BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN...

36
55 BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Studi mengenai supply chain konstruksi yang mendukung perkembangan ke arah konstruksi ramping (lean construction) di Indonesia baru memasuki tahap awal. Berbagai kajian awal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan studi-studi yang mengarah pada metoda pengelolaan supply chain konstruksi yang efektif dan efisien. Berdasarkan hasil kajian pada penelitian yang dilakukan Susilawati (2005) dapat disimpulkan bahwa telah ada upaya-upaya pengelolaan supply chain (SCM) di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ramping. Namun upaya-upaya tersebut belum menyeluruh, sehingga peningkatan efektifitas dan efisiensi melalui penghindaran pemborosan, pengurangan waktu produksi dan biaya, serta peningkatan koordinasi dan komunikasi antar pihak yang terlibat, pada penyelenggaraan suatu proyek konstruksi khususnya bangunan gedung belum bisa berjalan dengan sempurna. Sebelum pengkajian terhadap efektifitas dan efisiensi jaringan supply chain proyek konstruksi dapat dilakukan, maka diperlukan suatu alat bantu sebagai media di dalam melakukan penilaian. Alat bantu yang dimaksud disini berupa suatu indikator yang akan dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja (efektifitas dan efisiensi) dari jaringan supply chain itu sendiri. Melalui penelitian inilah alat bantu berupa indikator kinerja tersebut kemudian akan dikembangkan. Indikator kinerja adalah suatu deskripsi apa yang akan diukur atau dinilai, termasuk ukuran atau satuan yang akan digunakan, skala atau rumusan yang akan diaplikasikan seperti persentase a terhadap b, waktu rata-rata antara kegagalan dan perbaikannya. Dengan melakukan pengembangan indikator kinerja supply chain, maka penilaian terhadap kinerja supply chain pada proyek-proyek konstruksi di Indonesia dapat dilakukan, sehingga pada akhirnya akan diketahui kelebihan dan kekurangan yang ada dan dapat dirumuskan umpan balik yang perlu diberikan agar kinerja dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Di samping itu, dapat pula dirumuskan langkah perbaikan terhadap kinerja supply chain selanjutnya. Perbaikan kinerja supply chain tersebut di satu sisi dilakukan untuk

Transcript of BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN...

Page 1: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

55

BAB IV

PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN

PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Studi mengenai supply chain konstruksi yang mendukung perkembangan ke arah

konstruksi ramping (lean construction) di Indonesia baru memasuki tahap awal.

Berbagai kajian awal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan studi-studi yang

mengarah pada metoda pengelolaan supply chain konstruksi yang efektif dan

efisien. Berdasarkan hasil kajian pada penelitian yang dilakukan Susilawati (2005)

dapat disimpulkan bahwa telah ada upaya-upaya pengelolaan supply chain (SCM)

di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ramping. Namun upaya-upaya tersebut

belum menyeluruh, sehingga peningkatan efektifitas dan efisiensi melalui

penghindaran pemborosan, pengurangan waktu produksi dan biaya, serta

peningkatan koordinasi dan komunikasi antar pihak yang terlibat, pada

penyelenggaraan suatu proyek konstruksi khususnya bangunan gedung belum bisa

berjalan dengan sempurna.

Sebelum pengkajian terhadap efektifitas dan efisiensi jaringan supply chain

proyek konstruksi dapat dilakukan, maka diperlukan suatu alat bantu sebagai

media di dalam melakukan penilaian. Alat bantu yang dimaksud disini berupa

suatu indikator yang akan dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja

(efektifitas dan efisiensi) dari jaringan supply chain itu sendiri. Melalui penelitian

inilah alat bantu berupa indikator kinerja tersebut kemudian akan dikembangkan.

Indikator kinerja adalah suatu deskripsi apa yang akan diukur atau dinilai,

termasuk ukuran atau satuan yang akan digunakan, skala atau rumusan yang akan

diaplikasikan seperti persentase a terhadap b, waktu rata-rata antara kegagalan dan

perbaikannya. Dengan melakukan pengembangan indikator kinerja supply chain,

maka penilaian terhadap kinerja supply chain pada proyek-proyek konstruksi di

Indonesia dapat dilakukan, sehingga pada akhirnya akan diketahui kelebihan dan

kekurangan yang ada dan dapat dirumuskan umpan balik yang perlu diberikan

agar kinerja dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Di samping itu,

dapat pula dirumuskan langkah perbaikan terhadap kinerja supply chain

selanjutnya. Perbaikan kinerja supply chain tersebut di satu sisi dilakukan untuk

Page 2: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

56

meningkatkan kinerja proyek agar lebih baik sehingga penurunan total biaya

pelaksanaan dengan mutu yang sesuai dan waktu pengerjaan yang tepat waktu

bisa terealisasi dan di sisi lain dapat pula meningkatkan value bagi konsumennya.

Hal inilah yang menjadi alasan sehingga kemudian dikembangkan indikator

kinerja supply chain proyek konstruksi dalam penelitian kali ini.

4.1. Dasar Pengembangan Indikator

Seperti telah sebelumnya bahwa aplikasi konsep lean construction berupa

pengelolaan supply chain (SCM) di tingkat proyek, dianggap merupakan suatu

usaha yang paling tepat dan sangat penting dalam membentuk suatu jaringan

kerjasama yang efektif dan efisien antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

jaringan supply chain pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi demi tercapainya

tujuan bersama, yaitu tercapainya value yang maksimal dengan waste yang

minimal bagi customer. Karena itulah melakukan pengelolaan yang baik terhadap

ke 3 (tiga) prinsip utama yang terkandung didalam konsep ini, yaitu conversion,

flow dan value, merupakan suatu hal yang penting didalam industri konstruksi.

Pengelolaan conversion di konstruksi dapat dilakukan dengan mengontrol dan

mengoptimalkan sumberdaya melalui hirarki, sehingga proses produksi dari input

menjadi output di proyek konstruksi dapat berjalan dengan baik. Untuk

pengelolaan flow dapat dilakukan dengan meningkatkan sistem perencanaan dan

pengendalian proyek. Karena perencanaan yang bisa menjamin dan

mengoptimalkan aktifitas dalam proses produksi yang merupakan value adding

activities dan mengurangi non-value adding activities, akan mampu menciptakan

flow pekerjaan yang lancar. Sementara penciptaan value yang sesuai keinginan

konsumen merupakan prinsip dasar yang melingkupi semua tahapan dalam proses

produksi suatu produk, sehingga salah satu pengimplementasian dari prinsip ini

adalah dengan melakukan berbagai usaha agar hasil akhir dari proses produksi

yang dilakukan (produk konstruksi yang dihasilkan) sesuai dengan keinginan

konsumen (memberikan kepuasan terhadap konsumen).

Didalam penelitian ini, indikator yang telah terbentuk nantinya akan didasarkan

terhadap 3 (tiga) hal :

Page 3: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

57

− Penerapan tiga aspek utama dari konstruksi ramping, yaitu “conversion,”

“flow,” dan “value”.

− Telaah studi literatur mengenai konsep rantai pasok (supply chain) dan

pengelolaan rantai pasok (supply chain management) serta kajian terkait

dengan berbagai model pengukuran kinerja supply chain yang pernah

dikembangkan di industri manufaktur.

− Ketersediaan jenis-jenis data, terutama yang terkait dengan aliran

material/jasa, uang dan informasi yang dapat mendukung terhadap kelancaran

produksi dan koordinasi yang baik antar pihak yang terlibat di suatu jaringan

supply chain, yang tipikal dimiliki oleh kontraktor-kontraktor besar yang

menangani pelaksanaan suatu proyek konstruksi (khususnya bangunan

gedung).

Berdasarkan telaah studi literatur sebelumnya diketahui bahwa industri

manufaktur merupakan salah satu industri yang telah banyak melakukan berbagai

studi dan penelitian terkait dengan peningkatan kinerja dalam supply chain. Salah

satu studi terkait dengan hal ini adalah studi yang dilakukan Salla (2003),

mengenai pengukuran kinerja supply chain management di suatu perusahaan.

Dalam studi tersebut telah dikembangkan 15 (lima belas) indikator pengukuran

kinerja di suatu perusahaan manufaktur. Pada Tabel 4.1. berikut diberikan

15 (lima belas) indikator pengukuran kinerja di suatu perusahaan manufaktur yang

dikembangkan Salla (2003).

Tabel 4.1. Kinerja Supply Chain Perusahaan Manufaktur

No Indikator Kinerja Definisi

1. Delivery performance to request Kinerja perusahaan dalam memenuhi permintaan untuk dapat sesuai dengan jumlah yang diminta oleh customer

2. Order fulfillment lead time Waktu yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi permintaan customer

3. Perfect order Tingkat keakuratan perusahaan dalam melakukan pemenuhan permintaan dari customer

4. Order fill rate Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan customer pada kedatangan pertama kali

Page 4: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

58

No Indikator Kinerja Definisi

5. Performance to promise Keadaan perusahaan berkaitan dengan pemenuhan janji yang diberikan oleh perusahaan jika terjadi kekurangan atau jika terjadi kekosongan dari barang yang diminta

6. Upside production flexibility Fleksibilitas dari supplier perusahaan dalam memenuhi permintaan perusahaan

7. Fixed production Stabilitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan

8. Total supply management cost : • Order manufacturing cost Biaya order dari pesanan • Equipment related to production as

a% of revenue Besarnya pembelian perlengkapan yang diperlukan perusahaan

• Inventory carrying cost Biaya simpan dari inventory • Inventory investment as % of sales Besarnya investasi dari inventory • % of raw material, purchased

component, product compare to total inventory investment

Jumlah bahan baku yang dibeli perusahaan

9. Measure of excess/obsolete inventory Adanya inventory yang kelebihan/menjadi tidak digunakan

10. Projected inventory turns Perpindahan inventory yang diinginkan perusahaan di masa depan

11. Inventory accuracy Ketepatan penggunaan dari jumlah inventory yang dilakukan

12. Value of slow maving product Ketepatan dari besarnya nilai yang harus disediakan

13. Forecast accuracy : • Unit of forecast accuracy Ketepatan dari peramalan yang dilakukan • Dollar of forecast accuracy Ketepatan dari peramalan yang dilakukan dari

besarnya nilai yang harus disediakan 14. Transportation

• Freight cost per unit shipped Biaya angkut dari pengiriman per unit • Outbound freight cost as percentage

of net sales Biaya kirim yang dibandingkan terhadap penjualan

• Inbound freight cost as percentage of purchases

Biaya angkut yang terjadi di dalam perusahaan dibandingkan terhadap pembelian

• Claims as % og freight costs Biaya klaim yang dibandingkan terhadap biaya angkut

• Accecorials as percent of total freight

Biaya tambahan dalam mengirim

• Percent of truckload capacity utilized

Pengunaan ruang dalam kendaraan

• Mode selection vs optimal Cara pengiriman yang paling opimal • Truckturn around time Lama waktu untuk mengisi kendaraan yang

datang • Shipment visibility/ traceability

percent Kemampuan melihat kinerja pengiriman dari ekspedisi yang digunakan perusahaan

• Number of carries per mode Jumlah ekspedisi yang menggunakan cara pengangkutan yang sama dengan perusahaan

• On time pickups Ketepatan waktu pengambilan ke perusahaan

Page 5: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

59

No Indikator Kinerja Definisi

15. Return • Return processing cost as % of

product revenue Biaya memproses barang yang dikembalikan terhadap penerimaan produk yang sejenis yang dikirim

• Return inventory status Jumlah inventory dari barang yang dikembalikan • Return cycle time : - Cycle times to process excess

product return to re sale Waktu untuk memproses barang yang dikembalikan untuk dijual kembali

• Cycle time to process obsolete & end of life product return disposal

Waktu untuk memproses barang yang dikembalikan yang sudah habis masa expired

• Cycle time to repair of refurbish return for use

Waktu untuk memperbaiki barang yang dikembalikan untuk digunakan kembali

• Percent actual achievement versus published service agreement cycle time

Waktu yang direncanakan dibandingkan waktu actual yang dilakukan berkaitan dengan return

• # of repairs performed as % of total units shipped annualy

Jumlah yang diperbaiki dibandingkan terhadap jumlah yang dikirim

• # of repairs performed internally as a % of total # repairs performed

Jumlah yang diperbaiki oleh perusahaan sendiri dibandingkan terhadap jumlah total perbaikan yang harus dilakukan

• # of repairs performed externally (by third party) as a % of total # repairs performed.

Jumlah yang diperbaiki oleh pihak luar dari perusahaan

• Cost of units repaired/refusbished internally as a % of total

Biaya memperbaiki barang yang dikembalikan

• Cost of units repaired/refusbished externally as a % of total

Biaya perbaikan yang dilakukan oleh pihak luar dari perusahaan

• Defect free order to total order Jumlah pemenuhan permintaan yang tanpa return

Kelima belas indikator ini akan menjadi dasar pertimbangan dalam tahap

penentuan nama indikator yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, namun

hanya dalam hal ide penamaan saja. Dari 15 (lima belas) indikator tersebut akan

dilakukan pemilahan mana yang bisa diterapkan di proyek konstruksi, kemudian

berdasarkan jenis data di lapangan yang berhasil diperoleh dari survey akan

dilihat keterkaitannya dengan 15 (lima belas) indikator di manufaktur sehingga

pada akhirnya bisa dikembangkan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply

chain pada proyek konstruksi bangunan gedung.

Jenis data di lapangan yang akan menjadi pertimbangan dalam penentuan

indikator yang dikembangkan dalam penelitian ini akan diperoleh melalui suatu

survey berupa wawancara dan diskusi terpadu dengan pihak-pihak yang terlibat di

proyek yang dijadikan studi kasus. Dari hasil survey inilah kemudian akan

diperoleh apa saja jenis data yang terkait dengan aliran material/jasa, uang dan

Page 6: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

60

informasi yang dapat mendukung terhadap kelancaran produksi dan koordinasi

yang baik antar pihak yang terlibat di suatu jaringan supply chain. Setelah itu

pengkajian yang lebih mendalam terhadap isi dari masing-masing jenis data dan

bagaimana keterkaitannya dengan prinsip-prinsip yang ada didalam konsep lean

construction kemudian dilakukan, sehingga penentuan indikator dan pendefinisian

terhadap masing-masing indikator kemudian bisa dilakukan.

Jenis-jenis data yang tipikal dimiliki oleh kontraktor-kontraktor besar yang

menangani pelaksanaan suatu proyek konstruksi (khususnya bangunan gedung),

yang terkait dengan aliran material/jasa, uang dan informasi yang dapat

mendukung terhadap kelancaran produksi dan koordinasi yang baik antar pihak

yang terlibat di suatu jaringan supply chain, yang berhasil diidentifikasi dan

bagaimana keterkaitannya dengan indikator penilaian yang akan dikembangkan,

diilustrasikan dalam Gambar 4.1. berikut ini.

Page 7: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

61

JENIS

DATA

PRIMER

EKSISTING

DI

LAPANGAN

Purchase Order (PO)

Data Variation Order (VO) atau Change Order (CO)

Catatan berbagai kendala yang terjadi di proyek

Data catatan hasil pengawasan yang

dilakukan oleh proyek

Data material reject

Data inventory material di gudang

Catatan keikutsertaan subkontraktor dalam

perencanaan pelaksanaan

Daftar complaints yang terjadi selama masa

pelaksanaan

Data risalah jenis-jenis rapat yang dilakukan

selama masa pelaksanaan

INDIKATOR 3 :Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat

INDIKATOR 1 :Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja

INDIKATOR 2 :Intensitas kendala selama pelaksanaan pekerjaan

INDIKATOR 5 :Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material

INDIKATOR 4 :Intensitas defect pekerjaan

INDIKATOR 7 :Intensitas kejadian reject material

INDIKATOR 8 :Inventory material

INDIKATOR 9 :Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan

INDIKATOR 10 :Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor & dari kontraktor kepada supplier

Data monitoring kedatangan material

INDIKATOR 6 :Kedatangan material yang melewati waktu tenggang (lead time)

Gambar 4.1. Keterkaitan antara jenis data primer dan indikator penilaian

4.2. Batasan Penggunaan Indikator

Indikator kinerja supply chain yang dikembangkan ini hanya bisa digunakan

untuk mengukur kinerja dari beberapa pihak (stakeholders) yang terlibat dalam

suatu jaringan supply chain pada suatu proyek konstruksi (khususnya bangunan

gedung) saja. Berdasarkan beberapa literatur, dapat disimpulkan beberapa

komponen utama dalam suatu supply chain konstruksi, antara lain:

Page 8: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

62

1. Owner (pelaku hilir)

Dalam proses produksi konstruksi peran owner sangatlah tinggi. Proses supply

chain konstruksi dimulai dari inisiatif owner yang memprakarsai dibuatnya

produk konstruksi bangunan dan berakhir pada owner ketika produk tersebut

selesai diproduksi (Vrijhoef, 1999). Peran owner ada dalam setiap tahapan, sejak

tahap feasibility study, perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasi, dan

pemeliharaan. Bahkan dalam tahapan proses produksi owner dapat menunjuk

langsung pihak yang terlibat untuk pelaksanaan nominated subcontractor/

nominated supplier. Selain itu owner juga memiliki beberapa peranan penting

lainnya seperti membiayai proyek dan tentunya menetapkan keputusan-keputusan

penting berkaitan dengan proyek.

2. Kontraktor (pelaku utama)

Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang memberikan layanan

pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi

yang telah ditetapkan. Sekarang ini berkembang berbagai organisasi yang

berperan sebagai kontraktor, mulai dari perusahaan individu hingga perusahaan

besar dengan jumlah pekerja yang banyak. Begitu pula dengan ruang lingkup

pekerjaan kontraktor dalam suatu proyek, terdapat spektrum yang sangat beragam,

mulai dari lingkup pekerjaan yang sangat sempit, hingga lingkup keseluruhan

pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi. Peran utama dari kontraktor adalah

menyediakan layanan jasa pelaksanaan konstruksi (construction).

3. Subkontraktor, supplier, dan mandor (pelaku di hulu)

• Subkontraktor dan Spesialis

Subkontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak dengan

kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan

kontraktor utama. Terminologi subkontraktor dalam konteks tradisional

terdapat satu kontraktor yang memiliki hubungan kontrak dengan owner

yaitu kontraktor utama sehingga menempatkan kontraktor lainnya yang

tidak memiliki hubungan langsung dengan owner sebagai subordinan dari

kontraktor utama tersebut. Hirarki dalam hubungan kontrak ini

Page 9: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

63

menimbulkan istilah kontraktor utama, subkontraktor, bahkan sub-

subkontraktor.

Penggolongan subkontraktor berdasarkan jenis aktivitas terdiri dari:

subkontraktor pada aktivitas dasar, subkontraktor pada pekerjaan yang

membutuhkan teknik khusus, serta subkontraktor pada pekerjaan khusus

dan yang berkaitan dengan material khusus. Sedangkan penggolongan

subkontraktor berdasarkan sumber daya yang diberikan terdiri dari:

subkontraktor yang memberikan jasa pelaksanaan saja (labor-only

subcontractor), subkontraktor yang memberikan sumber daya berupa

pekerja dan material, subkontraktor yang memberikan sumber daya berupa

pekerja, material, dan perencanaan (design), serta subkontraktor yang

memberikan sumber daya berupa pekerja, material, dan perencanaan

(design), dan jasa pemeliharaan. Sedangkan specialist trade contractor

adalah suatu perusahaan yang memberikan design, manufacture, purchase,

assembly, installation, testing, dan commission dari item-item yang

diperlukan dalam suatu proyek konstruksi bangunan. Specialist trade

contractor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu specialist contractor yang

memberikan jasa perencanaan (design service) bagi item yang diproduksi

serta dipasang pada konstruksi bangunan dan trade contractor yang

melaksanakan pekerjaan dengan skill tertentu dalam konstruksi bangunan

tanpa melakukan perencanaan.

Terdapat perbedaan yang mendasar antara subkontraktor dengan

kontraktor spesialis bila dikaitkan dengan jenis jasa yang diberikan dan

sumber daya. Untuk keperluan penelitian ini, maka terminologi

subkontraktor digunakan untuk pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor

tertentu yang hanya memerlukan material, alat, dan pekerja, dan tidak

menuntut perencanaan (design engineering), serta teknologi tinggi.

Dengan asumsi bahwa lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh

subkontraktor ini merupakan jenis pekerjaan dasar maka umumnya

kontraktor ini selalu berada di bawah kontrak dengan kontraktor tertentu,

tidak berdiri sendiri, sehingga lebih sering diposisikan sebagai

Page 10: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

64

subkontraktor. Sedangkan kontraktor spesialis memiliki kelebihan di

dalam jenis pekerjaan yang ditangani, kemampuan teknologi, kemampuan

finansial, serta knowledge tertentu yang spesifik, didukung oleh skill

pekerjanya. Sejalan dengan tuntutan perkembangan teknologi konstruksi

bangunan risiko tinggi (high rise building) menempatkan kontraktor

spesialis dalam posisi tawar yang lebih tinggi. Adanya komponen design

dan teknologi membedakan antara kontraktor pada pekerjaan dasar

(selanjutnya disebut subkontraktor) dengan kontraktor spesialis serta

diperlukannya keterlibatan kontraktor spesialis dalam proses perencanaan

dengan knowledge-nya untuk menghasilkan perencanaan yang baik.

• Subkontraktor tenaga kerja

Di Indonesia sebagai negara yang berkembang, industri konstruksi

merupakan entry point yang relatif mudah dalam memasuki dunia kerja

sehingga muncul suatu kelompok pekerja dengan skill yang rendah.

Kelompok ini memiliki pemimpin yang disebut dengan mandor. Mandor

bertindak sebagai penghubung antara kontraktor dengan pekerja. Mandor

memberikan jasa kepada kontraktor sebagai pemasok tenaga kerja (labor

only subcontractor) berbagai keahlian yang spesifik (misalnya: tukang

gali, tukang batu, dan tukang kayu) dan tingkatan keahlian yang berbeda-

beda (misalnya: pekerja terampil, pekerja setengah terampil, dan tukang).

Dengan proses produksi pada industri konstruksi yang umumnya memiliki

karakteristik penggunaan teknologi yang relatif rendah serta tingginya

intensitas penggunaan pekerja maka keberadaan mandor sebagai pemasok

tenaga kerja yang menyediakan jasa kepada kontraktor untuk

mengkonversikan material menjadi intermediate product sangat

diperlukan.

Dalam prakteknya subkontraktor juga melakukan pengadaan material serta

peralatan sebagai bagian dari pekerjaan mereka. Namun input yang

diberikan hanya berupa jasa maka mandor (subkontraktor tenaga kerja)

merupakan tingkatan subkontraktor yang paling rendah. Hal ini sesuai

Page 11: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

65

dengan pendapat Jervis yang menyatakan bahwa tugas utama

subkontraktor adalah sebagai penyedia tenaga kerja.

• Supplier dan manufaktur konstruksi

Dilihat dari jenis material yang diperlukan dalam suatu proyek konstruksi

bangunan, terdiri dari material alam seperti pasir, kerikil, batu alam, dan

material hasil produksi manufaktur seperti besi beton, keramik, panel

beton precast. Dengan demikian terdapat dua jenis pelaku yang terlibat

dalam aliran material-material yang dibutuhkan dalam proyek konstruksi

bangunan:

– Manufaktur konstruksi memproduksi material-material konstruksi

dengan mengolah material-material alam hingga menghasilkan

komponen bangunan tertentu.

– Supplier mendistribusikan material yang diperoleh kepada pengguna.

Dari jenis material yang didistribusikan maka supplier ini dapat

dibedakan menjadi supplier material alam dan supplier komponen

bangunan.

Material alam terlebih dahulu mengalami proses di dalam suatu

manufaktur sebelum memasuki lokasi konstruksi hal ini menunjukkan

adanya hubungan antar industri konstruksi dan industri manufaktur yang

memproduksi komponen bangunan. Industri manufaktur khususnya yang

memproduksi komponen konstruksi telah mendukung industri konstruksi.

Adanya manufaktur konstruksi sebagai pihak yang melakukan produksi di

luar lokasi konstruksi (off site production), memiliki kontribusi yang besar

bagi konstruksi untuk lebih mengefisienkan proses konstruksi yang terjadi

dalam lokasi konstruksi.

Dari uraian terkait pihak-pihak yang terlibat (stakeholders) dalam suatu jaringan

supply chain pada suatu proyek konstruksi (khususnya bangunan gedung) diatas,

maka indikator-indikator yang akan dikembangkan selanjutnya hanya akan

digunakan untuk mengukur kinerja dari 3 (tiga) pihak yang terkait saja, yaitu :

Page 12: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

66

kontraktor utama, subkontraktor dan supplier material. Hal ini berkaitan dengan

hasil wawancara terkait data yang telah dikumpulkan. Berdasarkan wawancara

tersebut diketahui informasi bahwa 8 (delapan) data yang telah diperoleh dari

hasil survey pada proyek X1 dan X2 maupun 10 (sepuluh) data yang telah

diperoleh dari hasil survey pada proyek Y1, memang hanya terkait dengan ketiga

pelaku yang telah disebutkan diatas sehingga hal ini juga menjadi salah satu

batasan didalam penggunaan indikator, bahwa indikator kinerja supply chain yang

dikembangkan ini nantinya hanya digunakan untuk mengukur kinerja dari

kontraktor utama, subkontraktor dan supplier material saja.

4.3. Indikator Penilaian

Berdasarkan pengkajian yang lebih mendalam terhadap isi dari masing-masing

jenis data hasil survey dan bagaimana keterkaitannya dengan prinsip-prinsip yang

ada didalam konsep lean construction, maka saat ini telah berhasil dikembangkan

10 (sepuluh) indikator penilaian yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai

efektifitas dan efisiensi dari jaringan supply chain pada proyek konstruksi

bangunan gedung.

Penilaian disini lebih difokuskan pada efektifitas dan efisiensi aliran dari material

dan informasi pada suatu supply chain, karena sebagaimana telah dikemukakan

pada studi literatur sebelumnya bahwa di dalam suatu jaringan supply chain

terdapat 3 (tiga) macam aliran yang harus dikelola dengan baik, sehingga

efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapat

ditingkatkan. Ketiga macam aliran tersebut adalah aliran barang yang mengalir

dari hulu (upstream) ke hilir (downstream), aliran informasi yang bisa terjadi dari

hulu ke hilir ataupun sebaliknya serta aliran uang dan sejenisnya yang mengalir

dari hilir ke hulu.

Penilaian efektifitas dan efisiensi jaringan supply chain ini melibatkan dua jenis

indikator penilaian, yaitu indikator dengan satuan yang terukur (kuantitatif) dan

indikator berupa kategori (kualitatif). Penilaian dilakukan secara obyektif jika

melibatkan indikator kinerja yang bersifat kuantitatif dan secara subyektif jika

melibatkan indikator yang bersifat kualitatif. Untuk pengukuran nilai yang

kuantitatif akan mudah dilakukan dengan bantuan satuan yang baku, sedangkan

Page 13: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

67

untuk indikator kualitatif dapat didekati melalui penilaian preferensi dengan

judgement terhadap kategori-kategori yang akan dikembangkan.

Penilaian obyektif ini dilakukan terhadap data primer yang tipikal dimiliki oleh

kontraktor-kontraktor besar yang menangani pelaksanaan suatu proyek konstruksi

(khususnya bangunan gedung), yang telah dikumpulkan dari hasil survey

identifikasi ketersediaan jenis data sebelumnya. Sedangkan penilaian subyektif

akan dilakukan melalui suatu mekanisme wawancara dengan para pihak yang

terkait di proyek. Analisis kualitatif dilakukan untuk melengkapi data agar pada

akhirnya dapat ditarik berbagai kesimpulan. Hasil analisis kualitatif kemudian

akan disajikan bersama dengan hasil analisis kuantitatif sebagai pembanding dan

pelengkap.

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa hasil pengukuran terhadap ke 10 (sepuluh)

indikator yang telah terbentuk nantinya akan didasarkan terhadap penerapan

3 (tiga) prinsip utama dalam lean construction (conversion, flow dan value). Hal

ini dilakukan karena adanya suatu asumsi bahwa melakukan pengelolaan yang

baik terhadap ke 3 (tiga) prinsip utama yang terkandung didalam konsep ini, yaitu

conversion, flow dan value, merupakan suatu hal yang penting didalam industri

konstruksi karena dapat mendukung terhadap peningkatan efektifitas dan efisiensi

jaringan supply chain.

Oleh sebab itu selama penyusunan dan pendefinisian indikator selain berdasarkan

pertimbangan hasil kajian terhadap jenis-jenis data primer yang tipikal dimiliki

oleh kontraktor-kontraktor besar yang menangani pelaksanaan suatu proyek

konstruksi (khususnya bangunan gedung), yang telah dikumpulkan dari hasil

survey identifikasi ketersediaan jenis data sebelumnyai, juga tidak terlepas dari

studi terhadap berbagai literatur yang terkait dengan konsep lean construction

yang ada (buku, paper, maupun penelitian-penelitian sebelumnya, baik di dalam/

luar negeri), agar keterkaitan antara indikator dan manfaat hasil pengukuran

terhadap efektifitas dan efisiensi jaringan supply chain di proyek konstruksi dapat

digambarkan dengan jelas, seperti diilustrasikan dalam Gambar 4.2. berikut.

Page 14: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

68

INDIKATOR 3 :Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat

INDIKATOR 1 :Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja

INDIKATOR 2 :Intensitas kendala selama pelaksanaan pekerjaan

INDIKATOR 5 :Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material

INDIKATOR 4 :Intensitas defect pekerjaan

INDIKATOR 7 :Intensitas kejadian reject material

INDIKATOR 8 :Inventory material

INDIKATOR 9 :Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan

INDIKATOR 10 :Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor & dari kontraktor kepada supplier

KONSEP

LEAN

CONSTRUCTION

CONVERSION

Kontrol dan optimalisasi

penggunaan sumber daya

FLOW

Identifikasi dan minimalisasi terhadap

aktifitas yang tidak memberikan

tambahan value (non-value adding

activites); Minimalisasi waste

VALUE

Memberikan kepuasan terhadap

konsumen

INDIKATOR 6 :Kedatangan material yang melewati waktu tenggang (lead time)

Gambar 4.2. Pengelompokkan indikator penilaian terhadap prinsip lean construction

Berikut ini uraian mengenai 10 (sepuluh) indikator penilaian efektifitas dan

efisiensi dari jaringan supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung

yang telah berhasil diidentifikasi sebagai hasil kompilasi antara telaah dari kajian

literatur dan kajian terhadap data-data yang tipikal dimiliki oleh kontraktor-

Page 15: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

69

kontraktor besar yang menangani pelaksanaan suatu proyek konstruksi

(khususnya bangunan gedung), yang terkait dengan aliran material/jasa, uang dan

informasi yang dapat mendukung terhadap kelancaran produksi dan koordinasi

yang baik antar pihak yang terlibat di suatu jaringan supply chain, yang berhasil

diidentifikasi dari hasil survey. Indikator-indikator tersebut antara lain :

INDIKATOR 1 : Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja.

Indikator ini digunakan untuk melihat intensitas terjadinya perubahan/ revisi

terhadap rencana kerja kontraktor yang dibuat sebagai acuan pelaksanaan di

lapangan, seperti perubahan desain sehingga mengakibatkan terjadinya pekerjaan

tambah kurang (Variation Order atau Change Order).

Perencanaan diawal proyek biasanya memiliki tingkat ketidakpastian

(uncertainty) yang tinggi dan variabilitas juga tidak dapat diprediksi dengan baik,

sehingga pada masa pelaksanaan seringkali terjadi penyesuaian dengan kenyataan

di lapangan. Didalam konsep lean construction (konstruksi ramping), semua

bentuk perencanaan, termasuk juga rencana kerja dianggap sebagai suatu sistem

untuk memberikan jaminan bahwa tidak terjadi pekerjaan-pekerjaan yang tidak

efektif yang tidak memberikan memberikan tambahan value bagi konsumen.

Sehingga jika perencanaan dilakukan dengan baik, tentunya pada saat pelaksanaan

tidak akan terjadi banyak perubahan yang signifikan. Selain itu di konstruksi

ramping perencanaan yang dibuat diawal selalu dievaluasi dengan kenyataan

dilapangan proyek dan selalu diperbaiki untuk meningkatkan perbaikan secara

terus menerus (continuous improvement).

Penilaian yang akan dilakukan pada penelitian ini hanya melihat intensitas

terjadinya perubahan/revisi terhadap rencana kerja yang diakibatkan karena

terjadinya ketidaksesuaian dengan desain di awal, sehingga pada akhirnya

mengakibatkan terjadinya pekerjaan tambah kurang. Jika dikaitkan dengan prinsip

lean construction indikator ini akan mendukung terhadap prinsip flow, karena jika

rencana kerja selalu berubah tentunya akan menghambat terhadap flow dari

pelaksanaan keseluruhan pekerjaan.

Page 16: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

70

Jenis data yang digunakan didalam penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah

data Variation Order atau Change Order. Dari data tersebut akan dilihat berapa

kali pekerjaan tambah kurang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu (penilaian

tidak dilakukan terhadap keseluruhan waktu siklus proyek). Melalui indikator ini

selain penilaian kuantitatif, juga akan dilakukan penilaian kualitatif melalui suatu

wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi

kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya

terkait dengan objektif dari indikator ini, sebagai bahan pembanding dan

pelengkap.

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat intensitas terjadinya

perubahan/revisi terhadap rencana kerja kontraktor atau terjadinya pekerjaan

tambah kurang (pengukuran kualitatif). Termasuk juga mengidentifikasi penyebab

terjadinya perubahan/revisi serta dampak yang dirasakan proyek akibat adanya

perubahan/revisi tersebut (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 2 : Intensitas kendala selama pelaksanaan pekerjaan.

Kendala merupakan kondisi-kondisi eksisting di lapangan yang bisa mengganggu

flow pekerjaan seperti ketersediaan sumberdaya yang minim (kurang dari yang

dibutuhkan), disain gambar yang belum selesai, persetujuan dari klien, belum

selesainya pekerjaan yang mendahului (downstream), dan lain-lain. Sehingga

berdasarkan definisi tersebut diatas, maka indikator ini akan digunakan untuk

mengidentifikasi kendala yang terjadi selama proses penyelenggaraan proyek

konstruksi berlangsung.

Jika dikaitkan dengan prinsip lean construction, maka indikator ini akan

mendukung terhadap prinsip flow, karena semakin jarangnya terjadi kendala

selama pelaksanaan suatu proyek konstruksi berlangsung, maka akan semakin

lancar flow penyelesaian pekerjaan pada proyek yang bersangkutan.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah data catatan berbagai kendala yang terjadi di proyek. Dari data tersebut

akan dilihat berapa kali kendala terjadi pada suatu kurun waktu tertentu (penilaian

Page 17: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

71

tidak dilakukan terhadap keseluruhan waktu siklus proyek). Selain itu juga

dilakukan pencatatan tentang jenis/macam kendala yang biasa terjadi di proyek

dan penyebabnya, yang akan diperoleh dari hasil wawancara sebagai bahan

pelengkap dan pembanding. Sehingga melalui indikator ini selain penilaian

kuantitatif, juga akan dilakukan penilaian kualitatif melalui suatu wawancara

terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site

manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait

dengan objektif dari indikator ini. Penilaian akan dibatasi, yaitu hanya melihat

intensitas kendala yang terjadi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan

terhadap waktu siklus keseluruhan proyek).

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat intensitas terjadinya kendala

selama pelaksanaan satu pekerjaan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya

(pengukuran kuantitatif). Termasuk juga identifikasi mengenai jenis kendala yang

terjadi, apa penyebabnya, permasalahan/dampak yang ditimbulkan dan solusi

penyelesaiannya (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 3 : Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat.

Tahap pertama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu aktifitas

adalah dengan memahami dan menganalisa cara suatu pekerjaan dilakukan dan

dikembangkan. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya rapat mingguan yang

dihadiri oleh production manager, site manager, logistic division, foreman dan

pihak-pihak lain yang terkait langsung dengan pelaksanaan di lapangan. Rapat ini

akan mengidentifikasi permasalahan dan mencari penyebab dan solusi untuk

meningkatkan sistem produksi. Arbulu and Tommelein (2002) juga menekankan

pentingnya koordinasi dan komunikasi antara para pelaku yang terlibat dalam

supply chain untuk menghasilkan produk sesuai dengan waktu yang direncanakan,

karena di dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan, waktu yang diperlukan

untuk aliran informasi dan material site seringkali tidak diperhitungkan.

Transparansi juga merupakan salah satu prinsip dasar didalam konstruksi ramping

yang terkait dengan masalah koordinasi dan komunikasi. Transparansi diartikan

sebagai kemampuan dari suatu proses produksi untuk berkomunikasi dengan

Page 18: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

72

pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksinya. Pemberian informasi

mengenai tahapan-tahapan proses produksi yang telah dan akan dilakukan secara

baik dapat memberikan pengaruh yang baik sehingga proses produksi akan

menjadi optimal.

Tidak adanya peningkatan terhadap proses transparansi akan membuat

kecenderungan untuk melakukan kesalahan semakin mungkin untuk terjadi.

Dengan demikian, sangatlah penting untuk membuat setiap proses produksi

menjadi transparan agar memberikan kemudahan didalam proses pengendalian

dan perbaikan, caranya yaitu dengan membuat flow utama yang terjadi dari

permulaan sampai akhir operasi dapat terlihat dan dapat dimengerti oleh semua

pihak yang terlibat dalam proses produksi (Stalk & Hout 1989). Hal ini dapat

dicapai dengan menjadikan setiap proses dapat terlihat secara langsung oleh

organisasi di tempat produksi dan membuat agar informasi dapat diketahui oleh

semua pihak yang terlibat.

Proyek konstruksi dengan karakteristiknya yang dinamis dan kompleks telah

menuntut adanya struktur komunikasi yang baik, sehingga adanya pengembangan

mengenai penyusunan perencanaan ke depan dan perencanaan kerja mingguan

yang terorganisir dengan baik, yang memungkinkan para pelaku proyek berbagi

informasi tentang jadwal terakhir dan konflik yang mungkin terjadi perlu

dilakukan, minimal dengan melakukan rapat koordinasi antar pihak yang terlibat

secara intensif.

Karena itu jika dikaitkan dengan prinsip lean construction, maka indikator ini

jelas akan mendukung terhadap prinsip flow karena dengan sering dilakukannya

rapat koordinasi antar pihak yang terlibat di proyek, maka akan membuat

kecenderungan untuk melakukan kesalahan atau aktifitas yang tidak memberikan

tambahan nilai (non-value adding activity) akan semakin kecil untuk terjadi dan

juga bisa meminimalisasi terhadap terjadinya waste sehingga efisiensi biaya

proyek bisa dilakukan.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah data risalah jenis-jenis rapat yang biasa dilakukan oleh proyek, dilengkapi

Page 19: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

73

dengan hasil wawancara terkait dengan objektif dari indikator ini sebagai bahan

pelengkap dan pembanding. Indikator ini dikembangkan untuk melihat intensitas

dari masing-masing rapat rutin yang biasa dilakukan. Penilaian akan dibatasi

untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus

keseluruhan proyek).

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat ada tidaknya rapat yang dilakukan

antar pihak yang terlibat terkait dengan pekerjaan (yang telah ditentukan

sebelumnya), apa jenisnya dan berapa kali (intensitas) masing-masing jenis rapat

tersebut biasa dilakukan, selama kurun waktu tertentu (pengukuran kuantitatif).

Termasuk mengidentifikasi sifat rapat, peserta rapat serta pengaruh yang

dirasakan dengan adanya rapat terhadap kelancaran pekerjaan tersebut

(pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 4 : Intensitas defect pekerjaan.

Defect adalah cacat-cacat pekerjaan (ketidaksesuaian dengan instruksi

kerja/spesifikasi teknis yang telah diberikan) yang dilakukan oleh

pelaksana/subkontraktor, sehingga diharuskan kepada pelaksana/ subkontraktor

yang bersangkutan untuk melakukan perbaikan/ penggantian.

Merupakan sifat alami dari suatu proses produksi bahwa non value adding

activities pasti terjadi. Misalnya saja material yang masih dalam pengolahan dari

satu perubahan ke perubahan berikutnya tentu akan mengalami perpindahan,

sehingga selama prosesnya akan mengalami cacat-cacat pekerjaan. Namun

demikian hal ini bisa manjadi suatu kendala manakala cacat-cacat pekerjaan

tersebut seringkali terjadi, karena akan mengakibatkan tambahan waktu dan biaya

didalam pengawasan. Oleh karena itu hal ini perlu diminimalisasi atau dikurangi,

salah satunya dengan melakukan perencanaan yang baik dan melakukan

pemilihan yang tepat terhadap pelaksana/subkontraktor yang akan dilibatkan

selama pelaksanaan proses pelaksanaan proyek konstruksi.

Dari uraian tersebut sudah jelas terlihat bahwa jika dikaitkan dengan konsep lean

construction, maka indikator ini dapat mendukung terhadap prinsip conversion

Page 20: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

74

karena semakin kecil intensitas defect terjadi, maka akan semakin lancar proses

produksi (kendala berkurang) selama pelaksanaan suatu proyek konstruksi

berlangsung, sehingga dengan demikian bisa disimpulkan bahwa telah dilakukan

kontrol dan optimalisasi penggunaan sumberdaya dengan baik pada proyek yang

bersangkutan.

Indikator ini ditetapkan guna mengukur intensitas terjadinya defect terkait dengan

suatu pekerjaan yang dilakukan pada saat proses konstruksi berlangsung. Melalui

indikator ini bisa terukur bagaimana kesesuaian antara perencanaan dengan mutu

pekerjaan yang dihasilkan pada pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor .

Dengan melakukan pengukuran ini, maka diharapkan gambaran sekilas tentang

seberapa baik kinerja subkontraktor dalam melaksanakan pekerjaan (berdasarkan

catatan hasil pengawasan yang dilakukan proyek terkait inspeksi dan tes terhadap

subkontraktor) dapat diperoleh. Untuk hal ini jika dikaitkan dengan prinsip lean

construction, maka indikator selain dapat mendukung terhadap prinsip conversion

juga dapat mendukung terhadap prinsip value karena dengan semakin kecilnya

angka kegagalan subkontraktor dalam melalui inspeksi dan tes yang dilakukan

terhadap hasil pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya (hasil pekerjaan selalu

disetujui karena sesuai dengan mutu yang direncanakan), maka ini berarti kinerja

subkontraktor yang bersangkutan dianggap baik karena telah berhasil didalam

memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh owner.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah data catatan hasil pengawasan yang dilakukan proyek terkait inspeksi dan

tes terhadap subkontraktor, dari data tersebut akan dilihat berapa kali (intensitas)

kegagalan subkontraktor dalam melalui inspeksi dan tes yang dilakukan terhadap

hasil pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Data akan dilengkapi dengan

hasil wawancara terkait dengan objektif dari indikator ini sebagai bahan

pelengkap dan pembanding. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu

tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek).

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat intensitas terjadinya defect, dari

sini akan terlihat apakah sudah terjadi kesesuaian antara perencanaan dengan

mutu pekerjaan yang dihasilkan pada pekerjaan (yang telah ditentukan

Page 21: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

75

sebelumnya sebagai sampling untuk penelitian ini) yang dilakukan oleh

subkontraktor, sehingga bisa teridentifikasi seberapa baik kinerja subkontraktor

dalam melaksanakan pekerjaan tersebut (pengukuran kuantitatif). Termasuk

mengidentifikasi penyebab terjadinya defect tersebut, dampak apa yang timbul

akibat terjadinya defect ini terhadap pekerjaan/pihak lain dan solusi apa yang

dilakukan untuk menyelesaikannya (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 5 : Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman

material.

Indikator ini digunakan untuk mengukur kinerja supplier dalam memenuhi

permintaan yang dipesan oleh proyek. Seperti yang telah diuraikan dalam studi

literatur sebelumnya, bahwa aliran material merupakan salah satu jenis aliran

didalam supply chain yang harus dikelola dengan baik sehingga efektifitas dan

efisiensi dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapat terus meningkat.

Menurut Arbulu dan Ballard (2005), di dalam suatu supply chain yang baik

terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang, dan

diimplementasikan untuk mendapatkan aliran yang efektif dari material, informasi

dan dana pada suatu supply chain. Oleh karena itu pengukuran terhadap seberapa

baik kinerja supplier dalam memenuhi permintaan proyek perlu dilakukan karena

dengan dilakukannya pengukuran tersebut diharapkan akan didapat gambaran

secara umum mengenai kelancaran aliran material di proyek yang bersangkutan.

Jika dikaitkan dengan prinsip lean construction, maka indikator ini akan

mendukung terhadap prinsip conversion karena dengan semakin kecilnya angka

kegagalan supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material yang telah

dibuat proyek, maka ini berarti kinerja supplier yang bersangkutan telah dianggap

baik, sehingga dengan demikian bisa disimpulkan bahwa telah dilakukan kontrol

dan optimalisasi penggunaan sumberdaya dengan baik oleh supplier yang

bersangkutan. Selain mendukung prinsip conversion, indikator ini juga

mendukung terhadap prinsip flow karena dengan semakin kecilnya angka

kegagalan supplier dalam memenuhi permintaan proyek, maka ini berarti kinerja

supplier yang bersangkutan telah dianggap baik. Semakin baik kinerja supplier

yang terlibat (terutama untuk pengiriman material-material yang dianggap

Page 22: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

76

penting, misal karena kuantitasnya yang cukup besar), maka akan juga berdampak

terhadap kelancaran flow yang terjadi selama proses produksi di proyek

(pelaksanaan konstruksi) berlangsung.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah Purchase Order (PO). Dari data tersebut akan dilakukan pencatatan kapan

kedatangan material tidak tepat waktu sesuai dengan yang telah ditentukan dan

berapa jumlah total dari kedatangan material yang bersangkutan terjadi. Data akan

diperlengkapi dengan hasil wawancara terkait dengan objektif dari indikator ini

sebagai bahan pelengkap dan pembanding. Penilaian akan dibatasi untuk suatu

kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek),

selain itu pengumpulan data juga hanya akan dilakukan terhadap satu atau

beberapa data jenis material yang digunakan oleh proyek yang telah ditentukan

sebagai sampling untuk penelitian ini.

Objektif dari indikator ini adalah untuk mengukur seberapa baik kinerja supplier

didalam memenuhi jadwal pengiriman material yang dibuat oleh proyek. Jadi

disini akan dilakukan pengamatan berapa kali intensitas terjadinya satu barang/

material tertentu tidak datang tepat waktu sesuai dengan jadwal (pengukuran

kuantitatif). Termasuk juga mengidentifikasi apa penyebab terjadinya

ketidaksesuaian (jika terjadi), permasalahan/dampak yang timbul dari terjadinya

ketidaksesuaian tersebut terhadap proyek serta solusi apa yang telah dilakukan

proyek untuk menanggulanginya (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 6 : Kedatangan material yang melewati waktu tenggang

(lead time).

Lead time adalah waktu tenggang untuk mendapatkan produk yang dipesan.

Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator ini akan digunakan untuk mengukur

persentase kapan material datang tidak tepat waktu dan melewati waktu tenggang

yang telah diberikan, selama proses pasokan material tersebut berlangsung. Hal

yang perlu mendapat perhatian juga disini adalah penyebab dari ketidaksesuaian

itu terjadi. Oleh karena itu selain melakukan pencatatan terhadap berapa lama

waktu tenggang yang terjadi dan berapa kali ketidaksesuaian kedatangan material

Page 23: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

77

yang melewati waktu tenggang, maka perlu juga dilakukan identifikasi pihak

mana yang mengakibatkan ketidaksesuaian kedatangan material yang melewati

waktu tenggang yang diberikan.

Jika dikaitkan dengan prinsip lean construction, maka indikator ini akan

mendukung terhadap prinsip flow karena dengan semakin seringnya terjadi

ketidaksesuaian kedatangan material yang melebihi waktu tenggang antara

pemesanan (order) dan pengiriman (deliver) yang diberikan, maka ini berarti akan

mengurangi terhadap waktu siklus total pelaksanaan konstruksi. Pengurangan

waktu siklus total ini merupakan salah satu prinsip yang mendukung terhadap

perbaikan proses flow dalam filosofi manajemen produksi baru di industri

konstruksi. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa indikator ini dikembangkan

untuk mendukung terhadap prinsip flow.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah Purchase Order (PO) dan data monitoring kedatangan material. Dari PO

akan terlihat berapa lama waktu tenggang yang diberikan untuk setiap pemesanan

barang. Dalam PO juga akan terlihat catatan mengenai tanggal pendatangan dan

volume dari barang yang dipesan. Sedangkan dari data monitoring kedatangan

material akan terlihat tanggal kedatangan dan volume material pada saat diterima

di site. Dari kedua jenis data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa lama

waktu tenggang terjadi dan intensitas kedatangan material di site tidak sesuai

menurut jadwal dan melewati waktu tenggang yang telah diberikan. Sehingga

dapat diketahui kapan material datang tidak tepat waktu dan juga melewati waktu

tenggang yang telah diberikan. Kedua data akan diperlengkapi dengan hasil

wawancara terkait dengan objektif dari indikator ini sebagai bahan pelengkap dan

pembanding. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak

dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek), selain itu pengumpulan

data juga hanya akan dilakukan terhadap satu atau beberapa data jenis material

yang digunakan oleh proyek yang telah ditentukan sebagai sampling untuk

penelitian ini.

Objektif dari indikator ini adalah ingin mengukur ketidaksesuaian material datang

tidak tepat waktu dan melewati waktu tenggang yang telah diberikan (pengukuran

Page 24: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

78

kuantitatif). Termasuk juga mengidentifikasi apa penyebab terjadinya

ketidaksesuaian tersebut, apa dampaknya terhadap proyek serta solusi apa yang

telah dilakukan (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 7 : Intensitas kejadian reject material.

Reject material adalah material/produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang

diberikan atau tidak sesuai dengan yang diharapkan (material yang rusak/cacat

pada saat diterima di proyek) sehingga kemungkinan material/produk tersebut

akan langsung di kembalikan atau diperbaiki sebelum diterima. Didalam

konstruksi ramping tujuan utama konsep flow adalah untuk mencapai lean

production system dengan sesedikit atau bahkan dengan tidak ada waste.

Mengidentifikasi dan mengurangi sumber dari waste merupakan langkah awal

untuk penerapan konsep ini. Menurut sistem produksi yang dikembangkan

Toyota, terdapat 7 (tujuh) kategori dari waste juga bisa dikategorikan sebagai non-

value adding activities, dan repair/rejects material merupakan salah satunya.

Dari uraian diatas sudah jelas bahwa jika dikaitkan dengan prinsip lean

construction, maka indikator ini akan mendukung terhadap prinsip flow karena

semakin kecil persentase intensitas material ditolak (reject) dibandingkan

terhadap jumlah kedatangan material, maka usaha yang dilakukan pihak

manajemen proyek untuk melakukan hubungan yang baik dengan para

suppliernya telah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari semakin baiknya

pelayanan yang diberikan para supplier dengan selalu memberikan material yang

selalu sesuai dengan yang diharapkan sehingga material tersebut selalu langsung

bisa diterima. Hal ini tentunya dapat mendukung terhadap kelancaran flow

keseluruhan proses produksi. Selain konsep flow, indikator ini juga mendukung

terhadap konsep conversion karena dengan kecilnya intensitas material ditolak

(reject), juga bisa berarti telah dilakukan kontrol yang baik oleh proyek terhadap

para suppliernya misal dengan selalu memberikan updating jadwal maupun

spesifikasi terbaru terhadap para supplier, sehingga mereka selalu memberikan

material yang selalu sesuai dengan yang diharapkan.

Page 25: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

79

Indikator ini dikembangkan guna mengukur intensitas terjadinya reject terhadap

material yang telah dipesan. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu

tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek), selain itu

pengumpulan data juga hanya akan dilakukan terhadap satu atau beberapa data

jenis material yang digunakan oleh proyek sebagai sampling.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah data material reject. Dari data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa

kali intensitas terjadinya material ditolak dan apa penyebab material tersebut

ditolak. Data tersebut akan diperlengkapi dengan hasil wawancara terkait dengan

objektif dari indikator ini sebagai bahan pelengkap dan pembanding.

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat intensitas terjadinya reject material

(pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi penyebab terjadinya reject

tersebut, dampak dan solusi seperti apa yang saat ini telah dilakukan untuk

meminimalkan terjadinya reject material tersebut (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 8 : Inventory material.

Inventory adalah material yang digunakan tetapi kedatangannya di site terlalu

cepat dari waktu yang dijadwalkan atau tidak langsung digunakan (misal karena

jadwal pemasangan terlambat), sehingga menumpuk di gudang serta

menimbulkan tambahan biaya, tempat dan untuk mengelolanya. Sama dengan

rejects material sebelumnya, maka inventory juga temasuk dalam salah satu dari 7

(tujuh) kategori waste yang dikategorikan sebagai non-value adding activities

didalam sistem produksi yang dikembangkan Toyota.

Berdasarkan definisi diatas, maka indikator ini dikembangkan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya inventory yang menumpuk di gudang. Penilaian

akan dibatasi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu

siklus keseluruhan proyek), selain itu pengumpulan data juga hanya akan

dilakukan terhadap satu atau beberapa data jenis material yang digunakan oleh

proyek sebagai sampling. Jika dikaitkan dengan konsep lean construction, maka

indikator ini akan mendukung terhadap prinsip flow karena semakin kecil atau

Page 26: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

80

bahkan tidak adanya meterial yang menumpuk di gudang, maka usaha yang

dilakukan pihak manajemen proyek untuk mengelola inventory yang dimilikinya

telah berjalan dengan baik dan hal ini pada akhirnya akan mendukung terhadap

kelancaran flow keseluruhan proses produksi.

Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini

adalah data inventory di gudang yang terkait dengan satu atau beberapa jenis

material yang digunakan oleh proyek yang telah ditentukan sebagai sampling

untuk penelitian ini. Dari data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa volume

suatu material sisa menumpuk di gudang, dan berapa total volume material yang

sisanya menumpuk di gudang tersebut, selain itu penilaian juga akan dibatasi

untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus

keseluruhan proyek). Data kemudian akan dilengkapi dengan hasil wawancara

terkait dengan objektif dari indikator ini sebagai bahan pelengkap dan

pembanding.

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat persentase inventory yang

menumpuk di gudang, mengidentifikasi apa saja jenisnya, apa penyebab

terjadinya, permasalahan/dampak apa yang timbul dan solusi seperti apa yang saat

ini telah dilakukan (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 9 : Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan

pelaksanaan.

Untuk memberikan fasilitas dalam pembagian informasi, maka Nicolini (2001)

menyarankan untuk menggunakan sistem cluster (kluster), yaitu sebuah organisasi

temporer terdiri atas perencana (tim desain) dan supplier untuk mendukung

kolaborasi intensif antara berbagai disiplin. Hal ini juga bisa diterapkan didalam

menyusun perencanaan untuk pelaksanaan di lapangan, sehingga pihak perencana

yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada kontraktor utama saja, tetapi

diperluas termasuk sub kontraktor, atau bahkan supplier material yang juga

terlibat.

Page 27: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

81

Dengan dilakukannya perluasan, maka akan terjadi penambahan suatu koreksi

terhadap kesalahan dan pemecahan masalah yang biasanya timbul di proyek

berdasarkan pengalaman masing-masing pihak yang terkait. Selain itu dengan

memberikan tanggungjawab pada para pihak yang terkait (berkepentingan)

langsung dalam proses perencanaan, maka secara tidak langsung para pihak

terkait tersebut juga telah ikut berpartisipasi dalam kelancaran keseluruhan proses

produksi. Dari uraian tersebut sudah jelas terlihat bahwa jika dikaitkan dengan

konsep lean construction, maka indikator ini dikembangkan untuk mendukung

terhadap prinsip conversion, karena dengan diikutsertakannya sub kontraktor, atau

bahkan supplier material didalam perencanaan untuk pelaksanaan, maka dapat

disimpulkan bahwa telah dilakukan optimalisasi penggunaan sumberdaya dengan

baik pada proyek yang bersangkutan demi kelancaran pelaksanaan keseluruhan

peyelesaian konstruksi.

Indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya keikutsertaan

kontraktor, sub kontraktor, dan supplier material yang melaksanakan pekerjaan

(yang telah ditentukan sebelumnya sebagai sampling) di dalam perencanaan.

Penilaian yang dilakukan hanya berbentuk kualitatif saja. Jenis data yang

mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah catatan

keikutsertaan subkontraktor dalam perencanaan untuk pelaksanaan, yang

kemudian dilengkapi dengan hasil wawancara terkait dengan objektif dari

indikator ini sebagai bahan pelengkap dan pembanding.

Objektif dari indikator ini adalah mengidentifikasi ada tidaknya keikutsertaan

subkontraktor yang melaksanakan pekerjaan (yang telah ditentukan sebelumnya)

di dalam perencanaan, dampak apa yang dirasakan terhadap kelancaran

pelaksanaan pekerjaan tersebut (pengukuran kualitatif).

INDIKATOR 10 : Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor &

dari kontraktor kepada supplier.

Value merupakan nilai yang ditentukan oleh konsumen yang merupakan

kebutuhan yang harus diterima secara spesifik sesuai dengan spesifikasi, waktu,

tempat dan biaya yang telah ditentukan. Tidak tercapainya value yang sesuai

Page 28: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

82

dengan yang diinginkan seringkali terjadi pada proyek konstruksi yang masih

menggunakan sistem manajemen konstruksi tradisional didalam sistem

koordinasinya. Hal ini tercermin dari banyaknya complaints yang terjadi dari

pihak owner terhadap pihak kontraktor maupun dari pihak kontraktor terhadap

supplier.

Koordinasi untuk penyelesaian pekerjaan di manajemen konstruksi tradisional

masih bersifat sentralisasi, dimana semua pekerjaan dikendalikan dari pusat

perencanaan yang dilakukan hanya oleh satu orang, yaitu yang bertindak sebagai

manajer lapangan. Padahal prinsip sistem koordinasi yang bersifat desentralisasi,

dimana koordinasi secara global dilakukan melalui pusat perencanaan (central

schedule), namun detail dan flow pekerjaannya tetap dikembangkan oleh pihak-

pihak otonom yang dalam pengembangan detailnya tetap memperhatikan tujuan

central schedule seharusnya dilakukan agar komitmen bersama untuk

meningkatkan value bagi owner secara bersama-sama bisa terjadi. Dari uraian

tersebut sudah jelas terlihat bahwa jika dikaitkan dengan konsep lean

construction, maka indikator ini dikembangkan untuk mendukung terhadap

prinsip value.

Indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya complaints dari

owner terhadap pihak kontraktor, maupun dari kontraktor terhadap suppliernya,

berkaitan dengan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai sampling

untuk penelitian ini. Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif

untuk indikator ini adalah data complaints dari owner terhadap pihak kontraktor

yang terjadi maupun dari kontraktor terhadap suppliernya, dari data tersebut

kemudian bisa diketahui berapa kali intensitas masing-masing komplain tersebut

terjadi, juga dilengkapi dengan hasil wawancara terkait dengan objektif dari

indikator ini sebagai bahan pelengkap dan pembanding. Penilaian akan dibatasi

untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus

keseluruhan proyek).

Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat ada tidaknya dan berapa kali

komplain dari owner terhadap pihak kontraktor terjadi (pengukuran kuantitatif).

Page 29: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

83

Termasuk mengidentifikasi apa penyebab terjadinya komplain & solusi apa yang

dilakukan sebagai tindak lanjut dari komplain tersebut (pengukuran kualitatif).

Sedangkan susunan masing-masing indikator penilaian efektifitas dan efisiensi

supply chain disajikan dalam kolom (2) Tabel 4.1. Sedangkan dalam kolom (3)

diuraikan mengenai uraian singkat dari masing-masing indikator yang terdiri dari

definisi, objektif, jenis data untuk penilaian kuantitatif, jenis data untuk penilaian

kualitatif serta keterkaitannya dengan lean construction.

Pada Tabel 4.2 diuraikan mengenai keterkaitan antar indikator penilaian

(kolom 1) dengan jenis data yang diperlukan untuk mendukungnya (kolom 2),

bentuk rumus matematis untuk penilaian kuantitatif (kolom 3) serta bagaimana

bentuk penilaian yang dilakukan di masing-masing indikator apakah kuantitatif,

kualitatif atau keduanya (kolom 4).

Sepuluh indikator diatas kemudian akan digunakan untuk mengkaji bentuk

hubungan yang paling efisien untuk pihak-pihak yang terlibat di suatu proyek

konstruksi (yaitu hubungan antara pemilik dan kontraktor, antara kontraktor dan

subkontraktor, antara kontraktor dan pemasok), sehingga pada akhirnya dapat

diidentifikasi berbagai metoda yang sesuai dalam pengelolaan supply chain

konstruksi di Indonesia.

Page 30: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

84

Tabel. 4.1. Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung

No. Indikator Deskripsi

1.

Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja

Definisi : Indikator ini digunakan untuk melihat intensitas terjadinya perubahan/ revisi terhadap rencana kerja kontraktor yang dibuat sebagai acuan pelaksanaan di lapangan, seperti perubahan desain sehingga mengakibatkan terjadinya pekerjaan tambah kurang (Variation Order atau Change Order). Objektif : Melihat intensitas terjadinya perubahan/revisi terhadap rencana kerja kontraktor atau terjadinya pekerjaan tambah kurang (pengukuran kualitatif). Termasuk juga mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan/ revisi serta dampak yang dirasakan proyek akibat adanya perubahan/revisi tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data Variation Order atau Change Order. Dari data tersebut akan dilihat berapa kali Variation Order atau Change Order terjadi pada suatu kurun waktu tertentu (penilaian tidak dilakukan terhadap keseluruhan waktu siklus proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.

2. Intensitas kendala selama pelaksanaan pekerjaan

Definisi : Kendala merupakan kondisi-kondisi eksisting di lapangan yang bisa mengganggu flow pekerjaan seperti ketersediaan sumberdaya yang minim (kurang dari yang dibutuhkan), disain gambar yang belum selesai, persetujuan dari klien, belum selesainya pekerjaan yang mendahului (downstream), dan lain-lain. Sehingga berdasarkan definisi tersebut diatas, maka indikator ini akan digunakan untuk mengidentifikasi kendala yang terjadi selama proses penyelenggaraan proyek konstruksi berlangsung.. Objektif : Melihat intensitas terjadinya kendala selama pelaksanaan satu pekerjaan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (pengukuran kuantitatif). Termasuk juga identifikasi mengenai jenis kendala yang terjadi, apa penyebabnya, permasalahan/dampak yang ditimbulkan dan solusi penyelesaiannya (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Daftar kendala yang terjadi selama masa pelaksanaan. Dari data tersebut akan dilihat berapa kali kendala terjadi pada suatu kurun waktu tertentu (penilaian tidak dilakukan terhadap keseluruhan waktu siklus proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.

Page 31: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

85

No. Indikator Deskripsi

3. Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat

Definisi : Proyek konstruksi dengan karakteristiknya yang dinamis dan kompleks menuntut adanya struktur komunikasi yang baik, sehingga adanya pengembangan mengenai penyusunan perencanaan ke depan dan perencanaan kerja mingguan yang terorganisir dengan baik, yang memungkinkan para pelaku proyek berbagi informasi tentang jadwal terakhir dan konflik yang mungkin terjadi perlu dilakukan, minimal dengan melakukan rapat koordinasi antar pihak yang terlibat secara intensif, kerena rapat ini dapat mengidentifikasi permasalahan dan mencari penyebab serta solusi untuk meningkatkan sistem produksi agar lebih efisien. Objektif : Melihat ada tidaknya rapat yang dilakukan antar pihak yang terlibat terkait dengan pekerjaan tertentu, apa jenisnya dan berapa kali (intensitas) masing-masing jenis rapat tersebut biasa dilakukan selama kurun waktu tertentu (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi sifat rapat, peserta rapat serta pengaruh yang dirasakan dengan adanya rapat terhadap kelancaran pekerjaan tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data risalah jenis-jenis rapat yang dilakukan selama masa pelaksanaan. Dari data tersebut akan dilihat intensitas dari masing-masing rapat rutin yang biasa dilakukan di proyek. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.

4. Intensitas defect pekerjaan

Definisi : Defect adalah cacat-cacat pekerjaan (ketidaksesuaian dengan instruksi kerja/spesifikasi teknis yang telah diberikan) yang dilakukan oleh subkontraktor, sehingga diharuskan kepada subkontraktor tersebut untuk melakukan perbaikan/ penggantian. Indikator ini ditetapkan guna mengukur intensitas terjadinya defect terkait dengan suatu pekerjaan yang dilakukan pada saat proses konstruksi berlangsung. Melalui indikator ini bisa terukur bagaimana kesesuaian antara perencanaan dengan mutu pekerjaan yang dihasilkan pada pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor sehingga gambaran sekilas tentang seberapa baik kinerja subkontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dapat diperoleh. Objektif : Melihat intensitas terjadinya defect, dari sini akan terlihat apakah sudah terjadi kesesuaian antara perencanaan dengan mutu pekerjaan yang dihasilkan pada yang dilakukan oleh subkontraktor, sehingga bisa teridentifikasi seberapa baik kinerja subkontraktor dalam melaksanakan pekerjaan tersebut (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi penyebab terjadinya defect tersebut, dampak apa yang timbul akibat terjadinya defect ini terhadap pekerjaan/pihak lain dan solusi apa yang dilakukan untuk menyelesaikannya (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data catatan hasil pengawasan yang dilakukan oleh proyek, dari data tersebut akan dilihat berapa kali intensitas kegagalan subkontraktor dalam melalui inspeksi dan tes yang dilakukan terhadap hasil pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion dan value.

Page 32: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

86

No. Indikator Deskripsi

5. Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material

Definisi : Indikator ini digunakan untuk mengukur kinerja supplier dalam memenuhi permintaan yang dipesan oleh proyek. Aliran material merupakan salah satu jenis aliran didalam supply chain yang harus dikelola dengan baik sehingga efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapat terus meningkat. Di dalam suatu supply chain yang baik terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang, dan diimplementasikan untuk mendapatkan aliran yang efektif dari material, informasi dan dana pada suatu supply chain. Oleh karena itu pengukuran terhadap seberapa baik kinerja supplier dalam memenuhi permintaan proyek perlu dilakukan karena dengan dilakukannya pengukuran tersebut diharapkan akan didapat gambaran secara umum mengenai kelancaran aliran material di proyek yang bersangkutan. Objektif : Mengukur seberapa baik kinerja supplier didalam memenuhi jadwal pengiriman material yang dibuat oleh proyek. Jadi disini akan dilakukan pengamatan berapa kali intensitas terjadinya satu barang/ material tertentu tidak datang tepat waktu sesuai dengan jadwal (pengukuran kuantitatif). Termasuk juga mengidentifikasi apa penyebab terjadinya ketidaksesuaian (jika terjadi), permasalahan/dampak yang timbul dari terjadinya ketidaksesuaian tersebut terhadap proyek serta solusi apa yang telah dilakukan proyek untuk menanggulanginya (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Purchase Order (PO). Dari kedua jenis data tersebut akan dilakukan pencatatan kapan waktu pemesanan dilakukan, kapan waktu pengiriman dilakukan dan kapan waktu material diterima. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion dan flow.

6.

Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan (order) dan pengiriman (deliver)

Definisi : Lead time adalah waktu tenggang untuk mendapatkan produk yang dipesan. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator ini akan digunakan untuk mengukur persentase kapan material datang tidak tepat waktu dan melewati waktu tenggang yang telah diberikan, selama proses pasokan material tersebut berlangsung. Hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah penyebab dari lama ataupun sebentarnya waktu tenggang itu terjadi. Oleh karena itu selain melakukan pencatatan terhadap berapa lama waktu tenggang yang terjadi dan berapa kali ketidaksesuaian kedatangan material yang melewati waktu tenggang, maka perlu juga dilakukan identifikasi pihak mana yang mengakibatkan ketidaksesuaian kedatangan material yang melewati waktu tenggang yang diberikan. Objektif : Objektif dari indikator ini adalah ingin mengukur ketidaksesuaian material datang tidak tepat waktu dan melewati waktu tenggang yang telah diberikan (pengukuran kuantitatif). Termasuk juga mengidentifikasi apa penyebab terjadinya ketidaksesuaian tersebut, apa dampaknya terhadap proyek serta solusi apa yang telah dilakukan (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah Purchase Order (PO) dan data monitoring kedatangan material. Dari kedua jenis data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa lama waktu tenggang terjadi dan intensitas kedatangan material di site tidak sesuai menurut jadwal dan melewati waktu tenggang yang telah diberikan. Sehingga dapat diketahui kapan material datang tidak tepat waktu dan juga melewati waktu tenggang yang telah diberikan. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.

Page 33: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

87

No. Indikator Deskripsi

7. Intensitas kejadian reject material

Definisi : Reject material adalah material/produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diberikan atau tidak sesuai dengan yang diharapkan (material yang rusak/cacat pada saat diterima di proyek) sehingga kemungkinan material/produk tersebut akan langsung di kembalikan atau diperbaiki sebelum diterima. Berdasarkan definisi diatas, maka indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi intensitas terjadinya reject terhadap suatu material yang digunakan di proyek. Objektif : Melihat intensitas terjadinya reject material (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi penyebab terjadinya reject tersebut, dampak dan solusi seperti apa yang saat ini telah dilakukan untuk meminimalkan terjadinya reject material tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah data material reject. Dari data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa kali intensitas terjadinya material ditolak dan apa penyebab material tersebut ditolak. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion dan flow.

8. Inventory material

Definisi : Inventory adalah material yang digunakan tetapi kedatangannya di site terlalu cepat dari waktu yang dijadwalkan atau tidak langsung digunakan (misal karena jadwal pemasangan terlambat), sehingga menumpuk di gudang serta menimbulkan tambahan biaya, tempat dan untuk mengelolanya. Berdasarkan definisi diatas, maka indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya inventory yang menumpuk di gudang. Objektif : Objektif dari indikator ini adalah ingin melihat persentase inventory yang menumpuk di gudang, mengidentifikasi apa saja jenisnya, apa penyebab terjadinya, permasalahan/dampak apa yang timbul dan solusi seperti apa yang saat ini telah dilakukan (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah data inventory material. Dari data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa volume suatu material sisa menumpuk di gudang, dan berapa total volume material yang sisanya menumpuk di gudang tersebut. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.

Page 34: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

88

No. Indikator Deskripsi

9.

Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan

Definisi : Untuk memberikan fasilitas dalam pembagian informasi disarankan untuk menggunakan sistem cluster (kluster), yaitu sebuah organisasi temporer terdiri atas perencana (tim desain) dan supplier untuk mendukung kolaborasi intensif antara berbagai disiplin. Hal ini juga bisa diterapkan didalam menyusun perencanaan untuk pelaksanaan di lapangan, sehingga pihak perencana yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada kontraktor utama saja, tetapi diperluas termasuk sub kontraktor, atau bahkan supplier material yang juga terlibat. Dengan dilakukannya perluasan, maka akan terjadi penambahan suatu koreksi terhadap kesalahan dan pemecahan masalah yang biasanya timbul di proyek berdasarkan pengalaman masing-masing pihak yang terkait. Selain itu dengan memberikan tanggungjawab pada para pihak yang terkait (berkepentingan) langsung dalam proses perencanaan, maka secara tidak langsung para pihak terkait tersebut juga telah ikut berpartisipasi dalam kelancaran keseluruhan proses produksi. Objektif : Mengidentifikasi ada tidaknya keikutsertaan subkontraktor yang melaksanakan pekerjaan (yang telah ditentukan sebelumnya) di dalam perencanaan, dampak apa yang dirasakan terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion.

10.

Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor & dari kontraktor kepada supplier

Definisi : Value merupakan nilai yang ditentukan oleh konsumen yang merupakan kebutuhan yang harus diterima secara spesifik sesuai dengan spesifikasi, waktu, tempat dan biaya yang telah ditentukan. Tidak tercapainya value yang sesuai dengan yang diinginkan seringkali terjadi pada proyek konstruksi yang masih menggunakan sistem manajemen konstruksi tradisional didalam sistem koordinasinya. Hal ini tercermin dari banyaknya complaints yang terjadi dari pihak owner terhadap pihak kontraktor maupun dari pihak kontraktor terhadap supplier. Indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya complaints dari owner terhadap pihak kontraktor, maupun dari kontraktor terhadap suppliernya, berkaitan dengan hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukannya. Objektif : Melihat ada tidaknya dan berapa kali komplain dari owner terhadap pihak kontraktor dan pihak kontraktor terhadap supplier terjadi (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi apa penyebab terjadinya komplain & solusi apa yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari komplain tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data complaints dari owner terhadap pihak kontraktor yang terjadi maupun dari kontraktor terhadap suppliernya, dari data tersebut kemudian bisa diketahui berapa kali intensitas masing-masing komplain tersebut terjadi. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip value.

Page 35: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

89

Tabel. 4.2. Keterkaitan antar indikator penilaian, jenis data yang diperlukan, rumus penilaian kuantitatif dan bentuk penilaian yang dilakukan

Indikator Jenis data yang diperlukan Rumus penilaian kuantitatif Bentuk Penilaian 1. Intensitas perubahan/revisi

terhadap rencana kerja Data Variation Order (VO) atau Change Order (CO) Kuantitatif/Kualitatif

2. Intensitas kendala selama pelaksanaan pekerjaan

Daftar kendala yang terjadi selama masa pelaksanaan Kuantitatif/Kualitatif

3. Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat

Data risalah jenis-jenis rapat yang dilakukan selama masa pelaksanaan Kuantitatif/Kualitatif

4. Intensitas defect pekerjaan Data catatan hasil pengawasan yang dilakukan proyek terkait inspeksi dan tes terhadap subkontraktor

Kuantitatif/Kualitatif

5. Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material

Purchase Order (PO) Kuantitatif/Kualitatif

6. Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan (order) dan pengiriman (deliver)

Purchase Order (PO) dan data monitoring kedatangan material Kuantitatif/Kualitatif

7. Intensitas kejadian reject material Data material reject Kuantitatif/Kualitatif

8. Inventory material Data inventory material di gudang

Kuantitatif/Kualitatif

9. Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan

Catatan keikutsertaan subkontraktor dalam perencanaan pelaksanaan Kualitatif

10. Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor & dari kontraktor kepada supplier

Daftar complaints yang terjadi selama masa pelaksanaan Kuantitatif/Kualitatif

Page 36: BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN …digilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-yulliantyn-30378-5... · di tingkat proyek untuk menuju konstruksi ... jaringan supply chain

90