BAB IV new
description
Transcript of BAB IV new
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bakso ikan rucah jenis kuniran diuji menggunakan beberapa parameter uji,
meliputi mutu fisik (pH, daya ikat air/Water Holding Capacity dan kekenyalan),
mutu kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak serta kadar
karbohidrat by difference) serta mutu organoleptik (uji mutu hedonik terhadap
warna, rasa, aroma dan kekenyalan serta uji ranking untuk mengetahui
penerimaan secara umum).
A. Mutu Fisik
1. pH
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman bakso yang
disebabkan oleh adanya ion hidrogen (H+).Pengukuran pH bermanfaat untuk
menentukan kerusakan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.Makanan
yang mempunyai pH rendah relatif lebih tahan selama penyimpanan dibandingkan
dengan makanan yang mempunyai pH netral atau mendekati netral. Derajat
keasaman yang tinggi dapat berpengaruhterhadap pertumbuhan mikroba, namun
dalam industri pengolahan daging derajat keasaman yang tinggi lebih disukai
karena dapat memperbaiki daya ikat air (Paulus, 2009).
60
Pengukuran nilai pH dilakukan menggunakanalat pH meter.Hasil
pengamatan berupa rata-rata hasil pengukuran nilaipH dapat dilihat pada Tabel 11
dan Gambar 5.
Tabel 11. NilaipHformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisiyang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 7.63 6.99 6.66A2 Sagu 6.97 6.82 6.61A3 Maizena 7.37 7.21 7.09A4 Garut 7.72 7.50 7.27
Berdasarkan data pada Tabel 11, diketahui bahwa nilai pH bakso ikan
yang dihasilkan berkisar pada 6.61-7.72. Nilai pH bakso ikan cenderung menurun
seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
10% 20% 30%6.50
6.70
6.90
7.10
7.30
7.50
7.70
7.90
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i pH
Gambar 5. Grafik nilaipHformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
61
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai pH bakso ikan dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)nilai pHformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 1.503 0.501 255.345 0.000*Perlakuan B 2 1.058 0.529 269.461 0.000*Interaksi AB 6 0.315 0.053 26.766 0.000*Galat 12 0.024 0.002
Total 23 2.900 * Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) nilai pH bakso ikan menunjukkan
bahwaperlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan konsentrasi bahan
pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap
nilai pH bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01 yang berarti H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan
pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis
dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai pH bakso ikansecara nyata.
Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan
konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai pH bakso ikan dapat dilihat pada Tabel
13. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan
konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai pH bakso ikan dapat dilihat pada Tabel
14.
62
Tabel 13. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) nilai pHformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2 (Sagu) 6.80 AA1 (Tapioka) 7.09 BA3 (Maizena) 7.22 CA4 (Garut) 7.49 DB3 (30%) 6.91 AB2 (20%) 7.13 BB1 (10%) 7.42 C
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 14. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai pH bakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A4B1 7.72A1B1 7.63A4B2 7.50A3B1 7.37A4B3 7.27A3B2 7.21A3B3 7.09A1B2 6.99A2B1 6.97A2B2 6.82A1B3 6.66A2B3 6.61
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 13 pada taraf α = 0.01 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap terhadap nilai pH bakso ikan
63
rucah jenis kuniran. Dari hasil uji lanjut Duncanpada Tabel 14menunjukkan
bahwa nilai pH bakso ikan rucah jenis kuniran… pada beberapa interaksijenis dan
konsentrasi bahan pengisi.Penambahan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi
nilai pH secara nyata karena nilai pH bakso ikan cenderung menurun seiring
meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
Nilai pH bakso berkaitan dengan protein yang terlarut serta dapat
memengaruhi daya ikat air suatu produk emulsi. Semakin tinggi nilai pH
akanmeningkatkan daya ikat air (Putri, 2009). Penambahan STPP
dapatmeningkatkan pH, sehingga akan diperoleh daya ikat air yang semakin
tinggi.Selain itu penambahan garam juga akan meningkatkan pH karena ion Cl-
yangberasal dari NaCl akan menurunkan kohesi antar molekul atau filamen
yangberdekatan dan melemahkan ikatan hidrogen (Hamm, 1975 dalam Paulus,
2009).
2. Daya Ikat Air (Water Holding Capacity)
Daya ikat air (Water Holding Capacity/WHC) adalah kemampuan protein
daging untuk mengikat komponen air yang terdapat di dalamnya serta air yang
ditambahkan selama proses pemanasan, penggilingan dan tekanan (Paulus, 2009).
Pengujian WHC penting dilakukan untuk melihat seberapa besar jumlah air yang
dapat diikat dan dipertahankan adonan selama pemasakan.Air yang keluar akibat
perlakuan yang ringan adalah biasa karena sebagian dari air yang terkandung
dalam daging ada dalam bentuk bebas.WHC berhubungan erat dengan nilai
juiceness, tekstur, dan rendemen yang dihasilkan. Adonan bakso yang memiliki
64
nilai WHC yang rendah akan menghasilkan produk yang kurang juicy dan
cenderung kering (Muhibuddin, 2007).
Pengujian WHC dilakukan menggunakan metode Grau dan Hamm
(1972).Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengukuran nilaiWHCdapat
dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 6.
Tabel 15. Nilai WHC formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 52.66 44.55 39.02A2 Sagu 45.78 43.54 42.23A3 Maizena 50.30 46.74 38.68A4 Garut 55.71 45.28 43.45
Berdasarkan data pada Tabel 15, diketahui bahwa nilai WHC bakso ikan
yang dihasilkan berkisar pada 38.68-55.71. Nilai WHC bakso ikan cenderung
menurun seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
10% 20% 30%36.0038.0040.0042.0044.0046.0048.0050.0052.0054.0056.0058.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i WHC
Gambar 6. Grafik nilai WHCformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
65
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai WHC bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)nilai WHC formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 58.183 19.394 194.047 0.000*Perlakuan B 2 426.801 213.401 2135.163 0.000*Interaksi AB 6 91.347 15.225 152.328 0.000*Galat 12 1.199 0.100 Total 23 577.530
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran nilai WHC bakso ikan
menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap penilaian WHC bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan
penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan
interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai
WHC bakso ikansecara nyata. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan)
pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai WHC
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 17. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata
(Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai
WHC bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 18.
66
Tabel 17. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) nilai WHCformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2 (Sagu) 43.85 aA3 (Maizena) 45.24 bA1 (Tapioka) 45.41 bA4 (Garut) 48.15 cB3 (30%) 40.84 aB2 (20%) 45.03 bB1 (10%) 51.11 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 18. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai WHC bakso ikan
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A4B1 55.71A1B1 52.66A3B1 50.30A3B2 46.74A2B1 45.78A4B2 45.28A1B2 44.55A2B2 43.54A4B3 43.45A2B3 42.23A1B3 39.02A3B3 38.68
Keterangan:kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 17 pada taraf α = 0.01 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap terhadap nilai WHC bakso ikan
67
rucah jenis kuniran. Penggunaan tepung tapioka (A1) dan tepung maizena (A3)
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan penggunaan tepung sagu
(A2) dan tepung garut (A4) memberikan hasil yang berbeda nyata.Dari hasil uji
lanjut Duncanpada Tabel 18menunjukkan bahwa nilai WHC bakso ikan rucah
jenis kuniran… pada beberapa interaksijenis dan konsentrasi bahan
pengisi.Penambahan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai WHC secara
nyata karena nilai WHC bakso ikan cenderung menurun seiring meningkatnya
konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
Nilai WHC dipengaruhi oleh nilai pH dan jumlah ATP.Protein miofibril,
khususnya aktin dan miosin memegang peranan yang besar terhadap WHC
(Hamm 1974 dalam Astuti, 2009).Selain itu, garam mempunyai peranan untuk
meningkatkan mutu dan WHC. Semakin tinggi konsentrasi garam maka akan
terjadi peningkatan WHC (Sunarlim, 1992 dalam Paulus, 2009).
Pati sebagai bahan pengisi dapat meningkatkan WHC pada bakso karena
mampu menahan air selama proses pengolahan dan pemanasan. Hal ini
disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara amilosa dan
amilopektin dengan protein atau sejenisnya, yang juga disertai
oleh pelemahan kekuatan hidrogen. Dengan demikian, molekul
air akan masuk di antara molekul pati dan protein (Bahruddin,
2008).
3. Kekenyalan
68
Kekenyalan adalah sifat fisik produk dalam hal dayatahan untuk pecah
akibat gaya tekan. Sifat kenyal dan keras sebenarnya sama-sama menyatakan daya
tahan untuk pecah.Perbedaannya adalah sifat keras untuk menyatakan sifat benda
atau produk pangan yang tidak deformasi, sedangkan sifat kenyal atau elastis
merupakan sifat reologi pada produk pangan plastis yang bersifat deformasi
(Soekarto, 1990 dalam Muhibuddin, 2007).
Pengujian kekenyalan dilakukan menggunakan Texture Analyzer TA-
XT2.Hasil pengamatan berupa rata rata hasil pengujian nilaikekenyalandapat
dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 7.
Tabel 19. Nilai kekenyalan formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 1.61 1.77 1.80A2 Sagu 1.62 1.80 1.88A3 Maizena 1.61 1.66 1.70A4 Garut 1.63 1.70 1.72
Berdasarkan data pada Tabel 19, diketahui bahwa nilai kekenyalan bakso
ikan yang dihasilkan berkisar pada 1.61-1.88. Nilai kekenyalan bakso ikan
cenderung meningkatseiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang
digunakan.
69
10% 20% 30%1.55
1.60
1.65
1.70
1.75
1.80
1.85
1.90
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i Kek
enya
lan
Gambar 7. Grafik nilai kekenyalanformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai kekenyalan bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)mutu kekenyalanformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 0.043 0.014 6.718 0.007*Perlakuan B 2 0.106 0.053 24.753 0.000*Interaksi AB 6 0.024 0.004 1.854 0.171Galat 12 0.026 0.002 Total 23 0.199
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran nilai kekenyalan bakso
ikan menunjukkan bahwa perlakuanpenggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap penilaian kekenyalan bakso ikan memiliki tingkat signifikasi <
0.01 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa
perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai
70
kekenyalan bakso ikansecara nyata.Sedangkan tingkat signifikasi yang terjadi
pada perlakuan interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi menunjukkan tingkat
signifikasi > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada
perbedaan yang nyata atau tidak adanya pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi
bahan pengisiyang berbeda terhadap nilai kekenyalan bakso ikan.Hasil analisa
lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi
bahan pengisi terhadap nilai kekenyalan bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) nilai kekenyalanformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A3 (Maizena) 1.66 aA4 (Garut) 1.69 abA1 (Tapioka) 1.73 bcA2 (Sagu) 1.77 cA1 (10%) 1.62 aA2 (20%) 1.73 bA3 (30%) 1.78 b
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 21 pada taraf α = 0.01 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap terhadap nilai kekenyalan bakso
ikan rucah jenis kuniran. Penggunaan tepung tapioka (A1), tepung sagu (A2),
tepung maizena (A3) dan tepung garut (A4) memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata, sedangkan penggunaan konsentrasi yang berbeda memberikan hasil yang
berbeda nyata. Penambahan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai
71
kekenyalan secara nyata karena nilai kekenyalan bakso ikan cenderung bertambah
seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
Kekenyalan bakso dipengaruhi oleh WHC dan pH daging. Nilai pH yang
semakin tinggi mengakibatkan WHC semakin meningkat sehingga kandungan air
dalam bakso akan semakin banyak. Tingginya kandungan air dalam bakso
mengakibatkan bakso akan menjadi lebihkenyal. Hal ini disebabkan air, lemak
dan tersedianya hasil ekstraksi protein akan menyebabkan terjadinya emulsi.
Emulsi ini menyebabkan bakso yang diperoleh menjadi lebih kompak dan tidak
akan mudah pecah (Putri, 2009).
Kekenyalan bakso berhubungan dengan kekuatan gel yang terbentuk
akibat pemanasan.Kekenyalan bakso dipengaruhi oleh gelatinisasi yang terjadi
pada bahan pengisi.Gelatinisasi merupakan pengembangan yang terjadi dalam
granula-granula pati selama pemasakan. Pengembangan pati akan menghasilkan
pasta yang kenyal atau gel yang kaku. Pati dengan amilopektin yang tinggi akan
membentuk produk yang lekat (Winarno, 1997 dalam Putri, 2009).
B. Mutu Kimia
1. Kadar air
Air merupakan komponen utama dalam bahan pangan karena air dapat
memengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan.Semua bahan makanan
mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan
hewani maupun nabati.Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan
72
acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Sebagian besar dari perubahan-
perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau yang
berasal dari bahan itu sendiri (Winarno, 1997 dalam Astuti, 2009).
Pengujian kadar air dilakukan menggunakan metode oven. Hasil
pengamatan berupa rata-rata hasil pengujiankadar air dapat dilihat pada Tabel 22
dan Gambar 8.
Tabel 22. Nilai kadar airformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 76.73 74.10 71.94A2 Sagu 78.08 76.51 74.65A3 Maizena 77.19 75.40 73.69A4 Garut 78.12 76.82 74.14
Berdasarkan data pada Tabel 22, diketahui bahwa nilai kadar air bakso
ikan yang dihasilkan berkisar pada 71.94%-78.12%. Nilai kadar air bakso ikan
cenderung menurun seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang
digunakan.
73
10% 20% 30%70.0071.0072.0073.0074.0075.0076.0077.0078.0079.0080.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Kada
r Air
Gambar 8. Grafik kadar airformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai kadar air bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)nilai kadar airformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 18.435 6.145 145.744 0.000*Perlakuan B 2 61.846 30.923 733.422 0.000*Interaksi AB 6 1.812 0.302 7.162 0.002*Galat 12 0.506 0.042 Total 23 82.598
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengujian kadar air bakso ikan
menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap kadar air bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01 yang
berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan
74
penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan
interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi kadar air
bakso ikansecara nyata. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan)
pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap kadar air
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 24. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata
(Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap kadar
air bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 24. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) kadar airformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A1 (Tapioka) 74.25 aA3 (Maizena) 75.43 bA4 (Garut) 76.36 cA2 (Sagu) 76.41 cB3 (30%) 73.60 aB2 (20%) 75.71 bB1 (10%) 77.53 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 25. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap kadar airbakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
75
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Berdasarkan SNI 01-3819-1995 tentang bakso ikan bahwa kadar air
maksimum adalah 80%, kadar air berdasarkan penelitian berkisar antara71.94%-
78.12% maka semua perlakuan memenuhi syarat mutu SNI.
2. Kadar Abu
Pengujian kadar abu dilakukan menggunakan metode gravimetri. Hasil
pengamatan berupa rata-rata hasil pengujiankadar abu dapat dilihat pada Tabel 26
dan Gambar 9.
Tabel 26. Nilai kadar abuformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 2.31 2.20 2.13A2 Sagu 1.88 1.75 1.60A3 Maizena 2.11 2.00 1.93A4 Garut 2.76 2.62 2.48
Berdasarkan data pada Tabel 26, diketahui bahwa nilai kadar abu bakso
ikan yang dihasilkan berkisar pada 1.60%-2.76%. Nilai kadar abu bakso
76
ikancenderung menurun seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang
digunakan.
10% 20% 30%1.001.201.401.601.802.002.202.402.602.803.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Kada
r Abu
Gambar 9. Grafik kadar abuformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap kadar abu bakso ikan dapat
dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)kadar abuformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 2.462 0.821 979.799 0.000*Perlakuan B 2 0.212 0.106 126.674 0.000*Interaksi AB 6 0.010 0.002 1.964 0.151Galat 12 0.010 0.001 Total 23 2.694
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengujian kadar abu bakso ikan
menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi
terhadap pengujian kadar abu bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01
77
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan
penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi pengujian kadar
abu bakso ikansecara nyata. Sedangkan tingkat signifikasi yang terjadi pada
perlakuan interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi menunjukkan tingkat
signifikasi > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada
perbedaan yang nyata atau tidak adanya pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi
bahan pengisi yang berbeda terhadap kadar abu bakso ikan. Hasil analisa lanjutan
uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap kadar abu bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) kadar abuformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2 (Sagu) 1.74 aA3 (Maizena) 2.01 bA1 (Tapioka) 2.21 cA4 (Garut) 2.62 dB3 (30%) 2.03 aB2 (20%) 2.14 bB1 (10%) 2.26 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Berdasarkan SNI 01-3819-1995 tentang bakso ikan bahwa kadar abu
maksimum adalah 3%, kadar abu berdasarkan penelitian berkisar antara1.60%-
2.76% maka semua perlakuan memenuhi syarat mutu SNI.
78
3. Kadar Protein
Pengujiankadar protein dilakukan menggunakanmetode Kjeldahl. Hasil
pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian kadar proteindapat dilihat pada Tabel
29 dan Gambar 10.
Tabel 29. Kadar proteinformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 12.98 12.40 11.88A2 Sagu 11.16 10.50 9.93A3 Maizena 12.02 11.30 10.57A4 Garut 13.84 13.10 12.77
Berdasarkan data pada Tabel 29, diketahui bahwa kadar protein bakso ikan
yang dihasilkan berkisar pada 9.93%-13.84%. Kadar protein bakso ikan
cenderung menurun seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang
digunakan.
10% 20% 30%9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Kada
r Pro
tein
Gambar 10. Grafik kadar proteinformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
79
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap kadar protein bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)kadar proteinformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 25.729 8.576 2811.885 0.000*Perlakuan B 2 5.918 2.959 970.234 0.000*Interaksi AB 6 0.126 0.021 6.867 0.002*Galat 12 0.037 0.003
Total 23 31.809 * Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) kadar protein bakso ikan
menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap kadar protein bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan
penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan
interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi kadar
protein bakso ikansecara nyata. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan)
pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap kadar protein
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 31. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata
(Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap kadar
protein bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 32.
80
Tabel 31. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) kadar proteinformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2 (Sagu) 10.53 aA3 (Maizena) 11.30 bA1 (Tapioka) 12.42 cA4 (Garut) 12.23 dA3 (30%) 11.28 aA2 (20%) 11.82 bA1 (10%) 12.50 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 32. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap kadar protein bakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Berdasarkan SNI 01-3819-1995 tentang bakso ikan bahwa kadar
proteinminimum adalah 9%, kadar protein berdasarkan penelitian berkisar
antara9.93%-13.84% maka semua perlakuan memenuhi syarat mutu SNI.
81
4. Kadar Lemak
Pengujian kadar lemak dilakukan menggunakanmetode Soxhlet. Hasil
pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian kadar lemakdapat dilihat pada Tabel
33 dan Gambar 11.
Tabel 33. Kadar lemakformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 1.29 1.25 1.20A2 Sagu 1.08 1.02 0.97A3 Maizena 1.27 1.22 1.18A4 Garut 1.28 1.23 1.18
Berdasarkan data pada Tabel 33, diketahui bahwa kadar lemak bakso ikan
yang dihasilkan berkisar pada 0.97%-1.29%. Kadar lemak bakso ikan cenderung
menurun seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
10% 20% 30%0.900.951.001.051.101.151.201.251.301.35
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Kada
r Lem
ak
82
Gambar 11. Grafik kadar lemakformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap kadar lemak bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)kadar lemakformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 0.199 0.066 127.496 0.000*Perlakuan B 2 0.036 0.018 34.656 0.000*Interaksi AB 6 0.001 8.33e-5 0.160 0.983Galat 12 0.006 0.001
Total 23 0.242 * Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengujian kadar lemak bakso ikan
menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi
terhadap pengujian kadar lemak bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan
penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi kadar lemak bakso
ikansecara nyata. Sedangkan tingkat signifikasi yang terjadi pada perlakuan
interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi menunjukkan tingkat signifikasi >
0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan
yang nyata atau tidak adanya pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan
pengisi yang berbeda terhadap kadar lemak bakso ikan. Hasil analisa lanjutan uji
beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi
terhadap kadar lemak bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 35.
83
Tabel 35. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) kadar lemakformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2 (Sagu) 1.02 aA3 (Maizena) 1.22 bA4 (Garut) 1.23 bA1 (Tapioka) 1.25 bA3 (30%) 1.13 aA2 (20%) 1.18 bA1 (10%) 1.23 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Berdasarkan SNI 01-3819-1995 tentang bakso ikan bahwa kadar
lemakmaksimum adalah 1%, kadar lemak berdasarkan penelitian berkisar
antara0.97%%-1.29% maka hanya 1 perlakuan yang memenuhi syarat, yaitu
A2B3 (tepung sagu 30%) sedangkan perlakuan lain tidak memenuhi syarat mutu
SNI.
5. Kadar Karbohidrat
Pengujian kadar karbohidrat dilakukan menggunakanmetode by difference.
Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian kadar karbohidratdapat dilihat
pada Tabel 36 dan Gambar 12.
Tabel 36. Kadar karbohidratformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang
84
berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 6.70 10.07 12.86A2 Sagu 7.82 10.23 12.86A3 Maizena 7.41 10.08 12.65A4 Garut 4.01 6.25 9.45
Berdasarkan data pada Tabel 36, diketahui bahwa kadar karbohidrat bakso
ikan yang dihasilkan berkisar pada 4.01%-12.86%. Kadar karbohidrat bakso ikan
cenderung bertambahseiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang
digunakan.
10% 20% 30%3.004.005.006.007.008.009.00
10.0011.0012.0013.0014.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Kada
r Kar
bohi
drat
Gambar 12.Grafik kadar karbohidratformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap kadar karbohidrat bakso
ikan dapat dilihat pada Tabel 37.
85
Tabel 37. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)kadar karbohidratformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 55.835 18.612 420.802 0.000*Perlakuan B 2 119.594 59.797 1351.984 0.000*Interaksi AB 6 1.139 0.190 4.292 0.015Galat 12 0.531 0.044
Total 23 177.099 * Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengujian kadar karbohidrat bakso
ikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap kadar karbohidrat bakso ikan memiliki tingkat signifikasi <
0.01 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa
perlakuan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi kadar
karbohidrat bakso ikansecara nyata. Sedangkan tingkat signifikasi yang terjadi
pada perlakuan interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi menunjukkan tingkat
signifikasi > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada
perbedaan yang nyata atau tidak adanya pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi
bahan pengisi yang berbeda terhadap kadar karbohidrat bakso ikan. Hasil analisa
lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi
bahan pengisi terhadap kadar karbohidrat bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) kadar karbohidratformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A4 (Garut) 6.57 a
86
A1 (Tapioka) 9.87 bA3 (Maizena) 10.04 bcA2 (Sagu) 10.30 cB1 (10%) 6.48 aB2 (20%) 9.16 bB3 (30%) 11.95 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
C. Mutu Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan
panelis terhadap bakso ikan rucah jenis kuniran secara sensori. Pengujian ini
dilakukanmenggunakan metode uji mutu hedonik dan uji rangking. Sampel uji
disiapkan dengan cara merebus bakso selama 3 menit kemudian ditiriskan selama
1 menit, selanjutnya bakso dipotong menjadi 4 bagian sama besar dan diletakkan
diatas piring kertas dan diberi kode berdasarkan perlakuan.
Parameter uji mutu hedonik dilakukan pada atribut warna, rasa, aroma dan
kekenyalan. Hasil penilaian yang diperoleh dari 15 panelis semi terlatih kemudian
diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji
Duncan.
1. Mutu Hedonik Warna
Warna merupakan salah satu parameter mutu yang dapatdiukur oleh alat
indera manusia.Warna merupakan komponen yang cukup penting dari suatu
produk pangan dan dapat memengaruhi penerimaan suatu bahan pangan, karena
87
umumnyapenerimaan bahan yang pertama kali dilihat adalah warna. Warna yang
menarik akan meningkatkan penerimaan produk (Putri, 2009).
Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian nilai mutu hedonik
warna dapat dilihat pada Tabel 38 dan Gambar 12.
Tabel 38. Nilai mutu hedonik warna formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 3.33 3.50 3.47A2 Sagu 3.57 3.83 3.30A3 Maizena 3.30 3.67 3.80A4 Garut 1.97 1.90 1.97
Keterangan: (1) Sangat abu-abu, (2) Abu-abu, (3) Putih keabuan, (4) Putih, (5) Sangat putih.
Berdasarkan data pada Tabel 38, diketahui bahwa nilai mutu hedonik
warna bakso ikan yang dihasilkan berkisar pada 1.90 (sangat abu-abu) sampai
3.83 (putih keabuan).Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakso ikan rucah jenis
kuniran formulasi dengan tepung tapioka, tepung sagu dan tepung
maizenamemilikiwarna putih keabuan, namun untuk formulasi dengan tepung
garut memiliki hasil warna sangat abu-abu.
88
10% 20% 30%1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i War
na
Gambar 12. Grafik nilaimutu hedonik warnaformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai mutu hedonik warna
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)mutu hedonik warnaformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 11.421 3.807 1794.978 0.000*Perlakuan B 2 0.137 0.068 32.275 0.000*Interaksi AB 6 0.455 0.076 35.762 0.000*Galat 12 0.025 0.002 Total 23 12.038
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran nilai hedonik warna
bakso ikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi,
penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan
konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik warna bakso ikan memiliki
89
tingkat signifikasi < 0.01 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
membuktikan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi memengaruhi nilai hedonik warna bakso ikansecara nyata. Hasil analisa
lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi
bahan pengisi terhadap nilai hedonik warna bakso ikan dapat dilihat pada Tabel
40. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan
konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai hedonik warna bakso ikan dapat dilihat
pada Tabel 41.
Tabel 40. Hasil uji beda rata-rata (Duncan)pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik warnabakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A4 (Garut) 1.94 aA1 (Tapioka) 3.44 bA2 (Sagu) 3.57 cA3 (Maizena) 3.59 cB1 (10%) 3.04 aB3 (30%) 3.13 bB2 (20%) 3.23 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 41. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik warnabakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2B2 3.83A3B3 3.80A3B2 3.67
90
A2B1 3.57A1B2 3.50A1B3 3.47A1B1 3.33A2B3 3.30A3B1 3.30A4B1 1.97A4B3 1.97A4B2 1.90
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Hasil uji lanjut Duncan pada taraf nyata 0.01 pada Tabel 29 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi yaitu Tapioka(A1), Sagu (A2),
Maizena (A3) dan Garut (A4)serta konsentrasi bahan pengisi yaitu 10% (B1),
20% (B2) dan 30% (B3) memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap
penilaian hedonik warna bakso ikan rucah jenis kuniran. Dari hasil uji lanjut
Duncan pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi pada Tabel 30
dapat dilihat bahwa penilaian hedonik warna bakso ikan rucah jenis kuniran
berbeda nyata pada beberapa interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi. Nilai kesukaan tertinggi terhadap warna bakso ikan rucah jenis
kunirandihasilkan dari penggunaa tepung sagu (A2) dengan konsentrasi 20%
(B2).
Warna merupakan salah satu profil visual yang menjadi kesan pertama
konsumen dalam menilai bahan makanan.Walaupun suatu produk bernilai gizi
tinggi, rasa enak, dan tekstur baik, namun jika warna kurang menarik maka
produk tersebut kurang diminati (Puspitasari, 2008).Tingkat kesukaan panelis
terhadap warna bakso ikan yang dihasilkan memiliki perbedaan nyata. Hal ini
91
dikarenakan konsentrasi dan warna dasar bahan pengisi yang digunakan berbeda.
Tepung tapioka, tepung sagu dan tepung maizena memiliki warna putih, namun
tepung garut memiliki warna putih kecokelatan sehingga formulasi bakso ikan
rucah jenis kuniran dengan jenis bahan pengisi tepung tapioka, tepung sagu dan
tepung maizena memiliki warna putih keabuan, sedangkan formulasi bakso ikan
rucah jenis kuniran dengan jenis bahan pengisi tepung garut memiliki warna
sangat abu-abu.
2. Mutu Hedonik Rasa
Rasa merupakan faktor yang sangat menentukan pada keputusan akhir
konsumen untuk menerima ataumenolak suatu makanan. Walaupun parameter
penilaian yang lain lebih baik, tetapi jika rasanya tidak enak atau tidak disukai
maka produk akan ditolak.
Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian nilai mutu hedonik
rasadapat dilihat pada Tabel 42 dan Gambar 13.
Tabel 42. Nilai mutu hedonik rasa formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
92
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 3.37 3.53 3.23A2 Sagu 2.53 2.87 3.17A3 Maizena 2.93 2.53 2.87A4 Garut 3.57 3.13 3.30
Keterangan: (1) Sangat tidak gurih, (2) Tidak gurih, (3) Agak gurih, (4) Gurih, (5) Sangat gurih.
Berdasarkan data pada Tabel 42, diketahui bahwa nilai mutu hedonik rasa
bakso ikan yang dihasilkan berkisar pada 2.53 (tidak gurih) sampai 3.57 (agak
gurih).
10% 20% 30%1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i Ras
a
Gambar 13. Grafik nilai mutu hedonik rasaformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai mutu hedonik rasa
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 43.
Tabel 43. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)mutu hedonik rasaformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 1.753 0.584 186.479 0.000*Perlakuan B 2 0.066 0.033 10.536 0.002*Interaksi AB 6 0.800 0.133 42.557 0.000*
93
Galat 12 0.038 0.003 Total 23 2.657
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran nilai hedonik rasa bakso
ikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap penilaian hedonik rasa bakso ikan memiliki tingkat signifikasi
< 0.01 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa
perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi
dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai
hedonik rasa bakso ikansecara nyata. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata
(Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai
hedonik rasa bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 44. Hasil analisa lanjutan uji
beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi
terhadap nilai hedonik rasa bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 45.
Tabel 44. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik rasabakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A3 (Maizena) 2.78 aA2 (Sagu) 2.86 bA4 (Garut) 3.33 cA1 (Tapioka) 3.38 c
94
B2 (20%) 3.02 aB1 (10%) 3.10 bB3 (30%) 3.14 b
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 45. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik rasabakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A4B1 3.57A1B2 3.53A1B1 3.37A4B3 3.30A1B3 3.23A2B3 3.17A4B2 3.13A3B1 2.93A2B2 2.87A3B3 2.87A2B1 2.53A3B2 2.53
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Hasil uji lanjut Duncan pada taraf nyata 0.01 pada Tabel 44 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi yaitu Tapioka(A1), Sagu
(A2),Maizena (A3) dan Garut (A4)serta konsentrasi bahan pengisi yaitu 10%
(B1), 20% (B2) dan 30% (B3) memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap
penilaian hedonik rasa bakso ikan rucah jenis kuniran. Dari hasil uji lanjut
Duncan pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi pada Tabel 45
dapat dilihat bahwa penilaian hedonik rasa bakso ikan rucah jenis kuniran berbeda
nyata pada beberapa interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi.
95
Nilai kesukaan tertinggi terhadap warna bakso ikan rucah jenis kunirandihasilkan
dari penggunaa tepung garut (A4) dengan konsentrasi 10% (B1).
Rasa merupakan sensasi yang terbentuk dari hasil perpaduan
bahanpembentuk dan komposisinya pada suatu produk makanan yang ditangkap
olehindera pengecap.Oleh sebab itu, rasa suatu produk makanan sangat
dipengaruhioleh komposisi bahan penyusun formula dalam makanan (Puspitasari,
2008).Pada bakso ikan rucah jenis kuniran, rasa gurih muncul dari perpaduan rasa
daging ikan, garam, bawang putih, bawang merah goreng dan lada putih bubuk.
3. Mutu Hedonik Aroma
Aroma merupakan sensasi sensoris yang dialami oleh indera pembau yang
dapat memengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk
makanan.Aroma sukar untuk didefinisikan secara objektif.Evaluasi aroma dan
rasa masih tergantung pada pengujian secara sensori (Putri, 2009).Aroma dapat
dijadikan sebagai indikator terjadinya kerusakan produk.Misalnya sebagai akibat
dari pemanasan atau cara penyimpanan yang kurang baik, ataupun karena adanya
cacat (off flavor) pada suatu produk.
Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian nilai mutu hedonik
aromadapat dilihat pada Tabel 46 dan Gambar 14.
Tabel 46. Nilai mutu hedonik aroma formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B3
96
10% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 3.77 3.50 3.47A2 Sagu 3.13 3.10 2.97A3 Maizena 3.33 3.23 3.03A4 Garut 3.37 3.30 3.27
Keterangan: (1) Sangat tidak khas ikan, (2) Tidak khas ikan, (3) Agak khas ikan, (4) Khas ikan, (5) Sangat khas ikan.
Berdasarkan data pada Tabel 46, diketahui bahwa nilai mutu hedonik
aroma bakso ikan yang dihasilkan berkisar pada 2.97 (tidak khas ikan) sampai
3.77 (agak khas ikan).Nilai mutu hedonik aroma bakso ikan cenderung menurun
seiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
10% 20% 30%1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i Aro
ma
Gambar 14. Grafik nilai mutu hedonik aromaformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai mutu hedonik aroma
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 47.
Tabel 47. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)mutu hedonik aromaformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
97
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 0.842 0.281 31.532 0.000*Perlakuan B 2 0.185 0.093 10.409 0.002*Interaksi AB 6 0.055 0.009 1.030 0.452Galat 12 0.107 0.009 Total 23 1.189
* Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran nilai hedonik aroma
bakso ikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi dan
penggunaan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik aroma bakso
ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Hal ini membuktikan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi dan
penggunaan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi nilai hedonik aroma bakso
ikansecara nyata. Sedangkan tingkat signifikasi yang terjadi pada perlakuan
interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi menunjukkan tingkat
signifikasi > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada
perbedaan yang nyata atau tidak adanya pengaruh interaksi penggunaan jenis dan
konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai hedonik aroma bakso ikan. Hasil analisa
lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi
bahan pengisi terhadap nilai hedonik aroma bakso ikan dapat dilihat pada Tabel
48.
Tabel 48. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik aromabakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A2 (Sagu) 3.07 a
98
A3 (Maizena) 3.20 bA4 (Garut) 3.31 bA1 (Tapioka) 3.58 cB3 (30%) 3.18 aB2 (20%) 3.28 aB1 (10%) 3.40 b
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Hasil uji lanjut Duncan pada taraf nyata 0.01 pada Tabel 48 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi yaitu Tapioka(A1), Sagu (A2),
Maizena (A3) dan Garut (A4)serta konsentrasi bahan pengisi yaitu 10% (B1),
20% (B2) dan 30% (B3) memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap
penilaian hedonik aroma bakso ikan rucah jenis kuniran. Nilai kesukaan tertinggi
terhadap aroma bakso ikan rucah jenis kunirandihasilkan dari penggunaan tepung
tapioka (A1) dengan konsentrasi 10% (B1).
Aroma bakso dapat dipengaruhi oleh jenis daging yang digunakan, lemak
intramuskular, bahan-bahan yang ditambahkan selama pemasakan serta jumlah
tepung yang digunakan. Apabila penggunaan tepung terlalu banyak maka akan
menutupi aroma daging pada bakso sehingga kurang disukai oleh panelis
(Purnomo, 1990 dalam Putri, 2009). Aroma dari produk biasanya akan berkurang
selama penanganan, pengolahan, dan penyimpanan. Selama pemasakan akan
terjadi berbagai reaksi antara bahan pengisi dan daging, sehingga aroma yang
khas pada daging akan berkurang selama pengolahan produk (Putri, 2009).
4. Mutu Hedonik Kekenyalan
99
Kekenyalan adalah merupakan faktor penentu terhadap tingkat
kesukaanpanelis, karena sebagian konsumen menyukai produk bakso terutama
karena teksturnya yang kenyal, jika dikunyah terasa lembut dan rasanya
enak.Meskipun belum ada ketentuan ataupun standar, kriteria tersebut dapat
dijadikan sebagai parameter kualitas bakso.Tingkat kekenyalan dapat diketahui
dengan uji organoleptik dan uji fisik dengan alat Texture Analyzer.
Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengujian nilai mutu hedonik
kekenyalandapat dilihat pada Tabel 49 dan Gambar 15.
Tabel 49. Nilai mutu hedonik kekenyalan formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 2.33 2.73 3.27A2 Sagu 1.93 2.90 3.27A3 Maizena 1.97 2.03 2.20A4 Garut 2.33 2.37 2.40
Keterangan: (1) Sangat tidak kenyal, (2) Tidak kenyal, (3) Agak kenyal, (4) Kenyal, (5) Sangat kenyal.
Berdasarkan data pada Tabel 49, diketahui bahwa nilai mutu hedonik
kekenyalan bakso ikan yang dihasilkan berkisar pada 1.93 (sangat tidak kenyal)
sampai 3.27 (agak kenyal).Nilai mutu hedonik kekenyalan bakso ikan cenderung
meningkatseiring meningkatnya konsentrasi bahan pengisi yang digunakan.
100
10% 20% 30%1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
A1 - TapiokaA2 - SaguA3 - MaizenaA4 - Garut
Konsentrasi Bahan Pengisi
Nila
i Kek
enya
lan
Gambar 15. Grafik nilai mutu hedonik kekenyalanformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang
berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap nilai mutu hedonik
kekenyalan bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 50.
Tabel 50. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)mutu hedonik kekenyalanformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 1.933 0.644 146.589 0.000*Perlakuan B 2 1.663 0.831 189.115 0.000*Interaksi AB 6 1.171 0.195 44.408 0.000*Galat 12 0.053 0.004
Total 23 4.820 * Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran nilai hedonik
kekenyalan bakso ikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan
pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis
dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik kekenyalan bakso ikan
101
memiliki tingkat signifikasi < 0.01 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
ini membuktikan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi memengaruhi nilai hedonik kekenyalan bakso ikansecara nyata. Hasil
analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh penggunaan jenis dan
konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai hedonik kekenyalan bakso ikan dapat
dilihat pada Tabel 51. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh
interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap nilai hedonik kekenyalan
bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 52.
Tabel 51. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik kekenyalanbakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A3 (Maizena) 2.07 aA4 (Garut) 2.37 bA2 (Sagu) 2.70 cA1 (Tapioka) 2.78 cA1 (10%) 2.14 aA2 (20%) 2.51 bA3 (30%) 2.78 c
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 52. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap penilaian hedonik kekenyalan bakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A1B3 3.27A2B3 3.27A2B2 2.90
102
A1B2 2.73A4B3 2.40A4B2 2.37A1B1 2.33A4B1 2.33A3B3 2.20A3B2 2.03A3B1 1.97A2B1 1.93
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Hasil uji lanjut Duncan pada taraf nyata 0.01 pada Tabel51 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi yaitu Tapioka(A1), Sagu (A2),
Maizena (A3) dan Garut (A4)serta konsentrasi bahan pengisi yaitu 10% (B1),
20% (B2) dan 30% (B3) memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap
penilaian hedonik kekenyalan bakso ikan rucah jenis kuniran. Dari hasil uji lanjut
Duncan pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi pada Tabel 52
dapat dilihat bahwa penilaian hedonik kekenyalan bakso ikan rucah jenis kuniran
berbeda nyata pada beberapa interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi. Nilai kesukaan tertinggi terhadap kekenyalan bakso ikan rucah jenis
kunirandihasilkan dari penggunaan tepung tapioka (A1) dengan konsentrasi 30%
(B3).
Kekenyalan melibatkan tekstur, kemudahan awal penetrasi gigi ke dalam
bakso, kemudian mengunyah menjadi potongan yang lebih kecil dan jumlah
residu yang tertinggal setelah pengunyahan (Lawrie, 2003 dalam Putri,
2009).Kekenyalan bakso berhubungan dengan kekuatan gel yang terbentuk akibat
pemanasan.Kekenyalan bakso dipengaruhi oleh gelatinisasi yang terjadi pada
103
bahan pengisi.Gelatinisasi merupakan pengembangan yang terjadi dalam granula-
granula pati selama pemasakan. Pengembangan pati akan menghasilkan pasta
yang kenyal atau gel yang kaku. Pati dengan amilopektin yang tinggi akan
membentuk produk yang lekat (Winarno, 1997 dalam Putri, 2009).
5. Uji Ranking
Hasil pengamatan berupa rata-rata hasil pengujianrankingdapat dilihat
pada Tabel 53 dan Gambar 16.
Tabel 53. Nilai uji ranking formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
PerlakuanKonsentrasi Bahan Pengisi (B)
B1 B2 B310% 20% 30%
Jenis Bahan Pengisi (A)
A1 Tapioka 6.71 11.97 7.57A2 Sagu -5.34 4.43 2.78A3 Maizena -4.41 -1.45 -2.61A4 Garut -1.67 -11.55 -6.44
Keterangan: Angka tertinggi menunjukkan hasil yang paling disukai, sedangkan angka terendah menunjukkan hasil yang paling tidak disukai
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 A4B1 A4B2 A4B3
-15.00-12.00
-9.00-6.00-3.000.003.006.009.00
12.0015.00
Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi
Rank
ing
104
Gambar 16. Grafik uji rankingformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Tabel54. Skala uji ranking (Tabel Fisher dan Yates)
Ranking Nilai123456789101112
1.631.120.790.540.310.10-0.10-0.31-0.54-0.79-1.12-1.63
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap hasil uji ranking bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 55.
Tabel 55. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)uji rankingformulasi bakso ikan rucah jenis kuniran dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda
Sumber Variasi Db JK KT F hitung Sig.Perlakuan A 3 766.111 255.370 239.005 0.000*Perlakuan B 2 17.700 8.850 8.283 0.005*Interaksi AB 6 230.026 38.338 35.881 0.000*Galat 12 12.822 1.068
Total 23 * Signifikasi α< 0.01, maka H0 ditolak dan H1 diterima (sangat berbeda nyata)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) pengukuran hasil uji ranking bakso
ikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan
105
konsentrasi bahan pengisi dan interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan
pengisi terhadap hasil uji ranking bakso ikan memiliki tingkat signifikasi < 0.01
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan
penggunaan jenis bahan pengisi, penggunaan konsentrasi bahan pengisi dan
interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memengaruhi hasil uji
ranking bakso ikansecara nyata. Hasil analisa lanjutan uji beda rata-rata (Duncan)
pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap hasil uji
ranking bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 56. Hasil analisa lanjutan uji beda
rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi
terhadap hasil uji ranking bakso ikan dapat dilihat pada Tabel 57.
Tabel 56. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap hasil uji rankingbakso ikan rucah jenis kuniran
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A4 (Garut) -6.55 aA3 (Maizena) -2.82 bA2 (Sagu) 0.62 cA1 (Tapioka) 8.75 dA1 (10%) -1.18 aA3 (30%) 0.33 bA2 (20%) 0.85 b
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan.
Tabel 57. Hasil uji beda rata-rata (Duncan) pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap hasil uji ranking bakso ikan rucah jenis kuniran
106
Perlakuan Rata-rataNotasi0.01
A1B2 11.97A1B3 7.57A1B1 6.71A2B2 4.43A2B3 2.78A3B2 -1.45A4B1 -1.67A3B3 -2.61A3B1 -4.41A2B1 -5.34A4B3 -6.44A4B2 -11.55
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda antara perlakuan dan kode huruf berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan
Hasil uji lanjut Duncan pada taraf nyata 0.01 pada Tabel 56 menunjukkan
bahwa perlakuan penggunaan jenis bahan pengisi yaitu Tapioka(A1), Sagu
(A2),Maizena (A3) dan Garut (A4)serta konsentrasi bahan pengisi yaitu 10%
(B1), 20% (B2) dan 30% (B3) memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap
hasil uji ranking bakso ikan rucah jenis kuniran. Dari hasil uji lanjut Duncan
pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi bahan pengisi pada Tabel 57 dapat
dilihat bahwa hasil uji ranking bakso ikan rucah jenis kuniran berbeda nyata pada
beberapa interaksi penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi. Berdasarkan
uji rangking didapat hasil bahwa formulasi bakso ikan rucah jenis kuniran yang
paling disukai adalah penggunaan tepung tapioka (A1) sebanyak 20% (B2),
urutan kedua adalah adalah penggunaan tepung tapioka (A1) sebanyak 30% (B3)
dan urutan ketiga adalah penggunaan tepung tapioka (A1) sebanyak 10% (B1).
107
D. Penentuan Formulasi Terbaik
Pemilihan formula terbaik pada penelitian ini berdasarkan hasil uji ranking
atau kesukaan secara umum. Hasil uji terhadap formulasi terbaik dapat dilihat
pada Tabel 58.
Tabel 58. Hasil pengujian formulasi terbaik