BAB IV PENGARUH PEMBERIAN PEKERJAAN RUMAH TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PURI...

download BAB IV PENGARUH PEMBERIAN PEKERJAAN RUMAH TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA  SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO

of 28

description

BAB IV PENGARUH PEMBERIAN PEKERJAAN RUMAH TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO

Transcript of BAB IV PENGARUH PEMBERIAN PEKERJAAN RUMAH TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PURI...

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianSetelah melakukan studi awal melalui angket kepada siswa-siswa SMA Negeri 1 Puri Mojokerto. Dari survei tersebut peneliti memperoleh data tentang pandangan siswa tentang PR, cara mereka mengerjakan PR, serta faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam menyelesaikan PR-nya. Hasil dari studi awal terhadap 30 anak jurusan IPA menunjukkan bahwa seluruh siswa (100%) memiliki pandangan yang positif terhadap PR. Mereka menganggap bahwa PR dapat menambah wawasan atau pengetahuan dan melatih siswa. Ketika PR tersebut diberikan sebagai tugas yang harus dikerjakan, mereka berusaha mengerjakan. Jika mereka merasa kesulitan, mereka akan bertanya kepada orang tua atau saudara. Studi awal terhadap 40 siswa jurusan IPS dan 10 siswa jurusan Bahasa, 70% menyatakan bahwa PR perlu diberikan dengan alasan untuk melatih siswanya dalam memahami materi yang sudah diajarkan, sedangkan sisanya menyatakan bahwa PR tidak perlu diberikan dengan alasan bahwa siswa sudah cukup lelah di sekolah sehingga waktu di rumah adalah waktu untuk beristirahat. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa 90 % siswa berusaha menyelesaikan PR tersebut. Para siswa bertanya kepada orang tua, saudara, dan guru les mereka ketika mereka merasa kesulitan mengerjakan PR. Hasil studi awal pada 42 siswa SMA menunjukkan 72% siswa menyatakan PR penting untuk melatih siswa, supaya siswa lebih memahami materi yang diajarkan, dan agar siswa belajar. Sisanya menyatakan bahwa PR itu tidak perlu diberikan karena dianggap membebani siswa. Hasil juga menunjukkan bahwa hampir separoh, yaitu 43% dari 42 siswa mengerjakan PR di sekolah dengan melihat hasil kerja teman yang lain. 83% siswa menyatakan dirinya sering menunda mengerjakan tugas, dengan alasan malas dan banyaknya tugas yang lain. Studi awal di atas menunjukkan bahwa siawa siswa SMA Negeri 1 Puri Mojokerto semakin banyak yang tidak mengerjakan PR. Hal tersebut menjadikan tujuan guru memberikan tugas tersebut tidak tercapai karena kebanyakan mereka yang mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah itu mencontek dari teman yang sudah mengerjakan. Pada siswa SMA banyak yang menganggap PR itu penting, namun kenyataannya mereka tidak menjadikan PR itu sebagaimana mestinya. Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa PR yang diberikan tidak dapat mencapai tujuannya. Padahal jika dilihat dari tujuan pemberian PR itu sendiri adalah supaya siswa berlatih, mengolah kembali materi pelajaran, menyusun jalan pikiran secara berantai, belajar membagi waktunya dengan baik, belajar teknik-teknik studi yang efisien dan efektif. Beranjak dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Adanya informasi mengenai faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi para guru mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membuat PR menjadi lebih efektif, dan membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan PR.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengertian Pekerjaan RumahPekerjaan rumah (PR) merupakan salah satu instrumen yang dipergunakan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa. Melalui pemberian PR kepada siswa diharapkan proses pencapaian tujuan pembelajaran berjalan dua arah, di sekolah dan di rumah (Febrina, 2009:2). Seperti yang dikutip dari keterangan Gunawan Wibowo pada harian Kompas (30/3/2009) pekerjaan rumah (PR) merupakan salah satu instrumen yang dipergunakan guru dalam pembelajaran. Tidak semua PR membantu siswa untuk mengetahui, memiliki keterampilan dan pemahaman tentang apa yang sedang mereka pelajari. Melalui pemberian PR kepada siswa diharapkan proses pencapaian tujuan pembelajaran berjalan dua arah, di sekolah dan di rumah.Salah satu bentuk kemitraan antara sekolah dan keluarga dapat berupa pemberian pekerjaan rumah dari guru, hal ini dapat dipakai sebagai media untuk saling bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerjasama karena memerlukan komitmen minimal dua belah pihak untuk sungguh-sungguhmembantu siswa sehingga penguasaan siswa terhadap materi pelajaran semakin baik. Pemberian pekerjaan rumah oleh guru dilatarbelakangi bahwa tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap atau memahami pelajaran yang telah disampaikan oleh guru di kelas, sehingga siswa memerlukan kesempatan lebih banyak. Oleh karena itu melalui mekanisme pemberian pekerjaan rumah siswa akan dapat mengatur waktunya sendiri untuk berlatih mengerjakan berbagai soal atau membaca ulang atau memperdalam materi baik secara mandiri atau dengan bantuan orang tua sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran menjadi semakin sempurna (Vatterott, 2009: 10).4.2.2 Pengaruh PR terhadap Hasil Belajar SiswaAktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Prinsip-prinsip aktivitas melalui pandangan ilmu jiwa baru adalah aktivitas didominasi oleh siswa (Sardiman, 2011:103. Pekerjaan rumah atau PR sejalan dengan prinsip aktivitas tersebut. PR juga meliputi beberapa golongan aktivitas antara lainvisual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activties, mental activties.Dari itu, pekerjaan rumah mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi di kelas secara bermakna, sehingga memungkinkan siswa untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keaktivan didorong oleh kesempatan dan kesiapsiagaan psikologis yang lebih awal ketika mengikuti pelajaran di kelas. Kondisi siswa yang demikian sangat bagus untuk terselenggarakannya pembelajaran di kelas. Hal ini karena, ketika mereka menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka berarti telah menanam modal dan bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Kondisi-kondisi tersebut menawarkan kepada siswa berbagai kesempatan untuk mengembangkan perasaan mampu/pengalaman berhasil dan kemandirian. Pengalaman berhasil sangat penting dalam perkembangan belajar siswa, sebab biasanya satu keberhasilan akan mendorong untuk terwujudnya keberhasilan yang lain. Di samping itu juga, perasaan berhasil akan mendorong individu untuk mengerjakan tugasnya secara mandiri. Dengan kata lain perasaan mampu dapat menjadikan siswa semakin memiliki kemandirian.Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah ternyata menjadi suatu prediktor yang baik, dan bahkan menjadi faktor pendorong (promoter)prestasi akademis di sekolah. Namun demikian, disamping karena lama waktu yang dipergunakan mengerjakan pekerjaan rumah, beberapa peneliti lain menekankan perlunya kualitas dan ketepatan pemberian tugas sebagai dampak pekerjaan rumah pada hasil belajar mereka (Trautwein & Koller, 2003).

4.2.3 Persepsi Siswa Tentang Pemberian Pekerjaan Rumah Pekerjaan rumah atau PR bagi siswa SMA ternyata memiliki implikasi luas. Siswa memiliki persepsi yang berbeda sesuai dengan latar belakang masing masing. Siswa beranggapan bahwa PR sangat penting dan berdampak positif dalam hasil belajar siswa. PR juga ampuh untuk mengurangi dampak negatif dari lingkungan siswa. Asumsinya adalah dengan memberikan PR siswa akan sibuk dengan PRnya di rumah dan siswa tidak sempat keluyuran di jalan raya (kebut-kebutan), tawuran antar pelajar dan lain sebagainya yang merugikan siswa itu sendiri. PR diberikan untuk mengenalkan siswa terhadap topik atau latar belakang tema yang akan dipelajari, sehingga siswa akan lebih siap untuk mempelajari materi secara lebih mendalam. Selain itu PR dapat untuk menakar tingkat pemahaman anak terhadap materi yang telah diajarkan. Pertimbangan inilah yang membuat siswa sangat memerlukan adanya PR. Ada bermacam keuntungan yang didapat apabila siswa mengerjakan PR.1. Berlatih manajemen waktu, disini siswa berpikir kira-kira kapan waktu yang tepat untuk membuat PR sehingga tidak berbenturan dengan kegiatan lainya, dengan ilmu manajemen waktu yang bagus maka secara tidak langsung kita telah menjadi orang yang disiplin.2. Orang tua senang dan berpikir bagus tentang anaknya, membuka atau melihat kembali pelajaran sekolah dirumah ternyata dapat meyakinkan ortu bahwa kita benar-benar bisa mengikuti pelajaran.3. Membaca kembali pelajaran, ilmu yang sudah didapat dari guru di kelas tentu akan lebih dipahami apabila sepulang sekolah dan mempelajari kembali ilmu tersebut.4. Memberikan penghargaan pada diri sendiri, apabila tugas yang dikerjakan ternyata benar dan mendapat nilai bagus dari guru maka ada kemungkinan siswa menjadi bangga dan senang.5. Melatih diri agar rajin, sulitnya mengatur diri sendiri maka seringkali muncul rasa malas ketika hendak melakukan aktifitas tertentu, hal ini tentu tidak akan terjadi jika siswa sudah biasa berlatih untuk rajin mengerjakan PR.6. Menumbuhkan sikap tanggung jawab, setiap tugas yang kita peroleh akan terlaksana dengan baik jika adanya rasa tanggung jawab karena bisa jadi suatu beban pikiran apabila siswa tidak mengerjakanya .7. Mengembangkan ketrampilan, dengan membaca menulis atau mengerjakan tugas maka ada kemampuan baru yang masuk kedalam diri siswa.

Alasan tidak membuat PR ( pekerjaan rumah )1. Lupa kalau ada tugas.2. Tidak tahu soalnya karena kemarin tidak masuk sekolah.3. Sudah mengerjakan tapi buku atau tugasnya tertinggal di rumah.4. Ada aktifitas lain yang sangat penting.5. Tidak bisa mengerjakan.6. Sedang sedih karena tertimpa musibah sehingga tidak bisa konsentrasi.7. Malas untuk membuat PR.8. Tugasnya terlalu banyak sehingga hanya sebagian yang bisa dikerjakan.9. Ada yang belum jelas saat guru menerangkan sehingga perlu bertanya lagi sebelum dapat mengerjakan tugas.10. Bukunya dipinjam teman yang rumahnya jauh.Selain pro dengan adanya PR, sebagian siswa menolak adanya PR dan sangat kontra dengan pemberian PR. Mereka beranggapan bahwa sudah terlalu banyak waktu mereka yang disita oleh waktu sekolah. Mereka berada di sekolah sejak pagi (bahkan lebih pagi daripada waktu kantoran), hingga sore. Atau bahkan yang merasa kurang dalam suatu bidang bisa saja mengambil les tambahan sehingga bisa saja sampai malam. Jika sudah demikian, akan tidak ada waktu untuk kepentingan lainnya.Walaupun kurang setuju, mereka juga tetap menganggap PR (yang memang benar-benar tidak bisa dilakukan di sekolah) itu penting dan harus ada. Karena kehidupan selanjutnya akan lebih rumit, mereka bahkan harus mengambil waktu lebih banyak sehingga harus meninggalkan keluarganya. Jadi sebagai latihan untuk masa depan.Tapi, tetap saja mereka kurang setuju. Menurut mereka pribadi, kehidupan sekolah dan kehidupan diluarnya tidak mau digabung. Jadi mereka akan mengerjakan urusan sekolah di sekolah, urusan rumah di rumah. Hal ini yang membuat mereka sering mengerjakan PR di sekolah. Selain itu, guru juga sering tidak membahas PR yang telah diberikan. Hanya saja sekedar memberi PR yang sangat banyak dan sama sekali tidak memberikan respon atau memeriksa kebenaran dari pekerjaan tersebut. PR menjadi sangat tidak efektif dan hanya memberatkan dan mengurangi waktu belajar pribadi siswa dalam mempelajari materi sekolah karena PR tidak mencapai pengaruh yang besar dalam pencapain hasil belajar siswa. Inilah alasan mengapa mereka sangat menolak adanya Pekerjaan Rumah.

4.2.4.1 Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (PR)Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam bukunya Didaktik Metodik yang mengatakan : Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga menambah tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.Metode pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran yang harus dilaporkan atau dipertanggung jawabkan. Dengan metode pemberian, dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan jalan siswa diberi tugas. Efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan. Guru mempunyai peran yang besar dalam merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Dalam hal ini guru harus mengatur waktu yang tersedia dengan jumlah materi yang ada, sehingga akhirnya pengajaran menjadi tuntas. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memanfaatkan waktu tersebut dengan memberi tugas tugas di luar jam pelajaran baik sebelum jam pelajaran maupun sesudah jam pelajaran. Setelah diberi informasi mengenai pengetahuan dan keterampilan yang harus mereka miliki, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk berlatih mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan setelah siswa belajar. Selain diberi kesempatan untuk berlatih, siswa hendaknya diberi tahu tentang hasil mereka berlatih. Mereka perlu diberi umpan balik, dan mereka perlu diberi tahu apakah jawaban mereka benar atau salah. Siswa-siswa yang mengetahui jawabannya salah diharapkan tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang serupa. Teknik pemberian tugas menurut Roestiyah N. K (2001: 133) adalah:Teknik pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan secara seksama tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa disekolah,melalui kegiatan di luar sekolah itu.Menurut Nana Sudjana (2000: 81):Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa laksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat dilaksanakan secara individual atau kelompok.Berdasarkan pendapat dari Roestiyah N. K dan Nana Sudjana dapat dikatakan bahwa dengan pemberian tugas akan merangsang untuk aktif dalam belajar, sehingga tujuan belajarnya dapat tercapai dan hasil belajar yang dicapai lebih mantap.Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.Dalam memberikan tugas, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: Memberikan penjelasan mengenai1. Tujuan penugasan2. Bentuk pelaksanaan tugas3. Manfaat tugas4. Bentuk Pekerjaan5. Tempat dan waktu penyelesaian tugas6. Memberikan bimbingan dan dorongan7. Memberikan penilaian.Bertujuan agar hasil belajar lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan, sehingga pengalaman siswa mempelajari sesuatu lebih terintegrasi.Dengan kata lain, tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, di rumah atau di tempat lain yang dapat menunjang penyelesaian, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya melatih atau menunjang materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab.Tugas dari guru merupakan bagian dari pelajaran sekolah yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah. Menurut WJS Purwadarminta (l987:104) tugas merupakan sesuatu yang harus dikerjakan atas sesuatu yang ditentukan untuk dilaksanakan. Demikian, tugas merupakan kegiatan siswa di luar jam tatap muka yang diberikan oleh guru kepada siswa agar siswa dapat lebih mendalami dan memahami materi yang diberikan. Tujuan pemberian tugas adalah untuk melatih, mempermahir, dan memperdalam pengetahuan siswa terhadap pelajaran-pelajaran yang diterimanya di sekolah.Dalam percakapan sehari-hari tugas ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah atau disingkat PR. Pekerjaan Rumah terdiri dari tiga fase kegiatan, yaitu (1) pendidik memberikan tugas,(2) Anak didik melaksanakan tugas, (3) Anak didik mempertanggung jawabkan apa yang dipelajarinya kepada pendidik.

4.2.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian TugasMetode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan.Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga :1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.Adapun kelemahan metode pemberian tugas1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit5. Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.4.2.4.3 Cara Melaksanakan Metode Pemberian Tugas RumahPR ini diberikan kepada para siswa pada akhir pelajaran, pokok bahasan atau sub pokok bahasan, bahkan pertemuan. Tugas yang diberikan hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru membuat soal, baik sewaktu mengajar atau pun sebelumnya, Jumlah soal/skop materi yang diberikan mesti mencakup seluruh bahan yang diajarkan pada bahasan waktu itu, bahkan di upayakan ada bahan yang bersifat mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut sehingga tidak timbul kesalahfahaman dalam pelaksanaannya. Guru hendaknya membimbing pekerjaan tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan serta memberikan petunjuk penyelesaiannya. Pemeriksaan terhadap PR tadi bisa dilakukan beberapa menit sebelum pelajaran dimulai pada jam bahasan berikutnya atau guru menyediakan waktu ekstra untuk itu. Ketika para siswa tidak mengerjakan tugas, atau tugasnya belum selesai, bisa diberikan hukuman yang bersifat edukatif demi mendorong motivasi mereka (Pakhrudin, 1985. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).

4.2.4.4 Manfaat Pemberian Tugas RumahMetode ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka pelajari.Kelemahan yang dapat diamati dari pemberian tugas rumah dapat di gambarkan sebagai berikut. Seringkali siswa tidak mengerjakan rumah dengan kemampuan sendiri, melainkan meniru/menyontek atau pun ikut-ikutan dengan alasan kerjasama; Guru kurang konsekuen memeriksa dan menghargai pekerjaan murid Bila pekerjaan tenlalu sulit, hal ini akan menimbulkan kekurangtenangan mental siswa, takut, khawatir dan sebagainya Sukar untuk memberikan tugas secara individual sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa sendiri. Para siswa mengerjakan PR tidak mengikuti cara yang telah diajarkan oleh guru/buku; dan Para siswa lambat memahami keterangan dari guru. Upaya Mengefektifkan Pemberian Tugas Rumah Upaya yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan pemberian tugas rumah dapat diuraikan sebagai berikut: Tugas yang diberikan mempunyai pertalian erat dengan bahan yang telah dijelaskan di kelas Usahakan tugas yang diberikan disadari benar manfaatnya oleh siswa guna menimbulkan minat yang lebih besar Waktu yang diberikan untuk melaksanakan tugas tidak terlalu lama atau pendek agar tidak menimbulkan kejemuan ataupun kecemasan Upayakan agar siswa tahu tentang alat dan cara menilai hasil pekerjaan tersebut sehingga akan mengurangi banyaknya kesalahan dan rendahnya nilai; dan Guru tidak sungkan memberikan hadiah kepada mereka yang berhasil serta hukuman kepada mereka yang tidak mengerjakannya dengan konsekuen 4.2.5 Jenis-Jenis Tugas Yang Diberikan GuruTugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan, tugas motorik, dan lain-lain. Selain itu, menurut jumlah siswa, pemberian tugas dibedakan menjadi dua, yaitu pemberian tugas individu dan kelompok.

a) Pemberian tugas individu Menurut Roestiyah N. K. (1986: 75): Tugas individu adalah tugas yang diberikan kepada siswa untuk dipertanggungjawabkan secara individu. Tugas individu memiliki kelebihan antara lain:(1) melatih siswa untuk belajar sendiri(2) melatih siswa untuk disiplin dan tidak cepat putus asa(3) melatih siswa untuk percaya diri pada kemampuannyaMeskipun demikian, pemberian tugas individu juga memiliki kekurangan, antara lain:(1) kadang-kadang siswa hanya menyalin pekerjaan temannya(2) bagi siswa yang kurang mampu, dapat menghambat belajarnya dan bila sering tidak dapat mengerjakan dapat menyebabkan siswa malu dan rendah diri. b) Pemberian tugas kelompok Tugas kelompok merupakan salah satu teknik dalam strategi belajar mengajar. Tugas kelompok adalah salah satu cara mengajar siswa di dalam atau di luar kelas yang dipandang sebagai kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari berbagai individu tersebut. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari tugas kelompok adalah siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersamaMenurut Roestiyah N. K (1997: 17):Keuntungan pemberian tugas secara kelompok:a) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas permasalahanb) dapat memberi kesempatan kepada para siswa siswa untuk intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalahc) dapat mengembangkan kepemimpinan dan ketrampilan dalam diskusid) dapat memungkinkan guru untuk lebih aktif memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhannya dalam belajare) para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusif) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain. Yang mana mereka telah saling membentuk kelompok dalam mencapai tujuan bersama Kelemahan pemberian tugas secara kelompok:a) strategi ini ditunjang dengan penelitian yang khususb) kerja kelompok sering-sering hanya melihat siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurangc) strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pulad) keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan siswa untuk bekerja sendiri. Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :1. Tugas membuat rangkuman2. Tugas membuat makalah3. Menyelesaikan soal4. Tugas mengadakan observasi5. Tugas mempraktekkan sesuatu6. Tugas mendemonstrasikan observasi4.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA dalam mengerjaan PR

4.2.6.1 Tindak Lanjut Guru dalam Pemberian PR

Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa dalam mengerjakan PR adalah tindak lanjut dari pemberian PR. Seluruh siswa dalam penelitian ini merasakan bahwa guru yang kurang memperhatikan tindak lanjut dari pemberian PR menjadikan mereka kurang termotivasi mengerjakan PR. Sekalipun para guru menyatakan bahwa mereka membahas, mencocokkan dan memberikan nilai pada PR siswa, namun sebagian siswa menyatakan bahwa guru biasanya hanya membahas soal-soal PR yang dianggapnya sulit atau hanya menandatangi PR yang sudah mereka kerjakan tanpa membahasnya. Menurut mereka soal yang sulit bagi seseorang belum tentu sulit bagi yang lain, karenanya mereka ingin sekali soal-soal PR dapat dibahas semuanya, sehingga mereka dapat mengetahui benar-tidaknya yang telah mereka kerjakan.Guru sebagai informan di sini memang menyatakan bahwa ia melakukan tindak lanjut terhadap PR yang diberikan. Namum tampaknya tindak lanjut belum diberikan secara maksimal sehingga hal tersebut mengurangi motivasi siswa dalam mengerjakan PR.Apa yang disampaikan oleh para siswa selaku informan sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusyan et al. (1989), bahwa peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan itu akan menimbulkan kepuasan dan akan mendorong belajar yang lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi atau dapat pula menjadi cambuk. Ketika siswa tidak tahu hasil dari mengerjakan PR maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR. Demikian juga menurut Nasution (2005), bahwa tidak ada metode mengajar yang menjamin keberhasilan. Keberhasilan baru diketahui bila ada penilaian yang dapat menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai umpan balik (feedback) untuk diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar.

4.2.6.2 Pemberian Nilai

Faktor pemberian nilai juga ikut mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Menurut para siswa, tidak adanya pemberian nilai untuk apa yang sudah mereka kerjakan akan menurunkan motivasi mereka dalam mengerjakan PR. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Woolfolk (1993), bahwa siswa perlu mendapatkan penghargaan dan reward (hadiah) atas apa yang telah mereka kerjakan. Reward yang diberikan bisa berupa nilai, hadiah atau sekedar pujian, dengan demikian siswa akan termotivasi untuk mengerjakan PR.

4.2.6.3 Jenis PRJenis PR yang diberikan oleh guru juga mempengaruhi motivasi siswa untuk mengerjakannya. Guru mengatakan bahwa jenis PR yang diberikan berbeda-beda untuk tiap mata pelajaran. Semua tergantung dari materi pelajarannya. Tiap guru memiliki cara yang berbeda pula untuk membuat siswa tertarik dengan PR yang diberikan. Para siswa menyatakan bahwa selama ini sekolah banyak menggunakan BTS sebagai panduan siswa mengerjakan tugas. Dalam BTS terdapat soal-soal latihan dari materi pelajaran yang diajarkan. Pada kenyataannya siswa lebih tertarik mengerjakan PR dari hasil observasi, praktikum atau mencari artikel-artikel dari koran dan tidak hanya dari BTS (Buku Tugas Siswa).Sejalan dengan hal tersebut Woolfolk (1993) mengatakan bahwa tugas harus dapat membangkitkan ketertarikan dan rasa ingin tahu bagi siswa. Ketika tugas tersebut tidak menarik bagi siswa maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR-nya.

4.2.6.4 Beban dan Waktu Pemberian PRBanyaknya PR yang diberikan dan waktu pemberian PR juga mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Salah satu yang dirasa siswa menjadi penyebab mereka tidak mengerjakan PR adalah banyak PR yang harus mereka kerjakan dalam waktu yang bersamaan. Siswa merasa bahwa pada saat-saat tertentu mereka mendapat PR dari berbagai mata pelajaran secara bersamaan. Hal ini menyulitkan mereka dalam mengerjakan PR dengan baik. Kondisi ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara para guru pengajar, sehingga pemberian tugas dapat dijadwalkan dengan lebih baik. Di samping itu, hal ini juga menunjukkan perlunya usaha integratif dari para guru, sehingga satu tugas dapat mencapai sasaran pengajaran dari berbagai mata pelajaran. Waktu pemberian PR menurut guru juga ikut mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Seluruh guru dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka memberikan PR ketika materi pelajaran selesai diberikan. Namun, banyak siswa dalam penelitian ini mengeluhkan bahwa sekarang ini banyak tugas yang diberikan oleh guru sebelum materi pelajaran diberikan, sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi siswa untuk mengerjakannya. Siswa merasa kesulitan karena tidak tahu materi yang diajarkan. Meskipun siswa menyadari bahwa kurikulum yang digunakan dalam sekolah adalah KBK dimana siswa dituntut untuk lebih aktif, namun kebanyakan siswa merasa malas mengerjakan PR karena tidak mengerti materi apa yang digunakan untuk mengerjakan PR. Siswa ingin guru menerangkan terlebih dahulu materi pelajaran dengan baik sehingga ketika guru memberikan PR siswa tahu bagaimana harus mengerjakan.Nasution (2005) menyatakan bahwa tugas guru yang utama sekarang ini bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian, membimbing mereka untuk belajar sendiri.

4.2.7 Keterlibatan Orang Tua dalam Pekerjaan RumahSikap orang tua terhadap PR sering ambigu. Di satu pihak, mereka percaya bahwa PR dapat membantu prestasi belajar anaknya, mungkin melihat PR sebagai cara yang baik untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang sebenarnya dilakukan anaknya di sekolah. Di lain pihaksebagian orang tuia mungkin merasa bahwa PR merenggut sebagian waktu anak untuk kegiatan-kegiatan lain yang juga berharga, dan sebagian orang tua mungkin merasa tidak mampu membantu anak mereka untuk menyelesaikan Prnya dengan baik. Salah satu hal utama yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anaknya menyelesaikan PR adalah menyediakan ruangan yang tenang dan pribadi tempat anak dapat mengerjakan PRnya. Ini tidak harus berarti bahwa orang tua harus memastikan anak-anaknya mematikan radio atau tidak mendengarkan musik. Sebaliknya, menurut beberapa penelitian mendengarkan musik justru dapat membantu konsentrasi (Hallam dan Cowan, 1994). Mungkin ini akan berbeda untuk masing-masing anak, dan anak harus diberi kesempatan untuk mendengarkan musik selama belajar atau menyelesaikan PRnya bila hal itu membuat mereka nyaman. Orang tua mestinya mendorong anak-anaknya untuk menyelesaikan PRnya dan mendukung mereka bila mereka meminta bantuan tanpa harus mengerjakan PR itu untuk untuk mereka (Hallam, 2004). Menunjukkan minat pada PR anaknya akan membantu anak merasa bahwa PR itu penting dan dihargai. Orang tua juga dapat membantu menciptakan sebuah rutinitas di mana jam-jam tertentu setiap hari digunakan untuk mengerjakan PR. Bilamana mungkin, orang tua dapat membantu siswa mengembangkan ketrampilan mengelola waktu dan ketrampilan organisasional mereka, meskipun beberapa pedoman dari sekolah dapat membantu orang tua untuk itu. Ini terutama penting bagi anak-anak yang lebih muda, yang membutuhkan lebih banyak bantuan orang tua untuk menyelesaikan PR mereka dengan baik. Anak-anak sekolah menengah mestinya mampu menyelesaikan PR secara mandiri.Sekolah dapat membantu orang tua dengan memberikan informasi yang mereka butuhkan dan berkomunikasi secara reguler mereka tentang PR. Bila ada kebijakan PR yang berlaku untuk lingkup sekolah, orang tua mestinya tahu. Guru mestinya memberi tahu orang tua tentang berapa banyak PR yang mereka rencanakan untuk anak dan kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.Homework planneryang disebutkan di atas dapat digunakan untuk mengkomunikasikan kepada orang tua tentang PR apa yang diberikan, dan mungkin ada gunanya untuk meminta orang tua menandatangani planner tersebut. Bila ada masalah yang konsisten dengan anak yang tidak mau mengerjakan PRnya atau yang mengerjakannya dengan hasil agak jauh di bawah standar yang diharapkan atau di bawah kemampuan yang biasa ditunjukkannya di kelas, guru mestinya mendiskusikan hal ini dengan orang tua untuk memastikan apakah keadaan-keadaan tertentu di rumah, seperti tidak adanya ruang kerja yang tenang di rumah, yang mungkin membuat anak itu tidak menyelesaikan PRnya dengan memuaskan. Bilamana mungkin guru mestinya melibatkan orang tua dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah itu. Tetapi, penting untuk diingat bahwa orang tua mungkin tidak menyadari apa yang terjadi selama anak mengerjakan PRnya karena mereka selalu pulang larut malam dari tempat kerjanya (Hoover Dempsey et al., 1995). Juga penting untuk memberikan dukungan kepada orang tua tentang bagaimana cara membantu siswa karena kebingungan dapat terjadi jika mereka menerima nasihat atau metode yang berbeda dari orang tua dan guru mereka di sekolah.4.2.8 Penggunaan PR yang efektif

Agar PR efektif sebagai alat belajar, ia perlu mengikuti sejumlah prinsip. Prinsip yang pertama, yang berlawanan dengan yang banyak dipraktikkan di kelas saat ini, adalah tidak menggunakan PR sebagai hukuman. Menggunakan PR sebagai hukuman akan membuat siswa membenci PR, dan PR tidak dilihat sebagai sebuah kegiatan belajar. Siswa akan mendapat kesan bahwa guru tidak menilai PR sebagai alat belajar, dan akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin dan dengan sikap acuh tak acuh. Sebagai cara untuk memotivasi siswa atau menambah jam belajar di luar sekolah, praktik semacam ini jelas dapat merugikan (Cooper, 1989).Bahwa guru menganggap serius PR ditandai oleh siswa dengan melihat apakah gurunya memberikan feedback (umpan balik) terhadap PR yang telah atau tidak mereka kerjakan. PR seharusnya diberi nilai dan dikembalikan kepada siswa sesegera mungkin. PR mestinya selalu dikoreksi dengan baik, karena PR yang tidak dikoreksi dengan baik akan memberikan kesan kepada siswa bahwa yang penting adalah menyelesaikan tugasnya, tidak peduli bagaimana caranya. Ini jelas tidak mendorong mereka untuk berusaha menghasilkan pekerjaan yang benar dan berkualitas, dan oleh karenya tidak akan membantu belajar mereka. Salah satu cara untuk menghemat waktu untuk menilai PR adalah dengan meminta siswa mengoreksi PR kawannya. Karena siswa biasanya diminta menyelesaikan PR dalam batas waktu tertentu., maka memberi nilai dan mengembalikan PR dengan cepat akan memberikan contoh yang baik dan tidak memberikan kesan kepada siswa bahwa untuk guru dan siswa berlaku aturan yang berbeda. Salah satu temuan dari tinjauan Cooper (1989) adalah bahwa PR yang diperiksa memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap prestasi siswa dibanding PR yang tidak diperiksa.Ornstein (1994) mengatakan bahwa lebih baik memberikan PR dalam jumlah lebih sedikit tapi mengoreksinya dari pada memberikan lebih banyak PR tetapi tidak pernah dikoreksi. Cooper (1989) berpendapat bahwa umpan balik terhadap PR seharusnya berisi umpan balik instruksional dari pada nilai semata-mata. Ini disebabkan karena dengan hanya memberi nilai pada PR dapat membuat siswa kehilangan motivasi intrinsik untuk mengerjakan PRya dan membuat mereka mengerjakannya hanya karena takut mendapat nilai buruk.PR yang dikoreksi juga memberikan umpan balik yang membantu guru tentang kemajuan siswa dalam mata pelajaran yang dimaksud. Salah satu cara meningkatkan kegunaan PR sebagai alat umpan balik bagi guru adalah dengan menetapkan sebelumnya berapa lama ia berharap agar PR itu akan diselesaikan. Siswa kemudian dapat diminta menulis di dalam lembar PR, berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk menyelesaikan setiap PR. Bila waktunya terlalu panjang, ini dapat menjdai indikasi bahwa siswa itu mengalami kesulitan dalam memahami topik tertentu. Agar efektif, PR mestinya diintegrasikan dengan pelajaran atau topik yang dikaji. Salah satu cara untuk itu adalah dengan mereviu PR pada awal pelajaran. Bila dikerjakan secara rutin, ini akan memastikan bahwa PR dilihat sebagai bagian integral pelajaran dan mungkin juga merupakan cara yang baik untuk menghubungkan pelajaran sebelumnya dengan pelajaran yang saat ini diberikan.Meskipun mempraktikkan berbagai ketrampilan selama mengerjakan PR mungkin perlu, penelitian menunjukkan bahwa PR paling efektif bila menguatkan ide-ide utama kurikulum (Black, 1997). PR mestinya bersifat menantang, tetapi siswa mestinya mampu menyelesaikannya dengan sukses. PR tidak boleh menimbulkan kebingungan atau frustasi. Menuruit Cooper, hampir semua siswa mestinya mampu mengerjakan PRnya dengan sukses, sehingga PR tidak untuk digunakan sebagai cara untuk menguji siswa. Salah satu cara untuk mencapai hal ini, yang juga dapat membantu mengatasi beberapa masalah yang terlibat dalam mengajar siswa yang heterogen, adalah dengan mengindividualisasikan PR, disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa di dalam mata pelajaran tersebut. Salah satu cara untuk membuat PR lebih relevan dengan siswa adalah dengan menghubungkan antara apa yang telah mereka pelajari di kelas dengan kehidupan sehari-hari mereka, misalnya dengan memanfaatkan TV guides untuk membantu mereka belajar tentang waktu, dengan mengukur kamar mereka dan memperkirakan berapa banyak cat yang dibutuhkan uuntuk mencat kamarnya dan berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk itu, atau dengan mewawancarai anggota keluarganya untuk belajar tentang sejarah lokal atau kebiasaan penggunaan media. Mempersiapkan topik-topik baru dengan meminta siswa membawa bahan-bahan yang telah mereka kumpulkan, misalnya macam-macam daun untuk pelajaran biologi, juga dapat membantu mencapai tujuan ini. Meneliti sesuatu di internet juga dapat menjadi tugas yang berguna dan sekaligus menyenangkan, meskipun sekolah perlu menyediakan fasilitas untuk siswa yang tidak memiliki komputer atau akses internet di rumah. Terlepas dari upaya meningkatkan relevansi PR, penggunaan pengalaman dan bahan-bahan kehidupan nyata di dalam PR dapat membantu siswa untuk mengingat apa yang telah mereka pelajari di sekolah (Boers dan Caspay, 1995). Homework plannersdapat membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan ketrampilan organisasional.Homework plannersdapat berbentuk kalender kecil, di mana siswa harus mencatat PR apa yang perlu mereka kerjakan dan kapan mereka harus menyelesaikannya. Siswa pada awalnya perlu diajari tentang cara menggunakan homework planner, tetapi kelak mereka akan menganggapnya sebagai alat yang berguna. Penggunaanhomework plannersdapat membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, dan penggunaan planner adalah praktik yang juga direkomendasikan untuk bentuk-bentuk belajar mandiri lainnya. Jika PR tidak diselesaikan, konsekuensinya perlu dikaitkan secara langsung dengan misalnya memerintahkan siswa yang bersangkutan untuk menyelesaikan PR selama istirahat, memberikan nilai negat6if di dalam catatan perilakunya, menguranngi sebagian hak istimewanya, dan lain-lain. Jika tidak ada konsekuensi negatif untuk tidak menyelesaikan PR, siswa akan cepat menganggapnya tidak serius, yang pada gilirannya akan menimbulkan masalah endemik.PR tidak harus berupa kegiatan soliter karena juga mungkin dirancang sebagai tugas kooperatif. Bentuknya dapat berupa tugas penelitian kooperatif atau tugas-tugas yang membutuhkan 2 oranng siswa atau lebih yang bekerja sama untuk dapat menyelesaikannya. Seperti halnya pekerjaan kooperatif secara umum, perlu dipastikan bahwa siswa memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara kooperatif. Jika hal ini terjadi, guru harus mengajarkan ketrampilan ini lebih dahulu. Baik tujuan bersama maupun akuntabilitas individual sama pentingnya untuk dapat menyelesaikan PR secara kooperatif.Seperti dikemukakan di atas, efektivitas PR tampaknya berbeda sesuai tingkat pendidikan siswa. Selain itu, juga telah diketahui bahwa ketika umur bertambah, tingkat konsentrasi dan kemampuan belajar mandiri anak juga akan meningkat. Ini memunculkan pertanyaan tentang berapa banyak PR yang mestinya diberikan kepada tingkat kelas yang berbeda. Untuk anak-anak yang lebih muda, PR yang terlalu banyak dapat merugikan karena mereka sudah lelah ketika pulang dari sekolah, sehingga PR dapat menjadi tekana ekstra bagi mereka. Jadi, di tingkat sekolah dasar, sebagian peneliti mengadvokasikan untuk tidak memberikan PR, paling tidak mengingat tidak ditemukannya fakta tentang efeknya pada prestasi belajar. Meskipun demikian, ada argumen-argumen yang mendukung pemberian PR, paling tidak beberapa, kepada siswa sekolah dasar. Argumen utamanya adalah untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan belajar mandiri dan membantu mereka mendapatkan sikap belajar dapat berlangsung di luar maupun di dalam sekolah. Tetapi, jelas bahwa anak-anak yang masih kecil mestinya tidak dibebani dengan terlalu banyak PR. Secara umum direkomendasikan bahwa nak-anak mulai taman kanak-kanak sampai kelas 3 atau 4 sekolah dasar mestinya menghabiskan waktu paling banyak 20 menit sehari untuk mengerjakan PR, dan tidak lebih dari 30-40 menit sehari untuk kelas-kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. Ini waktu yang mestinya dianggap sebagai batas atas. Ketika anak-anak beranjak ke sekolah menengah, bukti tentang efek positif PR menjadi lebih kuat, dan ada dukungan yang jelas untuk memberikan PR pada tingkat ini. Perkembangan remaja memungkinkan lebih banyak waktu dihabiskan untuk mengerjakan PR, dan ketika siswa bertambah umur, perkembangan ketrampilan belajar mandiri menjadi lebih penting dibanding sebelumnya, khususnya ketika mereka mulai memasuki pendidikan tinggi dan bekerja. Dengan demikian, PR harian sampai dengan 90 menit per hari direkomendasikan untuk siswa sekolah menengah.Terlepas dari perbedaan tentang banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan PR, PR untuk kelas-kelas yang berbeda juga memiliki bentuk yang berbeda. Dengan bertambahnya umur siswa, tugas-tugas yang lebih kuat dapat diberikan, termasuk menulis makalah tentang penelitian tertentu.

4.2.9 Upaya Mengefektifkan Pemberian Tugas PRUpaya yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan pemberian tugas PR dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Tugas yang diberikan mempunyai pertalian erat dengan bahan yang telah dijelaskan di kelas; (2) Usahakan tugas yang diberikan disadari benar manfaatnya oleh siswa guna menimbulkan minat yang lebih besar; (3) Waktu yang diberikan untuk melaksanakan tugas tidak terlalu lama atau pendek agar tidak menimbulkan kejemuan ataupun kecemasan; (4) Upayakan agar siswa tahu tentang alat dan cara menilai hasil pekerjaan tersebut sehingga akan mengurangi banyaknya kesalahan dan rendahnya nilai; dan (5) Guru tidak sungkan memberikan hadiah kepada mereka yang berhasil serta hukuman kepada mereka yang tidak mengerjakannya dengan konsekuen