BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah...

81
BAB IV KELOMPOK - KELOMPOK SOSIAL ( Social Group ) A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HIDUP YANG BERKELOMPOK Apabila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, misalnya binatang manusia dilahirkan dalam keadaan lemah baik lahir maupun bathin. Padanya tidak dilengkapi dengan berbagai instink untuk mempertahankan hidupnya melawan kejaman alam seperti halnya pada beberapa binatang. Roalitas menunjukkan bahwa manusia lahir dalam keadaan tak berdaya. Hidup maupun perkembangannya tergantung kepada orang lain minimal kepada keluarganya. Kenyataan ini tidak hanya pada bayi atau anak – anak saja, bahkan di dalam perkembangannya menuju kedewasaan seorang individu masih memerlukan bantuan orang lain. Maka dapatlah dikatakan bahwa hanya atas dasar belas kasihan orang lain dan cinta keluarganyalah yang menjadi sumber hidupnya. Dengan perkataan lain kelangsungan dan perkembangan individu tergantung dari orang lain. Setiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan perkataan lain, manusia lahir tanpa pilihan dalam masyarakat yang mana dan dalam keluarga yang bagaimana ia harus lahir. Keadaan yang demikian memerlukan penyesuaian dalam tuntutan hidupnya dalam arti yang seluas – luasnya. Ini semua perlu dipelajari orang lain dan terlalu sedikit yang diperolehnya dari instink.

Transcript of BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah...

Page 1: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

BAB IVKELOMPOK - KELOMPOK SOSIAL

( Social Group ) 

A.     MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HIDUP YANG BERKELOMPOKApabila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, misalnya binatang manusia

dilahirkan dalam keadaan lemah baik lahir maupun bathin. Padanya tidak dilengkapi

dengan berbagai instink untuk mempertahankan hidupnya melawan kejaman alam seperti

halnya pada beberapa binatang. Roalitas menunjukkan bahwa manusia lahir dalam

keadaan tak berdaya.

Hidup maupun perkembangannya tergantung kepada orang lain minimal kepada

keluarganya. Kenyataan ini tidak hanya pada bayi atau anak – anak saja, bahkan di dalam

perkembangannya menuju kedewasaan seorang individu masih memerlukan bantuan

orang lain. Maka dapatlah dikatakan bahwa hanya atas dasar belas kasihan orang lain

dan cinta keluarganyalah yang menjadi sumber hidupnya. Dengan perkataan lain

kelangsungan dan perkembangan individu tergantung dari orang lain.

Setiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah

suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

perkataan lain, manusia lahir tanpa pilihan dalam masyarakat yang mana dan dalam

keluarga yang bagaimana ia harus lahir. Keadaan yang demikian memerlukan

penyesuaian dalam tuntutan hidupnya dalam arti yang seluas – luasnya. Ini semua perlu

dipelajari orang lain dan terlalu sedikit yang diperolehnya dari instink.

Proses antara hubungan ini berlangsung terus dan berkembang sesuai dengan

perkembangan tuntutan hidupnya, bahkan setiap individu dituntut untuk mempelajari

berbagai kecakapan demi kelangsungan hidupnya. Keadaan  demikian inni menyebabkan

manusia selalu ingin hidupnya bersama dengan orang lain ( grogoriousnoss ), sering

orang menyebut manusia adalah sosial animal, atau menurut Aristoteles Zoon Politicon

( makhluk sosial ).

Hidup manusia adalah interdependen ( saling tergantung ). Proses antar hubungan

dan antar aksi manusia hanyalah perwujudan dari pada azas interdependen itu. Manusia

saling membutuhkan sesamanya dari kelangsungan hidup dan kesejahteraannya.

Kesemuanya ini berlangsung dalam kehidupan sosial.

Page 2: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Pada suku – suku tertentu dalam masyarakat primitif, manusia harus hidup

bersama, bekerja bersama untuk mempertahankan hidup, baik terhadap ancaman

alamiah maupun musuh – mush mereka. Dalam masyarakat dengan peradabannya yang

relatif moderan manusiapun membutuhkan kerjasama dan persatuan. Di dalam hubungan

antar manusia dengan manusia akibat hubungan – hubungan tadi. Sebab reaksi

tersebutlah yang menyebabkan seseorang menjadi bertambah luas, dalam memberikan

reaksi tersebut ada suatu kecenderuangan manusia untuk memberikan keserasian

dengan tindakan – tindakan orang lain.

Atas dasar uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa sejak dilahirkan

manusia mempunyai dua hasrat yaitu :

a.    Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain yang berada disekelilingnya (yaitu

masyarakat)

b.    Keinginan menjadi satu dengan suasana dalam sekelilingnya.

Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua keadaan tersebut diatad selain

dresuur – dresuur yang diperoleh dari orangn lain,  manusia dapat mempergunakan

pikirannya, atau akanya. Inilah yang membedakan manusia dengan mempergunakan

pikirannya manusia berbeda dengan binatang.

Di dalam menghadapi alam, manusia dengan akalnya menciptakan berbagai

benda seperti rumah, pakaian, dan sebagainya. Kesemuanya ini disesuaikan dengan

keadaan sekelilingnya. Manusia yang tinggal di pesisir akan berbeda rumah, pakaian

maupun peralatan hidupnya jika dibandingkan dengan manusia yang tinggal di daerah

pegunungan. Hal ini juga akan nampak jelas pada masyarakat yang berbeda iklimnya.

Kesemuanya ini menimbulkan kelompok – kelompok sosial atau social group di

dalam kehidupan manusia, karena manusia tak mungkin hidup sendiri. Kelompok sosial

tersebut adalah himpunan atau kesatuan–kesatuan manusia yang hidup bersama - sama

oleh karena adanya hubungan antar mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut

hubungan timbal balik yang saling pengaruh - mempengaruhi dan juga adanya kesadaran

saling tolong menolong. Tetapi hendaknya diingat bahwa setiap himpunan manusia dapat

di sebut kelompok sosial.  Sebab untuk dapat dinamakan kelompok social diperlukan

syarat - syarat,   yakni :

a.      Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa ia merupakan bagian - bagian

dari kelompok yang bersangkutan.

b.      Ada hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan yang lain.

Page 3: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

c.      Ada suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota - anggota kelompok itu, sehingga

hubungan antara mereka bertambah erat. Factor tadi dapat berupa nasib yang sama,

tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan sebagainya.

d.      Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku

 

B.    PENDEKATAN SOSIOLOGIS TERHADAP KELOMPOK SOSIAL.Seorang sosiologi, di dalam menelaah masyarakat manusia akan banyak

berhubungan dengan kelompok - kelompok social, baik yang kecil seperti misalnya

kelompok keluarga, kelompok siswa - siswi sekolah, ataupun kelompok - kelompok yang

besar seperti misalnya masyarakat desa, masyarakat kota, bangsa dan lainnya.

Sebagai sosiolog, sekaligus dia merupakan anggota salah satu kelompok social tersebut,

maupun sebagai seorang yang meneliti kehidupan kelompok tersebut secara ilmiah.

Semakin mendalam penelitiannya tadi, semakin timbul kesadarannya bahwa sebagian

dari kepribadiannya terbentuk oleh kehidupan berkelompok tersebut dan bahwa ia hanya

merupakan unsur yang mempunyai kedudukan dan peranan yang kecil. Kelompok -

kelompok social seperti tersebut, yang paling kecil adalah keluarga.

Di dalam keluarga terjadi saling interaksi, yang mana akan menimbulkan tukar - menukar

pengalaman antara yang satu dengan yang lain. Setiap anggota dari anggota keluarga

mempunyai pengalaman yang diperolehnya dari luar keluarga tersebut, waktu berada

diluar rumah. Pada saat demikian tidaklah semata - mata terjadi tukar menukar

pengalaman, akan tetapi juga terjadi pengaruh - mempengaruhio yang besar dalam

masing - masing individu sehingga akan membentuk kepribadian masing - masing.

Penelitian terhadap sosial experience tersebut sangat penting  untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh kelompok terhadap individu dan bagaimana reaksi individu terhadap

pengaruh tadi dalam proses pembentukan kepribadian.

Suatu kelompok social tidak mungkin statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami

perubahan - perubahan baik dalam aktivitas maupun dalam bentuknya. Suatu kelompok

social dapat menambah alat perlengkapan untuk dapat melaksanakan fungsi - fungsinya,

dapat memperluas ruang lingkupnya, dapat menambah anggota - anggotanya, dan

sebagainya tetapi dapat pula sebaiknya.

Page 4: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

C.    MACAM - MACAM KELOMPOK - KELOMPOK SOSIAL 1.      Klarifikasi tipe - tipe kelompok sosial

Menurut besar kecilnya jumlah anggota kelompk, Georg Simmol menyebutkan

bentuk yang terkecil dari kelompok social yang dikenal dengan monad, yang hanya

terdiri  dari satu orang saja; untuk dua orang adalah dyad serta triad untuk tiga orang.

Teori Georg Simmol ini kemudian dikembangkan oleh Leopld Van Wiese dan Howard

Becker.

Ukuran lain dasarnya ialah derajad interaksi sosial.  Beberapa sosiolog

memperhatikan pembagian atas dasar kelompok - kelompok dimana anggota -

anggotanya saling kenal - mengenal ( face to face grouping ), seperti misalnya

keluarga, rukun tetangga dan desa, dengan kelompok sosial seperti kota, koperasi

dan Negara, dimana anggotanya tidak mempunyai hubungan yang erat.

Ukuran tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan memperhatikan

tinggirendahnya derajad hubungan antara anggota – anggota kelompok sosial

tersebut.

Suatu ukuran lainnya adalah ukuran kepentingan dan wilayah. Suatu

community (masyarakat setempat) misalnya, merupakan kelompok- kelompok atau

kesatuan – kesatuan atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan –

kepentingan yang khusus / tertentu. Sudah tentu anggota – anggota community

ataupun ascociation sedikitnya sadar akan adanya kepentingan – kepentingan

bersama walaupun hal itu tidak dikhususkan secara terinci atau dijabarkan lebih

lanjut. 

Berlangsungnya suatu kepentingan, merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe

- tipe sosial. Suatu kerumunan misalnya merupakan kelompok yang hidup sebentar

saja, oleh karena kepentingannyapun tidak berlangsung lama. Lain halnya dengan

kelas atau community yang kepentingan – kepentingannya secara relatif bersifat tetap

atau permanen. Selanjutnya dapat dijumpai pula klasifikasi atas dasar derajad

organisasi. Kelompok – kelompok sosial terdiri dari kelompok – kelompok yang

terorganisir dengan baik sekali seperti misalnya negara, sampai pada kelompok –

kelompok yang hampir – hampir tak terorganisir seperti misalnya suatu kerumunan.

Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi

tipe – tipe kelompok sosial  tersebut adalah ukuran jumlah atau derajadinteraksi sosial

atau kepentingan – kepentingan kelompo atau organisasinya maupun kombinasi dari

Page 5: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

ukuran – ukuran tersebut. Dalam berbicara tentang kelompok, jangan berprasangka

bahwa antara kelompok dan individu merupakan pasangan yanng saling bermusuhan;

kelompok sosial merupakan bentuk kehidupan yang nyata. ada pendapat yang

mengatakan bahwa tak ada perilaku kelompok; Hal ini harus dibaca bahwa gejala–

gejala sosial merupakan hasil daripada perikalakuan individu – individu yang khusus.

2.      Kelompok - kelompok social dipandang dari sudut individuDi dalam masyarakat yang masih sederhana, seorang individu secara relatif

menjadi anggota dari kelompok yang terbatas jumlahnya. Kelompok  tersebut terjadi

atas dasar kekerabatan, usia, seks dan kadang – kadang atas dasar perbedaan

pekerjaan dan kedudukan. Hal yang perlu diingat dalam masyarakat yang sederhana

adalah bahwa keanggotaan pada keompok tidak selalu bersifat sukarela.

Di dalam masyarakat yangn moderen, seorang anggota masyarakat sudah

tergabung dalam ikatan khusus, misalnya : seks, ras dan sebagainya. Namun dalam

kelompok ini keanggotan dalam masrayakat tertentu / kelompok tertentu bersifat

sukarela. Dengan demikian maka terdapat derajad tertentu serta arti tertentu bagi

individu – individu tadi, sehubungan dengan anggota kelompok sosial.

3.      In - group dan Out – groupDi dalam kelompok in group, masing – masing individu saling

mengidentifikasikan diri dengan kelompoknya. Sikap – sikap in group pada umumnya

didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai  perasaan dekat dengan

anggota – anggota kelompok.

Out group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in

groupnya, yang sering diartikan dengan istilah kami atau kita dan mereka. Sikap –

sikap out – group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang yang berwujud suatu

antaginisme atau antipati. Perasaan in – group atau out – group atau perasaan dalam

serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan

othnocontrisme, atau chouvinisme.

In group dan out – group dapat dijumpai pada semua masyarakat, walaupun

kepentingannya tidak selalu sama. Dalam masyarakat yang sederhana, mungkin

jumlahnya tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan masyarakat yang

Page 6: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

kompleks, walaupun dalam masyarakat yang sederhana tadi pembedaannya tak

begitu nampak dengan jelas.

4.      Primary group dan Socondary groupPembedaan ini dikemukakan oleh Charles H. Coolay dalambukunya “Social

Organization” pada tahun 1909.

Primary group adalah kelompok utama dimana anggota – anggotanya saling

kenal- mengenal antara para anggota dan serta kerjasama yang bersifat pribadi.

Sebagai hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu –

individu dalam satu kelompok hingga tujuan individu adalah tujuan kelompoknya.

Bentuk kerjasama dalam kelompok ini, selain bersifat pribadi, juga spontan. Secara

psikologis hubungan yang demikian adalah peleburan dan cita – cita individu dengan

cita – cita dan tujuan kelompoknya.

Wujud kelompok ini bersifat homogen dalam arti tidak ada kepentingan

individudan kelompok. Dapat dikatakan bahwa hubungan serta kehidupan anggota

kelompok bersifat harmonis. Hubungan yang erat ini karena ada hubungan bathin, pun

pula jumlahnya relatif kecil. Hubungan yang antar anggota, karena saling mengenal

dalam kelompok ini terdapat kesamaan tujuan yang bersifat pribadi, spontan dan

iklusif.

Kelompok sosial dalam bentuk primary group ini hampir samadengan kelompok

sosial gemainschaaft dari Ferdinad Tonies dan Charlos P. Loomis dalam bukunya

Reading in Sociology. Gemainschaaff adalah bentuk kehidupan bersama, dimana

anggota – anggotanya diikat oleh ikatan batin yang murni dan bersifat alamiah serta

bersifat kekal Dasar hubungan tersebut adalah rasacinta dan persatuan batin yang

memang telah dikodratkan dalam kehidupan tersebut. Hal ini dapat kita lihat

dalamkehidupan keluarga, kelompok kekerabatan rukun tetangga dan sebagainya .

Menurut Toniesbentuk kehidupan bersama didasarkan atas kemauan asasi

manusia yang disebut wosenwillw, yang berarti kemauan yang dikodratkan yang

timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Kelompok gemainschaaft mempunyai ciri –

ciri sebagai berikut:

Intimate artinya hubungan antara anggota -anggotanya bersifat menyeluruh dan

mesra sejali.

Page 7: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Prifate, artinya hubungan tersebut bersifat pribadi, karena memang hanya terdiri

dari beberapa orang saja.

Eksklusif, artinya bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk in – groupnya saja,

tidak untuk orang – orang lain, diluar groupnya (out group)

Di dalam setiap masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga  tipe

gemainschaaft yaitu :

1.    Gemainschaaft by blood, yaitu ikatan yang didasarkan pada darah atau keturunan,

misalnya keluarga, klan, kelompok kekeluargaan.

2.     Gemainschaaft of place, yaitu kelompok yang terdiri dari prang berdekatan

tempatnya, hingga diantara mereka dapat saling tolong – menolong; misalnya RT,

RW, arisan dan sebagainya.

3.    Gemainschaaft by mind, yaitu jenis kelompok yang terdiri dari orang – orang yang

walaupun tak mempunyai hubungan jiwa dan pikiran yang sama misal parpol,

serikat buruh, organisasi profesi dan sebagianya.

Gecondary group, yaitu kelompok besar yang terdiri dari banyak anggota, dimana

hubungan antara anggotanya tak perlu berdasarkan kenal – mengenal secara pribadi,

dan sifatnya juga tak begitu langgeng. Jadi hubungan – hubungan diantara

anggotanya bersifat hubungan secunder. Pihak – pihak yang mengadakan kontak

tersebut dengan tujuan dan motif tertentu. Jadi hubungan timbul untuk segala sesuatu

yang berhubungan dengan pelaksanaan hak – hak serta kewajiban masing – masing.

Hubungan semacam ini, dapat kita lihat dalam kontak jual beli, kontak kerja, CV, NV,

dan sebagainya.

Bentuk kelompok semacam ini, dapat kita jumpai pula pada geaselschaaft,

dimana terdapat ikatan lahir yang pokok, untuk jangka waktu yang pendek; strukturnya

bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan sebagai sebuah mesin.

Gessolaschaaft ini terutama terdapat di dalam perhubungan perjanjian yang

berdasarkan ikatan timbal balik, misalnya ikatan antara pedagang, kontrak kerja dan

sebagainya

5.      Formal group dan informal group Formal group adalah kelompok – kelompok yang mempunyai peraturan yang

dengan tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota – anggotanya untuk

mengatur hubungan antara para anggota – anggotanya, misalnya peraturan untuk

Page 8: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

memilih pengurus, arisan dan sebagainya. Anggota – anggotanya mempunyai

kedudukan tertentu sebagaimana telah diatur, hal mana sekaligus berarti suatu

pembatasan tugas dan wewenang baginya. Formal group sering disebut juga

association.

Dalam masyarakat banyak kita jumpai misalnya : Perkumpulan pelajar, ikatan

mahasiswa, yayasan dan sebagainya.

Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang tertentu dan

pasti. Kelompok tersebut terbentuk karena pertemuan – pertemuan yang berulang kali,

pengalaman – pengalaman yang sama dan sebagainya. Tidak ada norma – norma

yang mengatur kehidupan kelompok tersebut. Terbentuknya kelompok tidak

direncanakan dengan rapi. Misalnya terbentuknya klik – klik.

  

6.      Membership group dan Reference groupPembagian ini dikemukakan oleh Robert K. Herton. Membership group adalah

suatu kelompok dimana secara fisik setiap orang menjadi anggota kelompok tersebut.

Pembatasan anggota kelompok secara fisik memang sangat sukar dicapai, sebab

tidak mungkin membatasi kontak – kontak tersebut hanya dengan anggota

kelompoknya saja. Bahkan sering di jumpai anggota kelompok yang sudah tidak

mengadakan kontak dengan kelompok tersebut. Untuk membedakan keadaan yang

demikian sering diadakan pembedaan dengan Nominal group member dan peripheral

group member. Seorang nominal group dianggap oleh anggota yang lain sebagai

seseorang yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial sosial yang bersangkutan,

tetapi tingkat interaksinya berkurang. Sedang pada peripheral group seolah – olah

orang tersebut tidak ada hubungan lagi dengan kelompok sosial yang bersangkutan,

hingga kelompok sosial yang bersangkutan tak mempunyai wewenang apa – apa

terhadap orang tersebut.

Keadaan – keadaan seperti tersebut diatas tidak dapat dilepaskan dari sikap

kelompok tersebut terhadap anggota – anggotanya kelompoknya. Sebab ada

kelompok terbuka dimana kelompok sosial tersebut menghendaki jumlah anggota

yang sebanyak – banyaknya. Misalnya pada partai politik. Sebaliknya pada kelompok

sosial tersebut yang tertutup, anggota – anggota bersifat eksklutif hingga bentuk

membership group ini lebih mudah terpelihara.

Page 9: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang

sebagai anggota kelompok bukanlah secara fisik tetapi pembentukan pribadi dan

perilakunya. Seringkali terjadi juga sesuai dengan reference group.

Pada pokoknya terdapat dua macam reference group, yaitu :

1.      Tipe normatif yang menentukan dasar – dasar bagi kepribadian seseorang.

2.     Tipe perbandingan yang merupakan suatu pegangan bagi individu–individu

dalam menilaikepribadiannya.  Yang pertama merupakan sumber nilai – nilai bagi

individu baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota kelompok tersebut.

Contoh ASRI sering berpegang teguh pada tradisi – tradisi yang dipelihara oleh

veteran.

Tipe yang kedua lebih dipakai sebagai perbandingan untuk memberi

kedudukan seseorang, misalnya status ekonomi seseorang yang semasyarakat.

7.      Pembagian menurut Von WieseVon Wiese dalam bukunya Systimatic Sociology telah mengadakan

pembagian kelompok sosial sebagai berikut:

1.      Golongan pasangan atau golongan perseorangan.

a.      Pasangan menurut seks : suami -istri

b.      Pasangan menurut keturunan : anak – orang tua.

c.      Pasangan persahabatan.

Pasangan – pasangan tersebut merupakan psangan yang sesungguhnya

misalnya : hakim, terdakwa, opsir prajurit dan sebagainya.

2.      Golongan yang bersifat sementara :

a.      Kelompok

b.      Himpunan manusia, massa

c.      Pembaca umum

d.      Pendapat umum

3.      Golongan asli

4.      Golongan samar

Dalam pembagian ini dapat kita lihat sebagai kriteria untuk di sebut kelompok

sosial tidak selalu dikaitkan dengan hadir tidaknya anggota – anggota kelompok. Jadi

hadir tidaknya anggota – anggota kelompok secara fisik tidak digunakan ssebagai

kriteria pokok.

Page 10: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

D.    KELOMPOK – KELOMPOK SOSIAL YANG TIDAK MELEMBAGAKelompok – kelompok ini sering disebut kelompok yang tidak teratur, karena

didalamnya tidak ada norma – norma yang mengikat anggota kelompok.Kelompok ini

kadang – kadang terjadi secara temporer. Contoh – contohnya, misalnya :

1. Massa atau kerumunan

Kelompok ini merupakan kumpulan – kumpulan manusia secara fisik,

meskipun kadang – kadang tanpa adanya interaksi antara mereka. Dapat pula terjadi

karena kesadaran yang sama dalam batas tertentu sehingga timbul suatu ikatan sosial.

Ikatan sosial seperti ini bersifat sementara, dan akan hilang kalu orang – orangnya

telah hilang pula. Misalnya pada waktu orang melihat tontonan, menunggu kereta api,

bus, orang – orang berbelanja dan sebagainya.

Kelompok semacam ini jelas tidak teroganisir, tidak ada pimpinannya, tidak

ada pelapisan sosial dan pembagian kerja. Interaksi diantara mereka bersifat spontan

dan tidak terduga. Ikatan hanya selama mereka mempunyai kepentingan yang sama.

Dalam hal ini, mereka menpunyai kedudukan yang sama. Sifat – sifat yang dimiliki oleh

kelompok ini, antara lain bersifat spontan, sugestiblo, destruktif, tak mempunyai

kesadaran dan mempunyai kekeuatan yang lebih.

Untuk membubarkan massadiperlukan usaha untuk mengalihkan pusat

perhatiannya. Meskipun demikian massa dapat diarahkan pada usaha- usaha yang

baik.

1. Publik atau khalayak umum

Publik ini merupakan kesatuan fisik, yang timbul melalui alat komunikasi,

misalnya masmedia, film, surat – menyurat dan sebagainya. Tetapi dapat juga timbul

dari komunikasi yang tidak langsung misalnya melalui : desas desus, issue – issue,

pembicaraan pribadi yang berantai dan sebagainya.

 

 Alat penghubung semacam ini memungkinkan suatu untuk mempunyai

pengikut – pengikut yang luas dan besar jumlahnya. Setiap aksi dari pada publik selalu

diprakarsai oleh keinginan – keinginan individual. Sebab tiap – tiap individu dalam

publikasi mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial yang sesungguhnya, dan

masih mementingkan kepentingan – kepentingan pribadi dari kepentingan –

kepentingan pribadi dari kepentingan kelompoknya.

Page 11: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Dengan demikian tingkah laku dan tindakan publik selalu di dasarkan atas

tingkah laku individu. Untuk memudahkan mengumpulkan pendapat dalam publik

tersebut sering dipergunakan cara – cara mengkaitkan nilai – nilai sosial / tradisi dalam

masyarakat yang sudah diakui keagungannya atau kadang – kadang dengan

menyiarkan berita – berita baik yang benar atau yang palsu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

BAB VPROSES – PROSES SOSIAL

Page 12: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

 

A.     Pembatasan pengertian Proses sosial merupakan suatun proses, yang berarti bahwa ia merupakan suatu

gejala perubahan, gejala penyesuaian diri gejala pembentukan. Semua gejala ini di

sebabkan karena individu – individu dalam kelompok menyesuaikan diri satu sama lain,

menyesuaikan diri dengan keadaan. Usaha ini akan terus menerus di lakukan selama

kelompok itu bernilai baginya, selama dirasakannya ia memerlukan kelompok untuk

kemajuan dan perkembangan dirinya. Karena itu proses ini menjurus menjadi proses

sosialisasi.

Sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan

diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar supaya dapat

berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

Proses ini dapat berjalan dengan serasi, dapat pula terjadi melalui pertentangan,

akan tetapi selama individu merasa memerlukan kelompoknya maka ia akan bersedia

untuk mengadakan beberapa kompromi terhadap tuntutan kelompok. Proses sosialisasi

ini terjadi melalui interaksi sosial, yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu

proses pengaruh – mempengaruhi. Karena masyarakat terdiri dari individu – individu yang

juga berinteraksi satu sama lain, maka terjadilah perubahan terhadap masyarakat itu pula.

Karena itu, pula proses sosial dapat pula di definisikan sebagai perubahan – perubahan

dalam struktur masyarakat sebagai hasil dari komunikasi dan usaha pengaruh –

mempengaruhi para individu dalam kelompok. Individu secara tidak sadar, sambil

menyesuaikan diri juga mengubah secara tidak langsung dan masyarakatnya, dapat

dikatakan bahwa setiap individu maupun kelompok mempunyai peranan atau fungsi

dalam masyarakatnya.

Melalui proses sosial dan sosialisasi inilah, dengan sendirinya akan terbentuk

masyarakat kelompok sosial.

B.    Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kahidupan sosialSebagai pembentukan kelompok terjadi melalui proses interaksi dan proses sosial

demikian pula pembentukan masyarakat terjadi melalui proses interaksi antar kelompok.

Kedua proses pembentukan kelompok maupun proses pembentukan masyarakat (luas)

terjadi melalui komunikasi yang dimaksud dengan interaksi disini adalah adanya aksi dan

reaksi diantara orang-orang. Jadi, tidak mempedulikan hubungan tersebut bersifat

bersahabat, atau bermusuhan, apakah formil atau informal, apakah dilakukan secara

Page 13: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

berhadapan langsung ataukah melalui simbul-simbul. Seperti bahasa tulisan yang

disampaikan dari jarak ribuan kilometer jauhnya. Semuanya itu tercakup di dalam konsep

interaksi sosial, selama hubungan itu mengharapkan adanya satu atau lain bentuk respon.

Ada empat cirri dari interaksi sosial yang penting yaitu :

1.      Jumlah pelakunya lebih dari satu orang, bisa dua atau lebih.

2.      Adanya komunikasi antar para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.

3.      Adanya satu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang.

4.      Adanya suatu tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya dengan yang

diperkirakan oleh para pengamat (vin Bentrand, 1980.28)

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa permulaan dari interaksi sosial ialah

adanya kegiatan yang harus melibatkan sikap, nilai maupun harapan individu. Karena

inilah proses sosial merupakan suatu proses yang didasarkan pada kegiatan pengaruh-

mempengaruhi, merupakan suatu proses yang dinamik, merupakan suatu hasil resultante

gaya dan usaha pengaruh-mempengaruhi tadi, yang melibatkan sistem nilai maupun

sikap yang akhirnya akan menyebabkan (sering dengan sendirinya) modifikasi dari sikap

ataupun tindakan masing-masing pesertanya. Selanjutnya untuk membuktikan apakah

suatu interaksi terjadi atau tidak, haruslah di teliti apakah dari kegiatan bersama tadi,

terjadi perubahan sikap atau tindakan pada pihak yang berpartisipasi, apakah terjadi

modifikasi atau perubahan dalam kepribadian ataupun system nilai individu yang terlibat

dalam proses tadi. Dengan hasil dari suatu hubungan social haruslah diukur melalui

perubahan yang dapat dilihat ataupun dirasakan, yaitu apakah setelah adanya kontak

social tadi, terjadi perubahan sikap, perubahan pendapat bahkan perubahan system nilai

dari pihak yang terlibat. Adapun kemungkinan akan perubahan sikap demikian hanya

mungkin apabila terdapat suatu “mutual response and inner adjustment of behavior to the

actions of there”.

Dari apa yang telah dibahas jelaslah bahwa komunikasi merupakan dasar dari

proses social dan komunikasi merupakan titik tolak penelitian terbanyak ilmu pengetahuan

social.

C.    Syarat – syarat terjadinya interaksi sosial

Page 14: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Suatu interaksi social tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua

syarat, yaitu :

1.      Adanya kontak sosial (social contact)

2.      Adanya komunikasi

Bagaimana jalannya proses interaksi yang didahului oleh suatu pemikiran atau idea yang

mendapat respon (menyebabkan interaksi) adalah :

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa :

a.      Kelompok sosial ditentukan kriteria :

1)     Interaksi sosial

2)     Mempunyai tujuan yang sama atau bersama

b.      Kelompok sosial (sebagai life group) apabila diteliti oleh sosiologi perlu juga meneliti :

1)     Pengaruh timbal balik antar pribadi (interplay of personality)

2)     Pengaruh timbal balik antar pribadi sebagai kesatuan-kesatuan yang dinamik dan

berubah.

3)     Ada tidaknya cukup peranan in group atau out group pada anggota kelompok, hal

mana dapat dicerminkan dalam sence of belonging ess dan feeling dari anggota-

anggotanya.

Karena manusia berfikir maka dengan sendirinya melalui komunikasi dan interaksi

ia akan berusaha (secara sadar maupun tidak sadar) mengubah situasinya dalam

masyarakatnya dinamika ini terasakan melalui proses social dan proses interaksi dalam

masyarakat.

D.    Kehidupan yang terasingKehidupan terasing yang sempurna ditandai dengan suatu ketidakmampuan untuk

mengadakan interaksi social dengan fihak-fihak lain. Sudah barang tentu seorang yang

hidup terasing sama sekali, dapat melakukan tindakan-tindakan, misalnya terhadap alam

sekitarnya, akan tetapi hal itu tak akan mendapat tanggapan apa-apa.

Kehidupan terasing dapat disebabkan karena secara badaniah seseorang sama

sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnya. Factor lain, seseorang

dapat pula terasing karena cacat pada salah satu inderanya, selanjutnya hal tersebut juga

dipengaruhi oleh perbedaan ras atau kebudayaan yang kemudian menimbulkan

prasangka-prasangka diasingkan dari kasta tertentu.

Page 15: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Pada beberapa suku bangsa di Indonesia yang tertutup atau terasing dan kurang

mengadakan hubungan dengan dunia luar, agak sulit juga untuk mengadakan suatu

interaksi social. Hal ini antara lain, disebabkan oleh karena adanya suatu prasangka buruk

terhadap warga-warga suku bangsa lain, dan juga terhadap pengaruh yang masuk dari

luar, yang dikhawatirkan akan dapat merusak norma-norma yang tradisional. Atas dasar

prasangka demikian, sulit untuk mengadakan interaksi social, oleh karena komunikasi tak

dapat berlangsung dengan baik.

E.     Bentuk – bentuk interaksi sosial Dalam hubungan sehari-hari dalam masyarakat, kita dapat menemukan keadaan :

1.    Dalam kontak social terbentuk dua kelompok pendapat, yaitu : yang bertentangan dan

yang bekerja sama (oposisional dan kooperatif)

2.    Pendapat yang bertentangan dalam bentuk :

a.      Persaingan, yaitu apabila fihak yang bersaingan menyetujui saingan ini.

b.      Pertentangan yaitu apabila masing-masing fihak berusaha untuk meniadakan

fihak lain.

3.    Pendapat atau sikap yang bekerja sama atau kooperatif :

a.    Akomodasi yaitu apabila setelah pertentangan (conflict masing-masing fihak

berpendapat bahwa mereka harus mengadakan toleransi terhadap satu sama

lain).

b.    Asimilasi, yaitu apabila diantara dua sikap atau pendapat yang bertentangan yang

satu diserap seluruhnya atau ditiadakan oleh pihak yang lain.

c.    Akulturasi, yaitu apabila antara dua pendapat atau sikap yang bertentangan terjadi

integrasi.

Mungkin penyelesaian tersebut hanya bersifat sementara, ini berarti bahwa kedua belah

pihak belum tentu puas sepenuhnya.

Gillin dan Gillin dalam bukunya : Cultural Sociology a revision of An Introduction to

Sociology, hal 501 mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada

dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu :

Page 16: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

1.      Proses yang asosiatif (proses of association) yang terbagi ke dalam tiga bentuk

khusus, yaitu :

a.      akomodasi,

b.      asimilasi, dan

c.      akulturasi

2.      Proses yang disosiatif (proses of dissosiation) yang mencakup :

a.     persaingan

b.    persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan atau pertikaian

(conflict).

Sistematika lain pernah pula dikemukakan oleh Kimball Young dalam bukunya

Sociology, a study of society and culture. Menurut dia bentuk-bentuk proses social

adalah :

1.    Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan pertentangan atau

pertikaian (conflict).

2.    Kerjasama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi, dan

3.    Differensiation yang merupakan suatu proses dimana orang-perorangan di dalam

masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan

orang-orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan.

Differensiation tersebut menghasilkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

Dalam tulisan ini akan diterangkan berbagai sistematika yang tersebut diatas. Proses-

proses interaksi yang pokok adalah :

1.      Proses-proses yang asosiatif

a.      Kerjasama (Cooperation)

Kerjasama merupakan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Bentuk-

bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia.

Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai

cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama; kesadaran akan adanya

kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan faktor-

faktor yang penting dalam kerjasama yang berguna.

Page 17: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat maka

kebudayaan itu mengarahkan dan mendorong terjadinya kerjasama. Sehubungan

dengan bentuk kerjasama, ada tiga bentuk kerjasama yaitu : (Soerjono Soekanto,

1996, 62).

a.    Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang

dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih,

b.    Co-operation, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam

kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah

satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas

organisasi yang bersangkutan.

c.    Coalition, adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai

tujuan-tujuan yang sama. Coalition dapat menghasilkan keadaan yang tidak

stabil untuk sementara waktu, oleh karena dua organisasi atau lebih tersebut

kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Akan tetapi karena maksud utamanya adalah untuk mencapai satu atau

beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. Bentuk-bentuk

kerjasama diatas dapat digunakan dalam organisasi pemerintah, pendidikan,

ekonomi dan organisasi yang lain.

b.      Akomodasi ( Acomodation )

Akomodasi adalah suatu keadaan adanya suatu keseimbangan dalam

interaksi antara orang-perorang dan kelompok-kelompok manusia, sehubungan

norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Bentuk-bentuk akomodasi, meliputi :

1)     Coercion, adalah akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan paksaan.

2)     Compromise, adalah bentuk akomodasi, dimana fihak-fihak yang terlibat

masing-masing mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian

terhadap perselihan yang ada.

3)     Srbitration, merupakan cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak

yang berhadapan, masing-masing tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.

4)     Mediation, adalah cara untuk menyelesaikan suatu masalah dengan

mendatangkan fihak ketiga, tetapi sifatnya netral, jadi hanya mengusahakan

agar terwujud suatu penyelesaian.

Page 18: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

5)     Conciliation, adalah usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan fihak-

fihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu penyelesaian bersama.

6)     Tolerantion, adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal

bentuknya.

7)     Stalemate, adalah merupakan akomodasi, dimana fihak-fihak yang berselisih

berhenti pada titik tertentu, karena mempunyai kekuatan yang seimbang.

8)     Adjudication, adalah penyelesaian perkara dipengadilan.

Dengan adanya macam-macam akomodasi tersebut diatas masih saja ada

masalah yang dapat dibereskan; namun ada juga masalah yang tidak dapat

diselesaikan dengan baik.

Hasil-hasil akomodasi

1)    Akomodasi menyebabkan usaha-usaha untuk mengurangi benih-benih yang

dapat menyebabkan perselisihan.

2)     Menekan oposisi.

3)     Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda

4)     Perubahan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan supaya sesuai dengan

keadaan yang baru.

c.      Asimilasi

Asimilasi adalah proses social yang telah lanjut yang ditandai oleh makin

kurangnya perbedaan antara individu-individu dan antara kelompok-kelompok dan

makin eratnya persatuan aksi, sikap-sikap dan proses mental yang berhubungan

dengan kepentingan dan tujuan yang sama.

Apabila dua kelompok atau lebih mengadakan asimilasi satu sama lain,

garis-garis batas antara kelompok-kelompok itu mulai hilang dan ketentuan-

ketentuan itu cenderung untuk menjadi satu kelompok, setidak-tidaknya untuk

satu tujuan.

Asimilasi itu dapat berjalan lancer atau lambat. Faktor-faktor yang

memudahkan asimilasi adalah :

1)   Faktor toleransi. Dua kelompok yang berbeda kebudayaannya dan saling

berhubungan dengan penuh toleransi, memudahkan dan meningkatkan

komunikasi dan asosiasi, yang mengakibatkan makin cepatnya proses

asimilasi.

Page 19: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

2)   Faktor adanya kemungkinan yang sama di bidang ekonomi. Asimilasi antara

dua kelompok akan berjalan baik apabila tidak ada diskriminasi ekonomi, akan

tetapi ada demokrasi ekonomi.

3)   Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain. Apabila masing-masing

kebudayaan itu dapat menghormati serta mempunyai simpati terhadap nilai-

nilai yang berlaku di tiap-tiap kelompok dan yang satu tidak merasa lebih tinggi

dari yang lain, maka asimilasi itu berjalan dengan lancar.

4)   Faktor perkawinan campuran. Perkawinan campuran sangat bermanfaat bagi

asimilasi terutama di dalam masyarakat yang melaksanakan demokrasi social

politik, dan ekonomi.

2.      Proses – proses yang Disosiatif

Proses ini sebenarnya sangat di tentukan oleh faktor sistem nilai budaya dari

masyarakat tersebut. Misalnya masyaralat Indonesia pada umumnya bersifat

kooperatif, tetapi masyarakat Amerika lebih menunjukkan sifat kompetatif.

Di dalam masyarakat yang berkasta, atau masyarakat yang tertutup, gerak

sosial vertikal hampit tidak ada. Kedudukan masing – masing individu di tetntukan oleh

kelahirannya. Di dalam masyarakat ini terjadi segragasi berdasarkan kasta atau

kelompok kekerabatan.

Oposisi atau proses yang bersifat disosiatif di bedakan menjadi :

a)     Persaingan (competition)

b)     Contravention

c)      Pertentangan atau pertikaian (confliot) 

  

(a)   P e r s a i n g a n

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana orang – perorang

atau kelompok manusia saling bersaing, mencari keuntungan melalui bidang –

bidang kehidupan yang menjadi perhatian publik. Contoh :

Persaingan di bidang ekonomi

Persaingan di bidang kebudayaan

Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan tertentu di dalam

masyarakat

Persaingan karena perbedaan ras

Page 20: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

(b)   C o n t r a v e n t i o n

Contravention pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang

berada antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Contravention

terutama di tandai oleh gejala – gejala adanya ketidak pastian mengenai diri

seorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka di sembunyikan terhadap

kepribadian seseorang.

Type – Type ContraventionMenurut Von Wisse dan Becker terdapat tiga tipe umum dari contravention

yang menyangkut suatu generasi masyarakat, contravention yang menyangkut

seks, dan contravention parlementer.

Pada jaman ini perubahan berlangsung dengan cepat, sehingga hubungan

antara generasimuda dan generasi tua bersifat asosiatif. Generasi muda lebih

mudah menerima perubahan, sehingga menganggap golongan tua yang tidak mau

ikut, di cap kolot atau konu.

Contravention yang menyangkut bidang seks, terutama menyangkut

hubungan suami dengan isteri dalam keluarga dan peranannya dalam masyarakat.

Sejak di kumandangkannya emansipasi wanita, maka wanita di sejajarkan dengan

pria; namun sebenarnya, di dalam kesempatan kerja masih ada hal – hal tertentu

yang masih belum dapat di laksanakan oleh kaum wanita.

Contravention parlementer terutama berkaitan dengan hubungan antara

golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat, baik yang

menyangkut hubungan antara kedua golongan tersebut dalam lembaga – lembaga

legislatif, lembaga – lembaga keagamaan, lembaga – lembaga pendidikan dan

seterusnya.

(c)   Pertentangan (pertikaian atau konflik)

Konflik aka terjadi apabila terdapat perbedaan perbedaan yang menyangkut

segi badaniah, emosi, unsur – unsur kebudayaan, pola – pola perikelakuan dengan

pihak lain.

Sebab – musabab terjadinya pertentangan adalah :

1)     Perbedaan antara orang – perorang

2)     Perbedaan kebudayaan

3)     Bentrokan antara kepentingan – kepentingan

Page 21: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

4)     Perubahan – perubahan sosial  

BAB VIPERUBAHAN – PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

 

A.     PERUBAHAN – PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN SEBAGAI GEJALA YANG UMUM

Setiap masyarakat manusia selama hidupnya, pasti mengalami perubahan –

perubahan. Perubahan tersebut bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang

– orang luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan – perubahan yang tidak menarik

dalam arti kurang mencolok, ada pula perubahan- perubahan yang pengaruhnya lambat

sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Kenyataan adanya perubahan

tersebut, misalnya dengan adanya : depersonalisasi, adanya frustasi dan apati

( Kelumpuhan mental ) pertentangan dan perbedaan pendapat mengenai norma – norma

susila yang sebelumnya dianggap mutlak, adanya pendapat generation gap ( jurang

pengertian antar generasi ) dan lain – lain. Memang ada tidaknya suatu perubahan

masyarakat yaitu terganggunya keseimbangan ( equilibrium ) antar satuan sosial ( social

unite ) dalam masyarakat, hanya dapat dilihat melalui gejala – gejala ini.

Banyak penyebab perubahan masyarakat, yaitu antara lain ilmu pengetahun

( mental manusia ), kemajuan teknologi serta penggunaannya oleh masyarakat,

komunikasi dan transport, urbanisasi, perubahan / peningkatan harapan dan tuntutan

manusia ( rising  demande ); semua ini mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap

masyarakat yaitu perubahan masyarakat yang biasa di sebut rapid social change.

B.    PEMBATASAN PENGERTIAN I.        Definisi

Para sarjana sosiologi maupun antropologi telah banyak mempersoalkan

mengenai pembatasan pengertian perubahan – perubahan sosial dan kebudayaan.

Supaya tidak timbul kekaburan, pembicaraan akan di batasi lebih dahulu pada

perubahan sosial.

1.    William F Occurn, berusaha memberikan suatu pengertian walaupun dia tidak

memberikan definisi tentang perubahan – perubahan sosial tersebut. Dia terutama

memberikan pengertian, bahwa ruang lingkup perubahan – perubahan sosial

maupun immateriil, dengan terutama menekankan pengaruh yang besar dari unsur

– unsur kebudayaan materiil terhadap unsur – unsur immateriil.

Page 22: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

2.    Kingsley Pavis, perubahan – perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi

dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh

dalam masyarakat kapitalis, mengakibatkan perubahan – perubahan dalam

hubungan antara buruh dengan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan

– perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

3.    Mac. Iver, perubahan – perubahan sosial, dikatakannya sebagai perubahan –

perubahan dalam hubungan – hubungan sosial (social relationships ) atau sebagai

perubahan terhadap keseimbangan ( equilibrum ) hubungan sosial tersebut.

4.    Gillin dan Gillin, mengatakan bahwa perusahan sosial adalah suatu variasi dari cara

hidup yang telah di terima, yang di sebabbkan baik karena perubahan – perubahan

kondisi geografis kebudayaan material, kompisi penduduk, ideologi maupun karena

adanya difusi ataupun penemuan – penemuan baru dalam masyarakat tersebut.

5.    Samuel Koening, mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial menunjukkan

pada modifikasi – modifikasi yang terjadi dalam pola – pola kehidupan manusia.

Modifikasi – modifikasi tersebut terjadi karena sebab- sebab interen maupun sebab

– sebab extern.

6.    Celo Soemardjan , perubahan – prubahan sosial adalah gejala perubahan –

perubahan pada lembaga – lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,

yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai – nilai, sikap –

sikap dan pola – pola kelakuan di antara kelompok – kelompok masyarakat.

Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai

himpunan kebutuhan pokok manusia, perubahan – perubahan mana kemudian

mempengaruhi segi – segi lainnya dari struktur masyarakatnya.

7.    Koentjaraningrat, semua konsep yang di perlukan untuk menganalisa proses –

proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut dinamika sosial (Social

dynamica). Di antara konsep – konsep yang penting adalah proses – proses

internalisasi, sosialisasi, ankulturasi, evolusi kebudayaan, difusi, alkulturasi,

assimilasi, inovasi dan penemuan baru.

II.      Teori – teori tentang perubahan – perubahan sosial Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan para sosiolog telah mencoba untuk

merumuskan prinsip – prinsip atau hukum – hukum mengenai perubahan – perubahan

sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan –

Page 23: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

perubahan dalam unsur – unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat

seperti misalnya prubahan dalam unsur – unsur geografis, biologis, ekoomis, atau

kebudayaan.

Kemudian ada pula yang berpndapat bahwa perubahan – perubahan sosial

yang bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya, pendapat – pendapat tersebut pada

umumnya menyatakan bahwa perubahan – perubahan tersebut merupakan lingkaran

daripada kejadian.

Pitirim A Sorkin berpendapat bawa segenap usaha – usaha untuk mengemukakan

bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan –

perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya

lingkaran – lingkaran perubahan – perubahan sosial tersebut; akan tetapi perubahan –

perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya

gejala – gejala sosial harus di pelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan di

peroleh suatu generalisasi mengenai hal itu.

Beberapa sarjana sosiologi berpendapat bahwa ada kondisi – ondisi sosial

primer yang menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan; misalnya kondisi –

kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya

perubahan – perubahan pada aspek – aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada

pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya; salah satu

atau semua memungkinkan terjadinya perubahan – perubaha sosial.

Untuk mendapatkan hasil sebagaimana di harapkan, hubungan – hubungan

antara kondisi – kondisi dan faktor – faktor tersebut haruslah diteliti terlebih dahulu.

Penelitian yang obyektif akan dapat memberikan hukum – hukum umum mengenai

perubahan – perubahan sosial dan kebudayaan, dengan juga memperhatikan waktu

serta tempatnya perubahan – perubahan tersebut berlangsung.

 

C.    HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN – PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN – PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Kingsley Davis, berpendapt bahwa perubahan – perubahan sosial merupakan

bagian dari perubahan – perubahan dalam kebudayaan. Perubahan – perubahan dalam

kebudayaan mencakup semua bagian kebudayaan termasuk di dalamnya kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi, filsafat, dan lain sebagainya, maupun perubahan dalam bentuk

serta organisasi sosial. sebagai contoh di kemukakannya perihal perubahan – perubahan

Page 24: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

logat bahasa yang terjdi pada bahasa Aria setelah  terpisah dengan induknya. Akan tetapi

perubahan tersebut tidak mempengaruhhi organisasi sosial dari masyarakat – masyarakat

yang telah menggunakan bahasa tersebut. Perubahan–perubahan tersebut lebih

merupakan perubahan dalam kebudayaan, ruang lingkupnya luas. Sudah tentu ada

unsur–unsur kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat, akan tetapi perubahan–

perubahan dalam kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial. Seorang sosiolog

akan lebih memperhatikan perubahan–perubahan dalam kebudayaan yang bertitik tolak

dan timbul dari organisasi sosial serta yang mempengaruhi organisasi sosial.

Pendapatnya tersebut : dapat di kembalikan pada definisi–definisinya yang terdahulu

tentang masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat menurut Kingsey Devis adalah sistem

hubungan – hubungan dalam arti hubungan antara organisasi – organisasi, dan bukan

hubungan antara sel – sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berpikir dan bertingkah

laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif. E.B Tylor juga mengatakan

bahwa kebudayaan suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan dari

manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan – perubahan kebudayaan adalah

setiap perubahan dari unsur – unsur tersebut.

Sebenarnya di dalam kehidupan sehari – hari, acap kali tidak mudah untuk

menentukan letaknya garis pemisah antara prubahan – perubahan sosial dan perubahan

kebudayaan, karena sukar untuk menentukan letaknya garis pemisah antara masyarakat

dan kebudayaan. Karena tidak ada masyarakat yang tidak mempnyai kebudayaan

sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat.

Sehingga walaupun secara teroritis dan analisis pemisah antara pengertian – pengertian

tersebut dapat dipisahkan, namun dalam kehidupan yang nyata, garis pemisah tersebut

sukar dapat dipertahankan. Akan tetapi perubahan – perubahan sosial dan kebudayaan

mempunyai satu aspek yang sama, yaitu kedua – keduanya bersangkut paut dengan satu

penerimaaan dari cara – cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhannya.

Biasanya antara kedua gejala itu dapat di temukan hubungan timbal balik sebagai

hubungan sebab akibat. Akan tetapi, suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa suatu

perubahan kebudayaan tidak menyebabkan perubahan sosial. Misalnya perubahan –

perubahan dalam modal pakaian, dalam kesenian, tari – tarian, dapat terjadi tanpa

mempengaruhi lembaga kemasyarakatan atau sistem sosial. Akan tetapi sebaliknya,

sukar untuk membayangkan terjadinya perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu

Page 25: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

perubahan kebudayaan. Suatu lembaga misalnya keluarga, perkawinan, hak milik

perguruan tinggi atau negara tidak akan mengalami perubahan sosial dalam bidang

kehidupan tertentu juga tidak berhenti pada suatu titik dalam arti bahwa perubahan sosial

yang bersangkutan berdiri – sendiri, perubahan – perubahan di bidang – bidang lain akan

mengikutinya. Hal ini di sebabkan oleh karena struktur lembaga – lembaga

kemasyarakatan di dalam masyarakat yang sifatnya jalin – menjalin. Apabila suatu negara

merubah undang – undang Dasarnya atau bentuk pemerintahannya, perubahan –

perubahan yang kemudian terjadi tidak hanya terjadi terbatas pada lembaga – lembaga

politik saja. Perubahan – perubahan akan terjadi pada bidang ekonomi, struktur kelas –

kelasnya sosial, pola – pola berpikir dsb.

D.    SEBERAPA BENTUK PERUBAHAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN Perubahan masyarakat dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat, dapat di

bedakan dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Social Evolution ( Evolusi Sosial )b. Social Mobility ( Mobilitas Sosial )c. Social Revolution ( Revolusi Sosial )

A)    Social Evolution

Evolusi sosial merupakan perkembangan yang gradual, yaitu karena adanya

kerjasama harmonis antara manusia dengan lingkungannya karenanya dikenal

bentuk – bentuk evolusi :

1.      Coosmic Evolution ( evolusi Kosmic )

2.      Organic Evolution ( evolusi organic )

3.      Mental Evolution ( evolusi mental )

Evolusi kosmis adalah taraf evolusi dalam bentuk pertumbuhan,

perkembangan maupun kemunduran hidup manusia.

Evolusi organis adalah perjuangan manusia untuk mendapatkan atau

mempertahankan hidupnya. Yang di persoalkan dalam perubahan ialah mental

evolution sebagai akibat :

a)     perubahan teknologi ( technological change )

b)     perubahan kebudayaan ( cultural change )

Dalam rangka ini, dikenal pengaruh teknologi terhadap ;

Page 26: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

1)     Kelompok – kelompok sosial sendiri dengan akibat ( siacial group evolution )

yang makin kompleks.

2)     Kebudayaan (contoh : gedung – gedung dan teknik)

Semua bentuk perubahan dapat berbentuk perubahan radikal maupun perubahan

yang lambat. Bagaimana dahsyatnya perubahan tergantung dari lingkungan dan

manusianya sendiri.

Sehubungan dengan ini, sering dilupakan bahwa dalam hidup tidak semua

norma berubah serentak, melainkan bahwa sesuai dengan sifat manusia selalu ada

kebutuhan manusia yang tak berubah. Disamping itu terdapat beberapa perubahan

yang berlangsung lebih cepat daripada yang lain, juga bahwa beberapa kelompok

lebih muda menyesuaikan diri dari pada kelompok yang lain. Sering di lupakan,

adanya interpedendensi dan korelasi seperti juga antara bagian – bagian yang

berubah dan tidak berubah seperti juga antara kelompok satu dengan yang lain.

Sebagai akibat konflik terjadilah beberapa perubahan, yang berupa maladjusman

dan disorganisasi kelompok.

Jelaslah, bahwa pertentangan hanya terjadi apabila antara bagian

masyarakat yang satu dan yang lain tidak terdapat perubahan yang sama cepatnya,

atau bahwa penyesuaian dengan keadaan baru kurang cepat, dengan penyesuaian

yang harus diadakan oleh pihak atasan maupun pemerintah. Mengenai

penyesuaian, diketahui bahwa dalam dari manusia terdapat dua unsur, yaitu sifat :

1)     adaptif

2)     non adaptif

Perubahan dalam bidang materi lebih mudah terjadi dan karena itu juga

biasanya penggunaan materi mendahului penyesuaian mental. Sebaliknya

perubahan mental mendahului penyesuaian mental. Sebaliknya perubahan mental

paling sukar terjadi, demikian pula hukum dan agama yang lebih bersifat non

adaptif. Bahaya dalam masyarakat ialah bahwa antara unsur – unsur adaptif dan

non adaptif akan terdapat suatu jurang, karena dalam keadaan ini, biasanya akan

terjadi suatu revolusi.

Menurut Bogardus urutan adaptif pada manusia ialah dari adaptif termudah

menuju ke yang tersukar, sebagai berikut  :

1)     perubahan teknologi

2)     pengisian waktu senggang

Page 27: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

3)     pendidikan

4)     aktifitas dalam masyarakat

5)     suasana dalam rumah tangga

6)     agama.

Dilihat dari urutan ini, jelaskan bahwa perubahan teknologi selalu lebih cepat

dari pada perubahan budaya, yaitu karena perubahan budaya terutama merupakan

perubahan mental, sedangkan perubahan teknologi tidak selalu memerlukan

perubahan mental terlebih dahulu. Agar perubahan masyarakat dapat menjadi

kemajuan masyarakat, perubahan mental perlu mendukung perkembangan

masyarakat. Untuk masyarakat negara berkembang selanjutnya diketahui, bahwa

walaupun terdapat predisposisi untuk kemajuan akan tetapi bila fasilitas dan sumber

daya dan dana kurang presdisposisi ini sukar mendapat kemajuan.

Sorokin melihat perubahan masyarakat dari segi psikologik yaitu bahwa

perubahan terjadi karena :

1)     idectional change  ( perubahan idea )

2)     sensasional change ( pengaruh materi terhadap mental  manusia )

3)     idealistic change ( perubahan mental )

ketiga factor tersebut mempengaruhi dan menyebabkan perkembangan lebih lanjut,

bahkan dapat menentukan arah perkembangan dari perusahaan masyarakat.

Contoh dari ideational change ialah bersedianya orang memakai pakaian adat

daerahnya sendiri, sedangkan contoh dari sensasional change adalah perubahan

yang di adakan orang dalam mengatur rumah, berdasarkan apa yang dilihat dalam

film atau televise. Contoh idealistia change adalah Indonesia memproklamirkan

kemerdekaan pada tahun 1945, yang merupakan political change, juga merupakan

social change atau perubahan masyarakat secara besar - besaran untuk seluruh

masyarakat. Tahun 1945 karenanya dapat dianggap sebagai awal dari proses

perubahan masyarakat yang sampai sekarang belum dapat diatasi.

Jalan yang kita tempuh untuk kemajuan bangsa kita adalah jalan kemerdekaan,

maka konsekuensinya harus dipikul oleh seluruh masyarakat yang kita percepat

kecepatannya dengan tahun 1945.

B)    Gerakan social atau Mobilitas Sosial

Page 28: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Suatu gerakan social adalah suatu keinginan akan perubahan yang

diorganisasi. Sebab dari gerakan social adalah penyesuaian diri dengan keadaan

( ekologi ), yaitu karena di dorong oleh keinginan manusia akan hidup dalam

keadaan yang lebih baik serta pemanfaatan dari penemuan - penemuan baru. Pada

umumnya gerakan social terbentuk apabila ada konsep yang jelas apalagi bila

konsep ini mempunyai strategi yang jelas pula.

Suatu gerakan berakhir, apabila suatu idea ( oleh pengikut - pengikutnya ) dirasakan

telah terwujudkan, atau apabila keadaan telah berubah kembali.

Akibat dari mobilitas ialah adanya respons dan rangsangan  baru. Bahaya dari

mobilitas yang berlangsung terlalu lama, ialah perubahan kepribadian yang terlalu

parah, ketidak stabilan dalam masyarakat dan individu, adanya lebih banyak

rangsangan daripada perubahan yang nyata, yaitu karena perubahan hanya menjadi

slogan atau rangsangan yang tidak diwujudkan.

Ada dua jenis mobilitas, yaitu :

1)     Mobilitas yang mendatar.

2)     Mobilitas yang vertical

Mobilitas yang mendatar ialah “ Process of making changes on the same

status; sedangkan mobilitas yang vertical ialah :  “ Process of changing from one

status to another “.

Mobilitas banyak terjadi bila terdapat hambatan - hambatan dalam perkembangan

atau apabila evolusi mengalami kegagalan, hal mana disebabkan oleh tindakan -

tindakan dalam bidang otokrasi, adanya terlalu banyak kepentingan kelompok /

pribadi, adanya kelompok - kelompok yang hendak mempertahankan status

ekonomi, keuangan atau politiknya. Sebab itu pula, hubungan antara mobilitas

dengan revolusi erat sekali.

C)    Social Revolution

Pada umumnya revolusi didahului oleh adanya ketidakpuasaan dari golongan-

golongan tertentu, hal mana biasanya telah didahului oleh  tersebarnya suatu idea

baru.

Saat pecahnya suatu revolusi di tandai oleh adanya terror atau suatu kudeta.

Ternyata bahwa tidak semua revolusi berhasil, bahkan suatu revolusi berakhir dalam

perpecahan antara kekuatan - kekuatan revolusi itu sendiri, karena ada iri hati satu

sama lain atau tidak adanya konsep yang jelas mengenai pembangunan setelah

Page 29: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

revolusi. Dilihat dari segi sosialnya, suatu revolusi pecah apabila dalam suatu

masyarakat factor disorganisasi lebih besar daripada factor reorganisasi atau bila

factor - factor adaptif lebih kecil dari pada factor non adaptif.

Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa suatu revolusi tidak terjadi dengan

mendadak bahkan ada juga revolusi yang tidak pernah pecah, walaupun telah

mencapai “puncak”nya. Revolusi, melalui tahap - tahap inkubasi, tindakan dan

adaptasi. Biasanya suatu revolusi social pecah, apabila terdapat suatu kegagalan

dalam evolusi. Tahap evolusi dicapai, karena kebutuhan akan perubahan harapan -

harapan akan berubah ( menuju perbaikan ) di rasakan tidak diwujudkan. Para ahli

sosiologi berpendat, bahwa sebagaian besar revolusi merupakan suatu kemunduran

dan juga merupakan kemajuan masyarakat, apabila terdengar kekecewaan dalam

masyarakat karena belum terpenuhinya harapan.

E.     FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN – PERUBAHAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Untuk mengetahui suatu perubahan dalam masyarkat, maka perlu diketahui

sebab–sebab yang mengakibatkan terjadinya perubahan tersebut. Pada umumnya dapat

dikatakan bahwa sebab–sebab tersebut sumbernya ada yang terletak dalam masyarakat

itu sendiri, dan ada pula yang berasal dari luarnya.

Adapun yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, adalah :

1.    Bertambah atau berkurangnya penduduk

Bertambahnya jumlah penduduk yang terlallu cepat, akan berakibat ada

perubahan struktur masyarakat, terutama yang menyangkut lembaga – lembaga

kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan –

perubahan, orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah,

bagi hasil, dan lain – lain.

Berkurangnya jumlah juga mengakibatkan perubahan terhadap masyarakat

dan kebudayaan. Contoh karena berpindahnya penduduk dari dan ke kota ( urbanisasi

) mengakibatkan kekosongan, antara lain tenaga kerja di desa, pembagian kerja,

sertifikasi sosial dan lain – lainnya yang mempengaruhi lembaga kemasyarakatan.

2.    Penemuan – penemuan baru atau inovasi

Page 30: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Inosavi adalah suatu proses pembaruan dari pengguna sumber - sumber alam,

energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan pengguna teknologi baru

yang semua akan menyebabkan adanya system produksi, dan akibatnya produk -

produk yang baru. Dengan demikian inovasi ini mengenai pembaruan kebudayaan

yang khusus mengenai unsure teknologi dan ekonomi.

Proses inovasi sudah tentu erat hubungannya dengan penemuan baru dalam

teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan proses social yang panjang yang

melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.

Suatu discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang

baru, baik yang berupa alat baru, suatu ide baru yang diciptakan oleh seorang individu,

atau kelompok individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi

invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan

itu. Proses cari discovery ke invention, sering kali memerlukan tidak hanya individu,

yaitu penciptanya saja, melainkan suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa orang

pencipta.

3.    Pertentangan ( conflik ) dalam masyarakat

Pertentangan tersebut mungkin terjadi antar orang perorangan atau orang

dengan kelompok atau kelompok satu dengan kelompok yang lain.

a)     Masyarakat tradisional di Indonesia, pada umumnya bersifat kolektif. Segala

kegiatan di dasarkan pada kepentingan - kepentingan masyarakat, ; kepentingan

individu walaupun di akui, mempunyai fungsi social. Tidak jarang timbul

pertentangan antara kepentingan - kepentingan individu dengan kelompoknya

tersebut yang dalam hal - hal tertentu dapat menimbulkan perubahan - perubahan.

Misalnya : Masyarakat Minangkabau yang mempunyai system kekeluargaan

matrilineal, yang menurut adat - istiadatnya jika ibu meninggal, maka anak -

anaknya berada di bawah kekuasaan keluarga ibu. Tetapi dalam prakteknya

penyimpangan terutama apabila keluarga tersebut berada di perantauan. Anak -

anak tetap tinggal  bapaknya, walaupun ibunya telah meninggal, dan hubungan

antara bapak dengan keluarga almarhum isterinya telah putus. Keadaan tersebut

membawa perubahan besar pada peranan bapak.

b)     Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi antar generasi tua dengan generasi

muda. Pertentangan - pertentangan sering terjadi, apabila pada masyarakat

masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional ke tahap moderen.

Page 31: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya lebih untuk menerima unsur -

unsur kebudayaan asing ( misalnya kebudayaan barat ) yang dalam beberapa hal

mempunyai taraf yang lebih tinggi.

Keadaan tersebut dapat menimbulkan perubahan - perubahan tertentu dalam

masyarakat, misalnya pergaulan yang lebih bebas antara wanita dan laki - laki,

kedudukan wanita yang sederajad dengan laki - laki dalam masyarakat dan lain -

lain.

Dapat juga terjadi antara golongan yang mempertahankan hukum adapt

yang tradisional dengan golongan yang memasukkan agama Islam (Hukum Islam).

Keadaan ini pernah terjadi di Indonesia pada masa lalu. Dalam hal - hal tertentu

pertentangan menghasilkan akomodasi, misalnya perihal perkawinan, pewarisan

dsb.

Menurut hukum adapt perkawinan merupakan suatu “ crisis rito “ yaitu suatu

upacara berhubungan meningkatnya seseorang dari tahap kehidupan   tertentu

menuju ke tahap kehidupan selanjutnya.

Perpindahan tersebut memerlukan suatu upacara tertentu, karena orang tadi

pindah ke dalam lingkungan social yang baru dan juga untuk mengumumkan

kepada khalayak ramai mengenai kedudukan orang tersebut. Tetapi menurut

Hukum Islam perkawinan merupakan kontrak yang di sebut akad nikah dan ijab

Kabul. Timbul pertentangan mengenai sahnya perkawinan, yaitu apakah pada saat

upacara adat di lakukan atau pada saat ijab Kabul. Pada umumnya tercapai suatu

akomodasi terutama bagi orang - orang Indonesia yang beragama Islam akad

nikah merupakan hukum agama yang kemudian diikuti dengan upacara menurut

adaptasi masing-masing. Akomodasi  tersebut menimbulkan lembaga

kemasyarakatan yang baru dibidang perkawinan.          

4.    Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri

Revolusi yang terjadi pada bulan Oktober di Rusia, menyebabkan terjadinya

perubahan - perubahan besar di satu Negara tersebut yang mula - mula berbentuk

absolut, berubah menjadi dictator proletariat yang didasarkan pada doktrin Narxisme.

Maka segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai ke dalam

sistem keluarga mengalami perubahan - perubahan besar sampai keakar – akarnya.

Suatu perubahan sosialdan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab –

sebab yang antara lain berasal dari luar masyarakat itu sendiri. 

Page 32: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

a.    Sebab – sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia

Terjadi gempa bumi , taufan, banjir besar dan lain–lain, yang menyebabkan

masyarakat–masyarakat yang mendiami daerah–daerah tersebut terpaksa

meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat

tinggalnya. yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri yang baru tersebut.

Kemungkinan hal tersebut mengakibatkan perubahan–perubahan pada lembaga –

lembaga kemasyarakatan. Suatu masyarakat yang semula hidupdari berburu,

kemudian meninggalkan tempat tinggalnya, karena tempat tersebut dilanda banjir

besar, kemudian menetap di suatu daerah yang memungkinkan mereka untuk

bertani. Hal ini mengakibatkan perubahan - perubahan dalam diri masyarakat tadi,

misalnya timbulnya masyarakat baru yaitu lembaga hak milik atas tanah, sistem

mata pencaharian yang baru yaitu pertanian dan selanjutnya.

Kadang – kadang sebab – sebab bersumber pada lingkungan alam fisik, di

sebabkan oleh tindakan – tindakan masyarakat itu sendiri. Misalnya karena

penggunaan tanah secara besar – besaran tanpa memperhitungkan lapisan –

lapisan humus pada tanah tersebut; penebangan hutan – hutan yang menyebabkan

banjir, hal - hal tersebut dapat mengakibatkan bahwa masyarakat yang

bersangkutan terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya untuk menatap di wilayah

yang lain.

b.      Peperangan

Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebab terjadinya

perubahan – perubahan,oleh karena biasanya negara yang akan memaksakan

negara yang takluk, untuk menerima kebudayaannya yang di anggap kebudayaan

yang lebih tinggi tarafnya. Negara – negara yang kalah dalam perang dunia kedua

sepertin Jerman dan Jepang mengalami perubahan – perubahan yang menyangkut

bidang kenegaraan; Jerman yang akhirnya dipecah dua, yaitu Jerman Barat dan

Jerman Timur yang masing – masing berorientasi pada blok Barat dan blok Timur.

Hal ini tidak saja mengakibatkan perubahan – perubahan pada lembaga – lembaga

kemasyarakatn di bidang politik dan pemerintah, tapi juga bidang  yang lain.

Jepang setelah kalah perang juga mengalami perubahan – perubahan, dari negara

garis militer, Jepang secara berangsur – angsur berubah menjadi negara industri.

c.      Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Page 33: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Hubungan yang di lakukan secara fisik antara dua masyarakat mepunyai

kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Namun bila hubungan

tersebut berjalan melalui alat -alat komunikasi masa seperti radio, televisi, film,

majalah, dan surat kabar, maka ada kemungkinan pengaruh datangnya hanya dari

satu pihak saja yaitu dari masyarakat yang secara aktif. Menggunakan alat-alat

komunikasi tersebut, sedangkan pihak lain hanya menerima pengaruh itu dengan

tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat lain

yang mempengaruhi itu. Apabila pengaruh tersebut diterima tidak karena paksaan

dari pihak yang mempengaruhi maka terjadi proses akulturasi.

Adapula di dalam proses pertemuan kebudayaan tersebut, tidak akan selalu

terjadi pengaruh mempengaruhi, kadang kala kedua kebudayaan tersebut bertamu,

sedangkan salah satu kebudayaan dalam unsur – unsur mempunyai taraf teknologi

yang lebih tinggi, maka mungkin terjadi proses imitasi,( peniruan ) terhadap unsur –

unsur kebudayaan lain. Mula – mula unsur – unsur tersebut di tambahkan pada

kebudayaan asli, akan tetapi lambat laun unsur – unsur kebudayaan aslinya yang di

ubah dan di ganti oleh unsur – unsur kebudayaan asing tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

BAB VII

Page 34: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

LEMBAGA KEMASYARAKATAN 

A.     PENGERTIANDalam kamus bahasa Indonesia sampai sekarang belum ada istilah yang

mendapat pengakuan umum dalam kalangan para sarjana sosiologi untuk

menterjemahkan istilah Inggris “ Social Institution “. Ada yang mencoba

menterjemahkannya dengan istilah “ Pranata “ dengan alasan bahwa “ Social Institution “

mengandung unsur – unsur yang mengatur peri kelakuan para anggota masyarakat. Ada

pula yang menggunakan istilah “ Bangunan Social “. Istilah ini di duga merupakan

terjemahan dari istilah “ Soziale Gebildo “ dalam bahasa Jerman yang bentuk serta

susunan dari “ Social Institution “ tidak karena terjemahan itu dianggap yang paling tepat,

akan tetapi oleh karena penulis harus memilih salah satu istilah sebagai pedoman lebih

lanjut.

Robert Mac Iver dan Charles H. Page, pengartikan lembaga kemasyarakatan

sebaga tata cara atau prosedur yang telah di ciptakan untuk mengatur hubungan antar

manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya

association.

Loopold von Wiese dan Howard Becker, melihat lembaga kemasyarakatan dari

sudut fungsinya. Lembaga kemasyarakatan di artikannya sebagai suatu jaringan dan antar

kelompok manusia yang berfungsi untuk memellihara hubungnan tersebut serta pola –

polanya, sesuai dengan kepentingan – kepentingan manusia dan kelompoknya.

Summer, melihatnya dari sudut kebudayaan. Ia mengartikan lembaga

kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita – cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan,

yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan

masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi dalam masrayakat.

Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu antara

lain :

1. Memberikan pedoman pada anggota – anggota masyarakat, bagaimana mereka harus

bertinkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah – masalah dalam

masyarakat yang terutama menyangkut kebutuhan – kebutuhan yang bersangkutan.

2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.

Page 35: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

3. Memberikan pegangan kepada masrayakat untuk mengadakan sistem pengedalian

sosial ( social control ) yaitu artinya sistem pengawasan dari pada masyarakat terhadap

tingkah laku anggota – anggotanya.

Dari fungsi – fungsinya diatas, nyata bahwa apabila seseorang hendak

mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu maka dia harus pula diperhatikan

secara teliti lembaga – lembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan.

B.    PROSES PERTUMBUHAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN1. Norma – norma dalam masyarakat

Agar supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana

sebagaimana di harapkan, maka di rumuskanlah norma – norma di dalam masyarakat.

Mula – mula norma tersusun dengan tidak di sengaja, namun lama – kelamaan norma

– norma tersebut dibuat secara sadar.

Norma – norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang

berbeda – beda. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat dari pada norma –

norma tersebut, maka secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu :

a)     Cara ( Usage )

b)     Kebiasaan ( Folkways )

c)      Tatakelakuan ( Mores )

d)     Adat – istiadat ( Custom )

Masing – masinh memberikan petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang

hidup di dalam masyarakat. Setiap pengertian, mempunyai kekuatan yang berbeda.

Cara ( Usage ) menunjuk pada suatu bentuk pembuatan suatu penyimpangan

terhadapnya, tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar

celaan dari individu yang hubunginya.

Kebiasaan ( Folkways ) mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar

daripada cara. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang – ulang dalam bentuk yang

sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai hal tersebut. Misalnya hormat

kepada orang yang lebih tua atau lebih senior. Menurut Charles H. Page dan Mac Iver,

kebiasaan merupakan peri kelakuan yang diakui dan di terima oleh masyarakat.

Apabila kebiasaan tersebut tidak semata – mata dianggap sebagai cara

berperikelakuan saja, akan tetapi bahkan diterima sebagai norma – norma pengatur,

Page 36: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

maka di sebutkan kebiasaan tadi sebagai moros atau tata kelakuan. Tata kelakuan

mencerminkan sifat – sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan

sebagi alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap

anggota – anggotanya.

Tata kelakuan tersebut, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan dilain pihak

melarangnya, sehingga secara langsung merupakan suatu alat agar supaya anggota –

anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya denngan tata kelakuan tersebut.

Tata kelakuan yang kekal serta kunterintegrasinya dengan pola – pola peri

kelakuan masyarakat, dapat mengikat kekuatan mengikatnya menjadi custom atau

adat istiadat.

Anggota – anggota masyarakat yang melanggar adat – istiadat akan kena

sangsi yang keras yang kadang – kadang secara tidak diperlakukan.

Norma – norma tersebut diatas, setelah mengalami suatu proses, pada

akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut

dinamakan proses Institutionalization ( pelembagaan ), yaitu suatu proses yang dilewati

oleh suatu norma kemasyarakatan yanng baru untuk menjadi bagian suatu norma

kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga

kemasyarakatan. Yang di maksudkan ialah norma kemasyarakatan itu oleh masyarakat

dikenal, diakui, dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari – hari.

Mengingat adanya proses termaksud diatas, lembaga kemasyarakatan di

bedakan sebagai peraturan ( regulative social institutions ) dan yang sungguh –

sungguh berlaku ( operative social institution ). Lembaga kemasyarakatan dianggap

sebagai peraturan apabila norma – norma tersebut membatasi serta mengatur peri

kelakuan orang – orang, misalnya lembaga perkawinan mengatur hubungan antara

wanita dengnan pria; lembaga kekeluargaan mengatur hubungnan antara anggota –

anggota keluarga di dalam suatu masyarakat; lembaga kewarisan mengatur proses

beralihnya harta kekayaan dari satu generasi pada generasi yang berikutnya dan lain

sebagainya.

Lembaga kemasyarakat dianggap sebagai sungguh – sungguh berlaku,

apabila norma – normanya sepenuhnya membantu pelaksanaan pola – pola

kemasyarakat. Perikelakuan perorangan, merupakan hal yang sekunder bagi lembaga

kemasyarakat yang dianggap sebagai peraturan.

Page 37: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Paksaan hukum di dalam pelaksanaan lembaga kemasyarakat yang berlaku

sebagai peraturan tidak selalu dipergunakan; sebaliknya, tekanan yang di utamakan

pada paksaan dari pada masyarakat. Pada lembaga – lembaga kemasyarakatan yang

belaku sungguh – sungguh faktor paksaan  tergantung dari pertimbangan –

pertimbangan kesejahteraan, gotong royong, kerja sama dan sebagianya. Betapapun

usahanya dari suatu pihak untuk mencoba agar suatu norma diterima oleh masyarakat,

akan tetapi norma tadi akan melembaga bila sudah melalui proses tersebut diatas.

Proses pelembagaan sebenarnya dapat menjadi internalizod dimana pada

anggota masyarakat dengan pendirinya ingin berperikelakuan sejalan – sejalan dengan

perikelakuan yang memang sebenarnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan

kata lain, norma – norma tadi sudah mendarah mendaging ( Internalizod )

1. Sistem pengendalian sosial ( Social Control )

Social control sering diartikan pengawasan masyarakat terhadap jalannya

pemerintah beserta aparatnya. Namun pengertian sebenarnya lebih luas, karena

mencakup segala proses, baik yang di rencanakan maupun tidak, yang bersifat

mendidik, mengnajak atau bahkan memaksa warga – warga sosial yang berlaku.

Pengendalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas

dengan perubahan dalam masyarakat. Pengendalian sosial dapat bersifat preventif

dapat bersifat represif. Usaha – usaha prefentis, misalnya, dijalankan melalui proses

sosialisasi, pendidikan formal, informal, dan seterusnya; sedangkan represif berwujud

penjatuhan, sangsi terhadap para warga masyarakat yang melanggar atau

menyimpang dari kaidah – kaidah yang berlaku.

Suatu proses pengadilan sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara

yang pada pokoknya berkisar pada cara – cara tanpa kekerasan ataupun dengan

paksaan. Di dalam masyarakat yang secara relatif berada dalam keadaan yang

tenteram, maka cara – cara yang persuasif mungkin akan lebih efektif dar pada

penggunaan paksaan. Paksaan lebih sering diperlukan di dalam masyarakat yang

berubah oleh karena di dalam keadaan seperti itu pengendalian sosial juga berfungsi

untuk membentuk kaidah – kaidah lama yang telah goyah.

Pelaksanaan pengendalian sosial tersebut diatas, tidaklah berdiri sendiri di

dalam wujudnya yang murni, akan tetapi mungkin merupakan kombinasi antara

berbagai wujud diatas.

Page 38: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

C.    CIRI – CIRI UMUM LEMBAGA KEMASYARAKATANGillin dan Gillin di dalam karyanya yang berjudul General Feature of Social

Institutions, telah menguraikan beberapa ciri umum dari pada lembaga kemasyarakatan

sebagai berikut :

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi dari pada pola – pola

pemikiran dan pola – pola perikelakuan yang terwujud melalui akitivitas – aktivitas

kemasyarakatan dan hasil – hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat –

istiadat, tatakelakuan, kebiasaan, serta unsur – unsur kebudayaan lainnya yang secara

langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

2. Suatu kekekalan tertentu merupakan ciri daripada lembaga kemasyarakat. Sistem –

sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga

kemasyarakat setelah melewati waktu yang relatif lama.

3. Lembaga kemasyarakat mepunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan–

tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan,

apabila ditinjau dari sudut kebudayaan secara keseluruhan. Sebaliknya, fungsi

lembaga tersebut baru disadari setelah diwujudkan dan kemudian ternyata berbeda

dengan tujuan.

4. Lembaga kemasyarakat mempunyai alat – alat perlengkapan yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya bangunan, peralatan,

mesin – mesin dan lain sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat tersebut biasanya

berlainan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.

5. Lembaga–lembaga biasanya juga merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan.

Lambang – lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi

lembaga yang bersangkutan. Kadang – kadang lambang tersebut berupa tulisan –

tulisan.

6. Suatu lembaga kemasyarakatan, mempunyai suatu tradisi yang tertulis ataupun yang

tak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain – lain. Tradisi

itu merupakan dasar bagi lembaga itu di dalam pekerjaannya untuk memenuhi

kebutuhan – kebutuhan pokok dari pada masyarakat dimana lembaga kemasyarakat

tersebut menjadi bagiannya.

Page 39: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Secara menyeluruh ciri – ciri tersebut dapat diterapkan pada lembaga – lembaga

kemasyarakatan tertentu, seperti misalnya perkawinan. Sebagai lembaga

kemasyarakatan, maka perkawinan mungkin mempunyai fungsi – fungsi, sebagai berikut :

a.     Pengatur perilaku seksual dari manusia dalam pergaulan hidupnya

b.     Pengatur pemberian hak dan kewajiban bagi suami, isteri dan juga anak – anak.

c.     Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kawan hidup oleh karena secara naluriah

manusia senantiasa berhasrat untuk hidup berkawan

d.     Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan benda material.

e.     Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan prestise

f.       Di dalam hal – hal tertentu, untuk memelihara interaksi antar kelompok sosial.

D.    TIPE – TIPE LEMBAGA KEMASYARAKATANTipe – tipe lembaga kemasyarakat, dapat klasifikasikan dari berbagai sudut.

Menurut Gillin dan Gillin lembaga kemasyarakat tadi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Crescive institutions dan Enacted institutions.

Crescive institutions adalah lembaga – lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari

adat – istiadat masyarakat.

Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu,

misalnya lembaga hutang – piutang lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar

pada kebiasaan – kebiasaan dalam masyarakat.

2. Dari sudut nilai – nilai yang diterima masyarakat, timbul klasifikasi atas Basic Institutions dan Subsidiary Institutions

Basic Institutions, adalah lembaga kemasyarakatan yang berguna untuk memelihara

dan mempertahankan tata tertib masyarakat. Misalnya : keluarga, sekolah – sekolah,

negara dan lain sebagainya.

Subsidiary Institutions adalah kegiatan – kegiatan untuk rekreasi.

1. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approved atau sosial sanctioned –

institutions dengan unsanctioned institutions. Approved atau sanctioned institutions

yaitu lembaga – lembaga yang di terima oleh masyarakat, seperti misalnya sekolah,

perusahaan dagang dan lain – lain. Sebaliknya unsanctioned institutions yang ditolak

oleh masyarakat, misalnya kelompok penjahat, pemeras dsb.

Page 40: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

2. Pembedaan general institutions dengan restricted institutions, timbul apabila klasifikasi

tersebut didasarkan pada faktor penjabarannya. Misalnya agama merupakan general

institutions, oleh karena dikenal oleh hampir semua masyarakat di dunia ini.

Sedangkan agama – agama islam, Protestan, Katolik, Buddha dan lain – lain,

merupakan restricted institutions, oleh karena dianut masyarakat – masyarakat tertentu

didunia ini.

3. Bila ditinjau dari sudut fungsinya, terdapat operative institutions dan regulative

institutions. Yang pertama berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola – pola

atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan,

seperti misalnya lembaga industrialisasi. Yang kedua, bertujuan untuk mengawasi adat

– istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak daripada lembaga

itu sendiri. Contoh lembaga hukum, seperti kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.

E.     CARA – CARA MEMPELAJARI LEMBAGA KEMASYARAKATANBanyak ahli yang ingin mencoba untuk meneliti terhadap lembaga kemasyarakatan

mengenai cara – cara atau metode – metode yang efisien. Apabila cara – cara dan

metode – metode tersebut dihimpun, maka akan dapat dijumpai tiga golongan pendekatan

terhadap masalah tersebut, yaitu :

1. Analisa secara historis, yang bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan

suatu lembaga yang tertentu. Misalnya diselidiki asal mula dan perkembangan lembaga

demokrasi, perkawinan yang menogam, keluarga batih dan lain sebagainya.

2. Analisa komperatif, yang bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakat berlainan

ataupun berbagai lapisan sosial masyarakat tersebut. Bentuk – bentuk milik, praktek –

praktek pendidikan kanak – kanak dan lain – lainnya, banyak ditelaah secara

komperatif. Cara analisa ini banyak sekali dipergunakan oleh para ahli antropologi

seperti misalnya Ruth Benedict, Margaret Moad, dan lain – lain.

3. Analisa secara fungsional. Lembaga – lembaga kemasyarakat dapat pula diselidiki

dengan jalan menganalisa hubungan antara lembaga – lembaga tersebut di dalam

masyarakat yang tertentu. Hubungan ini lebih menekankan hubungan fungsionalnya,

seringkali mempergunakan analisa – analisa historis dan komperatif. Sebenarnya suatu

lembaga kemasyarakatan tidak mungkin hidup sendiri tanpa lembaga kemasyarakatan

yang lain.

Page 41: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga cara tersebut tidak dapat

berjalan sendiri, namun ketiganya saling melengkapi. Atau dengan perkataan lain, di

dalam meneliti masyarakat, salah satu pendekatan akan dipakai sebagai alat pokok,

sedangkan lainnya bersifat sebagai alat pokok, sedangkan lainnya bersifat sebagai alat

tambahan untuk melengkapi kesempurnaan cara – cara penelitian

F.     “ CONFORMITY “ DAN “ DEVIATION “Masalah conformity dan deviation , berhubungan erat dengan pengawasan sosial.

Conformity berarti penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara memperhatikan

kaidah – kaidah dan nilai – nilai dalam masyarakat. Sedangkan deviation adalah

penyimpangan – penyimpangan terhadap kaidah – kaidah dan nilai – nilai di dalam 

masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur antara seseorang dengan orang lain atau

antara kelompok yang lain.

Dalam masyarakat yang homogain dan tradisional, conformity dari anggota –

anggota masyarakat sangat kuat sekali. Sebagai misal masyarakat desa yanng terpencil,

sangat patuh dan taat terhadap kaidah – kaidah serta nilai – nilai yang berlaku, karena

tidak ada pilihan lain.

Pada masyarakat kota, selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan – perubahan yang terjadi dalam kotanya. Penduduk kota sangat hoterogin,

disamping itu, kota merupakan pintu masuknya pengaruh – pengaruh dari luar yang

sangat leluasa. Dengan demikian kaidah – kaidah yang tertanam di dalam kota selalu

mengalami perubahan dan perkembangan. Conformity di kota – kota, ( terutama kota

besar ) juga sangat kecil, sehingga proses institutionalization sukar terhadi apabila

dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan. Conformity di kota – kota besar, dianggap

sebagai penghambat terhadap kemajuan dan perkembangan.

Apabila terjadi ketidak seimbangan antara nilai – nilai sosial – budaya dengan

kaidah – kaidah atau aspirasi – aspirasi dengan saluran – saluran yang tujuannya untuk

mencapai tujuan tersebut maka terjadilah kelakuan – kelakuan yang menyimpang atau

deviant – behavior. Berpudarnya pegangan orang akan kaidah – kaidah, menimbulkan

keadaan yang tidak stabil dan keadaan tanpa kaidah – kaidah, akan menimbulkan anomie

 

 

 

Page 42: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VIIIPELAPISAN – PELAPISAN SOSIAL

( STRATIFIKASI SOSIAL ) 

A.     PEMBATASAN PENGERTIAN Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang – orang yang termasuk dalam suatu

sistem tertentu ke dalam lapisan – lapisan hirarkis menuruut dimensi kekuasaan, profilese

dan prestise. Ada beberapa konsep yang harus diketahui supaya definisi di atas dapat

Page 43: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

dimengerti dengan mudah; konsep – konsep itu adalah penggolongan, sistem sosial

lapisan hirarkis, kekuasaan privilese dan prostise serta kata sosial.

Penggolongan harus dilihat sebagai proses dan juga hasil dari proses kegiatan

tadi. Sebagai proses, penggolongan berarti setiap orang atau lebih tepatnya setiap individu

menggolongkan dirinya atau mendefinisikan dirinya sebagai orang yang termasuk dalam

suatu lapisan tertentu atau menganggap dirinya berada pada lapisan lebih rendah atau

lebih tinggi daripada orang lain. Oleh karena itu stratifikasi sosial harus dilihat sebagai

proses menempatkan diri dalam suatu lapisan tertentu dengan seorang profesor, anda

sebagai mahasiswa menempatkan diri anda pada posisi yang lebih rendah dari pada

profesor itu dalam ilmu pengetahuan; dan mungkin tidak hanya itu, anda menempatkan diri

sebagai orang yanng lebih rendah dalam kekayaan, pengalaman dan lain – lain.

Stratifikasi sosial sangat erat hubungannya dengan diri seseorang secara

subyektif. Itu berarti bahwa stratifikasi sosial bukan sesuatu yang berada di luar individu,

melainkan menjadi satu dengan dia. Oleh karena itu, perilaku dia dalam hubungannya

dengan orang lain ditentukan sebagaian besar oleh situasi yang dihadapinya.

Hasil dari proses seperti itu adalah pembagian oranng yang terdapat dalam suatu

sistem sosial kedalam beberapa lapisan, misalnya ada orang bodoh, setengah bodoh dan

pintar. Hasil yang kita lihat yang seperti itu sesungguhnya sudah terlepas dari individu itu

sendiri. Oleh karena itu, penggolongan manusia kedalam lapisan yang kita lihat sebagai

hasil bersifat obyektif. Istilah subyektif dan obyektif disini sama persis artinya dengan yang

sudah kita pelajari sebelumnya. Kesimpulannya adalah bahwa stratifikasi sosial harus

dilihat sebagai kenyataan yang memiliki dua segi yakni segi subyektif dan segi obyektif.

Sekarang kita beralih pada konsep sistem sosial. Sistem sosial ( Social system )

menunjukkan adanya interdedonsi antara unsur – unsur sistem tersebut. Asumsi dasarnya

adalah, bahwa antara unsur – unsur suatu sistem yang terwujud dalam gejala – gejala

sosial itupun ditelaah sebagai bagian dari suatu sistem. Struktur sosial merupakan aspek

statis dari sistem sosial, sedangkan aspek dinamisnya adalah proses yang berintikan

interaksi sosial. Satu hal yang perlu kita perhatikan disini adalah bahwa sistem sosial

dalam hubungannya dengan sistem stratifikasi sosial harus dilihat sebagai suatu yang

membatasi penggolongan itu berlaku. Sebagai contoh, keluarga sebagai sistem sosial.

Dalam keluarga, suami, secara subyektif maupun secara obyektif digolongkan atau

menggolongkan dirinya sebagai yang lebih tinggi dari pada isteri dan anak ( ini hanya

contoh ). Tetapi dalam kampung, sebgai sistem sosial yang lebih besar seorang suami tadi

Page 44: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

lebih rendah dari pada yang lainnya. Dan mungkin juga kalau dia masuk kedalam suatu

sistem sosial yang lain dia sangat dihormati.

Lapisan hirarkis. Anda tahu apa artinya lapisan dalam suatu susunan tertentu itu

memperlihatkan sifat dan kesatuannya sendiri. Namun demikian setiap lapisan memiliki

sifat yang mampu menghubungkannya dengan lapisan diatas dan lapisan dibawahnya.

Atas dasar ini kita berani mengatakan, bahwa tidak ada lapisan yang sama sekali tertutup.

Kata hirarkis yang terdapat dibelakang kata lapisan itu berarti, bahwa lapisan yang lebih

tinggi itu lebih bernilai atau lebih besar dari pada yang dibawahnya. Kalau saya

mengatakan bahwa dia berada dalam lapisan atas menurut tiga dimensi kekuasaan

privilese, dan prestise, lebih ber – privilese dan lebih berprestise daripada mereka yang

berada pada lapisan bawah. Di antara lapisan yang atasan dan bawah itu ada lapisan –

lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri oleh mereka yang hendak mempelajari

sistem berlapis – lapisan dalam masyarakat itu. Biasanya golongan yang berada dalam

lapisan atasan itu tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh

masyarakat, tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif, yaitu mereka yang

memiliki uang banyak misalnya akan mudah sekalli mendapatkan tanah, kekuasaan dan

mungkin juga kehormatan, sedang meraka yang mempunyai kekuasaan besar mudah

menjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan.

 

B.    TERJADINYA LAPISAN – LAPISAN DALAM MASYARAKATAdanya sistem berlapis – lapis dalam masyarakat itu dapat terjadi dengan

sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang dengan

sengaja disusun untuk mengajar suatu tujuan bersama. Yang terakhir ini biasanya

dilakukan terhadap pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi –

organisasi formil seperti pemerintah, perusahaan, partai politik, atau perkumpulan.

Kekuasaan dan wewenang itu merupakan unsur yang mempunyai sifat lain dari pada

uang, tanah, benda – benda ekonomis, ilmu pengetahuan, atau kehormatan. Uang, tanah

dan sebagainya dapat terbagi secara bebas diantara para anggota suatu masyarakat

tanpa merusak keutuhan masyarakat itu. Akan tetapi apabila suatu masyarakat hendak

hidup dengan teratur maka kekuasaan dan wewenang yang ada padanya harus dibagi –

bagi dengan jelas bagi setiap orang ditempat – tempat mana letaknya organisasi vertikal

dan horisontal.

Page 45: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Sistem berlapis – lapis terdapat dimana – mana ukuran yang digunakan juga

bermacam – macam. Secara teoritis semua manusia dianggap sederajad, tetapi sesuai

dengan kenyataan kehidupan dalam kelompok – kelompok sosial, tidak demikian halnya.

Pembedaan atas lapisan – lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian

dari sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses – proses lapisan –

lapisan dalam masyarakat, dapatlah pokok – pokok sebagai berikut dijadikan pedoman :

1.      Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam

masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat –

masyarakat tertentu yang menjadi obyek penyelidikan.

2.      Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisa dalam ruang lingkup unsur – unsur sebagai

berikut :

a.    distribusi hak – hak istimewa yanng obyektif seperti misalnya penghasilan,

kekayaan, keselamatan ( kesehatan, laju angka kejahatan ), wewenang dan

sebagainya.

b.    sistem pertanggaan yang diciptakan warga – warga masyarakat ( prostise dan

penghargaan )

c.    kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi,

keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.

d.    lambang – lambang kedudukan, seperti misalnya tingkah laku hidup, cara

berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.

e.    mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.

f.      solidaritas di antara individu – individu atau kelompok – kelompok sosial yang

menduduki kedudukan yang sama dalam sistem masyarakat;

i.      pola – pola interaksi – interaksi ( struktur cliquo, kenganggotaan organisasi

perkawinan dan sebagainya ).

ii.     kesamaan atau ketidak samaan sistem kepercayaan, sikap dan nilai – nilai.

iii.    kesadaran akan kedudukan masing – masing.

iv.     aktivitas sebagai organ kolektif.

( Soerjono Soekanto, 1986, 206 – 207 )

C.    SIFAT BERLAPIS – LAPIS DALAM SUATU MASYARAKATSifat sistem berlapis – lapis di dalam masyarakat, dapat bersifat tertutup dan ada pula

yang bersifat terbuka. Yang bersifat tertutup, membatasi kemungkinan pindahnya seorang

Page 46: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

dari lapisan satu ke lapisan yang lain, baik keatas maupun kebawah. Di dalam sistem yang

demikian itu, satu – satunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari satu masyarakat

adalah karena kelahiran. Sebaliknya di dalam masyarakat yang terbuka, setiap anggota

mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan,

atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan di

bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar

kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat

dari pada sistem tertutup.

Sistem yang tertutup, dengan jelas dapat dilihat dalam masyarakat India yang

berkasta, atau di dalam masyarakat yang feodal, atau di dalam masyarakat dimana

berlapis – lapis tergantung pada perbedaan – perbedaan rasial. Apabila ditelaah

masyarakat India, sistem pelapisan disana sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta –

kasta. Kasta di India mempunyai ciri – ciri tertentu, yaitu :

1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan / kelahiran. Anak yang lahir

memperoleh kedudukan orang tuanya.

2. Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku untuk seumur hidup, oleh karena seseorang

tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.

3. Perkawinan bersifat endogen, artinya harus dipilih oleh orang sekasta

4. Hubungan dengan kelompok – kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

5. Kesadaran pada anggota suatu kasta tertentu, terutama ditandai oleh nama kastanya,

identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma –

norma kastanya dan lain sebagainya.

6. Kasta terikat oleh kedudukan – kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.

7. Prestisa suatu kasta benar – benar diperhatikan. Sistem kasta di India telah ada sejak

berabad – abad yang lalu. Masyarakat India terbagi dalam kasta ( dari atas kebawah 0

terdiri dari : brahmana, waesia, dan sundra. Mereka yang tidak berkasta, dikatakan

golongan Paris.

Sebetulnya, sistem kasta semacam di India, juga di jumpai di Amarika Serikat,

dimana terdapat pemisah yang tajam antara golongan kulit putih dengan kulit berwarna

terutama orang Negro. Penggolongan atas dasar warna kulit ini dikenal dengan politik

rasdiskriminasi. Politik serupa juga terjadi di Afrika Selatan yang dikenal dengan “

Apartheid “ yang memisahkan orang kulit putih dengan orang kulit hitam.

Page 47: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Dalam masyarakat Bali yang beragama Hindu juga terdapat sistem kasta, seperti

halnya di India. Kehidupan sistem kasta di Bali tersebut umumnya tampak jelas dalam

hubungan perkawinan; terutama seorang gadis dari suatu kasta tertentu pada umumnya

dilarang bersuamikan dari seseorang kasta yang lebih rendah.

D.    KELAS – KELAS DALAM MASYARAKAT ( SOSIAL CLASSES )Yang dimaksud dengan kelas dalam masyarakat adalah paralel dengan

pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang tanah,

kekuasaan atau dasar lain. Ada kalanya kelas hanya digunakan untuk lapisan yang

berdasarkan atas unsur – unsur ekonomis, sedangkan lapisan berdasarkan atas

kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan status group selanjutnya

dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok

kedudukan

Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar – dasar ekonomis dengan

dasar – dasar kedudukan sosial dari lapisan – lapisan akan tetapi istilah kelas tetap

digunakan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi kedalam sub kelas yang

bergerak dalam bidang ekonomis dalam menggunakannya kecakapannya. disamping itu,

Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus

dari masyarakat dan dinamakannya stand.

Menurut Kurt B. Mayor dalam karangannya “ Dimensions of Social Strafication in

Modern Society “ maka harus diadakan perbedaan tegas antara kelas dan kelompok itu.

Namun dalam hubungan ini diterangkan olehnya bahwa system pembagian kekuasaan

dalam masyarakat banyak tali - temalinya dengan adanya kelas - kelas ekonomis dan

kelompok - kelompok kedudukan. Kalau kita melihat istilah kelas yang digunakan dalam

teori Marxisme maka kita melihat bahwa istilah itu digunakan hanya rangka ekonomis

saja, meskipun adanya kelas - kelas itu mempunyai pengaruh besar pada kehidupan

pilotik, social dan kebudayaan pada umumnya dari masyarakat. Kelas menurut Marxisme

pada pokoknya ada dua macam dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah

atau alat - alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki

tenaga untuk disumbangkan dalam proses produksi.

Perbedaan lain dalam teori tentang adanya kelas dalam masyarakat yang

digunakan dalam ilmu sosiologi dan dalam Marxisme adalah mengenai hubungan antar

kelas. Kelas - kelas dalam arti sosiologi dapat hidup dan kerja sama tanpa pertentangan

Page 48: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

sedang kelas dalam arti Marxitis senantiasa berada dalam pertentangan untuk berebutan

kekuasaan.

Perbedaan lain ialah bahwa dalam teori sosiologi adanya kelas - kelas yang

sosiologis senantiasa akan ada sepanjang masa di dalam tiap - tiap masyarakat yang

hidup teratur seperti yang telah dikemukakan lebih dahulu; sedang teori Marxisme

meramalkan akan terjadinya suatu masyarakat dimana semua kelas dalam arti Marzitis

akan lenyap dengan sendirinya.

Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan dapat

dijumpai beberapa criteria yang tradisional, yaitu :

1.     besarnya dan ukuran jumlah anggota - anggotanya

2.     kebudayaan yang sama, yang menentukan hakekat dan kewajiban - kewajiban

warganya.

3.     kelanggengan

4.     tanda / lambang - lambang yang merupakan cirri yang khas

5.     batas - batas yang tegas ( bagi kelompok itu, terhadap kelompok              lain )

6.     antagonisme tertentu.

Sehubungan dengan criteria tersebut di atas, kelas memberikan kesempatan -

kesempatan atau fasilitas - fasilitas hidup yang tertentu       ( life change ) bagi warga -

warga, yaitu misalnya, keselamatan atas hidup dan harta benda, kebebasan, standart

hidup yang tinggi dan sebagainya, yang dalam arti - arti tertentu tidak dipunyai oleh warga

- warga kelas - kelas yang lainnya. Kecuali dari pada itu, kelas juga mempengaruhi gaya

dan tingkah laku hidup masing - masing warganya       ( life - styls ). Oleh karena kelas -

kelas yang ada dalam menjalani jenis - jenis pendidikan atau rekreasi tertentu, misalnya,

maka ada perbedaan pula dalam apa yang telah dipelajari warga - warganya,

perikelakuannya dan sebagainya. Dalam masyarakat Indonesia terutama dikota - kota

besar, dikenal suatu pembedaan antara golongan yang pernah mengalami pendidikan

Barat ( terutama  pendidikan Belanda ) dengan golongan yang tidak pernah

mengalaminya. Di dalam mendidik anak - anak golongan - golongan tersebut

mengembangkan pola sosialisasi yang berbeda.

E.     DASAR – DASAR LAPISAN – LAPISAN DALAM MASYARAKATSelama di dalam masyarakat ada yang di hargai, hal itu merupakan awal dari

pelapisan dalam masyarakat. Ada punsesuatu yang dihargai tersebut, mungkin berupa

Page 49: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

uang atau benda, mungkin berupa tanah, kekuasaan ilmu pengetahuan dan lain

sebagainya. Barang siapa yang memiliki benda tadi dalam jumlah yang banyak, akan

dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atasan, sebaliknya

mereka yang hanya memiliki sesuatu yang berharga tersebut dalam jumlah sedikit, dalam

pandangan masyarakat hanya mempunyai kedudukan yang rendah.

Di antara lapisan yang atas dan yang rendah masih terdapat lapisan dengan

criteria lain yaitu :

1.      ukuran kekayaan

2.      ukuran kekuasaan

3.      ukuran kehormatan

4.      ukuran ilmu pengetahuan

ukuran tersebut tidaklah bersifat timitatif, oleh karena masih ada kriteria lain yang

digunakan sebagai dasar timbulnya sistem berlapis – lapis dalam masyarakat tertentu.

pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, golongan pembuka tanah ( cikal

bakal ) dianggap oleh masyarakat setempat sebagai lapisan yang tinggi. Kemudian

menyusul para pemilik tanah; mereka disebut pribumi, sikap atau kuli kenceng. Mereka

yang hanya memiliki tanah pekarangan atau rumah saja, ( golongan ini disebut kuli

gundul, lindung atau indung ) dan akhirnya mereka yang menumpang saja pada tanah

miliki orang lain. Lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat tertentu dalam istilah sehari –

hari dinamakan “ ELITE “. Kekayaan dapat di jumpai dala setiap masyarakat, dan

dianggap sebagai hal yang wajar, walaupun kadang – kadang tidak disukai oleh lapisan –

lapisan lainnya dalam masyarakat apalagi bila pengendaliannya tidak sesuai dengan

keingginan dan kebutuhan masyarakat umumnya.

F.     STATUS DAN PERANAN ( ROLE )Dengan adanya prestise dan derajat sosial terbentuk pula apa yang di kenal

sebagai status dan peranan ( role ) status merupakan kedudukan seseorang yang dapat

ditinjau terlepas dari individunya; Jadi status merupakan kedudukan seseorang yang dapat

ditinjau terlepas dari individunya ; Jadi status merupakan kedudukan obyektif yang

memberi hak dan kewajiban kepada orang yang menempati kedudukan tadi. Role atau

peranan merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban; atau

bisa juga disebut status subyektif. Peranan dan status kait - mangait, yaitu karena status

Page 50: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

merupakan kedudukan yang memberi hak dan kewajiban, sedangkan kedua unsure ini

tidak akan ada artinya kalau tidak dipergunakan.

Dengan adanya banyak status dan peranan, terebntuklah di masyarakat suatu

hierarki status, yaitu karena di tinjau dari status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Karena

manusia merupakan anggota dari banyak kelompok, dalam setiap ia mempunyai status

dan peranan tertentu. Karena banyak peranan  yang harus dipenuhi, mudah terjadi

pertentangan peranan atau role conflict, yaitu apabila seseorang dengan status tertentu di

kelompok satu, mengambil peranan lebih tinggi terhadap orang yang sama dalam

kelompok yang lain. Dalam masyarakat moderen role conflict banyak terjadi karena orang

setiap saat mengalami kesukaran dalam penyesuaian diri dengan status dimana ia

berada.

Menurut Murray A. Strauss dan Joel I. Nelson, status akan tercapai karena

adanya kesamaan dalam serilaku dan dalam tindakan pada orang - orang yang

mempunyai wewenang tertentu. Hal ini mudah  sekali terjadi, karena biasanya orang yang

merasa menounyai pengaruh  tertentu, akan bertindak sesuai dengan harapannya,

peranan yang diharapkan darinya serta akan menyesuaikan tindakannya sesuai dengan

factor - factor ini ( Murray A. Strauss dan Joel I. Nelson, 1968, 69 )

Walaupun demikian, dalam hidup sehari - hari diketemukan pula suatu keadaan,

bahwa peranan seseorang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Hal ini

di teliti oleh Davus dalam tahun 1948 dan menghasilkan bahwa perbedaan antara peranan

dan harapan yang tepat dalam status terjadi karena :

a.      harapan masyarakat kurang memperhatikan tindakan sebenarnya atau sebaliknya.

b.      Apabila harapan masyarakat akan tindakannya diketahui akan tetapi waktu dan

situasi tidak memungkinkan bagi individu yang bersangkutan.

c.      Apabila pemenuhan harapan masayrakat diluar kemampuan individu.

Apabila terjadi ketidak sesuaian antara tindakan dan peranan satu sama lain,

maka akan terjadi tekanan peranan, atau role strain, atau suatu ketegangan dalam diri

individu. Dalam situasi demikian, individu memperoleh kesempatan untuk mengadakan

reorganisasi system peranannya yang apabila tidak sesuai harapan masyarakat akan

dikenakan sangsi. Dengan semikian role expectation ( harapan akan peranan tertentu

oleh orang lain ) ditentukan oleh factor :

a.      status dari orang - orang dengan siapa individu mengadakan interaksi

b.      sifat dari hubungan individu dengan orang lain

Page 51: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

c.      apakah individu menduduki lebih dari satu status.

Dengan demikian,  jelaslah bahwa peranan seseorang akan berubah - ubah

sesuai dengan situasi dan kondisi  yang di hadapinya, artinya sesuai dengan siapa ia

( sedang ) mengadakan interaksi. Peranan seseorang sebagai atasan terhadap bawahan

berbeda dengan peranan terhadap teman sejawat. Dengan demikian, faktos yang

menentukan bagaimana peranan yang akan dilakukan ditentukan oleh :

a.    Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yaitu sesuai dengan norma keseragaman

yang berlaku dalam kelompok / masyarakat dalam situasi yang sama.

b.    Seberapa luas atau sempitnya ruang gerak pilihan ini tergantung dari kehiduapan

masyarakat, khususnya sukar mudahnya pembentukan consensus antar anggota

masyarakat.

Status sebagai pemberi hak dan kewajiban diperoleh dari pola social masyarakat

dan merupakan bagian integral daripadanya. Sebaliknya, apabila ditinjau status dan

peranan dari segi individu, maka ternyata bahwa individu mempunyai kemampuan untuk

mengadakan kombinasi dari peranan sesuai dengan status  yang ditempatinya.

Kombinasi ini akan memberi pegangan kepada  individu bagaimana menentukan tindakan

dan sikap yaitu karena setiap kegiatan memrupakan penilaian terbuka dari individu

terhadap atasan - atasan dan bawahannya. Manusia karena mempunyai keinginan untuk

menghindari pertentangan peranan dengan diriakan berusaha  untuk memperoleh

kombinasi ini sebagai tingkah laku rata - rata antar status satu ke status yang lain. Makin

banyak kesempatan yang diperoleh individu untuk menyesuaikan diri dengan status yang

didudukinya, makin tenang masyarakat; inilah inti terbentuknya stabilitas. Selanjutnya

Ralph Linton mengenal dua jenis status, yaitu :

a.    Ascribed Status, yaitu status yang diperoleh berdasarkan wewenang atau yang

dinyatakan.

b.    Achieved Status adalah status yang diperoleh berdasarkan pengakuan orang lain atau

keberhasilan.

Yang dimaksud dengan ascribed status adalah kedudukan seseorang dalam

masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan - perbedaan rohaniah dan kemampuan.

Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahira, misalnya kedudukan seorang bangsawan

maka anaknya akan menjadi bangsawan pula. Kedudukan ini terdapat pada masyarakat

yang tertutup, misalnya masyarakat feudal, masyarakat yang berkasta, maupun

masyarakat yang berlapis - lapis berdasarkan rasial.

Page 52: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Yang dimaksud dengan achieved status adalah kedudukan yang dicapai oleh

seseorang dengan usaha - usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas

adasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari

kemampuannya masing - masing dalam mengajar serta mencapai cita - citanya. Terutama

dalam masyarakat moderen, makin diperlukan kecakapan atau pendidikan tertentu untuk

dapat menduduki kedudukan tertentu. Dengan demikian, dewasa ini terjadi pergeseran

dari penitik beratan ascribed status atau yang dinyatakan ke achieved status atau status

berdasarkan prestasi.

Akhirnya dapat disimpulkan, bahawa status adalah konsep perbandingan peranan

dalam masyarakat, status merupakan pencerminan dari hak dan kewajiban dalam

tindakan manusia. Status apabila diperhatikan oleh masing – masing anggotanya akan

mengahsilkan pembentukan norma dalam masyarakat. Satus mengadakan standardisasi

hubungan anggota kelompok secara vertikal maupun mendatar dalam strata masyarakat.

Sesuai dengan ini status akan menentukan juga tugas dan kewajiban anggotanya, sesuai

dengan tingkatnya. Apabila keadaan ini cukup lama berlangsung dengan teratur, akhirnya 

terbentuklah struktur sosial baru. Dari hal ini lebih lanjut dapat ditarik kesimpulan, bahwa

untuk suatu masyarakat yang heterogen dengan kelompopk otnik yang berbeda, struktur

sosial sukar terbentuk dan meminta waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena :

a.  Perbedaan latar belakang kebudayaan dan sistem nilai serta perbedaan dalam sistem

norma.

b.  Adanya pertentangan antara masing – masing sistem nilai dan norma setempat.

Struktur sosial sukat terbentuk karena sistem norma dan sistem nilai anggota

masyarakat sebenarnya berpangkal pada etoskelompok. Selama ada keragu – raguan

tentang etos yang harus menjadi pegangan, selama itu struktur sosial sukar dibentuk,

karena hubungan sosial dan interaksi sosial diadakan berdasarkan norma – norma yangn

berbeda – beda.

G.    STRATIFIKASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT BERKEMBANGUntuk menentukan stratifikasi dalam suatu masyarakat berkembang sangat sukar,

karena masyarakatnya sedang mengalami perubahan besar – besaran. Khususnya

mengenai Indonesia terdapat banyak kepustakaan yang berusaha membahasnya.

Perkembangan  sejarah Indonesia serta penulisan – penulisan tentang hal ini dapat

menjelaskan bagaimana jalannya perubahan stratifikasi di Indonesia dari abad – keabad

Page 53: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

terutama setelah runtuhnya Majapahit, sampai jaman setelah kemerdekaan. Dalam

membahas stratifikasi sosial perlu diperhatikan perbedaan antara stratifikasi di desa dan di

kota. Di Yogya karta walaupun telah menjadi pusat dari revolusi fisik Indonesia, masih

diketemukan stratifikasi sosial yang mengingat  akan sisa – sisa perkembangan jaman

feodal prarevolusi. Di desa – desa sekitar Yogyakarta elit desa mengalami peningkatan

status sosial dari stratifikasi lama dengan struktur sebagai berikut :

a. kuli kenceng

b. kuli gundul

c. kuli kerangkopak

d. inggung tlosor. ( M.A Jaspan, 1959, 12 )

Adapun patokan penentu strata dalam masyarakat desa tersebut di dasarkan

pada pemilikan tanah sawah, kebun dan memiliki rumah untuk kuli kenceng; makin; kecil

pemilikannya, makin rendah pula posisinya dalam masyarakat. Situasi stratifikasi

ditentukan oleh :

a. Adanya dorongan dari berbagai kelompok di masyarakat untuk berpartisipasi secara

aktif dalam masyarakat.

b. Pada umumnya dorongan ini tidak dirasakan efektif, kecuali apabila terdapat hal – hal

yang sangnat menyolok sehingga terjadi ketidak puasan yang akhirnya menyebabkan

gangguan terhadap kehidupan sosial.

c. Pendidikan merupakan satu unsur yang menyadarkan orang akan kekurangan dan

kepincangnan – kepincangan dalam masyarakat, unsur mana akhirnya memungkinkan

orang mengadakan organisasi kegiatan.

d. Pengorganisasian terhadap suatu perubahan masyarakat khususnya dalam stratifikasi

selalu datang dari sub lapisan elit yang terendah dari masyarakat dengan kemungkinan

menggunakan massa untuk mencapai kepentingannya.

e. Suatu penerimaan dari anggota – anggota masyarakat dari lapisan lebih rendah oleh

lapisan yang lebih tingngi untuk suatu masyarakat berarti suatu revolusi dalam sistem

nilai.

f. Kelompok yang mula – mula menolak anggota baru merupakan kelompok yang

berusaha mempertahankan kekuasaannya akan tetapi karena mempertahankan nilai –

nilai yang sangat berharga.

Page 54: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Perkembangan di Indonesia menjelaskan bahwa dalam proses stratifikasi sedang

terjadi perubahan – perubahan besar. Lepas dari masalah – masalah yangn dibawanya,

gerakan – gerakan mahasiswa dan kadang – kadang gangguan stabilitas sosial dan politik

seperti di Surakarta ( 1980 ) menjelaskan bahwa di Indonesia sedangn terjadi suatu usaha

pengadaan suatu stratifikasi baru dalam masyarakat nasional. Dalam hubungan ini

mahasiswa sebagai lapisan terbawa dari elit masyarakat sedang berusaha memperoleh

pengakuan yangn lebih besar di masyarakat, sehubungan dengnan peranan yang

dirasakannya dalam masyarakat Indonesia, dalam masa lampau, kini dan masa depan

H.    MOBILITAS SOSIAL ( SOCIAL MOBILITY )1.      Pengertian umum dan jenis – jenis gerak sosial

Gerak sosial atau social mobility adalah gerak dalam struktur sosial yaitu pola –

pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial

mencakup sifat – sifat daripada hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Misalnya, seorang mahasiswa yang diangkat menjadi karyawan pada suatu lembaga,

berarti dia telah melakukan gerak sosial.

Tipe – tipe gerak sosial yang prinsispiiil ada dua macam yaitu gerak sosial

vertikal dan gerak sosial horisontal. Yang  dimaksud dengan gerak sosial vertikal

adalah perpindahan individu atau obyek dari satu kedudukan social ke kedudukan

yang lain yang tidak sederajad. Sesuai dengan arahnya, terdapat dua macam gerak

social vertical, yaitu yang naik ( social - climbing ) dan yang turun ( social sinking ).

Gerak social yang naik mempunyai dua  bentuk utama,     yaitu :

a.    Masuknya individu - individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam

kedudukan yang lebih tinggi yang telah ada.

b.    Pembentukan suatu kelompok  baru, yang kemudia ditempatkan pada derajad 

yang lebih tinggi dari kedudukan individu - idividu pembentuk kelompok tersebut.

Gerak social yang turun, mempunyai dua bentuk pula, yaitu :

a.      Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajadnya.

b.      Turunnya derajad kelompok individu - individu yang berupa suatu disintegrasi

dalam kelompok sebagai kesatuan.

Kedua bentuk tersebut di atas, dapat di ibaratkan sebagai orang penumpang

kapal laut yang jatuh ke laut dan seterusnya sebagai kapal yang tenggelam bersama

seluruh penumpangnya apabila kapal itu pecah.

Page 55: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan

Gerak social horizontal adalah suatu peralihan individu dari satu kelompok social

yang satu ke kelompok social yang lain yang sederajad.

2.      Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Vertikal Gerak social yangn horizontal tidak banyak dibicaralkan disini karena hal

tersebut banyak di bahas dalam demografi. Gerak social vertical lebih penting untuk

dijadikan landasan pembangunan. Prinsip - prinsip umum gerak social vertical adalah :

a.      Hampir tak ada masyarakat yang secara mutlak tertutup, walapun gerak social

vertical hamper - hamper tidak nampak.

b.      Dalam masyarakat terbuka sekalipun tidak mungkin terjadi gerak social vertical

yang sebebas - bebasnya; sedikit banyak akan terjadi hambatan - hamabatan.

c.       Gerak social vertical yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada, semua

masyarakat mempunyai ciri - cirinya yang khas bagi gerak sosialnya yang vertical.

d.      Laju gerak social vertical yang disebabkan oleh factor ekonomi, politik serta

pekerjaan adalah berbeda.

e.      Berdasarkan bahan - bahan sejarah, khususnya dalam gerak social vertical yang

disebabkan factor - factor ekonomi, politik dan pekerjaan, tak ada kecenderungan

yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak social. Hal ini berlaku

bagi suatu Negara, lemabga social yang besar dan juga bagi sejarah manusia.

3.      Saluran Gerak Sosial yang Vertikal Menuruut Pitirin A Sorokan, gerak social vertical ( social circulation ) mempunyai

saluran - saluran; diantaranya yang penting adalah angkatan bersenjata, sekolah -

sekolah, organisasi politik, lembaga keagamaan, organisasi ekonomi dan keahlian.

Saya kira para pembaca tidak akan merasa kesulitan dalam mengnanalisa atau

mencari contoh dari berbagai hal yang di sebutkan di atas. Namun jika ada kseulitan,

dalam kuliah mendatang masih akan dijelaskan oleh dosen yang bersangkutan.

 

 

 

 

Page 56: BAB IV · Web viewSetiap individu dilahirkan dan berkembang dalam suatu keluarga dan ini bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Atau dengan