4. ANALISA DAN PEMBAHASAN · ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Data Responden Analisa dan...
Transcript of 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN · ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Data Responden Analisa dan...
19 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Data Responden
Analisa dan pembahasan dilakukan berdasarkan data lapangan melalui
kuesioner yang telah dikumpulkan. Kuesioner yang berhasil dikumpulkan
berjumlah 349 yang terdiri dari 109 staf proyek, 12 mandor dan 228 tukang.
Kuesioner ini disebarkan selama dua bulan mulai dari 18 Maret 2019 sampai 17
Mei 2019 ke 10 proyek High Rise Building yang ada di Surabaya, sedangkan
kuesioner yang berhasil kembali didapat dari 6 proyek yang telah disebar.
Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1.
Kuesioner ini disebarkan kepada staf proyek, mandor, dan tukang bangunan
dengan bantuan penjelasan dalam mengisi kuesioner untuk pengumpulan data,
agar tidak terjadi kesalahan pemikiran pada setiap pertanyaan yang ada. Dalam
penelitian ini responden dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Staf
2. Mandor dan Tukang
Pengelompokan dikelompokkan menjadi 2 kelompok karena untuk data
mandor yang didapat tidak mencapai batas minimum untuk melakukan uji analisa
data menggunakan software SPSS Statistics 2 ver 22. Oleh karena itu mandor
dikelompokkan menjadi satu dengan kelompok tukang.
Rentang umur responden yang mengisi kuesioner dibagi atas empat
kategori dimulai dari umur 20 tahun kebawah, umur 21-30 tahun, umur 31-40
tahun, dan berumur diatas 40 tahun. Dari pihak staf mayoritas berumur 21-30
tahun yaitu sebanyak 55% dari total 109 responden. Sedangkan dari pihak mandor
dan tukang mayoritas berumur 21-30 tahun yaitu sebanyak 45% dari total 240
responden.
Untuk tingkat pendidikan responden dibagi menjadi 4 kategori yaitu
responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sarjana (S1). Dari pihak
staf mayoritas memiliki tingkat pendidikan SMA dengan total 52% dari total 109
responden. Sedangkan dari pihak mandor dan tukang mayoritas memiliki tingkat
pendidikan SMP dengan total 40% responden dari total 240 responden.
20 Universitas Kristen Petra
Pengalaman kerja para responden juga dibagi atas empat kategori yaitu
pengalaman kerja 5 tahun kebawah, pengalaman kerja selama 6-10 tahun,
pengalaman kerja selama 11-20 tahun, dan pengalaman kerja lebih dari 20 tahun.
Dari pihak staf didapat bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman selama
6-10 tahun dengan total 53% dari total 109 responden. Dari pihak mandor dan
tukang juga memiliki kesamaan dengan kelompok staf dimana mayoritas
memiliki pengalaman selama 6-10 tahun dengan total 47% dari total 240
responden.
4.2. Uji Instrumen
Banyak penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai skala pengukuran
variabel penelitian. Pengujian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu uji validitas dan
uji reliabilitas. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan terlebih dahulu untuk
menguji apakah kuesioner ini memenuhi kriteria yang ada, kemudian dilanjutkan
untuk analisa pengolahan data berikutnya.
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan
valid atau tidak. Hasil output uji validitas yang dilakukan dengan korelasi Pearson
dapat dilihat pada lampiran 2. Dapat dilihat bahwa semua nilai r hitung indikator
pertanyaan lebih besar dari r Tabel (df = n-2 dan α = 5%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut dapat digunakan untuk mengukur
variabel penelitian. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas
Kategori Item R hitung R tabel 5% Keterangan
Jenis Benda Jatuh X1 0.269 0.0889 Valid
X2 0.480 0.0889 Valid
X3 0.256 0.0889 Valid
X4 0.353 0.0889 Valid
X5 0.400 0.0889 Valid
X6 0.147 0.0889 Valid
X7 0.279 0.0889 Valid
21 Universitas Kristen Petra
Kategori Item R hitung R tabel 5% Keterangan
Jenis Benda Jatuh X8 0.509 0.0889 Valid
X9 0.583 0.0889 Valid
X10 0.628 0.0889 Valid
X11 0.516 0.0889 Valid
X12 0.516 0.0889 Valid
X13 0.566 0.0889 Valid
X14 0.585 0.0889 Valid
Frekuensi Y1 0.246 0.0889 Valid
Y2 0.390 0.0889 Valid
Y3 0.408 0.0889 Valid
Y4 0.464 0.0889 Valid
Y5 0.449 0.0889 Valid
Y6 0.532 0.0889 Valid
Y7 0.488 0.0889 Valid
Y8 0.370 0.0889 Valid
Y9 0.466 0.0889 Valid
Y10 0.342 0.0889 Valid
Y11 0.544 0.0889 Valid
Y12 0.550 0.0889 Valid
Y13 0.421 0.0889 Valid
Y14 0.525 0.0889 Valid
Y15 0.608 0.0889 Valid
Y16 0.514 0.0889 Valid
Y17 0.398 0.0889 Valid
Y18 0.587 0.0889 Valid
Dampak Z1 0.583 0.0889 Valid
Z2 0.591 0.0889 Valid
Z3 0.682 0.0889 Valid
Z4 0.602 0.0889 Valid
Z5 0.702 0.0889 Valid
Z6 0.634 0.0889 Valid
Z7 0.689 0.0889 Valid
Z8 0.515 0.0889 Valid
Z9 0.728 0.0889 Valid
Z10 0.763 0.0889 Valid
Z11 0.594 0.0889 Valid
Z12 0.690 0.0889 Valid
Z13 0.672 0.0889 Valid
Z14 0.681 0.0889 Valid
Z15 0.493 0.0889 Valid
Z16 0.611 0.0889 Valid
22 Universitas Kristen Petra
Kategori Item R hitung R tabel 5% Keterangan
Dampak Z17 0.406 0.0889 Valid
Z18 0.743 0.0889 Valid
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach’s Alpha untuk
mengidentifikasikan seberapa baik item-item dalam kuesioner berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Hasil output uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran
3. Sebuah faktor dinyatakan reliabel/handal jika koefisien Alpha lebih besar dari
0.6. Adapun reliabilitas untuk masing-masing variabel hasilnya disajikan pada
Tabel 4.2. yang menunjukan bahwa semua item memenuhi syarat dan dinyatakan
sudah reliabel.
Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas
Kategori Item Alpha R Minimal Ket
Jenis Benda Jatuh X 0.672 0.6 Reliabel
Frekuensi Y 0.778 0.6 Reliabel
Dampak Z 0.913 0.6 Reliabel
Hasil uji variabel jenis benda jatuh menunjukkan bahwa nilai yang
didapatkan adalah 0.672 dan lebih tinggi dari ketentuan nilai Cronbach’s Alpha
0.6, sehingga data pada variabel jenis benda jatuh dinyatakan reliabel. Hasil uji
variabel frekuensi menunjukkan bahwa nilai yang didapatkan adalah 0.778 dan
lebih tinggi dari ketentuan nilai Cronbach’s Alpha 0.6, sehingga data pada
variabel frekuensi dinyatakan reliabel. Sedangkan hasil uji variabel dampak
menunjukkan bahwa nilai yang didapatkan adalah 0.913 dan lebih tinggi dari
ketentuan nilai Cronbach’s Alpha 0.6 sehingga data pada variabel dampak
dinyatakan reliabel.
4.3. Analisa Frekuensi Jenis Benda Jatuh yang Menyebabkan Kecelakaan
Ada 14 jenis benda jatuh yang diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa sering jenis benda tersebut jatuh dan
menyebabkan kecelakaan pada proyek konstruksi. Perhitungan analisa dihitung
menggunakan software SPSS Statistics 2 ver 22. Kuesioner dibagikan kepada staf,
mandor, dan tukang pada beberapa proyek konstruksi di Surabaya. Analisa ini
23 Universitas Kristen Petra
bertujuan untuk mengetahui jawaban dari keseluruhan responden yang telah
mengisi kuesioner untuk mengetahui seberapa sering jenis benda tersebut jatuh di
lapangan. Hasil dari analisa dicantumkan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Penelitian Frekuensi Jenis Benda Jatuh
Jenis Benda Jatuh Mean Rank
1. Balok dan kolom (balok baja, balok kayu, kolom baja,
dll) 1.55 12
2. Peralatan mekanikal (lengan crane, bucket penggali
excavator, lift, dll) 1.47 13
3. Pipa (pipa besi, pipa PVC, pipa gas, dll) 1.90 7
4. Pohon (batang pohon) 1.62 11
5. Peralatan pertukangan (palu, gergaji, kunci pas, dll) 3.09 1
6. Bata (bata beton, batu bata, bata ringan, dll) 2.14 3
7. Plat (plat baja, papan kayu, deck atap, dll) 1.87 10
8. Kawat dan tulangan (kawat, tulangan baja, potongan
baja, dll) 2.01 5
9. Rangka (rangka baja, rangka kayu, ikatan angin, dll) 1.89 8
10. Scaffolding (papan pijakan scaffolding, pagar
scaffolding, dll) 1.89 9
11. Bekisting (bekisting kayu, baja, beton, dll) 1.99 6
12. Material dekorasi (material tahan api, triplek, dll) 2.03 4
13 Tiang (tiang listrik) 1.45 14
14. Lain-lain (tangki, daun pintu, potongan kayu, dll) 2.41 2
Dari Tabel 4.3. menunjukan bahwa tiga aspek tertinggi jenis benda jatuh
yang paling sering terjadi di lapangan berdasarkan jawaban dari responden adalah
“Peralatan pertukangan (palu, gergaji, kunci pas, dll)” (mean 3.09), “Lain-lain
(tangki, daun pintu, potongan kayu, dll)” (mean 2.41), dan “Bata (bata beton, batu
bata, bata ringan, dll) (mean 2.14). Sedangkan tiga aspek terendah jenis benda
24 Universitas Kristen Petra
jatuh yang paling sering terjadi di lapangan berdasarkan jawaban dari responden
adalah “Tiang (tiang listrik)” (Mean 1.45), “Peralatan mekanikal (lengan crane,
bucket penggali excavator, lift, dll)” (Mean 1.47), dan “Balok dan kolom (balok
baja, balok kayu, kolom baja, dll)” (Mean 1.55).
4.4. Analisa Frekuensi dan Dampak dari Faktor Penyebab Benda Jatuh
yang Bisa Menyebabkan Kecelakaan
Ada 18 faktor penyebab kecelakaan benda jatuh yang diteliti dalam
penelitian ini. Analisa frekuensi dilakukan untuk mengetahui seberapa sering
faktor tersebut terjadi di proyek konstruksi serta analisa dampak untuk
mengetahui seberapa besar faktor tersebut berpengaruh menyebabkan benda jatuh.
Perhitungan analisa dihitung menggunakan software SPSS Statistics 2 ver 22.
4.4.1 Analisa Frekuensi Faktor Penyebab Benda Jatuh Menurut Jawaban
Responden
Kuesioner dibagikan kepada staf, mandor, dan tukang pada beberapa proyek
konstruksi di Surabaya. Hasil dari analisa dicantumkan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Penelitian Frekuensi Faktor Penyebab Benda Jatuh
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Frekuensi) Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A1. Mengoperasikan alat berat tanpa pengetahuan yang
baik 1.52 18
A2. Tidak mematuhi prosedur penggunaan mesin dan alat
berat 1.76 15
A3. Metode kerja pekerja yang salah 1.81 13
A4. Kurangnya tingkat pengetahuan dan keterampilan
pekerja 1.99 7
A5. Membawa alat pertukangan berlebihan ketika bekerja
di ketinggian 2.17 3
A6. Tidak mengamankan alat pertukangan saat bekerja di
ketinggian 2.09 5
A7. Tidak menggunakan peralatan keselamatan dengan
baik 1.96 8
25 Universitas Kristen Petra
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Frekuensi) Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A8. Kecerobohan saat bekerja 3.30 1
B Kondisi tidak aman
B1. Kurangnya pengawasan pada pekerja 1.87 11
B2. Tidak ada penyuluhan tentang keselamatan sebelum
kerja dimulai 1.93 9
B3. Tidak tersedia tempat untuk menyimpan peralatan
pertukangan 1.79 14
B4. Tidak ada pagar pembatas pada bangunan 2.02 6
B5. Tidak ada jaring pengaman pada bangunan 1.70 17
B6. Tidak ada jaring pengaman pada scaffolding 1.74 16
B7. Tidak ada papan pijakan di scaffolding 1.87 12
B8. Tidak menutup celah antar papan pijakan pada
scaffolding 1.91 10
B9. Kondisi cuaca yang buruk 2.35 2
B10. Pemeliharaan alat berat yang tidak rutin 2.11 4
Dari Tabel 4.4. menunjukan bahwa tiga aspek tertinggi frekuensi faktor
penyebab benda jatuh yang paling sering terjadi di lapangan berdasarkan jawaban
dari responden adalah “Kecerobohan saat bekerja” (mean 3.30), “Kondisi cuaca
yang buruk” (mean 2.35), dan “Membawa alat pertukangan berlebihan ketika
bekerja di ketinggian (mean 2.17). Sedangkan tiga aspek terendah frekuensi faktor
penyebab benda jatuh yang paling sering terjadi di lapangan berdasarkan jawaban
dari responden adalah “Mengoperasikan alat berat tanpa pengetahuan yang baik”
(Mean 1.52), “Tidak ada jaring pengaman pada bangunan” (Mean 1.70), dan
“Tidak ada jaring pengaman pada scaffolding” (Mean 1.74).
26 Universitas Kristen Petra
4.4.2 Analisa Dampak Faktor Penyebab Benda Jatuh Menurut Jawaban
Responden
Kuesioner dibagikan kepada staf, mandor, dan tukang pada beberapa proyek
konstruksi di Surabaya. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui pandangan
responden terhadap dampak faktor penyebab benda jatuh terjadi di lapangan
menurut jawaban dari responden. Hasil dari analisa dicantumkan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Penelitian Dampak Faktor Penyebab Benda Jatuh
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Dampak) Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A1. Mengoperasikan alat berat tanpa pengetahuan yang
baik 2.74 18
A2. Tidak mematuhi prosedur penggunaan mesin dan alat
berat 2.87 15
A3. Metode kerja pekerja yang salah 2.95 11
A4. Kurangnya tingkat pengetahuan dan keterampilan
pekerja 2.93 13
A5. Membawa alat pertukangan berlebihan ketika bekerja
di ketinggian 2.75 17
A6. Tidak mengamankan alat pertukangan saat bekerja di
ketinggian 2.79 16
A7. Tidak menggunakan peralatan keselamatan dengan
baik 3.15 6
A8. Kecerobohan saat bekerja 3.34 1
B Kondisi tidak aman
B1. Kurangnya pengawasan pada pekerja 3.09 9
B2. Tidak ada penyuluhan tentang keselamatan sebelum
kerja dimulai 3.15 7
B3. Tidak tersedia tempat untuk menyimpan peralatan
pertukangan 2.90 14
B4. Tidak ada pagar pembatas pada bangunan 3.09 10
B5. Tidak ada jaring pengaman pada bangunan 3.12 8
27 Universitas Kristen Petra
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Dampak) Mean Rank
B Kondisi tidak aman
B6. Tidak ada jaring pengaman pada scaffolding 3.16 5
B7. Tidak ada papan pijakan di scaffolding 3.24 4
B8. Tidak menutup celah antar papan pijakan pada
scaffolding 2.95 12
B9. Kondisi cuaca yang buruk 3.29 2
B10. Pemeliharaan alat berat yang tidak rutin 3.26 3
Dari Tabel 4.5. menunjukan bahwa tiga aspek tertinggi dampak faktor
penyebab benda jatuh yang paling berpengaruh berdasarkan jawaban dari
responden adalah “Kecerobohan saat bekerja” (mean 3.34), “Kondisi cuaca yang
buruk” (mean 3.29), dan “Pemeliharaan alat berat yang tidak rutin” (mean 3.26).
Sedangkan tiga aspek terendah dampak faktor penyebab benda jatuh yang paling
sering terjadi di lapangan berdasarkan jawaban dari responden adalah
“Mengoperasikan alat berat tanpa pengetahuan yang baik” (Mean 2.74),
“Membawa alat pertukangan berlebihan ketika bekerja di ketinggian” (Mean
2.75), dan “Tidak mengamankan alat pertukangan saat bekerja di ketinggian”
(Mean 2.79).
4.5. Perbandingan Selisih Nilai Jawaban dari Pihak Staf dengan Mandor
dan Tukang
Ada 14 jenis benda jatuh dan 18 faktor penyebab kecelakaan benda jatuh
yang diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbandingan jawaban dari pihak staf dengan mandor dan tukang di proyek
konstruksi. Perhitungan analisa dihitung menggunakan software SPSS Statistics 2
ver 22.
4.5.1 Perbandingan Selisih Nilai Frekuensi Jenis Benda Jatuh Menurut Staf
dengan Mandor dan Tukang
28 Universitas Kristen Petra
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa sering jenis benda
tersebut jatuh dan menyebabkan kecelakaan di proyek konstruksi dengan cara
membandingkan hasil jawaban dari pihak staf dengan mandor dan tukang. Hasil
pengisian kuesioner dari sisi staf dibandingkan dengan mandor dan tukang yang
dicantumkan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Perbandingan Selisih Nilai Frekuensi Benda Jatuh Menurut Staf
dengan Mandor dan Tukang
Jenis Benda Jatuh
Nilai
Selisih
Mean Staf
Mandor dan
Tukang
Mean Rank Mean Rank
1. Balok dan kolom (balok baja, balok kayu,
kolom baja, dll) 1.29 12 1.67 12 0.38
2. Peralatan mekanikal (lengan crane, bucket
penggali excavator, lift, dll) 1.17 13 1.60 14 0.43
3. Pipa (pipa besi, pipa PVC, pipa gas, dll) 1.91 5 1.89 9 0.02
4. Pohon (batang pohon) 1.49 10 1.69 11 0.20
5. Peralatan pertukangan (palu, gergaji, kunci pas,
dll) 2.29 2 2.51 2 0.22
6. Bata (bata beton, batu bata, bata ringan, dll) 2.45 1 2.00 6 0.45
7. Plat (plat baja, papan kayu, deck atap, dll) 1.88 6 1.86 10 0.02
8. Kawat dan tulangan (kawat, tulangan baja,
potongan baja, dll) 2.06 3 1.98 8 0.08
9. Rangka (rangka baja, rangka kayu, ikatan
angin, dll) 1.66 9 1.99 7 0.33
10. Scaffolding (papan pijakan scaffolding, pagar
scaffolding, dll) 1.44 11 2.09 4 0.66
11. Bekisting (bekisting kayu, baja, beton, dll) 1.74 8 2.10 3 0.36
12. Material dekorasi (material tahan api, triplek,
dll) 1.94 4 2.08 5 0.14
29 Universitas Kristen Petra
Jenis Benda Jatuh
Nilai
Selisih
Mean Staf
Mandor dan
Tukang
Mean Rank Mean Rank
13 Tiang (tiang listrik) 1.10 14 1.61 13 0.51
14. Lain-lain (tangki, daun pintu, potongan kayu,
dll) 1.84 7 2.67 1 0.83
Dari Tabel 4.6. menunjukan bahwa terdapat tiga aspek dengan selisih
tertinggi dari frekuensi jenis benda jatuh yang paling sering terjadi di lapangan
menurut staf dengan mandor dan tukang sebagai responden, dapat dilihat tiga
jenis benda jatuh itu adalah “Lain-lain (tangki, daun pintu, potongan kayu, dll)”
dengan selisih mean sebesar 0.83, ”Scaffolding (papan pijakan scaffolding, pagar
scaffolding, dll)” dengan selisih mean sebesar 0.66, dan “Tiang (tiang listrik)”
dengan selisih mean sebesar 0.51.
4.5.2 Perbandingan Selisih Nilai Frekuensi Faktor Penyebab Benda Jatuh
Menurut Staf dengan Mandor dan Tukang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa sering faktor penyebab
benda tersebut terjadi di proyek konstruksi dengan cara membandingkan hasil
jawaban dari pihak staf dengan mandor dan tukang. Hasil pengisian kuesioner dari
sisi staf dibandingkan dengan mandor dan tukang yang dicantumkan dalam Tabel
4.7.
Tabel 4.7. Hasil Perbandingan Selisih Nilai Frekuensi Faktor Penyebab Benda
Jatuh Menurut Staf dengan Mandor dan Tukang
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Frekuensi)
Nilai
Selisih
Mean Staf
Mandor dan
Tukang
Mean Rank Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A1. Mengoperasikan alat berat tanpa
pengetahuan yang baik 1.76 14 1.41 18 0.35
30 Universitas Kristen Petra
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Frekuensi)
Nilai
Selisih
Mean Staf
Mandor dan
Tukang
Mean Rank Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A2. Tidak mematuhi prosedur penggunaan
mesin dan alat berat 2.02 6 1.65 17 0.37
A3. Metode kerja pekerja yang salah 1.72 15 1.85 13 0.13
A4. Kurangnya tingkat pengetahuan dan
keterampilan pekerja 2.08 4 1.94 9 0.14
A5. Membawa alat pertukangan berlebihan
ketika bekerja di ketinggian 1.79 12 2.34 1 0.55
A6. Tidak mengamankan alat pertukangan saat
bekerja di ketinggian 2.19 3 2.04 7 0.15
A7. Tidak menggunakan peralatan keselamatan
dengan baik 2.03 5 1.93 10 0.10
A8. Kecerobohan saat bekerja 2.48 2 2.26 3 0.22
B Kondisi tidak aman
B1. Kurangnya pengawasan pada pekerja 1.89 8 1.85 14 0.04
B2. Tidak ada penyuluhan tentang keselamatan
sebelum kerja dimulai 1.23 18 2.25 4 1.02
B3. Tidak tersedia tempat untuk menyimpan
peralatan pertukangan 1.25 17 2.03 8 0.78
B4. Tidak ada pagar pembatas pada bangunan 1.88 10 2.09 6 0.21
B5. Tidak ada jaring pengaman pada bangunan 1.47 16 1.80 15 0.33
B6. Tidak ada jaring pengaman pada scaffolding 1.80 11 1.72 16 0.08
B7. Tidak ada papan pijakan di scaffolding 1.78 13 1.91 11 0.13
B8. Tidak menutup celah antar papan pijakan
pada scaffolding 1.99 7 1.88 12 0.11
B9. Kondisi cuaca yang buruk 2.50 1 2.29 2 0.21
B10. Pemeliharaan alat berat yang tidak rutin 1.89 9 2.21 5 0.32
31 Universitas Kristen Petra
Dari Tabel 4.7. menunjukan bahwa terdapat tiga aspek dengan selisih
tertinggi faktor penyebab benda jatuh yang paling sering terjadi di lapangan
menurut staf dengan mandor dan tukang sebagai responden, dapat dilihat tiga
faktor penyebab benda jatuh itu adalah “Tidak ada penyuluhan tentang
keselamatan sebelum kerja dimulai” dengan selisih mean 1.02, “Tidak tersedia
tempat untuk menyimpan peralatan pertukangan” dengan selisih mean 0.78, dan
“Membawa alat pertukangan berlebihan ketika bekerja di ketinggian” dengan
selisih mean 0.55.
4.5.3. Perbandingan Selisih Nilai Dampak Faktor Penyebab Benda Jatuh Menurut
Staf dengan Mandor dan Tukang
Kuesioner dibagikan kepada staf, mandor, dan tukang pada beberapa proyek
konstruksi di Surabaya. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui jawaban dari
keseluruhan responden yang telah mengisi kuesioner tentang pandangan
responden terhadap dampak faktor penyebab benda jatuh yang terjadi di lapangan.
Hasil pengisian kuesioner dari sisi staf dibandingkan dengan mandor dan tukang
yang dicantumkan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Perbandingan Selisih Nilai Dampak Faktor Penyebab Benda
Jatuh Menurut Staf dengan Mandor dan Tukang
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Dampak)
Nilai
Selisih
Mean Staf
Mandor dan
Tukang
Mean Rank Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A1. Mengoperasikan alat berat tanpa
pengetahuan yang baik 2.95 9 2.64 18 0.31
A2. Tidak mematuhi prosedur penggunaan
mesin dan alat berat 3.09 7 2.78 16 0.31
A3. Metode kerja pekerja yang salah 2.92 11 2.96 13 0.04
A4. Kurangnya tingkat pengetahuan dan
keterampilan pekerja 2.78 16 2.99 12 0.21
32 Universitas Kristen Petra
Faktor Penyebab Benda Jatuh (Dampak)
Nilai
Selisih
Mean Staf
Mandor dan
Tukang
Mean Rank Mean Rank
A Perbuatan tidak aman
A5. Membawa alat pertukangan berlebihan
ketika bekerja di ketinggian 2.42 18 2.90 15 0.48
A6. Tidak mengamankan alat pertukangan saat
bekerja di ketinggian 2.80 15 2.78 17 0.02
A7. Tidak menggunakan peralatan keselamatan
dengan baik 2.89 13 3.28 4 0.39
A8. Kecerobohan saat bekerja 3.36 1 3.33 2 0.03
B Kondisi tidak aman
B1. Kurangnya pengawasan pada pekerja 2.94 10 3.16 7 0.22
B2. Tidak ada penyuluhan tentang keselamatan
sebelum kerja dimulai 3.13 4 3.15 9 0.02
B3. Tidak tersedia tempat untuk menyimpan
peralatan pertukangan 2.78 17 2.96 14 0.18
B4. Tidak ada pagar pembatas pada bangunan 2.92 12 3.17 6 0.25
B5 Tidak ada jaring pengaman pada bangunan 3.03 8 3.16 8 0.13
B6. Tidak ada jaring pengaman pada scaffolding 3.31 2 3.09 10 0.22
B7. Tidak ada papan pijakan di scaffolding 3.28 3 3.22 5 0.06
B8. Tidak menutup celah antar papan pijakan
pada scaffolding 2.81 14 3.01 11 0.20
B9. Kondisi cuaca yang buruk 3.10 6 3.37 1 0.27
B10. Pemeliharaan alat berat yang tidak rutin 3.12 5 3.33 3 0.21
33 Universitas Kristen Petra
Dari Tabel 4.8. menunjukan bahwa terdapat tiga aspek dengan selisih
tertinggi dampak faktor penyebab benda jatuh yang paling berpengaruh menurut
staf dengan mandor dan tukang sebagai responden, dapat dilihat tiga faktor
penyebab benda jatuh itu adalah “Membawa alat pertukangan berlebihan ketika
bekerja di ketinggian” dengan selisih mean 0.48, “Tidak menggunakan peralatan
keselamatan dengan baik” dengan selisih mean 0.39, dan “Mengoperasikan alat
berat tanpa pengetahuan yang baik” dengan selisih mean 0.78.
Faktor penyebab dengan selisih tertinggi yang tampak pada frekuensi dan
dampak faktor benda jatuh adalah “Membawa alat pertukangan berlebihan ketika
bekerja di ketinggian”, yang nilainya dari mandor dan tukang lebih tinggi
daripada staf, bisa disebabkan karena mandor dan tukang lebih sering berada di
lapangan.