Bab Ix perlipatan

50
Praktikum Geologi Struktur Pola Singkapan BAB IX POLA SINGKAPAN 9.1. Tujuan Tujuan dari praktikum pola singkapan ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui berbagai pola singkapan batuan 2. Menentukan pola sebaran batuan berdasarkan singkapan yang ditemukan 9.2. Dasar Teori Singkapan adalah kenampakan lapisan batuan yang tersingkap dimuka bumi. Bentuk singkapan tergantung tebal, topografi atau morfologi, besar kemiringan lapisan, dan bentuk strukur lipatan. Aturan yang menentukan pola singkapan dan hubungannya antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief disebut Hukum V (Penuntun Praktikum Geologi Struktur, 2014). Singkapan batuan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan yang masih utuh, (belum terubah oleh pelapukan ). Proses singkapan batuan diakibatkan oleh adanya erosi (pengikisan) oleh gaya- gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya. Oleh Anantyo Adi Wibowo H1C113012

description

geologi struktur

Transcript of Bab Ix perlipatan

Praktikum Geologi Struktur

Pola Singkapan

BAB IXPOLA SINGKAPAN9.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum pola singkapan ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui berbagai pola singkapan batuan

2. Menentukan pola sebaran batuan berdasarkan singkapan yang ditemukan9.2. Dasar TeoriSingkapan adalah kenampakan lapisan batuan yang tersingkap dimuka bumi. Bentuk singkapan tergantung tebal, topografi atau morfologi, besar kemiringan lapisan, dan bentuk strukur lipatan. Aturan yang menentukan pola singkapan dan hubungannya antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief disebut Hukum V (Penuntun Praktikum Geologi Struktur, 2014).Singkapan batuan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan yang masih utuh, (belum terubah oleh pelapukan ). Proses singkapan batuan diakibatkan oleh adanya erosi (pengikisan) oleh gaya-gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya. Oleh karena itu, singkapan pada batuan biasanya tidak menerus dan jarang atau kurang, karena tertutup oleh tanah pelapukan yang tebal (Sukantono, 2013).

Batuan dikatakan tersingkap bila ketinggiannya sama dengan permukaan bumi. Bila setiap singkapan batuan yang sama dihubungkan dengan batas yang jelas pada peta maka akan terlihat suatu bentuk penyebaran batuan. Bentuk penyebaran tersebut dikenal dengan pola singkapan. Dari adanya singkapan batuan inilah dapat diketahui keadaan geologi suatu daerah dan juga dapat dibuat peta singkapan batuan geologi yang menggambarkan tentang keadaan daerah tersebut, meliputi suatu penyebaran batuan atau litologi. (Noor, 2012)

*Sumber : (http://pusjatan.pu.go.id, 2014).Gambar 9.1Singkapan

Peta geologi adalah peta yang menggambarkan keadaan geologi suatu daerah dengan skala tertentu. Geomorfologi berkaitan pada peta geologi yang merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari bentukbentuk dari permukaan bumi yang terjadi karena diakibatkan adanya gaya yang bekerja dalam bumi maupun di permukaan bumi (Anonim, 2014).

*Sumber : (http://mdrblog2.blogspot.com, 2014).Gambar 9.2Peta GeologiPeta geologi memberikan petunjuk tentang susunan lapisan batuan dan pada umumnya memberikan informasi tentang formasi apa saja yang ada di daerah yang dipetakan. Dasar untuk peta geologi biasanya adalah peta topografi.

Jenis-jenis peta geologi dan peta-peta yang berkaitan dengan peta geologi adalah sebagai berikut :1. Peta geologi permukaan (surface geological map), yaitu peta yang memberikan berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah permukaan. Skala peta ini bervariasi antara 1 : 50.000 dan lebih besar, berguna untuk menentukan lokasi bahan bangunan, drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang, maupun pembuatan jalan.2. Peta singkapan (outcrop map), yaitu peta yang umumnya berskala besar, mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dari pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan untuk menentukan lokasi, misalnya material yang berupa pecahan batu, dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.3. Peta ikhtisar geologis, yaitu peta yang memberikan informasi langsung berupa formasi-formasi yang telah tersingkap, mapun ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi yang formasinya masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang agak skematis, umumnya berskala sedang atau kecil, dengan skala 1 : 100.000 atau lebih kecil.4. Peta struktur, yaitu peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada di bawah permukaan. Peta ini memiliki skala sedang hingga besar.5. Peta isopach, yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-titik suatu formasi atau lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta ini tidak ditemukan konfigurasi struktural. Peta ini berskala sedang hingga besar.6. Peta fotogeologi, yaitu peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara. Peta fotogeologi harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya di lapangan.7. Peta hidrogeologi, yaitu peta yang menunjukkan kondisi airtanah pada daerah yang dipetakan. Pada peta ini umumnya ditunjukkan formasi yang permeabel dan impermeabel.

*Sumber : (http://bang-ron,blogspot.com, 2014).Gambar 9.3Konstruksi Peta Geologi pada Daerah Perlipatan

Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian lapangan. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas suatu peta dasar (peta topografi/rupa bumi) dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi, kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap.Peta geologi dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatan lahan, air dan sumberdaya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari resiko bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan.Bentuk relief permukaan bumi ternyata dapat tergantung atau terkontrol oleh keadaan geologi setempat seperti pada susunan batuan maupun struktur yang ada di daerah tersebut. Batuan yang keras (resisten) cenderung dapat membentuk suatu relief yang lebih menonjol dari pada daerah batuan yang lunak. Sedangkan daerah yang terdiri dari batuan gamping akan membentuk suatu pola bentang alam (kars topografi) merupakan bentang alam yang kars.

Proses perkembangan ini selalu dikontrol oleh adanya kekuatan yang besar dan selalu terus berlangsung secara berkesinambungan, baik yang berasal dari dalam maupun luar bumi. Adanya kekuatan yang bekerja di dalam bumi serta menyebabkan batuan batuan tersebut terikat dan terlipat.

Kekuatan yang bekerja dipermukaan bumi akan menyebabkan terjadinya pelapukan dan juga terjadinya erupsi denudasi yang menyebabkan perubahan terhadap roman muka bumi. Kekuatan tersebut diatas menyebabkan terjadinya perubahan pada roman muka bumi, berupa suatu tonjolan dan lekukan yang membentuk relief pada permukaan bumi. Seperti yang kita ketahui bumi terdiri diri berbagai bentuk, bagian yang paling luar adalah kerak bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Pada kedudukan tersebut setiap tempat tidaklah sama, tergantung dari sesuatu kekuatan tektonik yang selalu mempengaruhinya. Selalu dijelaskan di atas, adanya gaya-gaya yang bekerja menyebabkan batuan terlipat dan terangkat juga apabila terkena pelapukan dari erosi maka batuan tersebut akan tersingkap ke permukaan.

Dari adanya singkapan batuan inilah dapat diketahui keadaan geologi suatu daerah dan juga dapat dibuat suatu peta singkapan batuan geologi yang menggambarkan tentang keadaan suatu daerah tersebut, meliputi suatu penyebaran batuan atau litologi.

Penyebaran tersebut diatas disebut juga dengan peta dasar geologi. Akibat adanya kedudukan yang tidak sama pada berbagai batuan serta adanya suatu relief pada permukaan bumi menyebabkan bentuk penyebaran batuan dengan struktur yang digambarkan dalam peta geologi akan membentuk suatu pola tertentu dan bentuk penyebaran dengan istilah dari pola singkapan.

Besar dan bentuk pola singkapan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :1. Tebal Lapisan

Walaupun kemiringan lapisan sama, pengaruh tebal lapisan akan membuat lebar pola singkapan yang berbeda.

*Sumber : (http://dc161.4shared.com, 2014).Gambar 9.4Pola Singkapan Berdasarkan Tebal Lapisan2. Topografi atau MorfologiWalaupun tebal dan kemiringan lapisan sama jika keadaan topografi bervariasi, maka pola singkapan yang terbentuk akan ikut berbeda.

*Sumber : : (http://dc161.4shared.com, 2014).Gambar 9.5Pola Singkapan Berdasarkan Topografi atau Morfologi3. Besar kemiringan LapisanWalaupun tebal dan topografi lapisan sama, namun jika kemiringan lapisan berbeda, maka pola singkapan yang terbentuk akan ikut berbeda.

*Sumber : : (http://dc161.4shared.com, 2014).Gambar 9.6Pola Singkapan Berdasarkan Besar Kemiringan Lapisan4. Bentuk Struktur LipatanStruktur lipatan akan membentuk pola singkapan yang berlainan dan lipatan yang menunjam yang terdiri dari sinklin dan antiklin akan membentuk pola singkapan yang membentuk topografi punggungan.

(Anonim, 2014)Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.2. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.3. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.4. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :1. Pengukuran jurus dan kemiringan lapisan yang tersingkap.2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.(Anonim, 2014)Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur disekitar aliran sungai yang di sepanjang aliran sungai ini bisa dijumpai singkapan batuan dengan baik.Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan dan penyebarannya, kedudukannya, hubungan antara sebuah batuan dan litologi serta strukturnya.

1. Data singkapan dari tiap lokasi pengamatan yang diplotkan pada peta dasar (peta topografi), yang berupa garis penuh bila diketahui dengan pasti dan berupa garis lurus putus-putus yang telah diperkirakan.2. Batas litologi, garis sesar, sumbu lipatan yang biasanya berupa garis lurus putusputus yang telah diperkirakan.

3. Legenda peta diurutkan sesuai urutan stratigrafi.4. Penyebaran satuan batuan bisa ditarik batasnya di antara satuan yang berlainan dengan data yang memperlihatkan hukum V.Pada pola singkapan dikenal pula hukum V, yaitu menyatakan hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan menghasilkan suatu pola singkapan yang beraturan. Yang dimaksud dengan hukum V, yaitu :1. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti garis kontur.

*Sumber : (www.ifticute.site90.com, 2014).Gambar 9.7Lapisan Horizontal2. Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan atau kemiringan lereng, maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan yang membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah kemiringan lembah.

*Sumber : (www.ifticute.site90.com, 2014).Gambar 9.8Lapisan Kemiringan3. Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan dan berupa garis lurus dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.

*Sumber : (www.ifticute.site90.com, 2014). Gambar 9.9Lapisan Tegak4. Lapisan yang miring searah dengan kemiringan lereng dimana arah kemiringan lapisan lebih besar dari pada kemiringan lereng yang membentuk pola singkapan huruf V mengarah sama dengan arah kemiringan pada lereng.

*Sumber : (www.ifticute.site90.com, 2014).

Gambar 9.10Lapisan Searah5. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan pola kemiringan lereng, maka pola singkapannya akan membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah suatu kemiringan lereng.

*Sumber : (www.ifticute.site90.com, 2014).Gambar 9.11Lapisan Horizontal6. Lapisan yang kemiringannya searah dengan kemiringan lereng, maka pola singkapan tampak seperti gambar.

*Sumber : (www.ifticute.site90.com, 2014).Gambar 9.12Lapisan HorizontalPenyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan-lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas-batas lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang dipakai adalah bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut merupakan perpotongan antara ketinggian (dipakai kerangka garis kontur) dengan lapisan batuan (dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang sama.

Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan di permukaan dengan mencari titik-titik tersebut, apabila jurus-jurus untuk beberapa ketinggian dapat ditentukan. Sebaliknya, dari suatu penyebaran singkapan dapat pula ditentukan kedudukan lapisan dengan mencari jurus-jurusnya (Anonim, 2014).

Pemetaan geologi adalah suatu proses ilmiah yang bersifat interpretasi dan dapat menghasilkan berbagai jenis peta untuk berbagai macam tujuan, termasuk misalnya untuk penilaian kualitas air bawah tanah dan resiko pencemaran, memprediksi bencana longsor, gempabumi, erupsi gunungapi, karakteristik sumberdaya mineral dan energi, manajemen lahan dan perencanaan tataguna lahan, dan lain sebagainya (Rusdianto, 2009).Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :1. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).2. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.3. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.4. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).5. Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.6. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan hidrologi.7. Bangunan-bangunan, dan lain-lain. (Anonim, 2014).

*Sumber : (www.perpuskam.blogspot.com, 2014).Gambar 9.13Hasil Interpretasi Pemetaan Berupa Peta dan Penampang Geologi Dari Data Pengamatan Singkapan Di LapanganDalam pemetaan geologi, seorang ahli geologi harus mengetahui susunan dan komposisi batuan serta struktur geologi, baik yang tersingkap di permukaan bumi maupun yang berada di bawah permukaan melalui pengukuran kedudukan batuan dan unsur struktur geologi dengan menggunakan kompas geologi serta melakukan penafsiran geologi, baik secara induksi dan deduksi yang disajikan diatas peta dengan menggunakan simbol atau warna. *Sumber : (www.bang-ron.blogspot.com, 2014).Gambar 9.14Simbol pada Peta Geologi

*Sumber : (www.bang-ron.blogspot.com, 2014).Gambar 9.15Simbol pada Peta GeologiSeiring dengan berkembangnya teknologi informasi, seperti Sistem Informasi Geografi (SIG) maka aspek pemetaan geologi mengalami perubahan, yaitu dengan tersedianya piranti lunak (software) sebagai alat bantu yang memungkinkan ukuran (geometri) dan karakteristik dari suatu tubuh batuan dan kenampakan geologi lainnya disimpan secara elektronik (dalam format digital), ditelusuri, dianalisa, dan disajikan untuk berbagai keperluan. Dengan memanfaatkan teknologi SIG, memungkinkan para ahli melakukan analisa spasial, misalnya dalam mencari sebaran polusi yang mungkin terjadi disekitar suatu sumur bor didasarkan atas sifat sifat batuannya, penentuan rute rencana jalan dengan menghindari wilayah-wilayah yang rawan longsor dan daerah-daerah yang lerengnya tidak stabil. SIG juga menyediakan peta-peta geologi dan fasilitas untuk keperluan analisa geologi bagi para pengguna, baik ahli geologi maupun yang bukan.9.3. Alat dan Bahan

9.3.1. AlatAlat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

a. Clipboard

b. Pensil Mekanik

c. Penggaris

d. Busur

e. Rapidof. Pensil Warna 9.3.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

a. Peta Crop Lineb. Lembar Kerja

c. Milimeter Blok

d. Peta Geologi

e. Kertas Kalkir

9.1. Aplikasi Grafis Pola Singkapan dan Penampang Geologi9.1.1. Menentukan Pola Singkapan (Crop Line)

a. Data Permasalahan 1

Ditemukan singkapan dengan kedudukan sebagai berikut N 24o E/20o, pada peta topografi dan gambarkan pola penyebarannya.b. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 1

1) Memplotkan titik singkapan pada peta.

2) Membuat simbol singkapan batuan.

3) Membuat garis strike dan perpanjang.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (20o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian pada dip direction sesuai interval kontur.

7) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.

8) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur pada ketinggian yang sama.

9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

c. Perhitungan Strike Line Permasalahan 1Diketahui: Skala

= 1 cm : 200 cm

Interval garis kontur= 0,5 meter = 50 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = = 0,25 cm

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,25 cm.

d. Data Permasalahan 2

Ditemukan singkapan batugamping dengan kedudukan sebagai berikut N 20o E/20o, pada peta topografi dan gambarkan pola penyebarannya.e. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 2

1) Memplotkan titik singkapan pada peta.

2) Membuat simbol singkapan batuan.

3) Membuat garis strike dan perpanjang.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (20o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian pada dip direction sesuai interval kontur.

7) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.

8) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur pada ketinggian yang sama.

9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

f. Perhitungan strike Line Permasalahan 2

Diketahui: Skala

= 1 cm : 1000 cm

Interval garis kontur= 2 meter = 200 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = = 0,2 cm

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,2 cm.

g. Data Permasalahan 3

Ditemukan suatu singkapan batugamping dengan kedudukan N 15o E /20o, di koordinat lokasi 25125 N dan 13750 E pada peta topografi, serta menggambarkan pola dari penyebarannya (skala 1 : 3400).h. Prosedur Penggambaran pola Singkapan 31) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 25125 N dan 13750 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 15o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (20o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

i. Perhitungan Strike Line Permasalahan 3Diketahui: Skala

= 1 cm : 3400 cm

Interval garis kontur= 5 meter = 500 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = = 0,147 = 0,15 cm (pembulatan)

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,15 cm.

j. Data Permasalahan 4

Ditemukan suatu singkapan batulanau dengan kedudukan N 9o E /25o, di koordinat lokasi 24615 N dan 14125 E pada peta topografi, serta menggambarkan pola dari penyebarannya (skala 1 : 3400).k. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 4

1) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 24615 N dan 14125 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (25o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

l. Perhitungan Strike Line Permasalahan 4Diketahui: Skala

= 1 cm : 3400 cm

Interval garis kontur= 5 meter = 500 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = 0,147= 0,15 cm (pembulatan)

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,15 cm.

m. Data Permasalahan 5

Ditemukan suatu singkapan batubara dengan kedudukan N 12o E /18o, di koordinat lokasi 25000 N dan 14250 E pada peta topografi, serta menggambarkan pola dari penyebarannya.

n. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 5

1) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 25000 N dan 14250 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 12o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (18o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

o. Perhitungan Strike Line Permasalahan 5

Diketahui: Skala

= 1 cm : 3400 cm

Interval garis kontur= 5 meter = 500 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = 0,147= 0,15 cm (pembulatan)

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,15 cm.

p. Data Permasalahan 6

Ditemukan suatu singkapan batulempung dengan kedudukan N 11o E /21o, di koordinat lokasi 25000 N dan 14500 E pada peta topografi, serta menggambarkan pola dari penyebarannya.

q. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 6

1) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 25000 N dan 14500 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 10o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (23o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

r. Perhitungan Strike Line Permasalahan 6

Diketahui: Skala

= 1 cm : 3400 cm

Interval garis kontur= 5 meter = 500 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = 0,147= 0,15 cm (pembulatan)

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,15 cm.

9.1.2. Membuat Peta Geologi (Penampang Horizontal)

a. Data PermasalahanMenyatakan (menjiplak) pola-pola singkapan hasil yang didapatkan pada data permasalahan 3,4,5 dan 6 yang merupakan zona sesar, menggambarkan bentuk sebaran batuan yang sesuai dengan soal menjadi peta geologi (penampang horizontal).

b. Prosedur Penggambaran Peta Geologi

1) Menggambarkan kotak peta geologi dengan jarak-jarak penampangnya pada kertas kalkir.

2) Menggambarkan Zona Sesar dari (25125 N dan 13750), (24615 N dan (14125 E), (25000 N dan 14250 E) serta (25000 N dan 14500 E).

3) Menggambarkan pola singkapan batugamping dengan kedudukan N 15o E/20o dan batulanau sebagai perlapisan batuan diatasnya.

4) Menggambarkan pola singkapan batulanau dengan kedudukan N 9o E/25o dan batubara sebagai perlapisan batuan diatasnya.

5) Menggambarkan pola singkapan batubara dengan kedudukan N 12o E/18o dan batulempung sebagai perlapisan batuan diatasnya.

6) Menggambarkan pola singkapan batulempung dengan kedudukan N 11o E/21o dan batupasir sebagai perlapisan batuan diatasnya.

7) Menggambarkan simbol serta mewarnai sesuai dengan sebaran batuannya.

9.4.3.Membuat Sayatan (Penampang Vertikal)

Batas KP :

25075 N, 13500 E; 25075 N, 14450 E

24910 N, 13500 E; 24910 N, 14450 E

24750 N, 13500 E; 24750 N, 14450 E

a. Data Permasalahan 1

Diberi sayatan dengan koordinat 25075 N, 13500 E dengan 25075 N, 14450 E (A A) pada KP, hitung volume batubara.

b. Prosedur Penggambaran Sayatan

1) Membuat garis sayatan sesuai koordinat.

2) Membuat pola sayatan sesuai dengan ketinggian atau interval kontur. Pola sayatan yang dibuat batas KP.

3) Memberi tanda pola singkapan batubara yang terlewati pada pola sayatan.

4) Menghubungkan titik-titik ketinggian yang telah dibuat.

5) Membuat garis batas batuan dengan mengukur apparent dip dari tiap titik singkapan yang mengenai sayatan.

6) Menghitung luas dan volume batubara.

Analisa Data :

Singkapan 1 (N 15E/20)

tan apparent dip= tan true dip x sin bearing

= tan 20 x sin 75

= 0,363 x 0,965

= arc 0, 3502

= 19

c. Data Permasalahan 2

Diberi sayatan dengan koordinat 24910 N, 13500 E dengan 24910 N, 14450 E (B B) pada KP, hitung volume batubara.

d. Prosedur Penggambaran Sayatan

1) Membuat garis sayatan sesuai koordinat.

2) Membuat pola sayatan sesuai dengan ketinggian atau interval kontur. Pola sayatan yang dibuat batas KP.

3) Memberi tanda pola singkapan batubara yang terlewati pada pola sayatan.

4) Menghubungkan titik-titik ketinggian yang telah dibuat.

5) Membuat garis batas batuan dengan mengukur apparent dip dari tiap titik singkapan yang mengenai sayatan.

6) Menghitung luas dan volume batubara.

Analisa Data :

Singkapan 2 (N 9E/25)

tan apparent dip= tan true dip x sin bearing

= tan 25 x sin 81

= 0,466 x 0,987

= 0, 459

= 25

e. Data Permasalahan 3

Diberi sayatan dengan koordinat 24750 N, 13500 E dengan 24750 N, 14450 E (C C) pada KP, hitung volume batubara.

f. Prosedur Penggambaran Sayatan

1) Membuat garis sayatan sesuai koordinat.

2) Membuat pola sayatan sesuai dengan ketinggian atau interval kontur. Pola sayatan yang dibuat batas KP.

3) Memberi tanda pola singkapan batubara yang terlewati pada pola sayatan.

4) Menghubungkan titik-titik ketinggian yang telah dibuat.

5) Membuat garis batas batuan dengan mengukur apparent dip dari tiap titik singkapan yang mengenai sayatan.

6) Menghitung luas dan volume batubara.

Analisa Data :

Singkapan 3 (N 15E/20)

tan apparent dip= tan true dip x sin bearing

= tan 20 x sin 75

= 0,363 x 0,965

= arc 0, 3502

= 19

9.4.4. Analisa Perhitungan Volume Total Batubara

a. Perhitungan Luas Batubara

Skala horizontal 1 : 3400, berarti 1 cm pada peta = 34 m di lapangan. Sedangkan skala vertikal 1 : 2500, berarti 1 cm pada peta = 25 m di lapangan. Jadi, pada 1 kotak milimeter blok sama dengan 34 m x 25 m = 850 m di lapangan.

1) Analisa Sayatan 1

Jumlah kotak batubara = 12 kotak

Luas batubara (L1)= 12 x 850 m

= 10200 m

2) Analisa Sayatan 2

Jumlah kotak batubara= 5 kotak

Luas batubara (L2)= 5 x 850 m

= 4250 m

3) Analisa Sayatan 3

Jumlah kotak batubara= 15 kotak

Luas batubara (L3)= 15 x 850 m

= 12750 m2b. Perhitungan Volume Total Batubara

1) Volume Batubara Sayatan 1 dengan Sayatan 2

V1 = L1 + L2 x jarak vertikal 2V1 = 10200 + 4250 x 4,5 m = 32512,5 m3 22) Volume Batubara Sayatan 2 dengan Sayatan 3

V2 = L2 + L3 x jarak vertikal 2V2 = 4250 + 12750 x 4,5 m = 38250 m3 23) Volume Total BatubaraVt = V1 + V2

Vt = 32512,5 + 38250 = 70762,5 m3c. Perhitungan Berat Total Batubara1) Berat Batubaram1 = V1 x P batubara

= 32512,5 m3 x 1,3 ton/m3 = 42266,25 ton

2) Berat Batubara

m2 = V2 x P batubara

= 38250 m3 x 1,3 ton/m3 = 49725 ton

3) Berat Total Batubara

mt = m1 + m2 = 42266,25 + 49725

= 91991,25 ton 9.4. Kesimpulan1. Pola singkapan adalah suatu bentuk penyebaran batuan dan struktur yang tergambarkan dalam peta geologi.

2. Singkapan adalah kenampakan lapisan batuan yang tersingkap dimuka bumi.3. Aturan yang menentukan pola singkapan dan hubungannya antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief disebut Hukum V. 4. Peta geologi adalah peta yang menggambarkan keadaan geologi suatu daerah dengan skala tertentu.5. Besar dan bentuk pola singkapan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :a. Tebal Lapisanb. Topografi atau Morfologic. Besar kemiringan Lapisand. Bentuk Struktur Lipatan6. Volume batubara adalah m3Anantyo Adi WibowoH1C113012

_1415698957.unknown

_1415699290.unknown

_1415699627.unknown

_1415699668.unknown

_1415699571.unknown

_1415699200.unknown

_1319557998.unknown

_1415698931.unknown

_1319557997.unknown