BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

32
111 BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 4.1 Syarat Umum dan Administrasi Pasal 1 Istilah Yang dimaksud dalam syarat-syarat umum ini adalah: 1. “Pemilik” adalah Pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh Departemen Pekerjaan Umum c.q Direktorat Jenderal Pengairan, Direktorat Irigasi Sub Dinas Pengairan Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. 2. “Pemimpin Proyek” atau “Pemimpin Bagian Proyek” adalah pejabat yang mewakili pemilik untuk bertindak selaku pemberi dan pengatur jalannya pekerjaan yang diatur dalam kontrak. 3. “Pekerjaan” adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan, diselesaikan dan dipelihara sesuai dengan kontrak, meliputi pekerjaan permanen dan pekerjaan sementara. 4. “Pekerjaan Permanen” adalah pekerjaan permanen yang harus dilaksanakan, diselesaikan dan dipelihara sesuai dengan dokumen kontrak. 5. “Pekerjaan Sementara” adalah segala macam pekerjaan penunjang yang diperlukan untuk atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan beserta barang-barang dan jasa yang harus disediakan kontraktor untuk atas nama pemilik atau direksi. 6. “Direksi” adalah pejabat proyek, instansi atau badan hukum yang ditunjuk dan diberi kekuasaan penuh oleh Pemimipin Proyek untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapai hasil kerja sebaik- baiknya menurut persyaratan yang ada dalam kontrak 7. “Pengawas” adalah pejabat proyek, instansi atau badan hukum yang diberi kekuasaan penuh oleh Pemimipin Proyek atau Direksi atau Pengawas Pekerjaan.

Transcript of BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

Page 1: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

111

BAB IV

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

4.1 Syarat Umum dan Administrasi

Pasal 1

Istilah

Yang dimaksud dalam syarat-syarat umum ini adalah:

1. “Pemilik” adalah Pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh

Departemen Pekerjaan Umum c.q Direktorat Jenderal Pengairan,

Direktorat Irigasi Sub Dinas Pengairan Pekerjaan Umum Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Tengah.

2. “Pemimpin Proyek” atau “Pemimpin Bagian Proyek” adalah pejabat yang

mewakili pemilik untuk bertindak selaku pemberi dan pengatur jalannya

pekerjaan yang diatur dalam kontrak.

3. “Pekerjaan” adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan, diselesaikan dan

dipelihara sesuai dengan kontrak, meliputi pekerjaan permanen dan

pekerjaan sementara.

4. “Pekerjaan Permanen” adalah pekerjaan permanen yang harus

dilaksanakan, diselesaikan dan dipelihara sesuai dengan dokumen kontrak.

5. “Pekerjaan Sementara” adalah segala macam pekerjaan penunjang yang

diperlukan untuk atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan

pemeliharaan pekerjaan beserta barang-barang dan jasa yang harus

disediakan kontraktor untuk atas nama pemilik atau direksi.

6. “Direksi” adalah pejabat proyek, instansi atau badan hukum yang ditunjuk

dan diberi kekuasaan penuh oleh Pemimipin Proyek untuk mengawasi dan

mengarahkan pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapai hasil kerja sebaik-

baiknya menurut persyaratan yang ada dalam kontrak

7. “Pengawas” adalah pejabat proyek, instansi atau badan hukum yang diberi

kekuasaan penuh oleh Pemimipin Proyek atau Direksi atau Pengawas

Pekerjaan.

Page 2: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

112

8. “Peserta Lelang” adalah rekanan yang bergerak dalam bidak Kontraktor

yang ditunjuk dalam pelelangan.

9. “Penawar” adalah peserta lelang atau badan usaha yang bergerak dalam

bidang jasa kontraktor yang mengajukan surat penawaran berdasarkan

ketentuan pelelangan yang berlaku.

10. “Kontraktor” adalah penawar yang telah ditunjuk oleh pemilik atau

Pemimpin Proyek yang telah menandatangani kontrak untuk

melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara pekerjaan.

11. “Kontrak” adalah surat perjanjian sesuai ketentuan hukum yang berlaku

antara Pemilik dan Kontraktor untuk melaksanakan, menyelesaikan dan

memelihara pekerjaan termasuk bagian-bagiannya.

12. “Nilai Kontrak” adalah jumlah nilai uang untuk melaksanakan,

menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang dicantumkan dalam

kontrak.

13. “Peralatan Konstruksi dan Bahan Konstruksi” adalah peralatan dan bahan

bantu konstruksi yang dipakai dalam pelaksanaan, penyelesaian dan

pemeliharaan pekerjaan permanen dan tidak merupakan bagian pekerjaan.

14. “Bahan” adalah semua bahan bangunan yang dipakai untuk pelaksanaan

penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan.

15. “Lapangan” adalah lahan yang disediakan oleh pemillik untuk keperluan

pelaksanaan pekerjaan.

16. “Penjamin” adalah Bank Pemerintah, Bank lain dan lembaga keuangan

lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang menerbitkan surat

jaminan.

17. “Bulan” atau “hari” adalah bulan kalender dan hari kalender.

18. “Pemeriksaan” (Opname) adalah kegiatan mengukur, menilai dan menguji

keadaan dan hasil/kemajuan pekerjaan atau keadaan serta mutu bagian

pekerjaan di lapangan.

19. “Pengujian” adalah kegiatan meneliti dan mengetes keadaan dan mutu

pekerjaan di lapangan.

20. “Pematokan” (Uiset) adalah penjabaran gambar-gambar berupa tanda-

tanda, dengan patok yang menggambarkan arah jarak dan ketinggian.

Page 3: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

113

21. “Pengukuran” adalah kegiatan mengukur panjang, lebar, luas, isi dan hasil

pekerjaan dari bahan

Pasal 2

Kontrak dan Dokumen Kontrak

1. Kontrak meliputi pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan

dan kecuali apabila ditentukan lain dalam kontrak, meliputi juga

pengesahan segala tenaga baru, bahan, peralatan dan bahan konstruksi,

pekerjaan sementara dan segala keperluan yang bersifat permanen maupun

yang bersifat sementara.

2. Dokumen kontrak yang terdiri atas penawaran kontrak, syarat-syarat

umum/ khusus termasuk addendum, gambar dan berita acara penjelasan

pekerjaan adalah merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan. Jika

terdapat perbedaan diantara dokumen yang satu dengan dokumen yang

lain maka harus tunduk kepada urutan sebagai berikut:

a. Amandemen kontrak, bila ada

b. Kontrak

c. Berita acara penjelasan

d. Penawaran

e. Addendum syarat-syarat khusus/ umum

f. Syarat-syarat khusus kontrak

g. Syarat-syarat umum kontrak

h. Spesifikasi teknis khusus

i. Spesifikasi teknis umum

j. Gambar-gambar

Pasal 3

Gambar-gambar dan Ukuran

1. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:

- Gambar yang termasuk dalam dokumen pelelangan

Page 4: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

114

- Gambar perubahan yang disetujui oleh Direksi

- Gambar lain yang disediakan akan disetujui oleh Direksi

2. Gambar-gambar pelaksanaan (Construction Drawing atau Shop Drawing)

dan gambar detailnya harus dibuat oleh kontraktor dan mendapat

persetujuan Direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Kontraktor harus menyediakan satu set gambar lengkap di lapangan.

4. “Gambar Pelaksanaan” (As Build Drawing) yang dibuat oleh kontraktor

dan disetujui oleh Direksi harus disertakan pada penyerahan kedua

pekerjaan.

Pasal 4

Pengalihan dan Pengawas-Sub-Kontrak

1. Kontraktor tidak boleh mengalihkan (assign) seluruh atau sebagian

kontrak kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari

Pemimpin Proyek.

2. Setiap penyerahan bagian kepada Sub Kontraktor harus mendapatkan

persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pemimpin Proyek. Pekerjaan

utama yang tidak boleh diserahkan Sub Kontraktor serta pembatasan

bagian yang boleh diserahkan kepada Sub Kontraktor ditentukan dalam

syarat-syarat teknis.

3. Kontraktor tetap bertanggung jawab atas pekerjaan dan segala yang

dihasilkan oleh Sub Kontraktor.

Pasal 5

Tugas dan Wewenang Pemimpin Proyek

Tugas dan wewenang Pemimpin Proyek diatur sesuai dengan keputusan Presiden

Republik Indonesia yang berlaku dan apabila masih diperlukan ketentuan lebih

lanjut akan ditentukan dalam bagian syarat khusus.

Page 5: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

115

Pasal 6

Tugas Umum dan Wewenang Direksi serta Pengawas

1. Tugas dan Wewenang Direksi adalah mengawasi dan mengarahkan

pekerjaan yang meliputi membuat dan menandatangani Berita Acara

Pemeriksaan Prestasi Pekerjaan, menyetujui dan menyediakan gambar

sesuai pasal 3 ayat 1 dan 2, membantu Pemimpin Proyek dalam

memecahkan peermasalahan yang berhubungan dengan perpanjangan

jangka waktu pelaksanaan tambah/ kurang.

2. Direksi tidak mempunyai wewenang untuk membebaskan kontraktor dari

tugas-tugas yang akan mengakibatkan kelambatan pekerjaan atau

perubahan pembayaran oleh pemilik, kecuali diperintahkan secara tertulis

oleh Pemimipin Proyek.

3. Dalam keadaan darurat yang membahayakan keselamatan jiwa manusia,

pekerjaan dan harta benda, Direksi berwenang mengambil tindakan

dengan memerintahkan kontraktor melaksanakan pekerjan darurat yang

menurut Direksi perlu untuk meniadakan atau mengurangi resiko. Dalam

hal ini Direksi harus segera melapor secara tertulis kepada Pemimpin

Proyek.

4. Tugas dan wewenang pengawas adalah membantu Direksi dalam hal

mengamati dan mengawasi pelaksanaan serta menguji bahan, tenaga kerja

dan alat-alat yang akan dipergunakan serta hasil pekerjaan.

Pasal 7

Kewajiban Umum Kontraktor

Sesuai ketentuan Dokumen Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan,

menyelesaikan dan memelihara pekerjan dengan sungguh-sungguh, penuh

perhatian dan teliti. Disamping itu kontraktor harus mengarahkan semua

keperluan tenaga kerja termasuk tenaga pengawas pelaksanaan, bahan, peralatan

konstruksi dan lain-lain keperluan yang bersifat permanen maupun sementarta.

Hal-hal tersebut harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

Page 6: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

116

kontrak, maupun persyaratan yang secara wajar perlu, yang disimpulkan dari

ketentuan-ketentuan dalam dokumen kontrak.

Pasal 8

Pembuatan Kontrak

1. Sebagai tindak lanjut dari pembukaan dan penilaian penawaran, Pemimpin

Proyek akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Penunjukan.

2. Setelah segera dikeluarkan surat penunjukan pemenang pelelangan,

penawar yang ditunjuk diwajibkan menandatangani kontrak. Kontrak

harus sudah ditandatangani dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam

bagian II syarat-syarat khusus terhitung sejak dikeluarkannya surat

penunjukan pemenang pelelangan.

3. Apabila penawar yang ditunjuk lalai melaksanakan penandatanganan

kontrak sebagaimana disebutkan dalam bagian II syarat-syarat khusus dan

lalai menandatangani kontrak setelah diberi peringatan tertulis oleh

Pemimipin Proyek sebanyak tiga kali berturut-turut dalam jangka waktu

15 hari, surat penunjukan pemenang pelelangan dibatalkan oleh Pemimpin

Proyek serta jaminan penawaran menjadi milik Negara.

4. Kontraktor diwajibklan menggandakan Dokumen Kontrak sesuai

kebutuhan atas biaya kontraktor.

Pasal 9

Jaminan Penawaran dan Jaminan Pelaksanaan

1. Jaminan penawaran untuk pelelangan ini adalah sebesar 1-3 % yang

berupa Surat Jaminan Bank Pembangunan Daerah dan jangka waktu

berlakunya ditetapkan oleh panitia pelelangan. Jaminan penawaran

ditunjukkan kepada Pemimpin Proyek dengan jangka waktu 90 hari.

2. Jaminan penawaran tersebut akan segera dikembalikan apabila yang

bersangkutan tidak menjadi pemenang setelah Gunning keluar.

Page 7: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

117

3. Jaminan penawaran menjadi milik Negara apabila peserta mengundurkan

diri setelah pemasukan surat penawaran ke dalam kotak pelelangan atau

mengundurkan diri ditunjuk sebagai pemenang pelelangan.

4. Bila pelelangan dinyatakan gagal maka jaminan penawaran dikembalikan

kepada penawar.

5. Penawar yang telah ditunjuk, pada waktu menerima surat penunjukan

diwajibkan memberi jaminan pelaksanaan berupa Surat Jaminan

Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank Pembangunan Daerah yang

besarnya 5 % dari nilai penawaran/ kontrak dan berjangka waktu sampai

dengan penyelesaian pekerjaan/ penyerahan kedua. Pada saat jaminan

pelaksanaan diterima oleh Pemimpin Proyek/ Pimbagpro , maka jaminan

penawaran yang bersangkutan dikembalikan.

Pasal 10

Pemeriksaan Pekerjaaan

1. Apabila suatu waktu Direksi memandang perlu untuk mengadakan

pemeriksaan dan mutu pekerjaan atau apabila PIHAK KEDUA

mengajukan permohonan kepada Direksi untuk memeriksa suatu bagian

pekerjaan, maka PIHAK KEDUA atau wakilnya harus hadir di tempat

pekerjaan itu.

2. Pekerjaan yang telah selesai, sebelum diserahkan untuk pertama kalinya

kepada PIHAK KESATU, akan diperiksa oleh panitia pemeriksa akhir

pekejaan yang anggotanya terdiri staf proyek, pembangunan dinas dan

cabang yang bersangkutan sebelum diperiksa oleh panitia pemeriksa

akhir terlebih dahulu akan diadakan mutual chek dengan biaya

dibebankan kepada PIHAK KEDUA.

3. Untuk maksud tersebut Direksi akan memberitahukan secara tertulis

kepada PIHAK KEDUA 2 hari sebelum diadakan pemeriksaan

pekerjaan.

Page 8: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

118

4. Apabila PIHAK KEDUA atau wakilnya tidak hadir pada waktu di

adakan pemeriksaan pekerjaan, maka pemeriksaan akan disampaikan

kepada PIHAK KEDUA secara tertulis.

Pasal 11

Penyediaan Bahan Bangunan

PIHAK KEDUA harus dengan biaya sendiri mendatangkan segala bahan

bangunan yang diperlukan untuk pekerjaan itu. Mutu dan cara penyimpanan atau

penimbunan tiap-tiap bahan harus memenuhi syarat-syarat atau spesifikasi teknik.

Penyediaan bahan-bahan harus sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Pasal 12

Lokasi Kerja dan Tempat Penyimpanan Bahan/Barang/Alat

PIHAK KEDUA harus menyediakan dengan biaya sendiri lokasi kerja

pembangunan Direksi keet, kantor bagi pelaksana, gudang barak kerja, tempat

untuk penyimpanan/ penimbunan bahan bangunan/ barang jadi dan lapangan

untuk peralatan dan bengkel alat-alat bangunan.

Pasal 13

Mutu dan Pemeriksaan Barang

Mutu bahan-bahan bangunan dan barang jadi yang akan digunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam

syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan dan sepanjang tidak tercantum di

dalamnya harus memenuhi persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia

(PUBI 82).

Page 9: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

119

Pasal 14

Jam Kerja

1. Agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya,

maka PIHAK KEDUA harus bekerja minimal 40 jam seminggu.

2. PIHAK KEDUA dapat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan diluar jam

kerja, pada malam hari atau pada hari-hari libur. Untuk itu PIHAK

KEDUA harus memberitahukan tentang rencananya untuk bekerja lembur

terlebih dahulu kepada Direksi, sedang biaya-biaya akibat penambahan

jam kerja menjadi tanggungan PIHAK KEDUA.

Pasal 15

Volume Kerja

Volume pekerjaan dari tiap-tiap teknis pekerjaan yang tercantum dalam lampiran

Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) merupakan satu kesatuan dengan

gambar dalam kontrak yang tidak berubah oleh siapa pun, kecuali ada perubahan

gambar dan syarat-syarat teknis yang diperintahkan oleh PIHAK KESATU

sehingga terjadi adanya pekerjaan tambah atau kurang.

Pasal 16

Harga Borongan

Besarnya harga borongan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Pemborongan

adalah harga borongan lump sum yang tidak bisa berubah kecuali dengan

persetujuan bersama.

Page 10: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

120

Pasal 17

Gudang dan Barak Kerja

PIHAK KEDUA wajib mendirikan dan merawat gudang dan barak kerja yang

diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan, dengan ukuran sesuai dengan

kebutuhan volume pekerjaan.

Pasal 18

Kantor Lapangan

Kantor lapangan sesuai dengan keterangan pada anwijzing, dengan konstruksi

yang memenuhi syarat dan dilengkapi antara lain: meja kursi tulis, meja kursi

tamu, papan gambar dan papan tulis.

Pasal 19

Pekerjaan yang Tidak Memenuhi Syarat

Pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat teknis pelaksanaan atau tidak sesuai

dengan gambar, atas perintah tertulis dari Direksi harus dibongkar oleh PIHAK

KEDUA dalam waktu yang telah ditentukan oleh Direksi dan harus diperbaiki

atas beban PIHAK KEDUA.

Pasal 20

Penyerahan Pekerjaan

1. Penyerahan pekerjaan untuk pertama kalinya dilaksanakan dengan Berita

Acara yang menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai seeluruhnya dan

diterima baik oleh Direksi. Sebelum diadakan pemeriksaan oleh tim

pemeriksa akhir harus diadakan pengukuran (mutual check).

2. Penyerahan kedua dilakukan setelah masa pemeliharaan selesai yang lamanya

ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan dan setelah PIHAK KEDUA

melaksanakan perbaikan dan perawatan dengan sempurna.

Page 11: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

121

3. Sebelum Berita Acara Penyerahan kedua ditandai oleh PIHAK KESATU,

PIHAK KEDUA harus menyerahkan bukti-bukti yang memuaskan PIHAK

KESATU, bahwa hutang yang mungkin ada, termasuk pajak upah buruh dan

pembayaran bahan bangunan, yang menyangkut pekerjaan tersebut, telah

dilunasi (bila dipandang perlu oleh PIHAK KESATU).

Pasal 21

Perubahan Gambar

1. Apabila Direksi memandang perlu untuk mengadakan perubahan dalam

gambar dan syarat-syarat teknis pelaksanaan, maka PIHAK KEDUA wajib

melaksanakan penambahan biaya yang timbul akibat perubahan tersebut

menjadi beban PIHAK KESATU.

2. Perubahan gambar atau syarat-syarat teknis pelaksanaan yang diusulkan oleh

PIHAK KEDUA atas persetujuan Direksi dapat dilaksanakan sepanjang

perubahan tersebut tidak mengakibatkan penambahan harga kontrak.

3. PIHAK KEDUA harus membuat gambar detail pelaksanaan yang diperlukan

diatas kalkir yang dicetak rangkap 4 berupa album atas biaya PIHAK KEDUA

dan diserahkan kepada PIHAK KESATU.

4. PIHAK KEDUA diwajibkan membuat gambar-gambar pelaksanaan (as build

drawing) diatas kalkir rangakap 4 berupa album atas biaya PIHAK KEDUA,

dan diserahkan kepada PIHAK KESATU pada penyerahan kedua.

Pasal 22

Bahan Bangunan dan Barang Jadi yang Ditolak

1. Bahan bangunan dan barang jadi yang ditolak, baik yang belum atau yang

sudah digunakan/ dipasang, harus diangkut keluar lokasi pekerjaan dalam

waktu yang ditentukan oleh Direksi.

2. Semua biaya akibat pemindahan bangunan dan barang jadi yang ditolak

dibebankan kepada PIHAK KEDUA.

Page 12: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

122

3. PIHAK KEDUA harus membongkar dan menyingkirkan dengan segera

pekerjaan yang bahannya ditolak oleh Direksi, dan segera membangun

kembali pekerjaan yang dibongkar tersebut. Semua biaya yang timbul akibat

pembongkaran dan pembangunan kembali tersebut menjadi beban PIHAK

KEDUA.

Pasal 23

Jangka Waktu Penyelesaian

1. Waktu penyelesaian untuk pekerjaan ini ditetapkan selama hari kalender

terhitung setelah Surat Keputusan petunjukan pemenang diterbitkan

(Gunning).

2. Waktu pemeliharaan untuk pemeliharaan pekerjaan ini ditetapkan selama

hari kalender terhitung dari tanggal penyerahan pertama (pekerjaan selesai

100%)

Pasal 24

Perpanjangan Waktu Pelaksanaan

1. Atas perhatian pemborong dengan alasan-alasan yang dapat diterima,

Direksi dapat memperpanjang waktu penyerahan pekerjaan ini. Alasan-

alasan yang dapat dipertimbangkan antara lain:

- Terjadi pekerjaan tambahan

- Pelakasanaan pekerjaan tidak dapat dimulai pada waktunya (karena

pembebasan tanah/ ganti rugi dan lain-lain yang belum selesai)

- Ada perintah menghentikan pekerjaan oleh Direksi atau penguasa yang

berwenang.

- Ada gangguan luar antara lain: banjir besar, kebakaran, gema bumi,

sabotase dan lain-lain diluar kemampuan pemborong.

2. Permohonan pengunduran waktu penyerahan dilakukan pemborong

kepada Pemimpin Proyek/PIHAK KESATU dengan menyebutkan alasan-

alasannya.

Page 13: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

123

3. Kelambatan karena kelalaian pemborong tidak dapat diterima untuk alasan

pengunduran waktu penyerahan.

Pasal 25

Kelalaian Menjalankan Perintah

1. Apabila PIHAK KEDUA lalai atau gagal menjalankan perintah Direksi

yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan, maka PIHAK KESATU

berhak melaksanakan sendiri tersebut atas beban PIHAK KEDUA.

2. Kerugian yang mungkin timbul akibat kelalaian atau kegagalan dalam

menjalankan perintah Direksi tersebut menjadi beban PIHAK KEDUA.

Pasal 26

Kelambatan Diluar Tanggung Jawab

1. PIHAK KEDUA akan dibebaskan dari tangung jawab atas kelambatan

yang disebabkan oleh hal-hal/ kejadian-kejadian sebagai berikut (yang

menurut pendapat Direksi menghambat pelaksanaan pekerjaan oleh

PIHAK KEDUA).

(a) Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir, gunung meletus

dan lain sebagainya.

(b) Kejadian yang tidak terduga seperti peperangan, kebakaran dan kejadian

lain yang menurut Direksi bukan akibat kelalaian PIHAK KEDUA

sendiri.

(c) Kelambatan penyediaan dalam lokasi pekerjaan (pembebasan tanah) oleh

PIHAK KESATU sehingga menghambat pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua kejadian tersebut di atas harus dilaporkan secara tertulis oleh

PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU dalam waktu 3 hari setelah

terjadi.

Page 14: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

124

Pasal 27

Keamanan dan Ketertiban

1. PIHAK KEDUA wajib menjaga keamanan dan keselamatan atas

pekerjaan, alat-alat, barang-barang dan harta benda yang terdapat di daerah

pekerjaan dan yang dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan.

2. PIHAK KEDUA wajib menjaga keselamatan dan keamanan para

pekerjanya terhadap segala macam bencana dan wajib mencegah

peredaran minuman keras dan narkotika di kalangan mereka, yang bisa

mengakibatkan kerusuhan dan kekerasan.

3. PIHAK KEDUA wajib mentaati peraturan daerah setempat dalam hal

pengunaan jalan untuk lalu lintas dump truck dan alat-alat berat dan dalam

hal ini pendirian bangsal-bangsal kerja.

4. PIHAK KEDUA wajib membangun barak atau bangsal untuk tempat

tinggal yang mungkin diperlukan bagi pekerjanya, yang memenuhi syarat-

syarat kesehatan dan wajib menjaga kebersihannya.

Pasal 28

Keselamatan Kerja

1. PIHAK KEDUA wajib menjaga keselamatan para pekerjanya dengan

mengambil tindakan penyelamatan terhadap kemungkinan kecelakaan.

2. PIHAK KEDUA wajib memberikan jaminan kesehatan, keamanan dan

keselamatan bagi para pegawai dan pekerjanya.

3. PIHAK KEDUA wajib mentaati ketentuan-ketentuan dalam Undang-

undang perburuhan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku di

Indonesia dan wajib mengikuti Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK).

4. PIHAK KEDUA wajib menyediakan segala alat-alat pertolongan bagi

pekerja dan pegawai yang mungkin mengalami kecelakaan pada waktu

menjalankan tugasnya dan wajib memikul beban pertolongan dan

perawatan.

Page 15: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

125

5. PIHAK KEDUA wajib melaporkan kecelakaan yang mungkin menimpa

pegawai dan pekerjanya kepada Direksi secara tertulis.

6. PIHAK KEDUA wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup

bagi pekerja dan pegawainya.

Pasal 29

Kewajiban PIHAK KEDUA Selama Masa Pemeliharaan

1. Selama jangka waktu pemeliharaan sebagai yang tersebut dalam Surat

Perjanjian Pemborongan, PIHAK KEDUA wajib merawat bagian-bagian

pekerjaan baik yang telah berfungsi atau yang belum, mengalami retak, patah,

hilang, merosot, ambles, longsor dan kerusakan lainnya dibawah petunjuk dan

perintah Direksi. PIHAK KEDUA wajib pula membersihkan rumput-rumput

yang mungkin tumbuh di dalam penampang basah saluran dan mengangkat

lumpur yang mungkin mengendap di dasar saluran dan di dasar bangunan.

2. PIHAK KEDUA wajib tunduk kepada Direksi untuk menggunakan,

memfungsikan dan mengoperasikan bagian-bagian pekerjaan yang telah

selesai.

Pasal 30

Penyelesaian Perselisihan

1. Setiap perselisihan atau segala yang timbul dari atau yang berhubungan dengan

kontrak, di utamakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk mufakat.

2. Apabila perselisihan/ sengketa masih belum dapat diselesaikan, melalui panitia

Arbitrase.

3. Apabila digunakan Panitia Abitrase maka Panitia Arbitrase terebut terdiri dari

seorang Arbiter sebagai anggota yang ditunjuk oleh pemilik, seorang arbiter

lain yang ditunjuk oleh kontraktor dan seorang arbiter lagi sebagai ketua

merangkap anggota yang ditunjuk oleh kedua anggota tersebut diatas.

4. Bila dalam waktu 30 hari sejak ditunjuknya Panitia Arbitrase belum mendapat

kesepakatan mengenai ketua Panitia Arbitrase tersebut maka kedua belah

Page 16: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

126

pihak menyerahkan penunjukan ketua kepada ketua penitia Pengadilan Negeri

dari domisili yang tercantum dalam kontrak.

5. Keputusan Panitia Arbitrase tersebut mengikat kedua belah pihak.

6. Semua penyelenggaraan Arbitrase dilaksanakan berdasarkan peraturan arbirtase

yang berlaku.

7. Selama proses penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah arbitrase

atau Pengadilan Negeri, kontraktor diharuskan meneruskan pekerjaan sesuai

dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan atau menurut perintah pemilik,

dengan memperhitungkan biaya yang akan ditetapkan sebagai hasil

musyawarah Arbitrase atau Keputusan Pengadilan Negeri.

Pasal 31

Surat Menyurat

Surat menyurat antara Pemilik, Pemimpin Proyek atau Direksi dan Kontraktor

harus dilakukan dengan pengiriman langsung disertai tanda terima yang dibubuhi

tanggal, tanda tangan dan nama jelas penerima. Untuk keprluan tersebut

kontraktor wajib memberi alamat kantor lapangan yang jelas.

Pasal 32

Bea dan Pajak

1. Semua bea, pajak, cukai dan pungutan lain oleh Pemerintah sehubungan

dengan pekerjaan ini menjadi beban dan tanggung jawab kontraktor. Untuk

pembayaran itu kontraktor tidak menerima pembayaran tambahan dari

Pemimpin Proyek.

2. Bea materai kontrak harus ditanggung oleh kontraktor.

Page 17: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

127

Pasal 33

Pemutusan Kontrak

1. Apabila kontraktor tidak mulai melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal waktu

yang telah ditetapkan dalam kontrak atau telah mulai melaksanakan pekerjaan

namun tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dalam

kontrak dan telah diberi peringatan secara tertulis oleh Pemberi Pekerjaan atas

kesalahan/kelalaian kontraktor tersebut, maka Pemberi Tugas dapat

menentukan waktu yang wajar guna memberikan kesempatan kepada

kontraktor untuk memenuhi kewajibannya.

2. Apabila Kontraktor telah diberi peringatan oleh Pemberi Pekerjaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini dan kontraktor masih tetap

melakukan kesalahan/ kelalaiannya baik atas pekerjaan yang telah

dilaksanakan terdahulu maupun pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, dan telah

diberi peringatan tertulis tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu

masing-masing selama 15 hari atau dengan tenggang waktu yang wajar sesuai

dengan permasalahan maka kontraktor tetap dianggap dalam keadan lalai dan

Pemberi Pekerjaan berhak memutuskan kontrak secara sepihak.

3. Apabila kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang

telah ditetapkan dlam kontrak dan denda yang dikenakan kepada kontraktor

sebagai akibat keterlambatan pelaksanaan pekerjaan tersebut telah melebihi

besarnya denda maksimum yang dikenakan, maka Pemberi Pekerjaan dapat

menentukan waktu yang wajar guna memberikan kesempatan kepada

kontraktor untuk memenuhi kewajibannya.

4. Apabila dalam jangka waktu tersebut kontraktor tidak dapat menyelesaikan

pekerjaan, maka Pemberi Tugas berhak memutuskan kontrak secara sepihak.

Dalam hal ini terjadi pemutusan kontrak berdasarkan pasal ini, tanpa

mengurangi hak kontraktor untuk memperoleh pembayaran bagi pekerjaan

yang telah dilaksanakan maka kontraktor wajib membayar denda-denda dan

hutang-hutang yang belum dibayar pada saat pemutusan kontrak dan Pemberi

Pekerjaan berhak mencairkan jaminan pelaksanaan.

Page 18: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

128

5. Apabila kontraktor mengundurkan diri setelah penandatanganan kontrak atau

dalam waktu pelaksanaan pekerjaan, maka kontrak dinyatakan putus dan

berlaku ketentuan-ketentuan dalam ayat 4 pasal ini.

4.2 Syarat-syarat Teknis Pelaksanaan

Pasal 1

Ketentuan Umum

Sepanjang tidak ditentukan lain perihal pelaksanaan teknis pelaksanaan maka

untuk pekerjaan ini tetap mengikuti seperti yang tercantum dalam syarat-syarat

teknis berikut ini serta Normalisasi Standart Indonesia yang berlaku sebagaimana

tercantum antara lain dalam pasal 2 dibawah.

Pasal 2

Normalisasi Standart Indonesia

NI – 2 – Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971

NI – 3 – Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan Indonesia

NI – 5 – Peraturan Konstruksi kayu Indonesia

NI – 7 – Syarat-syarat untuk Kapur Bahan Bangunan

NI – 8 – Semen Portland

Pasal 3

Mobilisasi

1. Sebelum kegiatan pelaksanaan pekerjaan dimulai, pemborong harus

mengajukan rencana mobilisasi kepada Direksi.

2. Kegiatan yang dimaksud pada ayat 1 dalam pasal ini meliputi:

a) Transportasi lokal alat-alat dan perlengkapan lainnya ke tempat pekerjaan.

b) Penguasaan dan pengamanan daerah kerja

Page 19: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

129

c) Pembuatan bangunan sebagaimana yang tercantum dalam daftar uraian

pekerjaan

Pasal 4

Daerah Kerja

1. Areal tanah untuk kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi Kerja.

Pengunaan daerah diluar yang telah disediakan menjadi tanggung jawab dan

atas usaha pemborong.

2. Pemborong harus menutup daerah kerja bagi umum guna keamanan kerja, alat

dan bahan selama pekerjaan berlangsung.

3. Pada daerah yang telah disediakan, pemborong harus merencanakan

pengunaannya, yang pada dasarnya akan membantu kelancaran pelaksanaan

pekerjaan. Rencana tersebut harus disetujui oleh Direksi sebelum penggunaan

areal kerja.

4. Pemborong diharuskan membuat kantor lapangan, gudang dan sebagainya

guna menunjang pelaksanaan pekerjaan.

5. Sebelum pelaksanaan dimulai, daerah kerja harus dikeringkan terlebih dahulu,

antara lain dengan membuat parit-parit drainage dan lain sebagainya.

6. Selama pelaksanaan pekerjaan, lalu lintas/transportasi, eksplorasi irigasi atau

bangunan-bangunan lainnya tidak boleh terganggu.

Pasal 5

Kantor Lapangan, Gudang, Barak Kerja

1. Pemborong harus membuat suatu bangunan “Kantor Lapangan” untuk

kepentingan Direksi. Letak kantor lapangan akan ditentukan oleh Direksi.

2. Gudang dan barak kerja harus di buat pemborong dengan konstruksi

memenuhi syarat-syarat teknis bangunan.

Page 20: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

130

Pasal 6

Peralatan Kerja

1. Pemborong harus menyediakan peralatan yang baik dan siap dipakai yang

diperlukan sehubungan dengan pekerjaan.

2. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini Pemberi Tugas/ Direksi tidak menyediakan/

meminjamkan/ menyewakan peralatan kerja.

3. Untuk pengamanan pelaksanaan pekerjaan pemborong diharuskan

menyediakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan Peraturan Perburuhan

Pemerintah Republik Indonesia yang berlaku.

Pasal 7

Pembersihan Lingkungan

1. Sebelum dimulainya pekerjaan, pemborong harus membersihkan daerah kerja

dari semak-semak, pohon-pohon dan sebagainya yang mengganggu

pelaksanaan pekerjaan.

2. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, maka pemborong masih berkewajiban

membersihkan material/ bahan-bahan bekas dan kotoran-kotoran akibat

pelaksanaan pekerjaan sehingga hasil pekerjaan menjadi bersih dan baik

sesuai dengan rencana.

3. Bongkaran bekas kantor lapangan harus diserahkan kepada Direksi dan

dikirim ke kantor cabang Dinas Pekerjaan Umum setempat atas biaya

pemborong dan diserahkan dengan berita acara.

Pasal 8

Pekerjaan Pengukuran, Bouwplank, Profil

1. Sebelum pekerjaan dimulai, pemborong harus melakukan pengukuran guna

penentuan antara lain: sumbu saluran, letak/ kedudukan bangunan, elevasi

galian dan timbunan, elevasi bangunan bawah/ dasar, elevasi bangunan atas

(upper structure), batas-batas daerah kerja, elevasi titik-titik pembantu dan

Page 21: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

131

elevasi titik ikat. Masing-masing pengukuran harus disesuaikan dengan

gambar rencana. Semua hasil pengukuran dilaporkan kepada Direksi guna

mendapatkan persetujuan.

2. Pada waktu pekerjaan akan diserahkan untuk pertama kalinya Direksi akan

mengadakan pengecekan (mutual check) semua elevasi dan dimensi dari tiap

konstruksi. Akibat kesalahan elevasi yang menyebabkan dibongkarnya

bangunan maupun saluran, pembetulannya masih menjadi tanggungan

pemborong.

3. Sebelum pekerjaan dimulai pihak Direksi akan menunjuk terlebih dahulu titik

tetap/ titik ikat. Titik ikat iniharus dikaitkan dengan titik utama (BM) yang

terdekat. Pada tiap-tiap lokasi bangunan ditempatkan sebuah titik pembantu

(control point) yang dikaitkan dengan titik tetap. Titik pembantu untuk

pekerjaan saluran ditempatkan pada jarak setiap 500 m. titik tetap dan titik

pembantu harus ditempatkan disuatu tempat yang aman, tidak mengganggu

selama dalam pelaksanaan. Bahan titik tetap dan titik pembantu terbuat dari

beton masing-masing dengan ukuran 20 x 20 x 80 cm dan 10 x 10 x 80 cm

yang ditanam cukup menurut petnujuk Direksi.

4. Buowplank dibuat dan dipasang di tempat yang tidak terganggu dan

kedudukannya harus selalu terkontrol/ tidak berubah. Bahan bouplank

ditentukan dari bahan kayu kaso/ kayu kering.

5. Untuk pekerjaan bangunan dan saluran dibuat dan dipasang oleh pemborong.

Selama pekerjaan berlangsung, kedudukan profil harus selalu dikontrol

terhadap titik-titik ikat yang ada. Bahan untuk pembuatan profil ditetapkan

dari papan dan kayu kaso (kayu Kalimantan) dan bambu yang tua.

Pasal 9

Pekerjaan Pendahuluan

1. Pemborong harus melakukan sendiri pekerjaan persiapan yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan utama antara lain: pembuatan kantor,

lapangan, gudang, barak kerja, jalan dan jembatan darurat dan lain sebagainya.

Page 22: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

132

2. Pemborong harus mengusahakan/ mencari tempat-tempat pengambilan tanah

untuk urugan dan sebelumnya harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada

Direksi, apakah tanah yang akan diambil cukup memenuhi persyaratan atau

tidak.

3. Pemborong harus memelihara/ memperbaiki seluruh kerusakan yang terjadi

pada jalan-jalan dan jembatan milik desa akibat dilalui kendaraan dan

peralatan selama dalam pelaksanaan.

Pasal 10

Pekerjaan Galian Tanah

1. Tanah dimana bangunan didirikan harus dibersihkan dari segala kotoran, sisa-

sisa bongkaran, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang dapat mengganggu

konstruksi bangunan yang akan dilaksanakan

2. Penggalian tanah untuk saluran maupun bangunan harus dilaksanakan dengan

kedalaman sebagaimana tersebut dalam gambar, terkecuali ditetapkan lain

oleh Direksi berkenan dengan keadaan setempat.

3. Lebar galian harus cukup memberikan ruang kerja sesuai dengan lebar

pondasi yang akan dibuat.

4. Penggalian tanah di dekat bangunan yang tidak dibongkar harus dilakukan

secara berhati-hati, kalau perlu diadakan konstruksi penyangga/ turap untuk

pengamanan terhadap kelongsoran.

5. Kemiringan tebing galian harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi

kelongsoran. Dan bila terpaksa tebing galian dibuat curam, maka supaya

diambil tindakan-tindakan pengaman.

6. Dalam pekerjaan menggali ini termasuk juga pekerjaan-pekerjaan

membersihkan segala apa yang terdapat dalam tanah galian tersebut.

7. Untuk tanah galian yang tidak terpakai untuk timbunan, maka harus dibuang

ke tempat lain dan diatur sebaik-baiknya atas petunjuk Direksi.

8. Bila tanah dasar dan sisi untuk pondasi bangunan belum mencapai duga/

tingkat seperti apa yang tercantum dalam gambar rencana, ternyata keadaan

tanahnya cukup keras, maka penggalian tanah sementara dapat dihentikan

Page 23: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

133

sampai menunggu keputusan Direksi, demikian juga apabila penggalian tanah

pondasi telah mencapai elevasi seperti gambar rencana dan keadaan tanah

tersebut dipandang belum memenuhi keputusannya.

Pasal 11

Pekerjaan Timbunan

1. Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, tanah dasar harus dibersihkan dari

tanaman, lumpur, sampah dan lain-lain yang dapat membusuk dan dapat

menimbulkan poros, gerak gembung maupun longsor.

2. Pekerjaan timbunan tidak boleh dimulai sebelum pembersihan tanah dasar

diperiksa dan disetujui Direksi.

3. Tanah untuk timbunan harus bersih dari segala kotoran dan bahan-bahan yang

dapat membusuk. Tanah bahan timbunan yang dipergunakan harus disetujui

Direksi.

4. Untuk menjaga adanya penusutan maka tinggi dan lebar penimbunan harus

dibuat lebih besar dari ukuran sebenarnya yaitu diberi timbunan 10 % dari

rencana.

5. Timbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal 15 – 20 cm dengan terlebih

dahulu dihancurkan/ dicacah dan dipadatkan serta disiram dengan air

secukupnya. Timbunan berikutnya boleh dilakukan setelah lapisan

sebelumnya dapat diterima oleh Direksi.

6. Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat mekanis antara lain stamper mesin,

vibrator roller dan sebagainya. Atas pertimbangan dan persetujuan Direksi,

pemadatan dapat dilakukan dengan timbris yang beratnya 15 – 20 kg. Untuk

pekerjaan pemadatan yang menggunakan alat-alat berat akan dibuat syarat-

syarat tersendiri.

7. Bila timbunan dilakukan diatas tanah dasar yang miring, maka tanah dasar

tersebut harus digali bertingkat-tingkat sesuai petunjuk Direksi.

Page 24: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

134

Pasal 12

Tes Kualitas Pemadatan

1. Bila menurut pengamatan dan pemerikasaan Direksi hasil timbunan

kualitasnya diragukan dan dipandang perlu maka Direksi akan mengadakan

tes pemadatan tanah tersebut pada tempat-tempat yang ditunjuk.

2. Bila dipandang perlu tes lapangan belum mencukupi, maka akan dilakukan tes

di Laboratorium mekanika tanah dengan biaya ditanggung oleh pihak

pemborong dan hasil tes akan diberitahukan. Kepadatan tanah timbunan

dinyatakan memenuhi syarat apabila tingkat kepadatan dalam pelaksanaan

mencapai minimal 90% dari tingkat kepadatan optimum.

3. Apabila berdasarkan hasil tes laboratorium ternyata pemadatan timbunan tidak

memenuhi syarat maka pemborong harus memadatkan kembali timbunan

tersebut.

Pasal 13

Pekerjaan Bongkaran

1. Apabila bongkaran pada sebagian bangunan lama harus dilakukan secara hati-

hati tidak merusak bagian lainnya yang tidak dibongkar.

2. Batu-batu bekas bongkaran tidak boleh dipakai lagi oleh pemborong sebelum

mendapat ijin dari Direksi. Batu-batu bekas bongkaran tersebut harus

dikumpulkan pada suatu tempat menurut petunjuk Dieksi.

3. Semua bongkaran pekerjaan besi/ pintu-pintu air harus diangkat ke tempat

penyimpanan di kantor cabang yang besangkutan dengan biaya transport

ditanggung pemborong.

Page 25: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

135

Pasal 14

Syarat-syarat Bahan

1. Pasir

a) Butir-butir pasir harus tajam dan keras bersifat kekal, artinya tidak pecah

atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

b) Pasir tidak boleh mengandung bahan lumpur lebih dari 5% (ditentukan

terhadap berat kering). Bila kandungan lumpur melebihi 5% pasir harus

dicuci.

c) Untuk pekerjaan beton pasir harus disaring/ diayak.

2. Split/ Kerikil

a) Split untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak

berpori. Split yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai

apabila jumlah butir-butir tersebut tidak melampaui 20% dari berat

seluruhnya.

b) Split tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering. Jika

bandingan lumpur melampaui 1% split harus dicuci.

c) Split tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti

zat-zat relatif alkali.

d) Ukuran split 1 – 2 cm

3. Batu

a) Batu untuk pekerjaan pasangan dilarang menggunakan batu gandul/

bulat. Ukuran batu kurang lebih 15 cm

b) Sedikikt-sedikitnya 2/3 luas bidang merupakan bidang pecahan.

c) Batu–batu harus dari jenis yang kuat dan padat dan tidk lapuk, tidak

terdapat bekas-bekas lapukan dan tidak porous.

d) Batu harus bersih dari kotoran-kotoran yang mungkin melekat, kalau

perlu harus dicuci.

e) Untuk pekerjaan pasangan batu kosong, diameter minimal batu adalah 15

cm.

Page 26: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

136

4. Portland Cement (PC)

a) PC yang digunakan adalah produksi dari pabrik semen dalam negeri.

b) PC yang disimpan dalam gudang lapangan harus memenuhi persyaratan

teknis penyimpanan. Bilamana PC telah mengeras maka tidak boleh

dipakai untuk campuran.

5. Kapur

a) Semua kapur hidup harus terlebih dahulu dipadamkan sebelum dipakai

untuk pasangan. Pemadatan tersebut dapat dilakukan dengan cara

pemadaman kering atau pemadaman basah. Prosentase yang masih ada,

setelah diadakan percobaan pemadaman, sebagai batu yang tidak dapat

dipadamkan, setinggi-tingginya boleh berjumlah 5%.

b) Sisa material dari saringan tidak diperbolehkan mengandung bagian-

bagian yang belum padam.

c) Kadar hidrat kapur yang bebas sekurang-kurangnya harus 70%

d) Kapur harus disimpan dalam keadaan terlindung/ tertutup sehingga tidak

terkena air hujan yang dapat mengurangi mutu/ daya ikatnya.

6. Air

a) Air untuk pembuatan dan perawatan pasangan atau beton tidak boleh

mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan organik, atau

bahan-bahan lainnya yang dapat merusak pasangan, beton maupun besi

tulangan.

b) Sebaiknya digunakan air bersih dan harus mendapat persetujuan dari

Direksi.

7. Tulangan untuk Beton

a) Besi tulangan yang diproduksi oleh pabrik-pabrik terkenal dapat dipakai

yaitu besi tulangan umum dengan minimum mutu U – 22.

b) Penggunaan besi tulangan dengan mutu yang lebih tinggi atau dengan

batang-batang yang diprofilkan akan ditunjukkan dalam gambar/

spesifikasi.

c) Besi tulangan yang sudah berkarat tidak boleh dipakai.

d) Pembengkokan dan pemasangan dilakukan dengan keahlian yang baik.

Page 27: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

137

Pasal 15

Pekerjaan Adukan

1. Pekerjaan adukan harus dilaksanakan pada tempat yang terlindung dari sinar

matahari dan hujan, disamping itu tempatnya diusahakan tidak jauh dari

tempat pekerjaan pasangan atau pembetonan dan tidak boleh langsung diatas

tanah/ tercampur dengan material lain (dengan kotak adukan).

2. Bahan spesi terlebih dahulu harus dicampur dalam keadaan kering sehingga

cukup homogen. Pada pasangan volume besar, pencampuran bahan kering

harus dilakukan dengan alat mekanis (molen). Setelah adukan kering cukup

merata baru diberi air sesuai dengan perbandingan, sehingga menjadi mortar

yang baik.

3. Besarnya perbandingan bahan campuran harus dilakukan setepat-tepatnya.

Oleh karena itu diharuskan dengan menggunakan alat penakar bahan dari

kotak kayu dengan ukuran tertentu menurut petunjuk Direksi.

Pasal 16

Pekerjaan Pasangan

1. Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh blondos melainkan harus pesah.

Kotoran yang melekat pada bidang muka batu harus dibersihkan. Sebelum

dipasang batu-baatu dibasahi secukupnya.

2. Pemasangan batu harus disusun dan tidak boleh ada rongga-rongga.

3. Bidang tegak belakang yang akan tertimbun tanah harus ditutup dengan

mortar kasar (diberaben) dengan campuran seperti untuk pasangan.

4. Semua pasangan batu yang tampak dari luar bidangnya harus rata dan

menggunakan batu muka (rai). Ukuran batu muka ditetapkan lebar sisinya

antara 12 – 15 cm dan tebalnya minimal 10 cm. Susunan batu muka satu sama

lainnya harus diatur rapi dengan jarak 1 – 1,5 cm dan demikian juga mengenai

bentuk diusahakan sama. Kecuali dalam hal batu muka disyaratkan dengan

bentuk lain yaitu persegi empat atau persegi enam. Campuran spesi pasangan

batu muka ditetapkan 1PC : 3 Ps.

Page 28: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

138

5. Bila pekerjaan dihentikan karena hujan lebat, maka pasangn yang masih baru

harus dilindungi dengan baik.

6. Sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya, bidang sambungan harus

dibersihkan dengan air secukupnya.

7. Semua pekerjaan pasangan batu menggunakan campuran 1 Pc : 4 Ps, kecuali

ditentukan lain di dalam gambar bestek.

8. Lubang-lubang drainase harus dibuat pipa PVC 1-2/3” dengan jumlah

minimal 1 lubang tiap 1,5 meter persegi bidang tampak. Pekerjaan drainase

itu termasuk pembuatan dari ijuk setebal 5 cm, kricak dan pasir kasar di

belakang pasangan harus sesuai petunjuk Direksi.

Pasal 17

Pekerjaan Plesteran

1. Pekerjaan plesteran dilakukan paada bagian-bagian:

a. Bidang atas dari pasangan (dekzerk) dengan lebar sesuai dalam gambar

ditambah masuk kesamping yang akan terurug tanah sedalam minimal 5

cm.

b. Plesteran band-band dan dibuat dengan lebar 8 – 10 cm untuk bangunan

kecil, dan 15 cm untuk bangunan besar.

c. Tempat kedudukan pintu romijin, tembok diplester licin penuh dari batas

lengkung depan sampai hilir pada bowplank (jembatan pelayanan).

d. Pertemuan pasangan (plesteran sudut) sebesar 8 – 10 cm untuk bangunan

kecil dan 15 cm untuk bangunan besar.

e. Pada samping kozen pintu-pintu sorong, diplester tegak selebar 20 cm.

f. Alur skotbalk.

g. Pekerjaan-pekerjaan lainnya yang akan ditetakan.

2. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan maka bidang dasar harus dibuat kasar

dan bersih.

3. Pekerjaan plesteran lain harus lurus, rapi dan halus.

4. Setelah pekerjaan plesteran cukup kering, kemudian harus dipelihara dengan

siraman air secara rutin.

Page 29: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

139

5. Plesteran dibuat setebal 1,5 cm dan campuran spesinya adalah 1Pc : 3 Ps.

Pasal 18

Pekerjaan Siaran

1. Semua bagian pasangan tampak, bidang mukanya diberi pasangan batu muka,

jarak muka diantara batu muka satu sama lainnya besarnya 1 – 1,5 cm. Jarak-

jarak ini lazimnya disebut “siar”.

2. Untuk memperkuat air tersebut maka bidang mukanya diberikan lapisan

perekat dengan bahan Pc dan pasir. Adapun perbandingan campuran adalah 1

Pc : 2 Ps dengan tebal 1 cm.

3. Pekerjaan siar ditetapkan “bentuk tenggelam” dimana bidang mukanya

berkedudukan 1 cm ke dalam dari lubang muka batu muka.

4. Dasar unutk siaran terlebih dahulu harus dibersihkan dan dibuat kasar serta

dibasahi dengan air.

5. Pekerjaan siar harus segera dilaksanakan setelah pasangan batu muka sselesai

dikerjakan.

Pasal 19

Pekerjaaan Beton

1. Sebagai pedoman pekerjaan pembetonan untuk pelaksanaan pekerjaan ini

berpedoman pada Peraturan Indonesia SKSNI 1991 sepanjang persyaratan

yang tidak ditentukan lain dalam peraturan ini.

2. Mutu Beton

a. Semua pekerjaan beton tidak bertulang (beton tumbuk) ditetapkan dengan

kualitas beton B0 dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kricak.

b. Semua pekerjaan beton bertulang kelas ringan ditentukan dengan K – 125

dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 kricak. Semua pekerjaan beton bertulang

kelas menengah (pekerjaan tulang, pekerjaan jambatan kelas II dan

setingkat) ditetapkan dengan mutu K – 175 dengan campuran 1 Pc : 1,5 Ps

: 2,5 kricak.

Page 30: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

140

3. Tes Kualitas Beton

Bila menurut pengamatan dan pemeriksaan Direksi diragukan dan dipandang

perlu maka Direksi akan mengadakan pengetesan dilakukan sesuai dengan

pasal 4.4 PBI A1971 (slump test), pasal 4.7 (benda uji silinder) dan lain-lain.

Biaya yang diperlukan untuk mengadakan tes kualitas dibebankan kepada

pemborong.

4. Pekerjaan adukan Beton

Pekerjaan adukan untuk mortar beton harus menggunakan molen kecuali

ditentukan lain oleh Direksi

5. Selama dalam pelaksanaan pengecoran untuk mendapatkan hasil pemadatan

yang baik, maka dilakukan penggetaran dengan alat yaitu “vibrator”.

Kecuali pada konstruksi yang tidak memungkinkan dengan alat penggetar,

maka dipakai alat tradisional.

6. Tulangan beton harus dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan

selama pengecoran tidak berubah bentuknya

7. Setelah pengecoran beton selesai maka untuk selama 2 minggu beton harus

selalu dibasahi terus-menerus atau ditutup dengan karung-karung goni yang

selalu basah.

Pasal 20

Pekerjaaan Bekisting/ Perancah

1. Bekisting harus dibuat cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat

menghasilkan bentuk cetkan beton sesuai dengan gambar rencana.

2. Gambar rencana bekisting/ acuan beton harus dibuat oleh pemborong dan

dimintakan persetujuan kepada Direksi.

3. Perancah harus dibuat cukup dari dolken/ bambu yang dapat menahan beban

yang telah ditentukan.

4. Bongkaran bekisting/ perancah harus dilakukan secara hati-hati dengan cara

yang baik agar tidak merusak beton. Hal ini dilakukan dengan seijin Direksi.

Page 31: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

141

Pasal 21

Pekerjaan Gebalan Rumput

1. Gebalan rumput ditempel pada bidang lereng dan datar yang ditetapkan oleh

Direksi.

2. Alas untuk menempelkan gebalan rumput harus dibersihkan, diratakan dan

sekedar digemburkan, agar kedudukan gebalan rumput lebih sempurna.

3. Gebalan rumput tebalnya harus memenuhi syarat dan seluruh akarnya masih

utuh.

4. Ukuran gebalan rumput sekurang-kurangnya 20 x 20 cm dan tebalnya tidak

kurang dari 5 cm.

5. Pemasangan gebalan rumput pada bidang yang miring harus diperkuat dengan

semat dari bambu yang panjangnya kurang lebih 30 cm dan cukup kuat.

6. Gebalan rumput harus menggunakan rumput lamuran dalam keadaan masih

subur, melekat dengan akarnya pada tanah dan bebas dari jenis rumput liar.

7. Agar gebalan rumput yang telah terpasang dapat hidup dengan baik maka

harus dilakukan penyiraman secara teratur. Bagi gebalan rumput yang mati

maka harus diganti baru dan masih menjadi beban pemborong.

8. Penggebalan rumput dilakukan pada sisi luar tangkis seluruhnya, sisi dalam

sampai 0,10 m dibawah muka air rencana, sisi atas tangkis 0,30 m dan sisi-

sisinya.

Pasal 22

Pekerjaaan Pintu Air dan Logam Lainnya

1. Pintu air dibuat dengan konstruksi menurut gambar yang diberikan oleh

Direksi.

2. Model pintu air yang akan digunakan adalah pintu sorong.

3. Lebar pintu besar dari 90 cm, konstruksi penggerak ditetapkan dengan

mengunakan ronsel (gigit payung).

4. Pekerjaan pintu-pintu air harus dibuat menurut ketentuan-ketentuan yang ada,

memenuhi syarat teknis, baik dan kokoh.

Page 32: BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Istilah

142

5. Sebelum pintu air dipasang, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan oleh pihak

Direksi. Pintu-pintu yang tidak memenuhi syarat spesifikasi harus diperbaiki

kembali.

6. Setelah pintu terpasang maka harus diadakan percobaan pengaliran untuk

mengetahui kerapatannya yang disaksikan oleh pihak Direksi. Apabila masih

bocor, maka harus diadakan perbaikan sehingga menjadi rapat dan dapat

digerakkan dengan mudah dan ringan.

7. Pintu-pintu air harus dicat warna “Brom” dan pada bagian yang akan terendam

air dicat besi warna hitam, dan sebelumnya didasari dengan cat meni.

8. Peil schaal dalam letter schaal dibuat dari plat baja dengan huruf maupun garis

pembaginya harus timbul atau tenggelam dan dicat Email.

9. Pekerjaan logam lainnya harus sesuai dengan gambar konstruksi serta

memenuhi persyaratan-persyaratan teknis.

Pasal 23

Pekerjaan Bangunan Terjun

1. Bangunan terjun dibuat dari beton bertulang sesuai dengan ketentuan pada

pasal 19.

2. Model bangunan terjun yang digunakan adalah bangunan terjun tegak dengan

H < 1,5 m dan bangunan terjun miring dengan H > 1,5 m.

3. Pada bagian hulu dan hilir bangunan dibuat ambang untuk menstabilkan aliran.

4. Untuk bangunan terjun miring, kemiringan yang direncanakan adalah 1 : 1.

5. Tipe kolam olak yang akan direncanakan disebelah hilir bangunan bergantung

pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude dan

pada bahan konstruksi kolam olak.