978-608-602-70135-0-6 - repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4374/1/Sitti...

31
i 978-608-602-70135-0-6

Transcript of 978-608-602-70135-0-6 - repositori.uin-alauddin.ac.idrepositori.uin-alauddin.ac.id/4374/1/Sitti...

i

978-608-602-70135-0-6

ii

KATA PENGANTAR

Prsoseding ini merupakan kumpulan materi dari Pembicara Utama,

Keynotespeaker dan kumpulan abstrak dari seluruh pemakalah pada

acara Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan yang diselenggarakan oleh

Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana

Universitas Negeri Jakarta pada 8 Maret 2014.

Makalah yang dinyatakan layak oleh panitia dan hasil penilaian pakar

pendidikan tersebut terbagi dalam beberapa kelompok tema yaitu evaluasi

program, evaluasi kebijakan, penilaian kelas, pengembangan instrumen,

pengukuran dalam pendidikan, peningkatan mutu hasil belajar melalui

penilaian, kurikulum 2013. Sampai batas akhir penerimaan abstrak

terkumpul sebanyak 79 Asbtrak. Pemakalah yang turut memberikan

sumbangsih keilmuan mempunyai latar pendidikan yang berbeda dari S3,

S2, S1 dari beberapa provinsi juga diikuti oleh guru-guru berpretasi tingkat

nasional.

Semoga prosiding ini memberikan makna besar dalam perkembangan

pembangunan di Indonesia.

Jakarta, 8 Maret 2014

Panitia Seminar Nasional Ketua,

DR.Wardani Rahayu

iii

KEYNOTE SPEAKER

Prof. Dr. Syawal Gultom,

PEMBICARA UTAMA

Prof.Dr. Khumaedi, M.Pd Prof. Dr. Yetti Supriyati, M.Pd

EDITOR :

1. Prof. Dr. Yetti Supriyati

2. Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd

3. Prof. Dr. Gaguk Margono, M. Ed

4. Dr. Yuliatri Sastrawijaya

5. Dr. Wardani Rahayu, M. Si

6. Dr. Awaluddin Tjalla

7. Dr. Kadir

8. Dr. Burhanuddin Tola

9. Dr. Effendi

10. Prof. Dr. Cosmas Poluwakan

11. Dr. Budi Susetyo

12. Dr. Trijanto

13. Dr. Komarudin Sahid

14. Dr. Kunandar

15. Dr. Trini Prastati

16. Dr. Supardi U. S

17. Dr. Agus Dudung

iv

TEMA :

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

SUB TEMA :

Evaluasi Program

Penilaian Kelas

Pengukuran dalam Pendidikan

Pengembangan Instrumen

Kurikulum 2013

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR EDITOR DAFTAR ISI

1. Evaluasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu) untuk Bidang

Pendidikan di Prov. Banten dengan Model CIPP

Oleh: Abdul Rahman H

2. Evaluasi Kualitas Layanan Perpustakaan Berdasar Harapan dan Persepsi Pemustaka.

Oleh: Ach. Zayadi

3. Analysis Of Single College Tuition (UKT) In Higher Education

Oleh: Ahmad

4. Membincang Sekolah Gratis Dan Penerapan Kurikulum 2013

Oleh: Ahmad Sofyan

5. Evaluasi Penerapan Model Pembelajaran Tematik Berbasis Karakter Dalam Penerapan

Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar Negri 113 Palembang

Oleh: Aisah AR

6. Pengembangan Instrumen Sikap Siswa Terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup

Oleh: Ali Ilham Sofiyat

7. Perbandingan Pengukuran Tiga Komponen Beban Kognitif dalam Mengintegrasikan

Struktur Pada Fungsi Tumbuhan

Oleh: Anna Fitri Hindriana

8. Komparasi Metode Penyetaraan Linier dan Metode Penyetaraan Ekuipersentil Ditinjau

Dari Variansi Skor Hasil Penyetaraan Pada UN Matematika SMP/MTS

Oleh: Ariani Arsad

9. Assesmen Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA/SMK dalam

Implementasi Kurikulum 2013

Oleh: Awaluddin Tjalla

10. Hubungan Antara Keterampilan Berpikir Kritis Penilaian Autentic Pada Tema

Lingkungan Hidup di Kelas Rendah

Oleh: Azizah Husen

11. Study Of Islamic Schools’ Teachers Preparation In Implementing The Assessment

Standard For The Curriculum 2013 In South Jakarta And Its Surrounding

vi

Oleh: Bambang Suryadi

12. Implementasi Penilaian Otentik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Melalui Metode Penemuan Terbimbing

Oleh: Baso Amri

13. Hubungan antara Kenterampilan Berpikir Kritsi dan Kreatif Dalam Pembelajaran

Matematika Siswa SMA

Oleh: Benidiktus Tanujaya

14. Pengaruh Probabilitas Jumlah Pilihan Jawaban Bentuk Tes Pilihan Ganda Terhadap

Kualitas Fungsi Infomasi Butir Model Logistik Tiga Parameter Disusun Berdasarkan

Item Response Theory

Oleh: Budi Susetyo

15. Pengembangan Instrumen Tes Hasil Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Oleh: Burhan Hambali

16. Evaluasi Program : Gambaran Perkembangan Sejarah

Oleh: Burhanuddin Tola

17. Penyetaraan Sekor Pada Tes Bahasa Inggris

Oleh: Desi Susanti

18. Objektifitas penilaian dalam pembelajaran seni budaya Sebagai Upaya Pembentukan Karakter: Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah

Oleh : Dini Devi Triana

19. Implikasi Model Penskoran dan Kemampuan Siswa Terhadap Reliabilitas Tes Hasil

Belajar Matematika

Oleh: Dwi Putri Musdansi

20. Pembelajaran Investigasi Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013

Oleh: Dislenawati

21. Efektivitas Pendidikan Gratis di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Oleh: Effendi

22. Sistem Penilaian Pada Kurikulum 2013

Oleh: Ellis Salsabila

23. Komparasi Penilaian Acuan Patokan (PAP) Dengan Menggunakan Model Metoda

Nedelsky Dan Metoda Angoff Dalam Penentuan Batas Standar Minimum Penguasaan

Ketuntasan Belajar/Cutscore Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Oleh: Engkos Kosasih

vii

24. Analisis Keberkesanan Kos: Satu Pendekatan Penilaian Kos Pendidikan yang

Komprehensif (Cost-Effectiveness Analysis: A Comprehensive Education Costs

Evaluation Approach)

Oleh: Ernie Noor Faizah Binti Naim

25. Evaluasi Efektivitas Program Diklat Berjenjang Tingkat Dasar Bagi PTK Paud Se-

Jabodetabek Tahun 2012

Oleh: Eva Riza

26. Estimasi Reliabilitas Multidimensi Instrumen Sikap Terhadap Matematika As A

Male Domain

Oleh: Gaguk Margono

27. Mereduksi Subjektivitas Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui

Penilaian Autentik

Oleh: Gazali Lembah

28. Penerapan Self Assessment Untuk Mengungkap Pemahaman Siswa Dalam

Mempelajari Ikatan Kimia di Kelas X SMAN 7 Pontianak

Oleh: Hairida

29. Pengaruh Metode I Care Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Ditinjau dari Gaya Kognitif Pada Mata Pelajaran Geometri Transformasi

Oleh: Hawa Liberna

30. Pengembangan Instrumen Pengukuran Kegotongroyongan Siswa

Oleh: Huri Suhendri dan Hariyanto

31. Pengembangan Instrumen Pengukuran Kinerja Pembelajaran Bagi Team Teaching

Oleh: Indria Mustika

32. Evaluasi Program Pelaksanaan Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) Oleh

Mahasiswa FIK UNP di SMP dan SMA Se-Sumatera Barat

Oleh: Ishak Aziz

33. Evaluasi Program Pengembangan Diri di Tingkat Pendidikan Menengah

Oleh : I Wayan Widiana

34. Meta-Analisis Efektivitas Penerapan Pendekatan Problem Solving Dalam

Pembelajaran Sains dan Matematika

Oleh: Kadir

viii

35. Pengembangan Model Pembelajaran E-Learning Berbasis Edmodo Untuk Siswa

Praktek Kerja Industri SMK Negeri 3 Banjarmasin

Oleh: Ketut Sutame

36. Sistem Evaluasi Hasil Belajar Terpadu (SEHAT) Sebagai Komponen Pembelajaran

Inovatif Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Lulusan

Oleh: Khaerudin

37. Implementasi Kurikulum Berbasis Lingkungan Melalui Program Adiwiyata di

Sekolah

Oleh: Liah

38. Validasi Konstuk Kinerja Guru Profesional: Mengawal Implementasi Kurikulum

2013

Oleh: Lubna

39. Evaluasi Kepuasan Kinerja Sekolah: Hubungan Kerja Antara Kepala Sekolah dan

Komite Sekolah Melalui Pendekatan Analitik

Oleh: Madhakomala

40. Keterbandingan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Matematika Berdasar Metode

Penskoran Number-Right Score Dan Metode Penskoran Reward Score

Oleh: Maria Agustina Amelia

41. Kurikulum 2013 dan Penilaian Diri

Oleh: Meri Fuji Siahaan

42. Improving Education Quality Through Cyber Media Utilization For Curriculum

2013

Oleh: Misbah Fikrianto

43. Pengembangan Instrumen Pengukur Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat

Intelektual

Oleh: Misykat Malik Ibrahim

44. Kurikulum 2013: Hakekat Penilaian Autentik dan Penerapannya Dalam

Pembelajaran Bahasa Inggris

Oleh: Muhammad Badrus Sholeh

45. Instrumen Penilaian Autentik Berbasis Kinerja Dalam Matakuliah Anatomi

Tumbuhan

Oleh: Murni Sapta Sari

46. Implementasi Pengembangan Kurikulum 2013 Pada Guru SD Kota Palu

Oleh: Mustamin Idris

ix

47. Analisis Dimensi Pengetahuan dan Jenjang Kognitif Butir Soal Kimia Cambridge

Internasional Examination (CIE) Serta Relevansinya Terhadaf Soal Ujian Nasional

di Indonesia

Oleh: Nahadi

48. Implementasi Standar Penilaian Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2013

Oleh: Ni Ketut Widiartini

49. Motivasi Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi

Oleh: Nurjannah

50. Pengembangan Model Penilaian Sikap Observasi Perilaku Rutinitas Program

Pembentukkan Prilaku Peduli Lingkungan Pada Siswa SMK Al Muslim Tambun

Bekasi Tahun Pelajaran 2013/2014

Oleh: Rahmawati

51. Evaluasi Program Pelatihan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Bagi Guru Matematika Sumatera Selatan

Oleh: Ratu Ilma Indra Putri

52. Validitas Instrumen Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata

Oleh: Rina Mutaqinah

53. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia SMA

Oleh: Risnita

54. Pengukuran Acuan Terpadu (PAT) Dalam Mengukur Kompetensi Pada Pendidikan

Teknik Bangunan

Oleh: Riyan Arthur

55. Pemetaan dan Pengembangan Mutu Mata Pelajaran Biologi di Oku Timur dan

Palembang

Oleh: Riyanto

56. Pemetaan dan Pengembangan Mutu Mata Pelajaran Biologi di Oku Timur dan

Palembang Analisis Kemampuan Peserta Didik

Oleh: Rodhoty Taza Mila

57. Validitas Konstruk Instrumen Penilaian Praktik Mengajar Mahasiswa PGSD UT

Oleh: Rustam

x

58. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran di Kelas IV Sekolah Dasar

Oleh: Silvinia dan Siti Fatimah

59. Pengaruh Teknik Penilaian Formatif dan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam

Meningkatkan Kemampuan Menulis Wacana Narasi Bahasa Arab

Oleh: Sitti Mania

60. Pengembangan Instrumen Penilaian Microsoft Word Pada Mata Pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah Menegah Pertama.

Oleh: Sri Sumarni

61. Meningkatkan Kreativitas Matematika Pada Materi Garis dan Sudut Melalui

Pendekatan Open-Ended Siswa Kelas VII-3 Di SMP Negeri 80 Jakarta Semester

Genap Tahun Pelajaran 2011-2012.

Oleh: Sri Wahyuni

62. Pendeteksian Ketidakwajaran Sekor Menggunakan Metode SHL Berdasarkan Tes

Objektif Bentuk Pilihan Ganda Tiga dan Empat Alternatif Jawaban Pada Mata

Pelajaran Matematika di SMP

Oleh: Suciati Rahayu Widyastuti

63. Pengembangan Instrumen Pengukuran Ketahanmalangan (Kecerdasan Adversitas)

Siswa

Oleh: Supardi U.S.

64. Pengaruh Latar Belakang Perbedaan Gaya Berpikir Terhadap Perolehan Hasil

Belajar Siswa SMA di Kota Palu

Oleh: Suyuti

65. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar

Asuransi Syariah Siswa (Studi Eksperimen Di SMK Al Wahyu Jakarta)

Oleh: Supriyadi

66. Evaluasi Program Sistem Pendidikan Abad 21dengan Sistem Pendidikan

Keterkaitan Kurikulum 2013

Oleh: Tina Rosa

67. Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Oleh:Try Susanti

68. Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum di Laboratorium Kimia SMA Pada

Kurikulum 2013

Oleh: Tuti Alawiyah

xi

69. Pengembangan Model Asesmen Kelas Pembelajaran Materi Ajar Produktif

Terintegrasi Dengan Model Pembelajaran Component Display Theory Sebagai

Upaya Mewujudkan Standar Penilaian Pada Prodi Teknik Kendaraan Ringan SMK

Negeri Di Sumatera Barat

Oleh: Wakhinuddin S

70. Pengembangan Tes Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam 2013

Oleh: Wahyu Hidayat

71. Equating Dua Tahap Dalam Pendeteksian DIF dengan Metode Lord Chi-Square

Oleh: Wardani Rahayu

72. Menjadi Guru Prakarya di Kurikulum 2013

Oleh: Wijaya Kusumah

73. Estimasi Kemampuan Minimum Matematika SMP Berdasarkan Standar Setting

Metode Ebel

Oleh: Yahya Hairun

74. Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013

Oleh: Yubali Ani

75. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif di Perguruan Tinggi ( Studi Perbedaan

Prestasi belajar dan Interaksi Sosial Antara Mahasiswa Psikologi Program Reguler

dan Non Reguler Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

Oleh: Yufiarti

76. Implementasi Pengembangan Instrumen Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013

Oleh: Yulia Djahir

77. Uji Tingkat Kompetensi (UTK) dan Uji Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK)

Kurikulum 2013

Oleh: Yuliatri Sastrawijaya

78. Analisis Kesalahan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Studi Kasus Di UNJ

Oleh: Zulfiati

xii

1

THE EFFECTS OF FORMATIVE ASSESSMENT AND COOPERATIVE LEARNING

MODELS TOWARD THE ABILITY OF WRITING ARABIC DISCOURSES BY

CONTROLLING THE STUDENTS’ PRIOR ABILITY

SITTI MANIA

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Jalan Sultan Alauddin No. 36 Makassar

Email: [email protected]

Abstract

The objective of this research was to find out the effects of formative assessment and

cooperative learning models toward students’ ability in writing Arabic discourses. This research was

quasi experimental using a 2 X 2 factorial design involved 80 samples of student at Tarbiyah and

Teaching Sciences Faculty and Adab and Humanity Faculty of UIN Alauddin Makassar. The findings

indicated, by controlling the student’s prior ability: (1) the ability in writing Arabic discourses of the

students who used formative portfolio assessment was higher than the students who used essay

test, (2) the ability in writing Arabic discourses of the students who learned through TAI was higher

than those learned through STAD, (3) there was an interaction effect between formative

assessment and learning models toward the ability of writing Arabic discourses, (4) in particular to

the students who learned through TAI, the ability in writing Arabic discourses of the student group

with formative portfolio assessment was higher than of essay test assessment, (5) in particular to

the student group with formative portfolio assessment, the ability in writing Arabic discourses of the

students who learned through TAI had higher than those learned through STAD, and (6) in

particular to the student group with essay test assessment; the ability in writing Arabic discourses

of the students who learned through TAI had lower than those learned through STAD. Therefore, it

was recommended for the lectures to use authentic assessement and proper learning model. These

research results may be used to improve the student learning achievement.

Keywords: formative assessment, cooperative learning model, ability to write Arabic discourses,

students’ prior ability

2

PENGARUH TEKNIK PENILAIAN FORMATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS WACANA NARASI BAHASA

ARAB DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN AWAL MAHASISWA

SITTI MANIA

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Jalan Sultan Alauddin No. 36 Makassar

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh teknik penilaian formatif dan model pembelajaran

kooperatif terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi bahasa Arab. Penelitian

kuasi eksperimen dengan desain factorial 2 x 2 ini dilaksanakan pada Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan serta Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar dengan jumlah sampel

sebanyak 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mengontrol kemampuan awal

mahasiswa: 1) kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab kelompok mahasiswa yang diberi

penilaian formatif portofolio lebih tinggi daripada yang diberi penilaian formatif tes esai 2)

kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi bahasa Arab yang diberi model

pembelajaran kooperatif TAI lebih tinggi daripada yang diberi model pembelajaran kooperatif

STAD, 3) terdapat pengaruh interaksi antara penilaian formatif dan model pembelajaran kooperatif

terhadap kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab, 4) khusus kelompok mahasiswa yang

diberi model pembelajaran kooperatif TAI, kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab

kelompok mahasiswa yang diberi penilaian formatif portofolio lebih tinggi daripada mahasiswa

yang diberi tes esai, 5) khusus kelompok yang diberi penilaian formatif portofolio, kemampuan

menulis wacana narasi bahasa Arab kelompok yang diberi model pembelajaran kooperatif TAI lebih

tinggi daripada kelompok yang diberi model pembelajaran kooperatif STAD, dan 6) khusus

kelompok yang diberi penilaian formatif tes esai, kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab

kelompok yang diberi model pembelajaran kooperatif TAI lebih rendah daripada kelompok yang

diberi model pembelajaran kooperatif STAD. Dengan demikian dapat direkomendasikan kepada

para pengajar agar menggunakan asesmen otentik dan model pembelajaran yang tepat, dan hasil

penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi dalam meningkatkan pencapaian tujuan

pembelajaran.

Keywords: teknik penilaian formatif, model pembelajaran kooperatif, kemampuan menulis

wacana narasi bahasa Arab, kemampuan awal mahasiswa.

3

Pendahuluan

Belajar bahasa Arab, sebagaimana belajar bahasa asing lainnya bagi pembelajar

Indonesia, merupakan hal yang cukup berat. Adanya perbedaan bunyi, bentukan kata,

struktur kalimat, sistem penulisan, sudah menunjukkan tantangan yang harus dihadapi

oleh pembelajar. Hal tersebut yang menjadikan materi bahasa Arab menjadi sulit

dipelajari. Pada jenjang perguruan tinggi, tujuan pengajaran bahasa Arab penekanannya

tidak terbatas pada kemampuan mendengar dan membaca serta memahami ilmu-ilmu

keislaman, tapi juga pada kemampuan berbicara dan menulis. Kemampuan menulis

merupakan kemampuan atau keterampilan yang paling sukar dibandingkan dengan ketiga

keterampilan berbahasa lainnya (Nababan, 1993:180). Untuk menemukan gagasan yang

pantas untuk ditulis, seorang penulis sudah mengalami kesulitan. Setelah menemukan

gagasan, ia masih akan menghadapi kesulitan menuangkan gagasan tersebut dalam bahasa

tulis (Pranowo, 2000: 66).

Kemampuan menulis wacana dalam bahasa Arab termasuk wacana narasi

merupakan salah satu indikator kemahiran berbahasa Arab di jurusan Pendidikan Bahasa

Arab. Bagi sebagian mahasiswa, menulis wacana narasi dengan komposisi yang sistematis

dan menarik dibaca cukup sulit dilakukan karena kompleksitas prasyarat kemampuan

kognitif, penguasaan leksikogramatika, dan kreativitas. Hal tersebut disebabkan karena

keterampilan menulis wacana membutuhkan kematangan kompetensi pendukung baik

linguistik maupun nonlinguistik. Untuk dapat menulis wacana narasi bahasa Arab dengan

baik, mahasiswa tidak hanya harus memiliki kompetensi leksikogramatika dan kewacanaan

sebagai input literasi, tetapi juga dipersyaratkan memiliki kematangan kognisi dan variabel

afeksi yang mendukung masuknya input sebagai skemata dalam kegiatan menulis.

Dalam perjalanannya, pembelajaran bahasa Arab sudah mengalami perkembangan

dan kemajuan. Perubahan-perubahan dalam pendekatan dan metode pengajaran terus

berlangsung, namun kemajuan dan perkembangan masih jauh dari harapan jika

dibandingkan dengan pengajaran bahasa asing lainnya. Kekurangberhasilan pembelajaran

bahasa Arab terlihat pada rendahnya mutu hasil pembelajaran dari berbagai jenis dan

jenjang pendidikan termasuk perguruan tinggi. Sebagai indikator tamatan jurusan bahasa

Arab misalnya, kurang mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab dengan baik, terlebih lagi

menulis dengan baik dan benar dalam bahasa Arab.

Jika perhatian lebih difokuskan pada ketidakberhasilan dalam belajar keterampilan

menulis, maka akan ditemukan bahwa kegagalan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor,

di antaranya kurangnya perhatian pengajar terhadap cara memilih kosa kata yang tepat,

menentukan susunan kalimat yang betul, cara melatih keruntutan berpikir, cara melatih

penuangan ide secara lengkap dan utuh. Oleh karena itu, di samping aspek metode, model

serta pendekatan dalam proses belajar mengajar, aspek yang tak kalah pentingnya untuk

diperhatikan adalah teknik pelaksanaan evaluasi.

Kecenderungan evaluasi di lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi lebih

fokus pada jenis evaluasi konvensional, yang hanya mampu menghasilkan pengembangan

kognitif semata. Untuk itu diperlukan evaluasi otentik yang bertujuan untuk menggali

semua potensi yang dimiliki oleh pembelajar. Di samping itu, pengajar juga harus

memperhatikan masalah kemampuan dasar pembelajar, motivasi dan keinginan serta

reseptivitas psikologis pembelajar. Mininmya pengetahuan dasar dan rendahnya minat

4

mahasiswa mempelajari bahasa Arab, model dan pendekatan pengajaran yang tidak tepat,

serta kurang tepatnya model evaluasi yang dipergunakan oleh pengajar merupakan

penyebab rendahnya pencapaian tujuan pembelajaran. Menyikapi kenyataan tersebut,

usaha untuk menemukan model yang efektif baik yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar maupun pelaksanaan dan pemberian evaluasi sangat mendesak untuk dilakukan.

Karena itu perlu dibuat a new frame of reference untuk pembelajaran bahasa Arab.

Pembelajaran menulis dengan pendekatan pembelajaran konvensional dan

penggunaan alat evaluasi yang tidak tepat seperti yang digambarkan di atas tidak banyak

berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan menulis mahasiswa, sehingga dapat

dikatakan bahwa tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Menyikapi kenyataan tersebut,

usaha untuk menemukan pendekatan, strategi, teknik, serta metode yang efektif baik yang

berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun pelaksanaan dan pemberian evaluasi

sangat mendesak untuk dilakukan. Untuk itu perlu penelitian dan kajian yang

berkesinambungan agar pembelajaran bahasa Arab, terutama pembelajaran keterampilan

menulis wacana narasi bahasa Arab menjadi lebih efektif dan efisien. Penilaian portofolio

merupakan suatu pendekatan penilaian yang sangat tepat untuk menjawab permasalahan

di atas, karena penilaian portofolio mengandung elemen pokok yakni sampel karya peserta

didik, evaluasi diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. Faktor kedua yang dapat

menjawab permasalahan di atas adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif,

dikatakan demikian karena model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar mengajar, dapat meningkatkan minat dan

motivasi mahasiswa, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dan

saling belajar dalam perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, gender, dan kemampuan.

Menulis adalah kegiatan menyusun kata-kata dalam kalimat secara benar dan

sesuai dengan kaidah tata bahasa dan menghubungkan kalimat-kalimat tersebut hingga

terbentuk suatu tulisan yang berkesinambungan yang dapat mengkomunikasikan pikiran

dan ide penulis tentang suatu topik tertentu. Kemampuan menulis merupakan

kemampuan mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara efektif.

Seseorang yang akan menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan harus mengetahui

bentuk-bentuk ortografis, leksis, dan bentuk gramatikal serta pemakaian morfem dalam

paragraf (Jane, 1983: 13).

Menulis wacana didefinisikan secara beragam berdasarkan konteksnya masing-

masing. Menulis wacana merupakan jenis kegiatan menulis yang sifatnya formal untuk

disajikan kepada pembaca dalam dunia akademis yang kritis berdasarkan pengetahuan

yang ilmiah dengan ide dan argumen yang ilmiah (Ghaith, 2002: 4). Wacana adalah

rentetan kalimat yang saling berkaitan yang menghubungkan satu proposisi dengan

proposisi yang lain dan membentuk kesatuan yang utuh (Moeliono, 1992: 334). Wacana

adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal dan merupakan satuan bahasa

tertinggi. Wacana tersebut dapat berwujud sebagai suatu bentuk karangan yang utuh

seperti novel, buku, seri ensiklopedia, atau dapat pula dalam bentuk paragraf yang

membawa amanat yang lengkap (Djajasudarma, 1994: 3). Dengan demikian, wacana adalah

rangkaian kalimat atau tuturan dalam unit kebahasaan baik lisan maupun tulisan yang

digunakan orang untuk menyampaikan maksud dan tujuannya kepada orang lain.

5

Wacana narasi adalah suatu tulisan yang menceritakan suatu cerita, cerita

tersebut bisa nyata atau imajinatif, atau bahkan sebagian nyata dan sebagian lainnya

imajinatif (Kuhiman dan Bartky, 1980: 34). Narasi didefinisikan sebagai urutan peristiwa

bermakna diwujudkan dengan kata-kata, urutan yang digunakan adalah waktu dengan alur

pergerakan peristiwa maju (Kane, 2000: 366). Narasi merupakan suatu jenis tulisan untuk

melaporkan peristiwa-peristiwa (Oshima dan Hogue, 1997: 25). Narasi tidak hanya

mengupas kejadian atau peristiwa saja tapi ada unsur lain berupa perbuatan dari para

tokoh dan waktu sebagai unsur yang paling penting dari karangan narasi. Pernyataan ini

mengandung arti bahwa ketika seseorang sedang menulis sebuah esai naratif, berarti ia

sedang menceritakan sebuah cerita, cerita tersebut bisa berkaitan dengan pengalaman

nyata diri sendiri, pengalaman orang lain atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya

krisis akan tetapi pada akhirnya ditemukan solusi atas masalah-masalah itu.

Wacana naratif berbeda dengan jenis wacana yang lain. Sehubungan dengan hal

tersebut, ada tiga hal yang perlu diketahui untuk membedakan wacana jenis naratif dengan

jenis lainnya. Ketiga hal (ciri) yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Segi fungsi sosial atau fungsi komunikatif. Wacana naratif memiliki fungsi sosial untuk

menghibur, hal tersebut dikarenakan wacana naratif menceritakan suatu cerita sehingga

pembaca dapat menikmati cerita dan terkadang emosi pembaca terbawa oleh jalannya

cerita tersebut. Pembaca bisa ikut merasa senang, marah, kecewa, atau perasaan

lainnya sesuai dengan cerita yang dibacanya.

2. Secara umum struktur teks naratif ditandai dengan adanya unsur konflik dan

penyelesaian atas konflik tersebut. Struktur naratif terdiri atas komponen-komponen

orientasi, evaluasi, komplikasi, solusi, dan koda. Komponen kompilasi merupakan

komponen utama dalam wacana naratif. Komplikasi merupakan suatu krisis yang

dialami oleh pelaku cerita, kompilasi menggambarkan masalah-masalah yang dialami

oleh pelaku cerita yang membutuhkan suatu penyelesaian. Penyelesaian terhadap

masalah yang dimunculkan dalam komponen kompilasi merupakan solusi, sedangkan

komponen evaluasi merupakan langkah untuk melihat kembali masalah. Komponen

evaluasi dan solusi merupakan dua komponen dalam wacana naratif yang sulit untuk

dipisahkan. Komponen koda merupakan kalimat penutup dalam sebuah cerita yang

menggambarkan perubahan yang terjadi pada tokoh cerita dan pelajaran apa yang

dapat diambil dari cerita tersebut

3. Wacana naratif umumnya menggunakan unsur kebahasaan sebagai berikut: a) kata

benda tertentu sebagai kata ganti orang, hewan, dan benda dalam cerita, b) terfokus

pada kisah partisipan atau perilaku tertentu yang spesifik, c) menggunakan kata kerja

bentuk lampau, d) time connection dan conjunction untuk mengurutkan kejadian,

misalnya setelah, sebelum, kemudian, dan sebagainya, e) saying verb, kata kerja yang

menunjukkan peristiwa atau kegiatan, dan f) saying verb dan thinking verbs yaitu kata

kerja yang menunjukkan pelaporan atau ujaran, misalnya mengatakan, menyampaikan,

dan sebagainya (Djauhari, 2007: 41).

Dengan demikian wacana narasi adalah cerita yang dialami oleh tokoh yang

didasarkan pada urutan peristiwa dengan latar, tempat, waktu, dan suasana. Wacana

narasi juga bisa dalam bentuk menceritakan pengalaman pribadi ataupun pengalaman

6

orang lain, atau menceritakan suatu cerita yang didasarkan pada peristiwa nyata atau

imajinatif.

Dalam tulisan ini dibahas dua variabel bebas yang dijadikan perlakuan, yakni teknik

penilaian dan model pembelajaran kooperatif .Penilaian merupakan kegiatan yang harus

ada dan selalu terintegrasi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian merupakan

kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar, oleh karena itu pengajar harus

menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan tujuan pembelajaran dan

karakteristik pengalaman belajar yang dilalui. Tulisan ini membahas penilaian portofolio

dan tes esai.

Portofolio dalam dunia pendidikan adalah kumpulan atau hasil pekerjaan

pembelajar selama waktu tertentu yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian

yang obyektif, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan pembelajar (Popham, 1995:

163). Portofolio adalah koleksi pekerjaan pembelajar yang menggambarkan usaha,

kemajuan, atau tingkat kemahiran (Butler dan McMunn, 2006: 66). Portofolio merupakan

kumpulan pekerjaan pembelajar yang menunjukkan upaya, kemajuan, dan prestasi

pembelajar (Brown, 2004: 256). Portofolio merupakan salah satu alternatif yang paling

populer dalam penilaian, khususnya dalam pengajaran bahasa komunikatif. Portofolio

terdiri dari koleksi karya pembelajar yang sering disertai refleksi diri dan komentar

pengajar tentang sampel produk yang berkaitan dengan hasil yang diinginkan atau standar

sampel produk yang berkaitan dengan hasil yang diinginkan atau standar yang telah

ditetapkan. Penilaian portofolio menggabungkan karakteristik penilaian kinerja yang

bertujuan untuk memantau secara terus menerus kemajuan pembelajar berdasarkan

standar yang ditetapkan (McMillan, 2008: 90).

Portofolio dalam konteks penilaian berbasis kelas, merupakan salah satu teknik

penilaian yang bersifat open ended, merupakan paket instrumen yang berfungsi sebagai

sarana untuk menilai kemajuan belajar pembelajar dengan karakteristik penilaian

menekankan pada self assessment bagi pembelajar, self assessment bagi guru itu sendiri,

penerapan defferential aptitude, prinsip kolaboratif dan bersifat multidimensional

(interest, performance-based, physical, cognitif, emotional, sosial development, dan

personality building). Dalam sebuah portofolio terdapat beberapa komponen pokok: 1)

adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup beberapa ranah, 2) adanya kepemilikan

melalui refleksi diri dan evaluasi diri, 3) bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia

nyata dan bersifat multi sumber, 4) kerja sama pembelajar dengan pembelajar, dan

pembelajar dengan pengajar, 5) perpaduan penilaian dengan pengajaran, 6) kualitas hasil,

dan 7) penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi.

Dari berbagai referensi yang penulis telusuri, terdapat berbagai pandangan tentang

esensi penilaian portofolio. Beberapa ahli menempatkannya dalam jenis penilaian tertentu,

sementara ada juga beberapa ahli menyebutnya sebagai penilaian alternatif, penilaian

otentik, maupun kinerja. Penilaian alternatif yang dimaksud dalam konteks ini adalah

penilaian lain sebagai pilihan untuk mengganti maupun melengkapi jenis penilaian lain

yang umum digunakan. Dengan demikian, portofolio sebagai penilaian alternatif

merupakan lawan dari teks baku dan bentuk-bentuk tes objektif lain seperti pilihan ganda,

benar salah, dan bentuk tes lain yang mensyaratkan hanya satu pilihan jawaban.

7

Penilaian portofolio sebagai penilaian otentik mengandung arti pemberian tugas-

tugas yang secara langsung bermakna. Penilaian otentik dapat mencakup berbagai metode

penilaian yang dapat mencerminkan berbagai aktivitas proses belajar, hasil belajar,

motivasi, maupun sikap. Hal inilah yang mendasari kenapa penilaian portofolio disebut

sebagai penilaian otentik, karena salah satu cirinya adalah adanya suatu proses penilaian

yang berkelanjutan (on going) yang dimulai dari awal hingga mencapai suatu karya

tertentu. Keseluruhan proses yang terjadi merupakan suatu portofolio dimana penilaian

dilakukan.

Penilaian portofolio juga dikenal sebagai penilaian kinerja, karena merupakan suatu

prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi

tentang apa dan sejauh mana yang telah dipelajari oleh pembelajar. Dalam penilaian

kinerja, pembelajar disyaratkan menggunakan keterampilan dan pengetahuannya untuk

menunjukkan sejauh mana suatu target belajar telah dicapainya. Kinerja pembelajar yang

satu tentu berbeda dengan kinerja pembelajar yang lain, dengan demikian, kinerja individu

merupakan performansi maksimal yang dia tunjukkan sebagai akibat dari suatu proses

belajar.

Untuk pembelajaran bahasa, penilaian portofolio memiliki keunggulan dibanding

dengan tes konvensional, kelebihan tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1) mewakili

keluasan bacaan dan tulisan pembelajar, 2) menyertakan pembelajar dalam menilai

perkembangan dan pencapaian mereka, serta dalam penentuan tujuan berikutnya, 3)

evaluasi diri menjadi penekanan utama, 4) memberi tempat bagi perbedaan pembelajar, 5)

dapat dilakukan kolaborasi dalam penilaian, dan 6) mengakses kemajuan, usaha, dan hasil

belajar.

Ada tiga elemen penting dalam sebuah portofolio. Ketiga elemen tersebut adalah:

1) sampel karya pembelajar, sampel tersebut menggambarkan perkembangan belajar dari

waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, laporan dan sebagainya.

Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis berdasarkan tujuan pengajaran,

preferensi pengajar, maupun preferensi pembelajar, 2) Evaluasi diri, evaluasi diri

merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar pembelajar. Informasi yang didapat

dari kegiatan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses

belajar. Evaluasi diri dalam penilaian portofolio merupakan komponen yang sangat

penting, karena evaluasi diri merupakan kunci kekuatan dari penggunaan penilaian

portofolio. Dengan kata lain, melalui evaluasi diri pembelajar dapat membangun

pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya, melalui evaluasi

diri pembelajar dapat melihat kelebihan maupun kelemahan, kemudian selanjutnya

kekurangan tersebut menjadi tujuan perbaikan. Ada tiga jenis evaluasi diri dalam

portofolio. Pertama, sebagai dokumentasi. Dalam hal ini pembelajar memberi justifikasi

terhadap apa yang telah dihasilkannya. Kedua, sebagai perbandingan, artinya pembelajar

membandingkan karyanya dengan karya terdahulu dan berusaha mencari kelebihan-

kelebihan dari karyanya. Ketiga, sebagai integrasi, dalam hal ini portofolio berfungsi secara

lebih umum sebagai contoh atau ukti atas kemajuan yang telah dicapai. Refleksi dan

evaluasi diri merupakan salah satu alasan kuat pentingnya penggunaan penilaian

portofolio, karena dengan refleksi dan evaluasi diri dapat menumbuhkan rasa kepemilikan

pembelajar terhadap proses dan hasill belajarnya, pembelajar tahu apa yang dibutuhkan

8

untuk dipelajari, 3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. Dalam penilaian portofolio

kriteria penilaian harus disampaikan dengan jelas kepada pembelajar, bahkan beberapa

ahli menganjurkan kriteria tersebut ditetapkan bersama dengan pembelajar. kriteria yang

dimaksud mencakup posedur dan standar penilaian. (O’Malley dan Pierce, 1996: 16).

Dengan menggunakan penilaian portofolio dalam pembelajaran menulis wacana

narasi bahasa Arab, proses dan kegiatan belajar mengajar dirancang dengan berorientasi

pada proses menulis yang akhirnya menghasilkan sebuah produk, dosen senantiasa

membantu dan memfasilitasi mahasiswa untuk memahami proses yang sedang mereka

jalani, membantu mahasiswa menemukan strategi pada setiap tahap penulisan

(pramenulis, membuat draft, dan merevisi), proses pembelajaran difokuskan pada kegiatan

revisi, memberi waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk menulis, memberi

kesempatan kepada mahasiswa untuk saling mengoreksi dan memberi masukan dalam

rangka menghasilkan tulisan yang berkualitas, memberi masukan kepada mahasiswa bukan

hanya pada hasil saja tapi juga pada proses yang mereka lalui. Dengan menciptakan kondisi

seperti itu mahasiswa dapat menghasilkan sebuah tulisan yang diinginkan melalui tahapan-

tahapan proses menulis.

Teknik penilaian lain yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah tes esai. Tes esai

digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal obyektif yang terbatas pada hasil

belajar ranah kognitif tingkat rendah (Gronlund, 1981:71). Tes esai dipergunakan untuk

mengukur hasil belajar yang lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar

yang diukur bersifat kompleks dan sangat mementingkan kemampuan menghasilkan,

memadukan, dan menyatakan gagasan. Tes esai ada dua jenis, esai terbatas dan esai

bebas. Esai bebas merupakan soal yang mengharuskan pembelajar mengekspresikan

gagasan mereka secara bebas melalui tulisan. Peserta tes dituntut untuk memilih informasi

faktual yang memungkinkan mereka dapat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan

mengevaluasi informasi ke dalam jawaban secara tepat. Pembelajar memiliki kebebasan

mengemukakan jawaban mereka melalui tulisan. Dua kemampuan yang biasa digunakan

dalam uraian bebas adalah, 1) pemahaman materi, dan 2) kemampuan menulis. Teknik

penilaian jenis ini mengukur kemampuan peserta didik dalam hal menuangkan gagasannya

melalui tulisan, lebih khusus lagi adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan

yang dituangkan peserta didik dalam tulisan.

Variabel lain yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah model pembelajaran

kooperatif, pembelajaran kooperatif team assisted Individualization selanjutnya disingkat

TAI dan kooperatif student team achievement division selanjutnya disingkat STAD. Salah

satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan pembelajar untuk bekerja sama

dalam kelompok kecil yang heterogen. Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri

yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogen bisa

dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi

dan etnik, serta kemampuan akademis.

Dasar pemikiran model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah untuk

mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan

pembelajar maupun pencapaian prestasi pembelajar. Dasar pemikiran di balik

individualisasi pengajaran adalah bahwa para pembelajar memasuki kelas dengan

pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam, sehingga besar

9

kemungkinan ada sebagian pembelajar yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk

mempelajari sebuah pelajaran dan akan gagal memperoleh manfaat dari proses belajar

mengajar tersebut. Sebaliknya, pembelajar lain mungkin malah sudah tahu materi

tersebut, atau bisa mempelajarinya dengan cepat. Oleh karena itu, dalam hal kemampuan

akademis, kooperatif TAI terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, selebihnya

berkemampuan sedang dan kurang.

Pada model pembelajaran TAI, masing-masing anggota kelompok memiliki tugas

yang setara, karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat

diperhatikan. Oleh karena itu, pembelajar yang berkemampuan akademis tinggi harus

bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan

demikian, pembelajar yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya, sedangkan pembelajar yang lemah akan terbantu dalam memahami

permasalahan yang dibahas dalam kelompok tersebut. Dalam kondisi seperti ini peran

pengajar hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pengajar

cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.

Slavin merancang model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini

mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Artinya TAI

menyediakan cara penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas pada

pembelajaran kooperatif dengan program pengajaran individual yang mampu memberi

semua pembelajar materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajar dan

memungkinkan pembelajar memulai materi-materi berdasarkan kemampuan mereka

sendiri. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.

Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya

dalam hal kesulitan belajar pembelajar secara individual (Slavin dan Madden, 2009: 29).

Pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki beberapa keuntungan: 1) mahasiswa

yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, 2) mahasiswa diperkenalkan

bagaimana bekerjasama dalam suatu keompok, 3) mahasiswa yang pandai dapat

mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, dan 4) Adanya rasa tanggung jawab

dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI mahasiswa terdorong dan saling

membantu satu sama lain agar berhasil karena mereka ingin tim mereka berhasil. Di

samping itu, tanggung jawab individual terjamin karena skor yang diperhitungkan adalah

skor final, dan mahasiswa mengerjakan tugas tersebut tanpa bantuan teman sesama tim.

Dengan demikian individualisasi yang merupakan bagian dari TAI tersebut membuat TAI

jelas berbeda dari STAD.

STAD merupakan pendekatan cooperative learning yang paling sederhana. Pada

model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajar juga dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5 orang, dengan catatan setiap

kelompok harus heterogen, baik dari jenis kelamin, kemampuan akademis, dan bahkan

suku. Dalam proses belajar mengajar anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau

perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran dan kemudian

saling membantu satu sama lain. STAD mengacu pada belajar kelompok, menyajikan

informasi akademik baru pada pembelajar setiap minggu dengan menggunakan presentasi

verbal dan teks. Slavin (2009: 5) mengemukakan pendekatan kooperatif tipe STAD

10

terbentuk dari lima komponen utama: yaitu penyajian materi, tim/kelompok, kuis, skor

perkembangan individu, dan penghargaan kelompok. Gagasan utama di belakang STAD

adalah memacu pembelajar agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan oleh pengajar. Di samping itu, tujuan utama dari

belajar kelompok adalah mempercepat pemahaman semua pembelajar.

Pengajaran menulis wacana narasi bahasa Arab dengan pembelajaran STAD

mengacu pada lima komponen utama STAD. Kelima komponen utama yang dimaksud

adalah sebagai berikut: a) Presentasi Kelas. Presentasi kelas mencakup pembukaan,

pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan materi yang akan

dipelajari pada saat itu. Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung ataupun diskusi

yang dipimpin langsung oleh dosen dengan tetap memperhatikan unit STAD, karena apa

yang disampaikan dosen pada sesi presentasi kelas akan membantu mahasiswa

mengerjakan kuis-kuis yang akan dilakukan di akhir perkuliahan, b) Tim. Mahasiswa yang

sudah dibagi menjadi beberapa kelompok kecil heterogen, belajar untuk mempersiapkan

setiap anggotanya bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim berkumpul untuk mempelajari

serta membahas lembar kegiatan atau materi lainnya, setelah dosen menyampaikan

materi, c) Kuis. Mahasiswa akan ditantang dengan mengerjakan kuis secara individual

setelah dosen memberikan materi dan praktik tim. Pada kegiatan ini, mahasiswa tidak

diperbolehkan lagi untuk saling membantu, karena setiap mahasiswa harus

memperlihatkan kompetensi mereka secara individual sehingga tiap mahasiswa

bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi, d) Skor Kemajuan

Individual. Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dilakukan sesegera mungkin

setelah melakukan tiap kuis, dan e) Rekognisi Tim. Pada sesi ini dosen memberi reward

kepada tim apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Penelitian tentang penggunaan penilaian portofolio dan tes esai serta model

pembelajaran kooperatif TAI dan STAD -secara terpisah- telah banyak dilakukan

sebelumnya, dan temuan penelitian mengungkapkan bahwa baik penilaian portofolio, tes

esai, model pembelajaran kooperatif TAI dan STAD memberi pengaruh positif dalam

meningkatkan hasil belajar pembelajar. Apakah dengan memadukan penggunaan penilaian

portofolio dan tes esai serta pembelajaran kooperatif TAI dan STAD dapat meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi bahasa Arab? pertanyaan inilah

yang menjadi alasan dan tujuan diadakannya penelitian ini.

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan

rancangan faktorial 2 x 2 dengan dua kategori 2 x 2. Variabel respon adalah kemampuan

mahasiswa dalam menulis wacana narasi bahasa Arab, sedangkan faktor perlakuan adalah

1) teknik penilaian, dan (2) model pembelajaran. Prosedur perlakuan penelitian ini

dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap

akhir perlakuan.

Populasi adalah seluruh mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab dan seluruh

mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang mengambil mata kuliah Insya II pada

semester ganjil tahun 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswa

jurusan Pendidikan Bahasa Arab serta sebagian mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab

11

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang mengambil mata kuliah Insya II pada

semester III tahun akademik 2011/2012. Prosedur pengambilan sampel secara acak adalah,

dari seluruh mahasiswa pada fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang mengambil mata kuliah

Insya II dipilih secara acak untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Hal yang sama juga dilakukan pada Fakultas Adab dan Humaniora jurusan Bahasa

dan Sastra Arab. Dari kedua fakultas tersebut, baik pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol ditetapkan 20 orang sebagai sampel penelitian.

Instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen

kemampuan awal menulis wacana narasi bahasa Arab dan instrumen kemampuan menulis

wacana narasi bahasa Arab. kedua instrumen tersebut dikembangkan sendiri oleh peneliti

dengan mengacu pada lima komponen yaitu: 1) isi, 2) organisasi tulisan, 3) struktur

kalimat, 4) kosa kata/gaya, dan 5) mekanik.

Pengukuran kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab dilakukan dengan tes

kinerja, artinya mahasiswa diminta menulis sebuah wacana narasi. Produk tersebut

kemudian dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian analitik. Rubrik penilaian analitik

berisi sejumlah karakteristik yang menjelaskan kinerja mahasiswa pada tiap poin skala.

Ketika menggunakan rubrik analitik, penilai memberi skor pada tiap komponen, kemudian

dijumlah untuk mendapatkan skor total. Dalam penelitian ini rubrik penilaian analitik yang

dipergunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi

bahasa Arab adalah rubrik penilaian analitik yang dikembangkan oleh Heaton. Rubrik

penilaian analitik tersebut dikembangkan dengan berpedoman pada lima komponen

kemampuan menulis dan masing-masing komponen mencakup beberapa indikator.

Selanjutnya berdasarkan indikator-indikator tersebut, setiap komponen dideskripsikan dan

diberi bobot sesuai tingkat kemampuan performansi mahasiswa dalam menulis wacana

narasi dalam Bahasa Arab. Rubrik penilaian analitik selengkapnya dapat dilihat pada tabel

di bawah.

12

Tabel 1 Rubrik Analitik Kemampuan Menulis Wacana Narasi Bahasa Arab

No. Komponen Indikator Skor

1. Isi - Relevansi topik dengan substansi tugas

- Pengembangan pernyataan

- Wawasan tentang topik

1-30

2. Organisasi tulisan - Penyusunan ide-ide

- Pengungkapan ide-ide

1-20

3. Kosa kata/gaya - Keluasan kosa kata

- Ketepatan penggunaan kata

- Ketepatan bentuk-bentuk kata

1-20

4. Penggunaan

Bahasa

- Kompleksitas dan efektivitas kalimat

- Akurasi penggunaan tata bahasa

1-25

5. Mekanik - Kepatuhan pada aturan-aturan penulisan

- Ketepatan penggunaan tanda-tanda baca

- Kebenaran tulisan.

5

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini dikembangkan melalui langkah-

langkah yang sistematis sesuai kaidah pembuatan instrumen penelitian yang mengacu

pada kisi-kisi yang disusun berdasarkan definisi konseptual dan definisi operasional dengan

memperhatikan indikator, karakteristik, atau aspek-aspek yang terdapat dalam teori.

Untuk keperluan validasi, maka dilakukan kajian tentang validitas isi instrumen dengan

melibatkan penilai yang berpengalaman. Di samping itu, diujicobakan untuk memperoleh

validitas empirik setiap butir dan reliabilitas instrumen. Uji coba dilakukan kepada

mahasiswa semester III Jurusan Pendidikan Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah Universitas

Muslim Indonesia.

Dalam penelitian ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis deskriptif

dan analisis inferensial. Kedua analisis tersebut dilakukan berdasarkan data kemampuan

awal mahasiswa yang didapat pada pelaksanaan prates sebelum penelitian dilakukan dan

skor hasil pelaksanaan posttest setelah perlakuan selesai dilakukan. Analisis inferensial

berupa ankova dua jalur dipergunakan untuk menguji hipotesis yang dilanjutkan dengan uji

lanjut. Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji

normalitas dengan uji Lilliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett dan uji-F, uji

kesejajaran garis, dan uji linear Regresi. Pengujian normalitas data dilakukan terhadap

delapan kelompok data dan hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh kelompok

bersumber dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk

memastikan apakah keempat kelompok data mempunyai varians yang sama, dan dari hasil

analisis ditemukan bahwa keempat kelompok data memiliki varians yang sama. Uji

kesejajaran garis memperlihatkan bahwa kemampuan awal mahasiswa mempunyai

pengaruh linear yang signifikan terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana

narasi bahasa Arab. Sedangkan uji linear regresi memperlihatkan bahwa ada perbedaan

pengaruh linear kemampuan awal mahasiswa terhadap kemampuan menulis wacana

13

narasi bahasa Arab antara keempat sel yang dibentuk oleh faktor teknik penilaian formatif

dan model pembelajaran kooperatif.

Hasil Penelitian

Dari analisis deskriptif diperoleh hasil seperti tertera pada grafik di bawah.

Keterangan:

A = Penilaian Formatif

A1 = Penilaian Formatif Portofolio

A2 = Penilaian Formatif Tes Esai

0

1

2

3

4

5

6

7

8

53-58 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

0

2

4

6

8

10

12

14

53-58 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100

A1

A2

B1

B2

14

B = Model Pembelajaran

B1 = Model Pembelajaran Kooperatif TAI

B2 = Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Setelah syarat-syarat yang berhubungan dengan statistik parametrik tentang

analisis kovarian (ANKOVA) terpenuhi, selanjutnya dilakukan analisis inferensial dalam

rangka pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik statistik analisis

kovarian (ANKOVA). Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2 Statistik Uji-F Tentang A B A*B Terhadap Kemampuan Menulis Wacana Narasi

Bahasa Arab (Y) dengan Mengontrol X

Sumber Varian JKres Db RJK Fhitung Ftabel α=0,05

Model Terkoreksi 8500,308a 4 2125,077 67,602

3,96

Intercept 252,503 1 252,503 8,032

X 5975,658 1 5975,658 190,094

A 806,519 1 806,519 25,657

B 534,024 1

534,024 16,988

A * B 130,344 1

130,344 4,146

Kekeliruan 2357,642 75 31,435

Total 494774,000 80

Total Terkoreksi 10857,950 79

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisis pengujian statistik Uji-F baris A

diperoleh nilai thitung = 25,657 lebih besar dari Ftabel = 3,96 berarti H0 ditolak, artinya

terdapat perbedaan kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab antara kelompok

mahasiswa yang diberi penilaian portofolio dengan kelompok mahasiswa yang diberi

penilaian tes esai. Selanjutnya pada baris B terlihat bahwa nilai Fhitung = 16,988 lebih besar

dari Ftabel = 3,96 berarti H0 ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan

kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab antara kelompok mahasiswa yang diberi

model pembelajaran kooperatif TAI dengan kelompok mahasiswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif STAD. Pada baris A*B diperoleh nilai Fhitung = 4,146 lebih besar dari

Ftabel = 3,96 sehingga H0 ditolak, yang berarti terdapat pengaruh interaksi antara penilaian

formatif dan model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan menulis wacana narasi

bahasa Arab. Oleh karena hipotesis interaksi teruji kebenarannya secara signifikan, maka

perlu dilakukan uji lanjut atau uji hipotesis simple effect.

Tabel 3 Statistik Uji-t tentang Parameter Rerata Simpangan Y antar Semua Tingkat Faktor A

untuk Setiap Tingkat Faktor B dengan Mengontrol X

Parameter B Std. Error thitung ttabel α=0,05

15

Parameter B Std. Error thitung ttabel α=0,05

Intercept 8,883 4,957 1,792

1,67

X ,879 ,064 13,787

[B=1] 2,566 1,814 1,414

[B=2] 0a . .

[A=1]*[B=1] 9,007 1,823 4,941

[A=1]*[B=2] 3,771 1,779 2,029

[A=2]*[B=1] 0a . .

[A=2]*[B=2] 0a . .

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisis pengujian statistik Uji-t baris

[A=1]*[B=1] diperoleh nilai thitung = 4,941 lebih besar dari ttabel = 1,67 sehingga H0 ditolak.

Artinya bahwa khusus kelompok mahasiswa yang diberi model pembelajaran kooperatif

TAI, kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab mahasiswa dalam kelompok

penilaian portofolio lebih tinggi dari kelompok mahasiswa yang diberi teknik penilaian tes

esai. Selanjutnya nilai statistik Uji-t baris [A=1]*[B=2] diperoleh nilai thitung = 2,029 lebih

besar dari ttabel = 1,67 sehingga H0 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa khusus

kelompok mahasiswa yang diberi model pembelajaran kooperatif STAD, kemampuan

menulis wacana narasi bahasa Arab mahasiswa dalam kelompok teknik penilaian tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan, setelah mengontrol kemampuan awal mahasiswa.

Tabel 4 Statistik Uji-t Tentang Parameter Rerata Simpangan Y Antara Semua Tingkat Faktor

B Untuk Setiap Tingkat Faktor A Setelah Mengontrol X

Parameter B Std. Error Thitung ttabel α=0,05

Intercept 8,883 4,957 1,792

1,67

X ,879 ,064 13,787

[A=1] 3,771 1,779 2,120

[A=2] 0a . .

[A=1]*[B=1] 7,802 1,783 4,377

[A=1]*[B=2] 0a . .

[A=2]*[B=1] 2,566 1,814 1,414

[A=2]*[B=2] 0a . .

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisis pengujian statistik Uji-t baris

[A=1]*[B=1] diperoleh nilai thitung = 4,377 lebih besar dari ttabel = 1,67 sehingga H0 ditolak.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa khusus kelompok mahasiswa yang diberi

16

penilaian formatif portofolio, kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab mahasiswa

dalam kelompok model pembelajaran kooperatif TAI lebih tinggi dari kelompok model

pembelajaran kooperatif STAD, setelah mengontrol kemampuan awal mahasiswa.

Selanjutnya berdasarkan statistik uji-t baris [A=2]*[B=1] diperoleh nilai thitung = 1.41 lebih

kecil dari ttabel = 1,67 sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

khusus kelompok mahasiswa yang diberi penilaian formatif tes esai, kemampuan menulis

wacana narasi bahasa Arab antara mahasiswa yang diberi model pembelajaran kooperatif

TAI lebih rendah dari kelompok mahasiswa yang diberi model pembelajaran kooperatif

STAD, setelah mengontrol kemampuan awal.

Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab mahasiswa yang diberi penilaian

portofolio dengan kelompok mahasiswa yang diberi penilaian formatif tes esai dapat

diterima. Ini mengandung arti bahwa kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab

kelompok mahasiswa yang diberi penilaian formatif portofolio lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok mahasiswa yang diberi penilaian formatif tes esai. Temuan tersebut

didukung oleh kajian teori bahwa penilaian jenis portofolio merupakan salah satu upaya

untuk mengatasi ketidakpuasan terhadap penggunaan tes-tes baku yang disinyalir kurang

mampu menggambarkan kemampuan pembelajar secara menyeluruh. Dengan

karakteristik seperti itu, maka penilaian portofolio menjadi salah satu alternatif dalam

penilaian, tidak terkecuali dalam pengajaran bahasa komunikatif. Ciri khas yang dimiliki

penilaian portofolio berupa evaluasi umpan balik dan self assessment menjadikannya salah

satu alternatif untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan ciri tersebut

pembelajar dapat mengetahui kelebihan di samping kelemahan masing-masing. Di samping

itu, penilaian portofolio dapat memberikan informasi perkembangan berkelanjutan

pembelajar yang menggambarkan perubahan diri pembelajar dalam satu periode tertentu,

menunjukkan suatu pemahaman dari banyak konsep dan topik yang diberikan,

mendomenstrasikan perbedaan bakat, dan mendemonstrasikan kemampuan untuk

mengintegrasikan teori dan praktek.

Hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat

perbedaan kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab mahasiswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif TAI dengan kelompok mahasiswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif STAD dapat diterima. Pernyataan ini mengandung arti bahwa

kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab kelompok mahasiswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif TAI lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menulis

wacana narasi bahasa Arab kelompok mahasiswa yang diberi model pembelajaran

kooperatif STAD.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran secara

kelompok di mana terdapat seorang pembelajar yang lebih mampu secara akademik

berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual pembelajar lain yang

kurang mampu dalam kelompoknya. Dalam kondisi seperti ini peran pengajar hanya

sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pengajar cukup

menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Dasar

17

pemikiran model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah untuk mengadaptasi pengajaran

terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan pembelajar maupun

pencapaian prestasi pembelajar. Dasar pemikiran di balik individualisasi pengajaran adalah

bahwa para pembelajar memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi

yang sangat beragam, sehingga besar kemungkinan ada sebagian pembelajar yang tidak

memiliki syarat kemampuan untuk mempelajari sebuah pelajaran dan akan gagal

memperoleh manfaat dari proses belajar mengajar tersebut. Sebaliknya, pembelajar lain

mungkin malah sudah tahu materi tersebut, atau bisa mempelajarinya dengan cepat.

Dalam penelitian ini pembelajar yang sudah tahu materi atau pembelajar yang

berkemampuan akademis tinggi, harus bertanggung jawab membantu temannya yang

lemah dalam kelompoknya. Dengan perlakuan seperti ini, maka pembelajar yang pandai

dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan pembelajar yang

lemah akan terbantu dalam memecahkan dan memahami permasalahan yang dibahas.

Dalam kegiatan penelitian, peneliti menemukan beberapa fakta berkaitan dengan

kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini. Fakta-fakta tersebut di antaranya

adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI mampu menciptakan norma-norma pro

akademik di kalangan pembelajar yang mempunyai dampak terhadap hasil belajar, artinya

dengan adanya sistem kerja sama, pembelajar yang berkemampuan akademik tinggi akan

memberi masukan yang sangat berarti bagi teman kelompoknya yang berkemampuan

rendah. Dengan demikian, keberhasilan yang dicapai karena hubungan antar anggota yang

saling mendukung, saling membantu, dan peduli. Di sisi lain, pembelajar yang

berkemampuan akademis tinggi mendapat manfaat secara kognitif dan afektif. Secara

kognitif, dengan mengajar mereka akan lebih menguasai dan menginternalisasikan

pengetahuan dan keterampilannya. Secara afektif, mereka dapat melatih diri untuk bekerja

sama dan berbagi dengan anggota kelompok yang berkemampuan akademik rendah.

Kehadiran model pembelajaran TAI yang kemudian dipadukan dengan penggunaan

penilaian portofolio dapat memperbaiki kondisi pembelajaran, sehingga proses belajar

mengajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna baik bagi dosen maupun para

mahasiswa. Oleh karena itu, menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dan penilaian

portofolio merupakan hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Dengan mempraktekkan

teknik pembelajaran kooperatif tipe TAI, dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam

belajar dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar.

Simpulan

Ada beberapa simpulan yang dapat ditarik dari kegiatan penelitian ini. Pertama,

penilaian portofolio sebagai penilaian otentik yang berorientasi pada pemberian tugas-

tugas yang secara langsung bermakna bagi mahasiswa secara empiris dapat meningkatkan

minat dan motivasi mahasiswa dalam belajar, dan pada akhirnya dapat membentuk

kemampuan menulis wacana narasi bahasa Arab dengan baik.

Model pembelajaran kooperatif TAI secara empiris memberi pengaruh yang lebih

tinggi terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi bahasa Arab

dibandingkan dengan kooperatif STAD, karena TAI menyediakan cara penggabungan

kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas dengan program pengajaran individual yang

18

mampu memberi semua pembelajar materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan

pembelajar.

Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara teknik penilaian dan model

pembelajaran terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi bahasa

Arab. Teknik penilaian dan model pembelajaran yang dipergunakan dalam penelitian

bersinergi dalam membentuk kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana narasi

bahasa Arab. Dengan teknik penilaian yang tepat akan sangat berguna bagi dosen untuk

mendapatkan gambaran riil tentang kondisi mahasiswa, demikian pula dengan model

pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan

efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Butler, Susan M., dan Nancy D. McMunn. A Teacher’s Guide to Classroom Assessment.

California: Jossey-Bass, 2006.

Brown, H. Douglas. Language Assessment Principles and Classroom Practices. New York:

Pearson Education, 2004.

Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana. Bandung: Eresco, 1994.

Genre .Bandung CV. Yrama Widya, 2007.

Ghaith, G. “Writing”, dalam, Nada’s ESL Island, Februari 2002,

(http://www.nadaisland.com/ghaith-writing.html), diakses 12 April 2011.

Gronlund, Norman E. Constructing Achievement Test. New Jersey: Prentice Hall, 1981.

Jane B. Hudley. et. al., Teaching ESL Composition: Principle and Techniques. London:

Newbury House Publisher, Inc, 1983.

Kane, Thomas S. The Oxford Essential Guide to Writing. New York: Barkley, 2000.

Kuhiman, Yvonne dan Joyce Bartky. Glencoe English Spectrum of English 9: Compotition,

Speech, Grammar. California: Cleonceo Publishing, 1980.

Moeliono, Anton M. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud, 1992.

McMillan, James H. Assessment Essentials for Standards-Based Education. California: A

Sage Company, 2008.

Nababan, Sri Utami Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993.

19

Oshima, Alice dan Ann Hogue. Introduction to Academic Writing. White Plains: Addision

Wesley Longman, 1997.

O’Malley, J. M. dan Valdez Pierce. Authentic Assessment for English Language Learners.

New York: Addison-Wesley Publishing Company, 1996.

Pranowo. “Pembelajaran Menulis Argumentasi.” di dalam, A. M. Slamet Soewandi, Yuliana

Setyaningsih, dan Y.F. Satya Tri Nugraha, (ed.), Strategi Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di Sekolah Berdasarkan Pendekatan Komunikatif, Yogyakarta:

Universitas Sanata Darma, 2000.

Popham, W. James. Classroom Assessment What Teacher Need to Know. Massachusetts: A

Simon & Schuster Company, 1995.

Slavin, Robert E., dan Nancy A. Madden. “Team Assisted Individualization and Cooperative

Integrated Reading And Composition (TAI and CIRC)”, di dalam Shlomo Sharan,

Handbook of Cooperative Learning, terjemahan Sigit Prawoto. Yogyakarta:

Imperium, 2009.