta pada klien, suara itu masih didengar oleh klien selama

dirumah sakit. Sebelum masuk rumah sakit klien sering kluyuran dan berjalan

mondar – mandir kebingungan. Diagnosa resiko mencederai diri sendiri ,

orang lain dan lingkungan, penulis angkat sebagai masalah keperawatan

pertama karena ketika halusinasi itu muncul klien mengatakan ragu – ragu

apakah suara itu benar atau salah sehingga klien kemungkinan dapat

33

Page 34: BAB TA Hallusinasi

melakukan tindakan diluar kendalinya yang dapat berakibat mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan. Tujuan umum dari diagnosa ini adalah

tidak terjadi tindakan kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain

dan lingkungan. Tujuan khususnya adalah klien dapat mengatasi halusinasi

yang dialaminya.

Intervensi keperawatan : bina hubungan saling percaya dengan tehnik

komunikasi terapeutik, adakan kontak sering dan singkat, observasi tingkah

laku klien terkait dengan halusinasinya, bantu klien mengenal halusinasinya,

terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien tapi tidak bagi perawat

( tidak membenarkan dan tidak menyangkal ), diskusikan situasi yang dapat

dan yang tidak dapat menimbulkan halusinasi, diskusikan dengan klien apa

yang dirasakan ketika halusinasi itu muncul, identifikasi bersama klien

tindakan yang telah dilakukan klien bila sedang berhalusinasi, beri pujian atas

upaya klien, diskusikan cara memutus halusinasi, dorong klien menyebutkan

kembali cara memutus halusinasi, beri pujian atas upaya klien, diskusikan cara

yang dipilih klien untuk memutus halusinasinya, identifikasi bersama klien

kegiatan selama di rumah sakit, diskusikan bersama klien rencana kegiatan

yang memungkinkan dilakukan selama dirumah sakit.

Implementasi yang telah dilakukan sesuai denga tujuan khusus yaitu :

1. Membina hubungan saling percaya

Strategi komunikasi yang terapeutik dalam membina hubungan saling

percaya adalah dengan menyapa klien, memperkenalkan diri, berjabat

tangan, duduk berhadapan dengan klien, menunjukkan sikap empati.

34

Page 35: BAB TA Hallusinasi

Rasionalisasi : hubungan saling percaya adalah sebagaidasar untuk

interaksi selanjutnya.

Evaluasi : klien membalas salam, klien mau menyebutkan nama lengkap

dan nama panggilan yang disukai klien, bicara spontan, kontak mata ada.

Pendapat Rasmun ( 2001 : 43 ) bahwa hubungan saling percaya adalah

sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien. Menurut

penulis , bahwa dasar interaksi adalah kesuksesan dari membina hubungan

saling percaya yang akan menentukan pula keberhasilan dalam tindakan

keperawatan untuk menyelesaikan tujuan khusus yang selanjutnya. Jadi

pada tahap interaksi denga klien seorang perawat harus berhaisl dalam

membina hubungan saling percaya dengan klien. Penulis dapat membina

hubungan saling percaya dengan klien Nn. S ditandai dengan klien dapat

mempertahankan kontak mata dan klien mau terbuka menceritakan

permasalahan mengapa klien dibawa kerumah sakit.

2. Membantu klien mengenal halusinasinya.

a. Adakan kontak sering dan singkat

Rasional : mengurangi waktu kosong bagi klien sehingga dapat

mengurangi frekuensi halusinasi.

b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, misal : isi

pembicaraan, mata melotot, tiba – tiba tertawa sendiri.

Rasional : halusinasi harus dikenali dulu agar intervensi efektif.

c. Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.

35

Page 36: BAB TA Hallusinasi

Rasional : ungkapan perasaan klien kepada [erawat sebagai bukti bahwa

klien mulai mempercayai perawat.

d. Beri pujian kepada klien atas kesediaan klien mengungkapkan

perasaannya.

Rasional : memberikan reinforcement dapat meningkatkan harga diri

klien.

Implementasi yang telah penulis lakukan pada pukul 14.15 WIB untuk

tujuan khusus kedua ini adalah menyapa dan mengucapkan salam kepada klien,

mengingatkan kontrak ( topik, tempat dan waktu ), mengevaluasi kemampuan

klien dalam tujuan khusus pertama, menanyakan pada klien tentang masalahnya,

memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan halusinasinya, memberikan

reinforcement positif atas ungkapan klien, mendiskusikan bersama klien tentang

halusinasi ( pengertian, penyebab, frekuensi, yang dirasakan klien saat

halusinasinya muncul ). Mengakhiri kontrak dan membuat kontrak untuk interaksi

selanjutnya pada pukul 15.15 WIB.

Menurut Boyd dan Nihart ( 1998 : 363 ) klien dengan halusinasi memiliki

pengalaman perceptual tanpa adanya rangsang yang nyata, sehingga klien tidak

mampu membedakan rangsang dari internal maupun eksternal.

Dalam menyelesaikan tujuan khusus kedua, klien sudah mengenal

halusinasinya, sehingga bila klien telah mengenal halusinasinya maka tindakan

untuk mengatasi halusinasi tersebut akan semakin mudah.

36

Page 37: BAB TA Hallusinasi

3. Membantu klien mengontrol halusinasinya.

a. Identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang

berhalusinasi.

Rasional : tindakan yang dilakukan klien merupakan upaya mengatasi

halusinasi.

b. Diskusikan cara memutus halusinasi

Rasional : halusinasi terkontrol oleh klien maka resiko kekerasan tidak

terjadi.

c. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutus halusinasi

Rasional : pengulangan hasil diskusi yang dapat dilakukan klien

merupakan suatu tanda konsentrasi pikir dapat difokuskan.

d. Beri pujian atas upaya klien

Rasional : pujian merupakan pengakuan yang dapat meningkatkan

motivasi dan harga diri klien.

Implementasi dilakukan pada pukul 15.15 WIB, yang telah penulis

lakukan untuk menyelesaikan tujuan khusus ketiga adalah menyapa klien,

mengingatkan kontrak dengan klien, mengevaluasi tujuan khusus kedua

yaitu tentang halusinasinya, mendiskusikan dengan klien cara mengatasi

halusinasinya, mengevaluasi kembali bagaimana klien mengatsi

halusinasinya, memberikan reinforcement atas tindakan positif klien,

merencanakan membuat jadwal kegiatan, menganjurkan klien untuk

mengikuti kegiatan yang ada dirumah sakit.

37

Page 38: BAB TA Hallusinasi

Evaluasi subyektif klien mampu menyebutkan cara memutus

halusinasi yaitu dengan mengatakan tidak percaya pada suara – suara yang

muncul dan melaporkan pada perawat. Evaluasi obyektif klien

mempraktekkan cara memutus halusinasinya yaitu denga melaporkan pada

perawat, klien mempertahankan kontak mata, ekspresi wajah klien tampak

tenang.

4. Klien mampu melakukan aktifitas atau kegiatan selama di rumah sakit.

a. Kaji kegiatan klien selama dirumah sakit.

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan klien dalam

kegiatan dirumah sakit.

b. Beri reinforcement positif terhadp kegiatan yang telah dilakukan klien

dan memberikan masukan kegiatan yang masih bisa dilakukan.

Rasional : untuk meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

Kriteria evaluasi untuk melanjutkan tujuan khusus keeetiga ini

adalah klien dapat menyebutkan aktifitas atau kegiatannya sehari – hari

dan dapat menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengisi waktu luang

selama dirumah sakit.

Implementasi yang penulis lakukan pada hari Jum’at 20 Agustus

2004 pukul 13.30 WIB sampai selesai adalah mengucapkan salam dan

mengingatkan kontrak, mengevaluasi tujuan khusus ketiga, mengajarkan

klien menyusun jadwal kegiatan harian, menganjurkan klien

mempraktekkan kegiatan selama dirumah sakit ( misalnya menyapu ),

38

Page 39: BAB TA Hallusinasi

mengevaluasi hasil jadwal harian, memberikan reinforcement positif atas hasil

kerja klien, mengakhiri interaksi dengan klien sambil berjabat tangan.

Evaluasi subyektif : klien mengatakan kegiatan yang paling disukai klien

saat dirumah sakit adalah menyapu lantai, evaluasi obyektif klien tampak puas

dan senang.

Hambatan yang penulis temui selama pelaksanaan asuhan keperawatan

pada diagnosa keperawatan yang pertama ini adalah keterbatasan wawasan

ataupun pengetahuan penulis dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlalu

singkatnya waktu dalam pemberian asuhan, hal ini menyebabkan penulis tidak

hanya berkonsentrasi pada pemberian asuhan keperawatan pada klien namun

penulis juga dituntut untuk dapat menyelesaikan dokumentasi proses

keperawatan. Sehingga selama dua hari, penulis hanya mampu menyelesaikan

asuhan keperawatan sampai tujuan khusus ketiga.

Untuk proses keperawatan selanjutnya perlu melibatkan keluarga untuk

mendukung kesembuhan klien dan klien juga perlu memahami tentang obat –

obatan yang harus dikonsumsi oleh klien. Keterlibatan keluarga merupakan tujuan

khusus keempat dan pemberian pendidikan kesehatan tentang obat – obatan

merupakan tujuan khusus kelima. Untuk menyelesaikan tujuan khusus keempat

dan kelima penulis mendelegasikan pada perawat ruang Madrim untuk

melanjutkan intervensi.

Hasil akhir dari diagnosa keperawatan ini adalah klien dapat mengenal

halusinasinya sehingga klien mau mencoba untuk mempraktekkan cara – cara

39

Page 40: BAB TA Hallusinasi

memutus halusinasi seperti yang telah didiskusikan bersama. Klien juga mau

menyusun jadwal rencana kegiatan harian klien.

2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan harga diri rendah.

Untuk diagnosa keperawatan yang kedua ini, penulis belum dapat

menyelesaikannya. Hambatan yang penulis rasakan adalah keterbatasan

pengetahuan penulis tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan

halusinasi dan terlalu singkatnya waktu pemberian asuhan keperawatan.

Dalam pemeberian asuhan keperawatan pada Nn. S dengan halusinasi,

ada beberapa masalah keperawatan yang tidak diangkat oleh penulis yaitu

isolasi sosial : menarik diri dan perubahan proses pikir : waham berhubungan

dengan harga diri rendah kronis. Diagnosa tersebut tidak diangkat karena tidak

ditemukan data – data yang menunjang munculnya masalah tersebut.

40

Page 41: BAB TA Hallusinasi

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi, klien tidak dapat

membedakan antara stimulus nyata dan tidak nyata, sehingga sebagai tugas utama

perawat jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu klien

kembali ke alam realita.

Dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan halusinasi

antara lain adalah memberikan alternatif pada klien untuk memutus halusinasi

yaitu dengan menghardik halusinasi, melaporkan pada perawat atau mengajak

bicara klien lain, melakukan aktifitas yang bermanfaat dan mengkosumsi obat

secara teratur.

Kehadiran perawat sangat dibutuhkan oleh klien untuk selalu kontak

dengan klien sehingga mengurangi waktu melamun atau menyendiri klien. Saat

kontak dengan klien dibutuhkan komunikasi, sehingga setiap perawat juga harus

menguasai tehnik – tehnik komunikasi terapeutik baik verbal maupun non verbal.

Dalam memberikan asuhan keperawatan tentunya disesuaikan dengan

tahap – tahap asuhan keperawatan jiwa yaitu dimulai dengan membina hubungan

saling percaya, karena hubungan saling percaya merupakan modal dasar bagi

interaksi selanjutnya.

41

Page 42: BAB TA Hallusinasi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kasus Nn. S penulis hanya mengangkat dua dari lima diagnosa

yang kemungkinan muncul yaitu Resiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dan Gangguan persepsi

sensori : halusinasi berhubungan dengan harga diri rendah.

Pengambilan diagnosa keperawatan tersebut, penulis angkat

berdasarkan data subyektif dan obyektif pada saat pengkajian yaitu klien

mengatakan sering mendengar suara yang mengungkapkan cinta pada klien

dan ingin menikah dengan klien. Klien merasa ragu – ragu untuk

mempercayainya sehingga klien tampak murung.

Dalam dua hari melakukan asuhan keperawatan pada klien, penulis

hanya melakukan intervensi pada diagnosa keperawatan pertama yaitu resiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

halusinasi. Dan selama dua hari itu, penlis mampu menyelesaikan sampai

tujuan khusus ketiga yaitu klien mampu mengontrol halusinasinya.

Faktor penghambat dalam pmberian asuhan keperawatan pada klien

Nn. S adalah kurangnya pengetahuan penlis dan keterbatasan waktu,

sedangkan faktor pendukungnya adalah klien kooperatif dengan penulis dan

dukungan dari perawat ruangan Madrim.

42

Page 43: BAB TA Hallusinasi

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Nn . S dengan

halusinasi, tujuan utamanya adalah membantu klien kembali ke alam realita.

Perawat harus senantiasa menemani klien, mengadakan kontak sesering

mungkin sangat penting untuk mengurangi waktu luang klien untuk melamun.

B. Saran

Komunikasi terapeutik baik verbal maupun non verbal adalah suatu

tehnik yang harus dikuasai oleh perawat yang akan memberikan asuhan

keperawatan jiwa. Pemberian asuhan keperawatan jiwa hendaknya sesuai

tahapan tujuan khusus dalam perumusan diagnosa keperawatan. Setiap tujuan

khusus harus dilalui karena terdapat hubungan yang saling berkaitan antara

tujuan khusus yang satu dengan tujuan khusus yang lain.

Dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa, kemandirian klien

dalam mengatasi halusinasi merupakan tujuan utama, sehingga klien harus

selalu dibimbing untuk dapat mempraktekkan cara – cara mengatasi

halusinasi yang sudah diajarkan oleh perawat.

43

Page 44: BAB TA Hallusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A, Nihart, M.A, (1998), Psychiatric Nursing-contemporary Practice, Lippincot-Raven Publishers,Philadelphia.

Johnson, Barbara Schoen, (1997), Adaptation and Growth Psychiatric-Mental Health Nursing, 4th Edition, Lippincot-Raven Publishers, Philadelphia.

Keliat dkk, (1998), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kusuma, Widjaja, (1997), Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Professional Books, Jakarta.

Maramis, WF, (2004), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya.

Rasmun ( 2001 ), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. PT. Fajar Interpratama, Jakarta

Stuart, GW, Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Townsend, Mary C, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

44

Page 45: BAB TA Hallusinasi

LAMPIRAN

45

Page 46: BAB TA Hallusinasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. S

DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

AKUSTIK DAN VISUAL

DI RUANG MADRIM RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Laporan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir

Program Diploma III Keperawatan

Disusun oleh :

PUJI SULASMINIM.20011383

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

SEMARANG

2004

46

Page 47: BAB TA Hallusinasi

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Disetujui laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Nn. S

Dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi akustik dan visual Di Ruang

Madrim RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang “ untuk dipresentasikan dalam

ujian akhir pendidikan tenaga kesehatan Program Studi Keperawatan Semarang

Tahun Akademik 2004/2005.

Hari :

Tanggal :

Pembimbing

Ns. Sri Endang Windiarti, SKp

NIP. 140 269 343

Mengetahui

Ketua Program Studi Keperawatan

Politeknik Kesehatan Semarang

Sarkum Setyo Rahardjo, SKp, MKes. NIP.140 105 200

47

Page 48: BAB TA Hallusinasi

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Telah disahkan oleh tim penguji ujian akhir pendidikan tenaga kesehatan

Program Studi Keperawatan Semarang.

Laporan kasus berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Nn. S Dengan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi akustik dan visual Di Ruang Madrim

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang “ untuk diajukan dalam memenuhi

tahapan ujian akhir pendidikan tenaga kesehatan Program Studi Keperawatan

Semarang Tahun Akademik 2004/2005.

Pada Hari/Tanggal :

Penguji I Ns. Sri Endang Windiarti, SKp ( ) NIP. 140 269 343

Penguji II Mugi Hartoyo, MN ( )NIP.

Penguji III Siti Rochyani ( )NIP.

Mengetahui

Ketua Program Studi Keperawatan

Politeknik Kesehatan Semarang

Sarkum Setyo Rahardjo, SKp, Mkes.NIP. 140 105 200

KATA PENGANTAR

48

Page 49: BAB TA Hallusinasi

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,

hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

laporan kasus untuk memenuhi tugas komprehensif program diploma III

Keperawatan Semarang dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Nn. S Dengan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi akustik dan visual Di Ruang Madrim

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang “.

Dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari kesulitan dan hambatan

namun berkat ridho-Nya dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak yang

penulis hadapi, sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ilham Setyo Budi, SKp, Mkes., selaku direktur poltekkes semarang

2. Bapak Sarkum Setyo Rahardjo, SKp, Mkes., selaku ketua program studi

keperawatan semarang.

3. Ibu Ns. Sri Endang Windiarti SKp, selaku pembimbing dalam penyusunan

laporan uji komprehensif yang telah banyak membimbing, mengarahkan

dan memberi masukan serta motivasi pada penulis.

4. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moril dan spiritual, yang

selalu mencurahkan kasih sayang, memberikan semangat dan dukungan

serta mendo’akan penulis selama penulis menempuh studi di prodi

keperawatan poltekkes semarang dan yang selalu mengaharap

keberhasilan penulis.

49

Page 50: BAB TA Hallusinasi

5. Saudara-saudaraku senasib seperjuangan, seseorang yang telah membantu,

memberikan support pada penulis dan mahasiswa Prodi Keperawatan

Poltekkes Semarang, yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya

sehingga terselesaikannya laporan ini.

6. Serta tak lupa semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik teknik

penyusunan maupun isinya karena keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu

penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

para pembaca.

Akhirnya penulis hanya dapat mendo’akan, semoga pihak yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan mendapatkan imbalan dari Allah SWT dan

semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Agustus 2004

Penulis

50

Page 51: BAB TA Hallusinasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...............................................iii

KATA PENGANTAR ............................................................................iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................vi

BAB I : PENDAHULUAN

B. Latar belakang masalah ............................................................1

C. Tujuan penulisan ......................................................................2

D. Sistematika penulisan ...............................................................3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi .....................................................................................4

B. Etiologi .....................................................................................9

C. Pohon masalah .........................................................................10

D. Penatalaksanaan .......................................................................11

BAB III : TINJAUAN KASUS ..............................................................21

BAB IV : PEMBAHASAN ....................................................................33

BAB V : PENUTUP ..............................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

51