BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat...

20
42 BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Perbandingan hasil analisis x-ray tiap boulder dengan hasil analisis eksplorasi. Tiap fraksi boulder yang terdiri dari 30 sampel boulder kemudian di preparasi dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. Minerina Bhakti Moronopo). Adapun hasil analisis x-ray untuk tiap fraksi boulder dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.1 Hasil Analisis x-ray floursence boulder tiap fraksi fraksi (cm) % berat hasil analisis x-ray flourescence Ni Fe Co SiO2 CaO MgO Basicity 1 - 2.5 1.26 6.44 0.01 61.13 0.04 24.08 0.39 2.5 - 5 1.12 6.41 0.01 60.63 0.04 24.06 0.40 5 - 10 1.22 6.48 0.01 61.66 0.04 23.15 0.38 10 - 15 0.74 5.33 0.01 63.01 0.03 26.68 0.42 15 - 20 1.39 5.72 0.01 61.92 0.04 24.88 0.40 20 - 25 1.47 5.85 0.01 61.48 0.04 25.51 0.42 25 - 30 0.82 5.37 0.01 61.16 0.03 27.72 0.45 Gambar 4.1 Grafik hasil analisis x-ray % berat Ni tiap fraksi boulder (hasil analisis PT. Minerina Bhakti Moronopo)

Transcript of BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat...

Page 1: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

42

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

4.1 Perbandingan hasil analisis x-ray tiap boulder dengan hasil analisis

eksplorasi.

Tiap fraksi boulder yang terdiri dari 30 sampel boulder kemudian di preparasi

dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT.

Minerina Bhakti Moronopo). Adapun hasil analisis x-ray untuk tiap fraksi

boulder dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Analisis x-ray floursence boulder tiap fraksi

fraksi

(cm) % berat hasil analisis x-ray flourescence

Ni Fe Co SiO2 CaO MgO Basicity

1 - 2.5 1.26 6.44 0.01 61.13 0.04 24.08 0.39

2.5 - 5 1.12 6.41 0.01 60.63 0.04 24.06 0.40

5 - 10 1.22 6.48 0.01 61.66 0.04 23.15 0.38

10 - 15 0.74 5.33 0.01 63.01 0.03 26.68 0.42

15 - 20 1.39 5.72 0.01 61.92 0.04 24.88 0.40

20 - 25 1.47 5.85 0.01 61.48 0.04 25.51 0.42

25 - 30 0.82 5.37 0.01 61.16 0.03 27.72 0.45

Gambar 4.1 Grafik hasil analisis x-ray % berat Ni tiap fraksi boulder

(hasil analisis PT. Minerina Bhakti Moronopo)

Page 2: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

43

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif % berat Ni tiap fraksi boulder

Analisis Deskriptif % berat Ni tiap fraksi boulder

Mean 1.145714 Skewness -0.567718357

Standard Error 0.104057 Range 0.73

Median 1.22 Minimum 0.74

Standar Deviasi 0.275309 Maximum 1.47

Sample Variance 0.075795 Confidence Level (95.0%) 0.254618681

Kurtosis -1.08085

Dari hasil diatas dapat dilihat untuk % berat Ni hasil analisis x-ray flourscence

untuk tiap fraksi boulder memiliki sebaran data yang fluktuatif, hal ini dapat

dilihat dari hasil analisis secara deskriptif (tabel 4.2) dan histogram % berat Ni

tiap fraksi boulder diatas (gambar 4.1). Adapun sesuai dengan hipotesa, untuk

suatu fraksi boulder yang ukurannya semakin besar maka % berat Ni yang

dikandungnya akan semakin kecil, dengan asumsi bahwa tebal lapuk yang

dimiliki tiap boulder memiliki ketebalan yang sama dan tebal segar yang dimiliki

boulder akan semakin besar dengan meningkatnya fraksi boulder. Maka dengan

nilai kadar yang dimiliki bedrock (bagian segar pada boulder) adalah 1 % Ni,

makin besar fraksi boulder maka semakin kecil kadar % berat Ni nya, karena

jumlah pengotor (bedrock) semakin banyak seiring makin besarnya ukuran

boulder.

Pada kenyataan hasil analisis boulder di lapangan (tabel 4.1), % berat Ni yang

dikandung oleh tiap fraksi boulder yang dianalisis tersebut berbeda-beda. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan komposisi penyusun dari tiap-tiap boulder, apabila

komposisi mineral pembawa nikel pada boulder seperti garnierit, olivin

terakumulasi dalam jumlah yang banyak, maka kandungan % berat Ni yang

terdapat boulder tersebut makin tinggi. Terdapatnya rekahan pada boulder dapat

menyebabkan perbedaan nilai % berat Ni, apabila pada rekahan tersebut berisi

hasil pelindian batuan pembawa Ni maka kadar yang terkandung pada boulder

tersebut akan semakin tinggi. Selain itu perbedaan besarnya lapukan yang terbawa

atau lapukan yang masih menempel pada boulder setelah dilakukan pengambilan

dari front juga berpengaruh terhadap kandungan % berat Ni pada suatu boulder,

dimana semakin banyak lapukan yang menempel pada boulder maka kandungan

Page 3: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

44

% Ni semakin besar. Dalam kegiatan penelitian, boulder yang menunjukkan

adanya filling mineral sekunder tidak dimasukkan dalam kantong sampel, karena

dapat mempengaruhi besarnya % berat Ni yang terkandung dalam boulder.

Dari hasil perhitungan kadar yang dilakukan terhadap fraksi boulder, dapat

dilihat untuk fraksi 20 –25 cm menunjukkan % berat Ni yang lebih tinggi

dibandingkan dengan fraksi yang lainnya, dan untuk fraksi 10 – 15 cm

menunjukkan % berat Ni yang paling rendah. Namun hal ini tidak bisa menjadi

pedoman dimana untuk keseluruhan boulder yang memiliki fraksi 20 – 25 cm

memiliki kandungan kadar yang tinggi, dan keseluruhan boulder yang memiliki

10 – 15 cm memiliki kandungan kadar yang rendah, tinggi rendahnya % Ni yang

dimiliki oleh boulder tergantung dari komposisi penyusun dari tiap boulder.

Kegiatan Sampling boulder ini dilakukan pada blok BIII/C1 dengan sublok

27/28, berdasarkan hasil deskripsi bor explorasi oleh Unit Geomin PT. Aneka

Tambang pada daerah ini untuk log bore dari 0 – 1 meter berupa tanah penutup,

dan dari 1 - 21.5 meter termasuk dalam zona saprolit. Adapun di bawah ini dapat

dilihat persebaran kadar baik % berat Ni, Co, Fe, SiO2, CaO dan MgO hasil

analisis kadar kegiatan eksplorasi. Dari tabel 4.3 dapat dilihat untuk % berat Ni

yang dikandung tidak jauh berbeda dengan hasil analsis x-ray tiap fraksi boulder

(tabel 4.1), dimana nilai kadar yang dikandung tiap core hasi eksplorasi ini sama

halnya dengan penjelasan sebelumnya tergantung pada komposisi penyusun

sampel yang didapat. Adapun untuk front tambang tempat pengambilan data

boulder memiliki ketinggian ± 6 meter dari bench dengan kemiringan lereng

sedikit curam, ditunjukkan dengan sedikitnya limonit yang tekandung pada front

tempat pengambilan sampel.

Page 4: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

45

Tabel 4.3 Hasil analisis kadar lokasi penelitian BIII/C1 blok 27/28

(sumber: Unit Geomin PT. ANTAM, Tbk).

kedalaman (m) analisa x-ray

dari ke Ni Co Fe SiO2 CaO MgO

0.00 1.00 0.38 0.03 9.20 38.58 0.04 34.09

1.00 2.00 1.15 0.03 10.11 42.28 0.04 32.46

2.00 3.00 1.23 0.03 9.91 42.06 0.03 33.16

3.00 4.00 0.49 0.01 4.74 42.51 0.03 38.19

4.00 5.00 0.53 0.01 4.62 44.50 0.02 37.86

5.00 6.00 1.01 0.01 5.98 44.34 0.09 35.90

6.00 7.00 1.00 0.02 5.97 44.97 0.06 35.27

7.00 8.00 0.85 0.02 5.98 45.21 0.05 35.26

8.00 9.00 0.47 0.01 2.94 45.58 0.02 38.16

9.00 10.00 0.73 0.01 3.68 46.30 0.02 36.03

10.00 11.00 0.53 0.01 3.26 45.62 0.02 38.34

11.00 12.00 0.28 0.01 3.38 44.54 0.02 39.11

Untuk kandungan SiO2 yang ditunjukkan hasil analisa x-ray tiap fraksi boulder

(tabel 4.1) memiliki % berat berkisar antara 60-63, dimana untuk batuan ultrabasa

misalnya batuan peridotit dan dunit memiliki nilai SiO2 lebih kecil atau sama

dengan 45. Dalam hal ini % berat SiO2 yang dimiliki boulder hasil pengamatan

memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan SiO2 pada batuan

ultrabasa tersebut, hal ini disebabkan oleh silika sekunder yang berasal dari hasil

pelindian ataupun pelapukan yang terakumulasi ke dalam boulder. Adapun pada

rekahan boulder ditemukan “filling material” (material pengisi) berupa silika

(gambar 4.7), hal ini menunjukan tingginya % SiO2 yang terkandung pada

boulder-boulder tempat pengambilan sampel. Dari hasil analisis tersebut dapat

diintepretasikan tingginya kandungan SiO2 yang dimiliki boulder pada daerah

penelitian disebabkan oleh terendapkannya silika sekunder pada batuan ultrabasa.

Apabila % berat SiO2 hasil analisis tiap fraksi boulder (tabel 4.1) dibandingkan

dengan % SiO2 analisis kadar hasil explorasi unit geomin PT ANTAM, Tbk (tabel

4.3) didapatkan suatu hasil yang berbeda. Hal ini dimungkinkan pada lokasi

pengambilan sampel boulder terdiri dari boulder-boulder batuan ultrabasa yang

terendapkan silika hasil pelindian, sedangkan pada hasil analisis kadar x-ray

eksplorasi diinterpretasikan menembus daerah endapan primer atau lokasi dimana

Page 5: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

46

tidak terjadi pengendapan silika dalam jumlah banyak. Hal ini akan sering terjadi

pada suatu batas zone yang erratic.

Untuk % berat Fe hasil analisis x-ray tiap fraksi boulder (tabel 4.1) jika

dibandingkan dengan hasil analisis % berat Fe eksplorasi (tabel 4.3) menunjukkan

nilai yang tidak jauh berbeda. Mobilitas unsur Fe dalam batuan ultrabasa ini

tergolong low (Guilbert, 1986) atau sangat sukar larut, sehingga perbedaan

kandungan Fe yang dimiliki boulder dan sampel hasil eksplorasi ini lebih

dominan dipengaruhi oleh komposisi pembentuk batuan ultrabasa pada daerah

penelitian. Adapun dalam genesa nikel laterit unsur Fe biasanya membentuk

konsetrasi residu.

Untuk % berat MgO penelitian hasil analisa x-ray tiap fraksi boulder (tabel 4.1)

menunjukkan kisaran nilai 23 – 28 % MgO, sedangkan % berat MgO hasil

analisis kadar eksplorasi (tabel 4.3) menunjukkan kisaran 32 – 41 % MgO,

Adapun mobilitas unsur ini dalam batuan ultrabasa hampir sama dengan unsur Si

tergolong dalam kategori low ditunjukan dengan nilai 100 (Guilbert, 1986)

dimana perbedaan % MgO dapat diintepretasikan akibat pengaruh pelindian yang

terjadi pada blok penelitian.

Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki suatu batuan,

dimana nilai ini berguna untuk proses metalurgi. Biasanya proses kimia untuk

mengolah ore bisa berjalan dalam kondisi basa dengan tingkatan tertentu. Nilai

basicity merupakan ratio seperti dibawah ini:

Dari persamaan ratio diatas maka semakin tinggi nilai SiO2 maka akan

menyebabkan semakin kecilnya nilai basicity dan akan berpengaruh dalam

kegiatan pengolahan.

Page 6: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

47

4.2 Prosedur Perhitungan

Metode perhitungan yang diterapkan dalam penelitian dilakukan dengan

statistik konvensional, adapun proses perhitungan dan parameter -parameter

yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perhitungan rata-rata tebal lapuk tiap fraksi boulder dan rata-rata jari-jari

boulder tiap fraksi, dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

dengan n menunjukkan jumlah data, xi tebal lapuk tiap boulder.

tebal lapuk merupakan lapukan yang masih menempel pada boulder

setelah dilakukan pengambilan dari front tambang. Pada lembar data

pengamatan (Lampiran B), tebal lapuk yang diukur dari 4 sisi.

Gambar 4.2 Pengukuran tebal pelapukan boulder

2. Perhitungan rata-rata jari-jari segar tiap fraksi boulder digunakan untuk

mencari volume batuan lapuk pada tiap boulder. adapun rata-rata jari-jari

segar untuk tiap fraksi ini didapat dengan menggunakan perhitungan

sederhana sebagai berikut:

rata-rata jari-jari segar = (rata-rata jari-jari – rata-rata tebal lapuk)

Tiap boulder dipisahkan menurut fraksinya, dan diukur

tebal pelapukannya dari 4 arah (bagian atas, bawah, kiri,

dan kanan)

a

b

c

d

Keterangan:

: bagian fresh

: bagian lapuk

a,b,c, d : ukuran lapuk (cm)

panja

ng

lebar

Page 7: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

48

3. Perhitungan volume segar boulder tiap fraksi (bagian boulder yang

dianggap sebagai bedrock) dan perhitungan volume boulder tiap fraksi,

dalam hal ini boulder dianggap sebagai suatu bola dimana pada kenyataan

di lapangan, boulder tidak hanya berbentuk menyerupai bola saja

melainkan berbagai macam bentuk, maka dari itu keseluruhan dimensi

boulder dicari rata-ratanya sehingga didapatkan suatu nilai yang dapat

digunakan untuk mencari volume.

Adapun perhitungan volume bagian segar dan volume total tiap fraksi

boulder dicari dengan menggunakan persamaan volume bola sebagai

berikut:

dengan r merupakan rata-rata jari-jari total apabila mencari volume total

boulder, dan bernilai rata-rata jari-jari segar apabila digunakan untuk

mencari volume segar.

4. Perhitungan volume lapuk tiap fraksi boulder. Adapun volume lapuk

merupakan lapisan bagian terluar dari volume bola total, maka volume

lapuk ini dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Volume lapuk tiap fraksi boulder = (volume total boulder – volume segar)

5. Perhitungan % volume Ni lapuk.

Dengan menggunakan asumsi yaitu hasil analisis % berat Ni yang

terkandung pada boulder pada fraksi pertama digunakan untuk mencari %

berat Ni batuan lapuk. Hal ini dilakukan karena fraksi boulder 1 (1 - 2,5

cm) memiliki nilai ratio volume lapuk dibagi volume total yang lebih

besar daripada fraksi boulder yang lainnya, adapun perhitungan % Ni

lapuk dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 8: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

49

Nilai volume tota, volume lapuk, dan kadar analisis x-ray boulder yang

digunakan adalah fraksi 1 (1 – 2,5 cm).

6. Perhitungan % berat Ni perhitungan.

Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan faktor bobot berupa

volume masing-masing (volume lapuk dan volume segar lapuk),

digunakan faktor bobot berupa volume karena dalam perhitungan ini yang

menjadi pembanding merupakan volume. Maka % berat Ni perhitungan

untuk tiap fraksi boulder dapat dicari dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:

Untuk % berat Ni bedrock sebesar 1 %, sedangkan % Ni lapuk yang

digunakan adalah hasil dari prosedur perhitungan point 5 diatas

Dalam perhitungan digunakan variabel berupa kadar batas pencampur sebesar

1.10 % berat Ni. Adapun nilai ini digunakan karena kegiatan pengambilan sampel

boulder dilakukan pada front yang memiliki kadar rendah. Nilai ini didapatkan

dari data sampel produksi EFO yang dilakukan oleh perusahaan.

Dari hasil pengolahan data akan didapatkan nilai % Ni perhitungan, dimana hasil

ini kemudian dihubungkan dengan kadar batas pencampur untuk mencari fraksi

boulder.

Page 9: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

50

4.3 Pengolahan Data

Dengan menggunakan prosedur perhitungan seperti yang disampaikan

sebelumnnya, kemudian dicari ukuran boulder maksimum yang masih ekonomis

atau sesuai dengan kadar batas pencampur sebesar 1.10 % berat Ni. Dalam

pengolahan data kali ini akan dilakukan 2 macam perhitungan yaitu dengan

menggunakan tebal lapuk rata-rata tiap fraksi boulder dan yang kedua dengan

tebal lapuk rata-rata keseluruhan fraksi boulder. Maka akan didapatkan hasil

perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan 1 dengan menggunakan tebal lapuk rata-rata tiap fraksi boulder, dapat

dilihat hasilnya pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Pengolahan Data Tebal Lapuk Boulder

fraksi (cm)

rata-rata (cm) volume (cm3)

tebal lapuk jari-jari jari-jari segar total segar lapuk

1 - 2.5 0.46 1.04 0.57 4.67 0.79 3.88

2.5 - 5 0.56 1.90 1.34 28.79 10.12 18.68

5 - 10 0.47 3.63 3.16 201.06 132.23 68.83

10 - 15 0.45 6.37 5.91 1081.18 866.44 214.74

15 - 20 0.48 8.03 7.55 2166.62 1801.01 365.61

20 - 25 0.72 12.48 11.75 8139.77 6803.45 1336.32

25 - 30 0.56 13.11 12.55 9451.83 8285.74 1166.10

Tabel 4.5 % Berat Ni hasil perhitungan (tebal lapuk berdasarkan tabel 4.4)

fraksi (cm) ratio asumsi % Ni

% Ni perhitungan lapuk/total segar/total batuan lapuk

1 - 2.5 0.88 0.12 1.43 1.43

2.5 - 5 0.63 0.37 1.43 1.27

5 - 10 0.38 0.62 1.43 1.16

10 - 15 0.23 0.77 1.43 1.10

15 - 20 0.19 0.81 1.43 1.08

20 - 25 0.12 0.88 1.43 1.05

25 - 30 0.12 0.88 1.43 1.05

Page 10: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

51

Dari hasil perhitungan (tabel 4.5) dibuat diagram pencar (scatter plot), adapun

sebagai nilai absis perhitungan diatas digunakan nilai maksimun dari tiap range

fraksi boulder (penilaian secara optimis), yaitu digunakan nilai (2.5 cm, 5 cm, 10

cm,15 cm, 20 cm, 25, cm dan 30 cm), dan sebagai ordinat yaitu % Ni perhitungan

(tabel 4.5).

Gambar 4.3 Grafik % Ni hasil perhitungan untuk tebal lapuk rata-rata tiap fraksi boulder

Dari diagram pencar atau scatter plot (gambar 4.3), kemudian dicari trendlinenya

menggunakan tipe regresi exponential, adapun alasan digunakannya tipe regresi

exponential ini karena perubahan datanya bersifat eksponensial (perhitungan

volume bola).

Dengan menggunakan microsoft excel 2003 didapatkan persamaan eksponensial

untuk % Ni perhitungan adalah:

y = 1.4107e-0.0113x

dengan nilai y menunjukkan % berat Ni (kadar batas pencampur yang akan dicari

yaitu 1.10 % Ni, dan x menunjukkan diameter dari boulder. Maka untuk kadar

Page 11: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

52

batas pencampur 1.10 % Ni didapat ukuran boulder maksimum sebesar 22.016

cm.

Perhitungan 2 dilakukan dengan menggunakan tebal lapuk rata-rata seluruh fraksi

boulder.

Tebal lapuk rata-rata seluruh fraksi didapatkan dengan mencari rata-rata dari tebal

lapuk keseluruhan fraksi boulder yang ditampilkan pada tabel 4.4) dengan

menggunakan prosedur perhitungan yang sama dengan diatas maka:

Tabel 4.6: Pengolahan Data Tebal Lapuk Boulder

fraksi (cm) rata-rata (cm) volume (cm3)

tebal lapuk jari-jari jari-jari segar total segar lapuk

1 - 2.5 0.53 1.04 0.51 4.67 0.54 4.13

2.5 - 5 0.53 1.90 1.37 28.79 10.78 18.02

5 - 10 0.53 3.63 3.10 201.06 125.17 75.89

10 - 15 0.53 6.37 5.84 1081.18 832.57 248.62

15 - 20 0.53 8.03 7.50 2166.62 1764.40 402.22

20 - 25 0.53 12.48 11.95 8139.77 7144.08 995.69

25 - 30 0.53 13.11 12.58 9451.83 8349.53 1102.31

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat tebal lapuk yang dimiliki tiap fraksi boulder

adalah hasil dari perhitungan rata-rata keseluruhan tebal lapuk tiap fraksi pada

tabel 4.4. sebesar 0.531 cm.

Tabel 4.7: % Berat Ni hasil perhitungan (tebal lapuk sama)

fraksi (cm) ratio asumsi % Ni

% Ni perhitungan lapuk/total segar/total batuan lapuk

1 - 2.5 0.88 0.12 1.43 1.43

2.5 - 5 0.63 0.37 1.43 1.27

5 - 10 0.38 0.62 1.43 1.16

10 - 15 0.23 0.77 1.43 1.09

15 - 20 0.19 0.81 1.43 1.08

20 - 25 0.12 0.88 1.43 1.06

25 - 30 0.12 0.88 1.43 1.05

Page 12: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

53

Sama halnya dengan pengolahan data sebelumnya dari hasil perhitungan % Berat

Ni perhitungan ini, dihubungkan dengan besarnya ukuran diameter boulder

maksimum sebagai nilai absis dalam pembuatan diagram pencar atau scatter plot.

Adapun dalam perhitungan kali ini ukuran boulder yang digunakan masih

berdasarkan asumsi optimis yaitu menggunakan range terbesar dari tiap -tiap

fraksi boulder.

Gambar 4.4 Grafik % Ni hasil perhitungan (tebal lapuk rata-rata seluruh fraksi boulder)

Sama halnya dengan diatas, untuk diagram pencar (gambar 4.4), kemudian dicari

trendlinenya menggunakan regresi eksponensial. Dengan menggunakan microsoft

excel 2003 didapatkan persamaan sebgai berikut:

y = 1.3457e-0.01x

dengan nilai y menunjukkan kadar batas pencampur sebesar 1.10 % Ni, dan x

merupakan diameter boulder, maka dari subtitusi nilai kadar batas pencampur

didapatkan ukuran boulder maksimum sebesar 20.16 cm.

Page 13: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

54

4.4 Analisis Data

Dari hasil perhitungan tebal lapuk rata-rata tiap fraksi boulder pada tabel 4.4,

dapat dilihat rata-rata tebal lapuk tiap fraksi boulder dari fraksi terkecil (1 - 2.5

cm) sampai dengan fraksi terbesar (25 – 30 cm) memiliki tebal lapuk yang

berbeda-beda (gambar 4.5).

Gambar 4.5 Grafik rata-rata tebal lapuk tiap fraksi boulder

Asumsinya untuk suatu boulder pada suatu daerah yang sama akan memiliki

tebal pelapukan yang sama besar, namun dari hasil pengamatan didapatkan tebal

lapuk yang berbeda. Perbedaan tebal pelapukan yang dimiliki oleh tiap fraksi

boulder diintepretasikan salah satunya yaitu terdapat fracture pada front tambang

(gambar 4.4), fracture ini selain akan mengurangi ukuran fraksi boulder akibat

pengikisan yang terjadi (pelapukan fisika) sehingga mengikis tidak hanya bagian

lapuk dari boulder juga bagian fresh dari suatu boulder, juga akan mempercepat

proses pelapukan kimia dan leaching material yang dibawa dari permukaan.

Adapun keberadaan fracture pada front tambang yang tidak merata

keterdapatannya dapat menyebabkan perbedaan tebal pelapukan antara blok yang

satu dengan blok ditempat lain.

Page 14: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

55

Keterdapatan fissure (rekahan berukuran minor) pada boulder, merupakan

suatu bidang lemah yang akan mempercepat terjadinya pelapukan pada suatu

boulder karena material-material maupun liquid dapat menginfiltrasi kedalam

fissure sehingga terjadi leeching dan meyebabkan terlapukannya suatu boulder

dan terjadinya perubahan komposisi suatu boulder.

Selain dari hasil analisis diatas, perbedaan tebal lapuk yang terjadi pada tiap

boulder disebabkan oleh pengambilan beberapa boulder yang diintepretasikan

merupakan hasil pecahan boulder yang lebih besar, selain itu boulder yang

diambil terkadang tidak pada seluruh sisinya memiliki bagian lapuk, adapun

bagian lapuk dari boulder beberapa mengalami pengikisan (pelapukan fisika).

Gambar 4.6 fracture pada front tambang Gambar 4.7 terdapat filling material berupa silika (putih)

Tebal lapuk yang terjadi pada tiap boulder apabila dihubungkan dengan genesa

nikel laterit, maka dari segi keterdapatan boulder pada suatu front, boulder

terdapat pada zone saprolite. Adapun yang dimaksud boulder dalam kegiatan

penelitian ini merupakan material keras yang terdapat diantara material lapuk

pada suatu front tambang, dan bukan merupakan boulder dalam skala Wentworth.

Boulder dengan fraksi kecil (1 - 2.5 cm, 2.5 – 5 cm) akan banyak terdapat pada

zone saprolit bagian atas (upper saprolite) atau batas antara zone limonit dengan

saprolit. Adapun fraksi boulder ini (1 - 2.5 cm, 2.5 – 5 cm) memiliki % lapuk

lebih besar daripada % segarnya (tabel 4.5), ini menunjukkan pada zone ini

Page 15: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

56

mengalami pelapukan serta leaching yang lebih intensif dibandingkan zone pada

bagian lebih dalam. Untuk Boulder dengan fraksi besar (15 – 20 cm, 20 – 25 cm,

25 – 30 cm) banyak terdapat pada zone saprolit dan zone pada batas antara

saprolit dengan bedrock, ditunjukkan dengan % lapuk lebih kecil dibandingkan %

segarnya (tabel 4.5) yang menunjukkan pelapukan dan leaching terjadi namun

intensitasnya lebih kecil dibandingkan zone dibagian permukaan.

Besarnya tingkat pelapukan yang terjadi pada suatu lokasi akan mempengaruhi

besarnya pelapukan yang terjadi pada suatu boulder, adapun sesuai dengan

penjabaran pada teori dasar kontrol pembentukan nikel laterit dipengaruhi oleh

iklim, curah hujan, topografi, batuan asal, keterdapatan struktur, dan vegetasi.

Dalam hal ini untuk kontrol pembentukan nikel laterit yang pengaruhnya hampir

sama untuk suatu daerah atau lokasi penambangan, maka iklim, curah hujan dan

vegetasi diasumsikan memberikan pengaruh pelapukan yang sama besar pada

boulder-boulder pada kondisi struktur geologi yang sama pada setiap daerah,

diintepretasikan kerapatan dan jenis vegetasi yang tumbuh pada suatu lokasi

adalah sama. Sedangkan untuk topografi pada tiap blok penambangan dapat

berbeda-beda pada suatu lokasi penambangan yang sama, dalam hal ini untuk

lokasi pengambilan sampel merupakan lokasi dengan lereng yang termasuk terjal

dimana diitunjukkan dengan sedikitnya limonit pada blok ini, dengan semakin

terjalnya topografi maka pelapukan secara mekanik akan sangat tinggi pada

daerah ini. Lain halnya pada topografi yang termasuk landai, pelapukan mekanis

yang terjadi pada daerah ini tidak sebesar yang terjadi pada topografi terjal,

namun adanya perbedaan struktur geologi yang terdapat pada blok juga akan

membantu tingkat pelapukan yang terjadi pada blok penambangan. Dari segi

batuan asalnya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pelapukan yang terjadi,

dimana semakin resistan komposisi penyusun batuannya maka makin kecil

besarnya pelapukan yang terjadi. Maka dari itu besarnya tebal pelapukan yang

terjadi antara daerah satu dengan daerah lainnya dapat berbeda-beda tergantung

dari kontrol pembentukan nikel laterit yang paling berpengaruh pada daerah

tersebut.

Page 16: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

57

Dalam pengolahan data yang dilakukan, digunakan asumsi bahwa boulder yang

diamati terdiri dari satu jenis batuan, dimana apabila jenis batuan yang

membentuk boulder berupa batuan dunit maka akan lebih lapuk dibandingkan

dengan batuan peridotit, karena dilihat dari komposisi penyusun batuannya untuk

dunit 90 % mengandung olivin dan dari deret seri bowen terbentuk paling awal

(pada deret diskontinu) maka batuan dunit lebih mudah lapuk jika dibandingkan

dengan batuan peridotit. Untuk asumsi % berat Ni batuan lapuk digunakan kadar

% Ni analisis x-ray untuk fraksi 1 (1 – 2.5 cm) dikalikan dengan rasio antara

volume total dengan volume lapuk fraksi boulder 1, dengan alasan pada fraksi ini

memiliki % lapuk lebih tinggi dibandingkan % lapuk boulder fraksi lain. Pada

dasarnya untuk asumsi % Ni batuan lapuk lebih baik menggunakan data boulder

fraksi yang lapuk seluruhnya.

Dalam kegiatan penambangan nikel laterit di Moronopo, digunakan istilah Cut

Off Grade (COG) yang berarti kadar batas minimum rata-rata yang masih

ekonomis ditambang, dimana COG ini digunakan untuk membedakan suatu blok

apakah termasuk ore ataupun waste dalam suatu perhitungan cadangan. Adapun

ditentukan suatu kadar batas pencampur pada kegiatan penambangan ini bertujuan

untuk memenuhi permintaan spesifikasi ore baik berupa ore low grade maupun

high grade melalui kegiatan quality control, ore yang memiliki spesifikasi sebagai

bahan pencampur ini akan dicampur dengan ore yang memiliki kadar lebih tinggi

sehingga didapatkan kadar sesuai dengan permintaan. Kadar batas pencampur ini

ditentukan sebesar 1.10 % Ni, nilai ini ditentukan dari data sampel produksi

“Exportable Fine Ore” (EFO) dimana blok dengan kadar sebesar 1,10 % Ni

ditambang dan diproduksi. Adapun PT. Minerina Bhakti Moronopo

mengklasifikasikan batuan sebagai bedrock apabila memiliki kandungan ≤ 1%

berat Ni dan kandungan % berat Fe dibawah 25.

Kemudian dari data hasil pengamatan (tabel 4.4) diolah untuk mendapatkan

suatu hubungan antara tebal pelapukan pada boulder dengan kadar batas

pencampur, hal ini dilakukan karena front tempat melakukan pengambilan data

merupakan blok dengan % berat Ni yang rendah (tabel 4.1). Dari hubungan antara

data pelapukan dengan kadar batas pencampur akan didapatkan hasil berupa

Page 17: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

58

ukuran boulder maksimum yang mengandung % berat Ni sama dengan kadar

batas pencampur, sehingga dapat digunakan untuk menentukan besarnya saringan

pada grizzly.

Dari hasil perbandingan % berat Ni perhitungan baik yang menggunakan

rata-rata tebal lapuk tiap fraksi (tebal lapuk beda) dan rata-rata tebal lapuk seluruh

fraksi (tebal lapuk sama) pada tabel 4.8, dapat dilihat terjadi penurunan % berat Ni

dengan semakin membesarnya ukuran fraksi boulder. Hal ini sesuai dengan

hipotesa yang digunakan yaitu semakin membesarnya ukuran fraksi boulder maka

% berat Ni yang terkandung pada boulder akan semakin kecil, dengan asumsi

tebal lapuk yang dimiliki sama.

Tabel 4.8 Perbandingan hasil perhitungan % Ni (tebal lapuk berbeda dan

tebal lapuk sama) dengan % Ni penelitian hasil analisa x-ray

fraksi (cm) % berat Ni perhitungan % berat Ni

tebal lapuk beda tebal lapuk sama hasil analisis x-ray

1 - 2.5 1.515 1.425 1.260

2.5 - 5 1.334 1.266 1.120

5 - 10 1.176 1.161 1.220

10 - 15 1.102 1.098 0.740

15 - 20 1.087 1.079 1.390

20 - 25 1.085 1.052 1.470

25 - 30 1.064 1.050 0.820

Jika hasil % berat Ni perhitungan dibandingkan dengan % berat Ni yang

didapatkan dari hasil analisa x-ray maka akan didapatkan suatu hasil yang berbeda

(gambar 4.8) hal ini disebabkan pengukuran hanya dilakukan melalui 4 sisi lapuk

(a, b, c, dan d), sedangkan untuk menggambarkan suatu volume maka diperlukan

perhitungan sebanyak 6 sisi boulder atau dilakukan dari berbagai arah sehingga

akan mencakup seluruh elemen tebal lapuk yang terdapat pada boulder.

Sedangkan boulder hasil analisa x-ray akan menunjukkan keseluruhan nilai %

berat Ni yang terkandung pada boulder dalam hal ini keseluruhan volume lapuk

dan volume fresh, terukur dalam analisa x-ray. Kegiatan sampling boulder yang

dilakukan juga akan mempengaruhi besarnya % berat Ni yang dikandung tiap

boulder, dimana suatu boulder tidak dilakukan analisis kadar apabila boulder

Page 18: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

59

tersebut berisikan filling material baik itu berupa silika maupun garnierit karena

dapat menyebabkan perbedaan % berat Ni yang dikandung dalam boulder. Namun

adanya kemungkinan terdapatnya filling material yang tercampur dalam suatu

komposisi boulder dapat menjadi penyebab perbedaan nilai kadar hasil analisis x-

ray, maka untuk memperkuat analisis sebaiknya dilakukan penyayatan tiap

boulder yang akan dianalisis kadarnya.

Gambar 4.8 Grafik perbandingan % berat Ni hasil perhitungan dan analisis x-ray

Dari gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan grafik % berat Ni hasil perhitungan

baik yang menggunakan tebal lapuk rata-rata tiap fraksi boulder dengan tebal

lapuk rata-rata seluruh fraksi boulder. Hubungan trendline yang dinyatakan dalam

regresi eksponensial yang dihasilkan dari tiap jenis perhitungan % berat Ni ini,

menghasilkan suatu garis hubungan eksponensial yang kurang identik dengan data

% berat Ni perhitungan (garis regresi tidak begitu menyerupai persebaran data %

berat Ni perhitungan baik yang dihitung dengan tebal lapuk rata-rata tiap fraksi

maupun tebal lapuk rata-rata seluruh fraksi). Hal ini disebabkan oleh pengukuran

tebal lapuk tiap fraksi boulder yang dilakukan menggunakan range jarak tertentu

yaitu 1 – 2.5 cm, 2.5 – 5 cm, 5 – 10 cm, 10 – 15 cm, 15 – 20 cm, 20 – 25 cm, dan

25 – 30 cm, sehingga hanya didapatkan 7 hasil % berat Ni perhitungan yang

Page 19: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

60

mewakili range tiap fraksi diameter boulder. Hubungan antara % berat Ni

perhitungan dengan trendline eksponesial akan lebih menunjukkan hasil yang

lebih baik jika dilakukan pengukuran untuk tiap ukuran boulder, namun untuk

mencari ukuran boulder yang spesifik akan sulit dilakukan. Adapun metode

lainnya yaitu dengan menggunakan range fraksi diameter boulder yang lebih

kecil.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan kadar batas pencampur sebesar

1.10 % berat Ni, untuk tebal lapuk yang berbeda-beda tiap fraksinya (tabel 4.5),

didapatkan diameter boulder maksimum sebesar 22.016 cm, sedangkan dengan

menggunakan asumsi bahwa ukuran tebal lapuk yang dimiliki tiap fraksi boulder

adalah sama (tabel 4.7) maka didapatkan diameter boulder maksimum adalah

sebesar 20.16 cm. Dimana dari hasil kedua perhitungan tersebut didapatkan selisih

sebesar 1.856 cm atau sekitar 4.4 %.

Gambar 4.9 Grizzly dengan jalan dump truck (kiri), ore < 20 cm tersaring dibawah

grizzly (kanan)

Hasil perhitungan diameter boulder diatas dapat digunakan untuk menentukan

ukuran dari grizzly yang digunakan oleh PT. Minerina Bhakti Moronopo, dimana

selama ini perusahaan menggunakan ukuran saringan sebesar 20 cm untuk

memisahkan boulder yang memiliki ukuran diatas 20 cm (waste) dengan boulder

yang memiliki ukuran lebih kecil atau sama dengan 20 cm (gambar 4.9). Dengan

Page 20: BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ·  · 2016-06-08dan dilakukan analisa kadar menggunakan alat x-ray flourescence (PT. ... Basicity menunjukkan suatu tingkat kebasaan yang dimiliki

61

menggunakan ukuran grizzly yang lebih besar sebagai penyaring maka tonase

bijih ekonomis yang akan didapatkan semakin banyak, atau dapat mengurangi

losses yang terjadi pada kegiatan penambangan.