BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA - UKSW
Transcript of BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA - UKSW
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1 ANALISA PERAN TIM PORA PADA TAHUN 2016-2019 DALAM
MENANGANI PELANGGARAN DINI ORANG ASING DI JAWA
TENGAH
Tim Pengawas Orang Asing merupakan suatu badan atau instansi pemerintah
yang melakukan pengawasan keimigrasian terhadap kegiatan orang asing di wilayah
Indonesia. Tim Pengawas Orang Asing dibentuk berdasarkan dasar hukum yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Dalam pelaksanaannya, keanggotaan Tim Pora meliputi banyak institusi yang
terkait diantaranya dari unsur keamanan dan penegak hukum, yaitu kantor imigrasi,
BIN Daerah, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian, dan
Kejaksaan. Dari Pemerintah Daerah, meliputi Pemerintah Kabupaten atau Kota dan
BAKESBANGPOL, lalu terdapat juga instansi yang memberikan rekomendasi Orang
Asing yang terdiri dari, DISNAKER-TRANDUK, Dinas Pariwisata, Dinas
Pendidikan, dan Kementerian Agama. Terdiri juga instansi terkait seperti Ditjen
Pajak, Bea Cukai dan instansi lainnya.
Pembentukan Tim Pora sebagai respon untuk meningkatkan kewaspadaan
akses negatif yang mungkin akan muncul sebagai dampak lain dari Pemberlakuan
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 yang melakukan pembebasan Visa
Kunjungan WNA terhadap 169 negara. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan
jumlah WNA yang ada di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan
sebesar lebih dari 5% (Kemenkumham, 2019). Namun dengan meningkatnya jumlah
orang asing yang datang ke Indonesia dapat berpotensi pada bertambahnya isu
pelanggaran keimigrasian maupun tindak kejahatan diberbagai wilayah Indonesia,
sehingga bisa memunculkan konsekuensi terhadap peningkatan pengawasan
keimigrasian. Kasus yang paling menyita perhatian publik adalah kasus pengeboran
yang dilakukan oleh 5 warga negara Tiongkok di Lapangan Halim Perdana Kusuma
yang menjadikan tamparan bagi Pemerintah Indonesia khususnya Direktorat Jenderal
Imigrasi. Hal tersebut menunjukkan masih lemahnya pengawasan orang asing yang
ada di Indonesia, hal yang paling mendasar adalah kurangnya SDM yang terlatih
untuk melakukan pengawasan orang asing. Sebagaimana yang diutarakan oleh
Direktur Jenderal Imigrasi, Ronny F. Sompie, bahwa hampir 8000 PNS Ditjen
Imigrasi dan jajarannya hanya sekitar 786 PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)
dibidang keimigrasian. Dari jumlah 786 PPNS tersebut harus mampu untuk
mencangkup sepelaksanaan tugas dan fungsi pada 125 Kantor Imigrasi, 13 Rumah
Detensi Imigrasi, dan 124 Tempat Pemeriksaan Imigrasi di seluruh Indonesia.
Sehingga hal tersebut menjadi kendala utama dalam penegakan hukum keimigrasian,
tidak hanya pada saat pemeriksaan melainkan juga pada proses pengawasan
(Kemenkumham, 2016).
Pada 8 April 2016, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui
Direktorat Jenderal Imigrasi mengukuhkan anggota dan meresmikan Sekretariat Tim
Pengawasan Orang Asing Tim Pora. Tim Pora memiliki tujuan yaitu mensinergikan
instantsi-instansi yang terkait yang berhubungan langsung dengan pengawasan orang
asing sehingga maksud dan tujuan pengawasan atau intelijen keimigrasian dapat
berjalan dengan baik. Dalam pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing tersebut
diharapkan juga mampu menyediakan Sumber Daya Manusia yang berkompeten
untuk melakukan pengawasan orang asing dalam menegakkan peraturan keimigrasian
atau peraturan lainnya demi menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
Di wilayah Jawa Tengah memiliki potensi pelanggaran WNA, lantaran
wilayah Jawa Tengah cukup menarik bagi para investor, sektor pariwisata khususnya
menjadi daya tarik para WNA. Data WNA pada bulan Januari hingga April 2016 total
dari 6 kantor keimigrasian Jawa Tengah, ada 1710 WNA dengan Izin Kunjungan,
2066 WNA dengan Izin Terbatas, dan 33 WNA dengan Izin Tetap (Kemenkumham
Jateng, 2016), sehingga pada 26 Mei 2016 Tim Pora dikukuhkan bersamaan dengan
Sekretariat Tim Pora oleh Direktur Jenderal Keimigrasian Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Ronny F. Sompie yang didampingi Kepala Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Wilayah Jawa Tengah Bambang Sumardiono (Purbaya,
2016). Dalam peresmian tersebut dibentuk pula 33 sekretariat Tim Pora yang berada
dibawah 6 kantor imigrasi se-Jawa Tengah.
Sampai tahun 2019, jumlah Tim Pora di Jawa Tengah tersebar dalam 6 Kantor
Imigrasi, ada sebanyak 504 tim yang terbagi dalam 32 tim di Kabupaten/Kota dan 472
Tim di Tingkat Kecamatan.
Tabel 4.1
Jumlah Tim Pora di wilayah Jawa Tengah 2019
Dalam menjalankan tugas dan peran untuk mengawasi orang asing, Tim Pora
memiliki pembagian tugas yang ditentukan melalui struktur organisasi. Dalam
pengawasan orang asing, Tim Pora tidak hanya terdiri dari badan keimigrasian saja
tetapi juga terdiri dari banyak instansi yang terkait didalamnya. Struktur organisasi
Tim Pora wilayah Jawa Tengah dapat dilihat melalui tabel dibawah.
NO UPT Kabupaten/Kota Kecamatan
1 Kanim Semarang 7 101
2 Kanim Surakarta 7 124
3 Kanim Cilacap 3 42
4 Kanim Wonosobo 5 63
5 Kanim Pemalang 7 91
6 Kanim Pati 3 51
Sumber : Arsip Divisi Imigrasi Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah 2019
Tabel 4.2
Struktur organisasi Tim Pora wilayah Jawa Tengah
Jabatan/ Instansi Kedudukan Dalam Tim
Gubernur Jawa Tengah dan Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM Jawa Tengah
Pengarah
Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil
Kemenkumham Jawa Tengah
Ketua
Kepala Badan Intelijen Negara Daerah
Jawa Tengah, Kepala Badan
Kesbangpolinmas Jawa Tengah, Kepala
Biro Hukum Sekretariat Jawa Tengah,
Kepala Badan Kesbangpolinmas Jawa
Tengah, Direktur Intelkam Kepolisian
Jawa Tengah, Komandan Lanal
Semarang, Asintel Kejaksaan Tinggi
Jawa Tengah, Asintel Kodam IV
Dionegoro
Wakil Ketua
Kabid Inteldakinsarkom Keimigrasian
dan Inteldak Keimigrasian,
Dispendukcapil Jateng, Dinas
Pendidikan, Badan Narkotika, Bea
Cukai, Dinas Pariwisata, kementerian
Agama
Sekretaris
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I wilayah
Semarang, Pati, Pemalang, Cilacap,
Wonosobo, Kepala Rumah Detensi
Imigrasi Semarang
Anggota
Sumber : Arsip Divisi Imigrasi Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah 2019
Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing Tim Pora memiliki tujuan yaitu
mensinergikan instantsi-instansi yang terkait yang berhubungan langsung dengan
pengawasan orang asing sehingga maksud dan tujuan pengawasan atau intelijen
keimigrasian dapat berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan pengawasannya,
berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 50 Tahun 2016 Tentang
Tim Pora Dalam Bab IV Pasal yang ke-15 Tim Pora memiliki tugas dan fungsi
sebagai berikut :
1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah atau Lembaga
terkait dalam melakukan pengawasan orang asing.
2. Melakukan koordinasi secara menyeluruh dan saling melakukan
pertukaran data dan informasi mengenai keberadaan orang asing secara
berjenjang dari tingkat desa, kelurahan sampai provinsi.
3. Menganalisa dan mengevaluasi data atau informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengawasan orang asing.
4. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan dan
kegiatan orang asing.
5. Melaksanakan dan mengatur hubungan serta kerja sama dalam rangka
pengawasan orang asing.
6. Menyusun rencana operasi gabungan yang bersifat khusus atau
insidental termasuk rencana operasi mandiri setiap instansi anggota
Tim Pora.
7. Dan melaksanakan fungsi lain yang ditetapkan oleh Ketua Tim Pora
berkaitan dengan pengawasan orang asing.
Pengawasan orang asing yang dilakukan Tim Pora terdapat rangkaian kegiatan
khusus agar pengawasan dapat berjalan lebih efektif dan dapat mencangkup secara
menyeluruh. Kegiatan pengawasan tersebut berupa rapat, pelaporan orang asing dan
operasi bersama. Rapat meliputi rapat koordinasi dan rapat kerja, rapat koordinasi
maupun rapat kerja dilakukan secara berkala dan digunakan untuk membahas
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan krgiatan dan keberdaan orang asing
di wilayah Jawa Tengah. Selain itu juga membahas mengenai perencanaan
pengawasan untuk jangka menengah dan jangka panjang. Rapat yang dilakukan telah
diinformasikan sebelumnya oleh Sekretariat Tim Pora kemudian disampaikan kepada
anggota Tim Pora yang selanjutnya dapat diadakan rapat.
Gambar 4.1
Prosedur Rapat Tim Pora
Sumber : Buku Panduan Tim Pora Jawa Tengah
Kegiatan pengawasan orang asing yang kedua meliputi pelaporan orang asing.
Laporan intelijen terkait keberadaan orang asing dapat dilakukan dengan media
elektronik maupun non-elektronik. Laporan melalui media elektronik dilakukan oleh
perwakilan instansi anggota Tim Pengawasan Orang Asing melalui aplikasi e-
coordination yang kemudian akan dihubungkan oleh Sekretariat Tim Pengawasan
Orang Asing. Sekretariat Tim Pengawasan Orang Asing kemudian akan
melaporkannya kepada Ketua Tim agar kemudian ditindaklanjuti dan dijadikan bahan
dalam rapat koordinasi.
Informasi dari
Sekretariat Tim Pora
Mengundang anggota
Tim Pora
Rapat Evaluasi Tindak lanjut hasil
rapat Tim Pora
Rapat Tim Pora
Gambar 4.2
Prosedur Pelaporan Tim Pora
Sumber : Buku Panduan Tim Pora Jawa Tengah 2019
Tim Pora juga dapat melakukan operasi bersama jika mendapatkan informasi
terkait dengan pelanggaran warga negara asing, sebelumnya harus diadakan rapat Tim
Pora I yang membahas mengenai agenda pelaksanaan operasi bersama Tim Pora.
Kemudian petugas yang melakukan operasi intelijen membuat laporan yang kemudian
diserahkan kepada Sekretariat Tim Pora dengan memenuhi unsur nama pelapor,
tanggal dan waktu kejadian, data awal yang dilaporkan dicurigai, kronologi singkat
kejadian, dan bila ada dilampirkan foto. Kemudian laporan tersebut diteruskan kepada
Ketua Tim Pora, yang selanjutnya diadakan rapat Tim Pora kedua yang membahas
mengenai hasil operasi intelijen. Lalu jika telah terjadi kesepakatan maka operasi
bersama bisa dilakukan. Rapat evaluasi juga akan dilakukan dua hari setelah operasi
bersama dilakukan.
Informan
Kantor Imigrasi
Wakil Ketua Tim
Pora Staff Sekretariat
Tim Pora
Anggota Tim
Pora Laporan Intelijen
Sekretariat Tim
Pora
Rapat Tim Pora
Staff Sekretariat
Tim Pora
Koordinasi Tim
Pora
Ketua Tim Pora
Tindak Lanjut
Laporan
Gambar 4.3
Prosedur Operasi Bersama Tim Pora
Sumber : Buku Panduan Tim Pora Jawa Tengah
Jika dalam pengawasan orang asing ditemukan adanya pelanggaran
keimigrasian maka dapat ditindaklanjuti sesuai dengan aturan hukum yang ada berupa
tindakan yang bersifat administratif dan tindakan melalui proses peradilan (Pro
Justitia).
1. Tindakan hukum administratif negara berupa tindakan keimigrasian
yaitu tindakan administratif atau sanksi administratif yang ditetapkan Pejabat
Imigrasi terhadap orang asing di luar proses peradilan. Contoh tindakan
keimigrasian ini diantaranya yaitu
Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan
Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal
Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di
wilayah Indonesia
Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di
wilayah Indonesia
Pengenaan biaya beban atau
Deportasi dari wilayah Indonesia
2. Tindakan proses Pro Justitia dilakukan melalui proses, pemenuhan
unsur-unsur formal antara lain Berita Acara Pemeriksaan, pengumpulan alat
bukti, penetapan surat dimulai dari penyidikan, kemudian pemberitahuan
terhadap Penyidik POLRI. Setelah semua berkas lengkap, dilakukan
penyerahan berkas pekara kepada Penuntut Umum melalui penyidik POLRI,
kemudian penyidik POLRI mengkaji berkas perkara dan apabila tidak cukup
Rapat Tim Pora I Operasi Intelijen
Bersama
Rapat Evaluasi
dan Pelaporan
Pelaksanaan
Operasi Bersama
Tim
Rapat Tim Pora
II
bukti maka akan dikembalikan ke pihak imigrasi. Penyerahan berkas perkara
dilengkapi dengan penyerahan tersangka dan alat bukti, lalu selanjutnya
menunggu proses penuntutan oleh Penuntut Umum (JAKSA) dan proses
peradilan untuk memutuskan tersangka bersalah atau tidak dan jenis hukuman
yang dijatuhkan. Terhadap orang asing yang sudah divonis oleh pengadilan
dan telah menjalani hukumannya, maka orang asing tersebut diserahkan
kembali ke pihak imigrasi untuk melakukan pendeportasian. Proses deportasi
meliputi kelengkapan dokumen perjalanan, tiket pulang ke negara asal dan
sebagainya. Apabila orang asing tersebut selesai dideportasi, maka selesailah
proses penegakkan hukum keimigrasian melalui proses peradilan,. Jangka
waktu penyidikan sampai vonis pengadilan memerlukan waktu selama kurang
lebih tiga bulan.
Gambar 4.4
Prosedur Pengamanan Orang Asing yang Melanggar
Pelaku
Pelanggaran
Diamankan Di
Kantor Imigrasi
Dilakukan
Pemeriksaan
Awal Imigrasi
Putusan Hukum
oleh Jaksa
Pro Justitia
Tindakan
Administratif
Keimigrasian
Bebas
Dilakukan
Penyelidikan
oleh POLRI
Sumber : Buku Panduan Tim Pora Jawa Tengah
Pembentukan Sekretariat Tim Pora sangatlah penting bagi pertukaran data dan
informasi mengenai keberadaan WNA. Di sekertariat terdapat data-data terkait orang
asing yang masuk ke Jawa Tengah seperti data perlintasan WNA, peta konsentrasi
keberadaan WNA, data penegakkan hukum keimigrasian, dan lain sebagainya. Data-
data tersebut bisa dimafaatkan oleh instansi terkait untuk melaksanakan tugas
(Kusuma, 2016).
Dalam peresmian itu dibentuk pula sekretariat Tim Pora yang berada di bawah
enam kantor imigrasi se-Jawa Tengah, yang nantinya akan ada tim-tim kecil yang
berada di bandara, stasiun, pelabuhan, atau terminal untuk pengawasan orang asing
yang masuk jalur domestik. Jika dimungkinkan maka di tingkat RT juga sehingga bisa
mengawasi di tempat terkecil. Dalam sepanjang tahun 2016 Warga Negara Asing
yang masuk ke Jawa Tengah sebanyak 3.809 orang, sedangkan sepanjang tahun 2016
Tim Pora berhasil menangkap warga negara asing sebanyak 85 orang yang terdiri dari
pencari suaka dan pengungsi sedangkan immigratoir atau yang melakukan
pelanggaran keimigrasian hanya sebanyak 3 orang
Tabel 4.3
Tabel data Warga Negara Asing di Jawa Tengah Tahun 2016
Ijin Kunjungan 1710 orang
Ijin Tinggal Terbatas 2066 orang
Ijin Tinggal Tetap 33 orang
Immigratoir 3 orang
Sumber : Arsip Divisi Imigrasi,
Kementerian Hukum dan Ham Wilayah Jawa Tengah 2019
Tim Pengawasan Orang Asing Jajaran Imigrasi Jawa Tengah pada sepanjang
tahun 2017 telah melakukan penegakan hukum terhadap 138 Warga Negara Asing.
Sebanyak 125 orang melakukan pelanggaran Peraturan Keimigrasian berupa Tindakan
Administrasi Keimigrasian dan Pro Justitia sejumlah 13 orang yang terdiri dari 12
WNA dan 1 WNI (Kemenkumham Jateng, 2017). WNI tersebut terbukti bersalah
memasilitasi WNA untuk tinggal dan tidak melapor ke imigrasi.
Selama tahun 2017 Tim Pora Jawa Tengah juga sudah melakukan operasi
gabungan ke perusahaan-perusahaan dimana banyak warga negara asing bekerja. 12
kali melakukan operasi, 4 di Semarang, 2 di Surakarta, 1 Cilacap, Wonosobo, Pati dan
3 di Pemalang. Operasi ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan warga negara
asing sesuai dengan perizinan yang dimiliki. Selain itu juga ada 141 orang warga
negara asing yang ditempatkan Rumah Detensi Imigrasi (rudenim) yang sebagain
besar sebagain berstatus imigran ilegal terdiri dari Afgnistan 75 orang, Somalia 22
orang, Sudan 11 orang dan Vitenam 18 orang (Rudenim, 2017)
Pada tanggal 29 November 2017, di Hotel Dafam, Semarang, Divisi
Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah juga
telah melaksanakan Rapot Koordinasi Tim Pengawasan Orang Asing Tim Pora. Rapat
Koordinasi merupakan wadah bagi instansi terkait yang masuk sebagai anggota Tim
Pora untuk saling bertukar informasi dalam melakukan pengawasan Orang Asing di
wilayah Jawa Tengah. Tim Pora telah dibentuk bukan hanya di Provinsi tetapi juga
telah dibentuk di Kabupaten/Kota serta Kecamatan, dan rutin melakukan operasi
gabungan untuk mengetahui dan mendata keberadaan Orang Asing yang berada di
wilayah Jawa Tengah, apakah ada yang melakukan pelanggaran atau
menyalahgunakan ijin tinggal yang diberikan, operasi gabungan dipimpin oleh Kepala
Kantor Imigrasi di wilayah yang bersangkutan (Kemenkumham, 2017). Pada
pertengahan tahun 2017, Tim Pora Jawa Tengah mengamankan 5 orang warga
Tiongkok di Candisari Semarang terkait cyber crime yang langsung dikirim ke pusat.
Terdapat juga kasus narkoba, yaitu seorang perempuan asal Iran yang kemudian
dideportasi (Kemenkumham Jateng, 2017).
Pada tahun 2018 Tim Pora telah melakukan penegakan hukum terhadap 33
WNA. Yang terdiri dari kasus pelanggaran Peraturan Keimigrasian berupa tindakan
administrasi 31 orang dan Pro Justitia sejumlah 2 orang. Hal ini disampaikan dalam
Rapat Koordinasi Tim Pora Tingkat Provinsi Jawa Tengah, pada 4 April 2018.
Sementara itu disepanjang 2018, pelanggaran WNA terus terjadi dan bertambah.
Penegakkan hukum melalui Tindakan Administrasi Keimigrasian berjumlah 197
orang sementara penegakkan hukum melalui pro justicia sebanyak 12 orang
(Kemenkumham Jateng, 2018)
Tabel 4.5
Jumlah Penegakkan hukum Tindakan Administrasi Keimigrasian
Dalam kurun waktu Januari sampai dengan bulan Agustus tahun 2019 Tim
Pora Jawa Tengah telah melakukan penegakan hukum terhadap 91 Warga Negara
India 1
Belanda 1
Pakistan 1
Korea Selatan 2
Yaman 2
Tiongkok 2
Lainnya 3
TOTAL 12
Tiongkok 34 orang
Malaysia 25 orang
Korea Selatan 18 orang
Timor Leste 15 orang
India 12 orang
Negara Lain 93 orang
TOTAL 197 orang
Tabel 4.4
Jumlah Penegakan Hukum Tindakan Pro Justicia Tahun 2018
Sumber : Arsip Divisi Imigrasi,
Kementerian Hukum dan Ham Wilayah Jawa Tengah 2018
Sumber : Arsip Divisi Imigrasi, Kementerian Hukum dan Ham Wilayah Jawa Tengah 2018
Asing yang melakukan pelanggaran peraturan keimigrasian berupa Tindakan
Administrasi Keimigrasian sebanyak 77 orang dan Projusticia sebanyak 14 orang.
(Kemenkumham Jateng, 2019).
Penguatan Tim Pengawasan Orang Asing sangat perlu dilakukan untuk
mewujudkan pengawasan keimigrasian yang terkoordinasi secara menyeluruh
terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Jawa Tengah contohnya di
Kota Salatiga. Pada bulan Oktober 2019 dilakukan operasi gabungan (osgab) di
Salatiga bersama Tim Pora dari instansi lain mulai Tim Pora kota, sampai Tim Pora
kecamatan. Data orang asing di wilayah Imigrasi Klas I TPI Semarang yang meliputi
Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kabupaten
Kudus, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak, mencapai 2.995 orang,
terbanyak orang asing berasal dari Cina. Sementara itu untuk Kota Salatiga jumlah
orang asing dari data di imigrasi sebanyak 392 orang. Sedangkan menurut data Kepala
Badan Kesbangpol Salatiga, Agung Nugroho mengatakan bawa jumlah orang asing di
Salatiga hingga pertengahan 2019 kurang lebih 500 orang sehingga harus ada
kerjasama dan koordinasi yang kuat anatara Imigrasi Semarang dan Pemerintah
Salatiga dalam penguatan pengawasan orang asing (Widiyanto, 2019).
Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah
mencatat sepanjang Januari hingga Oktober 2019 telah tertangani sebanyak 104
pelanggaran keimigrasian dari warga negara asing di seluruh Jawa Tengah. Kepala
Divisi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jateng Esti Winahyu Nurhandayani
mengatakan 104 pelanggaran yang banyak dilakukan oleh warga negara asing adalah
melebihi izin masa tinggal. Ia mengungkapkan hal itu seusai mengukuhkan Tim
Pengawasan Orang Asing Tim Pora tingkat kabupaten dan kecamatan di Kabupaten
Temanggung 29 Oktober 2019. Atas pelanggaran keimigrasian tersebut, maka
dilakukan tindakan berupa denda ataupun dilakukan deportasi. Warga negara asing
yang berada di wilayah Jawa Tengah kini tercatat sekitar 2.000 orang. Mereka paling
banyak dari China untuk bekerja, yang lainnya belajar seperti di pondok pesantren.
Pentingnya pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing yang merupakan amanat UU
No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Mereka bertugas untuk pengawasan orang
asing, terutama dalam aktivitas keseharian yang diduga tidak sesuai dengan aturan
(Solopos, 2019).
Terkait dalam melakukan pengawasan dan penindakan, Imigrasi saat ini
terbantu oleh Tim Pora yang sebelumnya, masing-masing instansi penegak hukum
melaksanakan fungsi pengawasan dalam rangka pencegahan terjadinya pelanggaran
administrasi dan melakukan kejahatan sesuai kewenangan masing-masing dan juga
tetap berkoordinasi dengan instansi lain. Setelah adanya Tim Pora, masing- masing
instansi penegak hukum yang tergabung dalam Tim Pora saling berkoordinasi dengan
menjadikan Tim Pora sebagai wadah tukar-menukar informasi guna melaksanakan
fungsi pengawasan dalam rangka pencegahan terjadinya pelanggaran administrasi dan
perbuatan kejahatan. Saat ini koordinasi antar instansi penegak hukum menjadi lebih
intensif dan responsif karena Tim Pora adalah wadah saling tukar-menukar informasi
dan juga dapat dilaksanakan operasi gabungan, sehingga apabila ditemukan pelaku
pelanggaran kejahatan maka dapat langsung diserahkan kepada instansi terkait sesuai
dengan kewenangannya masing-masing serta lebih mengedepankan peran di setiap
anggotanya.
Berdasarkan beberapa fungsi yang telah ditetapkan Peraturan Menteri Hukum dan
HAM RI Nomor 50 Tahun 2016 Tentang Tim Pora, maka penulis menyimpulkan
bahwa peran Tim Pora telah berjalan secara baik dalam melakukan pengawasan untuk
menangani pelanggaran dini yang dilakukan WNA. Semua fungsi telah diterapkan
dan dilakukan Tim Pora di wilayah Jawa Tengah dalam melakukan pengawasan orang
asing.
Jika dibandingkan dengan sebelum adanya Tim Pora, pengawasan yang
dilakukan oleh Kantor Imigrasi dilakukan dengan 2 tahap. Tahap pertama yaitu tahap
administrasi dengan memeriksa data orang asing yang melanggar izin tinggal dan
tahap kedua adalah pengawasan di lapangan. Pengawasan di lapangan bersumber dari
pemeriksaan administratif, dan dikeluarkan berdasarkan Surat Perintah dari Kantor
Imigrasi, keberadaan Orang Asing yang berkaitan dengan alamat izin tinggal serta
kegiatan Orang Asing selama tinggal di wilayah Indonesia.
Penulis mengambil contoh salah satu wilayah Jawa Tengah yaitu Semarang
yang merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah dan termasuk dalam jajaran kota-
kota besar yang ada di Indonesia. Banyaknya potensi wisata yang ada di Semarang,
menyebabkan WNA datang ke Semarang dan tinggal sementara waktu atau menetap
di Kota Semarang, baik untuk bekerja dan berkunjung. Seiring berjalannya waktu,
jumlah orang asing yang datang ke Semarang setiap tahunnya bertambah. Untuk
mengetahui jumlah orang asing yang datang setiap tahunnya di Kota Semarang pada
tabel berikut :
Tabel 4.6
Jumlah WNA Berdasarkan Benua Periode Januari 2013 sampai April 2015
NO Benua Jumlah
1 Afrika 148
2 Amerika 1703
3 Asia 9008
4 Australia 340
5 Eropa 1849
TOTAL 13048
Sumber : Arsip Informasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Semarang
2015
Di kota Semarang orang asing yang memiliki izin tinggal umumnya hanya
memiliki izin tinggal kunjungan (ITK), izin tinggal terbatas (ITAS), dan izin tinggal
tetap (ITAP). Jumlah Perbandingan Volume WNA antar Jenis Perizinan Periode
2013-2015 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.7
Jumlah Perbandingan Volume WNA antar Jenis Perizinan Periode 2013-2015
NO Jenis Perizinan Jumlah
1 Izin Tinggal Tetap (ITAP) 103
2 Izin Tinggal Terbatas
(ITAS)
6685
3 Izin Tinggal Kunjungan
(ITK)
6260
TOTAL 13048
Sumber : Penelitian Seiawati, Desi, 2015
Warga negara asing (WNA) yang memiliki izin tinggal tetap di Semarang
memiliki jumlah paling rendah diantara izin tinggal terbatas (ITAS) dan izin tinggal
kunjungan (ITK), karena syarat memiliki izin tinggal tetap tidak mudah. Warga
negara asing (WNA) memiliki jangka waktu 5 (lima) tahun sejak permintaan izin
tinggal tetap diberikan. Warga negara asing yang berkunjung ke Indonesia
berdasarkan jenis-jenis perizinan yang ada, walaupun telah memiliki izin untuk
memasuki wilayah Indonesia masih ada pelanggaran yang dilakukan orang asing.
Banyak Warga Negara Asing yang melanggar izin tinggal maka tindakan
administratif perlu dilakukan. Dapat dilihat pada gambar grafik 1 adalah data jumlah
orang asing yang melanggar izin tinggal di Semarang berdasarkan Laporan
Penyidikan dan Penindakan Imigrasi (Nyidakim) 2013 (Kantor Imigrasi Kelas I
Semarang).
Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 orang asing setiap
bulannya membayar biaya beban karena melanggar keimigrasian (overstay). Pada Ja-
nuari sebanyak 9 orang, Februari sebanyak 9 orang, Maret sebanyak 5 orang, April
sebanyak 14 orang, Mei sebanyak 3 orang, Juni sebanyak 5 orang, Juli sebanyak 10
orang, Agustus sebanyak 5 orang, September sebanyak 12 orang, Oktober sebanyak 1
orang, November sebanyak 58 orang, dan Desember sebanyak 7 orang sehingga
jumlah keseluruhan orang asing yang membayar biaya beban sebanyak 138 orang.
Deportasi orang asing diberikan kepada orang asing pada bulan Januari sebanyak 4
orang, Juli sebanyak 1 orang dan Desember sebanyak 1 orang. Jumlah orang asing
yang melanggar izin tinggal (overstay) di Semarang pada tahun 2013 dengan sanksi
membayar biaya beban adalah sebanyak 133 orang dan jumlah orang asing yang
dideportasi sebanyak 6 orang.
Grafik 4.1
. Tindakan Administratif Tahun 2013
Sumber : Arsip Subseksi Penindakan Imigrasi Kantor Imigrasi Kelas I Semarang
0
10
20
30
40
50
60
70
Biaya Beban
Deportasi
Pada Grafik 4.2 merupakan jumlah orang asing yang melanggar izin tinggal di
Semarang berdasarkan Laporan Penyidikan dan Penindakan Imigrasi (Nyidakim)
2014 (Kantor Imigrasi Kelas I Semarang) Sesuai grafik 2 dapat dilihat bahwa tahun
2014 jumlah orang asing yang membayar biaya beban pada bulan Januari sebanyak 9
orang, Februari sebanyak 75 orang, Maret sebanyak 23 orang, April sebanyak 10
orang, Mei sebanyak 4 orang, Juni sebanyak 11 orang, Juli sebanyak 25 orang,
Agustus sebanyak 11 orang, September sebanyak 14 orang, Oktober sebanyak 4
orang, November sebanyak 6 orang, dan Desember sebanyak 35 orang. Deportasi
diberikan kepada orang asing pada tahun 2014 yaitu pada Februari sebanyak 1 orang,
April sebanyak 6 orang, Agustus sebanyak 2 orang, dan Desember sebanyak 1 orang.
Jumlah keseluruhan sebanyak 227 orang dan sebanyak 10 orang asing dideportasi dari
wilayah Indonesia.
Grafik 4.2
Tindakan Administratif Tahun 2014
Sumber : Arsip Subseksi Penindakan Imigrasi Kantor Imigrasi Kelas I Semarang
Pada Grafik 3 merupakan jumlah orang asing yang melanggar izin tinggal di
Semarang berdasarkan Laporan Penyidikan dan Penindakan Imigrasi (Nyidakim)
Januari sampai dengan Maret 2015 (Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, 2015).
Berdasarkan grafik 3 pada Januari sebanyak 26 orang, Februari sebanyak 8 orang dan
Maret sebanyak 8 orang. Deportasi diberikan pada bulan Maret sebanyak 1 orang,
sehingga jumlah keseluruhan orang aasing yang membayar denda sebanyak 42 orang
dan 1 orang asing dideportasi.
Grafik 4.3.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Biaya Beban
Deportasi
Tindakan Administratif Tahun 2015
Sumber : Arsip Subseksi Penindakan Imigrasi Kantor Imigrasi Kelas I Semarang
Grafik tersebut menggambarkan fluktuasi jumlah orang asing yang
melanggar izin tinggal (overstay) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut. Tidak setiap
bulannya meningkat atau menurun, namun berubah-ubah. Berdasarkan grafik tersebut,
jumlah orang asing yang melanggar izin tinggal (overstay) di Kota Semarang pada
Januari 2013 sampai dengan Maret 2015 sebanyak 402 orang dikenakan sanksi
administratif yaitu membayar biaya beban dan sebanyak 17 orang asing yang
dideportasi.
Pengawasan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Kantor Imigrasi Kelas I
Semarang telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, namun ada
beberapa hambatan, Pertama yaitu faktor sarana atau fasilitas, yang mendukung
penegakan hukum mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil,
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya.
Wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas I Semarang yang terdiri dari 2 (dua) kota yaitu
kota Semarang (16 kecamatan) dan kota Salatiga (4 kecamatan), dan 5 (lima)
kabupaten yang terdiri dari kabupaten Semarang di Ungaran (15 kecamatan),
kabupaten Kudus (9 kecamatan), kabupaten Demak (14 kecamatan), kabupaten
Purwodadi (19 kecamatan), dan kabupaten Kendal (17 kecamatan) dengan jumlah
seluruh kecamatan yaitu sebanyak 94 kecamatan. Kantor Imigrasi tidak sama dengan
Kepolisian yang wujudnya ada sampai di sektor. Kantor Imigrasi bekerja berdasarkan
zona yaitu kabupaten dan kota yang sifatnya rutin. Per kabupaten setiap bulan
dilakukan pemetaan untuk pengumpulan data.
0
5
10
15
20
25
30
Januari Februari Maret
Biaya Beban
Deportasi
Kedua yaitu faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang secara langsung
berkecimpung dalam bidang penegakan hukum. Kantor Imigrasi Kelas I Semarang
yang menjadi penegak hukum yaitu pejabat imigrasi itu sendiri. Dapat dikatakan
bahwa secara kuantitas jumlah tim pengawasan dan penindakan di Kantor Imigrasi
Kelas I Semarang kurang memadai, karena banyaknya jumlah orang asing yang
datang ke wilayah Jawa Tengah sehingga menyebabkan ketidak seimbangan dengan
penegak hukum. Tim pengawasan dan penindakan orang asing secara struktural terdiri
dari 1 (satu) Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, 1 (satu) Kepala
Subseksi Pengawasan Keimigrasian, dan 1 (satu) Kepala Subseksi Penindakan
Keimigrasian. Jumlah personil di bagian pengawasan orang asing sebanyak 3 (tiga)
personil dan bagian penindakan keimigrasian sebanyak 3 personil. Kekurangan
personil ini terjadi hampir di seluruh Kantor Imigrasi yang ada di Indonesia. Dilihat
dari jumlah sumber daya manusia dari tim pengawasan dan penindakan Kantor
Imigrasi Kelas I Semarang masih kurang memadai, sehingga tim pengawasan dan
penindakan terkadang sedikit terkendala karena jumlah dari tim pengawasan dan
penindakan tidak seimbang dengan jumlah warga negara asing (WNA) yang datang
ke wilayah Jawa Tengah khususnya Semarang.
Kendala lain adalah mengenai sumber daya manusia dalam melakukan
pengawasan, penindakan terhadap orang asing masih dirasakan kurang dkarenakan
Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS) masih kurang dan ditempatkan di bidang
tugas tidak sesuai dengan kepemilikan kartu PPNS selain itu kartu kepemilikan
tersebut tidak berlaku apabila seseorang dipindah tugaskan di Kantor Imigrasi lain
meskipun masih dibidang pengawasan dan penindakan.
Kendala-kendala yang dialami paling tidak sedikit teratasi dengan dibentuknya
Pengawasan Orang Asing (Tim Pora) berdasarkan amanat dari Pasal 69 Undang-
undang No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian dan Keputusan Menteri Hukum dan
HAM Nomor: M.HH-01.GR.02.01 Tahun 2016 yang dalam penerapannya sangat
membantu dalam mengumpulkan informasi mengenai keberadaan orang asing yang
dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi di tingkat Pusat dan diikuti di
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM melalui Kantor Imigrasi.
Keberadaan Bidang Intelijen, Penindakan dan Sistem Informasi Keimigrasian,
Divisi Imigrasi-Kanwil Kementerian Hukum dan HAM juga tidaklah signifikan
dengan Tugas dan Fungsi yang diberikan berdasarkan Organisasi Tata Laksana
Kementerian Hukum dan HAM mengenai bidang tersebut karena tidak ada anggaran
untuk melakukan Intelijen dan Penindakan. Tugas dan Fungsi lebih banyak dilakukan
di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Imigrasi sehingga perlu dievaluasi kembali
mengenai bidang tersebut. Dengan adanya Jumlah Perbandingan Volume WNA antar
Jenis Perizinan Periode 2013-2015maka pembagian anggaran dan tugas dalam
mengawasi orang asing menjadi lebih jelas.
Keberadaan Tim Pengawasan Orang Asing Tim Pora yang ada di Wilayah
Kotamadya, Kecamatan membantu dalam memberikan informasi mengenai
keberadaan orang asing sehingga pihak imigrasi sebagai koordinator dalam Tim
tersebut dapat melakukan pengawasan dan penindakan apabila terjadi pelanggaran.
Untuk mendukung pengawasan orang asing maka partisipasi masyarakat sangatlah
penting. Tim Pora berperan aktif memberikan sosialisasi dalam mengawasi orang
dilingkungan sekitar. Sosialisasi dilakukan di Kecamatan, Kelurahan, sekolah dan
sebagainya. Setiap anggota Tim Pora meskipun mempunyai tugas dan kewenangan
masing-masing, tetapi dalam pelaksanaanya tidak saling mengutamakan ego
struktural, saling bekerja sama, sehingga membantu Tim Pora untuk menjalankan
tugasnya. Tim Pora pun mempunyai Kantor Sekretariat yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data orang asing yang dibutuhkan.
Pembentukan Tim Pora merupakan suatu wujud keseriusan negara dalam
mengawasi orang asing. Pengawasan orang asing dilakukan untuk menangani
pelanggaran yang dilakukan orang asing di wilayah Indonesia. Dengan adanya Tim
Pora, maka payung hukum yang mengatur keluar masuknya orang asing menjadi
semakin jelas, sehingga pengawasannya menjadi dapat lebih terkontrol. Pembentukan
Tim Pora dilakukan untuk mewujudkan keamanan nasional dimana kondisi
masyarakat yang dinamis dapat tercipta sebagai syarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional. Pembentukan Tim
Pora merupakan suatu usaha negara dalam mewujudkan keamanan yang terjamin,
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum serta terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya
ketentraman yang mendukung kemampuan membina serta menangani dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan
lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Tim Pora telah berhasil melakukan
perannya dengan baik, dibuktikan dengan banyaknya kasus-kasus pelanggaran yang
terungkap dan terselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku.